YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

I N T E R P R E T A S I P O S T E R D K V d i l o r o n g

S U R G A ,D I B A W A H T E L A PA K K A K I I B U

Page 2: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran besar yang digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain.

Menurut Hornby (1974:799) poster sebagai plakat atau tempelan pengumuman yang dipasang ditempat umum. Bisa juga dikatakan sebagai sebuag pemberitahuan untuk khalayak ramai yang berbentuk gambar. Selain itu, poster juga diper-gunakan secara perorangan sebagai sarana dekorasi yang murah meriah terutama bagi anak muda.

Page 3: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

Poster yang kami pilih menggunakan

teknik cetak digital printing, tercetak

pada media outdoor flexy memiliki

ukuran sebesar A1 (70cm x 100cm)

yang didisplay dengan 2 buah benang

pancin diujung kanan dan kiri atas.

Kami memotret poster tersebut seusai

kelas pak Sumbo

1. Ditempelkan/digantung di dinding/tembok dan dipasang di pinggir-pinggir jalan2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti3. Singkat, jelas, efektif, komuni-katif, informatif dan menarik perhatian pembaca.

36/17/21/0

72/8/45/0

I D E N

T I F I

K A S I

Page 4: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

Objek DKV yang kami pilih adalah karya DKV berupa poster yang dibuat dengan teknik digital printing diatas flexi berukuran A2 (70 cm x 100 cm).Poster ini dirancang untuk tugas mata kuliah poster, yang merancang adalah Khoyrotun H Isani dari angkatan DKV 2010.

V E R B A LPerancang membuat poster ini kurang lebih untuk merespon fenomena yang sering terjadi di

masyarakat. Yang dimana hal tersebut sering menimbulkan kegelisahan/kekawatiran bagi

masyarakat tersebut. Fenomena tawuran adalah sebuah agenda rutin bagi para remaja yang

mulai tumbuh dewasa, yang biasanya sering dilakukan oleh pelajar SMA atau mahasiswa. Setiap

tahun meskipun jaman telah berganti fenomena tawuran ini masih saja sering terjadi, tawuran kini

seolah menjadi budaya baru bagi para remaja, seakan ini menjadi sebuah proses perkembangan

anak muda di Indonesia untuk menjajaki masa berikutnya. Oleh karena itulah perancang inginme-

nyelesaikan masalah/problemtersebut kedalam sebuah media berupa poster.

I L L U S T R A S IDalam poster ini, gaya desain yangdi-

gunakan adalah gaya desain early

modern lebih tepatnya menggunakan

gaya beggarstaff. Ilustrasi yang

terdapat didalam poster tersebut

diantaranya :

1. Empat outline awan, dua diantara ke

empat awan masing-masing berukuran

sama

2. Bintang yang bertaburan

3. Silhouette tiga burung yang terbang

dengan ukuran dua diantaranya sama,

sedangkan yang satunya lebih kecil

4. Silhouette pohon

5. Silhouette tempat sampah/tong

sampah yang berisi senjata tajam

6. Silhouette padang rumput

7.Silhouette pelajar/mahasiswa yang

sedang berjalan dengan mengenakan

tas punggung

T I P O G R A F IFont yang digunakan dari keluarga sans serif lebih tepatnya adalah dekar.Case yang diguna-kan pada kalimat baris pertama menggunakan caselowercase di awal kata lalu uppercase di kata kedua. Sedangkan di kalimat baris kedua menggunakan uppercase di awal kata dan lowercase di case kedua.

L A Y O U T Layout yang digunakan adalah sequence L dikarenakan warna hitam yang cukup mendominasi sebagai point of view, dimulai dari atas terdapat silhouette pohon lalu ke silhouette rumput.

W A R N ASkema warna yang digunakan dalam poster ini terdiri dari 3 warna, yaitu hijau, putih, danHitam.

D E S

K R I

P S I

U M U M

Page 5: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

T A N D A V I S U A LMelalui pendekatan semiotika yang berarti ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfingsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. [2] Tanda tersebut bisa berupa bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek, dan lain sebagainya. Petanda terletak pada level of content (tingkat isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Tanda selalu mengacu pada seuatu hal (benda) lain.Merujuk dari tori Pierce (Noth, 1995:45), tanda-tanda dalam gambar dapat digolongkan menjadi ikon, indeks, dan sinbol.

I K O Nadalah tanda yang mirip objek yang mewakilinya, atau memiliki cirri-ciri yang sama dengan yang dimak-sudkan.

I N D E X merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti.

S I M B O Ladalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Katagori-katagori tersebut tidaklah terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari berbagai tipe tanda.Dalam poster karya desain Khoryotun Hisani menggu-nakan beberapa simbol, diantaranya awan, siluet anak muda berjalan menggunakan ransel, siluet 3 burung terbang, pohon, tong sampah dengan benda-benda tajam didalamnya, dengan bintik-bintik cahaya berbentuk lingkaran yang terkumpul menjadi satu kesatuan background.

Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah

dan merangkai fakta tersebut menjadi satu

kesatuan yang harmonis dan masuk akal [1]

I N T E

R P R E

TA S I

Page 6: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

[1] http://www.belajarpraktis.com/

2013/04/13/pengertian-interpretasi.html

[2] Sumbo Tinarbuko, “Semiotika

Komunikasi Visual”, Jalasutra,

Yogyakarta, 2008.

[3] http://sisilainfotografi.blogspot.com

/2012/10/bokeh.html

K R I T I K D A N S O L U S IBahasa tanda merupakan suatu penyampaian informasi yang bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Maka dari pemilihan tanda sangat perlu diperhitungkan untuk mendapatkan penyam-paian secara tepat.

Elemen-elemen yang terdapat dalam poster ini kurang tepat, seperti halnya warna yang digunakan, warna hijau tosca tidak menggambarkan suasana malam. Solusinya mengubah warna menjadi gradasi warna biru muda ke biru tua, semakin keatas semakin gelap. Selain itu ikon penggambaran awan tidak senada dengan unsur grafis yang ada didalam poster tersebut. Solusinya dengan menyenadakan ilustrasi awan tersebut dangan tanda-tanda yang lain. Siluet burung juga menggan-jal, burung yang biasa beraktifitas pada malam hari adalah burung yang memiliki pengartian buruk. Solusinya penggunaan ikon burung ini tidak perlu, karena menggambarkan keburukan, sedangkan penyampaian poster disini untuk mengubah perilaku masyarakat untuk menjadi lebih baik.

P E M A K N A A NAwan, didalam poster ini mengguna-

kan simbol awan yang berwarna putih,

akan tetapi awan disini berbeda

dengan ilustrasi yang digunakan pada

simbol-simbol yang lain dalam poster

tersebut. Awan ini terkesan seperti

mainan, sehingga terlihat tertempel.

Dari penggambaran simbol awan yang

berwarna putih mengandung arti

cuaca cerah berawan.

Siluet postur tubuh anak

muda berjalan dengan santai

menggendong ransel, mengimplimenta-

sikan bahwa target audience disini

adalah anak muda. Karena tidak ada

kejelasan mengenai seragam yang

dikenakan maka penggambaran disini

dapat diartiakan sebagai anak muda

yang berusia sejajar dengan anak

SMP, SMA, sampai dengan mahasiswa.

Langkah kaki yang terlihat santai

menggambarkan suasana tenang dan

tentram.

Siluet tiga burung yang

sedang terbang diatas pohon

menggambarkan suasana dipagi hari

burung-burung berkicau dengan riang.

Siluet pohon dan rumput-

rumput menggambarkan suatu tempat

yang teduh dan sejuk seperti halnya

sebuah taman yang hijau dan rindang.

Siluet tong sampah yang

didalamnya terdapat beberapa benda

tajam seperti pedang, golok, dan

semacamnya. Disini memberi maksud

terkait dangan inti penyampaian poster

ini. Benda-benda tajam yang berada

didalam tong sampah mengartikan

bahwa (desainer) bertujuan menjelas-

kan kepada audience, bahwasannya

benda-benda tajam itu sudah

selayaknya untuk dibuang kedalam

tempat yang semestinya dan dalam

bahasa visual untuk menggambarkan

tempat sampah yaitu sebuah tong

sampah.

Bintik-bintik lingkaran kecil

disini cukup sulit untuk diartikan akan

tetapi bentuk ini dapat digambarkan-

kan sebagai benda-benda kecil yang

tertiup angin dan terkena sinar

sehingga timbul beberapa bintik-bintik

cahaya yang dalam istilah fotografi

disebut bokeh diambil dari bahasa

jepang yang beararti menjadi kabur[3]

yaitu efek blur yang ditumbulkan dari

pantulan cahaya yang mengenai suatu

benda. Dominasi 2 warna hijau tosca

dengan warna hitam dan penambahan

beberapa warna putih dan kuning

sebagai warna pendukung.

Pengambaran simbol,

orang, pohon, rumput, burumg tong

sampah dengan benda-benda tajam

yang hanya dibuat siluet dengan

warna hitam dan warna cerah hijau

toska dibelakang sebagai background

mengimplementasikan suasana tenang

di malam hari.

Page 7: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

I N T E

R P R E

TA S I

R E V E R S E T H I N K I N G

of the methods used in creative ideation sessions

is reverse thinking. Instead of following the

"Normal" or "Logical" direction of a challenge,

you turn it around and look for opposite ideas.

[www.cyrielkortleven.com/ reverse-thiking

diposting oleh Cyrel Kortleven, 26 Agustus 2010

pukul 20:00]

Untuk mengupas makna dibalik poster ini,

langkah pertama yang kami gunakan adalah

metode Reverse Thinking. Reverse Thinking

bukanlah sebuah teori, melainkan sebuah

common-sense atau pemikiran sederhana yang

lazim digunakan untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan sebuah masalah.

Sebagai ilustrasi coba kita gunakan metode ini

terhadap sebuah kursi. Seumur hidup kita, kita

mengenal kursi dengan cara mendudukinya. Kita

tahu bahwa kursi adalah tempat untuk duduk.

Namun, pernahkah kita berpikir mengapa harus

ada kursi di dunia? Mengapa manusia mencipta-

kan kursi? Mungkin kursi ada karena manusia

menemukan posisi yang nyaman diantara posisi

berdiri dan berbaring. Dalam posisi ini manusia

masih dapat melakukan berbagai aktifitas yang

terlalu melelahkan untuk dilakukan dalam posisi

berdiri, atau tidak dapat dilakukan dalam posisi

berbaring. Sekarang mari kita coba terapkan

metode Reverse Thinking ke poster diatas.

Poster ini dibuat sebagai media penyampaian

pesan kepada kalangan pelajar untuk mening-

galkan budaya tawuran, perkelahian, dan

kekerasan kemudian beralih ke jalur yang

sejatinya dijalani kalangan pelajar, yaitu belajar.

Apa yang terjadi pada kalangan pelajar

sampai-sampai issue dalam poster ini

sedemikian kerasnya? Untuk memotivasi pelajar,

mengapa tidak sekedar menggunakan issue

semacam "Belajarlah lebih giat"? Pelajar saat ini

nyatanya semakin hari semakin larut dalam

gaya hidup premanisme, seperti unjuk kekuatan,

mabuk-mabukan, vandalisme, hingga tawuran.

Apa yang menyebabkan kalangan pelajar larut

dalam budaya ini? At any given point in our

lives, we may be at different levels of fulfillment

[www.akorra.com/2011/11/05/top-10-

interesting-psychology-theories diposting oleh

Luther Avery, 5 November 2011 pukul 22:30]

Pada tahapan umur SMP-SMA, manusia

biasanya berada pada fase dimana mereka

mencari jati dirinya. Gejolak ini timbul begitu saja

sebagai pengaruh psikologis dari pubertas, fase

ini menjadi fase yang tidak stabil, ringkih, namun

berpengaruh sangat besar.

.

SA

AT

NY

A B

EL

AJA

R,

BU

KA

N M

EN

GH

AJA

R

Page 8: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

H I E R A R C H Y O F N E E D SPrinsip psikologi tidak dapat dilepaskan dari perihal DKV. Mengingat kita sebagai mahasiswa desain semenjak awal dibekali mata kuliah Psikologi Persepsi, agar dalam mendesain kita dapat dengan tepat berkomunikasi dengan audien.

Pada masa ini pelajar mengalami fase kompetitif, mereka mencari tahu siapakah mereka dalam lingkungan tersebut, apa kelebi-han diantara yang lainnya.

Saat seorang pelajar gagal dalam hal akademis, ia akan merasa depresi karena tertinggal (kalah) dalam lingkungannya

Sebagai bentuk refleks dari kekalahan ini, ia akan mencari cara lain untuk mengisi "kekoson-gan" yang akan dibahas lebih dalam melalui teori Hierarchy of Needs

H I E R A R C H Y O F N E E D Sadalah satu teori yang monumental

dalam ilmu psikologi. Teori ini dicetus-

kan oleh Abraham Maslow. Maslow's

hierarchy of needs is often potrayed in

the shape of pyramid, with the largest

and lowest levels of needs at the

bottom, and the need for

self-actualization at the top.

[Abraham Maslow, Motivation and

Personality, Harper and Row, New York

1954 hal 91]

Dalam teori ini, Maslow

menggambarkan kebutuhan manusia

dalam bentuk piramid yang terbagi

menjadi 5 level. Setiap level bisa

terpenuhi ketika level dibawahnya

telah terpenuhi.

Level paling bawah adalah

bagian yang fundamental, yaitu

Physiological Needs (Kebutuhan

Psikologis) seperti makan, minum, sex,

istirahat, bernafas.

Level kedua adalah Safety

Needs (Rasa Aman) seperti perasaan

sehat, perasaan kecukupan ekonomi,

perasaan damai.

Level ketiga adalah Love

and Belonging (Rasa Cinta dan

Memiliki) seperti pertemanan, kekeluar-

gaan, keintiman.

Level keempat, adalah

Esteem (Penghargaan) seperti

dihargai, diakui, pujian, gengsi.

Level kelima, adalah

Self-actualization (Aktualisasi Diri)

seperti jawaban atas pertanyaan

mengapa aku dilahirkan, apa yang

bisa aku lakukan di dunia. Level ini

adalah level tertinggi yang menjadi

indikasi apakah seseorang sehat

secara psikologis atau tidak.

Seluruh 5 level tersebut

perlu dijabarkan, karena pada kenyat-

aannya hanya terdapat 1% dari

populasi pelajar mahasiswa yang

berhasil memenuhi level ke-5.

[Abraham Maslow, Motivation and

Personality, Harper and Row Publisher,

New York 1943, hal 236]. Ini berarti level

ke-4 menjadi pencapaian tertinggi

(hampir) seluruh manusia.

Dua tingkatan dalam

kebutuhan Esteem (Penghargaan)

adalah reputasi dan harga diri.

Reputasi adalah persepsi akan gengsi,

pengkuan, atau ketenaran yang dimiliki

seseorang, dilihat dari sudut pandang

orang lain. Sementara harga diri

adalah perasaan pribadi seseorang

bahwa dirinya bernilai atau berman-

faat dan percaya diri. Harga diri

menggambarkan sebuah "keinginan

untuk memperoleh kekuatan, pencapa-

ian atau keberhasilan, serta

kepercayaan diri di hadapan dunia.

Dengan kata lain, harga diri didasari

oleh kemampuan nyata dan bukan

didasari oleh opini orang lain. [Jess

Feist & Gregory J. Feist, Theory of

Personality, Salemba Humanika,

Jakarta 2011]

Pada kasus gagal

akademis sebelumnya, siswa tersebut

gagal dalam memenuhi kebutuhan

esteem. Ia tidak merasakan

kemenangan sebagai pelajar.

Kemudian ia mensubtitusi rasa

kemenangan tersebut dengan cara

yang ia bisa. Mabuk-mabukan dan

vandalisme boleh dikata pelampiasan

depresi akan rasa kekalahan dalam hal

akademis, kemudian untuk mendapat-

kan "prestasi" yang lain, ia mengguna-

kan kekuatan fisik dalam wujud

kekerasan hingga tawuran. Dengan

demikian ia akan disegani dalam

lingkungannya, dan merasa dirinya

sebagai seorang pemenang atau

jagoan.

Singkatnya, mereka yang "menghajar" sesungguhnya hanya berusaha

memenuhi kebutuhan esteem dengan cara yang mereka bisa

Page 9: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

Terjadinya kekerasan dalam lingkungan pelajar tentu bukan hal yang ideal. Pelajar adalah kaum muda, aset bangsa, kelak mereka yang akan mengemudikan haluan negara ini. Maraknya tawuran menjadi indikasi buruknya kualitas moral negara kita. Hal ini berdampak ke banyak hal : akademik, sosial, parenting, budaya. Sederhananya, ini adalah masalah serius di negara kita.

Sebagai desainer, yang bisa kita lakukan dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan cara-cara preventif, cara-cara tidak langsung. Menciptakan issue, mengubah pola pikir pelajar menjadi alasan mengapa kita sebagai desainer diandalkan.

Untuk mengubah pola pikir, yang utama dilakukan adalah menyentuh emosi dari audien. Buat mereka terangsang, terganggu, hingga jatuh cinta dengan issue yang kita buat.

Dalam poster ini, secara alih bahasa pemili-han kata yang digunakan adalah sangat baik. Jumlah kata dalam poster ini singkat, hanya 4 kata ditambah dengan gaya bahasa berima ar-ar. Ini mengakibatkan pesan mudah tersampaikan dan mudah diingat. Namun, pesan verbal yang disampaikan kurang kuat. Sekedar memberi tahu, namun tidak menggugah emosi audiensnya.

Dari segi psikologis yang sudah dibahas, disimpulkan bahwa mereka yang menghajar hanya berusaha memenuhi kebutuhan esteem dengan cara yang mereka bisa. Artinya, merekapun berada pada posisi "terpaksa" sehingga harus seperti demikian. Penggunaan kata "bukan" justru semakin memojokkan mereka.

Agar lebih diterima di benak pelajar, sebaiknya menggunakan kalimat yang bersifat membangun, motivatif. Hindari kata yang menghakimi, mengeluhkan audien.

K R I T

I K & S

A R A N

J U A R A S E J AT I , TA N PA B E L AT I

Page 10: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

41/24/0/0

85/67/0/0

1. Siluet burung, ikon burung ini tidak perlu

2. menyadakan illustrasi awan

Solusinya mengubah warna background untuk menjelaskan

suasana malam

R E

D E S

I G N

J U A R A S E J AT I

TA N PA B E L AT I

Page 11: kritik DKV - Analisa Poster Tawuran Antar Pelajar

E k o H a d i w i ta n t o1 1 1 2 1 4 6 0 2 4

Y u s u f H a b i b i1 1 1 2 1 6 7 0 2 4

C a h y o n o H e n d r i S1 1 1 2 1 7 8 0 2 4

R a m a P r a n e n d r a1 1 1 2 1 8 4 0 2 4

D A F

P U S


Related Documents