YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: m a l a r i A

M A L A R I A

Page 2: m a l a r i A

DEFINISI MALARIA

Penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.

Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria adalah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

Page 3: m a l a r i A

E T I O L O G I

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia.

Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.

Page 4: m a l a r i A

Parasit Malaria yang terdapat di Indonesia Plasmodium malaria yang sering dijumpai adalah

plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign Malaria).

Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria).

Plasmodium malariae yang kasusnya pernah dijumpai tetapi sangat jarang.

Plasmodium ovale dijumpai di Irian Jaya, Pulau Timor, Pulau Owi (utara Irian Jaya)

Page 5: m a l a r i A

S E J A R A H M A L A R I A Malaria berasal dari bahasa Italia (mala + aria)

yang berarti “udara yang jelek/salah”. Pada tahun 1880 Charles Louis Alphonse Laveran

dapat membuktikan bahwa malaria disebabkan oleh adanya parasit di dalam sel darah merah, kemudian Ronald Ross membuktikan siklus hidup plasmodium dan transmisi penularannya pada nyamuk.

Kina merupakan obat pertama yang digunakan untuk mengobati demam (diduga oleh malaria). Baru pada tahun 1820 oleh Pelletier dan Caventou, obat untuk malaria baru dapat disintesa secara kimiawi yaitu primakuin (1924), quinacrine (1930), klorokuin (1934), amodiaquinel (1946), primakuin (1951) dan pirimetamin (1951).

Page 6: m a l a r i A

S E J A R A H M A L A R I A

Dengan meluasnya resistensi terhadap pengobatan kloroquin, sulfadoksin pirimetamin serta obat-obat lainnya, WHO dan RBM (Roll Back Malaria) telah mencanangkan perubahan pemakaian obat baru yaitu kombinasi artemisinin (Artemisinin-base Combination Therapy = ACT) untuk mengatasi masalah resistensi pengobatan dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Page 7: m a l a r i A

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA Infeksi parasit malaria pada manusia dimulai bila

nyamuk anopheles betina menggigit manusia. Nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah yang dalam waktu 45 menit akan menuju hati.

Di dalam sel parenkim hati dimulailah perkembangan aseksual.

Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk sizont hati yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah.

Page 8: m a l a r i A

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA Setelah berada dalam sirkulasi darah, merozoit

akan menyerang eritrosit dan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Kurang dari 12 jam parasit berubah menjadi bentuk ring.

Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan dalam metabolismenya membentuk pigmen yang disebut hemozoin.

Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong.

Page 9: m a l a r i A

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA Setelah 36 jam invasi ke dalam eritrosit, parasit

berubah menjadi sizont. Bila sizont pecah akan mengeluarkan 6-36 merozoit yang siap menginfeksi eritrosit yang lain.

Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina. Bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk.

Setelah perkawinan akan terbentuk zygote yang bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.

Page 10: m a l a r i A

PATOGENESIS DAN PATOLOGI Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit (EP) ini

bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada manusia.

Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu (host).

Yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit.

Yang termasuk dalam faktor penjamu (host) adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia, status nutrisi dan status imunologi.

Parasit dalam eritrosit (EP) secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam pertama dan stadium matur pada 24 jam kedua.

Page 11: m a l a r i A

PATOGENESIS DAN PATOLOGIFaktor parasit EP : Sitoadherensi

Perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan endotel vaskular.

SekuestrasiParasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular.

RosettingBerkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih eritrosit non-parasit.

Sitokin Nitrit oksida

Page 12: m a l a r i A

P A T O L O G I Selain perubahan jaringan dalam patologi malaria

yang penting adalah keadaan mikrovaskular dimana parasit malaria berada.

Beberapa organ yang terlibat antara lain otak, jantung-paru, hati-limpa, ginjal, usus dan sumsum tulang.

Pada otopsi dijumpai otak yang membengkak dengan perdarahan petikie yang multiple pada jaringan putih (white matter)

Tidak dijumpai herniasi Hampir seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh

dengan parasit. Pada jantung dan paru selain sekuetrasi, jantung

relatif normal, bila anemia tampak pucat dan dilatasi.

Page 13: m a l a r i A

P A T O L O G I Pada paru dijumpai gambaran edema paru ,

pembentukan membran hialin, adanya agregasi leukosit.

Pada ginjal tampak bengkak, tubulus mengalami iskemia, sekuetrasi pada kapiler glomerulus, poliferasi sel mesangial dan endotel.

Pada pemeriksaan imunofluorensen dijumpai deposisi imunoglobulin pada membran basal kapiler glomerulus.

Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi perdarahan karena erosi, selain sekuetrasi juga dijumpai iskemia yang menyebabkan nyeri perut.

Pada sumsum tulang dijumpai dyserythropoises, makrofag mengandung banyak pigmen dan erythrophagocytosis.

Page 14: m a l a r i A

I M U N O L O G IBentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas : Imunitas alamiah non-imunologis

Berupa kelainan-kelainan genetik polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria.

Imunitas didapat nonspesifik(nonadaptive/innate)Sporozoit yang masuk darah segera dihadapi oleh respon imun non-spesifik yang terutama dilakukan oleh makrofag dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin, secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik).

Imunitas didapat spesifiktanggapan sistem imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat spesies spesifik, strain spesifik dan stage spesifik.

Page 15: m a l a r i A

I M U N O L O G I

Imunitas terhadap stadium siklus hidup parasit (stage spesific) dibagi menjadi :

Imunitas pada stadium eksoeritrositer

Imunitas pada stadium aseksual eksoeritrositer

Imunitas pada stadium seksual

Page 16: m a l a r i A

G E J A L A K L I N I S

Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi malaria.

Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium, daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaktis dan pengobatan sebelumnya.

Page 17: m a l a r i A

MANIFESTASI UMUM MALARIA

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah :

Serangan primerKeadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan berkeringat.

Periode latentPeriode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.

Page 18: m a l a r i A

D I A G N O S I S M A L A R I A

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemik malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riwayat pengobatan kuratip maupun preventip.

Page 19: m a l a r i A

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA Pemeriksaan mikroskopik darak tepi untuk

menemukan adanya parasit malaria.

Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan.

Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.

Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :

Page 20: m a l a r i A

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA1) Tetesan Preparat Darah Tebal

Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat)

Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.

Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.

Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

Page 21: m a l a r i A

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA2) Tetesan Darah Tipis

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.

Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah.

Bila jumlah parasit >100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat.

3) Tes Antigen : P-F Test Mendeteksi antigen dari p.falciparum (Histidine

Rich Protein II)

Page 22: m a l a r i A

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA4) Tes Serelogi

Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal.

Manfaatnya terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah.

Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test 1:20 dinyatakan positif.

Metode-metode tes serologi antara lain:indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

5) Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) Keunggulannya adalah walaupun jumlah parasit

sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Baru dipakai sebagai sarana penelitian.

Page 23: m a l a r i A

KOMPLIKASI PENYAKIT MALARIA Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena

p.falciparum dan sering disebut pernicious manifestations.

Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya dan seperti pada orang pendatang dan kehamilan.

Adapun komplikasi penyakit malaria adalah :1) Malaria Selebral2) Gagal Ginjal Akut (GGA)3) Kelainan Hati (Malaria Biliosa)4) Hipoglikemia5) Blackwater Fever (Malaria Haemoglobinuria)6) Malaria Algid

Page 24: m a l a r i A

KOMPLIKASI PENYAKIT MALARIA Adapun komplikasi penyakit malaria adalah :

7) Kecenderungan Perdarahan8) Edema Paru9) Manifestasi Gastro-intestinal10)Hiponatremia11)Gangguan metabolik lainnya

Page 25: m a l a r i A

MALARIA PADA KEHAMILAN Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester

I dan II dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena penurunan imunitas selama

kehamilan. Ibu hamil dengan infeksi HIV cenderung mendapat

infeksi malaria dan sering mendapatkan malaria congenital pada bayinya dan berat bayi rendah.

Komplikasi pada kehamilan karena infeksi malaria ialah abortus, penyulit pada partus (anemia, hepatosplenomegali), bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia, gangguan fungsi ginjal, edema paru, hipoglikemia dan malaria kongenital.

Pencegahan terhadap malaria ibu hamil dengan pemberian klorokuin 250 mg tiap minggu dimulai dari kehamilan trimester III sampai satu bulan post-partum.

Page 26: m a l a r i A

PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALARIA Adalah penyakit yang ada hubungannya dengan

infeksi parasit malaria.

Adapun penyakit-penyakit tersebut adalah :1) Sindrom Splenomegali Tropik (SST)

2) Sindroma Nefrotik (NS)

3) Burkit Limfoma (BL)

Page 27: m a l a r i A

MALARIA KARENA TRANSFUSI DARAH

Parasit malaria tetap hidup dalam darah donor kira-kira satu minggu bila dipakai anti-coagulant yang mengandung dekstrose dapat sampai 10 hari.

Bila komponen darah dilakukan cryopreserved, parasit dapat hidup sampai 2 tahun.

Inkubasi tergantung pada banyak faktor ; asal darah, banyaknya darah yang dipakai, apa darah yang disimpan di Bank Darah dan sensitivitas dari penerima darah.

Bila seseorang pernah mendapat transfusi darah, dan setelah 3 bulan terjadi demam yang tak jelas penyebabnya, harus dibuktikan terhadap infeksi malaria dengan pemeriksaan darah tepi berkali-kali tiap 6-8 jam.

Page 28: m a l a r i A

DETEKSI RESISTENSI TERHADAP MALARIA

Tes In VivoTes ini meliputi tes standar, yaitu dilakukan pemeriksaan darah tetes tebal malaria setiap hari selama 7 hari yang biasanya dilakukan di RS atau Puskesmas rawat inap.Atau tes diperpanjang/lengkap (extended test) yang biasanya dilakukan di lapangan/di lokasi yaitu tes selama 28 hari, pemeriksaan malaria ditambah dengan hari 14, 21 sampai 28 hari setelah pengobatan.

Page 29: m a l a r i A

DETEKSI RESISTENSI TERHADAP MALARIA

Tes In VitroTes ini terdiri dari :1. Piringan plastik 8 x 12 cm, mengandung 12

obat yang diencerkan (klorokuin, quinine atau meflokuin sesuai kebutuhan) dan kontrol.

2. Darah heparin/EDTA diteteskan pada medium, kemudian diinkubasi pada suhu 37,5o C selama 24-26 jam.

3. Setelah itu supernatan diambil dan dibuat preparat tebal.

4. Setelah pengecatan, hasil tes didapat dengan menghitung proporsi schizont dewasa dibandingkan dengan kontrol.

Page 30: m a l a r i A

PENANGANAN PENDERITA TANPA KOMPLIKASI (MALARIA BIASA)

Prinsip pengobatan malaria :1. Penderita tergolong malaria biasa (tanpa

komplikasi) diobati dengan per oral.2. Mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak

terjadi kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu dengan pengobatan ACT.

3. Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria yang positif dan dilakukan monitoring efek/respon pengobatan.

4. Pengobatan malaria klinis/tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat non-ACT.

Page 31: m a l a r i A

PENGOBATAN PENDERITA MALARIA

Telah ditetapkan bahwa pengobatan malaria menggunakan :1. Golongan Artemisinin2. Pengobatan ACT (Artemisinin base

Combination Therapy)3. Pengobatan dengan Obat-obat non-ACT

Page 32: m a l a r i A

PENANGANAN PENDERITA MALARIA BERAT

Prinsip penanganan malaria berat adalah :1. Tindakan umum/tindakan perawatan2. Terhadap parasitemianya yaitu dengan :

a) Pemberian obat anti malariab) Transfusi ganti (exchange transfussion)

3. Pemberian cairan/nutrisi4. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ

yang mengalami komplikasi

Page 33: m a l a r i A
Page 34: m a l a r i A
Page 35: m a l a r i A
Page 36: m a l a r i A
Page 37: m a l a r i A
Page 38: m a l a r i A
Page 39: m a l a r i A
Page 40: m a l a r i A
Page 41: m a l a r i A
Page 42: m a l a r i A
Page 43: m a l a r i A
Page 44: m a l a r i A
Page 45: m a l a r i A
Page 46: m a l a r i A
Page 47: m a l a r i A
Page 48: m a l a r i A
Page 49: m a l a r i A

Related Documents