YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

MENGENAL ISLAM

Pada dasarnya setiap manusia hidup tidak lepas dengan sebuah agama, sebab agama

merupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau

disebut Tuhan dengan segala konsekwensinya. Dengan kata lain, adanya agama untuk

menjebatani kebutuhan fitrah manusia terhadap Tuhan di dalam mencapai kebenaran,

kedamaian dan kesejahteraan yang hakiki. Begitu juga dengan Islam, merupakan agama yang

memiliki konsep Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari sudut kitab, Islam memiliki kemurnian

baik teks maupun isi kandungannya dari zaman ke zaman, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang

benar, dibawa dan tercermin dalam diri Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan tujuan

dari lahirnya agama Islam, yaitu mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera dalam

konteks Illahiyah, baik di dunia maupun di akhirat.

Terkait dengan Islam sebagai agama yang berupaya membentuk pengikutnya yang

memiliki akhlak karimah, yaitu manusia yang mempunyai wawasan budaya lingkungan,

dapat mengfungsikan nilai-nilai Islam sebagai pedoman hidup secara cerdas dan kreatif,

dapat menjadi uswah hasanah dan secara kumulatif keberadaannya dapat memberikan

kontribusi bagi terwujudnya misi Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Untuk itu, maka ada 3

hal yang akan dibicarakan dalam tema ini, yaitu: what is Islam, Islam sebagai agama

rahmatan lil ‘alamin, Islam sebagai way of life. Selanjutnya, ketiga tema ini akan dijabarkan

sebagai berikut:

A. What is Islam ?

Ada beberapa hal yang akan dibicarakan dalam bagian ini, antara lain:

1. Mengapa manusia harus beragama ?

Apabila diperhatikan sejarah kehidupan manusia dari zaman ke zaman, maka tidak

akan ada manusia yang hidup tanpa agama. Sebab, agama merupakan aktualisasi dari

kepercaaan adanya kekuatan ghoib dan supranatural yang disebut sebagai Tuhan dengan

segala konsekwensinya. Oleh karena itu, agama dipahami sebagai seperangkat ajaran yang

telah tersistematisasi dan baku. Dan pada ranah praktis, ada upaya untuk mengaplikasikan

ajaran tersebut melalui kelembagaan dalam sistem kepercayaan. Seperti: membangun sistem

nilai, kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan atau kode etik yang berusaha

mengarahkan penganutnya untuk mendapatkan rasa aman dan tentram, Abdul Madjid, dkk

(1989).

Bertolak pada gambaran secara umum tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa agama

berada pada wilayah privatisasi manusia yang terkait dengan jiwanya (asal mula benih

agama itu tumbuh dalam sanubarinya). Termasuk juga adanya kesediaan manusia untuk

menjalankan nilai-nilai agama, yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari benih

agama yang telah ditanamkan ke dalam jiwanya sebelum dia lahir. Menyangkut persoalan

benih agama, ada yang berpendapat dimulai dari rasa takut, yang selanjutnya termanifestasi

dalam bentuk pemberian sesajen pada sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan yang

menakutkan. Walhasil, rasa takut merupakan salah satu pendorong utama tumbuh suburnya

rasa keagamaan, meskipun pendapat ini banyak ditolak oleh para pakar.

Page 2: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

Sedangkan menurut pakar Islam, bahwa benih agama

muncul dari penemuan manusia terhadap: (a) kebenaran

ciptaan Allah yang terbentang di alam raya dan diri manusia.

(b) Keindahan pada bintang yang gemerlapan, bunga yang

mekar dan alam raya yang terbentang luas dengan aneka ragam

tanaman maupun binatang. (c) Kebaikan pada angin sepoi

yang menyehatkan tubuh ketika merasakan gerah kepanasan,

atau yang sejuk ketika seseorang merasakan kehausan, Shihab,

M. Quraisy (1998). Ketiga hal ini selanjutnya melahirkan

kesucian, dan itu dimiliki oleh manusia. Selanjutnya manusia

yang memiliki naluri ingin tahu, dan tetap berupaya

mendapatkan sesuatu yang paling indah, benar dan baik melalui panca inderanya. Disinilah

letak jiwa dan akalnya dalam rangka mengantarkan untuk bertemu dengan Sang Maha Suci,

dan berupaya untuk berhubungan dengan-Nya, bahkan berupaya mencontoh sifat-sifat-Nya.

Dari sini agama lahir, bahkan proses beragamapun terjadi, sebagai upaya manusia untuk

mencontoh sifat-sifat Yang Maha Suci.

2. Agama mana yang harus diikuti oleh manusia ?

Apabila diperhatikan beberapa isi buku perbandingan agama, maka setiap pemeluk

suatu agama akan mengatakan bahwa agama yang dipeluk yang paling benar. Sedangkan

bagi seseorang yang kurang memperdulikan agamanya akan mengatakan semua agama sama,

sama baiknya atau sama jeleknya. Jawaban ini nampaknya seiring dengan manusia diberi

kebebasan untuk memilih agama, termasuk tidak beragama. Mengingat, Allah hanya

menuntut tanggungjawab atas pilihannya, dan tidak seorangpun berhak memaksakan

kehendaknya untuk memeluk suatu agama tertentu (baca kisah Nabi Nuh yang tidak bisa

mengislamkan istri dan anaknya dan Nabi Muhammad tidak bisa mengislamkan pamannya*).

Meskipun demikian, seseorang tidak dapat memungkiri bahwa Allah telah memberikan

seperangkat potensi yang harus dilakukan dan dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan masing-masing dengan tidak menyalahi norma dan aturan untuk dapat

berhubungan dengan kekuatan ghaib dan supranatural. Oleh karena itu, yang harus dilakukan

oleh setiap orang adalah berkewajiban untuk mengikuti salah satu ajaran agama, berusaha

dan bekerja, serta berdoa dengan sungguh-sungguh untuk berhubungan dengan Tuhannya.

Dengan demikian, manusia diwajibkan untuk menentukan salah satu agama yang dipercayai,

dan dilanjutkan dengan melakukan serangkaian aktivitas yang terkandung dalam ajaran

kitabnya untuk berhubungan dengan Tuhannya juga berhubungan dengan antara sesama

manusia.

Ditinjau dari sumbernya, agama yang dipeluk oleh

manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu agama

samawi dan ardhi. Agama samawi disebut juga dengan

agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealid

religion, Din as-Samawi, yaitu agama yang diwahyukan Allah

kepada manusia melalui para Nabi/Rasul-Nya. Sedangkan

agama ardhi disebut dengan agama budaya, agama filsafat,

agama bumi, agama ra’yun, natural relegion, non-revealed relegion, Din at-Thabi’i, yaitu

Agama untuk

menjebatani

kebutuhan fitrah

manusia terhadap

Tuhan di dalam

mencapai kebenaran,

kedamaian dan

kesejahteraan yang

hakiki

Dilihat dari sumbernya

maka agama

dikelompokkan

menjadi 2 yaitu agama

samawi dan agama

ardhi

Page 3: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

agama ciptaan manusia sendiri, (Anshori, Endang Syaifuddin, 1986). Diantara contoh agama

samawi adalah agama Yahudi asli, agama Nasrani asli dan agama Islam. Sedangkan contoh

agama ardhi adalah agama Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Shinto, termasuk aliran kepercayaan.

Menurut pandangan Islam, baik agama Yahudi asli maupun Nasrani asli merupakan agama

samawi. Mengingat kedua agama ini termaktub dalam bentuknya yang murni dan menurut al-

Qur’an adalah agama Islam juga, bahkan menurut al-Qur’an (QS. Ali Imran : 67)semua

agama yang dianut oleh para Nabi/Rasul adalah agama Islam. (Anshori, Endang Syaifuddin

1986).

Selanjutnya, agama mana yang harus diikuti oleh seseorang? apakah agama samawi

atau ardhi? Untuk menjawab pada dua pilihan agama yang harus diikuti ini memang tidak

semudah membalikkan tangan, dan juga tidak semudah mendengarkan ceramah maupun

khotbah dari siapapun yang menyampaikan, selanjutnya mengikutinya tanpa alasan yang

jelas dan benar. Akan tetapi perlu sekali seseorang untuk melakukan perenungan terhadap

apa yang telah didengar, membaca beberapa buku atau leteratur yang dianggap dapat

membantu membawa pada pencerahan dalam berfikir, berdialog kepada orang-orang yang

dianggap mampu dalam hal ini, bahkan membaca fenomena alam pun sangat diperlukan,

sehingga seseorang tidak terjebak untuk sekedar mengikutinya tanpa memahami substansi isi

atau ajaran yang dibawa oleh masing-masing agama tersebut. Dengan demikian, yang harus

dilakukan oleh seseorang adalah mempertimbangan lahirnya agama dan proses perjalanan

manusia yang gagal mencari kedamaian atau kebenaran yang hakiki melalui inderanya dan isi

kitabnya lebih dikedepankan. Sesudah itu berfikir pada keberadaan masing-masing agama

samawi atau agama ardhi pada ranah implementasi pada kehidupan sehari-hari, sehingga

ajaran agama yang diikuti dapat menghasilkan suatu karya atau budaya tertentu yang

mencerminkan ajaran agama yang dibudayakannya.

Adapun alasan seseorang memilih dan mengikuti agama samawi adalah: (1) Agama

samawi sebagai agama wahyu yang datangnya dari Allah yang disampaikan kepada manusia

melalui utusan-Nya. (2) Agama wahyu pada dasarnya merupakan sifat Rahman dan Rahim

Allah kepada manusia, agar manusia dapat selamat dan hidup sejahtera di dunia dan di

akhirat. (3) Setiap manusia ingin hidup selamat dan sejahtera di dunia-akhirat, maka

diharuskan berpedoman pada agama wahyu. Sedangkan alasan seseorang memilih dan

mengikuti agama ardhi adalah (1) Secara fitrah manusia bertuhan, hati nuraninya tidak

pernah bohong itu mengatakan bahwa ada kekuatan gaib dan supranatural yang menciptakan,

mengatur dan menguasai alam ini, termasuk menguasai manusia. (2) Dialah sebenarnya yang

dapat memenuhi segala kebutuhan apa yang diinginkan. (3) Dialah tempat mengadu dari

berbagai persoalan hidup, perasaan takut dan cemas, juga perasaan tidak menentu. (4) Agar

semua keinginannya dapat terpenuhi, maka manusia harus mengadakan hubungan dengan

kekuatan ghaib dan supranatural dengan berbagai cara, sesuai dengan pemahamannya

terhadap kekuatan ghaib. (5) Cara mengadakan hubungan dengan kekuatan ghaib ini

diwariskan secara turun temurun, selanjutnya disakralkan dan dilembagakan, Madjid, Abdul,

dkk (1989).

3. Mengapa saya memilih Islam?

Ada beberapa alasan mengapa manusia memilih agama Islam sebagai agama yang diikutinya,

antara lain:

Page 4: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

a. Fitrah Manusia

Setiap manusia dilahirkan telah dianugerahi oleh Allah yang bernama fitrah (kesucian),

maksudnya setiap manusia memiliki sifat-sifat yang baik, sifat-sifat ketuhanan dan beragama.

Sebagaimana sabda Nabi :

لود من ما رة على يولد إل مو دانه فأبواه ال فط رانه يهو سانه وينص ويمج Artinya: “Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan, kecuali dilahirkan dalam keadaan

fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”.

(H.R. Muslim dan Abu Hurairah). Juga firman Allah S.Ar-Rum ayat 30,

رت فأقم ين حنيفا فط هك للد ق لناس ٱفطر لتيٱ لل ٱوج ديل لخل ها ل تب لك لل ٱعلي ين ٱذ قي م ٱ لد ل

ثر ول لمون لناس ٱكن أك ٣٠ل يع Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada

fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.

Ar-Rum: 30).

Kata fitrah dalam Qur’an dan hadits tersebut menunjukkan pengertian bertuhan atau

beragama Islam. Hal ini dipertegas dengan ujung hadits yang mengatakan “kedua orang

tualah yang menjadikan anaknya beragama Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. Dengan

demikian, setiap manusia dilahirkan telah beragama Islam. Hal ini sesuai dengan hasil dialog

antara Allah dengan semua roh manusia, mulai roh manusia pertama yang dilahirkan hingga

roh manusia terakhir dilahirkan sebelum diciptakan jasadnya. Dimana, Allah meminta

kesaksian kepada roh-roh manusia ketika di alam arwah dahulu. Dan semua roh manusia

sudah sama-sama memberikan kesaksiannya, bahwa Allah adalah Tuhannya. Kesaksian dan

pengakuan roh-roh semacam ini dapat dibaca di dalam QS. Al A’raf ayat 172.

ق وإذ ت برب كم أنفسهم ألس هدهم على يتهم وأش الوا بلى أخذ ربك من بني ءادم من ظهورهم ذر

م أن تقولوا يو نا مة ٱشهد قي فلين ل ذا غ ١٧٢إنا كنا عن هArtinya: “ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami

menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap

ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’rof : 172).

Ada dua alasan mengapa Allah meminta kesaksian dalam ayat di atas, lebih dahulu

terhadap roh-roh atas dirinya sebelum manusia diciptakan, yaitu: (1) Agar manusia tidak

beralasan lupa, karena roh yang suci itu tidak dapat lupa. (2) Agar manusia tidak

melemparkan kesalahan kepada nenek moyangnya yang telah mempersekutukan Allah

dengan Tuhan lain.

b. Firman Allah QS.Ali Imran ayat 19 dan 85,

ين ٱ إن م ٱ لل ٱعند لد ل س تلف ٱوما ل ب ٱأوتوا لذين ٱ خ كت د ما جاءهم ل م ٱإل من بع عل نهم ل ا بي ي بغ

فر ب ت ومن يك حساب ٱسريع لل ٱفإن لل ٱاي ١٩ ل Artinya :“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih

orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,

karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-

ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali Imran: 19).

Page 5: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

Menurut Ibn Katsir dalam memberikan penafsiran ayat ini mengandung pesan dari

Allah bahwa tiada agama seseorang yang diterima disisi-Nya kecuali Islam, dengan

mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi terakhir. Oleh

karena itu, telah tertutup semua jalan menuju Allah kecuali jalan dari arah beliau, sehingga

siapapun menemui (menyembah) Allah setelah diutusnya Muhammad SAW. dengan

menganut suatu agama selain syaria’at yang beliau sampaikan, maka tidak diterima-Nya.

Selanjutnya, bagaimana kalau ada umatnya yang mengikuti ajaran selain Islam, sehingga

terjadi perselesihan dalam menjalan ajaran agamanya? Mereka berselisih karena

kedengkiannya (kata baghyan) baik ucapan maupun perbuatan yang dilakukannya untuk

tujuan mencabut nikmat yang dianugerahkan Allah kepada pihak lain, disebabkan rasa iri hati

terhadap pemilik nikmat itu, Shihab, M.Quraish,Volume 2 (2006).

ر ومن تغ غي م ٱيب ل س بل م ل ه وهو في دينا فلن يق خرة ٱن سرين ٱمن ل خ ٨٥ ل Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan

diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi”.

(QS. Ali Imran: 85).

Ayat ini menjelaskan sangsi bagi seseorang yang mengikuti agama selain Islam dan

berakibat pada kepatuhannya menyembah selain Allah, maka sangsinya ketika di dunia

berupa (falan yuqbala, artinya sekali-kali tidak akan diterima) semua amal perbuatannya

sewaktu di dunia akan sia-sia atau terhapus, seperti: ketaatan dan keimanannya pada

Tuhannya, juga mempercayai, mengikuti, mendukung, tunduk dan patuh pada ketentuan

yang ditetapkan dalam kitabnya. Sedangkan sanksi ukhrowi (wahuwa fil akhirati minal

khaasirin, artinya dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi) memperoleh kerugian yang

amat besar, karena sewaktu dunia patuh selain Allah hingga kematiannya, maka semua amal

perbuatannya tidak diterima oleh Allah walaupun amalan itu baik dan bermanfaat bagi

manusia. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi: ”Siapa yang mengamalkan satu amalan yang

tidak berdasarkan ketetapan Allah yang ditetapkan-Nya, maka amalan itu tertolak”, Shihab,

M.Quraish,Volume 2 (2006). Oleh karena itu, boleh jadi di dunia (dengan ukuran dunia) dia

tidak rugi karena mendapat nama baik atau kedudukan yang tinggi, namun di akhirat pasti

rugi dan celaka. Sedangkan ayat lain yang mengungkap tentang kebenaran agama Islam

sebagai satu-satunya agama yang diterima oleh Allah terdapat dalam: S.Al Maidah ayat 3, Al

An’am ayat 125, Az Zumar ayat 22 dan S.Ash Shaff ayat 7.

c. Pengakuan Fir’aun

Pengakuan Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai Tuhan ketika akan mati dengan

tenggelam di laut merah sewaktu mengejar Nabi Musa beserta kaumnya, pengakuan ini telah

diabadikan dalam firman-Nya QS.Yunus ayat 90-92 sebagai berikut :

ءيل ر نا ببني إس وز ر ٱوج بح ن وجنوده ل عو بعهم فر ركه ۥفأت إذا أد وا حتى يا وعد غرق ٱبغ قال ل

ه إل ۥءامنت أنه ءيل وأنا من ۦنت به ءام لذي ٱل إل ر لمين ٱبنوا إس مس ـ ن ٩٠ ل ت ءال وقد عصي

ل وكنت من سدين ٱقب مف م ٱف ٩١ ل يو ن ل وإن كثيرا م فك ءاية يك ببدنك لتكون لمن خل لناس ٱننج

تنا لغ ٩٢فلون عن ءايArtinya: “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh

Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga

bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada

Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang

Page 6: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

yang berserah diri (kepada Allah) (90). Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal

Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang

berbuat kerusakan (91). Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat

menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan

dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (92) (QS. Yunus : 90-92).

Ayat ini menjelaskan tentang siksaan bagi penguasa yang dhalim dan mengaku dirinya

sebagai tuhan yang dimohonkan oleh Nabi Musa beserta kaumnya, padahal dakwah (ajakan)

telah disampaikan kepadanya. Saat itu Nabi Musa beserta kaumnya telah diusir dan disiksa

oleh Fir’aun beserta bala tentaranya hingga meninggalkan daerahnya dan melintasi laut

merah, selanjutnya Fir’aun beserta bala tentaranya mengejar dan mengikutinya dengan tujuan

melakukan penganiayaan dan agresi terhadap Nabi Musa beserta kaumnya. Akan tetapi air

laut semakin tinggi (pasang), hingga hampir menenggelamkan Fir’aun beserta bala

tentaranya. Disaat itu Fir’aun telah melihat dan merasakan kematiannya hampir dekat dan ia

yakin tidak akan selamat, ia berkata (potongan ayat 90): "Saya percaya bahwa tidak ada

Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil”. Apa yang diucapkan oleh Fir’aun

ini merupakan ajaran yang telah disampaikan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun, sehingga

keinginannya Fir’aun termasuk orang-orang yang berserah diri kepada Allah. Namun

pengakuan Fir’aun ini sia-sia belaka ketika nyawa akan keluar dari badannya, hingga

Malaikat pencabut nyawa bertanya kepadanya dengan nada kecaman dan ejekan: (ayat 91)

“Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak

dahulu”. Nampak sekali bahwa Nabi Musa telah mengajak Fir’aun untuk mempercayai Allah

sebagai Tuhan, namun ia enggan untuk percaya bahkan termasuk orang-orang yang berbuat

kerusakan untuk dirinya dan orang lain. Selanjutnya, Malaikat mengambil rohnya dan

menyelamatkan badanya (ayat 92, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya

terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh

sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir ) untuk dijadikan pelajaran bagi siapapun

yang hidup sesudahnya atau generasi berikutnya, bahwa betapun kuat dan kuasanya manusia,

tidak akan mampu menghadapi Allah, Shihab, M.Quraisy, Volume 6, (2006).

d. Pengakuan orang-orang ahli kitab (Yahudi & Nasrani)

Pengakuan ahli kitab bahwa agama Islam adalah agama yang benar, sebagaimana

pengakuan Waraqah bin Naufal mengakui Muhammad (suami Khadijah) seorang Nabi

sebagaimana Nabi Musa, Haekal, Muhammad Husain, (2002). Waraqah bin Naufal (seorang

penganut agama Nasrani yang sudah mengenal Bible dan menerjemahkan kedalam bahasa

Arab, beliau adalah anak paman Khadijah atau saudara sepupunya) telah didatangi oleh

Khadijah bersama Muhammad, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan penguatan

terhadap dirinya dan suaminya pada peristiwa yang baru dialami. Khadijah dan Muhammad

menceritakan kejadian yang dialaminya ketika berada di gua Hira’ untuk melakukan

tahannuth atau khalwat. Ketika Muhammad sedang tidur di dalam gua, dia didatangi

Malaikat (Jibril) seraya berkata kepadanya: Iqra’ (bacalah), dengan terkejut Muhammad

menjawab, ma aqra’ (saya tidak dapat membaca), pertanyaan ini diajukan kepada beliau

hingga 3 kali dan beliau memberi jawaban sama. Selanjutnya Jibril membacakan QS. Al

‘Alaq ayat 1-5, lalu beliau menirukan bacaan tersebut hingga kelima ayat tersebut terpatri di

dalam kalbunya. Sesudah itu Malaikat pun pergi, kemudian beliau terbangun dengan kondisi

ketakutan, sambil bertanya pada dirinya sendiri: apa yang dilihatnya ? apa yang menimpa

Page 7: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

dirinya ? sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tidak melihat apa-apa. Cepat-cepat beliau

pergi menyusuri celah-celah gunung, sambil bertanya dalam hatinya, siapa gerangan yang

menyuruh membaca tadi ?. Yang ia lihat selama ini hanyalah lewat mimpi yang dapat

memancarkan dari sela-sela renungannya, membuat jalan di hadapannya menjadi terang

benderang, menunjukkan kepadanya jalan yang terang benderang.

Waraqah berkata kepada Khadijah dan Muhammad SAW, wahai anak saudaraku: apa

yang dilihat dan dialami oleh suamimu sama dengan yang dialami oleh Nabi Musa. Semoga

dimasa ini saya masih hidup, dimana kaum tuan mengusir tuan. Mendengar kata Waraqah itu

Nabi bertanya: apakah mereka akan mengusir aku ? Jawab Waraqah betul: belum pernah

seorang jua pun yang diberi wahyu seperti engkau ini, yang tidak dimusuhi orang. Apabila

saya masih mendapati masa tuan diusir dan dimusuhi oleh orang-orang yang tidak sepahaman

denganmu, niscaya aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga, akan tetapi tidak lama

Waraqah meninggal dunia.

4. Pengertian Islam

Ada 2 pendapat cendekiawan muslim dalam memberikan pengertian Islam, yaitu: (a)

Menurut Syalkhul ‘I-Azhar Cairo al-marhum Muhammad Syaltut memberikan pengertian

Islam adalah “agama Allah yang diperintahkan untuk mengerjakan tentang pokok-pokok

serta peraturan-peraturan kepada Nabi Muhammad SAW dan menugaskannya untuk

menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia mengajak mereka untuk

memeluknya. (b) Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah memberikan

pengertian agama ada dua pengertian, yaitu: pertama, Agama yakni agama Islam yang

dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan

yang tersebut dalam sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan,

serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat. Kedua, Agama adalah apa

yang disyari’atkan Allah dengan perantaraan Nabi-nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan

larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat,

Anshari, Endang Saifuddin, (1986: 74).

Bertolak pada dua pendapat ini dalam memberikan pengertian Islam, menurut hemat

kami lebih menekankan pada isi ajaran Islam yang telah disampaikan kepada Nabi

Muhammad, baik tersurat dan tersirat di dalam al Qur’an maupun hadits, selanjutnya para

pengikutnya diperintahkan untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkannya dan apa

yang telah dilarangnya.

5. Sumber Ajaran Islam

Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam, keduanya sebagai

sumber ajaran yang harus dibaca, dipahami dan diamalkan oleh manusia. Maksud manusia

disini adalah semua umat dibawah kerasulan Muhammad SAW. kapan dan dimana saja

berada, tanpa memperhatikan suku, kelompok dan salah satu bangsa atau generasi tertentu.

Untuk lebih jelasnya, kedua sumber ini akan diuraikan sebagai berikut:

a. Al-Qur’an sebagai sumber pertama.

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT. yang

bersifat/berfungsi mu’jizat (sebagai bukti atas kenabian

Muhammad) yang diturunkan (diwahyukan) kepada

Sumber agama

Islam : Al-Qur’an

dan Hadist (as-

sunnah)

Page 8: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

N.Muhammad SAW. tertulis di dalam mushaf-mushaf, dinukilkan/diriwayatkan dengan jalan

mutawatir dan dipandang beribadah membacanya. Dengan demikian, al-Qur’an dijadikan

sebagai petunjuk hidup sekaligus penjelas bagi manusia dengan bahasa yang dapat dipahami

oleh manusia. Sedangkan isinya mengandung 5 prinsip yang harus disampaikan kepada

semua umatnya dan selanjutnya diamalkannya, yaitu:

1) Tauhid (doktrin tentang kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa). Tauhid dari kata

wahhada (telah menyatukan) – yuwahhidu (akan tetap menyatukan) – tauhidan (benar-

benar menyatukan), Ahmad, Malik (1980). Kata ini dapat dipahami bahwa tauhid

haruslah berwujud, maksudnya ada upaya seseorang untuk menyatukan Allah dengan

hatinya yang tepat, yakni merebut hati sendiri supaya memiliki i’tikad yang meyakinkan

bahwa Allah itu Esa atau Tunggal, perhatikan Surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Apabila digali

secara mendalam dan dengan penuh kesadaran bahwa kesediaan manusia untuk

mengakui adanya Allah telah tertanam dalam jiwanya sejak berada di alam roh, sebelum

jasmani menyatu dengan rohani di alam kandungan maupun di alam materi (dunia),

sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-’Araf ayat 172.

2) Janji dan ancaman Tuhan. Allah telah menjanjikan kepada setiap umat-Nya yang

beriman dan selalu mengikuti semua petunjuk-Nya akan memperoleh kebahagian hidup

di dunia dan akhirat, dan dijadikan khalifah (penguasa) di muka bumi ini, sebagaimana

firman-Nya Surat An-Nur ayat 55. Sedangkan ancaman-Nya kepada siapa saja yang

ingkar kepada-Nya dan memusuhi Nabi/Rasul-Nya serta melanggar perintah dan

larangan-Nya akan mendapatkan kesengsaraan hidupnya, baik di dunia maupun di

akhirat, firman Allah Surat at-Taubah ayat 67-68 dan al-Hajj ayat 72. Terkait dengan

janji dan ancaman, dalam surat Al-Fatihah ayat 1 dan 2 telah menggambarkannya,

dimana Allah telah memerintah manusia bertauhid (ber-KetuhananYang Maha Esa) dan

beribadah adalah semata-mata sebagai rahmat Tuhan kepada manusia sendiri, untuk

kepentingan dan kemasalahannya. Sedangkan ayat 3, 4 dan 5 mengingatkan manusia,

bahwa Allah yang kuasa pada hari pembalasan (kiamat) nanti, baik memberi pahala

kepada orang-orang yang beramal dan memberi hukuman / siksaan bagi orang-orang

yang berbuat kejelekan

3) Petunjuk dan tata cara ibadah yaitu semua bentuk perbuatan atau amaliah sebagai

manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid. Sedangkan inti ajaran ibadah bila dikaitkan

dengan Surat Al-Fatihah terdapat pada ayat 5 dan 6, bahwa Allah sebagai: (a) penegak

keadilan, (b) penguasa yang baik dengan mengasihi rakyatnya, (c) pendidik manusia

yang pertama, (d) membela siapapun yang teraniaya, (e) memberi balasan terhadap

siapun yang berbuat baik dan memberikan sangsi atau hukuma terhadap orang yang

salah, (d) memiliki kewenangan penuh terhadap apa saja yang dimilikinya. Sebagai

kesimpulannya, ada hubungan antara Allah sebagai Dzat Penguasa yang mempunyai

kedudukan tinggi, sedangkan manusia sebagai mahluk yang tidak berdaya dalam

memberikan balasan pada hari akhir.

4) Jalan dan cara mencapai kebahagiaan. Setiap orang yang beragama pasti bercita-cita

ingin mendapatlan kebahagiaan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk

mencapai cita-cita tersebut, maka Allah dalam firman-Nya telah memberikan petunjuk

bahwa manusia harus menempuh jalan yang lurus, yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah.

Sedangkan caranya adalah menghayati dan mematuhi segala aturan agama yang

Page 9: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

Surat Al-Fatihah ayat 5 ayat ini mengingatkan kepada seluruh manusia agar menenpuh

jalan yang lurus, jalan yang diridhai oleh Allah untuk mencapai kebahagiaan hidupnya

dunia dan akhirat.

5) Sejarah/cerita umat manusia sebelum Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an telah

menceritakan kisah para Rasul beserta umatnya masing-masing, seperti: kisah Nabi Lut,

Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Nuh dan seterusnya. Salah satu tujuan Allah mengabadikan

kisah para Rasul beserta umatnya, agar dijadikan pelajaran bagi umat manusia sekarang

(umat Nabi Muhammad), bagaimana nasib manusia yang taat kepada Allah maupun yang

ingkar bahkan melawan kepada Allah. Juga membicarakan tentang hal ihwal para Nabi /

Rasul beserta umatnya, hal ini dimaksud sebagai hiburan, cambukan dan motivasi bagi

Nabi Muhammad beserta umat Islam (para sahabat) pada masa permulaan Islam agar

tetap berteguh hati dan tidak berkecil hati dalam menghadapi segala hambatan, rintangan

dan tantangan secara langsung maupun tidak langsung dalam menjalankan dakwah

Islamiyah / missinya. Sebab, para Nabi dan Rasul sebelumnya juga mengalami

hambatan, rintangan dan tantangan yang sama, bahkan lebih dari apa yang dialami oleh

Nabi Muhammad beserta para sahabat-sahabatnya. Oleh karena itu, patutlah bila Nabi

Muhammad beserta para sahabatnya bersyukur kepada Allah, karena misi yang

dijalankan jauh lebih berhasil dibanding dengan missi yang dijalankan oleh para Nabi /

Rasul yang mendahuluinya. Meskipun misi dalam menyebarkan Islam yang diemban

oleh Nabi Muhammad tidak sebatas bangsa Arab saja, melain untuk seluruh umat

manusia sepanjang masa hingga hari qiyamat.

b. Hadits/sunah sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an.

Hadits/sunah merupakan sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW., baik berupa

perkataan, perbuatan, maupun penetapan pengakuan, Syafe’i, Imam Rahmat (2007). Para

ulama sepakat bahwa As-Sunah dapat berdiri sendiri dalam menetapkan hukum.

Kekuatan hukum berasal dari As-Sunah sama dengan kekuatan hukum yang berasal dari

Al-Qur’an dan menjadi sumber hukum Islam dan wajib dipatuhi. Karena itu As-Sunah

berfungsi sebagai penjelas terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak atau kurang

jelas, sebagaiman firman Allah dalam Surat Al-Hasyr ayat 7, Surat An-Nisa ayat 59 dan

ayat 80. Begitu juga dengan para sahabat Rasulullah, baik pada waktu beliau masih

hidup maupun sudah wafat, telah bersepakat wajib mengikuti sunah nabi, tanpa

membedakan antara wahyu yang diturunkan dalam Al-Quran dengan ketentuan yang

berasal dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, hadits berfungsi sebagai: (1) Menguatkan

dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al-Quran. (2) Menguraikan dan memerinci

yang global (mujmal), mengaitkan yang mutlak dan mentakhsiskan yang umum (‘am),

dan berfungsi menjelaskan apa yang dikehendaki Al-Quran. (3) Menetapkan dan

mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Quran. Ilyas, Yanuar, (2009).

6. Ruang lingkup ajaran Islam

Secara garis besarnya ajaran Islam dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (aqidah,

ibadah, dan ahlaq) atau (iman, islam dan ihsan). Ketiga pokok ajaran Islam ini diibaratkan

sebuah bangunan, terdiri dari: fondasi, bangunan pokok dan

Ruang lingkup

ajaran Islam :

a. Aqidah (iman)

b. Ibadah (islam)

c. Akhlak (ihsan)

Page 10: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

perabotan atau asesoris. Ketiganya merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan

antara satu dengan lainnya. Dalam hal ini, kami contohkan sebuah rumah yang layak dihuni,

maka yang diperlukan adalah:

a. Pondasi (’Aqidah atau Iman) yang kokoh, sehingga tidak mudah roboh meski ada gempa

yang mengguncang atau badai yang menerjang. Bangunan ini belum bisa dikatakan

rumah bila hanya fondasi saja, tanpa ada bangunan pokok. Begitu juga dengan aqidah

atau iman, merupakan dasar dan pondasi dari segala macam aktifitas amal shaleh

seseorang ketika hidup di dunia. Hal ini tentunya sesuai dengan fungsi aqidah itu sendiri,

dimana seseorang yang memiliki aqidah kuat, pasti akan melaksanakan ibadah yang

tertib, memiliki ahlak yang mulia dan bermuamalah (berhubungan dengan orang lain)

dengan sebaik-baiknya. Sebagai dampaknya, ibadah yang telah dilakukannya akan

diterima oleh Allah, karena dilandasi dengan aqidah yang kuat. Sebaliknya, ibadah

seseorang tidak akan diterima oleh Allah kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Begitu

juga seseorang tidak dapat dikatakan berahlak mulia, bila tidak dilandasi dengan aqidah

yang benar. Untuk mencapai tingkatan aqidah yang kuat, maka diperlukan keyakinan

yang mantap, sehingga tidak bercampur baur dengan keraguan. Disamping itu, harus

mampu menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran. Artinya, seseorang

tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan. Sedangkan tingkatan

aqidah (keyakinan) seseorang tergantung pada pemahaman pada: Pertama Informasi

tentang keyakinan yang diterimanya, baik bersifat meyakinkan atau meragukan bahkan

kegoyahkan keyakinan yang sudah terpatrih dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Kedua, tergantung pada tingkat kekuatan pemahaman terhadap dalil di dalam Qur’an

maupun hadits. Bangunan pokok (Ibadah atau Islam), paling tidak ada pilar-pilar yang

tegak, dinding yang rapat, pintu untuk keluar masuk anggota keluarga, kerabat dan

tamu, jendela yang dapat digunakan sebagai sirkulasi udara sehingga menjadi segar dan

sejuk, serta atap yang melindungi penghuninya dari terik matahari dan curahan air hujan.

Bangunan ini sudah bisa dijadikan tempat tinggal, namun kurang nyaman kalau tidak

dilengkapi dengan perabotan atau asesoris. Begitu juga dengan ibadah, harus

diwujudkan dalam bentuk taat (ketaatan), tunduk (ketundukan), doa (berdoa),

memperhambakan diri, menyembah (shalat), dan lain-lain. Oleh karena itu, bentuk

ketundukan dan ketaatan yang dilakukan seharusnya dapat mencapai puncaknya untuk

berhubungan langsung dengan Allah. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat adanya rasa

keagungan dalam jiwanya, juga sebagai dampak dari keyakinannya, bahwa pengabdian

itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan atau Allah semata-mata. Untuk itu, ibadah

merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap manusia yang beriman dan

terwujud dalam setiap sikap, gerak-gerik dan tingkah laku sehari-hari. Sedangkan tujuan

hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah

dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56. Oleh karena itu, ibadah bagi manusia berfungsi

sebagai manifestasi manusia bersyukur kepada Allah Pencipta segala nikmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita. Juga sebagai realisasi dan konsekwensi

manusia atas kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebab tidaklah cukup

bagi manusia hanya beriman tanpa disertai dengan amal / ibadah, sebagaimana pula

tidaklah cukup bagi manusia beramal / berdedikasi tanpa dilandasi dengan iman.

Page 11: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

b. Perabotan (Ahlak atau Ihsan), seperti: meja, kursi, tempat tidur, almari, perlengkapan

dapur, perlengkapan kamar mandi dan lain-lain. Berbagai peraabotan tersebut

nampaknya akan lebih nyaman bagi penghuninya, manakala dilengkapi dengan peralatan

yang bersifat sekunder maupun hiasan-hiasan yang indah. Begitu juga akhlak atau ihsan,

dapat berupa ucapan maupun perbuatan. Terkait dengan ucapan, maka ada 2 jalur yang

dapat dijadikan komunikasi oleh seseorang, yaitu jalur komunikasi manusia dengan

Tuhan (Vertikal) dan jalur komunikasi manusia dengan alam sekitar, khususnya sesama

manusia (horisontal). Untuk dapat melakukan kedua jalur ini, maka seseorang harus

dapat menjalin hubungan baik kepada Tuhannya dan sesama manusia, sehingga ada

keseimbangan. Dengan demikian, kedua jalur ini harus sama-sama dilakukan, sehingga

kehidupannya dapat berjalan dengan stabil, harmonis dan sejahtera lahir dan batin.

Sebaliknya, seseorang yang hanya mementingkan salah satu komunikasi saja, seperti

menjalin komunikasi dengan Allah saja, maka akan berdampak pada sikap hidupnya

yang zuhud, menolak duniawi dan suka mengangsingkan diri dari pergaulan dengan

masyarakat. Begitu juga kalau hanya berkomunikasi antar sesama manusia saja, maka

dapat mendatangkan sikap hidup sekuler yang tandus bahkan atheis.

B. Islam sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin

Kata rahmatan lil ‘alamin diartikan dengan kelembutan hati yang melahirkan rasa kasih

sayang dan kebaikan. Hal ini bila dikaitkan dengan terciptanya dunia dan seluruh isinya atau

alam semesta, maka karena adanya kasih sayang Allah. Karena itu pula, maka Allah

mengutus Nabi Muhammad SAW. dengan menurunkan Islam untuk menuntun manusia agar

mampu menjadi khalifah di bumi. Untuk itu, maka ada beberapa hal yang akan dibicarakan

dalam bagian ini, antara lain :

1. Islam memperlakukan semua manusia sama.

Telah lama beredar pendapat di kalangan masyarakat, bahwa seseorang dikatakan

muslim manakala dia telah mengucapkan dua kalimat syahadat “Asyhadu an laa ilaaha illa

Allah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”. Artinya: “Saya bersaksi, bahwa tidak

ada tuhan melainkan Allah, dan saya bersaksi, bahwa Muhammad adalah utusan Allah”.

Ucapan syahadataini ini merupakan kesaksian atau pengakuan seseorang yang secara resmi

diakui sebagai seorang muslim, karenanya dia berhak mendapat perlakuan sebagai layaknya

seorang muslim.

Pendapat ini nampaknya ada dasarnya, dimana saat itu terjadi peperangan antara orang-

orang Islam melawan orang-orang kafir. Sebagai panglima perangnya adalah Khalid bin

Walid (baru masuk Islam sesudah tahun ketujuh hijrah), beliau membunuh para musuh yang

sudah mengucapkan dua kalimat syahadat. Kejadian ini dilaporkan kepada Rasulullah, maka

segera Rasulullah menegur Khalid. Khalid menjawab: ya Rasulullah, mereka mengucapkan

syahadataini itu semata-mata takut kepada pedangku, bukan karena beriman kepada Allah

dan kerasulanmu?. Rasulullah menjawab: bagaimana kamu bisa membaca hati orang?.

Merujuk pada hasil dialog ini, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa setiap orang yang

sudah mengucapkan syahadataini wajib diperlakukan sebagai seorang muslim, karena kita

tidak mungkin mengetahui hati orang lain.

Bertolak pada kasus ini bila dikaitkan dengan apa yang dilakukan oleh petugas KUA

ketika akan menikahkan seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang muslimah, maka

Page 12: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

laki-laki itu harus mengucapkan syahadataini terlebih dahulu sebelum mengucapkan aqad

nikah. Hal ini dilakukan semata-mata untuk meyakinkan dirinya, bahwa ia tidak menikahkan

seorang muslimah dengan seorang pria yang bukan muslim.

Dengan demikian, ucapan syahadataini sebagai pernyataan keislaman seseorang itu

sangat penting dan benar bagi pergaulan sesama muslim. Apakah dia mengucapkan dua

kalimat syahadat itu benar-benar ikhlas dalam pengakuannya atau tidak, itu bukan urusan

manusia untuk menilai, tetapi hanya Allah yang berhak untuk memberikan penilaian. Dengan

kata lain, ucapan syahadataini sebagai tanda keislaman seseorang memang sangat diperlukan

dan cukup untuk meyakinkan bagi antar sesama, lebih-lebih untuk pergaulan hidup

bermasyarakat, Imaduddin ‘Abdulrahim, (2002).

2. Islam mengakui kemerdekaan sebagai hak asasi manusia

Setiap manusia hidup di muka bumi telah diberi oleh Allah kemerdekaan, salah satu

bentuknya dengan menempatkan manusia pada kedudukan yang sejajar dengan manusia

lainnya. Dan kalau toh adanya perbedaan secara lahiriyah antar sesama, maka itu bukan

berarti menyebabkan perbedaan dalam kedudukan sosialnya. Karena dengan kemerdekaan ini

yang membuat pembeda antara manusia dengan mahluk Allah lainnya. Oleh karena itu,

kemerdekaan merupakan salah satu ciri manusia yang paling penting, dan Allah pun

melarang untuk memaksakan dalam menentukan pilihannya (termasuk memilih agama). Al-

Qur’an secara tegas mengatakan dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 :

راه في ل ين ٱإك د ٱقد تبين لد ش ٱمن لر غي فر ب ل غوت ٱفمن يك

من ب لط سك ٱفقد لل ٱويؤ تم س

وة ٱب عر قى ٱ ل وث ٢٥٦سميع عليم لل ٱلها و نفصام ٱل ل

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas

jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada

Thaghut [syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT] dan beriman kepada

Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak

akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 256).

Ayat ini menyatakan bahwa manusia tidak berhak memaksakan manusia lainnya agar

beriman, karena urusan iman atau kufurnya seseorang itu urusan Allah semata-mata dengan

orang yang bersangkutan. Karena itu, seseorang memilih Islam atau non Islam merupakan

hak pilihnya sebagai manusia yang memiliki kemerdekaan. Dengan kemerdekaan inilah yang

membedakan antara manusia dengan mahluk Allah lainnya, dan dengan melaksanakan hak

pilih inilah nilai kemanusiaanya dapat ditentukan, sesuai dengan kemerdekaan yang

dihayatinya, Abdulrahim, Imaduddin (2002). Sebagaimana firman Allah dalam QS.al-Ahzab

ayat 72,

نا إنا مانة ٱعرض ت ٱعلى ل و ض ٱو لسم ر جبال ٱو ل ها وحملها ل ن من فق نها وأش مل ن أن يح فأبي

ن ٱ نس ٧٢كان ظلوما جهول ۥإنه ل Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat [tugas-tugas keagamaan]

kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu

dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”,(QS. Al-Ahzab : 72).

Page 13: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dengan amanah yang diterimanya itu berbeda

dengan mahluk lain, amanah yang dimaksud adalah kemerdekaan untuk menentukan pilihan.

Dengan adanya kemerdekaan, seseorang dapat:

a. Menentukan pilihannya untuk masuk surga atau neraka, mengingat kedua tempat ini

sudah diciptakan Allah dan diperuntukkan manusia, sesuai dengan balasan yang diterima

sewaktu menempuh perjalanan hidupnya di dunia.

b. Menilai dirinya atau orang lain termasuk baik atau jahat, benar atau salah.

c. Adanya berbagai macam kelompok manusia, dengan berbagai macam adat istiadat,

bahkan berbagai ragam agama di dunia. Akibat yang dilakukan, timbulnya salah

pengertian atau renggangnya komunikasi yang menyebabkan seseorang cekcok, bahkan

sampai terjadi pertumpuhan darah antara satu dengan lainnya (inilah resiko

kemerdekaan). Disisi lain, dengan keanekaragaman ini melahirkan keramaian dan

keindahan dinamika hidup, dan ini tidak dimiliki selain manusia.

d. Memilih menjadi manusia muslim, maka sikap dan sifat yang dimiliki harus disesuaikan

dengan sifat seluruh alam, sehingga menjadi manusia yang suka damai. Menjadi manusia

yang suka damai merupakan salah satu wujud kepasrahannya kepada Allah. Oleh karena

itu, ia akan memilih jalan yang sesuai dengan sifat-sifat alam di sekitarnya yang sudah

Islam kepada Allah, termasuk tubuhnya sendiri.

e. Memilih menjadi manusia yang kufur, kelompok orang-orang ini termasuk melawan

kenyataan yang ada disekitarnya, termasuk mengisolasi atau menutup mata hatinya.

Orang yang memilih menjadi kufur termasuk orang yang bodoh dan jahil, karena ia

dianggap gagal dalam melihat kenyataan yang merupakan kebenaran. Karena itu, ia tidak

dapat diharapkan mau dan mampu mempertahankan kebenaran. Sikap dan sifat seperti

ini dimiliki oleh orang-orang kafir, dimana ia berusaha untuk: (1) menghindar dari

kenyataan, (2) mencoba untuk menyembunyikan diri dari kebenaran, (3) pikirannya

picik, sempit dan tidak amau terbuka, (4) tidak tahan dikritik, meskipun bersifat

membangun, (5) menempatkan dirinya berbeda dengan mahluk lainnya, Abdulrahim,

Imaduddin (2002).

3. Islam membebaskan dari tradisi jahiliyah dan mengangkat derajat-martabat kaum

perempuan

Sejarah telah menyampaikan bahwa sebelum turunnya Al Qur’an telah lahir peradaban

bangsa-bangsa besar, seperti: Romawi, Yunani, India dan Cina. Begitu juga dengan agama-

agama, nampaknya dunia telah mengenalnya, seperti: Yahudi, Nasrani, Budha, Zoroaster dan

lain-lainnya. Dan tidak kalah menariknya tentang kaum perempuan. Untuk itu pembaca

budiman, kami ajak untuk menggali sejenak peradaban bangsa-bangsa besar yang

memposisikan dan memperlakukan kaum perempuan sebelum Islam hadir di tengah-tengah

mereka saat itu, (Shihab. M Quraish, 2003) seperti yang terjadi di berbagai belahan negara

berikut ini :

a. Masyarakat Yunani terkenal dengan pemikiran-pemikiran filsafatnya, akan tetapi tidak

banyak yang membicarakan hak dan kewajiban perempuan. Bahkan dikalangan

kelompok elite pun, perempuan disekap atau ditempatkan di dalam istana. Nasib

perempuan di kalangan bawah sangat memprihatinkan dan menyedihkan, mereka

Page 14: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

diperjualbelikan yang berstatus gadis, sedangkan yang sudah berumah tangga

sepenuhnya berada pada kekuasaan suaminya. Mereka tidak memiliki hak sipil, apalagi

hak waris. Perkembangan peradaban seperti ini mengalami hingga masa puncaknya,

namun kedudukan, harkat dan martabat perempuan pun tidak berubah. Dimana

perempuan diberi kebebasan untuk memenuhi kebutuhan selera laki-laki, hubungan

seksual yang bebas dianggap biasa saja dan tidak melanggar kesopanan. Begitu juga

dengan tempat-tempat pelacuran menjadi pusat kegiatan politik dan sastra/seni, patung-

patung dan gambar-gambar telanjang dianggap bagian dari seni. Dalam pandangan

mereka, bahwa para dewa melakukan hubungan gelap dengan rakyat bawahan, sebagai

hasil dari hubungan tersebut lahirlah “dewi cinta” yang sangat terkenal pada masa

peradaban Yunani.

b. Peradaban Romawi, perempuan sepenuhnya berada dibawah kekuasaan ayahnya. Setelah

kawin, kekuasaan beralih pada ke tangan suaminya. Kekauasaan ini mencakup

kewenangan untuk menjual, mengusir, menganiaya dan membunuh. Sedangkan hasil

usaha yang dilakukan perempuan, menjadi hak milik keluarganya yang laki-laki.

Keadaan seperti ini hingga sampai abad ke 6 Masehi, dan pada zaman Kaisar

Constantine terjadi sedikit perubahan dengan dikeluarkan undang-undang tentang hak

kepemilikan terbatas bagi perempuan, bahwa setiap transaksi harus disetujui oleh

keluarga (suami atau ayah).

c. Peradaban Hindu dan Cina, dimana hak hidup seorang perempuan harus berakhir pada

saat kematian suaminya, dimana istri harus dibakar dalam kondisi hidup pada saat mayat

suaminya dibakar. Perempuan pada masyarakat Hindu sering dijadikan sesajen bagi apa

yang mereka namakan dewa-dewa. Begitu juga petuah sejarah kuno yang mengatakan,

bahwa “racun, ular dan api tidak lebih jahat dengan perempuan”. Sedangkan petuah Cina

kuno yang diajarkan adalah “anda boleh mendengarkan apa yang dibicarakan

perempuan, tetapi sama sekali jangan mempercayai kebenarannya”. Keadaan seperti ini

berakhir hingga abad ke 17 Masehi.

d. Ajaran Yahudi memperlakukan perempuan seperti pembantu atau budak, dimana ayah

berhak menjual anak-anak perempuanya bila tidak mempunyai saudara laki-laki. Ajaran

ini menganggap perempuan sebagai sumber laknat, karena dialah yang menyebabkan

Adam diusir dari surga.

e. Pandangan pemuka Nasrani terhadap perempuan, bahwa perempuan adalah senjata iblis

untuk menyesatkan manusia. Selanjutnya pada abad ke 5 Masehi diselenggarakan konsili

(konggres pemuka agamawan Nasrani) yang membahas tentang perempuan itu

mempunyai ruh atau tidak ? dan disimpulkan bahwa perempuan tidak memiliki ruh yang

suci. Dan abad ke 6 Masehi diadakan konsili selanjutnya, yang membahas apakah

perempuan itu manusia atau tidak ? Dan sebagai kesimpulannya bahwa perempuan

diciptakan semata-mata untuk melayani laki-laki. Sepanjang abad pertengahan, nasib

perempuan tetap sangat memprihatinkan, hingga tahun 1805 perundang-undangan

Inggris mengakui hak suami untuk menjual istrinya. Bahkan pada tahun 1882 kaum

perempuan Inggris belum memiliki hak pemilikan harta benda secarah penuh, dan hak

menuntut di pengadilan.

f. Peradaban di Amerika Serikat pada tahun 1849 bagi perempuan tidak mendapat tempat

yang layak, bahkan termarjinalisasikan (terpinggirkan). Hal ini dibuktikan, bahwa saat

Page 15: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

itu Elizabeth Blackwill yang merupakan dokter perempuan pertama di dunia telah

menyelesaikan studinya di Geneve University. Namun, teman-temannya yang bertempat

tinggal dengan dia memboikotnya, dengan dalih perempuan tidak wajar memperoleh

pelajaran. Bahkan, ketika ia bermaksud mendirikan Institut Kedokteran untuk kaum

perempuan di Philadelpia Amerika Serikat, para dokter setempat mengancam untuk

memboikot semua dokter yang bersedia mengajarnya.

Bertolak dari peradaban berbagai negera maju tersebut, dapat disimpulkan bahwa kaum

perempuan tidak mendapat tempat yang layak dan dipandang hanya sebelah mata. Begitu

juga di Indonesia, perempuan dibawah kekuasaan ayahnya bagi yang masih gadis dan

suaminya bagi yang sudah menikah. Kenyataan seperti ini hingga keluarnya pernyataan

Kartini lewat surat yang dikirimkan kepada teman perempuannya yang berasal dari Belanda,

yaitu “Habis gelap terbitlah terang”. Dengan memperhatikan kondisi seperti ini, tentunya

tidak sejalan dengan kehadiran Islam melalui petunjuk Al-Qur’an. Dan sedikit atau banyak

pandangan seperti ini akan mempengaruhi pemahaman para pakar terhadap redaksi petunjuk-

petunjuk Al-Qur’an, termasuk juga menempatkan posisi perempuan yang sesungguhnya,

seperti dalam hal:

a. Hak-hak perempuan di dalam dan di luar rumah.

Keberadaan perempuan di rumah maupun di luar rumah telah dijelaskan pada QS.Al-

Ahzab ayat 33, yang berbunyi:

ن ج وقر ن تبر هلية ٱفي بيوتكن ول تبرج ج ٱ ل ولى ن ل ة ٱوأقم ة ٱوءاتين لصلو ن لزكو لل ٱوأطع

هب عنكم لل ٱإنما يريد ۥ ورسوله س ٱليذ ج ل لر ت ٱأه بي ه ل ركم تط ٣٣ رايويطه Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,

tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak

menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Ayat ini sering kali digunakan dasar untuk

menghalangi kaum perempuan agar tidak keluar rumah,

begitu juga makna ayatnya menunjukkan perintah untuk

menetap di rumah. Artinya, tugas pokok perempuan (istri)

adalah mengurusi rumah tangga, termasuk mengasuh anak-

anaknya. Sedangkan tugas selain itu, termasuk mencari

nafkah menjadi tugas pokok suami. Pendapat ini merujuk

pada firman Allah QS.Thaha ayat 117:

نا رجنكما من فقل جك فل يخ ذا عدو لك ولزو ـ ادم إن ه جنة ٱي ل قى ١١٧فتش

Artinya: “Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu

dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari

surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka”.

Kata ف تشقى pada ujung akhir Ayat ini menunjukkan penggunaan bentuk tunggal pada

redaksi menyebabkan kamu menjadi celaka atau susah payah, memberikan isyarat bahwa

kewajiban bekerja untuk memenuhi kebutuhan (sandang, pangan, papan) anak-istri berada

pada pundak suami, Shihab, M.Quraish, (2003: 306).

Selanjutnya para mufasir menegaskan, bahwa agama Islam telah mengatur ajaran yang

dituntunkan agar perempuan tinggal di rumah dan tidak keluar rumah, kecuali dalam keadaan

Hak-hak perempuan di

luar rumah telah

dilakukan sejak masa

Rasulullah dan sahabat

Nabi dalam berbagai

bidang usaha dan

pekerjaan

Page 16: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

darurat. Dalam hal ini, Imam Al-Maududi memberikan penafsiran ayat ini bahwa larangan

perempuan keluar rumah agar dapat melaksanakan kewajiban rumah tangganya. Dan kalau

toh ada keperluan keluar rumah, maka harus diperhatikan kesucian dirinya. Maksudnya,

perempuan itu dapat menjaga harga diri dan auratnya, agar tidak terjadi ejekan dan gunjingan

orang lain.

Dengan demikian, ada peluang bagi perempuan untuk keluar rumah. Namun yang

menjadi persoalan dalam batas-batas apa saja diizinkan untuk keluar rumah ? Said Hawa

(salah seorang ulama Mesir kontemporer) memberikan contoh yang dibolehkan keluar rumah

adalah mengunjungi orang tua, belajar atau sekolah atau kuliah yang sifatnya fardhu ‘ain atau

kifayah, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tidak ada orang yang

menanggungnya atau ada yang menanggungnya tetapi tidak mencukupi untuk kebutuhan

sehari-hari. Terkait dengan keluar rumah dengan alasana mencari nafkah, maka Khadijah bin

Khuwailid (istri Nabi) tercatat sebagai seorang pedagang yang sukses, juga Zainab binti

Jahsy yang aktif bekerja menyamak kulit binatang. Al-Syifa’, perempuan yang pandai

menulis, ia ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai karyawan yang menangani pasar Kota

Madinah.

Bertolak pada pada ketiga contoh perempuan ini menunjukkan, bahwa hak-hak

perempuan di luar rumah telah dilakukan sejak masa Rasulullah dan sahabat Nabi dalam

berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Tentunya tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan

yang ada masa kini sama dengan masa Nabi dan sahabat Nabi. Islam membenarkan dan

membolehkan kaum perempuan aktif dalam berbagai kegiatan, atau bekerja dalam berbagai

bidang pekerjaan di dalam maupun di luar rumah, baik dikerjakan secara mandiri, bersama-

sama dengan orang lain, atau dengan lembaga pemerintah atau dengan lembaga swata,

selama pekerjaan itu dilakukan secara terhormat, sopan dan dapat memelihara agamanya,

serta dapat menghindarkan dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan

lingkungannya. Dengan kata lain, perempuan mempunyai hak untuk bekerja di luar rumah

selama ia membutuhkannya, atau pekerjaan itu yang membutuhkan dia, juga selama norma-

norma agama dan susila tetap terpelihara.

b. Hak-hak perempuan dalam politik

Tidak ditemukan satu ketentuan agama pun yang melarang keterlibatan perempuan

dalam bidang politik, atau ketentuan agama yang membatasi bidang tersebut hanya untuk

kaum laki-laki saja. Salah satu ayat yang berkaitan dengan keterlibatan hak-hak politik kaum

perempuan pada S. At-Taubah ayat 71:

منون ٱو مؤ ت ٱو ل من مؤ مرون ب ل يأ ض لياء بع ضهم أو روف ٱبع مع ن عن ل هو منكر ٱوين ويقيمون ل

ة ٱ تون لصلو ة ٱويؤ حمهم ۥ ورسوله لل ٱويطيعون لزكو ئك سير ل ٧١عزيز حكيم لل ٱإن لل ٱأو

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan)

yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka

taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Secara umum ayat ini menegaskan kewajiban melakukan kerja sama antara laki-laki

dengan perempuan untuk berbagai bidang kehidupan yang ditujukan dengan kalimat “amar

ma’ruf nahi munkar”, artinya mengajak untuk berbuat baik dan mencegah yang munkar.

Page 17: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

Sedangkan kata auliya’ mencakup kerja sama, bantuan dan penguasaan. Dan dilanjutkan

dengan kata “ya’muruuna bilma’ruufi” (artinya menyuruh mengerjakan yang makruf)

mencakup segala kebaikan dan perbaikan kehidupan, termasuk memberikan nasihat atau

kritik kepada penguasa, sehingga setiap laki-laki dan perempuan muslim hendaknya

mengikuti perkembangan masyarakat agar masing-masing mampu melihat dan memberi

saran atau nasihat untuk berbagai bidang kehidupan. Sebagaimana sabda Nabi yang artinya:

“Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan (urusan) kaum muslim, maka ia tidak

termasuk golongan mereka”, Shihab, M. Quraish, (2003: 315). Hadits ini mencakup

kepentingan kaum muslimin, karena itu persoalan yang dihadapi dapat menyempit atau

meluas, sesuai dengan latar belakang dan tingkatan pendidikan seseorang, termasuk bidang

politik.

Disisi lain, Al-Qur’an pun mengajak seluruh manusia (laki-laki dan perempuan) agar

bermusyawarah, salah satunya melalui politik. Perhatikan firman Allah S. Al-Syura ayat 38:

تجابوا ٱ لذين ٱو ة ٱلرب هم وأقاموا س هم ينفقون لصلو ن نهم ومما رزق رهم شورى بي ٣٨وأم Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan

mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka;

dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.

Ayat ini diajadikan dasar oleh ulama untuk membuktikan adanya hak berpolitik, bagi

setiap laki-laki dan perempuan. Sedangkan kata “syuura” (musyawarah) menurut Al-Qur’an

merupakan salah satu prinsip mengelola bidang kehidupan bersama, termasuk bidang politik.

Artinya, setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat dituntut untuk membiasakan

melakukan musyawarah. Al-Qur’an pun menjelaskan permintaan kaum perempuan pada

zaman Nabi untuk melakukan bai’at (janji setia kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana

dalam Surat Al-Mumtahanah ayat 12:

أيها ت ٱإذا جاءك لنبي ٱ ي من مؤ ن ب ل رك أن ل يش نك على نين ول شي لل ٱيبايع ن ول يز رق ا ول يس

ترينه ن يف ت تين ببه دهن ول يأ ل ن أو تل جله ۥيق ديهن وأر ن أي هن ن بي روف فبايع صينك في مع ول يع

فر ٱو تغ ١٢رحيم غفور لل ٱإن لل ٱلهن س Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk

Mengadakan janji setia (disebut bai’at), bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah,

tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan

berbuat Dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki merekadan tidak akan

mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan

mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang”.

Ayat ini menjelaskan bahwa bai’at para perempuan ini menunjukkan sebagai bukti

kebebasannya untuk menentukan pandangan berkaitan dengan kehidupan, serta hak untuk

mempunyai pilihan yang berbeda dengan pandangan kelompok-kelompok lain dalam

masyarakat, bahkan terkadang berbeda pandangan dengan suami atau ayahnya sendiri.

Terkait dengan politik praktis pada zaman Rasulullah, ternyata banyak perempuan yang

terlibat langsung, seperti Ummu Hani’ ketika memberikan jaminan keamanan kepada

sebagian kaum musyrik dan Rasulullah membenarkan sikapnya. Begitu juga dengan istri

Nabi sendiri, Aisyah r.a. sebagai pemimpin perang melawan Ali bin Abi Thalib yang saat itu

menjabat sebagai kepala Negara. Peperangan ini terkenal dengan sebutan dengan perang

Page 18: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

jamal (perang unta). Keterlibatan Aisyiyah r.a. bersama dengan sekian banyak sahabat Nabi

dan kepemimpinannya dalam peperangan menunjukkan, bahwa beliau bersama para

pengikutnya membolehkan keterlibatan perempuan dalam bidang politik praktis.

Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang (termasuk

perempuan), mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduku jabatan-jabatan tertinggi.

Kendatipun ada jabatan-jabatan yang sebagian ulama dianggap tidak boleh diduduki oleh

kaum perempuan, seperti: jabatan Kepala Negara dan hakim. Namun, perkembangan

masyarakat dari waktu ke waktu telah mengurangi atau membolehkan larangan tersebut,

khususnya persoalan tentang kedudukan perempuan sebagai hakim.

C. Islam Sebagai Way Of Life

Dengan memperhatikan arti Islam dalam Al Qur’an adalah sujud, tunduk, patuh atau

pasrah, maka konsekwensi bagi pemeluknya adalah melaksanakan segala aktivitas tersirat

dan tersurat dalam al Qur’an maupun hadits. Sebagaimana firman Allah pada Surat Ali Imran

ayat 83.

ر غون وله لل ٱدين أفغي لم من في ۥ يب ت ٱأس و ض ٱو لسم ر جعون ل ه ير ها وإلي عا وكر ٨٣طو Artinya : ” Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal

kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka

maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”, (Qs. Ali Imran: 83).

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi telah Islam

(Islam diartikan sujud) kepada-Nya, walaupun seandainya ada manusia yang mau mencari

agama lain. Untuk meyakinkan pada diri kita masing-masing, mari pembaca yang budiman

kami ajak untuk berfikir dan meneliti sifat alam yang terbentang luas ini berlaku sejak

terciptanya, walaupun sebagian besar manusia tidak menyadarinya, karena berlaku tanpa

melibatkan kemauan manusia. Begitu juga dengan ciri-ciri seluruh alam yang tidak dapat

disangkal oleh siapapun, meski dia seorang penemu teori-teori kealaman. Untuk itu, mari kita

teliti kembali firman Allah Surat Al Hajj ayat 18.

جد له لل ٱتر أن ألم ت ٱمن في ۥ يس و ض ٱومن في لسم ر س ٱو ل قمر ٱو لشم جبال ٱو لنجوم ٱو ل ل

ن لدواب ٱو لشجر ٱو ه لناس ٱوكثير م عذاب ٱوكثير حق علي رم إن ۥفما له لل ٱومن يهن ل ك من م

عل ما يشاء۩ لل ٱ ١٨يف Artinya: “ Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di

langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang

melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah

ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun

yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (Qs. Al-Hajj:

18).

Ayat ini dapat pahami bahwa seluruh alam ini, baik benda-benda langit seperti

matahari, bulan, bintang hingga benda-benda yang ada di bumi seperti gunung, lautan,

daratan, flora dan fauna telah sujud kepada Allah. Oleh karena itu, tepatlah bila kata Islam

pada Qs. Ali Imran ayat 83 diartikan dengan sujud juga Qs. Al Hajj ayat 18, keduanya (sujud)

merupakan sifat atau tabiat seluruh alam terhadap Allah. Sifat ini merupakan bentuk pasrah

atau patuh pada ketentuan hukum yang tetap, konsisten dan terpadu, sehingga semuanya

Page 19: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

bertabiat dan berjalan secara teratur, harmonis dan tidak saling mendahului. Perhatikan

firman Allah pada Surat Fushshilat ayat 11.

توى ٱ ثم ض لسماء ٱإلى س ر تياٱوهي دخان فقال لها ولل نا طائعين ئ أتي ها قالتا عا أو كر طو

١١ Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan

asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut

perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan

suka hati". (Qs. Fushshilat: 11).

‘Abdulrahim Imaduddin (2002: 5) menjelaskan kandungan ayat ini ada 3 hal, yaitu: (1)

Tunduk dan patuhnya seluruh alam kepada Allah tanpa kecuali (berdasarkan dekrit-Nya).

Kepatuhan dan ketaatannya alam ini sejak terciptanya alam, ketika bumi, matahari, bulan dan

bintang belum terbentuk dan masih berbentuk particles (zarrah) yang bertaburan (gas). (2)

Pada mulanya alam ini berbentuk gas, sama dengan teori alam semesta yang diakui di zaman

modern ini (Big Bang Theory, ditemukan oleh Edwin Hubble, tahun 1929). (3) Manusia

diistimewakan oleh Allah karena kepatuhan-Nya (perhatikan Surat Al Hajj ayat 18 di atas),

dimana banyak manusia yang patuh dan sujud kepada-Nya, namun ada juga yang ingkar.

Sedangkan benda-benda langit dan bumi, seperti: matahari, bulan, bintang, gunung, daratan,

flora, fauna semuanya tunduk, sujud dan taat kepada-Nya. Dengan demikian, manusia

dibedakan dengan mahluk lainnya, perbedaan ini terletak pada pemberian hak untuk

menentukan pilihannya sendiri.

Bertolak pada uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap

manusia diberi kesempatan dan kebebasan oleh Allah untuk : (1)

Tunduk dan patuh kepada Allah, maka ia dinamakan orang yang

pasrah atau muslim. (2) Menolak mematuhi Allah, maka ia

dinamakan kafir atau kufur (ingkar) kepada Allah. Kedua

kelompok (muslim dan kafir) ini, diberi kesempatan oleh Allah

hidup berdampingan dan melakukan serangkaian aktivitas masing-

masing. Bagi mereka yang mukmin, beriman dan beramal saleh,

maka Allah berjanji untuk menjadikan mereka sebagai pemegang

kemenangan dan menjadi penengah atau pengadil di dalam

persaingan hidup di dunia ini (lihat Qs. An Nuur ayat 55).

Secara harfiah, kata kufur diartikan dengan tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya :

kafir, dan tidak pandai bersyukur, Kamus Bahasa Indonesia (2007: 608). Orang yang kufur

adalah orang yang tidak mempercayai Allah dan Rasul-Nya, berarti orang tersebut ada upaya

untuk menutup hatinya dari alam sekitarnya. Pada kenyataannya yang menolak tidak

mempercanyai Allah dan Rasul-Nya adalah hatinya, sedangkan tubuhnya mau atau tidak mau

tetap tunduk dan patuh kepada Allah, karena tubuh manusia merupakan bagian dari alam.

Orang-orang kufur atau ingkar seperti ini, seolah-olah tidak mampu melihat kenyataan yang

ada pada dirinya maupun sekitarnya yang sudah patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Juga merasa dirinya yang paling benar, sehingga dia mempertahankan kebenaran tersebut.

Untuk itu, maka manusia sebagai khalifatullah (agen pencerahan kemanusiaan dan agen

kerusakan) dengan beberapa potensi yang dimilikinya, secara tidak langsung menghantarkan

kesadaran dirinya akan keagungan Allah dan keterbatasannya sebagai mahluk Allah. Oleh

Hidup sukses

adalah orang-

orang yang

memiliki

keseimbangan

antara iman, ilmu

pengetahuan dan

kepekaan

emosional

Page 20: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

karena itu diperlukan penyikapan yang tegas dalam menempuh perjalanan hidup ini, agar

kehidupannya dapat membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain, sehingga dapat

memperoleh kebahagian dan keselamatan hidup di dunia maupun akhirat. Dengan demikian,

ada dua hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang dalam menyikapi hidup, yaitu lebih

menyeimbangkan duniawi dan ukhrowi. Maksudnya, setiap manusia dituntut untuk

melakukan pengembangan diri secara seimbang, antara aspek spritualitas yang lebih

mengarah untuk menjalin hubungan harmonis kepada Allah Yang Maha Agung, juga

pengembangan fungsi ilmu dan akal dalam rangkah untuk memahami titah Allah di muka

bumi secara praktis. Kedua hal itulah yang akan membawa manusia pada pola hidup yang

seimbang, dan ini akan lebih nampak sempurna dengan diperkuat doa yang setiap saat selalu

kita baca (orang awam menyebut doa sapu jagad), perhatikan Surat Al-Baqarah: 201.

ن يقول ربنا ءاتنا في ومنهم ٢٠١ لنار ٱحسنة وقنا عذاب لخرة ٱحسنة وفي نيالد ٱمArtinya: ”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami

kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”

Ayat ini menjelaskan tentang seluruh aktifitas yang dilakukan oleh seseorang,

hendaknya lebih mengarah kepada Allah dan selalau mengingatnya, sehingga ia berdoa: Ya

Tuhan kami, demi kasih sayang dan bimbingan-Mu, maka anugerahilah kami hasanah di

dunia maupun di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dalam memahami kata

hasanah, dunia dan akhirat ada beberapa pendapat, yaitu: (1) Tidak hanya berbentuk sesuatu

yang baik dan bukan pula sifatnya kesenangan dunia semata. (2) Tidak pula hanya Iman

yang kukuh, sehat wal afiyat, rezeki yang memuaskan, pasangan yang ideal dan memperoleh

keturunan yang sholeh dan sholihah. (3) Tidak pula hanya bersifat keterbebasan dari rasa

takut di hari akhirat, hisab (perhitungan) yang mudah, masuk surga dan memperoleh ridho-

Nya, tetapi lebih dari itu, yaitu memperoleh anugerah Allah yang tidak terbatas. Dengan kata

lain, memperoleh hasanah adalah segala sesuatu yang menyenangkan di dunia dan berakibat

pula menyenangkan di hari akhir.

Adapun maksud dari keseimbangan antara spiritual, ilmu dan amal dalam meraih

kesuksesan hidup dalam pandangan Al-Qur’an menurut Imaduddin Abdulrahim bahwa hidup

sukses adalah orang-orang yang memiliki keseimbangan antara iman, ilmu pengetahuan dan

kepekaan emosional, Abdulrahim, Imaduddin, (2002: 57). Maksudnya, orang-orang yang

memiliki kesungguhan (bahasa agama disebut berjihat) dan siap berkurban untuk menggapai

cita-cita, sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya dengan tetap mempertimbangkan

ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, ketiganya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan

lainnya dan sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang, sehingga melahirkan manusia-

manusia yang tangguh dalam menghadapi semua ujian dan cobaan hidup. Sedangkan

dampak negatifnya memisahkan antara iman, ilmu pengetahuan dan kepekaan emosional

terhadap pribadi seseorang, maka akan melahirkan profil :

1. Seseorang yang mengandalkan ilmu pengetahuan yang luas, tetapi lemah iman dan

kepekaan emosionalnya, maka akan terjadi ketimpangan dan membuat hidupnya dalam

keadaan frustasi. Orang seperti ini akan mengalami pribadi yang pecah dan sangat

menyedihkan, kemungkinan kehidupannya sebagai manusia yang egois (ananiah),

bengis dan kejam terhadap orang lain, sehingga sangat membahayakan bagi keselamatan

lingkungannya. Pribadi yang pecah seperti ini sering kali kita temukan di masyarakat

Page 21: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

yang sebagian besar orang-orang yang berilmu, tapi haus akan iman. Orang seperti ini

biasanya sukar dipercaya ucapannya, lebih-lebih terkait dengan komitmen dan

pendiriannya. Ia mungkin bijak kalau bicara, menguasi paparan ilmu yang disampaikan

dan terampil dalam mengaplikasikan ilmunya, tapi kehidupannya tanpa landasan yang

kuat. Dan kalau toh kebetulan ia jujur, maka kejujurannya hanya dilandaskan rasa takut

kepada atasannya, sehingga kejujuran itu sangat rapuh oleh cobaan dan ujian kesetiaan.

Begitu juga kalau ia terampil pada skill yang dibidangi, maka ia dengan mudah diperalat

oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan. Figur-figur semacam ini dengan mudah

sekali diperalat dan dipermainkan oleh orang-orang yang kurang bahkan tidak

bertanggungjawab.

2. Seseorang yang memiliki iman dengan keyakinan yang kukuh, sedangkan ilmunya tidak

berkembang dan kepekaan emosional sangat rendah. Orang seperti ini akan mengalami

hidup seperti orang yang tidak mampu berbuat sesuatu, karena itu ia menjadi jumud,

eksklusif, bahkan kurang toleran terhadap pemikiran orang lain, sehingga besar

kemungkinan berwatak atau merasa benar sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid, dkk, (1989: 26), Al-Islam I, Pusat Dokumentasi Publikasi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Ahmad, Malik, 1980, Tauhid, Membina Pribadi Muslim dan Masyarakat, Cetakan keempat,

Jakarta: Al-Hidayah, jakarta, hal. 32

Al Qur’an dan Terjemahnya, 1426 H, Madinah Munawwarah: Mujamma’ Al Malik Fahd

Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-Syarif

Anshori, Endang Syaifuddin, 1986 Kuliah Al-Islam, Pendidikan Agama Islam di Perguruan

Tinggi, Jakarta: CV Rajawali

Ilyas, Yanuar, 2009, Cakrawala Al Quran, Yogyakarta: Itqon Publishing

Imaduddin, ‘Abdulrahim, 2002, Islam Sistem Nilai Terpadu, Cetakan 1, Jakarta: Gema Insani

Press

Kamus Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 2007, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, Jakarta: Balai Pustaka

Shalih, Abdullah bin Al Fauzan, 1999, Kitab Tauhid, Jakarta: Darul Haq

Shihab, M. Quraish, 2003, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan

Umat, Cetakan ke XIV, Bandung : PT Mizan Pustaka

----------------------, 1998, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Cetakan ke XVII, Bandung: Mizan

----------------------, 2006, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Volume 2 ,6 ,15, Cetakan ke VIII, Jakarta, Lentera hati

Syafe’, Imam Rahmat, 2007, Ilmu Usul Fiqh, Bandung:Pustaka Setia

Haekal, Muhammad Husain, 2002, Sejarah Hidup Muhammad, Cetakan kedua puluh enam,

(diterjemahkan oleh Ali Audah), Jakarta: PT Pustaka Litera AntarNusa

Page 22: MENGENAL ISLAM - p2kk.umm.ac.idp2kk.umm.ac.id/files/file/ISLAM RAHMATAN LIL'ALAIEN.pdfmerupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut

Related Documents