YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: tugas psikologi ABK

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.

Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.

Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persepsi

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.

Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan) (Sarwono).

Page 2: tugas psikologi ABK

Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Sedangkan Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard  mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera.

Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi

Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.

Sehingga dapat disimpulkan.

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.Proses kognisi dimulai dari persepsi.

B. Bentuk – bentuk Persepsi

1. Persepsi visual

Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.

2. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

3. Persepsi perabaan

Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

4. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

Page 3: tugas psikologi ABK

5. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

1. C. Ciri-ciri umum dunia persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :

1. Modalitas :  rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera, yaitu sifat sensori dasar  masing-masing.

2. Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).3. Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua

muda, dan lain-lain.4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia

pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.

5.  Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada dalam diri kita.

D. Dimensi Penginderaan

Bentangan sifat-sifat penerimaan rangsangan yang dapat kita paparkan seperti kuat-lemah, lama-sebentar, kasar-halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.

Ada empat dimensi penginderaan:

- Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu.

- Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dll.

- Lamanya: penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.

- Kualitas: kemampuan kita membedakan kualitas rangsang misalnya nada atau warna.

E. Ambang Penginderaan

Intensitas suatu rangsang tertentu agar dapat disadari disebut ambang penginderaan. Ambang penginderaan terdiri dari:

- Ambang perangsang absolut: intensitas rangsang terkecil yang masih dapat menimbulkan penginderaan;

Page 4: tugas psikologi ABK

- Ambang perbedaan: perbedaan intensitas rangsang terkecil yang dapat dibedakan oleh alat indera;

-  Tinggi rangsang: pertambahan intensitas rangsang akan diikuti oleh pertambahan intensitas penginderaan sampai mencapai maksimum yakni di mana intensitas rangsang tidak dapat dibedakan lagi;

- Penyesuaian sensoris: bisa terjadi karena berkurangnya kepekaan indera (negatif), bertambahnya kepekaan indera (positif), dan karena pergeseran titik sentral.

F. Alat-alat Indera

Alat-alat indera meliputi higher senses (mata dan telinga) dan lower senses (lidah, hidung dan permukaan kulit). Alat-alat itu dapat kita sebutkan berikut ini:

a. Penglihatan: yakni mata, peka terhadap cahaya sehingga kita dapat membedakan terang dan gelap, hitam dan putih, warna.

b. Pendengaran: yakni telinga, peka terhadap getaran yang menghasilkan bunyi.

c. Penciuman: hidung yang peka terhadap bau

d. Pengecapan: lidah yang peka terhadap rasa (manis, asin, asam, pahit = empat macam rasa yang dapat diterima). Rasa lain merupakan gabungan dari rasa-rasa itu.

e. Peraba: tidak terbatas pada permukaan kulit saja, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan. Berat, gerak (sistem vestibular) dan kualitas permukaan di sekitar kita, letak anggota badan dan tegangan otot (sistem raba).

Pengamatan Dunia Nyata

Untuk kita ketahui, persepsi bersifat subjektif karena bukan sekadar penginderaan. Persepsi selalu terjadi dalam konteks tertentu.

Ada beberapa prinsip umum yang mengatur pengamatan kita terhadap dunia nyata:

- Konstatansi: bersifat psikologis karena arti dari suatu objek atau gejala bagi kita bersifat tetap.

Ada tiga macam konstatansi, yakni:

· konstatansi tempat atau lokasi

· konstatansi warna

· konstatansi bentuk dan ukuran

Page 5: tugas psikologi ABK

- Figur dan Latar Belakang: keberadaan suatu objek pengamatan menggejala sebagai suatu figur yang menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik karena sifatnya memang menonjol di antara objek-objek lain maupun karena si pengamat sengaja memusatkan perhatiannya pada objek tertentu.

Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas Gestalt:

·  Hukum kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati sebagai suatu kesatuan.

· Hukum kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama.

· Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai sempurna.

· Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama dan berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.

· Hukum gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan.

- Persepsi Kedalaman (depth perception): kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang.

Ada beberapa patokan yang digunakan manusia dalam persepsi kedalaman yaitu:

·    Perspektif atmosferik: semakin jauh objek, semakin kabur.

· Perspektif linier: semakin jauh, garis-garis akan makin menyatu menjadi satu titik (konvergensi).

· Kualitas permukaan (texture gradient), berkurangnya ketajaman kualitas texture karena jarak makin jauh.

· Posisi relatif: objek yang jauh akan ditutupi atau kualitasnya menurun karena bayangan objek-objek yang lebih dekat.

· Sinar dan bayangan: bagian permukaan yang lebih jauh dari sumber cahaya akan lebih gelap dibanding yang lebih dekat.

· Patokan yang sudah dikenal: benda-benda yang sudah kita kenal ukurannya akan lebih kecil di kejauhan.

- Persepsi Gerak: pengamatan terhadap sesuatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokan tidak jelas, maka kita akan memperoleh informasi gerakan semu.

Page 6: tugas psikologi ABK

Ada dua macam gerakan semu:

· Efek otokinetik, bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita, cahaya itu akan nampak bergerak.

· Gerakan stroboskopik: terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir bersamaan.

- Ilusi: kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta objektif yang disajikan oleh alat-alat indera kita.

· Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya terletak di belakang cermin)

· Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.

· Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang mirip dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.

· Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.

G.   Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi.

Perhatian yang selektif: pemusatan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja.

Ciri-ciri rangsang: rangsang yang bergerak di antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian.

Nilai-nilai dan kebutuhan individu: seorang seniman mempunyai pengamatan yang berbeda dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati objek tertentu.

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

1. H. Persepsi Bukan Cermin Realitas

Persepsi merupakan salah satu cara kerja (Proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab persepsi bukan merupakan cermin realitas. Hal tersebut dikarenakan atau dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :

1. Indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek yang ada dalam lingkungan.

Page 7: tugas psikologi ABK

2. Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan – rangsangan yang pada kenyataannya tidak ada.

3. Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.

4. I. Hakikat  Persepsi

Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa yang telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan tak akan memperoleh makna darri apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali.

Kesadaran juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat kita merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus- menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan yang lainnya dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses informasi juga mempunyai peran dala persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi kognisi kita, memberika bentuk secara tidak langsung seorang mempersepsi dunianya.

Tanggapan (Bayangan)

A. Tanggapan (bayangan)

Istilah bayangan sering disebut juga dengan istilah tanggapan. Dalam persepsi telah

dikemukakan bahwa dengan perantara alat indera, orang dapat menyadari tentang hal-hal atau

keadaan-keadaan yang ada di sekitarnya. Pada proses persepsi setiap stimulus yang datang akan

membentuk gambaran dalam jiwa manusia yang tidak langsung hilang setelah pengamatan

selesai dilakukan, namun disimpan dalam jiwa individu yang nantinya akan dapat dibayangkan

dan ditanggapi kembali. Jadi proses membayangkan atau menanggapi suatu stimulus terjadi

setelah proses pengamatan selesai dan tinggal kesan-kesannya saja. Fungsi inilah yang dalam

psikologi disebut sebagai fungsi tanggapan yang didefinisikan sebagai gambaran ingatan dalam

jiwa manusia yang terjadi setelah objek yang diamati sudah tidak berada lagi dalam ruang dan

waktu pengamatan.

Page 8: tugas psikologi ABK

Pada persepsi terjadi gambaran sementara dalam tanggapan juga terjadi gambaran,

namun antara persepsi dengan tanggapan memiliki beberapa perbedaan yaitu :

a.    Pada persepsi objek diamati terlihat jelas, lebih terang, detail dan sempurna sedangakan pada

tanggapan objek yang diamati terlihat kabur dan tidak detail. Karena dalam tanggapan tidak

dibutuhkan adanya objek lagi, sehingga pada umumnya gambarnya kurang jelas.

b.    Persepsi terikat oleh tempat dan waktu, sedang tanggapan tidak terikat oleh tempat dan waktu.

Orang tidak dapat mempersepsi terlepas dari tempat dan waktu, sebab waktu dan tempat

mengikat objek yang dipersepsi, lain halnya dengan tanggapan. Sedangkan pada tanggapan,

orang dapat terlepas pada waktu dan tempat, ini berarti bahwa manusia dapat menanggap atau

membayangkan setiap waktu dan setiap tempat. Tanpa adanya oblek, orang dapat menanggap

atau membayangkan apa yang ingin di bayangkan.

c.    Persepsi memerlukan stimulus sedangkan tanggapan tidak memerlukan stimulus.

d.    Persepsi bersifat sensoris sedangkan tanggapan bersifat imaginer.

B. Bayangan pengiring dan bayangan eidetis

Gejala yang terletak antara persepsi dan tanggapan adalah “bayangan pengiring”

(afterimage) dan bayangan eidetis” .

Bayangan pengiring (afterimage) tidak memiliki tempat yang pasti dalam medan

penglihatan sebab berpindah-pindah menurut gerakan mata. Umumnya bayangan pengiring

hanya berjalan sebentar saja. Bayangan pengiring timbul mengiringi proses persepsi setelah

persepsi itu berakhir. Hal ini dapat digambarkan misalnya jika orang mematikan kipas angin,

ternyata begitu kenop diputar, kipas angin tidak begitu langsung berhenti, tetapi masih ada gerak

yang mengiringinya sebelum berhenti sama sekali.

Page 9: tugas psikologi ABK

Bayangan eiditis (eidos=arca, golek) merupakan gambaran yang jelas yang didapat

setelah persepsi. Bayangan ini sifatnya lebih tahan lama dan lebih jelas serta persis seperti yang

didapat sewaktu melakukan persepsi. Tetapi apabila orang tidak dapat membedakan persepsi

dengan bayangan, maka orang akan mengalami halusinasi. Bayangan eidetic ini banyak terdapat

pada kalangan anak-anak, tetapi ini pun tidak berarti bahwa pada orang dewasa tidak ada yang

mempunyai bayangan semacam ini.

Menurut Erich dan Walter Jaensch bayangan eiditik ini dapat dibedakan menjadi dua

macam :

1.                             Tipe T (Tetanoide). Pada tipe ini bayangan lebih menyerupai bayangan pengiring. Sesudah

melihat sesuatu benda seakan-akan benda itu masih terlihat di hadapannya. Biasanya gambar ini

menampak dengan warna yang komplementer.

2.                             tipe B (basedoide). Bayangan pada tipe ini dapat timbul dengan sendirinya, dan dapat pula

timbul dengan sengaja. Pada umumnya sifatnya hidup, bergerak, dan dengan warna yang asli

(Bigot,dkk., 1950)

C. Halusinasi dan Bayangan eidetic

Pada halusinasi orang merasa bahwa ia seakan-akan menerima sesuatu stimulus yang

sebenarnya secara objektif stimulus tersebut tidak ada. Pada halusinasi terjadi bayangan yang

jelas seperti pada persepsi. Tetapi pada bayangan eidetic tidak demikian. Bayangan eidetic

terjadi sebagai hasil dari persepsi. Jadi di sini adanya stimulus. Pada bayangan eidetic sekalipun

bayangan ini jelas seperti pada persepsi tetapi individu tahu bahwa itu hanyalah merupakan

bayangan saja, objeknya sendiri pada waktu itu tidak ada. Jadi individu pada waktu itu tahu dan

sadar bahwa stimulus pada waktu itu tidak ada, sekalipun bayangan sangat jelas. Hal yang

Page 10: tugas psikologi ABK

demikian tidak didapati pada orang yang menderita halusinasi, pada halusinasi, orang tidak

menyadari bahwa itu hanya bayangan saja.

D. Reproduksi dan Assosiasi

Setiap hasil persepsi akan disimpan dalam jiwa individu dan bilamana diperlukan dapat

ditimbulkan kembali dalam keadaan sadar. Peristiwa ini disebut sebagai reproduksi. Reproduksi

adalah pemunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan di bawah sadar (tidak disadari) ke dalam

keadaan disadari.

Reproduksi dapat muncul karena adanya rangsangan atau pengaruh dari luar namun juga

dapat muncul dengan sendirinya tanpa sebab. Namun dari segi timbulnya reproduksi dapat

dikategorikan dalam 2 bentuk yaitu reproduksi yang terikat dan didorong kemauan sendiri serta

reproduksi yang bersifat bebas tidak terikat sehingga bersifat liar.

Pada umumnya bayangan satu dengan bayangan lainnya adalah saling bertautan, dan bila

ini terjadi maka munculah gejala psikologis yang disebut gejala assosiasi. Assosiassi adalah

sangkut paut antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lainnya dalam diri manusia.

Suatu tanggapan yang berassosiasi akan menimbulkan reproduksi lainya.

Pada gejala assosiasi terdapat hukum-hukum yang berlaku yang mengiringi peristiwa

tersebut yaitu :

a.       Hukum sama waktu : artinya tanggapan-tanggapan yang muncul pada saat yang sama dalam

kesadaraan akan terassosiasi bersama. Atau dengan kata lain persepsi yang sama waktu atau

serempak menimbulkan bayangan yang sama waktu pula. Sehingga bila salah satu bayangn

timbul maka yang laiinyapun akan muncul dalam alam kesadaran. Misal bila mengingat gurunya

maka akan ingat cara mengajarnya

Page 11: tugas psikologi ABK

b.      Hukum berurutan : tanggapan-tanggapn yang memiliki hubungan berturut-turut berasosiasi dan

direproduksi ke dalam kesadaran. Atau jika dua bayangan atau lebih berturut-turut masuk dalam

alam kesadaran maka terjadilah asossiasi. Misal huruf abjad, melodi dan sebagainya

c.       Hukum persamaan artinya bayangan yang mempunyai persamaan tertentu akan berassosiasi

dan saling mereproduksi. Misal lihat potret akan teringat orangnya, lihat macan akan ingat

kucing

d.      Hukum perlawanan : artinya tanggapan-tanggapan yang berlawanan akan saling berassosiasi

dan berreproduksi. Misal tua-muda, kaya-miskin dan sebagainya

e.       Hukum sebab akibat : adalah hukum pertalian logis atau tanggapan-tanggpan yang mempunyai

kaitan logis satu sama lain timbul bersama-sama, berassosiasi dan direproduksi ke dalam

kesadaran manusia. Misal jika turun hujan akan mengingatkan jalan menjadi licin

udah lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi perilaku manusia. Namun tidak banyak yang mempermasalahkan aspek emosi hingga muncul Daniel Goleman (1997) yang mengangkatnya menjadi topik utama di bukunya. Kecerdasan emosi memang bukanlah konsep baru dalam dunia psikologi. Lama sebelum Goleman (1997) di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkap social intelligence, yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pada pria maupun wanita. Thorndike percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat penting bagi keberhasilan seseorang di berbagai aspek kehidupannya.

Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini. Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus dihindari. Akibatnya anak akan menjadi sangat rasional, sulit untuk memahami perasaan yang dialami orang lain serta menuntut orang lain agar tidak menggunakan emosi. Salah satu definisi akurat tentang pengertian emosi diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.

Page 12: tugas psikologi ABK

Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak melakukan perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas, ada rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya perubahan. Hal tersebut itulah yang seringkali menjelaskan mengapa orang tidak mengubah polanya untuk berani mengikuti jalur-jalur menapaki jenjang kesuksesan. Hal ini sekaligus pula menjelaskan pula mengapa banyak orang yang sukses yang akhirnya terlalu puas dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah. Akhirnya menjadi orang yang gagal.

Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Berbagai buku psikologi yang membahas masalah emosi seperti yang dibahas Atkinson (1983) membedakan emosi hanya 2 jenis yakni emosi menyenangkan dan emosi tidak menyenangkan. Dengan demikian emosi di kantor dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan (Martin, 2003).

Tantangan menonjol bagi pekerja saat ini terutama adalah bertambahnya jam kerja serta keharusan untuk mengelola hal-hal berpotensi stress dan berfungsi efektif di tengah kompleksitas bisnis. Selain itu pekerja dituntut mampu menempatkan kedupan kerja dan keluarga selalu dalam posisi seimbang. Bahkan hanya soal kemampuan logika, saat ini tantangan pekerjaan juga terletak pada kemampuan berelasi dan berempati. Dalam berkata, bertindak dan mengambil keputusan, seseorang membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi, sehingga mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa melenyapkan stress pekerjaan. Semakin tepat mengkomunikasikan perasaan, semakin nyaman perasaan tersebut. Ketrampilan manajemen emosi memungkinkan individu menjadi akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan terbuka dengan orang lain. Berbagai riset tentang emosi umumnya berkesimpulan sederhana bahwa ‘adalah penting untuk membawa emosi yang menyenangkan ke tempat kerja’. Emosi yang tadinya sering ditinggal di rumah saat berangkat kerja saat ini justru semakin perlu dilibatkan di setiap setting bisnis. Naisbitt (1997) pun dalam bukunya “High Tech, High Touch : Technology and Our Search for Meaning” mendukung pendapat ini. Dikatakannya pada situasi teknologi mewabah, justru haus akan sentuhan kemanusiaan. Perkembangan tehnologi yang luar biasa yang kini terjadi dirasakan tidak diiringi dengan perubahan sosial yang memadai. Naisbitt (1997) menyebut era saat ini sebagai ‘zona keracunan tehnologi’. Di satu sisi sangat memuja tehnologi, di sisi lain melihat ada bagian yang hilang dari tehnologi, yaitu sentuhan kemanusiaan yang kita idamkan (Martin, 2003).

Dari uraian tersebut diatas emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi.

Rujukan buku :

Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga. Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 13: tugas psikologi ABK

Martin, Anthony Dio, 2003. Emotional Quality Manajement Refleksi, Revisi Dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Arga.

INTELEGENSI KECERDASAN PADA MANUSIA

Manusia diciptakan dan dengan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kec erdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini, dengan kec erdasan ini pula manusia dapat menjalani kehidupan yang dinamis dan beadab.

Adapun kecerdasan atu inteligensi manusia mempunyai implikasi sebagai suatu kemampuan adalah sbb :

1. Kemampuan mengklasifikasi pola – pola objek Seorang yang normal adalah orang yang mampu dalam mengklasifikasikan stimulasi-

stimulasi yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun 2. Kemampuan beradaptasi (kemampuan belajar) Kemampuan beradaptasi merupakan suatu kemampuan yang harus manusia miliki dalam

kehidupannya dan kemampuan beradaptasi ini menentukan inteligensi atau kecerdasan seseorang apakah inteligensinya tinggi atau rendah

3. Kemampuan menalar secara deduktif Yaitu kemampuan menalar atau melogikan sesuatu dari kesimpulan menjadi paparan

yang detail 4. Kemampuan menalar secara induktif Yakni kemampuan penalaran atau melogikakan sesuatu yang berupa paparan atau

penjelasan menjadi suatu kesimpulan yang mewakili 5. Kemampuan mengembangkan konsep Yaitu kemampuan seseorang memahami suatu c ara kerja objek atau fungsinya dan

kemampuannya bagaimana menginterpretasikan suatu kejadian 6. Kemampuan memahami Kemampuan memahami adalah kemampuan seseorang dalam melihat adanya hubungan

atau relasi didalam suatu masalah dan kegunaan – kegunaan hubungannya bagi pemecahan masalah tersebut.

Pengertian Intelegensi I. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin

yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

   

Page 14: tugas psikologi ABK

II. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli. Menurut para ahli : ” kemampuan untuk berpikir secara abstrak (Terman)”, “

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Colvin)”, “intelek plus pengetahuan(Henmon)”, ”tekhnik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra “(Hunt).

• S.C Utami Munandar Secara umum intelegensi dirumuskan sebagai berikut : a. Kemampuan untuk berpikir abstrak b. Kemampuan untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi – situasi baru • L.L. Thurstone 7 faktor dasar : a. Verbal comprehension (v), kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan

dengan kata – kata. b. Word fluency (w), kecakapan dan kefasihan dalam menggunakan kata – kata. c. Number (n), kecakapan untuk memecahkan soal matematika. d. Space (s), kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal e. Memory (m), kecakapan untuk mengingat f. Perceptual (p), kecakapan mengamati dan menafsirkan. g. Reasoning (r), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip – prinsip. • Edward Thorndike “intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good response from the

stand point of truth or fact” (intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat (baik)terhadap stimulasi yang diterimanya.)

• George D. Stodard Intelegensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku, yang memiliki ciri – ciri

sebagai berikut : a. Mempunyai tingkat kesukaran b. Kompleks c. Abstrak d. Ekonomis e. Memiliki nilai – nilai sosial f. Memiliki daya adaptasi dan tujuan g. Menunjukkan kemurnian (original)

Page 15: tugas psikologi ABK

• William Stern Intelegensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadar untuk

menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya. • Lewis Medison Terman Intelegensi terdiri atas dua faktor : General ability (faktor G), yaitu kecakapan umum dan special ability(faktor S), yaitu

kecakapan khusus. • Carl Witherington Dalam buku Educational psychlogy, Witherington mendefenisikan intelegensi sebagai

berikut : “…excellence of performance as manifested in efficient activity” (intelegensi adalah

kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan / kegiatan-kegiatan)

• Alfred Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu:

- Direction , kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. - Adaptation, kemampuan untuk mengadakan adapatasi terhadap masalah yang

dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah - Critism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi

atau terhadap dirinya sendiri. • Super dan Cities mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan

atau belajar dari pengalaman. • J. P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur

proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus.

• K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.

• George D. Stoddard (1941) menyebutkan intelegensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan:

1. Mengandung kesukaran 2. Kompleks 3. Abastrak 4. Diarahkan pada tujuan 5. Ekonomis 6. Bernilai sosial • Garett (1946) mendefinisikan setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan

yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.

• Bischof, psikolog Amerika (1954) mendefinisikan kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.

• Lewis Hedison Terman memberikan pengertian intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik (lih. Hariman, 1958).

Page 16: tugas psikologi ABK

• David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

• Freeman (1959) memandang intelegensi sebagai 1. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman, 2. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, 3. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek

psikologis dan intelektual, dan 4. Kemampuan untuk berpikir abstrak. • Heidenrich (1970) mendefinisikan kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa

yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah.

• Sorenson (1977) intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

• Suryabrata (1982) intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi.

• Walters dan Gardnes (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi seksistensi suatu budaya tertentu.

Dari berbagai pendapat dapat diatas disimpulkan bahwa inteligensi adalah 1. Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar) 2. Kemampuan berfikir secara abstrak 3. Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional 4. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman 5. Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari 6. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, 7. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek

psikologis dan intelektual 8. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-situasi baru 9. Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya. Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir

secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Ciri – ciri intelegensi Ciri-ciri intelegensi yaitu : 1. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir

secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung). 2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap

lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya. Ciri – ciri tingkah laku yang intelegen menurut Effendi dan Praja (1993): 1) Purposeful behavior, artinya selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang

jelas. 2) Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, senua tenaga dan alat –

alat yang digunakan dalam suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan baik.

Page 17: tugas psikologi ABK

3) Physical well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga, ketangkasan, dan kepatuhan.

4) Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.

5) Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang, gairah, penuh kepercayaan, akan sukses/optimal.

6) Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.

7) Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.

8) Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka.

TEORI – TEORI INTELIGENSI Teori – teori inteligensi dibedakan menjadi empat macam, diantaranya: 1. Teori Faktor Teori ini dikembangkan oleh Spearman, dia mengembangkan teori dua factor dalam

kemampuan mental manusia. Yakni : a. teori factor “g” (factor kemampuan umum) : kemampuan menyelesaikan masalah atau

tugas – tugas secara umum (misalnya, kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika)

b. teori factor “s” (factor kemampuan khusus) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau penambahan dalam matematika)

2. Teori Struktural Intelektual Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa tiap tiap kemampuan

memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product).penjelasannya adalah sbb :

a. Operation (aktivitas pikiran atau mental) • Cognition yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi.

Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis” • Memory yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya • Divergent production yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi dari

gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah cerita

• Convergent production yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS

• Evaluation yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan berpikir logis

b. Content (isi informasi) • Visual yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang

diterina oleh mata • Auditory yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang

diterina oleh system pendengaran (telinga) • Simbolic yaitu iem – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan iem – iet

yang lain. • Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya

Page 18: tugas psikologi ABK

• Sematic biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada symbol – symbol kata

• Behavioral yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individuuang dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.

c. Product (bentuk informasi yang dihasilkan) • Unit yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunuikan didalam kombinasi sifat dan

atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata • Class yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan obyek yang serupa. Misalkan bilangan

genap dan ganjil • Relation yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan

berurutan, Abi kawin dengan Ani • Sistem yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan

tiga orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV • Transformation yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi • Implication yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada.

Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20. 3. Teori Kognitif Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam

beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya diantaranya :

• Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas

• Komponen kinerja adalah proses – proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas

• Komponen perolehan pengetahuan adalah proses – proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya dalam ingatan

4. Teori Inteligensi Majemuk (multiple intelligences) Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan

sedikitnya ada tujuh jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara alami, diantaranya : Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan memanipulasi kata

– kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya membuat puisi Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan memanipulasi

system-sistemangka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika

• Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur dan dokter bedah

• Inteligensi musik (musical intelligence)adalah kemampuan memahami dan memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni

• Inteligensi gerak-tubuh(bodily-kinesthetic intelligence)yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet

• Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan – perasaan sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya,contohnya ahli sufi dan agamawan

• Inteligensi interpersonal yaitu kemmampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan – perasaannya, misalnya politis, petugas klinik, psikiate

psikologi motivasi

Page 19: tugas psikologi ABK

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menajalankan tugas sehari-hari, seringkali guru harus berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademisnya tidak sesuai dengan harapan guru. Bila hal ini terjadi dan ternyata kemampuan kognitif siswa cukup baik, guru cenderung mengatakan bahwa siswa tidak termotivasi. Sebenarnya motivasi merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak termotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup termotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan oleh guru. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatan-kekuatan lain, seperti misalnya teman-teman, yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi semua pemerhati pendidikan khususnya para guru untuk mempalajari serta memahami konsep motivasi dalam belajar. B. Rumusan Masalah B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini kami membahas tentang: 1. Pengertian Motivasi dan Hubungannya dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need” 2. Macam-Macam Motivasi dan Implikasinya dalam Belajar 3. Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan Manusia 4. Proses Motivasi dalam Belajar 5. Faktor-Faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar C. Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan Pengertian Motivasi 2. Menyebutkan Macam-Macam Motivasi 3. Menjelaskan Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan Mnausia 4. Menunjukkan Contoh Proses Motivasi dalam Belajar 5. Menganalisis Beberapa Faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar 1BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Motivasi dan Hubungannya dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need” 1. Definisi Motivasi Mc Donald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 1 Menurut Sartain dalam bukunya Psikologi Understanding of Human Behavior, motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau

Page 20: tugas psikologi ABK

perangsang. 2 James O. Whittaker memberikan pengertian secara umum, motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. 32. Hubungan Motivasi dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need” Motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau ruhaniah. Kebutuhan atau need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ke-tidakada-an sesuatu yang diperlukannya. Desakan atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Meskipun ada variasi makna, ketiga hal tersebut sangat bertalian erat dan sulit dipisahkan, dan semuanya termasuk suatu kondisi yang mendorong individu melakukan kegiatan, kondisi tersebut disebut motivasi. Dengan demikian motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan (drive), motif dan kebutuhan (need). Sehingga untuk menyederhanakan ketiga macam tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu istilah saja yang lebih bersifat umum yaitu motif. Motif-motif yang mendorong perilaku individu dapat dikategorikan atas motif dasar dan motif sosial. Motif dasar berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak kelahirannya atau diperoleh dalam proses perkembangannya tanpa harus dipelajari. Sedangkan motif sosial merupakan perkembangan dari motif dasar, berkembang karena belajar dari pengalaman, baik belajar dari pengalaman yang disadari maupun yang dilakukan tanpa rencana dan sadar. Motif ini berkembang melalui proses interaksi sosial, dan peranannya sangat besar dalam kehidupan sosial. 4 B. Macam-Macam Motivasi dan Implikasinya dalam Belajar 1. Macam-Macam Motivasi Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu: a. Motivasi takut (fear motivation), individu melakukan sesuatu perbuatan karena takut. b. Motivasi Insentif (incentive motivation), individu melakukan sesuatu perbuatan untuk mendapatkan insentif. c. Motivasi sikap (attitude motivation), motivasi ini lebih bersifat instrinsik, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang dari luar diri individu. 5 Motif yang mendorong perbuatan individu, dibedakan atas lima kategori yang membentuk suatu hierarki atau tangga motif dari yang terendah ke yang tertinggi, yaitu: a. Motif Fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan

Page 21: tugas psikologi ABK

jasmaniah. b. Motif Pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan. c. Motif Persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun beda. d. Motif Harga Diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan

berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.  Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.

Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

Lebih lengkapnya klik di artikel BERPIKIR Apa beda emosi dan perasaan? Achmanto Mendatu .

Emosi dan perasaan (emotion & feeling). Keduanya digunakan secara tumpang tindih dalam percakapan keseharian. Ketika seseorang bertanya pada orang lain apa yang dirasakannya ketika dikhianati pacarnya, jarang orang bertanya , "bagaimana emosimu?", kebanyakan akan bertanya, "bagaimana perasaanmu?" Dalam bahasa sehari-hari, kata emosi memang sangat jarang digunakan. Kata perasaan, jauh lebih umum digunakan.

Perasaan mengandung adanya suatu pengalaman subjektif. Apa yang dirasakan satu orang dengan orang lain relatif sulit untuk dibandingkan. Hanya diri sendirilah yang bisa mengalami perasaan yang muncul. Oleh sebab itu disebut pengalaman subjektif.

Page 22: tugas psikologi ABK

Misalnya Anda merasa damai, maka Anda sendiri yang bisa mengalaminya. Rasa damai yang dirasakan oleh orang lain bisa saja berbeda kadarnya.

Kebanyakan orang berpikir bahwa emosi adalah salah satu jenis perasaan. Sesuatu dianggap sebagai emosi tatkala seseorang merasakan perasaan tertentu, terutama marah. Selain marah, perasaan lain yang kerap dianggap sebagai emosi misalnya adalah cinta, sedih, bahagia, dan cemburu. Orang akan mengatakan Andi sedang emosi ketika ia sedang marah (ia ‘emosi’ karena ia dikhianati sang pacar), namun juga ketika ia sedang sangat bahagia (ia begitu ‘emosi’ bertemu ibunya), sedih (ia begitu ‘emosi’ pada saat pemakaman ayahnya), cemburu (ia ‘emosi’ tahu pacarnya makan malam dengan orang lain), atau cinta (emosinya begitu mendalam pada kekasihnya).

Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Anda mengalami perasaan marah, karena Anda merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam diri Anda. Emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.

Nah, lalu apa bedanya antara perasaan dan emosi? Sebenarnya keduanya relatif sama. Bahkan, menurut seorang peneliti emosi dari Australian National University, yakni Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam bahasa inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya lagi, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah daripada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi jauh lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.

Bagaimana dengan rasa lapar karena kurang makan, rasa haus kurang minum, rasa panas karena terik matahari, rasa manis gula, rasa pahit kopi, dan rasa sakit tulang? Tentu saja itu semua tidak termasuk kategori perasaan yang dikaitkan dengan emosi. Perasaan yang diartikan emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang dirasakan fisik. Ada rasa lapar, tapi tidak ada emosi lapar. Ada rasa panas tapi tidak ada emosi panas. Ada rasa manis gula tapi tidak ada emosi manis. Emosi adalah perasaan yang terkait dengan suasana

Perhatian

Begitu banyak masalah bisa timbul bila kita “kurang perhatian”. Para ahli jiwa sering membicarakan anak-anak yang nakal atau punya masalah emosional akibat tidak mendapat perhatian cukup dari orang tua. Dari sini kita sadar ternyata perhatian sangat penting untuk perkembangan jiwa manusia. Dalam relationship, banyak istri atau suami yang mengeluhkan kurangnya perhatian dari pasangannya sebagai alasan rumah tangga yang tidak harmonis. Di perusahaan atau lembaga, kita terbiasa melihat orang yang tidak menyimak atau sibuk sendiri ketika orang lain sedang

Page 23: tugas psikologi ABK

menyampaikan sesuatu sehingga terus menerus terjadi mis-komunikasi atau informasi dan arahan kerap salah diterima. Banyak situasi saat pemimpin tidak memperhatikan gerak-gerik dan cara anak buah melakukan pekerjaan sehingga yang berprestasi tidak diapresiasi, permasalahan tidak cepat diselesaikan, bahkan kepercayaan bisa luntur. Demikian banyaknya gejala kurang perhatian di sekitar kita sehingga akhirnya kita sendiri cenderung memaklumi hal ini.

Dalam sebuah perusahaan, gejala tidak menaruh perhatian terlihat dari tidak terbiasanya orang membaca data dan menginterpretasikannya baik-baik, sebelum berkomentar. Sebagai akibat, perusahaan kehilangan kultur “pendalaman” dan riset, banyak komunikasi tidak menyentuh pokok persoalan utama, dan sering kali keputusan diambil dengan meraba-raba, bahkan tanpa dasar sama sekali.

Banyak alasan kita untuk tidak serius memberi perhatian atau mengupayakan pemahaman terhadap suatu isu, salah satunya adalah tidak adanya cukup waktu untuk membaca, memahami dan menganalisa suatu gejala. Padahal, Albert Einstein mengungkapkan, “We cannot work to improve something we do dot understand. We first need to understand what makes us tick”. Bayangkan bila kita menjadikan sikap tidak terbiasa memberi perhatian sebagai suatu kebiasaan, betapa banyak kesempatan pengembangan yang hilang, betapa “kering”-nya emosi kita dan betapa dangkalnya pemikiran bahkan kehidupan kita. Apa jadinya masyarakat dan kehidupan bila kebiasaan tidak memberi perhatian ini kita suburkan.

Bertanya vs Mempertanyakan

Banyak orang yang cukup berpendidikan, bahkan menyandang gelar S2 atau S3 yang tampak tidak menggunakan daya pikirnya dengan optimal. Hal ini sering terlihat dari tidak kuatnya mereka dalam menjelaskan gejala dan kelemahan dalam menggunakan latar belakang pendidikan, pengalaman atau pengetahuannya untuk menjelaskan dan mengaitkan gejala baru dengan gejala yang baru dilihat dan dibacanya. Dalam debat atau diskusi di media, kita kerap melihat jurnalis, panelis atau pakar yang lebih banyak “mempertanyakan” sesuatu, daripada betul-betul “bertanya” untuk menambah pemahamannya. Saat lawan bicara menjelaskan atau mempresentasikan sesuatu, ungkapan mempertanyakan yang biasa kita dengar adalah: “Apakah data ini valid?”, “Bukankah kebiasaannya tidak seperti ini?” Dialog atau konversasi yang sifatnya hanya mengetes,

Page 24: tugas psikologi ABK

mengevaluasi dan memberi penilaian membuat isi pikiran kita terkuras. Kita bisa kehilangan kesempatan menambah wawasan bila setiap informasi baru atau berbeda kita mentahkan dengan asumsi atau penilaian yang sudah berakar atau usang.

Kita perlu memberi perhatian dan mengecek, apakah pertanyaan yang kita ajukan betul-betul untuk tahu lebih jauh dan berusaha untuk memahami dan menangkap esensi dari informasi yang disampaikan, misalnya: “Apa alasan atau latar belakangnya?”, “Mengapa sampai Anda mengambil kesimpulan seperti itu?” Bila kita tidak membuka pikiran dan bersungguh-sungguh untuk menambah pemahaman, kita ujung-ujungnya hanya menjadi orang yang sok tahu, bahkan keras kepala. Banyak orang juga tidak menyadari bahwa kegiatan mengambil kesimpulan, menentukan mana yang lebih penting dan memperbaiki pemahaman membutuhkan klarifikasi dan konfirmasi dan teman bicaranya, tidak bisa dilakukan secara individu. Walaupun kita sudah dewasa, kita harus sadar bahwa kita tetap harus memperbaharui dan mengasah pikiran. Kita perlu membicarakan apa yang kita tangkap dan memperhatikan agar kita sadar bila terjadi beda persepsi. Dengan masuknya pemahaman secara benar, kita bisa mensintesiskan pengetahuan baru dengan yang lama.

Penajaman Pemikiran

Banyak orang bertanya apakah IQ seseorang bisa meningkat sejalan dengan pendidikan, latihan atau bertambahnya usia. Hal yang sebenarnya perlu kita sadari adalah bahwa inteligensi kita sering tidak diasah karena kita tidak menyadari bahwa pikiran kita perlu diisi, ditata, di-refresh dan diolah. Seorang ahli mengemukakan kiat praktis untuk mengasah pikiran, yaitu dengan “4P”, yaitu possitive, process, present, dan progress.

Sikap positif membuat kita lebih proaktif dan melakukan pendekatan dan memperbesar keingintahuan kita, sekaligus menghindari sikap defensif, serta sudut pandang pesimis dan negatif. Hal yang kedua adalah process, yaitu menyadari bahwa otak bekerja dengan cara memproses data yang masuk sehingga kita lebih sadar bahwa mengenai kebutuhan kontinu akan data dan fakta. “P” yang ketiga adalah present, yaitu kita perlu memberi atensi atau secara aktif “hadir” dalam situasi pertemuan, pembicaraan dan tatap muka yang sedang berlangsung. Bila kita sibuk dengan gadget kita saat berkomunikasi dengan orang lain, sudah pasti kita tidak bisa menyerap pemahaman dan pengetahuan dengan total dan benar. Hal yang terakhir

Page 25: tugas psikologi ABK

adalah progress, yaitu menyadari apakah cara berpikir kita mengalami kemajuan, penambahan dan pendalaman. Bila tidak, kita perlu mawas diri dan menelaah cara kita selama ini memasukkan fakta ke dalam pemikiran kita

by: Eileen Rachman & Sylvina Savitri, dlm KOMPAS, 16 Juni 2012, hlm 37


Related Documents