BLOK FARMASI SAINS DAN INDUSTRI
SKENARIO 1
PRODUCT LIFE CYCLE
Disusun Oleh :Kelompok TUTORIAL F
ERVA TAMIA HERTANTI ANNA HANIFA MAGFIRAH SAMIRAN NANING NI’MAWATI MAHARANI ANASTASIA CWP. ANDHIKA DWI ANUGRAWATI M. ARIEF SEPTIAWAN DZAKI IFFATA NASTITI PRIHARDANI ALDI ASTRAYUDHA EGIE ANDIANTY
1581112815811135158111531581115415811157158111661581117215811194158112081581121815811220
PROGRAM STUDI APOTEKERFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA
2015
LEARNING OUTCOME
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tugas pokok dari QA (Quality
Assurance), QC (Quality Control) dan R&D (Research and Development).
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses pengembangan produk (dari
proses praformulasi sampai registrasi obat).
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses validasi, metode analisis, dan
kualifikasi dalam proses produksi tablet.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui uji stablitas berdasarkan ICH.
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses izin edar.
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tugas pokok dari QA (Quality
Assurance), QC (Quality Control) dan R&D (Research and Development).
a. Tugas Pokok Quality Assurance (QA)
1. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan
persyaratan CPOB.
2. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan.
3. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.
4. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal
dan pengemas yang benar.
5. Validasi yang perlu dilakukan.
6. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses pengemasan
dan pengujian batch, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan
untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan
termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian atau pengawasan selama proses,
pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian
penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan
dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
7. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum manager pemastian mutu menyatakan
bahwa tiap batch produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan
yang tercantum dalam izin edar serta peraturan lain yang berkaitan dengan
aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.
8. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat
mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/ simpan obat (Mirza
T, 2009).
b. Tugas Pokok Quality Control (QC)
1. Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan packaging material), produk ruahan dan produk jadi.
2. Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang (rework) suatu produk.
3. Melakukan pengawasan selama proses (in process controls) dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi.
4. Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah ditetapkan (Mirza T, 2009).
c. Tugas Pokok Research and Development (R and D)
1. Mengembangkan dan merencanakan formula baru.
2. Mengevaluasi dan memperbaiki formula yang sudah beredar kemudian
diinformasikan ke departemen QC dan produksi.
3. Bekerja sama dengan unit QC dalam menentukan standarisasi bahan baku,
kemasan dan obat jadi (Mirza T, 2009).
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses pengembangan produk (dari
proses praformulasi sampai registrasi obat)
A. Praformulasi
Praformulasi merupakan tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan
sediaan farmasi yang berpusatpada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat
mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.
Tujuan dilakukannya proses praformulasi :
1. Menggambarkan proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau definisi
sifat-sifat fisika dan kimiayang dianggap penting dalam menyusun formulasi
sediaan yang stabil, efektif dan aman.
2. Data praformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang lebih
sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.
Berikut merupakan monografi dari bahan-bahan yang akan digunakan :
1. Dimenhidrinat
IDENTITAS SENYAWAa. Struktur
molekul
b. Rumus molekul
C17H21NO.C7H7ClN4O2
c. Bobot molekul
470.0
d. Pemerian Serbukhablur, putih, tidakberbaue. Sinonim Chloranautine, Dimenhidrinát, Dimenhidrinat,
Dimenhidrinatas,Dimenhidrinato, Dimenhydramina,
Dimenhydrinaatti, Dimenhydrinát, Dimenhydrinat,Diménhydrinate,Dimenhydrinatum,DiphenhydramineTeoclate, Diphenhydramine Theoclate. Thediphenhydramine salt of 8-chlorotheophylline
SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur 102ºC - 106ºCb. pH 7,1 - 7,6c. Koefisien
partisi-
d. Stabilitas -e. Kelarutan Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam
kloroform, agak sukar larut dalam eter(1)
f. Inkompatibilitas
aminophylline,glycopyrronium bromide, hydrocortisone sodiumsuccinate, hydroxyzinehydrochloride, megluminea dipiodone, phenothiazines, barbiturates(1)
DATA FARMAKODINAMIK OBAT a. Indikasi Dimenhidrinat digunakan sebagai anti emeik pada pencegahan
dan pengobatan motion sickness, selain itu dapat digunakan sebagai pengobatan simptomatik pada mual dan vertigo yang disebabkan oleh penyakit meniere (kelainan pada salah satu telinga dalam) dan gangguan vestibular lainnya.
b. Mekanisme Mekanisme kerja dimenhidrinat belum diketahui secara jelas, namun dimenhidrinat mempunyai efek menekan fungsi hiperstimulasi labirin.
c. ESO Mengantuk, sakit kepala, penglihatan kabur, telinga berdenging, mulut dan saluran pernapasan kering.
d. Kontraindikasi Porfiria akut, serangan asma akut, bayi prematur, gagal jantung berat.
e. Interaksi Obat Dimenhidrinatdapat meningkatkan efek obat-obat penekan SSP (Sistem Saraf Pusat) termasuk alkohol, barbiturat, hipnotik, analgesik opioid, ansiolitik sedatif dan antipsikotik.
2. Manitol
IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul
b. Rumus molekul C6H14O6
c. Bobot molekul 222.25
d. Pemerian Serbuk putih, tidak berbau, serbuk kristal. Memiliki rasa manis seperti glukosa, dengan tingkat kemanisan setengah dari sukrosa, dan terdapat sensasi dingin di mulut.
SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur 166-168oCb. pKa 13.5 (pada 25 °C)c. Koefisien partisi -d. Stabilitas Mannitol stabil pada keadaan kering dan
dalam larutan air. Solusi dapat disterilkan dengan filtrasi atau dengan autoklaf. Dalam larutan, mannitol tidak boleh terkena dingin, asam atau alkali. Mannitol tidak mengalami reaksi Maillard
e. Kelarutan Mudah larut dalam air, larut dalm larutan basah, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam ethanol, praktis tidak larut dalam eter
3. Krospovidon
IDENTITAS SENYAWAf. Struktur molekul
g. Rumus molekul (C6H9NO)nh. Bobot molekul >1 000 000i. Pemerian Serbuk berwarna putih sampai cream putih,
halus, bebas mengalir, praktis hambar, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopis.
j. Sinonim Crospopharm; crosslinked povidone; E1202;Kollidon CL; Kollidon CL-M; Polyplasdone XL; PolyplasdoneXL-10; polyvinylpolypyrrolidone; PVPP; 1-vinyl-2-pyrrolidinonehomopolymer.
k. Fungsi DisintegrantI. SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWA
g. Titik lebur Meleleh pada150oCh. pH 5.0–8.0 (1% w/v)i. Koefisien partisi -j. Stabilitas crospovidone bersifat higroskopis, harus
disimpan dalam kedap udarakontainer di tempat yang sejuk dan kering.
k. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan beberapa pelarut organik umum.
l. Kerapatan 1.22 g/cm3
m. Inkompatibilitas Crospovidone kompatibel dengan bahan-bahan farmasi organik dan anorganik. Ketika terkena air dengan jumlah cukup besar, crospovidone dapat membentuk adduct molekul dengan beberapa bahan
n. Keamanan LD50 (tikus, IP): 12 g/kg.
4. Primojel
IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul
b. Rumus molekul C24H44O6Nac. Bobot molekul 222.25d. Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem;
higroskopik, tidak berbau, tidak berasa, butiran oval atau bulat, ukuran diameter granul 30–100 µm, dengan beberapa butiran bulat sebesar 10-35 µm
SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur Tidak dapat meleleh, diperkirakan 200oCb. pH 3-5c. Koefisien partisi -d. Stabilitas Disimpan dalam wadah tertutup untuk
menghindari perubahan kelembaban dan suhu dimana dapat mengakibatkan caking. Sifat fisik sodium starch glycolate tetap tidak dapat berubah 3-5 tahun jika disimpan pada suhu dan kelembaban
e. Kelarutan Larut pada ethanol (95%), tidak larut pada air. Pada konsentrasi 2% w/v sodium starch glycolate terdispersi dalam air dingin dan mengendap dalam bentuk lapisan terhidrasi tinggi
5. Aspartam
IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul
b. Rumus molekul C14H18N2O5
c. Bobot molekul 294.30d. Pemerian Seperti bubuk, berwarna putih krem,
berbentuk kristal, tidak berbau, rasa sangat manis.
e. Sinonim (3S)-3-Amino-4-[[(1S)-1-benzyl-2-methoxy-2-oxoethyl]amino]-4-oxobutanoic acid; 3-amino-N-(a-carboxyphenethyl)succinamicacid N-methyl ester; 3-amino-N-(a-methoxycarbonylphenethyl)-succinamic acid; APM; aspartamum; aspartyl phenylamine methylester; Canderel; E951; Equal; methyl N-L-a-aspartyl-L-phenylalaninate;NatraTaste; NutraSweet; Pal Sweet; Pal Sweet Diet; Sanecta;SC-18862; Tri-Sweet.
SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur -b. pH 4.5–6.0c. Koefisien partisi -d. Stabilitas Paling stabil pada suasana asam lemah pada
suhu 25ºC, namun tidak stabil terhadap panas.
e. Kelarutan Aspartam mudah terlarut dalam air dan sedikit terlarut dalam alkohol dan tidak larut lemak atau minyak.
6. Magnesium stearat
IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul
b. Rumus molekul [CH3(CH2)16COO]2Mgc. Bobot molekul 591.24
d. Pemerian Serbuk yang sangat halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah khas.
e. Sinonim Dibasic magnesium stearate, magnesium distearate, magnesiistaras, magnesium saltmSynpro 90.
SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur 117-150oCb. pH -c. Koefisien partisi -d. Stabilitas -e. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
95% p, dan dalam eter, sedikit larut dalam benzene hangat dan etanol hangat
B. Produk Kompetitor dengan Zat Aktif yang sama
No NamaMerekdanpabrik BentukSediaan KekuatanSediaan Harga per Unit1. Antimab (Zenith
Pharmaceutical)Tablet 50 mg -
2. Antimo (Pharos Indonesia)
Tablet 50 mg Rp 5.000,- per strip (10
Tablet @ Rp 500.-)
3. Contramo (Erlimpex) Tablet 50 mg -4. Dramamine (Soho) Tablet 50 mg 50 mg x 10 x
10 RP 130.661.-
5. Dramasina (Soho / Searle Indonesia)
Tablet 50 mg 50 mg x 10 x 10 Rp
160.000,-
C. Sediaan Obat yang dirancang
1) Bentuk sediaan : Tablet Sublingual
2) Alasan pemilihan bentuk sediaan : Tablet dimenhidrinat dimodifikasi menjadi
tablet sublingual dimenhidrinat dengan alasan untuk menghindari first pass
metabolism sehingga ketersediaan hayatinya lebih banyak di dalam darah,
untuk mempercepat onset, dan tablet sublingual lebih cocok digunakan pada
pasien (pediatrik, geriatik, dan psikiatrik) yang susah menelan.
3) Kekuatan sediaan : 50 mg
4) Rencana nama merek : Drini Tablet Sublingual
5) Desain kemasan (gambar) : Lampiran
D. Formulasi Acuan Sediaan Tablet Dimenhidrinat
Nama Bahan Jumlah (mg)Dimenhidrinat 50Avicel PH101 50Laktosa 125Natrium croscarmelosa 2,29Furned silicon dioksida 1Asam stearat 0,50Magnesium stearat 0,50Total 230
E. Formula Modifikasi Tablet Sublingual Dimenhidrinat
Nama Bahan Jumlah (mg) FungsiDimenhidrinat 50 Zat aktifManitol 80 PengisiKrospovidon 3 Disintegran Primojel 6 Disintegran Amilum 4 PengikatAspartam 2 Pemanis Magnesium stearat 3 Lubrikan Talkum 2 Glidan Rasa (Strawberry) Secukupnya Perasa Total 150
F. Alat
1. Timbangan
2. Mesin kempa
3. Ayakan no. Mesh 60
4. Mixer
5. Wadah stainles
6. Jangka sorong
7. Alat hardness tester
8. Alat friabilator
9. Alat disintegrasi
10. Gelas beaker
11. Batang pengaduk
12. Spatula
13. Vakum
G. Perhitungan dan Penimbangan
Pada skala lab dibuat 300 tablet. Berikut merupakan perhitungan untuk penimbangan
pembuatan tablet pada skala lab :
Dimenhidrinat : 50 mg x 300 = 15000 mg
Manitol : 80 mg x 300 = 24000 mg
Krospovidon : 3 mg x 300 = 900 mg
Primojel : 6 mg x 300 = 1800 mg
Amilum : 4 mg x 300 = 1200 mg
Aspartam : 2 mg x 300 = 600 mg
Magnesium Stearat : 3 mg x 300 = 900 mg
Talkum : 2 mg x 300 = 600 mg
Rasa (Strawberry) : Secukupnya
H. Cara kerja
Semua bahan diayak menggunakan no mesh 60, ditimbang dan dicampur secara berurutan, setelah bercampur dikompresi menjadi tablet 150 mg dengan pengaturan diameter tablet 4 mm dan putaran rotary sebesar 12 station.
I. Skala pilot
Skala pilot merupakan pengembangan produk skala menengah menggunakan peralatan yang sesuai dengan jenis peralatan produksi; biasanya sampai ~ 20% skala produksi. Stabilitas dari zat obat atau produk obat merupakan syarat utama obat dapat diproduksi pada skala pilot menggunakan prosedur yang sesuai dan sebagai simulasi untuk skala produksi penuh. Dalam kasus bentuk sediaan oral padat, minimal sepersepuluh dari skala produksi penuh atau 100.000 unit (misalnya tablet atau kapsul) (ICH, 2003).
J. Skala produksi
Skala produksi merupakan produk zat obat atau obat diproduksi di skala produksi dengan menggunakan peralatan produksi di fasilitas produksi seperti yang ditentukan (ICH, 2003).
K. Pengemasan
Kemasan didefinisikan sebagai kumpulan komponen yang berbeda yang mengelilingi produk
farmasi dari waktu produksi hingga penggunaannya (M, Jnanadeva Bhat, 2010). Pengepakan dan
penutupan obat tidak boleh menggunakan bahan yang reaktif, adiktif, atau yang dapat terabsorbsi
untuk menjamin keselamatan, identitas, efisiensi, kualitas, dan kemurnian obat berdasarkan
persyaratan resmi. Sistem penyegelan harus dapat melindungi obat terhadap kondisi eksternal yang
merugikan, membahayakan, atau mencemari produk selama penyimpanan dan penggunaan.
Pentingnya pengemasan, yaitu (Pilchik, Ron, 2000) :
1. Melindungi terhadap semua pengaruh eksternal yang dapat merugikan dan dapat merubah
sifat dari produk.
2. Melindungi terhadap kontaminasi biologis.
3. Melindungi terhadap kerusakan fisik.
4. Memberi informasi yang benar dan identifikasi produk.
5. Mencegah pemalsuan, dan resistensi pada anak kecil.
Fungsi pengemasan adalah sebagai berikut (Julianti dan Mimi, 2006) :
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen.
2. Melindungi dan mengawetkan produk.
3. Sebagai identitas produk.
4. Meningkatkan efisiensi, dalam hal penghitungan, pengiriman dan penyimpanan.
5. Menambah daya tarik.
6. Sarana informasi dan iklan.
7. Memberi kenyamanan bagi pemakai.
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (Julianti dan Mimi, 2006) :
1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus produk.
Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi, yaitu :
a. Strip packaging, biasanya digunakan untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet, dan
lain-lain) yang digunakan secara per oral. Strip terdiri dari beberapa jenis tergantung
bahan penyusun dari strip. Diantaranya ada PLM (polycellonium), PLO (Polycello)
dan PLN (Polynium).
b. Blister pack
c. Pengemasan bulk produk, menggunakan multiwallpaper bag yang biasanya
digunakan untuk bubuk.
d. Pengemasan botol, bahan yang palig baik adalah kaca tipe NP. Biasanya digunakan
untuk produk topikal atau oral.
e. Kaleng
2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok
kemasan lain.
3. Kemasan tersier, yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau
tersier, sebagai pelindung selama pengangkutan.
Produk obat dimenhidrinat yang diproduksi dikemas dalam blister pack. Pemilihan tersebut
didasarkan dari beberapa aspek. Terdapat 5 aspek yang menjadikan kemasan blister lebih baik
dibandingkan kemasan konvensional lain, yaitu (Pilchik, Ron, 2000):
1. Integritas produk
Blister membantu mempertahankan integritas produk karena obat-obatan yang dikemas dalam
blister terlindung dari kondisi yang merugikan. Selain itu, kesempatan untuk kontaminasi
produk yang minimal, dan pada setiap dosis tercantum nama produk, dan tanggal kadaluarsa.
Oleh karena itu, kemasan blister memastikan integritas produk dari produsen secara langsung
melalui distribusi ke konsumen.
2. Perlindungan terhadap produk
Kemasan blister lebih baik dalam melindungi daripada botol. Sebagai contoh, apabila
konsumen membuka botol obat, ada kemungkinan ketika botol tidak ditutup dengan baik atau
rapat maka sebagian obat yang belum terpakai dapat terkontaminasi dengan lingkungan
sekitar dan mempengaruhi kualitas obat. Sedangkan apabila menggunakan blister, obat yang
belum dipakai tetap terjaga kualitasnya.
3. Kerusakan terlihat jelas
4. Penurunan kemungkinan kesalahan dalam penggunaan
5. Kepatuhan pasien
Kemasan blister terdiri dari 4 komponen dasar yaitu formingfilm, the lidding material, the
heat-seal coating, dan the printing ink.
1. Forming film, bahan yang dapat digunakan adalah PVC, PVDC,
PVC/chlorotrifluoroethylene (CTFE), Polystyrene (PS), Oriented polyamide
(OPA)/aluminum/PVC atau nylon/aluminum/PVC, CTFE homopolymer, dan
Paper/PET/aluminum tergantung dari bahan yang akan diblister. Bahan yang biasa
digunakan adalah PVC atau PVDC. Untuk kemasan blister obat dimenhidrinat yang
dibuat, dipilih PVC karena memiliki sifat thermoformability yang baik; kelenturan
yang tinggi; ketahanan kimia yang baik; permeabilitas rendah terhadao minyak,
lemak; dan harga yang rendah. Sifat-sifat tersebut membuat PVC digunakan sebagai
mayoritas pilihan untuk kemasan blister. PVC film yang dibentuk memiliki ketebalan
sekitar 10 mil (Pilchik, Ron, 2000). Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk
dengan dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu
dibentuk sesuai dengan cetakannya. Proses forming sendiri prinsipnya adalah dengan
memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler sehingga
plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa kembali
ke bentuk semula karena ada proses pendinginan (Anandita, 2012).
2. Lidding material, ketebalan yang biasa digunakan adalah 0,46-0,61mm. Lidding
material harus menjamin laju transmisi uap air (water-vapor transmission rate/
WVTR) yang paling rendah. Bahan yang bisa digunakan adalah hard alumunium, soft
alumunium, alumunium/paper, dan paper/PET/aluminum laminate. Lidding material
yang digunakan dalam kemasan dimenhidrinat yang akan diproduksi adalah hard
alumunium dengan ketebalan 0,8 mil (Pilchik, Ron, 2000).
3. Heat-seal coatings, pada kemasan blister heat-seal coatings atau segel merupakan
komponen yang paling penting. Penampilan dan integritas fisik kemasan tergantung
pada kualitas heat-seal coatings/ segel. Heat-seal coatings mengikat plastik blister
dan lidding material. Heat-seal coatings yang baik harus memiliki permukaan yang
halus, jernih, tahan terhadap abrasi dan panas, dan harus dapat mensegel dengan baik
(Pilchik, Ron, 2000).
4. Printing Inks/ tinta, sebagai penunjang penampilan dan memberi informasi yang
biasanya dibuat di atas lidding material. Tinta harus tahan terhadap pemanasan
hingga suhu 300oC tanpa luntur. Tinta tidak boleh mengandung lubrikan hidrokarbon,
minyak ataupun release agents dalam jumlah berlebih (Pilchik, Ron, 2000).
Mesin kemasan blister terdiri dari beberapa komponen, yaitu (Pilchik, Ron, 2000) :
1. Unwinding station, bagian ini memasok forming film dan lidding material.
2. Heating station, bagian ini akan menaikkan suhu plastik forming film hingga pada
level yang sesuai. Untuk forming film yang mengandung PVC, bahan dipanaskan
pada suhu 120 – 140oC.
3. Forming station, bagian ini membentuk rongga blister untuk tempat obat.
4. Cooling station, untuk bahan PVC tidak melalui proses pendinginan.
5. Feeding machine, pada bagian ini obat dimasukkan pada blister.
6. Sealing station, pada bagian ini dilakukan proses penyegelan antara forming film
dengan lidding material. Suhu yang digunakan dalam proses ini adalah antara 140 –
340oC.
7. Cooling station
8. Labeling through packaging, pada bagian ini kemasan diberi label, tanda, maupun
nomor batch.
Kemasan harus diuji kemasan fisik dan stabilitasnya. Parameter – parameter yang penting yang perlu
diperhatikan adalah (M, Jnanadeva Bhat, 2010) :
1. Pelepasan zat kimia dari komponen bahan kemasan.
2. Adsorpsi atau penyerapan obat oleh komponen bahan kemasan.
3. Reaksi kimia antara produk farmasi dan nbahan kemasan.
4. Pengaruh proses manufaktur pada wadah.
Bagian QC juga harus melakukan uji pada kemasan yang secara rutin dilakukan, meliputi (M,
Jnanadeva Bhat, 2010) :
1. Jenis bahan yang digunakan.
2. Inspeksi visual.
3. Uji identifikasi.
4. Uji dimensional.
5. Uji fisik.
6. Uji kimiawi.
7. Uji mikrobiologis.
8. Uji integritas kemasan blister, dapat dilakukan dengan bubble test.
L. Registrasi obat
a) Nama Obat : Nama generik dan nama dagang
- Nama generic sesuai dengan Farmakope Indonesia atau International Non-
proprietary Names (INN) yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)
- Nama dagang, berupa nama yang diberikan oleh Pendaftar untuk identitas
obatnya. Pemberian nama dagang berdasarkan kajian mandiri dan menjadi
tanggung jawab Pendaftar.
- Kajian Mandiri ketentuannya sebagai berikut:
Nama dagang harus objektif dan tidak menyesatkan, satu nama dagang hanya
dapat digunakan oleh satu industri farmasi pemilik izin edar, nama dagang yang
berbeda dapat digunakan untuk obat yang diproduksi atas dasar lisensi, nama
dagang tidak boleh menggunakan seluruhnya, nama dagang tidak boleh sama atau
sangat mirip dalam hal bunyi yang tercantum dalam data nama obat.
b) Registrasi
- Registrasi obat dilakukan oleh Pendaftar dengan menyerahkan dokumen
registrasi.
- Obat yang diregistrasi dapat berupa : obat produksi Dalam Negeri atau Obat
Impor
- Obat Produksi Dalam Negeri antara lain: Produksi sendiri, produksi berdasarkan
lisensi dan produksi berdasarkan kontrak
c) Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri
Dilakukan oleh Pendaftar yang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi
d) Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Lisensi
- Dilakukan oleh penerima lisensi sebagai Pendaftar
- Memiliki dokumen perjanjian lisensi
- Dokumen perjanjian lisensi memuat masa berlaku lisensi dan obat yang akan
diregistrasi
- Pemberian lisensi berupa : industri farmasi di Luar negeri atau badan riset pemilik
formula di dalam atau luar negeri
- Memiliki bukti status sebagai indutri farmasi atau badan riset
- Pemilik izin edar adalah indutri farmasi pendaftar.
e) Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Kontrak
- Dilakukan oleh pemberi kontrak sebagai Pendaftar
- Pendaftar harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : memiliki izin industry
farmasi, memiliki paling sedikit 1 fasilitas produksi sediaan yang telah memenuhi
persyaratan CPOB dan memiliki dokumen perjanjian kontrak.
- Pembuatan dapat berupa : seluruh tahapan pembuatan atau sebagian tahapan
pembuatan
- Formula dapat berupa : formula dari pemberi kontrak atau penerima kontrak
- Penerima kontrak tidak dapat mengalihkan pembuatan obat yang dikontrakkan
kepada Industri Farmasi pihak ketiga.
Tata laksana registrasi obat:
Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi; pemohon pra registrasi diajukan
oleh pendaftar secara tertulis kepada kepala badan dilampiri dengan dokumen pra-registrasi
atau dokumen registrasi; dokumen regitrasi disusun sesuai format ASEAN common technical
dossier (ACTD); permohonan diajukan dengan mengisi formulir sesuai contoh, tahapan pra-
registrasi dan registrasi dikenai biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; pemohon pra registrasi dan registrasi dapat
diajukan secara elektronik.
Permohonan diajukan dengan mengisi formulir sebagai berikut :
Permohonan pre-registrasi dan registrasi dapat diajukan secara elektronik. Petunjuk
pengisian formulir registrasi terdiri dari :
A. Uraian Obat
1. Kategori Registrasi
Diisi sesuai kategori registrasi obat yang diajukan atau sesuai yang tercantum
pada HPR.
2. Jenis Obat
diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan sesuai jenis obat yang
didaftarkan, yaotu Obat baru, Obat copy atau produk biologi.
3. Jenis produk
Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan jenis produk, yaitu :
a. Produk Tunggal, jika produk hanya terdiri dari obat saja
b. Produk kombinasi, jika produk terdiri dari obat dan pelarut atau alat bantu
penggunaan obat (misalnya syringe, aerosol, spray)
4. Golongan Obat
Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan obat sesuai golongan obat,
yaitu Obat keras, Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Narkotika atau Psikotropika.
5. Nama Obat
Diisi dengan nama obat yang didaftarkan
6. Bentuk sediaan, kekuatan dan satuan ukuran
Bentuk sediaan dicantumkan terperinci dilengkapi dengan kekuatan sediaan dan
satuan ukuran. Contoh : tablet salut gula 5mg.
7. Kelas Terapi dan Kode ATC
Diisi sesuai WHO Anatomical Therapeutic Chemical Code yang diterbitkan oleh
WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology
(www.whocc.no/atc_ddd_index/)
8. Kemasan (Jenis dan Deskripsi)
Pada kolom pertama dicantumkan jenis kemasan, missal : blister, ampul, vial,
botol, dll.
Pada kolom kedua dicantumkan deskripsi dan komposisi kemasan primer secara
spesifik, termasuk jenis bahan, warna, ukuran.
9. Besar kemasan
Dicantumkan jumlah system kemasan dalam kemasan sekunder dan jumlah
sediaan per system kemasan.
10. Bentuk sediaan, kekuata,, dan kemasan lain
Diiisi untuk bentuk sediaan, kekuatan, jenis kemasan, dan besar kemasan lain
yang terdaftar dan/atau yang sedang didaftarkan. Nomor izin edar terakhir
dicantumkan untuk obat yang telah terdaftar disertai dengan masa berlaku izin
edar.
B. Keterangan Lengkap Pendaftar
1. Nama Pendaftar
2. Alamat Pendaftar
3. Alamat Surat menyurat
C. Status Produksi
1. Status produksi
2. Obat diajukan hanya untuk ekspor
3. Nama pemberi lisensi
4. Alamat pemberi lisensi
5. Produsen
D. Formula
1. Zat aktif
2. Zat tambahan
3. Pelarut
Dokumen registrasi terdiri atas:
a. Bagian I: dokumen administratif, informasi produk dan penandaan.
Bagian II: dookumen mutu
Bagian III: dokumen non klinik
Bagian IV: dokumen klinik
b. Dokumen pra registrasi dan registrasi harus menggunakan bahasa indonesia atau bahasa
inggris.
c. Tata cara penyususnan dokumen registrasi haruus sesuai dengan contoh yang
dicontohkan oleh BPOM.
d. Dokumen registrasi merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan hanya untuk
keperluan evaluasi oleh berwenang.
Registrasi obat harus bisa dipertanggungjawabkan oleh pendaftar, oleh karena itu
pendaftar bertanggungjawab atas: kelengkapan dokumen yang diserahkan; kebenaran dan
keabsahan informasi yang tercantum dalam dokumen registrasi dan perubahan data dan
informasi produk yang sedang dalam proses registrasi atau sudah memiliki izin edar.
Tanggung jawab pendaftar harus dinyatakan secara tertulis dalam surat pernyataan. Setiap
perubahan data atau informasi produk harus mendapatkan persetujuan kepala badan.
Proses pengembangan obat baru : Obat yang dibuat melalui tahapan uji klinik di
indonesia, sebelum diregistrasi harus melalui penilaian proses obat pengembangan baru,
penilain proses pengembangan obat baru diatur tersendiri oleh kepala badan (BPOM,2012).
Registrasi Variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang telah
memiliki obat edar dari Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi,
metode, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat, bahan baku, wadah, kemasan, dan
penandaan. Registrasi Minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B) adalah registrasi
variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor dengan notifikasi maupun major.
Dokumen Administratif Registrasi Variasi, antara lain:
a. Surat pengantar
b. Formulir Registrasi
c. Pernyataan pendaftar
d. Sertifikat dan dokumen administrative (sesuai dengan status produksi: obat produksi
dalam negeri, kontrak, lisensi, eksport, import)
e. Hasil pra regitrasi (jika dipersyaratkan)
f. Kuitansi atau bukti pembayaran
g. Dokumen lain-lain
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses validasi, metode analisis, dan
kualifikasi dalam proses produksi tablet.
1. Proses Validasi
a. Validasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis adalah proses untuk membuktikan bahwa semua metode
analisa yang digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu sudah sesuai dan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus)(Nash
RA,2005). Tujuan validasi metode analisis adalah untuk mengetahui bahwa metode
analisis sesuai tujuan penggunaannya (BPOM, 2012).
Kriteria yang diuji dalam validasi metode analisis Menurut ICH (International
Conference of Harmonization), antara lain (ICH,2015) :
1. Presisi
2. Akurasi
3. Batas deteksi (LOD)
4. Batas kuantitasi (LOQ)
5. Spesifisitas
6. Linieritas
7. Rentang
8. Robustness
9. Kesesuaian sistem
Kategori dalam melakukan validasi metode analisis yaitu :
Kategori I
Metode analisis untuk penetapan kadar komponen utama dalam bahan baku obat
atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam produk farmasi.
1) Kategori II
Metode analisis untuk penetapan cemaran dalam bahan baku obat atau hasil degradasi
dalam produk farmasi. Metode ini terdiri dari penetapan kuantitatif dan uji batas.
2) Kategori III
Metode analisis untuk penetapan karakteristik sediaan (disolusi, pelepasan obat, dll).
3) Kategori IV
Metode analisis untuk identifikasi(Nash RA,2005).
b. Validasi Proses
Validasi proses manufaktur bertujuan untuk:
1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur manufaktur yang berlaku
dan digunakan dalam proses manufaktur rutin (batch processing record), senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan secara terus – menerus,
2) Mengidentifikasi dan mengurangi problem (masalah) yang terjadi selama proses
manufaktur dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang,
3) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses manufaktur
Tahap-tahap validasi proses manufaktur:
1) Desain atau prekualifikasi proses manufaktur
Dalam tahap ini dilakukan penentuan parameter dari setiap proses manufaktur,
menentukan parameter yang kritis, dan melakukan studi terhadap validasi proses yang
mendukung. Proses prekualifikasi meliputi evaluasi parameter-parameter proses dan
range dari parameter-parameter tersebut.
2) Kualifikasi proses manufaktur
Kualifikasi proses manufaktur dilakukan berdasarkan protokol prospektif dan
berdasarkan hasil dari tahap validasi proses pertama.
3) Verifikasi proses manufaktur
Tahap ini merupakan penilaian terhadap proses yang telah berjalan. Parameter-
parameter kritis dimonitor secara rutin. Seluruh perubahan yang telah dilakukan
terhadap prosedur manufaktur dinilai pengaruhnya terhadap proses yang sudah
divalidasi, dan dilakukan revalidasi bila perlu (Surbi G,2012).
c. Validasi Personalia
1) Kerjasama yang erat antara personil utama dengan personil yang terlibat dengan
sistem komputer adalah esensial.
2) Personil penanggung jawab harusdiberikan pelatihan yang memadai untuk mengelola
dan menggunakan sistem yang dipakai dalam lingkup tanggung jawabnya dan
dipastikan mempunyai keahlian untuk menanganiaspek desain, validasi, instalasi dan
pengoperasian sistem komputerisasi (BPOM, 2012).
d. Validasi Prosedur Pembersihan
Tujuan validasi pembersihan adalah
1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan
sudah tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang
2) Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif karena efek
pembersihan
3) Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur
pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan, cara pembersihan
menghasilkan tingkat kebersihan yang sudah ditetapkan.
Validasi pembersihan :
1) Validasi pembersihan dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.
Penentuanbatas kandungan residu suatuproduk, bahan pembersih danpencemaran
mikroba, secararasional didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan.
Batas tersebut sebaiknya dapat dicapai dan diverifikasi.
2) Metodeanalisis yang digunakan tervalidasi yang memilikikepekaan untuk mendeteksi
residuatau cemaran. Batas deteksi masingmasing metode analisis cukup peka untuk
mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima.
3) Validasi prosedurpembersihan dilakukan hanya untukpermukaan alat yang
bersentuhanlangsung dengan produk. Validasi harus mempertimbangkan juga untuk
bagian alat yang tidak bersentuhanlangsung dengan produk. Interval waktu antara
penggunaan alat dan pembersihan divalidasidemikian juga antara pembersihan dan
penggunaan kembali serta menentukan metode dan interval pembersihan.
4) Prosedur pembersihan untuk produkdan proses yang serupa, dapatdipertimbangkan untuk
memilih suaturentang yang mewakili produk danproses yang serupa. Satu studivalidasi
dapat dilakukanmenggunakan pendekatan kondisiterburuk (worst case)
denganmemerhatikan isu kritis.
5) Validasi prosedur pembersihandilakukan dengan melaksanakanprosedur tiga kali
berurutandengan hasil yang memenuhi syaratuntuk membuktikan bahwa metodetersebut
telah tervalidasi.
6) ”Uji sampai bersih” (test until clean)bukan merupakan satu-satunyapilihan untuk
melakukan validasipembersihan
7) Dalam keadaan tertentu produk yangmempunyai sifat fisika-kimiawi yangsama dapat
digunakan untuksimulasi menggantikan suatu produk,dengan syarat bahan
penggantitidak beracun atau berbahaya (BPOM, 2012).
e. Validasi Proses Pengemasan
Tujuan validasi proses pengemasan :
1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pengemasan yang berlaku
dan digunakan dalam proses pengemasan rutin senantiasa mencapai persyaratan yang
ditentukan.
2) Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten serta mengikuti
prosedur pengemasan yang telah ditentukan.
3) Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa campur baur antar produk
maupun batch(Mirza T, 2009).
2. Metode Analisis
1) Uji keseragaman bobot
Dilakukan dengan cara mengambil tablet yang telah dikempa secara acak
sebanyak 20 tablet. Kemudian masing-masing tablet ditimbang dan ditentukan berat
rata-ratanya(mba egie). Tidak boleh ada lebih dari 2 obat yang bobotnya menyimpang
dari 5% bobot rata-rata dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
10% bobot rata-ratanya (Anonim, 1979).
2) Uji kerapuhan
Dilakukan dengan cara mengambil tablet secara acak sebanyak 20 tablet.
Kemudian seluruh tablet divakum terlebih dahulu dan ditimbang. Lalu dimasukkan ke
dalam alat freabilator dengan kecepatan 25 rpm selama 100 kali putaran. Setelah itu
seluruh tablet divakum dan ditimbang lagi. Dicatat bobot tablet.
% Kerapuhan =Berat awal tablet−Berat akhir tablet
Berat awal tabletx100 %❑
❑
3) Uji kekerasan
Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 10 tablet secara acak. Satu per
satu tablet diletakkan pada alat kekerasan. Dicatat hasil yang muncul pada alat
kekerasan.
4) Uji waktu hancur
Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 6 tabletdan dimasukkan ke dalam alat penghancur. Dicatat waktu hancur masing-masing tablet.
5) Uji ketebalan tablet
Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 10 tablet secara acak. Dihitung
ketebalan masing-masing tablet menggunakan jangka sorong digital.
6) Uji kandungan obat
Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 20 tablet, setlah itu ditimbang
lalu digerus. Kemudian ditimbang jumlah serbuk yang setara dengan 150 mg
dimenhidrinat. Serbuk dilarutkan pada larutan pH 7,4 sebanyak 100 mL, disaring dan
diencerkan, setelah itu dianalisis menggunakan Spektrofotmeri-UV Visibel pada
panjang gelombang 278 nm.
3. Proses Kualifikasi
1) Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.Desain harus memenuhi ketentuan
CPOB dan didokumentasikan.
2) Kualifikasi Instalasi (KI)
Kualifikasi Instalasi (KI) dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan
baru atau yang dimodifikasi.KI mencakup hal berikut : a) instalasi peralatan, pipa dan
sarana penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang
didesain; b) pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan
peralatan dari pemasok; c) ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan d) verifikasi
bahan konstruksi.
3) Kualifikasi Operasional (KO)
KO dilakukan setelah KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO
sebaiknya mencakup hal berikut : a) pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan; dan b) pengujian yang meliputi satu
atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering
dikenal sebagai kondisi terburuk (worst case).
Penyelesaian formal KO mencakup kalibrasi, prosedur pengoperasian dan
pembersihan, pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif. Penyelesaian KO
fasilitas, sistem dan peralatan dilengkapi dengan persetujuan tertulis.
4) Kualifikasi Kinerja (KK)
KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.KK
mencakup pada hal berikut: a) pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan
pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan; b) uji yang
meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan
bawah.Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam beberapa kasus
pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO.
5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah operasional
Pada proses kualifikasi ini harus tersedia bukti untuk mendukung dan
memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat.
Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta
prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui uji stablitas berdasarkan ICH.
1. Uji stabilitas berdasarkan frekuensinya :
1) Jangka panjang (Long-term)
Uji ini dilakukan minimal 12 bulan. Pengujian untuk tahun pertama normalnya
3 bulan sekali, untuk tahun kedua tiap 6 bulan sekali, dan untuk tahun-tahun
berikutnya tiap 6 bulan dilakukan uji stabilitas.
2) Penyimpanan dipercepat (Accelerated)
Uji ini dilakukan minimal pada 3 (tiga) titik, termasuk diawal dan diakhir uji
(Misal, pada bulan ke- 0, 3, dan 6). Lama pengujian yang direkomendasikan
adalah 6 bulan.
3) Jangka menengah (Intermediate)
Uji ini dilakukan minimal pada 4 titik, termasuk diawal dan diakhir uji (Misal,
pada bulan ke- 0, 6, 9, dan 12). Lama pengujian yang direkomendasikan adalah 12
bulan. Uji ini biasanya dilakukan apabila pada “Penyimpanan dipercepat” terjadi
perubahan yang signifikan.
2. Uji stabilitas berdasarkan kondisi penyimpanannya :
1. Suhu KamarJangka panjang (Long-term)
25oC ± 2 oC30 oC ± 2 oCJika menggunakan suhu 30 oC ± 2 oC tidak ada uji jangka menengah.
Jangka menengah (Intermediate)
30 oC ± 2 oC
Dipercepat (Accelerated)
40 oC ± 2 oC
2. Dalam kulkasJangka panjang (Long-term)
5 oC ± 3oC
Dipercepat (Accelerated)
25 oC ± 2 oC
3. Dalam freezerJangka panjang (Long-term)
-20 oC ± 5 oC
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses izin edar.
Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk
memperoleh Izin Edar. Izin Edar diberikan oleh Menteri. Menteri melimpahkan pemberian
Izin Edar kepada Kepala Badan. Dikecualikan untuk: obat penggunaan khusus atas
permintaan dokter, obat donasi, obat untuk uji klinik, obat sampel untuk registrasi.
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 Tentang
Registrasi Obat.
b. Keputusan Badan POM No.HK.00.05.3.1950 tahun 2003 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat.
2. Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui
percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan;
b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan
Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan
yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih;
c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman;
Selain kriteria, juga harus memenuhikriteria lain sebagai berikut :
a. Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan kemanfaatan
dankeamanan dibandingkan dengan obat standar dan obat yang telah disetujuiberedar
di Indonesia untuk indikasi yang diklim;
b. Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan obat program lainnya yangakan
ditentukan kemudian, harus dilakukan uji klinik di Indonesia;
c. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan terjangkauditetapkan tersendiri
oleh Kepala Badan.
3. Obat jadi yang dapat didaftarkan untuk diedarkan adalah obat jadi hasil produksi industri
farmasi dalam negeri yang telah memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan.
4. Permohonan Pendaftaran
Permohonan pendaftaran obat jadi dalam negeri diajukan oleh industri farmasi
yang memiliki izin industri farmasi dari Menteri dan telah memenuhi persyaratan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB.
5. Tata cara memperoleh izin edar
a. Registrasi diajukan kepada Kepala Badan.
b. Kriteria dan tata Iaksana registrasi ditetapkan oleh Kepala Badan.
c. Dokumen registrasi merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan hanya
untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang.
Terhadap registrasi dikenakan biaya. Ketentuan tentang biaya ditetapkan
sesuaiperaturan perundang-undangan;Terhadap dokumen registrasi yang telah memenuhi
ketentuan dilakukan evaluasi sesuai kriteria.
Untuk melakukan evaluasi dibentuk:
a. Komite Nasional Penilai Obat
b. Panitia Penilai Khasiat-Keamanan
c. Panitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan Obat
6. Pemberian Izin Edar, Pelaksanaan Izin Edar dan Evaluasi Kembali
Kepala Badan memberikan persetujuan atau penolakan izin edar berdasarkan
rekomendasi yang diberikan oleh Komite Nasional Penilai Obat, Panitia Penilai Khasiat–
Keamanandan Panitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan
Obat;Kepala Badan melaporkan Izin Edar kepada Menteri satu tahun sekali;Jika registrasi
obat ditolak, tidak dapat ditarik kembali.Izin edar berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi ketentuan yang berlaku.Pendaftar yang telah mendapat izin edar wajib
memproduksi atau mengimpor dan mengedarkan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun
setelah tanggal persetujuan dikeluarkan. Pelaksanaan ketentuan dilaporkan kepada Kepala
Badan.
Terhadap obat yang telah diberikan izin edar dapat dilakukan evaluasi
kembali.Evaluasi kembali obat yang sudah beredar dilakukan terhadap obat dengan risiko
efek samping lebih besar dibandingkan dengan efektifitasnya yang terungkap sesudah
obat dipasarkan, obat dengan efektifitas tidak lebih baik dari plasebo, obat yang tidak
memenuhi persyaratan ketersediaan hayati/bioekivalensi.Terhadap obat yang dilakukan
evaluasi kembali, industri farmasi/pendaftar wajib menarik obat tersebut dari peredaran.
Evaluasi kembali juga dilakukan untuk perbaikan komposisi dan formula obat (Menkes
RI, 2008) (BPOM, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN