PENGARUH DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT
DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN DIMODERASI OLEH CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2016-2019)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh:
ANDRIAN
11140820000010
NIM:11508200000
53
i
PENGARUH DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT
DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN DIMODERASI OLEH CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
Oleh:
Andrian
11140820000010
Di Bawah Bimbingan
Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.
NIP. 198004162009012006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 9 September 2020 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiwa:
Nama : Andrian
NIM : 11140820000010
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi :Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan
dengan dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 September 2020
1. Dr. Khayatun Nufus, M.Si
NIDN. 0320046901
(………………..)
Penguji I
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak
NIP. 19720516 2009011006
(………………...)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini rabu, 30 juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Andrian
2. NIM : 11140820000010
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juni 2021
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak ( )
NIP. 19800416 200901 2 006 Pembimbing I
3. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak, ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI:
Nama : Andrian
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 8 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. KH. Maulana Hasanudin RT 003/ RW
003 Kel.Poris Jaya Kec.BatuCeper Kota
Tangerang Banten.
No.telepon : 0815 – 1333 – 7431
PENDIDIKAN
1. SDN Poris Gaga 2 : 2002 – 2008
2. SMP Muhammadiyah 04 : 2008 – 2011
3. MAN 2 Cipondoh : 2011 – 2014
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014 – 2021
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Departemen Olahraga HMJ Akuntansi
Anggota Departemen Olahraga DEMA Fakultas Ekonomi & Bisnis
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Sadunih
Ibu : Susiana
Anak : 3 dari 3 saudara
vi
THE EFFECT OF INDEPENDENT BOARD OF COMMISSIONERS, AUDIT
COMMITTEE AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON FIRM VALUE
WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MODERATION.
ABSTRACT
This study aimed to get empirical evidence corporate social responbility
as the moderating influence of independent board of commissioners, audit
committee and institutional ownership on firm value. This research was
conducted on manufacturing company in the consumer goods sub sector listed in
Indonesia Stock Exchange 2016-2019. The sampling method using purposive
sampling. The number samples of this research were 44 samples. Data analysis
technique used is the moderate regression analysis.
The results showed that independent board of commissioners affect the
firm value, audit committee affect the firm value, institutional ownership does not
affect firm value, corporate social responbility able to strengthens the effect of
independent board of commissioners on firm value, corporate social responbility
was able to weaknes the effect of audit committe on firm value, and corporate
social responbility was able to strengthnes the effect of institutional ownerhip on
firm value
Keywords: Independent Board of Commissioners, Audit Committee, Institutional
Ownership, Firm Value, Corporate Social Responsibility.
vii
PENGARUH DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT
DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN DIMODERASI OLEH CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tanggungjawab
sosial perusahaan sebagai moderasi pengaruh dewan komisaris independen,
komite audit dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Penelitian
ini dilakukan pada perusahaan manufaktur pada sub sektor barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019. Metode pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 44
sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderat.
Hasil penelitian menunjukkan dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tanggung
jawab sosial perusahaan mampu memperkuat hubungan antara dewan komisaris
independen terhadap nilai perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan mampu
memperkuat hubungan antara dewan komisaris independen terhadap nilai
perusahaan. untuk memperlemah hubungan antara komite audit terhadap nilai
perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan mampu memperkuat hubungan
antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Nilai Perusahaan, Corporate Social Responsibility.
viii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT. atas semua rahmat serta
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada hamba dan seluruh umat
manusia di dunia. Sungguh hamba hanyalah manusia yang tiada berdaya
selain dengan pertolongan-Mu ya Rabb, atas ijin dan keridhaanMu maka
hamba dapat menyelesaikan proposal skripisi ini. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Rasullah SAW yang memberikan cahaya
terang bagi perkembangan Islam didunia.Terimakasihyang tiada terhingga
untuk kedua orangtua hamba yang tersayang yang tiada pernah lelah berdo’a
untuk keberhasilan hamba dengan lautan kasih yang takkan pernah surut
walaupun kemarau panjang tiba menghadang.
Tiada hari tanpa hamba mengucap syukur kepada-Mu ya Allah, Tuhan
yang menggenggam langit dan bumi yang menguasai hari pembalasan.Tidak
ada satu kejadianpun tanpa seijin Mu, terima kasih telah mengijinkan hari ini
terjadi dalam hidup hamba. Amin ya rabbalalamin…
Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-sebesarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya yang telah mendukung secara material dan batiniah
dikala gundah dan menyerah yang menyerang.
2. Untuk semua dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajari
saya dengan sabar dan mendukung secara moral.
3. Untuk pembimbing skripsi saya yaitu Zuwesty Eka Putri, M.Ak. yang telah
sabar membantu saya dalam membuat skripsi.
4. Untuk semua staff di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu
saya dalam hal kegiatan perkulihan.
5. Untuk semua sahabat-sahabat dari semua jurusan ekonomi, yang selalu
membangkitkan motivasi saya.
6. Untuk teman saya Abi Jaelani yang sering membantu saya dalam
menyeleksaikan skripsi ini.
7. Untuk Sherfina Hendriyani yang telah memberikan saya semangat untuk
ix
mengerjakan skripsi ini.
8. Untuk teman-teman angkatan akuntansi 2014, khususnya Indra, Ryan,
Handiko, Vino, Ridion, Febri, Abdul dan Atinio yang sering memberi
semangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk teman-teman di grup kontrakan burung yang selalu menghibur saya.
Peneliti sangat menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga saran serta kritiknya demi kesempurnaan skripsi yang nantinya akan
saya jalani. Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.
Tangerang, 25 Juni 2021
Andrian
v
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Indetifikasi Masalah ............................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 12
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 13
E. Tujuan dan Kontribusi Penelitian .......................................................... 14
BAB II TINJAUAN LITERATUR ................................................................................... 16
A. Tinjauan Literatur Dan Teori ................................................................. 16
B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 69
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 70
D. Hipotesis ................................................................................................ 70
BAB III METOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 81
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 81
B. Desain Penelitian ................................................................................... 81
C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel .................................................. 82
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 87
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 88
F. Metode Analisis ..................................................................................... 88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 100
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 100
B. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 102
C. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 105
vi
D. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 109
E. Pembahasan .......................................................................................... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 124
A. Kesimpulan .......................................................................................... 124
B. Saran .................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 127
LAMPIRAN .................................................................................................................. 127
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Perusahaan Menurut Implementasi CSR .......................................... 38
Tabel 2.2 Indikator Pengungkapan CSR menurut GRI-G4 ............................................. 46
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 54
Tabel 3.1 Indikator Indeks GRI G4 ................................................................................. 85
Tabel 3.2 Operasional Variabel ........................................................................................ 86
Tabel 3.3 Kriteria Autokorelasi Durbin – Watson ........................................................... 94
Tabel 4.1 Tabel Seleksi Sampel dengan Kriteria ........................................................... 100
Tabel 4.2 Sampel Penelitian .......................................................................................... 101
Tabel 4.3 Statistik Deksriptif ........................................ Error! Bookmark not defined.02
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ..................................... Error! Bookmark not defined.05
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ........................... Error! Bookmark not defined.06
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas.......................... Error! Bookmark not defined.07
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi ............................................ Error! Bookmark not defined.09
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted- R Square) .. Error! Bookmark not
defined.10
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F ...................................... Error! Bookmark not defined.11
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji t) ......... Error! Bookmark not
defined.12
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................................ 114
Tabel 4.12 Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ....................................... 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai perusahaan sangat penting namun tidak mudah dalam
menjalankan dan menanamkan nilai perusahaan tersebut. Sebuah nilai
harus menjadi kebiasaan, prilaku dan budaya sebuah perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Nilai perusahaan adalah persepsi investor
terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan
harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga
tinggi dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting karena dengan
memaksimalkan nilai perusahaan maka perusahaan telah memaksimalkan
tujuan perusahaan (Riadi, 2017).
Perusahaan yang menjanjikan bagi investor untuk
menginvestasikan dananya adalah perusahaan yang sustainable yaitu
perusahaan yang dapat berjalan secara kontiyu dengan proses operasional
yang memenuhi kebutuhan manusia secara masal, yang tak lain adalah
perusahaan manufaktur. Kementerian Perindustrian meyakini kinerja
industri manufaktur masih tumbuh positif pada tahun 2020. Sektor industri
diproyeksikan bisa tumbuh 4,80 – 5,30 persen pada tahun 2020. Target itu
2
lebih tinggi dari perkiraan realisasi pada tahun 2019 yang hanya 4,48 –
4,60 persen. Padahal banyak analis memprediksi kondisi ekonomi global
akan menurun karena perang dagang dan ketegangan lainnya. Namun
menurut menteri perindustrian target tersebut bisa tercapai dengan
melonjaknya produktivitas sejumlah sektor industri melalui penambahan
investasi serta kontribusi PDB industri pengolahan nonmigas. Terhadap
total PDB pada tahun 2019 diperkirakan 17,58 – 17,70 persen. Pada tahun
2020, kontribusi tersebut diyakini akan menjadi 17,80 – 17,95 persen
seiring dengan pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas yang
semakin membaik (Mahardhika, 2020)
Pada periode Januari – September 2019, nilai investor sektor
industri menembus Rp 147,3 triliun, dengan nilai kumulatif sejak tahun
2015 sebesar Rp 1.216,2 triliun. Pemerintah memproyeksikan nilai
investasi di akhir 2019 tercatat sebesar Rp 188,8 – 204,6 triliun.
Sedangkan pada tahun 2020, investasi sektor industri ditargetkan
menyentuh Rp 307 – 351 triliun (Mahardhika, 2020). Oleh karena itu,
pemerintah gencar menarik investasi, khususnya bagi sektor industri yang
berorientasi ekspor, menghasilkan produk subsitusi impor, berbasi
teknologi tinggi, dan sektor padat karya. Namun, pada kenyataannya
belakang ini perusahaan manufaktur adalah industri yang flukuatif yang
naik turun harga sahamnya melebihi Indeks Harga Saham Gabungan.
maka dari itu, perusahaan manufaktur dapat dibilang menjanjikan dengan
3
sustainability-nya. Akan tetapi, tetap perlu tingginya kewaspadaan
terhadap flukuatif nilai sahamnya bagi para pemangku jabatan akan saham
menginvestasikan pada perusahaan industri manufaktur.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik, Komisaris Independen adalah anggota Dewan
Komisaris yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan
memenuhi persyaratan sebagai Komisaris Independen. Dalam Pedoman
Good Corporate Governance tahun 2006, tugas Komisaris Independen
adalah memastikan prinsip-prinsip dan praktik Good Corporate
Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik, antara lain menjamin
transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan, kepatuhan
perusahaan pada perundang-udangan dan peraturan yang berlaku, serta
menjamin akuntanbilitas perseroan.
Menurut Wulansari dan Sapari (2017) Komisaris Independen
adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang
saham mayoriyas, pejabat atau dengan cara lain berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu
perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
4
Komite Audit, pasal 1 ayat 1, Komite Audit adalah komite yang dibentuk
oleh dan bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris termasuk pemeriksaan
dan pengawasan tentang proses pelaporan keuangan dan kontrol internal.
Dalam pasal 4, Komite Audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan pihak dari luar
emiten atau perusahaan publik. Menurut Marius dan Masri (2017) Komite
Audit juga mempunyai peran penting dalam penerapan Good Corporate
Governance dimana tanggungjawab komite audit yaitu memberikan
kepastian bahwa perusahaan telah tunduk terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku juga melakukan kontrol yang efektif terhadap
konflik kepentingan yang akan merugikan perusahaan dan menurunkan
nilai perusahaan.
Kepemilikan Institusional adalah besarnya jumlah saham yang
dimiliki institusi dari total saham berdar. Adanya kepemilikan institusional
dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga
tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada
akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Pemegang saham
institusional diantaranya mencakup perusahaan asuransi, dana pensiun dan
reksadana. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aset perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai
pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Menurut
5
Marius dan Masri (2017) Kepemilikan Institusional dapat menyebabkan
penurunan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena kepemilikan
institusional yang ada adalah pemilik sementara (transfer owner) yang
hanya berfokus pada laba sekarang, jika perusahaan dirasakan tidak
menguntungkan, maka investor akan menarik sahamnya secara besar-
besaran.
Begitu pentingnya nilai perusahaan maka penelitian ini ingin
mengkaji fenomena yang menjadi faktor mempengaruhi nilai perusahaan.
Menurut (Riyanto, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan adalah tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Fenomena
pengungkapan CSR sedang trend dibanyak perusahaan terutama
perusahaan besar. Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan
bermanfaat untuk meningkatkan citra, brand, dan harga saham
perusahaan. Dua fakta perbandingan perusahaan yang menerapkan CSR
dengan yang tidak. Perusahaan yang telah menerapkan CSR dalam
bisnisnya contohnya adalah perusahaan Danone (Air Mineral Aqua) dan
yang tidak adalah PT Freeport. Danone dengan produk Aqua melakukan
kegiatan CSR berupa WASH (Water Access, Sanition, Hygine program).
Program Aqua mendapatkan penghargaan dari Metro TV dalam kategori
pelestarian lingkungan. Program CSR yang dilakukan Aqua berhasil
memperoleh citra dan nilai perusahaan yang baik di kalangan masyarakat.
Aqua juga berhasil mendongkrak pendapatan bersih perusahaan.
6
Kemudian kita bandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan
CSR yaitu PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang paling besar di
Indonesia ini tidak menerapkan CSR hal ini bisa dilihat masih banyaknya
kemiskinan, pendidikan masyarakat yang kurang diperhatikan, lingkungan
disekitar yang kena imbas akibat pembuangan limbah sembarangan dan
lain sebagainya. PT Freeport ini memiliki citra yang kurang baik karena
tidak memperhatikan lingkungan disekitarnya (Inayati, 2017).
Pengungkapan CSR merupakan salah satu upaya yang dilakukan
perusahaan untuk dapat memenuhi kepentingan stakeholder dan menjamin
keberlangsungan perusahaan jangka panjang (Atmaja, dkk. 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prakoso (2020) yang
menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan salah satu
cara bagi perusahaan untuk memperoleh kepercayaan atau legitimasi
masyarakat termasuk investor, dengan diperolehnya hubungan positif dan
signifikan antara pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan berarti
masyarakat dan stakeholder telah menerima dengan baik sinyal positif
sejalan dengan penelitian yang dilalukan oleh Negara (2019) yang
menyatakan GCG, CSR dan moderasi antara keduanya akan mampu
memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap nilai perusahaan.
Sehingga kombinasi antara ketiga hal tersebut secara bersama-sama juga
akan mampu memperkuat nilai perusahaan dengan lebih komperhensif.
Secara teoritis, terdapat hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu
7
perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini
didukung oleh agency theory dengan premis bahwa perolehan laba yang
semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapan informasi sosial
yang lebih luas.
Faktor-faktor yang memperngaruhi nilai perusahaan, salah satunya
yaitu penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan.
Jajaran Pengendalian perusahaan merasa sangat penting memiliki GCG
atau tata kelola perusahaan yang baik. Jika penerapan GCG benar dapat
membuat perusahaan semakin besar dan terpercaya. Menurut Sidharta
Utama, Pembina Indonesian Institute for Coporate Directorship (IICD)
menyatakan pentingnya GCG bagi perusahaan. Catatan fenomena tahun
sebelumnya, saat ini dari 50 perusahaan besar yang di Asia Tenggara baru
dua perusahaan asal Indonesia masuk dalam penilaian GCG di Asean
sedangkan 23 perusahaan asal Thailand masuk sebagai top GCG. Ini
membuktikan Indonesia masih ketinggalan dibandingkan negara tetangga.
Menurut Sardjito Deputi Komisioner Pengawas pasar modal OJK terhadap
penerapan GCG saat ini kepada emiten membuat perusahaan makin
kompetitif di ASEAN (Suprayitno, 2017). Perusahaan yang memiliki tata
kelola yang baik akan menambah nilai perusahaan. Menurut Bisnis.com
2018 peringkat Asean Corporate Governance Scorecard (ACGS)
Indonesia pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 70,59 dari
8
62,88 pada tahun 2015. Pada penelitian ini memproksikan variabel GCG
dengan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional.
Kerangka konseptual penelitian meliputi beberapa teori antara lain
teori Stakeholder, teori Legitimasi, teori Keagenan, dan teori Sinyal.
Pengungkapan CSR lekat hubungannya dengan teori stakeholder. Dalam
pandangan teori stakeholder perusahaan bertanggungjawab pada seluruh
stakeholder yaitu pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap
perusahaan seperti karyawan, masyarakat, pesaing, badan usaha lain, dan
perusahaan asing. Dengan adanya CSR menunjukan perusahaan tidak
terbatas hanya memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham
saja tetapi lebih luas lagi yaitu untuk stakeholder (Freeman,R.E. & Mc
Vea J., 2001). Teori legitimasi mencakup gagasan tentang kontrak sosial
antara perusahaan dengan masyarakat (Jupe, 2005). Teori legitimasi
menjelaskan bahwa praktik pengungkapan tanggung jawab perusahaan
harus dilaksanakan sedemikian rupa agar aktivitas dan kinerja perusahaan
dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan akan mendapatkan legitimasi
dari masyarakat melalui pengungkapan tersebut yang akan berdampak
pada kelangsungan hidup perusahaan. Masyarakat akan memberikan
reaksi positif terhadap perusahaan karena pengungkapan aktivitas CSR
(Branco dkk., 2008). Perspektif teori keagenan dapat digunakan dalam
memahami prinsip dari tata kelola perusahaan atau yang sering disebut
sebagai good corporate governance (GCG).
9
Teori keagenan muncul setelah terjadinya fenomena-fenomena
yaitu semakin maraknya kepemilikan perusahaan yang dipisahkan dari
manajemen. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik diperlukan oleh
setiap perusahaan guna mengurangi terjadinya konflik atau masalah
kepentingan antara pengelola perusahaan dengan para investor atau
pemegang saham. Perusahaan yang memiliki GCG yang baik akan lebih di
respon positif oleh pasar dan mempengaruhi nilai perusahaan (Tambunan,
dkk., 2017). Teori Sinyal menurut (Rankin, dkk., 2012) menekankan
bahwa perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui
pelaporannya. Menurut Gumanti, (2009) menyatakan dalam bentuk dan
jenis apapun sinyal yang diberikan perusahaan, tujuannya adalah agar
pihak eksternal dapat mengambil keputusan yang tepat. Perusahaan harus
memberikan sinyal yang memiliki kekuatan informasi yang nantinya dapat
mengubah penilaian pihak eksternal perusahaan kearah yang lebih baik.
Informasi pengungkapan CSR, GCG dan kepemilikan asing dapat
memberikan sinyal positif kepada pihak eksternal sehingga dapat
mempengaruhi harga saham perusahaan.
Penelitian mengenai corporate social responsibility sebagai
variabel moderasi antara good corporate governance telah banyak
dilakukan yang berkaitan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini
dimotivasi oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningsih
(2019) dan Negara (2019) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan
10
antara good corporate governance yang diproksikan hubungan dewan
independen, komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin besarnya Proporsi Dewan
Komisaris Independen dalam suatu perusahaan akan dapat meningkatkan
Kinerja Manajerial, Komite Audit dalam Kepmen Nomor 117 tahun 2002
akan berlaku untuk meningkatkan efektifitas auditor. Kemudian adanya
kepemilikan Institusional akan mampu meningkatkan pengawasan
terhadap kinerja manajer perusahaan tersebut. Pada yang dilakukan
Widyaningsih (2019) dan Negara (2019) menggunakan CSR juga sebagai
variabel moderasi, hasil penelitian menunjukan bahwa CSR mampu
memoderasi antara hubungan GCG terhadap nilai perusahaan. Hal ini
sesuai dengan hasil secara parsial dan simultan yang menyatakan terdapat
pengaruh signifikan antara GCG terhadap nilai perusahaan, sehinga ketika
perolehan laba perusahaan semakin besar akan membuat perusahaan
mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas untuk meningkatkan
kredibilitas dan citra dimata publik.
Penelitian ini termotivasi pada penelitian yang dilakukan oleh
Willim et al (2020) yang berjudul Analysis of Impact Implementation of
Corporate Governance and Corporate Social Responsibility on Corporate
Value in Banking Sector with Net Profit Margin and Management Quality
as Moderating Variables. Pada penelitian yang dilakukan oleh Willim et
al (2020) menggunakan variabel yang sama dengan yaitu Good Corporate
11
Governance, Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan tetapi
penelitian ini, peneliti ingin membedakan penelitiannya dengan model
moderasi. Dimana pada model penelitian ini menjadikan variabel Good
Corporate Governance sebagai variabel Independen dan variabel Nilai
Perusahaan sebagai variabel dependen, sedangkan variabel Corporate
Social Responsibility sebagai moderasi. Hal inilah yang membedakan
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, hal lain yang
membedakannya ialah terletak pada proksi dari Good Corporate
Governance. Pada penelitian yang dilakukan oleh Willim et al (2020)
menggunakan proksi Corporate Governance Index, dimana pengukuran
tersebut mengukur cara simultan faktor determinan GCG. Sedangkan pada
penelitian ini menggunakan proksi Good Corporate Governance yang
terdiri dari Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Kepemilikan
Institusional sebagai alat ukurnya. Pada populasi penelitian terdapat
perbedaan, dimana penelitian ini menggunakan sektor manufaktur periode
2016-2019, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sektor
perbankan 2009-2018.
Berdasakan latar belakang yang suudah dipaparkan maka peneliti
ingin meneliti apakah Komisaris Independen, Komite Audit, dan
Kepemilikan Institusional Berpengaruh dengan Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility sebagai variabel Moderasi.
12
B. Indetifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka
identifikasi masalah yang hendak diteliti pada penelitian ini yaitu terkait
permasalahan yang terjadi pada beberapa beberapa perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada periode 2016-2019, dalam mengukur nilai
perusahaan dan bagaimana sistematis perubahan nilai perusahaan tersebut,
diantaranya:
1. Adanya kesulitan keuangan (financial distress).
2. Ketidakmampuan perusahaan dalam hal pemasaran sehingga
kehilangan pasar aktifnya.
3. Kurangnya kegiatan CSR di perusahaan.
4. Kurangnya komunikasi serta keterbukaan pada para pemegang
saham.
C. Pembatasan Masalah
1. Menguji GCG terhadap nilai persuaahan dengan dimoderasi oleh
Corporate Social Responsibility.
Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan
manufaktur yang bergerak pada sektor barang konsumsi yang terdaftar
BEI pada periode 2016 -2019. Penelitian ini membatasi pada variabel
GCG dengan fokus pada indikator dewan komisaris independen, komite
audit dan kepemilikan intitusional.
13
2. Responden pada penelitian ini fokus pada perusahaan manufaktur yang
bergerak pada sektor barang konsumsi yang terdaftar BEI pada periode
2016 - 2019.
Dari sekian banyak perusahaan manufaktur sub sektor barang dan
konsumsi yang terdaftar BEI pada periode 2016 - 2019, peneliti
menggunakan penentuan sampel atas populasi dengan cara menyeleksi
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penilitian ini adalah :
1. Apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan?
2. Apakah Dewan Komite Audit berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan ?
3. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan?
4. Apakah CSR berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan?
5. Apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan CSR sebagai variabel moderasi?
6. Apakah Dewan Komite Audit berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
dengan CSR sebagai variabel moderasi?
7. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
dengan CSR sebagai variabel moderasi?
14
E. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
a. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh
Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan.
b. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh
Dewan komite audit terhadap Nilai Perusahaan.
c. Untuk menganalisi dan memperoleh bukti empiris pengaruh
Kepemilikan Intitusional terhadapa Nilai Perusahaan.
d. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris Corporate
Social Responsibility dapat memoderasi hubungan Dewan
Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan.
e. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris Corporate
Social Responsibility dapat memoderasi hubungan Komite Audit
terhadap Nilai Perusahaan.
f. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris Corporate
Social Responsibility dapat memoderasi hubungan Kepemilikan
Institusional terhadap Nilai Perusahaan.
15
2. Kontribusi Penelitian
a. Kontribusi Praktik
Membantu seorang analis keuangan untuk meningkatkan nilai
perusahaan, salah satunya dengan melakukan meningkatkan mutu
GCG dan kegiatan CSR.
b. Kontribusi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
literatur serta bukti tembahan untuk sumber referensi pada
penelitian selanjutnya.
16
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Tinjauan Literatur Dan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara pinsipal dan agen. Dalam hal ini prinspal adalah
pemilik atau pemegang saham, sedangkan yang dimaksud dengan agen
adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Teori keagenan
menenkankan akan pentingnya pemisahan kepentingan antara prinsipal
dan agen. Disini terjadi penyerahkan pengelolaan perusahaan dari
prinsipal kepada agen. Tujuan dari pemisahan pengelolaan dari
kepemilikan perusahaan, yaitu agar prinsipal memperoleh keuntungan
semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin ketika
perusahaan tersebut dikelola oleh agen. Teori agensi menjelaskan tentang
hubungan antara dua pihak dimana salah satu menjadi agen dan pihak lain
bertindak sebagai prinsipal (Hendriksen dan Breda, 2000) dalam Ratnasari
(2011). Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik
kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam
perusahaan. Sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
tersebut.
17
Menurut Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa
hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agen) dengan
investor (pemilik). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi
karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan
pemilik sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen, manajer secara
moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan
kontrak. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam
perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha mencapai tingkat
kemakmuran yang dihendaki.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
teori agensi, prinsipal (investor) bukan hanya pemilik, tapi juga kreditur,
pemegan saham, maupun pemerintah. Perspektif hubungan agensi adalah
dasar untuk memahami good corporate governance. Konsep good
corporate governance berkaitan dengan bagaiman para pemilik (pemegan
saham) yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,
yakin bahwa manajer tidak akan melakukan kecurangan-kecurangan yang
akan merugikan para pemegan saham.
2. Teori Legitimasi
Konsep legitimasi menunjukkan adanya suatu kontrak sosial yang
implisit dimana perusahaan bertanggung terhadap harapan atau tuntutan
masyarakat (Kuznetsov & Kuznetsovau, 2008). Secara spesifik, dianggap
18
bahwa kelangsungan hidup suatu organisasi akan terancam jika
masyarakat mempersepsikan bahwa organisasi telah melanggar kontrak
sosial (Deegan, 2002). Legitimasi dapat dijelaskan sebagai persepsi umum
bahwa tindakan perusahaan diinginkan, tepat atau sesuai dalam beberapa
sistem sosial yang dibangun dari norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, dan
definisi (Moir, 2001).
Menurut Ratmono et al (2015), legitimasi diperoleh organisasi ketika
dalam kondisi atau status ketika sistem nilai sebuah entitas kongruen
dengan sistem nilai sosial yang lebih besar di mana entitas merupakan
salah satu bagian darinya. Ketika terjadi sebuah disparitas
(ketidaksesuaian) antara kedua sistem tersebut maka terjadi sebuah
ancaman pada legitimasi masyarakat. Aktivitas CSR dilakukan perusahaan
untuk menunjukkan sistem nilai perusahaan telat selaras dengan sistem
sosial di mana perusahaan tersebut beroperasi. Berdasarkan teori ini dapat
diajukan argument bahwa pengungkapan CSR dilakukan perusahaan untuk
mendapatkan legitimasi dari masyarakat dimana perusahaan berada.
Legitimasi ini menyebabkan perusahaan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Teori
legitimasi menyatakan organisasi bukan hanya memperhatikan hak-hak
investor tetapi juga memperhatikan hak publik (Deegan, 2002).
Menurut Nuur & Murni (2009) untuk bisa mempertahankan
kelangsungan hidupnya, perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau
19
pengakuan baik dari investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun
masyarakat sekitar. Untuk memperoleh legitimasi dari investor,
perusahaan senantiasa meningkatkan return saham bagi investor. Untuk
memperoleh legitimasi dari kreditor, perusahaan meningkatkan
kemampuannya mengembalikan hutang. Untuk memperoleh legitimasi
dari konsumen, perusahaan senantiasa meningkatkan mutu produk dan
layanan. Untuk mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan
mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Untuk memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan
melakukan aktivitas pertanggungjawaban sosial.
3. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Signaling theory atau teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan
pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi
karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar
karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Salah
satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang.
20
Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau sinyal
adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Selanjutnya perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti
dengan menggunakan utang. Perusahaan dengan prospek yang kurang
menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Teori sinyal
menjelaskan mengapa manajer suatu entitas mempunyai insentif secara
sukarela(voluntary) melaporkan informasi-informasi kepada pasar
modal walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan.
Teori sinyal mengemukakan tentang pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi menyajikan keterangan catatan dan gambaran masa lalu, saat
ini maupun masa yang akan datang bagi perusahaan dan pasar modal.
Informasi yang lengkap dan relevan serta akurat dan tepat waktu
diperlukan investor pasar modal sebagai alat untuk menganalisis
sebelum mengambil keputusan untuk berinvetasi. Informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif maka diharapkan
21
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar.
Pada saat informasi diumumkan dan pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut pelaku pasar terlebih dahulu mengiterprestasikan
dan menganalisa informasi tersebut sebagai sinyal baik ataupun sinyal
buruk. Jika pengumuman yang diumumkan sebagai sinyal baik bagi
investor maka akan terjadi perubahan volume dalam perdagangan
saham (Jogiyanto, 2013).
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi
pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu
informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-
akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk
diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.
4. Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan
dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk
memproduksi barang dan atau jasa untuk dijual (Hermuningsih, 2013).
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang tinggi
22
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang
tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Hemastuti,
2014).
Tujuan manajemen perusahaan adalah memaksimalkan nilai
kekayaan para pemegang saham (Harmono, 2017). Nilai perusahaan
dapat diukur melalui nilai harga saham dipasar berdasarkan terbentuknya
harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh
publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil
karena terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik
kestabilan, kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan
penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga
di pasar modal antara para penjual (emiten) dan para investor, atau sering
disebut ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar
modal harga saham dipasar disebut sebagai konsep nilai perusahaan
(Harmono, 2015). Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula
nilai suatu perusahaan.
Menurut Fahmi (2014) agency theory merupakan suatu kondisi yang
terjadi pada suatu perusahaan dimana pihak manajemen sebagai
pelaksana yang disebut lebih jauh sebagai agen dan pemilik modal
(owner) sebagai principal membangun suatu kontrak kerjasama yang
disebut dengan nexus of contract, kontrak kerjasama ini berisi kesepakan-
kesepakan yang menjelaskan bahwa pihak manajemen perusahaan harus
23
bekerja secara maksimal untuk memberi kepuasan secara maksimal
seperti profit yang tinggi kepada pemilik modal (owner). Teori yang
mendasari nilai perusahaan ini adalah teori stakeholder dari Freeman
(1983), perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap
pemilik saham, namun bergeser ke ranah sosial kemasyarakatan,
selanjutnya disebut dengan tanggung jawab sosial. Fenomena seperti ini
terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat dari negative
eksternalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Untuk
itu tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada
indikator ekonomi laporan keuangan, kini harus bergeser dengan
mempertimbangkan faktor-faktor stakeholder, baik internal maupun
eksternal. Pihak internal maupun eksternal yang dimaksud adalah,
pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar lingkungan
internasional, lembaga diluar perusahaan, para pekerja, kaum minoritas
dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan
dipengaruhi perusahaan. Batasan stakeholder tersebut mengisyaratkan
bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholderkarena mereka
adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung atas kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh
perusahaan.
Menurut Harmono (2017) indikator yang mempengaruhi nilai
perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan :
24
a. PBV (Price Book Value)
Price Book Value merupakan salah satu variabel yang
dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham mana
yang akan dibeli. Nilai perusahaan dapat memberikan keuntungan
pemegang saham secara maksimum apabila harga saham
perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin
tinggi kekayaan pemegang saham.
PBV =Harga perlembar saham
Nilai buku saham biasa
b. PER (Price Earning Ratio)
Price earning ratio adalah harga per lembar saham, indikator ini
secara praktis telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi
bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi
perusahaan publik di Indonesia. Rasio ini menunjukan seberapa
besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan earnings
(Harmono, 2015).
PER =Harga pasa saham
Laba per lembar saham
c. EPS (Earning Per Share)
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah
bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi,
2014).
25
EPS =Laba setelah pajak
Jumlah saham beredar
d. Tobin’s Q
Analisis Tobin’s Q juga dikenal dengan rasio Tobin’s Q. rasio ini
merupakan konsep yang berharga karena menunjukan estimasi
pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap
dolar investasi dimasa depan (Smithers dan Wright, 2007) dalam
Prasetyorini (2013).
Tobin′s Q =MVE + Debt
TA
Dimana :
MVE = Harga saham
Debt = Hutang
TA = Total Aset
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur
nilai perusahaan adalah PER.
5. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan tata kelola perusahan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang
menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008 dalam Maharani
dan Suardana, 2014). Kinerja perusahaan tergantung dari pekerjaan Good
Corprate Governance, keputusan-keputusan dari Good Corporate
Governance mempengaruhi hasil kinerja perusahaan termasuk ketika
26
perusahaan mengalami kerugian ataupun keuntungan. Good Corporate
Governance memiliki peran penting dalam perusahaan. Perusahaan
mengandalkan Good Corporate Governance sebagai pengawas. Good
Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan
mengawasi suatu perusahaan (Agustia, 2013).
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 1,Peraturan Menteri Negara BUMN No.
PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada
BUMN, disebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-
prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan
perusahaan secara professional berdasarkan peraturan perundangan-
undangan dan etika berusaha (Hamdani & Nupikso, 2016).
Setiap perusahaan harus memastika bahwa asas GCG diterapkan
pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG
yaitu transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan
usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku
kepentingan (stakeholders) (Komite Nasional Kebijakan Governance,
2006).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) lima asas
yang diperlukan dalam konsep Good Corporate Governance yaitu:
27
a. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan.
b. Akuntabilitas (accountability)
Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
d. Independensi (Indepedency)
Untuk melancarkan pelaksanaan GCG, perusahaan harus
dikelola secara independensi sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diitervensi oleh
pihak lain.
28
e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asa kewajaran
dan kesetaraan.
Secara singkat dari berbagai pengamatan, jika diperhatikan, maka
tampak terdapat unsur-unsur corporate governance yang berasal dari
dalam perusahaan (dan yang selalu diperlukan di dalam perusahaan)
serta unsur-unsur yang ada di luar perusahaan (dan yang selalu
diperlukan di luar perusahaan) yang bisa menjamin berfungsinya Good
Corporate Governance (Sutedi, 2012). Manfaat dalam penerapan GCG
menurut Supriatna & Kusuma (2009), antara lain:
a. Mengurangi agency cost
b. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat
meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka
panjang
c. Menciptakan dukungan para stakeholders (para pemangku
kepentingan) dalam lingkungan perusahaan yang terhadap
keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang
ditempuh perusahaan.
d. Reputasi yang baik
29
e. Meningkatkan kinerja secara keseluruhan
f. Meningkatkan akses ke pasa modal
Mekanisme pengukuran corporate governance pada penelitian
ini, corporate governance difokuskan menjadi, yaitu proposi komisaris
independen, komite audit dan kepemilikan intitusional.
a. Komisaris Independen
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten
atau Perusahaan Publik, Komisaris Independen adalah anggota
Dewan Komisaris yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan
Publik dan memenuhi persyaratan sebagai Komisaris Independen.
Keanggotaan dewan komisaris diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang
Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik
Pasal 20, sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang
anggota Dewan Komisaris.
2) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang anggota
Dewan Komisaris, 1 (satu) diantaranya adalah Komisaris
Independen.
3) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang
anggota Dewan Komisaris, jumlah Komisaris Independen
30
wajib paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
seluruh anggota Dewan Komisaris.
4) 1 (satu) di antara anggota Dewan Komisaris diangkat menjadi
komisaris utama atau Presiden Komisaris.
Berdasarkan Pasal 21 ayat 2 peraturan OJK tersebut,
Komisaris Independen wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencakan,
memimpin, mengendalikan atau mengawasi kegiatan Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali sebagai
Komisaris Independen Emiten atau Perusahaan Publik pada
periode berikutknya.
2) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak
langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.
3) Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, atau pemegang saham atau Emitmen atau
Perusahaan Publik tersebut; dan
31
4) Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun
tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut.
Dalam Pedoman Good Corporate Governance tahun
2006, tugas Komisaris Independen adalah memastikan
prinsip-prinsip dan praktik Good Corporate Governance
dipatuhi dan diterapkan dengan baik, antara lain menjamin
transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan,
kepatuhan perusahaan pada perundang-udangan dan
peraturan yang berlaku, serta menjamin akuntanbilitas
perseroan.
b. Komite Audit
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite
audit adalah suatu komite yang bekerja secara profesional dan
independen yang dibentuk oleh dewan komisaris, dengan demikian
tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan
komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi
pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan,
manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari
corporate governance di perusahaan-perusahaan.
Menurut Peratutan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman
32
Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Pasal 1 ayat 1, Komite Audit
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris termasuk pemeriksaan dan pengawasan
tentang proses pelaporan keuangan dan kontrol internal. Dalam
Pasal 4, Komite Audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari
luar Emiten atau Perusahaan Publik.
c. Kepemilikan Intitusional
Selain kepemilikan saham secara intitusional, dikenal juga
kepemilikan saham secara institusional. Menurut Octaviani (2013)
Kepemilikan institusional biasanya hanya menyerahkan tanggung
jawab tata kelola perusahaan kepada manajemen, sedangkan
kepemilikan institusional hanya mengawasi secara efektif kinerja
manajemen. Selain memiliki peran dalam mengontrol manajer,
kepemilikan institusional juga merupakan subtitusi bagi
kepemilikan intitusional.
Investor institusional juga disebut investor yang canggih
(sophisticated) karena investor ini mempunyai akses dan sumber
informasi yang lebih tepat waktu dan relevan sehingga dapat
memprediksi laba perusahaan di masa depan dibandingkan
kepemilikan individual (Octaviani, 2013). Sehingga lebih dapat
33
memprediksi laba masa depan perusahaan dan tentunya akan
melakukan pengawasan yang lebih efektif lagi terhadap
perusahaan, sehingga manajemen tidak dapat melakukan
pengelolaan laba.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar
& Utama (2005) dan penelitian dari Suwito & Herawaty (2005),
yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap earning management,
hal ini berarti memberikan pengaruh positif pada kualitas laba.
Namun, penelitian lain juga berpendapat bahwa investor
institusional adalah "pemilik sementara" yang terlalu terfokus pada
laba jangka pendek dan karenanya manajer mendapat tekanan
untuk memberikan penghasilan lebih tinggi secara konsisten,
sehingga menjadi salah satu alasan manajemen untuk menarik
investor institusi.
6. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)
a. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada umumnya, CSR adalah suatu bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan masyarakat yang dapat dilakukan
dengan cara melaksanakan berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat
bagi masyarakat yang berada di sekitar lingkungan perusahaan. Lanis
34
& Richardson (2012) menyatakan bahwa CSR merupakan faktor
kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Sudana (2011), Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah tanggung jawab sebuah organisasi perusahaan terhadap
dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatannya kepada
masyarakat dan lingkungan. World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) &World Resource Institute (WRI) (2004)
mendefinisikan CSR adalah sebagai komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan,
melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan,
keluarga, komunitas setempat, maupun masyarakat umum untuk
pembangunan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan untuk
memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu issue tertentu di
masyarakat atau lingkungan untuck dapat menciptakan lingkungan
yang lebih baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Social
Responsibility (CSR)
Menurut Hayne et al (2012) ada lima hal yang dapat
mempengaruhi implementasi CSR, yaitu:
1) Menyangkut human capital atau pemberdaya manusia.
35
2) Environtment yang berbicara tetang lingkungan.
3) Corporate Governance.
4) Social cohesion, yaitu dalam melaksanakan CSR jangan sampai
menimbulkan kecembururan sosial.
5) Economic strength, atau memberdayakan lingkungan menuju
kemandirian di bidang ekonomi.
Dari uraian diatas dampak bahwa faktor yang mempengaruhi
implementasi CSR adalah komitmen pimpinan perusahaan,
ukuran, dan kematangan perusahaan, serta regulasi dan sistem
perpajakan yang diatur pemerintah (Haynes et al., 2012).
c. Prinsip-prinsip Corporaten Social Responsibility
Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial (Social
Responsibility) menurut Murphy & Ng’ombe (2009), adalah
sebagai berikut:
1) Sustainability
Sustainability berkaitan dengan upaya perusahaan
dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan
keberlanjutan sumberdaya dimasa depan.
2) Accountability
Accountability adalah upaya perusahaan terbuka dan
bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan.
Akuntabilitas dibutuhkan ketika aktivitas perusahaan
36
mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Tingkat
akuntabilitas dan tanggung jawab perusahaan menentukan
legitimasi stakeholders eksternal, serta meningkatkan transaksi
dalam perusahaan.
3) Transparancy
Transparacy merupakan prinsip penting bagi pihak
eksternal. Transaksi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas
perusahaan termasuk dampak terhadap pihak eksternal.
d. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut UN Global Compact(2000), pemahaman CSR
mencakup 3P yaitu profit, people, & planet. Konsep ini memuat
pengertian bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan
(profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) (Dahlia et al,
2016). Dengan begitu perusahaan yang menggunakan pratik CSR
dengan benar, pasti akan peduli dengan lingkungan sekitar. Dengan
cara itu pula suatu perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat luas
sehingga diakui keberadaannya.
Menurut Wahyudi & Pawestri (2006), manfaat Corporate
Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan.
2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
37
3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
4) Melebarkan akses sumberdaya bagi operasional perusahaan.
5) Membuka peluang pasar yang lebih luas.
6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampat pembuangan
limbah.
7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
8) Memperbaiki hubungan dengan regular.
9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10) Peluang mendapatkan penghargaan.
e. Kategori perusahaan menurut implementasi CSR
Menurut Murphy & Ng’ombe (2009), terkait dengan pratik
CSR perusahaan dapat dapat dikelompokan menajdi empat
kelompok, yaitu:
1) Kelompok Hitam
Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melaksanakan
praktek CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang
menjalakan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri.
Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan
dan sosial sekelilinganya dalam menjalankan usaha, bahkan
tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
38
2) Kelompok Merah
Kelompok merah adalah perusahaan yang memulai
melaksanakan program CSR, tetapi memandangnya hanya
sebagai kelompok biaya yang akan mengurangi
keuntungannya.
3) Kelompok Biru
Kelompok biru adalah perusahaan yang menilai praktik
CSR akan memberi dampak positif terhadap usahanya karena
merupakan investasi bukan biaya.
4) Kelompok Hijau
Kelompok hijau adalah perusahaan yang sudah
menempatkan CSR pada strategi jantung dan bisnisnya, CSR
tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang
merupakan modal sosial.
Tabel 2.1
Kategori Perusahaan Menurut Implementasi CSR
Peringkat Keterangan
Hijau
Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi
jantung dan inti bisnisnya. CSR tidak hanya dianggap
sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan modal
sosial.
Biru
Perusahaan yang menilai praktik CSR akan memberi
dampak positif tehadap usahanya karena merupakan
investasi bukan biaya.
39
Merah
Perusahaan peringkat hitam yang memulai menerapkan
CSR, karena CSR masih dipandang sebagai komponen
biaya yang mengurangi keuntungan perusahaan.
Hitam
Kegiatannya degeneratif.
Mengutamakan kepentingan bisnis.
Tidak peduli aspek sosial disekelilingnya.
Sumber:Sukmadi (2010)
f. Pratik Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Menurut Sitorus & Mangoting (2014) di Indonesia, konsep
CSR mulai menjadi isu yang hangat sejak tahun 2001, banyak
perusahaan dan instansi-instansi sudah mulai melirik CSR sebagai
suatu konsep pemberdayaan masyarakat. Perkembangan tentang
konsep CSR pada dasarnya semakin terwujud, baik ditinjau dari
segi kualitas maupun kuantitas. Pelaksanaan CSR di Indonesia
lebih banyak dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lain
ataupun organisasi lain. Adapun kecenderungan kegiatan yang
dilakukan adalah berupa pelayanan sosial, pendidikan dan
pelatihan, lingkungan, ekonomi dan sebagainya.
Setidaknya ada tiga alasan penting kalangan dunia usaha
harus merespon dan untuk mengembangkan isu tanggung jawab
sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan
adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila
perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua,
kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan
40
yang bersifat simbiosis mutualisme. Ketiga, kegiatan tanggung
jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau
bahkan menghindari konflik sosial.
Bentuk tanggung jawab sosial di Indonesia yang dilakukan
oleh perusahaan menurut Famiola & Adiwoso (2016) dapat
digolongkan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
1) Public Relations
Public Relations adalah usaha untuk menanamkan
persepsi positif kepada masyarakat tentang kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye
yang tidak terikat sama sekali dengan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
2) Defensive Strategy
Defensive strategy adalah usaha yang dilakukan
perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas
yang sudah tertanam mengenai kegiatan perusahaan, dan
biasanya untuk melawan serangan negatif dari anggapan
komunitas. Usaha CSR yang dilakukan adalah mengubah
anggapan negatif yang telah berkembang sebelumnya
menjadi anggapan positif.
41
3) Kegiataan yang berasal dari visi perusahaan
Melakukan program untuk kebutuhan komunitas sekitar
perusahaan atau melakukan kegiatan yang berbeda dari
hasil perusahaan itu sendiri.
Di Indonesia tegulasi mengenai CSR diatur oleh
pemerintah sejak tahun 1994 dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
316/KMK 016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha
Kecil dan Koperasi oleh Badan Usaha Milik Negara, yang
kemudian dikukuhkan lagi dengan Keputusan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara No. Kep-
236/MBU/2003 menetapkan bahwa setiap perusahaan
diwajibkan menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1%
sampai dengan 3% untuk menjalankan CSR.
Pasal 15b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa setiap
investor berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah
tanggung jawab yang melekat pada perusahaan penanaman
modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
42
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan
budaya masyarakat.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga tercantu
dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tetang
Perseroan Terbatas (PT). Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang
ini menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Ayat (2) pasal ini menyatakan kewajiban
tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran. Selanjutnya Ayat (3)
menyebutkan perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
terkait. Kemudia Ayat (4) menyatakan ketentuan lebih
lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
dengan Peraturan Pemerintah. Dengan adanya Undang-
Undang tersebut maka CSR merupakan tindakan wajib bagi
setiap perusahaan di Indonesia. Peraturan mengenai CSR,
antara lain:
43
1) Undang-Undang Repbulik Indonesia No. 23 Tahun
1997 Tentang Lingkungan Hidup
2) Undang-Undang Repbulik Indonesia No. 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3) Undang-Undang Republik Indonesia No. 2003
Tentang Ketenagakerjaan
4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun
1999 Tentang Pratek Larangan Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan lain-lain.
Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan kewajiban setaip badan
usaha yang ada di Indonesia.
g. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure
Menurut Sitorus & Mangoting (2014) Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure atau pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut:
“Pengungkapan CSR yang sering disebut Social
Disclosure, Corporate Social Reporting, atau Social Accounting
merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok
44
khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan”.
Abdullah et al, (2019) yang dikutip oleh Rahmawati
(2012), mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR)
Disclosure adalah: “Pengungkapan sosial sebagai suatu pelaporan
atau penyampaian informasi kepada stakeholders mengenai segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan
sosialnya”.
Berdasarkan definisi diatas menunjukan bahwa
pengungkapan CSR adalah proses penyampaian informasi
mengenai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
lingkungan sosialnya terhadap masyarakat. Dengan melakukan
CSR maka perusahaan ikut peduli terhadap kesejahteraan
masyarakat serta lingkungan hidup di sekitar. Agar masyarakat
dapat mengetahui tindakan CSR yang telah dilakukan oleh
perusahaan, maka perlu adanya pengungkapan tanggung jawab
sosial, pengungkapan ini tercantum dalam laporan tahunan
perusahaan.
h. Metode pengukuran Corporate Social Responsibility Disclosure
Corporate Social Responsibility Disclosure diukur dengan
angka indeks Corporate Social Responsibility Disclosure Index
(CSRDI) hasil content analysis, berdasarkan indikator GRI (Global
45
Reporting Initiatives)-G4 yang terdiri dari 91 item. Indikator GRI
dipilih karena merupakan aturan internasional yang telah diakui
oleh perusahaan di dunia. Pendekatan untuk menghitung CSRDI
pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu item CSR
diberi skor 1 jika diungkapan dan skor 0 jika tidak diungkapan
(Pradipta & Supriyadi, 2015). Selanjutnya skor dari setiap item
dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap
perusahaan.
GRI-G4 dirancang agar dapat diterapkan secara universal
untuk semua organisasi, besar dan kecil, di seluruh dunia.
Pengukuran dilakukan berdasakan indeks pengungkapan masing-
masing perusahaan yang dihitung melalui pembagian antara jumlah
pendapatan bersih perusahaan dengan jumlah item yuang
diharapkan diungkapan perusahaan. Rumus perhitungan Corporate
Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) adalah sebagai
berikut:
CSRDI= ∑ 𝑿𝒊
𝒏 x 100%
Keterangan :
CSRDI = Pengungkapan CSR perusahaan
∑Xyi = Jumlah item bernilai satu pada perusahaan
n (n=91) = Jumlah seluruh item indikator pengungkapan CSR
46
i. Indikator Corporate Social Responsibility Disclosure
Dalam standar GRI-G4 indikator kinerja dibagi menjadi 3
komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial mencakup
praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi
manusia, masyarakat, dan tanggung jawab atas produk dengan total
kinerja indicator mencapai 91 indikator, penjelasannya dapat
dilihat dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Indikator Pengungkapan CSR menurut GRI-G4
Kategori Kinerja Ekonomi
Kinerja Ekonomi
EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan di distribusikan
EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegiatan
organisasi karena perubahan iklim
EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti
EC4 Bantuan finansial yang diterima dari pemerintah
Keberadaan Pasar
EC5
Rasio upah standar pegawai pemula (entry level) menurut gender
dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi
operasional yang signifikan
EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat
lokal di lokasi operasi yang signifikan
Dampak Ekonomi Langsung
EC7
Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang
diberikan
EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya
dampak
47
Praktik Pengadaan
EC9
Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi operasional yang
signifikan
Kategori Lingkungan
Bahan
EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume
EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur
ulang
Energi
EN3 Konsumsi energi dalam organisasi
EN4 Konsumsi energi di luar organisasi
EN5 Intensitas Energi
EN6 Pengurangan konsumsi energy
EN7 Pengurangan kebutuhan energi pada produk dan jasa
Air
EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber
EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh pengambilan air
EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan
kembali
Keanekaragaman Hayati
EN11
Lokasi-lokasi oeprasional yang dimiliki, disewa, dikelola di dalam, atau
yang berdekatan dengan kawasan lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
EN12
Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa terhadap
keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
EN14
Jumlah total spesies dalam IUCN red list dan spesies dalam daftar
spesies yang dilindungi nasional dengan habitat di tempat yang
dipengaruhi oeprasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan
48
Emisi
EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (cakupan 1)
EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung (cakupan 2)
EN17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya (cakupan 3)
EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK)
EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)
EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO)
EN21 NOx, SOx dan emisi udara signifikan lainnya
Efluen dan Limbah
EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan
EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan
EN25
Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan konvensi
Basel2 lampiran I,II,III, dan IV yang diangkut, diimpor, diekspor, atau
diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman
internasional
EN26
Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman hayati dari
badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkena dampak dari
air buangan dan limpasan dari organisasi
Produk dan Jasa
EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingkungan produk dan jasa
EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang direklamasi
menurut kategori
Kepatuhan
EN29
Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter
karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
lingkungan
Transportasi
EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan barang
lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan pengangkutan tenaga
49
kerja
Lain-lain
EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan berdasarkan
jenis
Asesmen Pemasok atas Lingkungan
EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan
EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam
rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan,
ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi
Kategori Sosial
Sub Kategori: Praktik Ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja
Kepegawaian
LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover
karyawan menurut kelompok umur, gender dan wilayah
LA2
Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak
diberikan bagikaryawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan
lokasi operasi yang signifikan
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan,
menurut gender.
Hubungan Industrial
LA4
Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan
operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian
bersama
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LA5
Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite bersama
formal manajemen pekerja yang membantu mengawasi dan
memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja
LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang, dan
kemangkiran serta jumlah total kematian menurut daerah dan gender
50
LA7 Pekerjaan yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena penyakit
yang terkait dengan pekerjaan mereka
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian
formal dengan serikat pekerja
Pelatihan dan Pendidikan
LA9 Jam pelatihan rata-rata tahun per karyawan menurut gender, dan
menurut kategori karyawan
LA10
Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran seumur
hidup yangmendukung keberlanjutan karyawan dan membantu mereka
mengelola purna bakti
LA11 Persentase karyawan yang menerima reviu kinerja dan pengembangan
karier secara reguler, menurut gender dan kategori karyawan
Keberagaman dan Kesetaraan Pulang
LA12
Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per kategori
karyawan menurut gender, kelompok usia, keanggotaan kelompok
minoritas, dan indikator keberagaman lainnya.
Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan Laki-laki
LA13
Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki
menurut kategori karyawan, berdasarkan lokasi operasional yang
signifikan
Asesmen Pemasok atas Praktik Ketenagakerjaan
LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik
ketenagakerjaan
LA15 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap praktik
ketenagakerjaan dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Masalah Ketenagakerjaan
LA16 Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjan yang diajukan,
ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi
Sub Kategori Hak Asasi Manusia
HR1
Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi yang
signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau
penapisan berdasarkan hak asasi manusia
51
HR2
Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak
asasi manusia terkait dengan aspek hak manusia yang relevan dengan
operasi, termasuk persentase karyawan yang dilatih
Non Diskriminasi
HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang diambil
Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja Bersama
HR4
Operasi dan pemasok terdidentifikasi yang mungkin melanggar atau
berisiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakan kebebasan
berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil
untuk mendukung hak-hak tersebut
HR5
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan
eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi
dalam penghapusan pekerja anak yang efektif
Pekerja Paksa atau Wajib Kerja
HR6
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan
pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi dalam
penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja
Praktik Pengamanan
HR7 Persentase petugas pengamana yang dilatih dalam kebijakan atau
prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi
Hak Adat
HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat
adat dan tindakan yang diambil
Asesmen
HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau
asesmen dampak hak asasi manusia
Asesmen Pemasok atas Hak Asasi Manusia
HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi
manusia
HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak asasi
manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Hak Asasi Manusia
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusia yang
52
HR12 diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
formal
Masyarakat Lokal
SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen
dampak, dan program pengembangan yang diterapkan
SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat local
Anti Korupsi
SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko trekait
dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi
SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti-
korupsi
SO5 Insiden Korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil
Kebijakan Publik
SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan
penerima/penerima manfaat
SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti-trust, serta
praktik monopoli dan hasilnya
Kepatuhan
SO8 Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi non-
moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
Asesmen Pemasok atas Dampak Masyarakat
SO9 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria dampak
terhadap masyarakat
SO10 Dampak negatif aktual dan potensi yang signifikan terhadap
masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap Masyarakat
SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang diajukan,
ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi
Sub Kategori Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang dampaknya
terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan
53
PR2
Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan
jasa sepanjang daur hidup, menurut jeni hasil
Pelabelan Produk dan Jasa
PR3
Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur
organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta
persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti
persyaratan informasi sejenis
PR4
Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa,
menurut jenis hasil
PR5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan
Komunikasi Pemasaran
PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan
PR7
Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela tentang komunikasi pemasaran, tremasuk iklan, promosi, dan
sponsor, menurut jenis hasil
Privasi Pelanggan
PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran privasi
pelanggan dan hilangnya data pelanggan
Kepatuhan
PR9
Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan terhadap
undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan penggunaan
produk dan jasa
(Sumber: www.globalreporting.org)
54
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-peneliatian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian
ini dapat dilihat di tabel 2.3
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Penelitian
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Basir. S
(2019)
Alokasi Dana Corporate
Social Responsibility sebagai
Variabel Moderasi Antara
Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Sub Sektor
Perbankan
Persamaan pada
penelitian ini
terdapat
variabel yang
digunakan yaitu
GCG, Nilai
Perusahaan, dan
CSR
Populasi yang
digunakan pada
penelitian ini yaitu
sektor industri
manufaktur
sedangkan pada
penelitian terdahulu
menggunakan sektor
Proposi Komisaris Independen
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
Komite Audit berpengaruh signifikan
terhadap Nilai Perusahaan
Independesi Komite Audit berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
55
model dan
metode analisis
yang digunakan
yaitu moderate
regression
analysis
perbankan. Frekuensi Rapat Komite Audit
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
Proposi Komisaris Independen
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan dimoderasi oleh
CSR.
Komite Audit berpengaruh signifikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan
dimoderasi oleh CSR
Independensi Komite Audit
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan dimoderasi oleh
CSR
Frekuensi Rapat Komite Audit
56
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan dimoderasi oleh
CSR
Frekuensi Dewan Komisaris
berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan dimoderasi oleh
CSR
2 Aldy
Febryawan,
Yekti Intyas
Rahayu, dan
Alfiana
(2021)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan CSR
dan GCG Sebagai Variabel
Moderasi
Persamaan
penelitian ini
terdapat variabel
yang digunakan
yaitu Dewan
Komisaris
Independen,
Nilai
Perusahaan, dan
CSR.
Terdapat
perbedaan dari
penelitian ini yaitu
GCG sebagai
variabel moderasi
dan variabel
indepeden yang
digunakan yaitu,
Kinerja Keuangan
Model dan metode
Kinerja Keuangan berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
CSR berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
CSR tidak dapat memoderasi pengaruh
Kinerja Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan.
Komisaris Independen tidak
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
57
analisis yang
digunakan yaitu
moderate
regression analysis
sedangkan
penelitian
terdahulu
menggunakanregre
si berganda
tahun penelitian
2016-2020
Komisaris Independen tidak dapat
memoderasi pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.
3 Iin Manisna
Nainggolan,
Wardayani
(2020)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan Good
Governance dan Corporate
Social Responsibility sebagai
Variabel Moderasi
Persamaan
penelitian ini
terdapat variabel
yang digunakan
yaitu Kepemilikan
Institusional, Nilai
Perusahaan, dan
Terdapat satu
variabel moderasi
yaitu CSR dan
tidak
menggunakan
variabel Kinerja
Keuangan.
Kinerja Keuangan tidak berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
CSR tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
CSR tidak dapat memoderasi pengaruh
Kinerja Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan.
58
CSR Model dan
metode analisis
data yang
digunakan yaitu
moderate
regression
analysis
sedangkan
penilitian
terdahulu
menggunakan
regresi berganda
Populasi yang
digunakan pada
penilitian ini yaitu
sektor industri
manufaktur
sedangkan
penlitian
Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
Komisaris Independen dapat
memoderasi pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.
59
terdahulu
menggunakan
sektor perbankan
4 Iwan Kusuma
Negara
(2019)
Analisis Pengaruh Good
Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Corporate Social
Responbility sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Pada
Indeks SRI-KEHATI yang
Listed di BEI)
Persamaan pada
penelitian ini
terdapat variabel
yang digunakan
yaitu Dewan
Komisaris
Independen,
Komite Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Nilai
Perusahaan, dan
CSR
serta model dan
metode analisis
yang digunakan
Perbedaan pada
penelitian ini
tidak
menggunakan
Kepemilikan
Manajerial
Populasi yang
digunakan pada
penelitian ini
yaitu sektor
industri
manufaktur yang
terdaftar di BEI
sedangkan
penelitian
terdahulu
Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
Komite Audit berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
Kepemilikan Institusional berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
CSR tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan dengan
dimoderasi oleh CSR.
Komite Audit berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan dengan dimoderasi
oleh CSR.
Kepemilikan Institusional berpengaruh
60
yaitu moderate
regression
analysis
menggunakan
indeks SRI-
KEHATI yang
terdaftar di BEI
Model dan
metode analisi
pada penelitian
terdahulu
menggunakan
regresi berganda
terhadap Nilai Perusahaan dengan
dimoderasi oleh CSR.
5 Rista Bintara
(2020)
Asean Corporate Governance
Scorecard, Financial
Performance, and Disclosure
of Corporate Social
Responsibility on firm value
Persamaan pada
penilitian yang
digunakan yaitu
Nilai Perusahaan
dan CSR
.Model dan
metode analisis
data yang
digunakan yaitu
regresi berganda
Populasi pada
penelitian ini
yang digunakan
TheAsean Corporate Governance
Scorecard tidak berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
Kinerja Keuangan berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
CSRD tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
61
yaitusektor
industri
manufaktur yang
terdaftar di BEI
sedangkan pada
penelitian
terdahulu
menggunakan 50
TOP ASEAN
yang terdaftar di
BEI.
6 Andre Prasetya
Willim,
Andreas Lako,
dan Wendy
(2020)
Analysis of Impact
Implementation of Corporate
Governance and Corporate
Social Responsibility on
Corporate value in Banking
Sector With Net Profit Margin
and Management Quality as
Persamaan pada
penelitian ini yang
digunakan yaitu
GCG, CSR, dan
Nilai Perusahaan
Perbedaan pada
penelitian ini
yaitu pada
moderasi yang
digunakan
Model dan
metode analisis
yang digunakan
GCG berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
CSR tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
GCG tidak berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan dengan dimoderasi
oleh Net Income.
62
Moderating Variables yaitu regresi
berganda
Populasi yang
digunakan pada
penelitian ini
yaitu sektor
industri
manufaktur
sedangkan pada
penelitian
terdahulu
menggunakan
sektor perbankan
CSR berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan dimoderasi oleh
Net Income.
GCG tidak berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan dengan dimoderasi
oleh Management Quality.
CSR berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan dimoderasi oleh
Management Quality
7 Bambang
Soedaryono,
dan Deri
Riduifana
(2017)
Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Melalui Corporate
Social Responsibility
Persamaan pada
penelitian ini yang
digunakan yaitu
Komisaris
Independen,
Komite Audit,
Populasi yang
digunakan pada
penelitian ini
yaitu hanya
memfokuskan
pada sektor
Ukuran Dewa Direksi tidak
berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
Rapat Dewan Direksi tidak
berpengaruh terhadapNilai
63
Nilai Perusahaan
dan CSR
industri
manufaktur sub
sektor barang
konsumsi
sedangkan pada
penelitian
terdahulu hanya
menggunakan
kriteria
perusahaan yang
terdaftar di BEI
periode 2010
Model dan
metodel analisis
pada penelitian
terdahulu
menggunakan
SEM sedangkan
pada penelitian ini
Perusahaan
Dewan Komisaris Independen tidak
berpengaruh terhadapNilai
Perusahaan .
Komite Audit berpengaruh
terhadapNilai Perusahaan .
Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadapNilai Perusahaan .
CSR berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
64
menggunakan
moderate
regression
analysis
8 Mukhtaruddin,
Ubaidillah,
Dewi Kencana,
Hakiki Arista,
dan Nopriyanti
(2019)
Good Corporate Governance,
Corporate Social
Responsibility, Firm Value,
and Financial Performance as
Moderating Variable
Persamaan pada
penelitian ini
variabel yang
digunakan yaitu
CSR dan Nilai
Perusahaan
Populasi yang
digunakan pada
penelitian ini
yaitu sektor
industri
manufaktur
sedangkan pada
penelitian
terdahulu
menggungakan
sektor perbankan
Alat olah data
pada penelitian
terdahulu
GCG tidak berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
CSR berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
Kinerja Keuangan dapat memperkuat
pengaruh antara GCG terhadap Nilai
Perusahaan
Kinerja Keuangan dapat memperkuat
pengaruh antara CSR terhadap Nilai
Perusahaan
65
menggunakan
PLS sedangkan
pada penelitian ini
menggunakan
SPSS
Alat ukur pada
GCG
menggunakan CG
ASEAN scorecard
untuk mengukur
secara
keseluruhan
variabel GCG
9 Muhammad
Aryo Bimo
Prakoso
(2020)
Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Corporate
Social Responsibility sebagai
Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Perbankan yang
Persamaan pada
penelitian ini yang
digunakan yaitu
Komisaris
Independen,
Komite Audit,
Populasi yang
digunakan pada
penelitian ini
yaitu sektor
industri
manufaktur
Dewan Komisaris Independen
berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
Komite Audit berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
66
Terdaftar di BEI (2016-2018) Nilai Perusahaan
dan CSR
sedangkan pada
penelitian
terdahulu
menggunakan
sektor perbankan
Model dan
metode analisis
yang digunakan
pada penlitian
terdahulu
menggunakan
regresi berganda
sedangkan pada
penelitian
menggunakan
moderate
regression
analysis
CSR berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
CSR dapat memperkuat hubungan
antara Dewan Komisaris Independen
terhadap Nilai Perusahaan
CSR tidak dapat memoderasi
hubungan antara Komite Audit
terhadap Nilai Perusahaan
67
10 Dewi
Widyaningsih
(2018)
Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Instuitisional,
Komisaris Independen, Serta
Komite Audit Pada Nilai
Perusahaan Dengan
Pengungkapan CSR sebagai
Variabel Moderasi dan Firm
Size sebagai Variabel Kontrol
Persamaan pada
penelitian ini
yang digunakan
yaitu Komisaris
Independen,
Komite Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Nilai
Perusahaan, dan
CSR
Model dan
metode analisis
yang digunakan
yaitu moderate
regression
analysis
Perbedaan pada
penelitian ini
tidak
menggunakan
variabel
Kepemilikan
Manajerial dan
Kinerja Keuangan
Populasi yang
digunakan pada
penelitian
terdahulu
menggunakan
sektor
pertambangan
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
sektor manufaktur
Kepemilikan Manajerial berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
Kepemilikan Instituisional
berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
Komite Audit berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
CSR dapat memperkuat hubungan
antara Kepemilikan Manajerial
terhadap Nilai Perusahaan.
CSR dapat memperkuat hubungan
antara Kepemilikan Institusional
terhadap Nilai Perusahaan.
CSR dapat memperkuat hubungan
antara Komisaris Independen terhadap
Nilai Perusahaan.
68
Sumber : Berbagai Jurnal
CSR dapat memperkuat hubungan
antara Komite Audit terhadap Nilai
Perusahaan.
69
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Gambar 2.3 kerangka pemikiran
70
D. Hipotesis
Nilai perusahaan sangat penting namun tidak mudah dalam
menjalankan dan menanamkan nilai perusahaan tersebut. Sebuah nilai
harus menjadi kebiasaan, prilaku dan budaya sebuah perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Nilai perusahaan adalah persepsi investor
terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan
harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga
tinggi dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting karena dengan
memaksimalkann nilai perusahaan maka perusahaan telah memaksimalkan
tujuan perusahaan (Riadi, 2017).
Menurut hasil penelitian Sissandhy, dkk. (2014) menyatakan
bahwa kepemilikan asing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan. Menurut Astuti (2014) juga menyatakan bahwa
kepemilikan asing berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dapat
disimpulkan kepemilikan asing memberikan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang memberikan dampak positif secara berkelanjutan bagi
perusahaan dan pemerintah. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,
maka penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu
71
pada fenomena yang terusuri. Riset ini juga ingin memberika gambaran
kondisi riil saat ini. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme GCG
pada perusahaan manufaktur dan jumlah kepemilikan asing yang berasal
dari investor asing terhadap Nilai Perusahaan dengan dimoderasi oleh
pengungkapan CSR. Diharapkan penelitian ini dapat memberika gambaran
yang seutuhnya dan tidak jauh berbeda dengan pratik riil yang ada saait ini
berdasarkan fenomena yang ada.
Teori keagenan muncul setelah terjadinya fenomena-fenomena
yaitu semakin maraknya kepemilikan perusahaan yang dipisahkan dari
manajemen. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik diperlukan oleh
setiap perusahaan guna mengurangi terjadinya konflik atau masalah
kepentingan antara pengelola perusahaan dengan para investor atau
pemegang saham. Perusahaan yang memiliki GCG yang baik akan lebih di
respon positif oleh pasa dan mempengaruhi nilai perusahaan (Tambunan,
dkk., 2017). Teori sinyal menurut Rankin, dkk. (2012) menekankan bahwa
perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui
pelaporannya. Menurut Gumantri, (2009) menyatakan dalam bentuk dan
jenis apapun sinyal yang diberika perusahaan, tujuannya adalah agar pihak
eksternal dapat mengambil keputusan yang tepat. Perusahaan harus
memberikan sinyal yang memiliki kekuatan informasi yang nantinya dapat
mengubah penilaian pihak eksternal perusahaan kearah yang lebih baik.
Informasi pengungkapan CSR, GCG dan kepemilikan asing dapat
72
memberikan sinyal positif kepada pihak eksternal sehinggap dapat
mempengaruhi harga saham perusahaan.
Kerangka konseptual meliputi beberapa teori antara lain teori
Stakeholders, teori Legitimasi, teori Keagenan, dan teori Sinyal.
Pengungkapan CSR lekat hubungannya dengan teori stakeholders. Dalam
pandangan teori stakeholders perusahaan bertanggungjawab pada seluruh
stakeholders yaitu pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap
perusahaan seperti karyawan, masyarakat, pesaing, badan usaha lain, dan
perusahaan asing. Dengan adanya CSR menunjukkann perusahaan tidak
terbatas hanya memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham
saja tetapi lebih luas lagi yaitu untuk stakeholder (Freeman, R.E & Mc
Vea J., 2001). Teori legitimasi mencakup gagasan tetang kontrak sosial
antara perusahaan dengan masyarakat (Jupe, 2005). Teori legitimasi
menjelaskan bahwa praktik pengungkapan tanggung jawab perusahaan
harus dilaksanakan sedemikian rupa agar aktivitas dan kinerja perusahaan
dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan akan mendapatkan legitimasi
dari masyarakat melalui pengungkapan tersebut yang akan berdampak
pada kelangsungan hidup perusahaan. Masyarakat akan memberika reaksi
positif terhadapa perusahaan karena pengungkapan aktivitas CSR (Branco,
dkk., 2008).
Perspektif teori keagenan dapat digunakan dalam memahami
prinsip dari tata kelola perusahaan atau yang sering disebut good
73
corporate governance (GCG). Teori keagenan muncul setelah terjadinya
fenomena-fenomena yaitu semakin maraknya kepemilikan perusahaan
yang dipisahkan dari manajemen. Penerapan tata kelola perusahaan yang
baik diperlukan oleh setiap perusahaan guna mengurangi terjadinya
konflik atau masalah penting antara pengelola perusahaan dengan para
investor atau pemegang saham. Perusahaan yang memiliki good corporate
governance yang baik akan lebih direspon positif oleh pasar dan
mempengaruhi nilai perusahaan.
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independenterhadap Nilai Perusahaan
Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting
dalamperusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate
Governance. Menurut Egon Zehnder (2000), Dewan Komisaris
Independen merupakan inti dari Corporate Governanceyang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu
mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan
arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang
bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing
perusahaan, sedangkan Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk
mengawasi manajemen, maka Dewan Komisaris merupakan pusat
ketahanan dan kesuksesan Perusahaan.
74
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019), Nanggolan &
Wardayani (2020), Prakoso (2020) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan. Sejalan juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2018) yang
menyatakan bahwa dewan komisaris independen terhadap nilai
perusahaan, hal ini sesuai dengan agency theory, dimana perusahaan
menjaga hubungan dengan pemilik modal (Stockholders) dengan
meningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham.
Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Febryawan, dkk.
(2019) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh dewan komisaris
independen terhadap nilai perusahaan. Hal ini karena, komisaris
independen bertindak sebagai pengawas manajemen dalam suatu
perusahaan. Komisaris independen dapat mengontrol manajer untuk tidak
melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan. Hal ini menunjukkan
pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen tidak
mempengaruhi perilaku manajer dalam upaya meningkatkan kinerja
perusahaan. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan hanya
dapat memantau dan meningkatkan perusahaan dalam melaksanakan good
corporate governance.
H1 : Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
75
2. Pengaruh Komite Auditterhadap Nilai Perusahaan
Tanggung jawab Komite Audit dalam bidang Corporate
Governance adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan
sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019), Negara (2019),
Prakoso (2020) dan Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan
jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan harus disesuaikan
sesuai dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap selalu
memperhatikan unsur efektivitas dalam proses pengambilan keputusan
sehingga memberikan kontribusi dalam nilai perusahaan dan juga kualitas
laporan keuangan. Laporan keuangan telah mencerminkan kondisi
perusahaan sebenarnya dan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (Sarafina 2017).
Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Soedaryono &
Riduifana (2017) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh komite audit
terhadap nilai perusahaan. Jumlah komite audit dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, kemungkinan karena peran komite audit dalam melakukan
internal control dapat menambah nilai saham perusahaan yang akan
76
berakibat pada nilai perusahaan yang diproksikan pada kemampuan
perusahaan dalam mengelola nilai sahammnya. Dengan kata lain dapat
diartikan bahwa seberapa banyaknya frekuensi komite audit mengadakan
rapat dalam perusahaan dalam kurun waktu satu tahun maka tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan.
H2 : Komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif terhadap
nilai perusahaan namun signifikan, disebabkan dengan kepemilikan saham
mayoritas yaitu rata-rata sebesar 41,46% (lebih besar dari kepemilikan
manajerial), kepentingan pemegang saham minoritas akan diabaikan
karena investor institusional mayoritas cenderung berpihak kepada
manajemen. Harga saham perusahaan di pasar modal akan mengalam
penurunan karena adanya asumsi bahwa manajemen akan lebih sering
mengambil kebijakan atau tindakan cenderung mengarah pada
kepentingan pribadi sehingga nilai perusahaan belum mampu ditingkatkan
oleh adanya kepemilikan institusional. Perubahan laba sekarang dapat
mempengaruhi keputusan investor institusional karena mereka hanya
terfokus pada laba sekarang. Apabila mereka memutuskan untuk menarik
saham dengan jumlah besar, maka otomatis akan mempengaruhi nilai
perusahaan secara keseluruhan (Prastuti & Budiasih, 2015).
77
Pada penelitian yang dilakukan oleh Negara (2019) dan
Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa terdapat pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat
kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang
dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang
terjadi didalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga
semakin meningkat.
H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan
CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalamrangka
memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas
operasional perusahaan. Perusahaan yang melakukan aktivitas CSR secara
berkala, tentunya akan membuat kesan positif bagi perusahaan dalam
jangka panjang. Disamping mendapat dukungan dan pengakuan
masyarakat, para investorpun akan tertarik menginveskan modalnya
sehingga meningkatkan kinerja saham di bursa efek.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Febryawan, dkk. (2021),
Wilim, dkk. (2020), Soedaryono & Riduifana (2017) dan Mukhtaruddin,
dkk. (2019). Hal ini sejalan dengan paradigma enlightened selfinterest
yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka
78
panjang hanyadapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab
sosial kepada masyarakat
H4 : CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
5. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderasi
Alokasi dana CSR mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Desakan lingkungan perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan
strategi untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Strategi perusahaan
seperti CSR dapat dilakukan untuk memberikan image perusahaan yang
baik kepada pihak eksternal. Perusahaan dapat memaksimalkan modal
pemegang saham, reputasi perusahaan, dan kelangsungan hidup jangka
panjang perusahaan dengan menerapkan CSR. Telah disebutkan dalam UU
bahwa perusahaan yang aktivitasnya berhubungan dengan lingkungan
alam wajib menerapkan CSR. Perusahaan tidak hanya memandang laba
sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya
yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba
untuk pemegang saham (Gray et. al. 2008).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019), Negara (2019)
dan Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat
hubungan dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan. Sejalan
79
dengan penelitian yang dilakukan oleh Prakoso (2020) menyatakan bahwa
CSR mampu memperkuat hubungan dewan komisaris independen
terhadap nilai perusahaan.dikarenakan pengungkapan CSR bersifat
disclosure sehingga mempengaruhi dewan komisaris independen dalam
memperhatikan faktor CSR, sedangkan CSR juga dapat dilihat oleh para
pemegang saham dan masyarakat sehingga dapat menambah atau
mengurangi citra perusahaan yang dampaknya langsung terhadap nilai
saham.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019), Negara (2019)
dan Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat
hubungan komite audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan
tugas komite audit bersifat monitoring sehingga mempengaruhi
manajemen dalam memperhatikan faktor CSR, sedangkan CSR juga dapat
dilihat oleh para pemegang saham dan masyarakat sehingga dapat
menambah atau mengurangi citra perusahaan yang dampaknya langsung
terhadap nilai saham. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Prakoso (2020) menyatakan bahwa CSR tidak mampu memperkuat
hubungan komite audit terhadap nilai perusahaan. Jumlah anggota komite
audit yang semakin banyak bukan merupakan jaminan bahwa kinerja suatu
perusahaan juga meningkat. Anggota komite audit yang terlalu banyak
berakibat kurang baik bagi perusahaan karena akan ada banyak tugas atau
pekerjaan yang terpecah. Hal ini menyebabkan anggota komite audit
80
kurang fokus dalam menjalankan tugasnya sehingga kinerja perusahaan
akan semakin memburuk. Selain itu, banyak dari komite audit belum
memahami peran utamanya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Negara (2019) menyatakan
bahwa CSR mampu memperkuat hubungan kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan
Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat
hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Hal
tersebut dikarenakan investor institusional akan memantau perkembangan
investasinya pada suatu perusahaan, yang akhirnya aka meningkatkan
pengendalian yang tinggi atas tindakan manajemen.
H5: CSR memperkuat hubungan Dewan Komisaris
Independen terhadap Nilai Perusahaan.
H6:CSR memperkuat hubungan Komite Audit terhadap Nilai
Perusahaan.
H7: CSR memperkuat hubungan Kepemilikan Institusional
terhadap Nilai Perusahaan.
81
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jakarta pada tahun 2020. Guna
memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderasi” maka
penelitian ini mengambil data sekunder berupa laporan keuangan dan
laporan tahunan dari perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor
barang konsumsi yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama
tahun 2016-2019 melalui situ www.idx.co.id
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah hubungan
klausal. Hubungan klausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat
(Sugiyono, 2015). Jadi, di sini ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) variabel dependen (variabel yang dipengaruhi) Hubungan
klausal bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen yang
digunakan adalah Nilai Perusahaan, variabel independen yang digunakan
adalah Good Corporate Governance yang diproksikan menjadi proporsi
komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan instituisional, dan
dimoderasikan oleh Corporate Social Responsibility.
82
C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
variabel independen, satu variabel dependen dan variabel moderasi.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan,
sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Good Corporate
Governance yang diprosikan menjadi proposi komisaris independen,
komite audit dan kepemilikan instituisional. Dan variabel moderasi yang
digunakan adalah Corporate Social Responsibility. Sesuai dengan rincian
di atas, maka terdapat lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2015). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Nilai Perusahaan. Nilai Perusahaan yang dimaksud
penelitian ini menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini merupakan konsep
yang berharga karena menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini
tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi dimasa
depan (Smither dan Wright, 2007) dalam Prasetyorini (2013), yaitu
harga saham ditambah hutang dibagi total aset. Tobin’s Q diukur
dengan perhitungan berikut:
83
Tobin′s Q =
MVE + Debt
TA
Keterangan :
Q = Nilai Perusahaan
MVE = Closing Price x saham beredar (Nilai Ekuitas)
Debt = Total Hutang
TA = Total Aset
2. Variabel Indepeden (Variabel Bebas)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015). Berikut ini adalah
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Proporsi Komisaris Independen (X1)
Perhitungan dewa komisaris diukur dengan menggunakan
jumlah komisaris independen pada perusahaan dibandingkan
dengan total komisaris yang ada pada perusahaan (Rahmawati et al,
2016). Rumus pengukuran rasio proporsi dewan komisaris adalah
sebagai berikut :
KOMIND = 𝒋𝒎𝒍 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎.𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒖.
𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎.𝒑𝒆𝒓𝒖.X 100%
84
b. Komite Audit (X2)
Tugas utama komite audit termasuk pemeriksaan dan
pengawasan tentang proses pelaporan keuangan dan control
internal. Anggota komte audit harus diangkat dari anggota dewan
komisaris yang tidak melaksanakan tugas-tugas eksekutif dan
terdiri atas paling sedikit tiga orang dan mayoritas harus
independen. Perhitungan komite audit diukur dengan
menggunakan jumlah komite audit perusahaan (Wijayanti Masitoh,
2018).
KA = 𝑱𝒎𝒍 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝒌𝒐𝒎𝒊𝒕𝒆 𝒂𝒖𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓
𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒕𝒆 𝑨𝒖𝒅𝒊𝒕X 100%
c. Kepemilikan Institusional (X3)
Struktur kepemilikan institusi merupakan jumlah saham
beredar yang dimiliki oleh institusi atau badan. Institusi yang
dimaksud adalah bada usaha lain baik dalam negeri maupun luar
negeri, lembaga keuangan, yayasan, serta pemerintah. Struktur
kepemilikan institusi diukur dengan menggunakan rumus:
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐮𝐭𝐢𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚𝐗 𝟏𝟎𝟎%
d. Corporate Social Responsibility ( Z )
CSR dalam penelitian ini diprosikan menggunakan rasio
pengungkapan CSR atau CSR disclosure. Penelitian ini
menggunakan tabelchecklist dengan indikator pengungkapan CSR
85
yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Indikator
pengungkapan CSR yang digunakan dalam penelitian ini adalah
indeks GRI G4 yang dibuat oleh GRI. Dalam guidelines standards
G4 mencakup 6 dimensi pelaporan, yaitu kinerja ekonomi,
lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia, kinerja masyarakat
sosial, dan tangggung jawab produk dengan total keseluruhan
indikator 91 indikator (GRI, 2013).
Tabel 3.1
Indikator Indeks GRI G4
Indikator Jumlah Item
Ekonomi 9
Lingkungan 34
Tenaga Kerja dan KenyamananKerja 16
Hak Asasi Manusia 12
Masyarakat Sosial 11
Tanggung Jawab Produk 9
Total Item 91
Sumber : GRI G4, www.globalreporting.org, (2013)
Pengukurang pengungkapan CSR ini menggunakan
variabel dummy. Hal ini digunakan dengan mencocokkan
pengungkapan yang dilakukan dengan mencocokkan
pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan tabel checklist.
Apabila item dalam tabel checklist diungkapkan oleh perusahaan,
86
maka diberi nilai 1, apabila tidak diungkapkan diberi nilai 0.
Kemudia semua item yang bernilai 1 dijumlahkan dan
dibandingkan dengan jumlah seluruh item pada tabel checklist.
Rumus pengukuran rasio poengungkapan CSR adalah sebagai
berikut:
CSRDI= ∑𝑿𝑿
𝑿 x 100%
Keterangan :
CSRDI = Pengungkapan CSR perusahaan
∑Xyi = Jumlah item bernilai satu pada perusahaan
n (n=91) = Jumlah seluruh item indikator pengungkapan CSR
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Nilai
Perusahaan(Y)
Tobin’s Q Tobin
′s Q =
MVE + Debt
TA
Rasio
Komisaris
Independen
(X2)
Jumlah Dewan
Komisaris
Independen
KOMIND= 𝒋𝒎𝒍 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎.𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒖.
𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎.𝒑𝒆𝒓𝒖.X
100%
Rasio
Komite Audit
(X3)
Jumlah Komite
Audit KA=
𝑱𝒎𝒍 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝒌𝒐𝒎𝒊𝒕𝒆 𝒂𝒖𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓
𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒕𝒆 𝑨𝒖𝒅𝒊𝒕X
100%
Rasio
87
Kepemilikan
Intitusional
(X4)
Jumlah
Kepemilikan
Instituisional
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐮𝐭𝐢𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚𝐗 𝟏𝟎𝟎%
Rasio
Corporate
Social
Responsibility
(Z1)
Corporate Social
Responsibility
Disclosure Index
CSRDI= ∑ 𝑿𝒊
𝒏 x 100%
Rasio
Sumber: Data diolah, 2020
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan kumpulan penelitian atau objek yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang bergerak pada sektor barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2016-2019 sebanyak 34 perusahaan
(www.sahamok.com).
2. Sampel Penelitian
Pemelihan sampel menggunakan teknik purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2015). Sehingga perusahaan yang tidak sesuai dengan
kriteria yang ditentukan penelitian akan dikeluarkan dari sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
88
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama 2016-2019.
Berikut adalah kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian
ini:
a. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2016-
2019.
b. Perusahaan yang konsisten mengungkapkan corporate social
responsibility untuk periode 2016-2019.
c. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan
dan laporan tahunan
d. Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap terkait dengan
variabel penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan teknik pengumpulan data arsip, yaitu mengumpulkan data
dari dokumen yang sudah ada. Dokumen berupa laporan keuangan dan
laporan tahunan yang diunduh dari www.idx.co.id selama periode 2016-
2019.
F. Metode Analisis
Seluruh penyajian dan analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan bantua program SPSS (Statistical Package for
89
Social Science). Penelitian ini diuji dengan menggunakan uji Moderate
Regression Analysis (MRA).
1. Analisis Desktriptif Statistik
Menurut Sugiyono (2015) analisis deskriptif merupakan statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
cara yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini metode analisis yang
digunakan adalah model analisis regresi berganda dengan bantuan
software SPSS 21.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi yang dipakai baik atau tidak (Ghozali, 2013). Terdapat 4 cara
untuk melakukan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji
multikolonieritas, uiji heteroskedastisitas, uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsi
90
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil (Ghozali, 2013).
Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu:
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data boservasi dengan distribusi yang mendkati distribusi
normal (Ghozali, 2013). Pada prinsipnya normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonao dari grafik atau dengan melihat histogram residualnya
(Ghozali, 2013).
Dasar pengambilan keputusan:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola terdistribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukka pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
91
2) Analisis Statistik
Menurut Ghozali (2013) uji normalitas dengan grafik
dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan
normal, secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu,
dianjurkan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik
yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov
Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 : data residual berdistribusi normal
HA : data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansinya lebih besar 0,05 maka H0
dapat diterima yang artinya data residual terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujun untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharunya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesame variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2013).
92
Menurut Ghozali (2013), untuk medeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat lihat dari nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), dengan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, maka
tidak terjadi masalah multikolonieritas, artinya model regresi
tersebut baik.
2) Jika nilai tolerance di bawah 0,1 dan nilai VIF di atas 10, maka
terjadi masalah multikolonieritas, artinya model regresi
tersebut tidak baik.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas kebanyakan daya crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,
dan besar) (Ghozali, 2013).
93
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknhya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y
sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudia menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena obeservasi yang
beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah
ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu obeservasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemuka pada
data tuntun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
94
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali,
2013).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidak
autokorelasi, salah satunya dengan uji Durbin-Watson (DW test).
Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel
lag di antara variabel independen.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
Tabel 3.3
Kriteria Autokorelasi Durbin – Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tdk ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tdk ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4
Tdk ada korelasi negatif No Decision 4 - du ≤ d ≤ 4 – dl
Tdk ada autokorelasi, positif dan negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali, 2016
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan pada
analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol ataupun tidak
95
terkontrol (observasi). Sebuah hasil dapat dikatakan signifikan dalam
statstik jika kejadian tersebut hampit tidak mungkin disebabkan oleh
faktor yang kebetulan saja, namun sesuai dengan batas probabilitas
yang sudah ditemukan sebelumnya.
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Kelemahan mendasar koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Oleh karena penelitian ini menggunakan banyak variabel
independen, maka penelitian ini menggunakan adjusted R2karena
lebih tepat untuk mengukur seberapa jauh dependen di terangkan
oleh variabel-variabel independen. Nilai adjusted R2dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model. Apabila dalam uji empiris terdapat adjusted R2 bernilai
negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.
96
b. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau variabel bebas yang ditetapkan dalam penelitian
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Uji signifikansi F dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan kriteria penolakan
atau penerimaan hipotesis sebagai berikut:
1) Jika signifikansi ≤ 0,05 berarti semua variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabeldependen.
2) Jika signifikansi ≥ 0,05 berarti semua variabel independen
secara bersama-sama tidak berpengaruhi terhadap variabel
dependen.
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen yang digunakan secara
individual dalam menjelaskan variabel-variabel dependen
(Ghozali, 2013). Uij t dapat dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi
menggunakan SPSS dan signifances level 0,05 (α= 5%).
Adapun penerimaan atau penolakan hipotesis dari uji t
berdasarkan kriteria berikut
97
1) Jika signifikansi ≤ 0,05 berarti variabel independen secara
individual memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
2) Jika signifikansi ≥ 0,05 berarti variabel independen secara
individual tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
4. Uji Regresi Linier Berganda
Penguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan multiple
regression (regresi berganda). Analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh beberapa variabel independen (X) terhadap
variabel dependen (Y). Model regresi dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
FV = α + β1DKI + β2KA + β3KI + β4 CSR + ε
Keterangan :
FV = Firm Value
Α = Konstanta
β1β2 β3β4 = Koefisien regresi masing-masing
DKI = Variabel Dewan Komisaris Independen
KA = Variabel Komite Audit
KI = Variabel Kepemilikan Instituisional
CSR = Variabel Corporate Social Responsibility
E =Error
98
5. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderate Regression
Analysis)
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya variabel moderasi, terdapat
dua metode yang dapat digunakan, yaitu analisis sub-group (sub
kelompok) dan moderated regression analysis (MRA). Pengujian
Moderate Regression Analysis (MRA) dapat dilihat dengan persamaan
berikut:
FV = α+ ß1 DKI * CSR + ß2 KA * CSR + ß3 KI * CSR + ε
Keterangan :
FV = Firm Value
Α = Konstanta
ß1 - ß4 = Koefisien Regresi yang menyatakan perubahan nilai Y
apabila terjadi perubahan nilai X
DKI = Dewan Komisaris Independen
KA = Komite Audit
KI = Kepemilikan Instituisional
CSR = Corporate Social Responsibility
Ε = Error
DKI*CS
R
= variabel interaksi antara dewan komisaris
independendan corporate social responsibility yang
menggambarkan pengaruh variabel moderasi, corporate
social responsibility terhadap hubungan dewan
komisaris independen dengan nilai perusahaan
99
KA*CS
R
= variabel interaksi antara komite auditdan corporate
social responsibility yang menggambarkan pengaruh
variabel moderasi, corporate social responsibility
terhadap hubungan komite audit dengan nilai perusahaan
KI*CSR = variabel interaksi antara kepemilikan instituisional dan
corporate social responsibility yang menggambarkan
pengaruh variabel moderasi, corporate social
responsibilit terhadap kepemilikan instituisional dengan
nilai perusahaan
100
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2016-2019. Tahun penelitian yang dipilih dalam
penelitian ini adalah tahun 2016-2019 agar waktu pengamatan panjang
sehingga peneliti dapat menganalisis perkembangan perusahaan selama
empat tahun berturu-turut. Pemelihan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling dengan seleksi kriteria pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Tabel Seleksi Sampel dengan Kriteria
No Keterangan Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan manufaktur sektor industri barang
komsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk periode tahun 2016-2019.
34
2 Perusahaan manufaktur yang sudah tidak daftar di BEI
pada periode 2016-2019. (20)
3 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap terkait
dengan variabel penelitian
(3)
SAMPEL 11
DATA PENELITIAN X 4 TAHUN 44
101
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 DLTA Delta Djakarta Tbk
2 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
3 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
4 SKBM Sekar Bumi Tbk
5 SKLT Sekar Laut Tbk.
6 STTP Siantar Top Tbk.
7 ALTO Tri Banyan TirtaTbk
8 CEKA Wilmar Cahaya IndonesiaTbk.
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
10 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
11 ULTJ Ulta Jaya Milk Industry & Tranding Company Tbk.
Sumber: Data diolah, 2021
Dari total perusahan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019 jumlah
perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut untuk periode tersebut
berjumlah 34 perusahaan. Dari 34 perusahaan terdapat 20 perusahaan yang
delisting dan laporan tahunan, dan terdapat juga 3 perusahaan yang tidak
memiliki data lengkap terkait dengan variabel penelitian, Berdasarkan data
tersebut maka perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
adalah sebanyak 11 perusahaan dengan periode 4 tahun sehingga jumlah
sampel penelitian adalah sebanyak 44. Adapun daftar perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran 1.
102
B. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan sebuah gambaran suatu data
dengan menggunakan nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai
minimum dan standar deviasi (std. dev) dari masing-masing variabel
dalam penelitian. Berikut adalah hasil statistik deskriptif yang terdiri dari
variabel teknik analisis data dalam menguji variabel-variabel pada
penelitian ini menggunakan softwarepengolahan data SPSS (Statistical
Program for Social Science).
Tabel 4.3
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimu
m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
DKI 44 .30 1.00 .7659 .26320
KA 44 .30 .70 .5909 .18020
KI 44 .10 1.00 .7023 .28893
Tobin’s Q 44 .20 3.90 1.6591 1.07947
CSR 44 44.00 92.30 64.8500 14.89788
Valid N
(listwise) 44
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Dari hasil pengujian statistik deksriptif pada tabel 4.3 diatas, maka
dapat dijelaskan sebagai berikut:
103
1. Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi dari varibel
Dewan Komisaris Independen (DKI) masing-masing sebesar 0,30,
1,00, 0,7659 dan 0,26320. Nilai standar deviasi variasi DKI lebih kecil
dari nilai rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa data Dewan Komisaris
Independen bersifat homogen perusahaan yang memperoleh nilai
minimum adalah PT Sekar Laut Tbk. Perusahaan yang memperoleh
nilai maksimum adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk, PT Sekar Laut Tbk, PT Siantar Top Tbk, PT
Tri Banyan Tirta Tbk dan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
2. Nilai minimum, maksimum rata-rata dan standar deviasi Komite Audit
(KA) masing-masing sebesar 0,30, 0,70, 0,5909 dan 0,18020. Nilai
standar deviasi Komite Audit lebih kecil dari nilai rata-rata, hal ini
menunjukkan data Komite Audit bersifat homogen. Perusahaan yang
memperoleh nilai minimum adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT Ultra Jaya Milky Industry & Trading Company Tbk dan PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Perusahaan yang memperoleh
nilai maksimum adalah PT Delta Djakarta Tbk, PT Multi Bintang
Indonesia Tbk, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT Sekar Bumi
Tbk, PT Sekar Laut Tbk, PT Siantar Top Tbk, PT Tri Banyan Tirta
Tbk dan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
3. Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi Kepemilikan
Institusional (KI) masing-masing sebesar 0,10, 1,00, 0,7023 dan
104
0,28893. Nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata, hal ini
menunjukkan bahwa data Kepemilikan Institusional bersifat homogen.
Perusahaan yang memperoleh nilai minimum adalah PT Delta Djakarta
Tbk. Perusahaan yang memperoleh nilai maksimum adalah PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk.
4. Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi Nilai
Perusahaan (Tobin’s Q) masing-masing sebesar 0,20, 3,90, 1,6591 dan
1,07947. Nilai standar deviasi Nilai Perusahaan lebih kecil dari nilai
rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa data Nilai Perusahaan bersifat
homogen. Perusahaan yang memperoleh nilai minimum adalah PT
Delta Djakarta Tbk. Perusahaan yang memperoleh nilai maksimum
adalah PT Indofood CBP Sukses Makmum Tbk.
5. Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi Corporate
Social Responsibility (CSR) masing-masing sebesar 44,00, 92,30,
64,8500 dan 14,89788. Nilai standar deviasi Corporate Social
Responsibility lebih kecil dari nilai rata-rata, hal ini menunjukkan
bahwa data Corporate Social Responsibility bersifat homogen.
Perusahaan yang memperoleh nilai minimum adalah PT Indofood
Sukses Makmur Tbk, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT Sekar
Laut Tbk dan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Perusahaan yang
memperoleh nilai maksimum adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
105
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan dalam menguji apakah suatu model
regresi dengan ketiga variabel yang ada memiliki distribusi data yang
normal atau tidak (Sugiyono, 2015). Uji normalitas dalam penlitian ini
menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test, dengan tingkat
signifikan 5%. Hasil uji normalitas untuk seluruh model penelitian
dengan jumlah data sebesar 44 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 44
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation .74738604
Most Extreme
Differences
Absolute .106
Positive .106
Negative -.099
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Dari uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test diatas, dihasilkan
nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Hasil tersebut dapat
106
disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini terdisbutor
normal karena nilai Asymp.Sig. (2-tailed) diatas 0,05.
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Dalam model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadinya korelasi antara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di
dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai uji VIF dan tolerance.
Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.788 1.269
.870 1.149
.942 1.061
.922 1.084
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada nilai tolerance >0,1
dan VIF dibawah 10. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa seluruh
variabel independen pada penelitian ini tidak ada gejala
multikolonieritas.
107
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya (Sugiyono, 2015). Uji heterokedastisitas
menggunakan uji Spearman’s rho. Hasil uji heterokedastisitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas
Correlations
DKI KA KI CSR
Unstandardized
Residual
Spea
rman
's r
ho
DKI Correlation
Coefficient 1.000 .403** .107 -.252 -.101
Sig. (2-tailed) . .007 .490 .099 .515
N 44 44 44 44 44
KA Correlation
Coefficient .403** 1.000 .053 -.151 -.044
Sig. (2-tailed) .007 . .732 .328 .776
N 44 44 44 44 44
KI Correlation
Coefficient .107 .053 1.000 .115 -.180
Sig. (2-tailed) .490 .732 . .458 .242
N 44 44 44 44 44
CSR Correlation
Coefficient -.252 -.151 .115 1.000 -.009
Sig. (2-tailed) .099 .328 .458 . .954
108
N 44 44 44 44 44
Un
stan
dard
ize
d R
esid
ual
Correlation
Coefficient -.101 -.044 -.180 -.009 1.000
Sig. (2-tailed) .515 .776 .242 .954 .
N 44 44 44 44 44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Dari analisis uji heterokedastisitas diatas, pada hasil uji
Spearman’s rho nilai signifikan masing-masing variabel independen
>0,05. Hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat gejala
heterokedastisitas dalam model regresi dan dapat dapat digunakan
untuk analisis selanjutnya.
4. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini (t)
dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1) (Ghozali, 2016). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi penelitian ini menggunakan uji
Durbin-Watson (DW-test) yaitu du<dw<4-dl maka tidak ada autokorelasi
positif atau negatif.
109
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson (d) dari uji autokorelasi sebesar 0,637 dimana nilai du 1,720 dan
nilai dl 1,326. Nilai Durbin-Watson terletak 0<0,637<1,720 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
MRA (Moderate Regression Analysis). Analisis digunakan untuk
menentukan hubungan Good Corporate Governance terhadap Nilai
perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai moderasi.
1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted- R Square)
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variabel
dependen. Pada tabel akan disajikan hasil uji koefisien determinasi
(Adjusted- R Square) pada penelitian ini.
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .722a .521 .471 .78478 .637
a. Predictors: (Constant), CSR, KI, KA, DKI
b. Dependent Variable: TobinsQ
110
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted- R Square)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa variabel Nilai Perusahaan
dapat dijelaskan oleh variabel lainnya, seperti Dewan Komisaris
Independen, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional sebesar
0,471 atau sekitar 47,1%. Sedangkan sisanya sebesar 52,9%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini, seperti kebijakan dividen, kebijakan hutang, ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kinerja keuangan dan lain
sebagainya.
2. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah model yang
digunakan pada penelitian ini sudah signifikan. Apabila nilai
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .722a .521 .471 .78478
a. Predictors: (Constant), CSR, KI, KA, DKI
b. Dependent Variable: TobinsQ
111
signifikansi <0,05, maka model ini dapat dinyatakan signifikan. Tabel
ini menyajikan hasil uji statistik F pada penelitian ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 26.087 4 6.522 10.589 .000b
Residual 24.019 39 .616
Total 50.106 43
a. Dependent Variable: TobinsQ
b. Predictors: (Constant), CSR, KI, KA, DKI
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 10,589 dengansig. sebesar 0,00. Karena nilai sig. lebih kecil
dari 0,05 danFhitung (10,589) < Ftabel (2,84 (df1= 4 - 1; df2= 44 – 4)),
dapat dikatakan bahwa Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
Kepemilikan Institusional berpengaruh secara simultan terhadap Nilai
Perusahaan.
3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menujukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen/penjelas yang secara individu
dalam menjelaskan variasi dependen. Apabila nilai signifikansi
112
variabel depende nya (Sugiyono, 2015). Berikut hasil uji statistik t
yang disajikan pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.476 .822 5.446 .000
DKI 1.161 .512 .283 2.267 .029
KA -4.383 .712 -.732 -6.157 .000
KI .134 .427 .036 .315 .754
CSR -.019 .008 -.258 -2.232 .031
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial,
dengan nilai alpha 0,05 dan nilai ttabel sebesar 2,022 (df = 44 – 4 – 1;
0,05), berikut penjelasannya:
1. Variabel Dewan Komisaris Independen (Sig = 0,029 & thitung =
2,267)
Nilai Sig (0,029<0,05)
Nilai thitung (2,267 > 2,022)
Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa koefisien varibel dewan komisaris
independen (X1) secara parsial memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel Nilai Perusahaan.
113
2. Variabel Komite Audit (Sig = 0,00 & thitung = 6,157)
Nilai Sig (0,00<0,05)
Nilai thitung (6,157>2,022)
Artinya, H2 diterima dan H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa koefisien variabel Komite Audit (X2) secara
parsialmemiliki pengaruh terhadap variabel Nilai Perusahaan.
3. Variabel Kepemilikan Institusional (Sig = 0,754 & thitung 0,315)
Nilai Sig (0,754>0,05)
Nilai thitung (0,315<2,022)
Artinya, H3 ditolak dan H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bawa koefisien variabel Kepemilikan Intitusional
(X3) secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
Nilai Perusahaan.
4. Variabel Corporate Social Responsibility (Sig = 0,031 & thitung =
2,232)
Nilai Sig (0,031<0,05)
Nilai thitung (2,232>2,022)
Artinya H4 diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa koefisien variabel Corporate Social Responsibility (H4)
secara parsialmemiliki pengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
114
4. Uji Regresi Linier Berganda
Tabel 4.11
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) 4.476 .822
DKI 1.161 .512
KA -4.383 .712
KI .134 .427
CSR -.019 .008
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2021
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Tobin’s=4,476 + 1,161 DKI – 4,383 KA + 0,134 KI – 0,019 CSR
Keterangan:
Tobin’s Q = Nilai Perusahaan
DKI = Dewan Komisaris Independen
KA =Komite Audit
KI = Kepemilikan Institusional
CSR = Corporate Social Responsibility
115
Berdasarkan hasil regresi yang dapat diartikan hubungan antar
variabel independen dan dependen, baik secara parsial maupun
simultan, berikut penjelasannya:
A = 4,476 artinya, jika tidak ada perubahan pada dewan komisaris
independen, komite audit, kepemilikan intitusional dan CSR
yang termasuk dalam variabel bebas. maka nilai perusahaan
sebesar 4,476 sebagai nilai konstan untuk variabel terikat.
DKI = 1,161 artinya, setiap penambahan dewan komisaris
independen akan mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan
sebesar 1,161.
KA = -4,383 artinya, setiap penambahan komite audit akan
mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan sebesar -4,383.
KI = 0,134 artinya, setiap penambahan kepemilikan institusional
akan mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan sebesar
0,134.
CSR = -0,019 artinya, setiap penambahan ekuitas merek akan
mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan sebesar -0,019.
Ε = Error
5. Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Moderated Regression Analysis berbeda dengan analisis
subkelompok, karena menggunakan pendekatan analitik yang
116
mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk
mengontrol pengaruh variabel moderasi.
Tabel 4.12
Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.914 6.275 -.464 .645
DKI -10.795 4.267 -2.632 -2.530 .016
KA 5.227 10.146 .873 .515 .610
KI -3.502 1.695 -.937 -2.067 .046
CSR -.078 .069 -1.074 -1.124 .269
DKIxCSR 7.085 2.685 2.786 2.639 .012
KAxCSR -4.604 5.692 -1.550 -.809 .424
KIxCSR 1.834 .790 1.146 2.323 .026
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021
117
Pada tabel 4.12 telah digambarkan hasil uji MRA terhadap variabel
Corporate Social Responsibility yang menunjukkan tingkat signifikansi
sebesar 0,012, 0,424, dan 0,026. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
moderasi Corporate Social Responsibility pada penelitian ini tidak
mendukung hipotesis keenam (H6). Karena tingkat signifikansi yang
dihasilkan >0,05, tetapi mendukung hipotesis ke 5 & 7 karena nilainya
tidak <0,05.
E. Pembahasan
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai
Perusahaan
Hasil uji hipotesis berdasar tabel menunjukkan bahwa variabel
Dewan Komisaris Independen memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,029. Hal ini berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis
pertama (H1), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan <0,05.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019),
Nanggolan & Wardayani (2020), Prakoso (2020) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh dewan komisaris independen terhadap nilai
perusahaan, hal ini sesuai dengan agency theory, dimana perusahaan
menjaga hubungan dengan pemilik modal (Stockholders) dengan
meningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham.
Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh
Febryawan, dkk (2019) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
118
dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan. Hal ini karena,
dewan komisaris independen bertindak sebagai pengawas manajemen
dalam suatu perusahaan. Komisaris independen dapat mengontrol
manajer untuk tidak melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan.
Hal ini menunjukkan pengawasan yang dilakukan oleh komisaris
independen tidak mempengaruhi perilaku manajer dalam upaya
meningkatkan kinerja perusahaan. Keberadaan komisaris independen
dalam perusahaan hanya dapat memantau dan meningkatkan
perusahaan dalam melaksanakan good corporate governance.
2. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Hasil uji hipotesis berdasarkan menunjukkan bahwa variabel
Komite Audit memiliki tingkat pengaruh signifikan sebesar 0,00. Hal
ini berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis kedua (H2),
karena tingkat signifikansi yang dihasilkan <0,05.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019),
Negara (2019), Prakoso (2020) dan Widyaningsih (2018) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan. Hal
ini dikarenakan jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan
harus disesuaikan sesuai dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
selalu memperhatikan unsure efektivitas dalam proses pengambilan
keputusan sehingga memberikan kontribusi dalam nilai perusahaan dan
juga kualitas laporan keuangan.
119
Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh
Soedaryono & Riduifana (2017) menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan. Jumlah komite audit
dapat mempengaruhi nilai perusahaan, kemungkinan karena peran
komite audit dalam melakukan internal control dapat menambah nilai
saham perusahaan yang akan berakibat pada nilai perusahaan yang
diproksikan pada kemampuan perusahaan dalam mengelola nilai
sahamnya. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa seberapa banyaknya
frekuensi komite audit mengadakan rapat dalam perusahaan dalam
kurun waktu satu tahun maka tidak akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Hasil uji hipotesis berdasar tabel menujukkan bahwa variabel
Kepemilikan Institusional tidak memiliki tingkat pengaruh signifikan
sebesar 0,754. Hal ini berarti bahwa penelitian ini tidak mendukung
hipotesis ketiga (H3), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan
>0,05. Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang terdaftar di
hipotesis, tetapi sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jamil, dkk
(2019) menyatakan bahwa kepemilikan institusional belum mampu
menjadi mekanisme pengawasan pada nilai perusahaan sehingga belum
120
ada dampaknya. Adanya asimetri informasi antar investor dengan
manajer menyebabkan investor belum tentu sepenuhnya memiliki
informasi yang dimiliki oleh manajer (sebagai pengelola perusahaan)
sehingga manajer sulit dikendalikan oleh investor institusional.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Negara (2019) dan
Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
kepemilikan instituisional terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi
tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat
pengendalian yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan
sehingga agency cost yang terjadi didalam perusahaan semakin
berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel menunjukkan bahwa variabel
Corporate Social Responsibility memiliki tingkat pengaruh signifikan
sebesar 0,031. Hal ini berarti bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis keempat (H4), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan
sebesar <0,05. Hasil uji hipotesis keempat menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh, Soedaryono & Riduifana
(2017) dan Mukhtaruddin, dkk (2019). Hal ini sejalan dngan paradigm
121
enlightened selfinterest yang menyatakan bahwa stabilitas dan
kemakmuran ekonomu jangka panjang hanya dapat dicapai jika
perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
5. Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan
Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderasi
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel menunjukkan bahwa variabel
dewan komisaris independen, komite audit dan kepemilikan institusional
secara berturut-turut memiliki tingkat pengaruh signifikan sebesar 0,012,
0,424 dan 0,026. Hal ini berarti bahwa Corporate Social Responsibility
memperkuat antara dewan komisaris independen dan kepemilikan
institusional terhadap Nilai Perusahaan, tetapi corporate social
responsibility memperlemah hubungan antara komite audit terhadap nilai
perusahaan. Jadi penelitian ini mendukung hipotesis kelima dan
ketujuh, tetapi tidak mendukung untuk hipotesis keenam.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basir (2019),
Negara (2019) dan Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa CSR mampu
memperkuat hubungan dewan komisaris independen terhadap nilai
perusahaan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Prakoso
(2020) menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat hubungan dewan
komisaris independen terhadap nilai perusahaan dikarenakan
pengungkapan CSR bersifat disclosure sehingga mempengaruhi dewan
122
komisaris independen dalam memperhatikan faktor CSR, sedangkan CSR
juga dapat dilihat oleh para pemegan saham dan masyarakat sehingga
dapat menambah atau mengurangi citra perusahaan yang dampaknya
langsung terhadap nilai saham.
Sejalan penelitian yang dilakukan oleh Prakoso (2020) menyatakan
bahwa CSR tidak mampu memperkuat hubungan antara komite audit
terhadap nilai perusahaan. Jumlah anggota komite audit yang semakin
banyak bukan merupakan jamina bahwa kinerja suatu perusahaan juga
meningkat. Anggota komite audit yang terlalu banyak berakibat kurag baik
bagi perusahaan karena akan ada banyak tugas atau pekerjaan yang
terpecah. Hal ini menyebabkan anggota komite audit kurang fokus dalam
menjalankan tugasnya sehingga kinerja perusahaan akan semakin
memburuk. Selain itu, banyak dari komite audit belum memahami peran
utamanya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Basir (2019), Negara (2019) dan
Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat
hubungan komite audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan
tugas komite audit bersifat monitoring sehingga mempengaruhi
manajemen dalam memperhatikan faktor CSR, sedangkan CSR juga dapat
dilihat oleh para pemegang saham dan masyarakat sehingga dapat
menambah atau mengurangi citra perusahaan yang dampaknya langsung
terhadap nilai saham.
123
Sejalan penelitian yang dilakukan oleh Negara (2019) menyatakan
bahwa CSR mampu memperkuat hubungan kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan
Widyaningsih (2018) menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat
hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Hal ini
tersebut dikarenakan investor institusional akan memantau perkembangan
investasinya pada suatu perusahaan, yang akhirnya akan meningkatkan
pengendalian yang tinggi atas tindakan manajemen.
124
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional
terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai
variabel moderasi pada perusahaan manufaktur sub sektor barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-
2019. Pada variabel Good Corporate Governance yang digunakan yaitu
dewan komisaris independen, komite audit dan kepemilikan institusional.
Dengan menggunakan MRA (Moderate Regression Ananlysis), hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Basir (2019), Nanggolan &
Wardayani (2020) dan Prakoso (2020).
2. Komite Audit berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan Basir (2019), Negara (2019), Prakoso (2019) dan
Widyaningsih (2018).
3. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Jamil et al (2019).
125
4. Corporate Social Responsibility memperkuat hubungan Dewan
Komisaris Independen dengan Nilai Perusahaan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan Basir (2019), Negara (2019) dan Widyaningsih (2018).
5. Corporate Social Responsibility memperlemah hubungan Komite
Audit dengan Nilai Perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Prakoso (2020).
6. Corporate Social Responsibility memperkuat hubungan Kepemilikan
Institusional dengan Nilai Perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan Negara (2019).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis
baik secara teoritis maupun praktisi masih terbatas. Penulis berharap untuk
penelitian di masa mendatang agar dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan di antaranya:
1. Masih terdapat keterbatasan good corporate governance dan corporate
social responsibility dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan, dilihat dari nilai koefisien determinasi cukup rendah.
Sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel
independen yang diduga dapat mempengaruhi nilai perusahaan, seperti
kebijakan dividen, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, kinerja keuangan dan lain sebagainya.
126
2. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperluas wilayah penelitian,
tidak hanya dominan pada perusahaan manufaktur agar mendapatkan
hasil penelitian yang lebih luas dan umum.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R., Malik, E., Pratiwi, E. T., Abdullah, L. O. D., Sulili, A., &
Heliawaty. (2019). Influence of corporate social responsibility on company
performance. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.
Agustia, D. (2013). Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 15(1), 27–42.
Agustiningsih, S. W., Sulistyaningsih, C. R., & Purwanto, P. (2016). Pengaruh
Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 16(1), 27–31.
Anita Wijayanti, Endang Masitoh, S. M. (2018). Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Tax Avoidance (Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI).
Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Airlangga, 3(1), 322–340.
Arinta, Y. N. (2019). Pengaruh Corporate Gorvenance Islam terhadap Tax
Avoidance. BISNIS : Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam, 6(2), 69.
Astuti, T. P., & Aryani, Y. A. (2017). Tren Penghindaran Pajak Perusahaan
Manufaktur Di Indonesia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2001-2014. Jurnal
Akuntansi, 20(3), 375–388.
Badan Pusat Statistik (2019)."Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur".
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/03/1739/pertumbuhan-produksi-
ibs-tahun-2019-naik-4-01-persen-dibandingkan-tahun-2018.html.
Basir (2019). Alokasi Dana CSR Sebagai Variabel Moderasi Antara Penerapan
Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sub
Sektor Perbankan. Journal of Business Administration 3 (2), 205-218.
128
Bintara, R (2020). Asean Corporate Governance Scorecard, Financial
Performance and Disclosure of Corporate Social Responsibility on Firm
Value. EPRA International Journal of Multidisciplinary Research (IJMR),
6(7).
Chen, T., & Lin, C. (2017). Does Information Asymmetry Affect Corporate Tax
Aggressiveness? Journal of Financial and Quantitative Analysis, 52(5),
2053–2081.
Deegan, C. (2002). The Legitimising Effect of Social and Environmental
Disclosures – A Theoretical Foundation. Accounting, Auditing &
Accountability Journal, 15(8), 282–311.
Famiola, M., & Adiwoso, S. A. (2016). Corporate social responsibility diffusion
by multinational subsidiaries in Indonesia: Organisational dynamic and
institutional effect. Social Responsibility Journal, 12(1), 117–129.
Febryawan, A., & Rahayu, Y. I., & Alfiana (2021). Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan GCG Sebagai
Variabel Moderasi. Conference on Economic and Business Innovation.
Fitri, W. A., Hapsarai, D. P., & Haryadi, E. (2017a). Pengaruh Leverage,
Komisaris Independen Dan Corporate Social Responsibility Terhadap
Penghindaran Pajak. J u m a U N S E R A, 3(4), 20–30.
Fitri, W. A., Hapsarai, D. P., & Haryadi, E. (2017b). Pengaruh Leverage,
Komisaris Independen Dan Corporate Social Responsibility Terhadap
Penghindaran Pajak. J u m a U N S E R A, 20–30.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. (2002). Peranan Dewan Komisaris
Dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan). In Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance).
129
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
(Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
GRI. (2013). G4 Sustainability Reporting Guidelines - Part 1: Reporting
Principles and Standard Disclosures. Global Reporting Initiative.
Hamdani, M., & Nupikso, G. (2016). Peningkatan Kinerja Keuangan dan Harga
Saham melalui Pengungkapan Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) dan Ukuran Perusahaan pada BUMN Go Publik. Jurnal Manajemen
Dan Organisasi, 7(1), 63-74.
Handayani, R. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan
Institusional dan Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance di
Perusahaan Perbankan. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 8(3), 114–131.
Hanggraeni, D. (2014). Manajemen Risiko Perusahaan (Enterprise Risk
Management) dan Good Corporate Governance. Penerbit Universitas
Indonesia.
Hanlon, G., & Fleming, P. P. (2009). Updating the Critical Perspective on
Corporate Social Responsibility. Sociology Compass, 3(6), 937–948.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A review of tax research. Journal of
Accounting and Economics, 50(2–3), 127–178.
Hanum, H. R. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap
Effective Tax Rate. Diponegoro Journal of Accounting, 2(2), 1–10.
Hanum, H. R., & Zulaikha. (2015). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
Terhadap Luas Pengungkapan CSR., 2(2), 1–10.
Harahap, H. (2018). The Influence of Information Asymmetry on Earnings
Management With Good Corporate Governance (GCG) as the Moderating
variable. The Indonesian Accounting Review, 7(1), 61–68.
130
Haynes, K., Murray, A., & Dillard, J. (2012). Corporate social responsibility. In
Corporate Social Responsibility: A Research Handbook.
Hidayati, N., & Fidiana. (2017). Pengaruh Corporate Governance Social
Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Pengindaran Pajak.
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(3), 1053–1070.
Huang, X. B., & Watson, L. (2015). Corporate social responsibility research in
accounting. Journal of Accounting Literature, 34(5), 1–16.
www.idx.co.id
Jamil, S et al. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai
Perusahaan Dimoderasi Oleh Corporate Social Responsibility. Jurnal
Eksplorasi Akuntasi 1(1), 487-503, 2019
Jensen, M., & Meckling, W. (2012). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs, and ownership structure. In The Economic Nature of the Firm:
A Reader, Third Edition (pp. 283–303).
Komite Nasional Kebijakan Governance. (2011). Pedoman Good Corporate
Governance Perusahaan Konsultan Aktuaria Indonesia. KNKG, Indonesia.
Kuznetsov, A., & Kuznetsovau, O. (2012). Business Legitimacy and Corporate
Social Responsibility in the Russian Context. International Studies of
Management and Organization, 42(3), 35-48.
Lanis, R., & Richardson, G. (2012). Corporate social responsibility and tax
aggressiveness: An empirical analysis. Journal of Accounting and Public
Policy, 31(1), 86–108.
Mahardhika, Wayan A. (2020). "Industri Manufaktur Diyakini Tumbuh 5,3
Persen Pada 2020" diakses pada 12 Mei 2021 dari:
131
https://money.kompas.com/read/2020/01/06/182822826/industri-manufaktur-
diyakini-tumbuh-53-persen-pada-2020
Maraya, A. D., & Yendrawati, R. (2016b). Pengaruh Corporate Governance dan
corporate social responsibility disclosure terhadap tax avoidance: studi
empiris pada perusahaan tambang dan CPO. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, 20(2), 147–159.
Marius, M., A., & Masri, I. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. Konferensi
Ilmiah Akuntansi IV, 2-3 Maret 2017.
Moir, L. (2001). What Do We Mean by Corporate Social Responsibility?
Corporate Governance, 1(2), 16–22.
Mughal, M. M. (2012). Reasons of Tax Avoidance and Tax Evasion: Reflections
from Pakistan. Journal of Economics and Behavioral Studies, 4(4), 217–222.
Mukhtaruddin et al. (2019) Good Corporate Governance, Corporate Social
Responsibility, Firm Value, and Financial Performance as Moderating
Variabel. Indonesian Journal of Sustainability Accounting and Management.
Murphy, D., & Ng’ombe, A. (2009). Corporate social responsibility. In Corporate
Social Responsibility and Urban Development: Lessons from the South (pp.
7–33).
Nainggolan, I., M., & Wardayani. (2020). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Good Coraporate Governance dan
Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderasi. Civitas: Jurnal
Studi Manajemen, 2(1) 20-25.
Nathan, A. J., & Scobell, A. (2012). How China sees America. In Foreign Affairs
(Vol. 91, Issue 5, pp. 33–47).
132
Negara, I., K. (2019). Analisis Pengaruh Good Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai
Variabel Pemoderasi Studi Pada Indeks SRI-KEHATI yang Listed di BEI.
Nationally Accredited Journal. Jurnal Magister Manajemen, Universitas
Mataram. 8(1) 2019.
Ngadiman, N., & Puspitasari, C. (2017). Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi, 18(3), 408–421.
Nuur, N., & Murni, S. R. I. (2009). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Earningss Response Coefficient Pada Perusahaan
High Profile. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 11(1), 1–18.
Octaviani, L. (2013). Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Utang
Terhadap Kepemilikan Manajerial Pada Badan Usaha Sektor Non Keuangan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2007-2011. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 1–15.
Pohan, C. A. (2016). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Akarta: PT Gramedia.
Pradipta, D. H., & Supriyadi. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility
(CSR), Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris Independen Terhadap Praktik
Penghindaran Pajak. Kompartemen Jurnal Ilmiah Akuntansi.
Prof. Dr. Mardiasmo, Mba., A. (2011). Perpajakan Edisi Terbaru 2016. In
Penerbit ANDI.
Prakoso, M., A., B. (2020). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Variabel Pemoderasi Pengungkapan CSR Pada
133
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI (2016-2018). Jurnal Akuntansi
Universitas Trisakti.
Rahayu, N. (2017). Pengaruh Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak Terhadap.
Akuntansi Dewantara, 1(1), 15–30.
Rahmawati, A., Endang, M. G. W., & Agusti, R. R. (2016). Pengaruh
pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Corporate Governance
Terhadap Tax Avoidance (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2012-2014). Jurnal Perpajakan (JEJAK),4(1)64-
75.
Ratmono, D., & Sagala, W. M. (2015). Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (Csr) Sebagai Sarana Legitimasi: Dampaknya Terhadap
Tingkat Agresivitas Pajak. Jurnal Nominal, 4(2), 16–30.
Saputra, R. (2019). Penghindaran Pajak. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Sari, D., & Tjen, C. (2016). Corporate Social Responsibility Disclosure,
Environmental Performance, and Tax Aggressiveness. International
Research Journal of Business Studies, 9(2), 93–104.
Sasmita, S. N. A. (2006). Pelaporan Kewajiban Perpajakan Di Semarang ( Studi
UMKM Di Kota Semarang ). U niversitas Negeri Semarang.
Siregar, S. V. N. ., & Utama, S. (9 C.E.). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba
(Earnings Management). The Indonesian Journal of Accounting Research,
3(September), 475–490.
Sitorus, G. C. T., & Mangoting, Y. (2014). Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Profit Perusahaan Consumer Goods di
Indonesia Tahun 2010 - 2012. Tax and Accounting Review, 4(1), 1–12.
134
Soedaryono, B. & Riduifana, D. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Corporate Social Responsibility. Media
Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 13(1) April 2013.
Sudana, I. M., & Arlindania, P. A. (2011). Corporate Governance Dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Go-Public
Di Bursa Efek Indonesia. Journal of Theory and Applied Management, 4(1),
37–49.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung:PT Alfabeta.
Suprasto, P. D. S. & B. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Kualitas Audit, Dan Kepemilikan Institusional Pada Agresivitas Pajak. E-
Jurnal Akuntansi, 2017(1), 1349–1377.
Supriatna, N., & M. Kusuma, A. (2009). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 1(1), 1–10.
Sutedi, A. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. Jakarta:
Sinar Grafika.
Suwito, E., & Herawaty, A. (2005). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tindakan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi, 15(16), 136–146.
Tahar, A., & Rachmawati, D. (2020). Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Penghindaran
Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2014-2017). Kompartemen Jurnal Ilmiah Akuntansi,
18(1), 98–115.
Triwahyuningtias, M. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, Dan Laverage Terhadap
135
Terjadinya Financial Distress. Semarang , Skripsi, Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro.
UN Global Compact. (2000). The ten principles of global compact. United
Nations Global Compact.
Widyaningsih, D. (2018). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Komisaris Independen, Serta Komite Audit Pada Nilai Perusahaan Dengan
Pengungkapan CSR sebagai Variabel Moderating dan Firm Size sebagai
Variabel Kontrol. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 19(1) 38-52.
Willim, A., P., & Lako, A., & Wendy. (2020). Analysis of Impact Implementation
of Corporate Governance and Corporate Social Responsibility on Corporate
Value in Banking Sector with Net Profit Margin and Management Quality as
Moderating Variables. International Journal of Multicultural and
Multireligious Understanding, 7(4) 116-124.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), & World
Resources Institute (WRI). (2004). A Corporate Accounting and Reporting
Standard. Greenhouse Gas Protocol.
Wulansari, Retno, & Sapari. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi, 6(8).
136
LAMPIRAN
137
Lampiran 1
Daftar Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Tahun 2016-
2019
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 DLTA Delta Djakarta Tbk
2 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
3 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
4 SKBM Sekar Bumi Tbk
5 SKLT Sekar Laut Tbk.
6 STTP Siantar Top Tbk.
7 ALTO Tri Banyan TirtaTbk
8 CEKA Wilmar Cahaya IndonesiaTbk.
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
10 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
11 ULTJ Ulta Jaya Milk Industry & Tranding Company Tbk.
Lampiran 2
Perhitungan Variabel X1 Dewan Komisaris Independen
Nama Emiten
Tahun
Jumlah Dewan Komisaris Independen
Jumlah Dewan Komisaris DKI
DLTA
2016 2 5 0.4
2017 2 5 0.4
2018 2 5 0.4
138
2019 2 5 0.4
INDF
2016 3 8 0.375
2017 3 8 0.375
2018 3 8 0.375
2019 3 8 0.375
MLBI
2016 7 7 1.000
2017 6 6 1.000
2018 6 6 1
2019 8 8 1
ULTJ
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 4 0.5
ROTI
2016 3 3 1
2017 3 3 1
2018 3 3 1.000000000
2019 3 3 1.000000000
SKBM
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
ICBP
2016 5 6 0.833333333
2017 5 6 0.833333333
2018 5 6 0.833333333
2019 5 6 0.833333333
SKLT
2016 3 3 1
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
2019 1 3 0.333333333
STTP
2016 2 2 1
2017 2 2 1
2018 2 2 1
2019 2 2 1
ALTO
2016 2 2 1
2017 2 2 1
2018 2 2 1
2019 2 2 1
139
CEKA
2016 3 3 1
2017 3 3 1
2018 3 3 1
2019 3 3 1
Lampiran 3
Perhitungan Variabel X2 Komite Audit
Nama Emiten Tahun
Jumlah Komite Audit
Seluruh Anggota Komite Audit Komite Audit
DLTA
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
INDF
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
2019 1 3 0.333333333
MLBI
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
ULTJ
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
2019 1 3 0.333333333
ROTI
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
SKBM
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
ICBP
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
140
2019 1 3 0.333333333
SKLT
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
STTP
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
ALTO
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
CEKA
2016 2 3 0.666666667
2017 2 3 0.666666667
2018 2 3 0.666666667
2019 2 3 0.666666667
Lampiran 4
Perhitungan Variabel X3 Kepemilikan Institusional
Nama Emiten Tahun
Saham Intitusional
Jumlah Saham Beredar KI
DLTA
2016 97,850,350 800,659,050 0.122212258
2017 97,850,350 800,659,050 0.122212258
2018 96,476,500 800,659,050 0.120496359
2019 96,162,600 800,659,050 0.120104307
INDF
2016 4,396,103,450 8,780,426,500 0.500670833
2017 8,621,023,643 8,780,426,500 0.981845659
2018 8,604,817,970 8,780,426,500 0.98
2019 8,640,817,719 8,780,426,500 0.9841
MLBI
2016 383,849,000 2,107,000,000 0.182177978
2017 2,066,383,500 2,107,000,000 0.980723066
2018 2,071,573,800 2,107,000,000 0.983186426
2019 2,072,747,900 2,107,000,000 0.983743664
ULTJ 2016 1,071,348,565 2,888,382,000 0.370916508
2017 4,258,588,260 11,553,528,000 0.368596351
141
2018 4,193,338,260 11,553,528,000 0.362948725
2019 4,203,338,260 11,553,528,000 0.363814262
ROTI
2016 3,511,223,500 5,061,800,000 0.693670927
2017 4,348,028,207 6,186,488,888 0.70282648
2018 6,145,718,808 6,186,488,888 0.993409819
2019 6,122,611,229 6,186,488,888 0.989674651
SKBM
2016 755,074,606 936,530,894 0.80624634
2017 1,429,025,322 1,726,003,217 0.827938968
2018 1,429,025,322 1,726,003,217 0.827938968
2019 1,429,025,322 1,726,003,217 0.827938968
ICBP
2016 9,391,678,000 11,661,908,000 0.805329454
2017 9,391,678,000 11,661,908,000 0.805329454
2018 9,391,678,000 11,661,908,000 0.805329454
2019 9,391,678,000 11,661,908,000 0.805329454
SKLT
2016 675,094,100 690,740,500 0.977348367
2017 649,689,050 690,740,500 0.940568926
2018 675,095,800 690,740,500 0.977350829
2019 675,095,800 690,740,500 0.977350829
STTP
2016 743,600,500 1,310,000,000 0.567633969
2017 743,600,500 1,310,000,000 0.567633969
2018 743,600,500 1,310,000,000 0.567633969
2019 957,510,200 1,310,000,000 0.730923817
ALTO
2016 1,774,206,505 2,186,603,090 0.811398517
2017 1,661,831,838 2,191,870,558 0.758179735
2018 855,894,265 2,191,870,558 0.390485771
2019 888,901,690 2,191,870,558 0.405544792
CEKA
2016 547,471,000 595,000,000 0.920119328
2017 547,471,000 595,000,000 0.920119328
2018 547,471,000 595,000,000 0.920119328
2019 547,471,000 595,000,000 0.920119328
Lampiran 5
Perhitungan Variabel Z Corporate Social Responsibility
Indikator GRI G4
NAMA PERUSAHAAN
DLTA INDF
142
2016 2016 2017 2018 2016 2017 2018 2019
G4-EC 1 0 1 0 1 1 0 1 1
G4-EC 2 0 0 1 1 0 1 1 1
G4-EC 3 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EC 4 0 0 1 1 0 1 1 1
G4-EC 5 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EC 6 1 1 0 1 1 0 1 1
G4-EC 7 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EC 8 0 0 0 1 0 0 1 0
G4-EC 9 0 0 1 1 0 1 1 0
G4-EN 1 1 1 1 1 1 1 1 0
G4-EN 2 1 1 1 1 1 1 1 0
G4-EN 3 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 4 1 1 1 1 1 1 1 0
G4-EN 5 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 6 0 1 0 0 1 0 0 0
G4-EN 7 1 0 0 0 0 0 0 1
G4-EN 8 0 0 1 1 0 1 1 0
G4-EN 9 0 0 0 0 0 0 0 0
G4-EN 10 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EN 11 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 12 0 1 0 0 1 0 0 0
G4-EN 13 1 1 1 0 1 1 0 1
G4-EN 14 1 1 0 1 1 0 1 0
G4-EN 15 1 0 0 1 0 0 1 1
G4-EN 16 1 0 1 1 0 1 1 0
143
G4-EN 17 1 1 1 0 1 1 0 1
G4-EN 18 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 19 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EN 20 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 21 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 22 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EN 23 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 24 0 0 1 1 0 1 1 0
G4-EN 25 0 0 0 1 0 0 1 1
G4-EN 26 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EN 27 0 0 1 1 0 1 1 0
G4-EN 28 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 29 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-EN 30 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EN 31 1 1 1 1 1 1 1 0
G4-EN 32 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-EN 33 1 0 1 1 0 1 1 0
G4-EN 34 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-LA 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-LA 2 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-LA 3 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-LA 4 0 1 1 0 1 1 0 0
G4-LA 5 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-LA 6 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-LA 7 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-LA 8 1 1 0 1 1 0 1 0
144
G4-LA 9 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-LA 10 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-LA 11 1 0 1 1 0 1 1 0
G4-LA 12 1 0 0 0 0 0 0 0
G4-LA 13 0 1 1 0 1 1 0 0
G4-LA 14 1 0 1 0 0 1 0 0
G4-LA 15 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-LA 16 0 0 0 0 0 0 0 0
G4-HR 1 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-HR 2 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-HR 3 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-HR 4 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-HR 5 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-HR 6 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-HR 7 0 0 0 1 0 0 1 0
G4-HR 8 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-HR 9 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-HR 10 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-HR 11 0 1 1 1 1 1 1 0
G4-HR 12 0 1 0 1 1 0 1 1
G4-SO 1 0 0 1 1 0 1 1 0
G4-SO 2 1 0 1 1 0 1 1 0
G4-SO 3 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-SO 4 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-SO 5 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-SO 6 1 1 1 1 1 1 1 1
145
G4-SO 7 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-SO 8 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-SO 9 1 0 1 1 0 1 1 0
G4-SO 10 1 1 0 1 1 0 1 1
G4-SO 11 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-PR 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-PR 2 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-PR 3 1 1 1 1 1 1 1 1
G4-PR 4 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-PR 5 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-PR 6 0 0 1 1 0 1 1 0
G4-PR 7 1 0 1 1 0 1 1 1
G4-PR 8 0 0 0 0 0 0 0 0
G4-PR 9 1 0 1 1 0 1 1 1
Total 70 40 74 79 40 74 79 62
CSR 0.769231 0.43956 0.813187 0.868132 0.43956 0.813187 0.868132 0.681319
CSR (%) 76.92308 43.95604 81.31868 86.81319 43.95604 81.31868 86.81319 68.13187
MLBI ULTJ
2016 2016 2017 2018 2016 2017 2018 2019
1 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0
146
1 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
147
1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 1
1 1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0 1 1
0 1 0 0 1 0 0 1
0 0 0 1 0 0 1 1
1 1 0 1 1 0 1 0
148
1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
149
1 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0
82 70 73 72 70 73 72 52
0.901099 0.769231 0.802198 0.791209 0.769231 0.802198 0.791209 0.571429
90.10989 76.92308 80.21978 79.12088 76.92308 80.21978 79.12088 57.14286
150
ROTI SKBM
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 0 1 1
1 0 0 1 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 0 0 0
0 0 1 0 1 1 0 1
1 1 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0 0
0 1 1 1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 0
1 1 0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 1 1 0 1
1 1 0 1 1 0 0 0
0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1
0 1 0 0 0 1 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 0 0
0 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 0 0 1
0 0 0 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
151
1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 0 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 0 1 1 0
1 0 0 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 0
0 1 0 1 1 1 1 0
0 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0
1 0 0 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1 0 1
1 1 1 1 0 1 1 1
0 0 0 0 1 0 0 1
1 0 1 1 0 1 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0
152
ICBP SKLT
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
0 0 1 1 1 1 0 0
0 1 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0
1 1 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 0 1 0 0
1 0 1 1 1 1 0 0
1 0 0 1 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 0 1 0 0
0 1 1 1 0 1 0 0
0 1 1 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 0 1 1 1
1 1 1 0 0 1 1 0
1 1 0 1 0 0 1 1
1 0 0 0 1 0 0 1
0 1 0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 1
0 1 1 1 0 0 1 1
40 60 53 60 55 64 55 57
0.43956 0.659341 0.582418 0.659341 0.604396 0.703297 0.604396 0.626374
43.95604 65.93407 58.24176 65.93407 60.43956 70.32967 60.43956 62.63736
153
0 1 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 0 1 0 0
0 1 0 1 1 1 0 0
1 0 0 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 0 0 0
1 1 1 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1 1 0
1 0 0 1 1 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 0 0 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1
154
1 1 1 1 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1
0 0 0 1 0 1 0 1
1 1 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 0 1 1 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 0 0 1 1 0 1
0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0
1 1 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 0 0 1 0 1
1 0 1 1 1 1 0 1
1 0 0 1 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 1
1 0 1 1 0 0 0 1
1 1 1 1 0 0 1 1
1 1 1 0 1 0 0 1
1 0 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 1 0 0 1 0
1 0 0 1 1 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 1 0 1
0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1 1 0
1 0 1 0 0 0 1 0
155
70 56 55 63 40 61 42 47
0.769231 0.615385 0.604396 0.692308 0.43956 0.67033 0.461538 0.516484
76.92308 61.53846 60.43956 69.23077 43.95604 67.03297 46.15385 51.64835
STTP ALTO CEKA
2016
2017
2018
2019
2016
2017
2018
2019
2016
2017
2018
2019
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0
1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0
1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
156
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0
157
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1
1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
82 61 45 51 70 55 41 42 40 40 43 40
0.901099
0.67033
0.494505
0.56044
0.769231
0.604396
0.450549
0.461538
0.43956
0.43956
0.472527
0.43956
90.10989
67.03297
49.45055
56.04396
76.92308
60.43956
45.05495
46.15385
43.95604
43.95604
47.25275
43.95604
158
Lampiran 6
Perhitungan Variabel Y Nilai Perusahaan
Nama Emiten
Tahun Harga Saham
Jumlah Saham Beredar MVE Total Liabilitas Total Aset
Tobin's Q
DLTA
2016 5,000 800,659,050 4,003,295,250,000 185,422,642,000,000 1,197,796,650,000,000 0.16
2017 4,590 800,659,050 3,675,025,039,500 196,197,372,000,000 1,294,809,910,000,000 0.15
2018 5,500 800,659,050 4,403,624,775,000 239,353,356,000,000 1,523,517,170,000,000 0.16
2019 6,800 800,659,050 5,444,481,540,000 212,420,390,000,000 1,425,983,722,000,000 0.15
INDF
2016 7,925 8,780,426,5
00 69,584,880,012,500 38,233,092,000,000 82,174,515,
000,000 1.31
2017 7,625 8,780,426,5
00 66,950,752,062,500 41,182,764,000,000 87,939,488,
000,000 1.23
2018 7,450 8,780,426,5
00 65,414,177,425,000 46,620,996,000,000 96,537,796,
000,000 1.16
2019 7,925 8,780,426,5
00 69,584,880,012,500 41,996,071,000,000 96,198,559,
000,000 1.16
MLBI
2016 11,750 2,107,000,0
00 24,757,250,000,000 1,454,398,000,000,0
00 2,275,038,000,000,000 0.65
2017 13,675 2,107,000,0
00 28,813,225,000,000 1,445,173,000,000,0
00 2,510,078,000,000,000 0.59
2018 16,000 2,107,000,0
00 33,712,000,000,000 1,721,965,000,000,0
00 2,889,501,000,000,000 0.61
2019 15,500 2,107,000,0
00 32,658,500,000,000 1,750,943,000,000,0
00 2,896,950,000,000,000 0.62
ULTJ
2016 4,570 2,888,382,0
00 13,199,905,740,000 749,966,146,582 4,239,199,6
41,365 3.29
2017 1,295 11,553,528,
000 14,961,818,760,000 978,185,000,000 5,186,940,0
00,000 3.07
2018 1,350 11,553,528,
000 15,597,262,800,000 780,915,000,000 5,555,871,0
00,000 2.95
2019 1,680 11,553,528,
000 19,409,927,040,000 953,283,000,000 6,608,422,0
00,000 3.08
ROTI
2016 1,600 5,061,800,0
00 8,098,880,000,000 1,476,889,086,692 2,919,640,8
58,718 3.28
2017 1,275 6,186,488,8
88 7,887,773,332,200 1,739,467,993,982 4,559,573,7
09,411 2.11
2018 1,200 6,186,488,8
88 7,423,786,665,600 1,476,909,260,772 4,393,810,3
80,883 2.03
2019 1,300 6,186,488,8
88 8,042,435,554,400 1,589,486,465,854 4,682,083,8
44,951 2.06
SKBM 2016 640 936,530,894 599,379,772,160 633,267,725,358 1,001,657,0 1.23
159
12,004
2017 715 1,726,003,2
17 1,234,092,300,155 599,790,014,646 1,623,027,4
75,045 1.13
2018 695 1,726,003,2
17 1,199,572,235,815 730,789,419,438 1,771,365,9
72,009 1.09
2019 410 1,726,003,2
17 707,661,318,970 784,562,971,811 1,820,383,3
52,811 0.82
ICBP
2016 8,575 11,661,908,
000 100,000,861,100,00
0 10,401,125,000,000 28,901,948,
000,000 3.82
2017 8,900 11,661,908,
000 103,790,981,200,00
0 11,295,184,000,000 31,619,514,
000,000 3.64
2018 10,450 11,661,908,
000 121,866,938,600,00
0 11,660,003,000,000 34,367,153,
000,000 3.89
2019 11,150 11,661,908,
000 130,030,274,200,00
0 12,038,210,000,000 38,709,314,
000,000 3.67
SKLT
2016 308 690,740,500 212,748,074,000 272,088,644,079 568,239,93
9,951 0.85
2017 1,100 690,740,500 759,814,550,000 328,714,435,982 636,284,21
0,210 1.71
2018 1,500 690,740,500 1,036,110,750,000 408,057,718,435 747,293,72
5,435 1.93
2019 1,610 690,740,500 1,112,092,205,000 410,463,595,860 790,845,54
3,826 1.93
STTP
2016 3,190 1,310,000,0
00 4,178,900,000,000 1,167,899,357,271 2,336,411,4
94,941 2.29
2017 4,360 1,310,000,0
00 5,711,600,000,000 957,660,374,836 2,342,432,4
43,196 2.85
2018 3,750 1,310,000,0
00 4,912,500,000,000 984,801,863,078 2,631,189,8
10,030 2.24
2019 1,700 1,310,000,0
00 2,227,000,000,000 733,556,075,974 2,881,563,0
83,954 1.03
ALTO
2016 330 2,186,603,0
90 721,579,019,700 684,252,214,422 1,165,093,6
32,823 1.21
2017 388 2,191,870,5
58 850,445,776,504 690,099,182,411 1,109,383,9
71,111 1.39
2018 400 2,191,870,5
58 876,748,223,200 722,716,844,799 1,109,843,5
22,344 1.44
2019 398 2,191,870,5
58 872,364,482,084 722,719,563,550 1,103,450,0
87,164 1.45
CEKA
2016 1,350 595,000,000 803,250,000,000 538,044,038,690 1,425,964,1
52,418 0.94
2017 1,290 595,000,000 767,550,000,000 489,592,257,434 1,392,363,4
44,501 0.90
2018 1,375 595,000,000 818,125,000,000 192,308,466,864 1,168,956,0
42,706 0.86
2019 1,670 595,000,000 993,650,000,000 261,784,845,240 1,393,079,5
42,074 0.90
160
Lampiran 7
Output SPSS Uji Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DKI 44 .30 1.00 .7659 .26320
KA 44 .30 .70 .5909 .18020
KI 44 .10 1.00 .7023 .28893
Tobin’s Q 44 .20 3.90 1.6591 1.07947
CSR 44 44.00 92.30 64.8500 14.89788
Valid N
(listwise) 44
Lampiran 8
Output SPSS Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 44
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation .74738604
Most Extreme
Differences
Absolute .106
Positive .106
Negative -.099
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
161
Lampiran 9
Output SPSS Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.788 1.269
.870 1.149
.942 1.061
.922 1.084
a. Dependent Variable: TobinsQ
Lampiran 10
Output SPSS Uji Heterokedastisitas
Correlations
DKI KA KI CSR
Unstandardized
Residual
Spea
rman
's r
ho
DKI Correlation
Coefficient 1.000 .403** .107 -.252 -.101
Sig. (2-tailed) . .007 .490 .099 .515
N 44 44 44 44 44
KA Correlation
Coefficient .403** 1.000 .053 -.151 -.044
Sig. (2-tailed) .007 . .732 .328 .776
N 44 44 44 44 44
KI Correlation
Coefficient .107 .053 1.000 .115 -.180
Sig. (2-tailed) .490 .732 . .458 .242
N 44 44 44 44 44
CSR Correlation
Coefficient -.252 -.151 .115 1.000 -.009
162
Sig. (2-tailed) .099 .328 .458 . .954
N 44 44 44 44 44 U
nst
an
dard
ize
d R
esid
ual
Correlation
Coefficient -.101 -.044 -.180 -.009 1.000
Sig. (2-tailed) .515 .776 .242 .954 .
N 44 44 44 44 44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 11
Output SPSS Uji Autokorelasi
Lampiran 12
Output SPSS Uji Koefisien Determinasi (Adjusted – R Square)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .722a .521 .471 .78478 .637
a. Predictors: (Constant), CSR, KI, KA, DKI
b. Dependent Variable: TobinsQ
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .722a .521 .471 .78478
163
Lampiran 13
Outpu SPSS Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 26.087 4 6.522 10.589 .000b
Residual 24.019 39 .616
Total 50.106 43
a. Dependent Variable: TobinsQ
b. Predictors: (Constant), CSR, KI, KA, DKI
Lampiran 14
Output SPSS Uji Signifikan Paramete Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.476 .822 5.446 .000
DKI 1.161 .512 .283 2.267 .029
KA -4.383 .712 -.732 -6.157 .000
KI .134 .427 .036 .315 .754
CSR -.019 .008 -.258 -2.232 .031
a. Dependent Variable: TobinsQ
a. Predictors: (Constant), CSR, KI, KA, DKI
b. Dependent Variable: TobinsQ
164
Lampiran 15
Output SPSS Uji MRA (Moderated Regression Analysis)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.914 6.275 -.464 .645
DKI -10.795 4.267 -2.632 -2.530 .016
KA 5.227 10.146 .873 .515 .610
KI -3.502 1.695 -.937 -2.067 .046
CSR -.078 .069 -1.074 -1.124 .269
DKIxCSR 7.085 2.685 2.786 2.639 .012
KAxCSR -4.604 5.692 -1.550 -.809 .424
KIxCSR 1.834 .790 1.146 2.323 .026
a. Dependent Variable: TobinsQ