YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Newsletter Edition No. 015-NL/IX-IFW/2014

MENJARING PELUANG MELALUI KOMPETISI

Demi kelangsungan in-dustri mode tanah air harus disokong oleh pelaku mode yang kompeten. Termasuk pula generasi penerus yang akan memegang tongkat estafet dalam ranah mode. Tak hanya bermodalkan kre-ativitas, bibit-bibit baru juga dituntut memiliki kemamp-uan sebagai pelaku bisnis yang mumpuni. Ajang kom-petisi merupakan langkah nyata dalam menjaring tal-enta baru. Terbukti sederet desainer muda berpotensi dicetak melalui kompetisi.

Kompetisi desain mode seringkali hanya menekan-kan pada kreativitas dalam membuat rancangan saja. Padahal, generasi penerus ini juga perlu diarahkan un-tuk melalui tahap lebih lanjut yang lebih menantang, yakni membuat rancangan yang berdaya jual tinggi dan da-pat diserap oleh pasar lokal bahkan internasional.

Dalam menjaring pemain baru yang mampu mem-buat karya inovatif sekaligus

membangun bisnis yang solid, Indonesia Fashion Week 2015 mengadakan Indonesia Fashion Design Competition (IFDC) 2015.

Pemenang kompetisi ini akan mendapatkan hadiah total senilai 100 juta rupiah (kesempatan pameran da-gang di internasional, pa-meran dagang, dan fashion show di Indonesia Fashion Week, serta uang tunai).Tidak hanya itu, pemenang juga akan mendapatkan pembekalan dan mentor-ing lanjutan untuk mengikuti pameran dagang interna-sional berbasis B2B (busi-ness to business), baik mulai dari mempersiapkan konsep koleksi, mendeteksi selera pasar, memilih material yang berkesinambungan, mem-pelajari sistem transaksi hingga penetapan harga sesuai standardisasi pasar internasional, guna menarik minat buyer dari manca negara.

Hal ini telah dibuktikan oleh pemenang-pemenang In-donesia Fashion Design

Competition, sejak diseleng-garakan Indonesia Fashion Week pertama kali pada tahun 2012, yakni Shahnaz Soraya, Fransisca Phang, Vonny Chyntia Kirana, dan Savira Lavinia yang telah berhasil menjaring buyer as-ing.

Untuk mengikuti kompetisi yang ditujukan bagi usia 18-40 tahun ini, para peserta diharuskan untuk mengirim-kan sketsa rancangannya ke [email protected], sesuai den-gan tema Fabulously Urban dan konsep yang mengang-kat mengenai kehidupan masyarkat perkotaan den-gan gaya hidup “9 to 9”.

Indonesia Fashion Week menerapkan seleksi cukup ketat guna mencetak peme-nang yang berkualitas. Kesiapan mengikuti pam-eran dagang tingkat dunia menjadi persyaratan utama lomba ini. Selain itu, pe-serta tak hanya membuat 10 sketsa rancangan,

(bersambung ke halaman 2)

Beberapa waktu belakan-gan ini, Indonesia begitu bersemangat dengan event fashion. Kalau diperhatikan, kita menemukan begitu banyak acara dengan em-bel-embel “fashion week” di judulnya. Lalu mengapa Indonesia Fashion Week berbeda dari fashion week lain di Tanah Air?

Semua orang tahu bahwa kini Indonesia memiliki tu-juan yang diusung bersama yaitu menjadi pusat fashion dunia. But how?

Tujuan itu perlu di-break-down satu demi satu sehingga kita tahu cara mencapainya. Itulah yang Indonesia Fashion Week lakukan. Masalahnya bukan lagi menghasilkan karya sebagus-bagusnya tapi menghasilkan karya yang mampu diterima oleh pasar global. Bukan hanya satu karya, namun banyak! Se-hingga kemudian negara ini layak disebut sebagai PU-SAT MODE.

Berbicara tentang indus-tri mode global, banyak hal yang harus kita amati dari selera, kualitas hingga strategi promosi.

(bersambung ke halaman 2)

editorialKENAPA HARUS INDONESIA FASHION WEEK?

Edition No 015-NL/IX-IFW/2014

Page 2: Newsletter Edition No. 015-NL/IX-IFW/2014

(sambungan dari halaman 1)

namun harus disertai den-gan penjelasan mengenai tema dan konsep desain, dan target konsumennya.

Dari seluruh sketsa ran-cangan yang diterima, tim juri yang terdiri dari pelaku industri mode berpengala-man seperti desainer, akad-emisi, perwakilan asosiasi, buyer, perwakilan media, dan pemerhati mode, kemu-dian akan melakukan proses seleksi semifinalis hingga finalis.

Kriteria penilaian didasari dari keunikan konsep, kesesuaian dengan tema, daya jual dan daya pakai, kerapihan, kesiapan brand, ketepatan pemilihan bahan, dan total appearance.

Selain itu, para peserta juga akan melewati proses realisasi sketsa, presen-tasi, serta wawancara yang mendalam, hingga akhirnya 10 finalis terpilih akan men-dapat kesempatan untuk memperlihatkan hasil ran-cangannya di Indonesia Fashion Week 2015 yang diselenggarakan pada 26 Februari-1 Maret 2015 di Jakarta Convention Centre. Untuk menjadi seorang pemenang kompetisi ini,

(sambungan dari halaman 1)Kita tidak bisa begitu saja maju ke dunia global den-gan idealisme sendiri, se-baliknya kita yang harus menyesuaikan namun tanpa meninggalkan nilai-nilai kelokalan kita.

Indonesia Fashion Week bersama para profesional membuat langkah-langkah strategis yang kemudian di-share bersama pelaku mode, pemerintah, media, asosiasi hingga bisnis.Hingga saat ini Indonesia Fashion Week telah me-netapkan standar produk mode seperti apa yang dinilai mampu memasuki pasar global, memberi pelatihan dan pembimbin-gan bagi pelaku mode Indo-nesia, menumbuhkan kecin-taan masyarakat terhadap produk lokal, membantu pemerintah memperbaiki sistem yang kondusif bagi percepatan dan penyusu-nan strategi promosi dunia mode Indonesia yang lebih efektif.

Membangun industri mode tidak hanya dilakukan dari satu dimensi, tapi 4 dimensi secara bersamaan. Inilah kenapa Indonesia Fashion Week menyebut diri sebagai The Biggest Fashion Move-ment!

Bagi Anda para exhibitor, kenapa Anda harus ber-gabung dengan Indonesia Fashion Week? Karena In-donesia Fashion Week ada-lah sebuah keluarga besar yang maju bersama-sama dengan strategi yang jelas. Mode tidak lagi diperlaku-kan sebagai ranah eksklusif bagi segelintir orang, na-mun mode adalah ekonomi, mode adalah bisnis, mode adalah untuk semua!Bagi Anda para buyer, In-donesia Fashion Week

menawarkan keberaga-man produk mode dengan kreativitas tanpa batas para pelakunya. Eksplorasi non-stop para kreator Indo-nesia menghasilkan berba-gai karya bagi pasar yang berbeda-beda. Sebuah one stop fashion destination yang sangat layak dikunjun-gi. Di tempat ini Anda akan menemukan banyak kejutan karena karya yang ada dipil-ih dengan seksama oleh tim kurator Indonesia Fashion Week. Begitu banyak bakat-bakat segar yang tertuang dalam berbagai karya dari busana wanita, pria, anak-anak, aksesori hingga per-angkat mode lainnya. Me-narik, unik dan berdaya jual tinggi.

Indonesia Fashion Week juga digelar dengan san-gat profesional. Para buyer akan dibantu menemukan produk yang sesuai dengan minatnya di antara 600 lebih exhibitor yang ada. Pastikan Anda tidak mele-watkan event fashion beran-tusiasme tinggi ini.

Indonesia is surely a new destination for fashion, Indonesia Fashion Week is surely the most important fashion event in Indone-sia that you don’t want to miss!

(Franka SoeriaNatanegara Semin)

MENJARING PELUANG MELALUI KOMPETISI

KENAPA HARUS INDONESIA FASHION WEEK?

para finalis ditantang un-tuk menghasilkan karya berkonten lokal, bernafas-kan urban, dan berkualitas internasional.

Melalui kompetisi ini sang pemenang tak hanya da-pat mengukir prestasi yang membanggakan, namun juga membuka jalan dalam mewujudkan impiannya untuk membangun suatu bisnis mode yang solid.

Informasi lebih lanjut men-genai Indonesia Fashion Design Competition 2015 dapat dilihat di www.indo-nesiafashionweek.com. (ut)

2

Page 3: Newsletter Edition No. 015-NL/IX-IFW/2014

Tren Lokal dalam Kemasan Global

Pemerintah mencanangkan negeri kita sebagai salah satu pusat mode dunia di tahun 2025. Pusat mode yang dimaksud bukan se-mata pusat belanja yang hanya handal mencontek produk keluaran merek as-ing. Lebih dari itu, dengan kekuatan serta kekayaan lokal, mulai dari sumber daya alam, budaya, dan ma-nusia, negeri kita memiliki potensi untuk menjadi pusat inspirasi, desain, bahkan produksi, dengan mengop-timalkan pemanfaatan dan pengembangan sumber daya lokal tersebut.

Sebagai pusat inspirasi tentunya kita harus memiliki suatu acuan yang kita ta-warkan kepada konsumen maupun produsen di tingkat lokal maupun global. Jika kita menengok pada industri mode global, trend forecast-ing atau ramalan tren digu-nakan sebagai acuan bagi praktisi mode seluruh dunia. Nah, bila kita mengarah se-bagai salah satu barometer mode dunia, tentunya kita harus memiliki trend fore-casting sendiri.

Untuk itulah, Indonesia Fashion Week yang diga-

wangi oleh Asosiasi Per-ancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) membuat Indonesia Trend Forecasting (ITF) dengan menggandeng BD+A Design dan Kemente-rian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Perwakilan asosiasi, desain-er, media, sekolah mode, hingga pengamat mode turut dilibatkan dalam meru-muskan konten Indonesia Trend Forecasting yang menjadi dasar penciptaan dan sosialisasi mode Indo-nesia ke tingkat dunia.

“Kami tidak mencantumkan kata ‘fashion’ karena Indo-nesia Trend Forecasting ini ditujukan bukan hanya un-tuk bidang fashion saja tapi mencakup seluruh produk lifestyle. Sehingga pelaku ekonomi kreatif bisa meng-gunakannya,” papar Dina Midiani, Direktur Indonesia Fashion Week.

Tren = Perubahan Pola PikirBicara tentang tren, bukan sekadar tentang tawaran warna dan bentuk yang baru, melainkan tentang pe-rubahan pola pikir baru.

Dalam merumuskan konten Indonesia Trend Forecast-ing, mengacu pada peru-bahan pola pikir dan gaya hidup secara global, seperti desain arsitektur, mode, grafis, musik, film, termasuk perkembangan teknologi, dan tak luput pula kondisi sosial, budaya, politik, dan ekonomi.

Perubahan secara global tersebut berupaya dikawin-kan dengan inspirasi lokal yang kemudian diserap dan dituangkan dalam suatu tawaran tren baru. “Sebe-narnya secara global semua lembaga tren menggunakan acuan elemen yang sama, antara lain teknologi, ling-kungan, dan budaya, hanya saja kombinasinya yang berbeda. Misalnya, ada yang cenderung memadu-kan teknologi dengan alam, sementara ada yang memil-ih kombinasi teknologi den-gan budaya,” ungkap Dina.

Melalui Indonesia Trend Forecasting diharapkan dapat memberikan tawaran gaya hidup ke depan yang

terinspirasi oleh konten lokal namun tetap dikemas untuk ranah internasional. Konsep lokal diterjemahkan den-gan memanfaatkan material yang ada di negeri ini.

Ketika kita mengekspos muatan lokal, tentunya pro-dusen di tingkat lokal sendiri harus dipersiapkan untuk menyerap lonjakan kebutu-han akan material tersebut. Sebagai contoh, jika kita mengangkat elemen batik Pekalongan dalam Indo-nesia Trend Forecasting, produsen batik Pekalon-gan harus benar-benar siap memenuhi permintaan yang akan meningkat.

Mengapa sih kita perlu repot-repot membuat tren sendiri? Memang, men-gadopsi tren global yang sudah ada tentu jauh lebih mudah. Namun den-gan hanya mengandalkan prediksi tren dari luar saja, berdampak produk yang kita hasilkan tak berbeda dengan produk buatan ne-gara lain. (bersambung ke halaman 4)

3

Page 4: Newsletter Edition No. 015-NL/IX-IFW/2014

(sambungan dari halaman 3)

Dengan menyematkan un-sur lokal, produk kita memi-liki keunikan atau ciri khas tersendiri. Di sisi lain, den-gan menjadi pusat inspirasi, praktis kita tak bisa hanya menjadi pengekor saja, na-mun dituntut menjadi trend-setter.

Tak berhenti pada tahap membuat prediksi tren saja, langkah selanjutnya adalah bagaimana konten Indone-sia Trend Forecasting dapat diserap oleh para pelaku industri mode. Upaya yang dilakukan tim Indonesia Fashion Week dalam me-nyebar-luaskan tren lokal ini dengan memberikan pelati-han, workshop, maupun seminar di kalangan perajin daerah, desainer mode, dan siswa sekolah mode.

Semakin banyak yang mengetahui tentang Indo-nesia Trend Forecasting ini, maka semakin banyak pula yang berpotensi men-gaplikasikan tren tersebut. Sebab tren adalah suatu konsensus atau kesepaka-tan bersama. Apabila prak-tisi mode di Indonesia me-miliki satu suara mengenai tren, maka suara kita terse-but dapat didengar bahkan dapat mempengaruhi dunia internasional. (ut)

TREND LOKAL DALAM KEMASAN GLOBAL Susan Budihardjo

Lebih dari tiga dasawarsa, desainer mode senior ini menjadi praktisi seka-ligus pendidik yang telah menemukan begitu banyak talenta baru di dunia mode tanah air.

Berawal dari hobi menggambar dan membuat sketsa sejak kecil, tahun 1971 ia mempelajari ilmu fashion di Akademi Seni Rupa dan Desain (Asride) atau dikenal dengan nama ISWI. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke London

Fashion Design School, Inggris.Setelah resmi menjadi istri Iwan Budihardjo pada tahun 1976, ia menemani sang suami yang berdinas di Ottawa, Kanada. Tak mau membuang waktu di sana, ia tergerak mem-perdalam keahliannya dengan mengambil kuliah jurusan fashion di Akademi Richard Rob-inson Couturier, Kanada.

Ketika kembali ke Indonesia tahun 1979, barulah ia mulai merintis kariernya sebagai de-sainer mode secara profesional dengan membuka studio.Tak seperti mahasiswa mode lainnya yang hanya mengejar impian menjadi seorang de-sainer, ia justru ingin menyebarkan ilmunya kepada generasi penerus dengan mendirikan sekolah mode yang terjangkau di Indonesia. Ia menyakini bahwa pendidikan yang tepat akan menunjang kreativitas seseorang dalam berkarya.Baginya, berpartisipasi memajukan industri mode di tanah air bukan sekadar dengan menjadi desainer, tapi juga memunculkan desainer baru yang akan memberikan warna baru di ranah mode di dalam negeri, bahkan dunia.

Setahun kemudian, akhirnya ia berhasil mewujudkan impiannya dengan mendirikan Lem-baga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo. Sekolah mode yang berpusat di Jakarta dan memiliki cabang di Semarang, Bali, dan Surabaya ini telah menetaskan para profesional dalam ranah mode di negeri ini, mulai dari desainer mode ternama, pengusaha mode, perancang aksesori dan sepatu, hingga editor mode, dan penata gaya.

4

Page 5: Newsletter Edition No. 015-NL/IX-IFW/2014

Kreativitas merupakan modal bagi perancang untuk menghasilkan karya yang unik dan inovatif. Bagaimana menjadi desainer yang kreatif? Desainer senior Dina Midiani berbagi tips untuk menjadi perancang yang kreatif berikut ini:

desain, hingga skill lain yang dimilikinya. Zona ini ditujukan pula untuk menjawab kebutuhan produsen baik perusahaan garmen, tekstil, maupun buyer yang membutuhkan jasa pekerja kreatif dalam membuat konsep rancangan produk pakaian, aksesori, bahkan tekstil.Meskipun menggunakan nama Starting Point namun bukan berarti zona ini

Untuk meluncurkan produk ready to wear ke pasaran, seperti yang kita ketahui, seorang desainer harus melalui proses cukup panjang, mulai dari merumuskan konsep, merancang sketsa, membuat pola, kemudian diwujudkan dalam bentuk sampel sebelum akhirnya diproduksi secara massal. Tak berhenti di situ, tahap selanjutnya adalah memasarkan produk mode tersebut.

Pada prakteknya, mungkin kita pernah dengar brand ready to wear yang dibuat oleh desainer tak berumur panjang lantaran ia tak bisa menguasai seluruh proses yang panjang tersebut, terutama dalam hal produksi. Idealnya, desainer didukung oleh perusahaan garmen yang spesialisasi menangani produksi. Dengan begitu, perancang bisa konsentrasi dalam proses kreatif. Solusi ini tentunya untuk membantu desainer yang kuat dalam membuat konsep namun lemah dalam hal produksi, antara lain karena keterbatasan modal.

Pelaku mode tak harus berujung pada menghasilkan produk jadi. Hanya menjual konsep atau ide sebenarnya dapat dilakukan, namun sistem kerja ini memang belum populer di industri mode kita.

Untuk itulah, Indonesia Fashion Week menyediakan zona Starting Point. Di zona inilah pekerja kreatif seperti desainer, perajin, bahkan seniman dapat menawarkan ide kreatif berupa konsep, sketsa rancangan, pola

Gambar

How To Be A Creative Designer? hanya ditujukan bagi para pemula. Istilah Starting Point mengacu pada proses kreatif sebagai titik awal dari rangkaian proses untuk menghasilkan produk mode.

Desainer senior sekalipun yang ingin konsentrasi menangani konsep kreatif tentunya dapat masuk ke zona ini untuk menjual konsep kreatifnya.

MENJUAL IDE, KENAPA TIDAK?

Cermat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Untuk itu, mengamati sesuatu tak bisa hanya dari satu sisi saja, namun secara global termasuk hal yang kecil sekalipun. Dengan begitu akan lebih mudah menemukan hal yang inovatif. Perbanyak latihan. Semakin banyak latihan akan semakin terasah dalam mengeksplorasi kreativitas.Kreatif bukan cuma menciptakan suatu inovasi atau hal baru, tapi juga memecahkan masalah atau memberikan solusi atau suatu permasalahan.

o

o

o

5

Page 6: Newsletter Edition No. 015-NL/IX-IFW/2014

Kesempatan mengikuti perhelatan mode skala internasional berkat memenangkan lomba Indonesia Fashion Design Competition yang digelar Indonesia Fashion Week makin memantapkan eksistensi label ready to wear yang telah dirintisnya.

Dengan persiapan matang serta arahan tim Indonesia Fashion Week, ia berhasil memikat buyer dari Korea, Brazil, Australia, dan China. “Kita harus tahu harga yang sesuai untuk desain kita. Desain harus berkarakter agar beda dari negara lain. Kualitas fabric juga sangat penting,” kenangnya berbagi pengalaman. “Menggeluti bisnis ready to wear sangat menantang. Pemain ready to wear di tanah air semakin banyak sehingga kompetisi semakin ketat. Sementara di sisi lain, konsumen di Indonesia masih perlu diedukasi untuk mendukung brand lokal,” papar jebolan IFDC 2012 sedang mengembangkan labelnya ‘Nez by Soraya”.

Berkat konsistennya dalam mendesain, dia berhasil menembus pasar Jepang yang dikenal dengan kualitas produknya.

“Ikut kompetisi itu penting karena bisa mengasahpengembangan diri. Apalagi ini satu-satunya kompetisi yang hadiahnya enggak main-main. Pemenangnya langsung ditantang bersaing dengan negara lain,” ujar Vonny pemenang Indonesia Fashion Design Competition 2013. “Bisnis retail berbeda dari wholesale, buyer lokal pun berbeda dengan buyer luar negeri. Buyer luar negeri memikirkan kualitas dulu, baru melihat harganya apakah cocok dengan kualitas yang ditawarkan,” tutur pemilik label Lady Voo ini. Dengan panduan dari tim Indonesia Fashion Week dalam melakukan persiapan secara matang, Vonny berhasil mendapatkan 4 buyer sekaligus yang langsung memesan produk aksesori, tas dan sepatu karyanya.

“Sambutannya benar-benar di luar ekspektasi, saya mendapat 2 buyer dari Hong Kong, 1 dari Jepang, dan 1 dari Spanyol,” ungkapnya.

Salah satu pemenang IFDC harus siap bertarung dengan pelaku industri mode dari berbagai negara dalam Hong Kong Fashion Week (HKFW). Seperti yang dialami oleh Fransisca Phang Juara Indonesia Fashion Design Competition 2013 yang menjadi bagian dari agenda Indonesia Fashion Week (IFW). HKFW diikuti lebih dari 1800 exhibitor dari manca negara. Sisca ragu untuk bisa bersaing dalam kancah internasional, berkat bimbingan dari desainer Ali Charisma dan Dina Midiani yang telah berpengalaman di pasar internasional, Sisca lebih percaya diri untuk mengolah gaun malam dalam bentuk ready to wear agar bisa memenuhi permintaan pasar. Terbukti ia berhasil menggaet buyer potensial dari Polandia, Jerman, Hongkong, Texas (USA), Bahrain, dan Kuwait. Salah satu strategi yang diterapkan adalah menawarkan banyak pilihan desain agar menarik perhatian berbagai buyer dengan selera yang berbeda-beda.

Kini, sembari memenuhi permintaan secara berkala dari buyer yang diperolehnya melalui HKFW, ia tengah mempersiapkan bisnis retailnya sekaligus memperkuat branding di pasar lokal dengan melayani private order.

Gadis berusia 22 tahun ini dinobatkan sebagai pemenang Indonesia Fashion Design Competition 2014. Dia mendapatkan kesempatan studi di sekolah mode Koefia-Roma Italia. Setelah mengikuti studi selama 4 bulan, seperti siswa lainnya, Savira membuat satu set busana sebagai syarat kelulusan.

Karya akhir yang dibuatnya berwujud satu set mens wear dengan detail 3D abstrak bertema The Test yang terinspirasi Roschah Test. “Konten lokal kalau diolah secara modern bisa berdampingan dengan busana luar negeri,” ujar finalis Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013/2014 ini. Setelah lulus dari Koefia, pemilik brand SavLavin ini melanjutkan perjalanan kariernya ke Belanda. “Saya akan membuat brand bersama rekan saya dari Belanda, sambil mempersiapkan bekerja pada desainer favorit saya, Iris van Herpen,” ungkap salah satu pemenang Reka Baru Desain Indonesia 2014 ini.

Dengan menggali ilmu dari desainer kelas dunia, ia optimis semakin mantap menghasilkan karya berkualitas internasional. Bravo Savira, bravo!

Shahnaz Soraya Fransisca Phang Vonny C. Kirana Savira Lavinia R.

www.indonesiafashionweek.com

6


Related Documents