YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR ANALISIS

KESERAGAMAN KANDUNGAN TABLET GLIPIZID

LEPAS DIPERPANJANG

TESIS

Karya tulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister dari

Institut Teknologi Bandung

Oleh

INDHAH FATMAWATI

NIM : 20712318

(Program Studi Magister Farmasi)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2015

Page 2: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR ANALISIS

KESERAGAMAN KANDUNGAN TABLET GLIPIZID

LEPAS DIPERPANJANG

Oleh

INDHAH FATMAWATI

NIM : 20712318

(Program Studi Magister Farmasi)

Institut Teknologi Bandung

Menyetujui

Tim Pembimbing

Tanggal 25 Februari 2015

Pembimbing utama

Dr. Ilma Nugrahani

Pembimbing serta

Prof. Dr. Slamet Ibrahim Surantaatmadja

Page 3: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange
Page 4: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

i

ABSTRAK

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR ANALISIS

KESERAGAMAN KANDUNGAN TABLET GLIPIZID

LEPAS DIPERPANJANG

Oleh

Indhah Fatmawati

NIM : 20712318

Glipizid merupakan obat antidiabetik oral generasi kedua golongan sulfonilurea

dengan mekanisme aksi mengeblok kanal kalium yang sensitif terhadap ATP

dalam sel β Langerhans pankreas sehingga dapat menstimulasi pelepasan insulin.

Sediaan tablet glipizid lepas diperpanjang atau Extended Release (ER) yang ada di

pasaran, memiliki matriks yang sangat kompleks dan mengganggu dalam proses

analisis dibandingkan dengan sediaan glipizid lepas segera atau Immediate

Release (IR). Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu prosedur analisis yang

spesifik, mudah dan cepat dalam memisahkan tablet glipizid ER dengan matriks

pembawanya. Sampel dipreparasi dengan ekstraksi fase padat menggunakan

sorben HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance), kemudian dilarutkan dalam fase

gerak dan dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

fase terbalik. Fase gerak yang digunakan adalah campuran dapar fosfat monobasa

0,1M pH 6,00 ± 0,05 dan metanol perbandingan 55:45, laju alir 1,0 mL/menit,

suhu kolom 30ºC dan detektor UV pada panjang gelombang 225 nm dengan

kolom YMC Triart C18 (150 x 4,6 mm, ID S-5 µm 12 nm). Prosedur analisis

yang dikembangkan memberikan linearitas yang baik pada rentang konsentrasi

0,01 – 0,07 mg/mL dengan persamaan regresi y = 58985,35x + 13,88 dan

koefisien korelasi r = 0,9995. Metode ini mempunyai batas deteksi dan batas

kuantitasi secara statistik sebesar 0,0025 mg/mL dan 0,0075 mg/mL. Presisi inter

day glipizid ER nilai % SBR berturut-turut sebesar 0,90%, 1,40% dan 0,86%,

sedangkan presisi intra day sebesar 1,23%. Rata-rata persen perolehan kembali

plasebo yang di-spike dengan baku glipizid adalah 100,68%. Untuk menguji

kelaikan metode, dilakukan pengujian terhadap dua dosis sediaan tablet glipizid

ER (5 dan 10 mg/tablet). Berdasarkan hasil yang diperoleh bisa disimpulkan

bahwa prosedur analisis yang dikembangkan memenuhi persyaratan parameter

validasi dan dapat diterapkan dalam penetapan keseragaman kandungan tablet

glipizid ER.

Kata kunci : Glipizid, tablet lepas tertunda, ekstraksi padat-cair, kromatografi

cair kinerja tinggi (KCKT), validasi

Page 5: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

ii

ABSTRACT

DEVELOPMENT AND VALIDATION OF CONTENT UNIFORMITY

ANALYTICAL PROCEDURE OF GLIPIZIDE

EXTENDED RELEASE TABLET

By

Indhah Fatmawati

NIM : 20712318

Glipizide is an oral antidiabetic drug belonging to the class of second-generation

sulfonylureas. It acts by blocking adenosine triphosphate-sensitive potassium

channels in β-cells of islet of Langerhans on pancreatic cells, which stimulates

release of insulin. The extended release (ER) dosage form of glipizide with its

matrix often brings problem in analytical process that shows different yield with

the immediate release (IR) one. Based on this case, a specific, easy, and fast

analytical procedure suitable for extraction of glipizide in its ER matrices is

needed. Samples were prepared by Solid Phase Extraction (SPE) using HLB

(Hydrophilic-Lipophilic Balance) sorbent and dissolved in the mobile phase than

analysed by A Reversed Phase High Performance Liquid Chromatographic (RP-

HPLC). The chromatographic separation was achieved on a HPLC YMC Triart

C18 (150 x 4.6 mm, ID S-5 µm 12nm) column. The mobile phase used was 0,1M

buffer sodium dihydrogen phosphate monobase pH 6.00 ± 0.05 - methanol in the

ratio 55:45 with flow rate of 1.0 mL/min and column temperatue was maintained

at 30ºC. The eluted compound was monitored at a wavelength of 225 nm using a

UV detector. The method described herein separated glipizid from all other

formulation components within a run time of 23 min. Analytical procedure

development was obtain good linearity at range concentration 0.01 – 0.07 mg/mL

with the calibration curve of y = 58985.35x + 13.88 and the correlation coefficient

of r = 0.9995. The limit of detection (LOD) was 0.0025 mg/mL, while the limit of

quantitation (LOQ) was 0.0075 mg/mL. The % RSD the inter-day precision was

obtained 0.90%, 1.40% and 0.86%, while the % RSD the intra-day precision was

obtained 1.23%. The mean recovery of glipizide placebo spike was 100,68%.

Furthermore the method was tried to use in the analysis 2 dose of glipizide ER

tablets (5 and 10 mg/tablet). Based on the result of validation method evaluation,

it was concluded that the proposed procedure is valid and can be applied for

determination content uniformity of glipizide in ER tablet dosage form.

Keywords : Glipizide, extended release tablet, solid phase extraction, high

performance liquid chromatography (HPLC), validation.

Page 6: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

iii

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut

Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta

ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut

Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi

pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus

disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin

Dekan Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

Page 7: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

iv

Didedikasikan untuk orangtua tercinta,

suamiku Yuda Prawira serta putra tersayang Farras Hasanain Asshidiq

Page 8: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dzat pemilik segala

ilmu yang tersirat maupun yang tersurat, atas limpahan kasih sayang-Nya, sehingga

penulis bisa menyelesaikan penelitian tesis yang berjudul “Pengembangan dan

Validasi Prosedur Analisis Keseragaman Kandungan Tablet Glipizid Lepas

Diperpanjang”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Master Sains dari Program Studi Magister Farmasi, Sekolah Farmasi Institut

Teknologi Bandung.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Ilma Nugrahani selaku pembimbing utama yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Slamet Ibrahim Surantaatmadja selaku pembimbing serta yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk menyelesaikan tesis ini

3. Pimpinan dan seluruh staf Balai Besar POM di Bandung, khususnya staf

Laboratorium Pengujian Teranokoko BBPOM di Bandung.

4. Suami tercinta Yuda Prawira, S.Hut atas doa dan dukungannya, serta

penyemangat terbesarku ananda Farras Hasanain Asshidiq.

5. Yang tercinta ibunda Hj.Siti Fatonah, S.Ag dan ayahanda H.Mashudi Arief, ibu

Hj.Emma Sutrisno dan bapak Drs.H.Sutrisno yang telah memberikan bantuan

moril, doa, dan juga semangat selama melakukan penelitian ini.

6. Teman-teman seperjuangan atas segala bantuan, dukungan dan kerjasamanya

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Dengan segala kerendahan hati dan keterbatasan penulis, penulis mengharapkan

tesis ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Februari, 2015

Penulis

Page 9: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ............................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................. x

Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1

Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 4

II.1 Glipizid ...................................................................................... 4

II.1.1 Sifat fisikokimia .............................................................. 4

II.1.2 Farmakologi .................................................................... 4

II.2 Sediaan extended release .......................................................... 5

II.2.1 Tujuan sediaan extended release .................................... 5

II.2.2 Matriks extended release ................................................. 6

II.2.3 Glipizid extended release ................................................ 7

II.3 Solid Phase Extraction (SPE) ................................................... 7

II.4 Keseragaman kandungan ........................................................... 10

II.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) .............................. 11

II.5.1 Batasan kromatografi ...................................................... 11

II.5.2 Sistem dan instrument KCKT ......................................... 12

II.5.3 Parameter dalam KCKT .................................................. 13

II.6 Pengembangan Metode Analisis ............................................... 16

II.7 Uji Kesesuaian Sistem ............................................................... 17

II.8 Validasi Metode Analisis .......................................................... 17

II.8.1 Kekhasan (Spesifisitas) ................................................... 17

Page 10: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

vii

II.8.2 Linearitas ......................................................................... 18

II.8.3 Kecermatan (Akurasi) ..................................................... 18

II.8.4 Keseksamaan (Presisi) .................................................... 19

II.8.5 Batas deteksi dan batas kuantisasi ................................... 21

Bab III Metodologi Penelitian ....................................................................... 22

Bab IV Percobaan ......................................................................................... 23

IV.1 Bahan ....................................................................................... 23

IV.2 Alat .......................................................................................... 23

IV.3 Tahapan Penelitian ................................................................... 23

IV.3.1 Penyiapan larutan .......................................................... 23

IV.3.2 Penyiapan fase gerak ..................................................... 24

IV.3.3 Optimasi ekstraksi ......................................................... 24

IV.4 Uji Kesesuaian Sistem ............................................................. 25

IV.5 Validasi Metode ....................................................................... 25

IV.5.1 Kekhasan (Spesifisitas) .................................................. 25

IV.5.2 Linearitas ....................................................................... 25

IV.5.3 Batas deteksi dan batas kuantisasi ................................. 26

IV.5.4 Kecermatan (Akurasi) .................................................... 26

IV.5.5 Keseksamaan (Presisi) .................................................... 26

IV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di

Perdagangan ............................................................................. 26

Bab V Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 28

Bab VI Kesimpulan ......................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42

Page 11: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Struktur molekul glipizid .......................................................... 4

Gambar II.2 Skema prosedur umum SPE ..................................................... 9

Gambar V.1 Kurva kalibrasi

(a) tahap loading : baku induk glipizid dalam metanol,

plasebo dalam metanol ..................................................... 30

(b) tahap elusi : baku induk glipizid dalam metanol, plasebo

dalam metanol .................................................................. 30

(c) tahap elusi : baku induk glipizid dalam metanol, plasebo

dalam dapar fosfat ............................................................ 30

Gambar V.2 Kromatogram baku glipizid ...................................................... 32

Gambar V.3 Kromatogram

(a) pelarut ................................................................................ 33

(b) larutan plasebo .................................................................. 33

(c) baku induk glipizid ............................................................ 33

(d) plasebo yang di-spike ........................................................ 33

Gambar V.4 Kurva linearitas glipizid .......................................................... 36

Page 12: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel V.1 Perbandingan prosedur analisis glipizid IR dan ER ................. 28

Tabel V.2 Hasil optimasi pemilihan sorben SPE ...................................... 31

Tabel V.3 Data hasil uji kesesuaian sistem larutan baku glipizid 0,05

mg/mL ..................................................................................... 32

Tabel V.4 Parameter uji ............................................................................ 34

Tabel V.5 Konsentrasi dan luas area sampel simulasi glipizid ................. 35

Tabel V.6 Parameter regresi linier dan kuadratik glipizid ........................ 36

Tabel V.7 Presisi intra hari glipizid dalam sampel simulasi ..................... 37

Tabel V.8 Presisi antar hari glipizid dalam sampel simulasi ..................... 38

Tabel V.9 Akurasi glipizid dalam sampel simulasi ................................... 38

Tabel V.10 Uji keseragaman kandungan tablet Glipizid ER 5 mg ............. 39

Tabel V.11 Uji keseragaman kandungan tablet Glipizid ER 10 mg ........... 39

Page 13: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

x

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN NAMA Pemakaian pertama

kali pada halaman

IR Immediate Release 1

ER Extended Release 1

HPMC Hydroxypropyl methylcellulose 1

BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan 1

KCKT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 2

SPE Solid Phase Extraction 2

USP United State Pharmacopoea 7

HLB Hydrophilic-Lipophilic Balance 8

MAX Mixed-mode Anion Exchange 8

MCX Mixed-mode Cation Exchange 8

WAX Weak Anion Exchange 8

WCX Weak Cation Exchange 8

SBR Simpangan Baku Relatif 17

SB Simpangan Baku 19

KV Koefisien variasi 19

HorRat Horwitz Ratio 20

UKS Uji Kesesuaian Sistem 22

UV Ultra Violet 22

AV Acceptance Value 27

Page 14: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

xi

LAMBANG

k‟ Faktor kapasitas 14

α Selektivitas 14

N Jumlah lempeng teoritik 15

tR Waktu retensi 15

Rs Resolusi 15

r Koefisien korelasi 18

Vx0 Koefisien variansi fungsi regresi 18

Page 15: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

xii

Page 16: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

1

BAB I PENDAHULUAN

Diabetes mellitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan salah satu penyakit

dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Salah satu pengobatannya dengan

obat-obat dari golongan sulfonilurea. Glipizid adalah generasi kedua golongan

sulfonilurea dengan mekanisme aksi mengeblok kanal kalium dalam sel β-

Langerhans. Glipizid ditemukan di pasaran baik dalam bentuk tablet immediate

release (IR) atau lepas segera maupun extended release (ER) atau lepas

diperpanjang. Keduanya memiliki matriks yang berbeda, terutama adanya matriks

hidroksipropil metilselulosa (HMPC) yang merupakan polimer hidrofilik. Pada

umunya HPMC digunakan sebagai polimer yang mengontrol kecepatan pelepasan

obat. Adanya perbedaan matriks antara dua jenis sediaan tablet membawa

konsekuensi pada beberapa hal seperti aspek farmakoekonomi, farmakologi,

farmakokinetik sampai pada masalah analisis (Brunton dan Parker, 2008).

Peran BPOM dalam pengawasan obat dan makanan merupakan bagian integral

dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Visi dan misi BPOM dalam

melindungi masyarakat dari produk obat dan makanan yang membahayakan

kesehatan dituangkan dalam sistem pengawasan full spectrum mulai dari pre-

market hingga post-market yang disertai dengan upaya penegakan hukum dan

pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Pelaksanaan pengawasan

ini salah satunya dilakukan oleh Unit-Unit Pelaksana Teknis Laboratorium yang

tersebar di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan secara

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetika,

produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Ditinjau dari sisi farmakoekonomi, harga obat bentuk sediaan ER lebih mahal

karena polimer untuk bahan penyalutnya bersifat khusus yang didesain agar obat

dilepaskan secara terkendali, namun bentuk sediaan ini dapat meningkatkan

kepatuhan pasien karena terjadi pengurangan frekuensi pemberian obat. Demikian

Page 17: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

2

juga untuk tujuan analisis, preparasi tablet ER juga tidak dapat diperlakukan sama

dengan tablet IR karena matriks yang digunakan lebih kompleks.

Masuknya air ke dalam sistem matriks hidrofilik akan membentuk suatu lapisan

gel yang kental yang dapat memperlambat penetrasi air sehingga dapat

memperlambat pelepasan obat. Polimer HPMC bila kontak dengan medium sering

menyulitkan proses analisis karena terjadi swelling dengan membentuk lapisan

hidrogel yang viskositasnya tinggi yang kemudian menurun kekentalannya saat

mulai terjadi erosi terhadap polimer (Maderuelo, dkk, 2011). Penyaringan sampel

obat dengan matriks HPMC seringkali menyulitkan dan harus dibantu dengan

penyaring vakum, lebih jauh lagi dapat merusak kolom dalam sistem KCKT. Oleh

karena itu preparasi yang tepat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan

analisis (Nickerson, 2011).

Salah satu parameter mutu yang ditetapkan dalam pengujian obat yakni uji

keseragaman kandungan yang didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah

zat aktif dalam tiap satuan sediaan. Untuk memastikan konsistensi kadar bahan

aktif per unit sediaan, masing-masing unit harus mengandung zat aktif sesuai

dengan jumlah yang dipersyaratkan dalam monografi (The USP, 2011).

Farmakope mensyaratkan untuk tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat

aktif kurang dari 25 mg atau bobot zat aktif lebih kecil dari 25% bobot sediaan

harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan (Suplemen I FI IV, 2009).

Metode analisis glipizid yang selama ini digunakan di laboratorium pengujian

Badan POM mengacu pada Farmakope Indonesia Edisi IV Suplemen I tahun

2009. Metode ini cukup memadai dalam penetapan kadar glipizid tablet biasa,

tetapi tidak menyebutkan monografi untuk penetapan kadar tablet ER. Dalam

penelitian ini akan dikembangkan prosedur preparasi sampel yang belum pernah

dilakukan sebelumnya yakni secara ekstraksi fase padat atau dikenal dengan Solid

Phase Extraction (SPE). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ekstraksi

menggunakan SPE adalah pemilihan sorben SPE yang sesuai dengan sifat fisika

kimia analit, larutan pencuci, larutan pengelusi dan pH larutan. Setelah

Page 18: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

3

diekstraksi, analit yang sudah terpisah dari matriks pembawanya diinjeksikan ke

dalam sistem KCKT untuk dianalisis dan divalidasi. Selanjutnya untuk menguji

kelaikan metode, dilakukan pengujian keseragaman kandungan terhadap sampel

yang ada di pasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan prosedur analisis keseragaman

kandungan tablet glipizid ER yang cepat, mudah dan handal dengan ekstraksi

secara SPE dan analisis secara KCKT.

Dengan didapatkannya prosedur analisis keseragaman kandungan tablet glipizid

ER ini diharapkan dapat digunakan sebagai prosedur analisis resmi di lingkungan

Badan POM dan Balai Besar POM seluruh Indonesia.

Page 19: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Glipizid

II.1.1 Sifat fisikokimia

Glipizid memiliki pemerian serbuk hablur putih atau hampir putih. Rumus

molekul dari glipizid adalah C21H27N5O4S, berat molekul 445,54 gram/mol, nama

kimia 1-Sikloheksil-3-[[p-[2-(5-metilpirazin karboksamido)etil]fenil]sulfonil]urea.

Glipizid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%

C21H27N5O4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Glipizid praktis tidak

larut dalam air dan dalam etanol 96%; sangat sukar larut dalam metilen klorida

dan dalam aseton; larut dalam larutan alkali hidroksida encer. Titik leleh glipizide

200 – 203 ⁰C, pKa 5,9 (The USP, 2012). Glipizid harus disimpan dalam wadah

yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (Suplemen I FI IV, 2009).

Gambar II.1 Struktur molekul glipizid (The USP, 2012).

II.1.2 Farmakologi

Glipizid merupakan generasi kedua golongan sulfonilurea digunakan sebagai obat

antidiabetes yang tidak tergantung insulin dengan mekanisme aksi mengeblok

kanal kalium dalam sel beta Langerhans. Generasi pertama golongan sulfonilurea

seperti tolbutamide, klorpropamide, tolazamide dan asetoheksamid secara

bertahap telah digantikan dengan generasi kedua seperti glibenklamid, glimepirid

dan glipizid (Kobylinska, dkk, 2000). Glipizid seratus kali lebih poten dibanding

sulfonilurea generasi pertama dalam menstimulasi pankreas untuk mensekresi

insulin (Brunton.L dan Parker.K, 2008).

Page 20: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

5

Glipizid dosis 5 mg termasuk dalam golongan daftar obat esensial yang

direkomendasikan sebagai obat antidiabetes oral selain glibenklamid dan

metformin, sesuai Kepmenkes Nomor 312/Menkes/SK/IX/2013 tentang Daftar

Obat Esensial Nasional 2013. Pemakaian yang luas dari obat-obat antidiabetik

oral dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya overdosis (Tran D, 2010).

Dengan demikian maka pengawasan terhadap glipizid menjadi hal yang penting,

terutama pengawasan terhadap kadar zat aktif yang terkandung dalam sediaan.

II.2 Sediaan Extended Release

II.2.1 Tujuan Sediaan Extended Release

Bentuk sediaan pelepasan dimodifikasi adalah sistem penghantaran obat yang

berdasarkan formulasi dan desain produk, memberikan pelepasan obat dalam

bentuk yang dimodifikasi. Pelepasan obat dapat ditunda (delay release) atau

diperpanjang (extended release). Sediaan extended release dibagi menjadi

beberapa jenis seperti controlled release, sustained release dan prolong release

(Qiu & Zhang, 2000).

Sediaan extended release dirancang untuk melepaskan obatnya dengan cara yang

terkendali baik kecepatan, waktu, maupun lokasi pelepasannya agar kadar obat

dalam darah dapat dipertahankan dan pengobatannya optimum. Pada sedian ER

terjadi pengurangan frekeuensi pemberian obat hampir dua kali lipat dari sediaan

konvensional. Beberapa karakteristik obat yang bisa dibuat sediaan ER seperti :

tidak menunjukkan tingkat absorpsi dan eksresi yang terlalu lambat maupun

terlalu cepat; diabsorbsi dari saluran pencernaan; diberikan dalam dosis kecil;

mempunyai indeks terapetik yang aman dan lebih digunakan untuk pengobatan

kronis daripada akut (Allen, dkk, 2011).

Sediaan delay release dirancang untuk melepaskan obat pada saat yang tepat

setelah obat diberikan. Penundaan bisa berdasarkan waktu pelepasan ataupun

pengaruh kondisi lingkungan misalnya pH cairan lambung (Allen, dkk, 2011)

Page 21: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

6

II.2.2 Matriks extended release

Dalam sistem penghantaran obat, sistem matriks hidrofilik paling sering

digunakan dalam mengontrol sistem pelepasan obat karena formulasinya yang

sederhana, murah, proses produksi yang mudah, mempunyai korelasi in-vivo dan

in-vitro yang bagus dan memungkinkan formulasi dengan obat yang berbobot

molekul besar. Matriks hidrofilik merupakan dispersi homogen obat dalam satu

kerangka bersama satu atau beberapa eksipien berupa polimer hidrofilik yang

bergabung, seperti derivat selulosa, Na-alginat, xantan gum, polietilen oksid yang

akan mengembang bila kontak dengan air (Maderuelo C, dkk, 2011).

Eksipien atau matriks yang digunakan pada produk Glipizid ER terdiri dari

polietilen oksida, hidroksi propil metil selulosa (HPMC), magnesium stearat,

natrium klorida, etil selulosa, polietilen glikol, opadry-white (Roerig, 2013).

Polietilen oksida digunakan sebagai bahan pengikat tablet pada konsentrasi 5–

85%. Semakin besar tingkat bobot molekul maka akan berfungsi sebagai matriks

hidrofil yang dapat menunda pelepasan obat (Rowe, dkk, 2009). HMPC sebagai

polimer yang paling sering digunakan sebagai matriks karena beberapa kelebihan

seperti dapat diterima dalam persyaratan regulasi secara global, stabil dan non-

ionik (tidak tergantung pH), mudah diproduksi baik secara pengempaan langsung

maupun granulasi, tidak berwarna dan berbau, mudah disediakan, cocok untuk

berbagai macam profil pelepasan obat yakni mempunyai berbagai varian sifat

fisikokimia dan derajat viskositas (Tiwari dan Rajabi, 2008). Selulosa asetat

digunakan sebagai membran semi permeabel pada tablet, terutama pada tipe

pompa osmotik yang memungkinkan tablet dilepaskan secara terkendali (Rowe,

dkk, 2009).

Pelepasan obat pada sistem matriks hidrofilik dibedakan menjadi dua, pertama

dikendalikan melalui mekanisme swelling yakni obat berdifusi melalui lapisan gel

yang terbentuk saat rantai polimer mengembang akibat masuknya air ke dalam

matriks. Disolusi dan difusi obat melewati bagian luar matriks dan lapisan gel

inilah yang mengontrol pelepasan obat. Kedua, yang dikendalikan oleh disolusi.

Air memasuki sistem matriks dan menyebabkan polimer mengembang (swelling)

Page 22: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

7

sekaligus larut (erosion). Proses disolusi inilah yang mengontrol pelepasan obat

(Maderuelo C, dkk, 2011).

II.2.3 Glipizid Extended Release

Adanya bentuk sediaan ER diharapkan kadar glipizid dalam darah dapat

dipertahankan secara terkontrol untuk mencegah hipoglikemia, mengurangi efek

samping dan meningkatkan kepatuhan pasien (Brunton, dkk, 2008).

Selain tablet biasa, di pasaran sudah ada sediaan tablet glipizid ER dosis 5 dan 10

mg. Saat ini, Glucotrol XL®

merupakan satu-satunya paten di Indonesia untuk

tablet glipizid sediaan ER yang dirancang untuk memberikan tingkat pelepasan

glipizid yang terkendali ke dalam saluran pencernaan yang tidak tergantung dari

pH atau motilitas pencernaan.

Selama ini metode analisa keseragaman kandungan terhadap glipizid yang ada di

laboratorium pengujian Badan POM mengacu pada metode standar USP Edisi 35

untuk tablet glipizid IR dengan cara memasukkan 1 tablet dalam labu ukur yang

berisi campuran pelarut dapar fosfat dan metanol, dikocok mekanik dan

diencerkan sampai konsentrasi tertentu, selanjutnya disaring dan diukur secara

KCKT pada panjang gelombang 225 nm (The USP, 2012), namun metode ini

tidak menyebutkan penggunaanya untuk penetapan sediaan ER dengan matriks

khusus, sehingga diperlukan suatu pengembangan terhadap metode analisis yang

sudah ada.

II.3 Solid Phase Extraction (SPE)

Keberhasilan analisis suatu sediaan obat tidak lepas dari teknik preparasi sampel

yang digunakan. Informasi tentang bahan aktif obat seperti pKa, kelarutan,

polaritas, dan potensi interaksi antara analit dengan eksipien penting

dipertimbangkan selama preparasi (Nickerson, 2011).

Ekstraksi fase padat (Solid Phase Extraction/SPE) adalah teknik preparasi sampel

yang digunakan untuk pemisahan, pemekatan dan pemurnian (Wells, 2000).

Page 23: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

8

Proses ekstraksi dilakukan dengan memasukkan analit dalam pelarut dengan

kekuatan elusi yang rendah, ke dalam suatu sorben (penyerap). Analit yang

diinginkan akan terkonsentrasi pada sorben. Analit kemudian dicuci dengan

sejumlah pelarut dengan daya elusi rendah dan kemudian dielusi dari sorben

dengan sejumlah kecil pelarut dengan daya elusi yang kuat (Watson, 2005).

Mekanisme retensi dan elusi dalam SPE ini merupakan proses distribusi antara

fase gerak dan fase diam seperti yang terjadi pada kromatografi cair, hanya dalam

sebuah kolom pendek, dengan sejumlah kecil lempeng teoritis dan menyertakan

perbedaan koefisien distribusi senyawa. Laju alir sampel dalam kolom harus

diperhatikan agar perolehan kembali analit optimal (Camel, 2003).

Berdasarkan tipe fase diam atau penyerap yang dikemas dalam cartridge, SPE

dibagi menjadi empat, yakni fase normal (normal phase), fase terbalik (reversed

phase), adsorbsi (adsorption) dan pertukaran ion (ion exchange). Massa sorben

dipilih dengan mempertimbangkan volum sampel dan konsentrasi analit.

Pemilihan massa sorben yang sesuai menjadi tahap kritis karena sorben yang tidak

tepat menyebabkan kolom overload dan recovery analit yang rendah, serupa

dengan „stacked injection‟ pada KCKT (Pavlovic, dkk, 2009). Beberapa tipe

sorben yang umum digunakan adalah tC18, HLB (Hydrophilic-Lipophilic

Balance), MAX (Mixed-mode Anion Exchange), MCX (Mixed-mode Cation

Exchange), WAX (Weak Anion Exchange) dan WCX (Weak Cation Exchange).

Besarnya nilai perolehan kembali analit dengan SPE dipengaruhi oleh pH, volume

dan konsentrasi sampel, jenis sorben, volume dan kekuatan larutan pengelusi

(Hennion, 1999). Mekanisme retensi yang umum terjadi di ekstraksi jenis fase

padat berdasarkan gaya van der Waals (interaksi non polar), ikatan hidrogen, gaya

dipol-dipol (interaksi polar) dan interaksi ionik.

Ekstraksi dengan SPE meliputi empat tahap utama yakni pengkondisian kolom

(conditioning), retensi sampel (loading), pencucian kolom (washing) dan terakhir

pengelusian analit (eluting). Sampel yang akan diekstraksi harus larut dan

terdispersi dalam sistem pelarut yang digunakan. Pelarut yang dipilih ini tidak

Page 24: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

9

hanya membawa sampel melewati tahap SPE tetapi harus cukup lemah agar analit

bisa terikat ke sorben.

Kelebihan SPE yakni lebih praktis dan cepat, hanya dibutuhkan sejumlah kecil

pelarut, pengoperasiannya mudah, adanya tipe sorben (cartridge) yang bervariasi

sehingga selektif untuk sejumlah analit dengan gugus fungsional tertentu, dan saat

ini sudah terdapat peralatan SPE yang bisa dikopling secara online dengan

instrumen lain seperti KCKT (Hennion, 1999). Sementara keterbatasan

penggunaan SPE terletak pada harga sorben yang relatif mahal dan hanya untuk

satu kali pemakaian, jenis sorben sangat beragam sesuai dengan jenis pabrik,

ukuran dan isi sorben, juga dapat terjadi adsorpsi yang irreversibel terhadap analit

pada sorben yang tidak dapat dielusi oleh pelarut/eluen (Watson, 2005).

Permasalahan yang bisa terjadi selama SPE seperti elusi analit yang tidak

sempurna, analit tidak tertahan di sorben (breaktrough), pemilihan pelarut yang

tidak selektif sehingga efektivitas ekstraksi rendah.

Prosedur dalam penggunaan SPE terlihat pada skema gambar II.3 di bawah ini :

Gambar II.2 Skema prosedur umum SPE (Harris, D.C., 2007).

Keterangan :

a. Pengkondisian kolom : dengan cara melewatkan pelarut tertentu ke dalam

cartridge yang bertujuan untuk meningkatkan daya serap sorben.

b. Loading sampel : sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke dalam

cartridge, analit akan tertahan dan beberapa komponen lain juga tertahan.

Page 25: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

10

c. Pencucian : membilas komponen lain / pengotor yang tertahan di sorben

dengan sejumlah pelarut tertentu.

d. Elusi analit dengan pelarut tertentu yang lebih kuat.

SPE secara luas digunakan sebagai metode ekstraksi yang potensial dalam

berbagai bidang penelitian seperti biologi, pangan, farmasi, klinis dan lingkungan

sebagai alternatif dari ekstraksi cair-cair yang dinilai lebih praktis dan cepat.

II.4 Keseragaman Kandungan

Keseragaman dosis per unit digambarkan dengan dua metode yaitu keseragaman

kandungan (content uniformity) dan keragaman bobot (weight variation) (The

USP, 2011). Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan

bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili

keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang

cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari

tablet atau jika tablet bersalut gula. Penerapan uji keseragaman kandungan berlaku

untuk tablet salut baik salut film maupun yang lain, dengan dosis bahan aktif

kurang dari 25 mg atau perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet

kurang dari 25%.

Prosedur uji keseragaman kandungan tablet glipizid dengan menetapkan kadar 10

satuan satu per satu seperti yang tertera dalam monografi glipizid. Tablet glipizid

dalam bentuk sediaan ER mempunyai dosis 5 dan 10 mg, memenuhi syarat untuk

dilakukan pengujian keseragaman kandungan untuk mengetahui kadar dan

homogenitas bahan aktif dalam setiap tabletnya.

Berdasarkan alasan tersebut di atas dan kemungkinan suatu saat akan ada copy

product, maka perlu dikembangkan prosedur analisis keseragaman kandungan

dengan memperhatikan matriks tablet yang menjadi salah satu faktor penting

dalam preparasinya.

Page 26: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

11

II.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Pembahasan KCKT meliputi: batasan, sistem dan instrumentasi KCKT serta

parameter KCKT.

II.5.1 Batasan kromatografi

Dalam industri farmasi yang modern, KCKT merupakan instrumen analisis utama

dan menyeluruh yang digunakan pada semua tahap mulai dari penemuan,

pengembangan sampai produksi. Prinsipnya adalah teknik pemisahan analit atau

campuran analit yang melibatkan dua fase, yakni fase diam dan fase gerak. Fase

gerak membawa campuran analit melewati suatu media dengan permukaan

berpori (fase diam). Analit akan terdispersi dalam fase gerak pada level molekular

dan memungkinkan terjadinya transport serta interaksi antara fase diam dan fase

gerak (Kazakevich dan Lobrutto, 2007).

Untuk mencapai tujuan pemisahan analit dengan analisis menggunakan KCKT,

beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah:

a. Sampel harus terlarut, karena jika tidak akan mengakibatkan rendahnya hasil

perolehan kembali. Ketidaklarutan analit ini bisa diantisipasi dengan

preparasi sampel yang tepat sebelum masuk ke sistem KCKT.

b. Analit harus dapat diretensi di dalam kolom dan memiliki laju migrasi yang

berbeda dengan analit lainnya.

c. Pemilihan komposisi fase gerak yang tepat agar analit dapat terpisah dari

komponen lainnya dalam sampel.

d. Pelarut akhir dari analit sebaiknya sama dengan fase gerak yang digunakan

atau pelarut yang lebih lemah dibandingkan dengan fase gerak (Ahuja dan

Dong, 2005).

Teknik KCKT menawarkan perbaikan besar terhadap kromatografi kolom klasik

dan memiliki beberapa keunggulan yang signifkan jika dibandingkan teknik yang

lebih baru, seperti kromatografi cair superkritis, elektroforesis kapiler dan kapiler

electrochromatography. KCKT menawarkan keuntungan besar dan kenyamanan,

Page 27: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

12

ketepatan, kecepatan dan kemampuan untuk memisahkan komponen yang sulit

dipisahkan (Hanai, 1999).

II.5.2 Sistem dan Instrument KCKT

Sistem KCKT terdiri dari dua bagian, yaitu sistem pemisahan dan sistem

pendeteksi. Sistem pemisahan dengan bagian utamanya pompa yang mengalirkan

pelarut dan sampel (yang diinjeksikan melalui injektor) ke dalam kolom,

sedangkan sistem pendeteksi adalah detektor yang dihubungkan pada ujung akhir

kolom.

a. Pompa

Fungsi pompa di dalam sistem KCKT adalah untuk mendorong fase gerak

masuk ke dalam kolom. Biasanya menggunakan katup inlet (terhubung ke

pelarut) dan katup outlet (terhubung ke kolom). Pada dasarnya pompa KCKT

mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yaitu harus inert

terhadap pelarut organik (fase gerak), dapat memompakan fase gerak secara

konstan, mempunyai tekanan maksimum yang cukup tinggi (400 psi) dan

mempunyai noise yang rendah (Skoog dkk, 2007).

b. Sistem injektor

Adanya injektor pada KCKT memungkinkan volum sampel yang tepat masuk

ke dalam kolom. Injektor manual terdiri dari katup enam port dengan rotor,

loop sampel dan jarum port. Pada saat posisi load, aliran datang dari pompa

melalui salah satu port dan keluar melalui port yang lain menuju ke kolom

(Ahuja dan Dong, 2005). Loop yang digunakan bisa disesuaikan berdasarkan

ukuran sampel dengan kisaran loop antara 5 sampai 500 μL (Skoog dkk,

2004). Sistem injeksi dapat dilakukan secara manual atau diotomatisasi

melalui autosampler (Skoog dkk, 2007).

c. Kolom

Kolom KCKT pada umumnya terbuat dari pipa baja tahan karat. Sebagian

besar kolom mempunyai panjang antara 10 sampai 30 cm dengan diameter

dalam 2 - 5 mm, ukuran partikel antara 3 sampai 10 µm dan memiliki jumlah

lempeng teoritis 40.000 sampai 60.000 lempeng/meter. Saat ini sudah tersedia

mikrokolom yang dikemas dengan ukuran partikel 3 atau 5 µm dan memiliki

Page 28: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

13

jumlah lempeng teoritis sebanyak 100.000 lempeng/meter. Instrumen KCKT

modern sudah dilengkapi dengan pengatur suhu kolom (heater) agar suhu

kolom tetap konstan (Skoog dkk, 2004).

d. Detektor

Detektor KCKT seringkali berupa modifikasi spektofotometer yang memantau

konsentrasi (atau massa) dari analit yang terelusi (Ahuja dan Dong, 2005).

Detektor yang paling banyak digunakan untuk KCKT yakni berdasarkan

absorbsi sinar ultra violet – sinar tampak, fluoresens, indeks bias dan detektor

elektrokimia. Detektor spektrometri massa saat ini sudah cukup populer, akan

tetapi pada campuran analit yang kompleks, perpaduan KCKT dengan

detektor spektrometri massa memberikan resolusi yang kurang bagus (Skoog

dkk, 2007).

Secara umum terdapat empat jenis teknik kromatografi cair yang sering digunakan

yaitu kromatografi fase normal, kromatografi fase terbalik, kromatografi

pertukaran ion, kromatografi ekslusi ukuran. Kromatografi fase terbalik

merupakan jenis kromatografi yang paling banyak digunakan, hampir 90%

analisis sampel dengan bobot molekul rendah menggunakam kromatografi fase

terbalik. Pemisahannya berdasarkan gaya hidrofobik atau interaksi van der Waals.

Permukaan dari fase diam pada tipe ini bersifat hidrofobik dan bersifat non polar

(Kazakevich dan Lobrutto, 2007).

II.5.3 Parameter dalam KCKT

Tiap-tiap analit yang spesifik dalam sebuah kromatogram ditampilkan dalam

bentuk puncak. Adanya interaksi yang kuat antara analit dan fase diam pada

konsentrasi analit yang relatif rendah akan menghasilkan puncak yang simetris

dan mengikuti distribusi normal (tipe kurva Gaussian). Teori kolom dapat

digunakan sebagai petunjuk dalam mendesain pengoperasian KCKT (Kazakevich

dan Lobrutto, 2007).

a. Waktu retensi (tR)

Merupakan jarak antara puncak maksimum dari awal sampel diinjeksikan

yang dinyatakan dalam waktu dan menunjukkan analit yang teridentifikasi

Page 29: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

14

dalam sampel serta sifat dari analit tersebut. Waktu retensi merupakan

parameter yang mudah diukur. Waktu retensi tergantung dari laju alir fase

gerak dan dimensi kolom, dimana semakin cepat laju alir yang digunakan

makan semakin kecil (singkat) waktu retensinya. Selain itu, waktu retensi

tergantung dari kestabilan laju alir.

b. Faktor kapasitas

Faktor kapasitas merupakan parameter penting yang dapat digunakan untuk

menjelaskan laju migrasi analit dalam kolom. Untuk spesi A, faktor kapasitas

k‟A didefinisikan sebagai berikut :

Faktor kapasitas, k‟ = 0

0

t

ttR

………………. (Persamaan II.1)

Jika k‟ bernilai 0 (nol) berarti bahwa komponen atau analit tidak diretensi dan

dielusi bersama dengan pelarut. Jika k‟ bernilai satu artinya komponen

diretensi secara lemah oleh fase diam dalam kolom, sementara jika k‟ bernilai

duapuluh artinya komponen diretensi secara kuat dan berinteraksi dengan fase

diam cukup lama. Pada sebagian besar analisis, nilai k‟ untuk analit yang

terelusi berkisar antara 1 sampai 20, sehingga mempunyai peluang yang cukup

untuk berinteraksi dengan fase diam menghasilkan pemisahan yang baik

(Ahuja dan Dong, 2005). tR adalah waktu retensi, dan t0 adalah waktu yang

tidak teretensi. Beberapa pustaka merekomendasikan faktor kapasitas yang

baik adalah 1< k‟<10.

c. Faktor selektivitas

Faktor selektivitas adalah kemampuan sistem kromatografi untuk

membedakan analit. Pemisahan antara dua komponen hanya mungkin terjadi

jika keduanya mempunyai kecepatan migrasi yang berbeda saat melewati

kolom (Ahuja dan Dong, 2005). Faktor selektivitas (α) dari suatu kolom untuk

spesi A dan B dinyatakan sebagai berikut :

Page 30: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

15

MgA

MgB

A

B

A

B

tt

tt

k

k

K

K

'

'

………………. (Persamaan II.2)

dimana KB adalah koefisien partisi spesi B yang lebih kuat diretensi oleh

kolom dan KA adalah koefisien partisi spesi A yang lemah diretensi kolom.

Besarnya α harus > 1 untuk pemisahan yang baik. Selektifitas tergantung dari

komposisi fase diam dan fase gerak yang bisa ditingkatkan besarnya dengan

melakukan modifikasi antara keduanya (Ahuja dan Dong, 2005).

d. Efisiensi kolom

Jumlah lempeng teoritik (N) merupakan ukuran kuantitatif dari efisiensi

kolom dan besarnya merupakan perbandingan antara waktu retensi (tR) dengan

standar deviasi lebar puncak (σ), sedangkan besarnya Wb setara dengan 4σ

yang dapat dihitung secara empiris dari kromatogram dengan rumus berikut

ini :

22

16

b

RR

W

ttN

………………. (Persamaan II.3)

Kolom yang efisien dapat mencegah pelebaran pita sehingga menghasikan

pita yang sangat sempit. Semakin kecil dan seragam ukuran partikel dalam

kolom maka semakin besar efisiensinya (Ahuja dan Dong, 2005).

e. Resolusi

Tujuan akhir dari setiap analisis menggunakan KCKT yakni pemisahan satu

atau lebih analit dari komponen lain (matriks) dalam sampel agar didapatkan

informasi yang kuantitatif dari masing-masing analit. Resolusi dari suatu

kolom adalah kemampuan kolom untuk memisahkan dua analit. Resolusi

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

b

R

bb

R

sW

t

WW

ttR

R

2/21

21

………………. (Persamaan II.4)

Page 31: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

16

Dimana tR1 dan tR2 adalah waktu retensi spesi 1 dan 2, sedangkan Wb1 dan Wb2

adalah lebar alas puncak spesi 1 dan 2. Nilai Rs > 1,5 menunjukkan puncak 1

dan 2 terpisah dengan sempurna (Ahuja dan Dong, 2005).

II.6 Pengembangan Metode Analisis

Hal-hal yang perlu di pertimbangkan sebagai tahapan dalam pengembangan

metode analisis secara KCKT meliputi (Kazakevich dan Lobrutto, 2007) :

1. Karakterisasi dan pengumpulan informasi analitik

Mencakup pengumpulan informasi analitik analit maupun sampel (termasuk

matriksnya), sifat fisikokimia sampel, metode analisis yang telah ada, metode

baku, perlakuan awal atau pemisahan sebelum dilakukan analisis, informasi

mengenai formula dan komposisi sampel serta matriks yang digunakan dan

persyaratan spesifik yang telah ditentukan.

2. Penilaian kebutuhan metode

Penilaian kebutuhan metode tergantung pada tujuan analisis yang dilakukan

dengan kriteria yang harus ditentukan sebelum percobaan dimulai diantaranya

kecermatan, keseksamaan, kepekaan, selektivitas, linearitas dan batas deteksi.

Faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi waktu, jumlah sampel, biaya dan

tenaga, kemudahan dan kepraktisan metode serta ketersediaan instrumen.

3. Penelusuran pustaka

Penelusuran pustaka yang berhubungan dengan analisis dan metode analisis

yang sesuai.

4. Pemilihan metode analisis

Terlebih dahulu mengkategorikan golongan masalah analitik. Jika

memungkinkan, metode analisis sebelumnya bisa diadopsi sehingga lebih

efisien, atau dengan memodifikasi metode analisis yang sudah ada. Adaptasi

dapat mencakup kondisi preparasi maupun kondisi instrumentasi. Akan tetapi

jika masalah analitiknya sama sekali baru, maka perlu dibuat metode/ prosedur

baru dengan pendekatan senyawa analog yang mempunyai kemiripan sifat

fisikokimia.

5. Penyiapan alat dan studi pendahuluan

Page 32: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

17

Menyiapkan instrumen yang sudah terkalibrasi sesuai dengan prosedur

operasional baku alat. Uji pendahuluan biasanya memakan waktu yang cukup

lama sebelum kondisi optimum didapatkan.

6. Optimasi Prosedur Analisis

Bertujuan untuk mencari aras-aras yang optimum jika hasil studi pendahuluan

jauh dari yang diharapkan, dilakukan dengan cara mengubah parameter-

parameter yang mempengaruhi analisis sampai diperoleh kondisi yang paling

baik.

7. Evaluasi data hasil optimasi

8. Validasi metode

Validasi metode mengacu pada parameter-parameter validasi pada pustaka.

Validasi diawali dengan melakukan uji kesesuaian sistem untuk memastikan

bahwa sistem analisis berjalan secara baik dan benar.

II.7 Uji Kesesuaian Sistem

Uji kesesuaian sistem merupakan serangkaian uji untuk memastikan efektivitas

sistem pemisahan yang digunakan. Parameter-parameter yang digunakan meliputi

bilangan lempeng teoritis (N) > 2000, faktor ikutan ≤ 2,0, kapasitas (k‟ atau α) >

2,0, resolusi (Rs > 1,5) dan nilai simpangan baku relatif (SBR) < 2,0% dari waktu

retensi dan luas area dari 5 kali injeksi (Elmer dan Miller, 2004).

II.8 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa

parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter

analisis yang ditentukan pada validasi adalah spesifikasi, linieritas dan rentang

kadar, akurasi, presisi, limit deteksi dan limit kuantisasi (ICH, 1994).

II.8.1 Kekhasan (Spesifisitas)

Kekhasan atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuan untuk menguji secara

tegas analit yang dimaksud dengan adanya komponen lain atau yang diperkirakan

ada seperti cemaran, hasil degradasi dan komponen matriks. Jika spesifisitas

Page 33: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

18

metode tidak ada atau kurang baik, metode dapat dilengkapi dengan prosedur

analisis pendukung yang memadai seperti pemisahan (Ermer dan Miller, 2005).

Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang

mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau

pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan

tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Pada

metode analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui

perhitungan daya resolusinya (Rs) (ICH, 1994).

II.8.2 Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang

secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Pengujian kelinieran

dilakukan untuk membuktikan bahwa larutan sampel memberikan respon analit

yang berbanding lurus dengan konsentrasi (Ibrahim, 2005).

Parameter linearitas ini diuji dengan membuat kurva baku, dimana kelinieran

kurva baku yang baik dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) yang ≥ 0,999

serta nilai koefisien variansi fungsi regresi (Vx0) ≤ 2,0% untuk kurva baku

penetapan kadar obat dalam sediaan atau bahan baku, dan ≤ 5,0% untuk analisis

obat dalam kajian metabolit dan bahan biologis. Nilai koefisien korelasi (r) >

0,999 sudah cukup dan dapat digunakan untuk membuktikan kelinieran kurva

baku (Ibrahim, 2005).

II.8.3 Kecermatan (Akurasi)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan

kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen peroleh kembali

pada saat analisis, menggunakan prosedur analisis yang tepat, dengan cara

penambahan sejumlah analit yang telah diketahui kadarnya terhadap sampel

(Chan, 2004).

Page 34: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

19

Akurasi ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo

recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Dalam

metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan

hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang

sebenarnya). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah

tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan

dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya

(hasil yang diharapkan). Dalam kedua metode tersebut, persen peroleh kembali

dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang

sebenarnya.

Perhitungan persen perolehan kembali dinyatakan dengan rumus :

A

AF

C

CCkembaliPerolehan

*

)(%

………………. (Persamaan II.5)

CF = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA = konsentrasi sampel sebenarnya

C*A = konsentrasi analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

II.8.4 Keseksamaan (Presisi)

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-

rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil

dari campuran yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku atau

simpangan baku relatif (koefisien variasi). Presisi dapat dinyatakan sebagai

keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility).

Keterulangan adalah presisi metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang

sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Ketertiruan

adalah presisi metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Kriteria

Page 35: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

20

seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien

variasi (KV) 2% atau kurang (ICH, 1994).

Presisi diukur sebagai simpangan baku (SB) atau simpangan baku relatif (SBR)

atau Koefisien Variasi (KV).

1

)( 2

n

XXiSB

X

SBSBR 100%

………………. (Persamaan II.6)

Dari nilai % SBR atau % KV yang diperoleh dibandingkan dengan KV Horwitz,

yaitu suatu kurva berbentuk terompet yang menghubungkan ketertiruan

(reproducibility) (presisi yang dinyatakan sebagai % KV) dengan konsentrasi

analit. Presisi metode analisis dinyatakan sebagai fungsi dari konsentrasi melalui

persamaan :

KVHorwitz = 2 1-0,5 log C

………………. (Persamaan II.7)

Dengan C adalah konsentrasi yang dinyatakan dengan sebagai fraksi desimal.

Dengan menggunakan pembanding KV Horwitz nilai yang dapat diterima untuk

keterulangan (repeatability) adalah :

SBR ≤ KVHorwitz

………………. (Persamaan II.8)

Jika nilai simpangan baku relatif dari percobaan dibandingkan terhadap

simpangan baku relatif yang dihitung berdasarkan persamaan terompet Horwitz

akan diperoleh Horwitz Ratio atau HorRat. HorRat ≤ 2 menandakan metode

analisis mempunyai presisi yang memadai (AOAC, 2012).

Page 36: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

21

II.8.5 Batas deteksi dan batas kuantisasi

Batas deteksi dari suatu metode analisis adalah konsentrasi analit terendah dalam

sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan

dibandingkan dengan blanko, tetapi tidak dikuantisasi pada kondisi percobaan

yang dilakukan. Sedangkan batas kuantisasi adalah konsentrasi analit terendah

dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat

diterima pada kondisi percobaan yang telah ditentukan (Harmita, 2004).

Penentuan batas deteksi dan batas kuantisasi diperoleh dari perhitungan statistik

data hasil pengujian linearitas (Ibrahim, 2004) dengan persamaan sebagai berikut :

Batas deteksi = b

Sa.3

Batas kuantisasi = b

Sa.10

………………. (Persamaan II.9 dan II.10)

dimana Sa = Sy/x .

2/1

2

2

XXn

X

i

i

Batas deteksi dan kuantisasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi

linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada

persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan

simpangan baku residual (Sy/x) (Harmita, 2004).

Page 37: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sistem KCKT yang digunakan pada pengembangan prosedur analisis

keseragaman kandungan tablet glipizid ER pada penelitian ini mengadopsi dari

metode standar penetapan kadar glipizid tablet biasa yang tercantum dalam

Farmakope Indonesia. Adanya matriks tablet yang lebih kompleks membawa

konsekuensi perlunya proses ekstraksi yang berbeda untuk sediaan lepas

diperpanjang.

Penelitian diawali dengan uji pendahuluan yakni mencari metode ekstraksi yang

paling sesuai untuk memisahkan glipizid dari matriksnya sebelum dianalisis

secara KCKT. Selama orientasi pemilihan metode ekstraksi mempertimbangkan

hal-hal seperti sifat fisikokimia eksipien dan analit, ketersediaan alat dan bahan

untuk ektraksi hingga didapatkan kondisi ekstraksi yang optimum.

Pertama, dibuat baku induk glipizid dan larutan plasebo (matriks). Kemudian

baku induk ditambahkan ke dalam matriks (spike-placebo), diencerkan dengan

pelarut hingga konsentrasi tertentu dan didapatkan baku kerja. Kondisi optimum

ekstraksi yang sudah didapatkan digunakan untuk preparasi baku kerja dan

selanjutnya dianalisis secara KCKT detektor UV pada panjang gelombang 225

nm. Uji Kesesuaian Sistem (UKS) dengan parameter % SBR, faktor ikutan dan

jumlah lempeng teoritis dilakukan untuk menentukan kesesuaian dan keefektifan

sistem KCKT hasil pengembangan metode. Selanjutnya adalah validasi metode

KCKT yang meliputi parameter spesifisitas/selektivitas, linearitas, batas deteksi

dan batas kuantisasi, presisi dan akurasi. Untuk menguji selektivitas metode

dengan cara membandingkan antara pelarut, larutan plasebo (matriks), baku kerja

dan sampel yang dipreparasi dengan cara yang sama. Linearitas diperoleh dari

tujuh seri konsentrasi sampel simulasi glipizid. Dari data linearitas, batas deteksi

dan batas kuantisasi bisa ditentukan secara statistik. Prosedur preparasi yang sama

juga dilakukan untuk parameter presisi dan akurasi. Pada tahap akhir penelitian

ini, dilakukan uji keseragaman kandungan tablet glipizid ER dari sampel di

perdagangan menggunakan prosedur analisis yang telah divalidasi.

Page 38: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

23

BAB IV PERCOBAAN

IV.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi baku pembanding

glipizid (PPOMN), Metanol pro KCKT (Merck), Natrium dihidrogen fosfat

monobasa (Merck), air pro KCKT, Natrium Hidroksida (KCKT), Glucotrol ER 5

mg dan 10 mg, Etilselulosa (AqualonTM

EC-N50 Pharm), Opadry® Complete

Film Coating System YS-2-7063 White (Colorcon), Polietilen oksida (Sentry

Polyox WSR N750 – Colorcon), PEG 4000, NaCl (Merck), HMPC E5 Premium

LV (PT.Dexa Medica), Magnesium stearat (Merck), sorben ekstraksi terdiri dari :

Oasis®

HLB 3cc (60mg), Oasis®

MAX 3cc (60mg), Oasis®

MCX 3cc (60mg) dan

Sep-Pak®

Vac. 3cc (500mg) tC18.

IV.2 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (Agilent 1260 Infinity–G1316A 1260 TCC), Kolom YMC Triart C18 (150

x 4.6 mm, ID S-5 µm 12nm), pH meter (Mettler Toledo), gelas ukur, pipet ukur

1mL, 2mL, 2,5mL, 4mL, 5mL, labu tentukur 10mL, 20mL, 50mL dan 100mL,

buret 10mL, timbangan semimikro, timbangan analitik, penyaring membran nilon

0,45 µm, diameter 13mm (WhatmannTM

), penyaring vakum, sonikator dan

degassing unit (FALC), pipet Eppendorf, vakum manifold SPE (Agilent),

magnetic stirer.

IV.3 Tahapan Peneltian

IV.3.1 Penyiapan larutan

a. Pembuatan larutan dapar fosfat 0,1M pH 6,0

Dapar fosfat 0,1M pH 6,0 dibuat dengan menimbang 13,8 gram NaH2PO4.H2O,

dilarutkan dalam 1000 mL air dan diatur pH menggunakan NaOH 2N hingga pH

mencapai 6,0. Saring dengan menggunakan filter membran 0,45 µm dan

diawaudarakan.

Page 39: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

24

b. Penyiapan larutan baku induk

Larutan baku induk glipizid dibuat dengan melarutkan senyawa baku glipizid

dalam metanol sehingga diperoleh larutan baku induk glipizid dengan konsentrasi

1mg/mL. Baku induk disimpan pada suhu 2-8⁰C.

c. Penyiapan larutan plasebo

Matriks tablet glipizid ER yang digunakan mengacu pada informasi produk

Glucotrol XL®

(PT. Pfizer) yang terdiri dari polietilen oksida, hidroksi propil

metil selulosa (HPMC), magnesium stearat, natrium klorida, etil selulosa,

polietilen glikol, opadry-white (Roerig, 2013). Campuran matriks dilarutkan

dalam dapar fosfat kemudian disaring. Selanjutnya disimpan pada suhu 2-8⁰C

sebagai larutan plasebo.

d. Penyiapan larutan baku kerja

Larutan baku induk glipizid yang telah dibuat dengan konsentrasi 1 mg/mL,

dipipet sejumlah tertentu sesuai konsentrasi baku kerja (sampel simulasi) yang

diinginkan ke dalam labu tentukur 10 mL yang berisi 4 mL larutan plasebo,

diencerkan dengan dapar fosfat sampai tanda, dipipet 1 mL kemudian diekstraksi

fase padat dan hasil elusi diencerkan lagi dengan dapar fosfat hingga 5 mL.

IV.3.2 Penyiapan fase gerak

Fase gerak merupakan campuran dapar fosfat pH 6,0 : metanol dengan

perbandingan 55:45.

IV.3.3 Optimasi Ekstraksi

a. Penentuan pelarut sampel

Salah satu syarat pengujian menggunakan KCKT bahwa analit harus terlarut

dalam pelarut yang digunakan. Sampel tablet glipizid ER memiliki matriks yang

sangat komplek yang sebagian besar bersifat hidrofil, sementara glipizid sifatnya

tidak larut dalam air. Dengan demikian diperlukan optimasi pada tahap ekstraksi

yakni jenis pelarut dan jenis sorben yang digunakan sehingga dapat dilanjutkan ke

tahap analisis menggunakan KCKT.

Page 40: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

25

b. Penentuan sorben ekstraksi fase padat

Pemilihan sorben atau penyerap yang digunakan berdasarkan kemampuannya

berikatan dengan analit, dimana ikatan antara analit dengan sorben harus lebih

kuat dibandingkan antara ikatan analit dengan matriks sampel. Kondisi ini

bertujuan agar analit dapat tertahan dalam sorben dan dapat dilepaskan ikatannya

dengan sorben mengguakan pelarut yang selektif pada tahap elusi.

IV.4 Uji kesesuaian sistem

Uji kesesuaian sistem dilakukan dengan menyuntikkan larutan baku induk yang

telah diencerkan dengan dapar fosfat sehingga didapatkan konsentrasi 0,05

mg/mL sebanyak 6 kali, kemudian dilihat resolusi (Rs > 1,5), faktor ikutan (Tf <

2), jumlah lempeng teoritis (N > 2000), dan RSD luas puncak (RSD < 2%).

IV.5 Validasi Metode

Validasi prosedur analisis tablet glipizid ER meliputi spesifisitas/selektivitas,

linearitas, batas deteksi (LOD) dan batas kuantisasi (LOQ), kecermatan/akurasi

dan keseksamaan/presisi.

IV.5.1 Kekhasan (Spesifisitas)

Parameter spesifisitas/selektivitas ditentukan dengan melakukan analisis terhadap

pelarut, larutan plasebo, larutan baku, larutan sampel (placebo-spiked). Pengujian

ini untuk memastikan bahwa prosedur analisis ini spesifik untuk glipizid tanpa

ada gangguan dari matriks ataupun pelarut. Kriteria keberterimaan ditentukan

dengan melihat tidak adanya gangguan pada waktu retensi senyawa uji dan

resolusi senyawa uji (Rs >1,5).

IV.5.2 Linearitas

Uji linearitas metode analisis dilakukan dengan menggunakan satu seri larutan

baku kerja glipizid dengan konsentrasi 0,01, 0,02, 0,03, 0,04, 0,05, 0,06 dan 0,07

mg/mL, masing-masing tingkat konsentrasi disuntikkan sebanyak 6 kali.

Persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi diperoleh dengan memplot hubungan

antara konsentrasi dengan area yang terukur. Sebagai parameter adanya hubungan

Page 41: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

26

yang linear digunakan koefisien korelasi (r ≥ 0,999), koefisien variansi fungsi

regresi (Vxo ≤ 2,0%) pada analisis regresi linier y = bx + a dan homogenitas

variansi (uji F).

Disamping parameter linearitas di atas, dilakukan juga perhitungan dan uji kaji

statistik meliputi homogenitas variansi, batas deteksi, dan batas kuantisasi

menggunakan metode yang digunakan oleh Gottwald (Gottwald, 2000).

IV.5.3 Batas deteksi dan batas kuantisasi

Pada penelitian ini, penentuan batas deteksi dan batas kuantisasi diperoleh dari

perhitungan statistik data hasil pengujian linearitas (Ibrahim, 2004).

IV.5.4 Kecermatan (Akurasi)

Akurasi ditentukan dengan menghitung persen perolehan kembali melalui metode

simulasi (spiked-placebo recovery). Penetapan dilakukan dengan membuat tiga

tingkat kadar glipizid 70%, 100% dan 130% sesuai dengan persyaratan rentang

dosis minimum untuk penetapan keseragaman kandungan obat antara 70-130%

(Ermer and Miller, 2005). Masing-masing konsentrasi dianalisis 3 kali

pengulangan dan dihitung persen perolehan kembali.

IV.5.5 Keseksamaan (Presisi)

Presisi diukur dengan mengulang pengukuran suatu konsentrasi sampel simulasi

glipizid sebanyak 6 kali (konsentrasi 100%, 0,05 mg/mL). Pengukuran

keseksamaan ini dilakukan untuk satu hari analisis yang sama dan untuk beberapa

hari analisis yang berbeda. Hasil pengukuran keseksamaan dinyatakan sebagai

simpangan baku relatif (SBR), dimana kriteria keberterimaannya SBR < 2%

(Harmita, 2004).

IV.5 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan

Tujuan akhir dari pengembangan prosedur analisis ini adalah menentukan

keseragaman kandungan glipizid ER dari sampel di perdagangan dengan

parameter acceptance value (AV) atau nilai penerimaan dengan prosedur yang

Page 42: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

27

telah divalidasi. Pengujian keseragaman kandungan dengan melakukan penetapan

kadar terhadap 10 tablet Glipizid ER 5 mg dan 10 mg, satu per satu. Tahapan

preparasi dilakukan dengan cara mengeprek (menggepengkan dengan cara

memukul) tablet 5 mg dengan stamper dalam kertas alufoil untuk memastikan

tidak ada tablet yang tertinggal di mortir (lampiran 1), kemudian dimasukkan

dalam labu tentukur 10 mL dan sisa tablet yang masih ada di alufoil dibilas

menggunakan metanol sebagai pelarut kurang lebih 7 mL. Dilakukan sonikasi

untuk mempercepat pelarutan analit selama 30 menit, kemudian ditambahkan

metanol sampai tanda. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring dan

dipindahkan ke dalam vial 10 mL untuk memudahkan pemipetan. Sampel yang

sudah disaring, dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan dengan dapar fosfat

sampai 10 mL. Demikian juga dengan sampel glipizid ER 10 mg. Tahap

berikutnya adalah ekstraksi fase padat menggunakan sorben HLB. Terlebih

dahulu dilakukan aktivasi terhadap sorben menggunakan metanol 1 mL

(conditioning), air 1 mL, kemudian tahap laoding sampel yang sudah diencerkan

dengan dapar fosfat sebanyak 1 mL ke dalam sorben. Tahap selanjutnya adalah

pencucian menggunakan air 1 mL untuk melepaskan matriks dan pengotor dari

sorben dan terakhir tahap elusi dengan 1 mL metanol untuk mendapatkan glipizid.

Glipizid yang ditampung pada tahap elusi kemudian diencerkan dengan dapar

fosfat sampai 5 mL hingga diperoleh konsentrasi akhir 0,05 mg/mL, dikocok,

disaring dengan penyaring membran 0,45 µm dan analisis dengan KCKT detektor

UV pada panjang gelombang 225 nm.

Page 43: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Keseragaman kandungan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat

aktif dalam tiap satuan sediaan. Untuk memastikan konsistensi dosis glipizid per

unit, masing-masing tablet harus mengandung zat aktif sesuai dengan rentang

yang dipersyaratkan dalam label (The USP, 2012). Pengembangan prosedur

analisis menggunakan KCKT dilakukan untuk mendapatkan prosedur analisis

yang mampu menetapkan keseragaman kandungan tablet glipizid sediaan ER.

Sistem KCKT pada penelitian ini diadopsi dari penetapan kadar glipizid tablet

biasa yang tercantum dalam Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV, tahun

2009 seperti yang tercantum pada tabel V.1.

Tabel V.1. Perbandingan prosedur analisis glipizid IR dan ER

Parameter Kondisi KCKT untuk

Sediaan Tablet Glipizid IR

(Suplemen I FI IV, 2009)

Kondisi Pengembangan

Prosedur untuk Sediaan

Tablet Glipizid ER

Kolom L1 (3,9 mm x 15 cm), 5 μm C18 (150 x 4,6) mm, 5 µm

Fase gerak Dapar natrium fosfat

monobasa 13,8 gram/liter :

metanol = (55:45)

Dapar natrium fosfat

monobasa 13,8 gram/liter :

metanol = (55:45)

pH Fase gerak 6,00±0,05 6,00±0,05

Volum injeksi 20 μL 20 μL

Laju Alir 1 mL/menit 1 mL/menit

Panjang gelombang

Suhu kolom

UV 225 nm

30 ºC

UV 225 nm

30 ºC

Preparasi sampel Dilarutkan langsung dalam

fase gerak

Ektraksi fase padat

Percobaan pendahuluan berupa pemilihan jenis ekstraksi yang sesuai untuk

memisahkan analit dari matriks tablet. Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan

mempertimbangkan sifat fisika kimia analit dan matriks. Penelitian yang sudah

pernah dilakukan antara lain glipizid dalam serum yang diekstraksi cair-cair

dengan menggunakan pelarut NaOH dan diklorometan, lapisan organik yang

terpisah diuapkan untuk diekstraksi kembali menggunakan n-hexana dan asam

asetat. Lapisan organik diambil dan diuapkan selanjutnya direkonstitusi dengan

Page 44: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

29

pelarut yang sesuai dan diukur secara KCKT (Venkata R, dkk, 2011). Ekstraksi

glipizid dalam plasma darah manusia juga pernah dilakukan dengan terlebih

dahulu mengendapkan protein plasma menggunakan HCl, dilanjutkan ekstraksi

pelarut menggunakan toluen, kemudian fase organik diuapkan dan direkonstitusi

dengan fase gerak kemudian diukur secara KCKT (Atif, dkk, 2013). Kedua

penelitian tersebut diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan validasi. Hasil dari

ekstraksi pelarut menggunakan diklorometan untuk glipizid dengan matriks tablet

ER didapatkan efisiensi ekstraksi di bawah 80% dan hasil perolehan kembali yang

tidak konsisten dengan SBR > 2%.

Selanjutnya dilakukan ekstraksi secara SPE berdasarkan penelitian sebelumnya

yang memisahkan campuran delapan obat antidiabetes termasuk salah satunya

glipizid, dalam matriks plasma darah manusia secara SPE dan dilanjutkan dengan

KCKT juga diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan parameter validasi

(Lakshmi dan Rajesh, 2011). Sehingga untuk glipizid dalam matriks tablet ER ini

dilakukan ekstraksi secara SPE dan didapatkan hasil efisiensi ekstraksi di atas

80%, hasil perolehan kembali yang konsisten dengan SBR < 2%.

Pengembangan prosedur dilakukan pada tahap SPE yang dimulai dengan

pemilihan pelarut plasebo (matriks) dan jenis sorben yang tepat untuk ekstraksi

fase padat. Optimasi pelarut dilakukan karena pada saat analisis secara KCKT

setelah dilakukan diekstraksi dengan kadar baku induk bertingkat dengan pelarut

plasebo berupa metanol, tidak didapatkan hubungan yang linier pada tahap elusi

dan persen perolehan kembali masih sangat kecil, tetapi didapatkan hubungan

yang linier pada tahap loading. Fenomena breakthrough pada analit terjadi karena

pelarut organik yang digunakan terlalu besar yang dapat meningkatkan kepolaran

glipizid, sehingga glipizid lolos saat dilewatkan sorben SPE yang bersifat non

polar. Pelarut plasebo yang dipilih adalah dapar fosfat dan diperoleh hasil

perolehan kembali pada tahap elusi mendekati 100%. Dengan demikian, kondisi

optimum pelarut baku induk adalah metanol dan pelarut plasebo adalah dapar

fosfat. Hasil optimasi pelarut bisa dilihat pada gambar V.1.

Page 45: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

30

y = 53288x - 981.2

R2 = 0.9976

0

1000

2000

3000

0 0.02 0.04 0.06 0.08

konsentrasi (mg/mL)

luas

are

a (m

AU

)

(a)

y = 1692.6x + 813

R2 = 0.1552

0

1000

2000

0 0.02 0.04 0.06 0.08

konsentrasi (mg/mL)

luas

are

a (m

AU

)

(b)

y = 58551x - 575.69

R2 = 0.9984

0

1000

2000

3000

4000

0 0.02 0.04 0.06 0.08

konsentrasi (mg/mL)

luas

are

a (m

AU

)

(c)

Gambar V.1 Kurva kalibrasi (a) tahap loading : baku induk glipizid dalam

metanol, plasebo dalam metanol (b) tahap elusi : baku induk

glipizid dalam metanol, plasebo dalam metanol (c) tahap elusi :

baku induk glipizid dalam metanol, plasebo dalam dapar fosfat

Setelah didapatkan pelarut yang sesuai, berikutnya menentukan jenis sorben

dengan kondisi ekstraksi yang sama (pelarut dan pH). Parameter yang diamati

meliputi jumlah lempeng teoritis, faktor ikutan, resolusi dan persen perolehan

kembali. Pemilihan sorben ekstraksi fase padat yang sesuai tergantung pada

mekanisme interaksi antara sorben dengan analit.

Analit yang akan diekstraksi bersifat non polar, sehingga tipe SPE yang

digunakan adalah fase terbalik dan tipe interaksi yang terjadi antara sorben dan

gugus fungsi analit berupa daya van der Waals. Jenis sorben SPE yang dioptimasi

Page 46: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

31

adalah tC18, HLB, MAX dan MCX. Hal mendasar yang membedakan jenis

sorben tersebut diantaranya sifat fisika kimia sorben, ukuran massa sorben, ukuran

partikel dan ukuran pori. Hasil optimasi pemilihan sorben SPE bisa dilihat pada

tabel V.2.

Tabel V.2 Hasil optimasi pemilihan sorben SPE

Jenis

Sorben

Jumlah

Lempeng Teoritis

Faktor

ikutan Resolusi

% Perolehan

kembali

tC18 3288,86102 1,16612 21,09196 67,443

HLB 3137,30727 1,18549 20,61549 94,185

MAX 3183,23068 1,17956 - 17,158

MCX 3165,95263 1,18952 - 92,663

Penggunaan sorben HLB menunjukkan hasil yang paling optimum dari sisi persen

perolehan kembali dan lebih selektif karena bisa mendeteksi 2 puncak dengan

resolusi > 1,5 bila dibandingkan dengan sorben tC18, MAX dan MCX. Keempat

jenis sorben yang dioptimasi merupakan sorben dengan tipe fase terbalik, dimana

fase diam bersifat non polar. Fase diam pada sorben HLB berupa copolymer,

yakni N-vinylpirolidone yang bersifat hidrofilik dan divinylbenzene yang bersifat

lipofilik dalam jumlah yang seimbang (Anonim, 2014). Ditinjau secara struktur

kimia, gugus utama glipizid berupa sulfonilurea merupakan moietas hidrofilik dan

substitusi R1 dan R2 sebagai moietas hidrofobik, dengan demikian sorben HLB

paling selektif untuk analit glipizid. Analisis yang lain, karena matriks hidrofilik

akan mengembang jika bertemu dengan air, maka pada saat tahap loading,

dimungkinkan matriks teretensi secara irreversibel dalam sorben dan tidak terelusi

saat washing sehingga hanya glipizid yang terelusi dengan metanol pada tahap

akhir SPE.

Setelah didapatkan prosedur analisis dengan parameter yang telah dioptimasi,

selanjutnya dilakukan uji kesesuaian sistem untuk memastikan efektivitas sistem

kromatografi yang digunakan. Parameter UKS yang ditentukan yaitu

Page 47: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

32

keberulangan penyuntikan, waktu retensi, luas area, faktor ikutan dan jumlah

lempeng teoritis. Hasil uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada tabel V.3.

Tabel V.3 Data hasil uji kesesuaian sistem larutan baku glipizid 0,05 mg/ml

No Konsentrasi

(mg/mL)

Waktu retensi

(menit)

Luas

area

Faktor

ikutan (Tf)

Σ Lempeng

teoritis (N)

1 0,05 18,47 3110,8 1,2 3042

2 0,05 18,49 3108,6 1,2 3094

3 0,05 18,52 3115,6 1,2 3086

4 0,05 18,50 3087,5 1,2 3110

5 0,05 18,51 3077,1 1,2 3022

6 0,05 18,54 3133,2 1,2 3064

Rata-rata 0,05 18,51 3105,5 1,2 3070

SB 0,0003 0,024 20,186 0,084 1,09

SBR

(%) 0,13 0,65

Tabel V.3 menunjukkan hasil keberulangan penyuntikan larutan baku glipizid

0,05 mg/mL sebanyak 6 kali. Nilai SBR dari area dan waktu retensi secara

berturut-turut adalah 0,65% dan 0,13%. Hal ini memenuhi persyaratan

keberulangan penyuntikan yaitu SBR lebih kecil dari 2%. Faktor ikutan sebesar

1,2, hal ini menunjukan bahwa bentuk puncak cukup simetris karena nilai faktor

ikutan mendekati 1 (Tf < 2). Jumlah lempeng teoritis (N) lebih besar dari 2000,

hal ini menunjukan efisiensi kolom baik (CDER,1994). Kromatogram baku

glipizid ditunjukkan pada gambar V.2 dengan waktu retensi 18,65 menit.

Gambar V.2 Kromatogram baku blipizid

Page 48: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

33

Setelah memenuhi persyaratan uji kesesuaian sistem kemudian dilakukan validasi

berdasarkan pedoman International Conference of Harmonization (ICH) dengan

parameter spesifisitas/selektivitas, linearitas, batas deteksi, batas kuantisasi,

presisi intra dan antar hari dan akurasi.

Pengujian spesifisitas dilakukan untuk memastikan bahwa metode analisis yang

digunakan spesifik untuk analit tertentu dan tidak terganggu dengan adanya

pelarut, matriks maupun keberadaan zat selain analit. Spesifisitas dalam penelitian

ini ditentukan dengan membandingkan antara pelarut, plasebo, larutan baku, dan

larutan sampel.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar V.3 Kromatogram (a) pelarut (b) larutan plasebo (c) baku induk

glipizid (d) plasebo yang di-spike.

Pada gambar V.3 terlihat bahwa pada kromatogram pelarut dan plasebo tidak

terdapat puncak dengan waktu retensi yang sama dengan baku glipizid. Hal ini

mengindikasikan bahwa tidak ada gangguan dari pelarut maupun matriks dan

prosedur analisis yang dikembangkan spesifik untuk glipizid.

Uji linearitas dilakukan dengan memplot antara konsentrasi larutan baku induk

yang ditambahkan pada larutan plasebo kemudian diekstraksi dibandingkan

Page 49: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

34

dengan respon instrumen yang dinyatakan dengan luas area, yang terdiri dari 7

level konsentrasi dan masing-masing level konsentrasi disuntikkan sebanyak 6

kali. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r)

dan koefisien variansi fungsi regresi pada analisis regresi linier y = bx + a.

Berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh, dilakukan perhitungan dan uji kaji

statistik meliputi homogenitas variansi, linieritas, batas deteksi, dan batas

kuantisasi menggunakan metode yang digunakan oleh Gottwald (Gottwald, 2000).

Respon luas area yang digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi tidak boleh

menunjukkan perbedaan homogenitas variansi pada berbagai konsentrasi larutan

baku kerja yang digunakan. Untuk menguji homogenitas variansi, dilakukan

pengujian F terhadap larutan baku kerja konsentrasi terendah dan tertinggi dengan

cara menghitung variansi (S2

) dari pengulangan pengukuran larutan baku dengan

konsentrasi terendah dan tertinggi, kemudian ditentukan Parameter Uji (PU):

PU = 2

2

2

1

S

S

dengan S12 > S2

2, dipilih variansi dengan nilai terbesar sebagai pembilang. Nilai

PG dibandingkan dengan nilai F tabel.

Tabel V.4 Parameter uji

No Luas Area

0,01 mg/mL 0,07 mg/mL

1 584 4089

2 589 4090

3 587 4092

Rataan 587 4090

S2

2,97 1,17

PU = 2

2

2

1

S

S= 5337,2

1715023,1

968255,2

F tabel dengan f1 = 3 – 1 dan f2 = 3 – 1 dan P = 99% adalah 99, dengan demikian

Ftabel > PU, maka dapat disimpulkan bahwa pada data tersebut tidak terdapat

inhomogenitas variansi. Pengujian linearitas kurva kalibrasi dilakukan melalui

Page 50: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

35

perhitungan semua parameter regresi kuadratik maupun linear kemudian

parameter tersebut dibandingkan.

Tabel V.5 Konsentrasi dan luas area sampel simulasi glipizid

Konsentrasi

(mg/ml) Luas Area Rata-rata

0,01

584,5

586,7 588,7

587,0

0,02

1136,5

1136,7 1136,5

1137,1

0,03

1820,3

1820,1 1821,9

1818,2

0,04

2350,8

2351,8 2351,4

2353,2

0,05

2982,7

2982,7 2982,4

2982,9

0,06

3466,8

3471,5 3474,8

3472,9

0,07

4089,4

4090,3 4089,6

4091,8

y = 58,985.3466x + 13.8760

R2 = 0.9990

0

1000

2000

3000

4000

5000

0 0.02 0.04 0.06 0.08

konsentrasi (mg/mL)

luas

are

a (m

AU

)

Gambar V.4 Kurva linearitas glipizid

Page 51: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

36

Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah y = 58985,35 x + 13,88 dengan

koefisien korelasi r = 0,9995.

Tabel V.6 Parameter regresi linier dan kuadratik glipizid

Keterangan Linier Kuadratik

Persamaan regresi y = 58985,35 x +

13,88

y = -52361,29x2 +

63130,32x – 47,64

Kemiringan garis regresi/slope (b) 58985,32 -

Perpotongan garis dengan sumbu

y (a)

13,88 -

X rata-rata 0,0396 0,0396

Sy/x (simpangan baku residu) 44,191 43,463

(Sy/x)/b 0,001 0,001

Vx0 /koefisien variansi regresi (%) 1,893 1,862

E (sensitivitas) - 58985,32

r (koefisien korelasi) 0,9995 -

LOD/ Batas Deteksi (mg/mL) 0,0025 -

LOQ/ Batas Kuantisasi (mg/mL) 0,0075 -

Dari gambar kurva linearitas glipizid V.4 dan tabel diatas dapat dilihat bahwa

parameter regresi linier pada rentang konsentrasi 0,01 - 0,07 mg/mL seluruhnya

menunjukkan hasil yang baik dengan persamaan garis regresi y = 58985,35 x +

13,88, nilai Vx0 1,893 dan koefisien korelasi 0,9995. Sedangkan hasil perhitungan

parameter regresi kuadratik menghasilkan persamaan kuadratik y = -361,29x2 +

63130,31x – 47,64 dengan nilai Vx0 1,862. Pada tabel dapat dilihat bahwa Vxo

regresi linear > Vxo regresi kuadratik yang menunjukkan bahwa distribusi titik

kalibrasi lebih sesuai mengikuti regresi kuadratik, maka diperlukan uji linearitas

lanjutan dan kurva regresi linier tidak dapat digunakan untuk kurva kalibrasi.

Batas deteksi (BD) dan batas kuantisasi (BK) dihitung secara statistik dari kurva

kalibrasi menggunakan metode Deutsches Institut für Normung (DIN) 38402

yaitu BD 0,0025 mg/mL dan BK 0,0075 mg/mL.

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran keterulangan metode analisis dan

dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (SBR) atau koefisien variasi (KV). Uji

presisi dilakukan pada larutan sampel dengan matriks khusus ER untuk melihat

pengaruh matriks pembawa terhadap hasil presisi. Presisi dilakukan pada 6

produk dengan konsentrasi 100% dan disuntikan masing-masing sebanyak 3 kali.

Page 52: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

37

Uji presisi dilakukan intra dan antar hari selama tiga hari berturut-turut dan

dihitung simpangan baku relatifnya harus memenuhi syarat keberterimaan < 2%.

Tabel V.7 Presisi intra hari glipizid dalam sampel simulasi

No

Waktu retensi (menit) Luas Area Kadar (%)

Hari ke Hari ke Hari ke

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 18,57 18,27 19,33 2837 3074 2957 95,00 100,66 97,18

2 18,61 18,18 19,32 2896 2991 2970 97,01 97,93 97,61

3 18,54 18,27 19,33 2849 3022 2976 95,41 98,94 97,81

4 18,55 18,24 20,27 2875 2950 3018 96,28 96,60 99,17

5 18,75 18,22 20,26 2846 2987 2948 95,32 97,82 96,90

6 18,53 18,56 19,84 2893 2993 2954 96,90 98,00 97,10

Rata-rata kadar (%) 95,99 98,32 97,63

SB 0,86 1,37 0,83

SBR (%) 0,90 1,40 0,86

Dari seluruh hasil presisi diatas diperoleh SBR berturut-turut pada hari ke-1, ke-2

dan ke-3 adalah sebesar 0,90%, 1,40% dan 0,86%, dimana seluruhnya lebih kecil

dari 2,0% sehingga dikatakan bahwa metode yang digunakan memenuhi syarat

presisi.

Tabel V.8 Presisi antar hari glipizid dalam sampel simulasi

Hari ke Kadar (%)

1 95,99

2 98,32

3 97,63

Rata-rata 97,31

SB 1,20

SBR (%) 1,23

Dari tabel diatas diperoleh hasil SBR pengujian presisi antar hari sebesar 1,23%,

memenuhi persyaratan kurang dari 2,0%. Dengan demikian hasil untuk parameter

presisi memenuhi persyaratan baik intra dan antar hari.

Page 53: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

38

Selanjutnya dilakukan uji akurasi menggunakan larutan plasebo yang

ditambahkan baku dengan tiga rentang konsentrasi yaitu 70, 100 dan 130%. Hasil

akurasi bisa di lihat dalam tabel V.9.

Tabel V.9 Akurasi glipizid dalam sampel simulasi

No Persentase

Baku (%)

Luas

Area

Analit

sebenarnya (mg)

Analit

diperoleh (mg)

% Perolehan

kembali

1 70 2049,63 1,77 1,70 95,88

2 70 2076,60 1,77 1,72 97,14

3 70 2117,33 1,77 1,75 100,97

4 100 2951,93 2,53 2,44 103,46

5 100 2971,80 2,53 2,46 102,77

6 100 2992,97 2,53 2,47 102,04

7 130 3939,53 3,28 3,26 100,78

8 130 3907,40 3,29 3,23 101,61

9 130 3912,60 3,29 3,23 101,47

Rata-rata 100,68

Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa nilai persen perolehan kembali berkisar antara

95,888 – 103,46% dengan rata-rata 100,68%. Syarat persen perolehan kembali

untuk glipizid 0,05 mg/mL adalah 90 – 107%. Hasil ini menunjukkan bahwa

prosedur analisis yang digunakan memenuhi syarat akurasi.

Metode yang telah divalidasi kemudian diuji coba untuk digunakan pada uji

keseragaman kandungan dari sampel produk di perdagangan. Berikut hasil uji

keseragaman kandungan tahap 1 sebanyak 10 tablet terhadap 2 dosis tablet

glipizid ER (5 dan 10 mg/tablet).

Page 54: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

39

Tabel V.10 Uji keseragaman kandungan tablet Glipizid ER 5 mg

Uraian Bobot (mg) fp Kons

(mg/mL)

Luas

Area

Glipizid yang

diperoleh (mg)

Kadar

(%)

Baku

(dari UKS)

101,4765/

100 mL 20 0,051 3042,0 - 99,74

Sampel 1 5 mg/tab 100 0,050 3364,1 5,60 111,90

Sampel 2 5 mg/tab 100 0,050 3363,6 5,59 111,89

Sampel 3 5 mg/tab 100 0,050 3497,4 5,82 116,34

Sampel 4 5 mg/tab 100 0,050 3292,8 5,48 109,53

Sampel 5 5 mg/tab 100 0,050 3289,6 5,47 109,42

Sampel 6 5 mg/tab 100 0,050 3349,2 5,57 111,41

Sampel 7 5 mg/tab 100 0,050 3372,2 5,61 112,17

Sampel 8 5 mg/tab 100 0,050 3306,9 5,50 110,00

Sampel 9 5 mg/tab 100 0,050 3394,3 5,64 112,91

Sampel 10 5 mg/tab 100 0,050 3368,9 5,60 112,06

Rata-rata 111,76

SD 2,01

AV 15,08

Tabel V.11 Uji keseragaman kandungan tablet Glipizid ER 10 mg

Uraian Bobot (mg) fp Kons

(mg/mL)

Luas

Area

Glipizid yang

diperoleh (mg)

Kadar

(%)

Baku

(dari UKS)

101,4765/

100 ml 20 0,051 3020,2 - 99,74

Sampel 1 10 mg/tab 200 0,050 3307,6 11,08 110,84

Sampel 2 10 mg/tab 200 0,050 3357,5 11,25 112,52

Sampel 3 10 mg/tab 200 0,050 3117,2 10,45 104,46

Sampel 4 10 mg/tab 200 0,050 3392,9 11,37 113,70

Sampel 5 10 mg/tab 200 0,050 2916,2 9,77 97,73

Sampel 6 10 mg/tab 200 0,050 3263,8 10,94 109,37

Sampel 7 10 mg/tab 200 0,050 3395,6 11,38 113,79

Sampel 8 10 mg/tab 200 0,050 3356,8 11,25 112,49

Sampel 9 10 mg/tab 200 0,050 3436,1 11,52 115,15

Sampel 10 10 mg/tab 200 0,050 3398,3 11,39 113,88

Rata-rata 110,39

SD 5,41

AV 21,87

Page 55: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

40

Dari hasil percobaan dan perhitungan didapatkan nilai penerimaan (AV) sebesar

15,08 untuk sampel glipizid ER 5 mg nomor bets Z167702; dan 21,87 untuk

sampel glipizid ER 10 mg nomor bets Z008908. Untuk dosis pertama,

perhitungan AV berada pada ambang batas, sementara pada dosis ke-2 diperoleh

AV yang lebih besar dari nilai penerimaan yang dipersyaratkan, yakni 15. Hasil

tersebut memberikan gambaran kecenderungan bahwa semakin besar dosis,

semakin besar nilai AV meskipun dari segi persyaratan Farmakope Indonesia

belum bisa diambil keputusan karena jika AV > 15 harus dilakukan uji terhadap

20 tablet tambahan, dengan persyaratan nilai AV yang telah ditetapkan.

Page 56: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

41

BAB VI KESIMPULAN

Prosedur analisis keseragaman kandungan glipizid ER dapat dilakukan secara

KCKT dengan sistem : fase gerak campuran dapar fosfat monobasa 0,1M pH 6,00

± 0,05 dan metanol (55:45), laju alir 1,0 mL/menit, suhu kolom 30ºC dan detektor

UV pada 225 nm dengan kolom YMC Triart C18 (150 x 4,6 mm, ID S-5 µm 12

nm); didahului dengan preparasi ekstraksi fase padat SPE – menggunakan sorben

jenis HLB, pengkondisian dengan 1 mL metanol dan 1 ml aquadest, loading

sampel 1 mL, pembilasan dengan 1 mL aquadest dan pengelusian dengan 1 mL

metanol. Hasil pengembangan dan validasi metode analisis tersebut memenuhi

syarat keberterimaan dengan data linearitas y = 58985,35x + 13,88; r = 0,9995;

batas deteksi 0,0025 mg/mL, dan batas kuantisasi 0,0075 mg/mL; SBR presisi

1,232% dan rata-rata % recovery 100,68%. Prosedur analisis ini dapat digunakan

pada pengujian keseragaman kandungan produk obat glipizid ER yang beredar di

pasaran.

Page 57: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

42

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, S., M. W. Dong (2005) : Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC,

Elsevier Academic Press, New York.

Allen, L.V., Popovich, N.G., Ansel, H.C. (2011) : Ansel’s Pharmaceutical

Dosage Forms and Drug Delivery Systems: Solid oral modified-release

dosage forms and drug delivery systems, Wolter Kluwer, Lippincott

Williams & Wilkins., Philadelpia, 9th

Ed, p 257-270.

Anonim. (2014) : Care and Use Manual, Oasis HLB Catridges and 96 Well Plate,

Waters Corporation, Milford, USA.

AOAC. (2012) : Guidelines for Standard Method Performance Requirements,

AOAC Official Methods of Analysis, Appendix F.

Atif, M., Khalid, S.H., Kit, G.L.Onn., Sulaiman, S.A.S., Asif, M. dan

Chandersekaran., A. (2013) : Development and validation of RP-HPLC-

UV method for the determination of glipizide in human plasma, Journal of

Young Pharmacists, Reed Elsevier India Pvt. Ltd, 5 (2013) 26-29.

Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., dan Buxton, I. (2008) : Goodman &

Gilman’s, Manual of pharmacology and therapeutics, McGraw-Hill

Companies, USA, p. 1039-1060.

Camel, Valeriae. (2003) : Solid Phase Extraction of Trace Elements in review,

Elsevier, Spectrochimica Acta Part B 58 (2003) 1177 – 1233, France.

Centre for Drug Evaluation and Research. (1994) : Reviewer Guidance.

Validation of Chromatographic Methods, p. 21-28.

Chan, C. (2004) : Analytical Methode Validation and Instrument Performance

Verification. John Wiley and Sons, Inc. Publication, Canada.

Depkes. (2009) : Farmakope Indonesia Ed IV Suplemen I, hal 1425.

Ermer, J., dan J.H. McB Miller (2005) : Method Validation in Pharmaceutical

Analylis. Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA, Weinheim.

Gottwald, W. (2000) : Statistik fuer Anwender, 1. Auflage, Wiley-VCH,

Weinheim, Bundesrepublik Deutschland, 2000, s. 89–146.

Hanai, T. (1999) : HPLC A Practical Guide, The Royal Society of Chemistry,

RSC Chromatography Monographs, Thomas Graham House, Science

Park, Milton Road Cambridge CB4 0WF, UK, 11-26.

Page 58: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

43

Harris, D.C. (2007) : Quantitative chemical analysis: Sample preparation, W.H.

Freeman and Company, England, 7th

Ed, 28 : 656-659.

Harmita. (2004) : Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 1: 117-135.

Hennion, M.C. (1999) : Solid-phase extraction: method development, sorbents,

and coupling with liquid chromatography, Journal of Chromatography A,

Elsevier Science B.V., France, 856 (1999) 3-54.

Ibrahim, S. (2004) : Berbagai Pendekatan pada Penaksiran Batas Deteksi dan

Batas Kuantisasi Suatu Metode Analisis Instrumental, Acta Pharm. Ind,

29 (4): 153-159.

Ibrahim, S. (2005) : Berbagai Pendekatan Pengujian Kelinieran Kurva Baku pada

Metode Analisis Instrumental. Acta Pharm. Ind, 30 (1): 30-34.

ICH. (1994) : Validation of analytical procedures: text and methodology,

International Conference on Harmonization, IFPMA, Geneva.

Kazakevich, Y. dan Lobrutto, R. (2007) : HPLC for Pharmaceutical Scientist,

John Wiley & Sons, Inc., Canada, p.361-384.

Kobylinska M, Bukowska-Kiliszek M, Barlinska M, Sobik B dan Kobylinska K,.

(2000) : Bioequivalence Study Of Two Brands Of Glipizide Tablets,

Polish Pharmaceutical Society, Acta Poloniae Pharmaceutica – Drug

Research, Poland, 57 (2) p.101-104.

Lakshmi, K.S., dan Rajesh, T. (2011) : Separation and quantification of eight

antidiabetic drugs on a high-performance liquid chromatography: Its

application to human plasma assay, ISRN Pharmaceutics, India, Vol 2011,

ID 521353, p 7.

Maderuelo, C., Zarzuelo, A. dan Lanao, J.M. (2011) : Critical Factors In The

Release Of Drug From Sustained Release Hydrophilic Matrices, Elsevier

B.V., Spain, Journal of Controlled Release 154 (2011) p.2-19.

Nickerson, B. (2011) : Sample Preparation of Pharmaceutical Dosage Forms,

Sample Preparation for Solid Oral Dosage Form, Springer, New York, 7,

p.145–174.

Qiu, Y., Zhang, G. (2000) : Research and development aspects of oral controlled-

release dosage forms. In : Handbook of Pharmaceutical Controlled

Release Technology, Wise DL. Eds. Marcel Dekker Inc.

Roerig. (2013) : Glucotrol XL, Division of Pfizer, http://ShowLabeling.aspx.htm,

New York, diakses tanggal 8 September 2014.

Page 59: PENGEMBANGAN DAN VALIDASI PROSEDUR · PDF fileIV.6 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan ... MAX Mixed-mode Anion Exchange 8 MCX Mixed-mode Cation Exchange

44

Rowe dan Raymond C., Sheskey, Paul J., Quinn, Marian E. : (2009) Handbook of

Pharmaceutical Excipients, Sixth edition, Pharmaceutical Press,

Washington.

Skoog, D.A., West, D.M., Holler, F.J., Crouch, S.T., (2004) : Fundamentals of

Analytical Chemistry, 8th ed, Thomson Brooks/Cole, USA, Chapter 32,

p.973-995.

Skoog, D.A., Holler F.J., Crouch, S.R, (2007) : Principles of Instrumental

Analysis, 6th ed, Thomson Brooks/Cole, USA, p.816-851.

The United States Pharmacopeial Convention. (2011) : Uniformity of Dosage

Unit, The United States Pharmacopoeia, Stage 6 Harmonization.

The United States Pharmacopeial Convention. (2012) : The United States

Pharmacopoeia, 35th ed, United State Pharmacopeial Convention Inc.,

Rockville, p. 3337.

Tran, D. (2010) : Oral Hypoglycemic Agent Toxicity, in overview, Department of

Emergency Medicine, North Shore-LIJ.

Tiwari, Sandip, B. dan Rajabi, A. R. (2008) : Modulation of Drug Release from

Hydrophilic Matrices, peer reviewed : Advancing Process Solution,

Pharmaceutical Technology, Extended Release-Improving Formulation of

HPMC Matrices, Colorcon, Inc., 415 Moyer Blvd.

Venkata Rayanam, I., Rao, A.L. dan Ramana, M.V. (2011) : Development and

validation of LC method for the estimation of glipizide in pharmaceutical

dosage form and serum, IJRPC 2011, 1(1), India.

Watson dan David, G. (2005) : Pharmaceutical Analysis : A Textbook for

Pharmacy Student and Pharmaceutical Chemists, 2nd

ed, Elsevier,

Glasgow, UK.

Wells, M.J.M. (2000) : Essential Guides to Method Development in Solid-Phase

Extraction, in I.D. Wilson, E.R. Adlard, M. Cooke, and C.F. Poole, eds.,

Encyclopedia of Separation Science, Vol. 10, Academic Press, London,

2000, p.4636-4643.


Related Documents