LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI
PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN METODE SAHLI
Disusun oleh :
A.A. Ayu Tirtamara
NIM P07134012027
Semester III
Disampaikan kepada :
Dosen Pembimbing Praktikum Hematologi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN METODE SAHLI
I. TUJUAN
1.1 Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pengukuran kadar hemoglobin
dengan metode Sahli.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pengukuran kadar hemoglobin
dengan metode Sahli.
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kadar hemoglobin dalam darah
dengan menggunakan metode Sahli.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar hemoglobin dalam sampel darah
pasien.
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pengukuran kadar hemoglobin
dalam sampel darah pasien.
II. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum pengukuran kadar hemoglobin ini adalah
metode Sahli.
III. PRINSIP
Hemoglobin (Hb) dalam darah jika direaksikan dengan HCl 0,1 N akan berubah
menjadi asam hematin. Kemudian kadar asam hematin ini diukur dengan
membandingkan warnanya secara visual dengan warna standar yang ada pada
hemoglobinometer.
IV. DASAR TEORI
4.1 Tinjauan Umum Tentang Darah
Hematologi adalah ilmu tentang darah dan jaringan pembentuk darah yang
merupakan salah satu sistem organ terbesar di dalam tubuh. Darah membentuk 6 sampai
8% dari berat tubuh total dan terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi di dalam suatu
cairan yang disebut plasma (Sacher, Ronald A., 2004).
Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi jarak jauh berbagai bahan
antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel itu sendiri. Warna merah darah
keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbondiosida di
dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam
darah diambil melalui pernapasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran
atau metabolisme dalam tubuh. Visikositas atau kekentalan darah lebih kental dari pada
air yang mempunyai BJ 1,041 − 1,067, temperatur 38⁰C dan pH 7,37 – 7,45.
Volume darah sel keseluruhan adalah seperduabelas atau kira-kira lima liter
sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari eritrosit.
(Evelyn.CP, 1985)
Darah berwarna merah terang apabila ada oksigen dan merah tua apabila tidak
ada oksigen. Warnanya disebabkan oleh hemoglobin, protein pernafasan yang
mempunyai besi dalam bentuk heme, tempat oksigen bergabung.
Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan untuk
hidup di seluruh tubuh, yaitu mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan
karbondioksida dari jaringan paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, sel darah
merah mengandung protein khusus yaitu, hemoglobin.(A.V.Hofbrand, 1987)
4.2 Tinjauan Umum Tentang Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin
otomatis selain mengukur hemoglobin mesin pengukur akan memecah hemoglobin
menjadi sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain
dengan menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh
hemoglobin.
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel darah merah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari :
globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom
besi.
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah :
1 Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.
2 Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan baku.
3 Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru
untuk dibuang.
4 Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketahui
dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan
darah. Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan Hb juga disertai dengan
eritrosit yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal. (Kresno, 1988)
Pada manusia telah dikenal kurang dari 14 macam Hb yang dipelajari secara
mendalam dengan bantuan elektroforesis. Hb diberi nama dengan simbol alfabeta
misalnya ; Hb A, Hb C, Hb D, Hb E, Hb F, Hb G, Hb I, Hb M, Hb S, dan sebagainya.
(Joice, 2008)
Kadang-kadang Hb diberi nama menurut kota tempat ditemukan jenis Hb atau
orang yang menemukannya, misalnya ; Hb New York, Hb Sydney, Hb Bart, Hb Gower,
dan lain-lain. Hb A (Adult=Dewasa) mulai diproduksi pada usia 5 - 6 bulan kehidupan
intrauterine janin, pada usia 6 bulan postnatal kosentrasi Hb A 99%. Hb A terdiri dari 2
rantai α dan 2 rantai β. Hb F (Foetus=janin) mulai ditemukan dalam darah pada minggu
ke dua puluh usia kehamilan. Pada bayi Hb F dan sebelum usia 2 tahun jumlahnya
tinggal sedikit, diganti oleh Hb A. Karena sifatnya yang resisten terhadap alkali, Hb F ini
mudah dipisahkan dari Hb A. Hb F terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai T.
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porifin yang
menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porifin
yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme
dan globin. Globin sebagai istilah generik untuk protein globural. Ada beberapa protein
mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak
dipelajari.
Gambar struktur molekul hemoglobin
v
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara struktural dan
berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul ± 16,000 Dalton, sehingga
berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki kapasitas
empat molekul oksigen. (Hariono, 2006 )
4.3 Metode Penetapan Kadar Hemoglobin
Adapun metode pemeriksaan hemoglobin antara lain :
1. Metode Berat Jenis (metode Cupri-Sulfat)
2. Metode Gasometrik (O2 atau CO)
3. Metode Kimia (kadar Fe dalam Hb)
4. Metode Kolorimetrik
Metode Kolorimetri sendiri dapat dibagi menjadi lima metode antara lain :
1. Direct Matching methods (Tallquist)
2. Metode Hematin-Asam (Sahli)
3. Metode Hematin-alkali
4. Metode Oksihemoglobin
5. Metode Sianmethemoglobin
Sebelum melakukan pemeriksaan hemoglobin baik dengan menggunakan metode
Sahli maupun metode-metode lainnya tentunya menggunakan alat dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan. Adapun alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam
pemeriksaan hemoglobin metode sahli ini antara lain :
1. Lancet darah, digunakan untuk mengambildarak kapilet dan biasanya dilengkapi
dengan holder untuk memudahkan dalam pengamblan darah tepi atau darah
kapiler. Lanset merupakan alat yang memiliki ujung yag tajam serupa jarum.
Lanset darah yang sebaiknya dipakai adalah yang diperuntukkan untuk sekali
pakai atau disposable.
2. Jarum dan semprit
3. yang akan menjadi bahan pemeriksaan. Seperti halnya metode Sahli ini juga,
memerlukan sampel darah untuk pemeriksaan yang dapat diperoleh dari darah
kapiler, EDTA, atau oksalat.
1. Darah kapiler
Darah kapiler adalah Pembuluh darah kapiler merupakan ujung yang letaknya
berada di bagian akhir dari pembuluh arteri. Darah kapiler biasanya
didapatkan langsung melalui pengambilan ke pasien. Pada orang dewasa
biasanya diambil pada ujung jari atau anak daun telinga, pada bayi dan anak-
anak bisa juga pada tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat. Untuk
pengambilan darah ini terlebih dahulu perlu disediakan semua alat yang
diperlukan seperti jarum, botol penampung,pipet, dll. Tempat yang akan
ditusuk harus bersih, jika perlu dicuci terlebih dahulu dengan air dan sabun.
(Gandosoebrata, 1969)
2. Darah Vena
Darah vena adalah darah yang biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu
vena dalam fossa cubiti, sedangkan pada bayi vena jagularis superficialis atau
dapat juga dipakai darah dari sinus sagittalis superior
3. Darah EDTA
Untuk menjaga agar darah yang akan diperiksa tidak sampai membeku maka
digunakanlah antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai
karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau
leukosit yang akan diperiksa morfologinya. EDTA atau Ethylene Diamine
Tetra Acetate adalah salah satu antikoagulan yang paling sering digunakan
dalam pemeriksaan hematologi karena tidak berpengaruh terhadapbesar dan
bentuk eritrosit dan leukosit. Serta mencegah menggumpalnya trombosit.
EDTA yang sering dipakai adalah dalam bentuk larutan EDTA 10%. Darah
EDTA dapat dibuat dengan mencampurkan 2 mg EDTA dengan 2 ml darah
vena yang dicampur di dalam botol atau tabung khusus selama 1 menit atau
lebih. Pemeriksaan denga memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera,
namun bisa juga disimpan dalam lemari es dengan suhu 40 C haya saja kalau
disimpan terlalu lama nilai hematokrit darah akan lebih tinggi. Yang penting
untuk diketahui adalah sebelum mengambil darah yang bercampur dengan
antikoagulan dari botol, haruslah dipastikan darah dan antikoagulannya sudah
bercampur dengan baik. (Gandosoebrata, 1969)
4. Darah Oksalat
Darah oksalat adalah darah yang ditambahkan antikoagulan dari campuran
ammonium oksalat dan kalium oksalat yang juga dikenal sebagai campuran
oksalat seimbang. Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan
campuran oksalat seimbag dengan 2 – 5 ml darah vena di dalam botol khusus
dengan membolak-balikkan botol secara perlahan selama kurang lebih 30
detik. Pemeriksan dengan memakai darah oksalat sebaiknya janga ditunda-
tunda karena adakalanya eritrosit-eritrosit cenderung menggumpal. Untuk
pemeriksaan kadar hemoglobin waktu penundaan pemeriksaan maksimal yang
disarankan adalah 24 jam.
Untuk mendapatkan darah untuk pemeriksaan hematologi, terlebih
dahulu harus dsediakan semua alat yang diperlukan seperti pipet, haemometer,
semprit, jarum, otol penampung (wadah darah, kamar hitung, dsb. Tempat
yang ditusuk harus bersih, dan bila perlu dicuci terlebih dahulu dengan air dan
sabun. (Gandosoebrata, 1967)
Metode Sahli
Berikut ini akan dibahas mengenai metode hematin asam atau metode Sahli. Metode
Hematin-Asam (Sahli) pada prinsipnya akan mengubah hemoglobin menjadi hematin asam,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat. Cara
sahli ini banyak dipakai di Indonesia, walaupun cara ini tidak tepat 100%, akan tetapi masih
dianggap cukup baik untuk mengetahui apakah seseorang kurang darah, terlebih lagi di
laboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter .
Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan ini kira-kira 10 %. Kelemahan cara sahli ini
adalah hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan juga alat haemometer sukar
distandardisasi. Selain itu, tidak semua macam hemoglobin dapat diubah menjadi hematin,
misalnya karboxy hemoglobin, methemoglobin dan sullfhemoglobin (Depkes RI, 1989).
Cara Kerja Metode Sahli :
- Tabung Hb meter (Sachli) diisi dengan Cloin sampai garis 2.
- Diisap darah dengan pipet sahli sampai garis 20 mm.
- Lalu dimasukkan dalam tabung sahli kemudian dikocok sampai terjadi warna
coklat tua.
- Diencerkan dengan air sampai warna cairan dalam tabung sama dengan warna
batang tabung gelas disamping satuannya gram %.
Metode ini juga memiliki kekurangan, ketidaktepatan metode ini disebabkan oleh
batang gelas dapat berubah warnanya bila sudah lama (Adam, Syamsunir, 1992).
Cara Sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metodik berdasarkan kenyataan
bahwa kolorimetri visual yang tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan merupakan
larutan sejati dan bahwa alat itu tidak distandarkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak
semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya
karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfehemoglobin.
Ketelitian yang biasanya dicapai oleh ± 10% kadar hemoglobin yang ditentukan
dengan cara sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain hanya patut dilaporkan dengan
meloncat-loncat ½ g/dl, sehingga laporan menjadi ump, 11, 11 ½, 12, 12 ½, 13 g/dl.
Janganlah melaporkan hasil yang memakai angka decimal seperti 8,8 , 14,0 , 15,5 g/dl dsb,
ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang memadai tidak membolehkan laporan
seperti itu.
Kesalahan-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara Sahli :
1. Tidak tepat mengambil 20 µl darah.
2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas.
3. Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu mengecerkan.
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan
pembandingan warna.
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya, tabung itu
dibolak-balikkan dengan menutupnya memakai ujung jari.
6. Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca.
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai.
4.4 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin, antara lain sebagai
berikut :
1. Reagen
Reagen adalah bahan pereaksi yang harus selalu baik kualitasnya mulai dari saat
penerimaan, semua reagen yang dibeli harus harus diperhatikan nomor lisensi
kadaluarsanya, keutuhan wadah atau botol atau cara transportasinya.
2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi harus bersih dan steril
terutama yang kontak langsung dengan tubuh pasien seperti jarum dan lancet.
3. Metode
Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang mengikuti perkembangan metode
pemeriksaan dengan pertimbangan kemampuan laboratorium tersebut dan biaya
pemeriksaannya. Petugas laboratorium harus senantiasa bekerja dan mengacu pada
metode yang digunakan, jika metode yang digunakan salah atau tidak sesuai maka akan
berpengaruh pada hasil pemeriksaan kadar hemoglobin.
4. Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan meliputi; cara pengambilan spesimen, pengiriman spesimen,
penyimpanan spesimen, dan persiapan sampel.
5. Lingkungan
Dalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya, suhu kamar, kebisingan,
luas dan tata ruang
6. Tenaga labratorium.
Dalam hal ini yang diharapkan adalah petugas laboratorium harus mengusai alat dan
teknik di bidang laboratorium.
7. Sampel
Kekeruhan dalam suatu sampel darah dapat mengganggu dalam fotokolorimeter dan
menghasilkan absorbensi dan kadar Hb yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.
Kekeruhan semacam ini dapat disbabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia, dan
adanya globulin abnormal seperti pada macro iobulinemia. (Gandosoebrata, 2006)
Kesalahan-kesalahan yang dapat menyebabkan susunan darah yang digunakan dalam
pemeriksaan dapat berubah antara lain :
1. Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan peredaran
seperti pucat
2. Tusukan kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar
3. Kulit yang diusuk masih basah alkohol
4. Tetesan darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
5. Terjadi bekuan dalam tetesan darah karena terlalu lambat bekerja
Sumber keselahan dalam memperoleh darah
1. Menggunakan semprit dan jarum yang basah
2. Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras
3. Terjadi bekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja
4. Terjadi bekuan dalam botol oxalate karena tidak dicampur semestinya dengan oxalate
kering atau antikoagulan.
4.5 Kadar Hemoglobin Normal
Fungsi sel darah merah dalam darah arteri sistemik mengangkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan dan kembali dalam darah vena dengan karbon dioksida (CO2) ke paru-
paru ketika molekul hemoglobin memuat dan melepas oksigen (O2) masing-masing
rantai globin dalam molekul hemoglobin mendorong satu sama lain (A.V.Hofbrand.
1987)
Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu
berkisar antara 13,6 - 19,6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3
tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar
hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu
berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 -
16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.
Tabel 1.
Batasan normal kadar hemoglobin
Sumber : R. Gandasoebrata, 1984
4.6 Peningkatan dan Penurunan Kadar Hb
Peningkatan kadar Hb tergantung oleh lamanya anoreksia, juga tergantung dari
respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar
hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan di
dalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma.
Kadar hemoglobin yang kurang dari rujukan merupakan salah satu tanda dari
anemia. Menurut morfologi eritrosit di dalam sediaan darah apus, anemia dapat
digolongkan atas tiga golongan yaitu anemia mikrositik hipokrom, anemia makristik dan
anemia normostik normokrom. Untuk mencari penyebab suatu anemia diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut. Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai
rujukan, maka keadaan ini disebut polistemia. Polistemia ada tiga macam yaitu
polistemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, polistemia skunder,
suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksgen misalnya
kelainan jantung bawaan, penyakit paru-paru, karena peningkatan kadar eritroprotein
berlebih, dan polistemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma missal pada luka bakar. (R. Dharma, 2004)
V. ALAT DAN BAHAN
5.1 Alat
a. Haemometer Sahli Adams, terdiri dari :
- Warna standar
- Tabung haemometer
- Pipet Sahli
- Batang pengaduk
b. Beaker glass
5.2 Bahan
Sampel darah dengan antikoagulan EDTA
5.3 Reagen
a. Larutan HCl 0,1 N
b. Aquades
VI. CARA KERJA
1. Tabung haemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 2 g%.
2. Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tanda 20 cmm.
3. Bagian ujung luar pipet dibersihkan dengan kertas saring/tissue.
4. Darah segera ditiup dengan hati-hati ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam tabung
haemometer tanpa menimbulkan gelembung udara.
5. Pipet dibilas dengan cara menghisap dan meniup HCl yang ada pada tabung
haemometer beberapa kali. Juga bagian luar pipet Sahli dibilas beberapa kali
dengan beberapa tetes larutan HCl 0,1 N atau aquades.
6. Ditunggu 5-10 menit untuk member kesempatan terbentuknya asam hematin
(95%).
7. Asam hematin ini kemudian diencerkan dengan aquades tetes demi tetes sambil
diaduk sampai didapatkan warna yang sama dengan warna standar.
8. Meniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g%.
VII. NILAI RUJUKAN
Nilai rujukan untuk kadar hemoglobin normal dalam darah :
1. Untuk Usia Dewasa
- Laki-laki 13,0 - 16,0 gr%
- Perempuan 11,0 – 13,0 gr%
2. Untuk Usia Anak-anak
- Bayi baru lahir 13,6 – 19,6 gr%
- Bayi umur 3 bulan 9,0 – 12,5 gr%
- Bayi umur 1 tahun 11,0 – 13,0 gr%
- Anak umur 10-12 tahun 11,5 – 14,8 gr%
VIII. HASIL PENGAMATAN
No
.
Gambar hasil pengamatan Keterangan
1
Alat dan bahan yang digunakan
untuk pengukuran kadar hemoglobin
dengan metode Sahli
2Tabung haemometer diisi dengan
larutan HCl 0,1 N sampai tanda 2 g%
3
Sampel darah dihisap dengan pipet
Sahli sampai tanda 20 cmm
4Bagian ujung luar pipet dibersihkan
dengan kertas saring/tissue
5
Darah segera ditiup dengan hati-hati
ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam
tabung haemometer tanpa
menimbulkan gelembung udara
6
Ditunggu 5-10 menit untuk memberi
kesempatan terbentuknya asam
hematin (95%)
7
Asam hematin kemudian diencerkan
dengan aquades tetes demi tetes
sambil diaduk sampai didapatkan
warna yang sama dengan warna
standar
8
Kadar hemoglobin pada sampel
darah pasien Mr.X/Laki-laki/Dewasa
adalah sebesar 10 g%
IX. PEMBAHASAN
Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan
memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu
bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa
suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel
darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2
dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin
yang biasa disebut anemia atau kelebihan hemoglobin yang sering disebut polistemia.
Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum sehingga
mempengaruhi kesehatan.
Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau
metode. Dari sekian banyak metode yang ada, pada praktikum kali ini dipraktikkan metode
Sahli. Metode Sahli termasuk metode yang tepat dalam mengukur besarnya kadar
hemoglobin karena didasarkan atas analisa kandungan besi dari molekul hemoglobin. Metode
ini pula didasarkan pada pengamatan secara langsung pada warna darah dan menyamakan
dengan batang standar buatan pada haemometer sahli.
Penetapan Hb metode Sahli ini didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah
darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest.
Digunakannya HCl karena asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling sulit
menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk
ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion
klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Oleh karena alasan inilah, asam klorida
merupakan reagen pengasam yang sangat baik. Dengan penambahan HCl ke dalam darah
maka HCl akan menghidrolisis hemoglobin menjadi globin ferroheme, sedangkan HCl yang
bersifat monoprotik yang hanya dapat melepaskan satu ion H+ juga dapat membentuk ion
Cl-. Ferroheme yang terbentuk oleh O2 yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme, yang
akan segera bereaksi dengan ion Cl- membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin
maka dari itu metode sahli juga dikenal dengan metode hematin asam.
Darah yang digunakan dalam pemeriksaan kali ini adalah darah EDTA, atau darah
yang telah ditambahkan antikoagulan, sehingga darah tidak mengalami pembekuan selama
proses pemeriksaan. Pengambilan darah dari tabung sampel dilakukan dengan pipet Sahli
yang berukuran 20 uL dibantu dengan alat penyedot, mengingat darah merupakan spesimen
infeksius maka penyedotan sama sekali tidak disarankan menggunakan mulut selain itu pada
pengambilan darah ini harus teliti agar tidak ada gelembung udara di dalam pipet yang dapat
mempengaruhi volume pemipetan. Selain itu untuk menghindari kesalahan akibat volume
yang kurang tepat, setelah dikeluarkan dari tabung wadah darah dan ketika akan dimasukkan
ke dalam tabung sahli, terlebih dahulu bagian luar pipet sahli yang masih berisi bekas darah
dibersihkan dengan tisu. Setelah 20 uL darah dicampurkan dengan HCl, sampel
dihomogenkan dengan batang kaca pengaduk yang telah tersedia dalam alat haemometer
sahli sampai benar-benar homogen, setelah itu larutan didiamkan selama kurang lebih
sepuluh menit. Jangka waktu ini diberikan dengan maksud agar pembentukan senyawa
hematin asam terbentuk dengan sempurna, jika lebih dari jangka waktu ini akan
menyebabkan kerusakan senyawa hematin asam yang terbentuk, sedangkan jika kurang dari
batas waktu yang ditentukan maka pembentukan asam hematin belum berjalan sempurna.
Setelah sepuluh menit, untuk menyamakan warna larutan asam hematin yang terbentuk
dengan kaca standar digunakanlah aquadest. Alasan digunakannya akuades karena akuades
bersifat netral, dimana dia tidak akan bereaksi dengan HCl maupun hemoglobin dan
mengganggu pembentukan asam hematin melainkan sifatnya hanya sebagai pengencer, selain
itu aquades juga tidak berwarna jadi tidak akan mengganggu terbentunnya warna larutan
asam hematin, mengingat metode Sahli ini merupakan metode kolorimetri yang didasarkan
pada pembentukan warna larutan yang akan dijadikan acuan besarnya kadar hemoglobin.
Setiap penambahan akuades hendaknya dilakukan penghomogenisasian menggunakan batang
pengaduk agar warna yang terbentuk merata dan tidak melewati batas standar, yang akan
mengakibatkan kesalahan pembacaan hasil.
Setelah warna larutan asam hematin sama dengan warna batang kaca standar, maka
dapat dibaca kadar hb yang dimiliki pasien. Pembacaan hasil dilakukan pada lingkungan
kerja yang terang atau cukup sinar agar pengamatan jelas.
Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan uji sampel kepada pasien dengan
data sebagai berikut :
Nama : Mr. X
Jenis kelamin : Laki-laki
Golongan Usia: Dewasa
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil kadar hemoglobin
pasien berada di bawah nilai rujukan untuk laki-laki dewasa. Nilai rujukan untuk laki-laki
dewasa berada dalam kisaran 13,0-16,0 g% , sedangkan kadar hemoglobin pasien sebesar 10
g%. Berdasarkan teori yang ada dapat dicurigai bahwa pasien menderita anemia. Untuk
mengethui penyebab anemia pada pasien sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang
terkait.
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin, antara lain
sebagai berikut :
1. Reagen
Reagen yang digunakan harus diketahui nomor lisensi kadaluarsanya, karena jika
batas kadaluwarsanya lewat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga hasil
pemeriksaan menjadi tidak valid, keutuhan wadah atau botol atau cara transportasi
dan penyimpanannya juga harus diperhatikan karena mempengaruhi kualitas reagen
yang secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Metode
Jika metode yang digunakan tidak dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur
maka hasil pemeriksaan juga akan dipengaruhi.
3. Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan meliputi; cara pengambilan spesimen, pengiriman spesimen,
penyimpanan spesimen, dan persiapan sampel. Jika tahapan-tahapan tersebut
dilakukan dengan salah maka dapat dipastikan juga akan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan
4. Lingkungan
Dalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya, suhu kamar,
kebisingan, luas dan tata ruang, karena keadaan-keadaan ini dapat mempengaruhi
sinar yang diterima oleh mata yang secara langsung dpat mempengaruhi pembacaan
hasil pemeriksaan.
5. Tenaga labratorium.
Tenaga laboratorium dalam hal ini petugas yang mengerjakan pemeriksaan
memiliki kemampuan untuk membedakan warna yang tidak sama satu sama lainnya,
sehingga biasanya antara petugas satu dengan yang lainnya dapat membaca hasil
pemeriksaan secara berbeda
Angka kesalahan metode sahli ini mencapai 5 – 10%, karena :
1. Faktor Alat
- Alat sukar distandarisasi
Haemometer Sahli sukar dikalibrasi, karena memerlukan alat lain yang lebih
terstandar yaitu Spektrofotometer dengan metode Sianmethemoglobin
- vol.pipet kurang tepat
Volume pipet yang kurang tepat dapat disebabkan karena faktor usia pipet
yang sudah lama sehingga sangat rentan terjadi pergeseran volume. Pergeeran
volume yang terjadi dapat mengakibatkan hasil yang tidak valid.
- warna kaca standar berubah
Warna kaca-standar dapat berubah karena pengaruh waktu, suhu, dan sinar
matahari sehingga harus di kalibrasi dengan metoderujukan Sianmet-Hb untuk
menentukan faktor koreksi. Faktor koreksi diperoleh dengan cara memeriksa paling
sedikit 10 sampel darah dgn cara Sahli dan SianmetHb (yg sudah di kalibrasi),
kemudian dihitung rata-rata hasil pemeriksaan Hb dengan cara Sahli (misalnya
diperoleh hasil X gr%), begitu pula hasil pemeriksaan Hb dengan cara
Sianmethemoglobin(mislnya diperoleh hasil Y g%). Faktor koreksi (misalnya: f)
diperoleh dengan cara membagi rata-rata hasil pemeriksaan Sianmethemoglobin (Y
g%) dengan rata-rata hasil pemeriksaan Sahli (X g%). Nilai yang dianggap benar
adalah nilai rata-rata pemeriksaan Sianmethemoglobin (Y g%) sama dengan faktor
koreksi (f) dikalikan rata-rata hasil pemeriksaan Sahli (X g%) atau Y= f . X,
sehingga diperoleh faktor koreksi: f = Y/X
Setelah diperoleh nilai faktor koreksi setiap kali mendapatkan nilai Hb dari Sahli,
harus dikalikan dgn Faktor koreksinya (f) untuk mendapatkan hasil yang
representatif.
- kadar larutan HCl kurang tepat
Kadar HCL yang kurang atau lebih dari standar yang ditetapkan yaitu 0,1 N
dapat mempengaruhi pembentukan asam hematin dari reaksi antara HCl dan
hemoglobin, sehingga hasil pemeriksaan tidak akan maksimal jika kadar HCl yang
digunakan tidak sesuai standar yaitu 0,1 N.
2. Faktor petugas :
- pengambilan darah yang salah
- pemipetan
- Tidak tepat mengambil 20 µl darah.
- Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak
dibilas.
-ada gelembung udara saat pemipetan
-pengadukan
Tidak mengaduk dengan baik campuran darah dan asam pada waktu
mengecerkan sehingga larutan tidak homogen yang mengakibatkan reksi
pembentukan asam hematin tidak sempurna
- Penglihatan petugas
Pengelihatan petugas yang terganggu akibat masalah mata, bisa saja membuat
kesalahan dalam pembacaan hasil pengamatan disamping juga bias (intensitas
warna) yang dapat ditangkap mata berbeda-beda.
- Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan
pembandingan warna.
- Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca.
- Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
- Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai
3. Faktor Metode
- metode Sahli ini memiliki Risiko kesalahan yang besar besar mencapai 10 %
- Pengerjaan masih manual sehingga prosedurnya kurang praktis dan memakan waktu
cukup lama terlebih bagi praktikan yang masih pemula, terutama pada saat proses
pemipetan.
X. KESIMPULAN
1. Metode Sahli adalah metode yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hb dalam
darah berdasarkan atas terbentuknya senyawa hematin asam setelah darah sampel
direaksikan dengan HCl 0,1 N. Pembacaan hasil kemudian dilakukan dengan
membandingkan warna yang terbentuk dengan batang standar (metode
kolorimetrik).
2. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien Mr.X/Laki-laki/Dewasa
diperoleh hasil bahwa kadar Hb pasien sebesar 10 g%, yang berada di bawah batasan
normal kadar hemoglobin untuk laki-laki dewasa yaitu 13,0-16%. Maka dicurigai
pasien menderita anemia, untuk mengetahui penyebab anemia yang diderika
disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan
XI. DAFTAR PUSTAKA
Gandosoebrata, R. 1969. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat
Depkes RI. 1989. Hematologi. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat.
Jakarta: EGC
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi
Wulandari. Jakarta: EGC
Kee, Joyce LeFever. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6.
Alih bahasa : Sari Kurnianingsih, Palupi Widyastuti, Rohana Cahyaningrum, Sri
Rahayu. EGC : Jakarta.
Denpasar, 20 Desember 2013
Praktikan
(a.n. mahasiswa semester III)
XII. LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Adi Santika, A.Md. AK.) (Rini Riowati, B.Sc.)
Pembimbing III Pembimbing IV
(Luh Putu Rinawati, A.Md. AK) (Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md. AK)