YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: LAP PRAK VII.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bumi ini banyak sekali jenis maupun jumlah makhluk hidup yang mendiami suatu

ekosistem, baik ekosistem darat atau ekosistem air. Dengan banyaknya jenis dan jumlahnya

tentu akan timbul adanya interaksi diantaranya. Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan

makhluk hidup lain, setiap makhluk hidup bergantung pada makhluk hidup lain. Interaksi

dari segi ilmu ekologi merupakan interaksi antara faktor abiotik dan biotiknya. Faktor

abiotik meliputi suhu, air, kelembaban, cahaya, angin, ketinggian tempat, tanah dan lain-

lain. Sedangkan faktor biotiknya adalah makhluk hidup yang menempati suatu tempat yang

meliputi tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan

ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan

suatu kesatuan. Namun secara fungsional dari segi trofiknya ekologi merupakan interaksi

antara produsen, konsumen dan pengurai.

Pada ekosistem darat, ekosistem yang umumnya mempunyai komponen biotik beragam

adalah ekosistem hutan alam. Hutan merupakan daerah yang sangat luas yang di tempati

beragam vegetasi dan hewan. Karena sangat luas perlu dilakukan analisis vegetasi hutan

untuk mempermudahkan dalam menganalisis vegetasi. Analisis vegetasi hutan itu sendiri

adalah studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan. Aneka ragam vegetasi hutan

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor abiotik yang terdapat pada ekosistem hutan alam

itu sendiri. Sedangkan keanekaragaman hewan di pengaruhi faktor abiotik pula, seperti

pada persebaran hewan dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik.

Di dalam ekosistem hutan alam juga terdapat ekosistem air. Ekosistem air tersebut dapat

berupa eksosistem lentik atau air menggenang maupun ekosistem lotik atau air mengalir.

Sama seperti ekosistem di daratannya, ekosistem air juga memiliki berbagai macam jenis

hewan yang menempati ekosistem tersebut. Banyaknya jenis juga dipengaruhi oleh faktor

1

Page 2: LAP PRAK VII.doc

abiotiknya. Faktor abiotik merupakan faktor yang mempengaruhi persebaran hewan dan

juga persebaran jenis tanaman.

Dengan adanya interaksi pasti akan menimbulkan persaingan diantara banyaknya makhluk

hidup untuk mempertahankan hidupnya. Persaingan tersebut membuat makhluk hidup

memiliki mekanisme tersendiri untuk dapat bertahan hidup. Karena hal tersebut, makhluk

hidup yang ada akan semakin beraneka ragam. Adaptasi dan seleksi menyebabkan

timbulnya evolusi yang melahirkan beribu-ribu jenis makhluk hidup di dunia. Dengan

banyaknya makhluk hidup tersebut, sehingga kita susah untuk menghitungnya dan

mengidentifikasinya.

Oleh karena itu, diadakan pengamatan tentang interaksi pada komponen ekosistem darat

dan ekosistem air di Areal pendidikan Kampus Gunung Kelua untuk mengetahui komposisi

jenis dan struktur ekosistem hutan alam, faktor pembatas, kualitas fisik dan kimia, jenis

interaksi makhluk hidup, peran makhluk hidup dalam segi trofik, faktor yang menyebabkan

interaksi jenis adaptasi yang ada pada ekosistem hutan alam.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui komposisi dan jenis struktur Hutan Alam di Areal Jogging Track

Universitas Mulawarman.

2. Mengetahui faktor pembatas ekosistem hutan alam di Areal Jogging Track Universitas

Mulawarman.

3. Mengetahui peranan makhluk hidup pada struktur atau tingkatan trofik di Areal

Jogging Track Universitas Mulawarman.

4. Mengetahui jenis adaptasi yang terjadi pada komponen ekosistem hutan alam di Areal

Jogging Track Universitas Mulawarman.

2

Page 3: LAP PRAK VII.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekosistem

Di alam ini terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang tidak

hidup saling berinteraksi atau berhubungan erat tak terpisahkan dan saling mempengaruhi

satu sama lain yang merupakan sistem. Dalam hal ini makhluk hidup lazim disebut dengan

biotik, dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotik dari asal

kata a dan bi berarti tak hidup.

Didalam sistem tersebut terdapat dua aspek yaitu arus energi (aliran energi) dan daur materi

atau disebut juga daur mineral atau siklus mineral ataupun siklus bahan di samping adanya

sistem informasi. Aliran energi dapat terlihat pada struktur makanan, keragaman biotik dan

siklus bahan (yakni pertukaran bahan-bahan antara bagian yang tak hidup dan hidup).

Sistem tersebut di sebut ekosistem (Irwan, 2010).

Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan

suatu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi antar hubungan.

Disini tidak hanya menyangkut sebagian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga

segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu serta energi yang

menjadi sumber kekuatan. Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk

hidupnya semua komunitas bergantung kepada lingkungan abiotik (Irwan, 2010).

Organisme produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, air dan garam-garam yang

semuanya diambil dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat

pertama diteruskan ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke konsumen-konsumen

lainnya melalui jaring-jaring makanan (Irwan, 2010).

Materi dan energi berasal dari lingkungan abiotik akan kembali lagi ke lingkungan abiotik.

Dalam hal ini komunitas dalam lingkungan abiotiknya merupakan satu sistem yang di sebut

ekosistem. Jadi konsep ekosistem menyangkut semua hubungan dalam suatu komunitas dan

3

Page 4: LAP PRAK VII.doc

disamping itu juga semua hubungan antara komunitas dan lingkungan abiotiknya (Irwan,

2010).

2.2 Pengenalan Ekosistem Darat

Ekosistem darat yang memiliki tipe struktur vegetasi dominan dalam skala luas disebut

bioma. Penyebaran bioma dipengaruhi oleh iklim, letak geografis, garis lintang dan

ketinggian letak dari permukaan laut (Kimball, 1983).

Pengaruh pemanasan matahari pada atmosfer, tanah, dan air akan membentuk variasi suhu,

siklus pergerakan udara, dan penguapan air yang bertanggung jawab atas variasi iklim pada

daerah-daerah dengan lintang yang berbeda (Kimball, 1983).

Terdapat pola yang dipengaruhi oleh garis lintang dari iklim di permukaan bumi, terdapat

juga pola yang dipengaruhi garis lintang dari persebaran bioma.  Sebagai contoh, hutan

konifer tersebar dalam suatu berkas yang luas di sepanjang Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Bioma darat (terrestrial) seringkali dinamai sesuai ciri  fisik atau iklim utama dan jenis

vegetasi dominannya.  Sebagai contoh, padang rumput didominasi oleh berbagai spesies

rumput dan umumnya ditemukan pada garis lintang pertengahan, dimana iklim lebih

sedang dibandingkan dengan daerah tropis dan daerah kutub.  Masing-masing bioma juga

ditandai oleh mikroorganisme, fungi, dan hewan yang beradaptasi terhadap lingkungan

tersebut (Campbell, 2002).

Stratifikasi vertikal merupakan suatu ciri penting bioma darat, dan bentuk serta ukuran

tumbuhan berperan besar dalam menentukan pelapisan tersebut.  Sebagai contoh, pada

banyak hutan lapisan bagian atas adalah kanopi, kemudian bagian bawahnya adalah pohon

rendah, di bawah pohon rendah terdapat semak, di lapisan dasar terdapat tumbuhan herba,

lantai hutan (lapisan permukaan tanah), dan akhirnya lapisan akar (Campbell, 2002).

Stratifikasi vertikal vegetasi bioma memberikan habitat yang berbeda-beda bagi hewan-

hewan, yang seringkali dikelompokkan dengan jelas berdasarkan tempat mencari

4

Page 5: LAP PRAK VII.doc

makannya, mulai dari burung dan kelelawar insektivora dan karnivora yang mencari makan

di atas kanopi hingga ke ammalia kecil, berbagai cacing, dan astropoda yang mencari

makanan di lapisan alas dan akar (Campbell, 2002).

Komposisi sejati spesies pada setiap jenis bioma bervariasi dari satu lokasi ke lokasi yang

lain.  Sebagai contoh, di hutan konifer bagian utara (taiga) di Amerika Utara, biasa

dijumpai cemara merah di bagian timur, tetapi daerah lainnya ditumbuhi cemara hitam dan

cemara putih.  Meskipun vegetasi gurun Afrika secara spesifik mirip dengan vegetasi gurun

Amerika Utara, namun tumbuh-tumbuhan tersebut sebenarnya berasal dari famili yang

berbeda.  Dalam makalah ini akan dibahas 8 bioma darat utama, diantaranya bioma hutan

tropis, bioma sabana, bioma gurun, bioma semak belukar, bioma padang rumput, bioma

hutan gugur, bioma hutan konifer, dan bioma tundra (Campbell, 2002). 

Berdasarkan topografinya, ekosistem darat alami Indonesia dapat dibedakan menjadi

ekosistem vegetasi pamah, ekosistem vegetasi pegunungan dan ekosistem vegetasi monsun.

1. Ekosistem vegetasi pamah, ekosistem ini membentang dari ketinggian 0 - 1000 m di

atas permukaan laut. Vegetasinya berupa hutan belukar. Vegetasi yang terdapat di dalam

ekosistem ini terdiri dai vegetasi rawa dan darat. Vegetasi rawa adalah vegetasi yang

terdapat di daerah berawa, yang tergenang air

2. Ekosistem vegetasi pegunungan, ekosistem ini dapat di bedakan menjadi vegetasi hutan

pegunungan, vegetasi padang rumput pegunungan, vegetasi terbuka lereng berbatu,

vegetasi rawa gambut, vegetasi danau dan vegetasi alpin.

a. Vegetasi hutan pegunungan, terdapat pada ketinggian 1500 - 3300 m di atas

permukaan air laut. Cirinya semakin tinggi elevasinya, semakin kecil dan pendek

vegetasinya.

b. Vegetasi padang rumput pegunungan, terdapat pada elevasi 3.200 - 3.600 m.

Komunitasnya terdiri dari rumput yang dapat mencapai 1 meter tingginya.

c. Vegetasi terbuka lereng berbatu, vegetasinya berupa rumput, tumbuhan paku, dan

semak tertentu. Ekosistem ini terdapat di lereng-lereng bukit batu kapur yang

memiliki curah hujan sedikit lembab.

d. Vegetasi rawa gambut, vegetasinya berupa perdu rawa gambut atau rumput yang

5

Page 6: LAP PRAK VII.doc

menutupi tanah gambut. Misalnya terdapat di Irian jaya pada ketinggian 3.300 -

4.000 m atau di Jawa pada ketinggian 2.000 - 3.500 m dari permukaan air laut.

e. Vegetasi danau, di Indonesia banyak terdapat danau eutrofik, yakni danau yang kaya

akan unsur hara dan di tumbuhi oleh berbagai tanaman air.

f. Vegetasi alpin, vegetasi ini di jumpai di daerah yang memiliki elevasi di atas 4.000

m. Vegetasinya berupa rumput, lumut, lumut kerak. Padang lumut di kenal sebagai

tundra. Pada elevasi 4.100 - 4.200 m vegetasinya berupa lumut dan lumut

kerak.pada elevasi 4.000 - 4.500 m vegetasinya berupa padang rumput yang lebat

dan padat.

3. Ekosistem vegetasi munson, vegetasi ini banyak di jumpai di daerah beriklim kering

yang memiliki curah hujan sedikit. Daerahnya meliputi pada elevasi 0 sampai 800 m.

Ciri hutan munson adalah pohon-pohonnya rendah, banyak cabang dan batangnya tidak

lurus.

a. Ekosistem hutan hujan tropis

1.Suhu ± 25°C sepanjang tahun

2.Curah hujan tinggi

3.Hewan dan tumbuhan sangat beragam

4.Tumbuhan khas, liana (rotan), epifit (angrek)

b. Ekosistem hutan gugur

1.Mempunyai empat musim

2.Tumbuhannya, campuran pohon beech-maple dan oak-hickory.

3.Hewannya, rusa, tupai, salamander, dan beruang hitam

c. Ekosistem tundra

1.Terdapat di kutub utara yang mempunyai curah hujan rendah

2.Tumbuhannya, lumut kerak dan lumut

3.Hewannya, serigala, beruang kutub, dan rusa kutub.

d. Ekosistem taiga

1.Terdapat di belahan bumi bagian utara dan pegunungan daerah tropik

2.Suhu pada musim dingin rendah

3.Hutan yang terdiri atas satu species, seperti conifer, pinus, dan cemara.

6

Page 7: LAP PRAK VII.doc

4.Hewannya merupakan pemakan biji-bijian pohon conifer, seperti tupai,

serangga, dan burung finch.

e. Ekosistem padang rumput

1.Terdapat pada iklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 - 75 cm / thn

2.Tumbuhan yang dominan rumput

3.Hewannya, seperti jerapah, gajah afrika, bison amerika, dan singa.

f. Ekosistem gurun

1.Sangat gersang dan curah hujan sangat rendah

2.Suhu pada siang hari sangat dingin mancapai 45°C, sedangkan malam hari sangat

dingin sampai 0°C

3.Tumbuhannya, kaktus

4.Hewannya, unta.

Ekosistem suksesi di bedakan menjadi ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi

sekunder. Ekosistem suksesi primer adalah ekosistem yang tumbuh pada permukaan yang

terbuka. Jadi mula-mula vegetasinya kosong, hanya ada batuan kemudian terjadi suksesi

dan tumbuh ekosistem baru. Contohnya pada suksesi yang terjadi di Krakatau. Ekosistem

suksesi sekunder adalah ekosistem yang tumbuh akibat ekosistem alami rusak.

Jadi,ekosistem sekunder tidak di mulai dari kondisi yang kosong. Misalnya jika hutan

terbakar, akan muncul hutan belantara lagi setelah mengalami suksesi sekunder (Campbell,

2002).

2.3 Interaksi Antar Individu Dan Antar Spesies

1. Intraspesifik (antar individu)

Interaksi antar individu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan serangga.

Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk

menemukan pasangan seksual misalnya. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan

meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian

lingkungan. Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi atau

persaingan untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi.

Pada spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif

7

Page 8: LAP PRAK VII.doc

(telur dan pupa). Walaupun demikian, tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena

kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. Kompetisi umumnya terjadi pada populasi

di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di mana

jumlah makanan relatif sedikit.

2. Interspesifik (antar spesies)

Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga.

Berbagai pola interaksi ditemukan, yaitu:

a) Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan

lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama primer,

kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan

cendawan atau sisa-sisa (Winarsih, 2008).

b) Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan

yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.

hubungan ini ditandai dengan adanya persaingan antar populasi. Interaksi kompetisi

biasanya interspesifik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan proses bertahan hidup

oleh dua atau lebih spesies populasi. Interaksi populasi biasanya melibatkan ruang

lingkup, makanan, nutrisi cahaya matahari, dan tipe-tipe lain dari interaksi. Bila

persaingan terjadi cukup hebat dan besar, bisa jadi populasi tertentu kalah. Kompetisi

interspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari

suatu populasi mengganti yang lain. Berdasarkan kebutuhan tersebut kompetisi dibagi

menjadi:

1) Kompetisi teritorial yaitu kompetisi untuk memperebutkan wilayah atau teritori

tempat tinggal organisme, hal ini berkaitan dengan kompetisi selanjutnya.

2) Kompetisi makanan yaitu kompetisi untuk memperebutkan mangsa atau makanan

dari wilayah-wilayah buruan (Winarsih, 2008).

Kompetisi juga dapat dibagi menjadi :

1) Kompetisi internal adalah kompetisi pada organisme dalam satu spesies.

2) Kompetisi eksternal adalah kompetisi pada organisme yang berbeda spesiesnya.

8

Page 9: LAP PRAK VII.doc

Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau

bahkan berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan

dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi

ledakan populasi hewan yang berkompetisi. Kompetisi menunjukan suatu tipe interaksi

dimana dua individu atau lebih bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya

terbatas, tempat hidup, dan lain-lain. Kompetisi interspesifik bukanlah suatu kompetisi

yang sederhana karena melibatkan berbagai tipe organisme sehingga memungkinkan

terjadi hasil yang berbeda-beda. Jika dua spesies atau lebih terlibat dalam kompetisi

secara langsung untuk memperebutkan hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih

efisien dalam memanfaatkan sesuatu yang diperebutkan tadi akan punah (Winarsih,

2008).

Kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terdapat ketidakseimbangan, misalnya

kekurangan air, makanan, pasangan kawin, dan ruang. Contoh, persaingan antara

populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput. Persaingan antar pejantan

kumbang bapak memperebutkan betina ketika musim kawin tiba.

c) Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Predasi bisa oleh

spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama yang menjadi karnivor

fakultatif pada kondisi ekstrim.

d) Simbiosis berasal dari bahasa yunani, syn yang berarti ”bersama” dan bios yang berarti

”hidup” dengan demikian simbiosis diartikan cara hidup bersama dari organisme-

organisme berbeda dalam hubungan yang erat. Simbiosis terbagi menjadi 3, yaitu :

a. Simbiosis Mutualisme

Simbiosis mutualisme adalah hidup bersama antara dua makhluk hidup yang keduanya

saling diuntungkan. Misalnya, simbiosis antara bunga dan lebah, jamur dan ganggang,

burung jalak dan badak, serta kacang tanah dan bakteri Rhizobium.

b. Simbiosis Komensalisme

Simbiosis komensalisme adalah hidup bersama antara dua makhluk hidup berlainan

jenis, salah satu makhluk hidup diuntungkan dan makhluk hidup yang lain tidak

dirugikan. Misalnya, simbiosis antara anggrek dan pohon mangga, antara ikan hiu dan

9

Page 10: LAP PRAK VII.doc

ikan remora (Winarsih, 2008).

c. Simbiosis Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah hidup bersama antara dua makhluk hidup berbeda jenis,

tetapi satu makhluk hidup diuntungkan (parasit) dan satu makhluk hidup dirugikan

(inang). Misalnya, simbiosis antara cacing pita dengan tubuh manusia, jamur dengan

tubuh manusia, kutu kepala dengan tubuh manusia, dan benalu dengan tubuh manusia.

Makhluk hidup yang diuntungkan biasa disebut parasit dan makhluk hidup yang

dirugikan disebut inang. Parasit yang hidup di luar tubuh inang disebut dengan

ektoparasit, sedangkan parasit yang tumbuh di dalam tubuh inang disebut endoparasit

(Winarsih, 2008).

e) Interaksi netral, merupakan hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam

habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua

belah pihak, disebut netral. Hubungan ini terjadi bila tidak ada saling mempengaruhi di

antara populasi, sebagai contoh populasi walang sengit, dan burung gelatik. Walang

sengit mengisap buah padi muda. Burung gelatik makan biji padi. Walaupun sama-

sama makan biji padi, namun mereka tidak menggangu yang lain, dan tidak pernah

bersaing (Winarsih, 2008).

2.5 Hutan Alam

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan

lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan

berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan,

modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer

Bumi yang paling penting (Arifin, 2001).

Pengertian dari hutan alam adalah hutan yang ditumbuhi pohon-pohon secara alami dan

sudah ada sejak dulu kala. Hutan alam yang dapat bertahan tanpa ada campur tangan

manusia atau pun tidak terjadi eksploitasi hutan disebut Hutan primer.

10

Page 11: LAP PRAK VII.doc

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi

lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada

di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap,

yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini

berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka

unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,

tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat

melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan

sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat

hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah

timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan

salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat

bertumbuhnya berjuta tanaman (Arifin, 2001).

11

Page 12: LAP PRAK VII.doc

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ekologi yang berjudul pengamatan interaksi dan adaptasi ekosistem darat

dilakukan pada hari Rabu, 27 November 2013 pukul 11.00-16.00 WITA. Praktikum

dilakukan di sekitar Jogging Track Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Patok

2. Anemometer

3. Conductivity meter

4. Meteran

5. pH meter

6. Secchi disc

7. Termometer

8. Swept net

9. Altimeter

3.2.2 Bahan

1. Botol sampel

2. Plastik sampel

3. Tali rafia

4. Ekosistem darat

12

Page 13: LAP PRAK VII.doc

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Ekosistem Darat

3.3.1.1 Membuat Plot

1. Ditancapkan patok pertama, kedua, ketiga dan keempat dengan ukuran 25m x 9,7 m.

2. Diikatkan tali raffia pada patok dari patok pertama hingga patok keempat.

3. Diamati semua makhluk hidup yang terdapat pada plot.

3.3.1.2 Menangkap Serangga

1. Digunakan swept net untuk menangkap serangga.

2. Diayunkan swept net ke arah serangga yang ingin ditangkap.

3. Dimasukkan serangga ke dalam plastik sampel.

3.3.1.3 Mengukur pH dan Kelembaban

1. Digunakan higrometer untuk mengukur pH tanah dan kelembapan.

2. Ditancapkan higrometer ke dalam tanah.

3. Digeser tombol switch ke arah mouisture untuk mengukur kelembaban, dan geser ke

arah pH untuk mengukur keasaman tanah.

4. Dicatat hasil pengamatan.

3.3.1.4 Mengukur Suhu

1. Digunakan termometer raksa untuk untuk mengukur suhu tanah.

2. Ditancapkan termometer raksa kedalam tanah.

3. Ditunggu hingga 1 menit.

4. Dicatat berapa suhu yang ditunjukkan oleh jarum pada termometer.

3.3.1.5 Mengukur Kecepatan Angin

1. Ditekan tombol switch on/off pada anemometer.

2. Diangkat anemometer searah angin.

3. Ditekan tombol di bagian samping anemometer.

13

Page 14: LAP PRAK VII.doc

4. Di tunggu beberapa saat hingga muncul data pada display.

5. Dicatat hasilnya.

6. Dilakukan kembali percobaan sebanyak 3 kali.

3.3.1.6 Mengukur Lingkar Pohon

1. Digunakan meteran sebagai alat ukur.

2. Dilingkarkan meteran mengelilingi pohon.

3. Dicatat hasil pengukuran.

4. Dilakukan pengukuran pada setiap pohon yang ada di plot.

3.3.1.7 Mengukur Ketinggian Tempat, Kelembaban, dan Suhu Lingkungan

1. Digunakan altimeter sebagai alat ukur.

2. Ditekan tombol power.

3. Ditekan tombol scan.

4. Dicatat hasil pengukuran.

3.3.2 Ekosistem Air

3.3.2.1 Mengukur Kecerahan Air

1. Dimasukkan Secchi Disc ke dalam air.

2. Diamati hingga warna hitam putih pada Secchi Disc tidak terlihat lagi.

3. Dicatat berapa kedalamannya.

3.3.2.2 Mengukur Suhu dan Konduktivitas Air

1. Disiapkan air dan botol sampel.

2. Dibuka tutup elektrode Conductivity meter lalu dimasukkan elektrode ke dalam botol

sampel.

3. Ditunggu sampai nilai atau angka tidak berubah-ubah.

4. Dicatat hasilnya.

14

Page 15: LAP PRAK VII.doc

3.3.2.3 Mengukur pH air

1. Dimasukkan sampel air ke dalam botol sampel.

2. Dibuka tutup elektrode pada alat pH meter digital, lalu dimasukkan elektrode ke dalam

botol sampel.

3. Ditekan tombol hold setelah mucul tulisan ready.

4. Dicatat nilai pengukuran yang tertera pada layar pH meter digital.

3.3.2.4 Mengukur Kedalaman Air

1. Dimasukkan secchi disc ke dalam air hingga menyentuh dasar.

2. Ditandai sampai batas mana air pada tali.

3. Dilakukan pengukuran panjang dengan meteran.

4. Dicatat hasil pengukuran.

15

Page 16: LAP PRAK VII.doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1 Tabel Hasil Pengamatan abiotik

No. Abiotik fisik Hasil uji

1. Air

Suhu (oC) 32,5

pH 7,18

Konduktivitas (ms/cm) 186

2. Tanah

pH

Patok I 7

Patok II 7

Patok III 7,2

Patok IV 7

Kelembaban

Patok I 2

Patok II 4

Patok III 8

Patok IV 4

Suhu

Patok I 30

Patok II 31

Patok III 31

Patok IV 28

3. Kecepatan angin (m/s) 1,24

4. Suhu lingkungan (oC) 36,2

5. Kelembaban Lingkungan (%) 57

16

Page 17: LAP PRAK VII.doc

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan lingkungan biotik (vegetasi)

No. TumbuhanSifat

ciri/khasKelas

Fungsi tingkatan

trofikJumlah

1.

Pohon tanjung

Pohon berukuran sedang,berdaun tunggal, tersebar. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm.

Magnoliopsida

Produsen 1

2.

Kelengkeng

Diameter batangnya besar, berdaun majemuk, anak daun bulat memanjang, mahkota bunga lima helai.

Magnoliopsida

Produsen 2

3.

Pohon kelapa

Pohon dengan batang tunggal, akar serabut, tebal dan berkayu, daun tunggal dengan

Liliopsida Produsen 6

17

Page 18: LAP PRAK VII.doc

pertulangan menyirip, buah besar

4.

Rambutan

Pohon hijau abadi, akar tunggang, daun majemuk menyirip berbentuk bulat telur, bunga majemuk.

Magnoliopsida

Produsen 3

5.

Sawit

Akar serabut, daunnya tersusun majemuk menyirip, batang tanaman diselimuti bekas pelepah, bunga jantan dan betina terpisah.

Liliopsida Produsen 1

6.

Paku pedang

Terna epifit atau setengah epifit,rimpangnya tipis, menyerupai akar, anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau mata tombak.

Pteridopsida

Produsen 1

18

Page 19: LAP PRAK VII.doc

Tabel 4.3 Hasil pengamatan lingkungan biotik (hewan)

No. Hewan Sifat ciri/khas Kelas Fungsi

tingkatan trofik

Jumlah

1

Kodok

Hidup di darat dan air, memiliki kulit yang kasar berbintil-bintil

Amfibi Karnivora 2

2.

Kepik

Mempunyai sayap yang halus

dan keras, terdapat bintik

hitam di sayapnya

Coleoptera Herbivora 1

3.

Ngengat

1 pasang sayap yang lebar, 1

pasang antena, 3 pasang kaki,

Lepidoptera Herbivora 1

19

Page 20: LAP PRAK VII.doc

4.

Belalang

Badan beruas-ruas.

Mempunyai 2 kaki panjang,

dan 4 kaki kecil

Orthoptera Herbivora 3

5.

Bekicot

Memiliki cangkang,

berbafas dengan menggunakan

paru-paru, bergerak dengan

menggunakan otot perut.

Gastropoda Omnivora 3

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kualitas Fisik dan Kimia Ekosistem Darat

Kualitas fisik dan kimia pada ekosistem darat menentukan kualitas kelangsungan hidup

organisme di dalamnya. Di dalam praktikum kali ini pengukuran kualitas fisik dan kimia

dilakukan pada ekosistem darat menggunakan alat termometer untuk mengukur suhu,

hygrometer untuk mengukur kelembaban dan kadar pH tanah.

Pada umumnya makhluk hidup memiliki kisaran suhu lingkungan 0-40oC. Makhluk hidup,

khususnya hewan, umumnya tidak bertahan hidup pada suhu di atas 40oC. Dari hasil yang

di dapatkan pada penelitian di sekitar Jogging Track Universitas Mulawarman adalah pada

patok 1 sebesar 30 oC, patok 2 sebesar 31 oC, patok 3 sebesar 31 oC, patok 4 sebesar 28 oC.

Jika dirata-ratakan hasilnya adalah 30 oC, sehingga suhu di sekitar Jogging Track

Universitas Mulawarman merupakan suhu yang cocok untuk kehidupan organisme.

Sedangkan suhu lingkungan 36,2 oC, suhu tersebut cukup tinggi karena dilakukan

20

Page 21: LAP PRAK VII.doc

pengukuran pada siang hari. Tinggi rendahnya suhu juga dipengaruhi oleh sudut datangnya

sinar matahari, lama waktu penyinaran, ketinggian tempat dan awan.

Kelembaban udara menunjukkan besarnya kandungan uap air udara. Jika kelembaban

rendah, transpirasi atau penguapan akan meningkat. Kelembaban juga sangat berpengaruh

terhadap persebaran hewan dan juga keanekaragaman vegetasi pada ekosistem tersebut.

Karena ada hewan dan tumbuhan yang hidup dengan kelembaban tinggi. Hasil dari

pengukuran kelembaban percobaan kali ini adalah pada patok 1 adalah 2%, patok 2 adalah

4%, patok 3 adalah 8%, dan patok 4 adalah 4%.

Derajat keasaman tanah (pH) merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi penyerapan

unsur hara. pH netral berkisar 6,8-7,2, pH tergolong asam jika <6 dan tergolong basa jika

>8. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pH tanah pada patok 1 adalah 7, pada patok 2

pH sebesar 7, pada patok 3 sebesar 7,2 dan pada patok 4 sebesar 7, pH tersebut tergolong

netral dan baik untuk kelangsungan hidup organisme di dalamnya.

4.2.2 Kualitas Fisik dan Kimia Ekosistem Air Kualitas fisik dan kimia pada perairan berpengaruh terhadap kualitas dan kelangsungan

hidup organisme di dalamnya. Kualitas air yang baik biasanya lebih banyak organisme

yang dapat hidup di dalamnya maupun hidup di sekitarnya. Dalam parameter kualitas fisik

dan kimia ekositem perairan pada praktikum kali ini dapat dilakukan dengan mengukur

kecerahan, suhu, pH dan konduktivitasnya.

Kecerahan dan kekeruhan air dalam kolam dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang

masuk ke dalam kolam atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari, kecerahan

dikur dengan menggunakan Secchi Disc .Hasil pengukuran dengan menggunakan Secchi

Disc dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Perairan berkecerahan baik : lebih dari 60 cm.

2. Perairan berkecerahan sedang : kurang lebih 30 cm.

3. Perairan berkecerahan buruk : kurang dari 10 cm.

21

Page 22: LAP PRAK VII.doc

Pengukuran tingkat kecerahan menunjukkan angka 20 cm. Angka tersebut menunjukkan

tingkat kecerahan kolam tergolong sedang dan masih baik bagi kehidupan organisme.

Suhu air menjadi faktor pembatas utama yang menentukan pertumbuhan dan kehidupan

ikan. Suhu berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas di dalam air dan kehidupan organisme

di dalamnya. Pengukuran suhu air sungai menunjukkan angka 32,5 ˚C. Suhu tersebut cukup

tinggi namun masih baik bagi kehidupan organiseme di dalamnya. Karena suhu yang sesuai

bagi kehidupan organisme perairan berkisar 24-32 ˚C. Suhu yang tinggi dikerenakan

pengukuran dilakukan pada siang hari.

Hasil pengukuran pH pada air adalah 7,18. Nilai tersebut masih sesuai bagi kehidupan

organisme di dalamnya. Nilai pH ideal bagi kehidupan organisme air umumnya berkisar

antara 6-8.

Konduktivitas merupakan kemampuan perairan untuk menghantarkan listrik. Biasanya

makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Hasil

pengukuran konduktivitas air adalah 186 ms/cm. Kisaran angka tersebut cukup rendah

karena air yang di teliti merupakan perairan air tawar yang tidak mengandung garam.

Karena semakin tinggi konduktivitasnya maka semakin tinggi pula kadar garamnya.

4.2.3 Keragaman Makhluk Hidup

a. Keragaman Hewan

Beberapa jenis hewan yang ditemukan pada plot penelitian adalah :

1. Belalang

Belalang (Valanga Nigricornis) termasuk dalam suku Orthoptera, ada 2 jenis

belalang yang ditemukan pada area plot penelitian. Jenis pertama merupakan

belalang hijau. Sedangkan jenis kedua adalah belalang coklat. Tubuh belalang

beruas-ruas, memiliki 2 tungkai dan 4 kaki. Pada kakinya terdapat ruas-ruas seperti

duri. Pada belalang betina memiliki sepasang indung telur. Sedangkan pada belalang

jantan terdapat sepasang testes yang terdapat di ujung sistem reproduksi. Pada

sistem ekskresi belalang, berupa saluran Malphigi yang berfungsi mengeluarkan zat

22

Page 23: LAP PRAK VII.doc

sisa metabolisme. Organ pernapasan berupa trakea berspirakel yang terletak di

kanan dan kiri pada tiap ruas. Sebagian larva bernapas dengan insang trakeal pada

bagian perutnya. Sistem saraf semua serangga disebut tangga tali dengan alat

penerima rangsangan. Tangga tali belalang berupa mata falset (majemuk), antena,

alat pembuat suara dan alat pendengar. Jaringan saraf serangga dapat dibagi menjadi

jaringan saraf pusat dan saraf dalam. Saraf pusat terdiri atas otak, subesophageal

ganglion, dan tali saraf ventral.

Dalam kehidupan, belalang mempunyai banyak peran. Belalang sering dianggap

sebagai hama, karena dalam jumlah tertentu dapat mengakibatkan kerusakan

tanaman budidaya. Dan belalang jenis tertentu memiliki peran sebagai predator

yang memangsa hama, sehingga menguntungkan bagi petani. Ada pula yang

menjadikan belalang sebagai makanan yang istimewa, karena dianggap memiliki

banyak kandungan protein.

2. Ngengat

Ngengat (Heterocera) merupakan serangga yang termasuk dalam ordo lepidoptera.

Ngengat seperti kupu-kupu namun berwarna lebih gelap. Ngengat memiliki 2 pasang

sayap dan sepasang antena dikepalanya yang berfungsi sebagai alat peraba. Seperti

serangga lainnya ngengat juga bernafas dengan menggunakan trakea, dan alat

ekskresinya berupa pembuluh Malpighi. Ngengat mengalami metamorfosis sempurna

dan berkembang biak dengan bertelur, telur diletakkan di daun dan akan berkembang

menjadi ulat atau larva. Larva akan berkembang menjadi kepompong dan akhirnya

menjadi ngengat dewasa.

Didalam perannya dalam kehidupan ngengat bisa menguntungkan maupun merugikan.

Ngengat dapat membantu penyerbukan pada tanaman, namun dapat menjadi hama pada

saat masih menjadi ulat dan beberapa jenis dapat menjadi hama saat dewasa.

3. Lady bug (Kepik)

23

Page 24: LAP PRAK VII.doc

Termasuk dalam ordo Coleoptera mempunyai dua pasang sayap yang permukaannya

mengkilat halus dan keras karena mengandung zat kitin. Bentuk mulut adalah mulut

penggigit. Pada kepik betina memiliki sepasang indung telur. Sedangkan pada kepik

jantan terdapat sepasang testes yang terdapat di ujung sistem reproduksi. Pada sistem

ekskresi belalang, berupa saluran Malphigi yang berfungsi mengeluarkan zat sisa

metabolisme. Organ pernapasan berupa trakea berspirakel yang terletak di kanan dan

kiri pada tiap ruas. Sebagian larva bernapas dengan insang trakeal pada bagian

perutnya. Sistem saraf semua serangga disebut tangga tali dengan alat penerima

rangsangan. Tangga tali belalang berupa mata falset (majemuk), antena dan alat

pendengar. Jaringan saraf serangga dapat dibagi menjadi jaringan saraf pusat dan saraf

dalam. Saraf pusat terdiri atas otak, subesophageal ganglion, dan tali saraf ventral.

Kepik memiliki peran dalam kehidupan sebagai pemakan daun, sehingga dalam

bidang pertanian, kepik dalam jumlah banyak dapat merugikan petani karena dapat

merusak tanamannya.

4. Bekicot

Termasuk dalam golongan Gastropoda dan hidup di tempat yang lembab, memiliki

cangkang dari zat kapur yang berbentuk spiral. Bernafas dengan menggunakan paru-

paru, bergerak dengan menggunakan otot perut dengan mengeluarkan lendir untuk

melicinkan jalan. Hewan ini bersifat hemafrodit, yaitu mempunyai kelamin jantan dan

kelamin betina dalam satu tubuh, berkembang biak dengan bertelur. Merupakan

omnivora yang memakan tumbuhan atau hewan kecil.

5. Kodok

Termasuk dalam hewan amfibi, yaitu hewan yang dapat hidup di air dan di darat

(tempat lembab) dan merupakan hewan berdarah dingin. Kulitnya kasar, berkutil-kutil

dan kering. Kodok bergerak dengan meloncat atau merangkak serta bernapas dengan

menggunakan kulit dan paru-paru. Kodok merupakan hewan karnivora yang memakan

serangga, cacing, dan hewan kecil lainnya, kodok berkembang biak dengan bertelur.

24

Page 25: LAP PRAK VII.doc

b. Keragaman Tumbuhan

Beberapa jenis tumbuhan yang ada pada plot penelitian adalah :

1. Pohon Tanjung

Pohon tanjung merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Sapotacea. Tanaman ini

sering di tanam di di pinggir jalan raya, karena memiliki daya serap yang tinggi terhadap

bahan penyebab terjadinya pencemaran udara. Selain itu, pohon ini juga menghasilkan

bau harum dan memiliki kayu yang kuat sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bangunan.

2. Pohon Kelengkeng

Pohon kelengkeng merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Sapindaceae. seperti

yang kita tahu pohon kelengkeng memiliki buah, yaitu buah kelengkeng. Sehingga

pohon kelengkeng dapat dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi.

3. Pohon Kelapa

Pohon kelapa merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Palmae. Pohon kelapa

sering di kenal sebagau tanaman yang banyak sekali manfaatnya, karena dari ujung akar

sampai ujung daunnya dapat di manfaatkan. Pohon kelapa juga dapat di tanam di daerah

pandtai untuk mengurangi terjadinya abrasi.

4. Pohon Singkil

Pohon singkil merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Hominidae. Pohon ini

sering dimanfaatkan sebagai tanaman berkhasiat obat dan dapat pula dimanfaatkan

daunnya untuk di jadikan sayur.

5. Pohon rambutan

Pohon rambutan merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Sapindaceae. Pada

umumnya pohon rambutan merupakan tanaman yang hanya tumbuh di daerah tropis.

Pohonya menghasilkan buah yang memiliki rambut di kulitnya. Buah ini dapat

dimanfaatkan untuk konsumsi karena buahnya yang manis, namun terkadang ada yang

masam.

25

Page 26: LAP PRAK VII.doc

6. Sawit

Merupakan tumbuhan biji tertutup yang termasuk dalam keluarga Palmae. kelapa sawit

merupakan salah satu tanaman industri yang banyak di jumpai di Kalimantan. Selain

buahnya dapat dijadikan minyak, sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

7. Paku-pakuan

Memiliki tubuh yang terdiri atas akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki

klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri. Paku berkembang biak dengan

menggunakan sopora. Daun mudanya menggulung.

4.2.4 Peranan pada ekosistem

Pada plot yang kami amati, terdapat beberapa makhluk hidup yang memiliki peranannya

masing-masing dalam tingkat trofik.

1. Produsen

Tumbuhan hijau berperan sebagai produsen. Beberapa tumbuhan hijau yang ada pada

plot adalah pohon tanjung, pohon kelengkeng, pohon rambutan, pohon singkil, pohon

kelapa, kelapa sawit, dan paku-pakuan.

2. Herbivora

Spesies yang termasuk dalam kelompok ini adalah belalang, ngengat, kepik. Belalang

memakan daun yang ada pada tumbuhan, sedangkan ngengat mengisap nektar yang

terdapat pada bunga.

3. Karnivora

Spesies yang termasuk dalam kelompok ini adalah kodok dan ikan. Kodok merupakan

pemakan serangga seperti belalang, nyamuk, dan capung serta hewan kecil lainnya.

Ikan biasanya memakan plankton atau hewan kecil lainnya yang ada di dalam air.

4. Omnivora

Spesies yang termasuk dalam omnivora adalah bekicot. Bekicot merupakan pemakan

tumbuh-tumbuhan dan hewan kecil lainnya..

5. Dekomposer

26

Page 27: LAP PRAK VII.doc

Omnivora

berperan sebagai pengurai zat-zat organik (zat yang dapat membusuk) menjadi zat-zat

organik penyusunnya. Salah satu contoh dekomposer yang ada pada plot adalah

cacing. Cacing tergolong detritivore, yaitu pengurai yang melakukan proses

dekomposisi dengan cara memakannya secara langsung serta hasil olahannya dapat

berguna bagi lingkungan.

4.2.5 Jenis Adaptasi yang Terdapat Pada Plot

Di dalam plot penelitian terdapat adaptasi atau cara makhluk hidup untuk mempertahankan

hidupnya. Adaptasi yang di dapat di dalam plot adalah adaptasi morfologi dan adaptasi

tingkah laku.

Adaptasi morfologi, yaitu bentuk mulut tiap serangga sesuai jenis makanannya seperti

belalang memiliki tipe mulut menggigit-mengunyah dan kepik yang memiliki tipe mulut

penggigit karena merupakan pemakan daun. Sedangkan ngengat memiliki tipe mulut

penghisap untuk menghisap nektar bunga.

Adaptasi yang kedua adalah adaptasi tingkah laku, yaitu bekicot. Saat cuaca sangat panas

bekicot akan melindungi diri terhadap kekeringan dengan beristirahat di dalam cangkang

dan menutup lubang cangkang dengan lendirnya. Apabila keadaan lingkungan membaik

hewan ini akan aktif kembali.

4.2.6 Piramida Jumlah Individu komponen Biotik

Dari hasil praktikum di dapatkan komponen ekosistem yang memiliki tingkatan trofik.

Dalam penggambaran jumlahnya, dapat kita gambarkan dengan piramida makanan. Pada

tingkat produsen jumlahnya paling banyak, kemudian di susul oleh konsumen tingkat 1,

kemudian sisusul oleh konsumen tingkat 2, kemudian konsumen tingkat 3. Semakin tinggi

tingkatan trofiknya maka akan semakin sedikit jumlahnya. Berikut adalah gambaran dari

piramida makanan yang didapatkan dari plot penelitian:

27

Trofik IV

Page 28: LAP PRAK VII.doc

Karnivora

Herbivora

Gambar 4.1 Piramida Makanan

4.2.7 Jaring-jaring Makanan

Dari komponen ekosistem yang didapatkan dari kelompok 1 dan 2, dapat di gambarkan

jaring-jaring makananya. Interaksi dari setiap komponennya terjalin dengan proses makan

dan dimakan yang merupakan proses berkelanjutan secara seimbang di alam. Proses itu

disebut dengan rantai makanan dan kumpulan dari rantai makanan akan membetuk sebuah

jaring-jaring makanan. Pada rantai makanan juga terdapat istilah-istilah produsen

konsumen dan dekomposer. Semuanya membentuk jaring-jaring makan yang tidak

terputus. Berikut adalah gambaran tentang jaring-jaring makanan yang di dapatkan dari

hasil penelitian:

Gambar 4.2 Jaring-jaring Makanan

4.3 Perbandingan Hasil Pengamatan Kelompok

28

Produsen (Tumbuhan Hijau )

Trofik III

Trofik II

Trofik I

Tumbuhan

Belalang

Kepik

Ngengat

Bekicot

Kodok

Ikan

Dekomposer (cacing)

Page 29: LAP PRAK VII.doc

Tabel 4.4 Data Perbandingan Kelompok

No. Abiotik fisik

Hasil Uji

Kelompok

1 dan 2

Kelompok

3 dan 4

Kelompok

5 dan 6

Kelompok

7 dan 8

1. Air

Suhu (0C) 32,5 32,3 32,5 32

pH 7,18 9,97 9,84 9,78

Konduktivitas (ms/cm) 186 197 190 159

Kecerahan air (cm) 20 30 8 30

2. Tanah

pH

Patok I 7 - 7 6,9

Patok II 7 - 6,5 6,8

Patok III 7,2 - 7 6,6

Patok IV 7 - 6,75 6,9

Kelembaban

(%)

Patok I 20 - 100 100

Patok II 40 - 100 70

Patok III 80 - 20 100

Patok IV 40 - 90 100

Suhu

(0C)

Patok I 30 28 28 28

Patok II 31 28 25 25

Patok III 28 30 23 27

Patok IV 32 32 25 28

3. Kecepatan angin (m/s) 3,24 1,48 1,03 199,67

Pada praktikum kali ini dilakukan penelitian tentang pengamatan interaksi pada komponen

ekosistem darat dan air di sekitar Jogging Treck Universitas Mulawarman. Untuk

mempermudahkan penelitian dilakukan sampling, dengan membuat petak penelitian

dengan ukuran 25 m x 9,7 m.

Kelompok yang melakukan praktikum ada sebanyak 8 kelompok dan di bagi kembali

menjadi 4 kelompok sehingga petak ukur yang di buat sebanyak 4 petak. Sehingga dalam

satu petak terdapat dua kelompok yang melakukan penelitian. Petak ke satu di teliti oleh

29

Page 30: LAP PRAK VII.doc

kelompok 1 dan 2, petak ke dua di teliti oleh kelompok 3 dan 4, petak ke tiga di teliti oleh

kelompok 5 dan 6, dan petak ke empat di teliti kelompok 7 dan 8.

Dalam petak penelitian tersebut dilakukan pengukuran berbagai faktor pembatas ekosistem

darat dan air. Faktor pembatas yang di ukur pada ekosistem darat adalah pH, kelembaban

dan suhu, yang ada di dalam petak penelitian tersebut. Sedangkan pada air di lakukan

pengukuran suhu, pH, kecerahan dan konduktivitas. Khusus pada pengukuran di ekosistem

darat dilakukan pada setiap patok dan diambil rata-rata dari setiap pengukuran.

Dari hasil setiap kelompok memiliki perbedaan yang mencolok dikarenakan perbedaan

tempat dan waktu pengukuran dan kemungkinan karena kesalahan praktikan pada saat

melakukan penelitian. Adapun kesamaan hasil penelitian dikarenakan samanya tempat

penelitian dan persamaan waktu penelitian.

Pada pengukuran suhu ekosistem darat kelompok 1 dan 2 adalah 32,5 0C, kelompok 3 dan 4

adalah 32,3 0C, kelompok 5 dan 6 adalah 32,5 0C dan kelompok 7 dan 8 adalah 32 0C. Dari

hasil yang di dapatkan semua kelompok terdapat perbedaan yang tipis diantaranya.

Sedangkan pada pengukuran suhu air kelompok 1 dan 2 adalah 30,25 0C, kelompok 3 dan 4

adalah 29,5 0C, kelompok 5 dan 6 adalah 25,25 0C dan kelompok 7 dan 8 adalah 27 0C. Dari

pengukuran suhu air di dapatkan perbedaan hasil yang mencolok. Perbedaan tersebut terjadi

karena perbedaan datangnya sinar matahari dan juga vegetasi yang berada di sekitar plot

penelitian.

Pada pengukuran pH ekosistem darat kelompok 1 dan 2 adalah 7,5, kelompok 3 dan 4 tidak

melakukan pengukuran, kelompok 5 dan 6 adalah 6,8 dan kelompok 7 dan 8 adalah 6,8.

Perbedaan tersebut dikarenakan perbandingan tanah dengan air. Setiap kelompok memiliki

plot penelitian yang kandungan air dalam tanah yang berbeda-beda. Sedangkan pada

pengukuran pH air kelompok 1 dan 2 adalah 7,18, kelompok 3 dan 4 adalah 9,97,

kelompok 5 dan 6 adalah 9,84 dan kelompok 7 dan 8 adalah 9,78.

Pada pengukuran kelembaban ekosistem darat kelompok 1 dan 2 adalah 45 % , kelompok 3

dan 4 tidak melakukan pengukuran, kelompok 5 dan 6 adalah 77,5 % dan kelompok 7 dan 8

adalah 92,5 %. Dari hasil pengukuran di dapatkan perbedaan yang mencolok dikarenakan

30

Page 31: LAP PRAK VII.doc

perbedaan tempat dan yang paling berpengaruh adalah datangnya sinar matari, semakin

banyak vegetsi yang ada maka semakin sedikit cahaya matahari yang masuk.

Berdasarkan pengamatan kelompok 1 dan 2 mendapatkan hasil kecerahan air 20 cm,

kelompok 3 dan 4 mendapatkan hasil 30 cm, kelompok 5 dan 6 mendapatkan hasil 8 cm,

kelompok 7 dan 8 mendapatkan hasil 30 cm.. Hasil pengukuran kecerahan kelompok 1, 2,

3, 4, 7, dan 8 termasuk dalam katergori yang sedang. Sedangkan pengukuran kecerahan

kelompok 5 dan 6 tergolong dalam kategori buruk. Hasil pengukuran kelompok 5 dan 6

yang termasuk dalam kategori sedang menunjukkan banyaknya zat terlarut dan juga

sedimentasi. Perbedaaan kecerahan disebabkan karena perbedaan tempat pengukuran.

Pada pengukuran konduktivitas kelompok 1 dan 2 adalah 186 ms/cm, kelompok 3 dan 4

adalah 197ms/cm, kelompok 5 dan 6 adalah 190 ms/cm dan kelompok 7 dan 8 adalah 159

ms/cm. Dari hasil pengukuran yang di dapatkan memiliki perbedaan yang mencolok dan

mungkin saja di karenakan keadaan alat yang kurang baik atau kesalahan pada praktikan.

Dan yang terakhir adalah kecepatan angin, didapatkan hasil kelompok 1 dan 2 adalah 3,24

m/s, kelompok 3 dan 4 adalah 1,48 m/s, kelompok 5 dan 6 adalah 1,03 m/s dan kelompok 7

dan 8 adalah 199,67 m/s. Perbedaan yang di dapat sangat mencolok di karenakan perbedaan

waktu datangnya angin.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hutan alam terdiri dari banyak jenis vegetasi, hewan yang hidup didalamnya, faktor

pembatas yang mempengaruhinya dan memiliki parameter kualitas fisik dan kimia di

31

Page 32: LAP PRAK VII.doc

dalamnya .

2. Faktor pembatas yang mempengaruhi ekosistem darat dan air alam adalah ketinggian

tempat, pH, kelembaban, suhu lingkungan maupun suhu air, serta kecerahan dan

kedalaman air.

3. Dalam tingkat trofiknya komponen ekosistem terdiri dari produsen, konsumen serta

pengurai. Dalam praktikum kali ini yang memiliki peran sebagai produsen adalah

tuumbuhan hijau yang ada dalam plot yaitu pohon tanjung, kelengkeng, pohon kelapa,

rambutan, sawit dan paku pedang. Yang berperan sebagai konsumen adalah belalang,

ngengat, kepik, kodok dan bekicot. Dan yang berperan sebagai pengurai adalah cacing

yang terdapat di dalam tanah yang akan menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang telah

mati.

4. Adaptasi yang terjadi didalam ekosistem tersebut antara lain adaptasi morfologi, fisiologi

dan tingkah laku. Yang termasuk adaptasi morfologi pada praktikum kali ini adalah

bentuk serangga yang sesuai dengan makanannya dan fisiolosi tingkah laku adalah saat

cuaca sangat panas bekicot akan melindungi diri terhadap kekeringan dengan beristirahat

di dalam cangkang dan menutup lubang cangkang dengan lendirnya.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada praktikan utuk lebih berhati-hati saat melakukan penelitian di

lapangan, agar tidak ada praktikan yang terpeleset atau hal yang tidak diinginkan

lainnya.

2. Diharapkan praktikan dapat lebih kondusif di lapangan, agar makhluk hidup khususnya

hewan yang akan di amati tidak pergi karena suara yang ditimbulkan oleh praktikan.

32