PENATAAN RUANG DAN ANALISIS PERTUMBUHAN KOTA
(Studi Kasus Kali Krukut di Kelurahan Bangka dan Kelurahan Cipete Utara)
ANDI YASSER FAUZAN
(1406523673)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Jakarta merupakan ibukota negara yang memiliki
perkembangan yang sangat pesat sebagai segala pusat kegiatan.
Karena kemajuan Jakarta terutama dalam bidang ekonomi yang
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat di sekitarnya.
Akibatnya jumlah penduduk yang tinggal di Jakarta semakain
meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini berpengaruh terhadap
meningkatnya kebutuhan penduduk akan hunian,perkantoran,sarana
dan prasarana transportasi, serta fasilitas publik lainnya. Sehingga
mengakibatkan perubahan peruntukan lahan yang semakin
signifikan. Keadaan wilayah Jakarta yang sempit dengan penduduk
yang melimpah menyebabkan banyak berdiri pemukiman-
pemukiman yang terdapat di Jakarta sampai lahan yang seharusnya
menjadi lahan terbuka hijau juga dibangun untuk pemukiman. Hal ini
juga terjadi di wilayah Jakarta Selatan.
Jakarta Selatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
wilayah Jakarta yang juga menjadi Ibukota negara Indonesia dituntut
untuk terus menerus mengembangkan dirinya sesuai dengan
dinamika pembangunan yang berkembang dan semakin maju. Jakarta
Selatan juga dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi, sosial
kependudukan, dan sarana prasarana kota yang memadai. Jakarta
Selatan merupakan daerah pemukiman. Masih banyak ditemukan
perkampungan alami yang terdiri dari mayoritas komunitas budaya
asli Betawi. Dengan kondisi lingkungan yang hijau, teduh dan tenang,
menjadikan wilayah ini sebagai pilihan golongan ekonomi atas dan
warga asing untuk bermukim. Hal ini terlihat dari munculnya
pemukiman golongan ini di berbagai bagian wilayah Jakarta Selatan,
seperti Kebayoran Baru dan mampang Prapatan.2
Selain dari golongan ekonomi atas dan warga asing, terlihat juga
beberapa pemukiman yang terletak dibantaran sungai. Dimana pada
saat musim hujan di pemukiman tersebut sering terjadi banjir. Selain
itu banyak permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kawasan
lingkungan di perkotaan, seperti permasalahan sosial, ekonomi, dan
dalam pemanfaatan ruang, termasuk degradasi lahan. Permasalahan-
permasalahan yang timbul tersebut dapat mengancam pembangunan
berkelanjutan yang telah dicanangkan dalam aturan atau disebut
dengan RDTR juga berdampak pada lingkungan yang akan menjadi
sumber masalah bagi kehidupan seperti timbulnya banjir, kekeringan,
polusi air, tanah dan udara. Masalah tersebut seharusnya dapat
ditanggulangi bersama untuk mewujudkan RDTR yang telah
ditetapkan. Untuk menerapkan RDTR tersebut, baik pemerintah
maupun masyarakat seharusnya bekerjasama untuk menjalankan
program yang telah dibuat sehingga dapat terealisasi dengan baik
dan tepat guna. Oleh sebab itu, pada daerah banjir perlu adanya
pengelolaan disekitar bantaran sungai supaya banjir dapat ditangani
dan lingkungan tetap terjaga sehingga memiliki fungsi yang baik
untuk mahluk hidup disekitarnya.
1.2 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kajian terletak pada kawasan DAS Kali
Krukut di Bagian Selatan Jakarta yang meliputi daerah Kelurahan
Bangka dan Kelurahan Cipete Utara.
3
Gambar 1. Peta Kelurahan Cipete Utara dan Kelurahan Bangka
1.2 Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran pengembangan wilayah, guna mencapai tujuan
penataan ruang baik dari aspek karakteristik sistem ekonomi
dan karakteristik sistem ekologi. Karena kedua aspek tersebut
diharapkan dapat menciptakan kualitas kehidupan yang
optimal.
4
BAB II
URAIAN PERATURAN
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 1 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi menjelaskan bahwa Rencana Detail Tata Ruang adalah adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah tingkat
kecamatan yang dilengkapi dengan peraturan zonasi yang
merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah 2011 –
2030 dengan peta skala 1: 5.000.
Pengembangan kawasan DAS Kali Krukut di wilayah Kelurahan
Bangka dan Cipete Utara tidak bisa lepas dari Rencana Detail Tata
Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta tersebut. Arahan
pengembangannya secara detail dijelaskan pada Bagian Kedua Puluh
Enam Pasal 334 dalam Perda No 1 Tahun 2014. Pada pasal tersebut
dijelaskan tujuan penataan ruang Kecamatan Kebayoran Baru yaitu
untuk:
1. Terwujudnya pengembangan dan penataan kawasan strategis
kepentingan sosial budaya di Kawasan Kebayoran Baru;
2. Terwujudnya pengembangan kawasan cagar budaya melalui
upaya pelestarian kawasan permukiman pada Kawasan
Kebayoran Baru;
3. Terwujudnya pengembangan sebagai Pusat Kegiatan Sekunder
Kawasan Blok M sebagai terminal/stasiun terpadu dan titik
perpindahan beberapa moda transportasi konsep TOD;
4. Terwujudnya pengembangan sebagai Pusat Kegiatan Tersier
Kawasan Kantor Walikota Jakarta Selatan sebagai pusat
pemerintahan;
5. Terwujudnya pengembangan sebagai pusat kegiatan sekunder
Kawasan Majestik sebagai pusat perdagangan tekstil;
6. Terwujudnya pengembangan kawasan permukiman
berwawasan lingkungan melalui perbaikan dan/atau
5
pemugaran lingkungan dilengkapi prasarana yang terintegrasi
dengan angkutan umum massal; dan
7. Terwujudnya pembangunan rumah susun umum dilengkapi
prasarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal.
Berdasarkan rencana pengembangannya, DAS Kali Krukut yang
masuk di kawasan Kecamatan Kebayoran Baru diperuntukkan:
1. Rencana pengembangan dan/atau peningkatan prasarana
air minum; dan
2. Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk
mencegah banjir dan genangan air.
Namun pada perkembangannya, kawasan sempadan Kali Krukut di
daerah ini dipenuhi oleh pemukiman yang kurang tertata.
6
BAB III
GAMBARAN UMUM KAWASAN
a. Kelurahan Bangka
Luas wilayah Bangka adalah 3,30 km2 yang memiliki penduduk
sebesar 24.740 jiwa dan terbagi menjadi 7843 Keluarga (KK), 65 RT,
5 RW. Penduduk yang mendiami Kelurahan Bangka didominasi oleh
penduduk pendatang dan masih banyak juga warga asli (suku Betawi)
yang mendiami kelurahan ini. Daru segi wilayah, di kelurahan Bangka
termasuk kelurahan yang bervariasi dalam segi tingkat
kesejahteraannya. Karena di kelurahan Bangka terdapat daerah
Kemang dimana kawasan ini Di masa lalu, wilayah Kemang dikenal
sebagai Kampung Kebon, dikarenakan banyaknya pohon-pohon besar
yang tumbuh di wilayah tersebut. Sejalan dengan perkembangan
kota, Kemang kini lebih dikenal sebagai suatu kawasan elit yang
dihuni para ekspatriat. Kompleks perumahan elit yang pertama hadir
di Kemang adalah komplek Pusri, yang dikuti oleh pusat belanja Hero
dan Kemang Villas dan lain-lain. Wilayah ini semula diperuntukkan
sebagai kawasan hunian, seperti juga kawasan Menteng di Jakarta
Pusat. Namun pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, kawasan
Kemang diubah peruntukannya menjadi kawasan perumahan, bisnis
dan bisnis hiburan malam. Namun sebagian wilayah Bangka lainnya
ada yang masih tinggal di sepanjang kali Krukut dengan kondisi yang
kumuh dimana kondisi ini yang jauh berbeda dari wilayah Kemang.
Mata pencaharian penduduk di kawasan ini bervariasi karena
sebagian besar bekerja sebagai karyawan hingga buruh dan
pedagang.
Di Kelurahan Bangka, beberapa RT yang sering terkena banjir
terutama pemukiman yang letaknya juga berada di bantaran atau
sempadan sungai. Beberapa RW tersebut adalah RW 2,3, dan 4.
Banjir yang disebabkan oleh meluapnya aliran sungai krukut yaitu di 7
RW 2, sedangkan untuk RW 3 dan 4 disebabkan oleh meluapnya dua
sungai, yaitu sungai mampang dan krukut.
Bagian lain dari Kelurahan Bangka adalah daerah Kemang,
yang dikenal sebagai daerah tinggal para ekspatriat. Di masa lalu,
wilayah Kemang dikenal sebagai Kampung Kebon, dikarenakan
banyaknya pohon-pohon besar yang tumbuh di wilayah tersebut.
Sejalan dengan perkembangan kota, Kemang kini lebih dikenal
sebagai suatu kawasan elit yang dihuni para ekspatriat. Kompleks
perumahan elit yang pertama hadir di Kemang adalah komplek Pusri,
yang dikuti oleh pusat belanja Hero dan Kemang Villas dan lain-lain.
Wilayah ini semula diperuntukkan sebagai kawasan hunian, seperti
juga kawasan Menteng di Jakarta Pusat. Namun pada masa
kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, kawasan Kemang diubah
peruntukannya menjadi kawasan perumahan, bisnis dan bisnis
hiburan malam.
b. Kelurahan Cipete Utara
Luas wilayah Cipete Utara adalah 1,83 km2 dan terdiri dari
12.054 Kepala Keluarga (KK), 104 RT, 11 RW. Penduduk yang
mendiami Kelurahan Cipete Utara didominasi oleh penduduk
pendatang dan masih banyak juga warga asli (suku Betawi) yang
mendiami kelurahan ini. Penduduk yang berada di Kelurahan Cipete
Utara memiliki tempat tinggal yang bervariasi, di pinggiran jalan
pemukiman yang terlihat banyak terdapat pemukiman elit yang rata-
rata penduduknya bekerja di kantoran. Disamping itu terdapat juga
pemukiman kumuh yang letaknya lebih dalam dari komplek
pemukiman mewah. Pemukiman kumuh tersebut banyak terdapat di
bantaran sungai dengan sistem sosial yang masih sering berkumpul
karena keadaan pemukimannya yang sangat padat. Mata
pencaharian penduduk di kawasan ini rata-rata sebagai buruh.
Lingkungan tempat tinggal mereka juga beberapa ada yang diatas
8
tanah illegal, dimana tanah tersebut seharusnya milik pemerintah
sebagai sepadan sungai maupun lahan terbuka hijau tetapi tetap
didirikan bangunan sebagai tempat tinggal.
Tingkat ekonomi penduduknya beragam. Di sebelah timur
merupakan pemukiman penduduk dengan taraf ekonomi tinggi (Blok
O dan P), sementara di sebelah barat merupakan pemukiman
penduduk dengan taraf ekonomi lebih rendah (Blok A). Terdapat satu
pasar tradisional yang cukup besar di sini yaitu Pasar Blok A
Kebayoran Baru. Kantor Kepolisian Wilayah Metro Jakarta Selatan
juga terletak di kelurahan ini. Tepat di sebelah selatannya terdapat
menara air milik PT Palyja untuk memasok air minum daerah
sekitarnya. Di sebelah timur terletak komplek perkantoran "Grand
Wijaya". Gedung percetakan surat berharga dan uang (PT Peruri) juga
terletak di kelurahan ini. Di bagian utara Pasar Blok A terdapat
kompleks ruko yang khusus menjual keperluan bangunan.
Karakteristik Ekologi DAS Krukut
a. Kelurahan Bangka
9
Gambar 2. Kelas Penggunaan Lahan Kelurahan Bangka
Kelurahan Bangka diapit oleh dua buah sungai, yaitu sungai
mampang dan sungai krukut. Di sepanjang aliran sungai krukut
berdiri hunian vertical dan beberapa merupakan zona perdagangan
dan perkantoran. Berdasarkan hasil klasifikasi tak terbimbing
diketahui bahwa lebih dari 50 persen merupakan wilayah yang
bervegetasi. Vegetasi yang mendominasi wilayah ini tumbuh di
sepanjang jalan dan di sekitar pemukiman.
Tabel 6. Persentase Kelas Penggunaan Lahan di Kelurahan Bangka
Tutupan Lahan Persentase
vegetasi 53.13
lahan terbuka 14.97
pemukiman 31.90
10
Kelurahan Bangka merupakan wilayah pemukiman yang tertata
rapih dan di desian untuk warga kalangan kelas atas. Di wilayah ini
banyak ditemui perumahan-perumahan vertical dengan harga sewa
yang tinggi dan rumah-rumah dengan ukuran besar. Selain itu, pusat-
pusat hiburan dan pusat perbelanjaan banyak berdiri di wilayah ini
terutama di wilayah kemang.
Sebagian besar rumah di Kelurahan Bangka memiliki lahan
yang ditumbuhi oleh vegetasi. Ekosistem kunci kelurahan Bangka
yang sebagai daerah wisata dan pemukiman dengan PDB tinggi,
menjadi kan wilayah ini memiliki ruang terbuka hijau yang banyak.
Namun, sebagian besar ruang terbuka hijau yang ada merupakan
milik pribadi atau swasta, bukan pemerintah.
b. Kelurahan Cipete Utara
11
Gambar 3. Kelas Penggunaan Lahan di Cipete Utara
Wilayah kelurahan cipete utara didominasi oleh pemukiman
dengan 40 persen wilayah pemukiman, dan hanya 30 persen
vegetasi. Sebaran vegetasi terlihat di sepanjang jalan utama dan
beberapa pekarangan ruma serta di sepanjang aliran sungai.
Kelurahan Cipete Utara merupakan wilayah tempat
bermukimnya para pekerja yang bekerja di kawasan kemang.
Kelurahan ini dihubungkan dengan kecamatan Bangka melalui dua
jalan yaitu Jalan Kemang Raya dan Jalan Kemang Village. Kedua jalur
tersebut merupakan akses utama keluar masuk yang
menghubungkan kedua kelurahan.
Tabel 7. Persentase Kelas Penggunaan Lahan di Kelurahan Bangka
Tutupan Lahan Persentase
Vegetasi 34.88
12
lahan terbuka 22.04
Pemukiman 43.08
Sebagai zona pemukiman pekerja, wilayah kelurahan Cipete
Utara tidak tertata seperti di kelurahan Bangka. Ruang terbuka hijau
di kelurahan ini sebagian besar terdapat di sepanjang jalan utama
dan beberapa wilayah pemukiman serta sempadan sungai. Berbeda
dengan wilayah Kelurahan Bangka, di Cipete Utara ruang terbuka
hijau sebagian besar merupakan tanah wakaf dan tanah milik
pengembang. Dalam rencanan pembangunannya ruang terbuka hijau
milik pengembang, terutama yang berada di sekitar kali Krukut
dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau.
13
Saat ini sub DAS Kali Krukut yang sebagai aliran sekunder
pembawa air hujan yang berlebih semakin tidak layak dengan
keberadaan pemukiman yang menghuni sepanjang bantaran sungai.
Daerah yang idealnya diperuntukkan sebagai daerah sempadan
sungai yang idealnya 10 meter di sisi kiri dan kanan dan ironisnya hal
ini tidak dipenuhi dalam RDTR tahun 2014 untuk wilayah Kecamatan
Mampang Prapatan dan Kebayoran Baru. Kondisi ini akan melegalkan
keberadaan pemukiman yang berada disekitar bantaran kali krukut.
Hal lain yang menjadi permasalahan adalah dalam arahan
RDTR, kawasan kecamatan mampang di daerah Kemang menjadi sub
zona perdagangan dan jasa serta perkantoran yang cukup luas,
utamanya disisi utara ke dua kecamatan tersebut namun tidak di
dukung dengan jaringan jalan yang memadai sehingga terjadi
penumpukan kendaraan yang menyebabkan kemacetan, selain
jaringan jalan yang masih terbatas, system drainase dan lebar jalan
yang sangat kecil sehingga menyebabkan banjir yang mengakibatkan
kemacetan. Keterbatasan ruang parkir juga membuat lalu lintas
semakin parah. Kondisi tersebut membuat cluster perkantoran
ataupun perdagangan dan jasa menjadikan tidak mudah diakses
dalam konteks waktu.
4.2. Alternatif Pembukaan Sempadan
Observasi lapangan di sepanjang aliran Sungai Krukut yang
diapit oleh Kelurahan Bangka dan Kelurahan Cipete utara,
menunjukkan bahwa wilayah terdampak banjir sebagian besar
terdapat di Kelurahan Cipete Utara. Terdapat tiga titik banjir yang
terdapat di Kelurahan Cipete Utara, yaitu di RW 006, RT 002, 003,
004, kemudian RW 010 dan RW 009, RT 013. Ketiga wilayah tersebut
memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dan peruntukan wilayah
yang berbeda. Terdapat ketimpangan yang sangat jauh terlihat dari
14
ketiga wilayah ini dengan wilayah sebelah timur Sungai Krukut. Di
sebelah timur Sungai Krukut atau di Kelurahan Bangka, sempadan
sungai dibangun dengam menggunakan tanggul. Kunci ekosistem
penggunaan wilayah yang berada di wilayah kelurahan Bangka
merupakan zona hunian vertical dan zona perdagangan serta
perkantoran. Hal tersebut mengakibatkan seluruh wilayah terdampak
banjir di kelurahan Cipete Utara tergenang.
Gambar 4. Wilayah Terdampak Banjir Kali Krukut di Kelurahan Cipete
Utara
Wilayah pertama yang terdampak banjir di kelurahan Cipete
Utara adalah RW 006 yang meliputi RT 002, 003, dan 004. Ketiga RT
tersebut terletak di sempadan sungai dan memang bukan merupakan
wilayah untuk hunian. Terdapat sekitar 200 KK yang terdapat
diwilayah ini yang perlu direlokasi karena apabila hujan terjadi di
wilayah Bogor maka otomatis wilayah ini akan banjir. Pembukaan
sempadan di wilayah ini akan mngurangi debit aliran yang menuju ke
15
arah utara Kecamatan Kebayoran Baru, sehingga dapat membantu
mengurangi banjir di kelurahan lain.
Area ini sebagian besar dihuni oleh pendatang yang sudah
tinggal cukup lama di Jakarta. Sebagian bekerja sebagai buruh dan
pegawai kantor yang ada disekitar wilayah kemang. Biaya sewa
rumah di wilayah ini mempunyai harga yang cukup mahal jika
dibandingkan dengan wilayah lain yang terdampak banjir. Namun,
fasilitas yang disediakan cukup lengkap mulai dari listrik hingga AC,
dengan jumlah peminat yang tidak sedikit. Biaya yang harus
dikeluarkan untuk menyewa rumah dengan fasilitas lengkap adalah
sekitar satu juta rupiah per bulan.
Salah satu keunikan yang ada di pemukiman ini adalah tidak
adanya fasilitas MCK di dalam rumah. Hal tersebut dikarenakan
apabila banjir datang maka WC akan meluap dan menjadikan wabah
penyakit. Untuk saat ini warga hanya mengandalkan MCK umum
yang ada di tepi sungai. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
mewacanakan program untuk tidak membuang sampah dan BAB di
sungai. Sehingga akan disediakan septictank terpadu yang sekaligus
digunakan sebagai gas pengganti LPG. Pembuangan limbah BAB ke
dalam sungai tidak hanya terjadi di wilayah ini, tetapi juga semua
zona banjir yang ada di sepanjang kali krukut. Akibat dari kegiatan ini
dapat membuat pendangkalan di dasar sungai dan menimbulkan
bibit-bibit penyakit.
16
Gambar 5. MCK umum di RW 006, Kelurahan Cipete Utara
Selain membuang membuang kotoran di sungai, warga juga
sering membuang sampah rumah tangga ke sungai. Pembuangan
sampah dapat mengakibatkan pendangkalan sungai dan
menimbulkan polusi sungai. Banyaknya volume sampah yang
dibuang membuat sejumlah LSM mengadakan bank sampah di
wilayah ini. Dengan adanya bank sampah warga menjadi lebih peduli
dengan sampah yang mereka buang dan dapat menambah
penghasilan mereka.
17
Gambar 6. Wilayah 1 Terdampak Banjir Kali Krukut
Pada wilayah yang kedua terletak di RW 009, RT 013 kelurahan
Cipete Utara, pada wilayah ini hanya terdapat delapan kepala
keluarga yang masih tinggal dan menolak untuk direlokasi. Mereka
tinggal di tanah wakaf yang merupakan tanah kuburan, dan untuk
ruang terbuka hijau. Mereka merupakan warga Betawi asli yang
sudah turun temurun tinggal di wilayah itu. Pengelola tanah wakaf
menetapkan biaya 20 ribu rupiah sebulan untuk satu bangunan yang
berdiri di tanah wakaf tersebut. Bangunan yang dibangun merupakan
bangunan semi permanen yang terbuat dari papan dan akan mudah
hancur apabila terjadi banjir yang besar.
18
Gambar 7. Lokasi Banjir Kali Krukut di RW 009 RT 013
Kelurahan Cipete Utara
Sama seperti di wilayah sebelumnya, penduduk di wilayah ini
juga membuang sampah rumah tangga dan kotorannya ke dalam
sungai. Namun, tidak hanya mereka yang membuang sampah ke
sungai, melainkan juga gedung mewah yang ada di seberang sungai.
Mereka membuang limbah mereka langsung ke sungai dengan
menggunakan pipa-pipa yang berukuran besar yang akan beroperasi
setiap beberapa jam sekali. Lahan gedung tersebut awalnya
merupakan lahan pertanian, namun dalam perencanaan tata ruang,
wilayah tersebut kemudian dirubah fungsinya menjadi zona hunian
vertical, sehingga mengakibatkan banjir mengarah ke pemukiman
warga dan dengan volume air yang lebih besar.
19
Gambar 8. Wilayah 2 Terdampak Banjir Kali Krukut
Wilayah terakhir yang terdampak banjir dari sungai Krukut
adalah wilayah RT 001 dan RT 002, di lingkungan, RW 010, Kelurahan
Cipete Utara. Wilayah ini merupakan zona pemukiman kumuh dengan
sebagian besar warga yang tinggal di merupakan warga pendatang.
Sama dengan dua wilayah sebelumnya, sebelah timur dari wilayah ini
merupakan zona pemukiman vertkal. Bahkan sebagian besar warga
mencari nafkah sebagai asisten rumah tangga atau buruh bangunan
di apartemen tersebut. Harga sewa pemukiman di wilayah ini
bervariasi, mulai dari 200 ribu rupiah yang termurah, hingga 800 ribu
rupiah yang termahal.
20
Gambar 9. Warga Pemungut Sampah di Kali Krukut
Seperti halnya di dua wilayah yang lain, warga melakukan
aktivitas MCK di sungai. Namun, yang membedakan di wilayah ini
tidak ada warga yang membuang sampah ke sungai. Justru warga
disini mengambil sampah yang terbawa dari hulu untuk kemudian
dijual kepada para pengepul. Usaha ini dilakukan oleh beberapa ibu
rumah tangga yang tinggal disekitar sungai dengan penghasilan
sekitar 200-300 ribu rupiah setiap bulannya. Mereka menggunakan
saringan yang mempunyai tongkat panjang untuk mengail sampah
yang ada di sungai. Usaha mereka patut diapresiasi oleh pemerintah
keluarahan, dengan semakin banyak warga yang membersihkan
sungai, maka akan semakin cepat sungai menjadi bersih dan
mengurangi efek dari sampah, yaitu pendangkalan dasar sungai dan
polusi sungai.
21
Gambar 10. Wilayah 3 Terdampak Banjir Kali Krukut
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, perlu adanya
penanganan masalah banjir dengan cara melakukan perubahan-
perubahan pada zona yang berada di sepanjang sungai dengan
mengubahnya menjadi zona biru sempadan sungai. Perubahan zona
ini tentunya memerlukan relokasi atau pemindahan warga yang ada
di wilayah yang terdampak pembangunan zona tersebut.
4.3. Perubahan yang perlu Dilakukan Berdasarkan Zonasi
dan RDTR
Pada rencana detail tata ruang wilayah provinsi DKI Jakarta,
ketiga wilayah tersebut merupakan wilayah sub zona pemukiman
dengan KDB rendah dan zona hujau sempadan sungai. Untuk dapat
mewujudkan zona hijau sempadan sungai, perlu adanya relokasi dari
ketiga wilayah tersebut dengan total kurang lebih 500 KK dengan
penghasilan yang kurang dari dua juta rupiah per bulan.
22
Hunian vertical menjadi salah satu jawaban bagi pewujudan
sempadan sungai di wilayah sepanjang aliran Sungai Krukut.
Penyempitan lebar sungai karena dibangunnya tanggul di wilayah
sebelah timur sungai Krukut mengakibatkan air sungai membanjiri
wilayah sebelah barat yang merupakan pemukiman warga. Sebagian
warga sudah pindah secara mandiri dan tanahnya dijual kepada
pengembang apartemen di wilayah tersebut.
Gambar 11. Lokasi Rencana Relokasi Kelurahan Cipete Utara
Rencana perubahan zonasi dari pemukiman KDB rendah
menjadi zona biru lindung sempadan sungai akan dilakukan pada
zona pemakaman umum yang ada di sebelah zona satu wilayah
terdampak banjir. Zona tersebut dipilih karena memiliki akses yang
mudah untuk mencapai jalan utama menuju wilayah kemang, Selain
itu, berdasarkan observasi lapangan wilayah tersebut merupakan
wilayah yang memiliki ketinggian lebih tinggi dibandingkan wilayah 23
terdampak banjir. Dengan melakukan penataan terhadap
pemakaman diharapkan tercipta ruang kosong sebesar 1,1 hektar
yang akan dibuat menjadi hunian vertical yang dipadukan dengan
pemakaman umum. Dengan dibukan wilayah terdampak banjir,
diharapkan tidak hanya menjadi ruang terbuka hijau namnun juga
dapat dijadikan sebagai danau yang akan digunakan sebagai kolam
tampungan dan pengontrol air yang melalui sungai krurut, sehingga
dapat membantu wilayah lain yang ada di sebelah utara untuk
menghadapi banjir.
a. Pembangunan Rumah Susun
Dalam penelitian ini, penyajian rumah susun hanya fokus di
wilayah sepanjang aliran Sungai Krukut di Kelurahan Cipete Utara dan
Bangka. Lahan yang sering terkena banjir akibat dari aliran Sungai
Krukut di dua kelurahan tersebut memiliki jumlah kepala keluarga
sebanyak 600 jiwa. Rencana spasial dalam menyajikan rumah susuh
untuk masyarakat, dibuat berdasarkan PERMEN PU No.5/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana
Bertingkat Tinggi, dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi
para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan rusun
bertingkat tinggi.
b. Penataan Pemakaman Umum
Suatu wilayah yang tersedia Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
taman yang terintegrasi dengan pedestrian Ruang terbuka hijau
(RTH) adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan
maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang
dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu dan atau sarana
kota, dan atau pengaman jaringan prasarana dan atau budidaya
pertanian. Oleh karena keberadaan RTH dalam suatu kawasan harus
dipertahankan.
24
Dalam hal ini pemakaman merupakan salah satu bagian dari
ruang terbuka hijau. Sesuai dengan UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012
Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum. Berdasarkan lingkup wilayah kajian permasalahan
pemakaman juga menjadi masalah yang penting untuk diselesaikan.
Hal ini karena kondisi wilayah di kedua kelurahan yang relatif padat
dan kondisi medan yang sebagian terkena banjir pada saat sungai
Krukut meluap menjadi permasalahan yang semestinya terselesaikan
dengan baik.
c. Pembangunan Waduk dan Sempadan Sungai
Setelah dilakukan relokasi terhadap wilayah terdampak banjir
Kali Krukut, ketiga wilayah tersebut diubah menjadi ruang terbuka
hijau untuk sempadan sungai dan waduk kontrol untuk penampungan
air sementara dan mengatur debit air yang datang pada saat hujan,
pembangunan waduk kontrol dilakukan pada wilayah 1 dan wilayah 3
yang lokasinya berada di ujung utara dan selatan Kelurahan CIpete
Utara.
Pada wilayah 1 pembangunan waduk berdekatan dengan
rumah susun dan pemakaman, hal tersebut dilakukan guna
memberikan tempat rekreasi bagi warga yang ada di rumah susun.
Selain itu pembangunan waduk juga ditujukan sebagai cadangan air
bagi warga yang berada di rumah susun. Selain cadangan air dan
rekreasi, waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk
usaha keramba ikan. Pembanguna waduk dengan sistem polder
dilakukan di wilayah ini. Gunannya untuk mengatur keluar masuknya
air sehingga tidak terjadi banjir di wilayah hilir.
25
Gambar 14. Rencana Perubahan Zonasi di Wilayah 1 Terdampak
Banjir
Pada wilayah kedua, wilayah banjir diubah menjadi ruang
terbuka hijau, hal ini dikarenakan posisi dari wilayah kedua yang
berada di sekitar zona pemakaman dan ruang terbuka hijau.
Pengembalian fungsi ruang terbuka hijau di wilayah ini akan
memberikan dampak yang baik bagi lingkungan kelurahan Cipete
Utara.
26
Gambar 15. Rencana Perubahan Zonasi di Wilayah 2 Terdampak
Banjir
Pada wilayah yang terakhir, sebagian wilayah dijadikan pula
waduk kontrol dan pintu air. Hal tersebut dimaksudkan agara air yang
masuk ke kelurahan Cipete utara dapat diperkirakan, sehingga dapat
diketahui cadangan air yang dimiliki oleh kelurahan tersebut.
Manajemen perairan yang baik akan membawa kemaslahatan bagi
penduduk Jakarta. Banjir yang terjadi pada musim penghujan,
sebaiknya diatur sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan pada
musim kemarau.
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Kebayoran Baru Dalam Angka. Jakarta.
BPS.
Badan Pusat Statistik. 2013. Mampang Prapatan Dalam Angka.
Jakarta. BPS.
Multi, Polystar. 2012. “Pengelolaan Waserda Koperasi Berbasis TI”.
http://dekopinbdg.blogspot.com/2012/09/pengelolaan-waserda-
koperasi-berbasis.html
(diakses tanggal 14 Desember 2014)
29