YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

KESAN MINAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN SISTEM

KOLOID MELALUI PENDEKATAN MODEL HUBUNGAN ANTARA

PENGETAHUAN DAN PENGAJARAN (CTL) DENGAN

METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

Mahmud*)

, Albinus Silalahi*)

, Faderina Komisia**)

, Marpongahtun***)

*)

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan **)

Alumni Prodi Magister Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan ***)

Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kesan penerapan pendekatan kontekstual

(CTL) dengan metode eksperimen pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat

berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) kesan penerapan pendekatan kontekstual

(CTL) dengan metode demonstrasi pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat

berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (3) pengaruh minat berwirausaha yang

dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan

metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa; (4) pengaruh minat berwirausaha yang

dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan

metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa; dan (5) perbedaan pengaruh minat

berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual

(CTL) menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan pengambilan sampel secara purposive.

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa

SMA kelas XI IPA semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa

SMA Santa Maria yang terdiri dari 2 kelompok yaitu kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2 yang

homogen berdasarkan hasil pretes. Instrumen penelitian terdiri dari: (1) tes hasil belajar (untuk

mengetahui hasil belajar siswa); dan (2) angket (untuk mengetahui minat berwirausaha siswa).

Teknik statistik yang digunakan adalah uji beda nyata untuk mengetahui tujuan item (1) dan (2),

uji analisis regresi linear untuk mengetahui tujuan item (3), (4) dan (5). Manakala, persyaratan

analisis digunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji

homogenitas. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan pada tingkat signifikansi 5 persen

disimpulkan bahwa: (1) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen

pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil

belajar siswa; (2) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode demonstrasi pada

pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil

belajar siswa; (3) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem

koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen terhadap hasil

belajar siswa; (4) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem

koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil

belajar siswa; dan (5) terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan

pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap

hasil belajar siswa.

Kata kunci: hasil belajar, sistem koloid, minat berwirausaha, kontekstual (CTL),

eksperimen, demontrasi.

Page 2: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

Pendahuluan

Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini, bangsa Indonesia menghadapi masalah

dalam menangani pendidikan berkualitas, pertambahan penduduk dan pengangguran terutama

pada pengangguran pemuda yang termasuk kategori usia produktif (16-30 tahun). Sejalan

dengan ini Badan Pusat Statistik pada Februari 2012 melaporkan jumlah pengangguran terbuka

dari setiap tamatan adalah SD ke bawah (3,69 persen), SMP (7,80 persen), SMA (10,34 persen),

SMK (9,51 persen), Diploma I/II/III (7,50 persen), dan Universitas (6,96 persen). Kenyataan ini

menunjukan bahwa lulusan SMA menjadi kelompok terbesar sebagai penganggur. Pembiaran

pada kenyataan ini umumnya dapat menimbulkan masalah sosial seperti narkoba, kriminalitas,

pergaulan bebas, premanisme, penjualan manusia, dan lain sebagainya, dan kondisi ini akan

mengganggu pembangunan di segala bidang dan stabilitas nasional. Oleh kerana itu, perlu

penangan serius dari pemerintah untuk mempekerjakan atau menciptakan pekerjaan yang layak

dan produtif memalui pendidikan kewirausahaan. Bidang wirausaha mempunyai kebebasan

berkarya untuk mandiri sehingga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat

membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Pengangguran tidak hanya disebabkan

terbatasnya kesempatan kerja, tetapi juga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi

persyaratan/kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha sehingga seorang pencari kerja perlu

berbekal pengetahuan, keterampilan dan sikap wirausaha. Seorang wirausaha harus mempunyai

beberapa ciri-ciri percaya diri, berorientasi ke masa depan dan kreatif (Alma, 2006). Minat

wirausaha merupakan gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap

wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain

(Santoso, 1993). Minat wirausaha seseorang pada dasarnya merupakan suatu kehendak atau

keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan sebagai wirausaha yang

diukur melalui sikap motivasi untuk berprestasi, berbekal keterampilan untuk berwirausaha,

bermental dan berjiwa kewirausahaan.

Peningkatan pendidikan yang berkualitas berdampak pada peningkatan bidang lain

diantaranya pada mutu pendidikan, kesiapan tenaga kerja terlatih dan terdidik, fasilitas bekerja

dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pada masyarakat berkembang, pendidikan diposisikan

sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang

tersedia. Tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah

mendapatkan lapangan kerja yang diharapkan atau lulusan yang dapat bekerja di sektor formal

yang memiliki nilai gengsi atau nilai yang lebih tinggi dibanding sektor informal (Trihantoyo,

2007). Untuk memenuhi hal ini, pemerintah Indonesia mempunyai program dalam sarana

Page 3: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

pendidikan, yaitu 70 persen SMK dan 30 persen SMA (Trihantoyo, 2007). Hal ini dipicu data di

lapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA, karena pada dasarnya

SMA diprogramkan untuk siswa yang melanjutkan ke tingkat universitas sehingga pembekalan

skill siswa SMA masih minim, manakala siswa SMK dituntut untuk menguasai skill serta

diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus SMK. Melihat kondisi di

atas, maka pendidikan IPA khususnya pembelajaran kimia pada saat ini diharapkan dapat

memberi bekal bagi siswa SMA baik untuk melanjutkan pendidikan atau tidak melanjutkan.

Mata pelajaran kimia sebagai salah satu cabang sains mempunyai dua hal yang tidak

terpisahkan yaitu, (1) kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep,

prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan, dan (2) kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Hal ini

menunjukkan bahwa siswa membutuhkan keterampilan proses sains baik dalam penyelidikan

ilmiah maupun dalam proses pembelajaran sains (Gabel, 1999). Kimia sebagai proses dan

produk harus mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatakan

kecerdasan dan prestasi belajar siswa. Proses belajar kimia dapat dikaitkan langsung dengan

berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia (siswa) agar memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah (Conpolat, 2003).

Salah satu konsep kimia yang diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia

adalah sistem koloid, dan tanpa disadari telah digunakan dengan menguntungkan atau merugikan

manusia dan lingkungan. Usaha pengawasan untuk penggunaan sistem koloid dalam kehidupan

diperlukan pengetahuan mengenai jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid dan dampaknya pada

manusia dan lingkungan. Bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas dalam kehidupan

seharian sebagai penerapan sistem koloid seperti susu, mentega, kosmetik, plastik, obat-obatan,

pupuk, pestisida, cat, semen, hair spray, ban, karet, bahan bakar dan jenis-jenis makanan.

Manakala, penanfaatan bahan kimia akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah

penduduk dan keinginan manusia akan bahan-bahan baru. Sistem koloid diajarkan pada siswa

kelas XI SMA semester genap, dengan standar kompetensi bahwa siswa mampu menjelaskan

sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemerhatian yang

mendalam dari siswa pada keanekaragaman produk-produk kimia yang dihasilkan melalui mata

pelajaran kimia koloid dan manfaatnya diharapkan dapat menumbuhkan semangat atau minat

berwirausaha siswa.

Beberapa peneliti (Wiseman, 1981; Nakhleh, 1992; Carter, 1989; Kirkwood, dan

Symington, 1996; dalam Rusmansyah, 2001), mengemukakan bahwa banyak siswa yang dapat

dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami

konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Karena banyaknya konsep kimia bersifat abstrak yang

harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas sehingga menjadikan ilmu kimia merupakan

Page 4: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

salah satu pelajaran tersulit bagi siswa saat ini, akibatnya banyak siswa SMU yang gagal dalam

belajar kimia (Rumansyah, 2001). Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia berbeda

dengan konsep ilmu-ilmu lain, sehingga cara mempelajari kimia tidak sama, tetapi guru harus

menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran kimia sangat dibutuhkan

suatu kegiatan yang melibatkan siswa aktif, mampu berpikir kritis dan kreatif dalam

memecahkan suatu masalah sehingga dengan metode ceramah guru perlu menggunakan media

pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar di kelas dan berpusat pada buku (teks

book), dan dilanjutkan dengan pemberian tugas atau latihan.

Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, pembelajaran sains yang dihubungkan

dengan kehidupan seharian belum banyak digunakan. Untuk itu dibutuhkan suatu pembelajaran

yang sesuai dengan nafas kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat mengatasi masalah tersebut dan melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran sistem koloid adalah pembelajaran melalui pendekatan model

Hubungan Antara Konteks Pengetahuan dan Pengajaran (contextual teaching and learning,

CTL) (Smith, 2006). Pembelajaran CTL muncul dengan tujuan agar konsep-konsep kimia yang

dipelajari menjadi lebih nyata dan akrab dengan kehidupan seharian siswa. Pembelajaran model

CTL diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelajaran

kimia. Pendekatan kontekstual adalah ‘mukanya’ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau

Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), artinya kontekstual merupakan salah satu

pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK atau

KTSP (Sanjaya, 2005). Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), guru bertugas

untuk membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan

strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa), dan sesuatu yang

baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata

guru’ (Mariana, 2011).

Pembelajaran model kontekstual (CTL) dapat diterapkan dengan metode eksperimen dan

metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan

dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang

dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh

guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan

(Kilinc (2002). Manakala, metode eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu

pertanyaan atau hipotesis tertentu yang dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar

Page 5: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

laboratorium (Kilinc, 2002). Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan

agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.

Melalui pembelajaran dengan pendekatan model kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen

dan demonstrasi dalam pembelajaran materi sistem koloid, materi ini diajarkan akan dikaitkan

dengan objek nyata sehingga selain dididik siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu

bahan menjadi produk yang berguna dan bernilai ekonomi, juga dalam proses belajar

menumbuhkan semangat siswa untuk berwirausaha diantaranya kreatif, inovatif, berwawasan

luas, mandiri dan pantang menyerah, dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan

menyenangkan.

Metode

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen, dan populasi penelitian ini adalah seluruh

siswa SMA kelas XI IPA, semester genap tahun ajaran 2011/2012, dan sampel penelitian

diupayakan homogen terdiri dari dua kelompok siswa kelas XI/1 IPA (36 orang) dan siswa kelas

XI/2 IPA (36 orang) SMA Santa Maria Medan, dan penelitian dilakukan pada bulan Maret

hingga April 2012. Kerangka penelitian dilakukan dengan mengikut langkah yang ditunjukkan

pada Tabel 1. Sampel yang diambil telah dipilih secara purposive yang dilakukan secara claster

random sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes hasil belajar berupa item

objektif tes dan item tes uraian dalam bentuk esai, dan instrument non-tes berupa angket minat

berwirausaha siswa dalam pembelajaran sistem koloid. Tes objektif disusun dalam bentuk soal

pilihan berganda dengan lima item, dan tes uraian dalam bentuk esai. Seluruh butir tes hasil

belajar dirancang hingga mencakup wawasan kognitif menurut Bloom yaitu aspek pengetahuan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5). Teknik pemberian skor

masing-masing item test tersebut dilakukan secara dikotomi, yaitu untuk soal pilihan berganda,

jawaban salah diberi skor 0 (nol) dan jawaban benar diberi 1 skor (satu). Begitu pula untuk soal

bentuk uraian, setiap jawaban diberi skor yang berbeda-beda. Untuk analisis dilakukan

pemberian skor dalam rentang 0- 100. Instrumen tes objektif dan uraian lebih dahulu divalidasi

oleh validator ahli. Kemudian tes hasil belajar terlebih dahulu divalidasikan dengan melihat uji

validitas butir tes, uji reabilitas, uji daya beda, dan uji tingkat kesukaran butir tes. Manakala,

instrument angket minat berwirausaha siswa dikembangkan berdasarkan indikator-indikator

minat belajar pada bagian kerangka teoritis, dengan kisi-kisi instrumen seperti pada Tabel 2

(Koplak, 2009).

Tabel 1: Kerangka Pelaksanaan Penelitian.

Page 6: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

Kelompok Sampel

Angket Pre-Pembelajaran

Angket Pasca-Pembelajaran

MinatBerwirausaha Pretes

MinatBerwirausaha Postes

Eksperimen 1Pembelajaran denganPendekatan CTL + metode eksperimen

A1.1 T1.1 A1.2 T1.2

Eksperimen 2Pembelajaran denganPendekatan CTL + metode demontrasi

A2.1 T2.1 A2.2 T2.2

Tabel 2: Kisi-kisi Instrumen Angket Minat Berwirausaha Siswa (Koplak, 2009).

No. Indikator Σ Butir Angket

1 Harapan untuk berhasil dalam

berwirausaha 4

2 Berusaha mencari ide- ide baru untuk

mengembangkan wirausaha 8

3 Usaha Keras dalam membangun

perencanaan wirausaha 5

4 Melihat peluang berwirausaha3

Total 20

Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengambilan data adalah mempersiapkan

instrument tes hasil belajar dan instrument kuesioner minat berwirausaha siswa, menentukan

sampel, merpersiapkan media pembelajaran yang ditentukan, mempersiapkan RPP untuk kedua

kelas masing-masing kelas menggunakan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan

metode demontrasi, sebelum pembelajaran melaksanakan pretes dan angket minat berwirausaha

siswa, melaksanakan pembelajaran sesuai disain pada kelas kedua kelas, melaksanakan postes

dan pengambilan angket minat berwirausaha siswa. Data peneltian berupa kumpulan nilai hasil

belajar dalam lembar jawaban siswa berupa jawaban pretes dan postes, dan lembar isian angket

minat berwirausaha siswa. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah Uji normalitas

dengan menggunakan Uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui kenormalan populasi setiap variabel.

Untuk mengetahui bahwa data berasal dari populasi yang homogen (bervarians sama) digunakan

uji homogenitas varians (uji kesamaan) F dua varians). Untuk menguji hipotesis digunakan uji t

dua pihak. Untuk mengetahui persentase peningkatan hasil belajar digunakan Gains

ternormalisasi menurut Meltzer, 2002. Secara singkat semua langkah yang dilakukan dalam

penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 7: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

KELAS EKSPRIMEN 1Pembelajaran Sistem Koloid Dengan Pendekatan

CTL Menggunakan Metode Praktikum

KELAS EKSPRIMEN 2Pembelajaran Sistem Koloid Dengan Pendekatan

CTL Menggunakan Metode Demontrasi

POPULASI

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

PRETES DAN ANGKET

SAMPEL

POSTES DAN ANGKET

Gambar 1. Cartaalir desains pelaksanaan penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan proses pelaksanaan penelitian yang dilakukan (Gambar 1), maka dapat

dipaparkan beberapa hasil, analisis dan pembahasan yang berkaitan dengan langkah-langkah

dalam penelitian ini.

1. Analisis Instrumen

Dari hasil analisis kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi

persyaratan dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Hal ini diperoleh dari hasil uji

validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Uji validitas pada tingkat kepercayaan

diperoleh rhitung > rtabel, di mana 23 butir soal dari 25 butir soal yang disediakan memenuhi dan

dinyatakan valid. Reabilitas tes dihitung menggunakan rumus yang baku dan diperoleh rhitung >

rtabel, ini menunjukkan bahwa soal yang valid sudah reabel. Analisis tingkat kesukaran dan daya

pembeda menunjukkan bahwa soal yang dipersiapkan sudah memenuhi dan dapat digunakan

sebagai instrumen.

2. Analisis Data Penelitian

Pada bahagian ini data penelitian yang dianalisis meliputi data minat berwirausaha siswa

yang diukur dengan menggunakan angket, dan data pretes dan postes hasil belajar sistem koloid

dari siswa dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen (kelas

eksperimen 1) dan metode demonstrasi (kelas eksperimen 2). Analisis data pretes dan postes

Page 8: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

hasil belajar siswa, dan minat berwirausaha siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

ditunjukkan (Tabel 3 untuk kelas eksperimen 1 dan Tabel 4 untuk kelas eksperimen 2).

Tabel 3: Analisis Data Pretest dan Postes sert Minat Berwirausaha Siswa Kelas Eksperimen 1.

Kenyataan Kelas Eksperimen 1 N Min. Maks. Jumlah Rerata Standar Dev.

Hasil Belajar

Pretes 36 5 40 940 26,11 11,55

Postes 36 55 90 2685 74,53 9,37

Gain (persen) 36 36 100 2704 75,11 10,25

Minat Berwirausaha

Sebelum Perlakuan 36 25 50 1335 37,08 1,113

Setelah Perlakuan 36 75 100 3231 89,76 8,34

Gain Minat Berwirausaha (persen) 36 50 100 2987 82,98 7,35

Tabel 4: Analisis Data Pretest dan Postes sert Minat Berwirausaha Siswa Kelas Eksperimen 2.

Kenyataan Kelas Eksperimen 2 N Min. Maks. Jumlah Rerata Standar Dev.

Hasil Belajar

Pretes 36 5 35 737 20,47 8,07

Postes 36 31 63 1679 46,64 5,91

Gain (persen) 36 15 100 2156 59,91 5,47

Minat Berwirausaha

Sebelum Perlakuan 36 25 37,50 1142 27,47 3,53

Setelah Perlakuan 36 31,25 66,25 1691 46,11 9,44

Gain Minat Berwirausaha (persen) 36 9,52 90,91 1448 40,25 4,54

Berdasarkan data dalam Tabel 3 (kelas eksperimen 1) diperoleh rereta nilai pretes siswa

26,11, rerata nilai postes 74,53, dan rerata hasil belajar siswa (gain) sebesar 75,11 persen.

Manakala hasil angket minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 1, rerata sebelum perlakuan,

rerata setelah perlakuan dan gain minat berwirausaha masing-masing adalah 37,08; 89,76 dan

82,98 persen. Hasil yang ditunjukkan dalam Tabel 4 (kelas eksperimen 2) diperoleh rereta nilai

pretes siswa 20,47, rerata nilai postes 46,64, dan rerata hasil belajar siswa (gain) sebesar 59,91

persen.Sementara itu, hasil angket minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 2, rerata sebelum

perlakuan, rerata setelah perlakuan dan gain minat berwirausaha masing-masing adalah 27,47;

46,11 dan 40,25 persen.

3. Uji Persyaratan Analisis Data

Pengujian persyaratan data sebagai syarat untuk pengujian statistik infrensial telah

dilakukan, terdiri dari uji normalitas data (uji Kolmogorov Smirnov) diuji dengan program SPSS

17.00 pada tingkat signifikansi 0,05 dan uji homogenitas varians data (uji Lavene) diuji dengan

program SPSS 17.00 pada tingkat signifikansi 0,05.

Page 9: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

3.1. Uji Normalitas Data

a. Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Sampel

Hasil uji normalitas data pretes kelompok sampel menggunakan uji Kolmogorov-

Sminornov ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Sampel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

N 36 36

Parameter Normal a,b

Rerata 26,11 20,47

Standar Deviasi 11,55 8,07

Perbedaan Sangat Nyata Mutlak 0,17 0,17

Positif 0,13 0,11

Negatif -0,17 -0,17

Kolmogorov-Smirnov Z 1,02 1,03

Asimtot Signifikansi (2-tailed) 0,25 0,24

Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa asimtot signifikansi (2-tailed) untuk

pretes siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode

eksperimen) adalah 0,25, dan asimtot signifikansi (2-tailed) untuk pretes siswa kelas eksperimen

2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi) adalah 0,24; ternyata hasil

pretes kedua asimtot signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka diketahui bahwa populasi pretes siswa

kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Data Postes Kelompok Sampel

Hasil uji normalitas data pretes kelompok sampel menggunakan uji Kolmogorov-

Sminornov ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Normalitas Data Postes Belajar Kelompok Sampel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

N 36 36

Parameter Normal a,b

Rerata 74,53 46,64

Standar Deviasi 9,37 5,91

Perbedaan Sangat Nyata Mutlak 0,19 0,17

Positif 0,11 0,16

Negatif -0,19 -0,17

Kolmogorov-Smirnov Z 1,12 1,03

Asimtot Signifikansi (2-tailed) 0,16 0,24

Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa asimtot signifikansi (2-tailed) untuk

postes siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode

eksperimen) adalah 0,16, dan asimtot signifikansi (2-tailed) untuk postes siswa kelas eksperimen

2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi) adalah 0,24; ternyata hasil

Page 10: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

postes kedua asimtot signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka diketahui bahwa populasi postes siswa

kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Data Minat Berwirausahas Kelompok Sampel

Hasil uji normalitas data minat berwirausaha kelompok sampel menggunakan uji

Kolmogorov-Sminornov ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji Normalitas Minat Berwirausaha Kelompok Sampel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

N 36 36

Parameter Normal a,b

Rerata 89,76 46,11

Standar Deviasi 8,34 9,44

Perbedaan Sangat Nyata Mutlak 0,22 0,18

Positif 0,22 0,18

Negatif -0,20 -0,16

Kolmogorov-Smirnov Z 1,31 1,08

Asimtot Signifikansi (2-tailed) 0,07 0,19

Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa asimtot signifikansi (2-tailed) untuk

minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan

metode eksperimen) adalah 0,07, dan asimtot signifikansi (2-tailed) untuk minat berwirausaha

siswa kelas eksperimen 2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi)

adalah 0,19; ternyata hasil minat berwirausaha kedua asimtot signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka

diketahui bahwa populasi postes siswa kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2

berdistribusi normal.

3.2. Uji Homogenitas Data

Hasil uji homogenitas dari data pretes siswa untuk kelompok sampel menggunakan uji

Levene pada tingkat signifikansi 0,05 ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Kelompok Sampel

Tes Homogenitas dari Variansi

Levene

Statistik

df1 df2 Signifikansi

Pretes Siswa

Kelompok Sampel

Rerata Dasar 1,28 5 27 0,20

Menengah Dasar 0,71 5 27 0,30

Median Dasar dengan df yang

sesuai

0,71 5 27 0,30

Dasar pemotong Menengah 1,15 5 27 0,29

Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk pretes siswa

kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen) dan

Page 11: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

signifikansi untuk pretes siswa kelas eksperimen 2 (diajar dengan pendekatan CTL

menggunakan metode demontrasi) adalag 0,20 > 0,05 yang berarti bahwa data pretest kedua

sampel berasal dari populasi yang homogeny.

4. Pengujian Hasil Penelitian

Untuk menguji data hasil penelitian digunakan uji beda nyata dan analisis regresi linear.

Uji beda nyata digunakan untuk mengetahui kesan pembangkitan minat berwirausaha siswa dan

meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen

dan metode demonstrasi. Manakala, uji analisis regresi linear digunakan untuk mengetahui

tingkat pengaruh minat berwirausaha siswa terhadap hasil belajar siswa melalui penerapan

pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi.

4.1. Kesan pembangkitan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa

melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen.

Berdasarkan hasil uji beda nyata minat berwirausaha siswa diperoleh nilai thitung adalah

23,90; dan nilai hasil belajar siswa diperoleh thitung adalah 20,88; manakala nilai ttabel pada α =

0,05 adalah 2,04, sehingga thitung > ttabel. Kenyataan ini menunjukkan bahwa melalui penerapan

pendekatan CTL dengan metode eksperimen dapat membangkitkan minat berwirausaha dan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4.2. Kesan pembangkitan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa

melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode demontrasi.

Berdasarkan hasil uji beda nyata minat berwirausaha siswa diperoleh nilai thitung adalah

5,31; dan nilai hasil belajar siswa diperoleh thitung adalah 17,60; manakala nilai ttabel pada α = 0,05

adalah 2,04, sehingga thitung > ttabel. Kenyataan ini menunjukkan bahwa melalui penerapan

pendekatan CTL dengan metode demontrasi dapat membangkitkan minat berwirausaha dan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan demonstrasi merupakan konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Sanjaya, 2006), sehingga

dapat menimbulkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa.

4.3. Kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan pendekatan CTL

dengan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa.

Page 12: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

Berdasarkan hasil uji analisis regresi liniar dengan α = 0,05 diperoleh harga R atau

koefisien regresi (β) sebesar 0,71 dan nilai Rsquare/ R2

sebesar 0,51. Berdasarkan hasil ini (β ≠ 0)

menunjukkan bahwa terdapat kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan

pendekatan kontekstual menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa. Dari

hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,51 yang berarti kontribusi minat berwirausaha

terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode

eksperimen sebesar 51 persen. Hal ini berarti sebesar 51 persen dari hasil belajar siswa dapat

dijelaskan oleh variabel minat berwirausaha, manakala 49 persen dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini dan akan diteliti oleh peneliti lain.

4.4. Kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan pendekatan CTL

dengan metode demontrasi terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil uji analisis regresi liniar dengan α = 0,05 diperoleh harga R atau

koefisien regresi (β) sebesar 0,46 dan nilai Rsquare/ R2

sebesar 0,21. Berdasarkan hasil ini (β ≠ 0)

menunjukkan bahwa terdapat kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan

pendekatan kontekstual menggunakan metode demontrasi terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai R2 sebesar 0,21 yang berarti kontribusi minat

berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan

metode demonstrasi sebesar 21 persen. Hal ini berarti sebesar 21 persen dari hasil belajar siswa

dapat dijelaskan oleh variabel minat berwirausaha sedangkan sisanya sebesar 79 persen

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, dan akan diteliti oleh peneliti

lain.

4.5. Perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem

koloid dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran

dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa.

Untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan

pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran

dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa dapat

dilihat dari perbedaan nilai koefisien regresi (β) dan koefisien determinasi.

Dari hasil perhitungan nilai koefisien regresi pertama (β1) dari kelas yang diajar dengan

pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen sebesar 0,713 dan nilai koefisien regresi

kedua (β2) dari kelas yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi

Page 13: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

sebesar 0,455. Ditunjukkan bahwa nilai β1 > β2, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh minat

berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode

eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi

terhadap hasil belajar siswa. Nilai R2 pada kelas eksperimen I sebesar 0,51 yang berarti

kontribusi minat berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan CTL

menggunakan metode eksperimen sebesar 51 persen, sedangkan nilai R2 pada kelas eksperimen

2 sebesar 0,21 yang berarti kontribusi minat berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang

diajar menggunakan CTL dengan metode demonstrasi sebesar 21 persen.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dapat membangkitkan minat

berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05.

2. Penerapan pendekatan CTL dengan metode demonstrasi dapat membangkitkan minat

berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05.

3. Terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan

pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada tingkat

signifikansi 0,05..

4. Terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan

pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada tingkat

signifikansi 0,05.

5. Terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan

pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan

CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi

0,05.

Daftar Pustaka

Alma, B., (2004), Wirausahaan. Bandung, Alfabeta,

Arikunto, S., (1999), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,

BPS (2012). Keadaan Ketenaga Kerjaan Pebruari 2012, Berita Resmi Statistik, No. 33/05/Th.

XV, 1 - 5.

Budiningsih (2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,

Conpolat, N., (2003). Student’s Understanding Of Chemistry Concepts. Journal Of Chemical

Education, 80 (11), 1328 - 1331.

Page 14: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

Dahar, R. W., (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas

Gabel, D., (1999), Improving Teaching and Learning through Chemistry Education Research: a

Look to the Future. Bloomington Journal of Chemical Education. 24 (2), 124-132.

Gagne, R. M., (1977). The Condition Of Learning (3rd

Ed ). New York: Hall Rinehart and

Winston.

Gulo, W., (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Herdani, Y., (2010). Diakses dari http://www.dikti.go.id. pada tanggal 15 Januari 2012.

Kilinc, A., (2002), The Opinions Of Turkish Highschool Pupils On Inquiry Based Laboratory

Activities, NewYork. Journal of Chemical Education, 79 (9), 1028 - 1036.

Koplak, U., (2009). Tujuan Praktik Kerja Industri. Artikel. Diakses dari http://uya-koplak.

blogspot.com/2009/12/tujuan-praktik-kerja-industri.html pada tanggal 15 Januari 2012.

Mariana, W., (2011). Pengaruh Contextual Teaching And Learning Approach dan Minat

Berwirausaha terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia di SMA pada Pokok

Bahasan Sistem Koloid. Tesis. Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. Medan.

Murdoch, K., (2005). Inquiry Learning – Journeys Through the Thinking Processes, Seastar

Education, Melbourne.

Noventi, V., (2009). Pengaruh Kreativitas dalam Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas XI pada Pokok Bahasan Koloid. Tesis. Pascasarjana. Universitas

Negeri Medan. Medan

William, R., (1992). Essentials Of Chemistry. Chemistry Department, California Polytechnic

State University: California.

Riznayani, N., (2009), Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Media Komputer dan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa.

Tesis. Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan. Medan.

Rumansyah, I., (2001). Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon

melalui Strategi Peta Konsep (Concept mapping), 2 Februari 2012,

http://www.depdiknas.go.id /jurnal/42/Rumansyah. Htm

Poedjiaji, A., (2005). Sains Tehnologi Masyarakat Model Pembelajaran Bermuatan Nilai.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Santoso, (1993). Lingkungan Tempat Tinggal Menentukan Minat Berwirausaha. Skripsi, FKIP

Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.

Slameto., (1998). Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Penerbit Bina Aksara,

Page 15: UNIMED Article 23777 Mahmud Unimed

Smith, B. P., (2006). Contextual Teaching And Learning Practices In The Family And Consumer

Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, 24 (1), 156-

164.

Sudjana, N., (1996). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sumarsono, S., (2010). Kewirausahaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Trihantoyo, (2001). Program dalam Dunia Pendidikan, 5 Februari 2012,

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/30/Trihantoyo. htm.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2009). Pengantar Statistika. PT Bumi Aksara:

Jakarta .

Wahid, A., (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Wahyuningsih, A., (2009). Panduan Kewirausahaan. Esia Media, Bogor.

Winkel, W. S., (1991). Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta.


Related Documents