YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    1/83

    GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS

    DI KOTA BUKITTINGGI

    TAHUN 2015

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan ke Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

    Oleh :

    SISKA ZULFIANI

    Nim : 121110097

    JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

    TAHUN 2015

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    2/83

    POLYTECHNIC OF HEALTH Ministry of Health PADANG

    DEPARTMENT OF ENVIROMENTAL HEALTH

    Scientific Paper, June 2015

    Siska Zulfiani

    Overview of PHC Medical Waste Management in the Bukittinggi City 2015viii + 58 pages, 8 tables, 7 attachments

    ABSTRACT

    Public Health Center (PHC) is one of the health care unit in its activities generate solid

    waste. PHC in Bukittinggi dont have incinerators, but the medical waste from each of the healthcenters in between to Talao

    The method used is descriptive research method. As for the object of this study includethe processing of medical waste includes waste generation, segregation, collection,

    transportation, temporary shelter as well as the stage of final disposal of medical waste at the

    health center of Bukittinggi. The research instrument used checklist for observations on the

    stages of the management of medical waste in health centers in the city of Bukittinggi and scalesto weigh medical waste within a week. Data processing techniques used, namely the examination

    of data (editing) and a re-examination (cleaning).

    PHC Tigo Baleh more produce medical waste is 5.68 kg. While most medical waste

    generated under that PHC Nilam Sari is 2.19 kg. So the amount of medical waste generated by

    the city of Bukittinggi 6 health centers as much as 21.37 kg with details of medical waste sharps

    as much as 9.95 kg and non medical waste sharps 11.75 kg.

    The conclusion from this study is the management of medical waste at the health center

    of Bukittinggi can be said is not in accordance with medical waste according to Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006

    Keywords : Medical waste, health centers

    Bibliography 12 (1992-2013)

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    3/83

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

    JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015

    Siska Zulfiani

    Gambaran Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi Tahun 2015viii + 58 halaman, 8 tabel, 7 lampiran

    ABSTRAK

    Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan

    yang dalam kegiatannya menghasilkan sampah medis. Puskesmas di Kota Bukittinggi tidakmemiliki incinerator, tapi sampah medis dari masing-masing puskesmas diantar ke Talao tempat

    beradanya insenerator milik Pemko Bukittinggi yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan

    Pertamanan (DKP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosespengelolaan sampah medis di Puskesmas Kota Bukittinggi dan apakah sudah sesuai dengan

    Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Adapun yang

    menjadi obyek penelitian ini diantaranya pengolahan sampah medis meliputi timbulan sampah,

    pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, tempat penampungan sementara serta tahappembuangan akhir sampah medis puskesmas di Kota Bukittinggi. Instrumen penelitian

    menggunakan checklist untuk pengamatan pada tahap-tahap pengelolaan sampah medis di

    Puskesmas di Kota Bukittinggi dan timbangan untuk menimbang sampah medis dalam waktuseminggu. Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu pemeriksaan data (editing) dan

    pemeriksaan ulang (cleaning).

    Puskesmas Tigo Baleh yang lebih banyak menghasilkan sampah medis yaitu 5,68 Kg.Sedangkan timbulan sampah medis yang paling bawah yaitu Puskesmas Nilam Sari yaitu 2,19

    Kg. Jadi jumlah sampah medis yang dihasilkan oleh 6 puskesmas kota Bukittinggi sebanyak

    21,37 Kg dengan rincian sampah medis benda tajam sebanyak 9,95 Kg dan sampah medis nonbenda tajam 11,75 Kg.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengelolaan sampah medis pada Puskesmas Kota

    Bukittinggi dapat dikatakan belum sesuai dengan pengelolaan sampah medis menurutKepmenkes No 1428/MENKES/SK/XII/2006.

    Kata Kunci : Sampah Medis, Puskesmas

    Daftar Pustaka 12 (1992-2013)

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    4/83

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    5/83

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    6/83

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    1. Nama : Siska Zulfiani

    2. Tempat/tanggal lahir : Bukittinggi / 10 Januari 1994

    3. Agama : Islam

    4. Negeri Asal : Bukittinggi

    5. Nama Ayah / Nama Ibu : Zulkifli, SE / Delsiana, S.pd

    6. Alamat : Komplek Taman Asri Blok G.10 Garegeh, Bukittinggi,

    Sumatera Barat

    Riwayat Pendidikan :

    No Riwayat Pendidikan Lulus Tahun

    1 Tamat SD 04 Garegeh Bukittinggi 2000 - 2006

    2 Tamat SMP Negeri 6 Bukittinggi 2006 - 2009

    3 Tamat SMA Negeri 5 Bukittinggi 2009 - 2012

    4 Program Studi D.III Kesehatan Lingkungan

    Poltekkes Kemenkes Padang

    20122015

    Padang, Juni 2015

    Mahasiswa Peneliti

    (Siska Zulfiani)

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    7/83

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan doa dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

    Esa, dengan berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

    diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan maupun rintangan.

    Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian dari proses

    pendidikan secara menyeluruh di Program D.III Jurusan Kesehatan Lingkungan di Politeknik

    Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan D.III

    Kesehatan Lingkungan pada masa akhir pendidikan.

    Judul Karya Tulis Ilmiah ini Gambaran Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di

    Kota Bukittinggi Tahun 2015.

    Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan

    yang ada, sehingga penulis merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi maupun dalam

    penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna

    penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

    atas bimbingan dari Bapak Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si dan Bapak Asep Irfan, SKM, M.Kes

    selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    iii

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    8/83

    Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

    1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

    Padang.

    2. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan.

    3. Bapak Evino Sugriarta, SKM, M.Kes selaku Ka. Prodi D III Jurusan Kesehatan

    Lingkungan.

    4. Ibu Awalia Agusti, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing akademik.

    5. Staf dosen serta karyawan/karyawati Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

    Kesehatan Kemenkes Padang.

    6. Kepada keluarga dan teman-teman yang telah memberikan motivasi, semangat, dan

    doa dalam menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah ini.

    7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu.

    Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal shaleh

    dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

    bermanfaat. Aamiin Ya Rabb

    Padang, Juni 2015

    SZ

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    9/83

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ............................................................................................ i

    KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

    DAFTAR ISI ......................................................................................... v

    DAFTAR TABEL .................................................................. ............ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

    1. Tujuan Umum .......................................................................... 5

    2. Tujuan Khusus ......................................................................... 5D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

    E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 6

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKAA. Puskesmas ...................................................................................... 7

    B.

    Sampah Puskesmas ........................................................................ 81. Sampah ..................................................................................... 8

    2. Sampah Puskesmas .................................................................. 83. Jenis Sampah Puskesmas ......................................................... 9

    C. Pengelolaan Sampah Medis di Puskesmas ..................................... 12

    D. Kerangka Teori............................................................................... 21E. Alur Pikir ........................................................................................ 22

    F. Definisi Operasional ....................................................................... 23

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ............................................................................ 25B.

    Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 25

    C. Objek Penelitian ............................................................................. 25

    D. Cara Pengumpulan Data ................................................................. 251. Data Primer ............................................................................. 25

    2. Data Sekunder ......................................................................... 25

    E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 26

    1. Checklist ................................................................................. 262. Timbangan .............................................................................. 26

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    10/83

    F. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 26

    1. Editing ..................................................................................... 26

    2. Cleaning .................................................................................. 26G. Analisis Data ................................................................................... 27

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum ........................................................................... 28

    1. Puskesmas Kota Bukittinggi ................................................... 28

    2. Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi . 303. Jumlah Kunjungan Pasien ....................................................... 30

    B. Hasil Penelitian .............................................................................. 31

    1. Timbulan ................................................................................. 31

    2. Pemilahan ................................................................................ 323. Pengumpulan........................................................................... 34

    4. Penampungan Sementara ........................................................ 36

    5. Pengangkutan .......................................................................... 376. Pemusnahan ............................................................................ 38

    C. Pembahasan .................................................................................... 39

    1. Pemilahan ................................................................................ 39

    2. Pengumpulan........................................................................... 413. Penampungan Sementara ........................................................ 42

    4. Pengangkutan .......................................................................... 43

    5. Pemusnahan ............................................................................ 45

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .................................................................................... 47

    B. Saran............................................................................................... 48

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 50

    v

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    11/83

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Kategori Sampah Medis dan Tempat Sampah ......................... 15

    Tabel 2. Jumlah Kunjungan Pasien di Masing-masing Puskesmas ....... 33Tabel 3. Timbulan Sampah Medis dan Jenis Sampah Infeksiusnya ...... 34Tabel 4. Hasil Checklist Pemilahan di Puskesmas Kota Bukittinggi .... 36

    Tabel 5. Distribusi Puskesmas Berdasarkan Tahap Pengumpulan ........ 38

    Tabel 6. Hasil Checklist Pengumpulan di Puskesmas Kota Bukittinggi 39Tabel 7. Hasil Checklist Pengangkutan di Puskesmas Kota Bukittinggi

    .................................................................................................. 41

    Tabel 8. Hasil Checklist Insinerator Kota Bukittinggi ........................... 43

    vii

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    12/83

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A. Dokumentasi

    Lampiran B. Checklist Pengelolaan Sampah Medis di Masing-masing Puskesmas Kota

    Bukittinggi

    Lampiran C. Kartu Kontak Pembimbing I

    Lampiran D. Kartu Kontak Pembimbing II

    Lampiran E. Surat Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang

    Lampiran F. Surat Penelitian dari KesBangPol Bukittinggi

    Lampiran G. Surat Telah Selesai Penelitian Dari Masing-masing Puskesmas Kota Bukittinggi

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    13/83

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Berkembangnya pusat-pusat layanan kesehatan di seluruh pelosok daerah merupakan

    keuntungan yang sangat penting bagi masyarakat kebanyakan. Pusat-pusat layanan kesehatan

    telah menjadi ujung tombak di garis depan dalam pertahanan melawan epidemi penyakit seperti

    AIDS, kolera, malaria maupun demam berdarah. Kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan

    merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu kawasan.

    Akan tetapi, segala keuntungan tersebut juga sepadan dengan resiko dampak dari operasional

    kesehatan yang mungkin terjadi terhadap lingkungan.

    Pusat pelayanan kesehatan merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakat

    penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan

    kelompok lingkungan sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya

    penyakit bila tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter.

    Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

    pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

    memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

    dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung

    jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.3

    Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan

    yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah medis maupun limbah non medis baik dalam

    bentuk padat maupun cair. Limbah medis dalam bentuk padat di puskesmas biasanya dihasilkan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    14/83

    dari kegiatan yang berasal dari ruang perawatan (bagi puskesmas rawat inap), poliklinik umum,

    poliklinik gigi, poliklinik ibu dan anak/KIA, laboratorium dan apotik. Sementara limbah cair

    biasanya berasal dari laboratorium puskesmas yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,

    bahan kimia beracun, dan radioaktif.

    Sebagai sarana pelayanan umum, puskesmas wajib memelihara dan meningkatkan

    lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.3

    Operasional pusat layanan kesehatan akan selalu menimbulkan sampah medis yang

    apabila tidak didukung perencanaan dan pengelolaan yang matang akan berpotensi menimbulkan

    dampak terhadap masyarakat dan lingkungan hidup.

    Sampah medis adalah suatu material yang sangat berbahaya. Tanpa operasional yang

    layak dalam penanganan, perlakuan dan pengolahan/pembuangan, sampah medis justru

    berpotensi menimbulkan bahaya seperti tersebarnya penyakit, teracuninya penduduk sekitar,

    hewan piaraan dan hewan liar, tanaman bahkan seluruh ekosistem.

    Sampah medis adalah semua sampah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan

    puskesmas yang terdiri dari sampah medis padat (sampah medis) dan non-medis. Sampah medis

    adalah sampah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

    farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan

    limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.2

    Jumlah sampah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama

    semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

    maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013

    menyebutkan bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 2.228 unit. Sementara itu,

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    15/83

    jumlah puskesmas mencapai 9.655 unit.11

    Fasilitas kesehatan yang lain diperkirakan jumlahnya

    akan terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat.

    Penyebaran penyakit melalui sampah yang terinfeksi merupakan tantangan terbesar

    dalam penanganan sampah medis. Jika sampah medis tidak tertangani dengan baik dalam artian

    organisme patogen dalam sampah tidak dihilangkan atau dimatikan, berbagai vektor penyakit

    mikrokopik seperti virus, bakteri, parasit maupun fungi akan tetap berada dalam sampah medis

    dan berpotensi menyebarkan berbagai penyakit. Berbagai vektor ini dapat masuk ke dalam tubuh

    melalui luka di permukaan kulit maupun membran mukosa seperti rongga mulut. Dalam hal ini

    orang-orang yang berhubungan langsung dengan sampah medis seperti pekerja kesehatan, staf

    kebersihan, pasien, pengunjung, petugas sampah akan berada dalam resiko yang lebih besar.

    Bukittinggi memiliki 6 Puskesmas induk yaitu Puskesmas Mandiangin, Puskesmas

    Perkotaan Rasimah Ahmad, Puskesmas Guguk Panjang, Puskesmas Nilam Sari, Puskesmas Tigo

    Baleh, Puskesmas Gulai Bancah yang mana semua puskesmas ini merupakan jenis puskesmas

    non rawat inap

    Incinerator ini dibeli oleh Pemko Bukittinggi tahun 2004 seharga Rp 450 juta. Awalnya

    incinerator ini akan digunakan untuk mengolah sampah yang dihasilkan masyarakat kota

    Bukittinggi. Namun sayangnya, kapasitasnya terlalu kecil sehingga tidak banyak sampah

    Bukittinggi yang bisa diolah. Maka diambillah kebijakan oleh Pemko Bukittinggi bahwa

    incinerator itu khusus untuk membakar sampah medis dari semua Puskesmas di Kota

    Bukittinggi. Ternyata Puskesmas tidak melakukan penimbangan sebelum mengirim sampah

    medisnya. Pihak DKP menerima sampah medis dari Puskesmas telah dikemas dalam kotak

    kardus, kantong dan karung. Dalam pencatatan oleh DKP, sampah medis yang diterima dihitung

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    16/83

    dari berapa banyak kotak, kantong dan karung, tapi tidak dilakukan penimbangan karena DKP

    tidak memiliki timbangan.

    Berdasarkan fakta yang ditemukan, sampah medis yang sudah diterima DKP ternyata

    tidak langsung di bakar, pembakaran dilakukan hanya 1 kali seminggu. Berarti terjadi

    penumpukan sampah. Kondisi insenerator pun tidak bekerja dengan baik lagi, terbukti dengan

    sisa dari pembakaran insenerator ini tidak seluruhnya menjadi abu, masih ada jarum suntik yang

    tidak habis terbakar.

    Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui secara keseluruhan dan

    mendalam mengenai Gambaran Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi

    Tahun 2015

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah Bagaimana gambaran pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota

    Bukittinggi

    C. Tujuan Penelitian

    a. Tujuan Umum

    Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah medis Puskesmas yang ada di Kota

    Bukittinggi tahun 2015

    b. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui timbulan sampah medis yang dihasilkan Puskesmas di Kota

    Bukittinggi

    2. Untuk mengetahui proses pemilahan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    17/83

    3. Untuk mengetahui proses pengumpulan sampah medis Puskesmas di Kota

    Bukittinggi

    4. Untuk mengetahui proses penampungan sementara sampah medis Puskesmas di Kota

    Bukittinggi

    5. Untuk mengetahui proses pengangkutan sampah medis Puskesmas di Kota

    Bukittinggi

    6. Untuk mengetahui proses pemusnahan di Tempat Pembuangan Akhir sampah medis

    Puskesmas di Kota Bukittinggi.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Penelitian ini merupakan media belajar dalam rangka menerapkan ilmu

    pengetahuan yang diperoleh. Serta mendapatkan pengalaman dan gambaran tentang

    bagaimana pengelolaan sampah medis yang ada di Kota Bukittinggi

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan masukan serta dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain.

    Dan bagi para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian yang lebih mendalam

    tentang sampah medis puskesmas

    3. Bagi Petugas

    Bagi petugas puskesmas yang relevan di bidang ini agar dapat digunakan sebagai

    referensi informasi yang dijadikan salah satu acuan dalam penanganan sampah medis

    sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap kesehatan masyarakat dan

    lingkungan.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    18/83

    4. Bagi Masyarakat

    Memberikan informasi dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kepada

    masyarakat bagaimana harus menangani sampah medis.

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian ini serta mengingat segala keterbatasan yang ada,

    maka peneliti membatasi ruang lingkup mengenai : timbulan sampah medis puskesmas di

    Kota Bukittinggi, kemudian observasi pada tahap-tahap pengelolaan sampah medis dimulai

    pada pemilahan sampah medis, pengumpulan sampah medis, tempat pewadahan sampah

    medis, penampungan sementara sampah medis, pengangkutan sampah medis serta tahap

    pembuangan akhir sampah medis.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    19/83

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Puskesmas

    Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang betanggung

    jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja.1

    Puskesmas menurut Trihono (2010:8) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

    kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

    wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten / kota,

    puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kabupaten /

    kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama.

    Puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat adalah organisasi fungsional yang

    menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat

    diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

    menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan

    biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut

    diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna

    mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

    perorangan.2

    Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan

    yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya.

    Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila

    disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja

    7

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    20/83

    dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan,

    RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

    langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota.

    B. Sampah Puskesmas

    a.) Sampah

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan

    Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, limbah adalah semua limbah yang dihasilkan dari

    suatu kegiatan dalam bentuk padat, cair dan gas. Sampah adalah hasil buangan dari suatu

    kegiatan yang juga merupakan suatu bentuk materi yang menurut jenis dan kategorinya

    mempunyai manfaat atau daya perusak untuk manusia dan lingkungannya.2

    Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

    disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

    dengan sendirinya.

    b.) Sampah Puskesmas

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan

    Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, sampah Puskesmas adalah semua sampah yang

    dihasilkan dari kegiatan Puskesmas dalam bentuk padat, cair dan gas. Selain itu,

    merupakan bahan buangan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun terbuang yang

    dapat dibedakan menjadi sampah medis dan non medis dan dikategorikan sampah benda

    tajam, sampah infeksius, sampah sitotoksik dan radioaktif berbahaya bagi kesehatan dan

    lingkungan.2

    Sampah puskesmas adalah semua sampah puskesmas yang berbentuk padat akibat

    kegiatan yang terdiri dari sampah medis dan non medis.3

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    21/83

    c.) Jenis Sampah Puskesmas

    Sampah yang dihasilkan dari rumah sakit serta Puskesmas dapat dibagi menjadi

    dua, seperti berikut :

    1.) Sampah Medis

    a. Padat

    b. Cair

    2.) Sampah Non Medis

    a. Padat

    b.

    Cair

    Rumah sakit serta Puskesmas merupakan penghasil sampah klinis/medis terbesar.

    Sampah klinis/medis ini bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi

    pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani sampah tersebut serta

    masyarakat sekitar.

    Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam sampah klinis/medis, maka

    jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut :

    a. Sampah Benda Tajam

    Sampah tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung

    atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum

    hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah.

    Semua benda tajam ini memiliki potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera

    melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

    terkontaminasi oleh oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan

    sitotoksik atau radioaktif. Sampah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    22/83

    yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan kimia beracun

    atau radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam

    tersebut digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.

    b. Sampah Infeksius

    Sampah infeksius mencakup pengertian sampah yang berkaitan dengan pasien

    yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan sampah

    laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan

    ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa institusi memasukkan

    juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi

    oleh organisme patogen ke dalam kelompok sampah infeksius.

    c. Sampah Jaringan Tubuh

    Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh biasanya

    dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Sampah ini dapat dikategorikan

    berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi kuman terhadap pasien lain, staf

    dan populasi umum (pengunjung serta penduduk sekitar) sehingga dalam

    penanganannya membutuhkan labelisasi yang jelas.

    d. Sampah Sitotoksik

    Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

    terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan

    terapi sitotoksik. Penanganan sampah ini memerlukan absorben yang tepat dan bahan

    pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan. Bahan-bahan tersebut

    antara lain swadust, granula absorpsi, atau perlengkapan pembersih lainnya. Semua

    pembersih tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahannya

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    23/83

    harus menggunakan incinerator karena sifat racunnya yang tinggi. Sampah dengan

    kandungan obat sitotoksik rendah, seperti urin, tinja, dan muntahan dapat dibuang

    kedalam saluran air kotor. Sampah sitotosik harus dimasukkan ke dalam kantong

    plastik yang berwarna ungu yang akan dibuang setia hari atau boleh juga dibuang

    setelah kantong plastik penuh. Metode umum yang dilakukan dalam penanganan

    minimalisasi sampah sitotoksik adalah mengurangi jumlah penggunaanya,

    mengoptimalkan ukuran kontainer obat ketika membeli, mengembalikan obat yang

    kadaluarsa ke pemasok, memusatkan tempat pembuangan bahan kemotherapi,

    meminimalkan sampah yang dihasilkan dan membersihkan tempat pengumpulan,

    menyediakan alat pembersih tumpahan obat dan melakukan pemisahan sampah.

    e. Sampah Farmasi

    Sampah farmasi dapat berasal dari obat-obat yang kadaluarsa, obat-obatan yang

    terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

    terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh

    masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang yang

    bersangkutan, dan sampah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

    f. Sampah Kimia

    Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,

    veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

    g. Sampah Klinis

    Dalam kaitan dengan pengelolaan sampah klinis, golongan sampah klinis dapat

    dikategorikan menjadi lima jenis berikut.

    1.) Golongan A

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    24/83

    2.) Golongan B

    3.) Golongan C

    4.) Golongan D

    5.) Golongan E

    (Adisasmito, 2007).

    C. Pengelolaan Sampah Medis di Puskesmas

    1. Pengelolaan Sampah Medis

    Pengelolaan yang tepat untuk sampah medis selain bergantung pada administrasi dan

    organisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai sekaligus

    partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan terdidik (WHO, 2005).

    2. Tahapan-tahapan Pengelolaan Sampah Medis

    Pengelolaan sampah medis terdiri dari beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut

    :

    a.) Penimbulan Sampah

    Penimbulan sampah medis merupakan unsur pertama dari pengelolaan sampah,

    karena pada saat inilah aktivitas dihasilkannya sampah medis. Salah satu langkah

    pokok pengelolaan sampah adalah menentukan jumlah sampah yang dihasilkan.

    Penentuan jumlah sampah dapat menggunakan ukuran atau berat/volume, yaitu

    :

    1)

    Jumlah menurut berat

    Penentuan jumlah dilakukan dengan melakukan survey sampah di

    puskesmas yang bersangkutan dengan membandingkan jumlah sampah dengan

    jumlah ruangan sehingga didapatkan hasil kg/pasien/hari.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    25/83

    2) Jumlah menurut volume

    Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana

    pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi

    berat total dengan kepadatan. Sampah biasanya ditampung di tempat produksi

    sampah untuk beberapa jam.

    b.) Pemilahan sampah

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang

    Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Pemilahan adalah proses

    pemisahan sampah dari sumbernya.2 Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan

    secara efektif adalah pemilahan dan identifikasi sampah. Pemilahan merupakan

    tanggung jawab yang dibebankan pada produsen atau penghasil sampah dan harus

    dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkannya sampah. Cara yang tepat

    untuk mengidentifikasi kategori sampah adalah dengan melakukan pemilahan

    sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang digunakan (WHO, 2005).

    Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan sampah.2

    Pemilahan sampah dilakukan untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah

    yang akan dibuang dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya

    menggunakan kode warna). Namun penggunaan kode tersebut perlu cukup perhatian

    secukupnya untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang

    mungkin juga menggunakan kode warna. Terdapat berbagai kantong yang digunakan

    untuk pembuangan sampah di rumah sakit dengan menggunakan bermacam-macam

    warna.4

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    26/83

    Tabel 1.

    Kategori Sampah Medis dan Tempat Sampah

    No. Kategori Warna Tempat/

    kantong plastik

    pembungkussampah

    Lambang Keterangan

    1 Radioaktif Merah

    (Warna Hitam)

    Sampah

    berbentuk

    benda tajam,

    ditampung

    dalam

    wadah yang

    kuat/tahanbenda

    tajam sebelum

    dimasukkan

    ke

    dalam

    kantong yang

    sesuai dengan

    kategori/jenis

    sampahnya.

    2 Infeksius Kuning

    (Warna Hitam)

    3 Sitotoksik Ungu

    (Warna Hitam)

    4 Umum Hitam Domestik

    (Warna Hitam)

    Sumber : Kepmenkes 1204 tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

    Rumah Sakit.4

    c.)

    Pengumpulan Sampah

    Komponen utama kegiatan penampungan ini adalah manusia yang

    memproduksi limbah dan prasarana penampungan yang tersedia. Proses ini akan

    menentukan proses kegiatan pengolahan sampah secara keseluruhan.5

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    27/83

    Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

    memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Sedangkan sampah jarum suntik tidak

    dianjurkan untuk untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun

    puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), sampah jarum suntik

    dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.2

    Sampah harus dikumpulkan setiap hari (sesuai yang ditetapkan) dan diangkut ke

    tempat penampungan sementara. Kantong plastik harus diganti segera dengan

    kantong plastik baru dari jenis yang sama setelah tempat pengumpul sampah atau

    kontainer telah dikosongkan. Staf keperawatan atau staf klinis harus memastikan

    bahwa kantong plastik tertutup atau terikat dengan kuat jika tiga perempat plastiknya

    penuh. Kantong plastik yang belum terisi penuh dapat disegel dengan membuat

    simpul pada bagian lehernya atau tengahnya (WHO, 2005). Tempat pengumpul

    sampah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut6

    :

    1.) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan

    mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

    2.) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan

    3.) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter

    dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.

    4.) Setiap tempat pengumpul sampah dilapisi dengan kantung plastik sebagai

    pembungkus sampah dengan lambang dan warna yang telah ditentukan.

    5.) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila 2/3 bagian telah

    terisi sampah.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    28/83

    6.) Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan

    sampah sitotoksik (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah

    dikosongkan jika akan dipergunakan kembali. Untuk memudahkan pengosongan

    dan pengangkutan, penggunaan kantong plastik pelapis dalam bak sampah

    sangat disarankan. Kantong plastik tersebut membantu membungkus sampah

    waktu pengangkutan sehingga mengurangi kontak langsung antara mikroba

    dengan manusia dan mengurangi bau, tidak terlihat sehingga dapat diperoleh

    rasa estetis dan memudahkan pencucian bak sampah. Hendaknya disediakan

    sarana untuk mencuci tempat sampah yaang disesuaikan dengan kondisi

    setempat. Pencucian hendaknya dilakukan setiap pengosongan atau sebelum

    tampak kotor. Dengan penggunaan kantong pelapis dapat mengurangi frekuensi

    pencucian. Setelah dicuci disarankan untuk melakukan desinfeksi, kemudian

    diperiksa bila terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti.4

    c.) Pengangkutan

    Proses dimulai dari pengangkutan sampah dari wadah penampungan yang

    diletakkan pada lokasi tertentu sampai ke tempat pembuangan. Pengangkutan sampah

    medis dari setiap ruangan penghasil sampah medis ke tempat penampungan sementara

    menggunakan troli khusus yang tertutup.

    Pengangkutan sampah klinis dan sampah sejenis memerlukan prosedur

    pelaksanaan yang tepat dan disiplin dari pihak petugasnya. Apabila diangkut dengan

    kontainer khusus, kontainer yang digunakan harus kuat dan tidak bocor serta mudah

    dibersihkan dengan deterjen. Kendaraan yang dipakai harus memenuhi syarat dalam hal

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    29/83

    kemudahan pemakaian dan pembersihannya, selain dilengkapi kode atau tanda

    peringatan.5

    Kereta, gerobak atau troli pengangkut hendaknya tidak digunakan untuk tujuan

    lain dan memenuhi persyaratan sebagai berikut4:

    1. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air

    2. Mudah dibersihkan dan dikeringkan

    3. Sampah mudah diisikan dan dikosongkan

    4. Troli/alat angkut dicuci setelah digunakan

    5. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer selama pemuatan

    maupun pembongkar muatan

    Pada umumnya, pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan gerobak

    dorong. Sampah yang telah dikumpulkan pada lokasi tertenu dipindahkan ke dalam

    wadah gerobak dorong sesuai kategori sampah.5

    Frekuensi pengambilan sampah dari lokasi penampungan harus di

    pertimbangkan berdasarkan volume produksi. Semua proses tersebut dilakukan secara

    tertutup.5

    d.) Penampungan Sementara

    Sebelum sampai tempat pemusnahan, perlu adanya tempat penampungan

    sementara, dimana sampah dipindahkan dari tempat pengumpulan ke tempat

    penampungan.2 Secara umum, sampah medis harus dikemas sesuai dengan ketentuan

    yang ada, yaitu dalam kantong yang terikat atau kontainer yang tertutup rapat agar tidak

    terjadi tumpahan selama penanganan dan pengangkutan. Label yang terpasang pada

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    30/83

    semua kantong atau kontainer harus memuat informasi dasar mengenai isi dan produsen

    sampah tersebut informasi yang harus tercantum pada label, yaitu: kategori limbah,

    tanggal pengumpulan, tempat atau sumber penghasil sampah medis dan tujuan akhir

    sampah medis (WHO, 2005). Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di

    dalam wilayah instansi pelayanan kesehatan.

    Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang

    Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Tempat Penampungan Sementara2:

    1) Bagi rumah sakit serta Puskesmas yang mempunyai incinerator di lingkungannya

    harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

    2) Bagi rumah sakit serta Puskesmas yang tidak mempunyai incinerator, maka sampah

    medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau

    pihak lain yang mempunyai incinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-

    lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

    e.) Pembuangan Akhir

    Kegiatan pemusnahan merupakan tahap akhir dari proses pengolahan sampah

    medis puskesmas/rumah sakit. Sampah dari lokasi penampungan sementara, diangkut

    keluar puskesmas/rumah sakit dengan menggunakan sarana angkutan dinas

    kebersihan kota ataupun swasta khususnya untuk sampah nonmedis.5

    Untuk sampah medis yang mudah terbakar di musnahkan dengan

    menggunakan insenerator. Dalam hal ini perlu diperhatikan lokasi penempatan

    insenerator yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah, jalur pembuangan

    abu dan sarana gedung untuk melindungi insenerator dari bahaya kebakaran.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    31/83

    D. KERANGKA TEORI

    Keterangan :

    : Yang akan diteliti

    : Yang tidak diteliti

    1. Aktifitas Puskesmas

    2. Pasien & Penunggu Pasien

    Timbulan Sampah

    Sampah Medis Sampah Non Medis

    Sampah Padat Sampah Cair

    Pengelolaan Sampah Padat:

    1. Pemilahan

    2. Pengumpulan

    3. Pembuamgan sementara

    4. Pemindahan & Pengangkutan

    5. Pengolahan / Pembuangan akhir

    KepMenkes RI

    No.1428/Menkes/SK/ XII/2006

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    32/83

    E. ALUR PIKIR

    Sampah Medis Puskesmas

    Pengelolaan Sampah Medis :

    1. Pemilahan

    2. Pengumpulan

    3. Pembuangan sementara

    4. Pengangkutan

    5. Pen olahan / Pembuan an akhir Sanitasi Puskesmas menurut

    KepMenkes RI

    No.1428/Menkes/SK/XII/2006

    Analisis Pengolahan Sampah

    Medis pada Puskesmas

    1. Poliklinik Umum

    2. Poli Gigi

    3. Poli Anak

    4. Imunisasi

    5. KIA

    6. Laboratorium

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    33/83

    F. Definisi Operasional

    No Variabel DefinisiOperasional

    Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur

    1. Timbulansampah medis

    Suatukegiatan yang

    dilakukan

    pada tempatsampah

    medis

    dengan

    pewadahansampah

    medis yang

    dihasilkanPuskesmas

    Kota

    Bukittinggi

    1. Timbangan2. Meteran

    Pengukuran Berat = Kg Nominal

    2. Pemilahan

    sampah medis

    Pemisahan

    antarasampah

    medis benda

    tajam dan

    non bendatajam

    Checklist Observasi 1. MS => 65%

    2. TMS =

    < 65%

    Ordinal

    3. Penampungansampah medis

    Pengumpulansampah

    medis dari

    hasil kegiatandi puskesmas

    Checklist Observasi 1. MS => 65%

    2. TMS =

    < 65%

    Ordinal

    4. TempatPenampungan

    Sementara

    (TPS)

    Suatu tempatyang

    digunakan

    untukmenampung

    sampah

    medis padat

    sebelumsampah

    medis padat

    dibuang ketempat

    pembuangan

    akhir

    Checklist Observasi 1. MS => 65%

    2. TMS =

    < 65%

    Ordinal

    5. Pengangkutan Suatu Checklist Observasi 1. MS => 65%

    Ordinal

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    34/83

    sampah medis kegiatan

    membawasampah

    medis padat

    dari

    penghasil /sumber ke

    tempatpembuangan

    sementara

    atau

    pembuanganakhir

    2. TMS =

    < 65%

    6. Pemusnahansampah medis

    Penangananterakhir

    sampah

    medis padatdari TPSdibuang ke

    TPA atau

    dibakardengan

    incinerator

    Checklist Observasi 1. MS => 65%

    2. TMS =

    < 65%

    Ordinal

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    35/83

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu melihat gambaran pengelolaan

    sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi tahun 2015.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian adalah Puskesmas di Kota Bukittinggi yang dilaksanakan pada bulan

    April sampai bulan Mei tahun 2015.

    C. Objek Penelitian

    Objek penelitian ini adalah pengolahan sampah medis meliputi timbulan sampah,

    pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, tempat penampungan sementara serta tahap

    pembuangan akhir sampah medis puskesmas di Kota Bukittinggi.

    D. Cara Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi yang menggunakan

    checklist serta pengukuran untuk mengetahui timbulan sampah dengan menggunakan

    timbangan

    2.

    Data Sekunder

    Data sekunder adalah data timbulan sampah yang diperoleh dari hasil observasi di

    masing-masing puskesmas kota Bukittinggi dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

    Bukittinggi

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    36/83

    E. Instrument Penelitian

    1. Checklist

    Checklist digunakan untuk pengamatan pada tahap-tahap pengelolaan sampah

    medis yang telah dilakukan oleh Puskesmas di Kota Bukittinggi.

    2. Timbangan

    Alat yang digunakan untuk menimbang sampah medis dalam waktu seminggu.

    F. Teknik Pengolahan Data

    Setelah pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data dengan komputerisasi.

    Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

    1. Pemeriksaan data (Editing)

    Kegiatan ini dilakukan dengan memeriksa langsung data setiap instrument (checklist)

    yang berkaitan dengan kelengkapan pengisian dan kejelasan hasil penelitian.

    2. Pemberian kode (Coding)

    Tidak melakukan pengkodean karena obseravsinya memakai checklist.

    3. Pemeriksaan Ulang (Cleaning)

    Cleaning data adalah melakukan cek ulang kembali data untuk melihat kemungkinan

    adanya kesalahan data atau tidak, sehingga siap untuk dianalisis.

    G. Analisis Data

    Data dianalisis dengan Analisa Univariat serta dijadikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    37/83

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum

    1. Puskesmas Kota Bukittinggi

    Kota Bukittinggi telah memiliki pelayanan kesehatan yang baik, kota dengan luas

    25,24 km2 ini telah memiliki 5 rumah sakit, yaitu 3 milik pemerintah dan 2 milik swasta.

    Selain itu, juga didukung oleh 6 puskesmas dan 15 puskesmas pembantu.

    Puskesmas di wilayah kerja Kota Bukittinggi :

    a.) Puskesmas Tigo Baleh

    Puskesmas ini berada di Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo

    Baleh. Jenis puskesmas ini yaitu non perawatan

    b.) Puskesmas Guguk Panjang

    Puskesmas ini berada di Jl. Prof M. Yamin, SH, Kecamatan Guguk Panjang. Jenis

    puskesmas ini yaitu non perawatan.

    c.) Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad

    Puskesmas ini sebelumnya bernama Puskesmas Perkotaan. Puskesmas Perkotaan

    merupakan pengembangan dari Puskesmas Tengah Sawah. Nama Puskesmas Perkotaan

    Rasimah Ahmad diresmikan pada tanggal 1 Juni 2009 oleh Bapak Walikota Bukittinggi

    Drs. H. Djufri. Nama Rasimah Ahmad diambil dari nama Bidan Pertama di Kota

    Bukittinggi.

    Puskesmas ini berada di Jl. Umar Gafar, Kecamatan Guguk Panjang. Jenis

    puskesmas ini yaitu non perawatan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    38/83

    d.) Puskesmas Gulai Bancah

    Puskesmas ini terletak di Jl. Kusuma Bakti Gulai Bancah, Kecamatan Mandiangin

    Koto Selayan. Jenis puskesmas ini yaitu non perawatan. Luas wilayah kerja puskesmas

    ini 1.810 Km2 yang meliputi satu kelurahan yaitu Kelurahan Kubu Gulai Bancah.

    e.) Puskesmas Mandiangin

    Puskesmas ini berada di Jl. H. Abdul Manan Sarojo, Kecamatan Mandiangin Koto

    Selayan. Jenis puskesmas ini yaitu non perawatan

    f.) Puskesmas Nilam Sari

    Puskesmas ini berada di Jl. Nj. Dt. Mangkuto Ameh Koto Selayan, Kecamatan

    Mandiangin Koto Selayan . Jenis : non perawatan

    Almarhum Fachri Qasim Dt. Rajo Ameh pesukuan Pisang Koto Salayan, adalah

    ahli waris dari Hj. Nilam Sari, pemilik tanah dan bangunan Puskesmas Nilam Sari yang

    berlokasi di Kelurahan Pulai Anak Air Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS).

    Tanah beserta bangunan puskesmas itu dibangun sendiri oleh ahli waris dan diserahkan

    ke Pemko Bukittinggi pada tahun 2002 lalu dimanfaatkan sebagai pusat kesehatan

    masyarakat (puskesmas). Puskesmas Nilam Sari pemanfaatannya hanya semata untuk

    pusat pelayanan pengobatan bagi masyarakat, karena itulah puskesmas itu diberi nama

    Nilam Sari.

    2. Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi

    Pada pelaksanaan sistem pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi,

    tahap pemilahan dan pengumpulan sampah medis yang dilakukan oleh petugas perawat pada

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    39/83

    tiap-tiap ruang perawatan medis menggunakan tempat penampungan sampah medis dan

    safety box. Sampah medis dari tiap-tiap ruang pelayanan medis kemudian diangkut oleh

    petugas pengelola sampah medis yang biasa disebut dengan cleaning service. Sedangkan

    Sanitarian Puskesmas hanya mengawasi jalannya pengelolaan sampah medis tersebut. Tapi

    di Puskesmas Tigo Baleh, sanitarian juga yang mengunpulkan sampah setiap ruang

    pelayanan medis. sedangkan di Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad, sanitariannya

    sekarang ini tidak ada karena pindah keluar kota jadi yang bertanggung jawab sementara

    atas sampah medis di puskesmas itu adalah supir ambulance puskesmas.

    3. Jumlah Kunjungan Pasien

    Jumlah kunjungan pasien masing-masing puskesmas itu berbeda-beda. Jumlah

    kunjungan pasien di masing-masing puskesmas bulan Mei tahun 2015 :

    Tabel 2.

    Jumlah Kunjugan Dalam Gedung di masing-masing Puskesmas

    No. PuskesmasJumlah Kunjungan

    (Orang)

    1. Tigo Baleh 2299

    2. Guguk Panjang 2607

    3. Perkotaan Rasimah

    Ahmad2385

    4. Gulai Bancah 2463

    5. Mandiangin 2985

    6. Nilam Sari 3628

    Sumber :Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi bulan Mei tahun 2015

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    40/83

    B. Hasil Penelitian

    Sistem pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi mengacu pada

    Permenkes No 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,

    tahap pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi meliputi:

    1. Timbulan sampah medis

    Timbulan sampah medis merupakan unsur penting dalam analisis sampah medis.

    Analisis komposisi sampah medis dilakukan untuk mengetahui komposisi sampah

    medis terbesar.

    Tabel 3.Timbulan Sampah Medis, Jenis Sampah Infeksius dan Komposisi Sampah Selama

    Seminggu

    Berdasarkan penimbangan sampah medis selama seminggu disemua puskesmas

    di Kota Bukittinggi, maka di dapatlah jumlah sampah medisnya 21,73 Kg dengan rata-

    rata perharinya 3,62 Kg.

    Puskesmas Tigo Baleh yang lebih banyak menghasilkan sampah medis yaitu

    5,68 Kg dengan rincian 2,33 Kg sampah medis benda tajam dan 3,35 Kg sampah medis

    No PuskesmasTimbulanSampah

    (Kg/hari)

    Jenis Sampah Infeksius Komposisi Sampah

    Benda Tajam

    (Kg/hari)

    Non

    Benda

    Tajam

    (Kg/hari)

    BendaTajam

    (%)

    Non

    Benda

    Tajam

    (%)

    1. Tigo Baleh 5,68 2,33 3,35 11 15

    2. Guguk Panjang 3,39 1,42 1,96 7 9

    3. PerkotaanRasimah Ahmad

    3,72 1,73 1,98 8 9

    4. Gulai Bancah 3,28 1,46 1,82 6 8

    5. Mandiangin 3,47 1,95 1,52 9 7

    6. Nilam Sari 2,19 1,06 1,12 5 5

    Jumlah 21.73 9,95 11,75 46 53

    Rata-rata per hari 3,62 1,66 1,96 7,6 8,83

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    41/83

    non benda tajam. Sedangkan timbulan sampah medis yang paling sedikit yaitu

    Puskesmas Nilam Sari yaitu 2,19 Kg dengan didominasi oleh sampah medis non benda

    tajam yaitu 1,12 Kg.

    Rata-rata komposisi sampah medis di Puskesmas Kota Bukittinggi perharinya

    yaitu 7,6% sampah medis benda tajam dan 8,83% sampah medis non benda tajam.

    Komposisi sampah medis benda tajam terbanyak yaitu di Puskesmas Tigo Baleh

    dengan 11%. Sampah medis infeksius benda tajam itu seperti jarum suntik (syringe) dan

    nail puder. Dan sampah medis non benda tajam terbanyak yaitu di Puskesmas Tigo

    Baleh dengan 15%. Sampah medis infeksius non benda tajam itu seperti kapas, kasa,

    sarung tangan (handscoen) yang bercampur darah atau terkontak langsung dengan

    penderita.

    2. Pemilahan sampah medis

    Seluruh tempat sampah medis yang dimiliki Puskesmas di Kota Bukittinggi

    dibedakan antara sampah medis benda tajam dan non benda tajam. Semua Puskesmas

    Kota Bukittinggi telah menyediakan safety box untuk sampah medis benda tajam dan

    juga tempat penampungan sampah khusus untuk sampah medis non benda tajam yang

    mana tempat penampungan sampah itu dilapisi dengan kantong pelapis plastik yang

    seharusnya berwarna kuning. Tapi hanya Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad dan

    Puskesmas Mandiangin yang memakai kantong pelapis plastik warna kuning.

    Sedangkan di Puskesmas Guguk Panjang dan Puskesmas Gulai Bancah memakai

    kantong pelapis plastik warna merah. Di Puskesmas Tigo Baleh dan Puskesmas Nilam

    Sari memakai kantong pelapis plastik warna putih. (Untuk lebih jelasnya bisa langsung

    dilihat di lampiran dokumentasi).

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    42/83

    Kantong pelapis plastik seharusnya selalu dipasang dan diganti setiap hari pada

    saat tempat sampah dikosongkan.

    Tabel 4.

    Hasil Checklist Pemilahan di Puskesmas Kota Bukittinggi

    No. Yang Diamati P1 P2 P3 P4 P5 P6

    1.Tersedianya safety box untuk

    sampah medis benda tajam

    2.

    Tersedianya tempat

    penampungan khusus untuk

    sampah medis non benda tajam

    Ket :P1 = Puskesmas Tigo Baleh

    P2 = Puskesmas Guguk Panjang

    P3 = Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad

    P4 = Puskesmas Gulai Bancah

    P5 = Puskesmas Mandiangin

    P6 = Puskesmas Nilam Sari

    Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan, dari 6 Puskesmas di Kota

    Bukittinggi, tahap pemilahannya sudah baik terbukti dengan semua puskesmas

    memiliki safety box (untuk sampah medis benda tajam) dan tempat penampungan

    sampah medis (untuk sampah medis non benda tajam).

    3. Pengumpulan sampah medis

    Pengumpulan sampah medis di semua Puskesmas Kota Bukittinggi

    dilakukan pada tiap-tiap ruangan dengan menggunakan tempat sampah yang terbuat

    dari bahan plastik untuk sampah medis non benda tajam yang sudah dilengkapi

    dengan plastik pembungkus dan safety box untuk sampah medis benda tajam.

    Safety box dan tempat penampungan sampah medis telah disediakan di masing-

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    43/83

    masing ruang pelayanan medis. minimal di satu ruang pelayanan medis terdapat

    satu safety box dan satu tempat penampungan sampah medis.

    Distribusi Puskesmas berdasarkan sarana pengumpulan disajikan pada Tabel

    6 berikut:

    Tabel 5.

    Distribusi Puskesmas Berdasarkan Tahap Pewadahan / Pengumpulan Sampah Medis

    B

    Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa 6 Puskesmas di Kota

    Bukittinggi melaksanakan tahap pengumpulan sampah medis dengan baik, ini

    terbukti dengan seluruh persentasenya lebih dari 65%. Puskesmas yang

    melaksanakan tahap pengumpulan paling baik yaitu Puskesmas Guguk Panjang,

    Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad dan Puskesmas Gulai Bancah dengan

    persentase masing-masingnya yaitu 90%. Sedangkan puskesmas lainnya dengan

    persentase 80% yaitu Puskesmas Tigo Baleh, Puskesmas Mandiangin dan Puskesmas

    Nilam Sari.

    No Puskesmas

    Tahap PewadahanPersentase

    (%)Memenuhi

    Syarat

    Tidak Memenuhi

    Syarat

    1 Guguk Panjang - 90

    2 Tigo Baleh - 80

    3 Perkotaan Rasimah

    Ahmad

    - 90

    4 Gulai Bancah - 90

    5 Mandiangin - 80

    6 Nilam Sari - 80

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    44/83

    Tabel 6.

    Hasil Checklist Pengumpulan di Puskesmas Kota Bukittinggi

    No. Yang Diamati P1 P2 P3 P4 P5 P6

    1. Wadah terbuat dari bahan yang

    kedap air

    2. Wadah terbuat dari bahan yang

    tahan karat

    3. Wadah terbuat dari bahan yang kuat

    4. Wadah terbuat dari bahan yang

    cukup ringan

    5. Permukaan wadah terbuat dari

    bahan yang bagian dalamnya halus

    6. Wadah mempunyai tutup yang

    mudah dibuka

    7. Pewadahan dilapisi dengan kantong

    plastik

    8. Pewadahan dilengkapi dengan label

    sampah medis

    -

    9. Warna pelapis plastik sesuai

    ketentuan

    - - - -

    10. Kantong pelapis plastik pada tempat

    sampah diangkut bila 2/3 bagian

    terisi

    11. Tempat sampah medis dicuci dan

    didesinfeksi setelah dikosongkandan akan digunakan lagi

    - - - - - -

    Ket :

    P1 = Puskesmas Tigo Baleh

    P2 = Puskesmas Guguk Panjang

    P3 = Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad

    P4 = Puskesmas Gulai Bancah

    P5 = Puskesmas Mandiangin

    P6 = Puskesmas Nilam Sari

    Berdasarkan hasil checklist diatas, maka terlihatlah ternyata warna pelapis

    plastik di semua puskesmas tidak sesuai ketentuan yang mana harusnya berwarna

    kuning dan tempat sampah medis tidak dicuci dan didesinfeksi ketika akan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    45/83

    digunakan lagi. Label sampah medis pun hanya di pakai di Puskesmas Perkotaan

    Rasimah Ahmad dan Puskesmas Gulai Bancah.

    4. Penampungan sementara

    Sampah medis yang berasal sari semua puskesmas Kota Bukittinggi,

    meliputi ruang imunisasi, poliklinik umum, poli gigi, KIA/KB, imunisasi, labor dan

    Unit Gawat Darurat (UGD). Seharusnya sampah medis tersebut ditampung pada

    tempat penampungan sementara sebelum akhirnya dimusnahkan. Akan tetapi

    puskesmas di Kota Bukittinggi tidak ada yang memiliki TPS (Tempat

    Penampungan Sementara). Sampah-sampah medis tersebut hanya dikumpulkan di

    tempat sampah bertutup dan safety box yang telah disediakan di ruangan masing-

    masing. Apabila sampahnya sudah banyak atau ada sampah medis berbahaya

    seperti sampah medis dari bekas pasien penyakit menular, maka sampahnya

    langsung diangkut di hari itu juga.

    5. Pengangkutan

    Sampah medis yang berada di masing-masing ruangan penghasil sampah

    medis dikumpulkan oleh cleaning service atau saniatarian puskesmas. Kemudian

    diangkut menuju daerah Talao, tempat beradanya insenerator milik DKP (Dinas

    Kebersihan dan Pertamanan). Kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan

    sampah medis semua puskesmas di Kota Bukittinggi adalah ambulancepuskesmas.

    Pengangkutan sampah medis dilakukan secara bersamaan menggunakan satu

    kendaraan. Dalam kendaraan tersebut belum terdapat sekat atau batas untuk

    memisahkan antara sampah medis dengan materi lainnya. Kendaraan tersebut

    dalam keadaan pintu dapat dikunci. Seluruh puskesmas di Kota Bukittinggi,

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    46/83

    melakukan pengangkutan sampah medis menuju tempat pemusnahan menggunakan

    ambulance.

    Tabel 7.

    Hasil Checklist Pengangkutan di Puskesmas Kota Bukittinggi

    No. Yang Diamati P1 P2 P3 P4 P5 P6

    1. Alat angkut terbuat dari bahan yang

    kedap air

    2. Alat angkut terbuat dari bahan yang

    tahan karat

    3. Alat angkut mempunyai tutup

    4. Alat angkut mudah dibersihkan dan

    dikosongkan

    5. Alat angkut memiliki permukaan

    bagian dalam yang halus

    6. Sampah diangkut setiap hari - - - - - -

    7. Kapasitas alat angkut cukupmembawa sampah yang ada

    8. Setelah pengangkutan alat angkutlangsung di bersihkan

    Ket :

    P1 = Puskesmas Tigo Baleh

    P2 = Puskesmas Guguk Panjang

    P3 = Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad

    P4 = Puskesmas Gulai Bancah

    P5 = Puskesmas Mandiangin

    P6 = Puskesmas Nilam Sari

    Berdasarkan hasil checklist diatas, maka terlihatlah semua puskesmas di

    Kota Bukittinggi tidak melakukan pengangkutan sampah setiap hari karena sampah

    medis per harinya di masing-masing puskesmas tidak banyak. Tapi apabila ada

    sampah medis dari pasien yang memiliki penyakit menular, maka sampahnya

    langsung diantar ke tempat pemusnahan.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    47/83

    6.) Pemusnahan sampah medis

    Puskesmas di Kota Bukittinggi dalam memusnahkan sampah medisnya

    menggunakan incinerator milik DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) karena

    ini sudah kebijakan dari Pemko Bukittinggi. Incinerator memiliki kapasitas: 4000

    liter , temperatur: 800-1200 C, bahan bakar solar, pengaturan waktu kerja:1 jam,

    listrik: 2500 Watt.

    Sampah medis yang dikirim oleh semua puskesmas Kota Bukittinggi

    langsung dimasukkan ke dalam insinerator karena di Talao ini tidak terdapat TPS

    (Tempat Penampungan Sementara) untuk semua sampah yang diantar kesitu.

    Apabila insinerator sudah penuh maka dilakukan pembakaran. Pembakaran sampah

    medis dilakukan 1 kali dalam seminggu tergantung dari sampah medis yang dikirim

    dari puskesmas banyak atau sedikit.

    Ketika sampah medis dimusnahkan, suhu insineratornya lebih dari 10000C.

    Sampah medisnya tidak langsung dibakar dalam waktu 24 jam dari waktu sampah

    medis dikirim dari puskesmas. Dan hasil pembakaran dari insinerator tersebut pun

    tidak semuanya berubah menjadi abu, masih ada spet atau jarum suntik yang tidak

    habis dibakar. (Untuk lebih jelasnya bisa langsung lihat di Lampiran Dokumentasi).

    Tabel 8.

    Hasil Checklist Insinerator Kota Bukittinggi

    No. Yang Diamati Ya Tidak

    1. Sampah medis dimusnahkan di

    insenerator dengan suhu >10000C

    2. Sampah medis dibakar selambat-

    lambatnya 24 jam

    3. Hasil pembakarannya berupa

    abu

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    48/83

    Berdasarkan hasil checklist tersebut, maka insinerator ini tidak memenuhi

    syarat (< 65%) dengan persentase 33,3% karena sampah medisnya tidak dibakar

    selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam dan semua hasil pembakarannya tidak

    berubah menjadi abu.

    C. Pembahasan

    Tahap pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi meliputi:

    1.) Pemilahan sampah medis

    Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah pemilahan dan

    identifikasi sampah. Cara yang tepat untuk mengidentifikasi kategori sampah adalah

    dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang

    digunakan (WHO, 2005).

    Berdasarkan hasil observasi, 6 Puskesmas di Kota Bukittinggi tahap

    pemilahannya sudah baik tapi kebanyakan kantong plastik yang digunakan untuk

    pelapis di tempat sampah tersebut tidak semuanya berwarna kuning melainkan berwarna

    putih seperti di Puskesmas Mandiangin. Sedangkan di Puskesmas Nilam Sari tidak

    memakai kantong pelapis plastik pada tempat sampah medis non benda tajam.

    Selebihnya, puskesmas lain sudah memakai kantong pelapis plastik berwarna kuning

    untuk tempat sampah medis non benda tajam.

    Seperti dalam skripsi Dyah Pratiwi mahasiswa Universitas Negeri Semarang

    tahun 2013 yang berjudul Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas

    Kabupaten Pati menjelaskan bahwa jenis pemilahan sampah telah dilakukan oleh

    ketiga puskesmas di Kabupaten Pati dengan teknik yang berbeda, di mana Puskesmas A

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    49/83

    memilahkan tempat sampah medis dan non medis tanpa pelabelan, tanpa pembedaan

    warna tempat sampah, sehingga dipilah manual oleh petugas cleaning service. di

    Puskesmas B memilahkan tempat sampah medis dengan pelabelan, tanpa perbedaan

    warna kantong sampah, sementara di Puskesmas C sudah ada pelabelan tempat sampah

    ataupun pembedaan warna kantong plastik sehingga memudahkan untuk pemilahannya.

    Menurut Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan

    kesehatan lingkungan rumah sakit, kantong pelapis plastik untuk sampah medis

    seharusnya berwarna kuning karena sampah medis yang dihasilkan di puskesmas

    termasuk kategori sampah infeksius. Tapi kenyataannya, masih banyak puskesmas yang

    tidak memakai kantong pelapis plastik warna kuning.

    Pemilahan sampah medis belum sepenuhnya memenuhi standar, karena belum

    menggunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan

    kemana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang (Pruss, 2005).

    2.) Pengumpulan sampah medis

    Puskesmas di Kota Bukittinggi telah mengupayakan pengumpulan sampah

    medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

    Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan checklist, yaitu sebanyak 6

    Puskesmas di Kota Bukittinggi melaksanakan tahap pengumpulan sampah medis

    dengan baik tapi tidak semua puskesmas yang memiliki label sampah medis (Puskesmas

    Nilam Sari tidak memakai label sampah medis), warna pelapis plastik belum sesuai

    ketentuan (hanya Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad dan Puskesmas Mandiangin

    yang sudah memakai kantong plastik warna kuning) dan tempat sampah medis di semua

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    50/83

    puskesmas tidak dicuci dan didensifeksi setelah dikosongkan ketika akan digunakan

    lagi.

    Seperti dalam skripsi Komang Yudha Widiartha mahasiswa Universitas Jember

    tahun 2012 tentang Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Puskesmas di

    Kabupaten Jember menjelaskan bahwa sebanyak 5 Puskesmas (71,4%) dari 7

    Puskesmas di Kabupaten Jember di pedesaan melaksanakan tahap pengumpulan limbah

    medis dengan baik. Unit pelayanan medis di Puskesmas di Kabupaten Jember

    menggunakan tempat sampah medis yang terbuat dari bahan plastik yang kuat, ringan,

    tahan karat, kedap air, permukaan halus pada bagian dalam, dan memiliki tutup yang

    mudah dibuka dan ditutup kembali.

    3.) Penampungan sementara

    Puskesmas seharusnya memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk

    sampah medis karena seharusnya sampah medis tersebut ditampung pada tempat

    penampungan sementara sebelum akhirnya dimusnahkan. Akan tetapi puskesmas di

    Kota Bukittinggi tidak ada yang memiliki TPS (Tempat Penampungan Sementara).

    Sampah-sampah medis tersebut hanya dikumpulkan di tempat sampah bertutup dan

    safety box yang telah disediakan di ruangan masing-masing. Apabila sampahnya sudah

    banyak atau ada sampah medis berbahaya seperti sampah medis dari bekas pasien

    penyakit menular, maka sampahnya langsung diangkut di hari itu juga.

    Beda dengan skripsi Komang Yudha Widiartha, menjelaskan bahwa Puskesmas

    di Kabupaten Jember telah mengupayakan sarana penampungan sementara sampah

    medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat hasil observasi,

    yaitu sebanyak 4 Puskesmas (57,1%) dari 7 Puskesmas di Kabupaten Jember, yang ada

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    51/83

    di Pedesaan melakukan pelaksanaan pengelolaan tahap penampungan sementara dengan

    baik.

    Pengumpulan sampah medis hendaknya benar-benar dipisahkan antara sampah

    medis benda tajam dan non benda tajam, termasuk pemisahan dan pengumpulan sampah

    medis berdasarkan karakteristik.

    Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk

    tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena

    resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam

    kelompok sampah medis yang sangat berbahaya.

    Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui

    subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi

    virus pada darah (Pruss. A, 2005: 22). Sampah medis hendaknya diangkut sesering

    mungkin sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2004).

    4.) Pengangkutan

    Berdasarkan hasil observasi, yaitu dari 6 Puskesmas di Kota Bukittinggi

    melakukan pengangkutan sampah medis menuju tempat pemusnahan menggunakan

    ambulance.

    Ambulance puskesmas digunakan untuk mengantarkan pasien dan membawa

    petugas turun ke lapangan. Tapi ternyata ambulance juga digunakan untuk

    mengantarkan sampah medis ke tempat pemusnahan. Oleh karena itu, resiko penularan

    penyakit akan terjadi di ambulance tersebut.

    Sampah medis yang berada di ruangan pelayanan medis dikumpulkan, kemudian

    diangkut menuju tempat pemusnahan sampah medis yang berada di Talao. Kendaraan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    52/83

    yang digunakan untuk pengangkutan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi

    adalah ambulance puskesmas. Pengangkutan sampah medis dilakukan secara bersamaan

    menggunakan satu kendaraan, dalam kendaraan tersebut belum terdapat sekat atau batas

    untuk memisahkan antara sampah medis dengan materi lainnya. Kendaraan tersebut

    dalam keadaan pintu dapat dikunci.

    Hal ini belum sesuai dengan Depkes RI (1996) karena ada beberapa hal yang

    kurang terpenuhi dengan sempurna yaitu penggunaan kendaraan pengangkut yang

    digunakan untuk mengangkut sampah medis adalah ambulance, seharusnya

    menggunakan kendaraan pengangkut yang khusus (truk) hanya digunakan untuk

    sampah medis dimaksudkan untuk menghindari bercampurnya sampah medis dengan

    materi lain.

    Pada proses pengangkutan dan pemindahan sampah medis di keenam puskesmas

    di Kota Bukittinggi masih menggunakan cara manual, artinya dibawa begitu saja

    dengan wadahnya menggunakan tangan petugas, tidak menggunakan kontainer dan

    tidak melalui jalur khusus.

    Seperti dalam skripsi Dyah Pratiwi mahasiswa Universitas Negeri Semarang

    tahun 2013 yang berjudul Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas

    Kabupaten Pati menjelaskan bahwa pada proses pengangkutan dan pemindahan

    sampah medis di ketiga puskesmas di Kabupaten Pati masih menggunakan cara manual,

    tidak menggunakan kontainer dan tidak melalui jalur khusus.

    Seharusnya petugas penanganan sampah medis harus menggunakan alat

    pelindung diri (APD) yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    53/83

    panjang, apron, pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI,

    2004).

    5.) Pemusnahan sampah medis

    Puskesmas di Kota Bukittinggi dalam memusnahkan sampah medisnya

    menggunakan incinerator milik DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) karena ini

    sudah kebijakan dari Pemko Bukittinggi. Incinerator memiliki kapasitas: 4000 liter ,

    temperatur: 800-1200 C, bahan bakar solar, pengaturan waktu kerja:1 jam, listrik: 2500

    Watt. Pembakaran sampah medis dilakukan 1 kali dalam seminggu tergantung dari

    sampah medis yang dihasilkan banyak atau sedikit. Dalam satu kali proses pembakaran

    yang dilakukan dalam satu hari, yaitu memasukkan sampah medis ke dalam incinerator

    dilakukan satu kali dari semua sampah medis yang dihasilkan dari tiap-tiap ruang

    pelayanan Puskesmas di Kota Bukittinggi.

    Hal ini diperkuat hasil observasi, yaitu sebanyak 6 Puskesmas di Kota

    Bukittinggi dalam mengelola sampah medis pada tahap pemusnahan sampah medis

    menggunakan incinerator.

    Hal ini sesuai dengan Depkes RI (1996), bahwa pemusnahan sampah medis

    dilakukan dengan cara pembakaran menggunakan incinerator. Penanganan hasil akhir

    sampah medis berupa abu setelah pembakaran dari incinerator menggunakan metode

    landfill (abu diuruk tanah) tanpa ada perlakuan khusus sebelum ditanam, hal ini

    bertentangan dengan Depkes RI (1997), dalam metode landfill sampah medis yang telah

    dimusnahkan menjadi abu memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    54/83

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran pengelolaan sampah

    medis di puskesmas Kota Bukittinggi tahun 2015 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Jumlah sampah medis yang dihasilkan selama seminggu oleh 6 puskesmas kota Bukittinggi

    sebanyak 21,37 Kg dengan rincian sampah medis benda tajam sebanyak 9,95 Kg dan

    sampah medis non benda tajam 11,75 Kg. Rata-rata komposisi per hari sampah medis benda

    tajam 7,6% dan sampah medis non benda tajam 8,83%.

    2. Tahap pemilahannya sudah baik dengan persentase 100% karena semua puskesmas sudah

    memiliki safety box (untuk sampah medis benda tajam) dan tempat penampungan sampah

    medis (untuk sampah medis non benda tajam).

    3. Warna pelapis plastik di semua puskesmas tidak sesuai ketentuan yang mana harusnya

    berwarna kuning dan tempat sampah medis tidak dicuci dan didesinfeksi ketika akan

    digunakan lagi. Label sampah medis pun hanya di pakai di Puskesmas Perkotaan Rasimah

    Ahmad dan Puskesmas Gulai Bancah.

    4. Puskesmas di Kota Bukittinggi tidak ada yang memiliki TPS (Tempat Penampungan

    Sementara). Sampah-sampah medis tersebut hanya dikumpulkan di tempat sampah bertutup

    dan safety box yang telah disediakan di ruangan masing-masing.

    5. Semua Puskesmas di Kota Bukittinggi tidak melakukan pengangkutan sampah setiap hari

    karena sampah medis per harinya di masing-masing puskesmas tidak banyak. Tapi apabila

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    55/83

    ada sampah medis dari pasien yang memiliki penyakit menular, maka sampahnya langsung

    diantar ke tempat pemusnahan.

    6. Puskesmas di Kota Bukittinggi dalam memusnahkan sampah medisnya menggunakan

    incinerator milik DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) karena ini sudah kebijakan dari

    Pemko Bukittinggi. Berdasarkan hasil checklist tersebut, maka insinerator ini tidak

    memenuhi syarat (< 65%) dengan persentase 33,3% karena sampah medisnya tidak dibakar

    selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam dan semua hasil pembakarannya tidak berubah

    menjadi abu.

    B. Saran

    1. Bagi Puskesmas Kota Bukittinggi

    Puskesmas Kota Bukittinggi perlu melaksanakan pengelolaan sampah medis secara

    optimal dengan memperhatikan hal-hal berikut:

    1.) Pihak Puskesmas perlu meningkatkan pengadaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan

    dalam pengelolaan sampah medis seperti peningkatan jumlah tempat sampah,

    pengadaan kantong plastik, pengadaan alat pengangkut sampah berupa gerobak/troli dan

    melakukan koordinasi dengan petugas yang menangani sampah medis secara langsung.

    2.) Pihak sanitasi (sanitarian) perlu mengevaluasi dan memperbaiki prosedur tetap

    mengenai pengelolaan sampah medis sehingga petugas perawat dan pengelola sampah

    (cleaning service) melaksanakan pengelolaan sampah medis secara maksimal.

    2. Bagi Dinas Kesgehatan Kota Bukittiggi

    Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi perlu memberikan bimbingan dalam bentuk

    penyuluhan tentang pelaksanaan teknis pengelolaan sampah maupun ikut berperan serta

    dalam pelaksanaan pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi, dengan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    56/83

    melakukan manajemen yang baik, meliputi: penyediaan operasional, sarana dan prasarana

    penunjang pelaksanaan pengelolaan sampah medis bagi Puskesmas di Kota Bukittinggi.

    3. Bagi Peneliti Lain

    Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, perlu dilakukan penelitian terkait,

    manajemen, sarana dan prasarana penunjang, serta peran dari semua petugas kesehatan di

    Puskesmas dalam pelaksanaan pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi.

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    57/83

    DOKUMENTASI

    Pewadahan Sampah Medis di Puskesmas Pewadahan Sampah Medis di PuskesmasTigo Baleh Guguk Panjang

    Pewadahan Sampah Medis di Puskesmas Pewadahan Sampah Medis di puskesmas

    Gulai Bancah Mandiangin

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    58/83

    Pewadahan Sampah Medis di Puskesmas Pewadahan Sampah Medis di

    Perkotaan Rasimah Ahmad Puskesmas Nilam Sari

    Safety Box untuk sampah medis Mobil Ambulance yang mengantarkan

    benda tajam Sampah Medis ke tempat pemusnahan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    59/83

    Sampah Medis di Puskesmas Perkotaan Insinerator Milik Pemko BukittinggiRasimah Ahmad sebelum diantar

    Ke tempat pemusnahan

    Bagian dalam Insinerator Hasil Pembakaran di Insineator

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    60/83

    CHECKLIST PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS DI KOTA BUKITTINGGI

    TAHUN 2015

    Nama Puskesmas : Tigo Baleh

    Alamat : Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

    Hari / tanggal : 5 Mei 2015

    1. Timbulan (Kg)

    Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6

    1,16 1,12 1,24 1,02 0,50 0,64

    2. Pemilahan

    No Variabel yang diamati Ya Tidak

    1. Tersedianya safety box untuk

    sampah medis benda tajam

    2. Tersedianya tempat penampungan

    khusus untuk sampah medis non

    benda tajam

    3. Penampungan

    No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)

    1 Wadah terbuat dari bahan yang kedap air

    2 Wadah terbuat dari bahan yang tahan karat

    3 Wadah terbuat dari bahan yang kuat

    4 Wadah terbuat dari bahan yang cukup

    ringan

    5 Permukaan wadah terbuat dari bahan yang

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    61/83

    bagian dalamnya halus

    6 Wadah mempunyai tutup yang mudah

    dibuka

    7 Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik

    8 Warna pelapis plastik sesuai ketentuan

    9 Kantong pelapis plastik pada tempat

    sampah diangkut bila 2/3 bagian terisi

    10 Tempat sampah medis dicuci dan

    didesinfeksi setelah dikosongkan dan akan

    digunakan lagi

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100

    =8

    10 100

    = 80% Memenuhi Syarat

    4. Tempat Penampungan Sementara

    No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )

    1 Tempat penampungan sementara

    terbuat dari bahan yang kedap air

    2 Tempat penampungan sementara

    terbuat dari bahan yang tahan karat

    3 Permukaan tempat penampungan

    sementara terbuat dari bahan yang

    bagian dalam halus

    4 Mempunyai tutup

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    62/83

    5 Tidak jauh dari sumber penghasil

    sampah yaitu 200 meter dari sumber

    penghasil

    6 Tempat penampungan sementara

    sampah medis terpisah dengan sampah

    non medis

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100%

    Semua puskesmas di Kota Bukittinggi tidak memiliki TPS (Tempat Penampungan

    Sementara) sampah medis, jadi cheklist ini tidak bisa digunakan.

    5. Pengangkutan

    No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)

    1 Alat angkut terbuat dari bahan yang kedap

    air

    2 Alat angkut terbuat dari bahan yang tahankarat

    3 Alat angkut mempunyai tutup

    4 Alat angkut mudah dibersihkan dan

    dikosongkan

    5 Alat angkut memiliki permukaan bagian

    dalam yang halus

    6 Sampah diangkut setiap hari

    7 Kapasitas alat angkut cukup membawa

    sampah yang ada

    8 Setelah pengangkutan alat angkut langsung

    di bersihkan

    Keterangan :

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    63/83

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100%

    = 7 x 100 %

    8

    = 87,5 % Memenuhi Syarat

    6. Pemusnahan

    No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )

    1 Sampah medis dimusnahkan di

    insenerator dengan suhu >1000

    0

    C

    2 Sampah medis dibakar selambat-

    lambatnya 24 jam

    3 Hasil pembakarannya berupa abu

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =

    Jumlah ya

    Jumlah semua item X 100%

    = 1 x 100%

    3

    = 33,3 % Tidak Memenuhi Syarat

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    64/83

    CHECKLIST PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS DI KOTA BUKITTINGGI

    TAHUN 2015

    Nama Puskesmas : Guguk Panjang

    Alamat : Jl. Prof M. Yamin, SH, Kecamatan Guguk Panjang

    Hari / tanggal : 5 Mei 2015

    1. Timbulan (Kg)

    Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6

    0,60 0,45 0,56 0,63 0,66 0,49

    2. Penampungan

    No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)

    1 Wadah terbuat dari bahan yang kedap air

    2 Wadah terbuat dari bahan yang tahan karat

    3 Wadah terbuat dari bahan yang kuat

    4 Wadah terbuat dari bahan yang cukup

    ringan

    5 Permukaan wadah terbuat dari bahan yang

    bagian dalamnya halus

    6 Wadah mempunyai tutup yang mudah

    dibuka

    7 Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik

    8 Warna pelapis plastik sesuai ketentuan

    9 Kantong pelapis plastik pada tempat

    sampah diangkut bila 2/3 bagian terisi

    10 Tempat sampah medis dicuci dan

    didesinfeksi setelah dikosongkan dan akan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    65/83

    digunakan lagi

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100

    =8

    10 100

    = 80% Memenuhi Syarat

    3. Tempat Penampungan Sementara

    No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )

    1 Tempat penampungan sementara

    terbuat dari bahan yang kedap air

    2 Tempat penampungan sementara

    terbuat dari bahan yang tahan karat

    3 Permukaan tempat penampungan

    sementara terbuat dari bahan yang

    bagian dalam halus

    4 Mempunyai tutup5 Tidak jauh dari sumber penghasil

    sampah yaitu 200 meter dari sumber

    penghasil

    6 Tempat penampungan sementara

    sampah medis terpisah dengan sampah

    non medis

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100%

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    66/83

    Semua puskesmas di Kota Bukittinggi tidak memiliki TPS (Tempat Penampungan

    Sementara) sampah medis, jadi cheklist ini tidak bisa digunakan.

    4. Pengangkutan

    No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)

    1 Alat angkut terbuat dari bahan yang kedap

    air

    2 Alat angkut terbuat dari bahan yang tahan

    karat

    3 Alat angkut mempunyai tutup

    4 Alat angkut mudah dibersihkan dan

    dikosongkan

    5 Alat angkut memiliki permukaan bagian

    dalam yang halus

    6 Sampah diangkut setiap hari

    7 Kapasitas alat angkut cukup membawa

    sampah yang ada

    8 Setelah pengangkutan alat angkut langsung

    di bersihkan

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100%

    =7

    8 100%

    = 87,5 % Memenuhi Syarat

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    67/83

    5. Pemusnahan

    No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )

    1 Sampah medis dimusnahkan di

    insenerator dengan suhu >1000 0C

    2 Sampah medis dibakar selambat-

    lambatnya 24 jam

    3 Hasil pembakarannya berupa abu

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian = Jumlah yaJumlah semua item

    X 100%

    = 1 x 100%

    3

    = 33,3 % Tidak Memenuhi Syarat

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    68/83

    CHECKLIST PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS DI KOTA BUKITTINGGI

    TAHUN 2015

    Nama Puskesmas : Perkotaan Rasimah Ahmad

    Alamat : Jl. Umar Gafar ATTS, kecamatan Guguk Panjang. Jenis puskesmas ini

    yaitu non perawatan

    Hari / tanggal : 6 Mei 2015

    1. Timbulan (Kg)

    Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6

    0,62 0,80 0,63 0,68 0,48 0,76

    2. Penampungan

    No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)

    1 Wadah terbuat dari bahan yang kedap air

    2 Wadah terbuat dari bahan yang tahan karat

    3 Wadah terbuat dari bahan yang kuat

    4 Wadah terbuat dari bahan yang cukup

    ringan

    5 Permukaan wadah terbuat dari bahan yang

    bagian dalamnya halus

    6 Wadah mempunyai tutup yang mudah

    dibuka

    7 Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik

    8 Warna pelapis plastik sesuai ketentuan

    9 Kantong pelapis plastik pada tempat

    sampah diangkut bila 2/3 bagian terisi

    10 Tempat sampah medis dicuci dan

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    69/83

    didesinfeksi setelah dikosongkan dan akan

    digunakan lagi

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100

    =9

    10

    100

    = 90%

    3. Tempat Penampungan Sementara

    No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )

    1 Tempat penampungan sementara

    terbuat dari bahan yang kedap air2 Tempat penampungan sementara

    terbuat dari bahan yang tahan karat

    3 Permukaan tempat penampungan

    sementara terbuat dari bahan yang

    bagian dalam halus

    4 Mempunyai tutup

    5 Tidak jauh dari sumber penghasil

    sampah yaitu 200 meter dari sumber

    penghasil

    6 Tempat penampungan sementara

    sampah medis terpisah dengan sampah

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    70/83

    non medis

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100%

    Semua puskesmas di Kota Bukittinggi tidak memiliki TPS (Tempat Penampungan

    Sementara) sampah medis, jadi cheklist ini tidak bisa digunakan.

    4. Pengangkutan

    No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)

    1 Alat angkut terbuat dari bahan yang kedap

    air

    2 Alat angkut terbuat dari bahan yang tahan

    karat

    3 Alat angkut mempunyai tutup

    4 Alat angkut mudah dibersihkan dan

    dikosongkan

    5 Alat angkut memiliki permukaan bagiandalam yang halus

    6 Sampah diangkut setiap hari

    7 Kapasitas alat angkut cukup membawa

    sampah yang ada

    8 Setelah pengangkutan alat angkut langsung

    di bersihkan

    Keterangan :

    1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%

    2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%

  • 7/26/2019 SISKA ZULFIANI

    71/83

    Penilaian =Jumlah ya

    Jumlah semua itemX 100%

    =7

    8 100%

    = 87,5 % Memenuhi Syarat

    5. Pemusnahan

    No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )

    1 Sampah medis dimusnahkan di

    insenerator dengan