MAKALAH
PEMERIKSAAN FISIK
TUGAS KDPK
Disusun oleh:
Eli Sandra
D3-Kebidanan ( sem 1 )
1321049
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “(PEMERIKSAAN FISIK)” ini dapat
terselesaikan.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KETRAMPILAN DASAR
PRAKTIK KLINIK. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Blitar, 11 Desember 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................4
1.2 TUJUAN MAKALAH...............................................................................4
1.3 RUMUSAN MASALAH ...........................................................................4
BAB II..............................................................................................................5
DASAR TEORI................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................7
2.1 PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK .................................................7
2.2 MANFAAT PEMERIKSAAN FISIK ......................................................8
2.3 TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK............................................................8
2.4 PEMERIKSAAN TANDA VITAL...........................................................8
2.5 PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE.................................................9
BAB IV PENUTUP.......................................................................................21
KESIMPULAN..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini banyak ilmu pengetahuan tentang kesehatan yang semakin berkembang baik dalam
praktik-praktik kesehatan maupun ilmu-ilmu yang semakin baru. Jika kita sebagai bidan tidak mampu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang dengan pesat ini, maka dapat
dipastikan akan mengalami kesulitan dalam bersaing dengan bidan-bidan lain di zaman ini. Apalagi
sebentar lagi akan kita hadapi bersama persaingan global. Karena hal tersebut, kami berusaha
menyusun makalah tentang pemeriksaan fisik ini dengan harapan dapat mengambil pelajaran yang
kami sajikan demikian rupa ini. Mengingat pemeriksaan fisik ini cukup penting maka perlu didalami
dan dipahami dengan sebaik mungkin.
1.2 TUJUAN MAKALAH
Makalah ini disusun dengah harapan pembaca dapat mengambil ilmu yang kami sajikan,
sehingga suatu saat nanti bisa melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.Kami berharap kita semua dapat mempunyai gambaran yang lebih jelas lagi tentang
pemeriksaan fisik dan dapat mengetahui organ-organ mana saja yang termasuk dalam pemeriksaan
fisik.Kami berharap dapat melakukan pemeriksaan fisik dengan benar dan tidak merugikan klien saat
melakukan praktiknya nanti.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pemeriksaan fisik?
2. Apa mamfaat pemeriksaan fisik ?
3. Teknik apa saja yang digunakan dalam pemeriksaan fisik?
4. Apa saja pemeriksaan tanda vital ?
5. Bagaimana cara dan tindakan pemeriksaan fisik head to toe?
4
BAB II
DASAR TEORI
Pemeriksaan fisik adalah suatu system untuk mengumpulkan data kesehatan klien yang diatur
berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki (head to toes) hal ini dilakukan
untuk meningkatkan dan memperoleh hasil pemeriksaan yang actual.
Pemeriksaan fisik ekstrimitas adalah pemeriksaan yang meliputi seluruh bagian tubuh yang
bertujuan mengetahui struktur dan kesemetrisan ekstrimitas, ron sendi tonus dan kekuatan
otot,keadaan pembuluh darah (supplay oksigen) dan reflex tendon.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah suatu system untuk mengumpulkan data kesehatan klien yang diatur
berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki (head to toes) hal ini dilakukan
untuk meningkatkan dan memperoleh hasil pemeriksaan yang actual.
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien
dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)
5
2.2 MANFAAT PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
• Sebagai data untuk membantu bidan dalam menegakkan diagnose kebidanan.
• Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
• Sebagai dasar untuk memilih intervensi kebidanan yang tepat.
• Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan.
2.3 TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan
umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi
local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus
seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal
dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan
pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Palpasi
adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010).
6
Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
• Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
• Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
• Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
• Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan
bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010). Adapun
suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
• Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
• Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
• Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah
hepar.
• Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asthma kronik.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Auskultasi Adalah pemeriksaan
fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,
suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
7
• Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
• Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri
khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
• Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
Misalnya pada bronchitis akut, asma.
• Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
2.4 PEMERIKSAAN TANDA VITAL
A. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan
jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Kondisi
hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 – 20 kali per menit setiap peningkatan suhu
1 derajat celcius.
Penilaian denyut nadi yang lain adalah takikardia sinus yang ditandai dengan variasi 10 – 15
denyutan dari menit ke menit dan takikardia supraventrikuler paroksimal ditandai dengan nadi sulit
dihitung karena terlalu cepat (lebih dari 200 kali per menit).Bradikardia merupakan frekuensi denyut
jantung lebih lambat dari normal. Pemeriksaaan nadi yang lain adalah iramanya, normal atau tidak.
Disritmia (aritmia) sinus adalah ketidakteraturan nadi, denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan
lambat saat ekspirasi.
B. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Dalam
prosesnya perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ;
1. Tolakan Perifer. Merupakan sistem peredaran darah yang memiliki sistem tekanan tertinggi
(arteria) dan sistem tekanan terendah (pembuluh kapiler dan vena), diantara keduanya
terdapat arteriola dan pembuluh otot yang sangat halus.
2. Gerakan memompa oleh jantung. Semakin banyak darah yang dipompa ke dalam arteria
menyebabkan arteria akan lebih menggelembung dan mengakibatkan bertambahnya tekanan
darah. Begutu juga sebaliknya.
3. Volume darah. Bertambahnya darah menyebabkan besarnya tekanan pada arteria.
8
C. Pemeriksaan Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan
D. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh
menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur
dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
2.5 PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bidan harus melakukan kontrak dengan pasien, yang
didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di perlukan dan terminasi/ mengakhiri.
Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai
dari bagian tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku
2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut
3. Leher : posisi dan gerakan trachea
4. Dada :paru, jantung, payudara dan axila
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam
6. kaki: gerak reflex
Tahap-tahap pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
A. Pemeriksaan Kulit, Rambut dan Kuku:
• Kulit:
• Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
• Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
9
Tindakan:
I = Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan
distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral
dingin atau hangat.
• Rambut:
• Untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
• Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:
I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
• Kuku:
• Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
• Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena
hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-
15 detik.
B. Pemeriksaan Kepala:
• Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
• Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan:
10
I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri
itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
• Mata:
• Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata)
• Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
Tindakan:
I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva
dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor
ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi
(pada pasien sudah meninggal)
Inspeksi gerakan mata:
1. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
2. Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat)
3. Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi
4. Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap
lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
• Berdirilah didepan pasien
• Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
• Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misal:
pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
• Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau
jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak
terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
Pemeriksaan visus mata:
11
• Siapkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
• Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan
masing ada yang 6 dan 7 meter).
• Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
• Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
• Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang
terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
• Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
• Misal: hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca pada
jarak 5 m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak 2 m.
P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan
akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.
• Hidung:
• Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
• Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan:
I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
• Telinga
• Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
12
• Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Anak : Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya
serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:
1) Pemeriksaan dengan bisikan
• Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
• Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
• Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
• Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
• Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
• Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan kiri
2) Pemeriksaan dengan arloji
• Mengatur susasana tenang.
• Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
• Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
• Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
• Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
13
3) Pemeriksaan dengan garpu tala:
a. Tes Rinne
• Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
• Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
• Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
• Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm,
dengan posisi parallel dengan daun telinga.
• Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
• Mencatat hasil pemeriksaan
b. Tes Weber
• Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari
• Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
• Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas
pada satu sisi saja.
• Mencatat hasil pemeriksaan
c. Tes Swebeck
• Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
• Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
• Mulut dan Faring:
• Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
• Untuk mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
14
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan faring:
• Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
• Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
• Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati
tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan
nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai handscond,
kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah
dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada
respon nyeri pada tindakan tersebut.
C. Leher
• Untuk menentukan struktur integritas leher
• Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
• Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah
bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya
kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukan trachea simetris atau tidak.
15
D. Dada/Thorax
• Paru/Pulmonalis
• Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
• Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
• Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
• Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
• Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
• Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan
pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
• Berdiri di belakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu
jari ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu
jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
• Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula
(posisi posterior) .
• Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
• Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke
posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
• Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
• Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
• Ulangi/lakukkan pada dada anterior
16
Pe/Perkusi =
• Atur pasien dengan posisi supinasi
• Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas
paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
• Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi =
• Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
• Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian
dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
E. Jantung/Cordis
Tindakan :
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
• Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-
2 kiri letak pulmonal kiri.
• Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati adanya
pulsasi
• Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada
area ini.
• Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
• Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
• Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
• Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
17
• Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
• Menganjurkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
• Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis)
pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
F. Inspeksi dan palpasi payudara :
a) Simetris, tidak ada lesi/retraksi/lekukan, kulit utuh, warna kulit sama dengan daerah sekitarnya,
tidak ada edema.
b) Aerola: normal berbentuk bundar/oval, warna merah muda sampai cokelat.
c) Putting: keluar, tidak drainase(kecuali ibu hamil), berwarna sama dengan aerola.
d) Asimetris, terdapat lekukan/retraksi (akibat tumor), hyperpigmentasi, ada edema
e) Putting: inverse/ masuk ke dalam (karena adanya pertumbuhan tubuh di bawah kulit.
f) Terdapat lesi kinder (keras, terikat kuat, tidak nyeri, berbentuk tidak teratur)
G. Inspeksi dan palpasi aksila :
a) Tidak ada pembesaran nodus limfe/massa. Terdapat pembesaran nodus limfatik,ada massa,
terasa nyeri.
18
H. Perut/Abdomen
• Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
• Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
• Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan
pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.
I. Hepar:
• Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kira;kira pada interkosta ke 11-12
• Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
Limpa:
• Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
• Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
• Pada orang dewasa normal tidak teraba
Renalis:
• Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
• Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
19
• Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur,
ukuran, dan respon nyeri.
J. Reflex
Perkusi
Refleks patela, Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan
refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi.
20
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
kebidanan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada
kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa kebidanan , memilih intervensi yang tepat untuk proses kebidanan maupun
untuk mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22