YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: PRINSIP PERTAMA DESAIN SANITER UNTUK MESIN ...

FOODREVIEW INDONESIA | VOL. XI/NO. 2/Februari 201616

Bisa Dibersihkan Mencapai Standar Kebersihan Mikrobiologi

Oleh Purwiyatno Hariyadi

PRINSIP PERTAMA DESAIN SANITER UNTUK MESIN/ PERALATAN

PENGOLAHAN PANGAN :

TEKNOLOGI

Page 2: PRINSIP PERTAMA DESAIN SANITER UNTUK MESIN ...

FOODREVIEW INDONESIA | VOL. XI/NO. 2/Februari 2016 17

Pada artikel yang berjudul “Desain Saniter untuk Mesin dan Peralatan Industri Pangan (FOODREVIEW Indonesia Vol IX (1), 2014. Hal 34-39), penulis menyampaikan pentingnya

peranan desain saniter untuk menjamin keamanan produk yang dihasilkan oleh industri pangan. Untuk itu, terdapat 10 prinsip utama yang perlu diperhatikan seksama selama

proses desain, fabrikasi, dan konstruksi alat, mesin, dan fasilitas industri pangan.

Hal pertama dari kesepuluh prinsip tersebut adalah bahwa mesin/peralatan

pengolahan pangan harus bisa dibersihkan mencapai standar kebersihan mikrobiologi (cleanable to a microbiological level). Mesin/peralatan untuk industri pangan harus dirancang dan dikonstruksikan untuk memastikan bisa dilakukannya proses pembersihan dan sanitasi secara efektif dan efisien.

Mesin/peralatan sesuai dengan fungsinya, biasanya dirancang untuk melakukan fungsi tertentu dalam proses pengolahan pangan. Secara tradisional, perhatian utama mengenai desain lebih menitikberatkan pada bagaimana mesin/peralatan bisa melakukan fungsi tersebut dengan efektif dan efisien. Sebagai akibatnya, sering menyebabkan mesin/peralatan menjadi lebih sulit untuk dibersihkan. Atau, tidak jarang mesin/peralatan tersebut mempunyai bagian-bagian yang tidak mungkin dibersihkan (non-cleanable “dead” areas) yang menjadi tempat nyaman bagi mikroba untuk tumbuh dan berkembang.

Selama proses produksi, sering diinginkan mikroba dalam jumlah yang minimal untuk mencegah terjadinya akumulasi senyawa tertentu yang menyebabkan permasalahan (i) keamanan pangan (mungkin bersifat toksik) atau (ii) mutu (mungkin menyebabkan terjadinya off-flavors). Hal ini berarti bahwa frekuensi pembersihan sangat diperlukan

Page 3: PRINSIP PERTAMA DESAIN SANITER UNTUK MESIN ...

FOODREVIEW INDONESIA | VOL. XI/NO. 2/Februari 201618

untuk menjamin tidak terjadinya akumulasi jumlah mikroba yang bisa menyebabkan permasalahan keamanan dan mutu tersebut. Kondisi ini jelas memerlukan tenaga dan biaya yang tinggi; karena mesin/peralatan perlu sering dibongkar (dismantling), dibersihkan dan dipasang kembali (reassembly). Proses pembersihan juga memerlukan waktu; sehingga semakin tinggi frekuensi pembersihan berarti pula semakin tinggi kehilangan waktu untuk produksi; memerlukan lebih banyak bahan kimia pembersih, air dan energi. Semakin sering pembersihan juga berarti semakin banyak pula produk pangan yang terbuang.

Kondisi ini, sampai sekitar tahun 1970-an dianggap sebagai kondisi normal; dan umumnya bisa diterima oleh industri sebagai suatu yang lazim dalam rangka mencapai standar keamanan dan mutu mikrobiologi yang diinginkan. Dengan semakin ketatnya persaingan, maka selain dituntut untuk terus meningkatkan efisiensi, industri pangan sekaligus juga dituntut untuk meningkatkan jaminan terhadap mutu dan keamanan pangan. Tuntutan terhadap efisiensi membuat industri perlu mencari cara untuk mengurangi frekuensi pembersihan (yang berarti mengurangi kehilangan waktu produksi, mengurangi penggunaan bahan kimia pembersih, air dan energi) tetapi tetap bisa memberikan jaminan terhadap mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya.

Untuk mengurangi frekuensi pembersihan, perubahan proses produksi; dari proses produksi secara batch menjadi secara sinambung (continuous processing) dipandang sebagai strategi potensial untuk mengurangi semaksimal mungkin waktu singgah (residence time), sehingga mikroba tidak punyak cukup waktu untuk tumbuh dan berkembang

pada mesin/peralatan pengolahan pangan. Hal ini bisa dilakukan jika tidak dijumpai adanya daerah/lokasi pada mesin/peralatan dimana produk pangan bisa tinggal diam dan tersimpan pada periode waktu yang cukup lama; seperti pada sambungan (tees pada pipa atau stubs pada tangki) dimana sensor (misalnya sensor suhu, tekanan dan lain-lain) dipasang dan daerah buntu (dead area) pada pompa, keran (valve) dan lain-lain. Perlu diingat bahwa adanya satu sel mikroba pada daerah buntu, misalnya, akan tumbuh dan berkembang sehingga mencapai 1 juta, atau 1 milyar sel pada waktu yang tidak terlalu lama, dan sebagai sumber kontaminasi untuk produk pangan ketika melewati atau yang bersinggungan dengan daerah itu.

Tanpa adanya ujung buntu, adanya satu sel mikroba akan tersapu bersih dari jalur proses produksi tanpa punya waktu untuk berkembang. Karena itu, proses produksi yang dioperasikan secara sinambung dalam waktu yang lama akan dimungkinkan jika mikroba bisa dieliminasi. Disamping itu, masuknya mikroba juga bisa dihindari jika mesin/peralatan bisa dibuat kedap terhadap mikroba.

Desain Saniter untuk mencapai standar kebersihan mikrobiologi.

Prinsip pertama desain saniter (mesin/peralatan harus bisa dibersihkan mencapai standar kebersihan mikrobiologi) menekankan beberapa hal penting. Pertama, pembersihan semua bahan pangan dan sisa-sisanya merupakan hal kritis untuk proses produksi pangan yang saniter. Pembersihan sisa-sisa pangan pada mesin/peralatan berarti juga mencegah masuknya mikroba, serta sekaligus mencegah kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroba. Hal ini perlu dipertimbangkan serius dalam desain mesin/peralatan,

baik yang mempunyai permukaan kontak langsung maupun tidak dengan pangan.

Untuk mencapai hal itu, prinsip utama desain saniter adalah harus dihindari adanya lokasi atau titik dimana produk pangan akan tinggal diam dalam periode waktu yang lama pada area/lokasi pada mesin/peralatan; sehingga mikroba bisa tumbuh dan berkembang. Ini bisa dilakukan dengan merancang mesin/peralatan dengan menghindari adanya produk pangan yang diam/tidak mengalir (dead areas).

Berikut beberapa fakta mengenai mikroba dan konsekuensinya pada desain mesin/peralatan pengolahan pangan:1. Perlu diingat bahwa mikroba

berukuran sangat kecil; bisa mencapai 0,2 mikron. Artinya, jika terdapat celah kecil (crevice) berukuran lebar 1 mikron saja telah cukup bagi mikroba untuk menyembunyikan diri dan berkembang-biak; dan berakibat bisa mencemari setiap produk pangan yang melewatinya. Karena itu, supaya mesin/peralatan bersifat saniter maka harus dirancang sedemikian rupa dengan menghilangkan adanya celah (crevice-free) seperti diilustrasikan pada Gambar 1.

2. Untuk berkembang mikroba memerlukan air dan zat gizi. Karena itu, mesin/peralatan pengolahan pangan perlu diusahakan kering ketika tidak digunakan; misalnya selama menunggu lama atau selama malam hari atau akhir pekan saat tidak terdapat produksi. Karena itu, mesin/peralatan pengolahan pangan harus dirancang untuk mudah ditiriskan (completely drainable). Dalam mendesain dan memfabrikasi tangki dan/atau wadah (ves sels, chambers, tanks) harus diusahakan supaya peralatan bersifat

Page 4: PRINSIP PERTAMA DESAIN SANITER UNTUK MESIN ...

FOODREVIEW INDONESIA | VOL. XI/NO. 2/Februari 2016 19

“self-draining” sehingga tidak memungkinkan adanya sisa-sisa air yang menggenang seperti diilustrasikan pada Gambar 2. Demikian pula dalam hal desain dan pemasangan sistem pipa, terutama pipa yang dirancang untuk tidak mudah dan/atau tidak sering dibongkar-pasang, maka harus diperhatikan mengenai kemiringannya (Gambar 3). Penempatan dan pemasangan pompa juga perlu memperhatikan aspek “self-draining” ini seperti ilustrasi Gambar 4.

Kriteria kebersihan mikrobiologi

Menurut panduan yang berjudul “Sanitary equipment design principles: checklist & glossary” yang disusun oleh tim dari Yayasan American Meat Institute (AMI Foundation), terdapat 5 kriteria utama kebersihan mikrobiologi ini. Kelima kriteria itu adalah:1. Mesin/peralatan harus

dirancang untuk bisa dikonstruksi dan dipelihara dalam kondisi selalu bisa dibersihkan (cleanable condition) untuk mencegah mikroba masuk, bertahan dan bahkan berkembang-biak. Pengertian pembersihan termasuk pula pembersihan senyawa penyebab alergi (alergen).

2. Semua permukaan harus bisa dibersihkan sampai pada tingkat <1 CFU per 25 cm2, <1 CFU per 10 ml jika alat tersebut dicuci (rinsed), serta standar kebersihan alergen yang distandardisasi, dan/atau tidak diketemukannya (negatif) residu protein atau karbohidrat jika dilakukan uji dengan metode swab.

3. Semua permukaan harus terjangkau dan bisa dilakukan pembersihan dengan pembersihan dengan cara

Gambar 1. Pemasangan probe mengukur suhu pada jalur pengolahan. A:Desain tak-saniter, karena adanya celah sempit yang tidak bisa dibersihkan;

kecuali dengan cara membongkarnya. B: Desain saniter, bisa mudah dibersihkan.

A B

Gambar 2. Desain tangki dan wadah. Kiri (A): Ilustrasi desain tak-saniter, dan kanan (B): Ilustrasi desain saniter.

Gambar 3. Contoh desain drainase pipa Kiri (A): Ilustrasi desain tak-saniter, dan kanan (B): Ilustrasi Desain Saniter.

A B

Page 5: PRINSIP PERTAMA DESAIN SANITER UNTUK MESIN ...

FOODREVIEW INDONESIA | VOL. XI/NO. 2/Februari 201620

perlakuan dan pembersihan mekanik untuk mencegah terbentuknya lapisan bio (biofi lm).

4. Jika diminta, tersedia data untuk menunjukkan bahwa kotoran pada mesin/peralatan betul-betul bisa dibersihkan, sesuai dengan kriteria tersebut, dan bisa dilakukan seseorang dengan menggunakan metode pembersihan yang dikembangkan oleh pemasok

mesin/peralatan. 5. Permukaan dalam kondisi

bersih dan lolos uji secara visual dan secara perabaan (touch) dan bau (smell).

Referensi2013 Sanitary Equipment Design Task-

force (ed.). 2014. Sanitary equipment design principles: checklist & glossary. AMI Foundation, Washington, D.C

Hygienic Design in the Food Industry. The Society of Food Hygiene and Technol-ogy. UK. Diunduh dari: http://www.

sofht.co.uk/members/hifs/hygiene-food-industry/HIF_hygiene-food-industry.pdf (January 15, 2016).

Schmidt, R.H and Erickson, D.J. 2005. Sanitary Design and Construction of Food Equipment. Series of the Food Science and Human Nutrition Depart-ment, UF/IFAS Extension. Diunduh dari http://edis.ifas.ufl .edu (January 15, 2016).

Hariyadi, P. 2014. Desain Saniter untuk Mesin dan Peralatan Industri Pangan. FOODREVIEW Indonesia Vol IX (1), 2014. Halaman 34-39

Gambar 4. Pompa dan pemasangan pompa (sentrifugal). Kiri (A): Contoh pemasangan yang tak-saniter, dimana sisa cairan tidak tertiriskan.

Kanan (B): Contoh pemasangan pompa dengan prinsip saniter.

Februari 2016 Maret 2016

Seminar FOODREVIEW: Outlook on Functional Ingredients

Bogor, 24 Februari 2015

Food, Hotel & Tourism Bali 2016Bali, 3-5 Maret 2016

Seminar FOODREVIEW INDONESIA: Update on Food SafetyBogor, 10 Maret 2016

April 2016 Juni 2016 Agustus 2016

Agrinex Expo 2016Jakarta, 1-3 April 2016

Hari Susu Sedunia1 Juni 2016

Seminar FOODREVIEW INDONESIA: Beverage Industry

Bogor, 11 Agustus 2016

Lab Indonesia 2016Jakarta, 13-15 April 2016 Seminar FOODREVIEW INDONESIA:

Innovation in Dairy TechnologyBogor, 2 Juni 2016

Allpack Indonesia 2016Jakarta, 31 Agustus 2016

Health Ingredients South East AsiaJakarta, 6-8 April 2016

September 2016

Allpack Indonesia 2016Jakarta, 1-3 September 2016

Indopack 2016Jakarta, 7-10 September 2016

International Indonesia Seafood & Meat Expo 2016

Jakarta, 28-30 September 2016

Oktober 2016 Nopember 2016

Hari Pangan Sedunia16 Oktober 2016

Seminar FOODREVIEW INDONESIA: Trend on Functional Foods

Bogor, 19 Oktober 2016

Sial Interfood 2016Jakarta, 9 - 12 Nopember 2016

AGENDA PANGAN


Related Documents