YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Pengelolaan DAS Krukut

PENATAAN RUANG DAN ANALISIS PERTUMBUHAN KOTA

(Studi Kasus Kali Krukut di Kelurahan Bangka dan Kelurahan Cipete Utara)

ANDI YASSER FAUZAN

(1406523673)

Page 2: Pengelolaan DAS Krukut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Jakarta merupakan ibukota negara yang memiliki

perkembangan yang sangat pesat sebagai segala pusat kegiatan.

Karena kemajuan Jakarta terutama dalam bidang ekonomi yang

menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat di sekitarnya.

Akibatnya jumlah penduduk yang tinggal di Jakarta semakain

meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini berpengaruh terhadap

meningkatnya kebutuhan penduduk akan hunian,perkantoran,sarana

dan prasarana transportasi, serta fasilitas publik lainnya. Sehingga

mengakibatkan perubahan peruntukan lahan yang semakin

signifikan. Keadaan wilayah Jakarta yang sempit dengan penduduk

yang melimpah menyebabkan banyak berdiri pemukiman-

pemukiman yang terdapat di Jakarta sampai lahan yang seharusnya

menjadi lahan terbuka hijau juga dibangun untuk pemukiman. Hal ini

juga terjadi di wilayah Jakarta Selatan.

Jakarta Selatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

wilayah Jakarta yang juga menjadi Ibukota negara Indonesia dituntut

untuk terus menerus mengembangkan dirinya sesuai dengan

dinamika pembangunan yang berkembang dan semakin maju. Jakarta

Selatan juga dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi, sosial

kependudukan, dan sarana prasarana kota yang memadai. Jakarta

Selatan merupakan daerah pemukiman. Masih banyak ditemukan

perkampungan alami yang terdiri dari mayoritas komunitas budaya

asli Betawi. Dengan kondisi lingkungan yang hijau, teduh dan tenang,

menjadikan wilayah ini sebagai pilihan golongan ekonomi atas dan

warga asing untuk bermukim. Hal ini terlihat dari munculnya

pemukiman golongan ini di berbagai bagian wilayah Jakarta Selatan,

seperti Kebayoran Baru dan mampang Prapatan.2

Page 3: Pengelolaan DAS Krukut

Selain dari golongan ekonomi atas dan warga asing, terlihat juga

beberapa pemukiman yang terletak dibantaran sungai. Dimana pada

saat musim hujan di pemukiman tersebut sering terjadi banjir. Selain

itu banyak permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kawasan

lingkungan di perkotaan, seperti permasalahan sosial, ekonomi, dan

dalam pemanfaatan ruang, termasuk degradasi lahan. Permasalahan-

permasalahan yang timbul tersebut dapat mengancam pembangunan

berkelanjutan yang telah dicanangkan dalam aturan atau disebut

dengan RDTR juga berdampak pada lingkungan yang akan menjadi

sumber masalah bagi kehidupan seperti timbulnya banjir, kekeringan,

polusi air, tanah dan udara. Masalah tersebut seharusnya dapat

ditanggulangi bersama untuk mewujudkan RDTR yang telah

ditetapkan. Untuk menerapkan RDTR tersebut, baik pemerintah

maupun masyarakat seharusnya bekerjasama untuk menjalankan

program yang telah dibuat sehingga dapat terealisasi dengan baik

dan tepat guna. Oleh sebab itu, pada daerah banjir perlu adanya

pengelolaan disekitar bantaran sungai supaya banjir dapat ditangani

dan lingkungan tetap terjaga sehingga memiliki fungsi yang baik

untuk mahluk hidup disekitarnya.

1.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah kajian terletak pada kawasan DAS Kali

Krukut di Bagian Selatan Jakarta yang meliputi daerah Kelurahan

Bangka dan Kelurahan Cipete Utara.

3

Page 4: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 1. Peta Kelurahan Cipete Utara dan Kelurahan Bangka

1.2 Tujuan Penyusunan Makalah

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan

gambaran pengembangan wilayah, guna mencapai tujuan

penataan ruang baik dari aspek karakteristik sistem ekonomi

dan karakteristik sistem ekologi. Karena kedua aspek tersebut

diharapkan dapat menciptakan kualitas kehidupan yang

optimal.

4

Page 5: Pengelolaan DAS Krukut

BAB II

URAIAN PERATURAN

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 1 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan

Zonasi menjelaskan bahwa Rencana Detail Tata Ruang adalah adalah

rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah tingkat

kecamatan yang dilengkapi dengan peraturan zonasi yang

merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah 2011 –

2030 dengan peta skala 1: 5.000.

Pengembangan kawasan DAS Kali Krukut di wilayah Kelurahan

Bangka dan Cipete Utara tidak bisa lepas dari Rencana Detail Tata

Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta tersebut. Arahan

pengembangannya secara detail dijelaskan pada Bagian Kedua Puluh

Enam Pasal 334 dalam Perda No 1 Tahun 2014. Pada pasal tersebut

dijelaskan tujuan penataan ruang Kecamatan Kebayoran Baru yaitu

untuk:

1. Terwujudnya pengembangan dan penataan kawasan strategis

kepentingan sosial budaya di Kawasan Kebayoran Baru;

2. Terwujudnya pengembangan kawasan cagar budaya melalui

upaya pelestarian kawasan permukiman pada Kawasan

Kebayoran Baru;

3. Terwujudnya pengembangan sebagai Pusat Kegiatan Sekunder

Kawasan Blok M sebagai terminal/stasiun terpadu dan titik

perpindahan beberapa moda transportasi konsep TOD;

4. Terwujudnya pengembangan sebagai Pusat Kegiatan Tersier

Kawasan Kantor Walikota Jakarta Selatan sebagai pusat

pemerintahan;

5. Terwujudnya pengembangan sebagai pusat kegiatan sekunder

Kawasan Majestik sebagai pusat perdagangan tekstil;

6. Terwujudnya pengembangan kawasan permukiman

berwawasan lingkungan melalui perbaikan dan/atau

5

Page 6: Pengelolaan DAS Krukut

pemugaran lingkungan dilengkapi prasarana yang terintegrasi

dengan angkutan umum massal; dan

7. Terwujudnya pembangunan rumah susun umum dilengkapi

prasarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal.

Berdasarkan rencana pengembangannya, DAS Kali Krukut yang

masuk di kawasan Kecamatan Kebayoran Baru diperuntukkan:

1. Rencana pengembangan dan/atau peningkatan prasarana

air minum; dan

2. Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk

mencegah banjir dan genangan air.

Namun pada perkembangannya, kawasan sempadan Kali Krukut di

daerah ini dipenuhi oleh pemukiman yang kurang tertata.

6

Page 7: Pengelolaan DAS Krukut

BAB III

GAMBARAN UMUM KAWASAN

a. Kelurahan Bangka

Luas wilayah Bangka adalah 3,30 km2 yang memiliki penduduk

sebesar 24.740 jiwa dan terbagi menjadi 7843 Keluarga (KK), 65 RT,

5 RW. Penduduk yang mendiami Kelurahan Bangka didominasi oleh

penduduk pendatang dan masih banyak juga warga asli (suku Betawi)

yang mendiami kelurahan ini. Daru segi wilayah, di kelurahan Bangka

termasuk kelurahan yang bervariasi dalam segi tingkat

kesejahteraannya. Karena di kelurahan Bangka terdapat daerah

Kemang dimana kawasan ini Di masa lalu, wilayah Kemang dikenal

sebagai Kampung Kebon, dikarenakan banyaknya pohon-pohon besar

yang tumbuh di wilayah tersebut. Sejalan dengan perkembangan

kota, Kemang kini lebih dikenal sebagai suatu kawasan elit yang

dihuni para ekspatriat. Kompleks perumahan elit yang pertama hadir

di Kemang adalah komplek Pusri, yang dikuti oleh pusat belanja Hero

dan Kemang Villas dan lain-lain. Wilayah ini semula diperuntukkan

sebagai kawasan hunian, seperti juga kawasan Menteng di Jakarta

Pusat. Namun pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, kawasan

Kemang diubah peruntukannya menjadi kawasan perumahan, bisnis

dan bisnis hiburan malam. Namun sebagian wilayah Bangka lainnya

ada yang masih tinggal di sepanjang kali Krukut dengan kondisi yang

kumuh dimana kondisi ini yang jauh berbeda dari wilayah Kemang.

Mata pencaharian penduduk di kawasan ini bervariasi karena

sebagian besar bekerja sebagai karyawan hingga buruh dan

pedagang.

Di Kelurahan Bangka, beberapa RT yang sering terkena banjir

terutama pemukiman yang letaknya juga berada di bantaran atau

sempadan sungai. Beberapa RW tersebut adalah RW 2,3, dan 4.

Banjir yang disebabkan oleh meluapnya aliran sungai krukut yaitu di 7

Page 8: Pengelolaan DAS Krukut

RW 2, sedangkan untuk RW 3 dan 4 disebabkan oleh meluapnya dua

sungai, yaitu sungai mampang dan krukut.

Bagian lain dari Kelurahan Bangka adalah daerah Kemang,

yang dikenal sebagai daerah tinggal para ekspatriat. Di masa lalu,

wilayah Kemang dikenal sebagai Kampung Kebon, dikarenakan

banyaknya pohon-pohon besar yang tumbuh di wilayah tersebut.

Sejalan dengan perkembangan kota, Kemang kini lebih dikenal

sebagai suatu kawasan elit yang dihuni para ekspatriat. Kompleks

perumahan elit yang pertama hadir di Kemang adalah komplek Pusri,

yang dikuti oleh pusat belanja Hero dan Kemang Villas dan lain-lain.

Wilayah ini semula diperuntukkan sebagai kawasan hunian, seperti

juga kawasan Menteng di Jakarta Pusat. Namun pada masa

kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, kawasan Kemang diubah

peruntukannya menjadi kawasan perumahan, bisnis dan bisnis

hiburan malam.

b. Kelurahan Cipete Utara

Luas wilayah Cipete Utara adalah 1,83 km2 dan terdiri dari

12.054 Kepala Keluarga (KK), 104 RT, 11 RW. Penduduk yang

mendiami Kelurahan Cipete Utara didominasi oleh penduduk

pendatang dan masih banyak juga warga asli (suku Betawi) yang

mendiami kelurahan ini. Penduduk yang berada di Kelurahan Cipete

Utara memiliki tempat tinggal yang bervariasi, di pinggiran jalan

pemukiman yang terlihat banyak terdapat pemukiman elit yang rata-

rata penduduknya bekerja di kantoran. Disamping itu terdapat juga

pemukiman kumuh yang letaknya lebih dalam dari komplek

pemukiman mewah. Pemukiman kumuh tersebut banyak terdapat di

bantaran sungai dengan sistem sosial yang masih sering berkumpul

karena keadaan pemukimannya yang sangat padat. Mata

pencaharian penduduk di kawasan ini rata-rata sebagai buruh.

Lingkungan tempat tinggal mereka juga beberapa ada yang diatas

8

Page 9: Pengelolaan DAS Krukut

tanah illegal, dimana tanah tersebut seharusnya milik pemerintah

sebagai sepadan sungai maupun lahan terbuka hijau tetapi tetap

didirikan bangunan sebagai tempat tinggal.

Tingkat ekonomi penduduknya beragam. Di sebelah timur

merupakan pemukiman penduduk dengan taraf ekonomi tinggi (Blok

O dan P), sementara di sebelah barat merupakan pemukiman

penduduk dengan taraf ekonomi lebih rendah (Blok A). Terdapat satu

pasar tradisional yang cukup besar di sini yaitu Pasar Blok A

Kebayoran Baru. Kantor Kepolisian Wilayah Metro Jakarta Selatan

juga terletak di kelurahan ini. Tepat di sebelah selatannya terdapat

menara air milik PT Palyja untuk memasok air minum daerah

sekitarnya. Di sebelah timur terletak komplek perkantoran "Grand

Wijaya". Gedung percetakan surat berharga dan uang (PT Peruri) juga

terletak di kelurahan ini. Di bagian utara Pasar Blok A terdapat

kompleks ruko yang khusus menjual keperluan bangunan.

Karakteristik Ekologi DAS Krukut

a. Kelurahan Bangka

9

Page 10: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 2. Kelas Penggunaan Lahan Kelurahan Bangka

Kelurahan Bangka diapit oleh dua buah sungai, yaitu sungai

mampang dan sungai krukut. Di sepanjang aliran sungai krukut

berdiri hunian vertical dan beberapa merupakan zona perdagangan

dan perkantoran. Berdasarkan hasil klasifikasi tak terbimbing

diketahui bahwa lebih dari 50 persen merupakan wilayah yang

bervegetasi. Vegetasi yang mendominasi wilayah ini tumbuh di

sepanjang jalan dan di sekitar pemukiman.

Tabel 6. Persentase Kelas Penggunaan Lahan di Kelurahan Bangka

Tutupan Lahan Persentase

vegetasi 53.13

lahan terbuka 14.97

pemukiman 31.90

10

Page 11: Pengelolaan DAS Krukut

Kelurahan Bangka merupakan wilayah pemukiman yang tertata

rapih dan di desian untuk warga kalangan kelas atas. Di wilayah ini

banyak ditemui perumahan-perumahan vertical dengan harga sewa

yang tinggi dan rumah-rumah dengan ukuran besar. Selain itu, pusat-

pusat hiburan dan pusat perbelanjaan banyak berdiri di wilayah ini

terutama di wilayah kemang.

Sebagian besar rumah di Kelurahan Bangka memiliki lahan

yang ditumbuhi oleh vegetasi. Ekosistem kunci kelurahan Bangka

yang sebagai daerah wisata dan pemukiman dengan PDB tinggi,

menjadi kan wilayah ini memiliki ruang terbuka hijau yang banyak.

Namun, sebagian besar ruang terbuka hijau yang ada merupakan

milik pribadi atau swasta, bukan pemerintah.

b. Kelurahan Cipete Utara

11

Page 12: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 3. Kelas Penggunaan Lahan di Cipete Utara

Wilayah kelurahan cipete utara didominasi oleh pemukiman

dengan 40 persen wilayah pemukiman, dan hanya 30 persen

vegetasi. Sebaran vegetasi terlihat di sepanjang jalan utama dan

beberapa pekarangan ruma serta di sepanjang aliran sungai.

Kelurahan Cipete Utara merupakan wilayah tempat

bermukimnya para pekerja yang bekerja di kawasan kemang.

Kelurahan ini dihubungkan dengan kecamatan Bangka melalui dua

jalan yaitu Jalan Kemang Raya dan Jalan Kemang Village. Kedua jalur

tersebut merupakan akses utama keluar masuk yang

menghubungkan kedua kelurahan.

Tabel 7. Persentase Kelas Penggunaan Lahan di Kelurahan Bangka

Tutupan Lahan Persentase

Vegetasi 34.88

12

Page 13: Pengelolaan DAS Krukut

lahan terbuka 22.04

Pemukiman 43.08

Sebagai zona pemukiman pekerja, wilayah kelurahan Cipete

Utara tidak tertata seperti di kelurahan Bangka. Ruang terbuka hijau

di kelurahan ini sebagian besar terdapat di sepanjang jalan utama

dan beberapa wilayah pemukiman serta sempadan sungai. Berbeda

dengan wilayah Kelurahan Bangka, di Cipete Utara ruang terbuka

hijau sebagian besar merupakan tanah wakaf dan tanah milik

pengembang. Dalam rencanan pembangunannya ruang terbuka hijau

milik pengembang, terutama yang berada di sekitar kali Krukut

dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau.

13

Page 14: Pengelolaan DAS Krukut

Saat ini sub DAS Kali Krukut yang sebagai aliran sekunder

pembawa air hujan yang berlebih semakin tidak layak dengan

keberadaan pemukiman yang menghuni sepanjang bantaran sungai.

Daerah yang idealnya diperuntukkan sebagai daerah sempadan

sungai yang idealnya 10 meter di sisi kiri dan kanan dan ironisnya hal

ini tidak dipenuhi dalam RDTR tahun 2014 untuk wilayah Kecamatan

Mampang Prapatan dan Kebayoran Baru. Kondisi ini akan melegalkan

keberadaan pemukiman yang berada disekitar bantaran kali krukut.

Hal lain yang menjadi permasalahan adalah dalam arahan

RDTR, kawasan kecamatan mampang di daerah Kemang menjadi sub

zona perdagangan dan jasa serta perkantoran yang cukup luas,

utamanya disisi utara ke dua kecamatan tersebut namun tidak di

dukung dengan jaringan jalan yang memadai sehingga terjadi

penumpukan kendaraan yang menyebabkan kemacetan, selain

jaringan jalan yang masih terbatas, system drainase dan lebar jalan

yang sangat kecil sehingga menyebabkan banjir yang mengakibatkan

kemacetan. Keterbatasan ruang parkir juga membuat lalu lintas

semakin parah. Kondisi tersebut membuat cluster perkantoran

ataupun perdagangan dan jasa menjadikan tidak mudah diakses

dalam konteks waktu.

4.2. Alternatif Pembukaan Sempadan

Observasi lapangan di sepanjang aliran Sungai Krukut yang

diapit oleh Kelurahan Bangka dan Kelurahan Cipete utara,

menunjukkan bahwa wilayah terdampak banjir sebagian besar

terdapat di Kelurahan Cipete Utara. Terdapat tiga titik banjir yang

terdapat di Kelurahan Cipete Utara, yaitu di RW 006, RT 002, 003,

004, kemudian RW 010 dan RW 009, RT 013. Ketiga wilayah tersebut

memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dan peruntukan wilayah

yang berbeda. Terdapat ketimpangan yang sangat jauh terlihat dari

14

Page 15: Pengelolaan DAS Krukut

ketiga wilayah ini dengan wilayah sebelah timur Sungai Krukut. Di

sebelah timur Sungai Krukut atau di Kelurahan Bangka, sempadan

sungai dibangun dengam menggunakan tanggul. Kunci ekosistem

penggunaan wilayah yang berada di wilayah kelurahan Bangka

merupakan zona hunian vertical dan zona perdagangan serta

perkantoran. Hal tersebut mengakibatkan seluruh wilayah terdampak

banjir di kelurahan Cipete Utara tergenang.

Gambar 4. Wilayah Terdampak Banjir Kali Krukut di Kelurahan Cipete

Utara

Wilayah pertama yang terdampak banjir di kelurahan Cipete

Utara adalah RW 006 yang meliputi RT 002, 003, dan 004. Ketiga RT

tersebut terletak di sempadan sungai dan memang bukan merupakan

wilayah untuk hunian. Terdapat sekitar 200 KK yang terdapat

diwilayah ini yang perlu direlokasi karena apabila hujan terjadi di

wilayah Bogor maka otomatis wilayah ini akan banjir. Pembukaan

sempadan di wilayah ini akan mngurangi debit aliran yang menuju ke

15

Page 16: Pengelolaan DAS Krukut

arah utara Kecamatan Kebayoran Baru, sehingga dapat membantu

mengurangi banjir di kelurahan lain.

Area ini sebagian besar dihuni oleh pendatang yang sudah

tinggal cukup lama di Jakarta. Sebagian bekerja sebagai buruh dan

pegawai kantor yang ada disekitar wilayah kemang. Biaya sewa

rumah di wilayah ini mempunyai harga yang cukup mahal jika

dibandingkan dengan wilayah lain yang terdampak banjir. Namun,

fasilitas yang disediakan cukup lengkap mulai dari listrik hingga AC,

dengan jumlah peminat yang tidak sedikit. Biaya yang harus

dikeluarkan untuk menyewa rumah dengan fasilitas lengkap adalah

sekitar satu juta rupiah per bulan.

Salah satu keunikan yang ada di pemukiman ini adalah tidak

adanya fasilitas MCK di dalam rumah. Hal tersebut dikarenakan

apabila banjir datang maka WC akan meluap dan menjadikan wabah

penyakit. Untuk saat ini warga hanya mengandalkan MCK umum

yang ada di tepi sungai. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

mewacanakan program untuk tidak membuang sampah dan BAB di

sungai. Sehingga akan disediakan septictank terpadu yang sekaligus

digunakan sebagai gas pengganti LPG. Pembuangan limbah BAB ke

dalam sungai tidak hanya terjadi di wilayah ini, tetapi juga semua

zona banjir yang ada di sepanjang kali krukut. Akibat dari kegiatan ini

dapat membuat pendangkalan di dasar sungai dan menimbulkan

bibit-bibit penyakit.

16

Page 17: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 5. MCK umum di RW 006, Kelurahan Cipete Utara

Selain membuang membuang kotoran di sungai, warga juga

sering membuang sampah rumah tangga ke sungai. Pembuangan

sampah dapat mengakibatkan pendangkalan sungai dan

menimbulkan polusi sungai. Banyaknya volume sampah yang

dibuang membuat sejumlah LSM mengadakan bank sampah di

wilayah ini. Dengan adanya bank sampah warga menjadi lebih peduli

dengan sampah yang mereka buang dan dapat menambah

penghasilan mereka.

17

Page 18: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 6. Wilayah 1 Terdampak Banjir Kali Krukut

Pada wilayah yang kedua terletak di RW 009, RT 013 kelurahan

Cipete Utara, pada wilayah ini hanya terdapat delapan kepala

keluarga yang masih tinggal dan menolak untuk direlokasi. Mereka

tinggal di tanah wakaf yang merupakan tanah kuburan, dan untuk

ruang terbuka hijau. Mereka merupakan warga Betawi asli yang

sudah turun temurun tinggal di wilayah itu. Pengelola tanah wakaf

menetapkan biaya 20 ribu rupiah sebulan untuk satu bangunan yang

berdiri di tanah wakaf tersebut. Bangunan yang dibangun merupakan

bangunan semi permanen yang terbuat dari papan dan akan mudah

hancur apabila terjadi banjir yang besar.

18

Page 19: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 7. Lokasi Banjir Kali Krukut di RW 009 RT 013

Kelurahan Cipete Utara

Sama seperti di wilayah sebelumnya, penduduk di wilayah ini

juga membuang sampah rumah tangga dan kotorannya ke dalam

sungai. Namun, tidak hanya mereka yang membuang sampah ke

sungai, melainkan juga gedung mewah yang ada di seberang sungai.

Mereka membuang limbah mereka langsung ke sungai dengan

menggunakan pipa-pipa yang berukuran besar yang akan beroperasi

setiap beberapa jam sekali. Lahan gedung tersebut awalnya

merupakan lahan pertanian, namun dalam perencanaan tata ruang,

wilayah tersebut kemudian dirubah fungsinya menjadi zona hunian

vertical, sehingga mengakibatkan banjir mengarah ke pemukiman

warga dan dengan volume air yang lebih besar.

19

Page 20: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 8. Wilayah 2 Terdampak Banjir Kali Krukut

Wilayah terakhir yang terdampak banjir dari sungai Krukut

adalah wilayah RT 001 dan RT 002, di lingkungan, RW 010, Kelurahan

Cipete Utara. Wilayah ini merupakan zona pemukiman kumuh dengan

sebagian besar warga yang tinggal di merupakan warga pendatang.

Sama dengan dua wilayah sebelumnya, sebelah timur dari wilayah ini

merupakan zona pemukiman vertkal. Bahkan sebagian besar warga

mencari nafkah sebagai asisten rumah tangga atau buruh bangunan

di apartemen tersebut. Harga sewa pemukiman di wilayah ini

bervariasi, mulai dari 200 ribu rupiah yang termurah, hingga 800 ribu

rupiah yang termahal.

20

Page 21: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 9. Warga Pemungut Sampah di Kali Krukut

Seperti halnya di dua wilayah yang lain, warga melakukan

aktivitas MCK di sungai. Namun, yang membedakan di wilayah ini

tidak ada warga yang membuang sampah ke sungai. Justru warga

disini mengambil sampah yang terbawa dari hulu untuk kemudian

dijual kepada para pengepul. Usaha ini dilakukan oleh beberapa ibu

rumah tangga yang tinggal disekitar sungai dengan penghasilan

sekitar 200-300 ribu rupiah setiap bulannya. Mereka menggunakan

saringan yang mempunyai tongkat panjang untuk mengail sampah

yang ada di sungai. Usaha mereka patut diapresiasi oleh pemerintah

keluarahan, dengan semakin banyak warga yang membersihkan

sungai, maka akan semakin cepat sungai menjadi bersih dan

mengurangi efek dari sampah, yaitu pendangkalan dasar sungai dan

polusi sungai.

21

Page 22: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 10. Wilayah 3 Terdampak Banjir Kali Krukut

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, perlu adanya

penanganan masalah banjir dengan cara melakukan perubahan-

perubahan pada zona yang berada di sepanjang sungai dengan

mengubahnya menjadi zona biru sempadan sungai. Perubahan zona

ini tentunya memerlukan relokasi atau pemindahan warga yang ada

di wilayah yang terdampak pembangunan zona tersebut.

4.3. Perubahan yang perlu Dilakukan Berdasarkan Zonasi

dan RDTR

Pada rencana detail tata ruang wilayah provinsi DKI Jakarta,

ketiga wilayah tersebut merupakan wilayah sub zona pemukiman

dengan KDB rendah dan zona hujau sempadan sungai. Untuk dapat

mewujudkan zona hijau sempadan sungai, perlu adanya relokasi dari

ketiga wilayah tersebut dengan total kurang lebih 500 KK dengan

penghasilan yang kurang dari dua juta rupiah per bulan.

22

Page 23: Pengelolaan DAS Krukut

Hunian vertical menjadi salah satu jawaban bagi pewujudan

sempadan sungai di wilayah sepanjang aliran Sungai Krukut.

Penyempitan lebar sungai karena dibangunnya tanggul di wilayah

sebelah timur sungai Krukut mengakibatkan air sungai membanjiri

wilayah sebelah barat yang merupakan pemukiman warga. Sebagian

warga sudah pindah secara mandiri dan tanahnya dijual kepada

pengembang apartemen di wilayah tersebut.

Gambar 11. Lokasi Rencana Relokasi Kelurahan Cipete Utara

Rencana perubahan zonasi dari pemukiman KDB rendah

menjadi zona biru lindung sempadan sungai akan dilakukan pada

zona pemakaman umum yang ada di sebelah zona satu wilayah

terdampak banjir. Zona tersebut dipilih karena memiliki akses yang

mudah untuk mencapai jalan utama menuju wilayah kemang, Selain

itu, berdasarkan observasi lapangan wilayah tersebut merupakan

wilayah yang memiliki ketinggian lebih tinggi dibandingkan wilayah 23

Page 24: Pengelolaan DAS Krukut

terdampak banjir. Dengan melakukan penataan terhadap

pemakaman diharapkan tercipta ruang kosong sebesar 1,1 hektar

yang akan dibuat menjadi hunian vertical yang dipadukan dengan

pemakaman umum. Dengan dibukan wilayah terdampak banjir,

diharapkan tidak hanya menjadi ruang terbuka hijau namnun juga

dapat dijadikan sebagai danau yang akan digunakan sebagai kolam

tampungan dan pengontrol air yang melalui sungai krurut, sehingga

dapat membantu wilayah lain yang ada di sebelah utara untuk

menghadapi banjir.

a. Pembangunan Rumah Susun

Dalam penelitian ini, penyajian rumah susun hanya fokus di

wilayah sepanjang aliran Sungai Krukut di Kelurahan Cipete Utara dan

Bangka. Lahan yang sering terkena banjir akibat dari aliran Sungai

Krukut di dua kelurahan tersebut memiliki jumlah kepala keluarga

sebanyak 600 jiwa. Rencana spasial dalam menyajikan rumah susuh

untuk masyarakat, dibuat berdasarkan PERMEN PU No.5/2007

tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana

Bertingkat Tinggi, dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi

para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan rusun

bertingkat tinggi.

b. Penataan Pemakaman Umum

Suatu wilayah yang tersedia Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan

taman yang terintegrasi dengan pedestrian Ruang terbuka hijau

(RTH) adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan

maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang

dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu dan atau sarana

kota, dan atau pengaman jaringan prasarana dan atau budidaya

pertanian. Oleh karena keberadaan RTH dalam suatu kawasan harus

dipertahankan.

24

Page 25: Pengelolaan DAS Krukut

Dalam hal ini pemakaman merupakan salah satu bagian dari

ruang terbuka hijau. Sesuai dengan UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012

Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum. Berdasarkan lingkup wilayah kajian permasalahan

pemakaman juga menjadi masalah yang penting untuk diselesaikan.

Hal ini karena kondisi wilayah di kedua kelurahan yang relatif padat

dan kondisi medan yang sebagian terkena banjir pada saat sungai

Krukut meluap menjadi permasalahan yang semestinya terselesaikan

dengan baik.

c. Pembangunan Waduk dan Sempadan Sungai

Setelah dilakukan relokasi terhadap wilayah terdampak banjir

Kali Krukut, ketiga wilayah tersebut diubah menjadi ruang terbuka

hijau untuk sempadan sungai dan waduk kontrol untuk penampungan

air sementara dan mengatur debit air yang datang pada saat hujan,

pembangunan waduk kontrol dilakukan pada wilayah 1 dan wilayah 3

yang lokasinya berada di ujung utara dan selatan Kelurahan CIpete

Utara.

Pada wilayah 1 pembangunan waduk berdekatan dengan

rumah susun dan pemakaman, hal tersebut dilakukan guna

memberikan tempat rekreasi bagi warga yang ada di rumah susun.

Selain itu pembangunan waduk juga ditujukan sebagai cadangan air

bagi warga yang berada di rumah susun. Selain cadangan air dan

rekreasi, waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk

usaha keramba ikan. Pembanguna waduk dengan sistem polder

dilakukan di wilayah ini. Gunannya untuk mengatur keluar masuknya

air sehingga tidak terjadi banjir di wilayah hilir.

25

Page 26: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 14. Rencana Perubahan Zonasi di Wilayah 1 Terdampak

Banjir

Pada wilayah kedua, wilayah banjir diubah menjadi ruang

terbuka hijau, hal ini dikarenakan posisi dari wilayah kedua yang

berada di sekitar zona pemakaman dan ruang terbuka hijau.

Pengembalian fungsi ruang terbuka hijau di wilayah ini akan

memberikan dampak yang baik bagi lingkungan kelurahan Cipete

Utara.

26

Page 27: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 15. Rencana Perubahan Zonasi di Wilayah 2 Terdampak

Banjir

Pada wilayah yang terakhir, sebagian wilayah dijadikan pula

waduk kontrol dan pintu air. Hal tersebut dimaksudkan agara air yang

masuk ke kelurahan Cipete utara dapat diperkirakan, sehingga dapat

diketahui cadangan air yang dimiliki oleh kelurahan tersebut.

Manajemen perairan yang baik akan membawa kemaslahatan bagi

penduduk Jakarta. Banjir yang terjadi pada musim penghujan,

sebaiknya diatur sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan pada

musim kemarau.

27

Page 28: Pengelolaan DAS Krukut

Gambar 16. Rencana Perubahan Zonasi di Wilayah 3 Terdampak

Banjir

28

Page 29: Pengelolaan DAS Krukut

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Kebayoran Baru Dalam Angka. Jakarta.

BPS.

Badan Pusat Statistik. 2013. Mampang Prapatan Dalam Angka.

Jakarta. BPS.

Multi, Polystar. 2012. “Pengelolaan Waserda Koperasi Berbasis TI”.

http://dekopinbdg.blogspot.com/2012/09/pengelolaan-waserda-

koperasi-berbasis.html

(diakses tanggal 14 Desember 2014)

29

Page 30: Pengelolaan DAS Krukut

LAMPIRAN

30

Kondisi Kali Krukut saat ini

Kunjungan kami ke Kelurahan Bangka dan Cipete Utara dengan menemui langsung perugas kelurahan setempat dan juga warga sekitar.


Related Documents