YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN

MENERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN

MEDIA PEMBELAJARAN TOPOLOGI JARINGAN

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :

Natanael Ardik Soegeng Caesaria

NIM: 702011121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi
Page 3: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi
Page 4: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi
Page 5: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi
Page 6: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi
Page 7: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

1

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE

STAD BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPOLOGI

JARINGAN

1)Natanael Ardik S.C

2) Sri Winarso Martyas Edi, S.Kom., M.Cs.

3) Angela Atik

Setiyani, S.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran dengan menerapkan media pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi topologi

jaringan. Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis dan McTaggart

yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklusnya terdapat dua pertemuan. Populasi

penelitian adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Sampel penelitian berjumlah

34 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar pengamatan motivasi

belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan motivasi belajar siswa meningkat dari pra

siklus diukur menggunakan lembar pengamatan sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah,

pada akhir siklus satu naik menjadi 55,88% dengan kriteria Sedang, dan di akhir siklus

dua meningkat menjadi 75,37% dengan kriteria Tinggi. Sedangkan pada lembar

kuesioner motivasi belajar siswa pada akhir siklus satu sebesar 55,44% dengan kriteria

Sedang, dan pada akhir siklus kedua sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi.

Keywords: Motivasi Belajar, Metode Kooperatif, STAD, Media Pembelajaran.

Abstract

Class action research aims to improve the learning motivation of students of class X

1 TKJ SMK N 1 Tengaran by applying media learning using learning cooperative

methode type STAD in network topology. This research using design the act of model

Kemmis and McTaggart consisting of two cycles in wich two meetings for each cycle.

The research population are the students of Class XI TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Sample

research consisted to 34 students. Data collection using the questionnaire and observation

sheet learning motivation of students. The results showed increased student learning

motivation from 40,90% to 55,88% in which included into Average criteria, then and at

the end of the second cycle increased to 75,37% in which included into High

criteria.While learning motivation questionnaire in the end of cycle one of 55,44%

medium criteria, second cycle increased to 75,97% high criteria.

Keywords: Motivation to learn, Cooperative methods, STAD, Media Learning

Page 8: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

2

1. Pendahuluan

Penggunaan model pembelajaran sangat berpengaruh besar terhadap

pertumbuhan dan perkembangan kreatifitas serta motivasi belajar siswa

terhadap semua mata pelajaran yang akan diajarkan khususnya pada mata

pelajaran jaringan dasar dalam materi topologi jaringan untuk kelas X TKJ

SMK N 1 Tengaran. Motivasi belajar siswa dalam materi ini perlu mendapat

perhatian khusus, karena motivasi merupakan salah satu faktor penunjang

keberhasilan proses belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, tingkat motivasi belajar siswa

kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran masih rendah, ditunjukkan dengan lembar

pengamatan motivasi belajar siswa pada saat pengamatan proses pembelajaran

pra siklus sebesar 40,90% dengan kriteria rendah. Selain itu dari hasil

wawancara dengan guru, guru juga belum menerapkan model-model

pembelajaran dalam kelas, sehingga siswa masih belajar secara konvensional.

Dari hasil pengamatan peneliti, didapat bahwa guru mengajar masih mengacu

pada buku pegangan (e-book) untuk kemudian dibaca kemudian siswa

mencatat. Pada saat guru memberikan materi di dalam kelas ternyata masih

sebagian besar siswa yang asyik dengan temannya sendiri saling mengobrol.

Berdasarkan hasil wawancara guru dan pengamatan tersebut menunjukkan

bahwa siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan model

pembelajaran yang guru terapkan dalam kelas.

Untuk mengatasi permasalahan mengenai rendahnya motivasi belajar

siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran, maka pemecahan yang dirasa tepat

adalah dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe Team Achievement Division (STAD) dengan

penggunaan media pembelajaran. Dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa bisa bekerja sama dalam tim dan

belajar dengan dua arah, baik siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru.

Maka pemilihan tipe STAD ini berguna untuk siswa agar bisa bekerja sama

dalam mencapai tujuan belajar, aktif membantu teman yang lain dan

memotivasi untuk berhasil bersama, dan aktif berperan sebagai tutor sebaya.

Siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif

akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari teman sebaya [1].

Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan

akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan

persahabatan, menerima berbagai informasi, belajar menggunakan sopan-

santun, meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan sikap anak yang positif

terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta

membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain [1].

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas

X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran dengan menerapkan media pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi

topologi jaringan.

2. Kajian Pustaka

Page 9: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

3

Penelitian Yania Risdiawati tahun 2012, dengan judul “Implementasi

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa

Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil dari

penelitian menunjukkan pembelajaran kooperatife tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I terdapat 5 siswa yang belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pada siklus II meningkat

sejumlah 100% siswa telah mencapai KKM. Pembelajaran kooperatif tipe

STAD juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, presentase motivasi

belajar siswa dari siklus I sebesar 67% meningkat menjadi 86,5% pada siklus II

dan berada pada rentang skor sangat tinggi. Hasil respon siswa terhadap

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa juga mendapat respon positif dari siswa, hal ini

dibuktikan dari hasil distribusi angket pada siklus I ke siklus II mengalami

peningkatan sebesar 13% [2].

Penelitian Muhamad Fajar Buana tahun 2012, dengan judul “Penerapan

CTL Dengan Kooperatif NHT Pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang”. Berdasarkan analisis data

motivasi belajar secara keseluruhan, penerapan CTL dengan metode kooperatif

model NHT pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi belajar klasikal

keseluruhan sebesar 43%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar klasikal

keseluruhan adalah sebesar 86% telah mencapai indikator keberhasilan

tindakan, berarti terjadi peningkatan motivasi belajar klasikal keseluruhan dari

siklus I ke siklus II sebesar 43%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

penerapan CTL dengan metode kooperatif model NHT dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa [3].

Penelitian Grace Angelin Puspita Lehurliana tahun 2013, dengan judul

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang

Menyerah Dan Ulet Kelas X-B Program Keahlian Akomodasi Perhotelan

Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 di SMK Pelita Salatiga. Hasil penelitian

pada siklus I menunjukkan skala 24,76 atau dikategorikan kurang termotivasi,

sedangkan pada siklus II memperoleh skala 36,4 atau dikategorikan sangat

termotivasi. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu kondisi awal

hanya tiga belas siswa yang tuntas (43,33%) dari tiga puluh siswa. Setelah

adanya tindakan, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi sembilan belas

siswa (60,00%) saat siklus I dan siklus II meningkat menjadi dua puluh tujuh

siswa (91,11% ) siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kompetensi

dasar menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-B program keahlian akomodasi

perhotelan SMK Pelita Salatiga [4].

Gaya belajar memiliki implikasi untuk praktik mengajar meskipun

praktek mengajar tidak boleh hanya ditentukan oleh gaya belajar siswa.

Penggunaan media pembelajaran yang mampu mengakomodasi gaya belajar

siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran [5].

Page 10: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

4

Perbedaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian terdahulu

yaitu, variabel yang akan diukur adalah hanya motivasi belajar siswa kelas X

TKJ 1 SMK N 1 Tengaran menggunakan media pemebelajaran dalam mata

pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan.

Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

[7]. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang

menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang

mengarahkan aktifitas siswa kepada tujuan belajar [8].

Disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan yang

dimiliki oleh setiap orang khususnya siswa untuk melakukan reaksi atau

aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

Secara umum, motivasi terdapat dua jenis, yaitu motivasi Instrinsik dan

motivasi Ekstrinsik. motivasi instrinsik adalah keinginan bertindak yang

disebabkan faktor pendorong dari dalam diri [8]. Motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu [7]. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena

pengaruh rangsangan dari luar [8]. motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. motivasi intrinsik

dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi

ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Ia juga mengemukakan

bahwa motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik. Motivasi

intrinsik yang pada mulanya sudah ada, tetapi kalau terlalu sering diberi hadiah

maka motivasi intrinsik itu akan menurun. Anak akhirnya bekerja dengan

mengharapkan hadiah. Tetapi motivasi ekstrinsik tetap efektif jika dimonitor

dengan hati-hati [7].

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di simpulkan bahwa motivasi

intrinsik merupakan energi yang mendorong diri seseorang untuk melakukan

sesuatu dan energi tersebut muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan

motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang asalnya dari luar diri seseorang.

Selain itu, jenis-jenis motivasi yang lain adalah (1) dilihat dari dasar

pembentukannya. (2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan

Marquis. (3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah [7].

Ada beberapa cara guru yang digunakan untuk merangsang minat siswa

dalam belajar yang merupakan dorongan ekstrinsik. Diantaranya adalah

memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, hadiah dan

hukuman, serta pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa [8].

Fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut (1) Mendorong

manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan

energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan

yang akan dikerjakan. (2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan

yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya. (3)

Page 11: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

5

Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut [9].

Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki ciri-ciri atau

indikator sebagai berikut: (1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja

terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

(2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan

prestasi yang telah dicapainya). (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-

macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama,

politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap

setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4) Lebih senang bekerja

mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). (6) Dapat

mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). (7) Tidak

mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (8) Senang mencari dan memecahkan

masalah soal-soal [7].

Berbagai prinsip motivasi dan bagaimana implikasinya terhadap

pelaksanaan pengajaran telah dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini tabel

prinsip-prinsip motivasi dan implikasinya [8]: Tabel 1 Prinsip-prinsip Motivasi dan Implikasinya

PRINSIP-PRINSIP IMPLIKASINYA

a. Pengenalan tugas-tugas belajar

penting dalam usaha mendorong

siswa untuk mempelajari urutan-

urutan belajar selanjutnya

Fokuskanlah perhatian siswa agar

mempunyai keinginan untuk

mencapai tujuan belajar.

b. Motivasi menyangkut keinginan

untuk berprestasi dalam menguasai

berbagai hal dan keinginan untuk

sukses. Penyusunan tujuan yang

realistis sangat penting dalam hal

ini.

Gunakanlah kebutuhan berprestasi

setiap individu siswa dan motif-

motif positif lainnya dalam proses

belajar mengajar.

c. Penyusunan dan pencapaian tujuan

haruslah dengan memberikan tugas-

tugas belajar yang pantas; perasaan

sukses terhadap tugas-tugas belajar

yang terakhir akan meningkatkan

motivasi untuk menyelesaikan tugas-

tugas berikutnya

Tolonglah siswa menyusun dan

mencapai tujuan yang

berhubungan dengan program

pendidikan di sekolah.

d. Mendapatkan informasi tentang

pengerjaan tugas-tugas yang benar

dan pembetulan pengerjaan tugas-

tugas yang salah, mendorong siswa

untuk melakukan penampilan yang

lebih baik dan bersikap yang lebih

bermanfaat terhadap tugas-tugas

Sediakanlah umpan balik yang

bersifat informatif. Misalnya

berikan komentar pada tugas-tugas

yang dikerjakan siswa secara

tertulis, sehingga mereka

mengetahui sejauh mana mereka

benar, dan kalau salah bagaimana

Page 12: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

6

belajar. mereka berbuat seharusnya.

e. Mengamati dan mencontoh seorang

model yang memungkinkan siswa

bertingkah laku pro-sosial, seperti

self-control, self-reliance dan

ketabahan, mendorong motivasi

siswa

Sediakanlah model-model yang

ada dalam kehidupan nyata atau

bersifat simbolis.

f. Menceritakan nilai-nilai dan tingkah

laku-tingkah laku pro-sosial serta

alasan mengapa diberikan konsep-

konsep dasar untuk pengembangan

tingkah laku itu, mendorong

motivasi siswa.

Berikanlah informasi dan alasan

mengapa siswa harus bertingkah

laku pro-sosial, sehingga ia

menyadari bahwa tingkah laku

pro-sosial itu baik bagi kesuksesan

hidupnya.

g. Harapan untuk mendapatkan

penghargaan bagi tingkah laku atau

prestasi tertentu mendorong minat

dan usaha untuk bertingkah laku dan

berprestasi tertentu itu. Tidak adanya

penguatan sesudah adanya respon,

cenderung mematikan respon itu.

Ketakutan menerima hukuman

terhadap tingkah laku yang tidak

diinginkan akan mematikan aktifitas.

Kembangkanlah dan gunakanlah

sistem penghargaan yang berguna

untuk mendorong usaha-usaha dan

kegiatan beraktifitas. Penggunaan

hukuman perlu untuk

menghilangkan tingkah laku yang

salah.

h. Pengalaman yang mecemaskan dan

stress terkait dengan prestasi belajar

yang rendah, tingkah laku yang

menyimpang dan berbagai gangguan

kepribadian.

Jauhilah penggunaan prosedur

yang mempertinggi pengalaman

kecemasan dan stress.

Berdasarkan tabel di atas, maka setiap prinsip-prinsip motivasi

hendaknya dilaksanakan sesuai dengan implikasinya, agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan lancar.

Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokkan di mana para

siswa bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan dari potensi belajar

anggota lainnya. Agar berhasil, kelompok belajar kooperatif membutuhkan hal-

hal berikut ini: (a) Para anggota yang memandang peran mereka bagian dari

keseluruhan tim. (b) Keterlibatan interaktif di antara anggota kelompok. (c)

Akuntabilitas individual dan kelompok. (d) Anggota yang memiliki

keterampilan antar personal dan kepemimpinan. (e) Kemampuan memahami

belajar personal dan fungsi kelompok [10].

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model

yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

pendekatan kooperatif. Dalam bukunya, Slavin membagi komponen STAD

Page 13: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

7

menjadi lima komponen, yaitu 1) presentasi kelas, 2) tim, 3) kuis, 4) skor

kemajuan individual, 5) rekognisi tim [11]. Komponen yang pertama adalah

presentasi kelas memberikan materi dengan diskusi-pelajaran yang dipimpin

oleh guru. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa selama presentasi kelas

berlangsung mereka harus memperhatikan dengan seksama, karena dengan

begitu akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai kuis itu

menentukan nilai kelompok mereka [12].

Komponen yang kedua adalah tim (kelompok), tim terbentuk dari empat

atau lima siswa yang mewakili kemampuan, jenis kelamin, dam ras siswa di

kelas itu. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan para anggotanya

untuk menjalani kuis dengan baik. Pada setiap nilai, yang ditekankan adalah

apa yang dilakukan anggota kelompok untuk kelompok mereka, dan apa yang

dilakukan kelompok untuk membantu anggotanya. Kelompok menyediakan

dukungan sesama teman untuk memperoleh kemajuan akademik yang penting

sebagai pengaru pembelajaran, tetapi kelompok juga menyediakan saling

perhatian dan penghargaan yang penting bagi hubungan antar kelompok,

penghargaan diri, dan penerimaan siswa-siswa yang terpinggirkan [12].

Komponen yang ketiga adalah kuis, setelah satu sampai dua kali

presentasi guru dan satu sampai dua kali praktik kelompok, para siswa

menjalani kuis perseorangan. Siswa-siswa tidak diijinkan saling membantu

selama kuis berlangsung. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap siswa secara

perseorangan bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka peroleh [12].

Komponen yang ke empat adalah skor kemajuan individu, setiap siswa

bisa menyumbang nilai maksimal untuk kelompok mereka dalam sistem

penilaian ini, tetapi tidak ada siswa yang bisa melakukan itu tanpa

menunjukkan kemajuan yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Tiap-tiap

siswa diberikan nilai dasar, yang diambil dari rata-rata prestasi siswa pada kuis

yang sama. Kemudian, siswa memperoleh nilai untuk kelompok mereka

berdasarkan pada seberapa banyak nilai kuis mereka melebihi nilai yang

sebelumnya [12].

Komponen yang kelima yaitu rekognisi tim atau penghargaan kelompok.

Kelompok bisa saja memperoleh sertifikat atau penghargaan lain jika nilai rata-

rata mereka melampaui kriteria tertentu. Sertifikat untuk kelompok yang

mencapai stadar prestasi tinggi, pengakuan laporan berkala, pemasangan pada

buletin, pengakuan khusus, hadiah kecil-kecilan, atau penghargaan lain

menegaskan gagasan bahwa bekerja baik secara berkelompok adalah penting

[12].

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat memberikan rangsangan untuk belajar. Seperti yang telah dikemukakan

Gagne, penggunaan media pembelajaran juga dapat memberi rangsangan bagi

siswa untuk terjadinya proses belajar [13]. Dikuatkan oleh pendapat Miarso

bahwa: “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang

disengaja, bertujuan , dan terkendali [14]. Media dalam pembelajaran memiliki

beberapa fungsi yang sangat strategis. Seringkali terjadi banyaknya siswa yang

Page 14: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

8

tidak atau kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru atau

pembentukan kompetensi yang diberikan pada siswa dikarenakan ketiadaan

atau kurang optimalnya pemberdayaan media pembelajaran dalam proses

mengajar. Fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam proses

pembelajaran, sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran, sebagai

pengaruh dalam pembelajaran, sebagai permainan atau membangkitkan

perhatian dan motivasi siswa, meningkatkan hasil dan proses pembelajaran,

mengurangi terjadinya verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga

dan daya indra [13].

Pemerolehan pengetahuan, perubahan sikap dan keterampilan, dapat

terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang

pernah dialami sebelumnya. Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar

seperti itu digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi.

Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera

dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 80% hasil belajar

seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 15% diperoleh melalui

indera dengar, dan 5% lagi dari indera yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar Cone Experience dari Dale berikut:

Gambar 1 Dale Cone Experience

Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan,

melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama

penerimaan isi pembelajaran. Pengalaman langsung akan memberikan kesan

paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang

terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu ia melibatkan indera

pengelihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal

dengan learning by doing atau learning to do [13].

Setelah memperhatikan keadaan kelas, wawancara dengan guru, peneliti

mencoba menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran jaringan

dasar materi topologi jaringan. Dengan demikian uraian kerangka pikir dapat

digambarkan sebagai berikut:

Baca 10%

Dengar 20%

Lihat 30%

Katakan 70%

Katakan dan Lakukan 90%

MEDIA

Page 15: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

9

Gambar 2 Kerangka Pikir

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif, dengan menggunakan model

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas atau sering disebut Classroom Action Research (CAR). Istilah

penelitian tindakan berasal dari bahasa Inggris, “action research”. Penelitian

ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada 1940-an, sebagai salah

satu model penelitian yang muncul di tempat kerja, di mana peneliti melakukan

pekerjaan pokok sehari-hari. Pekerjaan pokok sehari-hari ini, misalnya kelas

yang merupakan tempat bekerja bagi para guru, sekaligus dapat menjadi objek

penelitian oleh guru yang bersangkutan. Penelitian tindakan tidak lain adalah

suatu model penelitian, di mana suatu kelompok orang yang juga peneliti

dalam mengorganisasi suatu kondisi, mereka dapat mempelajari secara intensif

pengalaman dan membuat pengalaman mereka diakses orang lain [15].

Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis dan

McTaggart. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin

McTaggart pada tahun 1998. Mereka menggunakan empat komponen

penelitian tindakan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam

suatu sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan langkah

berikutnya [16]. Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:

EVALUASI

EVALUASI EFEK

EVALUASI

KONDISI

AWAL

TINDAKAN HASIL

1. Media pembelajaran

yang digunakan

kurang bervariasi

2. Pembelajaran yang

masih monoton/

masih menggunakan

metode ceramah/

konvensional

3. Siswa cenderung

pasif dalam kegiatan

belajar mengajar

4. Motivasi siswa sangat

kurang

Penerapan model STAD

dengan media pembelajaran

Motivasi belajar siswa

meningkat

Page 16: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

10

Gambar 3 Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan

Perencanaan disusun oleh peneliti dan guru mata pelajaran

jaringan dasar. Perancanaan yang disusun berupa perangkat

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perangkat pembelajaran tersebut

adalah:

1. Peneliti dan guru menyusun RPP materi topologi jaringan.

2. Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi

topologi jaringan.

3. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari

Lembar soal tes pilihan ganda dan essay singkat

Lembar observasi motivasi untuk guru

Angket yang berhubungan dengan motivasi belajar

b. Tindakan

Rancangan model pada tahap tindakan ini sudah disusun dan

skenario pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.

Dalam pelaksanaan setiap satu siklus dilakukan dalam 2 (dua) kali

pertemuan.

Pertemuan pertama:

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam, berdoa dan melakukan kegiatan

presensi.

b) Menyiapkan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar

c) Guru menyampaikan KD, tujuan pembelajaran yang akan

dicapai dalam pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Page 17: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

11

Explorasi

a) Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab tentang topologi

jaringan yang sering digunakan.

b) Siswa dibentuk dalam kelompok yang sudah dibentuk oleh

guru. (guru membentuk kelompok sesuai tingkat kemampuan

siswa dan gender untuk setiap kelompok. Kemampuan siswa

diukur dari kuis yang sudah dilakukan pada pra penelitian)

c) Guru menyampaikan materi (topologi bus, topologi ring,

topologi star, topologi mesh) dengan menggunakan media

pembelajaran yang sudah disiapkan dan dengan media

presentasi lainnya untuk menunjang materi lebih lengkap

Elaborasi

a. Siswa mendengarkan materi (topologi bus, topologi ring,

topologi star, topologi mesh) yang disajikan oleh guru

b. Siswa dengan panduan guru saling membantu teman dalam

kelompoknya mempelajari materi yang di sajikan

c. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam

kelompok

d. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menjelaskan

pengertian, jenis dan karakteristik dari topologi jaringan

e. Guru menjelaskan petunjuk pengerjaan tugas kelompok kepada

siswa

f. Siswa menuliskan apa yang diperintah oleh guru.

g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya

di depan kelas

Konfirmasi

a. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang kurang memahami

materi

b. Siswa bersama guru membahas tugas kelompok

c. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil tugas

kelompok.

3) Kegiatan Penutup

a. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau tepuk

tangan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi

b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang

telah dipelajari

c. Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang proses

pebelajaran yang telah berlangsung

d. Guru menutup kegiatan pembelajaran

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan saat proses pembelajaran

berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi

siswa dalam proses pembelajaran. Observer menilai hasil tindakan

sesuai format observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukak

Page 18: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

12

oleh guru mata pelajaran yang mengamati peneliti saat melakukan

pembelajaran dalam kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui apakah

sudah sesuai skenario yang direncanakan atau tidak sesuai sama

sekali. Hasil refleksi ini akan digunakan untuk menentukan skenario

untuk siklus berikutnya. Jika hasil dari refleksi masih dibawah kriteria

yang telah di tentukan, maka skenario pembelajaran akan diteruskan,

dimodifikasi, atau bahkan diubah keseluruhan.

2. Siklus Kedua

Hasil refleksi pada siklus pertama menentukan langkah selanjutnya

untuk siklus kedua. Jika pada siklus pertama sudah memenuhi kriteria

yang diinginkan, maka siklus kedua diterapkan hanya untuk pemantapan

pada siklus pertama. Tetapi, jika pada siklus pertama kriteria belum

terpenuhi, maka dilakukan siklus kedua sesuai dengan perbaikab dari

tahapan kerja siklus pertama. Jika pada siklus kedua masih belum dapat

memenuhi kriteria, maka dilakukan siklus ketiga. Siklus akan berhenti

jika kriteria yang diinginkan sudah terpenuhi. Kriteria yang diinginkan

yaitu motivasi siswa yang tinggi dalam mata pelajaran jaringan dasar,

khususnya materi topologi jaringan kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran.

Pembelajaran dengan model STAD, merupakan variabel bebas

(Independent Variabel). Sedangkan variabel terikatnya (Dependent Variabel)

adalah motivasi belajar siswa. Variabel bebas akan mempengaruhi variabel

terikat.

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Tengaran. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Kelas X TKJ 1

digunakan untuk penelitian karena berdasarkan observasi dan hasil wawancara

dengan guru yang telah dilakukan masih terdapat masalah di dalamnya, yaitu

motivasi siswa yang masih kurang dalam proses pembelajaran.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pemberian

angket motivasi kepada siswa. Observasi digunakan untuk mengamati motivasi

siswa pada saat proses pembelajaran sebelum dan sesudah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan media pembelajaran,

pemberian angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa setelah

pembelajaran selesai.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,

lembar angket, media yang digunakan, dan tes.

Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa

saat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

menggunakan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.

Berikut lembar observasi yang digunakan guru untuk mengamati motivasi

siswa saat pembelajaran berlangsung.

Page 19: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

13

Tabel 2. Lembar Pengamatan Motivasi Belajar Siswa

No Nama Siswa

Aspe komponen

Pembelajaran Jumla

h Skor Keterangan

A B C D E F G H

1

2

3

4

5

Keterangan :

A. Ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas

B. Keuletan siswa dalam mengerjakan soal yang sulit

C. Minat siswa selama proses pembelajaran

D. Perasaan senang saat siswa mengerjakan soal sendiri

E. Ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran

F. Mempertahankan pendapatnya saat siswa berdiskusi

G. Tidak mudah melepaskan suatu hal yang diyakini oleh siswa

H. Perasaan senang siswa dalam mencari dan memecahakan suatu masalah

ataupun soal.

Kriteria Skor :

Sangat Tinggi : 4

Tingi : 3

Cukup : 2

Kurang : 1

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap

pertanyaan yang diajukan [18]. Angket merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Berikut kisi-kisi angket yang

digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket

No. Variabel Indikator Nomor

Item Jumlah

1

Motivasi

Belajar

Tekun dalam menghadapi tugas 1,2,3 3

2 Ulet dalam menghadapi kesulitan 4,5,6 3

3 Menunjukkan minat 7,8,9 3

4 Senang bekerja mandiri 10,11,12 3

5 Cepat bosan pada tugas-tugas rutin 13,14,15 3

6 Dapat mempertahankan pendapatnya 16,17,18 3

Page 20: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

14

7 Tidak melepas hal yang diyakini itu 19,20,21 3

8 Senang mencari dan memecahkan

masalah soal-soal 22,23,24,25 4

Jumlah Butir Soal 25

Media pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini berbasis

Macromedia Flash dengan memasukkan materi topologi jaringan di dalamnya.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes obyektif atau

pilihan ganda dan essay singkat. Tes dilaksanakan pada pertemuan kedua

setiap akhir siklus. Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi

siswa.

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara menggorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, menggunakan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri atau orang lain [18].

Rumus untuk menghitung hasil observasi dan hasil motivasi belajar siswa

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan media

pembelajaran adalah sebagai berikut:

% hasil motivasi belajar siswa=

Untuk Menentukan interval setiap kategori dapat menggunakan rumus

dari Sudijono (1992) sebagai berikut [18]:

Interval = skor max − skor min

𝑘

Keterangan:

Skor Max = Skor jawaban tertinggi

Skor Min = Skor jawaban terendah

k = Klasifikasi jawaban pada kuesioner

Dilihat dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas

jika seluruhnya atau minimal (75%) siswa terlibat aktif dan menunjukkan

kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri

yang tinggi [19].

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Design pembelajaran mengacu pada komponen STAD, prinsip-prinsip

motivasi dan implikasinya. Dalam STAD terdapat 5 komponen yang harus

Skor Total yang di peroleh X 100%

Skor Maksimal

Page 21: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

15

dilakukan, yaitu 1) presentasi kelas, 2) belajar tim, 3) kuis, 4) skor kemajuan

individual, 5) rekognisi tim.

Siklus satu pertemuan pertama, presentasi kelas dilakukan oleh guru

dengan memberikan materi menggunakan media pembelajaran. Saat

memberikan materi, sesekali memberikan soal untuk tanya jawab. Kemudian

masuk langkah kedua yaitu belajar tim. Dalam belajar tim, guru memberikan

tugas kelompok tentang materi yang diajarkan pada pertemuan pertama,

kemudian selesai mengerjakan tugas kelompok, siswa diminta untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, kemudian diadakan

tanya jawab dengan kelompok lain.

Masuk ke pertemuan dua, siswa diminta untuk mengerjakan project yang

diberikan oleh guru, kemudian project tersebut dipresentasikan di depan kelas,

dan kemudian sesi tanya jawab untuk antar kelompok. Setelah belajar tim,

kemudian siswa diminta untuk mengerjakan kuis atau tes individu yang terdiri

dari pilihan ganda dan isian singkat. Setelah itu dikoreksi bersama-sama

kemudian guru menghitung skor kemajuan individual. Langkah terakhir dalam

siklus 1 adalah rekognisi tim. Rekognisi tim atau penghargaan kelompok pada

siklus 1 dilakukan dengan merata-rata hasil tes individu setiap kelompok. Hasil

yang didapat untuk rekognisi tim siklus 1 adalah kelompok A dengan rata-rata

sebesar 74. Dengan demikian kelompok A berhak memperoleh penghargaan

kelompok berupa pujian dan tepuk tangan.

Siklus dua pertemuan pertama, presentasi kelas sama dengan siklus 1,

yaitu guru mempresentasikan materi dengan media pembelajaran yang sudah

disiapkan. Kemudian siswa diberikan tugas kelompok tentang materi untuk

belajar dalam tim dan dipresentasikan di depan kelas. Siswa presentasi dengan

media yang sudah disiapkan oleh guru. Kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab.

Masuk pertemuan kedua, siswa diminta untuk mengerjakan project secara

kelompok, kemudian dipresentasikan didepan kelas dan di lanjutkan sesi tanya

jawab. Setelah itu, siswa diminta untuk mengerjakan tes individu yang sudah

disiapkan oleh guru. Setelah mengerjakan soal, siswa diajak untuk

mengkoreksi bersama tes individu tersebut, untuk kemudian mengetahui skor

kemajuan individu setiap siswa dalam kelompok. Dari hasil skor kemajuan

individu tersebut, maka penghargaan kelompok atau rekognisi tim diberikan

pada kelompok B skor total 30 dengan kriteria sempurna. Maka kelompok B

berhak mendapatkan penghargaan berupa pujian, tepuk tangan, dan hadiah

berupa kado.

Prinsip-prinsip yang digunakan untuk meningkatkan motivasi sesuai

dengan tabel 1 adalah poin (a) pengenalan tugas-tugas belajar penting dalam

usaha mendorong siswa untuk mempelajari urutan-urutan belajar selanjutnya.

Saat pembelajaran, siswa dijelaskan terlebih dahulu tujuan belajar yang akan

dicapai dan tugas-tugas yang harus dikuasai. (b) motivasi menyangkut

keinginan untuk berprestasi dalam menguasai berbagai hal dan keinginan untuk

sukses. Penyusunan tujuan yang realistis sangat penting dalam hal ini. Setelah

siswa mengerti tentang tujuan belajar, disini siswa diberikan tes individu untuk

mengetahui kemampuannya sejauh mana proses pembelajaran. (c) penyusunan

dan pencapaian tujuan haruslah dengan memberikan tugas-tugas belajar yang

Page 22: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

16

pantas; perasaan sukses terhadap tugas-tugas belajar yang terakhir akan

meningkatkan motivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Dalam

hal ini siswa diberikan tugas kelompok maupun projek yang dikerjakan secara

kelompok. Maka dengan urutan pengerjaan yang tepat, siswa mampu untuk

memenuhi tujuan belajar yang telah dijelaskan saat awal pertemuan. (d)

mendapatkan informasi tentang pengerjaan tugas-tugas yang benar dan

pembetulan pengerjaan tugas-tugas yang salah, mendorong siswa untuk

melakukan penampilan yang lebih baik dan bersikap yang lebih bermanfaat

terhadap tugas-tugas belajar. Dalam proses pembelajarannya, kegiatan tanya

jawab setelah presentasi siswa bisa mendapatkan informasi untuk dirinya

sendiri dari temannya maupun guru. Kegiatan setelah mengkoreksi yaitu untuk

menanyakan soal mana yang masih belum jelas, disini siswa mendapatkan

penjelasan dari guru maupun dari temannya yang sudah bisa menjawab

pertanyaan tersebut dengan benar. Poin yang terakhir adalah poin (g) harapan

untuk mendapatkan penghargaan bagi tingkah laku atau prestasi tertentu

mendorong minat dan usaha untuk bertingkah laku dan berprestasi tertentu itu.

Tidak adanya penguatan sesudah adanya respon, cenderung mematikan respon

itu. Ketakutan menerima hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan

akan mematikan aktifitas. Dalam hal ini siswa diberi tahu skor kemajuan

individunya, dan diberikan penghargaan bagi kelompok yang skor kemajuan

individualnya paling tinggi. Dengan demikian siswa mengetahui akan

kemajuan hasil belajarnya baik di dalam kelompok maupun di luar kelompok.

Dari prinsip-prinsip motivasi di atas, maka dihasilkan bahwa tingkat motivasi

belajar siswa meningkat dari siklus 1 hingga siklus 2.

Sebelum masuk siklus satu, tindakan pra penelitian dilaksanakan untuk

memperoleh data awal sebagai acuan pembentukkan kelompok yang

heterogen. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara mengadakan kuis

dalam pra penelitian. Kuis dilaksanakan setelah guru menyelesaikan

pembelajarannya. Kuis yang diberikan berhubungan dengan materi yang akan

disampaikan pada pertemuan selanjutnya. Selain untuk memperoleh data awal

sebagai pembentukkan kelompok, dalam pra penelitian juga untuk memperoleh

data awal mengenai motivasi belajar siswa.

Hasil dalam pra penelitian adalah pembelajaran yang dilakukan masih

menggunakan metode ceramah. Saat pembelajaran guru hanya membaca

materi yang ada di buku pegangan guru (e-book) dan siswa mencatat apa yang

diucapkan oleh guru. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang mencatat dan

yang lainnya asik mengobrol dengan teman-temannya dan juga ada yang

mencatat tetapi tidak lengkap sehingga pembelajaran kurang dapat berjalan

dengan baik. Dari hasil pra tindakan, maka peneliti dan guru mata pelajaran

sepakat untuk melaksanakan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan

menggunakan kelas X TKJ 1 dengan menggunakan media pembelajaran

topologi jaringan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada

pokok bahasan topologi jaringan mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ

SMK Negeri 1 Tengaran.

Penelitian pada siklus 1 berlangsung dua kali pertemuan yaitu tanggal 15

dan 22 September 2015 sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Tahap

Page 23: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

17

pertama dari penelitian siklus 1 adalah perencanaan penelitian. Tahap

perencanaan berfungsi sebagai memperjelas langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam siklus 1. Peneliti berperan sebagai pengajar (guru) dan guru

sebagai observer yang tugasnya mengamati motivasi belajar dari hasil peneliti

mengajar. Tahap ini dilaksanakan juga untuk menyiapkan beberapa instrumen

penelitian yang dibutuhkan guna kelancaran penelitian. Instrumen yang

dipersiapkan oleh peneliti antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), lembar observasi motivasi siswa, soal kuis, tugas kelompok dan soal tes

individu.

Pada siklus satu pertemuan pertama hasil pengamatan guru terhadap

motivasi belajar siswa rata-rata sebesar 47,70% dengan kriteria Rendah.

Sedangkan pada pertemuan kedua berdasarkan lembar pengamatan guru

tentang motivasi belajar siswa sebesar 55,88 % dengan kriteria Sedang.

Pada siklus dua pertemuan pertama hasil pengamatan guru terhadap

motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebesar 65,35% dengan kriteria Sedang. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan

kedua berdasarkan lembar pengamatan guru sebesar 75,37% dengan kriteria

Tinggi.

Gambar 4 Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Motivasi Belajar siswa

Grafik di atas menunjukkan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa

dari pra siklus hingga siklus 2. Motivasi belajar siswa pada pra siklus sebesar

40,90% dengan kriteria Rendah, siklus 1 pertemuan 1 sebesar 47,70% dengan

kriteria Rendah, siklus 1 pertemuan 2 sebesar 55,88% dengan kriteria Sedang,

siklus 2 pertemuan 1 sebesar 65,35% dengan kriteria Sedang, dan pada siklus 2

pertemuan 2 sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi.

Sedangkan hasil dari siklus 1 pertemuan kedua kuesioner rata-rata

motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 adalah 55,44% dengan kriteria Sedang.

Sedangkanhasil dari siklus 2 pertemuan kedua berdasarkan kuesioner rata-rata

motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi.

0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%

Pra Siklus Siklus 1 Pertemuan

1

Siklus 1 Pertemuan

2

Siklus 2 Pertemuan

1

Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Motivasi Belajar

Siswa

Persentase Motivasi Belajar Siswa

Siklus 2 Pertemuan

2

Page 24: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

18

Gambar 5 Grafik Angket Motivasi Belajar siswa kelas X TKJ 1

Grafik di atas menunjukkan bahwa motivasi siswa meningkat dari siklus

1 hingga siklus 2. Berdasarkan grafik di atas, maka rumusan masalah pada bab

I telah terjawab, bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD, motivasi siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Tengaran meningkat

dalam mata pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan, ditunjukkan pada

grafik pengamatan guru dan angket tersebut.

Dalam STAD terdapat skor kemajuan individual dan rekognisi tim, yang

berarti penghargaan kelompok. Skor kemajuan individual diukur berdasarkan

hasil tes awal dan tes akhir pada tiap siklus. Sedangkan rekognisi tim didapat

dari skor kemajuan individual dalam kelompok tersebut.

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan

kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka

bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang

lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu [11].

Tabel 4. Rekognisi Tim

Kelompok B Siklus 1 Siklus 2 Skor Tim

Tes

Awal

Tes

Akhir

Tes

Awal

Tes

Akhir Peningkatan Skor

Ketua Kelompok 70 68 75 80 12 30

Anggota 1 60 60 70 88 28 30

Anggota 2 60 58 60 80 22 30

Anggota 3 35 52 35 78 26 30

Total Skor 30

Penghargaan Kelompok Sempurna

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata tingkat motivasi belajar

siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Tengaran dalam mata pelajaran jaringan

dasar materi topologi jaringan di atas 75%. Pada akhir siklus 2 diperoleh rata-

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

Siklus 1 Siklus 2

Grafik Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X TKJ 1

SMK Negeri 1 Tengaran

Page 25: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

19

rata motivasi belajar siswa menurut lembar pengamatan guru sebesar 75,37%

dengan kriteria Tinggi. Sedangkan tingkat motivasi belajar siswa diukur

menggunakan angket sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Sehingga dapat

disimpulkan berdasarkan data pada siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas ini telah

berhasil.

5. Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif tipe STAD berperan dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan persentase motivasi

belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus 1, hingga siklus 2. Dalam pra siklus

melalui lembar observasi (pengamatan) guru, didapat persentase motivasi

belajar siswa kelas X TKJ 1 sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah. Masuk

siklus 1 terdapat peningkatan terhadap motivasi belajar siswa yang di ukur

menggunakan lembar pengamatan guru sebesar 55,88% dengan kriteria Sedang

dan pada angket motivasi belajar sebesar 55,44% dengan kriteria Sedang. Pada

akhir siklus 2, didapat hasil motivasi belajar siswa melalui lembar pengamatan

guru sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi, dan dengan menggunakan angket

yang dikerjakan oleh siswa sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Apabila

dibandingkan motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 dari siklus 1 ke siklus 2

mengalami kenaikan sebesar 19,49%.

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatife tipe STAD menggunakan media pembelajaran dalam mata

pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan kelas X TKJ 1 SMK N 1

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

6. Daftar Pustaka

[1] Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

[2] Risdiawati, Yania. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri

1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/797/44/142. Diakses pada

tanggal 15 November 2015.

[3] Buana, Muhamad Fajar. 2012. Penerapan CTL Dengan Kooperatif NHT Pada

Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA

Muhammadiyah 1 Malang. 5

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/download/1102/723.

Diakses pada tanggal 15 November 201

[4] Angelin Puspita Lehurliana, Grace. 2013. Upaya Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

pada Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang Menyerah Dan Ulet

Kelas X-B Program Keahlian Akomodasi Perhotelan Semester II Tahun

Ajaran 2012/2013 di SMK Pelita Salatiga.

http://repository.uksw.edu/handle/123456789/3587. Diakses pada tanggal

11 Juli 2015.

Page 26: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10775/2/T1_702011121_Full... · belajar dengan dua arah, baik siswa dengan ... Motivasi

20

[5] Anatri Desstya. 2012. Pembelajaran Kimia Dengan Metode Teams Games

Tournaments (TGT) Menggunakan Media Animasi dan Kartu Ditinjau

Dari Kemampuan Memori Dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, vol 1,

No. 3,2012 (hal 177-182).

[7] A.M, Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Raja Gravindo Persada.

[8] Prayitno, Elida. 1989. MOTIVASI DALAM BELAJAR. Jakarta.

[9] A.M, Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Raja Gravindo Persada.

[10] E.S, Sharon, DKK. 2011. INSTRUCTIONAL TECHNOLOGY & MEDIA

FOR LEARNING. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar.

Jakarta: Kencana.

[11] E.S, Robert. 2005. COOPERATIVE LEARNING TEORI, RISET dan

PRAKTIK. Bandung: Nusa Media.

[12] Sharan, Shlomo. 2012. The Handbook of COOPERATIVE LEARNING.

Yogyakarta: Familia

[13] Rusman. 2012. BELAJAR dan PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

Mengembangkan Profesionalisme guru Abad 21. Bandung: Alfabeta

[14] Miarso, Yusufadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media.

[15] Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan

Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.

[16] Kusumah, Wijaya dan Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : PT Indeks.

[17]Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.

Bandung: Alfabeta.

[18] Sugiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. ALFABETA

[19] Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.


Related Documents