BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rendahnya prestasi dan kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari
matematika merupakan masalah klasik yang terjadi di Indonesia. Laporan Third
International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 1999 yang
menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 38 negara lebih memperjelas
bahwa kemampuan penguasaan matematika di negara Indonesia masih sangat
lemah.
Guru yang salah satunya berperan sebagai pentransfer ilmu, tampaknya
turut memberikan andil dalam rendahnya pencapaian prestasi matematika siswa.
Diyakini saat ini umumnya guru mengajarkan matematika masih dengan cara
yang kurang menarik bahkan cenderung galak. Suyatno (Asmin, 2006)
menyatakan bahwa dalam pengajaran matematika, penyampaian guru cenderung
bersifat monoton dan hampir tanpa variasi kreatif. Tidak mengherankan bila
masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit,
rumit, dan menakutkan.
Di SD sendiri sampai saat ini pengenalan konsep matematika masih berkisar
pada pengenalan angka, berhitung atau membilang dan mengoperasikan bilangan,
yang terkadang kegiatan tersebut belum dimengerti anak. Anak tidak memahami
mengapa harus mampu membilang, untuk apa angka harus dikurang, ditambah,
atau dikali. Padahal Panhuizen (Suharta, 2006) menyatakan bahwa bila anak
1
belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari (tanpa makna)
maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.
Masih jarang ditemui guru yang dalam pengajaran matematikanya
menanamkan proses pemaknaan. Guru umumnya melatih anak agar mampu
menghitung angka sampai pada tingkatan tertentu, meminta anak untuk menghafal
angka hasil pengurangan, penambahan, atau pengkalian. Tak heran jika anak yang
dianggap pintar adalah jika dapat berhitung sampai seratus, mampu
mengoperasikan pengurangan, penambahan, dan pengkalian angka. Padahal
menurut Putman (1987) salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika
adalah agar anak mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam
berbagai keterampilan serta mampu menggunakannya sebagai strategi untuk
memecahkan masalah. Matematika seharusnya dipahami sebagai suatu ilmu yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau
pada bidang lain. Dengan demikian tidak ada lagi anggapan bahwa mempelajari
matematika hanya sebagai suatu pekerjaan sia-sia yang hanya mencari
x dan y saja.
Sebagai upaya untuk menghindari adanya kegiatan pembelajaran
matematika yang sifatnya hapalan (rumus, angka) dan drill, yang melahirkan
pemahaman yang salah tentang matematika maka sejak dini perlu dilakukan suatu
kegiatan pembelajaran matematika dengan berbagai variasi pendekatan, strategi
serta metode yang sesuai dengan situasi pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar matematika
siswa, maka peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran yang mampu
2
meningkatkan hasil belajar anak yaitu pembelajaran kooperatif dengan strategi
Index Card Match (ICM) atau mencari pasangan. Melalui model pembelajaran ini
siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, dan saling
bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya. Menurut Mitzel (1982) bila
siswa dalam belajarnya bermakna atau terjadi kaitan antara informasi baru dengan
jaringan representasi maka siswa akan mendapatkan suatu pengertian.
Strategi pembelajaran Index Card Match (ICM) ini adalah strategi yang
cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya, namun materi barupun tetap bisa diajarkan dengan strategi
ini. Siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu
sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Zaini,
2008:67)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah implementasi pembelajaran matematika kooperatif dengan strategi
Index Card Match (ICM) di SD Negeri 003 dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika anak?
2. Bagaimana tanggapan atau reaksi anak SDN 003 Tanjungbatu ketika
diberikan pembelajaran matematika kooperatif dengan strategi Index Card
Match (ICM)?
3
3. Kendala dan manfaat apa yang dirasakan guru di lapangan saat
mengimplementasikan pembelajaran matematika kooperatif dengan strategi
Index Card Match (ICM) dikelas 3 SDN 003 Tanjungbatu?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara rinci tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui gambaran pelaksanaan (kekuatan dan kelemahan) implementasi
pembelajaran matematika kooperatif dengan strategi Index Card Match
(ICM) dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika sejak dini.
2. Mengidentifikasi pengaruh implementasi pembelajaran matematika
kooperatif dengan strategi Index Card Match (ICM) terhadap peningkatan
pemahaman konsep matematika anak sejak dini.
3. Mengetahui tanggapan atau reaksi anak terhadap proses pembelajaran
matematika kooperatif dengan strategi Index Card Match (ICM)
4. Mengidentifikasi tanggapan guru (kendala dan manfaat) dalam
mengimplementasikan pembelajaran matematika kooperatif dengan strategi
Index Card Match (ICM).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, sebagai berikut.
4
1. Bagi guru pada umumnya, implementasi pembelajaran matematika dengan
strategi Index Card Match (ICM) ini merupakan masukan yang dapat
memperluas wawasan tentang pembelajaran matematika.
2. Bagi anak, implementasi pembelajaran matematika kooperatif dengan
strategi Index Card Match (ICM) akan memberikan manfaat dalam
meningkatkan pemahaman konsep matematika mereka sejak dini.
3. Bagi para peneliti yang tertarik pada upaya inovasi pembelajaran, penelitian
ini dapat dijadikan masukan untuk pengembangan pembelajaran matematika
di tingkat lain.
4. Bagi Universitas, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
berarti dalam mengembangkan pembelajaran.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam
pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis
bentuk pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem
pembelajaran dengan kelompok yang heterogen dan dapat digunakan oleh
beberapa kelompok umur dan berbagai mata pelajaran. Pembelajaran kooperatif
dilaksanakan oleh kelompok kecil supaya siswa dapat belajar bekerja sama dalam
kelompok untuk mempelajari isi kandungan pelajaran dengan berbagai
kemampuan sosial.
Selain itu, pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pengajaran sukses
dalam regu kecil. Masing-masing regu dengan tingkat kemampuan yang berbeda
dan masing-masing anggota regu bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Slavin, abrani, dan Chambers (1996) dalam Sanjaya (2008:306) berpendapat
bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu
perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan
perspektif elaborasi kognitif.
1. Perspektif Motivasi
Penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap
anggota kelompok akan saling bekerjasama. Hal semacam ini akan
6
mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan
kelompoknya.
2. Perspektif Sosial
Setiap siswa akan saling membantu dalam proses pembelajaran secara
kooperatif karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan dan bekerja secara tim dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok.
3. Perspektif Perkembangan Kognitif
Dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan
prestasi siswa untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi.
4. Elaborasi Kognitif
Setiap siswa akan berusaha memahami dan menimba informasi untuk
menambah pengetahuan kognitifnya.
Prosedur pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2008:242) pada
prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian materi pokok
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok, yaitu guru memberikan
gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai.
2. Belajar dalam Kelompok
Siswa belajar dalam kelompok pembelajaran yang telah dibentuk
sebelumnya, pengelompokkan bersifat heterogen artinya terdapat perbedaan
kemampuan akademik. Menurut Lie (2008:41), kelompok pembelajaran
7
terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tingkat tinggi, dua orang
berkemampuan sedang, dan satu lainnya berkemampuan akademis kurang.
Dalam kelompok heterogen, diharapkan siswa dapat meningkatkan interaksi
dan relasi.
3. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau
kuis yang dilakukan secara individual maupun kelompok. Hasil akhir setiap
siswa adalah penggabungan tiap tes dan dibagi dua.
4. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang paling berprestasi.
Hal ini dilakukan untuk memotivasi tim untuk terus berprestasi dan
membangkitkan keinginan untuk berprestasi bagi kelompok lain.
Menurut Nur (2000) dalam Gimin, dkk (2008:37) terdapat enam langkah utama
dalam pembelajaran kooperatif seperti pada tabel 1 berikut:
Tabel 1: Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk aktif berinteraksi
Fase – 2
Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa secara
demonstrasi atau melalui bahan bacaan
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk
kelompok dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
Fase – 4 Guru membimbing dan mengkoordinir kelompok
8
Membimbing kelompok
untuk bekerja dan belajar
belajar
Fase – 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase – 6
Memberikan penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada individu dan
atau kelompok yang terbaik
2.2 Strategi Pembelajaran dengan Index Card Match (ICM)
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan variasi dalam pembelajaran
dengan melakukan strategi Index Card Match (ICM). Strategi pencocokan kartu
indeks ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Pada pembelajaran Index
Card Match (ICM), siswa dikelompokkan sesuai dengan pemberian kartu indeks
masing-masing. Siswa tersebut dibagi dalam beberapa kelompok agar setiap anak
dalam kelompok dapat bekerja sama dengan cepat dan efisien.
Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran Index Card Match (ICM)
menurut Zaini (2008:67) sebagai berikut:
1. Guru membuat potongan-potongan kartu sebanyak siswa yang ada di dalam
kelas. Sebagian siswa diberi kartu berwarna merah dan sebagian yang lain
diberikan kartu berwarna biru.
2. Pada kartu yang berwarna merah, setiap kartu berisi beberapa pertanyaan.
3. Pada kartu yang berwarna biru, guru menulis jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang telah dibuat.
4. Guru menggabungkan dan mengocok semua potongan-potongan kartu
sehingga akan tercampur antara kartu merah (kartu soal) dan kartu biru
9
(kartu jawaban).
5. Guru memberikan secara acak satu potongan kartu kepada setiap siswa.
Sehingga setiap anak akan mendapatkan kertas soal dan kertas jawaban
dengan jumlah yang sama.
6. Guru memerintahkan kepada setiap anak untuk menemukan pasangannya
berdasarkan kartu yang mereka dapat. Jika sudah menemukan pasangannya,
siswa diminta untuk duduk berpasangan. Guru menegaskan kepada setiap
pasangan agar tidak memberitahukan yang tertulis dikartu mereka kepada
pasangan siswa yang lain.
7. Setelah semua siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, guru
memerintahkan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang ada dikartu
siswa masing-masing dan mencocokkannya dengan kartu jawaban.
8. Membuat klasifikasi dan kesimpulan.
Keunggulan:
- Membuat siswa aktif dalam belajar
- Membuat siswa senang dan bersemangat
- Meningkatkan kompeten antar siswa
- Strategi ini memungkinkan siswa bekerja sama dalam menyatukan ide
- Memperkuat ingatan siswa terhadap pelajaran
- Salah satu variasi dalam pembelajaran
2.3 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi
Pembelajaran Index Card Match (ICM)
10
Pembelajaran kooperatif dengan strategi pencocokan kartu indeks dalam
penelitian dilaksanakan dengan cara mengintegrasi strategi pencocokan kartu
indeks ke dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkahnya antara lain
sebagai berikut:
1. Tujuan dan motivasi
2. Menyajikan informasi
a. Menjelaskan proses pelaksanaan kooperatif dengan menggunakan
strategi Index Card Match (ICM) secara umum.
b. Guru menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan.
c. Menyajikan konsep penting dalam LKS berupa materi atau pokok
bahasan yang akan dipelajari di kelas. Materi tersebut dibuat sebagai
acuan batasan bagi guru membuat soal dalam kartu indeks.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru meminta siswa duduk berkelompok yang terdiri atas 4 orang.
Pembentukan kelompok secara heterogenitas sesuai dengan pembentukan
kelompok secara kooperatif.
4. Tahap membimbing siswa dalam kelompok belajar. Selama kegiatan
kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator.
a. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Jika ada anggota kelompok yang belum mengerti,
maka teman satu kelompok yang memiliki tanggungjawab untuk
menjelaskannya.
b. Guru dan murid membahas LKS yang telah diselesaikan.
11
c. Setelah LKS selesai dibahas, guru mengocok kartu indeks dan
meminta setiap siswa dalam kelompok untuk mengambil kartu indeks
secara acak.
d. Setelah seluruh siswa mendapatkan kartu indeks (sebagian berwarna
merah dan sebagian berwarna biru), guru memerintahkan kepada
masing-masing siswa untuk mencari pasangannya sesuai dengan
jawaban yang tersedia pada kartu indeks.
e. Dengan waktu yang telah ditentukan, setiap pasangan diperintahkan
untuk menukar kartu indeks kepada pasangan lain dalam
kelompoknya, dan masing-masing pasangan berdiskusi kembali untuk
menjawab pertanyaan yang terdapat pada kartu indeks dan
mencocokkan hasil perolehan dengan kartu indeks jawaban.
f. Setelah kartu indeks diselesaikan, guru memerintahkan kepada setiap
pasangan kelompok untuk berdiskusi sesama anggota kelompoknya
untuk menyamakan persepsi hasil diskusi mereka, sehingga setiap
kelompok mendapatkan hasil yang benar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Prosedur Penelitian
12
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research), yang menempatkan posisi peneliti bukan sekedar memecahkan
masalah pembelajaran yang ada di dalam kelas namun juga merefleksikan secara
kritis dan kolaboratif suatu implementasi rencana pembelajaran. Refleksi
dilakukan terhadap guru dan siswa. Di samping itu interaksi antara guru dan siswa
dalam konteks kealamiahan situasi dan kondisi kelas juga merupakan bagian yang
turut direfleksi.
Menurut Arikunto menyatakan bahwa ada tiga kata yang membentuk
pengertian PTK, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
1. Penelitian
Suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu sesuatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu
(membentuk rangkaian siklus kegiatan siswa)
3. Kelas
Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menurut
pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta
didik yang sedang belajar (Arikunto, 2008:2).
13
Pengamatan/ pengumpulan data 1Refleksi 1
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan 1
Pengamatan/ pengumpulan data II
Refleksi II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Permasalahan Perencanaan Tindakan 1
Siklus I
Siklus II
Secara garis besarnya, PTK diartikan sebagai suatu tindakan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan
dalam pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa meningkat serta
memperbaiki kondisi-kondisi praktek pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah implementasi
pembelajaran matematika dengan strategi Index Card Match (ICM). Perencanaan
siklus yang akan dilaksanakan adalah mengetahui keberhasilan dan hambatan dari
tindakan yang dilakukan.
Penelitian ini memerlukan perencanaan siklus yang terdiri dari 4 kegiatan
yang berulang, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pengamatan,
dan (d) refleksi seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006: 74)
14
Prosedur penelitian tindakan kelas ini pada awalnya dirancang untuk tiga
siklus atau putaran. Akan tetapi karena kondisi di lapangan maka yang dapat
dilakukan hanya 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang dicapai seperti yang tertuang dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk
mengetahui permasalahan dalam mengimplementasikan pembelajaran matematika
dengan strategi Index Card Match (ICM) di SD Negeri 003 Tanjungbatu maka
dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Selain itu diadakan wawancara baik dengan guru-guru maupun siswa.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Kegiatan ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti dan guru mendiskusikan dan berusaha menetapkan alternatif
peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Berdasarkan kondisi yang
ada, maka alternatif pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan
mengimplementasikan pembelajaran matematika dengan strategi Index
Card Match (ICM).
2. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan mengembangkan salah satu ranah
perkembangan kognitif khususnya matematika.
3. Membuat Lembar Pengamatan.
4. Memberi penjelasan kepada siswa mengenai pembelajaran matematika
dengan strategi Index Card Match (ICM).
15
Proses Penelitian Siklus I
1. Melakukan observasi dasar
Observasi dasar dilakukan dalam kondisi siswa sedang terlibat dalam
aktivitas belajar khususnya dalam mengembangkan ranah perkembangan kognitif
(matematika). Observasi dilaksanakan selama 2 kali pertemuan.
Tujuan observasi dasar adalah:
a. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran matematika;
b. Mengetahui bagaimana reaksi siswa dengan model pembelajaran
matematika yang diberikan guru;
c. Seberapa banyak siswa yang antusias dan mempunyai insiatif terhadap
pembelajaran matematika;
d. Untuk menentukan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat dalam
mengatasi permasalahan yang ada.
2. Latihan melaksanakan tindakan
Latihan pelaksanaan tindakan kelas dilakukan oleh guru sekolah yang
bersangkutan. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan sistem
klasikal. Lamanya latihan pelaksanaan tindakan kelas ini adalah 2 hari. Tujuan
pelatihan ini untuk mengetahui kesiapan peneliti dalam mengimplementasikan
pembelajaran matematika dengan strategi Index Card Match (ICM).
3. Melaksanakan tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini pelaksananya adalah peneliti.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan sistem klasikal. Materi pelaksanaan
16
tindakan kelas adalah pembelajaran matematika dengan strategi Index Card Match
(ICM) yang sudah dituangkan dalam bentuk LKS dan kartu-kartu indeks yang
sudah dipersiapkan secara matang oleh guru dan peneliti. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilaksanakan selama satu pertemuan. Contoh gambaran umum
pelaksanaan tindakan implementasi pembelajaran matematika dengan strategi
Index Card Match (ICM) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Gambaran Umum Pelaksanaan Implementasi Pembelajaran Matematika
dengan strategi Index Card Match (ICM) di SDN 003 Tanjungbatu
Tahapan
Siklus
Prosedur
PenelitianKegiatan
Siklus I Refleksi
Awal
1. Pengamatan langsung
2. Merumuskan masalah yang terjadi
Perencanaan
Tindakan
Proses Pembelajaran:
1. Merancang model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan strategi Index Card
Match (ICM)
2. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa
3. Menyusun Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran
4. Menyusun format pengamatan
Pelaksanaan
Tindakan
Melaksanakan model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan strategi Index Card Match
(ICM)
Pengamatan 1. Guru melaksanakan pengamatan dan mencatat
semua proses yang terjadi dalam tindakan
2. Mencatat semua kelemahan, baik
ketidaksesuaian antara tindakan dan skenario
17
maupun respon siswa
Refleksi 1. Diskusi antara guru dengan peneliti tentang
pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan
2. Mengadakan evaluasi pelaksanaan
pembelajaran, merumuskan dan
mengidentifikasi masalah pada pelaksanaan
siklus I
3. Jika hasil tes pada siklus I tidak mencapai hasil
yang diharapkan, maka siklus II dapat
dilaksanakan
Pada waktu pelaksanaan tindakan ini peneliti didampingi guru sekaligus
melakukan observasi, dengan tujuan mengamati kondisi dan reaksi keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran; dan untuk mengetahui seberapa efektif
strategi Index Card Match (ICM) dalam meningkatkan pemahaman konsep
matematika anak.
4. Refleksi
Pada bagian ini yang dikemukakan adalah seberapa besar hasil perubahan
yang telah diperoleh dari implementasi matematika dengan strategi Index Card
Match (ICM). Selanjutnya dilakukan diskusi antara guru dan peneliti. Hasil
diskusi tersebut digunakan untuk menindaklanjuti hasil penelitian pada putaran
pertama.
Poses Penelitian Tindakan Siklus II
18
1. Melaksanakan pelatihan ulang pada guru
Pelaksanaan pelatihan ulang dilakukan dengan tujuan mengoreksi dan
memperbaiki kelemahan dan kekurangan dalam mengimplementasikan
pembelajaran matenatika dengan strategi Index Card Match (ICM).
2. Melaksanakan tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini pelaksananya adalah peneliti.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama satu pertemuan. Pada
waktu pelaksanaan tindakan ini peneliti didampingi guru sekolah yang
bersangkutan sekaligus melakukan observasi, dengan tujuan mengamati kondisi
dan reaksi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan
strategi Index Card Match (ICM); dan untuk mengetahui seberapa efektif
implementasi pembelajaran matematika strategi Index Card Match (ICM) dalam
meningkatkan pemahaman konsep matematika anak dibandingkan pada penelitian
putaran 1.
3. Refleksi
Pada bagian ini yang dikemukakan adalah seberapa besar hasil perubahan
yang telah diperoleh dari implementasi matematika dengan strategi Index Card
Match (ICM). Selanjutnya dilakukan diskusi antara guru dan peneliti. Hasil
diskusi tersebut digunakan untuk menindaklanjuti hasil penelitian pada putaran
kedua.
3.2 Subjek Penelitian
19
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 003 Tanjungbatu tahun ajaran
2013/2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 003
Tanjungbatu sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 orang
siswa perempuan dengan karakteristik heterogen.
3.3 Instrumen Penelitian
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pembelajaran disusun secara sistematis yang mengacu pada
langkah-langkah strategi Index Card Match (ICM) dalam pembelajaran
kooperatif
3. Lembar Kerja Siswa
Untuk setiap kali pertemuan membahas satu LKS. Tiap LKS membahas satu
materi ajar yang akan didiskusikan.
BAB IV
20
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
4.1 Simpulan
A. Strategi Index Card Match (ICM) merupakan konsep yang telah lama
diketahui namun belum familiar untuk diterapkan dalam pembelajaran
matematika sehari-hari di tingkat Sekolah Dasar.
B. Implementasi matematika dengan strategi Index Card Match (ICM)
dipandang mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai
konsep matematika.
C. Kekuatan matematika dengan strategi Index Card Match (ICM) dalam
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa terutama terlihat
dari pengaplikasian konsepnya
4.2 Saran dan Tindak Lanjut
Terkait dengan kesimpulan di atas, maka diberikan saran bagi pihak-pihak
tertentu sebagai berikut.
Bagi Program Studi
Munculnya anggapan bahwa matematika strategi Index Card Match (ICM)
merupakan sesuatu yang “lama tetapi baru” merupakan tantangan bagi pihak
Program Studi untuk senantiasa menggali dan memperkenalkan konsep-konsep
serta pendekatan baru kepada para mahasiswa. Di samping itu, hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi pemicu dilakukannya penelitian-penelitian sejenis
dalam berbagai disiplin ilmu , agar diperoleh data yang up to date dan menjadi
dasar pemenuhan kebutuhan stake holder di lapangan.
21
Bagi Guru
Implementasi matematika strategi Index Card Match (ICM) mampu
meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep matematika. Untuk itu, guru-
guru seyogyanya dapat mengimplementasikan matematika realistik ini di
lapangan secara bertahap sesuai
kemampuan masing-masing. Langkah tersebut hendaknya diawali dengan
pemahaman yang tepat tentang konsep matematika realistik, persiapan
pembelajaran yang matang, dan evaluasi yang berkesinambungan tentang hasil
implementasinya.
22