YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Prak. Organik I.docx

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I

oleh :

TIM KIMIA ORGANIK I

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

2014

Page 2: Prak. Organik I.docx

Percobaan 1

DESTILASI DAN EKSTRAKSI

A. Sasaran Percobaan

Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan paham dan terampil dalam :

a. Melakukan destilasi untuk pemisahan dan pemurnian zat cair

b. Mengkalibrasi termometer

c. Melakukan teknik ekstraksi untuk pemisahan senyawa organik

d. Prinsip destilasi dan ekstraksi

B. Pendahuluan

1. Destilasi

Uap suatu cairan selalu terdapat di atas cairan tersebut walaupun pada suhu

di bawah titik didihnya.Kecenderungan molekul-molekul cairan menguap,

merupakan sifat yang tetap pada suhu tetap yang disebut sebagai tekanan uap.

Tekanan uap suatu cairan berubah dengan adanya zat lain yang larut di dalamnya

(sifat koligatif), dan yang terpenting perubahan suhu akan mengubah tekanan

uapnya.

Prinsip destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya, pada

tekanan dan suhu tertentu. Titik didih suatu cairan adalah suhu di mana tekanan

uapnya sama dengan tekanan atmosfir. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair

pada titik didihnya, dan memisahkan cairan dari zat padat atau memisahkan zat

cair dari campuran zat cair lainnya yang mempunyai titik didih yang berbeda.

Ada 4 jenis cara destilasi yaitu :

1. Destilasi biasa, pada cara destilasi ini tekanan uap di atas cairan adalah

tekanan atmosfir (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang

tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses

destilasi adalah sama dengan titik didih destilat.

2. Destilasi vakum digunakan untuk menguapkan suatu cairan pada tekanan

rendah, jauh di bawah titik didihnya. Biasanya untuk destilasi zat cair yang

mudah terurai pada suhu tinggi.

2

Page 3: Prak. Organik I.docx

3. Destilasi bertingkat atau destilasi terfraksi, digunakan untuk memisahkan

campuran zat cair yang mempunyai perbedaan titik didih tidak berbeda

banyak. Pada destilasi ini menggunakan kolom yang panjang dan

mempunyai sekat/trap yang banyak, di tiap trap akan terjadi proses

penguapan-pengembunan tersendiri sehingga akan terjadi proses

pemisahan kedua komponen dalam banyak tahap. Pada bagian bawah akan

terdapat campuran uap yang kaya dengan fraksi yang mempunyai titik

didih tinggi, sedangkan pada bagian atas akan terdapat campuran uap yang

kaya dengan fraksi titik didih rendah. Makin banyak trap yang dipunyai,

makin banyak proses fraksinasi tersebut, sehingga pemisahan akan terjadi

lebih sempurna (hukum Raoult).

4. Destilasi azeotrop. Azeotropik adalah larutan campuran dua senyawa yang

mempunyai titik didih tetap dengan komposisi campuran tetap pula.

Misalnya etanol-air, titik didih 78,2°C dan komposisi 40% air; HCl-air,

titik didih 108,6°C komposisi 20,2% HCl; metanol-CCl4, titik didih 55,7°C

komposisi 79,4% CCl4. umumnya titik didih azeotrop lebih rendah dari

kedua senyawa murninya, kecuali HCl-air. Berdasarkan sifat ini,

pemisahan campuran azeotrop mudah dipisahkan dengan cara destilasi

terfraksi.

2. Ekstraksi

Metoda pemisahan adalah bagian paling penting di dalam kimia organik,

yaitu ekstraksi, kristalisasi/penyaringan, destilasi dan kromatografi.Teknik

ekstraksi dan kristalisasi tergantung pada sifat kelarutan senyawa organik,

sedangkan yang lainnya tergantung pada sifat fisiknya, titik didih untuk

destilasi dan adsorpsi untuk kromatografi.

Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan suatu

senyawa dari satu fasa ke fasa lain. Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair yang

tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair.Dalam sistem ini senyawa

tersebut berpartisi di antara kedua pelarut. Keberhasilan pemisahan sangat

tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa tersebut dalam kedua pelarut.

Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam

3

Page 4: Prak. Organik I.docx

pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya. Air banyak dipakai dalam

sistem ekstraksi cair-cair senyawa organik, karena banyak senyawa organik yang

bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air. Pelarut lainnya adalah

pelarut organik non polar (tak bercampur dengan air).Dalam sistem ekstraksi ini

akan dihasilkan dua fasa yaitu fasa air (aqueous) dan fasa organik. Selain syarat

kelarutan yang harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, syarat

lainnya adalah pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari

senyawa terekstraksi biasanya di bawah 100°C, tidak mahal dan tidak bersifat

racun.

Dasar metoda ekstraksi adalah distribusi senyawa di antara dua fasa cair yang

berada dalam keadaan kesetimbangan. Perbandingan konsentrasi di kedua fasa

cair disebut koefisien distribusi K, yaitu K = Ca/Cb. Perpindahan senyawa terlarut

dan satu fasa ke fasa lain akhirnya mencapai keadaan setimbang (pada suhu

tertentu), maka K dapat ditentukan. Efisiensi proses ekstraksi ini tergantung pada

jumlah ekstraksi yang dilakukan, bukan volume pelarut. Hal ini dinyatakan

dengan konsentrasi zat terlarut.

Cn=Co [ KV 1

( KV 1+V 2 ) ]n

dimana Co adalah konsentrasi mula-mula, V1 adalah volume mula-mula, K

koefisien distribusi dan V2 volume pengestrak. Dengan persamaan ini kelihatan

akan lebih efektif n kali ekstraksi dari satu kali ekstraksi. Lebih baik dilakukan

beberapa kali ekstraksi dari pada satu kali dengan jumlah volume yang sama.

C. Alat dan Bahan

Alat :

Labu alas bundar 100 mL

Set alat destilasi

Gelas ukur 100 mL

Termometer 200 °C

Batu didih

4

Page 5: Prak. Organik I.docx

Pembakar bunsen

Penangas air

Kertas indikator

Corong pisah 100 mL

Kertas saring

Erlenmeyer 100 mL

Corong Buchner dan pengisap

Statip dan klem bundar

Batang pengaduk

Tabung reaksi besar

Bahan :

Benzena teknis

Metanol teknis

Asam benzoat

Toluena

Larutan NaOH 10%

Larutan HCl 10%

D. Cara Kerja

1. Destilasi

Kalibrasi termometer

Mengkalibrasi titik nol termometer, dilakukan dengan cara mencelupkan

termometer pada campuran air–es yang diaduk homogen, sedangkan untuk

titik 100 termometer dilakukan sebagai berikut : isikan ke dalam tabung reaksi

besar 10 mL aquades, masukkan sedikit batu didih. Klem tabung tersebut

tegak lurus, panaskan secara perlahan sampai mendidih.Masukkan termometer

dengan memegangnya, tempatkan kolom Hg pada uap di atas permukaaan air

yang mendidih tersebut. Bila termometer dicelupkan ke dalam air mendidih,

maka suhunya akan kelewat panas (superheated). Untuk menentukan titik

didih yang sebenarnya dari air, harus diperiksa tekanan barometer.

5

Page 6: Prak. Organik I.docx

2. Destilasi biasa

Permunian

Pasang peralatan destilasi sederhana (lihat gambar), dengan memasang labu

alas bundar 100 mL yang di klem dan disimpan di atas kawat kasa dan pembakar

Bunsen.Ujung kondensor dilengkapi dengan adaptor dan penampungnya gelas

ukur.Alirkan air pendingin/kondensor, arah aliran dari bawah ke atas

(mengapa?).Masukkan benzen teknis ke dalam labu, yang jumlahnya maksimum

setengah volume labu (mengapa?) kira-kira 50 mL.Masukkan beberapa potong

kecil batu didih ke dalam labu. Mulai lakukan pemanasan dengan api yang diatur

perlahan naik sampai mendidih. Atur pemanasan sehingga destilat menentes

secara teratur dengan kecepatan satu tetes per detik.Amati dan catat suhu pada

saat tetesan pertama mulai jatuh. Penampung diganti dengan yang bersih, kering

dan berlabel untuk menampung destilat murni, yaitu destilat yang suhunya sudah

mendekati suhu didih sebenarnya sampai suhunya konstan. Catatlah suhu dan

volume destilat secara teratur setiap selang jumlah penampungan destilat tertentu,

misalnya setiap 5 mL penampungan destilat sampai sisa yang didestilasi tinggal

sedikit (perhatian: jangan sampai kering).

Pemisahan

Masukkan 50 mL campuran metanol–air (perbandingan 50:50) ke dalam labu

destilasi.Lakukan pemanasan seperti diatas, hanya penampungan destilat dimulai

dari awal sekali (mendekati suhu didih zat yang paling rendah suhu didihnya),

setiap selang volume destilat yang tertampung (tiap 5 mL). Catat suhu dan volume

destilat, buat grafiknya. Catat tekanan atmosfir, dan lakukan koreksi termometer.

Buatlah grafik suhu terhadap jumlah mL destilat.

3. Ekstraksi

Masukkan dengan teliti 30 mL larutan asam benzoat dalam toluen yang telah

disediakan, ke dalam corong pisah 100 mL. Lakukan ekstraksi dengan 15 mL

larutan NaOH 10%. Setelah dibiarkan beberapa saat pada klem bundar sampai

terpisah dua lapisan, keluarkan dengan hati-hati (perhatian : jangan lupa buka

tutup corong pisah) lapisan bagian bawah ke dalam erlenmeyer 100 mL. Ulangi

6

Page 7: Prak. Organik I.docx

ekstraksi dengan 15 mL larutan NaOH 10%. Biasanya kedua ekstraksi ini

digabungkan, akan tetapi kali ini sengaja dipisahkan untuk mengetahui

perbendaannya. Kepada masing-masing ekstrak tambahkan 35 mL larutan HCl

10%. Atur pH larutan sekitar 2 dengan menggunakan kertas indikator. Pada

kondisi ini akan terlihat endapan putih. Setelah pengendapan ini sempurna,

endapan disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilengkapi alat

pengisap aspirator air.Endapan dalam corong dicuci dengan air dingin.Keringkan

endapan di udara terbuka, kalau perlu ditekan dengan kertas saring. Setelah kering

pindahkan ke kertas lain secara teliti kemudian timbang berat kristal dengan teliti.

Dengan cara yang sama lakukan terhadap ekstrak yang satu lagi. Bandingkan hasil

keduanya, dan juga berapa kadar asam benzoat totalnya dengan cara menghituing

jumlah gram asam benzoat yang terekstraksi tiap mL pelarut toluen.

Pertanyaan

1. Jawablah setiap pertanyaan pada cara kerja percobaan di atas?

2. Buatlah grafik yang baik dari suhu terhadap volume destilat dari percobaan

destilasi di atas!

3. Jelaskan ada berapa macam metoda ekstraksi dan jelaskan pula cara kerja

ekstraksi dia atas termasuk metoda ekstraksi yang mana!

Sumber

1. Staf Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia ITB (.....), ”Petunjuk

Praktikum Kimia Organik I”, Laboratorium Kimia Organik Kimia ITB.

2. Fieser, Louis F. and Kenneth L. Williamson, 1974, “Organic Experiments”,

3rd edition, Heath., p. 27, 28, 30, 64.

Percobaan 2

7

Page 8: Prak. Organik I.docx

REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH

A. Sasaran Percobaan

Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat memahami :

Teknik-teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat padat dengan

rekristalisasi serta menentukan kemurnianya dengan titik leleh.

B. Pendahuluan

1. Rekristalisasi

Rekristalisasi adalah cara kristalisasi secara selektif suatu senyawa dari

campuran zat padat, yaitu melarutkannya dalam suatu pelarut yang cocok sekitar

titik didihnya kemudian disaring selagi panas untuk memisahkan zat padat

tersuspensi/tak larut di dalam larutan. Metoda rekristalisasi didasarkan pada

prinsip bahwa senyawa tertentu mempunyai sifat kelarutan tertentu yang berbeda

dari campuran lainnya, dalam suatu sistem pelarut tertentu.

Ada 3 tahapan dasar rekristalisasi yaitu :

a) Melarutkan zat padat campuran dalam pelarut yang minimal, biasanya pada

titik didihnya.

b) Kristalisasi selektif dalam suatu pelarut tertentu, dengan cara menurunkan

suhu larutan secara perlahan.

c) Penyaringan terhadap kristal murninya dipisahkan dari larutannya.

Proses pelarutan zat padat

Jumlah terkecil pelarut yang digunakan dalam melarutkan sejumlah zat

padat, disebut larutan jenuh.Tidak banyak zat padat dapat larut dalam keadaan

ini karena dalam keadaan kesetimbangan. Sedikit saja suhu didinginkan akan

terjadi pengendapan. Sejumlah energi diperlukan untuk melarutkan zat padat,

yaitu untuk memecahkan struktur kristalnya (=energi kisi) yang diambil dari

pelarutnya.

Kristalisasi

8

Page 9: Prak. Organik I.docx

Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula

molekul zat terlarut membentuk agregat dengan molekul pelarut, lalu terjadi

kisi-kisi di antara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal

yang lebih besar di antara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah

energi. Kristalisasi zat murni akan menghasilkan kristal yang identik dan teratur

bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Dan pembentukan kristal ini

akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.

Pelarut untuk rekristalisasi

Pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses rekristalisasi adalah

pelarut cair, karena tidak mahal, tidak reaktif dan setelah melarutkan zat organik

bila dilakukan penguapan akan lebih mudah memperolehnya kembali. Kriteria

pelarut yang baik :

a. Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan direkristalisasi

b. Zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas (sebagian) atau relatif tak

larut dalam pelarut pada suhu kamar atau suhu kristalisasi.

c. Zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) pada suhu didih

pelarutnya.

d. Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan

direkristalisasi.

Pembentukan kristal

Pembentukan kristal biasanya memerlukan waktu induksi yang berkisar

beberapa menit sampai satu jam. Kadang-kadang didapati suatu keadaan yang

disebut kelewat jenuh (supersaturation) dimana kristal-kristal baru mau keluar

bila dilakukan prosedur-prosedur khusus seperti pengocokan, menggores-gores

dinding bejana dengan batang pengaduk, pembibitan dengan satu butir kristal.

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung pada dua faktor

penting yaitu :

a. laju pembentukan inti (nukleasi), laju ini dapat dinyatakan dengan jumlah

inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi,

banyak sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satu pun dari inti

9

Page 10: Prak. Organik I.docx

tersebut akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang

terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju ini tergantung pada derajat lewat

jenuh.

b. laju pertumbuhan kristal. Jika laju ini tinggi, kristal yang terbentuk besar-

besar. Laju ini tergantung juga pada derajat lewat jenuh. Namun sebaiknya

kita menciptakan kondisi-kondisi pada mana lewat jenuhnya sedang-sedang

saja sehingga terbentuk sejumlah inti yang relatif sedikit yang kemudian

menjadi kristal-kristal besar.

2. Titik leleh dan cara penentuannya

Suatu zat padat mempunyai molekul-molekul dalam bentuk kisi yang

teratur, dan diikat oleh gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila zat tersebut

dipanaskan, energi kinetik dari molekul-molekul tersebut akan naik. Hal ini

akan mengakibatkan molekul bergetar, yang akhirnya pada suatu suhu tertentu

ikatan-ikatan molekul tersebut akan terlepas, maka zat padat akan meleleh.

Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair

senyawa tersebut berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Kalor

diperlukan untuk transisi dari bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, sampai

semua berbentuk cair. Proses pelelehan ini dalam kesetimbangan. Untuk

melewati proses ini memerlukan waktu dan sedikit perubahan suhu. Trayek

suhu leleh senyawa murni biasanya tidak lebih dari 1 derajat, sedangkan

senyawa tidak murni trayek leleh makin lebar.

Penentuan titik leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan

trayek lelehnya, dimulai saat terjadinya pelelehan sedikit, transisi padat-cair,

sampai seluruh kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit kristal yang

sudah digerus halus yang diletakkan dalam ujung bawah gelas kapiler, lalu

dipanaskan secara merata dan perlahan di sekitar kapiler ini. Pengukuran suhu

harus tepat di tempat zat tersebut meleleh.

Peralatan untuk titik leleh, didasarkan kepada besarnya titik leleh atau

interval leleh zat padat. Alat Thiele digunakan untuk titik leleh 25–180°C

dengan menggunakan minyak parafin atau oli sebagai pemanas. Alat Thomas-

Hoover untuk titik leleh 25 – 300°C menggunakan minyak silikon.Alat Mel-

10

Page 11: Prak. Organik I.docx

temp untuk titik leleh 25–400°C menggunakan Melting-block.Alat Fisher-Johns

untuk titik leleh 25–300°C menggunakan heating-block (elektrik) dan kaca

objek untuk menyimpan zatnya.

C. Alat dan Bahan

Alat :

Corong tangkai pendek 15 cm

Corong Buchner 15 cm

Erlenmeyer 125 dan 200 mL

Pembakar Bunsen

Labu isap 250 mL

Kaca arloji

Kertas saring

Bahan :

Asam benzoat murni

Asetanilida

NaftalAlat Thiele

Karbon/arang/norit

Etanol 95%

D. Cara Kerja

Penentuan Titik Leleh

Ambil sejumlah kecil kristal benzoat murni dalam kaca arloji. Gerus

sebagian sampai halus.Ambil tabung kaca kapiler yang satunya tertutup.

Balikkan ujung yang terbuka, lalu tekan-tekan ke dalam serbuk kristal sampai

serbuk masuk ke dalam tabung kapiler. Balikkan lagi tabung dan ketuk-ketuk

sampai serbuk kristal dapat turun ke dasar kapiler. Ulangi pengambilan dengan

cara di atas sampai serbuk yang ada di kapiler tingginya sekitar 0,5 cm. Pasang

kapiler ini di tempat alat Thiele atau alat penentuan titik leleh lainnya.

Pemanasan harus dilakukan dengan api kecil agar naiknya suhu kelihatan

11

Page 12: Prak. Organik I.docx

berjalan secara perlahan. Perhatikan dan catat saat dimana kristal dalam pipa

kapiler mulai ada yang leleh sampai persis semuanya meleleh (=trayek leleh).

Rekristalisasi

Kristalisasi dari pelarut air

Timbang 5 g asetanilida kotor, masukkan dalam erlenmeyer 250 mL, lalu

masukkan sekitar 50 mL air panas secara bertahap atau sedikit demi sedikit

sambil diaduk sampai semua asetanilida larut. Setelah semua larut tambahkan

sedikit berlebih 5–7 ml air panas.Didihkan campuran ini di atas kasa asbes

dengan menggunakan pembakar Bunsen. Kepada campuran panas tambahkan

sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan batang pengaduk sekitar 0,5–1 g

karbon/norit untuk menghilangkan warna. Didihkan beberapa saat supaya

penyerapan warna lebih sempurna.Siapkan corong penyaring kaca tangkai

pendek, lengkapi dengan kertas saring lipat.Pasang labu erlenmeyer bersih

untuk menampung filtrat panas.Tanpa menunggu dingin, tuangkan larutan ke

atas corong secepat mungkin.Jika larutan terlanjur dingin dan mengkristal

ulangi pemanasan diatas kasa, dan ulangi penyaringan, sampai semua larutan

tersaring.Biarkan filtrat dingin dengan penurunan suhu secara perlahan (di udara

terbuka) dan jangan diganggu atau diguncang. Jika sudah lama belum terbentuk

kristal, dapat didinginkan erlenmeyer disiram di bawah curahan air kran atau

direndam dalam air es. Bila di air es belum juga terbentuk kristal berarti larutan

kurang jenuh, maka jenuhkan dengan menguapkan pelarutnya.

Jika semua kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan

kristal dengan menggunakan corong Buchner yang dilengkapi dengan peralatan

pengisapan. Cuci kristal dalam corong Buchner dengan sedikit air dingin, satu

sampai dua kali. Tekan kristal dengan spatula sekering mungkin. Tebarkan

kristal di atas kertas saring lebar dan kering, tekan sekering mungkin. Timbang

kristal kering dan tentukan titik lelehnya.

Kristalisasi dalam pelarut organik

Timbang 5 g naftalen kotor, masukkan dalam erlenmeyer 100 mL, lalu

masukkan ke dalamnya sekitar 20 mL etanol 95% secara bertahap dan hati-hati

12

Page 13: Prak. Organik I.docx

sambil diaduk. Campuran dipanaskan dan dididihkan di dalam penangas air

sampai mendidih. Angkat dan tambahkan 0,5 g karbon/norit sambil diaduk.

Didihkan lagi sebentar di atas penangas air.Selagi panas, lakukan penyaringan di

atas corong kaca kertas saring lipat.Kemudian filtrat didinginkan. Jika semua

kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan dengan cara

menggunakan corong Buchner yang telah dilengkapi penmgisapan. Cuci kristal

dengan 2 – 3 mL etanol dingin. Keringkan, pindahkan ke kertras saring lebar,

tekan sekering mungkin.Timbang hasilnya dan tentukan titik lelehnya.

Pertanyaan

1. Terangkan prinsip dasar dari penentuan titik leleh!

2. Terangkan pula prinsip dasar dari rekristalisasi!

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses kristalisasi dan bentuk

kristal?

4. Gambarkan diagram fasa dari proses penentuan titik leleh dan rekistalisasi!

Sumber

1. Staf laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia ITB (.....),”Petunjuk

Praktikum Kimia Organik I”, Laboratorium Kimia Organik Kimia ITB.

2. Svehla, G. (rev), a.b. L. Setiono dan A.H. Pudjaatmaka, 1985, “Buku Teks

Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Mikro”, edisi keliam, Kalman Media

Pusaka, Jakarta, hlm. 89 – 90.

13

Page 14: Prak. Organik I.docx

Percobaan 3

SENYAWA-SENYAWA HIDROKARBON

Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon

(C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan

atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut

digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.Sebagai contoh,

metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom

hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang

terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-

masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8)

dan seterusnya (CnH2·n+2).

Klasifikasi hidrokarbon yang dikelompokkan oleh tatanama organik

adalah:

1. Hidrokarbon jenuh/tersaturasi (alkana) adalah hidrokarbon yang paling

sederhana. Hidrokarbon ini seluruhnya terdiri dari ikatan tunggal dan terikat

dengan hidrogen. Rumus umum untuk hidrokarbon tersaturasi adalah CnH2n+2.

Hidrokarbon jenuh merupakan komposisi utama pada bahan bakar fosil dan

ditemukan dalam bentuk rantai lurus maupun bercabang. Hidrokarbon dengan

rumus molekulsama tapi rumus strukturnya berbeda dinamakan isomer

struktur.

2. Hidrokarbon tak jenuh/tak tersaturasi adalah hidrokarbon yang memiliki satu

atau lebih ikatan rangkap, baik rangkap dua maupun rangkap tiga.

Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua disebut dengan alkena,

dengan rumus umum CnH2n. Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap

tiga disebut alkuna, dengan rumus umum CnH2n-2.

3. Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih cincin

karbon. Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh dengan 1 cincin adalah CnH2n.

4. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah hidrokarbon yang

paling tidak mempunyai satu cincin aromatik.

14

Page 15: Prak. Organik I.docx

A. Alat dan Bahan

Alat :

Tabung reaksi

Pipet tetes

Gelas ukur

Bahan :

Minyak paraffin

2-Pentena

Sikloheksena

Toluena

Larutan 2% Br2 dalam CCl4

Larutan KMnO4 0,5%

Larutan Na2CO3 10%

H2SO4 pekat

B. Cara Kerja

Lakukan tes A, B dan C pada senyawa hidrokarbon berikut :

1. Hidrokarbon jenuh atau minyak paraffin

2. Hidrokarbon tak jenuh seperti 2-Pentena atau Sikloheksena

3. Hidrokarbon aromatis seperti benzen atau toluen

A. Tes Brom

Ke dalam dua tabung reaksi yang masing-masing berisi 1 mL

hidrokarbon jenuh. Tambahkan 1 – 2 tetes larutan Br2 dalam CCl4.

Guncangkan, tempatkan satu tabung pada tempat gelap dan tabung lain di

bawah sinar matahari atau lampu pijar selama 5 menit. Bandingkan dan amati

hasilnya.

Ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 mL hidrokarbon tak jenuh

tambahkan 1 – 2 tetes larutan 2% Br2 dalam CCl4, guncangkan tabung dan

amati hasilnya. Lakukan dengan cara yang sama untuk hidrokarbon aromatis.

B. Tes Bayer

Ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 mL hidrokarbon jenuh tamnbahkan

1 – 3 tetes larutan KMnO4 0,5% dan 3 mL larutan Na2CO3 10%, guncangkan

dan amati. Lakukan dengan cara yang sama untuk hidrokarbon aromatis.

15

Page 16: Prak. Organik I.docx

C. Tes Asam Sulfat

Masukkan dengan hati-hati 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung

reaksi. Tambahkan 1 mL hidrokarbon jenuh, kemudian guncangkan dengan

hati-hati dan amati. Lakukan percobaan ini untuk hidrokarbon tak jenuh dan

aromatis.

Pertanyaan

1. Bagaiman sifat kimia paraffin dan mengapa disebut paraffin?

2. Senyawa apakah selain hidrokarbon tak jenuh yang positif dengan tes Bayer

dan larut dalam asam sulfat pekat?

3. Bagaimana cara memisahkan paraffin yang bercampur dengan olefin?

16

Page 17: Prak. Organik I.docx

Percobaan 4

UJI KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

I.  Tujuan

1.  Menguji kelarutan beberapa senyawa organik.

2.  Menentukan sifat suatu senyawa (basa kuat, asam kuat, asam lemah, atau zat

netral).

II.   Dasar Teori

Senyawa organik merupakan senyawa kimia yang mengandung gugus

karbon (C). Kelarutan menyatakan secara kualitatif jumlah maksimal zat yang

dapat terlarut dalam sejumlah zat terlarut atau larutan. Dengan tes kelarutan, suatu

senyawa dapat ditentukan apakah suatu senyawa yang sedang diuji adalah basa

kuat (amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam karboksilat), atau suatu zat

netral (aldehid, keton, alkohol, ester, eter). Pelarut yang digunakan dalam uji

kelarutan senyawa organik adalah HCl 5%, NaOH 5%, NaHCO3 5%, H2SO4

pekat, air, dan pelarut-pelarut organik.Senyawa organik adalah golongan besar

senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon,kecuali karbida, karbonat,

dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik.

Dari dolongan besar itu senyawa organik dapat diklasifikasikan  dalam keluarga

(families) dan kelas (class) yang berbeda. Senyawa organik dibagi kedalam

Sembilan kelas yang berbeda, digolongkan menurut sifat masing-masing dalam

senyawa tersebut. Secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi atau kelas dari

larutan digunakan uji kelarutan terhadap senyawa tersebut.

Suatu larutan dinyatakan merupakan ”larutan tidak jenuh” jika solute dapat

ditambahkan untuk memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam

konsentrasinya. Dalam banyak hal, ternyata proses penambahan solute tidak dapat

berlangsung secara tidak terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana

penambahan solute pada sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan

larutan lain yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Kelarutan yang besar terjadi

bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat

kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan dari sifat-sifat

kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka

17

Page 18: Prak. Organik I.docx

gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila

tidak ada kesamaan, maka gaya-gaya tarik solute solvent lemah.

Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam

pelarut polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika elarut lebih polar, maka

kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.

Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga untuk memisahkan

suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah

proses dalam zat yang akan dipisahkan itu digunakan untuk membentuk suatu fase

baru endapan padat.

Pengujian mengenai kelarutan ini banyak digunakan untuk produk-produk

instan seperti jahe instan, kopi instan, serta dapat pula digunakan untuk tablet.

Makin tinggi angka yang diperoleh menunjukkan kelarutan yang meningkat

pula.Kelarutan zat dapat dilihat dari bagan berikut ini:

18

Page 19: Prak. Organik I.docx

III.    Metodologi Percobaan

3.1   Alat

-          Tabung reaksi

-          Rak tabung reaksi

-          Pipet tetes

-          Spatula

3.2   Bahan

-          NaOH 5%

-          HCl 5%

-          Zat Unknown

-          NaHCO3 5%

-          H2SO4 pekat

3.3   Prosedur Kerja

1 ml aquades dituangkan kedalam tabung reaksi.Setelah itu ditambahkan

kira-kira 1-2 tetes cairan atau sedikit kristal zat unknown. Tabung reaksi ini yang

telah terisi diketuk atau digoyang dengan perlahan dan hati-hati sampai dapat

dipastikan bahwa zat unknown larut atau tidak larut dalam air, diamati apa yang

terjadi dan data hasil pengamatan dicatat dengan lengkap.

Jika zat unknown larut, dilakukan pengamatan lebih lanjut dengan

melakukan uji asam dan basa menggunakan kertas lakmus.Data hasil pengamatan

dicatat dengan lengkap.

Jika zat unknown tidak larut dalam air, maka dilakukan pengujian lebih

lanjut dengan menambahkan NaOH 5% dan pengerjaan lebih lanjutnya dapat

dilihat pada diagram diatas. Semua fenomena yang didapat dalam pengamatan

dicatat dengan lengkap

 

4. Pertanyaan

1. Bagaimana dan jelaskan prinsip kelarutan senyawa organik ?

19

Page 20: Prak. Organik I.docx

2. Mengapa dan jelaskan dengan melakukan tes kelarutan terhadap suatu zat atau

senyawa organik, sifat dari zat atau senyawa organik tersebut dapat ditentukan

?

Sumber

3. Staf Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia ITB (.....), ”Petunjuk

Praktikum Kimia Organik I”, Laboratorium Kimia Organik Kimia ITB.

4. Fieser, Louis F. and Kenneth L. Williamson, 1974, “Organic Experiments”,

3rd edition, Heath., p. 27, 28, 30, 64.

20

Page 21: Prak. Organik I.docx

Percobaan 5

SENYAWA ALKOHOL DAN FENOL

Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang mempunyai

struktur yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat langsung pada cincin

aromatik.Hidrokarbon berlaku sebagai dasar pengelompokan senyawa organic.

Suatu senyawa non hidrokarbon yang mana mengandung rantai karbon atau cincin

atom-atom karbon yang sama.Yang akan dibahas terbatas pada derivate sederhana

yang diperoleh dari menggantikan satu, dua, atau tiga atom hydrogen dalam

molekul hidrokarbon, dengan atom oksigen atau gugus hidroksil. Adanya atom-

atom atau gugus-gugus atom menentukan sebagian besar sifat fisika dan kimia

molekul itu.Atom ataupun gugus atom yang paling menentukan sifat suatu zat

dirujuk sebagai gugus fungsional.

      Percobaan alkohol dan fenol dalam praktikan kali ini mengajarkan alkohol

adalah senyawa –senyawa dimana satu atau lebih atom hydrogen dalam sebuah

alkana digantikan oleh sebuah hidroksil.Selain itu percobaannya ini untuk

mempelajari sifat kimia seperti suatu alkohol dapat teroksidasi dan bereaksi

dengan beberapa zat kimia dan fisika seperti bersifat semi polar karena terdiri dari

2 gugus yaitu alkil dan gugus hidroksil dan juga alcohol dan fenol adalah asam-

asam lemahalkohol 10-100 kali lebih lemah dari air,fenol 10 kali lebih kuat dari

air dengan kata lain fenol lebih asam dari alkohol.Percobaan ini juga untuk

membedakan antara alkohol primer,sekunder dan tersier apabila bereaksi dengan

zat lain.

A. Alat dan Bahan

Bahan :

Etanol

Butanol

sec-Butanol

ter-Butanol

Iodium dalam KI

NaOH 10%

Iso amilalkohol

HCl

ZnCl2

Gliserol

CuSO4

Fenol

21

Page 22: Prak. Organik I.docx

Asam asetat glasial

Asam sulfat pekat

Metanol

Logam Na

Natrium bikromat 1%

Brom 2% dalam CCl4

FeCl3

KMnO4

Indikator PP

Air Brom

Alat :

Tabung reaksi

Pipet tetes

Pemanas air

Gelas ukur 25 mL

Gelas piala

B. Cara Kerja

A. Alkohol

1. Tes Iodoform

Siapkan 3 tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan etanol, butanol

dan sec-butanol.Tambahkan 2 – 3 tetes Iodium dalam KI, dan tambahkan

larutan NaOH 10% tetes demi tetes sampai warna iodium hilang.

2. Reaksi Esterifikasi

Siapkan tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan etanol, butanol

dan sec-butanol. Tambahkan masing-masing tabung dengan 1 mL asam asetat

glasial, kemudian tambahkan dengan hati-hati 0,5 mL asam sulfat pekat.

Guncangkan dan panaskan perlahan, tambahkan 3 mL air dan amati uap yang

terjadi.

Mengapa alkohol tersier tidak membentuk ester ?

3. Tes dengan logam Na

Masukkan 3 mL metanol atau etanol dalam tabung reaksi, tambahkan 1

lempeng logam Na. Guncangkan dan amati. Ke dalam larutan yang diperoleh

tambahkan beberapa indikator pp, amati dan catat hasilnya.

22

Page 23: Prak. Organik I.docx

4. Tes Oksidasi

Tambahkan 1 tetes asam sulfat pekat ke dalam 5 mL larutan Na-bikromat 1%.

Campurkan dan kocok dengan baik. Tambahkan 2 tetes sampel yang akan di

tes dan panaskan secara perlahan, amati perubahan warna larutan. Lakukan tes

ini untuk etanol, sec-butanol dan ter-butanol.

5. Tes Lucas

Tes ini dilakukan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan

tersier.Perbedaan didasarkan atas kecepatan alkil klorida dari alkoholnya.Tes

ini dilakukan terhadap n-butanol, sec-butanol, ter-buatanol dan iso-

amilalkohol.

Masukkan 0,5 mL sampel alkohol ke dalam tabung reaksi, tambahkan dengan

cepat 3 mL pereaksi Lucas pada suhu 26 – 27 °C. Tutup tabung, kocok dan

dinginkan amati setelah 5 menit dan 1 jam. Catat waktu selama reaksi

berlangsung dengan terlihatnya larutan menyerupai awan.Apakah timbul

lapisan terpisah atau tidak. Jika hasilnya positif lakukan tes kedua dengan

memakai HCl pekat sebagai pereaksi dan amati hasilnya. Pereaksi Lucas

adalah larutan 340 g ZnCl2 kering dalam 230 mL HCl pekat dingin.

6. Membedakan monoalkohol dan polialkohol

Lakukan percobaan ini terhadap etanol dan gliserol. Masukkan 1 mL sampel

alkohol ke dalam tabung reaksi, encerkan dengan sedikit aquades, tambahkan

3 tetes larutan CuSO4 5% dan NaOH 10%. Guncang dan amati hasilnya.

B. Fenol

1. Tes Brom

a. Timbang 0,2 g atau 0,2 mL fenol dalam CCl4, kemudian tambahkan tetes demi

tetes larutan brom 2% dalam CCl4 sampai warna brom hilang dalam waktu 1

menit. Jika tidak terlihat uap HBr yang terjadi, tiup perlahan-lahan mulut

tabung.

23

Page 24: Prak. Organik I.docx

b. Larutkan 0,1 g fenol dalam 10 – 15 mL air, tambahkan air brom sampai

warnanya hilang, dalam hal ini akan timbul endapan putih.

2. Tes dengan FeCl3

Siapkan 2 tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan 1 mL larutan

fenol 0,1% dan 1 mL air. Kemudian pada masing-masing tabung, tambahkan

beberapa tetes larutan FeCl3 2,5%. Guncang, amati dan bandingkan hasilnya.

Pertanyaan

1. Terangkan mengapa metanol tidak memberikan hasil positif dengan iodoform

2. Tulisklan struktur 2-propanol dan isobutanol serta nyatakan apakah

memberikan tes positif dengan tes iodoform !

3. Tulis rumus struktur dan isomer (2 buah) dari amilalkohol, yang manakah

yang memberikan tes positf dengan tes Lucas, tetapi memberikan tes negatif

terhadap tes iodoform. Apakah perbedaannya antara alkohol dengan fenol ?

24

Page 25: Prak. Organik I.docx

Percobaan 6

SENYAWA KARBONIL

Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua gugus yang

menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu

dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen,

senyawa tersebut termasuk golongan aldehida.Oksidasi parsial dari alcohol

menghasilkan aldehid (oksidasi lanjitnya menghasilkan asam

karboksilat).Formaldehida, suatu gas tak berwaarna, mudah larut dalam

air.Larutan 40% didalam air di namakan formalin, yang digunakan dalam

pengawetan cairan dan jaringan.Aseton adalah keton yang paling penting.Ia

merupakan cairan volatil (titik didih 65˚C) dan mudah terbkar. Aseton adalah

pelarut yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organic, banyak digunakan

sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu membuatan aseton adalah

melalui dehidrasi isopropyl alcohol dengan bantuan katalis tembaga.

Aldehid dan keton yang dilarutkan dalam air dapat membentuk hidrat (yang

disebut gem-diol) dan mengadakan keseimbangan. Meskipun tetapan

keseimbangan hidarsi untuk sebagian senyawa karbnil sangat kecil, namun

kesetimbangan di antara aldehid dan keton dengan hidratnya berlangsung sangat

cepat.Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh asam atau basa.Katalis basa

dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air dan menghasilkan

ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan ikatan

hidrogen atau protonasi pada oksigen-karbonil sehingga mengakibatkan gugus

karbonil itu menjadi elektrofil yang lebih reaktif .

A. Alat dan Bahan

Bahan:

Formalin

Aseton

Asetaldehid

Benzaldehid

Sikloheksanon

Formaldehid

Asam sulfat

Na-bisulfit

Etanol

Eter

25

Page 26: Prak. Organik I.docx

Pereaksi Tollens

Pereaksi Fehling

Pereaksi Benedict

Na-bikarbonat

NaOH

2-4 dinitrofenilhidrazin

Alat:

Tabung reaksi

Pipet tetes

Pemanas air

Erlenmeyer

Cawan penguapan

Gelas ukur 25 mL

Gelas piala

B. Cara Kerja

Uji Tollens

Ke dalam masing-masing tabung reaksi masukkan 1 mL pereaksi Tollen,

kemudian tambahkan 3 – 5 tetes sampel, panaskan secara perlahan.Amati

perubahan yang terjadi.

Uji Fehling

Ke dalam masing-masing tabung reaksi masukkan 10 mL pereaksi Fehling,

kemudian tambahkan 3 – 5 tetes sampel, panaskan secara perlahan.Amati

perubahan yang terjadi.

Uji Benedict

Ke dalam masing-masing tabung reaksi masukkan 10 mL pereaksi Benedict,

kemudian tambahkan 3 – 5 tetes sampel, panaskan secara perlahan.Amati

perubahan yang terjadi.

Uji Ammonia

Ke dalam cawan penguapan masukkan 1 mL sampel dan 2 mL ammonia

pekat, kemudian uapkan sampai kering dengan menggunakan penangas air.

26

Page 27: Prak. Organik I.docx

Uji NaOH

Ke dalam masing-masing tabung reaksi masukkan 5 mL pereaksi NaOH

10%, kemudian tambahkan 1 mL sampel, panaskan secara perlahan. Amati

perubahan yang terjadi.

Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH)

Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 mL sampel, kemudian tambahkan 3 – 5

tetes 2,4 DNPH. Amati perubahan yang terjadi.

Reaksi dsengan Na-Bisulfit

Masukkan 10 mL Na-bisulfit jenuh dalam erlenmeyer dan tambahkan 5 mL

asetaldehid.Kocok kuat sampai reaksi sempurna dan dinginkan dengan es

yang dicampur garam. Senyawa hasil reaksi akan mengkristal, saring dan

cuci dengan etanol, lalu dengan eter dan biarkan kering. Tambahkan 10 mL

Na-bikarbonat 10% ke dalam sebagian dari kristal yang diperoleh. Amati

bau yang dihasilkan.

Lakukan percobaan ini dengan mengganti asetaldehid dengan aseton.

Polimerisasi

Masukkan 2 mL asetaldehid murni dalam tabung reaksi kering. Tambahkan

dengan hati-hati 1 tetes asam sulfat pekat, campurkan, kemudian amati

perubahan suhu. Tambahkan 3 mL air dingin dan kocok.Amati apakah ada

bagian yang tidak larut.

Pertanyaan

1. Bagaimana cara membuat formalin ? (sebutkan 2 cara)

2. Sebutkan beberapa kegunaan formalin ?

3. Apakah yang dimaksud dengan reaksi Canizaro dan kondensasi aldol ?

4. Tuliskan reaksi masing-masing antara formaldehid, asetaldehid dan aseton

dengan etil magnesium bromida, serta produk hidrolisis hasil reaksinya ?

5. Bagaimana cara membuat sianohidrin dari aseton ?

6. Bagaimana cara membedakan aldehid dengan keton ?

27

Page 28: Prak. Organik I.docx

Percobaan 7

SENYAWA AMINA

Amina adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen trivalen yang

berikatan dengan satu/ dua/ tiga atom karbon. Ditinjau dari rumus strukturnya,

amina merupakan turunan dari NH3 dengan satu/ dua/ tiga atom hidrogennya

digantikan oleh gugus alkil (-R) atau aril (-Ar).Klasifikasi amina didasarkan atas

jumlah atom H dalam NH3 yang digantikan oleh gugus alkil/ aril.Bila yang diganti

hanya satu atom H disebut amina primer, bila yang diganti dua buah atom H

disebut amina sekunder, dan bila yang diganti tiga buah atom H dinamakan amina

tersier.Bila penggantinya gugus alkil dinamakan amina alifatik, dan bila

penggantinya gugus aril dinamakan amina aromatik.Dalam hal atom N dalam

amina merupakan bagian dari suatu cincin maka amina tersebut diklasifikasikan

sebagai amina heterosiklik.Bila atom N dalam amina merupakan bagian dari

cincin aromatik, maka amina tersebut termasuk amina heterosiklik

aromatik.Semua amina merupakan senyawa polar, dan antar molekul amina

primer/ sekunder terdapat ikatan hidrogen.Karena perbedaankeelektronegatifan

antara atom N dan H relatif kecil maka ikatan hidrogen antar molekul amina tidak

sekuat molekul-molekul yang mengandung gugus –OH, seperti misalnya

alkohol.Adanya perbedaan kekuatan antara ikatan hidrogen dalam molekul-

molekul amina maupun alkohol nampak pengaruhnya terhadap titik didih kedua

golongan senyawa tersebut.kelarutan amina dalam air menurun seiring dengan

meningkatnya berat molekul. Dengan molekul air, semua amina dapat membentuk

ikatan hidrogen.

Dua macam cara yang dapat digunakan untuk membuat amina adalah: (a) cara

substitusi, yaitu mereaksikan amonia dengan alkil halida, (b) cara reduksi, yaitu

dengan mereduksi senyawa nitro atau senyawa nitril atau senyawa aldehida/

keton, dengan ketentuan bahwa untuk masing-masing senyawa tersebut

menggunakan reduktor yang berbeda. Cara pembuatan amina primer yang khusus

adalah melalui reaksi degradasi Hofmann, yaitu mereaksikan suatu amida dengan

brom dalam suasana alkalis. Kekhususan dari cara yang terakhir ini adalah

terjadinya pengurangan satu atom C (degradasi) pada amida asalnya.

28

Page 29: Prak. Organik I.docx

A. Alat dan Bahan

Bahan:

Na-nitrit 10%

HCl 2N

Aseton

Na-nitroprusid 1%

NaOH 0,5% dan 5%

Dimetilamina

Kloroform

Anilin

Kanji

KI

α-naftol

Benzoil klorida

Asetaldehid

Alat:

Tabung reaksi

Pipet tetes

Pemanas air

Erlenmeyer

Gelas ukur 25 mL

Gelas piala

B. Cara Kerja

A. Amina Primer

1. Reakai dengan Asam Nitrit

Larutkan 0,1 g sampel dengan 5 mL HCl 2 N, dinginkan larutan dengan

es. Tambahkan 2 mL larutan NaNO2 10% (dilarutkan dalam air

es).Panaskan perlahan dengan menggunakan penangas air.Amati gas hasil

reaksi yang terjadi.

2. Tes Rimini

Pada tabung reaksi campurkan 1 tetes sampel, 1 mL aseton dan 1 tetes

larutan Na-nitroprusid 1%.Amati warna merah yang timbul setelah 1

menit.

29

Page 30: Prak. Organik I.docx

3. Reaksi Karbilamin

Ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 mL NaOH 0,5 N (dalam etanol)

tambahkan 0,1 g sampel dan 3 tetes kloroform, kemudian panaskan sampai

mendidih. Suatu karbilamin akan terbentuk dan menimbulkan bau busuk.

4. Pembentukan garam diazonium

Larutkan 1 g anilin dalam 3 mL HCl pekat dan 5 mL air, lalu

dinginkan.Tambahkan larutan dingin 1 g NaNO2 dalam 5 mL air secara

perlahan (sambil diaduk sampai menghasilkan hasil positif dengan HNO2).

1 tetes larutan hasil reaksi diencerkan dengan 4 tetes air, kemudian

teteskan larutan tersebut pada kertas yang sudah direndam dalam kanji dan

KI.

Bagi dua larutan hasil reaksi. Bagian pertama ditambah dengan larutan

dingin 0,4 gram β-naftol dalam 4 mL larutan NaOH 5% yang akan

menghasilkan warna jingga. Sementara pada bagian kedua dilakukan

pemanasan yang akan membebaskan nitrogen dan menghasilkan fenol.

B. Amina Sekunder

1. Tes Simon

Kepada 1 tetes larutan sampel tambahkan 2 tetes larutan asetaldehid

diikuti dengan 1 tetes larutan Na-nitroprusid 1%. Dalam waktu 5 menit

akan dihasilkan warna biru yang kemudian akan berubah menjadi biru

kehijauan sampai kuning.

2. Tes dengan Benzoil klorida

Masukkan 0,5 g sampel ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 10 mL

larutan NaOH 5% dan 1 mL benzoil klorida.Tutup tabung reaksi dan

kocok sampai bau benzoil klorida hilang.Uji sifat yang terbentuk.

3. Tes dengan Benzen sulfonilklorida

Masukkan 0,5 g sampel ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 20 mL

larutan NaOH 5% dan 1 mL benzoil klorida.Tutup tabung reaksi dan

30

Page 31: Prak. Organik I.docx

kocok sampai bau benzoil klorida hilang.Uji sifat yang terbentuk.Jika

terjadi endapan dalam larutan alkali, encerkan dengan 10 mL air

kocok.Endapan yang tidak larut menandakan amina sekunder. Sementara

endapan yang larut dan memberikan warna merah kongo dengan

penambahan HCl encer menandakan amina primer.

Pertanyaan

1. Tuliskan reaksi antara NaNO2 dengan HCl dan anilin, etilanilin, dimetilanilin

dan metilamina !

2. Mengapa kita memakai campuran NaNO2 dengan HCl, tidak larutan NaNO2

langsung?

3. Bagaimana membedakan amina alifatik dan aromatik !

4. Apa yang dimaksud dengan reaksi Sandmeyer ?

31

Page 32: Prak. Organik I.docx

Percobaan 8

ISOMER GEOMETRI

Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau

gugus didalam ruangan. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-

trans. Isomeri ini tidak tidak reddapat pada kompleks dengan strruktur linear,

trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi umum terdapat pada kompleks planar

segiempat dan oktahedral.

Kompleks yang mempunyai isomer hanya kompleks-komplek yang bereaksi

sangat lambat dan kompleks yang inert.Ini disebabkan karena kompleks-kompleks

yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil, sering bereaksi

lebih lanjut membentuk isomer yang stabil.

Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan kovalen

menimbulkan kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer, karena ligan

terikat dalam ruangan sekitar ion logam pusat. Yang dimaksud dengan senyawa

isomer adalah molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai susunan atom yang

sama sehingga bangun dan sifat-sifatnya berbeda. Ada dua keisomeran yang lazim

dijumpai pada senyawa kompleks koordinasi yaitu keisomeran cis-trans dan

keisomeran optik.

A. Alat dan bahan

Alat

- Erlenmeyer 125ml

- Pembakar bunsen

- Corong buchner

- Labu bulat 400ml

- Alat penentuan titik leleh

Bahan

- Kertas saring

- Anhidrat meleat

- HCl pekat

32

Page 33: Prak. Organik I.docx

B. Cara Kerja.

20 ml Aquadestdididihkan dalam erlemeyer 125ml ditambah 15gr anhidrat

meleat, didinginkan labu dibawah pancuran air keran, kumpulkan asam meleat

diatas corong buchner, keringkan dan tentukan titik leleh.

Filtratnya masukkan kedalam labu bundar 100ml, tambahkan 15ml HCL

pekat selama 10menit, dinginkan pada suhu kamar dan kumpulkan asam fumarat

dalam corong.

33

Page 34: Prak. Organik I.docx

Percobaan 9

SENYAWA ASAM KARBOKSILAT

DAN ESTER

Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus

–CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril.Suatu ester dapat dibentuk

dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol, suatu

reaksi yang disebut reaksi esterifikasi.Esterifikasi berkataliskan asam dan

merupakan reaksi reversibel. Ester adalah senyawa karbon yang mengandung

gugus fungsi ─COO─ yang terikat pada dua gugus alkyl, R dan R’.Ester yang

dianggap berasal dari senyawa alkana yang disebut alkil alkanoat. Rumus umum

dari alkil alkanoat dinyatakan sebagai CnH2NO.

Ester dibuat dari asam karboksilat dan alkohol melalui reaksi esterifikasi

dengan bantuan katalis H2SO4 pekat.Reaksi esterifikasi sebenarnya merupakan

reaksi kesetimbangan.Reaksi  esterifikasi bersifat reversible. Untuk memperoleh

rendemen tinggi dari ester itu, kesetimbanghan harus di geser kearah sisi ester.

Suatu teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang

murah secara berlebihan .teknik lain adalah membuang salah satu produk dari

dalam campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotrop).

A. Alat dan Bahan

Bahan:

Na-bikarbonat 5%

Asam asetat glasial

Etanol

Asam sulfat pekat

Asam monokarboksilat

Asam dikarboksilat

HCl 1N

FeSO4

KOH

NaOH 6N

Etil asetat

Hidroksilamin hidroklorida

0,5 N dalam etanol

FeCl3 5%

34

Page 35: Prak. Organik I.docx

B. Cara Kerja

A. Asam Karboksilat

1. Reaksai dengan Na-bikarbonat

Masukkan larutan Na-bikarbonat 5% pada gelas arloji. Tambahkan 1 tetes

asam murni. Jika senyawa yang dipakai padat, pakailah sedikit asam

tersebut. Timbulnya gas CO2 menyatakan asam.

2. Pembentukan Ester

Panaskan sedikit asam dengan 2 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam

sulfat pekat selama ± 2 menit. Dinginkan dan tuangkan dengan hati-hati

dalam cawan penguapan yang berisi larutan Na-bikarbonat, amati bau

yang terjadi. Jika terjadi bau yang wangi menandakan terbentuknya ester,

suatu tanda adanya asam.

3. Asam monokarboksilat dan dikarboksilat

Sediakan 2 tabung reaksi, pada masing-masig tabung diberi asam

dikarboksilat dan monokarboksilat. Pada tabung tersebut diberi 3 – 5 tetes

larutan FeSO4 5% kemudian tambahkan larutan KOH 5% atau NaOH 5%

sebanyak 4 – 6 tetes. Amati perubahan yang terjadi.

B. Ester

Tes Asam hidroksiamat

Campurkan 1 tetes ester dengan 1 mL hidroksilamin hidroklorida 0,5N

dalam etanol 95%. Tambahkan 0,2 mL NaOH 6N. Panaskan campuran

sampai mendidih dan sesudah larutan sedikit dingin tambahkan 2 mL HCl

1N.Jika larutan keruh tambahkan 2 mL etanol. Amati warna yang

dihasilkan jika terhadap larutan tersebut ditambahkan 1 tetes FeCl3 5%.

35

Page 36: Prak. Organik I.docx

Percobaan 10

PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF

SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

A. Alat dan Bahan

Bahan:

Bagian dari tumbuhan

Metanol

Larutan H2SO4 2M

Kloroform

NH4OH

H2SO4 pekat

Larutan HCl 2N

Serbuk Mg

Anhidrida asetat

Etanol HCl pekat

Amilalkohol

Larutan NaOH 1N

Larutan FeCl3 1%

Pereaksi Bouchardat

Pereaksi Dragendorff

Pereaksi Meyer

Alat:

Erlenmeyer 250 mL

Gelas ukur 50 mL

Corong

Cawan porselin

Corong pisah

Tabung reaksi

Pipet tetes

Lempeng porselin

B. Cara Kerja

1. Pengumpulan bahan tumbuhan

Kumpulkan kira-kira 50 g sampel tumbuhan (daun atau buah atau kulit

batang segar). Catat nama ilmiah dan nama lokal dari tumbuhan tersebut.

2. Penapisan Senyawa Metabolit Sekunder

36

Page 37: Prak. Organik I.docx

Kira-kira 10 g sampel bagian tumbuhan yang telah dipotong-potong kecil

(halus) ditambahkan 100 mL campuran metanol-air (4:1), aduk dan diamkan

selama 5 – 15 menit kemudian saring.Filtrat yang diperoleh diuapkan

sampai 1/10 volume semula pada 40°C, kemudian asamkan dengan larutan

H2SO4 2M. Selanjutnya filtrat tersebut diekstraksi dengan 5 – 15 mL CHCl3.

Lakukan sebanyak 3 kali ekstraksi, sehingga diperoleh ekstrak CHCl3

(ekstrak polar pertengahan) dan lapisan air-asam. Terhadap ekstrak CHCl3

yang diperoleh lakukan identifikasi untuk senyawa golongan

terpenoid/steroid, flavonoid, kuinon, tanin dan saponin.Selanjutnya lapisan

air-asam dibasakan sampai pH 10 dengan NH4OH kemudian ekstraksi

dengan campuran CHCl3-Metanol (3:1) sebanyak 2 kali sehingga

diperolweh ekstrak CHCl3-Metanol (ekstark basa) dan lapisan air-

basa.Terhadap ekstrak CHCl3-Metanol (ekstreak basa) lakukan identifikasi

untuk senyawa golongan alkaloid.

3. Identifikasi senyawa golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman-

Burchard

Ke dalam 1 – 2 mL ekstrak CHCl3 (polar pertengahan) pada tabung reaksi

ditammabhkan 2 tetes anhidrida asetat dan diaduk. Kemudian teteskan 1 – 2

tetes H2SO4 pekat dan amati warna yang terbentuk. Catat warna yang

terbentuk pada saat diteteskan dan warna setelah dibiarkan beberapa saat.Uji

ini positif bila terjadi perubahan warna merah ke hijau ke ungu ke biru.

4. Identifikasi senyawa golongan saponin

10 mL ekstrak CHCl3 (polar pertengahan) dalam tabung reaksi dikocok

vertikal selama 10 detik, jika terbentuk busa 1 – 10 cm stabil selama 10

menit maka saponin positif. Selanjutnya tambahkan 1 tetes larutan HCl 2N,

saponin positif jika busa tidak hilang.

5. Identifikasi senyawa golongan flavonoid

Ke dalam 5 mL ekstrak CHCl3 (polar pertengahan) tambahkan serbuk Mg, 2

mL larutan etanol-HCl (1:1) dan 5 mL amil alkohol. Kocok dan

37

Page 38: Prak. Organik I.docx

amatiperubahan warnanya. Jika timbul warna merah, kuning atau jingga

pada lapisan amil alkohol maka positif ada flavonoid.

6. Identifikasi senyawa golongan kiunon

Ke dalam 5 mL ekstrak CHCl3 (polar pertengahan) tambahkan 2 mL larutan

NaOH 1N, aduk dan amati warna yang terbentuk. Kuinon positif jika

terbentuk warna merah.

7. Identifikasi senyawa golongan tanin

Sejumlah ekstrak CHCl3 (polar pertengahan) pada lempeng porselin

ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%.Golongan tanin positif jika

terjadi perubahan warna menjadi hijau ungu atau hitam.

8. Identifikasi senyawa golongan alkaloid

Uji dengan pereaksi Bouchardat

Sejumlah ekstrak CHCl3-Metanol (ekstrak basa) pada lempeng porselin

tambahkan pereaksi Bouchardat.Jika terbentuk endapan maka positif ada

alkaloid.

Uji dengan pereaksi Meyer

Ke dalam 1 mL ekstrak CHCl3-Metanol (ekstrak basa) teteskan 1 – 2 tetes

pereaksi Meyer.Alkaloid positif ada jika terjadi endapan kuning muda.

Uji dengan pereaksi Dragendorff

Ke dalam 1 mL ekstrak CHCl3-Metanol (ekstrak basa) teteskan 1 – 2 tetes

pereaksi Dragendorff.Alkaloid positif ada jika terjadi endapan jingga.

Pertanyaan

3. Bagaimana dan terangkan prinsip penapisan senyawa metabolit sekunder yang

anda lakukan ?

4. Terangkan prinsip reaksi identifikasi yang anda lakukan dan tuliskan pula

reaksinya !

38

Page 39: Prak. Organik I.docx

5. Tuliskan taksonomi dari tumbuhan yang anda pergunakan sebagai sampel.

Bagaimana pula kandungan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan anda

dari literatur ?

Sumber

1. Harbone, J.B., Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata dan Iwang Soedio, 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara

Modern Menganalisis Tumbuhan, Penerbit ITB, Bandung.

2. Soetarno, S., 1997, “Kandungan Senyawa Bioaktif dari Tumbuhan dan Cara

Analisisnya, Suatu Tinjauan Singkat”, dalam Prosiding Temu Ilmiah Nasional

Bidang Farmasi, Bandung, III-59 – III-75.

39

Page 40: Prak. Organik I.docx

Percobaan 11

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang

sederhana yang biasanya digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa organik.

Teknik ini dikembangkan pada tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Metode

ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan beberapa mikrogram. Pada

hakekatnya KLT melibatkan dua perubahan yaitu fase diam dan sifat gerak. Fase

diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap

(kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair

(kromatografi cair-cair). Prinsip kerja dari KLT yaitu campuran yang akan

dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Penotolan dilakukan memakai

pipa kapiler. Pelarut dibiarkan menguap atau dihilangkan dengan bantuan aliran

udara kering. Lapisan kemudian dimasukan ke dalam bejana yang berisi pelarut

yang dalamnya sekitar satu cm yang akan bertindak sebagai fase gerak. Lalu

bejana ditutup ketat dan pelarut dibiarkan sekitar 10-15 menit. Titik tempat

campuran yang ditotolkan pada ujung pelat atau lembaran disebut titik awal dan

cara menempatkan cuplikan disebut penotolan. Garis depan pelarut ialah bagian

atas fase gerak atau pelarut ketika bergerak melalui lapisan dan setelah

pengembangan selesai, merupakan tinggi maksimum yang dicapai pelarut.

A. Alat dan bahan

Alat:

Oven

Kertas saring

Kaca besar

Pita selotip

Gelas piala 100ml

Batang pengaduk

TLC

Tabung reaksi

Pipa gelas kapiler

40

Page 41: Prak. Organik I.docx

Bejana

Gelas piala 200ml

Rotarvan

Pipet tetes

Benzen

Lempeng

Bahan :

Aquades

metanol

5ml etanol

2 buah tablet kafelin

Zat cateknik

90 ml PE

1 gr CaCO4

2 gr sukrosa

Larutan pengembang komposisi methanol.

B. Prosedur kerja

1. Reparasi Plat

Plat kaca dibersihkan air dengan methanol, dilap dengan kertas atau kain,

lima plat disiapkan Disusun diatas sebuah kaca besar, disekatkan dengan

pita selotip.

Silika siapkan dengan sebanyak3 gr dan 6 ml air aduk dengan

mortis,lapiskan campuran silika diatas plat dan keringakan padaoven

dalam suhu 120oC selama satu jam.

2. Penyiapan pengembang kromatografi

1 ml metanol masukkan kedalam chember, goyangkan, homogenkan, dan

jenuhkan selama 5-10 menit.

Dalam gelas piala 100ml membuat larutan pengembang dengan komposisi

asam asetat, eter dan benzene,dilapisi dinding dengan kertas saring,

41

Page 42: Prak. Organik I.docx

ditutup gelas piala dengan cawan sampai jenuh kemudian amati pola

senyawa.

3. Penotolan sampel

Totolkan sampel pada ujung plat menggunakan pipet halus,diamkan

sampai kering

Masukkan plat dalam chember

Angkat plat dari chember bila pelarutnya sudah sampai batas plat

Diamkan 5-10 menit, kemudian lihat hasilnya.

Sumber

3. Harbone, J.B., Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata dan Iwang Soedio, 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara

Modern Menganalisis Tumbuhan, Penerbit ITB, Bandung.

4. Soetarno, S., 1997, “Kandungan Senyawa Bioaktif dari Tumbuhan dan Cara

Analisisnya, Suatu Tinjauan Singkat”, dalam Prosiding Temu Ilmiah Nasional

Bidang Farmasi, Bandung, III-59 – III-75.

42