YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLIDAPEMBUATAN TABLET DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAHkelompok 1Kamis, 13.00-16.00Tanggal Praktikum 20 Maret 2014Disusun Oleh :Sri Yannika260110110001Pembahasan dan BrosurGladyola Ayu M 260110110002PembahasanShally Liyalkhairah 260110110003Teori DasarAsep Ekas Somantri 260110110005EditorRiska Nurul Haque 260110110006Data Pengamatan, Perhitungan dan KemasanLinawati Nurannisa P 260110110007Teori DasarKendy Livi Danawati 260110110008ProsedurYuli Nurbaeti260110110009Pembahasan dan BrosurYeni Nuraeni260110110010PembahasanDike Novalia A260110110011Data Pengamatan, Perhitungan dan Kemasan

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLIDAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJADJARAN2014PEMBUATAN TABLET DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAHI. Tujuan1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tabletII. Prinsip1. Metode granulasi basahMetode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)a. Kemampuan alir dan sudut istirahatb. Kompresibilitasc. Kadar air (loss on drying)d. Waktu hancure. Kekerasanf. FriabilitasIII. Teori DasarGranulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar.Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah tidak membutuhkan bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih(Parikh, 1997).Granulasi basahyaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi(Lachman,1994).Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa tablet (Neil,et al., 2001).EVALUASI GRANUL1. Uji Laju AlirMenggunakan Powder Flow Tester untuk mengetahui daya alir granul. Penggunaannya dengan cara granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir kemudian penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar, waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet, Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.Sudut Istirahat Sudut istirahatSifat aliran

< 25Sangat baik

25-30Baik

30-40Cukup

>40Sangat sukar

(Liebermann, 1986).2. Uji KompresibilitasMenggunakan Tap Density Tester, tujuannya adalah untuk mengetahui sifat kerapatan granul yang sangat berhubungan dengan kompresibilitas. Penentuan kompresibilitas digunakan untuk menghasilkan tablet yang baik. Penggunaanya dengan menimbang 100 g granul lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V). Perhitungan : I =Vo V x 100%Keterangan :I = indeks kompresibilitas (%);Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);V = volume granul setelah dimampatkan (mL).Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aulton, 1988).Kompresibilitas dapat dilihat juga dari harga indeks Carr yang sangat bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari granul yaitu dengan cara kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu dibagi dengan kerapatan mampat. Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen.

KompresibilitasSifat Aliran

5-12Sangat Baik

12-18Baik

18-23Cukup

23-33Kurang

33-38Sangat Kurang

>38Sangat Buruk

(Aulton, 1988).3. Uji Kadar AirUji kadar air digunakan untuk mengetahui kandungan air di dalam granul dalam presentase. Granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam lemari pengering hinnga diperoleh bobot yang tetap. Kadar air tersebut dihitung menggunakan rumus:% LOD = x 100% (Lachman, 1989).Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa tablet (Neil,et al., 2001).Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.2. Harus mengandung zat aktif yang homogeny dan stabil.3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.7. Bebas dari kerusakan fisik.8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogeny dalam waktu tertentu.10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku (Suci, 2011).Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam industri farmasi dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain, seperti; kapsul, granul, dan pil. Menurut Lachman, 1994, hal ini dikarenakan tablet memiliki beberapa keuntungan antara lain:a. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.b. Mengandung zat aktif yang tepat.c. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.d. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume yang kecil.e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut air.f. Pelepasan zat aktif dapat diatur.g. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat akti, menutup rasa dan bau yang tidak enak.h. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya produksinya lebih rendah.i. Pemakaian oleh penderita lebih mudah( Lachman, 1994 ).EVALUASI TABLET1. Uji Keseragaman UkuranKecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali atau tidak boleh kurang dari 1 1/3 tebal tablet ( Ditjen POM, 1979).2. Uji Keseragaman BobotDigunakan untuk tablet tidak bersalut yang harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Dengan cara ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B ( Ditjen POM, 1979).3. Uji KekerasanDaya tahan suatu tablet untuk penggunaan mekanik terlihat pada saat dikempa kekerasan suatu tablet tersebut dan kekuatnnya pada saat dikempa. Kekerasan suatu tablet dilukiskan sebagai ukuran partikel untuk pecahnya tablet. Kekerasan juga dapat digunakan untuk karakteristik tablet sebab lebih mudah dan untuk mengukur lebih konvensional. Kekerasan tablet diukur dengan alat Strong Cobb, dan alat tes kekerasan yaitu Pfizer dan Stokes. Kekerasan dilukiskan dalam kilogram tekanan yang diberikan, meskipun alat-alat yang digunakan berbeda nilai kekerasannya untuk setiap tablet, tetapi rata-rata kekerasannya konstan bila diukur dengan Strong Cobb atau Stokes. Praktek dalam farmasi mungkin dilakukan dengan tes tablet dengan cara mematahkan tablet diantara jari jempol dan jari telunjuk, jika tablet tidak patah artinya sangat keras dan mungkin susah dihancurkan. Tablet oral normalnya mempunyai kekerasan dari 4-6 pounds, meskipun pada nyatanya ada yang mengatakan kurang dari 10 pounds (Sprowl, 1970).4. Uji KerapuhanAlat penguji kerapuhan laboratorium dikenal sebagai Friabilator Roche yang memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan goncangan dengan memekai kotak plastik yang berputar dengan kecepatam 26 rpm, menjatuhkan sejumlah tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran. Biasanya tablet yang telah dtimbang diulang, kehilangan berat 0,5 1 % masih dapat dibenarkan (Jenkins, 1957).5. Uji Waktu HancurUji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas hancur yang tertera dalam masing-masing monografi kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet digunkan untuk tablet hisap atau kunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau pelepasan obat dalam 2 periode pelepasan tersebut.(Genarro, 1998).IV. Alat dan Bahan4.1. Alata. Disintegratorb. Friabilitasc. Granulatord. Hardness testere. Jangka sorongf. Mesin cetak tablet single-punch g. Moisture Balanceh. Pengayaki. Powder Flower Testerj. Tap Densityk. Timbangan Digital4.2. Bahana. Amprotabb. Amprotab untuk pasta 15 % (100 g)c. Laktosad. Na Starch Glycolate. Mg Stearatf. Parasetamolg. Talkumh. Vitamin C4.3. Gambar Alat (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)(h) (i) (j)(k)V. Prosedur1. Penimbangan bahan untuk fase dalamBahan bahan untuk fase dalam ditimbang. Paracetamol sebanyak 250 gram, Amprotab sebanyak 10 gram, Laktosa 10 gram dan Amprotab Pro Paste sebanyak 15 gram .2. Pembuatan Pasta KanjiBeaker glass kosong ditimbang. Dicatat beratnya. 100 ml aquadest dimasukkan ke dalam beaker glass . Lalu, dipanaskan di atas penangas. 15 gram Amprotab dimasukkan ke dalam beaker glass. Diaduk diatas penangas hingga membentuk muchilago yang bening. Ditimbang beaker glass yang berisi pasta kanji. Dicatat beratnya.3. Pembuatan granul basahBahan-bahan fase dalam (Parasetamol, laktosa dan amprotab) diayak terlebih dahulu, kemudian dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Lalu ditambahkan sedikit demi sedikit pasta kanji yang telah dibuat sebelumnya dan diaduk hingga rata sampai menjadi massa yang bisa dikepal dan ketika kepalan tersebut diijatuhkan tidak hancur. Ditimbang sisa pasta kanji yang tidak digunakan. Kemudian massa yang sudah dapat dikepal tersebut kemudian dibuat granul dengan granulator. Granul yang terbentuk ditampung diatas baki (loyang) yang telah disiapkan sebelumnya. Permukaannya diratakan agar panas yang diterima merata. Granul tersebut kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50C selama 18 - 24 jam. Setelah 18 24 jam, dirimbang dan dicatat berat garnul setelah di oven.4. Evaluasi Granul Tanpa Fase LuarUji LODGranul yang telah kering diletakkan pada wadah alat uji LOD sebanyak 10 gram, granul diratakan pada tempat LOD, alat ditutup dan diatur pada suhu 70 selama 10 menit. Kemudian ditekan tombol start hingga muncul tanda rest over. Massa akhir dicatat. Lalu dihitung % LOD nya.

5. Penimbangan bahan untuk fase luarBahan bahan untuk fase luar ditimbang Na starch glycolat sebanyak 11,01 gram, Mg stearat sebanyak 2,75 gram, dan Vit C sebanyak 15 gram dan talkum sebanyak 5,505 gram6. Penambahan fase luar ke granulGranul yang telah dikeringkan, diayak kembali menggunakan pengayak agar ukuran granul tidak terlalu besar, untuk proses pencetakan tablet. Bahan-bahan fase luar yang telah ditimbang ditambahkan ke dalam granul yang telah kering, kemudian diaduk hingga homogen.7. Evaluasi Granul Setelah Pencampuran dengan Fase Luara. Uji Daya Alir Granul ( Powder Flow Tester )Granul ditimbang sebanyak 20 gram. Disiapkan alat untuk menentukan kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat, pastikan bagian bawah alat (berupa corong) telah tertutup rapat. Di bawah alat diberi alas berupa kertas untuk membuat plot diameter yang berbentuk. Kemudian granul yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah berbentuk corong dan dibuka penutupnya. Stopwatch dinyalakan bersamaan dengan dibukanya penutup corong. Setelah granul telah mengalir semua, diukur tinggi dan diameter tumpukan granul yang dihasilkan. Hasil waktu dicatat. Dihitung laju alir dan sudut istirahatnyab. Uji Kompresibilitas Granul ( Tapped Density )Granul ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian dimasukkan pada gelas ukur penampung massa cetak. Dan dicatat volume awalnya. Kemudian tombol on pada alat ditekan, sehingga menghasilkan beberapa ketukan, dan alat dinyalakan selama 4 menit. Lalu dicatat kembali volume akhirnya dan hitung % kompresibilitas.8. Pencetakan tabletPada alat pencetak tablet, beberapa gram granul dimasukkan kedalamnya, lalu hoper atau eeding shoe dipasang untuk memastikan masa granul. Ketentuan tablet yang diinginkan adalah bobot antara 600,4 mg 663,6 mg. Jalankan mesin untuk pencetakan tablet secara manual untuk mengukur berat dan kekerasan tablet. Bila belum sesuai dengan yang diinginkan, atur berat tablet. Dan diatur kekerasan tablet. Setelah berat dan kekerasan tablet telah sesuai dan stabil maka mesin dijalankan untuk mencetak tablet dari seluruh bahan yang telah dibuat.9. Evaluasi Tableta. Uji keseragaman bobotTablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu diatas alat timbangan. Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya. Analisis keseragaman bobot tablet dengan membandingkan bobot tablet dalam rentang penyimpangan bobot rata-rata tablet.b. Uji keseragaman ukuranTablet sebanyak 20 buah diukur satu per satu menggunakan jangka sorong untuk mengetahui ukuran tebal dan diameter tablet, setelah itu dihitung rata-ratanya. Kemudian hasilnya dicatat.c. Uji friabilitasSejumlah tablet ditimbang hingga beratnya 6 6,5 gram, drum putar dilepaskan dari mesinnya dengan cara melonggarkan sekrup. Tablet yang akan diuji dimasukkan ke dalam drum putar, pasang kembali drum putar ke mesinnya dan kencangkan sekrup. Alat dinyalakan selama 4 menit. Setelah itu lepaskan drum putar dari mesin dengan melonggarkan sekrup, tablet diambil dan drum putar dibersihkan menggunakan kuas. Setelah selesai, massa tablet yang tersisa ditimbang.d. Uji waktu hancurAlat dinyalakan dengan menekan tombol MAIN SWITCH. Suhu diatur hingga 37 C dengan menekan tombol HEATER. Kemudian 6 tablet yang akan diuji dimasukkan ke dalam keranjang (sumur-sumur) pada alat dan cakram dimasukkan di atas masing-masing tablet dengan posisi yang sama. Lalu keranjang dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran 1 Liter yang berisi aquades 800 ml. Penutup lubang alat uji waktu hancur dibuka dan masukkan beaker glass ke dalam alat dan gantungkan keranjang pada gantungan logam, kemudian nyalakan alat dengan menekan tombol START sambil menghitung waktu. Pengujian dihentikan saat semua tablet telah hancur sempurna. Matikan alat dengan menekan tombol START, HEATER, MAINSWITCH. Hasil waktu dicatat.e. Uji Kekerasan tabletDisiapkan 20 tablet untuk pengujian kekerasan tablet. Tombol diputar ke posisi EINS dan lampu penunjuk kekerasan menyala. Jarum penunjuk kekerasan diperiksa ada di titik nol atau tidak. Bila belum tekan tombol . Tablet diletakkan vertikal dan tepat di tengah tengah jarum penekan. Berdirikan tablet, dinaikkan dengan memutar sekrup di bawahnya sampai tablet menekan jarum penekan dan lampu stop menyala. Lalu tombol ditekan, jarum penunjuk skala bergerak dan berhenti saat tablet pecah dan menunjukkan angka unit kekerasan dengan skala newton. Lampu stop padam. Dan tombol ditekan untuk mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol. Hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.VI. Data Pengamatan1. Pembuatan Pasta 15 %Amprotab= 15 gramAquadest= 100 mLBeaker glass kosong= 157,828 gramBeaker glass + Pasta= 257,4 gramBeaker glass + Sisa Pasta= 199,54 gram

2. Pasta yang digunakan untuk fase dalamPasta sebelum dicampur Pasta Sisa= 257, 4 gram 199,54 gram= 57,86 gram

3. Berat granul basahWadah= 109 gramWadah + granul= 360 gramGranul= 251 gram

4. Perhitungan Teoritisa. Fase DalamParacetamol= 250 gramAmprotab= 10 gramLaktosa= 270 gramTotal= 270 gramPasta 15%= 15% x 57,86 = 8,679 gramb. Fase Dalam Teoritis (FDT)Fase Dalam= 270 gramPasta 15%= 8,679 gramVit. C= 15 gramTotal= 293,679 gramc. Fase Luar Teoritis (FLT)Na. Starch Glycolat= Talkum = Mg Stearat= Total = 22,1 gramd. Berat TeoritisFase Dalam Teoritis= 293,679 gramFase Luar Teoritis= 22,1 gramTotal= 315,779 gram

e. Persentase Vit. C=

5. Perhitungan Nyataa. Fase Dalam Nyata (FDN)Berat granul= 251 gramSisa granul= Berat granul LOD= 251 gram 10 gram= 241 gramb. % FDN tanpa Vit. C = 93% - 4,75% = 88,25%c. Fase Luar Nyata (FLN)Na. Starch Glycolat= Talkum = Mg Stearat= Vit. C= Total = 32,08 gramd. Berat NyataFase Dalam Nyata= 241 gramFase Luar Nyata= 32,08 gramTotal= 273,08 grame. Jumlah Tablet Nyata= = = 432, 4 tablet~ 432 tabletf. Berat Tablet= = = 0,632 = 632g. Rentang Tablet (5%)600,4 mg 663,6 mg6. Evaluasi Granula. Uji Loss On DryingBobot awal= 10,509 gramBobot akhir= 10,437 gramLoss on Drying= x 100 %= x 100 % = 0,69 %b. Uji Laju AlirMassa granul= 20,0431 gramDiameter= 8,375 cmJari-jari (r)= 4,1875 cmTinggi Puncak= 2 cmWaktu= 1,42 detikLaju alir= = = 14,115 Sudut istirahat (tan)= = = 0,477= anti tan 0,477= 25,53c. Uji KompresibilitasMassa granul= 20,0431 gramVol. awal= 40 mLVol. akhir= 34,5 mLKerapatan nyata= = = 0,501 Kerapatan mampat = = = 0,581 Kompresibilitas = x 100%= x 100%= 14,77 %

7. Evaluasi Tableta. Uji Keseragaman BobotTabletMassa (mg)

1632

2641

3668

4654

5654

6600

7613

8615

9659

10665

11632

12654

13609

14613

15594

16650

17663

18610

19612

20605

Rata-rata632,15

b. Uji Keseragaman UkuranTabletDiameter(mm)Tebal(mm)

111,996,42

211,786,12

312,086,13

412,116,28

512,076,11

612,086,26

712,106,14

812,116,32

912,076,17

1012,106,13

1112,106,10

1212,076,15

1312,096,34

1412,076,22

1512,096,27

1612,086,10

1712,116,35

1812,106,29

1912,086,28

2012,076,24

Rata-rata12,06756,221

c. Uji FriabilitasMassa awal : 5, 9684 grMassa akhir : 4,65 gr% Friabilitas = ( 1 ) x 100%= ( 1 ) x 100%= 22,09%d. Uji KekerasanTabletSkala Hardness(N)

150

230

342

436

552

632

734

851

941

1044

1138

1232

1353

1448

1547

1634

1737,5

1842

1946

2037

Rata - rata41,075

e. Uji Waktu HancurTablet ke-Waktu hancur

1>15 menit

28 menit 22 detik

3>15 menit

4>15 menit

514 menit 20 detik

6>15 menit

8. Recovery GranulRecovery granul = x 100% = x 100% = 86,48%9. Recovery TabletRecovery Tablet = x 100% = x 100% = 76,4%VII. PembahasanDalam resep pembuatan 500 tablet Paracetamol dan vitamin C mengandung Paracetamol 250 gram, vitamin C 15 gram, Amprotab 10 gram, laktosa 10 gram, amprotab yang digunakan untuk pasta 15%(100 gr) secukupnya(qs), Natrium starch glycolat 4%, talkum 2% dan magnesium stearat 1%.Menurut Farmakope Indoesia edisi 3 paracetamol dalam efek terapetika merupakan suatu metabolit dari fenasetin dan asetinilida yang digunakan sebagai suatu analgesik (pereda rasa sakit) dan antipiretik (penurun demam), dalam formula ini paracetamol merupakan zat aktif, untuk pemakaian tablet oral paracetamol mengandung 250 mg atau 500mg tiap tablet maka dari itu, formula yang digunakan untuk paracetamol adalah 250 gram untuk 500 tablet untuk memperoleh dosis optimum yaitu 500mg per tablet. Pemilihan dosis 500mg per tablet adalah untuk mencapai efek terapi yang optimum, jika terlalu berlebih paracetamol bisa menyebabkan kerusakan hati karena bersifat hepatotoksik). Vitamin C digunakan bersamaan dengan paracetamol karena pemakaian sering dari paracetamol akan menyebabkan penurunana absorpsi asam folat dan vitamin C, oleh karena itu vitamin C digunakan dala formula untuk meenggantikan vitamin C yang hilang selama pemakaian obat ini, penggunaan vitamin C disini hanya 15 gram karena fungsinya hanya untuk menutupi efek saping dari paracetamol, namun pemakaian dosis tinggi vitamin C bersamaan dengan paracetamol akan menyebabkan peningkatan kadar paracetamol dalam tubuh yang menyebabkan akan terlalu lama paracetamol untuk dimetabolisme atau diekskresikan. Amprotab merupakan singkatan dari amilum pro tablet, amprotab ini berasal dari amilum manihot (singkong). Amprotab merupakan zat eksipien dalam pembuatan tablet yang berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan desintegrator. Amprotab 10 gram dalam formula ini digunakan sebagai bahan pengisi karena amilum bersifat sebagai pengisi ketika ditambahkan dalam keadaan kering sebelum penambahan lubrikan.Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi, juga kelebihannya adalah pemberi bentuk pada tablet karena berpengaruh terhadap sifat alir dan kompaktibilitas massa tablet dan sifat fisik tablet meliputi kerapuhan dan waktu hancur oleh karena itu laktosa dipakai dalam formulasi ini walaupun sudah dimasukan amprotab sebagai bahan pengisi juga.Amprotab untuk pasta 15% berfungsi sebagai bahan pengikat karena Amilum berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur apabila ditambahkan dalam bentuk pasta, granulnya mampu mengembang apabila kontak dengan air dan kemampuan untuk mengembang.Na starch glycolat (eksplotab) pada formulasi ini berfungsi sebagai desintegrator (zat penghancur) dalam fase luar digunakan sekitar 3-5% karena Na starch glycolat jarang digunakan sebagai desintegrator fase dalam. Penggunaanya sebagai desintegrator pada formula ini dibandingkan desintegrator lainnya karena dalam formulasi ini mengandung vitamin C, karena eksplotab tidak akan mempercepat oksidasi dari vitamin C dibanding desintegrator lainnya. Na starch glycolat juga dapat membantu sifat alir dari tablet. Pada formulasi kelompok ke dua desintegrator yang dipakai adalah Ac disol yang berfungsi sebagai desintegrator fase luar juga dapat membantu memperbaiki waktu hancur. Ac disol berfungsi sebagai desintegran karena larut dalam air dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Ac disol lebih baik dibanding Na Starch glycolat, karena Ac disol tergolong dalam super desintegran pengguanaanya 2-5%. Namun kekurangannya adalah Ac disol sangat mahal harganya, maka sebagai alternatif Na Starch glycolat lah yang dipakai.Talcum dalam formulasi ini berfungsi sebagai glidant untuk menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum juga bisa digunakan sebagai glidant pada fase luar dengan pemakaian 10 % namun talcum lebih baik dijadikan sebagai glidant, namun talcum dapat menurunkan disolusi tablet. Namun Pemilihan talkum sebagai glidant karena dikombinasikan dengan Magnesium Stearat yang dapat bekerja sebagai glidant yang baik yang dapat membantu memperbaiki sifat alirnya dan peningkatan disolusi, Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-10 %. Sedangkan Magnesium Stearat berfungsi sebagai antiadherent yang dapat mengurangi gaya adhesif antara material tablet dengan punch atau die., namun penggunaannya harus dikombinasikan karena akan memperoleh fungsi antiadheren yang optimum, apabila dikombinasi tidak boleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang hidrofob, aksi dari zat ini membuat lapisan antara bahan tablet dan dinding die. Pencampuran zat ini harus diperhatikan, desintegran dimasukan terlebih dahulu setelah itu antiadheren, karena dapat menyebabkan bahan disintegrant tersalut bahan lubrikan mengakibatkan fungsi disintegran tersebut tidak efektif.Bahan-bahan seperti parasetamol, amprotab dan laktosa diayak perlahan menggunakan ayakan. Amprotab dan laktosa disini berfungsi sebagai pengisi untuk menambah bobot sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk pembuatan tablet parasetamol ini. Parasetamol berperan sebagai zak aktif golongan obat analgesik antipiretik yang berkhasiat untuk melegakansakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, sertademam. Setelah semua bahan berhasil diayak, didapatkan bahan dengan ukuran partikel yang halus. Proses pengayakan ini merupakan bagian dari prosedural standar pembuatan tablet. Gunanya untuk memudahkan proses pencampuran saat semua bahan dicampurkan sehingga semua bahan dapat tercampur merata (homogen). Bersamaan dengan proses pengayakan, dilakukan pembuatan pasta kanji. Beaker glass kosong ditimbang kemudian amprotab ditimbang. Setelah ditimbang, amprotab dicampurkan ke dalam 100 ml air panas dan diaduk-aduk hingga membentuk pasta bening. Proses penimbangan sebelumnya diperoleh bobot beaker glass kosong adalah 157,828 gram ; bobot beaker gelas dan pasta adalah 257,4 gram sehingga bobot bersih pasta adalah sebesar 99,572 gram. Pembuatan pasta ini berguna sebagai pengikat (binder). Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi.Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/pembesaran granul.Setelah diperoleh pasta bening, pasta dicampurkan ke dalam campuran bahan yang telah diayak sebelumnya (amprotab, parasetamol, dan laktosa) sehingga terbentuk massa yang bisa dikepal. Berat beaker gelas + sisa pasta adalah 199,54 gram sehingga berat pasta yang dipakai adalah sebesar 57,86 gram. Kemudian, campuran yang telah dikepal tersebut dimasukkan ke dalam alat granulasi basah. Setelah terbentuk granul, granul tersebut dikeringkan dalm oven 24 jam pada suhu 60-70oC. granul yang sudah kering ditimbang dan diperoleh berat granul kering sebesar 251 gram. Evaluasi granul dapat dilakukan dengan tiga pengujian, yaitu : Uji kelembaban, Uji daya alir granul dan Uji kompresibilitas granul. Evaluasi ini dilakukan untuk mengontrol kualitas sediaan (tablet) yang akan dibuat. Pertama, Uji kelembaban penting dilakukan pada pembuatan tablet dengan granulasi basah dimana digunakan air atau pelarut lain sebagai activator pengikatnya. Uji kelembaban ini dilakukan terhadap granul kering tanpa penambahan zat lain. Hal ini dilakukan untuk menentukan jumlah air yang terabsorpsi (susut pengeringan). Metode ini dilakukan pada alat LOD yang sebelumnya telah dikalibrasi agar didapat hasil yang akurat. Menimbang 10 gr granul diatas piringan logam lalu diratakan (Bobot awal : 10,509 gr), alat LOD ditutup rapat lalu atur suhu 70C dan waktu selama 10 menit. Bobot akhir yang didapat 10,437 gr, maka :

Kadar air (LOD) granul yang didapat terpenuhi dan dikatakan baik karena hasilnya kurang dari 2 %.Evaluasi granul yang kedua adalah uji daya alir granul dengan Powder Flow Tester. Evaluasi ini dilakukan pada granul kering dengan penambahan zat lain seperti vitamin C, Na.starch glicolat, talcum dan Mg. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat profil aliran granul tanpa penambahan lubrikan, bila granul memiliki parameter fisika yang baik dan mudah mengalir maka granul hanya sedikit memakai lubrikan. Sebanyak 20,0431 gr Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul (1,42 detik) dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter (8,375 cm) dan tinggi (2 cm) tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau sama dengan 10 detik/100 gr granul atau dengan melihat sudut diamnya yang tidak lebih dari 30.

Dari hasil yang didapat maka laju alir granul dikatakan baik karena sudut diamnya 25,53 tidak lebih dari 30.Selanjutnya, evaluasi granul yang ketiga adalah uji kompresibilitas granul. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya kompresibilitas granul yang mudah dikempa atau tidak, jika besaran fisika menunjukkan sifat sulit dikempa maka dibutuhkan eksipien lain yang dapat membantu kompresibilitasnya. Pengujian ini dilakukan dengan menimbang 20 g granul (20,0431 gr) masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan hingga 4 menit dengan alat uji, lalu dicatat volume uji sebelum dimampatkan (Vo=40 ml) dan volume setelah dimampatkan (Vt=34,5 ml).

Kerapatan granul dikatakan baik karena hasilnya (13,77%) terdapat dalam rentang nilai 12%-16%.Lalu dilakukan pencetakan granul pada punch and die. Terlebih dahulu bobot tablet sesuai dengan range bobot tablet yaitu 600,4 mg-663,6 mg. Setelah tablet dicetak kemudian dilakukan evaluasi tablet. Evaluasi tablet yang dilakukan adalah keseragaman bobot, keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas dan uji waktu hancur. Tujuan dari evaluasi ini untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi kriteria tablet yang baik atau tidak.Pada evaluasi keseragaman bobot, tablet sebanyak 20 buah ditimbang menggunakan neraca analatik. Neraca analitik yang digunakan harus neraca yang telah dikalibrasi dan ditara terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dan lebih akurat dalam penimbangannya. Kemudian masing-masing tablet dihitung bobotnya dan dihitung rata-ratanya. Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata bobot dari 20 tablet tersebut adalah 632,15 mg. Berdasarkan hasil rata-rata bobot tablet tersebut dapat disimpulkan bahwa bobot tablet sudah sesuai dengan rentang tablet yang dibuat yaitu 600,4 mg 663,6 mg.Selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah keseragaman ukuran yaitu menghitung diameter dan tebal tablet tersebut. Diameter dan tebal tablet dihitung dengan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter dan tebal suatu benda dan memiliki ketelitian seperseratus milimeter. Tablet yang digunakan untuk evaluasi ini sebanyak 20 tablet dan masing-masing tablet dihitung diameter dan tebalnya. Kemudian dihitung rata-rata diameter dan tebal tablet dari 20 tablet tersebut. Dari hasil pengukuran dapat diperoleh rata-rata diameter tablet tersebut adalah 12,0675 mm sedangkan tebal tablet adalah 6,221 mm. Berdasarkan hasil rata-rata diameter dan tebal tablet tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut memenuhi syarat karena syarat suatu tablet yang baik memiliki diameter dua kali dari tebal tablet tersebut.Selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah uji kekerasan yaitu menghitung tekanan yang dibutuhkan untuk memecah tablet tersebut dan mengetahui kekerasan dan kerapuhan tablet tersebut. Tablet yang digunakan untuk evaluasi ini sebanyak 20 tablet dan tekanan dari masing-masing tablet dicatat serta dihitung rata-ratanya. Rata-rata tekanan dari 20 tablet tersebut adalah 41,075 N. Nilai tekanan rata-rata yang diperoleh mengartikan bahwa tablet dapat dihancurkan pada tekanan 41,075 N. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut tidak memenuhi syarat kekerasan tablet yang baik. Syarat kekerasan tablet yang baik adalah tablet dapat dihancurkan pada tekanan 70 100 N.Selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah uji friabilitas yaitu uji ketahanan suatu tablet terhadap gesekan selama proses pengemasan, pengiriman dan penyimpanan yang dilihat dari persentase friabilitasnya. Tablet yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sampai bobot tablet 6 6,5 gram karena bobot tablet yang dimiliki berada pada rentang dibawah 650 mg. Bobot awal tablet yang diuji adalah 5,9684 gram dan bobot akhir (bobot setelah pengujian) adalah 4,65 gram. Kemudian dihitung presentase friabilitas menggunakan rumus : % Friabilitas = x 100 %Dari rumus tersebut diperoleh nilai persentase friabilitasnya adalah 22,09%. Presentase friabilitas ini mengartikan bahwa tablet kehilangan berat sebanyak 22,09%. Berdasarkan hasil persentase friabilitas yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa friabilitas dari tablet tersebut tidak memenuhi syarat karena syarat friabilitas yang baik adalah tablet maksimum kehilangan beratnya tidak boleh lebih dari 1 %.Evaluasi terakhir yang dilakukan adalah uji waktu hancur. Uji waktu hancur ini bertujuan untuk menentukan batas waktu hancur obat tersebut. Selain itu, uji waktu hancur ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan tablet diserap oleh tubuh yang berakibat pada kecepatan efek terapeutiknya. Pada uji waktu hancur ini, langkah yang dilakukan adalah alat dinyalakan dan suhu diatur hingga 370C. Pengaturan suhu hingga 370C bertujuan untuk menyesuaikan suhu tubuh normal manusia. Kemudian tablet sebanyak 6 buah dimasukkan kedalam tabung disintegrator dan diatasnya dimasukkan cakram dengan posisi yang sama. Fungsi dari cakram ini untuk menekan tablet ketika proses uji waktu hancur berlangsung. Kemudian tabung tersebut dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi air sebanyak 800 mL. Beaker glass tersebut dimasukkan kedalam bak disintegrator dan tabung disintegrator digantungkan pada gantungan logam. Kemudian alat dinyalakan dan dicatat waktu hancur setiap tabletnya. Pengujian ini selesai sampai semua tablet hancur semuanya. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh tablet 1 memiliki waktu hancur lebih dari 15 menit, tablet 2 memiliki waktu hancur 8 menit 22 detik, tablet 3 dan 4 memiliki waktu hancur lebih dari 15 menit, tablet 5 memiliki waktu hancur 14 menit 20 detik dan tablet 6 memiliki waktu hancur lebih dari 15 menit. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tablet tidak memenuhi syarat dalam pengujian waktu hancur karena syarat waktu hancur tablet yang baik tidak boleh lebih dari 15 menit. Selain itu dapat disimpulkan juga kecepatan efek terapeutik yang akan terjadi berjalan lambat karena proses pemisahan zat-zatnya dan absorpsi di dalam tubuh berlangsung lama.Berdasarkan evaluasi yang dilakukan tablet tersebut memiliki kekerasan, friabilitas dan waktu hancur yang buruk. Hal ini terbukti tablet memiliki kekerasan yang rendah (rapuh) yang dibuktikan dengan tekanan 41,075 N dibawah syarat yang ditentukan yaitu 70 100 N, friabilitas yang buruk terbukti dari presentasi friabilitas yang kehilangan 22,09 % dari berat tablet melebihi syarat maksimumnya yaitu tidak lebih dari 1 % dan waktu hancur yang lama terbukti hanya 2 tablet yang memenuhi syarat dan lainnya melebihi syarat yaitu waktu hancur lebih dari 15 menit.Hasil evaluasi tablet memiliki kekerasan yang rendah (rapuh) dan friabilitas yang tinggi disebabkan kurangnya penambahan zat pengikat dalam tablet tersebut sehingga zat-zat lain tidak saling terikat satu sama lainnya. Terbukti ketika penambahan zat pengikat tidak dimasukkan seluruhnya sesuai dengan resep. Hal inilah yang menyebabkan zat-zat lainnya tidak saling terikat dan menyebabkan tablet menjadi rapuh. Selain itu waktu hancur tablet tersebut lama (melebihi syarat yang ditentukan). Hal ini bisa terjadi kemungkinan kurangnya penambahan zat disintegrator yang menyebabkan tablet tersebut sulit hancur. Selain itu juga kemungkinan tidak meratanya zat disintegrator yang dimasukkan pada saat pencampuran dengan fase dalam. Hal ini terbukti 2 tablet yang diuji memiliki waktu hancur yang memenuhi syarat (kurang dari 15 menit).

VIII. Kesimpulan1. Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase luar, granulasi kembali baru dicetak.2. Uji quality control yang dilakukan terhadap granul dan tablet hasil produksi berupa:a. Kemampuan alir dan sudut istirahat b. Kompresibilitas c. Kadar air (loss on drying) d. Waktu hancur e. Kekerasan f. Friabilitas

DAFTAR PUSTAKAAulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. New York : Churchill Livingstone Inc.Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gennaro, A.R. 1998. Remingtons Pharmaceutical Science. 18th Edition. Easton: Mack Publishing Company.Jenkins, G.L. 1957. Scovilles The Art of Compounding. New York USA: The Blackston Division Mc. Graw Hill Book Company Inc.Lachman, L., Lieberman.,Knig. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3. Jakarta: UI Press.Liebermann, H.A., and Lachman, L. 1986. The Theory and Practice of industrial Pharmacy Edisi 3. New York: Marcel Decker Inc. Neil, M.J.O. Smith, A., Heckelman, P.E., Budavari, S., and Kinneary, J.F. 2001. The Merck IndexEdisi 13. New Jersey: Merck and Co. Parikh,D.M.1997. Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology. New York:Marcel Dekker Inc. Sprowl. J. B. 1970. Prescription Pharmacy. Second Edition. Philadelphia: J.B Lippiconott Company Toronto.Suci Arriesa. 2011. Granulasi Basah Tablet Parasetamol. Tersedia di http/www.succiarrisalaporanpraktikum.com/2011/01/granulasi-basah-tablet-parasetamol.html (diakses tanggal 23 Maret 2014)