YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

1

Modul Managing Creativity Ideas are useless unless used. The proof of their value is their impementation. Until then they are in limbo. Theodore Levitt Tujuan Pembelajaran Dengan memahami modul ini secara aktif, anda seharusnya

mampu :

1. Memahami konsep teoritis maupun praktis mengenai

kreativitas

2. Memiliki wawasan memanage kreativitas

3. Mengaplikasikan konsep dan wawasan tersebut dalam

situasi praktis.

4. Mengenali kecenderungan diri anda berkaitan dengan

kreativitas .

Pra Modul

Game : 81 to 80

Page 2: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

2

Pendahuluan

Kreativitas, adalah suatu aset yang sangat mahal bagi seseorang, organisasi,

dan juga perkembangan dunia pengetahuan dan lingkungan bisnis. Andaikata

tidak ada kreativitas, mungkin kita tidak menikmati kemajuan teknologi

seperti sekarang. Tidak akan ada mobil, listrik, bola lampu, meja, kursi,

sepatu, post it note dan sebagainya. Secara finansial, orang ataupun

organisasi yang kreatif akan menikmati keuntungan berlimpah ruah dibanding

orang atau organisasi yang mengikuti jejaknya. Paling tidak, dari royalti hak

cipta, orang maupun organisasi yang lebih dulu menciptakan produk atau jasa

hasil kreativitasnya, akan menikmati keuntungan yang berlipat ganda. Dalam

modul ini, kreatifitas dititik beratkan pada organisasi, bagaimana memanage

kreatifitas dalam organisasi.

Page 3: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

3

Kreativitas

Perhatikan sepenggal cerita ini :

Kediaman Mr Smith yang biasanya tenang dan damai, pagi ini mendadak

gempar. Tangisan anak-anak Mr Smith : Rita, Naning, dan Ahsan terdengar

menyayat hingga tetangga-tetangga Mr Smith bergegas menuju kediaman Mr

Smith untuk mencari tahu penyebab teriakan dan tangisan itu.

Suasana mencekam ketika mereka membuka pintu kediaman Mr Smith,

perlahan Ageng, ketua RT di daerah itu memberanikan masuk ke dalam

diikuti oleh warga yang lain. Dipojok ruangan, terlihat ketiga anak Mr Smith

sedang menangis tersedu-sedu. Di lantai yang basah itu, berserakan pecahan

kaca yang membuat mereka harus berhati-hati melangkah, agar tidak

tertancap pecahan kaca atau terpeleset air yang membasahi lantai. Di sudut

ruang itu, mereka mendapati tubuh Mr dan Mrs Smith tergeletak di lantai,

tak bernyawa. Serentak, mereka pun menangis tersedu-sedu bersama ketiga

anak Mr Smith itu.

Page 4: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

4

Apa yang anda bayangkan dari cerita diatas? Menurut anda, apa yang terjadi

di kediaman Mr Smith itu ? Apa penyebab Mr dan Mrs Smith meninggal?

Bagaimana Mr dan Mrs Smith meninggal? Seperti apa kedekatan Mr dan Mrs

Smith dengan masyarakat sekitar, sehingga warga ikut menangis tersedu-

sedu?

Berikutnya, mampukah anda menggambar gambar berikut ini pada selembar

kertas tanpa mengangkat pena anda dari bidang kertas tersebut ?

Page 5: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

5

Dari cerita tersebut, mungkin anda dapat memberikan jawaban-jawaban

kreatif, sesuai dengan imajinasi anda sendiri. Bermacam cara kreatif dapat

anda lakukan untuk mendapatkan gambar diatas tanpa mengangkat pena dari

bidang kertas. Setiap orang dapat memiliki imajinasi yang berbeda-beda dan

unik. Dalam kehidupan organisasi, kreativitas mutlak dibutuhkan.

Sebenarnya, apa kreativitas itu ? Mc Shane and Von Glinow (2003, 294)

mendefinisikan kreativitas sebagai : “ to developing an original product,

service, or idea that makes a socially recognized contribution.” Sedangkan

menurut pandangan kaum interactionist yang dikutip oleh Shani and Lau

(2005, 379), kreativitas adalah : “ the complex product of a person’s

behavior in given situation.” Merujuk pada kedua pendapat tersebut, dalam

kreativitas, ada beberapa hal yang tidak dapat dilepaskan, yaitu : adanya

peningkatan kualitas, baik itu produk, jasa ataupun ide, adanya pemikiran yang

dapat memberikan kontribusi pada organisasi, adanya proses learning, adanya

motivasi, situasi dan resources yang membuat itu terjadi, dan ada suatu

outcome yang dapat diimpementasikan. Amabile (1998) secara lebih detil

menjabarkan komponen kreativitas sebagai berikut :

Page 6: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

6

“ Creativity has three components : expertise, creative-thinking skills, and motivation. Expertise is technical, procedural, and intellectual knowledge. Creative-thinking skills are defined as the ways in which people approach problems. Motivation, may be extrinsic and intrinsic. Extrinsic motivation is induced from the outside through means as bonuses and promotion. Intrinsic motivation is motivation fired by internal passion or interest, has a greater impact on creativity. “

Apa beda kreativitas dan inovasi ?

Seringkali, orang menganggap bahwa kreativitas dan inovasi itu memiliki

makna yang sama dan saling menggantikan. Padahal, kenyataannya tidaklah

seperti itu. J.J Kao membedakan pengertian kreativitas dan inovasi, seperti

yang dikutip oleh Shani and Lau (200, 381) :

“ If creativity implies the vision of what is possible, then the term innovation suggests the implementation process by which inspiration leads to practical results. Creativity involves problem solving that may lead to a useful idea. The term innovation is more suitably applied to decision-making process : the decision to search for a new, useful idea ; the decision to select the most useful idea ; and the decision of how to implement the chosen idea.”

Page 7: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

7

Shani and Lau sendiri memiliki pendapat yang membedakan kreativitas dan

inovasi melalui pemaparan yang panjang lebar, yaitu :

“ Creativity can be defined from the person-oriented, process-oriented, and product oriented perspectives. The person-oriented approach to creativity studies pattern of personality traits and characteristic observed in individuals who exhibit creative behavior. Such creative behavior might include the activities of inventing, designing, contriving, composing and planning. The process-oriented approach to creativity examines the development of a new and valuable idea or product through the unique interaction od the individual with the availablre resources, setting, people, and situations. The product-oriented approach to creativity focused on the production of novel and useful idea by an individual or a small group of individual working together. A full understanding of creativity requires an integration of these orientations. An agreement seems to exist that creative behavior, the creative interaction, and the creative idea not to be succesfull, commercial nor applied. Innovation, is contrast, generally refers to the succesfull application of a new idea to the firm. Success in this case refers to actual translation of the idea into a useful products or process. An innovation may or may not be profitable or beneficial to the firm. Innovation is a process of developing and implementing a new idea, whether it is a new technology, product, or organizational process.”

Luecke (2003) membedakan kreativitas dan inovasi sebagai berikut : “

Creativity is a process of developing and expressing novel ideas that are

likely to be useful. Innovation is the embodiment, combination, or synthesis

of knowledge in original, relevant, valued new products, processes, or

services.”

Page 8: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

8

Divergent and Convergent Thinking

Mc Shane and Von Glinow (2003, 296) membedakan divergent dan convergent

thinking sebagai berikut : “ Divergent thinking involves reframing the

problem in the unique way and generating different approaches to the issue.

Convergent thinking is to calculating the conventionally accepted “righ

answer” to a logical problem. Dalam hal ini pemikiran yang divergen maupun

konvergen sangat diperlukan dalam organisasi untuk meningkatkan kreativitas

tim kerja. Proses kreativitas dimulai dari divergent thinking, yaitu dengan

memandang masalah dari sudut pandang yang berbeda, unik, dan bisa jadi

ekstrim, bahkan bisa jadi mendobrak semua belenggu pemikiran dan tradisi

yang selama ini telah tertanam dalam organisasi tersebut. Melalui divergent

thinking, akan dihasilkan banyak ide yang sangat beragam dan luas ruang

lingkupnya. Beberapa diantaranya bisa jadi sangat bermanfaat dan

dibutuhkan organisasi, namun banyak pula yang nampak mustahil untuk

dilaksanakan, sebagian dari ide yang muncul ada juga yang terlalu melebar dan

tidak fokus ataupun relevan dengan permasalahan yang didapat. Untuk itu,

convergent thinking memainkan perannya. Memilah-milah dan menemukan

relevansi ide dengan permasalahan yang dihadapi organisasi, melakukan

Page 9: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

9

adaptasi ide-ide yang muncul dari divergent thinking menjadi ide yang lebih

nyata dan sesuai dengan culture organisasi, dan pada akhirnya menentukan

“right answer” dari permasalahan yang dihadapi. Convergent thinking

membantu kita untuk mentransformasikan hasil yang didapat melalui

divergent thinking menjadi ide yang relevan, dan dapat dilaksanakan untuk

menyelesaikan masalah. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk

mengarahkan convergent thinking untuk memilah-milah ide yang muncul hasil

dari proses divergent thinking diantaranya :

1. Mana ide yang harus dilakukan dan baik kalau dilakukan ?

2. Mana solusi yang tepat dan yang baik ?

3. Mana yang dibutuhkan dan mana yang diinginkan pelanggan?

4. Apakah ada batasan cost?

5. Apakah ada batasan ukuran atau bentuk ?

6. Apakah ada batasan waktu ?

7. Apakah ide itu mendukung produk atau service yang sudah ada?

Gambar 1 menyajikan garis besar proses pemilahan ide dari divergent

thinking ke konvergent thinking.

Page 10: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

10

Gambar 1. Proses transformasi divergent thinking menuju ke convergent thinking

Diadaptasi dari Harvard BussinessEssential on Managing Creativity and Innovation. 2003. Boston : Harvard Bussiness School Publishing Corporation

Tahap- tahap kreativitas

Ada beberapa tahap dalam proses creativity :

1. Preparation, yaitu tahap dimana seseorang atau suatu kelompok

berupaya untuk mendapatkan knowledge ataupun skill untuk

Divergent Thinking (Ide tidak dibatasi)

Convergent Thinking (Ide sudah terseleksi)

Kriteria untuk menyeleksi

Kondisi internal dan eksternal

Page 11: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

11

menghadapi suatu permasalahan ataupun fenomena, bisa yang

menghambat atau menantang. Tahap ini merupakan tahap yang sangat

menentukan bagi munculnya kreativitas, karena kreativitas bukanlah

sesuatu yang tiba-tiba muncul tanpa ada katalis dari seseorang ataupun

suatu kelompok untuk mencari new knowledge.

2. Incubation, yaitu tahap dimana semua ide direfleksikan untuk

dimatangkan.

3. Insight. Dalam tahap ini, ide-ide yang muncul sudah mulai dikerucutkan

dan benar-benar matang. Seringkali, tahap ini berimpit dengan tahap

incubation.

4. Verification. Semua ide matang yang di dapat dari tahap insight,

seringkali tidak dapat dilaksanakan begitu saja. Perlu serangkaian uji

ataupun evaluasi untuk memastikan ide itu dapat diimplementasikan dan

merupakan solusi yang tepat dalam menghadapi permasalahan atau

fenomena tersebut.

Page 12: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

12

Lingkungan kerja yang diperlukan untuk proses creativity

Walaupun sebuah organisasi dipenuhi orang-orang yang kreatif, namun tanpa

adanya suatu lingkungan kerja yang memungkinkan berlangsungnya proses

kreativitas, aset itu akan sia-sia. Suatu lingkungan kerja yang mampu

merangsang kreativitas organisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan

kreativitas organisasi secara keseluruhan. Beberapa syarat lingkungan kerja

yang dapat menstimuli proses kreativitas adalah :

1. Organizational Support. Hal ini merupakan syarat utama bagi proses

kreativitas. Organisasi yang mensupport anggotanya untuk senantiasa

berkreasi, memiliki komunikasi yang lancar di berbagai tingkatan, serta

pimpinan yang menghargai setiap ide yang muncul merupakan katalis

bagi suburnya proses kreativitas dalam organisasi tersebut. Pada tabel

1 akan dijabarkan perbandingan kultur organisasi yang mensupport

kreativitas dengan kultur organisasi yang menghambat kreativitas.

2. Intrinsically Motivating Work. Satu hal yang paling penting bagi

tumbuhnya kreativitas adalah adanya motivasi kerja yang berasal dari

dalam diri seseorang. Adanya job yang menantang, memiliki implikasi

langsung pada performance organisasi, sesuai dengan kompetensi

Page 13: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

13

seseorang, pemberdayaan seseorang berkaitan dengan job yang

diembannya tersebut akan membuat seseorang termotivasi untuk

menghasilkan ide-ide kreatif sesuai dengan kewenangannya. Mc Shane

and Von Glinow (2003, 301) menjabarkan alasan dari pandagan

tersebut :

“ First, employees tend to be more creative when they believe their work has a substansial impact on the organization and/or the larger society. Second, crativity increases with autonomy – the freedom to pursue novel ideas without bureucratic delay. Creativity is about changing things, and change is possible only whem employees have the aouthority to experiment. Third, creativity is ongoing learning process, so employee need acces to fairly continuous feedback from the job and other sources. Creativity productivity is also higher when people engage in self-set creativity goals, feedback, and other elements of self leadership.”

Page 14: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

14

Tabel 1. Culture Organisasi yang mensupport kreativitas versus culture organisasi yang menghambat kreativitas Culture organisasi yang menghambat kreativitas

Culture organisasi yang mensupport kreativitas

Prosedural Berani memotong prosedur yang tidak efisien

Hanya menghargai pendapat yang benar

Menghargai setiap pendapat yang mengeksplorasi permasalahan atau fenomena yang dihadapi

Senantiasa mengkritik pendapat yang kurang tepat

Mengarahkan pendapat yang kurang tepat

Takut gagal Belajar dari kegagalan Tertutup terhadap kritik dan saran Memperhatikan setiap kritik dan

saran Menghindari konflik Menstimulasi konflik fungsional Tidak mau ambil resiko Pengambil resiko Kaku Fleksible Hirarkis Non Hirarkis Cepat menyerah Pantang menyerah Tidak percaya diri Percaya diri Mengandalkan pada pihak luar Mengandalkan resources yang dimiliki Fokus pada kompetensi yang dimilikinya saat ini

Senantiasa learning untuk mengeksplorasi new knowledge, bahkan pada bidang yang asing baginya

Pimpinan adalah Raja Pimpinan adalah katalis proses learning

Tidak ada sharing knowledge Senantiasa sharing knowledge Bekerja adalah bekerja Bekerja adalah berkarya Mekanistik Kondusif Superstar Superteam Karyawan adalah alat organisasi untuk mencapai tujuan

Karyawan adalah pemilik organisasi

Page 15: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

15

3. Sufficient Time and Resources. Amabile (1988) mengatakan bahwa : “

Extreme time pressures, unrealistic goals, and ongoing distractions

are well known creativity inhibitors.” Hal ini menegaskan bahwa

kreativitas memerlukan waktu yang cukup untuk berproses. Deadline

yang sangat mendesak seringkali membuat kreativitas terbunuh

bergitu saja. Target yang tidak realistis seringkali membuat anggota

tim frustasi dan tidak dapat menemukan langkah kreatif untuk

mencapai target itu. Selain itu, tentu saja diperlukan resources yang

cukup untuk mengeksplor ide-ide kreatif dan mengujinya.

Berkaitan dengan time pressures, Amabile, Hadley and Kramer (2002)

mempublikasikan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa : ’’ time pressure

affects creativity in different ways depending on whether the environtment

allows people to focus on their work, conveys a sense of meaningful urgency

about the tasks at hand, or stimulates or undermines creative thinking in

other ways.” Lebih jauh, Amabile, Hadley and Kramer (2002) menjabarkan

pernyataannya itu pada suatu matriks yang dinamakan “ The Time Pressure/

Creativity Matrix” :

Page 16: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

16

Time Pressure Low High High Likelihood

Creative thinking under low time pressure is more likely when people feel as if they are on an expedition. They :

• show creative thinking that is more oriented towards generating or exploring ideas than identifying problems.

• tend to collaborate with one person rather than with a group

Creative thinking under extreme time pressure is more likely when people feel as if they are on a mission. They :

• can focus on one activity for a significant part of the day because they are undisturbed or protected.

• believe that they are doing important work and report feeling positively challenged by and involved in the work.

• show creative thinking that is equally oriented toward identifying problems and generating or exploring ideas.

of Creative Thinking Low

Creative thinking under low time pressure is unlikely when people feel as if they are on autopilot. They :

• receive little encouragement from senior management to be creative

• tend to have more meetings and discussion with groups rather than with individuals.

• engage in less collaborative work overall

Creative thinking under extreme time pressure is unlikely when people feel as if they are on a treadmill. They :

• feel distracted • experience a highly fragmented

workday, with many different activities.

• don’t get the sense that the work they are doing is important.

• feel more pressed for time than they are “on a mission” even though they work the same number of hours.

• tend to have more meetings and discussion with group rather then with individuals

• experience lots of last minute change in their plans and schedules

Sumber : Amabile, T.M., Hadley, C.N., and Kramer, S.J. “Creativity Under the Gun.” Harvard Bussiness Review on The Innovative Enterprise, August 2002,

Page 17: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

17

Bagaimana memanage kreativitas

Berikut disajikan beberapa cara untuk memanage kreativitas :

1. Pemberian Rewards. Perlu adanya rewards – dan bukan punishment –

kepada setiap pencetus ide. Ada beberapa cara untuk memberikan

rewards kepada mereka, bergantung pada motivasi mereka : apakah itu

rewards secara finansial, promosi yang dipercepat dan sebagainya.

Namun bagi sebagian orang, rewards semacam pengakuan, kebanggaan,

kebebasan dipandang lebih berharga dibandingkan finansial maupun

promosi.

2. Menciptakan iklim kreatif. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk

menstimuli terbentuknya iklim kreatif dalam organisasi diantaranya :

a. Mengkondisikan agar anggota organisasi tidak takut untuk

memunculkan ide, feedback, saran, kritik kepada siapapun,

termasuk pimpinan.

b. Melakukan penilaian berdasarkan pada kontribusi atau jasa

mereka pada organisasi.

c. Senantiasa mencari informasi dan melakukan sharing knowledge

terhadap seluruh anggota organisasi.

Page 18: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

18

d. Senantiasa mengingatkan bahwa kelanjutan organisasi

bergantung pada kreativitas yang ada dalam diri anggota

organisasinya. ’’ Jika setiap anggota organisasi menyumbangkan

satu ide kreatif dalam organisasi, maka organisasi ini akan

memiliki ide kreatif baru sejumlah seluruh anggota organisasi.“

e. Menanamkan mental untuk tidak pernah puas dengan apa yang

telah dicapai saat ini, sesukses apapun itu.

f. Mengajak anggota organisasi untuk memiliki paradigma : ’’

Sukses adalah journey bukan destiny’’

3. Merekrut orang yang kreatif. Hal ini dapat membantu untuk

meningkatkan kreatifitas organisasi. Dengan merekrut orang yang

kreatif, maka anggota organisasi lain dapat belajar dan mengatasi gap

kreatifitasnya. Mc Shane and Von Glinow (2003, pp. 298 – 299)

menjabarkan tipe orang kreatif sebagai berikut : “ Four general

characteristic that researchers have identified in creative people :

intellectual abilities, relevant knowledge and experience, a strong

motivation and persistence, and an inventive thinking style.“

4. Encourage the Cross-Pollination of Ideas. Kreativitas akan tumbuh

lambat bila anggota organisasi hanya terkungkung pada kelompok, unit

Page 19: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

19

kerja, lingkungan mereka. Untuk mempercepat itu, manajemen harus

menstimulasi terjadinya cross-pollination ideas diantaranya dengan

cara :

a. Secara periodik mengubah anggota tim untuk memastikan bahwa

seseorang bekerjasama dengan orang yang berbeda setiap

project. Tentu saja perlu diperhatikan kesesuaian kompetensi

dan tujuan tim.

b. Mengirim anggota organisasi untuk mengikuti seminar, diskusi

ataupun community profesi yang ada.

c. Membuat knowledge management system untuk memastikan

terjadinya sharing knowledge diantara semua anggota

organisasi.

d. Secara periodik melakukan studi banding,

e. Secara periodik melakukan kunjungan serta survey kepada

konsumen.

f. Melibatkan konsultan dalam proses brainstorming untuk melihat

melalui sudut pandang yang berbeda.

Page 20: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

20

Beberapa metode untuk menstimuli creativity :

Brainstorming

Brainstorming merupakan metode yang umum untuk mengumpulkan ide-ide

kreatif diantara anggota-anggota organisasi. Brainstorming pertama kali

diperkenalkan oleh Alex Osborn pada tahun 1950 an yang kemudian

berkembang dan digunakan dimanapun. Namun seringkali, brainstorming

tidak mengena sasaran, yang pada akhirnya justru terjadi debat kusir

ataupun diskusi yang tidak berkontribusi bagi organisasi. Agar brainstorming

dapat efektif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Fokus pada permasalahan. Sebelum melakukan brainstorming, perlu

dibuat sebuah agenda yang sekurang-kurangnya memuat : tujuan, siapa

saja yang terlibat, fenomena yang akan dibahas, batasan-batasan,

output yang diharapkan, impact terhadap organisasi. Tanpa ada agenda

yang jelas, brainstorming hanya akan menjadi diskusi dangkal atau bisa

jadi justru terlalu melebar dari pokok permasalahan.

2. Jangan pernah menjudgment ide yang muncul. Tujuan utama

brainstorming, adalah mengumpulkan ide-ide kreatif. Sehingga setiap

Page 21: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

21

ide yang muncul dalam kelompok brainstorming, dari siapapun juga,

tidak peduli kedudukannya dalam organisasi, haruslah ditampung untuk

kemudian didiskusikan. Tindakan memotong ide yang meluncur dari

seseorang hanya akan membuat proses brainstorming menjadi “panas”.

3. Jaminan bebas intimidasi bagi peserta brainstorming. Dalam

brainstorming, perlu adanya jaminan bahwa semua peserta tidak akan

diintimidasi oleh pihak manapun pada organisasi. Selama jaminan itu

tidak ada, maka peserta akan mengikuti proses itu dengan keadaan

tertekan, sehingga ide yang muncul juga terbatas. Misalnya

brainstorming mengenai kinerja manajemen, pihak manajemen haruslah

memberi jaminan bahwa semua ide yang muncul tidak akan berimbas

pada penilaian orang tersebut. Tidak peduli kritik atau sanjungan yang

dialamatkan kepada pihak manajemen, semua itu haruslah ditanggapi

secara obyektif. Tanpa itu, brainstorming hanya menjadi sarana untuk

menjilat atasan atau formalitas atas keberhasilan manajemen, lantaran

tidak ada satu pihakpun yang berani mengkritik manajemen.

4. Untuk brainstorming yang dilaksanakan lebih dari satu kali, harap

diperhatikan benang merah antara satu diskusi dengan yang lain.

Tetaplah fokus.

Page 22: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

22

5. Brainstorming tidak terpaku pada formalitas tertentu. Kapanpun,

dimanapun, dengan siapapun bertemu, kita tetap dapat berdiskusi

untuk mengeluarkan ide-ide kreatif. Mungkin ide anda terlewatkan saat

proses brainstorming formal, namun anda baru mengingatnya saat

istirahat makan siang, anda dapat menemui koordinator brainstorming

untuk menyampaiakan ide anda.

6. Melakukan kombinasi diantara ide-ide yang muncul.

7. Menampung seluruh ide yang muncul.

Pada umumnya, pendekatan brainstorming terbagi menjadi 3 tipe :

1. Visioning, yaitu pendekatan yang menuntut peserta brainstorming

untuk secara detil merumuskan tujuan, solusi atau apapun yang perlu

dilakukan dalam jangka panjang, dan bagaimana cara untuk mencapai

hal itu. Pendekatan ini menganut paham kebebasan. Tidak ada batasan

mulai dari sudut pandang mana suatu permasalahan dibahas, mulai dari

titik mana diskusi dimulai, sepanjang tidak melenceng dari agenda

diskusi.

2. Modifying, yaitu pendekatan yang berawal dari keinginan untuk

merubah keadaan saat ini ke keadaan yang diinginkan. Sesuai dengan

pengertian ini, maka proses brainstorming berawal dari keadaan saat

Page 23: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

23

ini yang dipandang perlu untuk diperbaiki, diadaptasi ataupun

dikembangkan.

3. Experimenting, yaitu pendekatan yang secara sistematis melakukan

kombinasi dari berbagai ide yang muncul dan mensimulasi kemungkinan-

kemungkinan yang mungkin terjadi. Pendekatan ini mirip dengan

percobaan yang menganut sistem trial on error.

Saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi, brainstorming telah berkembang

tidak saja brainstorming konvensional yang memerlukan kehadiran anggota

yang terlibat, namun juga brainstorming yang menggunakan media internet.

Banyak mailing list, forum chat, yang bertujuan untuk mensharing ide. Dengan

media internet, kita bahkan dapat melakukan brainstorming bersama peminat

bidang tersebut dari seluruh penjuru dunia. Brainstorming tipe ini sering

disebut electronic brainstorming.

Delphi Technique

Von Glinow (2003, 311) menjabarkan delphi technique sebagai : “ A

structured team decision-making process of systematically pooling the

collective knowledge of experts on a particular subject to make decisions,

Page 24: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

24

predict the future, or identfy oposing views.” Delphi technique tidak selalu

dilakukan secara face-to-face, namun seringkali pihak yang terlibat bahkan

tidak saling mengenal satu sama lain. Dan, seperti electronic brainstorming,

pihak yang terlibat bisa berasal dari seluruh belahan bumi. Bedanya dengan

electronic brainstorming, dalam delphi techniques dilakukan proses kompilasi

yang dikembalikan kembali ke panel untuk didiskusikan dan menerima

feedback baru, begitu seterusnya hingga menghasilkan suatu consensus atau

disensus. Sedangkan pada electronic brainstorming, karena fungsinya hanya

mengumpulkan ide, bisa jadi tidak terjadi consensus.

Catchball

Teknik ini lazim digunakan pada organisasi-organisasi jepang. Catchball adalah

cross-functional methods yang digunakan untuk memperkaya atau

meningkatan kualitas ide-ide yang ada . Cara kerja Catchball adalah sebagai

berikut :

Page 25: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

25

Gambar 2. Proses Catchball

Sumber : Harvard BussinessEssential on Managing Creativity and Innovation. 2003. Boston : Harvard Bussiness School Publishing Corporation

Mula mula, initial idea, katakanlah X, dilemparkan kepada forum. Ide

tersebut dapat berupa produk baru, strategi baru, atau cara baru untuk

meningkatkan sistem atau suatu proses. Siapapun yang menangkap (catches)

ide tersebut memiliki tanggung jawab untuk memahami, merefleksikan dan

meningkatkan ide tersebut sesuai dengan kompetensinya. Sehingga ide X

telah termodifikasi menjadi X1, yang tentu saja lebih sempurna dibandingkan

dengan X. Setelah melakukan proses itu, dia harus melemparkan X1 kembali

Initial Idea

• Understand • Reflect • Improve

• Understand • Reflect • Improve

Page 26: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

26

kepada forum (sekarang initial ideanya adalah X1, bukan X lagi), dimana nanti

ada orang lain yang menangkap X1 itu dan melakukan proses mamahami,

merefleksikan dan maningkatkan ide itu sehingga menghasilkan X2, yang jauh

lebih sempurna dari X1 apalagi dari X, begitu seterusnya hingga muncul ide

yang paling sempurna, katakanlah Xn, yang merupakan milik forum tersebut,

dan bukan lagi milik pribadi, walaupun Xn bisa jadi dimunculkan oleh individu.

Practical Implication

Mitos yang salah mengenai kreativitas :

1. Semakin smart seseorang, dia akan semakin kreatif. Anggapan ini tidak

sepenuhnya benar. Kemampuan intelektual memiliki korelasi terhadap

kreativitas hanyalah pada kondisi tertentu. Ketika seseorang memiliki

intelektual yang memadai untuk mengerjakan pekerjaannya, saat itu

juga, tidak ada korelasi lagi antara intelektual dengan kreativitas. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dikutip oleh Shani and Lau (2005,

382) :

Page 27: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

27

“ Testing suggests that a certain level of intelligence is related to creativity, but the correlation between the two factors disappear when the person’s IQ is above 120. This lack of correlation is particularly important to know how is a work setting because managers tend to believe that only brightest people are apt to be creative.” Untuk itu, hati-hati dengan penggunaan tes IQ, grade points averages

atau alat ukur lain untuk menjudgment seseorang kreatif atau tidak.

2. Orang muda lebih kreatif dibanding orang yang tua. Kenyataannya, usia

tidak dapat digunakan untuk memprediksi kreativitas

seseorang.Semacam ada paradox antara orang tua dan orang muda

mengenai kreativitas. Di satu sisi, orang yang muda memiliki pola

pemikiran yang diakui lebih kreatif, lebih feel free karena tidak

terkontaminasi oleh cara pikir konvensional. Namun diakui atau tidak,

faktanya kreativitas paling optimal justru muncul ketika seseorang

sudah mendalami suatu bidang selama kurang lebih 10 tahun. Namun

orang tua, walaupun memiliki pengalaman, seringkali menghambat

kreativitas karena mereka umumnya tidak mau mengubah pattern yang

ada. Untuk itu ketika anda membuat sebuah tim, lakukan kombinasi

yang seimbang antara orang muda dan tua.

3. Kreativitas dihasilkan oleh individu yang berbakat. Pada kenyataanya,

prosentase terbesar dari adanya produk, services maupun ide kreatif

Page 28: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

28

lainya justru muncul dari kolaborasi diantara orang-orang dengan skill

yang beragam, dan bukannya seorang jenius yang penuh bakat. Untuk

itu, perlu sekali seseorang untuk mengikuti berbagai forum atau

brainstorming process untuk meningkatkan kreativitasnya.

4. Kreativitas tidak dapat dimanage. Memang benar, seseorang tidaklah

mungkin mengetahui secara pasti kadar kreativitas tiap orang, atau

mengetahui secara pasti kapan, bagaimana dan apa tindakan kreatif

dari anggota organisasi itu muncul. Namun, sebagai pimpinan, anda

tetap dapat mengkondisikan culture organisasi untuk menstimuli

munculnya kreativitas seperti yang telah dibahas sebelumnya ( baca

juga : bagaimana memanage kreativitas).

When you involved in Managing Creativity

Apabila anda terlibat dalam upaya untuk memanage creativity dalam

organisasi anda, ada beberapa paradoks yang perlu anda perhatikan, agar

anda dapat membentuk suatu tim yang kreatif. Paradoks itu diantaranya :

Page 29: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

29

1. Beginner’s Mind – Experience. Di satu sisi, untuk membentuk suatu tim

yang kreatif, anda memerlukan anggota yang masih fresh, dengan

pemikiran yang masih jernih, segar, dan tidak terpengaruh oleh culture

organisasi, ataupun keberhasilan dan kegagalan organisasi di masa lalu.

Dengan demikian, dia dapat memberikan kontribusi yang optimal dan

feedback yang obyektif bagi perusahaan. Namun di sisi lain, tetap

diperlukan anggota tim yang memilik experiences, untuk memilah-milah

ide yang dapat diimplementasikan dan ide mana yang tidak dapat atau

sulit diimplementasikan. Hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana

kita, sedapat mungkin menjaga keseimbangan antara pihak beginner’s

mind dan pihak yang expert. Karena pihak yang expert seringkali

melemahkan pihak beginner’s mind dengan paradigma status quo nya.

Beberapa organisasi seringkali mengantisipasi hal ini dengan

menempatkan pihak yang expert ke dalam tim pengarah (steering

commintte) atau advisor, sehingga sifatnya hanya memberi masukan.

2. Freedom – Discipline. Di satu sisi, tim anda dituntut untuk bekerja

sesuai dengan target untuk mencapai tujuan organisasi, sesuai dengan

kebutuhan bisnisnya. Sehingga, tim ini tetap harus disiplin dalam etos

Page 30: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

30

kerja, namun di sisi lain, mereka harus merdeka, untuk menuangkan

ide-idenya, merdeka dari perasaan takut diintimidasi, dan merdeka

untuk menentukan sendiri bagaimana untuk mencapai target yang

diberikan untuk mereka.

3. Play – Professionalism. Di satu sisi, tim yang kreatif dituntut untuk

playfulness, sehingga dapat berkreasi dengan baik. Namun disisi lain

tim dituntut untuk profesional terhadap organisasi bisnis yang

menaunginya. Untuk itu, perlu diklarifikasikan waktu dan tempat yang

tepat untuk “bermain”.

4. Improvisation – Planning. Di satu sisi, tim dituntut untuk memiliki

planning yang jelas. Namun, di sisi lain, tim harus siap melakukan

improvisasi manakala suatu proyek tidak berjalan sesuai dengan

rencananya. “Always have plan B,” begitu motto yang sering diucapkan

oleh agent rahasia Inggris rekaan Ian Flemming, James Bond .

Page 31: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

31

Management in Action :

Bagaimana menetapkan target yang menstimuli kreativitas?

Untuk menstimuli kreativitas dalam organisasi, dapat dimulai dari hal yang

paling fundamental, yaitu penetapan target. Target yang dapat menstimuli

kreativitas anggota organisasi adalah target yang berfalsafah SMART

( Spesific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time-related), mari kita

bahas satu persatu :

1. Spesific. Target haruslah spesific, sehingga anggota organisasi dapat

melakukan upaya-upaya yang spesifik pula untuk mencapai target

tersebut. Target yang spesifik, membuat proses kreativitas menjadi

efektif : brainstorming yang fokus, pemilahan ide yang sesuai dengan

konteks target tersebut, penjaringan informasi yang relevan, sehingga

solusi yang didapat juga tepat untuk mencapai target tersebut.

2. Measurable. Target sebaiknya mudah untuk diukur, sehingga

memberikan guideliness yang jelas bagi anggota organisasi dalam

mencari ide kreatif untuk mencapai target tersebut.

Page 32: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

32

3. Achievable. Target sebaiknya menantang, namun dapat dicapai. Sebuah

target yang tidak mungkin dicapai tidak akan memacu proses

kreativitas, namun justru membunuh kreativitas sebelum sempat

muncul.

4. Realistic. Target sebaiknya realistis bagi organisasi. Semua asumsi

yang mendasari penetapan target hendaknya berkiblat pada kondisi

organisasi. Hal ini akan memudahkan anggota organisasi untuk

melakukan modifikasi, perbaikan, peningkatan kondisi organisasi agar

dapat mencapai target itu. Target yang terlalu muluk hanya akan

membuat anggota organisasi berangan-angan.

5. Time-related. Target sebaiknya memiliki jangka waktu yang jelas, dan

jangka waktu ini memberikan tekanan yang cukup bagi anggota

organisasi, namun tidak sampai membuat mereka putus asa. Dengan

waktu yang memadai, maka kreativitas akan tumbuh optimal.

Page 33: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

33

Self Assessment

Petunjuk : Pilihlah jawaban yang menurut anda paling menggambarkan diri

anda.

Bagian A

Suatu malam, anda berjalan kaki. Mendadak, hujan deras disertai badai turun

tiba-tiba. Anda berada sekitar 300 m menuju rumah dan anda memutuskan

untuk melanjutkan perjalanan. Hujan semakin deras dan angin bertiup

kencang sekali. Beberapa pohon nampak mau tumbang. Anda panik, di tengah

kepanikan anda tersebut, anda menendang tong sampah di pinggir jalan. Apa

yang anda bayangkan ?

1. Tong sampah itu tidak ada isinya alias kosong, sehingga sekalipun

terguling, tidak ada sampah yang berserakan.

2. Tong sampah tersebut terguling, namun sampah tidak berserakan.

Rupanya sang pemilik tempat sampah tersebut selalu mengepak

sampahnya sebelum diletakkan ke tempat sampah.

3. Tong tersebut penuh berbagai jenis sampah dan serta merta

berhamburan keluar sehingga mengotori jalan tersebut.

Page 34: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

34

4. Tong tersebut berguling, dan berserakan potongan biskuit, tulang ikan,

serta berbagai sisa makanan.

Mana yang paling mendekati bayangan anda ?

Jawab:

Bagian B

“Wah, hari ini kok mendadak saya kepingin makan roti isi coklat ya?” Begitu

pikir anda. Tanpa lama berpikir, saat jam istirahat kerja, anda memutuskan

untuk membeli roti di sebuah toko dekat kantor anda. Anda membeli roti

favorit anda dan meminta penjual untuk membungkusnya. “Lebih nyaman

makan di kantor, lagian bisa nyantai di ruang kerja sambil internetan, toh ini

waktunya istirahat, siapa yang melarang?.” Begitu gumam anda. Sesampai di

ruang kerja anda, anda menuangkan susu coklat hangat dan mulai memakan

roti tersebut. Alangkah kagetnya anda karena roti tersebut ternyata tidak

ada coklatnya, sama seperti roti biasa, tanpa ada isi apapun. Bagaiamana

reaksi anda ?

Page 35: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

35

1. Dengan perasaan kesal, anda membawa roti tersebut ke toko.

Sesampainya di toko, anda menemui penjual roti tersebut dan meminta

penjual untuk menukarnya dengan roti sejenis. .

2. Anda merasa kesal. Namun anda malas kalau mau kembali ke toko roti

lagi. Karena sudah terlanjur hilang selera, anda memutuskan untuk

tidak menghabiskan roti tersebut dan memilih makan bakso di kantin

perusahaan bersama kolega.

3. Anda merasa bahwa roti itu hambar tanpa ada coklat. Kemudian anda

menyelupkan roti tersebut ke dalam susu coklat yang anda miliki dan

berharap agar rasa roti itu lebih enak. “Setidaknya ada rasa

coklatnya,” begitu pikir anda.

4. Anda mencoba memakluminya. “Biasa, diantara sekian banyak produk,

pasti ada saja produk yang gagal, mungkin lagi hari sialku, mendapatkan

roti yang tidak lolos uji.” Kemudian anda memakan roti tersebut.

Mana yang paling mendekati pikiran anda ?

Jawab :

Page 36: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

36

Case

Kasus Fakultas Ekonomi Universitas Maju Terus

Fakultas Ekonomi Universitas Maju Terus, bertekad untuk

menjadi Fakultas Ekonomi terbaik di antara Fakultas Ekonomi lain

di Indonesia. Banyak terobosan dilakukan, misalnya dibukanya

kelas bilingual, kelas multimedia dan banyak lagi inovasi yang lain.

Pembenahan di bidang sumber daya manusia juga senantiasa

dilakukan. Secara teratur, mereka mengirim dosen dan

karyawannya untuk mengikuti seminar, pelatihan bahkan studi

lanjut, baik di dalam dan di luar negeri. Tujuannya agar mereka

menjadi sumber daya yang bertaraf internasional dan tentu saja

memiliki kreativitas yang berguna bagi organisasi. Dari segi

kebijakan, pimpinan Fakultas melibatkan dosen dan karyawan

dalam hampir setiap proses pengambilan keputusan, tentu saja

sesuai dengan kepentingannya. Tujuannya jelas, untuk mendorong

dosen dan karyawan untuk mengeluarkan ide-ide kreatif demi

Page 37: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

37

peningkatan organisasi. Belum lagi, pimpinan senantiasa

memberikan rewards pada setiap dosen dan karyawan pencetus

ide kreatif yang idenya diimplementasikan di Fakultas Ekonomi

Universitas Maju Terus. Pimpinan juga memberikan hotline bagi

siapa saja yang ingin memberikan masukan atau melaporkan hal-

hal yang perlu diperbaiki di Fakultas Ekonomi Universitas Maju

Terus.

Namun, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bukan

kreativitas yang didapat, justru berbagai hal negatif yang muncul.

Proses decision making seringkali menjadi lambat dan berlarut-

larut lantaran kebijakan pimpinan untuk melibatkan dosen dan

karyawan dalam proses pengambilan keputusan, justru membuat

kondisi dilematis : dosen menuntut mereka dilibatkan, namun

jarang dari mereka yang berkontribusi untuk memberi masukan

bagi kesempurnaan keputusan yang akan diambil, sedangkan

karyawan lebih antusias dalam mensikapi kebijakan tersebut. Dari

segi kepedulian dosen nampak kurang peduli pada peningkatan

Page 38: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

38

performance Fakultas Ekonomi Universitas Maju Terus

dibandingkan dengan karyawan. Jangankan memberi ide kreatif

demi peningkatan, untuk memperhatikan apa yang perlu diperbaiki

di lingkungan organisasi saja tidak mendapat tanggapan yang

berarti dari dosen. Harapan pimpinan untuk meningkatkan

kreativitas dosen dan karyawan melalui studi lanjut, mengirim

mereka ke workshop, seminar, training pun tidak membawa hasil

yang signifikan. Dari survey internal yang dilakukan, diindikasikan

bahwa studi lanjut, seminar, workshop, training tersebut mampu

meningkatkan performa karyawan, namun hal ini tidak terjadi di

kalangan dosen. Banyak dosen yang setelah studi lanjut tidak

meningkat dari segi performancenya. Yang lebih parah, dosen yang

pulang dari studi lanjut, apalagi yang studi lanjut dari luar negeri,

justru menjadi sombong, sering membanggakan bahwa mereka

lulusan luar negeri, mendadak sering menggunakan istilah luar

negeri dalam pembicaraannya. Sayangnya, mereka hanya berani

berkoar-koar di dalam fakultas saja, namun tidak memiliki nyali

Page 39: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

39

apabila diminta untuk berperan di luar, misalnya menjadi

pembicara seminar di luar Fakultas Ekonomi Universitas Maju

Terus, menjadi konsultan suatu perusahaan, atau mengadakan

penelitian bersama universitas lain, lebih parah lagi, kontribusi

mereka akan ide-ide kreatif bagi peningkatan performance

Fakultas Ekonomi Universitas Maju Terus sangat kecil sekali,

paling tidak bila dibandingkan dengan kontribusi karyawannya.

Kalangan mahasiswa juga merasakan hal tersebut. Menurut

penilaian mahasiswa, dosen yang pulang studi lanjut dari luar

negeri menjadi arogan, sombong namun dari segi kreativitas dan

performance nya tidak ada peningkatan yang signifikan.

Sedangkan mengenai karyawan, mahasiswa berpendapat studi

lanjut mampu membuat performance karyawan meningkat dan

lebih kreatif dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa.

Page 40: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

40

Pertanyaan untuk diskusi :

• Apa analisis Anda dari kasus Fakultas Ekonomi Universitas

Maju Terus?

• Menurut anda, apa ada yang salah dari pimpinan Fakultas

Ekonomi Universitas Maju Terus dalam memanage

kreativitas dosen dan karyawannya? Jika ada yang salah, apa

yang perlu diperbaiki?

Catatan :

Kasus ini adalah kasus real. Demi privacy organisasi, maka nama

perusahaan, nama orang dan lokasi disamarkan.

Page 41: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

41

Referensi

Amabile, T.M., Hadley, C.N., and Kramer, S.J. 2002. Creativity Under the Gun. Harvard Bussiness Review on The Innovative Enterprise. August- September 1-26.

Amabile, T.M. 1998. “ How to Kill Creativity. “ Harvard Bussiness Review,

September – October 77-87. Barker, A. 2000. How to better at managing people. London : Kogan Page, Ltd. Barrett, D. The Paradox Process. 1997. New York : AMACOM. Davis, H., and Scase, R. 2001. Managing Creativity : The Dynamics of Work

and Organization. Buckingham, England : Open University Press. Drucker, P.F. 2002. The Discipline of Innovation. Harvard Bussiness Review

on The Innovative Enterprise. August- September 111- 129. Harris, M. 1997. Human Resource Management : A Practical Approach.

Orlando: Harcourt Brace & Company. Harvard Bussiness School Publishing. 2003. Harvard Bussiness Essentials on

Managing Creativity and Innovation. Boston : Harvard Bussiness School Publishing

Honeggen, K., and Appelbaum, S.H. 1988. The Impact of Perceived Control

and Desire to be Empowered : an Analysis of Perception and Reality. Managing Service Quality Journal. Volume 8 Number 6 p. 426-438.

Kim, W.Chan, and Mauborgne, R. 2000. “ Knowing a Winning Idea When You

See One.” Harvard Bussiness Review, September- October. Kleiman, L.S. 1997. Human Resource Management : A Tool for Competitive

Advantage. St. Paul: West Publishing Company

Page 42: Modul managing creativity   daniel doni s

Perilaku Keorganisasian – Managing Creativity

prepared by : Daniel Doni Sundjojo – Program Magister Manajemen Universitas Airlangga

42

Levitt. T. 2002. Creativity Is Not Enough. Harvard Bussiness Review on The

Innovative Enterprise. August- September 155 – 179. McClelland, D.C., and Burnham, D. H.. 2003. Power is the Great Motivator..

Harvard Bussiness Review on Motivating People. (January) ; 103-130. Mc Shane, S.L., and M. Von Glinow. 2003. Organizational Behavior. New York:

The McGraw – Hill Company, Inc. Michael, M. 1998. Cracking Creativity : The Secrets of Creative Genius.

Berkeley, CA. : Ten Speed Press. Mihaly, C. 1996. Creativity : Flow and the Psychology of Discovery and

Invention. New York : HarperCollins. Nagao, T and Saito I. Kokology. Deltaprasta Publishing. Robinson, Alan., and Stern, S. 1997. Corporate Creativity. San Fransisco :

Berret-Koehler. Shani, A.B., and Lau, J.B. 2005. Behavior in Organization : an Experiential

Approach. New York : Mc Graw - Hill. Stacey, R. D. 2000. Strategic Management and Organizational Dynamics:

The Challenge of Complexity. Harlow: Pearson Education Limited. Wilson, J. P. (Edit).1999. Human Resources Development. London: Kogan Page

Limited.


Related Documents