I. Cara Menentukan Umur Ternak berdasarkan gigi
1. PENDAHULUAN
Umur ternak memegang peranan yang penting dalam penilaian produktivitas
ternak. Dilapangan kita sering dihadapkan kepada masalah dimana catatan (recording)
terhadap umur ternak belum sepenuhnya dilakukan dengan baik oleh peternak. Berdasarkan
kepentingannya umur ternak dapat bagi menjadi umur fisiologis dan umur kronologis. Umur
fisiologis dilakukan berdasarkan waktu (t), sehingga perlu dilakukan recording yang baik
(catatan tanggal kelahiran). Sedangkan umur kronologis merupakan umur ternak yang
dilakukan berdasarkan urutan kejadian (phase), misalnya phase stater, phase grower dan
phase finiher. Menurut Esminger (2002) penentuan umur ternak dapat dilakukan dengan
melihat struktur gigi
2. Alat dan Bahan
Jenis ternak yang digunakan adalah 5 ekor sapi potong, 5 ekor domba dan 5ekor
kambing umur 1-4 tahun. Alat yang digunakan berupa camera, tali (tambang), alat
penusuk hidung sapi (alat kelu), kandang jepit, pensil dan buku lembar kerja pratikum.
3. Prosedur Kerja
a. Pilih sapi, kambing dan domba masing-masng sebanyak 5 ekor
b. Sapi yang masih liar sebaiknya di kelu (ditusuk bagian hidung) terlebih dahulu di
dalam kandang jepit supaya jinak.
c. Untuk melihat struktur gigi, buka mulut (moncong) sapi, kambing dan domba dengan
cara membukanya bagian pangkal bibir.
d. Setelah terbuka perhatikan dengan seksama struktur gigi bagian rahang bawah
e. Hitung jumlah gigi seri yang menjadi gigi tetap dan gambarkan dalam lembar kerja
pratikum
f. Foto dengan menggunakan kamera bagian gigi.
g. Tentukan umur ternak
1
Lembar kerja Pratikum.
A. Sapi
No sapi Jumlah gigi seri
ke gigi tetap
Umur
sapi
Gambar dengan
pensil struktuir gigi
Hasil foto camera
struktur gigi
1
2
3
4
5
2
Kambing
No
kambing
Jumlah gigi seri
ke gigi tetap
Umur
sapi
Gambar dengan
pensil struktuir gigi
Hasil foto camera
struktur gigi
1
2
3
4
5
3
No Domba Jumlah gigi seri
ke gigi tetap
Umur
sapi
Gambar dengan
pensil struktuir gigi
Hasil foto camera
struktur gigi
1
2
3
4
5
4
Pembahasan.
5
II. Cara Mengukur Bagian Tubuh Ternak
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor
ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang, volume ataupun massa. Menurut Swatland (1984)
dan Aberle et al.(2001) pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran
lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan, minum
dan mendapat tempat berlindung yang layak. Menurut Soeparno (2005) bahwa selama
pertumbuhan dan perkembangan, bagian organ dan komponen tubuh mengalami pertumbuhan
maksimal dengan kecepatan yang berbeda. Selama periode postnatal, tulang tumbuh lebih awal
dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak, sedangkan rusuk merupakan tulang yang
perkembangannya paling akhir.
Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional
dari bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan fungsi dari volume. Pertumbuhan mempunyai
dua aspek yaitu: menyangkut peningkatan massa persatuan waktu, dan pertumbuhan yang
meliputi perubahan bentuk dan komposisi sebagai akibat dari pertumbuhan diferensial
komponen-komponen tubuh. Pertumbuhan dimulai sejak terjadinya pembuahan, dan berakhir pada saat
dicapainya kedewasaan. Pertumbuhan ternak dapat dibedakan menjadi pertumbuhan sebelum kelahiran
(prenatal) dan pertumbuhan setelah terjadi kelahiran (postnatal) . Pertumbuhan prenatal dapat dibagi
menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus.
II. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan untuk mata acara pratikum mengukur tubuh ternak antara lain :
pita ukur, mistar ukur, caliper, timbangan ternak, kandang jepit. Bahan yang digunakan antara
lain : 5 ekor sapi potong, 5 ekor sapi perah, 5 ekor kambing potong dan 5 ekor domba potong.
III. PROSEDUR KERJA
1. Pilih ternak yang digunakan untuk bahan pratikum di dalam kandang dengan kondisi
yang sehat masing-msing sebanya 5 ekor
2. Pilih jenis kelamin dan umur yang sama (umur 3-4 tahun)
6
3. Ternak tidak dalam kondisi bunting
4. Handle ternak dengan baik (lakukan bersama 2-3 orang), bagi ternak yang liar
masukan ke dalam kandang jepit, sehingga ternak tidak dapat bergerak dengan bebas
5. Ukur bagian tubuh ternak dengan menggunakan alat yang disediakan
6. Foto dengan menggunakan kamera saat proses pengukuran tubuh ternak.
Bagian –bagian tubuh ternak yang diukur antara lain :
a. Tinggi Pundak (TP), jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur dengan menggunakan
mistar ukur (satuan dalam cm).
b. Tinggi Gumba (TG), jarak tertinggi gumba sampai lantai diukur dengan menggunakan
mistar ukur ( satuan Cm)
c. Panjang badan (PB), jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang Scapula sampai
benjolan tulang tapis (tulang duduk / os ischium), diukur dengan menggunakan mistar
ukur (satuan dalam cm).
d. Lingkar dada (LD), diukur melingkar rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os
scapula) menggunakan pita ukur (satuan dalam cm).
e. Dalam dada (DD), jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada, diukur dengan
mistar ukur (satuan dalam cm).
f. Lebar Pinggang (LeP), jarak antara tuber coxae kirin dan kanan, diukur dengan
menggunakan kaliper (satuan cm)
g. Lebar dada (LeD), bagian tengah tulang dada kiri dan kanan diukur dengan kaliper
(satuan dalam cm).
h. Lebar kepala (LeK), jarak antara kedua tanduk diukur dengan menggunakan pita ukur
(satuan dalam cm)
i. Panjang kepala (PK), jarak antara cermin hidung tegak lurus ke jarak antara dua tanduk,
diukur dengan menggunakan pita ukur (satuan cm)
j. Panjang puting(PPt), jarak antara pangkal punting dengan ujung puting diukur dengan
mistar ukur (satuan cm)
k. Lingkar puting (LPt), dukur dengan cara melingkari puting dengan menggunakan pita
ukur (satuan cm)
7
l. Tinggi ambing (TAm), jarak antara pangkal ambing dengan pangkal puting, diukur
dengan mistar ukur (satuan cm)
m. Lingkar ambing (Lam), diukur dengan cara melingkarkan ambing dengan
menggunakan pita ukur (satuan cm)
Gambar 1. Cara mengukur lingkar dada dan panjang badan ternak sapi
Gambar 2. Anatomi kerangka pada doka
8
Hubungan antara ukuran tubuh dengan bobot badan
a. Sapi Dewasa
BB (kg) = (LD + 22)2/100
Atau
BB(kg) = (PB x LD2/1040
b. Pada Domba
BB(lb)= LD(inc)2 x PB (inc)/300
IV. LEMBAR KERJA
1. Sapi Potong
NOUkuran tubuh
(CM)
TERNAK POTONG
JANTAN BETINA
1 TG
2 PB
3 LD
4 LeD
5 DD
6 LP
7 LeK
8 PK
9
2. SAPI PERAH
NOUkuran tubuh
(CM)
TERNAK PERAH
JANTAN BETINA
1 TG
2 PB
3 LD
4 LeD
5 DD
6 LP
7 LeK
8 PK
9 TPt -
10 LPt -
11 Tam -
12 Lam -
L. testis -
10
V. Pembahasan
11
III. Tilik Ternak Sapi potong
I. PENDAHULUAN
Pembibitan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi potong diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good breeding practice). Sapi potong yang masuk kedalam sumber daya genetic local antara lain sapi bali, sapi sumba ongole, sapi peranakan ongol, sapimadura dan sapi aceh.
II. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan untuk mata acara pratikum tilik pada sapi potong lokal antara lain : alat tulis, pita ukur, mistar ukur, caliper, timbangan ternak, kamera. Bahan yang digunakan antara lain : 5 ekor sapi potong betina dan 5 ekor sapi potong jantan.
III.PROSEDUR KERJA
1. Amati sapi dalam keadaan berdiri jarak 3-5 m dari depan, samping kiri dan kanan,
belakang (ambil foto dengan kamera)
2. Pengamatan dari arah depan untuk mengamati bentuk kepala, kondisi mulut, hidung,
mata serta keserasian leher
3. Pengamatan dari arah belakang bagaimana perototan kaki belakang, lipatan antara kedua
kaki, bagian paha apakah penuh dengan daging kondisi tetis (jantan) dan ambing (betina)
4. Pengamatan bagian samping bagaimana bentuk badannya (segiempat atau travesium),
kondisi tulang rusuk, bagian punggung, perut.
5. lihat ciri-ciri kualitatif pada secara keseluruan
6. Catatlah identitas ternak seperti nama ternak, nomor ternak, nama pemilik, jenis
kelamin,umur ternak, tipe dan bangsa ternak
7. Lakukan palpasi dengan perabaan bagian tubuh untuk memperkirakan kemampuan
produksi
8. lakukan pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh
9. catat semua data atau informasi ke kartu penilai (lembar kerja)
12
IV. LEMBAR KERJA
Tanggal penilaian …………………………………………
Nama sapi 1.2345
Cirri-ciri khusus 12345………………….
Nomor sapi 1.2345
Nama pemilik 12345
Bangsa/tipe ………………….. Nama perusahaan ……………………
Umur/TL ……………….. Alamat …………………….
NILAI
NO BAGIAN TUBUH URAIAN BOBOT NILAI
1 Bentuk umum 38 .......
Berat badan Sesuai dengan umur 10 ……..
Keadaan badan Kompak,punggung lurus, ideal, tenang 10
Kualitas Kulit licin, halus,cerah, sehat 8
Kondisi Kokoh, bulat kokoh 10
2 Kepala dan leher 6 ….
Mulut dan hidung Lebar, besar dan terbuka 1 …..
Muka Pendek, rahang kuat 1
Mata Besar, terang dan tenang 1
Dahi Lebar, telinga sedang 1
Leher Pendek, kokoh, gemuk dan licin 2
13
3 Seperempat bagian depan
8 ……
Pembuluh darah Penuh, lengkap 2
Bahu Licin,kompak, ideal rapid an teratur 3
Dada Luas, penuh, ideal dn kompak
Kaki depan Lebar, kuat, pendek, kompak kuku sehat
4 Body 30
Dada Luas, penuh, LD besar 4
Rusuk Panjang, licing penuh dengan daging 8
Punggung , lebar, kuat, lurus licin dan kompak 8
Pinggang Lebar, ideal 8
Lipatan paha Penuh dan idel
5 Seperempat bagian belakang
18
Pinggang Licin merata, penuh daging 2
Panggul Panjang, lebar, licin 5
Paha Dalam, lebar penuh dengan daging 5
Tungging Lebar licin 5
Kaki belakang Lebar, pendek, kuku sehat 1
Penilai,
14
PEMBAHASAN
15
IV, BCS SAPI POTONG
I. PENDAHULUAN
Body condition score (BCS) merupakan cara yang praktis untuk menilai kemampuan
produksi ternak pada sapi potong. BCS banya digunakan oleh para penilik sapi untuk menduga
produksi daging, cadangan lemak, kesehatan dan kemampuan reproduksi. Nilai BCS pada sapi
potong berkisar kurang gizi (BCS 1) dan sangat gemuk (BCS8).
II. Bahan dan alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini alat tulis, kamera. Bahan yang digunakan
adalah 5 ekor sapi potong.
III. Prosedur Pratikum
1. Tentukan identitas sapi yang akan dinilai BCS, umur, jenis kelamin, bangsa, fase
2. Amati sapi dalam keadaan berdiri jarak 3-5 m dari samping.kanan dan kiri dan foto
dengan kamera.
3. Amati bagian tulang rusuk, tulang punggung dan tulang ekor
4. Lakukan palpasi (perabaan ) untuk melihat ketebalan daging pada bagian rusuk, pinggang
dan tulang ekor
5. Inpeksi dan palpasi kandungan lemak yang menempel pada tulang rusuk, tulang ekor
6. Catat hasilnya pada lembar kerja
7. Tabulasi data
8. Pembahasan hasil pratikum
16
IV. LEMBAR KERJA BCS SAPI POTONG
DESKRIPSI KUALITAS SKOR A B C D E
Tidak tampak lemak pada tl punggung, pinggul dan tl rusuk
Kurang gizi 1
Masih tampak kurang gizi tetapi tulang ekor dan tulang mulai tampak menonjol. Tulang punggung tetap tajam tetati mulai ada jaringan
Jelek 2
Tl rusuk masih tampak tetapi tidak tajam saat diraba. Terdapat sejumlah lemak sepanjang tl punggung dan tl ekor
Kurus 3
Tl rusuk tidak lagi tampak. Tulang punggung masih tampak, tapi terasa lebih bulat. Tampak perlemakan tl rusuk dan tl pinggul
batas 4
Penampilan keseluruan bagus, lemak menutupi tl rusuk, terasa empuk, terdapat lemak di sekitar tl ekor
Cukup 5
Perlu tekanan yang agak kuat untuk meraba tulang punggung. Banyak lemak di sekitar tulang rusuk dan tulang ekor
Agak bagus 6
Sapi tampak berdaging dan berlemak. Lemak tebal menyeliputitl rusuk dan tulang ekor
Bagus 7
Berdaging dan kegemukan. Tulang punggung hampir tidak dapat diraba, lemak yng tebal di sekitar tulang rusuk dan tulang ekor, serta dibawah vulva
Gemuk 8
Tubuh kotak, berat, kegemukan. Tl ekor dan rusuk terubur dalam lemak. Struktur tulang tidak tampak lagi. Gerakan tertanggu.
Sangat gemuk
9
17
TILIK PADA DOMBA POTONG
I. PENDAHULUAN
Menurut Diwyanto (1982), domba lokal Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu domba ekor tipis, domba ekor sedang dan domba ekor gemuk. Domba ekor tipis
mempunyai lebar pangkal ekor kurang dari 4 cm, domba ekor sedang 4-8 cm, dan domba ekor
gemuk lebih dari 8 cm. Domba ekor tipis banyak dijumpai pada daerah-daerah yang relatif basah
seperti di Jawa Barat, sedangkan domba ekor gemuk terutama tersebar pada daerah-daerah
kering seperti di Jawa Timur dan Nusa Tenggara (Sutana 1993; Doho 1994). Domba ekor tipis
terdiri dari beberapa galur atau subpopulasi yang diberi nama berdasarkan daerah tempat domba
tersebut berkembang, diantaranya adalah domba garut tipe daging dan tipe tangkas (Mulliadi
1996). Fauzi (2006) menyatakan bahwa secara genotipe domba ekor gemuk yang tersebar di
daerah Donggala, Kisar, Madura, Rote, Sumbawa, dan Lombok memiliki tingkat keragaman
yang tinggi. Diwyanto (1982) menyatakan di Sulawesi terdapat domba lokal yang memiliki ekor
tidak terlalu gemuk dan disebut dengan domba donggala. Sumantri et al. (2007), melaporkan
bahwa terdapat perbedaan bobot hidup dewasa diantara domba lokal yang dipelihara pada lokasi
yang berbeda.
II. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan untuk mata acara pratikum tilik pada domba lokal antara lain :
alat tulis, pita ukur, mistar ukur, caliper, timbangan ternak, kamera. Bahan yang digunakan
antara lain : 5 ekor domba potong betina dan 5 ekor domba potong jantan.
III. PROSEDUR KERJA
1. Amati domba dikandang dalam keadaan berdiri jarak 3-5 m dari depan, samping kiri dan
kanan, belakang (ambil foto dengan kamera)
2. Pengamatan dari arah depan untuk mengamati bentuk kepala,warna bulu di muka, taduk,
telinga, kondisi mulut, hidung, mata serta keserasian leher
3. Pengamatan dari arah belakang bagaimana perototan kaki belakang, lipatan antara kedua
kaki, bagian paha apakah penuh dengan daging kondisi tetis (jantan) dan ambing (betina)
18
4. Pengamatan bagian samping bagaimana bentuk badannya (segiempat atau travesium),
kondisi tulang rusuk, bagian punggung, perut.
5. lihat ciri-ciri kualitatif pada secara keseluruan
6. Catatlah identitas ternak seperti nama ternak, nomor ternak, nama pemilik, jenis
kelamin,umur ternak, tipe dan bangsa ternak
7. Lakukan palpasi dengan perabaan bagian tubuh untuk memperkirakan kemampuan
produksi
8. lakukan pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh
9. timbang ternak
10. catat semua data atau informasi ke kartu penilai (lembar kerja)
11. tabulasi data
12. pembahasan hasil pratikum
Lembar kerja PratikumA. Identitas
Tanggal penilaian …………………………………………
Nama 1.2345
Cirri-ciri khusus 12345………………….
Nomor 1.2345
Nama pemilik 12345
Bangsa/tipe ………………….. Nama perusahaan ……………………
Umur/TL ……………….. Alamat …………………….
19
B. Sifat kualitatif domba
NO ParemeterDomba
I II III IV V
1 Bentuk wol
2 Warna wol
3 Warna bulu muka
4 Bentuk tanduk
5 Bentuk telinga
6 Bentuk ekor
7 Bentuk badan
C. Sifat kuantitatif
NOUkuran tubuh
(CM)
Domba
I II III IV V
1 TB
2 PB
3 LD
4 LeD
5 DD
6 LP
7 LeK
8 PK
9 Le. pangkal ekor
10 P. ekor
11 Le Telinga
20
12 P. telinga
13 Panjang tanduk
14 Berat badan
Pembahasan
21
TILIK PADA TERNAK KAMBING
I. PENDAHULUAN
Pada mulanya penjinakan kambing terjadi di daerah pegunungan Asis Barat sekitar 7000-
8000 SM. Kambing yang dipelihara berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakan,
yaitu kambing liar eropa (Capra aegragrus), kambing liar India (Capra aegragrus blity) dan
kambing makhor di pegunungan Himalaya (Capra Falconeri). Sebagian besar kambing yang
diternakan di Asia berasal dari keturunan bezoar.
Menurut Setiadi et al. (2002) ada dua rumpun kambing yang dominan di Indonesia yaitu
kambing kacang dan kambing etawa. Kambing kacang berukuran kecil dengan kemampuan
adaptasi yang baik pada kondisi lingkungan dan pakan yang jelek. Kambing etawa memiliki
postur tubuh yang besar dan merupakan tipe pedaging dan perah (dwiguna). Sejalan dengan
perbedaan kondisi lingkungan dan manajemen pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak di
setiap daerah di Indonesia, memungkinkan kambing kacang untuk melakukan proses adaptasi
dalam waktu yang lama dan sebagai akibatnya muncul beberapa kambing local yang memiliki
karakteristik berbeda. Sedikitnya ada 8 jenis kambing local Indonesia yang telah teridentifikasi
karakteristik genetic, yaitu kambing merica di Sulawesi Selatan, kambing samosir di Pulau
samosir, danau Toba Propinsi Sumatera Utara, kambing muara di tapanuli Utara, kambing kosta
di sekitar Jakarta dan Banten, kambing gembrong di kabupaten Karang Asem, Pulau Bali,
kambing Benggala di Pulau Flores NTT, kambing Peranakan Etawa dan kambing kacang.
Bahan dan alat
IV. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan untuk mata acara pratikum tilik pada kambing lokal antara
lain : alat tulis, pita ukur, mistar ukur, caliper, timbangan ternak, kamera. Bahan yang digunakan
antara lain : 5 ekor kambing local betina dan 5 ekor kambing lokal jantan.
22
V. PROSEDUR KERJA
1. Amati kambing dikandang dalam keadaan berdiri jarak 3-5 m dari depan, samping
kiri dan kanan, belakang (ambil foto dengan kamera)
2. Pengamatan dari arah depan untuk mengamati bentuk kepala, warna bulu muka,
tanduk, telinga, kondisi mulut, hidung, mata serta keserasian leher
3. Pengamatan dari arah belakang bagaimana perototan kaki belakang, lipatan antara
kedua kaki, bagian paha apakah penuh dengan daging kondisi tetis (jantan) dan
ambing (betina)
4. Pengamatan bagian samping bagaimana bentuk badannya (segiempat atau travesium),
kondisi tulang rusuk, bagian punggung, perut.
5. lihat ciri-ciri kualitatif pada secara keseluruan
6. Catatlah identitas ternak seperti nama ternak, nomor ternak, nama pemilik, jenis
kelamin,umur ternak, tipe dan bangsa ternak
7. Lakukan palpasi dengan perabaan bagian tubuh untuk memperkirakan kemampuan
produksi
8. lakukan pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh
9. timbang ternak
10. Catat produksi susu
11. catat semua data atau informasi ke kartu penilai (lembar kerja)
12. Tabulasi data
13. Pembahasan hasil pratikum
23
Lembar kerja PratikumA. Identitas
Tanggal penilaian …………………………………………
Nama 1.2345
Cirri-ciri khusus 12345………………….
Nomor 1.2345
Nama pemilik 12345
Bangsa/tipe ………………….. Nama perusahaan ……………………
Umur/TL ……………….. Alamat …………………….
B. Sifat kualitatif kambing
NO Paremeterkambing
I II III IV V
1 Bentuk muka
2 bentuk dagu
3 Warna bulu muka
4 Warna bulu badan
5 Bentuk bulu (leher, pundak, paha, punggung, badan, ekor)
6 Bentuk tanduk
7 Bentuk telinga
8 Bentuk ekor
9 Bentuk badan
C. Sifat kuantitatif24
NOUkuran tubuh
(CM)
Kambing
I II III IV V
1 TB
2 PB
3 LD
4 LeD
5 DD
6 LeP
7 LeK
8 PK
9 P. telinga
10 P. ekor
11 Le Telinga
12 P. telinga
13 Panjang tanduk
14 L. testis (J)
15 L.puting
16 P. putting
17 Jarak puting dari lantai
18 Berat badan
19 Prod. Susu
25
pembahasan
26
BODY CONDITION SCORE (BCS) SAPI PERAH
I. Pendahuluan
Body Condition Skore pada sapi perah, merupakan metode yang sangat praktis untuk
menduga produktifitas sapi perah dilapangan. Beberapa kegunaan penting dalam menduga BCS
sapi perah dilapangan antara lain : 1) dapat menduga kebutuhan nurisi baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, 2) dapat menduga status reproduksi sapi perah, 3) dapat menduga status
kesehatan(indikasi penyakit kronis). Status BCS sapi perah adalah kondisi yang optimum. BCS
sapi perah berkisar 1-5, yaitu BCS nilai 1 untuk sapi perah yang sangat kurus ( kekurangan
cadangan energy) dan BCS nilai 5 bagi sapi perah yang sangat gemuk (kelebihan cadangan
energy)
II. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam pratikum adalah 5 ekor induk sapi perah umur 2-5 tahun. Camera digital dan alat tulis.
III. Prosedur Kerja
1. Pilih 5 ekor induk sapi perah umur 1-5 tahun
2. Catat status fisiologi sapi perah (fase saat melahirkan, fase birahi kembali setelah partus,
fase puncak produksi, fase pertengahan laktasi, fase akhir laktasi dan fase pertengahan
masa kering kandang).
3. Perhatikan lokasi-lokasi penilaian BCS (seperempat bagian belakang) sapi perah dari
segalag sisi
4. Foto bagian-bagian strategis BCS
5. Isi lembar kerja
27
Beberapa criteria penting Lokasi BCS Sapi Perah
28
IV. Lembar isian Kerja
Nomor sapi
Tulang belakang pinggang
Pinggul (tampak melintang)
Pinggul (tampak samping)
foto BCS
1
2
3
4
5
29
pembahasan
30
TILIK PADA SAPI PERAH
1. Pendahuluan
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu
Kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang
berasal dan tersebar di daerah tropis serta Kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar
di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.Jenis sapi perah yang unggul
dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari
Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari
Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).
III. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan untuk mata acara pratikum tilik pada sapi perahl antara lain : alat tulis, pita ukur, mistar ukur, caliper, timbangan ternak, kamera. Bahan yang digunakan antara lain : 5 ekor sapi perah bangsa FH betina fase laktasi
III.PROSEDUR KERJA
1. Amati sapi dalam keadaan berdiri jarak 3-5 m dari depan, samping kiri dan kanan,
belakang (ambil foto dengan kamera)
2. Pengamatan dari arah depan untuk mengamati bentuk kepala, kondisi mulut, hidung,
mata
3. Pengamatan dari arah belakang bagaimana perototan kaki belakang, lipatan antara kedua
kaki, bagian paha apakah penuh dengan daging kondisi ambing jumlah puting
4. Pengamatan bagian samping bagaimana bentuk badannya (segiempat atau travesium),
kondisi tulang rusuk, bagian punggung, perut, ambing
5. lihat ciri-ciri kualitatif pada secara keseluruan
6. Catatlah identitas ternak seperti nama ternak, nomor ternak, nama pemilik, jenis
kelamin,umur ternak, tipe dan bangsa ternak
7. Lakukan palpasi dengan perabaan bagian ambing untuk memperkirakan kemampuan
produksi
8. lakukan pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh dan ambing
31
IV. LEMBAR KERJA
A. identitasTanggal penilaian …………………………………………
Nama sapi 12345
Bangsa ayah 12345
Nomor sapi 12345
Cirri-ciri khusus 12345
Bangsa/tipe ………………….. Nama pemilik ……………………
Umur/TL ……………….. Nama perusahaan …………………….
Nama ayah 12345
Alamat
B. Sifat kualitatif Sapi Perah
NO Paremeterkambing
I II III IV V
1 Bentuk muka
3 Warna bulu muka
4 Warna bulu badan
6 Tanduk
7 Bentuk telinga
8 Bentuk ekor
9 Bentuk badan
10 Bentuk ambing
32
C. Sifat kuantitatif
NOUkuran tubuh
(CM)
Sapi perah
I II III IV V
1 TB
2 PB
3 LD
4 LeD
5 DD
6 LeP
7 Jumlah cincin tanduk
8 L.puting
9 P. putting
10 Jarak puting dari lantai
11 Jumlah putting
12 Berat badan
13 Prod. Susu/laktasi
14 Lama laktasi
15 Prod puncak laktasi
33
pembahasan
34
TILIK PADA UNGGAS
I. Pendahuluan
Berbagai jenis unggas lokal telah dikenal di Indonesia, walaupun pengelompokan dan
penamaan jenis tersebut terutama didasarkan hanya pada lokasi geografis dan sifat-sifat
morfologis. Seleksi bibit unggas yang dilakukan oleh peternak sampai sekarang masih
berdasarkan pada karakteristik bentuk tubuh atau morfologi tubuh, bobot badan,dan produksi
telur. Karakteristik morfologi tubuh, bobot badan dan produksitelur merupakan fenotipe yang
dapat diukur.Fenotipe tersebut dipengaruhi oleh factor genetic dan factor lingkungan. Apabila
pengaruh lingkungan diseragamkan maka fenotipe yang dimunculkan akan menunjukkan
kemampuan genetiknya. Sampai saat ini belum diketahui seberapa besar korelasi atau keeratan
hubungan antara karakteristik morfologi atau ukuran bagian –bagian tubuh dengan performans
produksi pada itik jantan maupun itik betina. Apabila hubungan tersebut diketahui, maka dapat
direkomendasikan pelaksanaan seleksi bibit lebih awal terhadap performans reproduksinya
berdasarkan bobot Badan, produksi telur dan ukuran tubuh . Sehubungan dengan hal tersebut
perlu diketahui hubungan karakteristik morfologi dengan performans reproduksi pada unggas
kaitannya dengan program seleksi.
II. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah 5 ekor unggas local (itik, ayam local), timbangan digital, pita ukur dan buku tulis.
III. Prosedur kerja
1. Pilih 5 ekor ungas (itik atau ayam local) betina umur ±22-30 minggu
2. Amati cirri-ciri kualitatif
3. Foto dari depan, sampiing dan belakang
4. Ukur bagian-bagian ekonomis ukuran tubuh (morfometrik)
5. Timbang berat badan
35
6. Catat produksi telur mingguan
Lembar kerja PratikumA. identitasTanggal penilaian …………………………………………
Jenis Galur tetua
Nomor 12345
Cirri-ciri khusus 12345
galur/tipe ………………….. Nama pemilik ……………………
Umur/TL ……………….. Nama perusahaan …………………….
B. Sifat kualitatif
NO ParemeterItik/ayam
I II III IV V
1 Warna buluh badan
2 Warna paruh
3 Warna telur
4 Warna mata
5 Warna bulu sayap
6 Warna bulu ekor
7 Bentuk paruh
8 Bentuk pial
9 Bentuk jengger
10 Bentuk ekor
11 Warna telur
36
12 Bentuk telur
C. Sifat kuantitatif
NOUkuran tubuh
(CM)
Itik/ayam
I II III IV V
1 Lingkar dada
2 Lingkar perut
3 Lebar pubis
4 Panjang femur
5 Panjang tibia (kaki)
6 Panjang paruh
7 Jumlah jari
8 Bobot badan
9 Prod telur/minggu
37
pembahasan
38
Daftar Pustaka
Diwyanto K. 1982. Pengamatan fenotip domba priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ensminger ME. 2002. Sheep and Goat Science. Interstate Publisher, Inc.
Setiadi B, Iniguez L. 1993. Reproduction performance of small ruminants in an on-farm research program with village farm in west java. Small Rum Res 12:280-91.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sutama IK. 1990. Lactation performance and preweaning lamb growth in jawanese thin-tail sheep. Ilmu dan Peternakan 4:297-302.
Swatland HJ. 1984. Structure and Development of Meat Animals. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
39
40
PETUNJUK PRAKTIKUM
ILMU TILIK TERNAK
Disusu oleh :
Jarmuji, S.Pt.M.SiDr.Ir. Rustama Saepudin, M.Sc
JURUSAN PETERNAKAN
41
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BENGKULU
2012
Kata Pengantar
lmu tilik ternak merupakan ilmu pengetahuan untuk memberi pertimbangan dalam
menentukan sesuatu tipe dan kapasitas ternak sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
dalam waktu yang sangat singkat. Ilmu tilik ternak sangat dibutuhkan karena dipasar
atau ditempat pemasaran hewan, recording atau catatan tidak tersedia. Penilaian ternak
secara eksterior merupakan ilmu pengetahuan yang memberi pertimbangan untuk
memilih suatu ternak sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Petunjuk praktikum Ilmu Tilik Ternak disusun dengan tujuan untuk membantu
mahasiswa jurusan Peternakan yang mengambil mata kuliah Ilmu Tilik Ternak agar
lebih terampil dan professional dalam melakukan penilaian ternak secara eksterior
dilapangan. Petunjuk Pratikum ini berisi materi –materi yang disesuaikan dengan
RKBM mata kuliah ilmu Tilik Ternak. Materi petunjuk Praktikum Ilmu Tilik ternak
antara lain : cara menentukan umur ternak, mengukur tubuh ternak, tilik pada sapi
potong, tilik pada kambing dan domba, tilik pada sapi perah, BCS sapi potong dan sapi
perah dan tilik pada ternak unggas.
Bengkulu, 9 Oktober 2012
TIM PENYUSUN
42
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN............................................................................................. i
PRAKATA.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... v
I. Cara menentukan Umur Ternak........................................................... 1
II. Cara mengukur Tubuh Ternak............................................................. 3
III. Tilik Pada Sapi Potong........................................................................ 6
IV. BCS Sapi Potong..................................................................................... 7
V. Tilik Pada Domba ................................................................................... 8
VI. Tilik pada kambing................................................................................... 9
VII. BCS sapi Perah........................................................................................
VIII. Tilik Pada sapi Perah.............................................................................. 10
IX. Tilik pada telur dan ayam..................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12
43
44