BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal baru, namun masalah ini
tetap aktual terutama di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia.
Kehidupan manusia tak dapat dipisahkan dari masalah kekurangan konsumsi pangan
, sehingga kita sering menemukan ketidak mampuan masyarakat dalam hal
pengelolaan makanan yang baik sesuai dengan standar gizi kesehatan.
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi
yang merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas
kerja.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) khususnya Gondok
telah lama dikenal di Indonesia.Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh
pewayangan yang ditampilkan dengan leher yang membesar karena Gondok.Tidak
hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah dengan
mudah dapat di jumpai penderita Gondok.
Gangguan akibat kekurangan iodium (iodine deficiency disorder) adalah
gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak
dapat menghasilkan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan
timbul gondok, hipotiroid, kretin, gangguan reproduksi, kematian bayi dan
keterbelakangan mental. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah
sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita
kekurangan iodium secara terus – menerus dalam waktu yang lama yang berdampak
pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan)
(DepKes RI, 1996).
Masalah GAKI merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup luas
di dunia. Di Indonesia GAKI dewasa ini menjadi masalah nasional, karena berkaitan
dengan penurunan kualitas sumber daya manusia, yang akhirnya akan menghambat
tujuan pembangunan nasional. Diperkirakan 140 juta IQ point hilang akibat
kekurangan yodium, karena 42 juta penduduk hidup di daerah endemik, 10 juta
1
diantaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKY lain, dan terdapat 9000
bayi kretin di daerah-daerah tersebut. Tingkat endemisitas GAKI di Indonesia
(1998) tersebut melibatkan 334 (8,4%) kecamatan termasuk dalam endemic berat,
278 (7,0%) kecamatan termasuk endemik sedang, 1.167 (29,9%) termasuk endemik
riingan dan 2.184 (54,7%) termasuk pada daerah yang tergolong tidak endemik.
Pada awalnya, masalah GAKI hanya ditanggapi sebagai masalah gondok
yang terjadi di daerah endemik (endemic goiter), yang kurang memberi tekanan
pada dampak lain yang sebenarnya justru sangat merisaukan. Hal ini dapat dilihat
dari spektrum yang luas seperti pada wanita hamil dapat menimbulkan abortus,
sedangkan pada fetus dapat terjadi lahir mati, anomali kongenital, kematian angka
perinatal dan bayi meningkat, terjadinya kretin neurologik, kretin miksedema, dan
defek psikomotor. Dampak ini pada dasarnya melibatkan gangguan tumbuh
kembang manusia sejak awal dalam perkembangan fisik maupun mental. Masa yang
paling peka adalah masa pertumbuhan susunan saraf, masa pertumbuhan somatik,
masa pertumbuhan linier yang terjadi pada masa kehamilan bagi seorang wanita.
Dengan dampak yang luas tersebut, wajar bila pemerintah Indonesia memberikan
perhatian yang cukup besar dan serius pada masalah GAKI, mengingat dampak
negatif yang ditimbulkan oleh masa-lah ini diketahui secara langsung
mempengaruhi penurunan kualitas sumber daya manusia (Soeharyo dkk, 2002).
WHO menyebutkan bahwa secara global…iodine deficiency is the single
most important preventable cause of brain damage… Dari berbagai deklarasi
internasional dimana Indonesia juga ikut menandatangani, muncullah semboyan:
Every child has the right to an adequate supply iodine to ensure his (or her)
normal development……
…………………for the unborn child………………
Every mother has the right to an adequate iodine nutrition to ensure her
unborn child experiences normal mental development………………
Declarations from 1989, 1990, 1991, 1992
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang masalah
kekurangan konsumsi pangan yang merupakan salah satu permasalahan gizi yang
2
sangat serius, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
membahas tentang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat iodium dan
GAKI
- Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang GAKI dan
pencegahannya
- Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan garam
beriodium untuk konsumsi sehari-hari
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Mini Project ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang gizi, yaitu manfaat dan
akibat dari iodium. Disamping itu temuan ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi petugas kesehatan lainnya untuk penelitian lebih lanjut, atau hanya sebagai
salah satu sumber rujukan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian garam
beryodium. Menambah pengetahuan tentang berbagai penyakit gangguan akibat
kekurangan yodium, bagaimana gangguan ini terjadi, dan cara penanggulangannya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Iodium
Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah
anion monovalen. Keberadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid.
Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur
kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Jumlah
iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil
secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh
kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama
iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama
pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium)
yang rendah (25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan
bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody,
1999).
Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun
jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004% dari berat tubuh atau
sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau
trace element. Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia
membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya
(secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan
dan minuman (Siswono, 2003).
Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram
berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi
iodium per hari berdasarkan kelompok umur. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium
sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu
miligram). Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis hormon tiroksin, yaitu
suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar untuk menangkap iodium, yang lebih
4
banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid tersebutlah yang sehari-hari kita kenal
sebagai penyakit gondok (Siswono, 2003).
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya
sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid
disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon
tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan
lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu,
kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang
lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.
2.2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia
prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh darah
besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua
pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak
pada permukaan belakang kelenjar tyroid (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).
Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin
trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea
sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar
kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah suatu
bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid atau tidak (Djokomoeljanto,
2001).
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a.
Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap folikel lymfoid
diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya
berasal dari pleksus perifolikular (Djokomoeljanto, 2001).
Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis
yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan
5
ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga
penyebaran keganasan (Djokomoeljanto, 2001).
Fisiologi Hormon Tyroid
1. Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk
aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari
konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan
bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk
organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam
tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa
DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam
koloid kelenjar tyroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan
sisanya tetap didalam kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk
selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada
globulin, globulin pengikat tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau
prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA) (De
Jong & Syamsuhidayat, 1998).
2. Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap
iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan
bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3
(triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4
sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain
seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP =
adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu
diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal.
Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di
otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid
releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini
membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH
6
dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari
mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan
T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan
produksi T3 dan T4.
Fungsi Hormon tiroid :
1. meningkatkan aktivitas metabolik seluler
2. hormon pertumbuhan,
3. mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik (seperti pada metabolisme dan sistem
kardiovaskular), serta mempengaruhi sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.
2.3. Epidemiologi
Sebagian besar iodium berada di samudera / lautan, karena iodium (melalui
pencairan salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran
sungai, dan banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di
seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai.
Iodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida
dioksidasi oleh sinar matahari menjadi elemen iodium yang sangat mudah menguap,
sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton iodium hilang dari permukaan laut. Kadar
iodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7
mikrogram/meter kubik.
Iodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan,
dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus iodium tersebut terus
berlangsung selama ini. Kembalinya iodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah
sedikit dibandingkan saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga
tanah yang kekurangan iodium tersebut akan terus berkurang kadar iodiumnya.
Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi iodium akan menetap.
Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung
pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan iodium
Di Indonesia gondok sudah dikenal sejak jaman dahulu melalui tulisan tertua
yang terdapat pada prasasti di Bangli, Bali. Gondok dilaporkan sering ditemukan di
pulau Jawa dan luar Jawa. Sebelum jaman kemerdekaan banyak penelitian yang
7
mlaporkan gondok endemik di berbagai daerah baik di pulau jaw maupun di pulau
Sumatera. Pada permulaaan tahun 1900 seorang dokter melaporkangondok endemik
tinggi di Aceh. Pada ttahun 1922 dilaporkan bahwa pasien dari yang datang di
poliklinik Alas Sumatera Utara 60% diantaranya menerita gondok. Di berbagai daerah
dilaporkan gondok dengan prevalensi yang tinggi baik pada pria maupun wanita.
Diantara anak-anak usia 1-12 tahun banyak yang menderita kretin.
Pemetaan gondok endemik pertama dilakukan oleh Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan pada tahun 1980-82 di 25 propinsi tidak termasuk DKI Jakarta dan Irian Jaya
( Papua). Prevalensi gondok endemik di banyak desa 80%, kretin lebih dari 10% dan di
beberapa desa mencapai 15% merupakan angka yang tertinggi di dunia. Berdasar
pemetaan ini diperkirakan 30 juta penduduk tinggal di daerah kekurangan iodium, l0
juta di antaranya menderita gondok, 750 kretin endemik dan 3,5 juta menderita Gaki
lain.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah
yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup
dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah
dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan
anak usia sekolah (Jalal, 1998).
2.4. Etiologi dan Patogenesis
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
(Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium
pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar
tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi
Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat
menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
8
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam
dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan
proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya
dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai
di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia
gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan
pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai
penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah
yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama
namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik
iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan
pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil
risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan
setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat
goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah
masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain
itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke
bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela,
kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok
9
Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan
cuka).
Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan
hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4
terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan
adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya
menurun.
2.5. Macam-macam Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
1. Pada Fetus
- Abortus
- Steel Birth
- Kelainan Kematian Perinatal
- Kretin Neuroligi
- Kretin Myxedematosa
- Defek Psikomotor
2. Pada Neonatal
- Hipotiroid
- Gondok Neonatal
3. Pada Anak dan Remaja
- Juvenile Hipothyroidesm
- Gondok Gangguan Fungsi Mental
- Gangguan Perkembangan Fisik
- Kretin Myxedematosa dan Neurologi
4. Pada Dewasa
- Gondok dan segala Komplikasinya
- Hipotiroid
- Gangguan Fungsi Mental
10
Klasifikasi Gondok
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan
dengan palpasi tidak teraba.
2. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal,
dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3. Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan
tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
4. Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi
teraba lebih besar dari Grade IB.
5. Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.
Dampak kekuarangan iodium
1. Terhadap Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang tidak normal.
- Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
- Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
- Tingkat kecerdasan yang rendah
- Mulut menganga dan lidah tampak dari luar
2. Kelangsungan Hidup
- Neonatus dan Ibu hamil
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses
pertumbuhan fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan
otak dan intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang ‘sempurna’ di
kemudian hari.
Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan
perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium.
11
Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang. Sumbangan
pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa
yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI,
lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun
kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.
- Pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini
akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan,
yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih
berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemic.
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai
dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai.
Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan
kekurangan hormon tiroid dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan
sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium
sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum
kelenjar tiroid janin berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada
trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat
pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan
ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena
kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya
pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
- Pada Saat Bayi Baru Lahir
Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru
lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat
sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada
kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak
normal.
12
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus
ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat
segera setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut
hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH
lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50%
penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg pergram kreatinin,
kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat
mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat
rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6
per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka
hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada
retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi.
Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita
kretin yang sangat mencolok.
- Pada Masa Anak
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium
menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur
yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat
disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah.
Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat
adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang
berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan
memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3
kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya
terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan
pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan
menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh
dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan
13
lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila
keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih
dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak
dapat kembali normal.
- Pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering
terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya
benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek
tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan
yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.
3. Perkembangan Intelegensia
Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah
normal.
Terjadinya defisit IQ Point pada gilirannya akan berdampak pada program wajib
belajar 9 tahun, karena banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti
pelajaran dan mengalami drop out.
Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah
normal.
Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium.quot;;
Iodium dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida
yang dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya
dengan tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan
konsumsi yodium yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya bagi
kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara penyakit
akibat kekurangan iodium adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya
kretinisme, yaitu kretinisme neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan
mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan
struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah larynx
sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan
beberapa hormon beriodium lain yang dihubungkan dengan pertumbuhan yang
kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa pertumbuhan dan
perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu dipenuhi.
14
Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus ‘mengancam’. Baik bayi, anak,
remaja, bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok,
gangguan fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf. Semua
penyakit dan berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia
berlambang “I” ini , kini disebut dengan GAKI. Selain akan mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan yodium akan menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang juga bisa
muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan
keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah
dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem
sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.
4. Pertumbuhan Sosial
Dampak social yang ditimbulkan oleh GAKI berupa terjadinya gangguan
perkembangan mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam
ini sulit dididik dan di motivasi.
5. Perkembangan Ekonomi
GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa
dingin dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang
akan mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.
2.6. Pencegahan dan penanggulangan
Kegiatan pencegahandan penaggulangan GAKI yang telah dilakukan oleh
pemerintah meliputi komunikasi , informasi dan edukasi (KIE ) terhadap penaggulangan
GAKI yang tertuju pada 3 ( tiga ) kelompok sasaran yaitu :
a. Para perencana, pengelola dan pelaksana program.
b. Masyasarakat didaerah gondok endemik.
c. Masyarakat di luar daerah gondok endemik.
Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia.
Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 – 2003
bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI pada
penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan kerja sama
lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah dimulai sejak pemerintahan
15
Belanda melalui distribusi garam beryodim ke daerah endemik berat. Penanggulangan
GAKI dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :
Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam konsumsi
dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium.
Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara oral
maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah endemik
berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan KIO3 yang
dianjurkan adalah 40 ppm. Iodium diperlukan semata – mata untuk biosintesis hormon
thyuroid yang mengandung iodium. Kebutuhan iodium meningkat pada kaum remaja
dan kehamilan. Banyaknya metoda suplementasi Iodium tergantung pada beratnya
GAKI pada populasi, grade iodium urine dan prevalensi goiter dan kretinism.
GAKI ringan:
Prevalensi goiter : 5 – 19,9% (anak sekolah)
Iodium urine : 50 – 99mg/l
Dieliminasi dengan garam beriodium.
GAKI sedang :
Prevalensi goiter : 20 – 29,9% dan beberapa hypothyroidism.
Iodium urine : 20 – 49 mg/hr
Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 – 40 mg/kg pada tingkat
rumahtangga) Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik yang
dikoordinasi melalui puskesmas.
GAKI berat :
Prevalensi goiter : ³ 30%, endemic cretinism
Iodium urine : < 20 mg/l
Penanganannya : minyak beriodium diberikan sampai sistim garam berjodium
efektif, jika sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.
Dosis Pemberian Kapsul Yodium
1. Anak SD (daerah endemik berat) : 1 kapsul/tahun
2. Daerah endemik sedang dan berat :
- Wanita Usia Subur Wus : 2 Kapsul/tahun @ 200 mg
16
- Ibu hamil : 1 Kapsul /tahun
- Ibu Menyusui : 1 Kapsul selama menyusui
Mengingat dalam garam beryodium terdapat unsure natriun, maka konsumsi garam
beryodium harus dibatasi. Kelebihan mengkonsumsi natrium dapat memicu timbulnya
stroke yaitu pecahnya pembuluh darah pada otak yang dapat menyebabkan kematian.
Kebutuhan Yodium
Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa
berkisar 100 – 150 mg perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan
dalam mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah
menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat bervariasi antar
berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali
RDA). Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain :
1. Bayi (12 bulan pertama) 50 mikrogram/hari
2. Anak (usia 2-6 tahun) 90 mikrogram/hari
3. Anak usia sekolah (usia 7-12 tahun) 120 mikrogram/hari
4. Dewasa (diatas usia 12 tahun) 150 mikrogram/hari
5. Ibu hamil 175 mikrogram/hari
6. Ibu menyusui 200 mikrogram/hari
Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat dipergunakan untuk
keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin khususnya perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang
mengkonsumsi iodium tidak mencukupi kebutuhan maka bayi atau janin yang
dikandung akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang),
gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat,
kemudian setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat
gangguan pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu
hamil akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan
mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran kelenjar
tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok (Djokomoeldjanto, 1993 dan WHO, 1994).
Dapat juga terjadi toksisitas iodium, tetapi hal ini jarang terjadi. Dosis toksik
iodium adalah > 2000 g/hr pada orang dewasa.
17
Pangan sumber Yodium
Garam beryodium ( 2 gr garam beriodium ~< ½ sdt dpt memenuhi anjuran
konsumsi Iodium org dewasa)
Pangan laut (ikan laut: 300-3000 g I/kg, ikan darat: 20-40 g I/kg)
Adonan roti
Produk unggas
Tanaman yang ditanam di tanah kaya yodium
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Pengumpulan Data
Proses identifikasi masalah dan pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
membaca profil kerja Puskesmas tahun sebelumnya, dan melakukan wawancara dan
diskusi dengan beberapa tenaga Puskesmas Peusangan, pasien yang berkunjung serta
pasien pada saat melakukan aktifitas Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Peusangan.
3.2. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan mini projek dilakukan dengan metode penyuluhan tentang GAKI
secara langsung dan pemeriksaan kandungan iodium dalam garam dapur yang
dikonsumsi masyarakat di 19 sekolah dasar sederajat dengan metode quota sampel yaitu
26 siswa-siswi kelas 4 dan kelas 5 yang terletak di wilayah kerja Puskesmas Peusangan.
3.3 Langkah – Langkah yang dilakukan
Pelaksanaan program dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemberian materi penyuluhan tentang GAKI :
Definisi iodium
Manfaat iodium
Sumber-sumber iodium di alam
Definisi GAKI
Epidemiologi
Dampak GAKI bagi kehidupan
Pencegahan dan Penanggulangan GAKI
2. Tanya Jawab tentang materi GAKI.
3. Simulasi Pemeriksaan Kadar Iodium dalam Garam Dapur.
Cara untuk mengetahui apakah garam yang dibeli beryodium :
Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan garam beryodium.
Pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji Iodina.
19
Pengujian mutu garam beryodium secara sederhana menggunakan cairan
iodina test dan tradisional menggunakan ; singkong segar, garam yang akan
diuji, asam cuka 25%.
3.4. Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan di 19 Sekolah Dasar
sederajat pada wilayah kerja Puskesmas Peusangan selama bulan Oktober 2012.
Sekolah-sekolah yang dikunjungi adalah
SD Negeri 1 Peusangan
SD Negeri 3 Percontohan Peusangan
SD Negeri 4 Peusangan
SD Negeri 5 Peusangan
SD Negeri 8 Peusangan
SD Negeri 11 Peusangan
SD Negeri 13 Peusangan
SD Negeri 16 Peusangan
SD Negeri 18 Peusangan
SD Negeri 19 Peusangan
SD Negeri 20 Peusangan
SD Negeri 21 Peusangan
SD Negeri 22 Peusangan
SD Negeri 28 Peusangan
MIN Tanoh Merah
MIN Balee Stui
MIN Bayu Gp.Raya Tambo
MIN Krueng Baro
MIN Matang GlumpangDua
BAB IV
20
PENYAJIAN DATA
4. 1 Data Umum
4.1.1. Data Geografis
Puskesmas Peusangan merupakan salah satu Puskesmas dengan rawat inap
dijajaran dinas Kesehatan Bireuen yang terletak di lingkungan kota kedua setelah ibu
kota Kabupaten Bireuen. Sehingga menjadikan Puskesmas Peusangan sebagai
Puskesmas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan dengan jumlah wilayah
terluas. Adapun luas wilayah kerja Puskesmas Peusangan 116.984 Ha, yang terdiri dari
69 desa yang terbagi dalam 9 kemukiman, yaitu :
1. Kemukiman Matang glumpang Dua Baro
a. Blang Asan
b. Panton Glima
c. Meunasah Timu
d. Keude Matangglumpangdua
e. Meunasah Dayah
f. Pante Gajah
g. Paya Cut
h. Seunebok Aceh
i. Neuheun
2. Kemukiman Matang Panyang
a. Matang Sagoe
b. Matang Cot Paseh
c. Paya Meuneng
d. Matang Mesjid
e. Cot Panjoe
f. Paya Lipah
3 Kemukiman Glumpang Tujoh
a. Pulo Pisang
b. Pulo Ue Baroe
c. Asan Biduen
21
d. Blang Cut
e. Pante Cut
f. Keude Tanjong
g. Tanjong Paya
h. Tanjong Nie
i. Tanjong Mesjid
4. Kemukimam Tgk Di Krueng
a. Pante Piyeu
b. Meunasah Meucap
c. Krueng baro Babah Krueng
d. Krueng Baro Mesjid
e. Bayu
f. Gampong Putoh
g. Pante Ara
h. Meunasah Nibong
5. Kemukiman Simpang Empat
a. Pante Pisang
b. Kapa
c. Gampong Raya Dagang
d. Gampong Raya Tambo
e. Blang Panjoe
f. Pante Lhong
6. Kemukiman Banjar Asin
a. Alue Glumpang
b. Cot Puuk
c. Krueng Dheu
d. Cot Nga
e. Cot Rabo tunong
f. Cot Rabo Baroh
g. Matamamplam
h. Karieng
7. Kemukiman Simpang Dua
22
a. Cot Iju
b. Cot Keuranji
c. Cot Buket
d. Nicah
e. Gampong Baroe
f. Blang Rambong
8. Kemukimam Cot Bada
a. Cot Bada Tunong
b. Cot Bada Barat
c. Cot Bada Baroh
d. Cot Keumude
e. Sagoe
f. Cot Girek
9. Kemukiman Tgk Ditanoh Mirah
a Alue Udeung
b. Blang Dalam
c. Uteun Bunta
d. Alue Peuno
e. Seunebok Rawa
4.1.2 Data Demografis
Berdasarkan data penduduk tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan
Peusangan adalah 48.732 Jiwa atau 12.192 KK, dimana 22.976 Jiwa atau 6.533 KK
adalah penduduk dengan status miskin. Kemukiman Matang Glumpang Dua Baroe
memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 10.549 Jiwa disusul kemukiman Banjar Asin
6.265 Jiwa, Kemukiman Matang Panyang 5.078 Jiwa, Kemukiman Simpang Empat
4.900 Jiwa, Kemukiman Cot Bada 4.831 Jiwa Kemukiman Tgk Ditanoh Mirah 4.744
Jiwa, Kemukiman Tgk Di Krueng 4.160 Jiwa, Kemukiman Simpang dua, 3.775 Jiwa
dan Kemukiman Glumpang Tujoh 3.084 Jiwa. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan tidak terlalu jauh perbandingan nya yaitu jumlah penduduk laki-laki
23.428 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan 25.304 Jiwa.
23
4.1.3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan saat ini sudah banyak mengalami kemajuan, hal ini tidak
terlepas dari besarnya dukungan PEMDA Bireuen maupun bantuan NGO. Walaupun
demikian masih banyak juga sarana kesehatan yang memerlukan penambahan, terutama
POLINDES dan POSKESDES. Dari 69 desa hanya 16 desa yang sudah ada POLIDES.
Adapun sarana kesehatan yang ada :
1. Puskesmas Induk dengan fasilitas rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin dan
UGD
2. Puskesmas pembantu 2 unit :
a. sPuskesmas pembantu Bale Stui
b. Puskesmas Pembantu Tanoh Mirah
c. Puskesmas Pembantu Cot Bada
3. Polindes 6 Unit, yang berada didesa :
a. Asan Bidue
b. Bayu
c. Karieng
d. Cot Iju
e. Cot Keuranji
f. Sagoe
4. Poskesdes 4 unit, yang berada didesa
a. Matang Mesjid
b. Pulo Naleung
c. Cot Rabo Tunong
d. Uteun Bunta
e. Nicah
f. Pulo Pisang
5. Posyandu Plus 4 Unit, yang berada didesa
a. Pante Gajah
b. Matang Sagoe
c. Blang Cut
d. Alue Peuno
24
4.1.4. Sumber Daya Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Peusangan sebanyak 218
orang, yang terdiri dari PNS 138 orang ( 63 % ), PTT 14 orang ( 5% ), dan Honor 70
orang ( 32 % ). Adapun jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Peusangan
menurut jenjang pendidikan yaitu :
JUMLAH TENAGA KESEHATAN SESUAI PENDIDIKAN
No
JENIS PENDIDIKAN PNS PTTHONO
R
1 Dokter Umum 4
2 Dokter gigi 1
3 S-I Kesehatan Masyarakat 3 3
4 D III Keperawatan 19 24
5 D III Kebidanan8 (bid Pusk), 20
(Bides) 14 18
6 D III Analis Kesehatan 2 1
7D III Kesehatan Lingkungan 2 1
8 D III Gizi 1 3
9 D III Kesehatan Gigi 1
10 AKAFARMA 2
11 D III Fisioterapi 1
12 D III Komputer 1
13 SPK 18 11
14 Bidan (SPK)7 (bid Pusk), 34
(Bides) 1
15 SPPH 5
25
16 Perawat Gigi 3
17 Asisten Apoteker 2 1
18 SMAK 1
19 Pekerya Kesehatan/ PPM 3
20 SMA 4
21 SMP 2
22 SD 1
Jumlah 138 11 70
4.1.5. VISI DAN MISI PUSKESMAS
Visi Puskesmas :
”Mewujudkan Puskesmas Peusangan Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan
Dasar Yang Bermutu dan Islami”
Misi Puskesmas:
1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang optimal
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan
3. Meningkatkan usaha pencegahan terhadap penyakit sehingga menjadi
investasi bagi masyarakat
4.1.6 TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Tugas Pokok
Tugas pokok Puskesmas Peusangan adalah melaksanakan pelayanan,
pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara menyeluruh, terpadu
berkesinambungan diwilayah kerja Puskesmas.
Dalam melaksanaan Tupoksi tersebut, Puskesmas Peusangan melaksanakan
kegiatan-kegiatannya yang terdiri dari :
26
a. Upaya Kesehatan wajib, yaitu:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga berencana
4. Upaya gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
b. Upaya kesehatan pengembangan, yaitu:
1. Upaya kesehatan sekolah
2. Upaya perawatan kesehatn masyarakat
3. Upaya kesehatan Remaja
4. Upaya kesehatan gigi dan mulut
5. Upaya kesehatan jiwa
6. Upaya kesehatan usia lanjut
Fungsi Puskesmas Peusangan
1. Pusat penggerak pembangunan kesehatan diseluruh wilayah kerja puskesmas
disegala bidang, melalui kegiatan pelayanan kesehatan, promosi kesehatan,
UKS, P2M dan KIA/KB.
2. Pusat penggerak pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan individu tingkat pertama disemua
bentuk kegiatan pelayanan dalam dan luar gedung melalui kegiatan pelayanan
kesehatan rawat jalan, rawat inap, pelayanan laboratorium rutin dan kimia
klinik, pembinaan dan kunjungan dokter ke pustu, posyandu lansia, sekolah-
sekolah di wilayah kerja puskesmas, melakukan kegiatan pelayanan
laboratorium di posyandu dan sekolah-sekolah dan melakukan survey kepuasan
masyarakat untuk mengukur mutu pelayanan yang sudah diberikan.
27
4.2 HASIL
Dari hasil kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kadar iodium dalam garam
dapur ini, didapatkan bahwa:
No Sekolah Jumlah
Sampel
Sampel dengan garam
beryodium
Jumlah %
1. SD Neg.1 Peusangan 26 1 3.8
2. SD Neg.3 Peusangan 26 2 7.7
3. SD Neg.4 Peusangan 26 2 7.7
4. SD Neg.5 Peusangan 26 2 7.7
5. SD Neg.8 Peusangan 26 0 0
6. SD Neg.11 Peusangan 26 0 0
7. SD Neg.13 Peusangan 26 2 7.7
8. SD Neg.16 Peusangan 26 0 0
9. SD Neg.18 Peusangan 26 0 0
10. SD Neg.19 Peusangan 26 2 7.7
11. SD Neg.20 Peusangan 26 0 0
12. SD Neg.21 Peusangan 26 0 0
13. SD Neg.22 Peusangan 26 0 0
14. SD Neg.28 Peusangan 26 5 19.2
15. MIN Tanoh Mirah 26 8 30.7
16. MIN Balee Stui 26 0 0
17. MIN Bayu Gp.Raya Tambo 26 1 3.8
18. MIN Kreung Baro 26 0 0
19 MIN Matang GlumpangDua 26 4 15.4
Total 494 29 5.9
Dari hasil penelitian yang dilakukan di 19 Sekolah Dasar sederajat dengan
masing-masing sampel 26 orang, dan total sampel 494 orang yang mewakili ±494
keluarga, didapatkan bahwa hanya 29 sampel atau 5.9% yang menggunakan garam
28
beryodium. Sekolah yang juga mewakili desa dengan persentase paling tinggi adalah
MIN Tanoh Mirah dengan 8 sampel atau 30.8% dengan garam mengandung iodium.
BAB V
EVALUASI
Kegiatan ini termasuk dalam salah satu upaya kesehatan wajib yaitu upaya gizi
masyarakat. Adapun masalah yang dijumpai pada wilayah kerja Puskesmas Peusangan
adalah:
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan garam beryodium
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat garam beryodium
3. Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
4. Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium
dengan garam non yodium.
5. Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan
terus menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.
6. Pendistribusian garam beryodium masih belum merata terutama untuk daerah-
daerah terpencil.
Pemecahan Masalah yang disarankan dan dapat dilakukan:
1. Peningkatan penyuluhan secara berkala tentang manfaat garam beryodium di
masyarakat.
2. Adanya pengawasan mutu terhadap produksi garam beryodium oleh instansi
terkait.
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral tentang perlunya penggunaan garam
beryodium dalam rumah tangga.
4. Pemberitahuan kepada masyarakat oleh petugas kesehatan tentang cara
pengolahan makanan yang mengandung yodium.
5. Pendristribusian garam-garam beryodium ke daerah terpencil secara merata
oleh instansi terkait dalam hal ini dinas perindustrian.
6. Melakukan pelacakan kasus dan survey desa bermasalah secara cepat jika
ditemukan kasus Gondok.
Langkah-langkah Penanggulangan yang dapat diambil:
29
1. Memberikan kapsul Yodium bagi ibu hamil terutama daerah endemik gondok.
2. Penyuluhan tentang Yodium secara berkelanjutan.
3. Kerjasama Lintas sektoral tentang pembagian garam yodium secara gratis di
daerah endemik gondok.
4. Peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung yodium seperti sayuran
dan ikan laut.
5. Cek up secara teratur bagi penderita gondok jika mempunyai permasalahan
dengan pembesaran kelenjar tiroid.
6. Pemberian suntikan larutan minyak beryodium kepada penderita kekurangan
yodium.
Cara menyimpan garam yodium yang benar :
Disimpan dalam wadah yang kering dan tertutup rapat.
Letakkan di tempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar
matahari langsung.
Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam.
Tutup kembali wadah dengan baik setiap kali pengambilan garam.
Agar penggunaan garam bisa terserap oleh tubuh dengan baik, yang harus dilakukan
yakni mengetahui bagaimana cara mengunakan garam beryodium dengan benar :
1. Konsumsi garam yodium dengan cukup
“Kekurangan garam beryodium tidak hanya menyebabkan penyakit gondok, tetapi juga
mempengaruhi kecerdasan otak anak, untuk itu konsumsi garam yodium dengan
cukup,” Tubuh manusia membutuhkan zat KIO3 (Kalium Iodat) dengan ukuran 30-
80ppm. Akibat kekurangan zat itu bisa mengakibatkan GAKI. GAKI merupakan
masalah gizi yang serius karena dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kreatin
(ganguan pada pertumbuhan anak), serta kekurangan unsur yodium dalam makanan
sehari-hari dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selain
mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul
yodium sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi
berumur 0-1 tahun cukup ½ kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup
30
dengan 2 kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi 1
kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap
tahunnya.
2. Konsumsi yodium tidak berlebih
Namun konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan hiperteroid. Hiperteroid
yakni kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon
tiroid yang beredar dalam darah dalam jumlah yang berlebihan.
Garam beryodium terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus
dibatasi. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena
hormon tiroidnya berlebih. Gejala lain yang kerap terjadi, keringat berlebihan,
pergerakan usus besar meningkat, gemetaran, kehilangan berat badan serta aliran darah
menstruasi tidak teratur. Untuk menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi
garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak
lebih dari 6 gram garam atau 2 ½ gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap
hari.
3. Pastikan garam mengandung yodium
4. Menyimpan garam di tempat aman
Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus
pandang. Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari.
Kandungan yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan
tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika membiarkan tutup terbuka, maka
yodium bisa menguap.
5. Cara memasak garam yodium dengan benar
Perlu anda ketahui bahwa langkah-langkah itu tidak berarti sama sekali jika cara
memasaknya salah. Karena kandungan yodiumnya akan berubah dan tidak bereaksi
sebelum diserap oleh tubuh.
Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang
dibubuhkan ke dalam makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu
masakan kurang sedap. Namun cara yang sudah dilakukan oleh para ibu-ibu tersebut
salah, karena zat yodium garam akan hilang ketika terkena panas mendidih tersebut.
31
BAB IV
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
1. Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan
dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam
kehidupan semua orang.
2. GAKI merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan
berbagai penyakit gangguan seperti Gondok, kreatinisme dan keterlambatan
pertumbuhan dan kecerdasan.
3. Dampak GAKI terhadap permasalahan di lingkungan masyarakat :
- Pengaruh GAKI terhadap Kelangsungan Hidup.
- Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Intelegensia.
- Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Sosial.
- Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Ekonomi
4. Penanggulangan yang paling baik untuk gangguan akibat kekurangan yodium
adalah dengan pencegahan, salah satunya dengan penyebaran informasi tentang
pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, pemberian kapsul pertahun pada
masyarakat yang terkena penyakit Gondok
5. Kebutuhan Yodium orang dewasa diperkirakan 150 mikrogram/hari, bagi
wanita hamil sekitar 75 mikrogram/ hari dan kebutuhan Yodium bagi ibu
menyusui mencapai 200 mikrogram/hari.
6.2 SARAN
1. Diharapkan adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggunakan garam
yodium.
2. Diharapkan adanya penyebaran informasi tentang pentingnya garam beryodium
oleh tenaga kesehatan kapada masyarakat.
3. Diharapkan adanya intervensi dan evaluasi berkelanjutan dari pihak puskesmas
Peusangan
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Penaggulangan GAKI. http:// www.litbang.depkes.co.id. [14 September
i 2008].
Ardany, Pungky dan Achmad Surjono. Situasi Analisis Garam Iodium di Daerah
Gondok Endemis. Laboratorium Penelitian Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. http://www.chnrl.net/publikasi/pdf/GARAM.pdf
CDK. Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_014_penyakit_gondok.pdf
Departemen Kesehatan (DepKes). 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan
Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.
Laurentius Aswin Pramono. 2010. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di Indonesia:
Tinjauan Epidemiologis dan Kebijakan Kesehatan. Jurnal Epidemiologi (e-mail:
Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya,
Bandar Lampung 1998
Notoatmodjo Soekidjo,Prof.Dr, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta,Jakarta 1996
Nyoman I Dewa dkk, Penilaian Status Gizi,EGC Jakarta 2002.
RAN KPP GAKY. 2004.Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program
Penanggulangan GAKY http://www.gizi.net/gaky/exit%20gaky.pdf
Rusiawati, Yuyus dan Smengen Sutomo. 1993.Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta Soeharyo H, Margawati A,
Setyawan H and Djokomoeljanto. 2002. Aspek Sosio-Kultural Pada Program
Penanggulangan GAKY. Jurnal GAKY Indonesia (Indonesian Journal of IDD).
http://www.mediamedika.net/wp-content/uploads/2010/03/jurnal16.pdf
Rusmiati, Y. 2006. Penanggulangan GAKI. http://:www.kompas.co.id.
Sr.Alfonsine C.B, B.Sc, Pengantar Ilmu Gizi, Intan, Jakarta 1984
33
34