1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pohon aren (Arenga pinnata Merr ) merupakan tumbuhan yang hampir
seluruh bagian atau produk dari tumbuhan ini bermanfaat dan mempunyai nilai
ekonomi. Salah satu bagian dari tanaman ini yang memiliki nilai ekonomis yaitu
biji buah aren yang setengah masak atau direbus dengan nama kolang kaling.
Manfaat kolang kaling banyak digunakan sebagai bahan campuran beraneka jenis
makanan atau minuman, misalnya : manisan, kolak, ronde, minuman kaleng, es
campur dan bajigur. Kolang-kaling selain dapat dimanfaatkan untuk bahan aneka
makanan dan minuman, kandungan seratnya juga baik untuk kesehatan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik, maka
produk pertanian harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan
pasca panen dilakukan dengan memperhatikan tingkat standarisasi mutu
yang diizinkan. Jika penanganan yang dilakukan tidak baik, maka akan
memberikan dampak buruk bagi produk tersebut seperti kualitas produk
menjadi buruk sehingga harga jualnya rendah serta dapat menimbulkan
kerugian bagi para petani. Hal ini menimbulkan ide-ide dalam
mengembangkan pengolahan bahan hasil pertanian menjadi produk olahan lebih
lanjut.
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada
awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu
kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula
1
2
sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks.
Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara
langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Sesuai dengan definisi mekanisasi pertanian (agriculture mechanization),
maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan
daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan
dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno,
1999).
Pada penelitian ini, setelah dilakukan perancangan alat pemipih kolang-
kaling, selanjutnya dilakukan pembuatan alat dimulai dari pemilihan bahan,
selanjutnya pengukuran, pemotongan, perangkaian, pengelasan dan finishing.
Selanjutnya dilakukan uji kelayakan pada alat dan dilakukan pengukuran
parameter yang digunakan pada penelitian.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang, membuat dan menguji
alat pemipih kolang-kaling (Arenga Pinnata Merr).
I.3 Manfaat Penelitian
1) Dapat mengeluarkan mata pada biji kolang-kaling.
2) Sebagai bahan informasi bagi para petani Aren (Arenga Pinnata Merr).
3) Untuk menghemat waktu pemipihan kolang-kaling sehingga mempercepat
proses produksi.
3
4) Mudah digunakan sehingga semua orang dapat mengoperasikan alat pemipih
kolang-kaling.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Aren (Arenga Pinnata Merr)
Tanaman aren (Arenga Pinnata Merr.) termasuk suku arecaceae (pinang-
pinangan), merupakan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya
terbungkus daging buah. Lain halnya buah melinjo misalnya, yag biji buahnya
hanya terbungkus oleh kulit buah sehingga disebut dengan tumbuhan berbiji
terbuka (Gymnospermae). Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai timur
India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat
hampir di seluruh wilayah Nusantara diantaranya tersebut di wilayah Sumatra.
Taksonomi lengkap dari tanaman aren adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Arenga
Spesies : Arenga Pinnata Merr (Aumanto, 1993)
4
Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.
Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga.
Apabila proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat.
Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercambang dengan panjang
sekitar 90 cm. Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa tercapai 4-5
tandan buah. Buah aren termasuk buah buni, bentuknya bulat, ujung tertoreh,
secara rapat berkumpul sepanjang tangkai perbungaan, berwarna hijau, buah
masak berwarna kuning,terdapat tiga biji keras (Ramadani et el., 2008).
2.2 Rancang Bagun
Rancang bagun adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis,
menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non
fisik yang optimal untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan
informasi yang ada.
Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian
langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris
Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan
maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia,
terutama yang dapat diterima oleh factor teknologi peradaban kita.
2.3 Dasar Pemilihan Bahan
Merancang maupun memodifikasi suatu alat, terlebih dahulu harus
mengetahui bahan-bahan yang akan dipakai dari alat tersebut, Hal ini terkait
3
5
dengan proses Pembuatan, Perakitan, Perawatan dan Perbaikanya. Hal-hal
pokok yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan adalah:
1) Pembuatan harus sesuai dengan fungsinya
Pembuatan suatu alat harus terlebih dahulu mengetahui fungsi dan
kegunaanya, namun pada bagian yang menerima beban harus sangat perlu
diperhatikan.
2) Efisiensi dalam pemilihan bahan
Dalam perencanaan dan pembuatan alat harus diperhatikan segi ke
efisiensinya, maksudnya kita harus dapat memperhitungkan biaya yang
dikeluarkan dalam pemilihan bahan, agar biaya dan waktu dalam pembuatan
dapat ditekan seefisien mungkin, namun dengan tidak mengurangi fungsi dan
keutamaan dari alat tersebut.
3) Bahan mudah didapat
Dalam perencanaan suatu produk, apakah bahan yang digunakan mudah
didapat. Bahan yang direncanakan sudah cukup baik, tetapi tidak didukung
oleh persediaan dipasaran maka perencanaan akan mengalami
kesulitan maupun masalah dikemudian hari, karena hambatan bahan baku
tersebut. Untuk itu, harus terlebih dahulu mengetahui apakah bahan yang
akan digunakan itu mempunyai komponen pengganti agar dapat menjaga
kemungkinan apabila bahan yang digunakan tidak ada dipasaran.
4) Kekuatan Bahan
6
Dalam hal ini untuk menentukan bahan yang akan digunakan harus
mengetahui dasar kekuatan bahan serta sumber pengadaannya, mengingat
pengecekan dan penyesuaian suatu produk kembali pada kekuatan bahan
yang akan digunakan.
2.4 Komponen-Komponen Alat
2.4.1 Tuas Penekan
Untuk menentukan besarnya Gaya Tekan, yang dijadikan acuan adalah
gaya tekan untuk mengepress material. Dengan daya pengepresan yang optimal
akan memberikan hasil yang sempurna, pada tuas pengepres diberikan daya tekan
saat melakukan pengepressan. Tuas pengepress sangat penting karena sangat
berpengaruh pada hasil jadi sebuah material. Tuas penekan ini berfungsi
memberikan gaya awal pada saat penekanan. Tuas penekan menggunakan bahan
dari besi hollow dengan bahan St.37.
Gambar 2.2 Tuas Penekan
2.4.2 Penekan (Besi Hollow)
Tiang penekan berfungsi sebagai penerus gaya tekan dari tuas penekan dan
sebagai penyangga dudukan tuas penekan. Penekan berbentuk besi
hollow dengan menggunakan bahan St.37.
7
Gambar 2.2 Penekan (Besi Hollow)
Rumus yang dapat dipakai untuk perhitungan penekan:
σ c≤ σ̄c ............................................................................................................. (1)
A=(B . H )−(b . h ) ............................................................................................. (2)
Dimana:
σ c = Tegangan Tekan (N/mm2)
F = Gaya Tekan (N)
A = Luas Penampang (mm2)
B = Pajang (mm)
H = Lebar (mm)
b = Panjang Dalam (mm)
h = Lebar Dalam (mm)
σ̄ c = Tegangan Tekan Ijin (N/mm2)
2.4.3 Dudukan Penekan
8
Dudukan penekan berfungsi sebagai pembagi gaya dari Tuas Penekan dan
juga sebagai dudukan pada muka penekan. Menggunakan bahan St.37
Gambar 2.4 Dudukan Penekan
2.3.4 Penahan Pelat Penekan
Penahan pelat penekan ini berfungsi sebagai penahan pelat Penekan dan
sebagai Stopper pada alat penekan agar sesuai dengan ukuran yang diinginkan,
berbentuk pipa menggunakan pipa besi berbahan St 37.
Rumus yang digunakan.
Gambar 2.4 Penahan pelat Penekan
σ c=FA
≤σ̄ c...................................................................................................... (3)
A=π4
xD2
........................................................................................................ (4)
Dimana:
σ c = Tegangan Tekan (N/mm2)
9
F = Gaya Tekanan (N)
A = Luas Penampang (mm2)
D2 = Diameter (mm)
σ̄ c = Tegangan Tekan Ijin (N/mm2)
2.4.5 Pelat Penekan
Berfungsi sebagai penekan yang berhubungan langsung dengan bahan
material yang akan dipres, pelat penekan ini berbahan St 37.
Gambar 2.6 Pelat Penekan
Rumus Pelat penekan mencari luas Penampang mengunakan rumus persamaan 9
(halaman 11)
2.4.6 Pelat Penahan
Dalam pembuatan pemipih kolang-kaling diperlukan ruang pengepresan,
yang berfungsi sebagai tempat pengepresan sebuah material.
Gambar 2.7 Cetakan
2.4.7 Pegas
10
Pegas yang digunakan di alat pres ini berfungsi untuk mengembalikan
penekan keposisi semula setelah melakukan pencetakan briket. Pegas yang
digunakan pada alat pres ini ialah pegas tarik, berbahan St 37.
Gambar 2.7 Pegas Tarik
1) Menghitung torsi yang terjadi pada ppegas, yaitu:
T= D2
×W 1 ................................................................................................ (5)
2) Menghitung tegangan maksimum yang terjadi pada pegas:
τ max=K8 . D .W 1
π . d3 ........................................................................................ (6)
Keterangan :
F = Gaya Pegas (N)
K =Konstan Pegas (N/m)
T =Torsi (kg/bb
D =Diameter Pegas (mm)
d =Diameter Kawat (mm0
W1 =Gaya yang Bekerja (kg)
11
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september sampai dengan dengan
november 2016 di laboratorium perbengkelan program studi Teknologi Industri
Pertanian (TIP) Politeknnik Indonesia Venezuela (POLIVEN)
I.4 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit mesin las
listrik, elektroda, mesin gerinda, mesin bor, ragum, pelindung mata, tang, alat
potong lat, palu, mistar baja, penitik, penggores, kunci ring pas 12 mm dan
obeng (+) dan (-).
12
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain poros 2 cm x75 cm,
besi siku 2 cm x 2 cm x 57 cm, besi siku 3 cm x 3 cm 62 cm, plat ( 3 mm,2 mm
dan 1 mm ), baut tanpa drat, baut dan mur 12 mm, tuas penekan, dudukan
penekan, penahan plat penekan, plat penekan dan pegas tarik.
3.3 Model Analisis
3.3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakkan dalam penelitian rancang bangun alat pemipih
kolang-kaling ini, yaitu metode trial and error (coba dan salah). Metode trial-
error merupakan metode yang menggali kebenaran atas suatu masalah melalui
pengalaman langsung dengan melakukan serangkaian percobaan yang tidak
sistematis hingga memperoleh hasil yang dinilai terbaik sehingga dapat dikatakan
bahwa metode ini merupakan metode dengan pendekatan non-ilmiah.
Pedoman penilaian kesesuaian dan kelayakan modul berdasarkan hasil
rancang bangun, masukan dari dosen pembimbing dan uji kelayakan oleh ahli.
Untuk menghasilkan modul yang sesuai dan layak diterapkan sebagai penunjang
penggunaan alat dalam pengolahan kolang-kaling dilakukan dengan menggunakan
metode literatur dengan mempertimbangkan perangkat pembelajaran (silabus)
pada penelitian rancang bangun alat pemipih kolang-kaling.
3.3.2 Jenis dan Sumbe Data
Adapun jenis dan sumbe data yan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.3.2.1 Jenis Data
1. Data Kuantitatif
11
13
Jenis data yang berbentuk angka-angka, seperti data yang didapat dari hasil
perhitungan rancang bangun alat pemipih kilang-kaling.
2. Data Kualitatif
Data yang tidak berbentuk angka-angka. Jenis data ini berbentuk informasi
secara lisan maupun tertulis dari hasil alat pemipih kolang-kaling dan penelitian
kepustakaan mengenai informasi apa saja yang dibutuhkan.
3.3.2.2 Sumber Data
Selain jenis data, dalam penelitian ini juga digunakan beberapa sumber data
yaitu :
1. Data Primer
Data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti. Data primer
dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengamatan hasil kinerja
alat pemipih kolang-kaling.
2 Data Sekunder
Data yang diperoleh berupa dokumen dari kegiatan penelitian, literatur serta
artikel yang relevan dengan objek penelitian. Misalnya buku-buku
referensi,jurnal-jurnal umum dan internasional, literatur tambahan yang
validitasnya dapat dipertanggung jawabkan oleh penulis.
3.3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data dan informasi menyangkut materi penulisan ini,
maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sesbagai berikut:
14
1. Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap objek
penelitian, yaitu pada uji kinerja alat pemipih kolang-kaling.
2. Interview yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara
kepada pihak yang berhubungan lagsung dengan objek yang diteliti,
sehingga data yang didapat betul-betul objektif ddan dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Kepustakaan yaitu dengan menggunakan buku dan sumber iilmiah lain,
seperti situs internet ataupun artikel teks dokumen yang berhubungan
dengan penelitian.
3.4 Tahapan Penelitian
3.4.1 Pencarian Data
Dalam merencanakan sebuah perancangan alat pemipih kolang kaling, maka
terlebih dahulu dilakukan pengamatan di lapangan dan studi literatur.
3.4.2 Perancangan dan Perencanaan
Setelah melakukan pencarian data dan pembuatan konsep yang didapat dari
literatur studi kepustakaan, maka dapat direncanakan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam perancangan dan pembuatan alat pemipih kolang-kaling.
Dari studi lapangan dan studi pustaka tersebut dapat dirancang alat pemipih
kolang-kaling. Dalam proyek ini proses yang dirancang adalah:
1) Perancangan konstruksi rangka dan cetakan.
2) Bahan yang dibutuhkan.
3.4.3 Proses Pembuatan
15
Proses ini merupakan proses pembuatan alat yang meliputi proses
pemesinan untuk membentuk suatu alat sesuai dengan desain yang dihasilkan.
Adapun macam proses pemesinan yang dilakukan dalam pembuatan alat pemipih
kolang-kaling, yaitu:
1) Prose pemotongan (grinding)
2) Proses pengeboran (drilling)
3.4.4 Proses Perakitan
Yaitu proses perakitan alat pemipih kolang-kaling yang meliputi perakitan
konstruksi rangka dan cetakan sesuai dengan desain yang diinginkan. Berikut
langkah-langkah perakitannya:
1) Proses Perakitan Cetakan
a) Menyiapkan peralatan las dan K3
b) Membersihkan bagian benda kerja yang akan dilas dari kotoran dan
minyak
c) Mengatur letak atau posisi cetakan sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan
d) Menghuubungkan massa las pada benda kerja
e) Memastikan posisi benda kerja sesuai dengan perencanaan
f) Mengatur jarak antar selinder
g) Melakukan las titik
h) Memeriksa ketegak lurusan dan kelurusan benda kerja
i) Setelah lurus dapat dilakukan pengelasan total
16
j) Pengelasan dilakukan pada ujung tiap-tiap silinder agar terhubung
selinder satu dengan yang lain
k) Menghilangkan kerak hasil pengelasan
l) Menyempurnakan hasil pengelasan yang kurang sempurna
2) Proses Perakitan Rangka
a) Menyiapkan peralatan las dan K3
b) Membersihkan bagian benda kerja yang akan dilas dari kotoran dan
minyak
c) Menghubungkan massa las pada benda kerja
d) Memastikan posisi benda kerja sesuai dengan perencanaan
e) Melakukan las titik
f) Memeriksa tegak lurusan dan kelurusan rangka
g) Setelah lurus dapat dilakukan pengelasan total
h) Pengelasan dilakukan pada batang penumpu terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan pengelasan pada batang horizontal
i) Menghilangkan kerak hasil pengelasan
j) Menyempurnakan hasil pengelasan yang kurang sempurna