YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript

ABSTRAK

Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan kejang yang berulang akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara paroksimal, didasari oleh berbagai faktor etiologi. Epilepsi adalah salah satu penyakit saraf yang paling umum di seluruh dunia. Ini masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat menunjukkan kurangnya pengetahuan dasar epilepsi, kesalahpahaman, dan sikap negatif antara masyarakat umum dan keluarga anggota epilepsi, dan bahkan professional kesehatan. Ini selalu terkait dengan diskriminasi atau kesalahpahaman bahwa pasien epilepsi adalah satu serangan roh jahat, dengan cacat fisik, keterbelakangan mental, dan gangguan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan September sampai November 2012.Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong lintang (cross-sectional study). Populasi penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan dengan besar sampel sebanyak 33 pasien yang diambil dengan metode consecutive sampling.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan responden (97.0%) sangat baik karena pernah mendengar tentang penyakit epilepsi dan sebanyak 33.3% responden mengerti penyebab penyakit ini. Sikap responden juga sangat baik sebanyak 100% responden setuju bahawa harus diberi bantuan segera dan memerlukan perhatian khusus.Bahwa masih dibutuhkan pengetahuan dan edukasi lebih lanjut kepada masyarakat tentang penyakit epilepsi agar penatalaksaan penyakit ini dapat lebih optimal.

Kata Kunci :Epilepsi, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT

Epilepsy is a condition characterized by seizures which is the result of brain dysfunction caused by intermittent loss of electrical charge and excessive abnormal neurons in paroxysmal, cause by a variety of etiologic factors. Epilepsy is one of the most common neurological disease worldwide. It still remains as a public health problem that shows a lack of basic knowledge of epilepsy, misconceptions and negative attitudes among the general public and family members of epilepsy, and even health professionals. It is always associated with discrimination or misunderstanding that patients with epilepsy is a demon attack, with physical disabilities, mental retardation, and emotional disturbance. The aim of this study is to describe the knowledge and attitudes about epilepsy in the Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan from the month of September until November 2012.This study is a descriptive surveillance study with a cross-sectional method. The population of this study was all of the out patients at the Neurology Department of RSUP H. Adam Malik Medan with the size of the sample of 33 patients and chosen with consecutive sampling method.The results shows that the knowledge of the respondents (97.0%) is very good because respondents had heard about epilepsy and as much as 33.3% of respondents understand the causes of this disease. Respondents also have a very good attitude as much as 100% of respondents agreed that should be given immediate relief and require special attention for epilepsy patient.Further knowledge and education to the public about epilepsy is still needed so that treatment of the disease can be optimized.Keywords: Epilepsy, knowledge, attitudes

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah S.W.T. yang dengan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :1. dr. Alfansuri Kadri, Sp.S selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat memberikan bimbingan, saran, motivasi serta semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.2. dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK selaku Dosen Penguji I dan dr. Evita Mayasari, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan nasehat-nasehat dalam penyempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.3. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Ayapillai dan ibunda Arputharani, kakanda Tina dan Shamani dan para keluarga anggota lainnya atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.4. Bapak/Ibu dosen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan panduan, tanggapan, dan saran kepada saya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan. 5. Seluruh teman-teman 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ..... iAbstrak ...... iiAbstract... iiiKata Pengantar ivDaftar Isi................. viDaftar Tabel...................................................................................................... viiiDaftar Gambar .................................................................................................. ixDaftar Lampiran ............................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 21.2. Rumusan Masalah 31.3. Tujuan Penelitian 31.4. Manfaat Penelitian 4

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA .... 5

2.1. Epilepsi 52.1.1.Definisi 52.1.2. Etiologi dan Faktor Resiko 52.1.3. Klasifikasi 62.1.4. Patofisiologi 72.1.5. Gejala Klinis 92.1.5.1. Kejang Parsial Kompleks 92.1.5.2 Kejang Parsial sederhana........ 92.1.5.3 Kejang Menyeluruh-Tonik Klonik.112.1.5.4 Atonik122.1.5.5 Mioklonik122.1.5.6 Juvenile myoclonic epilepsy132.1.5.7 Lennox-Gastaut syndrome..132.1.5.8 Progressive myoclonic epilepsy..132.1.5.9 Spasme Infatil.142.1.5.10 Kejang Tidak Terklasifikasikan142.1.6. Diagnosis142.1.6.1 Anamnesis 152.1.6.2 Pemeriksaan fisik.162.1.6.3 Pemeriksaan penunjang.162.1.7. Penatalaksaan172.1.7.1 Terapi kausal 172.1.7.2 Terapi medikamentosa anti kejang..182.1.8. Pencegahan192.1.8.1. Diet ketogenik 202.1.8.2. Edukasi..202.1.9. Prognosis20 2.2. Pengetahuan 212.2.1. Definisi 212.2.2. Tingkat222.2.3. Pengukuran232.3. Sikap23 2.3.1 Pengertian ...232.3.2 Komponen ..232.3.3 Tingkatan 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..24

3.1. Kerangka Konsep 243.2. Definisi Operasional 24

BAB 4 METODE PENELITIAN264.1. Jenis Penelitian 264.2. Waktu dan Tempat Penelitian 264.3. Populasi dan Sampel Penelitian 264.3.1. Populasi Penelitian 264.3.2. Sampel Penelitian 264.4. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................284.5. Pengolahan dan Analisis Data30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN31

5.1. Hasil Penelitian 315.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian315.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden325.1.3. Hasil Analisis Data335.1.3.1. Pengetahuan tentang Penyakit Epilepsi335.1.3.2. Sikap terhadap Penyakit Epilepsi385.2. Pembahasan39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN44

6.1. Kesimpulan 446.2. Saran44

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

NomorJudulHalaman

4.1.Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner29

5.1.Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin32

5.2.Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan32

5.3.Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Umur33

5.4.Pernah mendengar tentang epilepsi33

5.5.Menurut responden penyebab epilepsi34

5.6.Menurut responden epilepsi merupakan penyakit menular34

5.7.Menurut responden anak-anak dengan epilepsi cenderung menderita kegilaan.34

5.8.Menurut responden epilepsi merupakan penyakit otak kronik35

5.9.Menurut responden tingkat intelengensi orang dengan epilepsi35

5.10.Menurut responden bergaul dengan penderita epilepsi dibenarkan35

5.11.Menurut responden pernikahan dengan penderita epilepsi dibenarkan36

5.12.Menurut responden kehamilan pada penderita epilepsi dibenarkan36

5.13.Menurut responden epilepsi merupakan penyakit kejiwaan36

5.14.5.15.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PengetahuanDistribusi Frekuensi Sikap terhadap penyakit epilepsi

3738

DAFTAR GAMBAR

NomorJudulHalaman

3.1.Kerangka konsep gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi di departemen neurologi RSUP H. Adam Malik Medan24

.

DAFTAR LAMPIRAN

NomorJudul

Lampiran 1Lampiran 2Lampiran 3Daftar Riwayat Hidup PenelitiLembar Penjelasan kepada Calon Subjek PenelitianLembar Persetujuan Subjek Penelitian

Lampiran 4Kuesioner Gambaran gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi di departemen neurologi RSUP H. Adam Malik Medan

Lampiran 5Lampiran 6Lampiran 7Lampiran 8Lampiran 9Lampiran 10Lampiran 11Uji Validitas dan RealibilitasFrekuensi Karakteristik RespondenFrekuensi Pengetahuan tentang penyakit epilepsiFrekuensi sikap terhadap penyakit epilepsiSurat Izin PenelitianEthical ClearanceData Induk

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangEpilepsi berasal dari kata Yunani Epilambarein yang kurang lebih berarti sesuatu yang menimpa orang dari luar sehingga ia jatuh. Kata tersebut mencerminkan anggapan dahulu, bahwa serangan epilepsi bukan suatu penyakit akan tetapi disebabkan oleh sesuatu dari luar badan si penderita, yakni kutukan oleh roh jahat atau setan yang menimpa penderita. Anggapan demikian juga masih terdapat dewasa ini, terutama dalam masyarakat yang belum terjangkau oleh ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan. Epilepsi sudah dikenal sekitar 2000 tahun sebelum masehi di daratan Cina, namun Hipocrates-lah orang pertama yang mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit. Ia menganggap epilepsi sabagai akibat penyakit otak yang disebabkan oleh berbagai keadaan yang bisa dipahami dan bukan sebagai kekuatan ghaib. Salah satu definisi epilepsi zaman purbakala berbunyi epilepsi kejang seluruh badan disertai gangguan fungsi luhur.Epilepsi adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang ditandai oleh timbulnya serangan paroksismal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron serebral secara eksesif. Tergantung pada jenis gangguan dan daerah serebral yang secara berkala melepaskan muatan listriknya, maka terdapatlah berbagai jenis epilepsi. Jika daerah korteks visual yang melepaskan gaya epileptiknya, maka serangan epileptik yang bangkit terdiri dari terlihatnya skotoma-skotoma, bila neuron-neuron korteks motorik yang melepaskan muatan listrik mereka secara eksesif, maka timbulah serangan gerakan involunter ( Priguna.S,1999).Epilepsi adalah salah satu gangguan otak yang paling umum di dunia. Semua orang beresiko mendapat epilepsi. Bahkan, setiap orang beresiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol mempunyai resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya terus mengalami seizure walaupun sudah lepas dari narkotik ( Neligan, 2011)Di seluruh dunia 50 juta orang mengalami epilepsi. Dari hasil studi dikatakan orang yang mengalami epilepsy pada masa sekarang ataupun orang yang akan mengalami epilepsy adalah sebanyak 100 juta orang (WHO 1993).Dari penelitian epidemiologis tentang epilepsi di Indonesia, dikatakan bahwa epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat. Jika dipakai angka-angka prevalensi dan insidensi epilepsi yang didapatkan dalam kepustakaan yakni untuk prevalensi 5-10 % dan insidensi 0,5 %, maka dapat diduga bahwa di Indonesia yang berpenduduk sekitar 180 juta orang, minimal 900.000 1.800.000 orang dengan epilepsi. Sedangkan insidensinya ada 90.000 kasus baru epilepsi tiap tahun. Angka-angka tersebut mungkin belum mengejutkan jika dibandingkan dengan angka prevalensi penyakit-penyakit lain yang terdapat di Indonesia, namun angka tersebut cukup memprihatinkan. Terutama bila para penderita tidak ditangani dengan baik sehingga menimbulkan masalah sosial dan menjadi beban bagi keluarganya dan masyarakat (Mahar,1990).Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai ayan atau sawan. Banyak masyarakat masih mempunyai pandangan yang keliru (stigma) dan beranggapan bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Hal ini terjadi karena saat serangan epilepsi terjadi di tempat umum, membuat masyarakat yang melihat menyimpulkan berbagai persepsi yang keliru. Mereka juga takut memberi pertolongan karena beranggapan epilepsi dapat menular melalui air liur. Adanya stigma dan mitos yang berkembang di masyarakat membuat orang dengan epilepsi di kucilkan oleh lingkungan, di keluarkan dari sekolah, menghambat karir dan kehidupan berumahtangga, sehingga membuat mereka merasa tertekan dan depresi. Oleh karena itu, banyak keluarga dari orang dengan epilepsi yang menutup-nutupi keadaan, sehingga membuat penanganan epilepsi menjadi tidak optimal.(Hawari.I ,2010).Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di United Kingdom, 25% informan tahu seseorang dengan epilepsi dan 50% telah menyaksikan kejang. Setengah dari responden setuju bahwa orang dengan epilepsi diperlakukan berbeda oleh orang lain dan tema pengucilan, pembatasan dan non-normalitas yang sering dikutip sebagai alasan untuk ini. Respon serangkaian pernyataan sikap menunjukkan bahwa sebagian besar sikap sangat menguntungkan, tetapi 20% setuju dengan pernyataan bahwa orang dengan epilepsi memiliki masalah kepribadian lebih dari yang lain. Tanggapan dipengaruhi oleh "sosio-demografis karakteristik informan. ( Jacoby,2001)

1.2.1 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan adalah ingin diketahui bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang epilepsi di RSUP Haji Adam Malik Medan dari bulan September sampai bulan November 2012?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui sikap dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi.

1.3.2 Tujuan khususa) Mengetahui sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi di RSUP Haji Adam Malik.b) Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi di RSUP Haji Adam Malik.1.4 Manfaat penelitianUntuk mengedukasi dan mengubah pandangan masyarakat bahawa epilepsi ini merupakan satu penyakit dimana ia dapat disembuhkan jika penderita teratur dan rutin mengkonsumsi obat selama 2 tahun. Selain itu mengedukasi masyarakat supaya membantu orang yang mengalami penyakit ini karena mudah mendapat serangannya di tempat umum. Oleh itu masyarakat harus datang depan untuk membantu orang yang mengalami serangan tanpa rasa takut karena epilepsi bukan penyakit menular walaupun terkena air liurnya. Disamping itu yang ingin diberitahu adalah orang yang menderita epilepsi dapat menjalani kehidupan seperti orang lain dimana dapat menikah, dapat hamil, dan memiliki anak. Masyarakat dan juga ahli keluarga harus memberikan bantuan dan sokongan moral pada orang yang menderita epilepsi dan bukannya mengisolasi mereka.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epilepsi2.1.1. DefinisiEpilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (Kiqrboe,1978).

2.1.2. Etiologi Idiopatik: sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik. Faktor turunan: adanya beberapa penyakit yang bersifat turunan yang disertai bangkitan kejang. Faktor genetik: pada kejang demam dan breath holding spells. Kelainan kongenital otak: atrofi, porensefali, agenesis korpus kalosum. Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia. Infeksi:radangyangdisebabkanbakteriatauviruspadaotakdanselaputnya, toksoplasmosis. Trauma:kontusio serebri, hematom subaraknoid, hematoma subdural. Neoplasmaotak danselaputnya. Kelainan pembuluh darah,malformasi,penyakitkolagen Keracunan : timbal(Pb), kamper(kapur barus), fenotiazin, air. Lain-lain: penyakit darah,gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral, dan lain-lain (Mansjoer,2000)

2.1.3. KlasifikasiEpilepsi dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi bangkitan epilepsi dan klasifikasi sindroma epilepsi. Klasifikasi sindroma epilepsi berdasarkan faktor-faktor tipe bangkitan (umum atau terlokalisasi), etiologi (simptomatik atau idiopatik), usia, dan situasi yang berhubungan dengan bangkitan. Sedangkan klasifikasi epilepsi menurut bangkitan epilepsi berdasarkan gambaran klinis dan elektroensefalogram. International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 1981 menetapkan klasifikasi epilepsi berdasarkan jenis bangkitan (tipe serangan epilepsi):1. Serangan parsiala. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)- Dengan gejala motorik- Dengan gejala sensorik- Dengan gejala otonom- Dengan gejala psikisb. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)- Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran- Gangguan kesadaran saat awal seranganc. Serangan umum sederhana- Parsial sederhana menjadi tonik-klonik- Parsial kompleks menjadi tonik-klonik- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik2. Serangan umuma. Absans (Lena)b. Mioklonikc. Klonikd. Tonike. Atonik (Astatik)f. Tonik-klonik

3. Serangan yang tidak terklasifikasi (sehubungan dengan data yang kurang lengkap).Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk para klinisi karena hanya ada dua kategori utama, yaitu:- Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus yang terlokalisir di otak.- Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang lebih luas pada kedua belahan otak.

2.1.4. PatofisiologiDasar serangan epilepsi adalah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membran sel. Potensial membran sel neuron bergantung pada permeabilitas selektif membran neuron, yakni membran sel mudah dilalui oleh ion K+dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali ion Ca2+, Na+, Cl-, sehingga di dalam sel terdapat konsentrasi tinggi ion K+ dan konsentrasi rendah ion Ca2+, Na+, dan Cl-, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran (Purba 2008).Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrit-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan mengubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmiter, yakni neurotransmiter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Contoh neurotransmiter-neurotransmiter eksitasi adalah glutamate, aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah gamma aminobutyric acid(GABA) dan glisin. Jika kedua jenis lepas muatan listrik lepas maka terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologisapabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Potensial aksi akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik (Macfoed,2010).Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologis, dapat mengubah atau menganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca2+ dan Na+ dari ruang ekstraselular ke intraseluler. Influks Ca2+ akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepasnya muatan listrik tersebut oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi adalah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitarfokus epileptik. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus menerus melepaskan muatan listriknya. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti adalah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak. Secara teoritis ada dua faktor yang dapat menyebabkan hal ini:a.Keadaan dimana fungsi jaringan neuron penghambat kurang optimal hingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan. Fungsi neuron penghambat bisa kurang optimal antara lain jika konsentrasi GABA tidak normal. Otak pasien yang menderita epilepsi ternyata memang mengandung konsentrasi GABA yang rendah. Hambatan oleh GABA dalam bentuk inhibisi potensial postsinaptik (IPSIs = inhibitory post synaptic potentials) adalah lewat reseptor. Suatu hipotesis mengatakan bahwa aktivitas epileptik disebabkan oleh hilang atau berkurangnya inhibisi oleh GABA. Zat ini merupakan neurotransmiter inhibitorik utama di otak. Riset membuktikan bahwa perubahan pada salah satu komponennya bisa menghasilkan inhibisi tak lengkap yang akan menambah rangsangan.b. Keadaan dimana fungsi jaringan neuron eksitatorik berlebihan hingga terjadi pelepasan impuls epileptik berlebihan juga. Kemungkinan lain adalah bahwa fungsi jaringan neuron penghambat normal tapi sistem pencetus impuls (eksitatorik) yang terlalu kuat. Keadaan ini bisa ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi glutamat di otak, sampai berapa jauh peran peningkatan glutamat ini pada orang yang menderita epilepsi belum diketahui secara pasti (Kari ,2009).

2.1.5. Gejala klinis2.1.5.1 Kejang Parsial KompleksKejang parsial kompleks mengganggu kesadaran dan terjadi pada semua kelompok umur. Biasanya, menatap disertai dengan gangguan respon, fungsi kognitif, dan ingat, meskipun beberapa tingkat respon mungkin dipertahankan (misalnya, berorientasi ke arah stimulus). Gerakan otomatis (Otomatisasi) yang umum dan melibatkan mulut (misalnya, memukul bibir, mengunyah, menelan), ekstremitas atas (misalnya, meraba-raba, mengambil), vokalisasi / verbalisasi (misalnya, geraman, mengulangi frase), atau kompleks tindakan (misalnya , mengocok kartu). Otomatisasi lebih dramatis kadang-kadang terjadi (misalnya, berteriak, berlari, disrobing, penetrasi panggul). Kompleks parsial kejang biasanya berlangsung dari 15 detik sampai 3 menit. Setelah kejang, kebingungan postictal adalah umum, biasanya berlangsung kurang dari 15 menit, meskipun gejala lain, seperti kelelahan, dapat bertahan selama berjam-jam (Bromfiel, 2006).Epilepsi ini mungkin dapat dikontrol dengan obat anti-epilepsi atau seiring bertambahnya usia. Jika obat-obatan tidak efektif, operasi mungkin dilakukan. Serangan epilepsi ini biasanya mulai dari daerah kecil di otak bagian temporal lobe atau frontal lobe. Dengan cepat serangan menyebar ke daerah lain di otak yang mengontrol kesadaran. (Nelson,2000).

2.1.5.2 Kejang Parsial SederhanaPara beragam kejang parsial sederhana menimbulkan tantangan diagnostik. Misalnya, parestesia (sensasi kesemutan) di jari kelima menyebar ke lengan bawah dapat hasil dari kejang, migrain, serangan iskemik sementara, atau gangguan saraf ulnaris. Ketidaknyamanan perut tiba-tiba dapat dihasilkan oleh gangguan pencernaan dan juga oleh kejang yang timbul dari struktur otak subserving fungsi otonom atau visceral. Ketika terjadi dalam isolasi, gejala ini tidak dapat diakui sebagai kejang oleh pasien atau dokter. Kejang motorik mengubah aktivitas otot. Tonik sikap lokal (kaku) atau gerakan klonik (berkedut, menyentak) dapat terjadi. Gerakan abnormal dapat dibatasi pada satu bagian tubuh atau melibatkan penyebaran bertahap ke daerah-daerah yang berdekatan di sisi yang sama tubuh (Jacksonian kejang) atau kedua sisi tubuh dengan hilangnya kesadaran (kejang umum sekunder). Meskipun kelemahan iktal, bukan kaku atau menyentak, dari satu atau lebih bagian tubuh jarang terjadi selama kejang parsial motorik, kelemahan postictal di wilayah yang terkena sering terjadi setelah kejang parsial, ini adalah suatu kelumpuhan Todd. Kelumpuhan Todd biasanya berlangsung menit ke jam, tapi kelumpuhan postictal bahkan lebih lama dapat terjadi, terutama pada pasien dengan lesi struktural seperti tumor atau stroke. Meskipun pada awalnya digambarkan sebagai hemiparesis postictal, "kelumpuhan Todd" istilah telah digunakan lebih longgar untuk menggambarkan setiap defisit fokal postictal, seperti somatosensori, visual, atau gangguan bahasa. Debit epilepsi yang terjadi di korteks sensorik dapat menghasilkan kejang sensoris yang memanifestasikan sebagai halusinasi atau ilusi, misalnya; sensasi sesuatu yang tidak ada atau distorsi dari sensasi sejati. Halusinasi mungkin tetap terbatas pada satu bidang (misalnya, parestesia di jari) atau menyebar ke daerah lain (misalnya, ekstremitas atas seluruh atau seluruh sisi dalam unjuk sensorik Jacksonian). Halusinasi dan ilusi dapat melibatkan modalitas sensorik, termasuk sentuhan (misalnya, pin dan jarum, sensasi listrik), bau atau rasa (misalnya, bahan kimia atau sensasi metalik, sering tidak menyenangkan), visi (misalnya, lampu berkedip, adegan kompleks), dan pendengaran (suara misalnya, mendengung, seseorang). Kejang otonom yang umum, membangkitkan perubahan aktivitas otonom (misalnya, jantung diubah atau tingkat pernapasan, keringat atau sensasi visceral misalnya, dalam perut atau dada (Bromfield,2006).

2.1.5.3. Kejang-KejangMenyeluruh-TonikKlonikBiasanya 1-3 menit. Jika serangan berlangsung lebih dari 5 menit, cepat minta bantuan medis. Jika serangan berlangsung lebih dari 30 menit atau tiga serangan beruntun tanpa jeda yang normal diantaranya, ini mungkin adalah kondisi yang serius bernama convulsive status epilepticus yang memerlukan bantuan medis darurat.Sebagian anak-anak sembuh. Seringkali tonic-clonic seizure dapat dikontrol dengan obat anti-epilepsi. Pasien yang telah terbebas dari serangan selama 1-2 tahun selama mengkonsumsi obat anti-epilepsi akan tetap sembuh setelah pengobatan dihentikan secara perlahan.Resiko apakah seseorang akan lebih sering mendapat serangan tergantung daribanyakfaktor, seperti apakah hasil EEG-nya menunjukkan gelombang epilepsi atau apakah doktermenemukan keganjilan dalam tes saraf.Sekitar 70% dari anak-anak tanpa gelombang epilepsi dan tes saraf normal akan tetap sembuh tanpa obat-obatan. Akan tetapi hanya 30% anak-anak dengan gelombang epilepsi dan keganjilan dalam tes saraf yang akan tetap sembuh tanpa obat-obatan.Tipeserangan epilepsi ini yang paling umum orang bayangkan ketika mereka mendegar kata epilepsi. TipeseranganinijugadisebutGrandMal. Ketikamendapat serangan, seluruh otot mengeras. Udara dipaksa keluar dari pita suara sehingga menimbulkanbunyi seperti menangis atau mengerang. Penderita akan kehilangan kesadaran dan jatuh ke lantai. Lidah atau pipinya mungkin akan tergigit sehingga mungkin mengeluarkan darahbercampur ludah. Wajahnya akan sedikit membiru. Sesudah fase tonic seizure, fase clonicseizure mulai: tangan dan sering kali juga kaki mulai menyentak dengan ritme yang cepat. Siku,pinggang dan lutut akan mengencang dan mengendur. Sesudah beberapa menit, sentakan melambat dan berhenti. Dalam proses relaksasi ini, kontrol akan kantung kemih atau isi perut mungkin akan hilang. Kesadaran perlahan-lahan pulih dan orang itu mungkin akan merasapusing, bingung, gelisah dan depresi.Klonik:Lama serangan tak tentu. Clonus "(KLOH-NUS) berarti cepat kontraksi dan relaksasi otot. Serangan klonik yang jarang terjadi. Clonic seizure tidaklah umum. Mereka dapat terjadi pada usia berapapun, termasuk pada bayi yang baru lahir. Kejang klonik ini singkat dan jarang pada bayi biasanya menghilang dengan sendirinya. Jenis lain mungkin membutuhkan pengobatan yang panjang.yang akan menambah rangsangan.Tonik :Lama serangan biasanya kurang dari 20 detik. Serangan ini seringkali menyerang orang dengan sindrom Lenox-Gastaut, tetapi sebenarnya mereka dapat terjadi pada siapa saja. Tonic seizures: dalamsindromLennox-Gastautseringkali semakin lama semakin sulit dikontrol. Akan tetapi, sebagian pasien juga mendapatkan hasil yang positif. Tonic seizure sering terjadi pada waktu tidur. Biasanya serang ini terjadi pada kedua sisi tubuh karena melibatkan seluruh atau sebagian besar otak.

2.1.5.4 AtonikLama serangan kurang dari 15 detik. Atonic seizures biasanya mulai di masa kanak-kanak. Penderitanya biasanya tetap sadar. Atonic berarti otot yang kehilangan tenaga. Efeknya bisa berupa kelopak mata yang tertutup, kepala yang mengangguk, lepasnya genggaman, atau jatuhnya seseorang. Sehingga serangan epilepsi ini sering disebut serangan jatuh (drop attack) (Nelson,2000).

2.1.5.5 MioklonikKejang mioklonik melibatkan, singkat shock-seperti brengsek dari otot atau kelompok otot. Jinak myoclonus terjadi pada orang sehat (misal saat tidur). Ini bukan kejang mioklonik. Myoclonus patologis dapat hasil dari penyebab epilepsi dan nonepileptic. Myoclonus epilepsi biasanya menyebabkan bilateral, tersentak sinkron paling sering mempengaruhi leher, bahu, lengan atas, badan, dan kaki bagian atas. Kesadaran biasanya tidak tampak terjadi penurunan nilai, meskipun hal ini sulit untuk memverifikasi diberikan durasi singkat 5 tahun 5-10 mg im/iv, anak 1 bulan-5 tahun 0,2-2 mg im/ivd d. Golongan suksinimid Etosuksimid Indikasi : epilepsi Petit Mal murni Dosis : 20-30 mg.kgBB/hari. e. Golongan anti epilepsi lainnya Sodium valproat Indikasi : epilepsi Petit Mal murni, dapat pula untuk epilepsi mempunyai cara kerja menstabilkan keluar masuknya natrium pada sel otak Indikasi : dapat dipakai pada epilepsi Petit Mal, dan pada epilepsi Grand Mal dimana seranganya sering datang berhubungan dengan siklus menstruasi Dosis : sehari total 8-30 mg/kgBB Karbamazepin Indikasi : epilepsi lobus temporalis dengan epilepsi Grand Mal Dosis : dewasa 800-1200 mg/hari (Machfoed,2009 )

2.1.8 Pencegahan2.1.8.1. Diet ketogenikDiet ketogenik adalah pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Pola makan ini membuat tubuh menghasilkan energi dengan membakar lemak, dan bukan membakar glukosa.

2.1.8.2. EdukasiMengenai penyakit dan pengobatannya, termasuk kepatuhan minum obat dan efek samping obat.Mengenai fungsi kehidupan sehari-hari.Pasien dapat beraktivitas normal seperti anak-anak lain seusianya termasuk olahraga.Pada aktivitas fisik tertentu, seperti berenang sebaiknya ditemani orang lain.Aktivitas fisik yang ekstrim, kurang tidur, stres psikis sebaiknya dihindari ( Nelson,2000).

2.1.9 PrognosisPasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas dari serangan paling sedikit 2 tahun dan bisa lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan, pasien tidak mengalami serangan epilepsi lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan 30% pasien tidak mengalami remisi meskipun minum obat dengan teratur. Sesudah remisi, kemungkinan munculnya serangan ulang paling sering didapat pada sawan tonik-klonik dan epilepsi parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah mengalami relaps sesudah remisi (Lazuardi, 2000).

2.2 Pengetahuan2.2.1. Definisi PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap.

2.2.2 Tingkat PengetahuanNotoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) :a. Tahu (Know)Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.b. Memahami (Comprehension)Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.c. Aplikasi (Aplication)Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.d. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.e. Sintesis (Sinthesis)Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.f. Evaluasi (Evaluation)Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003)

2.2.3 Pengukuran PengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).

2.3 Sikap2.3.1 PengertianSikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

2.3.2 Komponen Pokok SikapDalam buku Notoadmojo 2003, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok.a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objekb. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objekc. Kecenderungan untuk bertindakKetiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.3.3 Berbagai Tingkatan Sikapa. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)b.Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.d.Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap paling tinggi.

BAB 3KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka KonsepBerdasarkasn tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

EpilepsiTingkat Pengetahuan

Sikap Masyarakat

Gambar 3.1. Kerangka konsep gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat di departemen neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2. Definisi Operasional1) Epilepsi ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi, namum dengangejala yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan (Mardjono dan Sidharta, 2008). Serangan yang bersifat tunggal tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk menegakan diagnosis epilepsi (Harsono,2007) diketahui oleh sampel penelitian tentang penyakit epilepsi. 2) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sampel penelitian tentang penyakit epilepsi. 3) Sikap adalah tanggapan atau reaksi masyarakat tentang penyakit epilepsi yang dikeathui oleh sampel penelitian.4) Cara ukur dalam penelitian ini adalah metode angket.5) Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan yaitu pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap masyarakat tentang epilepsi oleh sampel penelitian.7) Skala pengukuran penelitian ini adalah ordinal.8) Hasil ukur tingkat pengetahuan :a. Baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang stroke. (skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi). b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang pencegahan serangan ulang stroke (skor jawaban responden 40 75% dari nilai tertinggi). c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang pencegahan serangan ulang stroke (skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi).

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:a) Skor 16-20 :Pengetahuan Baikb) Skor 9-15 :Pengetahuan Sedangc) Skor 8 :Pengetahuan Kurang

BAB 4METODE PENELITIAN

4.1. Jenis PenelitianPenelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi.

4.2. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian dilakukan di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan september sampai November 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian4.3.1. Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah setiap orang yang datang untuk berobat jalan di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan september sampai November 2012.

4.3.2. Sampel PenelitianTeknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling dengan metode acak sederhana (simple random sampling), yaitu pengambilan sampel didasarkan pada sebagai berikut :1. Kriteria inklusia. Setiap pasien yang berobat jalan di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan.b. Bersedia menandatangani surat persetujuan penelitian.c. Bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.2. Kriteria eksklusi a. pasien yang berumur kurang dari 17 tahun b. pasien yang kurang kesadaran Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus berikut : (Notoatmodjo, 2010)

Keterangan :n : besar sampelZ1-a/2: nilai Z pada derajat kemaknaan (90%= 1,645, 95% = 1,96)P: proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)d: derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01)

Berdasarkan rumus di atas maka didapat besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 33 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan DataJenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer, yaitu data yang langsung diambil dari sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berada di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan. Sampel penelitian diberikan kuesioner sebagai alat ukur penelitian untuk diisi. Setelah sampel penelitian mengisi kuesioner dengan lengkap, peneliti menerima kembali kuesioner tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dari seluruh sampel penelitian. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilanjutkan ke tahap pengolahan dan analisa data.

4.4.1. Uji validitas dan reliabilitasUji coba kuesioner telah dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian untuk mengetahui validitas dan realibilitas. Uji coba dilakukan terhadapkuesioner pengetahuan dan sikap. Uji tersebut dilakukan terhadap 9 orang responden yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner. Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk (construct validity), berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang hendak diukur.Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas KuesionerVariabelNomor PertanyaanTotal Pearson CorrelationStatusAlphaStatus

Pengetahuan12 345678910 0.348 0.319 0.813 0.818 0.722 0.868 0.806 0.510 0.889 0.722ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid0.774ReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabel

Sikap111213141516171819200,5920,8200,7560,8040,8010,9550,6390,8270,8810,420ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid0.783ReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabelReliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa DataPengolahan dan analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: tahap pertama editing, yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah terisi sesuai petunjuk; tahap kedua coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah saat mengadakan tabulasi dan analisa; tahap ketiga processing, yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS; tahap keempat cleaning, yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh sampel penelitian tanpa dibawa pulang. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga didapat hasil penelitian seperti dipaparkan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H.Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP H.Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. RSUP H.Adam Malik Medan memiliki instalasi rawat jalan untuk bagian neurologi, khususnya bagian sefalgia. Instalasi tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik RespondenResponden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di departemen neurologi bagian sefalgia RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 33 orang, dengan karakteristik sbb :

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis KelaminJenis kelaminn%

Laki1236.4

Perempuan2163.6

Total33100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan adalah 21 orang (63.6%).

Tabel 5.2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat PengetahuanTingkat Pendidikann%

SMP412.1

SMA1957.6

S1618.2

Lain-lain412.1

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 19 orang (57.6%), kemudian dengan tingkat pendidikan SI sebanyak 6 orang (18.2%) dan sisanya dengan SMP dan lain-lain.

Tabel 5.3. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan UmurUmurn%

18-271133.3

28-37721.2

38-471030.3

48-5739.1

58-6726.1

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan lingkungan umur 18-27 sebanyak 11 orang (33.3%), kemudian dengan lingkungan umur 38-47 sebanyak 10 orang (30.3 %) dan 28-37 sebanyak 7 orang (21.2 %) dan sisanya dari lingkungan umur 48-67.

5.1.3. Hasil Analisis DataPada penelitian ini, lembar kuesioner terdapat 20 pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi.

5.1.3.1. Pengetahuan Tentang Penyakit EpilepsiTabel 5.4. Pernah mendengar tentang epilepsin%

Ya3297,0

Tidak13,0

Tidak tahu0 0

33100,0

Berdasarkan tabel 5.4, jumlah orang yang pernah mendengat tentang penyakit epilepsi sebanyak 32 orang (97 %).

Tabel 5.5. Menurut responden penyebab epilepsiN%

Hyperaktivitas listrik otak1133,3

Genetika, kegilaan, roh jahat1236,4

Tidak tahu1030,3

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.5 jumlah orang yang memahami penyebab epilepsi sebenar adalah sebanyak 11 orang (33.3%).

Tabel 5.6. Menurut responden epilepsi merupakan penyakit menularn%

Ya721,2

Tidak2472,2

Tidak tahu26,1

33100,0

Berdasarkan tabel 5.6 sebanyak 24 orang (72.2%) menjawab bahawa epilepsi bukan merupakan penyakit menular. Kemudian sebanyak 7 orang (21.2%) menyatakan bahawa epilepsi suatu penyakit menular. Tabel 5.7. Menurut responden anak-anak dengan epilepsi cenderung menderita kegilaan.n%

Ya412.1

Tidak2678.8

Tidak tahu39,1

33100,0

Berdasarkan tabel 5.7, responden sebanyak 78.8% mengetahui anak-anak yang menderita epilepsi tidak cenderung untuk menderita kegilaan.

Tabel 5.8. Menurut responden epilepsi merupakan penyakit otak kronikn%

Ya927,3

Tidak1854,5

Tidak tahu618,2

33100,0

Dari tabel 5.8 sebanyak 54.5% responden memahami bahawa penyakit ini bukan satu penyakit otak kronik dan dapat disembuhkan.

Tabel 5.9. Menurut responden tingkat intelengensi orang dengan epilepsin%

Normal618,2

Di bawah rata-rata/di atas rata-rata2060,6

Tidak tahu721,2

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.9 responden sebanyak 20 dari 33 orang, menganggap bahwa orang yang menderita epilepsi tidak mempunyai tingkat intelegensia yang normal.

Tabel 5.10. Menurut responden bergaul dengan penderita epilepsi dibenarkann%

Ya2678,8

Tidak618,2

Tidak tahu3 9,1

Total33100,0

Table 5.11. Menurut responden pernikahan dengan penderita epilepsi dibenarkann%

Ya2266.7

Tidak515,2

Tidak tahu618,2

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.10 responden sebanyak 26 orang (78.8 %) berpendapat bahwa pergaulan dengan orang yang menderita epilepsi dibenarkan dan dari table 5.11 responden sebanyak 22 orang (66.7 %) berpendapat bahawa pernikahan dibenarkan pada penderita epilepsi.

Tabel 5.12. Menurut responden kehamilan pada penderita epilepsi dibenarkann%

Ya1648,5

Tidak927,3

Tidak tahu824,2

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.12 responden sebanyak 19 orang (48.5 %) berpendapat bahwa kehamilan bagi penderita epilepsi dibenarkan.

Table 5.13. Menurut responden epilepsi merupakan penyakit kejiwaann%

Ya2163,6

Tidak1030,3

Tidak tahu2 6,1

Total33100,0

Berdasarkan tabel 5.13 responden sebanyak 21 orang (63.6 %) berpendapat bahwa epilepsi bukan suatu penyakit kejiwaan. Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

PengetahuanFrekuensi (n)Persentase (%)

Baik1442.4

Sedang1854.5

Kurang13.0

Total33100.0

Dari tabel 5.14. di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase yang paling kecil yaitu 3.0% dengan 1 responden, sedangkan tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 54.5% dengan 18 responden dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 42.4% dengan 14 responden.

5.1.3.2. Sikap terhadap penyakit epilepsiTable 5.15. Distribusi Frekuensi Sikap terhadap penyakit epilepsiJawaban Responden

No.Pertanyaan/PernyataanSetujuTidak Setuju

n%n%

1Epilepsi adalah satu penyakit dan bukannya kemasukan roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan329713

2Epilepsi bukannya satu penyakit menular2884.8515.2

3Epilepsi dapat disembuhkan jika mengambil obat secara teratur2884.8515.2

4Orang yang mengalami epilepsi dapat menikah,dapat hamil dan memiliki anak2987.9412.1

5Orang yang mengalami epilepsi diberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan menikmati pergaulan329713

6Epilepsi bukanya satu penyakit keturunan2472.7927.3

7Epilepsi dapat mengenai siapa saja dari anak sampai dewasa2987.9412.1

8Orang yang mengalami serangan epeilepsi harus diberikan bantuan dengan segera.3310000

9Epilepsi bukannya satu penyakit kejiwaaan2678.8721.2

10Orang yang mengalami epilepsi memerlukan perhatian yang khusus3310000

Berdasarkan tabel 5.1.3 di atas terlihat bahwa pertanyaan sikap yang paling banyak disetujui oleh responden adalah pertanyaan nomor 8 (Orang yang mengalami serangan epeilepsi harus diberikan bantuan dengan segera) dan 10 (Orang yang mengalami epilepsi memerlukan perhatian yang khusus) sebanyak 33 orang (100%).

5.2. PembahasanBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2012, diperoleh data dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 33 orang responden. Data tersebut dijadikan panduan dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir.Pada penelitian ini diketahui bahwa dominan responden (97,0 %) pernah mendengar tentang penyakit epilepsi. Hal ini sejalan dengan penelitian Amira (2008) di Amman, Jordan bahwa responden yang pernah mendengar tentang penyakit epilepsi sebanyak 98,5%. Manakala penelitian Jiamjit (2009) yang dilakukan di Thailand dikatakan bahwa responden yang pernah mendengar tentang penyakit epilepsi sebanyak adalah 60,0%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang yang telah mendengar, tahu seseorang dengan epilepsi, dan telah menyaksikan seseorang yang mengalami kejang adalah 97,6%, 51,8%, dan 56,4%, masing-masing tentang epilepsi di Kuwait menurut Abdelmoneim (2008).Dalam penelitian responden yang menjawab penyebab penyakit epilepsi yaitu disebabkan oleh kemasukan,roh jahat, dan genetika adalah sebanyak 36,4%. Manakala dalam penelitian Amira dikatakan responden yang menjawab penyebab penyakit epilepsi disebabkan oleh genetika sebanyak 57,3% dan disebabkan oleh kekuatan supranatural sebanyak 14,2%. Karena itu menurut Amira pengetahuan tentang penyebab epilepsi tidak memuaskan, dan banyak masih yang percaya hal itu adalah turun-temurun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jiamjit (2009) mengatakan responden yang menyatakan epilepsi merupakan penyakit genetika sebanyak 43,4% dan responden yang menyatakan epilepsi disebabkan roh jahat dan ditularkan dengan makan daging babi sebanyak 19,9% dan 39,9%. Dari penelitian menurut Abdelmoneim (2008) dikatakan responden di Kuwait yang mengatakan mayoritas penyakit epilepsi dari keturunan adalah sebanyak 53,0%. Dari penelitian yang dilakukan di South Gezira oleh Haydar (2011) kalangan guru Sekolah Dasar dan Perguruan Tinggi mengatakan sebanyak 58,5% dan sebanyak 33,3% menyebutkan berbagai penyebab, termasuk malformasi otak, cedera kepala, faktor keturunan, serangan roh jahat, dan infeksi. Menurut Purba (2008) dasar serangan epilepsi adalah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps.Berdasarkan tabel Tabel 5.6. menurut responden yang menyatakan epilepsi merupakan penyakit menular adalah sebanyak 72,2%. Menurut penelitian yang dijalankan oleh Abdelmoneim (2008) mengatakan penyakit epilespi bukan merupakan penyakit menular sebanyak 97,3%. Dari penelitian sebelumnya oleh Jiamjit (2009) responden yang yang mengatakan tidak sebanyak 76,1%.Berdasakan tabel tabel 5.8. menurut responden sebanyak 54,5% epilepsi merupakan penyakit otak kronik yang dapat disembuh. Hal ini didukung oleh penelitian Abdelmoneim (2008) responden yang setuju bahawa penyakit dapat disembuhkan di Kuwait adalah sebanyak 50,3%. Dari penelitian Jiamjit (2009) dikatakan sebanyak responden (41.5%) setuju bahwa penyakit epilepsi dapat disembuhkan dan sebanyak (58.5%) tidak setuju. Ini disebabkan oleh sebanyak 56,0% responden percaya bahawa penyakit epilepsi dapat diobati oleh penyembuh spiritual. Menurut penelitian Haydar (2011) mengatakan lebih dari (65,0%) percaya bahwa epilepsi tidak dapat disembuhkan dan (33,1%) percaya bahwa hal itu tidak bisa dikontrol bahkan oleh pengobatan medis, dan sekitar (15%) percaya bahwa epilepsi dapat diobati oleh penyembuh agama atau "Zaar" ritual. Menurut perdossi cabang medan dikatakan epilepsi merupakan penyakit yang dapat disembuhkan asalkan penderita teratur dan rutin mengkonsumsi obat selama 2 tahun.Dari tabel 5.9. menurut responden sebanyak 60,6% dikatakan tingkat intelegensia orang dengan epilepsi adalah rendah.dari penelitian Jiamjit dikatakan sebanyak 41,3% responden setuju bahawa IQ rata-rata orang dengan epilepsi lebih rendah daripada populasi normal. Menurut Guy Slowik (2012) mengatakan epilepsi bukan merupakan indikator kecerdasan. Epilepsi mempengaruhi orang dari kecerdasan rata-rata serta orang-orang di atas dan di bawah rata-rata. Beberapa orang dengan keterbelakangan mental mungkin memiliki epilepsi, tetapi hanya sedikit dengan epilepsi mengalami retardasi mental. Epilepsi juga dapat menyertai gangguan neurologis atau perkembangan lain, tapi ini tidak berarti bahwa setiap orang dengan epilepsi juga memiliki jenis lain dari disfungsi otak. Lebih dari beberapa orang terkenal karena kecerdasan mereka memiliki epilepsi, terutama Julius Caesar dan Napoleon, Charles Dickens dan Fyodor Dostoevsky, Socrates dan Alfred Nobel, penemu dinamit dan pencipta Hadiah Nobel.Berdasarkan tabel 5.1.3 sikap responden sebanyak 87,9% mengatakan orang yang mengalami epilepsi dapat menikah,dapat hamil, dan memiliki anak. Menurut penelitian Amira (2008) sikap responden mengatakan akan mengizinkan anak atau salah satu kerabat dekat mereka menikah dengan orang dengan epilepsi sebanyak 13,2% dan menurut penelitian Jiamjit (2009) sebanyak 28,4% tidak keberatan dengan putra/ putri menikahi seseorang yang kadang-kadang memiliki serangan kejang. Sebagian responden 66,5% mengatakan wanita dengan epilepsi dapat hamil dan melahirkan. Menurut Dr Satish (2011) dari sudut pandang kedokteran, orang-orang dengan epilepsi dapat menikah. Hal tersebut penting bahwa menjadi pasangan dari seseorang dengan epilepsi harus menyadari situasi. Ini mencegah banyak kesalahpahaman yang tidak perlu di kemudian hari. Keyakinan bahwa epilepsi terutama pada gadis-gadis muda dapat disembuhkan dengan pernikahan selalu mempersulit seluruh masalah dan semua upaya harus dilakukan untuk menyingkirkan gagasan ini. Di sisi lain, epilepsi seharusnya tidak menjadi halangan untuk menikah pada individu dengan kontrol kejang yang baik. Dalam kasus di mana kejang terlalu sering dengan kontrol buruk, perkawinan tidak disarankan karena cacat yang jelas. Individu harus diberitahu untuk menginformasikan kepada pasangan tentang masalah epilepsi sehingga bencana selanjutnya dapat dihindari. Hal ini berguna untuk diingat bahwa setiap orang dapat mengalami kejang dan pada usia berapa pun. Telah terlihat bahwa dalam 1/4 dari wanita hamil dengan epilepsi kejang dapat memburuk, dan setengah sisanya tidak ada perubahan dalam frekuensi kejang selama kehamilan. Epilepsi dapat mempengaruhi kehamilan dalam banyak cara. Kejang selama kehamilan dapat membahayakan baik wanita hamil dan bayinya, terutama jika sering kejang. Hampir semua obat yang digunakan untuk mengobati epilepsi memiliki efek pada janin. Karbamazepin mungkin lebih aman daripada yang lain anti-epilepsi obat yang tersedia saat ini. Secara keseluruhan, mungkin ada sekitar 2-3 kali lebih berisiko bayi normal yang lahir dari ibu epilepsi yang pada pengobatan dibandingkan dengan populasi umum. Bahkan dengan peningkatan risiko ini hampir 90 sampai 95% ibu dengan epilepsi dapat memiliki bayi normal. Obat anti-epilepsi harus dilanjutkan dalam dosis yang sama sepanjang kehamilan. Pengobatan dengan satu obat lebih aman, daripada lebih dari satu obat yang berefek berbahaya bagi bayi jika digunakan. Kadang-kadang estimasi tingkat obat dalam darah mungkin diperlukan. Persalinan ibu epilepsi harus selalu dilakukan dalam rumah sakit yang dilengkapi dengan kunjungan antenatal secara teratur. Ini lagi harus menunjukkan bahwa sebagian besar ibu epilepsi biasanya memiliki kehamilan dan menghasilkan bayi yang normal dan sehat. Berdasarkan tabel 5.1.3 sikap responden (97.0%) mengatakan pergaulan dengan penderita epilepsi dibenarkan. Dari penelitian menurut Amira (2008) dikatakan sebanyak 81,7% akan mengizinkan anak mereka untuk bermain dengan anak yang menderita epilepsy, manakala jika dibandingkan dengan penelitan Abdelmoneim (2008) mengatakan sebanyak 79,8% merasa keberatan dengan anak mereka bermain dengan anak yang menderita epilepsi dan menurut penelitian jiamjit (2009) juga mengatakan sebanyak 87,1% tidak setuju anak bergaul dengan anak yang menderita epilepsi.Responden sebanyak 100% yang setuju bahwa orang yang mengalami serangan epeilepsi harus diberikan bantuan dengan segera. Ini didukung oleh penelitian Abdelmoneim (2008), responden sebanyak 75,1% setuju memberikan bantuan dengan seseorang dengan epilepsi.

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini saya dapat membuat kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi adalah memuaskan tetapi masih mempunyai tanggapan yang salah. Sebanyak 36,4% responden menyatakan bahwa penyakit epilepsi disebabkan oleh serangan roh jahat, genetika, dan kegilaan. Sebanyak 30,3% reponden tidak tahu tentang penyebab penyakit epilespi. Sebanyak 60,6% responden menyatakan bahwa orang yang menderita penyakit epilepsi mempunyai tingkat intelegensia yang kurang dan tinggi. Sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi cukup baik karena sebanyak 84,8% responden menyatakan epilepsi bukan suatu penyakit menular. Sebanyak 97% responden menyatakan orang yang mengalami epilepsi diberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan menikmati pergaulan seperti orang yang normal. Sebanyak 78,8% responden menyatakan bahwa epilepsi bukan suatu penyakit kejiwaan.

6.2. Saran Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti yaitu:1. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi maka diharapkan pemberian informasi oleh pihak terkait, misalnya dokter, atau tenaga medis lainnya.2. Semua keluarga penderita penyakit epilepsi harus memberikan bantuan dengan bergaul bersama mereka dan juga harus memberikan obat secara teratur dan memberikan kesempatan untuk hidup seperti orang normal.3. Diharapkan ini dapat menjadi masukan bagi instansi pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai penyuluhan tentang penyakit epilepsi4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih baik dalam menyusun parameter penilaian terhadap pengetahuan dan sikap responden tentang penyakit epilepsi, serta mengkaji variabel-variabel lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelmoneim Awad, 2008, Public knowledge and attitudes toward epilepsy in Kuwait Blackwell Publishing, Inc. International League Against Epilepsy 49(4):564572, 2008Amira T. Masri, 2008, Familiarity, knowledge, and attitudes towards epilepsy among attendees of a family clinic in Amman, Jordan, Neurosciences 2008; Vol. 13Bromfield, EB, Cavazos JE, Sirven JI, 2006. An Introduction to Epilepsy editors.West Hartford (CT): American Epilepsy Society. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2511/

Bannister, 1978, Brains Clinical Neurology 5th ed, The English Book Society, Oxford:Oxford University press, 164-183.

Christian M. Korff Douglas R. Nordli Jr., 2006. Current Pediatric Therapy, 18th ed. In:Burg DF, editor. Epilepsy. USA: Saunders. Castle GF.Fishman, 1973, LS.Seizure Pediatric Clim North Am ,20:814-835

Dam N. Kiqrboe, 1978, E.Epilepsi-Diagnosis and Treatment 1st ed Dumex; 9-11

Haydar E. Babikar, 2011 Knowledge, practice and attitude toward epilepsy among

primary and secondary school teachers in South Gezira locality, Gezira State, Sudan J Family Community Med.2011 Jan-Apr;18(1): 1721.

Hawari. I, 2010 Yayasan Epilepsi Indonesia. Available from:http://www.ina.epsy.org/epilepsi-di-indonesia.html (Accesed 2 April 2012)

Jiamjit Saengsuwan, 2009,Journal of Neuroscience and Behavioural Health Vol. 1(1). pp. 006-011, October, 2009, Available onlinehttp://www.academicjournals.org/jnbh

Kari K, Nara P. Epilepsi anak. [cited Februari 2009]. Available from: http://www.portalkalbe.co.id/ (Accesed 16 april 2012)

Lazuardi.S, Buku Ajar., 2000, S.Pengobatan Epilepsi Dalam: editor Soetomenggolo T, Ismael. Jakarta: BP IDAI;.pp 237-386

Lumbantobang. SM, 1979, Epilepsi, Simposium Kejang pada anak.Palembang.

Mansjoer, Arif & Suprohaita, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Fakultas kedokteran Indonesia. Jakarta: Media AescullapiusMachfoed, Hasan M. Article Epilepsi. [cited Februari 2009] Available from:http://www.journal.unair.ac.id ( Accesed 17 april 2012)

Mardjono Mahar, 1990, Simposium Mengenal Dan Memahami Epilepsi, hal: 2, IDASI, Yogyakarta.

Medpedia, Inc. 2007 2010. Available from:http://wiki.medpedia.com/Lennox-Gastaut_Syndrome( Accesed 25 May 2012)

Neligan.A and J.W. Sander 2011, Epilepsy 2011: From Science to society, UCL, Institute of Neurology, Queen Square, London. Available from:http://www.epilepsynse.org.uk/pages/info/leaflets/explaini.cfm ( Accesed 28 Mac 2012)

Nelson, Woldo, E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 2. Editor Bahasa Indonesia A. Jamik Wahab. Penerbit Jakarta : EGC.

Notoatmodjo.S, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu perilaku, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo.S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi revisi Jakarta: Rineka Cipta.

Notoamodjo.S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Purba SJ. Epilepsi: Permasalahan di Reseptor atau Neurotransmitter Medicinus.Vol 21 Desember 2008 FKUI.

Priguna.S, 1999, Epilepsi (Ayan), Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, hal: 296-309, Dian Rakyat, Jakarta.

Poerwadarminta, W. S. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Perdossi, 2006.Pedoman Tatalaksana Epilepsi. PenerbitPERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM: Jakarta

Wahyuni, A. S. 2007. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.World health statistics, Annual compilation of data from 1993 who member states. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/index.html (Accesed 28 March 2012)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Daniel Rajkumar Ayapillai adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang penyakit epilepsi di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/ Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2012 Peneliti,

(Daniel Rajkumar A)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Daniel Rajkumar Ayapillai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama, dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang penyakit epilepsi di di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, 2012Responden,

( )

Lampiran 4

KUESIONERGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKATTENTANG PENYAKIT EPILEPSIDI DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Nama :Umur :tahunJenis Kelamin :Agama :Suku:Alamat:Pendidikan:Pekerjaan:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memilih jawaban yang sesuai dengan diri anda !

Kuesioner pengetahuan1) Apakah anda pernah mendegar tentang epilepsi ? a) Ya b) Tidak ada c) Tidak tahu 2) Apa yang menurut anda menyebabkan epilepsi ?a) hyperaktivitas listrik otakb) genetika f) kegilaan g) Roh jahat h) Tidak tahu3) Apakah menurut anda epilepsi merupakan penyakit menular ? a) Ya b) Tidak ada c) Tidak tahu 4) Apakah menurut anda anak-anak dengan epilepsi lebih cenderung menderita kegilaan ? a) Ya b) Tidak ada c) Tidak tahu5) Apakah menurut anda epilepsi merupakan penyakit otak kronik yang tidak dapat disembuhkan ? a) Ya b) Tidak ada c) Tidak tahu6) Bagaimana menurut anda tingkat intelegensi orang dengan epilepsi ? a) Tidak tahu b) Normal intelegensi c) di bawah rata-rata d) di atas rata-rata 7) Apakah anda mau bergaul dengan penderita epilepsi ? a) Yab) Tidak adac) Tidak tahu8) Apakah menurut anda pernikahan pada penderita epilepsi dibenarkan?a) Yab) Tidak adac) Tidak tahu9) apakah menurut anda kehamilan pada penderita epilepsy dibenarkan? a) Ya b) Tidak ada c) Tidak tahu10) Apakah menurut anda epilepsy merupakan penyakit kejiwaan? a) Ya b) Tidak ada c) Tidak tahu

Kuesioner SikapNOPERTANYAANSetujuTidak Setuju

1.Epilepsi adalah satu penyakit dan bukannya kemasukan roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan.

2.Epilepsi adalah satu penyakit menular.

3.Epilepsi dapat disembuhkan jika mengambil obat secara teratur.

4.Orang yang mengalami epilepsi tidak dapat menikah,dapat hamil dan memiliki anak.

5.Orang yang mengalami epilepsi diberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan menikmati pergaulan.

6.Epilepsi adalah satu penyakit keturunan.

7.

Epilepsi dapat mengenai siapa saja dari anak sampai dewasa.

8.Orang yang mengalami serangan epilepsi tidak harus diberikan bantuan dengan segera.

9.Epilepsi bukannya satu penyakit kejiwaaan.

10.Orang yang mengalami epilepsi tidak memerlukan perhatian yang khusus.

Validitas pengetahuanCorrelations

12345678910

1Pearson Correlation1.151.726*.204.134.508.866**.933**.612.283

Sig. (2-tailed).699.027.598.732.163.003.000.080.461

N9999999999

2Pearson Correlation.151.815**.308.308.282.726*.480.674*.185.577

Sig. (2-tailed).699.007.420.420.462.027.191.047.634.104

N9999999999

3Pearson Correlation.000.3081.833**.600.726*.866**.530.667*.577

Sig. (2-tailed)1.000.420.005.088.027.003.142.050.104

N9999999999

4Pearson Correlation.204.308.833**1.436.726*.577.530.833**.751*

Sig. (2-tailed).598.420.005.240.027.104.142.005.020

N9999999999

5Pearson Correlation.134.282.600.4361.543.709*.238.491.699*

Sig. (2-tailed).732.462.088.240.131.033.537.180.036

N9999999999

6Pearson Correlation.508-.019.726*.726*.5431.674*.659.933**.611

Sig. (2-tailed).163.961.027.027.131.047.053.000.081

N9999999999

7Pearson Correlation.177.480.866**.577.709*.674*1.344.577.450

Sig. (2-tailed).649.191.003.104.033.047.365.104.224

N9999999999

8Pearson Correlation-.081.782*.530.530.238.659.344.833**.596.229

Sig. (2-tailed).836.013.142.142.537.053.365.005.090.553

N9999999999

9Pearson Correlation.612.185.667*.833**.491.933**.577.596.782*.693*

Sig. (2-tailed).080.634.050.005.180.000.104.090.013.039

N9999999999

10Pearson Correlation.283.149.577.751*.699*.611.450.229.693*1

Sig. (2-tailed).461.702.104.020.036.081.224.553.039

N9999999999

total Pearson Correlation.394.370.839**.815**.782*.882**.835**.557.893**.744*

Sig. (2-tailed).295.326.005.007.013.002.005.119.001.022

N9999999999

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliabilitas kuesioner pengetahuanCase Processing Summary

N%

CasesValid9100.0

Excludeda0.0

Total9100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's AlphaN of Items

.77411

Validitas sikap Correlations

12345678910

1Pearson Correlation1.453.511.699*.725*.596.596.857**.390-.043

Sig. (2-tailed).220.159.036.027.090.090.003.299.912

N9999999999

2Pearson Correlation.4531.385.696*.625.772*.287.696*.934**.696*

Sig. (2-tailed).220.306.037.072.015.453.037.000.037

N9999999999

3Pearson Correlation.511.3851.745*.705*.703*.857**.600.549.016

Sig. (2-tailed).159.306.021.034.035.003.088.126.967

N9999999999

4Pearson Correlation.347.696*.745*1.478.699*.529.839**.869**.196

Sig. (2-tailed).360.037.021.193.036.143.005.002.612

N9999999999

5Pearson Correlation.725*.625.705*.4781.822**.538.478.538.478

Sig. (2-tailed).027.072.034.193.007.136.193.136.193

N9999999999

6Pearson Correlation.596.772*.703*.699*.822**1.640.869**.820**.529

Sig. (2-tailed).090.015.035.036.007.063.002.007.143

N9999999999

7Pearson Correlation.596.287.857**.529.538.6401.529.460-.151

Sig. (2-tailed).090.453.003.143.136.063.143.213.698

N9999999999

8Pearson Correlation.347.696*.600.839**.478.869**.5291.869**.357

Sig. (2-tailed).360.037.088.005.193.002.143.002.345

N9999999999

9Pearson Correlation.390.934**.549.869**.538.820**.460.869**1.529

Sig. (2-tailed).299.000.126.002.136.007.213.002.143

N9999999999

10Pearson Correlation-.043.696*.857**.196.478.529.869**.357.5291

Sig. (2-tailed).912.037.003.612.193.143.002.345.143

N9999999999

totalPearson Correlation.626.840**.785*.828**.827**.960**.671*.849**.893**.471

Sig. (2-tailed).072.005.012.006.006.000.048.004.001.201

N9999999999

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Realibilitas kuesioner SikapCase Processing Summary

N%

CasesValid9100.0

Excludeda0.0

Total9100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's AlphaN of Items

.78311

Lampiran 6 Frekuensi Karakteristik Responden

umur

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid11133.333.333.3

2721.221.254.5

31030.330.384.8

439.19.193.9

526.16.1100.0

Total33100.0100.0

jenis_kelamin

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validlaki1339.439.439.4

perempuan2060.660.6100.0

Total33100.0100.0

tingkat_pendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid4412.112.112.1

3618.218.230.3

21957.657.687.9

1412.112.1100.0

Total33100.0100.0

Lampiran 7

Frekuensi Pengetahuan tentang penyakit epilepsiP1

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.0013.03.03.0

2.003297.097.0100.0

Total33100.0100.0

P2

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.001236.436.436.4

1.001030.330.366.7

2.001133.333.3100.0

Total33100.0100.0

P3

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.0026.16.16.1

1.00721.221.227.3

2.002472.772.7100.0

Total33100.0100.0

P4

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.0039.19.19.1

1.00412.112.121.2

2.002678.878.8100.0

Total33100.0100.0

P5

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.00618.218.218.2

1.00927.327.345.5

2.001854.554.5100.0

Total33100.0100.0

P6

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.00721.221.221.2

1.002060.660.681.8

2.00618.218.2100.0

Total33100.0100.0

P7

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.0013.03.03.0

1.00618.218.221.2

2.002678.878.8100.0

Total33100.0100.0

P8

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.00618.218.218.2

1.00515.215.233.3

2.002266.766.7100.0

Total33100.0100.0

P9

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.00824.224.224.2

1.00927.327.351.5

2.001648.548.5100.0

Total33100.0100.0

P10

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid.0026.16.16.1

1.001030.330.336.4

2.002163.663.6100.0

Total33100.0100.0

Hasil Tingkat PengetahuanFrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidBAIK1442.442.442.4

SEDANG1854.554.597.0

BURUK13.03.0100.0

Total33100.0100.0

Lampiran 8

Frekuensi sikap terhadap penyakit epilepsi

S1

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.0013.03.03.0

2.003297.097.0100.0

Total33100.0100.0

S2

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.00515.215.215.2

2.002884.884.8100.0

Total33100.0100.0

S3

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.00515.215.215.2

2.002884.884.8100.0

Total33100.0100.0

S4

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.00412.112.112.1

2.002987.987.9100.0

Total33100.0100.0

S5

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.0013.03.03.0

2.003297.097.0100.0

Total33100.0100.0

S6

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.00927.327.327.3

2.002472.772.7100.0

Total33100.0100.0

S7

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.00412.112.112.1

2.002987.987.9100.0

Total33100.0100.0

S8

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid2.0033100.0100.0100.0

S9

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1.00721.221.221.2

2.002678.878.8100.0

Total33100.0100.0

S10

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid2.0033100.0100.0100.0

NAMAUMURTINGKAT PENDIDIKANJKP1P2P3P4P5P6P7P8P9P10ptotal

Jupri34SMAL201220222215

Andre52SMAL222211222218

Syamsul52SMPL222121111114

nuqqi26SMPP200220222012

Jupri24D3L222221222219

Amrin32SMAL20220120009

Solehudi38S1L202202220214

Pinto39SMAP202020101210

Rusmedi36SMAP221221111215

Nazmi22SMAP212121111113

Adelia24SMAP202000222211

Yusmaili46SMAP202211222114

Husna25D3P222121200113

Syahrial44SMAL212221221217

Elidawati39SMAP202221121215

Yusof65SMAL212221222217

Riana18S1P222212220217

Nimar24D3P222210222217

Ani45SMAP222121212217

Yati44D3P201201222214

Antonal66SIL212211221216

Ikhwan46S1L212222221219

Zul40SMAL222201200112

Haposan18SMPL20002002017

Ika30SMAP222221222118

Adeck40SMAL212211222217

Diana28SMAP222222222220

Rosma37SMAP212211221216

Suwito47SMPP201221212114

Herlinda29SMAP211221120113

Desi24SMAP212210202113

Fitri26S1P212212222218

Lucyana21S1P202202200212

LAMPIRAN 11DATA INDUKNAMAUMURTINGKAT PENDIDIKANJKS1S2S3S4S5S6S7S8S9S10Stotal

Jupri34SMAL212222222219

Andre52SMAL222222222220

Syamsul52SMPL221112222217

nuqqi26SMPP211221222217

Jupri24D3L222222222220

Amrin32SMAL222122221218

Solehudi38S1L222222221219

Pinto39SMAP222222222220

Rusmedi36SMAP222222222220

Nazmi22SMAP212221221216

Adelia24SMAP222222222220

Yusmaili46SMAP222222222220

Husna25D3P222222121218

Syahrial44SMAL222121222218

Elidawati39SMAP222221222219

Yusof65SMAL222221122218

Riana18S1P222221222219

Nimar24D3P222222222220

Ani45SMAP222221222219

Yati44D3P212222222219

Antonal66SIL222222222220

Ikhwan46S1L222221222219

Zul40SMAL222222222220

Haposan18SMPL222222122219

Ika30SMAP222222222220

Adeck40SMAL221221222218

Diana28SMAP222222122219

Rosma37SMAP222122221218

Suwito47SMPP221222221218

Herlinda29SMAP212222222219

Desi24SMAP222222221219

Fitri26S1P222222222220

Lucyana21S1P221222222219

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT EPILEPSI DI DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DARI BULAN SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER 2012KARYA TULIS ILMIAHKarya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

DANIEL RAJKUMAR AYAPILLAI090100415

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT EPILEPSI

DI DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAHKarya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

DANIEL RAJKUMAR AYAPILLAI

090100415

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN

2012

LEMBAR PENGESAHANJudul Penelitian: Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Epilepsi Di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan

Nama

: Daniel Rajkumar Ayapillai

NIM

: 090100415

Pembimbing Penguji I

(dr. Alfansuri Kadri, Sp.S) (dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK ) NIP : 197811092003121001 NIP : 194604061969021001

Penguji II

(dr. Evita Mayasari, M.Kes)

NIP : 197710182003122003Medan, Desember 2012Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH

NIP: 19540220 198011 1 001