YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P
Page 2: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

2

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P K H ) G r a d u a s i

Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluh Sosial

2020

Editor : Bambang Rudito

Hari Harjanto Setiawan , dkk Kesejahteraan Sosial

i

Page 3: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

i23

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari

Penerbit

@ 20189 Penerbit Puslitbang Kementerian Sosial RI, Jakarta ( x, 2020) Judul Buku : Kewirausahaan Sosial Penerima Program Keluarga

Harapan (PKH) Graduasi

Reviewer : Mu’man Nuryana

Penulis : 1. Hari Harjanto Setiawan 2. Badrun Susantyo 3. Agus Budi Purwanto 4. Muhammad Belanawane Sulubere 5. Delfirman

Penerbit : Puslitbang Kementerian Sosial RI Cetakan I : Oktober 2020 ISBN : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKPI)

ii

Page 4: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

i2 4

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih

dan Penyayang, berkat rahmat dan karunia-Nya, hasil penelitian yang berjudul “Kewirausahaan Sosial Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Graduasi” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial berupaya tampil dalam melaksanakan peran strategisnya guna mendukung Kementerian Sosial Republik Indonesia sebagai pilar utama pembangunan kesejahteraan sosial untuk mengembangkan kebijakan dan program pada Unit Teknis terkait.

Penelitian ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan kebijakan yang berbasis penelitian. Sebagai leading sector, Kementerian Sosial RI berkewajiban mengembangkan Kewirausahaan untuk mengentaskan permasalahan kemiskinan bagi penerima Program Keluarga Harapan (PKH) graduasi. Program ini masih relatif baru di Kementerian Sosial, sehingga penelitian ini akan dilanjutkan untuk mendapatkan model atau pola yang dapat dipilih sebagai kebijakan yang tepat oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dalam pengembangan Kewirausahaan Sosial di Indonesia.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, sesuai dengan pepatah “tidak ada gading yang tidak retak”. Oleh karena itu, kami berharap masukan yang bersifat konstruktif dari pembaca guna perbaikan selanjutnya. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat, baik bagi praktisi maupun akademisi yang mengkaji permasalahan ini. Kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian hingga terwujudnya buku ini, kami menyampaikan terima kasih.

Jakarta, Juli 2020 Kepala,

Justina Dwi Noviantarii

iii

Page 5: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

iiiii 5

PENGANTAR PENERBIT Salah satu upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduk miskin, dengan memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Upaya untuk mengikutsertakan peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial diselenggarakan melalui kewirausahaan Sosial.

Pembelajaran dari hasil penelitian ini akan mengoptimalkan keterjangkauan penerima manfaat terhadap berbagai program-program Perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan oleh pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) melalui kewirausahaan sosial. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan informasi bagi penentu program penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan hak kewarganegaraan. Lebih jauh lagi penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah pentingnya Kewirausahaan sosial bagi penerima program keluarga harapan (PKH) Graduasi.

Semoga buku hasil penelitian ini bermanfaat sebagai landasan menentukan kebijakan dan pengembangan Kewirausaahaan Sosial kedepan. Buku hasil penelitian ini dapat menambah khasanah baru yang mencerahkan dan sangat layak untuk dibaca khalayak umum serta pemerhati masalah penanganan kemiskinan, sehingga dapat berbuah kemanfaatan bagi semua.

Jakarta, Juli 2020 Penerbit

iv

Page 6: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

viv 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii PENGANTAR PENERBIT iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR BAGAN ix BAB 1 PENDAHULUAN 0 A. LATAR BELAKANG 0 B. RUMUSAN PENELITIAN 0 C. TUJUAN PENELITIAN 0 BAB 2 KERANGKA TEORI 0 A. PKH GRADUASI 0 B. PEMBERDAYAAN 0 C. KEWIRAUSAHAAN SOSIAL 0 BAB 3 METODOLOGI 0 A. PENDEKATAN PENELITIAN 0 B. JENIS PENELITIAN 0 C. TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN 0 D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 0 E. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS

DATA 0

F. STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PENELITIAN

0

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 0 A. GAMBARAN TENTANG KPM PKH

GRADUASI 0

B. DAMPAK KRISIS COVID-19 TERHADAP MASYARAKAT

0

C. MODEL KEWIRAUSAHAAN SOSIAL 0

v

iiiiv

viiviiiix

1144

77810

1313151617

18

20

23

23

7273

Page 7: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

viivi7

D. IMPLIKASI KEBIJAKAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

0

BAB 5 PENUTUP 0 A. KESIMPULAN 0 B. REKOMENDASI 0 DAFTAR PUSTAKA 0 INDEKS 0 BIODATA PENULIS 0

vi

84

878789

909293

Page 8: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

viivi 8

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel dan Dimensi Kewirausahaan Sosial 21 Tabel 2 Daftar Informan Dalam Penelitian 25 Tabel 3 Daftar Informan Dalam Penelitian 26 Tabel 4 Organisasi PKH Kabupaten Garut, Tahun 2020 42

vii

12161733

Page 9: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

ixviii9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Salah Satu Usaha Khas Cililin di Kabupaten Bandung Barat Berupa Kerupuk Gurilem

37

Gambar 2 Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kabupaten Garut

43

Gambar 3 Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kota Serang

51

Gambar 4 Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kota Pekalongan

59

Gambar 5 Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kabupaten Cilacap

67

Gambar 6 Berbagai Macam Usaha KPM PKH Graduasi di Kabupaten Subang

75

viii

28

34

42

50

58

66

Page 10: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

ixviii 10

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Alur Kewirausahaan Sosial 20 Bagan 2 Tahapan Penelitian Qualitatif 22 Bagan 3 Anggota Keluarga Penerima PKH Usia 15-59

Menurut Status Ketenagakerjaan 2018

34

ix

121425

Page 11: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

1x 11

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

enanganan kemiskinan sebaiknya tidak dilepaskan dari program pembangunan secara keselurahan. Karena yang menjadi akar masalah bukan kemiskinan itu sendiri. Tetapi kemiskinan merupakan gejala (symtomp) dari adanya kesenjangan

pembangunan diberbagai bidang yang terjadi antara kota-kota besar dan daerah asal migran. Pilihan tuk menggunakan strategi yang memfokuskan pada relief dan rehabilitatif atau yang lebih memfokuskan pada program preventif, mitigasi dan developmental yang multi sektor, multi dimensi dan multilevel intervention tersebut merupakan pilihan yang harus diambil oleh pemerintah sebagai pengemban amanah pembangunan, yang tentunya juga dibantu dengan stake-holders yang lain (Adi, 2005).

Program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang kita kenal adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH (Kementerian Sosial RI, 2018).

B a b

1 P

Page 12: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

3212

Upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin, dengan memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk menekan angka kemiskinan dan ketimpangan angka pendapatan, pemerintah harus menjalankan strategi kebijakan yang mendukung kesejahteraan penduduk miskin. Upaya mengikutsertkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial diselenggarakan melalui kewirausahan sosial. Data KPM Graduasi sampai dengan 7 Januari 2020 sebanyak 2.012.201. Dari sejumlah itu yang graduasi alami (terminasi) sebanyak 1,631,848 dan yang graduasi mandiri sebanyak 380,353. Fokus penelitian tentang kewirausahaan (entrepreneurship) adalah KPM PKH Graduasi Mandiri sejumlah 380,353 (Dirjen Linjamsos, 2020).

Kewirausahaan Sosial merupakan penggabungan perspektif bisnis dan sosial dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan di Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan adalah dengan pemenuhan kebutuhan dasar karena kemiskinan disebabkan karena ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi kaum miskin. Kebijakan dalam mengatasi kemiskinan dilakukan dengan pemberdayaan melalui kewirausahaan sosial. penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui kewirausahaan sosial dalam menanggulangi kemiskinan. Penciptaan nilai sosial dan inovasi merupakan hal utama dalam kewirausahaan sosial. Tujuan sosial dalam suatu bisnis yang dikerjakan akan berdampai pada keberdayaan masyarakat merupakan nilai yang sangat penting dalam menumbuhkan kewirausahaan sosial.

Kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan pertama Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kemiskinan dalam segala bentuk dan dimensi harus diakhiri dengan memberantas kemiskinan ekstrim di tahun 2030. Hal ini merupakan tantangan global terbesar dan persyaratan yang sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan. Target SDGs yang terkait kemiskinan antara lain bertujuan mengakhiri kemiskinan ekstrem bagi semua orang di manapun mereka berada. Pada

Page 13: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

32 13

tahun 2030 setidaknya mengurangi separuh proporsi laki-laki, perempuan, dan anak-anak segala usia yang hidup dalam kemiskinan, serta menerapkan sistem perlindungan sosial nasional yang berlaku untuk semua orang, termasuk yang miskin dan rentan.

Kewirausahaan sosial memainkan peran penting dalam upaya pengurangan kemiskinan. Manivestasi social business semakin menguatkan bahwa kewirausahaan menjadi pengungkit ekonomi bagi masyarakat untuk memperbaiki untuk memperbaiki perekonomian dan meningkatkan pendapatan. Selain itu, kewirausahaan sosial mendorong pada pembangunan ekonomi meskipun dalam jangka yang terbatas namun jalan jangka panjang agenda pengentasan kemiskinan dapat terwujud (Firdaus, 2014).

Salah satu upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin, dengan memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Upaya untuk mengikutsertkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial diselenggarakan melalui kewirausahaan Sosial. Pembelajaran dari hasil penelitian ini akan mengoptimalkan keterjangkauan penerima manfaat terhadap berbagai program-program Perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan oleh pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) melalui kewirausahaan sosial.

Sehubungan dengan itu, maka Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian tentang: “Kewirausahaan Sosial Penerima Keluarga Harapan (PKH) Graduasi”. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan informasi bagi penentu program penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan hak kewarganegaraan. Lebih jauh lagi penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah pentingnya kewirausahaan sosial dalam memberdayakan penerima PKH graduasi.

Page 14: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

5414

B. RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini akan mengangkat permasalahan kewirausahaan sosial yang akan dijawab melalui pertanyaan berikut: 1. Bagaimana perjalanan penerima PKH graduasi yang sudah

menjalankan kewirausahaan sosial? 2. Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberdayaan PKH graduasi

sampai menjadi wirausaha sosial? 3. Bagaimana model pemberdayaan PKH graduasi melalui

kewirausahaan sosial ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian tersebut diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perjalanan penerima PKH graduasi yang sudah

menjalankan kewirausahaan sosial. 2. Mengetahui pihak yang terlibat dalam memberdayakan PKH

graduasi sampai menjadi wirausaha sosial. 3. Mengembangkan model pemberdayaan PKH graduasi melalui

kewirausahaan sosial.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian tentang “Kewirausahaan Sosial KPM PKG Graduasi Reintegrasi” akan dipaparkan dalam bab yang saling berkaitan. Terdiri dari pendahuluan, kerangka teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup.

Bab satu, dibahas mengenai latar belakang dilakukan penelitian ini bahwa fokus penelitian tentang kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) adalah KPM PKH Graduasi Mandiri sejumlah 380,353 yang telah mempunyai rintisan usaha.

Bab dua, dibahas tentang kerangka teori yang dipakai yaitu akan membahas tentang Social Value, Creation, Inovasi, Model bisnis, Transformasi dan Dampak sosial.

Bab tiga, akan membahas metodologi yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Jenis penelitian dilihat dari cara penjabarannya adalah deskriptif. Teknik

Page 15: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

54 15

pemilihan pengambilan informan dilakukan dengan cara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Data kualitatif akan dianalisa dengan grounded dan disajikan secara deskriptif.

Bab empat, tentang hasil penelitian dan pembahasan yang akan mendekripsikan hasil penelitian di enam lokasi penelitian. Hasil penelitian akan menggambarkan kewirausahaan sosial dengan melihat perjalanan bisnis KPM PKH Graduasi, pihak yang terlibat dan model bisnis yang dijalankan. Sedangkan pembahasan akan melihat fenomena lapangan dengan kerangka teori yang digunakan yaitu Social Value, Creation, Inovasi, Model bisnis, Transformasi dan Dampak sosial.

Bab lima, penutup akan menyampaikan kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Bab ini juga akan membahas tentang rekomendasi berdasarkan hasil penelitian untuk pihak-pihak terkait.

Page 16: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

76 16

KERANGKA TEORI ewirausahaan sosial pada dasarnya merupakan hasil pengembangan dari konsep kewirausahaan yang berada pada ranah ilmu ekonomi. Namun yang membedakannya ialah bahwa

kewirausahaan dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri, sedangkan kewirausahaan sosial memasukkan unsur kepedulian atau misi sosial di dalam perolehan keuntungan tersebut. Sederhananya, orang atau sekelompok orang yang menjalankan kewirausahaan sosial, ia atau mereka tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi saja, melainkan juga berorientasi pada tujuan sosial yang ada.

A. PKH GRADUASI Tujuan pertama Sustainable Development Goals (SDGs) adalah

kemiskinan dalam segala bentuk dan dimensi harus diakhiri dengan memberantas kemiskinan ekstrim di tahun 2030. Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pada pasal 1 menyebutkan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Salah satu sasaran utama yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 7.0 – 8.0 persen di tahun 2019. Pengentasan kemiskinan yang bertujuan pada kesejahteraan

B a b

2 K

Page 17: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9817

rakyat menjadi agenda pokok dari Presiden Joko Widodo. Dalam Rapat Paripurna Kabinet Kerja tanggal 4 April 2017, Presiden Jokowi mengarahkan bahwa pagu indikatif RAPBN 2018 harus difokuskan untuk mencapai target pembangunan, salah satunya, menurunkan angka kemiskinan menjadi single digit. Sampai dengan september 2019 telah berhasil menurunkan persentase penduduk miskin menjadi 9,22 persen (Badan Pusat Statistik, 2019).

Indikator keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari PKH untuk mandiri dan secara sukarela melepaskan diri untuk tidak lagi menerima bantuan sosial Keluarga Harapan yang selama ini didapatkannya. Indikator itu harus menjadi target utama program PKH. Karena itu, terget graduasi ini harus dilakukan secara terukur dan sistematis melalui pendampingan para SDM PKH. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI berpendapat bahwa salah satu upaya graduasi itu dilakukan dengan memperkuat kapasitas dan kompetensi para SDM PKH dalam hal memberikan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) untuk disampaikan kepada para penerima manfaat program ini. “Pendamping PKH harus dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan memberikan pengetahuan memulai usaha, memasarkan produk dan mendorong produktivitas potensi yang dimiliki para KPM PKH” (DPR RI, 2019).

Program-program kesejahteraan sosial yang digulirkan oleh pemerintah setiap tahun selalu meningkat. Salah satunya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) di tahun 2018 ditargetkan menjadi 10.000.000 penerima manfaat, yang sebelumnya di tahun 2017 hanya 6.000.000 penerima manfaat. Begitu juga dengan program-program nasional lainnya. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia Memberikan arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan dengan cara non tunai dengan menggunakan sistem perbankan.

B. PEMBERDAYAAN

Program Keluarga Harapan (PKH), apabila tidak dikelola dengan baik maka akan terjebak pada charity semata dan terkesan hanya bagi-

Page 18: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

98 18

bagi uang yang sifatnya instan tanpa memikirkan nasib masyarakat miskin yang akan datang. Program yang sifatnya charity bisa menyejahterakan masyarakat namun sifatnya sementara. Berbanding terbalik dengan pandangan pemberdayaan, masyarakat miskin diberikan program agar mereka mempunyai daya (power) sehingga setelah menerima program akan keluar dari garis kemiskinan. Program ini berorientasi ke depan dan sifatnya lebih permanen. Namun prosesnya membutuhkan waktu lama dan programnya harus berkelanjutan.

Prinsip dasar pemberdayaan yaitu menolong masyarakat miskin agar mereka mampu menolong dirinya sendiri (help people to help them self). Bisa diibaratkan lebih baik memberikan pancing dari pada hanya memberi ikan saja. Sehingga tujuan dari program sosial adalah keberfungsian sosial individu, kelompok, sosial dan masyarakat. Keberfungsian yang dimaksud adalah kemampuan melaksanan peran sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Terlepas dari motif dan tujuan yang melatar belakangi, kita semua sepakat bahwa pembangunan sosial melalui pemberdayaan (empowering) akan berpengaruh dan bermanfaat secara jangka panjang dibanding program-program yang sifatnya charity. Pembangunan yang sifatnya charity memang masih diperlukan untuk tempat tertentu dan situasi tertentu. Namun pembangunan sosial yang sebatas itu saja, tidak akan bisa melahirkan sebuah masyarakat yang mandiri, berdaya dan sejahtera. Konsekuensinya adalah membutuhkan proses yang panjang dalam suatu program pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan harus dirancang dalam jangka panjang yang berkelanjutan. Tidak cukup hanya satu periode pemerintahan saja.

Salah satu model pemberdayaan yang dapat untuk mengatasi permasalahan sosial penerima manfaat Program Keluarga Harapan Graduasi adalah melalui kewirausahaan sosial. Pendekatan kewirausahaan sosial adalah sebuah pendekatan pemberdayaan yang menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Model ini dapat dikembangkan secara terintegrasi, dengan sistem usaha konvensional, berjalan beriringan maupun secara terpisah (Masturin, 2015).

Page 19: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

111019

C. KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

Salah satu pelopor aktivitas ini, yang kemudian membuat istilah kewirausahaan sosial menjadi adalah M. Yunus dari Bangladesh. Yunus menjelaskan bahwa penghargaan Nobel Perdamaian sebagai seorang wirausaha sosial, didapatkan karena keberhasilannya menciptakan bank untuk kaum miskin atau sering disebut sebagai Grameen Bank. Sistem yang dibangun oleh bank ini,ternyata berhasil menurunkan tingkat kemiskinan warga negara Bangladesh. Dalam bukunya, M. Yunus mengatakan: “Mengapa saya memberi nilai yang begitu penting kepada gagasan untuk menyediakan layanan-layanan perbankan bagi masyarakat miskin? Sudah barang tentu, itu sebagian karena cara saya menyaksikan sendiri aksi pemerasan para lintah darat yang memerangkap orang dalam kemiskinan. Akan tetapi itu juga karena saya telah semakin yakin bahwa kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin sendiri” (Yunus, 2011).

Seiring dengan itu, penamaan “wirausaha sosial” semakin menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir ini (Bornstein, 2006:1). Kewirausahaan sosial, seiring berjalannya waktu, telah menjadi isu yang mendunia (Dees, 2001; Nichols, 2008). Gerakan ini, kemudian semakin menyebar dan berkembang di berbagai wilayah di berbagai negara (Borstein, 2005, Elkington, 2009). Selanjutnya, tidak hanya sekedar menyebar, gerakan ini juga telah mampu memberikan dampak positif bagi anggota masyarakat. Skoll (2009:3) menyatakan bahwa kewirausahaan sosial telah membawa dampak bagi masyarakat, seperti meningkatkan akses kesehatan bagi kaum miskin, mendorong perdamaian pada daerah konflik, membantu petani keluar dari kemiskinan dan lain-lain. Lebih jauh Skoll (2009:3) menjelaskan gerakan ini merupakan antitesis dari program pembangunan berbasis sosial politik yang cenderung memaksakan model top down kepada masyarakat. Secara sederhana wirausaha sosial adalah orang-orang yang berusaha dengan pendekatan kewirausahaan (Albinsaid, 2018).

Definisi kewirausahaan yang lain adalah “social entrepreneurship can be defined as the creation of social value that is produced in collaboration with people and organisations from the civil society who

Page 20: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

1110 20

are engaged in social innovations that usually imply and economic activity” (Hulgars, 2010). Dari definisi tersebut ada empat dimensi dari kewirausahaan antara lain pertama, social value yaitu menciptakan manfaat sosial bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kedua, civil society yaitu inisiatif dan partisipasi masyarakat sipil dengan mengoptimalkan modal sosial di masyarakat. Ketiga, Innovation yaitu menghadirkan inovasi sosial berasal dari kearifan lokal. Keempat, economic activity yaitu adanya aktifitas ekonomi yang menunjang misi sosial.

Menurut Perriri dan Vurro (2006) menegaskan bahwa social entrepreunership menginisiasi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagai inisiator, mereka memiliki inovasi sosial dan kapasitas dalam pengembangan untuk memberikan dampak sosial melalui social entrepreneurship. Kewirausahaan sosial sebagai proses dinamis diciptakan dan dikelola oleh individu atau tim yang berusaha memanfaatkan inovasi sosial dengan pola pikir kewirausahaan untuk menciptakan nilai sosial baru di pasar dan masyarakat (Maulinda, 2018).

Model bisnis didefinisikan “the rationale of how an organization create, deliver and captures value” (Ostewalder & Pigneur, 2010). Model bisnis tersebut dijelaskan melalui sembilan blok bangunan dasar cara menghasilkan uang. Pertama, segmen pelanggan yaitu menggambarkan sekelompok orang atau organisasi yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Kedua, proporisi nilai yaitu gabungan dari produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk pelanggan yang spesifik. Ketiga, saluran yaitu bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proporisi nilai. Keempat, hubungan pelanggan yaitu berbagai jenis hubungan yang dibangun oleh perusahaan bersama segmen perusahaan yang spesifik. Kelima, arus pendapatan yaitu uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan. Keenam, sumberdaya utama yaitu aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Ketujuh, aktivitas kunci yaitu hal-hal terpenting yang harus dilakukan agar model bisnisnya dapat bekerja. Kedelapan, kemitraan utama yaitu jaringan pemasok dan mitra yang membuat yang membuat model bisnis

Page 21: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

131221

dapat bekerja. Kesembilan, struktur biaya semua biaya yang dikeluarkan untuk model bisnis.

Bagan 1

Alur Kewirausahaan Sosial

Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka dapat diturunkan

dalam variabel dan dimensi berikut ini:

Tabel 1 Variabel dan Dimensi Kewirausahaan Sosial

NO VARIABEL DIMENSI 1. Social Value

Creation Membantu KPM PKH Graduasi dalam mengurangi kemiskinan

2. Inovasi Membangun ekonomi KPM PKH yang inovatif

3. Model bisnis Ketrampilan usaha Kesempatan Usaha Orientasi Pemasaran Networking

4. Transformasi Melepaskan ketergantungan donatur untuk menjamin keberlangsungan kegiatan sosial dengan kewirausahaan sosial

5. Dampak sosial Penciptaan lapangan usaha Peningkatan pendapatan Kohesi sosial Ekonomi Inklusi

Page 22: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

1312 22

METODOLOGI ecara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pemberdayaan masyarakat dalam menangani kemiskinan dalam penanganan kemiskinan.

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Agar dapat menggambarkan suatu proses penanganannya dengan detail maka pendekatan yang dipilih oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Pada pendekatan ini, peneliti memulai dengan a self-assesment and reflections about them selfs as situated in a sociohistorical context (Neuman, 2006) dengan harapan dapat memperoleh penghayatan, pengalaman, persepsi pemahaman dan pemberian arti kehidupan. Pendekatan kualitatif membantu peneliti dalam menggambarkan karakteristik kewirausahaan sosial dalam kehidupan lingkungan sosialnya, karena ”Qualitative research methods emphasize the depth of understanding associated with indiographic concern, they attempt to tap the deeper meanings of particular human experiences and are itended to generate theoritically richer observation that are not easily reduce to numbers” (metode penelitian kualitatif menekankan pada pendalaman yang berarti berhubungan dengan memperhatikan indiografi, mereka mencoba membuka jalan untuk arti yang mendalam terutama pengalaman manusia dan dimaksudkan untuk pengamatan generasi kaya teori yang tidak mudah diturunkan peringkatnya) (Rubin & Earl Babby, 2007).

B a b

3 S

Page 23: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

151423

Pada prosesnya, peneliti melakukan pengamatan dan berinteraksi dengan subyek penelitian untuk berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka atas dunianya secara alamiah karena “qualitative research in a natural setting where the researcher is an instrument of data collection” (Creswell, 1994). Sebagai referensi lain dalam proses penelitian, peneliti juga mengacu pada pendapat Foster (Bryman, 208) karena tahapan penelitian tersebut masih terkesan kaku dan dibatasi desain penelitian yang di susun sebelumnya. Penelitian menurut foster lebih terkesan alami dibandingkan Neuman karena tidak diawali dengan menyusun desain penelitian tetapi diawali dengan pertanyaan penelitian. Berikut adalah ilustrasi mengenai tahapan penelitian kualitatif menurut Foster :

Bagan 2

Tahapan Penelitian Qualitatif

Sumber : Figure 16.1. An Outline of the main step of qualitative research (Bryman, 2008, p. 370)

Tahapan penelitian kualitatif dari Neuman dan Bryman pada prinsipnya sama, namun ada beberapa perbedaan. Neuman mengemukakan konsep dan teori sebagai dasar dalam melakukan

Page 24: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

1514 24

penelitian. Berbeda dengan Bryman, bahwa yang dijadikan dasar dalam melakukan penelitian adalah cukup dengan pertanyaan penelitian secara umum saja. Konsep dan teori dipakai untuk interpretasi data dan bahkan apabila memungkinkan akan memunculkan pertanyaan secara spesifik sehingga harus dilakukan pengumpulan data kembali.

Pendekatan kualitatif dipilih dengan tujuan agar dapat membangun pemahaman tentang fenomena kewirausahaan sosial ”...qualitative researcher are more interested in understanding how others experiences life, in interpreting meaning and social phenomena, and in exploring new concept and developing new theories”(Peneliti kualitatif untuk mengerti bagaimana pengalaman hidup, memahami arti dan fenomena sosial dan menyelidiki konsep dan mengembangkan teori baru) (Alston & Wndy Bowles, 1998). Pada akhirnya diharapkan penelitian ini mendapatkan konsep atau teori baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui kewirausahaan sosial dalam menangani kemiskinan.

Dasar teori penelitian kualitatif adalah: “Some of these theories on wich farious type of qualitative research methods are based include; symbolic interactionism, phenomenology, ethnomethodology, ethnography and hermeneutics” (Teori ini terdapat berbagai tipe pada metode-metode penelitian yang mendasar meliputi: interaksi simbolis, fenomenologi, etnometodologi, etnografi dan hermeneutics) (Alston & Wndy Bowles, 1998). Pendapat yang lain bahwa “Dasar teoritis penelitian kualitatif adalah pendekatan fenomenologi, interaksi simbolis, kebudayaan dan etnometodologis” (Moleong, 2000).

B. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran, deskripsi atau lukisan terhadap suatu permasalahan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta informasi, sifat-sifat hubungan antar fenomena tentang kewirausahaan saat ini. Sehingga jenis penelitian ini apabila dilihat dari penjabarannya adalah penelitian deskriptif. ”Qualitative research is descriptive in that the researcher is tnterested in process, meaning, and understanding gained through words or pictures”. (Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti

Page 25: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

171625

tertarik pada proses, makna dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar) (Creswell, 1994).

C. TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN

Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling bahwa “Most writers on sampling in qualitative research based on interviews recommend that purposive sampling is conducted. Such sampling is essentially strategic and entails an attempt to establish a goot correspondence between research questions and sampling. In other words, the researcher samples on the basis of wanting to interview people who are relevant to the research question. (Bryman, 208) .

Informan pada penelitian ini adalah seseorang yang mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, informan yang dapat berkontribusi dalam memberikan data pada penelitian secara langsung antara lain :

Tabel 2 Daftar Informan Dalam Penelitian

NO INFORMAN INFORMASI YANG

DIHARAPKAN JUMLAH

1. KPM PKH yang telah berhasil dalam menjalankan wirausaha sosial

Profil perjalanan penerima PKH graduasi dalam menjalankan kewirausahaan sosial

30 orang

2. Stakeholder yang berperan dalam proses menjalankan kewirausahaan sosial (Dinas Sosial, Dinas koperasi, Dinas Perindustrian, Kementerian Desa (Bumdes), Perusahaan (CSR), Perguruan Tinggi (inkubasi bisnis), Lembaga keuangan,

Keterlibatan berbagai pihak dalam proses pemberdayaan PKH graduasi sampai menjadi wirausaha sosial. Pengembangan model pemberdayaan PKH graduasi melalui kewirausahaan sosial

90 orang

JUMLAH 120 orang

Page 26: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

1716 26

Lokasi penelitian ditentukan secara purposif berdasarkan karakteristik tertentu yang terkait dengan keberadaan informan diatas. Ada tiga kelompok wilayah yang secara karakteristik berbeda dan berpengaruh terhadap jenis usahanya. Kelompok wilayah tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Daftar Lokasi Penelitian

NO KARAKTERISTIK LOKASI JUMLAH

1. Wilayah pedesaan yang sebagian mata pencaharian tergantung dari alam misalnya pertanian, perikanan air tawar, peternakan.

Kab Bandung Barat Kab Garut

2

2. Wilayah perkotaan yang mempunyai karakteristik; Individualis dan materialistis, Mata pencaharian nonagraris, Status sosial ekonomi heterogen, Toleransi lemah, Pandangan hidup rasional dan berpikiran maju, Kepadatan penduduk tinggi.

Kota Serang Kota Pekalongan

2

3. Wilayah Pesisir merupakan perbatasan antara daratan dan lautan umumnya merupakan suatu garis yang tidak didefinisikan secara jelas pada sebuah peta, namun hal tersebut terjadi sebagai suatu wilayah transisi bertahap.

Kab Cilacap Kab Subang

2

JUMLAH 6

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini dilaksanakan dalam kondisi force Majeure dimana disaat pembahasan rancangan penelitian sudah selesai, tom peneliti tidak bisa turun lapangan secara langsung dalam pengumpulan datanya dikarenakan ada bencana dalam sekala nasional dan bahkan internasional yaitu adanya pandemik Covid-19. Sehingga peneliti sepakat untuk mundur dari waktu yang telah ditentukan. Begitu juga

Page 27: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

191827

dengan lokasi penelitian diubah menjadi lokasi yang bisa dijangkau dalam kondisi pandemi, namun tidak merubah karakteristik wilayah yang telah ditentukan.

Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang kewirausahaan sosial. Wawancara dilakukan secara pribadi dengan informan. Selain wawaancara, pengumpulan juga dilakukan dengan Focus Group Discusion (FGD) karena untuk menggali secara cepat dan lengkap. FGD dilakukan 2 kali yaitu dengan KPM PKH graduasi dan dengan stake holder. Melalui teknik ini, dilakukan dengan membuat pedoman wawancara (interview guide) yang memuat daftar pokok-pokok informasi penting yang dibutuhkan dalam penelitian. Pedoman ini selanjutnya dikembangkan pada saat wawancara berlangsung untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan lengkap. Wawancara dilakukan dengan proses alami dengan bahasa yang sederhana diharapkan mendapatkan informasi yang sebenarnya dan tidak dibuat-buat. Agar mendapatkan informasi tertentu, terkadang peneliti harus mengulang pertanyaan yang lebih sederhana.

Studi dokumentasi yaitu mempelajari semua dokumen yang berkaitan dengan kewirausahaan sosial meliputi ”...memos, minutes, records, official report, policy statement, procedure statements, plants, evaluation reports, press account, public relations materials, information statement, and newsletters (Stringer, 1999).

E. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Pengolahan data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca maka langkah berikutnya adalah reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi adalah usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan, yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah berikutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Selanjutnya satuan-satuan tersebut dikategorisasikan dengan membuat koding.

Page 28: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

1918 28

Tiga tahapan dalam membuat koding yaitu open coding, axial coding, dan selective coding (Neuman, 2006). Pertama, open coding, Di sini narasi atau cerita dari wawancara atau observasi dirinci ke dalam tema-tema atau kategori-kategori. Kategori-kategori itu memandu perbaikan pertanyaan dan observasi yang akan datang. Kategori seperti ini disebut taksonomi yaitu systems of classification used by collectivities to order and make sense of everyday experience (Badan Pusat Statistik, 2019). Kedua, tahap axial coding, yaitu tema-tema dan kategori-kategori dihubungkan, kemudian hubungan tersebut di test lebih lajut di sekitar pengumpulan data. Pada tahap kedua ini, pengumpulan data analisis data dan pengambilan sample, dimaksudkan untuk pengembangan hipotesis-hipotesis. Ketiga, Tahap selective coding, yaitu tahap membangun suatu pernyataan teoritis. Sifat hubungan antara tema dan kategori diidentifikasi dan dimasukan kedalam suatu pernyataan yang komprehensif. Pada tahap ini, kegiatan pengumpulan data, analisis data dan pengambilan sampel ditujukan untuk menemukan kategori inti yang merupakan fokus terintegrasinya kategori-kategori lain. Tahap selanjutnya adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai, tahap selanjutnya adalah penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif.

Data kualitatif disajikan secara diskriptif. Analisa data observasi disajikan dan dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan kutipan verbatim dari partisipan sebagai data. Selain kutipan verbatim, yang dimaksud data adalah transkrip interview, catatan lapangan observasi, jurnal, dokumen literatur, foto, website, email dan lain sebagainya. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Aspek-aspek analisis data kualitatif antara lain: 1) tujuan analisis data kualitatif untuk memperkaya pemahaman dan kompleksitas keahlian hidup (qualitative data analysis aims to capture the richness and complexity of live experience), 2) Analisis data kualitatif meliputi keahlian peneliti, keduanya baik sebelum dan pada waktu penelitian (qualitative data analysis includes the experiences of the researcher, both before and during the research), 3) Analisis data kualitatif meliputi tiga aspek yaitu induksi, deduksi dan verifikasi (qualitative data

Page 29: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

212029

analysis involves three aspects of induction, deduction and verification) dan 4) analisa data kualitatif konsisten pada tiga tahapan umum yang terus berputar : reduksi data, mengorganisasi data dan interpretasi (qualitative data analysis consists of three general stages which follow are another in a continous cycle : data reduction, data organization and interpretation) (Alston & Wndy Bowles, 1998). Analisa kualitatif sesungguhnya adalah upaya mensistematisasi faktor-faktor, konsep-konsep dan hubungan konsep serta substansi yang melatari hubungan-hubungan itu. Akhirnya mengkonstruksi teori yang sesungguhnya terjadi dalam penelitian tersebut. Konteks ini akan berfungsi untuk memperkuat atau menggugurkan teori yang telah ada.

F. STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan empat kriteria untuk meningkatkan kualitas penelitian (trustworthiness) baik didalam proses pengumpulan data maupun dalam analisis data yaitu: credibility, transferability, dependability dan confirmability (Krefting, 1991).

Sehubungan dengan strategi credibility, pada penelitian ini akan menggunakan teknik sebagai berikut: 1) Memperlama di lapangan (Prolonged and varied field experience). 2) Triangulasi dan 3) Mendiskusikan dengan sesama peneliti (peer examination). Strategi memperlama di lapangan merupakan strategi yang penting dalam sebuah penelitian kualitatif bahwa ”an important strategy is to spend an extended period of time with informants (lincoln and Guba (1985) termed this prolonged engagement), which allows the researcher to chek perspectives and allows the informants to become accustomed to the researcher” (Krefting, 1991). Strategi memperlama di lapangan diharapkan dapat lebih menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat.

Strategi triangulasi menurut pendapat Knafl dan Breitmayer (1989) adalah sebagai berikut : ”Triangulation is powerful strategy for enhancing the quality of the research, partycularily. It is based on the idea of convergence of multiple perspectives for mutual convirmation of data to ensure that all aspect of a phenopmenon have been investigate” (Krefting, 1991). Penelitian ini akan menggunakan dua jenis triangulasi yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

Page 30: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

2120 30

Triangulasi sumber data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Sedangkan triangulasi metode pengumpulan data dengan membandingkan hasil wawancara, observasi dan studi literatur.

Strategi mendiskusikan dengan sesama peneliti (peer examination) is based on the same principle as member cheks but involves the researcher’s discussing the research process and findings with impartial coleagues who have experiences with qualitative methods (Krefting, 1991). Strategi ini sangat penting karena akan dapat mengembangkan ide-ide dalam penelitian sehingga kualitas penelitian dapat lebih baik.

Sehubungan dengan strategi Transferability yaitu nilai trasfer hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Agar supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian ini maka dalam membuat laporan akan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca dapat menjadi jelas dan memutuskan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil tersebut ditempat lain. Penelitian ini menggunakan strategi pemilihan partisipan (nominated sample) karena faktor kunci dalam transferability adalah : ”the data then is the representativeness of the informants for that particular groups” (Krefting, 1991). sehingga pemilihan partisipan menggunakan purposive yang terkait dengan isu kewirausahaan sosial.

Strategi dependability dilakukan melalui audit terhadap proses penelitian (dependability audit) oleh pembimbing (konsutan/reviewer). Caranya dilakukan oleh auditor independen atau pembimbing (konsultan/reviewer) untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti menentukan masalah atau fokus memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data sampai membuat kesimpulan harus diajukan oleh peneliti. Selain itu dilakukan dengan Triangulasi dan Peer examination yang sudah dijelaskan diatas.

Sehubungan dengan konfirmability, strategi yang digunakan adalah konfirmability audit dan triangulasi seperti yang telah dijelaskan diatas juga dengan reflxivity. Konfirmabilitas hampir mirip dengan uji dependabilitas sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara

Page 31: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

232231

bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan selanjutnya direfleksikan (reflexivity). Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas. Dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada.

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini terbatas hanya untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu a) Bagaimana perjalanan penerima PKH graduasi yang sudah menjalankan kewirausahaan sosial? b) Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberdayaan PKH graduasi sampai menjadi wirausaha sosial? c) Bagaimana model pemberdayaan PKH graduasi melalui kewirausahaan sosial? Objektivitas yang berhubungan dengan generalisasi tergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Apabila kondisi masyarakatnya hampir sama maka penelitian ini bisa digunakan. Namun sebaliknya, apabila kondisinya berbeda maka penelitian ini tidak bisa digunakan. Dengan demikian assesment mengenai kondisi masyarakat penting untuk dilakukan.

Penelitian ini dibatasi oleh waktu, sehingga hasil yang diperoleh adalah sebatas waktu yang digunakan dalam penelitian. Sehubungan dengan waktu maka hasil penelitian ini tidak dapat digunakan pada waktu yang berbeda karena seiring dengan waktu, kondisi masyarakat juga terus berkembang. Sangat sulit untuk mengukur konsistensi hasil penelitian pada waktu yang berbeda. Reliabilitas berkenaan dengan dapat tidaknya penelitian ini diulangi dengan hasil yang sama, maka sangat sulit untuk mengukur konsistensi hasil penelitian pada waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan karena situasi sosial pada hakekatnya bersifat unik dan tidak stabil.

Page 32: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

2322 32

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

enelitian ini dilaksanakan dalam kondisi force Majeure dimana disaat pembahasan rancangan penelitian sudah selesai, tim peneliti tidak bisa turun lapangan secara langsung dalam

pengumpulan datanya dikarenakan ada bencana dalam sekala nasional dan bahkan internasional yaitu adanya pandemik Covid-19. Dalam kondisi ini peneliti mengundurkan waktu pengumpulan data menjadi bulan Juli 2020.

A. GAMBARAN TENTANG KPM PKH GRADUASI

PKH ditujukan untuk keluarga miskin dan rentan, yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), yang awalnya berasal dari data Basis Dat Terpadu Tahun 2015 yang kemudian diverifikasi dan validasi selama dua kali dalam setahun sejak 2017. Program ini menetapkan syarat yang mencakup komponen kesehatan - ibu hamil/menyusui, anak berusia nol sampai dengan enam tahun - dan pendidikan - anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) atau sederajat, anak Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau sederajat, anak Sekolah Menengah Atas/Madrasah

B a b

4 P

Page 33: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

252433

Aliyah (SMA /MA) atau sederajat, dan anak usia enam sampai 21 tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 tahun. Sejak tahun 2016 ditambahkan komponen kesejahteran sosial dengan kriteria lanjut usia (diutamakan mulai dari 60 tahun), dan penyandang disabilitas (diutamakan penyandang disabilitas berat).

Sejak tahun 2019 dan disempurnakan kembali pada 2020, jumlah penerima PKH telah mencapai 10 juta rumah tangga (BPS, 2018), atau sekitar 10% dari total rumah tangga di Indonesia. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2014 (2%) dan 2017 (5%). Pemerintah merencanakan untuk terus menambah jumlah penerima PKH hingga mencapai sekitar 15 juta keluarga pada 2021. Sebagian besar penerima PKH berada di wilayah perdesaan (64%) dengan proporsi keluarga penerima yang tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur; dan jumlah penerima PKH terbanyak di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.

Menurut pengolahan data dari Susenas 2018 yang dilakukan oleh SMERU (2019), sebagian besar anggota keluarga penerima PKH adalah anak-anak dan pemuda, yaitu pada kelompok usia 0-14 tahun (33%) dan 15-30 tahun (25%). Selebihnya ada di kelompok usia 41-59 tahun (22%), 31-40 tahun (14%) dan 60 tahun ke atas (6%). Sebagian besar anggota keluarga PKH usia kerja (15-59 tahun, sesuai standar BPS) masuk kedalam angkatan kerja (68%); sedangkan sebagian lainnya tidak termasuk angkatan kerja karena alasan sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (Gambar 1). Sebagian besar yang tidak termasuk angkatan kerja adalah perempuan. Proporsi perempuan yang tidak masuk dalam angkatan kerja mencapai 48%; jauh lebih besar dari laki-laki yang hanya hanya 17%. Dari seluruh perempuan anggota keluarga PKH berusia 15-59 tahun yang tidak masuk dalam angkatan kerja 68% nya melakukan kegiatan mengurus rumah tangga.

Page 34: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

2524 34

Bagan 3

Anggota Keluarga Penerima PKH Usia 15-59 Menurut Status Ketenagakerjaan 2018

Sumber: Susenas 2018, SMERU 2019.

Di tingkat Nasional, anggota keluarga PKH berusia 15-59 tahun yang menganggur (4%) jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang bekerja. Namun, dari seluruh anggota keluarga PKH yang menganggur, mayoritas berusia 15-30 tahun (85%). Disamping itu anggota keluarga PKH yang menganggur dan berusia 15-30 tahun tersebut paling banyak berpendidikan SMA/sederajat atau Universitas (39%). Sedangkan yang bekerja sebagian besar berpendidikan SD/sederajat atau belum memiliki ijazah sama sekali (63%); dan hanya 17% diantaranya yang memiliki ijazah tertinggi SMA/sederajat atau Universitas. Hal ini berarti sebagian besar anggota keluarga PKH berusia 15-59 tahun yang bekerja memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah.

MENGANGGUR

PENDUDUK USIA KERJA

ANGKATAN KERJA

BEKERJA

SETENGAH MENGANGGUR

BUKAN ANGKATAN KERJA

LAINNYA

BEKERJA PENUH MENGURUS RUMAH TANGGA

SEKOLAH

15-59 Tahun

32,4%

13,6%

16,6%

2,2%

67,6%

63,6%

41,3%

22,3%

4,0%

100%

Page 35: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

272635

Dilihat dari jenis mata pencahariannya, hasil pengolahan data Susenas 2018 memperlihatkan bahwa anggota keluarga PKH yang berusia 15-59 tahun dan bekerja paling banyak menjadi pekerja/karyawan di sektor non-pertanian (36%), termasuk di antaranya buruh/karyawan/pegawai/pekerja bebas di usaha non-pertanian. Proporsi kedua terbesar adalah di usaha pertanian, sebagai pengusaha pertanian (34%) dan buruh tani (15%). Sisanya masuk dalam kategori pengusaha UMKM non-pertanian (18%) dan pekerja keluarga/tidak dibayar (13%).

KPM PKH Graduasi Mandiri merupakan peserta PKH yang sudah meningkat status ekonomi dan kesejahteraannya sehingga secara sadar dan sukarela keluar dari kepesertaannya di program keluarga harapan (PKH). Dilaksanakannya KPM PKH Graduasi Mandiri merupakan prestasi baik bagi PKH yang telah berhasil mencapai tujuan utama PKH. Tiga karakteristik wilayah penelitian adalah, pertama wilayah pedesaan yang diwakili Kab Bandung Barat dan Kab Garut dengan ciri yang sebagian mata pencaharian tergantung dari alam misalnya pertanian, perikanan air tawar, peternakan. Kedua, wilayah perkotaan diwakili Kota Serang dan Kota Pekalongan yang mempunyai karakteristik; Individualis dan materialistis, Mata pencaharian nonagraris, Status sosial ekonomi heterogen, Toleransi lemah, Pandangan hidup rasional dan berpikiran maju, Kepadatan penduduk tinggi. Ketiga, wilayah pesisir yang diwakili oleh Kab Cilacap dan Kab Subang yang mempunyai karakteristik merupakan perbatasan antara daratan dan lautan umumnya merupakan suatu garis yang tidak didefinisikan secara jelas pada sebuah peta, namun hal tersebut terjadi sebagai suatu wilayah transisi bertahap.

1. Kewirausahaan Kabupaten Bandung Barat

Data yang bersumber dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat bahwa jumlah keseluruhan KPM PKH Graduasi yang sudah mempunyai rintisan usaha sebanyak 290 KPM. Jenis usaha dibagi dalam 6 kluster antara lain kuliner, otomotif, agribisnis, teknologi, fasion dan retail (warungan). Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) mulai banyak dirasakan manfaatnya. Sebagian memilih mundur dari keanggotaan PKH lantaran sudah merasa mampu secara mandiri.

Page 36: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

2726 36

Berikut adalah gambaran perjalanan bisnis lima pengusaha yang berasal dari KPM PKH mewakili kondisi kewirausahaan sosial di Bandung Barat. a. Perjalanan Bisnis KPM PKH Graduasi

Ibu Enung, yang berjenis kelamin perempuan saat ini usianya 47 tahun, berpendidikan SMA, sudah menikah dengan tanggungan keluarga 4 orang. Ibu Enung adalah salah satu KPM PKH yang telah graduasi dua tahun yang lalu. Setelah pulang dari Saudi Arabia menjadi TKW mulai merintis usaha yang meneruskan usaha orangtuanya yaitu produksi kerupuk gurilem. Kerupuk yang diproduksi saat ini masih yang original (tanpa bumbu) namun kedepan ingin memproduksi juga kerupuk yang dengan varian bumbu. Pada masa pandemi sempat sekitar satu bulan tidak produksi. Dalam melakukan usaha, modalnya berasal dari pemasok bahan baku yang dibayar setelah krupuknya laku di jual. Selain itu modal juga berasal dari BNI program KUR.

Ibu Ade Wiwien, berjenis kelamin perempuan yang menikah dengan bapak Dasep saat ini berusia 34 tahun ini adalah lulusan SD. Jumlah tanggungan keluarganya adalah 4 orang saat ini tinggal di Jl. Cisitu, Tegalega, Cililin. Pekerjaan utamanya adalah Produksi Tempe yang usahanya dari orang tuanya sejak 20 tahun yang lalu, namun baru mulai usaha sendiri sekitar 5 tahun yang lalu. Jumlah karyawannya adalah 2 orang yang masih saudara. Omset kotor dari produksi tempe adalah 2.5000.000,- per hari. Pemasaran tempe saat ini dilakukan oleh mitra bisnisnya sebanyak 4 orang. Dalam produksinya, sumber modalnya berasal dari BRI program KUR dan dari arisan.

Ibu Nenah, berjenis kelamin perempuan saat ini berusia 46 tahun yang menikah dengan Nurlan Setiawan. Ibu Nenah adalah luslusan SD yang saat ini berusia 46 tahun dengan jumlah tanggungan keluarga 3 orang. Saat ini tinggal di desa Batulayang Kecamatan Cililin. Usaha yang ditekuni adalah konveksi dan membuka kursus menjahit. Mulai usaha sejak tahun 2010 dengan jumlah karyawan sebanyak 5 orang dan dibantu 10 orang mitra yang berasal dari tetangga disekitar. Saat ini omset perbulan kurang lebih 10 juta. Sebelum menekuni usaha konveksi sebelumnya suaminya pernah usaha yang lain antara lain bangunan,

Page 37: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

292837

jualan kerupuk, ikut teman menjahit dan lain-lain. Yang menjadi kunci sukses dalam usaha adalah tekun, ulet dan sabar.

Gambar 1

Salah Satu Usaha Khas Cililin di Kabupaten Bandung Barat Berupa Kerupuk Gurilem

Sumber : Hasil Penelitian

Ibu Waliah, berjenis kelamin perempuan berusia 59 tahun yang sudah menikah dengan bapak Anwar saat ini masih mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 1 anak. Saat ini menjalankan usaha produksi teh tarik dengan jumlah karyawan sebanyak 4 orang. Jumlah produksi per hari sebanyak 3.000 sampai dengan 5.000 setiap hari dengan harga 1.500 per pac. Usaha ini dipilih awalnya ada anaknya yang dari bekasi mengembangkan usahanya di Cililin. Sebelum usaha ini pernah juga usaha jualan kelapa, pisang, ayam dan perlengkapan polisi. Mengikuti program PKH dari tahun 2012 dan mulai graduasi tahun 2016.

Ibu Pujianti, berjenis kelamin perempuan saat ini merusia 25 tahun berpendidikan terakhir SD jumlah tanggungan anak sebanyak 1

Page 38: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

2928 38

orang. Saat ini berusaha warungan. Sedangkan suaminya berjualan buah-buahan keliling. Omset sebulan kurang lebih 2 sampai 3 juta. Menurut ibu pujianti kedepan usaha warungan akan dikembangkan menjadi kafe.

Hasil FGD dengan KPM lebih memberikan informasi bahwa peserta diajak memikirkan usaha untuk kepentingan bersama. Jenis Usaha yang cocok dikembangkan di wilayah ini yang bisa menjadi khas antara lain; kerupuk gurilem, wajid, tempe, konveksi, teh tarik, dan lainnya. Pada dasarnya sudah semua peserta sudah mempunyai niat untuk usaha yang lebih maju dan sudah mulai melibatkan masyarakat miskin di lingkungan sekitarnya namun baru beberapa saja yang dilibatkan dari unsur KPM PKH graduasi. Beberapa hambatan yang dirasakan adalah modal usaha yang kurang dan belum adanya pembinaan terutama dalam pengemasan dan pemasaran produk.

b. Pihak yang Terlibat Pihak terkait (stake holder) yang terkait dengan pemberdayaan

KPM PKH garaduasi di Kabupaten Bandung antara lain Dinas Sosial Bandung Barat, Orange UNPAD, Bank Jawa Barat, Kantor Pos, Mentor, BPMD, INDAG, dan Dinas Pariwisata. Dari orange dihadiri oleh ibu Iin dan pak Rifai. Mengemukakan bahwa uang sebesar 3,5 juta masih terlalu kecil untuk melakukan rintisan usaha. Target sebaiknya diturunkan menjadi KPM PKH harus memiliki produk lebih baik dan pemasaran yang lebih luas.

Rasio satu mentor masih terlalu berat yaitu 19 sampai dengan 20 KPM PKH di bimbing oleh satu mentor. Idealnya adalah 1 mentor membimbing 7 wirausaha baru. Kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah TOT untuk mentor setelah itu ada instruksi untuk WFH. Kesulitan lain adalah 86% KPM tidak punya HP sehingga komunikasi menjadi terhambat. Jumlah keseluruhan adala 286 KPM dan ada tambahan lagi 4 orang sehingga berjumlah 290 KPM. Jenis usaha dibagi dalam 6 kluster antara lain kuliner, otomotif, agribisnis, teknologi, fasion dan retail (warungan).

Target yang ditetapkan kementerian sosial terlalu tinggi yaitu bankable padahal untuk mencapai harus ada tahapan-tahapan yang harus

Page 39: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

313039

dilalui antara lain tumbuh, perkembang dan mandiri. Biasanya ada beberapa permasalahan dalam prosesnya antara lain ; 1) mengkreasikan produk-produk artinya modal besar bukan jaminan untuk berhasil. 2) Bagaimana dapat profit efisiensi dan 3) pembiayaan. Inkubasi bisnis ada 4 kegiatan utama antara lain ; 1) pelatihan, 2) pendampingan, 3) Clinic (konsultasi) dan 4) Magang. Dari BJB mengemukakan bahwa bank menikmati di hilirnya dengan menggunakan analisa usaha.

Pada dasarnya usaha tersebut berjalan dan menghasilkan keuntungan perbulan. BPMD mengatakan bahwa ada 165 desa yang kesemuanya mempunyai Bumdes dan mempunyai peluang usaha bekerjasama dengan Dinas Sosial. INDAG kriteria usahanya adalah usaha mikro koperasi dan UKM uang modalnya 50 juta. Dinas Pariwisata mengemukakan bahwa PKH merupakan rumah tangga miskin yang tidak mudah dalam memberdayakannya dan membutuhkan waktu dan proses. Bandung raya mempunyai potensi usaha yang luar biasa. Mentor mengemukakan bahwa termasuk dalam himpunan pengusaha Indonesia. Kendala dalam memberdayakan KPM PKH adalah jarak (lokasi) dan alat komunikasi serta merubah mindset dan mental mereka.

c. Model Inkubasi Bisnis

Kementerian Sosial dengan Dinas Sosial Kabupaten Bandung dalam memberdayakan KPM PKH yang mempunyai rintisan usaha melalui inkubasi bisnis yang bekerjasama dengan “Orange” Universitas Padjajaran. Inkubasi Bisnis adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi.

Model ini dikembangkan di Kabupaten Bandung Barat dengan menggandeng “Orage” Universitas Padjajaran dalam proses pembinaannya. Inkubator bisnis dirancang untuk membantu pelaku bisnis mewujutkan bisnisnya terutama pada masa sulit ditahun-tahun permulaan usaha. Bantuan tersebut dapat dalam bentuk yang beragam kegiatan mulai dari kunsultasi manajemen dan teknik usaha, menyusun jejaring bisnis sampai dengan layanan fasilitas manajemen perkantoran.

Page 40: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

3130 40

Tujuan utama Inkubator Bisnis adalah menghasilkan perusahaan yang mandiri terutama dalam aspek finansial. Perusahaan yang telah berhasil lulus dari inkubator bisnis memiliki potensi bermacam-macam antara lain dalam hal penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, komersialisasi teknologi, deversifikasi sumberdaya ekonomi, revitalisasi SDM, investasi modal usaha, peluang peningkatan peranan wanita sebagai pelaku bisnis, dan berakhir pada pemberdayaan ekonomi lokal serta nasional.Inkubator bisnis juga dapat sangat beragam dalam cara memberikan layanan untuk mencapai tujuannya.

Namun model tersebut harus mampu mengakomodasi dan mencerminkan kebutuhan dan keinginan komunitas yang dibantu. Sehingga, jaminan fleksibilitas model inkubator bisnis sangat dibutuhkan antara lain dapat berupa model layanan/retail, UKM dalam bidang produksi, Teknologi tinggi (hight-tech), atau gabungan dari berbagai usaha. Hal yang beragam juga dapat terjadi dalam hal skala usaha maupun sumberdaya yang menjadi basis kerjasama penunjang keberadaan inkubator bisnis, antara lain dapat berasal dari Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Organisasi/Masyarakat Swasta, dan lain-lain baik bertujuan profit, non-profit maupun kombinasi keduanya (Profit and Benefit).

Inkubator Bisnis di paling tidak secara umum akan memberikan dua area manfaat yaitu pertama terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui bertambah banyaknya basis-basis perekonomian dan lapangan kerja. Sedangkan terhadap pertumbuhan pengusaha kecil yang berpotensi melalui upaya bantuan teknis agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam pemasarannya. Namun demikian perlu disadari bahwa hasil inkubator adalah bukan sesuatu yang dapat dilihat dengan segera, sebagai contoh adalah lapangan kerja baru akan tersedia setelah suatu usaha menunjukkan keberhasilannya.

Organisasi Inkubator Bisnis yang telah berjalan sangat beragam tingkat kemajuan dan modelnya yang semua itu dipengaruhi oleh visi dan misinya. Walaupun secara tegas belum semuanya berbentuk inkubasi bisnis, namun secara umum mereka memiliki kesamaan yaitu ingin membantu masyarakat maupun sekitarnya dalam mengembangkan usahanya.

Page 41: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

333241

2. Kewirausahaan Sosial di Kabupaten Garut

Tinjauan Geografis dan Kewilayahan, Garut merupakan salah satu kabupaten ‘Priangan Timur’ yang terletak sekitar 64 km sebelah Tenggara Kota Bandung dan sekitar 250 km dari Jakarta. Garut berada pada ketinggian 0 m sampai dengan 2800 meter, berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia di sebelah selatan yang memanjang sekitar 90 km garis pantainya. Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56’49” - 7 º45’00” Lintang Selatan dan 107º25’8” – 108º7’30” Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan arah Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur, Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Sumedang, dan wilayah Selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.

Sebagai wilayah yang secara geografis berdekatan, Garut merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan di wilayah sentral Jawa Barat.

Tinjauan Demografis Garut, Pada tahun 2013, catatan sipil pemerintah Garut mencatat jumlah penduduk Garut sebanyak 3.003.003 jiwa dengan jumlah pria 1.532.467 jiwa dan wanita 1.470.566 jiwa. Jumlah penduduk terpadat berada di Kecamatan Garut Kota dengan jumlah pria 87.006 jiwa dan wanita 83.869 jiwa. Total kepala keluarga adalah 575.410 kepala keluarga dan sebanyak 221.148 kepala keluarga masih di bawah garis kemiskinan nasional. Oleh karena itu, Garut termasuk salah satu kabupaten yang masih tertinggal, terutama di wilayah perdesaan.

Masalah utama Kabupaten Garut adalah masih banyaknya pengangguran. Pemerintah kabupaten serta pihak swasta belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi penduduk Garut. Secara garis besar, mayoritas penduduk Garut bekerja sebagai petani.

Page 42: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

3332 42

Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah di Garut sangat subur. Dalam aspek penghidupan, sektor pertanian dan perhotelan menjadi penyumbang terbesar. Sebanyak 38,18% penduduk Garut bekerja sebagai petani, 21,78% bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, 9,80% di sektor industri, 16,45% di sektor jasa, dan 13,79% di sektor lainnya dengan pendapatan per kapita tahun 2012 sebesar Rp.30.147.000.012.

Latar Belakang KPM PKH Graduasi, Kewirausahaan Sosial merupakan intervensi berbasis pemberdayaan sosial yang baru diluncurkan pada tahun 2020 ini oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial. Sebagai sebuah program bantuan modal usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sudah ada beberapa intervensi sejenis yang pernah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Garut, baik melalui dinas sosial maupun dinas lain. Biasanya jenis intervensinya berupa bantuan permodalan dari Rp.1-2 juta hingga Rp.5, ataupun bantuan pemberian akses permodalan yang khususnya bekerjasama dengan lembaga finansial seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI atau skema serupa dari perbankan daerah.

Hingga saat ini terdapat 134.385 KPM PKH aktif di Garut. Dari jumlah ini terdapat 4141 KPM yang telah graduasi, dengan pembagian 2805 KPM di antaranya graduasi mandiri, dan 1336 KPM graduasi sejahtera. Sama dengan di daerah lain, PKH Garut juga diberikan target graduasi 10 persen graduasi dari jumlah total KPM. Dalam mendukung operasional dan target ini, PKH Kabupaten Garut didukung dengan 501 orang pendamping, dan 3 orang Koordinator Kabupaten (Tabel 2).

Tabel 4. Organisasi PKH Kabupaten Garut, Tahun 2020

No PKH Jumlah Keterangan

Mandiri Sejahtera Total 1 KPM 134.385 2 Pendamping 501 3 Koordinator

Pendamping 3

4 KPM Graduasi PKH

2805 1336 4141

Sumber: Data lapangan.

Page 43: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

353443

a. Perjalanan Bisnis KPM PKH Graduasi

Berdasarkan wawancara dan focus group discussion (FGD) kepada informan KPM PKH Graduasi di Kabupaten Garut terdapat hasil yang cukup beragam, baik dari aspek jenis, tingkatan, keberlanjutan dan diversifikasi usaha, maupun dukungan sektor publik dan swasta di daerah. Pada temuan tim dalam aspek jenis, mayoritas KPM PKH Graduasi yang memiliki usaha didominasi dari jenis usaha makanan, diikuti dengan varian usaha agribisnis (pertanian/perkebunan). Selain itu ada juga KPM PKH Graduasi dengan jenis usaha kerajinan (craftmanship).

Gambar 2

Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kabupaten Garut

Sumber : Hasil Penelitian

Page 44: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

3534 44

Dalam aspek tingkatan/level usaha, KPM PKH Graduasi dengan usaha yang paling maju adalah usaha pembibitan sayur dan buah, yang hingga saat diwawancara telah memiliki 30 karyawan yang bekerja dengan kontrak tetap. Sebaliknya, masih banyak didapatkan KPM PKH Graduasi dengan usaha skala kecil yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam aspek diversifikasi usaha, mayoritas KPM PKH Graduasi tidak mendiversifikasi usahanya. Menurut temuan kami, hal ini terjadi terutama karena sedikitnya usaha yang mapan sehingga mengembangkan jenis usaha merupakan pilihan yang sulit untuk diambil, terlebih dalam konteks krisis pada masa pandemi. Dari segi keberlanjutan, kebanyakan usaha KPM pada awalnya dilakukan dengan motif usaha kecil sehingga aspek keberlanjutan sangat tergantung dengan keberhasilan pengembangan usaha.

Dalam aspek dukungan pemerintah, secara umum belum ada dukungan pemerintah yang terlembagakan melalui penganggaran khusus misalnya. Dukungan justru biasanya diapat dari unsur pemerintahan desa, meskipun masih dalam skala terbatas. Justru sektor swasta khususnya perbankan telah melakukan intervensi yang agresif hingga ke level desa dan pelosok Garut. Hanya saja, sebagaimana kecenderungan akses permodalan lembaga finansial seperti perbankan, kelemahannya adalah masih relatif sulitnya akses warga miskin atau rentan miskin dari kalangan eks penerima PKH kepada kredit konvensional. Beberapa temuan penelitian akan dijabarkan lebih dalam pada bagian berikutnya.

Informan pertama adalah L, seorang perempuan (42 tahun) eks-KPM PKH yang baru saja melalui proses graduasi pada bulan Mei 2020. Jenis usaha L adalah pembibitan sayur, yang telah dirintisnya sejak tahun 2017. Saat ini usahanya telah mempekerjakan 30 orang karyawan, yang mayoritasnya merupakan warga sekitar kediaman/tempat usaha L. Hingga saat ini, portofolio usaha pembibitan sayur Ibu L sangat menjanjikan, dengan omset bersih sekitar Rp.500 ribu per hari atau Rp.1,5 juta per bulan. Jangkauan pasar usaha bibit sayur Ibu L telah cukup mapan, yaitu dari petani-petani sayur dataran tinggi di sekitar kebun Ibu L, hingga penjualan ke Kabupaten Tasikmalaya, dan

Page 45: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

373645

Bandung. Hal ini sebagaimana pengakuan Ibu L sendiri, “Petani [Kecamatan] Cilawu 80% [mem]beli [bibit sayur] kesini.”

Kemajuan usaha pembibitan sayur Ibu L saat ini merupakan buah dari perjuangan panjang ia dan suaminya dalam merintis dan mengembangkan usaha. Suami Ibu L sebelumnya hanya seorang kuli (buruh) kebun yang bekerja di kebun orang lain. Ibu L sendiri sebelumnya merupakan pengajar di madrasah ibtidaiyah (MI), dengan posisi sebagai guru honorer. Setelah memutuskan untuk berusaha secara mandiri, Ibu L dan suami memilih produk sayur mayur karena dianggap “prospeknya yang potensial dan bahkan bisa dikembangkan menjadi berkebun tomat [atau sayur mayur lainnya].”

Sebelum memulai usaha pembibitan sayur, Ibu L mengakui tidak menguasai pengetahuan teknis tanam-menanam seperti cara menanam bibit sayur-mayur, sementara suaminya yang memiliki pengalaman di bidang pertanian juga telah mengalami beberapa kali kegagalan usaha penjualan sayur-mayur. Dalam perjalanan usahanya hingga saat ini, Ibu L mengakui bahwa kunci sukses menjadi wirausaha agribisnis pembibitan adalah pentingnya mengelola keluar-masuknya keuangan.

b. Pihak yang terlibat Dalam menjalani usaha rintisan maupun pengembangan, tentunya

tidak bisa terlepas dari keterlibatan banyak pihak terkait. Pihak-pihak yang terlibat ini telah dimulai dari sejak permodalan, pembibitan, pemeliharaan, penjualan, pasca-penjualan, bahkan pengembangan. Dari proses wawancara maupun focus group discussion (FGD) dengan informan di Kabupaten Garut, pihak-pihak yang terlibat terbagi menjadi empat kategori (keluarga dan saudara, pemerintah daerah, Pendamping PKH, dan swasta), dengan perincian sebagai berikut:

1. Keluarga dan Saudara

Banyak contoh keberhasilan usaha yang disokong oleh ikatan darah, baik itu jaringan keluarga inti maupun keluarga luas atau karib-kerabat. Bu S di Cilawu, Garut, yang berjualan makanan ringan seblak misalnya, sangat bergantung pada anaknya yang membantunya dari proses penyiapan bahan, pengolahan hingga penjualan. Bahkan lebih dari sekadar partner dalam berusaha, bagi Bu S anak perempuannya

Page 46: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

3736 46

juga merupakan motor baginya untuk perluasan usaha. Menurut pengakuan Bu S hubungan orang tua dan anak membuatnya dapat, “memperluas pendapatan”. Dan sebaliknya, tanpa anaknya akan “tidak akan ada kemajuan, usahanya monoton.”

Usaha seblaknya mayoritas dijual di pekarangan rumahnya dan di sekolah, tetapi melalui kreativitas dan inovasi anaknya, ia juga menjual seblak dan makan ringan kering secara online melalui media sosial yang dimiliki dan dikelola anaknya. Bahkan melalui kreativitas dan jaringan yang dimiliki anaknya, Bu S dengan dibantu anak juga menjual sarung tangan motor balap sederhana, usaha yang kemudian kolaps setelah adanya Pandemi COVID-19. Menurut Bu S, cara ia dan anaknya mengembangkan usaha mereka adalah dengan “menanamkan kepercayaan” kepada semua pihak.

2. Pemerintah Daerah (Dinas Sosial, dan OPD terkait)

Pemerintah Kabupaten Garut belum memiliki program pemberdayaan khusus dari APBD yang ditujukan untuk KPM PKH Graduasi. Selama ini, intervensi yang dilakukan baru sebatas mengikutkan mereka ke pameran-pameran UMKM yang diselenggarakan di Garut dan mengkoordinasikan mereka untuk pendataan dan pendampingan sederhana yang diserahkan kepada Pendamping PKH.

3. Pendamping PKH

Sebagaimana dalam bagian sebelumnya, para Pendamping PKH Garut masih diberi amanah untuk melakukan pendataan, pemantauan dan pendampingan sederhana bagi KPM PKH Graduasi yang berada di wilayah pendampingan mereka.

Meskipun demikian, peranan para Pendamping PKH telah dapat dilacak dari semenjak KPM PKH tersebut belum graduasi. Seperti yang diakui oleh Ibu SR dari Cilawu, modal awal wirausahanya ia dapat dari hasil menabung selama menjadi KPM PKH. Tabungan ini selain inisiatif pribadi juga merupakan hasil dari pembimbingan Pendamping PKH yang tidak bosan selalu memotivasinya untuk memiliki keamanan finansial dengan menabung atau usaha kecil-kecilan.

Page 47: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

393847

4. Perbankan / lembaga keuangan lainnya

Peranan lembaga intermediasi keuangan seperti perbankan dalam mendukung praktik UMKM bagi KPM PKH Graduasi masih sangat minimal. Dalam aspek pengembangan usaha, perbankan bisa dijadikan solusi bagi eks-KPM PKH dengan mengajukan kredit, meskipun tetap dengan bunga yang tidak kecil. Akan tetapi dalam aspek pembibitan/permulaan usaha akses untuk bantuan modal sangat terbatas bagi eks-KPM PKH yang kebanyakan usahanya masih dalam level mikro atau ultra-mikro dan juga hambatan ketiadaan aset yang biasanya menjadi jaminan/agunan bantuan modal.

Hal ini sebagaimana dialami bu L dari Cilawu yang baru berani mengajukan kredit pinjaman modal usaha ke KUR BRI ketika usahanya telah cukup berkembang. Ketika itu ia meminjam Rp.17 juta untuk biaya pembelian/penyewaan tanah dan pembelian benih sayur untuk usaha pembibitan sayurnya.

Selain Ibu L, Ibu SR dari Cilawu juga memanfaatkan pinjaman modal dari perbankan untuk biaya merenovasi ruangan rumahnya yang dipergunakan untuk usaha warung kelontong. Ibu SR mengakui bahwa ia baru berani meminjam ke bank ketika usaha warungnya sudah menunjukkan pendapatan yang lebih baik dan stabil.

Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa KPM PKH Graduasi lainnya di Cilawu ataupun di Limbangan yang tidak memanfaatkan pihak perbankan, rata-rata disebabkan mereka masih takut dengan beban hutan dan bunga bank.

5. Pembeli/pelanggan lokal

Dalam aspek keberlanjutan dan pengembangan usaha, salah satu pihak yang sering dilupakan adalah pembeli atau pelanggan yang telah membeli dan berlangganan barang/jasa itu sendiri. Selain kualitas barang/jasa, aspek modal jaringan sosial yang terbangun selama berusaha juga merupakan aset yang berharga terutama untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha.

Hal ini sebagaimana pengalaman Ibu L dari Cilawu yang menganggap pembelian dari petani lokal Cilawu terhadap bibit sayur

Page 48: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

3938 48

yang ia jual merupakan bagian dari ‘bantuan’ jejaring sosial lokal yang dengan bermodalkan kepercayaan turut membantu mengembangkan usaha pembibitannya menjadi besar. Ibu L menyampaikan bahwa sebagian besar petani sayur lokal di Cilawu yang membeli bibit sayur darinya rela berinvestasi 50 persen dari harga total sebelum produk dikirim Ibu L atau diterima pembeli. Dengan pasokan modal di masa proses awal pembibitan tersebut, Ibu L dapat menginvestasikan lebih banyak kepada instrumen yang membantu peningkatan kualitas produk yang ia jual. Hal ini di antaranya dalam bentuk, memberikannya kemampuan untuk memberi air/pupuk lebih banyak atau lebih baik, menyediakan pasokan lebih banyak sehingga lebih mampu merespons permintaan pasar yang berlebih, dan seterusnya.

c. Model Bisnis

Hasil penelitian terhadap model usaha KPM Graduasi PKH di Kabupaten Garut menunjukkan adanya upaya pelaku usaha dari eks KPM PKH untuk melakukan pengembangan model bisnis kewirausahaan yang mengerucut pada basis karakteristik lokal, khususnya secara agribisnis dan inovasi makanan. Dua sektor ini banyak dipilih karena faktor kesuburan tanah di Garut dan strategisnya Garut sebagai hinterland (daerah penyangga) ekonomi Bandung Raya sebagai sentra ekonomi dan pemerintahan Jawa Barat. Kebanyakan komoditi pertanian dan makanan yang berkembang telah memiliki pasar yang stabil di Bandung Raya.

Ibu L, salah satu KPM dengan usaha paling besar misalnya, mengaku tidak memiliki model atau struktur wirausaha yang spesifik untuk usaha pembibitan sayurnya. Meskipun Ibu L mengakui bahwa kunci sukses usahanya terletak pada masa awal penumbuhan/pembibitan usaha. Ibu L juga mengatakan bahwa ia baru melihat prospek potensial usaha pembibitan usaha sayur ketika usaha telah berkembang. Sebelumnya, ibu L hanya menjalani usaha bermodalkan semangat dan keinginan kuat untuk mandiri.

Pada masa-masa awal, Ibu L mengalami banyak rintangan dan kendala. Pekerjaannya sebagai guru juga menjadi kendala untuk memulai usaha disebabkan sulitnya ia mengatur waktu antara kewajiban mengajar, berusaha dan tanggung-jawab mengasuh anaknya. Setelah

Page 49: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

414049

memutuskan mengundurkan diri dari sekolah (keputusan yang didukung suaminya), usaha pembibitannya tidak langsung maju. Ibu L dan suami membutuhkan waktu transisi yang penuh dengan trial and error (mencoba, gagal, dan mencoba lagi) selama kurang lebih satu tahun. Setelah umur usahanya mencapai satu tahun, kemajuan yang ia alami adalah kemampuannya untuk memegang sejumlah uang keuntungan yang membuatnya lebih bersemangat lagi. “Semangat”, kata bu L, “sudah bisa memegang uang”.

Pada masa-masa ini kesulitan bukannya menghilang. Dalam awal masa pengembangan usaha, Ibu L masih kesulitan meyakinkan tetangganya untuk menyewakan tanah mereka untuk lahan menjemur bibit sayur (usaha pembibitan sayur memerlukan lahan yang luas dan tenaga yang memadai). Pada saat itulah kesempatan mengambil pinjaman bank ia sanggupi dalam rangka untuk memperluas usahanya. Akan tetapi motivasi perluasan usaha saja tidak cukup, Ibu L merasa usaha yang telah mulai menunjukkan hasil pasca-satu tahun berjalan itulah yang membuatnya berani mengambil risiko untuk meminjam ke bank.

Hasilnya, saat ini Ibu L telah memiliki usaha pembibitan sayur yang sangat menggiurkan dan memberdayakan bagi keluarganya dan keluarga petani lain yang hidup di sekitarnya. Saat ini Ibu L telah memiliki 30 karyawan, dengan pengeluaran usaha Ibu L mengeluarkan upah rata-rata Rp.5 juta per pekan. Dari 30 karyawan ini, 6 di antaranya merupakan KPM PKH aktif yang sengaja dipekerjakan Bu L sebagai pemenuhan cita-citanya, “supaya bisa membantu orang banyak.” Kendala yang Ibu L hadapi saat ini hanya berkisar cuaca, dimana di musim kemarau pasokan air untuk usahanya sedikit berkurang.

Pelajaran penting dari kasus Ibu L di Cilawu dan eks KPM PKH yang telah graduasi lainnya adalah bahwa keamanan pendapatan baik pada masa sebelum berusaha (melalui bantuan PKH) ataupun pada masa pengembangan usaha (melalui keuntungan stabil dari usahanya) menjadi sama pentingnya dengan inovasi dan kestabilan usaha. Hal ini merupakan pola yang jamak dijumpai pada banyak KPM dengan beragam kondisi dan level usaha. Pada masa sebelum berusaha dan sebelum graduasi, pemasukan dari bantuan PKH membuat keluarga

Page 50: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

4140 50

miskin dan rentan miskin memiliki semacam keamanan pendapatan untuk dapat atau berani mengambil risiko memulai usaha baru. Pada masa pengembangan dan keberlanjutan usaha, keamanan pendapatan/finansial yang didapat setelah usahanya berjalan dengan lancar tanpa piutang selama beberapa waktu membuat eks KPM PKH berani mengambil risiko baru mengembangkan usaha dengan berutang atau berinovasi.

3. Kewirausahaan Kota Serang

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Serang pada periode Agustus 2019 sudah terjadi graduasi 35 orang KPM PKH, dan hingga sekarang (Juli 2020) sudah mencapai 190 KPM graduasi mandiri. Penerima PKH saat ini kurang lebih sebanyak 9.300 KPM. Untuk kedepannya memang ada pertanyaan besar, para peserta PKH graduasi di Kota Serang ini akan diapakan, karena itu penelitian ini akan memberikan masukan ke Kementerian Sosial RI, sehingga nanti akan dikeluarkan kebijakan pemerintah, misalnya: Permensos yang bisa menampung dan menjadi dasar pembuatan program. Bentuknya bisa bermacam-macam dan membutuhkan koordinasi dengan kementerian/lembaga lainnya di daerah. Dengan program pemberdayaan sosial, Kementerian Sosial RI berusaha untuk merubah mindset masyarakat menjadi lebih memberdayakan dirinya dan tidak lagi hanya menerima, artinya akan adanya peningkatan keberfungsian sosial di masyarakat bagi para KPM PKH Graduasi.

Di Kota Serang sendiri sudah ada beberapa program penanganan kemiskinan melalui kerjasama antar Dinas dan lembaga lainnya untuk melakukan kewirausahaan sosial, diantaranya dengan Dinas DP3AKB melalui pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG), Dinas Koperasi, Perdagangan dan UMKM, PKK, UP2K, dan Baznaz. Setiap program ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memajukan kewirausahaan sosial di Kota Serang.

a. Perjalanan Bisnis KPM PKH Graduasi Kab. Serang Dari hasil wawancara kepada informan KPM PKH Graduasi di

Kota Serang didapat hasil yang cukup beragam, ada yang usahanya sudah maju dan berkembang, namun banyak juga yang masih berskala

Page 51: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

434251

kecil atau hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari intervensi ada yang sudah mendapatkan intervensi dari pemerintah daerah, ada juga yang belum. Beberapa temuan menarik akan dijabarkan dalam bagian ini.

Gambar 3

Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kota Serang

Sumber : Hasil Penelitian

Informan pertama adalah KPM PKH Graduasi yang telah mendapatkan pendampingan dari Dinas Sosial Kota Serang terutama oleh pendamping PKH sejak belum punya usaha, hingga kini usahanya sangat maju dan beromzet hingga puluhan juta rupiah per bulan, dengan jenis usaha Kerajinan Sofa, yaitu Ibu Sariah. Bu Sariah mulai mendapat PKH sejak tahun 2017, lalu memutuskan mengundurkan diri di akhir tahun 2019, karena dinilai ada yang lebih membutuhkan dari dirinya dan sudah mulai merintis usaha sofa. Usaha ini dimulai pada awal tahun

Page 52: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

4342 52

2020, artinya kurang lebih baru berjalan selama 6 bulan (saat wawancara), sesaat setelah graduasi PKH di akhir 2019 lalu. Sebelum memiliki usaha ini suami Bu Sariah bekerja sebagai supir angkot dengan penghasilan bersih hanya Rp. 50.000 sehari, dan bu Sariah adalah ibu rumah tangga yang pernah mencoba berjualan baju kredit keliling, namun kurang berhasil, “memulai usaha ini dengan menjual mobil angkot lalu dijadikan modal, hasilnya alhamdulillah”

Sofa yang dibuat dijual dengan harga Rp. 1,2 – 1,3 juta per set, (3 buah kursi dan 1 buah meja) dengan modal sekitar Rp. 1 juta per set. Setiap hari pasti produksi dan ada pesanan dari toko, bahkan saat bulan puasa yang lalu pesanan sangat banyak sampai tidak dapat mengirim semua, sehingga butuh modal lebih besar untuk menutupi semua pesanan. Omzet terbesar bisa mencapai hingga Rp. 50 juta sebulan, rata-rata terjual 20 – 30 set tiap bulannya. Saat ini Bu Sariah sudah punya beberapa karyawan, karyawan diambil dari yang sudah memiliki keahlian, tapi ada juga yang baru belajar yang semuanya berasal dari sekitar lingkungan rumahnya. Usaha ini merupakan ide dari kakak bu Sariah yang sudah terlebih dulu memiliki usaha sofa, Semua informasi, relasi diturunkan dari sang kakak, sehingga bu Sariah dan suami sudah memiliki bekal yang baik saat memulai usaha. Selain itu, Bu Sariah juga mendapatkan pengalaman dalam mengelola keuangan usaha dari orang tua nya yang memiliki usaha roti/kue. Dalam menjalankan usaha, hubungan baik dengan seller/pemilik toko selalu dijaga, intinya dengan kepercayaan, terkadang ada barang yang sengaja dititip saja, tidak langsung dibayar. Bu Sariah saat masih menjadi KPM-PKH juga rutin mengikuti pertemuan dan pelatihan yang dilakukan oleh pendamping PKH, yaitu P2K2 dan menjadi salah satu bekalnya saat graduasi dan memulai usaha.

Selain Bu Sariah, ada juga Bu Karni yang memiliki usaha Kerajinan Kulit Kerang. Bu Karni juga salah satu KPM-PKH Graduasi yang mendapatkan pelatihan serta pendampingan dari Dinas Sosial dan juga Dinas Pemberdayaan Perempuan (DP2AKB) Kota Serang. Bu Karni menjadi KPM-PKH pada tahun 2017 dan Graduasi di tahun 2019. Program yang sempat diikuti adalah mengenai pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG), karena proses pembuatan kerajinan kulit kerang sangat bergantung pada keberadaan tekonologi sederhana untuk

Page 53: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

454453

membentuk kulit kerang sesuai dengan olahan yang diinginkan. Artinya tidak memungkinkan jika dilakukan secara manual karena akan memakan banyak waktu dan tenaga. Hasil olahan kulit kerang memiliki beragam bentuk, mulai dari tudung lampu yang berharga jutaan rupiah, tempat tissu hingga bross atau asesoris lainnya yang berharga puluhan ribu rupiah. Namun, adanya Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar pada usaha kerajinan kulit kerang karena berkurangnya permintaan dan pasokan bahan. Selain kerajinan kulit kerang Bu Karni memiliki usaha sampingan lainnya saat ini yaitu dengan berjualan bakso cilok, yang walaupun hasilnya kecil tapi cukup untuk menopang kebutuhan sehari-hari.

Kedua informan ini merupakan contoh wirausaha yang mendapatkan program, pelatihan atau pendampingan oleh pendamping PKH dan Dinas Sosial dalam menjalan usahanya. Selain informan tersebut ada beberapa usaha menarik lainnya dalam kewirausahaan sosial yang terdapat di Kota Serang, yaitu KPM PKH Graduasi yang memiliki usaha dengan skala omzet yang tergolong kecil, namun memiliki potensi untuk maju dan perlu untuk diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah daerah dan pusat.

Usaha pengolahan Kerupuk Emping Melinjo Bu Bakriah salah satunya. Usaha ini dikerjakan dengan melibatkan 5 orang, yang terdiri 3 orang saudara dan 2 orang tetangganya. Usaha ini dilakukan sudah selama puluhan tahun yang lalu, sebelum Bu Bakriah menerima PKH pada tahun 2015 dan graduasi di tahun 2019. Berawal sejak masih bujang bu Bakriah sudah mulai membantu mengerjakan pengolahan emping melinjo orang tuanya, bahkan bekerja di tempat tetangga. Setelah menikah mulai berusaha mengolah emping mlinjo dirumah sendiri, dan suaminya usaha menjual ikan berkeliling kampung dan kedua jenis usahanya dilakukan hingga saat ini. “Yang mendorong untuk terus berusaha emping mlinjo ini karena mlinjo banyak di daerah Serang dan aktivitas usaha ini tidak sulit dilakukan keluarga seperti saya”

Selain itu, untuk mengerjakan usaha emping melinjo tidak sulit, tidak butuh alat yang mahal dan tidak butuh keterampilan yang khusus. Kunci agar usaha bisa tetap berjalan dan terus meningkat hasilnya, yang

Page 54: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

4544 54

dibutuhkan adalah menjaga semangat usaha, jujur dan tidak malas.. Emping Melinjo ini dijual ke warung makan, pedagang bakso dalam bungkusan plastik kecil, 12 bungkus kecil dijual Rp. 8 ribu, dan juga ke pemilik toko di Serang dalam bentuk Kiloan. Untuk menjualnya ada yang diantar sendiri dan juga ada pedagang yang mengambil kerumah. Permodalan hingga saat ini masih dari kemampuan sendiri, kalau benar-benar terdesak baru meminjam ke keluarga sendiri.

Usaha berikutnya adalah Usaha Kerupuk Dapros Bu Napsiah. Kerupuk Dapros merupakan kerupuk beras khas Serang peninggalan leluhur yang dikerjakannya hanya dengan tangan. Usaha ini dikerjakan sendiri oleh Bu Napsiah dibantu oleh anak-anaknya, dengan harapan agar nantinya anak-anak ada yang mau tetap melanjutkan membuat makanaan khas ini biar tidak punah. Karena saat ini orang yang membuat kerupuk Dapros ini sudah sangat jarang. Usaha ini dilakukan sudah puluhan tahun sebelum menerima PKH, di tahun 2015. Sejak masih lajang bu Napsiah sudah mulai membantu orang tuanya mengerjakan pengolahan Dapros. Hal yang mendorong Bu Napsiah untuk terus membuat kerupuk Dapros karena sekarang Dapros sudah menjadi makanan langka dan ingin terus melestarikannya, meskipun proses membuatnya melelahkan karena tidak mungkin menggunakan mesin. Kerupuk Dapros ini dijual ke pasar Rau dan pasar terdekat lainnya. Hasilnya memang tidak besar, karena kapasitas produksi juga tidak pernah ditingkatkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tapi kerupuk dapros ini minim resiko, karena bisa tahan hingga satu tahun jika dalam bentuk mentahan, sehingga bisa dijual dan disimpan kapan pun.

Dua informan berikutnya memiliki usaha yang hampir sama, usaha warungan dan makanan kecil-kecilan, yaitu Bu Dewi Lestari dan bu Nasiroh. Bu Dewi memiliki usaha Warung Kelontong dan ada juga sayur-sayuran, yang dikerjakan dengan melibatkan suami dan dibantu anak-anaknya. Usaha ini dilakukan sudah puluhan tahun, sebelum menerima PKH di tahun 2017 dan graduasi di tahun 2020 ini. Berawal di tahun 2004 setelah menikah bu Dewi mulai mencoba berjualan nasi pecel dan sayuran. Tahun 2013 setelah berhenti total dari bekerja di Pabrik, bu Dewi dan suaminya bertekad untuk memperbesar usaha warung kelontongnya hingga sekarang “Yang mendorong untuk terus

Page 55: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

474655

berusaha Warung Kelontong ini karena usaha ini sudah familier dan barangnya dibutuhkan oleh keluarga setiap hari. Waktu kegiatan usaha bisa disambi dengan kegiatan lainnya dirumah. Kunci agar usaha bisa tetap berjalan dan terus meningkat hasilnya, maka harus menjaga semangat usaha, tidak mudah patah semangat karena kegagalan, jujur kepada pelanggan dan mitra dagang/pemasok dan tidak malas. Usaha warungan seperti ini, apalagi dilingkungan rumah penduduk harus bisa menjual dengan pembayaran dibelakang (bon) dulu.

Sedangkan Bu Nasiroh memiliki usaha jualan gorengan, mie ayam bakso (di depan rumah/teras) dan Warung Kelontong kecil. Usaha jual gorengan dan mie ayam ini dilakukan sejak tahun 2017, setahun sebelum menerima PKH. “Yang mendorong untuk terus berusaha Warungan ini adalah karena rumahnya dekat dengan sekolah Madrasah dan Kampus Untirta. Juga banyak mahasiswa kost didaerah tersebut.

b. Pihak yang Terlibat

Dalam menjalani rintusan usaha, tentunya tidak akan terlepas dari pihak-pihak yang terkait yang akhirnya bisa seperti saat ini. Pihak-pihak yang terkait ini dikenal juga dengan istilah significant others. Dari hasil wawancara dengan informan, berhasil diidentifikasi pihak-pihak yang turut andil bagian dalam menunjukkan eksistensi bisnis para informan ini. Beberapa pihak tersebut teridentifikasi sebagai berikut:

1) Keluarga

Banyak contoh keberhasilan usaha yang disokong oleh keluarga, baik keluarga inti maupu kerabat. Bu Sariah sukses dengan usaha sofa karena mendapatkan info dan ilmu menjual gorden dari kakaknya, lalu dibantu penuh oleh suami yang menjadi pengrajin sofa yang akan dijual, bahkan sang suami sampai rela menjual mobil angkotnya yang menjadi penghasilan utama keluarga sebelumnya sebagai modal awal usaha. Hal serupa juga terjadi dalam usaha Emping Bu Bakriah yang usahanya juga didukung penuh sang suami, selain itu ada saudaranya yang juga bekerja bersama sebagai pembuat emping selain dengan tetangga.

2) Dinas Sosial, Pendamping PKH

Page 56: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

4746 56

Program pelatihan memang bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan sosial melalui kewirausahaan, contoh di Kota Serang sangat nyata dalam kesuksesan usaha Bu Karni. Saat menjadi KPM-PKH rajin mengikuti pelatihan P2K2, yang menjadi bekal dasar dalam pengelolaan usahanya. Bu Bakriah yang usaha empingnya cukup berkembang juga selalu mendapat pendampingan dari Pendamping PKH walaupun dia sudah tergraduasi.

3) Perbankan / lembaga keuangan lainnya

Peran lembaga pemberi modal di Kota Serang dari hasil wawancara memang belum signifikan, masih banyak para pelaku wirausaha yang belum bisa mengakses ataupun belum mau mengakses, karena cukup beratnya persyaratan. Hasilnya banyak wirausaha yang sudah berjalan tahunan bahkan puluhan tahun, seperti Bu Bakriah (emping), Bu Napsiah (dapros), Bu Dewi (warungan) yang tergolong stagnan karena tanpa adanya sokongan modal usaha

4) Dinas Pemerintah Daerah dan lembaga lainnya

Dukungan institusi pemerintah daerah dan lembaga lainnya di Kota Serang sebenarnya sudah ada, seperti dari Dinas DP3AKB ada yang namanya TTG (teknologi tepat guna), ada pelatihan SDM nya, tetapi harus ada pemilahan jenis usahanya dari skill dan kemampuannya. Lalu, Dinas Koperasi, perdangan UMKM yang sudah memiliki UMKM sekitar 10.500 di berbagai sektor,. Namun, harus diakui yang menjadi hambatan pelaku UMKM adalah faktor modal dan kedua pemasarannya, sehingga hasilnya belum mengalami peningkatan. Karena itu diperlukan dana stimulus, sehinga bisa menyerap lapangan kerja. UMKM sudah menjadi prioritas, namun di lapangan masih banyak keterbatasan modal, lalu daya saing produk dari luar, terutama harga dari kota lain lebih murah. Program yang dilakukan masih sangat terbatas, karena APBD yang sangat terbatas, yang sudah pernah dilakukan adalah pelatihan hak kekayaan intelektual tapi terbatas hanya 50 orang dalam setahun, kedua program jaminan halal juga hanya utk 50 orang, ketiga ada program promosi-promosi namun terhambat covid-19 ini anggarannya. Lalu ada Baznaz, banyak program yang dilakukan Baznaz, dana yang disalurkan berasal dari kumpulan infaq sodakoh warga masyarakat, yaitu ada

Page 57: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

494857

program bedah warung untuk wirausaha, masing-masing sebesar Rp 1 juta hanya dengan syarat KTP dan Kartu Keluarga.

c. Model Bisnis Kementarian Sosial RI melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Sosial (Ditjen Dayasos) telah memperkenalkan tiga tipe model bisnis dalam kewirausahaan sosial, yaitu; Model Pembibitan, Model Mentoring dan Model Inkubasi. Ketiga model bisnis ini memiliki sasaran dan strategi pemberdayaan sosial yang berbeda, yang tentunya berimplikasi pada output dan outcome, namun akan saling melengkapi sesuai kebutuhan suatu wilayah. Model Pembibitan dapat diterapkan pada Wirausaha Pemula atau yang baru memulai usaha dengan cara melakukan bimbingan teknis bisnis dan pemberian bantuan sosial modal usaha dan pendampingan. Model Mentoring diberikan kepada wirausaha yang telah memiliki rintisan usaha dengan modal dan omsetnya yang masih relative kecil, dimana mentor dalam model ini adalah pengusaha kecil yang sudah sukses dan memiliki semangat dan kemampuan untuk membagikan pengalamannya kepada wirausaha lainnya. Untuk Model Inkubasi, diterapkan pada wirausaha maju yang memiliki modal dan omset yang relative besar dan nantinya akan dihubungkan dengan perusahaan pemberi modal usaha.

Data penelitian di Kota Serang menunjukkan bahwa informan yang dikunjungi telah memiliki rintisan usaha, dalam skala usaha yang berbeda-beda. Model Pembibitan nampaknya masih paling dibutuhkan, karena masih banyaknya pelaku wirausaha sosial yang membutuhkan pelatihan dasar serta sokongan modal berskala kecil dan minim resiko dalam menjalankan usahanya. Lalu, model mentoring juga akan sangat efektif, karena adanya gap pengetahuan mengenai kewirausahaan sosial yang terlihat jelas di Kota Serang. Bu Sariah bisa menjadi model yang bisa diikuti oleh wirausaha lainnya, kemauan untuk maju dan pengelolaan keuangan yang baik menjadi kunci pembeda kemajuan usahanya yang dapat dicontoh. Dalam sisi permodalan, bantuan dengan limit dan resiko kecil menjadi salah satu solusi untuk bertahan, sambil melihat peluang untuk kemajuan usaha.

Page 58: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

4948 58

4. Kewirausahaan Kota Pekalongan

Pekalongan adalah salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Kota ini terletak di Jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Luas wilayahnya hanya mencapai 45 KM2 dengan penduduk hingga 2019 sejumlah 307.097 jiwa (Laki-laki = 153.518 dan Perempuan = 153.579).

Penduduk miskin Kota Pekalongan berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT) tahun 2018, jumlah rumah tangga sasaran (RTS) program kemiskinan mencapai 33.282 RTS. Data jumlah ini mengalami peningkatan dari BDT 2015 sebanyak 29.262 RTS.

Untuk penanganan kemiskinan pemerintah melakukan upaya melalui berbagai program baik dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kota/Kabupaten. Salah satu program pemerintah pusat (APBN) adalah melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Kota Pekalongan hingga tahun 2020 telah mencapai 8.650 KPM yang memperoleh program ini. Dari jumlah tersebut sebagaimana tahapan program telah terdapat 173 KPM yang melakukan Graduasi Mandiri/Mampu (penghentian bantuan atas kesadaran KPM sendiri) dan 1.445 KPM Graduasi Non Komponen (penghentian bantuan karena sudah tidak adanya komponen dalam keluarga KPM).

Dari sejumlah KPM Graduasi tersebut telah banyak KPM yang memiliki aktivitas usaha dengan berbagai jenis usaha. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi para KPM Graduasi (khususnya bagi KPM yang telah memiliki aktivitas kewirausahaan), maka pada penelitian ini untuk Kota Pekalongan ditemui 7 orang KPM Graduasi yang menekuni kewirausahaan dengan jenis usaha yang berbeda-beda dan satu orang Wirausaha Non KPM-PKH (warga yang tidak pernah mendapat program PKH).

Dari 7 KPM Graduasi yang ditemui sebagai informan, diperoleh gambaran identitas bahwa semuanya adalah wanita (namun dalam menjalankan usahanya dibantu oleh suami). Latar belakang pendidikan mereka 57% (4 orang) Tamat SD dan 43% (3 orang) SMA. Usia antara 29 tahun s/d 47 tahun, yang merupakan usia produktif untuk melakukan

Page 59: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

515059

suatu usaha. Mereka telah menikah/berkeluarga puluhan tahun dengan jumlah tanggungan masing-masing antara 2 s/d 4 orang.

a. Perjalanan Bisnis KPM PKH Graduasi Jenis usaha yang ditekuni KPM Graduasi selama ini dapat

dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu usaha dalam bidang makanan (Usaha Mie Ayam - Nasi Goreng ; Kerupuk bermacam-macam ; Catering); dan usaha bidang industri pakaian (Penjahit Batik/Penjual Batik/Pembuatan Cetakan Batik Cap). Usaha ini ditekuni mengingat Kota Pekalongan merupakan daerah wisata dan juga sebagai sentra industri batik.

Gambar 4

Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kota Pekalongan

Sumber : Hasil Penelitian

Page 60: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

5150 60

Usaha jualan makanan Mie Ayam – Nasi Goreng sebagaimana yang dilakukan Ibu Nur.. (47 tahun) buka secara estafet pagi hingga sore menjual Mie Ayam dan kemudian setelah sholat magrib (18.30 – 24.00). Dalam pelaksanaan usahanya jualan makanan ini melibatkan keluarga (anak, suami) dan 1 orang tenaga kerja.

Informan mendapatkan bantuan pemerintah melalui PKH hingga graduasi tahun 2019 berkisar antara 2 s/d 7 tahun atau dengan rincian waktu : 3 KPM (43%) selama 4 – 7 tahun dan 4 KPM (57%) selama 2 -3 tahun. Sementara kegiatan usaha yang mereka jalani hingga saat ini telah dimulai sejak 3 tahun bahkan lebih sebelum menerima PKH dari pemerintah.

Perjalanan usaha yang dilalui pada umumnya mereka jalani berawal dari pengalamannya saat membantu orang tuanya saat masih remaja (atau dapat dikatakan mengikuti atau melanjutkan usaha yang pernah dijalankan orang tuanya). Selain itu ada beberapa KPM yang mengatakan atas pengalamannya saat bekerja/buruh di tempat usaha pihak lain/pabrik. Sebagaimana yang disampaikan Bu Er.. (sebagai penjahit pakaian batik) bahwa “…usaha begini saya lakukan setelah pengalaman bekerja di pabrik konveksi selama sekitar 3 tahun lalu saya berhenti. Dari pengalaman yang saya ketahui bahwa kain-kain yang dijahit di pabrik itu berasal dari pihak lain, lalu saya dengan suami mencoba kerjasama dengan pemilik kain kemudian saya jahit sendiri dirumah. Lama-lama karena dipercaya saya mengambil kain lebih banyak dan akhirnya saya mencari tukang jahit untuk membantu agar bisa mencapai target jumlah dan waktu… “

Sedikit berbeda dengan perjalanan usaha Ibu Sr.. (sebagai pengusaha kerupuk) bahwa jiwa usahanya dirasakan sejak dia masih kelas 3 Sekolah Dasar. Waktu di SD dia sudah berjualan makanan kecil ke sekolahan. Lulus SD tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke SMP karena kondisi ekonomi orang tuanya, akhirnya memilih berjualan makanan, kue-kue keliling kampung (menjualkan milik orang lain). Menurut pengakuannya sejak itulah dia ingin punya usaha sendiri, sebagaimana yang dikatakan “..waktu lulus SD saya jualan keliling pak (dagangan milik orang lain), lalu saya punya pingin makanan, kue-kuenya mau bikin sendiri dan mau ngajak teman untuk menjualkan.

Page 61: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

535261

Beberapa tahun kemudian saya tertarik jualan kerupuk karena hampir semua orang kampung tiap hari beli kerupuk untuk lauk makan. Itu berjalan hingga saat ini dan alhamdulilah berkembang dan bisa ngajak tetangga untuk membantu bekerja..” b. Pihak yang terlibat

Dalam kegiatan usaha, para informan menyadari akan pentingnya relasi. Relasi mereka pahami sebagai orang-orang atau pihak yang terkait dan saling berhubungan dalam setiap langkah usahanya. Secara umum memahami bahwa relasi dalam usaha itu adalah: pekerja, pelanggan, penjual produk, pemilik modal dan warga lingkungan setempat. Sebagaimana pendapat Ibu Sr… “orang-orang yang selalu berhubungan dengan usaha saya seperti: pembuat kerupuk, penjual/pemasok minyak goreng, pedagang yang mengambili kerupuk, yang membantu menggoreng dan bungkus2 kerupuk, tetangga yang bantu kerja, Bank BRI dll, mereka itulah mitra kerja saya ..Dengan orang-orang ini saya harus jaga hubungan yang baik supaya usaha saya tetap berjalan.”

Para pihak yang dirasakan terlibat dalam perjalanan usahanya, seluruh informan mengatakan bahwa yang secara langsung dan inten adalah Pendamping PKH yang selama ini telah membina dan mengarahkan saat menerima program PKH. Kedekatan emosional dengan Pendamping selama mendapatkan program PKH oleh para informan dijadikan tempat untuk curhat tentang berbagai masalah yang terkait dengan usahanya (dalam hal motivasi usaha, permodalan, pemasaran hasil dll.). Terkait dengan keterlibatan pemerintah daerah dalam pembinaan ataupun pendampingan terhadap aktivitas kewirausahaan para KPM-PKH Graduasi, menurut Kabid. Fakir Miskin Dinas Sosial Kota Pekalongan dapat dikatakan belum ada yang khusus. Pembinaan ataupun pendampingan yang dilakukan juga masih seperti saat yang bersangkutan menjadi penerima program. Pada kesempatan FGD Kabid. Fakir Miskin mengatakan bahwa “..pendampingan kepada KPM-PKH Graduasi dalam menjalankan usahanya boleh dikata belum ada, karena memang juga belum ada petunjuk dari pusat. Saat ini kami sedang merintis akan bekerjasama dengan BRI dan Dinas terkait di Kota Pekalongan dalam hal pelatihan enterprenur untuk para

Page 62: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

5352 62

pendamping PKH saat ini dan harus merintis usaha. Maksudnya para pendamping PKH yang akan mendampingi agar juga punya pengalaman wirausaha..” Hal ini dimaksudkan agar pengalaman usaha juga dimiliki oleh para pendamping, sehingga tidak terjadi kejanggalan bahwa menjadi pendamping usaha tapi dirinya tidak mempunyai pengalaman usaha. Dalam hal kerjasama ini pihak BRI telah menyepakati akan memberikan pinjaman lunak sebagai modal usaha kepada para pendamping PKH yang akan mendampingi KPM Graduasi yang melakukan kewirausahaan.

Dalam hal permodalan usaha, semua informan mengatakan bahwa selama ini modal usaha yang digunakan untuk menjalankan usahanya masih dari kemampuan sendiri saja, kalaupun sudah terpepet modal biasanya meminjam kepada orang tuanya ataupun saudara-saudara terdekat. Pinjaman tersebut akan dikembalikan setelah dagangannya laku terjual. Dengan demikian artinya untuk modal usaha para informan belum sampai terpikirkan untuk mengakses atau berhubungan dengan pihak lain (lembaga keuangan) seperti: Bank pemerintah maupun swasta.

Terdapat satu hal menarik yang ditempuh oleh seorang informan (Ibu Sr..) dalam hal permodalan. Jenis usaha yang dilakukan saat ini adalah membuat, mengemas, menjual kerupuk (berbagai macam kerupuk). Masing-masing kerupuk itu tidak diproduksi sendiri, tapi mengambil kerupuk mentah dari pembuat yang berada di empat tempat di daerah Kab. Batang maupun Pekalongan.

Kemudian dirumahnya kerupuk tersebut dijemur terlebih dahulu baru digoreng (dengan minyak goreng maupun pasir) kemudian dibungkus dalam plastik sesuai dengan ukuran yang akan dijual. Untuk menjemur kerupuk mentah tersebut dibutuhkan tempat terbuka dan terkena sinar matahari. Usaha ini dikerjakan sendiri dibantu oleh suami dan 2 – 3 orang tetangganya. Saat-saat ramainya pesanan dan hari pasaran, tidak jarang Bu Sri harus menambah beberapa orang tetangga yang diminta untuk membantunya (terutama saat mengemas krupuk kedalam bungkus plastik).

Untuk memasarkan kerupuk dilakukan dengan beberapa cara : dijual/dititip di warung-warung, ada pedagang yang ambil, ada dititip di

Page 63: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

555463

toko Oleh-Oleh dan dijual di pasar-pasar tradisional maupun pasar tiban/pasar sesaat.

Seiring dengan kemajuan usahanya dan semakin sempitnya tempat untuk menjemur kerupuk mentah disekitar rumahnya, maka atas kesepakatan dengan keluarganya Ibu Sr.. memberanikan diri untuk meminjam uang ke BRI sebesar 100 juta (dengan jaminan sertifikat rumah). Uang pinjaman tersebut dipergunakan untuk membeli sebidang tanah (100 M2) yang digunakan untuk tempat menjemur kerupuk mentah. Sebagaimana pernyataannya dalam wawancara “.. alhamdulilah usaha kami ini berkembang dan saat ini mulai kesulitan menjemur kerupuk2 (karena tempat jemur dilingkungan sudah padat rumah dan tidak enak dengan tetangga) akhirnya saya beranikan pinjam ke BRI 100 juta untuk beli tanah/lahan jemur. Cicilan tiap bulannya sekitar 3 juta, alhamdulilah lancar pembayaran dan sekarang hampir lunas..” Kepercayaan seperti ini harus saya jaga pak… lanjutnya.

Yang mendorong untuk terus membuat kerupuk adalah bahwa kerupuk dapat dikatakan hampir merupakan kebutuhan pokok (pada saat orang makan), dan usaha ini telah berjalan dengan tanpa ada hambatan yang berarti. Selain itu telah banyak langganan dari berbagai lapisan masyarakat.

Upaya yang dilakukan para informan untuk menjaga dan mengembangkan relasi agar usahanya tetap berjalan dan lancar, pada umumnya mengatakan antara lain adalah dengan berlaku baik dalam melayani pelanggan, jujur dalam bekerjasama, terus menambah teman untuk memasarkan produk, kemauan untuk terus belajar dari orang lain yang sukses, dll.

Dalam hal permodalan hingga saat ini para informan masih tetap mengandalkan kemampuan modal sendiri dan keluarganya seadanya, dengan motto yang penting usahanya bisa berjalan saja. Untuk menjalankan usahanya belum terobsesi untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar, sehingga untuk pelibatan modal usaha dari pihak lain seperti perbankan/lembaga keuangan lainnya belum terpikirkan oleh mereka.

Page 64: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

5554 64

c. Model Bisnis

Diinspirasi dari aktivitas ekonomi Kota Pekalongan sebagai daerah sentra industri batik dan sekaligus sebagai lintasan wisata daerah sekitarnya, maka jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah makanan dan bahan/pakaian batik. Pola kewirausahaan yang berjalan/berkembang saat ini adalah wirausaha pemula/kecil berkolaborasi dengan wirausahawan yang lumayan besar di Pekalongan dan sekitarnya. Dalam prakteknya wirausaha besar atau katakanlah pemilik modal melakukan pembinaan sekaligus pendampingan kepada para KPM-PKH Graduasi yang melakukan usaha, meskipun sifatnya juga masih inter personal (hubungan antar pribadi antara pengusaha besar dengan warga masyarakat yang melakukan kegiatan usaha, termasuk KPM-PKH Graduasi.

Sebagai contoh: kewirausahaan di bidang batik (pembuatan kain batik maupun penjahitan pakaian batik). Para KPM-PKH Graduasi bekerja sama / ngesub kerjaan kepada pengusaha konveksi besar. Dalam hal ini pengusaha besar memberikan pekerjaan sekaligus melakukan pembinaan dan motivasi kerja yang saling menguntungkan.

Untuk mencari model kewirausahaan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka Dinas Sosial Kota Pekalongan saat ini sedang terus melakukan upaya koordinasi dengan pihak terkait sambil menunggu petunjuk dari pihak Kementerian Sosial mengenai tindaklanjut pendampingan bagi KPM-PKH yang telah graduasi.

Melalui wawancara mendalam, menurut pendapat pak Zae.. (wirausahawan muda) di bidang makanan olahan yang telah merintis usahanya melalui berbagai upaya jatuh bangun mengatakan bahwa jiwa kewirausahaan para mantan penerima bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), pada dasarnya merupakan usaha yang berangkat dari upayanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan demikian berarti mereka telah memiliki modal kegigihan dalam berwirausaha. Namun demikian pada umumnya mereka kurang memiliki pengetahuan memanage kegiatan usaha maupun keterampilan yang mendukung untuk menjalankan usahanya. Sepengetahuan saya ..model usaha yang dilakukan mereka (terutama yang bergerak dalam bidang kain batik) umumnya adalah ngesub pengerjaan produksi dari

Page 65: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

575665

wirausahawan yang telah besar/mapan.. Artinya mereka lebih banyak mengerjakan pesanan yang ada, yang pengerjaannya dilakukan dirumah masing-masing dengan segala ketentuan yang disepakati.. Hal ini dilakukan mengingat karena keterbatasan modal usaha maupun pengetahuannya.

Atas dasar model usaha seperti itu (yang dijalani oleh KPM-PKH Graduasi), maka untuk mendukung kemandirian usahanya, para KPM-PKH Graduasi perlu ada model Pendampingan/Tutorial secara berkelanjutan. Tutor yang mendampingi usahanya tentunya adalah orang-orang yang telah memiliki aktivitas kewirausahaan juga, agar saling mengisi.

5. Kewirausahaan Kabupaten Cilacap

Untuk mendukung Kewirausahaan sosial di Kabupaten Cilacap sudah ada beberapa program yang pernah dilaksanakan oleh Dinas Sosial yang bekerjasama dengan lembaga lain, seperti Bank Jateng dengan pemberikan kredit hingga Rp. 25.000.000, selain itu juga program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Saat ini jumlah KPM di Cilacap berjumlah sekitar 88.000 orang, dengan 1.011 orang yang sudah graduasi, targetnya adalah 10 persen dari KPM yang tergraduasi. Sedangkan jumlah pendamping PKH ada 283 orang. Tahun 2020 ini rencananya memang akan ada pelatihan di 5 titik di Kabupaten Cilacap dengan masing-masing sekitar 300 orang KPM di tiap titiknya, namun terkendala Covid-19 pelaksanaannya akan dimulai tahun 2021 mendatang.

a. Perjalanan Bisnis KPM PKH Graduasi Kab. Cilacap Dari hasil wawancara kepada informan KPM PKH Graduasi di

Kab. Cilacap didapat hasil yang cukup beragam, ada yang usahanya sudah maju dan berkembang, ada juga yang masih berskala kecil hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari intervensi ada yang sudah mendapatkan intervensi dari pemerintah daerah, ada juga yang belum. Beberapa temuan menarik akan dijabarkan dalam bagian ini.

Informan pertama adalah KPM PKH Graduasi yang telah mendapatkan intervensi program dari Dinas Sosial Kabupaten Cilacap sejak belum punya usaha, hingga kini usahanya sangat maju dan

Page 66: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

5756 66

beromzet hingga puluhan juta rupiah per bulan, dengan jenis usaha Kerajinan Batik, yaitu Ibu Titing Budiarti. Bu Titing mulai mendapat PKH sejak tahun 2011, lalu memutuskan mengundurkan diri di tahun 2013, karena dinilai ada yang lebih membutuhkan dari dirinya dan sudah ada tambahan penghasilan dari membatik. Awal mula usaha ini didapat dari pelatihan oleh Dinsos di tahun 2011, yang pesertanya berasal dari penerima PKH. Pada tahun 2013 Bu Titing sudah bisa membuat batik sendiri dari hasil pelatihan. Usaha ini pernah terhambat karena tidak ada dukungan dari pemerintah daerah, karena batik dianggap sangat jarang di Cilacap, jadi dari proses produksi hingga pemasaran dilakukan sendiri. Pada tahun 2014 Bu Titing sudah bisa mengajak teman dan tetangga untuk gabung, bahkan tahun 2015 bisa memperkerjakan KPM PKH juga. Namun karena terkena dampak pandemi ini dari total 13 orang pengrajin, menjadi tinggal 8 orang. Omzet pada tahun 2019 sekitar bisa mencapai 80-90 juta per bulan, bahkan pernah sampai 100 juta per bulan di tahun 2017. Produksi batik Bu Titing sudah tersebar ke beberapa wilayah yaitu Jogja, Solo, Aceh dan Bali. Pemasaran juga dilakukan via online di Instagram dan Facebook.

Hal serupa juga dialami oleh Bu Yuniarti dan Pak Leman, yang memiliki Usaha Bakso dan Mie Ayam. Bu Yuniarti mulai mendapat bantuan PKH tahun 2011 dan keluar tahun 2015. Usaha ini sudah dimulai sejak tahun 2007, namun pernah mendapat musibah kebakaran, lalu mendapat bantuan dari mesjid untuk melanjutkan usaha. Awal mulanya Bu Yunarti dan suami (Pak leman) coba-coba sendiri untuk membuat bakso. Kondisi ekonomi saat awal usaha masih kurang baik, tapi terbantu dengan PKH, lalu pendamping PKH mendorong untuk melanjutkan dan mengembangkan usaha. Saat ini Bu Yuniarti yang dibantu oleh suaminya sudah punya 2 kios Bakso dan Mie Ayam, dan dari usaha nya ini sekarang Bu Yuniarti sudah bisa membeli rumah serta mobil. Karyawannya berjumlah 4 orang yang berada di 2 kios. Untuk omzet penjualan paling rendah 10 juta per bulan, sedangkan paling tinggi terutama menjelang Lebaran bisa mencpai 50 juta dalam waktu 2 minggu. Untuk pengembangan usaha Bu Yuniarti membutuhkan mesin pengolahan mie sendiri, yang harganya sekitar 50 juta rupiah.

Page 67: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

595867

Kedua informan ini mendapatkan program, pelatihan bahkan pendampingan oleh pendamping PKH dalam menjalan usahanya dari awal hingga saat ini sudah terbilang maju dn memiliki omzet besar. Selain itu, karena berasal dari KPM PKH mereka juga senantiasa memikirkan KPM PKH lain yang ingin memiliki penghasilan atau pekerjaan dengan mempekerjakannya, karena hal itu juga didorong oleh pendamping untuk bisa memberdayakan masyarakat sekitar. Di luar dua informan tersebut ada beberapa kasus menarik lainnya dalam kewirausahaan sosial yang terdapat di Kabupaten Cilacap, yaitu KPM PKH Graduasi lainnya yang memiliki usaha cukup besar saat ini namun tanpa adanya intervensi program atau pelatihan dari pemerintah, artinya mereka berjuang dan belajar sendiri untuk mengembangkan usaha dan keluar dari program PKH.

Gambar 5

Salah Satu Usaha KPM PKH Graduasi di Kabupaten Cilacap

Sumber : Hasil Penelitian

Page 68: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

5958

68

Hal itu yang dialami oleh Ibu Rochyati, Pengrajin dan Penjual Gorden. Mulai berjualan pada tahun 2008 dengan jalan kaki menawarkan gorden dari rumah ke rumah. Usaha ini dimulai karena dari keluarga juga banyak yang memiliki usaha jualan gorden, dari yang pertama kali adalah adik Bu Rochyati yang berada di Purbalingga. Saat pertama kali menjalankan usaha, Bu Rochyati belum memiliki modal, lalu dari hasil penjualan dan tabungan Bu Rochyati memutuskan untuk mengontrak kios di pasar. Bu Rochyati memulai PKH dari tahun 2011 dan kini sudah graduasi. Saat ini Bu Rochyati sudah bisa beli kios sendiri di pasar Sampang serta memiliki 2 orang karyawan, yang bekerja di toko 1 orang, dan penjahit di rumah 1 orang. Selain itu, Bu Rochyati juga meneruskan ilmu bisnis dan kerajinan gorden kepada anak dan keponakannya. Untuk pendapatan atau omzet tertinggi pernah sampai 70 juta per bulan, dengan laba bersih sekitar 10 juta per bulan.

Selanjutnya ada Ibu Suwarni, yang memiliki Usaha Penangkaran Burung Murai. Sebelum memiliki usaha ini bu Suwarni pernah menjadi TKW di Hongkong, lalu sepulangnya dari luar negeri langsung mendapat bantuan PKH dari tahun 2011. Usaha ini dimulai dari hobi suaminya yang suka mengikuti lomba atau kontes burung, terutama burung murai, sehingga mendapatkan ide untuk ternak burung murai, pada tahun 2015. Modal Pertamanya adalah membeli sepasang burung murai, seharga 7 juta rupiah, dan ternyata langsung berkembang/bertelur, karena itu Bu Suwarni membutuhkan kandang baru dan perluasan lahan untuk memelihara burung murai. Bu Suwarni lalu memutuskan untuk membeli lahan dengan status hak guna untuk penangkaran burung murai. Pekerja untuk usaha penangkaran ini ada 1 orang, tapi saat ini sedang tidak dipekerjakan, hal itu merupakan dampak Covid-19 dimana penjualan burung murai menurun drastis. Padahal, pada tahun lalu (2019) pendapatan dalam sebulan bisa mencapai sekitar 10 juta rupiah, atau 5 juta rupiah untuk keuntungan bersihnya.

Ada juga Pak Kasmanto, dengan Usaha Meubel / Sofa. Usaha ini dimulai pada tahun 2015 saat Pak Kasmanto menjual kasur busa secara

Page 69: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

616069

online via facebook dan WA. Awal ketertarikannya dalam bisnis ini ketika bekerja di Jakarta tahun 2014, setelah itu memutuskan untuk memulai usaha sendiri. Pak Kasmanto sudah mengakses modal dari pembiayan Perbankan, yaitu KUR BRI, sebesar 50 juta rupiah. Dari modal ini usaha meubel dan sofa mulai berkembang, hingga saat ini omzet penjualannya bisa mencapai 10 juta per bulan dan produknya sudah tersebar di toko-toko furniture sekitar Cilacap. Setelah usahanya dirasa stabil, Pak Kasmanto memutuskan untuk mengundurkan diri dari Program PKH pada tahun 2020 ini.

Selain usaha-usaha di atas yang sudah cukup besar dan memiliki beberapa pekerja, serta berdampak pada lingkungan sekitar, ada juga kewirausahaan sosial yang masih merintis, dengan skala bisnis terbilang kecil, yaitu Ibu Tuminah yang memiliki usaha warungan. Usaha warungan ini dimulai tahun 2018, namun baru mendapat modal untuk mengembangkan tahun 2020 ini, yang didapat dari hasil arisan padi sebanyak 1 Ton. Hasil padi ini lalu dijual senilai 5 juta rupiah, yang kemudian digunakan untuk membeli lemari pajangan dan barang-barang jualan lainnya. Sebelum memulai usaha warung Ibu Tuminah merupakan pekerja jahit karung untuk bahan baku tenda, yang sudah dilakoni selama puluhan tahun, namun hasilnya sangat kecil dan melelahkan sehingga Bu Tuminah memutuskan untuk membuka usaha. Bu Tuminah merupakan Janda dengan 2 orang anak, anak yang pertama saat ini bekerja di Jepang sebagai pekerja bangunan dan banyak membantu ekonomi keluarga, dari penghasilan ini juga Bu Tuminah memutuskan untuk tidak melanjutkan sebagai Penerima Program PKH dan bergantung pada kemandirian usahanya.

b. Pihak yang Terlibat Dalam menjalani rintusan usaha, tentunya tidak akan terlepas dari

pihak-pihak yang terkait yang akhirnya bisa seperti saat ini. Pihak-pihak yang terkait ini dikenal juga dengan istilah significant others. Dari hasil wawancara dengan informan, berhasil diidentifikasi pihak-pihak yang turut andil bagian dalam menunjukkan eksistensi bisnis para informan ini. Beberapa pihak tersebut teridentifikasi sebagai berikut:

Page 70: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

6160 70

1) Keluarga

Banyak contoh keberhasilan usaha yang disokong oleh keluarga, baik keluarga inti maupu kerabat. Bu rochyati sukses dengan usaha gorden karena mendapatkan info dan ilmu menjual gorden dari adiknya, lalu dibantu penuh oleh suami yang menjadi penjahit gorden yang akan dijual, bahkan anak dan keponakannya juga ikut belajar dan berjualan gorden. Hal serupa juga terjadi dalam kasus keberhasilan usaha Mie Ayam Bakso Bu Yuniarti yang usahanya disokong penuh sang suami, pak leman, bahkan pak leman yang menjadi cheff dalam pembuatan Bakso dan Mie. Usaha penangkaran burung murai dimulai karena sang suami yang hobi memlihara burung, lalu menjadi usaha dengan omzet jutaan rupiah per bulan. Keluarga di banyak kasus menjadi social capital yang utama untuk kemajuan social entreprenuer.

2) Dinas Sosial, Pendamping PKH

Program pelatihan memang bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan sosial melalui kewirausahaan, contoh di Kabupaten Cilacap sangat nyata dalam kesuksesan usaha Bu Titing Budiarti. Saat menjadi KPM PKH dan mengikuti pelatihan pertama kali bu Titing bahkan belum memiliki usaha. Setelah mengikuti pelatihan ide dan keberaniannya untuk memulai usaha Batik khas Cilacap dan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga akhirnya muncul, serta dibantu melalui pendampingan usaha oleh Pendamping dan Koordinator PKH. Bu Yuniarti juga merupakan ‘produk’ pendampingan PKH, bedanya usaha Mie Ayam ini sudah berjalan saat menjadi KPM, namun selalu mendapat perhatian agar semakin berkembang dan dapat memberdayakan masyarakat.

3) Perbankan / lembaga keuangan lainnya

Peran lembaga pemberi modal pasti tetap signifikan, terutama bagi KPM PKH Graduasi yang ingin mengembangkan usahanya. Untuk modal perbankan memang relatif lebih sulit didapatkan karena adanya jaminan dan pengembalian yang cukup besar tiap bulannya, sehingga tidak semua KPM PKH Graduasi berai mengambil resiko, hanya yang sudah terbilang stabil dan memiliki potensi pengembangan usaha kedepannya yang akan mengambil. Pak Kasmanto contoh dalam hal ini,

Page 71: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

636271

ia berani mengambil kredit usaha di BRI sebesar Rp 50 juta dengan jaminan sertifikat yang dimiliknya untuk membantu pengembangan usanaya di bidanag meubel / sofa yang memang membutuhkan modal cukup besar, bahkan dengan modal tersebut dirasa masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan modal, karena banyaknya permintaan. Beda halnya dengan bu Tuminah yang memiliki usaha warung kecil-kecilan, ia tidak berani untuk mengambil kredit perbankan, akhirnya ia menggunakan uang arisan padi yang dilakukan di desanya untuk modal pengembangan warung.

c. Model Bisnis

Kementarian Sosial RI melalui Direktorat Jenderal (Dirjen) Pemberdayaan Sosial telah memperkenalkan tiga tipe model bisnis dalam kewirausahaan sosial, yaitu; 1). Model pembibitan, 2). Model mentoring dan, 3). Model Inkubasi. Ketiga model bisnis ini memiliki sasaran dan strategi pemberdayaan sosial yang berbeda, yang tentunya berimplikasi pada output dan outcome, namun akan saling melengkapi sesuai kebutuhan suatu wilayah. Model pembibitan dapat diterapkan pada Wirausaha Pemula atau yang baru memulai usaha dengan cara melakukan bimbingan teknis bisnis dan pemberian bantuan sosial modal usaha dan pendampingan. Sedangkan model Mentoring diberikan kepada wirausaha yang telah memiliki rintisan usaha dengan modal dan omsetnya yang masih relative kecil, dimana mentor dalam model ini adalah pengusaha kecil yang sudah sukses dan memiliki semangat dan kemampuan untuk membagikan pengalamannya kepada wirausaha lainnya. Untuk Model Inkubasi, diterapkan pada wirausaha maju yang memiliki modal dan omset yang relative besar dan nantinya akan dihubungkan dengan perusahaan pemberi modal usaha.

Hasil penelitian di Kabupaten Cilacap menunjukkan, bahwa informan yang dikunjungi telah memiliki rintisan usaha, dalam skala usaha yang berbeda-beda. Model Pembibitan tentunya masih diperlukan walaupun dalam beberapa contoh informan sudah banyak yang memiliki usaha dengan omzet cukup besar. Namun, masih besarnya potensi dan kebutuhan akan penguatan dan pemberian ilmu-ilmu dasar kewirausahaan menjadi dasar model ini. Bu Titing dengan usaha batiknya merupakan contoh nyata pembibitan yang membuahkan hasil

Page 72: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

6362 72

baik, dengan penguatan model ini tentunya diharapkan banyak muncul Bu Titing baru setiap tahunnya yang akan mengangkat kewirausahaan sosial Kabupaten Cilacap. Lalu, model mentoring juga akan sangat efektif. Bu Yunairti dan Pak leman yang sukses dengan usaha Mie Ayam dan Bakso berulang kali menyatakan kesediannya untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam memulai dan menjalankan bisnis kuliner. Mulai dari strategi bisnis, teknik pembuatan makanan hingga penguatan niat untuk keluar dari program PKH seperti yang sudah ia lakukan dan sukses. Sedangkan model inkubasi untuk usaha yang sudah cukup besar memiliki kendala dalam keterbatasan akses selama ini, seperti yang dikemukakan pak kasmanto, selain itu masih ada rasa kekhawatiran dari pelaku kewirausahaan sosial perihal pengembalian kredit dari lembaga keuangan yang ada.

6. Kewirausahaan Kabupaten Subang

Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat, secara administratif terdiri atas 30 Kecamatan, delapan kelurahan, dan 245 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.552.925 jiwa dengan luas wilayah 1.893,95 km² dan sebaran penduduk 820 jiwa/km².

Data dari Dinas Sosial Kabupaten Subang, Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Graduasi Program Keluarga Sejahtera (PKH) hingga akhir 2019 sebanyak … KPM. Rencana awal (sebelum terjadinya pandemic covid-19) telah dicanangkan akan dilakukan bimbingan teknis tentang Digital Marketing kepada setidaknya 45 perempuan (graduasi PKH). Hal demikian dengan pertimbangan bahwa relative banyaknya KPM PKH yang telah graduasi dan juga para wanita yang memiliki potensi usaha untuk dikembangkan, salah satunya melalui pemasaran secara digital (online).

a. Perjalanan Bisnis KPM PKH Graduasi

KPM PKH Graduasi di Kabupaten Subang, sesuai hasil wawancara kepada beberapa informan (yang kesemuanya adalah perempuan) dapat disimpulkan bahwa perjalanan bisnis (rintisan usaha) yang dimiliki para informan dilakukan ketika para informan masih mengikuti Program Keluarga Harapan. Bahkan ada diantaranya sudah memiliki rintisan usaha sebelum menjadi peserta PKH.

Page 73: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

656473

Pelajaran dari Kabupaten Subang, bahwa informan yang telah memiliki rintisan usaha sebelum menjadi peseta PKH diantaranya adalah; Ibu Amih (41 Tahuan) dengan jenis usaha kredit barang, Ibu Amih memulai rintisan usahanya pada tahun 2015. Pada tahun 2017 Ibu Amih menjadi peserta PKH dan pada 2018, Ibu Amih menyatakan diri keluar dari PKH (Graduasi). Saat ini, omset usaha Bu Amih (sesusi pengakuan dan penghitungan bersama telah mencapai RP. 3 juta /bulan). Dan saat ini, besaran tagihan kepada pelanggan sebesar Rp. 30 juta perbulan. Barang yang dijual-kreditkan nyaris segala jenis barang keperluan masyarakat sekitar (lingkup Rukun Tetangga setempat). Ada hal yang menarik dari usaha Bu Amih ini, yaitu: ketika Bu Amih melayani pelanggan, misalnya Pelanggan butuh barang X, Bu Amih bersama pelanggan menuju toko yang menyediakan barang dimaksud dan memilih barang yang diinginkan pelanggan. Setelah pelanggan cocok dengan barang dan harganya, selanjutnya Bu Amih yang emnyelesaikan pembayarannya. Kemudian Pelanggan nantinya akan membayar kepada Bu Amih secara angsuran dengan berapa kali bayar, sesuai kepercayaa. Disini asas mufakat dan kepercayaan sangat menentukan bagi kedua belah pihak. Untuk itulah, Bu Amih belum memiliki keinginann untuk lebih memperluas usahanya (jangkauannya) ke wilayah lain, masih seputar wilayah yang karakter warganya benar-benar Bu Amih kenal dengan baik. Bu Amih sudah bisa mengakses dunia perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI Unit terdekat.

Ibu Puput (Aisyah Putri, 42 Tahun) dengan jenis usaha warung dan kerajianan tangan. Pada mulanya Bu Puput ini merupakan karyawan pabrik tekxtik/konveksi. Menurut pengakuannya, Bu Puput telah memiliki keahlian yang hamper lengkap untuk bekerja di industri garmen/konvenski, mengingat Beliau sudah cukup lama bekerja di pabrik garment dan juga sudah mengalami banyak rotasi job/pekerjaan. Bu Puput semasa kerja telah bisa memegang enam mesin, begitu istilah dalam dunia garment. Keputusan Bu Puput untuk berhenti dari pekerjaan di opabrik adalah karena alasan anak, waktu untuk untuk keluarga yang sangat terbatas. Semennatar sang suami bekerja sebagai Tenaga Kemanan di Universitas Subang. Kebetulan Sang suami memiliki keahlian dalam membuat kerajinan tangan dari bahan

Page 74: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

6564 74

papan/kayu tripleks. Hal demikian lah yang memperkuat tekad Bu Ouout untuk keluar dari pekerjaan dan memulai usaha sendiri. Akhirnya pada 2015 Bu Puout putusakan untuk bekerja mandiri/sendiri (keluar dari Pabrik). Kerja pertama setelah keluar dari pabrik adalah menjadi semacam mediator/perantara, dan hasil kerja pertama tahun 2015 ini mendapatkan uang komisi sebesar Rp. 300 ribu . dan uang ini akhirnya dijadikan modal untuk usaha (warungan). Usaha warungan Bu Puput cukup berkembang, dan melayani masyarakat sekitar (wilayah RT/RW). Omset jualan harian bu Puput saat ini sekitar RP. 600 rivu/sehari. Beberapa yang dijual dalam warung Bu PuPut meliputi; mie ayam, baso, seblak, juga kerajinan tangan dari tripleks, juga bross. Dan pada tahun 2017 Bu Puout terdaftar sebagai peserta PKH. Namun pada tahun 2019, Bu Puput memutuskan untuk keluar (graduasi) dari PKH. Alasan utama keluar dari PKH adalah karena Bu Puout sudah memiliki usaha yang lumayan dan suami juga bekerja, sementara di sekitar Bu Puout masih ada masyarakat yang tidak mampu namun belum mendapatkan bantuan PKH.

Informan Ibu Rosyidah (45 Tahun) telah memiliki usaha membantu sang suami berjualan mie tek-tek dan nasi goreng (keliling-pada awalnya), pada Tahun 1995, jauh sebelum adanya Program Keluarga Harapan. Saat awal memulai usaha, permodalan Bu Rosyidah dan Pak Ajat diperoleh melalui pinjaman dari keluarga terdekat. Modal pertama untuk membuat gerobak dorong dan modal awal pembelian bahan-bahan masakan. Besaran modal saat memulai usaha, adalah 1 juta rupiah untuk membangun gerobak, dan lima puluh ribu rupiah untuk belanja bahan-bahan masakan, itu semua di tahun 1995.

Saat ini Bu Rosyidah berjualan nasi dan mie goreng di tempat tertentu (lampu merah Kelurahan Soklat, Subang). Pada tahun 2019 Bu Rosyidah menyatakan diri keluar dari PKH, dengan alasan sudah tidak pantas lagi mendapatkan bantuan sosial, sementara masih banyak warga lain yang lebih membutuhkan. Dan lagi, usaha Bu Rosyidah bersama suami sudh lumayan maju, dengan omset harian sekitar Rp. 700 ribu .

Beberapa kali Bu Rosyidah (dan Pak Ajat, Sang Suami) mengajak keluarga dari kampung (ponakan) untuk membantu bekerja berjualan nasi goreng. Namun demikian, seringkali mereka tidak betah, dengan

Page 75: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

676675

alasan capek dan lain sebagainya, dan akhirnya pulang kembali ke kampong halamannya, nganggur lagi, demikian tuturan Bu Rosyidah dan Pak Ajat.

Gambar 6

Berbagai Macam Usaha KPM PKH Graduasi di Kabupaten Subang

Sumber : Hasil Penelitian

Ibu Nuning Widyaningsih (35 Tahun) Saat ini memiliki usaha lapak Es Podeng dan Batagor di depan Alfa Mart, di seberang kompleks Pemda Kabupaten Subang. Bu Nuning telah memiliki rintisan usaha es podeng sejak semasa gadisnya, dan belum masuk sebagai peserta PKH. Bu Nuning mengembangkan usaha bersama Sang Suami. Saat ini, beberapa anggota Keluarga (karyawan) yang menjalankan usaha es podeng dan batagor. Sementara Sang Suami mempersiapkan segala sesuatunya di rumah. Profil Bu Nuning ini agak berbeda dengan kebanyakan informan, wirausaha lainnya. Dimana kebanyakan dari mereka ini memang ingin memiliki usaha yang maju, namun tidak ingin

Page 76: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

6766 76

usahanya justru membuat mereka jadi semakin capek, tidak bisa menikmati hidup nantinya (boleh maju dan berkembang tapi tidak merepotkan). Bu Nuning justru ingin memiliki usaha yang lebih baik dengan membuka lebih banyak dan semakin banyak canag, dibeberapa tempat, dimana saja, asal masih terjangkau. Untuk masalah kerepotan karena usahanya menjadi lebih maju, menuruit Bu Nuning, itu hanyalah resiko bisnis semata. Lebih baik bisnisnya maju pesat daripada tidak sama sekali.

Usaha es podeng dan batagor yang saat ini dijalankan Bu Nuning dan Sang Suami memii omset sekitar Rp. 1,5 Juta/malam (hari). Bu Nuning saat ini mempekerjakan dua orang karyawan (masih keluarga). Nampaknya, informan yang memulai merintis usaha setelah adanya graduasi dalam studi ini hanyalah Bu Kokom, adik dari Bu Amih. Bu Kokom berwirausaha bersama Sang Suami. Pada awalnya, usaha Bu Kokom adalah membuat dendeng daging. Karena membuat dendeng merupakan keahlian dari Sang Suami. Dikarenakan usaha dendeng memerlukan biaya dan juga modal yang tidak sedikit (untuk ukuran Bu Kokom), akhirnya Bu Kokom beralih usaha dengan menjalin kemitraan dengan Sang Kakak, Ibu Amih. Ibu Kokom dan Ibu Amih merupakan Kakak adik yang tinggal bersebelahan. Ibu Amih yang membuka usaha kredit barang sering kali mengajak Bu Kokom untuk membantu menyediakan barang kebutuhan kredit para pelanggan Bu Amih. Dari jalinan kerja sama inilah akhirnya Bu Kokom bisa berkembang ke jenis usaha seperti saat ini.

Usaha Bu kokom saat ini tergolong cukup maju untuk ukuran sekitar. Saat ini selain usaha warungan (lebih ke kebutuhan kuliner anak-anak), Bu Kokom juga menyediakan paket data, pulsa, juga layanan pembayaran listrik/token, bayar angsuran yang kesemuanya dilakukan melalui BRI LINK. Salah satu kelebihan usaha Bu Kokom selain uaha warung adalah moinim resiko, mengingat usaha BRI LINK merupakan usaha jasa dengan mengandalkan aplikasi, karena Bu Kokom tidak meiliki alat/media gesek untuk bayar sendiri dari BRI. Dan omset usaha Bu Kokom saat ini adalah berkisar 150 ribu – 300 ribu per hari. Di saat anak sekolah tidak libur, omsetnya sekitar 300 ribu/per hari. Namun pada saat pandemic covid 19 ini, omsetnya turun menjadi 150 ribu/sehari (demikian tuturnya).

Page 77: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

696877

Dalam Diskusi kelompok bersama Ibu-ibu KPM Graduasi yang telah memiliki rintisan usaha, ada salah satu KPM yang menarik yaitu Ibu Aas, dari Kecamatan Cijambe Subang. Ibu Ass (Asriati) yang telah memiliki usaha pembuatan pepes ikan nila pada saat mengikuti program PKH. Saat ini Bu Aas telah mengembangkan usaha dan memasarkannya secara digital/online melalui e-comerce yang ada. Produk unggulan Bu Ass saat ini adalah Abon Ikan Nila dengan merk terdaftar Abon Ikan Nila Bu AAS.

Nampaknya, dari semua informan yang ditemui dan melakukan wawancara, hanya Ibu Kokom (31 Tahun) yang ketika mengikuti Program Keluarga Harapan belum memiliki rintisan usaha. Namun demikian, Bu Kokom saat ini telah memiki usaha warungan dan juga jasa pembayaran melalui LINK BRI. Sesuai hasil wawancara dengan Bu Kokom, saat ini, omset darei usaha warung (dan LINK BRI, juga token pulsa dan paket datanya) mencapai kisaran 150 ribu sampai dengan 300 ribu rupiah per hari.

b. Pihak yang Terlibat

Dalam menjalani rintusan usaha, tentunya tidak akan terlepas dari pihak-pihak yang terkait yang akhirnya bisa seperti saat ini. Pihak-pihak yang terkait ini dikenalo juga dengan istilah significant others. Dari hasil wawancara dengan informan, berhasil diidentifikasi pihak-pihak yang turut andil bagian dalam menunjukkan eksistensi bisnis para informan ini. Beberapa pihak tersebut teridentifikasi sebagai berikut:

1). Keluarga Terdekat

Keluarga terdekat dalam hal ini adalah bisa orang tua, saudara/sanak family. Dari hasil wawnacara kepada informan diketahui pengembangan usaha (dan juga rintisan usahanya) dimulai dari keluarga terdekat. Ambil contoh, Ibu Kokom yang merintis dan mengembangkan usahanya melalui Ibu Amih, Saudara perempuannya. Ibu Nuning dan Ibu Rosyidah yang merintis dan mengembangkan usaha bersama Sang Suami, dengan permodalan awal dari keluarga terdekat (pinjaman).

Page 78: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

6968 78

2). Pihak lain non perbankan

Pihak lain non perbankan disini adalah pihak yang terlibat dalam rintisan dan pengembangan usaha di luar keluarga jiga di luar perbankan. Contoh ini dapat ditemukan pada proses usaha Bu Aas (Cijambe), dimana permodalan awal untuk usaha pembuatan pepes ikan nila diperoleh melalui arisan ibu-ibu di lingkungan setempat. Kelonpok arisan ini sampai saat ini masih ada di kalangan masyarakat. Dan kelonpok ini merupakan penopang kesejahteraan sosial masyarakat, dan tergabung dalam Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM). Kelompok-kelompok ini sudah selayaknya perlu mendapatkan dukungan untuk keberlanjutan bahkan keberkembangannya, guna mendukung upaya pemberdayaan sosial masyarakat.

3). Perbankan

Perbankan adalah pihak bank yang menyediakan permodalan untuk pengembangan usaha selanjutnya, melalui beberapa syarat tertentu. Dalam penelitian ini, permodalan yang ditemukan berupa Kredut Usaha Rakyat (KUR) oleh Bank Rakyat Indonesia. Beberapa wirausaha yang telah mem,anfaatkan jenis layanan permodalan KUR ini dfiataranya adalah; Ibu Amih, Ibu NUning, dan Ibu Aas.

4). Instansi Pemerintah

Dari hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan, menunjukkan adanya peran dari instansi pemerintah terkait dengan posisi usaha hingga saat ini. Beberapa instansi penmerintah yang memiliki andil dalam pengembangan usaha para informan adalah; Dinas Sosial. Dinas sosial dalam hal ini adalah Dinas Sosial Kabupaten Subang, dimana informan selama ini mendapatkan binaan ataupun bimbingan teknis dalam perjalanan usahanya. Disamping itu, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, juga memberikan binaan kepada beberapa informan. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa juga terlibat dalam pembinaan usaha, khususnya di wilayah desa. Beberapa desa bagikan sudah melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) guna meningkatkan keberdayaan masyarkat Desa.

Page 79: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

717079

5). Lembaga lain

Lembaga lain disini adalah bisa berupa unit usaha lain yang memberikan bantuan pinjaman permodalan bagi pengembangan usaha para informan. Lembaga lain terbanyak adalah adanya lembaga perkreditan local yang di Jawa Barat lebih dikenal dengan sebutan Bank Emok. Dalam wawancara, informan menyatakan bahwa rata-rata para KPM PKH sekitar informan memperoleh pinjaman modal usaha dari Bank Emok. Sistem pemnbayaran Bank Emok bisa harian atau mingguan.Wara di sekitar informan sangat setia (lebih ke takut sebenernya) kepada Bank Emok ini. Seandainaya ada jadwal pertemuan PKH (dulu), Ibu-ibu lebih mendahukukan pertemuan dengan Bank Emok daripada dengan Pendamping PKH.,

Dari hasil Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) diperoleh informasi terkait dengan bebrapa model pemberdayaan masyarakat di wilayah Kabupaten Subang. Salah satunya adalah, pemberdayaan masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dengan BUMDes dimungkinkan warga desa sekitar bisa dikoordinasikan dalam pengelolaan usahanya. Pengelolaan usaha melalui BUMDes ini sudah dilakukan di beberapa daerah.

Sementara itu, Kementerian Sosial juga akan meluncurkan program terkait pemberdayaan bagi KPM PKH Graduasi melalui kewirausahaan sosial, melalui bantuan sosial insentif modal usaha (Resu, Tenaga Teinis Menteri Sosial). Besarnya insentif pun disesuaikan dengan kadar dan resiko usahanya, Besarnya bantuan sosial mudal usaha ini sekitar 5 Juta rupiah, dengan rincian\; 3,5 juta rupiah untuk modal usaha dan 1,5 juta rupiah untuk operasional.

c. Model Bisnis

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial telah memperkenalkan tiga tipe model bisnis dalam kewirausahaan sosial, yaitu; 1). Model pembibitan, 2). Model mentoring dan, 3). Model Inkubasi. Menurut Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Model pembibitan diterapkan pada Wirausaha Pemula atau yang baru memulai usaha dengan cara melakukan bimbingan teknis bisnis. Dalam model ini, KPM selain diberikan bimbingan teknis oleh para ahli di bidangnya, KPM juga akan

Page 80: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

7170 80

mendapatkan bantuan sosial modal usaha dan pendampingan. Sedangkan model Mentoring diberikan kepada wirausaha yang telah memiliki rintisan usaha dengan modal dan omsetnya yang masih relative kecil. Dalam model ini, KPM akan diberiak mentoring bisnis selain bantuan sosial modal usaha dan pendampingan. Mdntor bisnis pada model ini adalah pengusaha kecil yang sukses dan memiliki semangat dan kemampuan untuk membagikan pengalamannya kepada wirausha lainnya. Untuk Model Inkubasi (bisnis), diterapkan pada wirausaha maju yang memiliki modal dan omset yang relative besar. Inti dari model inkubasi bisnis ini adalah bahwa KPM nantinya akan dihubungkan dengan perusahaan yang lebih besar dan sanggup membantu pengusaha kecil terutama dalam pengembangan dan penyerapan produksi hingga pemsarannya.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa informan yang dikunjungi telah memiliki rintisan usaha, dalam skala yang berbeda tentunya. Model mentoring boleh jadi bisa diterapkan di wirausaha di Kabupaten Subang, mengingat sebagian besar informan yang diwawncarai adalah para wirausaha dengan berbagai bidang usaha, akan sangat bagus jika mendapatkan pendampingan usaha dalam bentuk mentoring bisnis. Wirausaha ini mislanya Ibu Amih, Ibu Kokom, Ibu Puput. Sedangkan untuk Ibu Nuning, Ibu Rosyidah dan Ibu Aas, akan lebih tepat jika diterapkaj Model inkubasi plus peningkatan orientasi bisnis. Satu catatan penerapan Model pembibitan namoaknya lebih tepat jika diterapkan bagi para calon-calon wirausaha di Kecamatan Cijambe dimana mereka menyatakan mendambakan bimbingan usaha (pemerintah). Para calon wirausaha-wirausaha ini terlihat begitu bersemangat menunjukkan potensi bisnis yang mereka miliki, pada saat FGD berlangsung.

Para calon wirausaha ini seakan berbondong-bondong unttuk hadir dalam acara FGD, walaupun ada sebagain dari mereka sebenarnya tidak diundang. Namun, sebelum FGD dimulai, para calon wirausaha ini memohon ijin untuk mengikuti FGD sambil meminta kesempatan untuk memperkenalkan produk-produknya. Beberapa contoh produk yang dibawa oleh para calon wirausaha ini seperti diantaranya; rangginang, ranggining, kerupuk opak, keripikik singkong, baso, kerupuk tulang

Page 81: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

737281

ikan, kerupuk gadung, ikan goreng kecil (benteur), kue-kue basah dan lain-lain.

B. DAMPAK KRISIS COVID-19 TERHADAP MASYARAKAT

Sementara jarak fisik, isolasi mandiri, dan kepadatan penduduk yang lebih rendah sebenarnya menguntungkan daerah dalam hal dampak langsung COVID-19, tetapi karena penularan telah menyebar ke daerah, maka daerah juga terpukul.

Tantangan dalam mengakses pelayanan kesehatan dan informasi kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat miskin dalam waktu normal semakin meningkat. Mereka yang memiliki kondisi kesehatan lebih mungkin untuk terinfeksi dan dipengaruhi oleh coronavirus, membuat masyarakat menjadi rentan - yang memiliki tingkat kondisi kronis yang lebih tinggi serta pola makan yang kurang beragam yang merusak kekebalan tubuh terhadap penyakit.

Kegiatan ekonomi, baik dalam wiraswasta atau wirausaha atau pekerja upahan, pada dasarnya bersifat informal. KPM PKG Graduasi, sebagian besar pekerja-mandiri adalah informal. Pekerja sebagian besar dikecualikan dari perlindungan sosial terkait pekerjaan, apalagi asuransi sosial atau jaminan kerja. Pekerja harian lepas adalah yang termiskin dari yang miskin, dan mereka menjadi yang paling terpukul ketika kehilangan pekerjaan dan pendapatan.

Banyak penduduk miskin, termasuk mereka yang memiliki dan tanpa aset produktif, bergantung pada matapencaharian bergerak dan pada pekerjaan musiman serta pekerja migran, termasuk remitan. Lockdown membatasi pergerakan penduduk pedesaan dalam kaitannya dengan pekerjaan dan juga kepulangan ke rumah (pulang kampung), kadang-kadang membuat mereka terlantar dan dikucilkan dari dukungan keluarga. Masyarakat miskin memiliki sedikit atau tidak ada bantalan untuk mengelola atau mengatasi krisis ini. Masyarakat miskin di pedesaan biasanya menghadapi kegagalan pasar berganda dan tidak memiliki akses kepada asuransi formal, dan mekanisme manajemen kredit dan risiko. Masyarakat miskin pedesaan biasanya menghadapi kesulitan dalam mengakses likuiditas, yang diperburuk oleh hilangnya kesempatan kerja upahan dan penutupan pasar informal di mana mereka

Page 82: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

7372 82

menjual produksinya. Guncangan pendapatan berdampak negatif pada ketahanan pangan dan gizi bagi yang paling miskin; ketika pendapatan turun dan harga pangan meningkat, rumahtangga miskin mengurangi keragaman makanan sebagai strategi untuk mempertahankan makanan pokok yang lebih murah. Mereka yang konsumsi makanannya sudah rendah lebih menguranginya sehingga bisa kekurangan gizi. Sifat pekerjaan informal, kurangnya pelayanan kesehatan dan sanitasi yang layak, kesenjangan digital dan kurangnya jenis-jenis jaring pengaman atau bantalan membuat lebih sulit bagi penduduk pedesaan untuk mengikuti langkah-langkah penahanan dan untuk menangani konsekuensi ekonomi mereka.

Perempuan menanggung beban yang tidak proporsional dari krisis COVID-19, tidak hanya sebagai pencari kerja di samping suami, tetapi juga dari beban perawatan anak-anak yang sedang mengikuti online learning dan anggota keluarganya yang sakit, dan berkurangnya peluang ekonomi.

C. MODEL KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

Kewirausahaan sosial adalah tentang bagaimana menerapkan pendekatan yang praktis, inovatif, dan berkelanjutan untuk memberikan dampak positif pada masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi bawah dan yang terpinggirkan. Kewirausahaan sosial biasanya bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi atau sosial. Enam lokasi penelitian yang memperlihatkan bahwa pada KPM PKH graduasi beberapa orang sudah melakukan kewirausahaan sosial meskipun masih terbatas, bahkan ada beberapa yang sudah memberdayakan KPM PKH yang lain meskipun jumlahnya masih sangat kecil.

KPM PKH Graduasi Mandiri merupakan peserta PKH yang sudah meningkat status ekonomi dan kesejahteraannya sehingga secara sadar dan sukarela keluar dari kepesertaannya di program keluarga harapan (PKH). Berbagai macam motivasi dari KPM PKH yang bisa dijadikan pelajaran bahwa mereka mempunyai kesadaran tentang dirinya mempunyai kemampuan dan bisa melihat posisi lebih dari orang yang bukan anggota PKH. Sehingga dengan posisi lebih ini menjadi malu ketika terus mendapatkan bantuan.

Page 83: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

757483

Pembinaan kewirausahaan sosial ini mestinya ditumbuhkan ketika masih menjadi KPM PKH, sehingga akan mempunyai target berapa tahun akan graduasi. Keberlanjutan program untuk menumbuhkan kewirausahaan sosial diharapkan berdampak pada penambahan jumlah graduasi. KPM PKH yang telah dibina menjadi wirausaha sosial sebaiknya mulai diarahkan agar berdampak pada KPM yang masih aktiv ataupun yang tidak mampu di lingkungan terdekatnya.

1. Penciptaan Nilai Sosial

Wirausaha sosial berbeda dengan usaha yang biasa dengan satu ciri utama, yakni menaruh kepedulian pada upaya membantu kesejahteraan pihak lain daripada kesejahteraan diri sendiri. Membantu KPM PKH Graduasi dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pihak yang dibantu oleh Wirausaha sosial ialah golongan yang kurang beruntung atau lebih miskin di kalangan masyarakat.

Value adalah sejauh mana pelanggan merasa suatu barang atau jasa telah memenuhi keinginan atau kebutuhannya, yang diukur dengan kesediaan pelanggan untuk membayar barang atau jasa tersebut.Ukuran ini biasanya lebih tergantung pada persepsi pelanggan tentang nilai produk dari pada nilai intrinsiknya. Pengertian value creation atau penciptaan nilai sendiri adalah proses penciptaan nilai yang dilakukan perusahaan secara efisien untuk menghasilkan keuntungan.Value (untuk selanjutnya disebut nilai) diciptakan melalui suatukegiatan/ aktivitas, misalnya memotong pohon kemudian menjadikannya kayu, atau kreativitas, misalnya membuat sebuah logo atau menulis karya ilmiah. Tentu saja tidak semua kegiatan menciptakan nilai, misalnya memindahkan batu dari satu tempat ke tempat ain. Penciptaan nilai adalah aktivitas inti perusahaan. Penciptaan nilai yang unggul akan membuka peluang untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.

Kewirausahaan sosial memainkan peran agen perubahan di sektor sosial dengan mengadopsi misi untuk menciptakan nilai sosial, mengakui dan tanpa henti mengejar peluang baru untuk melayani misi tersebut, terlibat dalam proses inovasi berkelanjutan, adaptasi dan pembelajar, berani bertindak tanpa dibatasi oleh sumber daya yang ada

Page 84: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

7574 84

saat ini, dan menunjukkan rasa pertanggungjawaban yang meningkat terhadap konstituen yang dilayani dan untuk hasil yang tercipta.

2. Inovasi

Inovasi sosial adalah jantung dari bisnis sosial. Begitu yang kerap kita dengar dari para pakar. Namun, ketika kemudian kita bertanya lebih jauh tentang apa arti inovasi sosial, pengertiannya begitu beragam. Membangun ekonomi KPM PKH yang inovatif.

COVID-19 (coronavirus) mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan memperlambat perekonomian global. Pandemi ini menyerang lebih dari 20 juta orang termasuk di dalamnya mereka yang mengalami sakit dan lebih dari 770 ribu orang meninggal di seluruh dunia karena penyebaran penyakit ini. Dampak krisis COVID-19 dirasakan juga oleh masyarakat kabupaten Kabupaten Garut, termasuk komunitas pedesaan di mana Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM-PKH) berada, termasuk mereka yang telah lepas dari PKH (KPM-PKH Graduasi). Karena global supply chain terputus oleh krisis ini, kegiatan produksi barang yang mengandalkan pada global supply chain terputus, misalnya Pabrik Kecap Cap Kunci yang mengandalkan pada kedelai impor dari China.

Penduduk pedesaan yang memproduksi barang yang mengandalkan bahan baku lokal (pertanian dan kehutanan) yang masih bisa bertahan, dan menjual hasil produknya kepada konsumen dan pasar lokal. Jenis-jenis kegiatan ekonomi komunitas pedesaan, termasuk KPM-PKH dan KPM-PKH Graduasi serta anggota KUBE, yang masih bertahan antara lain: Ranginang, Sangkar Bambu, Bibit Sayur, Kulit Lumpia, Helm Bambu. Tantangan yang dihadapi adalah menurunnya pemintaan pasar akibat pandemi COVID-19, dan kualitas barang yang dihasilkan. Kegiatan food processing dari bahan pertanian lokal nampaknya lebih bertahan untuk tetap berproduksi dalam situasi krisis COVID-19 daripada produksi yang menggantungkan bahan baku impor yang mengandalkan pada global supply chain.

Kewirausahaan sosial ternyata telah menjadi bagian dari kamus sehari-hari, dan menggambarkan pekerjaan dan struktur komunitas, kesukarelaan, gotong-royong, dan instansi pemerintah terkait serta

Page 85: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

777685

swasta (pasar dan pedagang), yang bekerja untuk memecahkan isu-isu sosial. Kewirausahaan sosial nampaknya telah menjadi sebuah solusi baru untuk masalah sosial dengan lebih efektif, efisien, atau solusi yang nilainya diciptakan untuk komunitas secara keseluruhan daripada individu pribadi. Tidak seperti inovasi bisnis yang dikemudikan oleh pasar dan kebutuhan konsumen, inovasi sosial dan kewirausahaan sosial fokus pada budaya, bercita-cita untuk memenuhi kebutuhan manusia dan sosial yang belum terpenuhi.

Bertentangan dengan kepercayaan tradisional tentang wirausaha sosial atau kewirausahawan sosial sebagai lembaga soliter, berinovasi dalam isolasi, pengalaman lapangan ini menunjukkan bahwa inovasi sosial tidak dilakukan secara terpisah oleh wirausahawan (KPM-PKH Graduasi) itu sendiri, melainkan dibentuk oleh berbagai organisasi dan lembaga yang mempengaruhi perkembangan di daerah ini untuk memenuhi kebutuhan sosial atau untuk mempromosikan pembangunan sosial (community builders). Atas dasar ini, social enterprises (kewirausaaan sosial sebagai cikal-bakal UKM dan Ko-operasi) dan social entrepreneurs (wirausaha sosial) berada dalam sistem inovasi sosial—komunitas dari para praktisi (Pendamping PKH) dan instansi pemerintah dan NGO yang secara bersama-sama mengurus atau menangani isu-isu sosial (Dinas Sosial), membantu untuk membangun komunitas dan inovasi.

Kewirausahaan sosial dan inovasi sosial semakin banyak dilakukan sebagai sebuah cara untuk mengatasi mekanisme berbasis-pasar yang mengatur organisasi nirlaba, dan investasi kembali dari keuntungan untuk mengirimkan outcome positif bagi komunitas atau kelompok pemangku kepentingan. Berbeda dengan for-profit-enterprises, wirausahawan sosial fokus pada "double bottom line”, yaitu motivasi untuk bekerja secara finansial dan sosial.

Namun, tampaknya ada beberapa pendapat yang menonjol tentang situasi apa saja yang mendorong kemunculannya. Pertama, inovasi sosial adalah produk atau proses yang muncul ketika pendekatan konvensional gagal menyelesaikan masalah, ketika terjadi perubahan di dalam sistem sosial, atau ketika terjadi perubahan kelembagaan. Kedua, inovasi sosial muncul terutama di dalam pemecahan masalah sosial dan

Page 86: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

7776 86

lingkungan yang disebabkan oleh kegagalan pasar. Ketiga, inovasi sosial muncul ketika teknologi dipergunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan kondisi ketidakpuasan masyarakat akibat penggunaan cara-cara konvensional.

Para pakar itu jelas mengaitkan kemunculan inovasi sosial dengan adanya masalah sosial dan lingkungan, kegagalan pasar, pemecahan masalah tersebut, perubahan sosial dan kelembagaan, proses dan produk, serta pemanfaatan teknologi. Tetapi, penjelasan situasional itu belumlah lengkap, karena baru menjelaskan kondisi-kondisi atau konteks yang melingkupi kemunculan inovasi sosial. Mengikuti pengertian inovasi yang banyak dianut oleh para pakar manajemen, ciri dari inovasi adalah baru dan lebih baik. Tetapi, yang dipandang sebagai yang lebih penting adalah ciri yang kedua. Inovasi sosial tujuannya adalah memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga yang dimaksud dengan lebih baik adalah kondisi masyarakat yang menjadi sasaran penerima manfaat inovasi itu.

Dengan kata lain, bukti dari sifat inovatif itu adalah kemampuan untuk menghasilkan dampak sosial positif yang lebih baik dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Dampak sosial positif itu ditandai dengan kualitas hidup, atau kesejahteraan, yang meningkat. Kalau kondisi yang berasal dari pendekatan tradisional itu tidak cukup baik, maka masyarakat juga penting untuk ‘putus hubungan’ dengan kondisi itu. Ketika delapan tahun lalu merumuskan inovasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan, Jason Saul mengusulkan hal yang sangat penting untuk dipegang erat. Inovasi itu perlu didesain untuk menguntungkan penerima manfaat serta inovatornya. Tetapi, penerima manfaat harus dibuktikan membaik kondisinya terlebih dahulu, baru kemudian keuntungan ekonomi bisa diperoleh inovatornya. Hal ini tampaknya juga disetujui oleh para pakar lainnya.

Dalam penjelasan ekosistem yang lebih luas, inovasi sosial itu melibatkan investor sosial (mereka yang memodali inovasi sosial), inovator sosial (pemilik ide, proses, atau produk inovatif), inovasi sosial, serta penerima manfaat. Mereka yang berinvestasi baik itu pemerintah, perusahaan, atau lembaga dan individu filantropi juga berhak atas keuntungan dari inovasi sosial tersebut, yang bisa berupa

Page 87: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

797887

keuntungan finansial, operasional, dan reputasional. Tetapi, para investor itu baru bisa menerima keuntungan reputasional, operasional, atau finansial (bila inovasi sosial itu berarti pemanfaatan mekanisme pasar untuk memecahkan masalah) setelah inovasi itu benar-benar menunjukkan manfaat buat masyarakat sasaran.

Inovasi sosial itu bukanlah sekadar sebuah konsep yang ringan. Kalau selama ini apapun yang baru atau yang menggunakan teknologi mutakhir langsung dilabel ‘inovatif’, inovasi sosial butuh lebih banyak rambu-rambu. Rambu terpenting adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terukur, bukan sekadar kesan selintas atau data anekdotal. Kalau hal ini kita terima, maka para pebisnis sosial, yang merupakan pemanfaat utama inovasi sosial, harus bersedia untuk membuktikan hal tersebut, dengan data yang diproduksi sendiri, maupun dengan memersilakan pihak ketiga independen untuk mengukurnya.

3. Model Bisnis

Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi, sosial, ataupun bentuk-bentuk nilai lainnya.

a. Ketrampilan usaha

Seorang wirausaha membutuhkan banyak keterampilan untuk dapat menjalankan bisnis dengan sukses. Kemampuan yang baik dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dan membuktikan kemampuannya tersebut dalam menjalankan sebuah bisnis menunjukkan tingkat keterampilan yang diperoleh oleh seorang wirausaha. Keterampilan-keterampilan ini berbeda-beda antara satu bisnis dengan bisnis yang lain, karena setiap usaha memang berbeda. Tentu saja, setiap bisnis akan membutuhkan beberapa pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperlukan untuk bisnis itu sendiri. Meskipun demikian, terdapat keterampilan-keterampilan umum dan pengetahuan yang bersifat umum bagi kebanyakan bisnis.

Page 88: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

7978 88

b. Kesempatan Usaha

Peluang usaha adalah sebuah kesempatan yang akan didapatkan oleh orang demi mendapatkan tujuan dengan cara melakukan sebuah usaha yang akan memanfaatkan berbagai macam sumber daya yang akan dimiliki. Dalam hal ini peluang usaha menjadi hal yang akan paling penting untuk dilakukan sebelum membuka sebuah bisnis. Peluang usaha adalah sebuah kesempatan untuk menjalankan sebuah kegiatan bisnis untuk mendapatkan keuntungan dengan cara strategi yang telah ditetapkan. Kesempatan usaha yang terbuka lebar ini tidak boleh dilewatkan oleh mereka yang memiliki jiwa berwirausaha. Seorang pengusaha baik pengusaha muda ataupun pengusaha yang sudah lama berkecimpung dalam dunia bisnis ketika ia akan memanfaatkan peluang usaha yang ada pada waktu tertentu seorang pengusaha itu harus memiliki sikap dan mental yang percaya diri. Perlu pemikiran yang matang bagi seorang mengusaha agar usahanya dapat berjalan dengan tetap sasaran.

Dalam menilai sebuah peluang usaha, apakah cocok dengan keadaan kita atau tidak, tentu kita harus memperhatikan berbagai faktor: Pertama, Faktor internal ini bersumber dari individu itu sendiri misalnya bakat dan minat yang dimiliki oleh seseorang. Ketika Anda memanfaatkan peluang usaha maka Anda harus memperhatikan faktor internal yang Anda miliki. Apakah Anda memiliki bakat dan minat untuk menjalankan kegiatan usaha yant telah Anda pilih. Kedua, Faktor eksternal ini datang dari luar diri Anda misalnya lingkungan sekitar Anda. Ketika Anda akan memanfaatkan peluang usaha maka Anda harus memiliki daya analisa yang tinggi dalam memanfaatkan peluang usaha. Seorang pengusaha yang cerdas adalah ia mampu melakukan inovasi dan kreativitas untuk kegiatan usahanya.

c. Orientasi Pemasaran

Orientasi pasar (market orientation) adalah suatu pandangan, perspektif atau budaya yang terlihat dari proses dan aktivitas perusahaan dalam menciptakan nilai tertinggi bagi kebutuhan dan keinginan pelanggan sebagai inti dari proses pemasaran, yaitu fokus pada kepuasan konsumen.

Page 89: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

818089

d. Networking

Sebagai seorang pebisnis sejati sudah semestinya memahami bahwa networking merupakan hal yang sangat penting untuk terus dikembangkan. Karena dengan networking yang luas dapat membuat kegiatan bisnis menjadi semakin mudah. Menurut para pakar bisnis, networking memegang peranan yang sangat vital, bahkan mencapai skor persentase diatas 60 persen. Pada kenyataan di lapangan memang seperti itu, banyak bukti yang bisa kita pelajari. Banyak contoh dimana semakin besar sebuah bisnis maka semakin besar pula network mereka. Dengan demikian, Jika Anda merupakan seorang pebisnis sejati, tentu mengerti bahwa agar usaha pencapaian target dapat terwujud maka networking sangat diperlukan.

Seperti yang kita ketahui dari beberapa alasan diatas. Secara garis besar, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, dengan networking atau partner bisnis dapat membuat bisnis Anda menjadi lebih cepat berkembang. Segala macam keperluan dalam bisnis bisa terselesaikan dengan bantuan network yang baik. Mungkin jika kita ambil contoh secara sederhana, networking bisa di ibaratkan seperti sebuah teamwork. Bekerja sama mencapai tujuan bisnis berdasarkan apa yang menjadi target dalam bisnis. Anda bisa meminta bantuan kepada partner Anda, nah secara tidak langsung Anda juga membantu perkembangan bisnis partner Anda tersebut.

Dari sini timbul usaha untuk saling menguntungkan antara satu dan yang lainnya. Kegiatan semacam ini sering terjadi, seperti contoh kolaborasi yang dijelaskan pada poin pertama diatas.Tak peduli berapapun skala bisnis yang sedang dijalankan, jika memang diperlukan, cari cara terbaik untuk memperbanyak networking. Terutama mencari partner bisnis yang sama – sama memiliki satu visi dan bisa saling menguntungkan antara satu dan yang lainnya. Memang networking sering dicap langsung untuk bisnis berbentuk MLM. Akan tetapi, pada kenyataannya penerapan networking tidaklah seperti itu. Networking bisa diterapkan di berbagai aspek bisnis. Untuk memperluas pengetahuan kita, kita bisa mencari artikel dan contoh tentang kolaborasi dan partnership antar bisnis. Dari bacaan yang tersebut, kita

Page 90: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

8180 90

bisa mengambil beberapa pelajaran penting untuk diterapkan dalam bisnis yang sedang dijalankan. 4. Transformasi

Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan gagasan baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orang-orang yang sungguh-sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka berhasil menyebarkan gagasannya sejauh mereka mampu. Melepaskan ketergantungan pada bantuan PKH untuk menjamin keberlangsungan kegiatan sosial dengan kewirausahaan sosial.

Menjadi seorang pengusaha sosial yang sukses dan berkelanjutan, kiranya harus memiliki tiga bekal kemampuan dasar, yaitu ide, personal, dan institusional. Pertama, ide yang mengilhami arah atau model usaha sosial tersebut harus bisa direalisasikan ke dalam sebuah inovasi yang bertujuan untuk menjawab pemasalahan sosial yang ada. Sehingga dampak yang timbul dari usaha tersebut juga akan menyasar pada perubahan kondisi sosial yang lebih baik bagi masyarakat.

Kedua, oleh karena bekal ide menjadi penting di dalam berwirausaha sosial, maka dibutuhkan kepekaan dan kemampuan personal di dalam mengidentifikasi masalah, potensi, dan peluang yang ada. Sehingga pengusaha sosial milenial harus memiliki kreatifitas yang tinggi di dalam memanfaatkan potensi dan peluang yang ada agar masalah tersebut dapat diatasi. Ketika kreatifitas ini digunakan secara baik, maka pengusaha sosial milenial dapat dikatakan memiliki kemampuan yang unggul untuk berwirausaha.

Ketiga, bekal institusional merujuk pada bagaimana pengusaha sosial milenial mampu untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan dapat menggerakkan masyarakat yang menjadi sasaran misi sosial dari berwirausaha. Tidak hanya itu, pengusaha sosial milenial juga harus mampu mengelola usahanya agar menjadi efektif dan efisien di tengah-tengah kompetisi pasar. Dalam hal ini, pengusaha sosial harus mampu membangun partnership atau kerja sama dengan pihak lain (baik sektor swasta, pemerintah, maupun organisasi

Page 91: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

838291

kemasyarakatan), agar usahanya menjadi maju dan berkembang. Oleh karenanya, pemanfaatan teknologi digital menjadi penting untuk mendukung aspek institusional ini. Teknologi digital tersebut dapat dijadikan sebagai media manajerial, partnership, dan pemasaran.

5. Dampak Sosial

Dampak adalah ukuran dari hasil yang terlihat dan tak terlihat dari sebuah aktivitas/produk/jasa. Pada dasarnya, dalam mencari sebuah ide usaha sosial, dampak yang ingin diciptakan merupakan titik awal untuk membangun usaha sosial. Anda tentu menyadari bahwa ada sebuah permasalahan sosial di masyarakat. Lalu, ada peluang usaha untuk menciptakan dampak sosial dan sekaligus keuntungan finansial. Dampak yang diciptakan bergantung dari jenis usaha sosial Anda. Penting bagi Anda untuk memahami dampak positif apa saja yang bisa diciptakan, sebelum memutuskan untuk merealisasikan ide. Berikut akan dipaparkan 6 jenis dampak positif yang bisa Anda ciptakan melalui usaha sosial. a. Penciptaan lapangan usaha

Nilai utama dari social entrepreneurship sangat jelas yaitu penciptaan pekerjaan penciptaan lapangan kerja. Social enterprises menyediakan kesempatan kerja dan pelatihan kerja untuk kelompok-kelompok masyarakat yang mengalami permalahan, seperti lama mengangur, tidak mampu bekerja, tunawisma, putus sekolah atau diskriminasi gender. Peningkatan jumlah usaha ini meningkatkan jumlah produksi. Revitalisai ini juga berdampak pada peningkatan produktivitas, wanita pengangguran yang semula merupakan sumber daya yang tidak produtif menjadi sumber daya produktif karena keahliannya dimanfaatkan pada pekerjaan yang tepat.

Kewirausahaan sosial menitikberatkan usahanya sejak awal dengan melibatkan masyarakat dengan memberdayakan masyarakat kurang mampu secara finansial maupun keterampilan untuk secara bersama-sama menggerakkan usahanya agar menghasilkan keuntungan, dan kemudian hasil usaha atau keuntungannya dikembalikan kembali ke masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya. Melalui metode tersebut, kewirausahaan sosial bukan hanya mampu menciptakan

Page 92: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

8382 92

banyak lapangan kerja, tetapi juga menciptakan multiplier effect untuk menggerakkan roda perekonomian, dan menciptakan kesejahteraan sosial.

b. Peningkatan pendapatan

Kewirausahaan adalah cara berpikir, cara menelaah, dan cara bertindak yang mengacu pada peluang dalam bisnis. Didalam kewirausahaan terdapat tuntutan untuk mengambil resiko pada setiap keputusan yang diambil.. kewirausahaan mencakup proses kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan suatu peluang pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

c. Kohesi sosial

Secara etimologi kohesi merupakan kemampuan suatu kelompok untuk menyatu, dan kohesi sosial merupakan hasil dari hubungan undividu dan lembaga. Pengertian mengenai konsep kohesi sosial yang asli sendiri berasal dari tesis Emile Durkheim. Menurutnya terdapat solidaritas mekanik yang diindikasikan dengan adanya aktor yang kuat dalam masyarakat, lalu terdapat solidaritas organik yang diindikasikan dengan saling bergantungnya individu maka akan terbentuk suatu kohesi sosial dengan sendirinya. Definisi lainnya didasarkan kepada keterikatan masyarakat yang terbentuk dengan sendirinya dan bukan hasil dari pemahaman untuk mencapai kohesi sosial. Lalu terdapat definisi yang didasari oleh persamaan nilai dan rasa memiliki, menjelaskan bahwa kohesi sosial tercipta karena persamaan nilai, persamaan tantangan dan kesempatan yang setara didasari oleh harapan dan kepercayaan. Pengertian atau definisi yang terakhir didasari oleh kemampuan untuk bekerja bersama dalam suatu entitas yang akan menghasilkan kohesi sosial.

d. Ekonomi Inklusi

Kewirausahaan Sosial (Social Enterprise) adalah pemicu pertumbuhan inklusif dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, hal tersebut perlu didukung melalui langkah-langkah pembangunan ekosistem dan peningkatan akses terhadap modal dan peluang bagi

Page 93: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

858493

pengusaha. Dengan menangani kebutuhan investasi dari sektor-sektor dampak, pemangku kepentingan akan dapat mendukung pesatnya pertumbuhan kewirausahaan sosial dan membantu mempromosikan pembangunan di seluruh Indonesia. Dengan mendorong kemitraan bertujuan untuk memaksimalkan kehadiran perusahaan sosial demi kebaikan daerah melalui pengembangan ekosistem kewirausahaan sosial.

D. IMPLIKASI KEBIJAKAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

Tindakan publik perlu mengenali lebih dulu tentang kemungkinan bias perkotaan dalam perencanaan dan tanggapan terhadap pandemi COVID-19 dan memperhatikan perkembangan dan potensi dampak COVID-19 di daerah pedesaan. Kebijakan perlu mempertimbangkan kendala yang dihadapi daerah pedesaan dalam hal pengendalian dan tanggapan terhadap dampak langsung dan tidak langsung dari COVID-19 dan langkah-langkah penahanan yang menyertainya. Sementara memenuhi kebutuhan mendesak adalah prioritas pertama, perencanaan promosi proses pemulihan ekonomi inklusif juga perlu dimulai. Perlindungan sosial adalah intervensi yang paling dibutuhkan. Sistem perlindungan sosial, perlu diperluas sebagai tanggapan terhadap COVID-19 untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian serta memastikan akses berkelanjutan kepada pangan dan ketahanan sistem pangan.

Fokus aksi publik seharusnya kepada yang paling rentan – komunitas adat terpencil, penduduk marjinal dan rentan, orang lanjut usia, perempuan dan anak-anak - dan yang termiskin dari yang miskin, khususnya mereka yang bergantung pada buruh harian lepas, migrasi musiman atau mata pencaharian berpindah-pindah, yang memiliki akses tidak memadai ke aset produktif, dan yang tanpa tabungan dan dengan sedikit jalan keluar ke asuransi atau sumber pendapatan alternatif. Mata pencaharian membutuhkan dukungan melalui program pekerjaan darurat dan menjaga agar sistem pangan dan ekonomi pedesaan tetap bergerak, terutama segmen yang didorong oleh produsen kecil informal, penyedia pelayanan, lembaga pedesaan, dan peserta rantai nilai (value chain).

Page 94: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

8584 94

Baik dalam jangka-pendek maupun jangka-panjang, melindungi dan mendukung mata pencaharian membutuhkan kombinasi intervensi perlindungan sosial untuk melindungi pendapatan, menyediakan likuiditas dan mencegah strategi penanggulangan negatif, dan langkah-langkah untuk mendukung produksi dan akses kepada pekerjaan (seperti pekerjaan umum) di seluruh sistem pertanian pangan. Pendekatan ini dapat memberikan stimulus yang tepat di sisi penawaran, sekaligus menghindari ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi. Dalam proses pemulihan jangka-menengah hingga jangka-panjang, fokusnya perlu diarahkan pada pemeliharaan dan penguatan sistem pangan lokal dan inklusif untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Intervensi harus secara eksplisit mengenali kendala khusus yang dihadapi oleh perempuan dan peran mereka dalam sistem pangan sebagai pelaku utama dalam menjaga ketahanan pangan rumah tangga, produsen pangan, manajer pertanian, pengolah, pedagang, pekerja upahan dan pengusaha, memastikan bahwa kebutuhan mereka yang memadai bisa ditangani.

Kewirausahaan berbasis-komunitas dianggap sebagai instrumen penting untuk mewujudkan potensi komunitas marjinal dan terpinggirkan yang terisolasi dari arusutama ekonomi dan penting dalam membawa peningkatan sosial. Nilai-nilai budaya, sumber daya bersama, hubungan, dan rasa saling percaya bekerja untuk komunitas, dipupuk melalui hubungan pribadi yang erat untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan kewirausahaan yang menciptakan barang publik lokal bagi sebuah komunitas memiliki keunggulan komparatif atas kegiatan yang berorientasi pasar absolut. Hasil penelitian ini mencoba mengikuti metode studi kasus untuk menganalisis kewirausahaan berbasis-komunitas pada komunitas marjinal. Banyak pekerja wiraswasta dan usaha kecil di pusat kota dan kecamatan dalam masyarakat menunjukkan bahwa mereka cenderung memiliki kecenderungan besar untuk berwirausaha. Pemerintah perlu memperkenalkan kebijakan dengan langkah-langkah implikatif untuk dukungan finansial dan teknis untuk kegiatan kewirausahaan ini.

Page 95: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

8786 96

PENUTUP A. KESIMPULAN

Kewirausahaan sosial diharapkan dapat memberikan jalan bagi

sektor ekonomi yang inklusif penerima program PKH Graduasi untuk mengatasi permasalahan sosial di mana bentuk usahanya berdasarkan pada kegiatan pemberdayaan masyarakat bagi mereka yang sudah mempunyai rinisan usaha. Hal ini menjadi mungkin karena kewirausahaan sosial dapat menyerap tenaga kerja yang disertai dengan peningkatan keahlian dalam berwirausaha. Pemanfaatan teknologi digital dalam berwirausaha yang semakin menghasilkan lebih banyak pengusaha sosial dengan beragam ide usaha yang modern diharapkan menjadi faktor penting dalam menjalankan dimasa sekarang. Perjalanan KPM PKH Graduasi sampai menjadi wirausaha sosial pada umumnya telah dirintis beberapa tahun sebelum KPM yang bersangkutan mengajukan penghentian program atau graduasi. Dalam proses perjalanan rintisan usahanya mereka banyak mengalami pasang surut/jatuh bangun karena berbagai factor baik menyangkut keterampilan, manajemen usaha maupun permodalan. Terjadinya wabah pandemi covid-19 sejak awal 2020 hingga saat ini juga sangat dirasakan oleh sebagian besar KPM PKH Graduasi yang sedang menjalankan rintisan usaha karena tidak bisa menjalankan roda usaha sebagaimana

B a b

5

Page 96: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

898898

melibatkan kepada tetangganya dalam menjalankan usahanya. Selain keterlibatan sebagai karyawan, juga melibatkan sebagai mitra dalam pemasarannya. Ini menunjukan bahwa ada penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan.

Kewirausahaan sosial diharapkan dapat memberikan jalan bagi sektor ekonomi yang inklusif penerima program PKH Graduasi untuk mengatasi permasalahan sosial di mana bentuk usahanya berdasarkan pada kegiatan pemberdayaan masyarakat bagi mereka yang sudah mempunyai rinisan usaha. Hal ini menjadi mungkin karena kewirausahaan sosial dapat menyerap tenaga kerja yang disertai dengan peningkatan keahlian dalam berwirausaha. Pemanfaatan teknologi digital dalam berwirausaha yang semakin menghasilkan lebih banyak pengusaha sosial dengan beragam ide usaha yang modern diharapkan menjadi faktor penting dalam menjalankan dimasa sekarang. Model pemberdayaan kewirausahaan yang berjalan pada umumnya masih sangat tradisional naluriah dalam arti menjalankan aktivitas usaha sesuai kemampuan yang dapat dijalankan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saat ini tampak mulai dirintis mengadopsi dan mengadaptasi sistem QUANGO’s pada program kewirausahaan sosial. (QUANGO’s nopo jelase mas..?) Manajemen Usaha yang dilakukan KPM PKH pada umumnya masih mengandalkan ingatan dan bercampur dengan manajemen rumah tangga. Inovasi dalam berbagai hal kini mulai menjadi fokus dalam mengembangkan kewirausahaan sosial yang bisa dilakukan dalam suatu komunitas, karena pada dasarnya Kewirausahaan Sosial sudah dipraktekkan sehari-hari dan sudah menjadi jiwa orang Indonesia. Dinas Sosial bekerjasama dengan institusi terkait di pemerintahan kabupaten/kota telah mulai melakukan upaya mencari model pemberdayaan kewirausahaan social yang sesuai dengan karaktaristik maupun potensi daerah.

Page 97: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

8988 99

B. REKOMENDASI Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berdasarkan kelebihan dan

kekurangan dari perjalanan bisnis KPM PKH direkomendasikan hal berikut:

1. Menormalisasi kegiatan usaha yang dilakukan KPM PKH Graduasi

yang terdampak pandemic Covid saat ini, Pemerintah dan NGO diharapkan dapat membantu membangkitkan kembali perjalanan usaha mereka melalui permodalan dan pengembangan kapasitas usaha melalui pelatihan keterampilan manajemen usaha.

2. Pemerintah terkait baik pusat maupun daerah menerbitkan kebijakan yang dapat membangun Sistem Pemasaran yang berpihak pada KPM PKH Graduasi untuk memanfaatkan produk mereka. Hal ini bisa dimulai dalam setiap kegiatan dengan memakai produk usaha KPM PKH Graduasi.

3. Kerjasama lintas sektor, sehingga pengembangan usaha tidak semua dari Kementerian Sosial perlu keterlibatan pihak lain dan adanya keterpaduan data, sehingga masing-masing sektor akan menjalankan sesuai dengan peran dan fungsinya. Pihak terkait tersebut antara lain Lembaga keuangan, BumDes, Kementerian Koperasi, Kementerian Perindustrian, Badan POM, dll.

4. Kementerian Sosial sebaiknya bermitra dengan lembaga yang sudah berpengalaman dalam pemberdayaan sosial masyarakat skala lebih masif secara akuntabel dan profesional. Misalnya; PNM (Mekar dan Mekar syariah untuk KPM yang sedang merintis usaha, ULAMM maupun ULAMM Syariah bagi wirausaha yang relatif sudah berkembang, ORANGE UNPAD dan lain sebagainya.

5. Adanya pendampingan usaha untuk membangkitkan Inovasi dalam mengembangkan Kewirausahaan Sosial. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial dan pemerintah daerah perlu menetapkan Pendamping program kewirausahaan social yang kompeten dan sekaligus yang mempunyai pengalaman menjalankan usaha.

6. KPM PKH Graduasi perlu diberikan ketrampilan manajemen usaha terutama dalam pencatatan keuangan.

Page 98: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9190100

DAFTAR PUSTAKA Adi, I. R. (2005, Juni). Kemiskinan Multi Dimensi. Makara Sosial

Humaniora, 9, 27-33. Albinsaid, G. (2018). Era Baru Wirausaaha Sosial. Jakarta: CV.

Indonesia Medika. Alston, M., & Wndy Bowles. (1998). Research For Social Workers: An

Introduction to Methods. Australia: Allen and Unwin. Badan Pusat Statistik. (2019). Profil Kemiskinan di Indonesia. BPS.

Jakarta: Berita Resmi Statistik. Bloor, M., & Fiona Wood. (2006). Keywords in Qualitative Methods.

London: Sage Publication. Bryman, A. (208). Social Research Methods. United Kingdom:

OXFORD University Press. Creswell, J. W. (1994). Researh Design Qualitative & Quantitative

Approaches. Thousand Oaks London New Delhi: International Educational and Profesional Publisher.

DPR RI. (2019). Graduasi KPM Indikator Keberhasilan Program PKH. Jakarta. Diambil kembali dari http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/27094/t/Graduasi+KPM+Indikator+Keberhasilan+Program+PKH

Firdaus, N. (2014). Pengentasan Kemiskinan Melalui Kewirausahaan Sosial. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 22, 55 - 67.

Hulgars, L. (2010). Discourses of Social Entrepreunership - Variations of the same theme? Denmark: EMES European Research Network.

Kementerian Sosial RI. (2018). Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No 1 tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan. Jakarta.

Krefting, L. (1991). Rigor in Qualitative Research: The Assessment of Trustworthiness. The American Journal of Ocupational Therapy, 45, 214-222.

Page 99: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9190 101

Masturin. (2015). Model Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Social Intrepreneurship. INFERENSI Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 9, 159-182.

Maulinda, K. (2018). Proses Pengembangan Sosial Entreprise Agriculture : Studi Biografi Pada Agradaya. Jurnal Studi Pemuda, 7, 133-146.

Moleong, L. J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Neuman, W. L. (2006). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Boston: Allyn and Bacon.

Ostewalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Busines Model Generation. United States of America: John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Rubin, A., & Earl Babby. (2007). Research Methods for Social Work. Brooks/Cole.

Stringer, E. T. (1999). Action Research. Sage Publication. Yunus, M. (2011). BISNIS SOSIAL Sistem Kapitalisme Baru yang

Memihak Kaum Miskin. (A. T. Kantjono, Penerj.) Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 100: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9392

102

INDEKS

103

BIODATA PENULIS Hari Harjanto Setiawan. Lahir di Klaten, pada tanggal 2 November 1973. Menamatkan pendidikan Sarjana pada tahun 1998 di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, tahun 2001 menamatkan pendidikan Magister di Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi dengan kekhususan Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan pendidikan Doktoral di Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Saat ini menjabat sebagai tenaga fungsional Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI. Kajian yang diminati adalah kajian tentang permasalahan sosial anak dan permasalahan sosial lainnya. Berbagai penelitian sudah pernah dilakukan dan diterbitkan dalam bentuk Buku maupun Jurnal Ilmiah. Pengalaman lainnya, sebagai dewan Redaksi Jurnal Sosiokonsepsia sampai sekarang. Badrun Susantyo. Lahir di SRAGEN, 20 AGUSTUS 1967, Saat ini menjabat sebagai Peneliti Madya Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI. Menempuh pendidikan Sarjana Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial, STKS Bandung, Tamat 199, Magister Penyuluhan Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (IPB dan Doktoral pada program studi Pembangunan Sosial/Pekerjaan Sosial, Universiti Sains Malaysia (USM) Penang, Malaysia. Memulai karier PNS di Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Maluku pada tahun 1994, Staf STKS Bandung (2000-2007) dan pada tahun 2007 menjadi Staf Puslitbangkesos.

Page 101: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9392

102

INDEKS

103

BIODATA PENULIS Hari Harjanto Setiawan. Lahir di Klaten, pada tanggal 2 November 1973. Menamatkan pendidikan Sarjana pada tahun 1998 di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, tahun 2001 menamatkan pendidikan Magister di Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi dengan kekhususan Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan pendidikan Doktoral di Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Saat ini menjabat sebagai tenaga fungsional Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI. Kajian yang diminati adalah kajian tentang permasalahan sosial anak dan permasalahan sosial lainnya. Berbagai penelitian sudah pernah dilakukan dan diterbitkan dalam bentuk Buku maupun Jurnal Ilmiah. Pengalaman lainnya, sebagai dewan Redaksi Jurnal Sosiokonsepsia sampai sekarang. Badrun Susantyo. Lahir di SRAGEN, 20 AGUSTUS 1967, Saat ini menjabat sebagai Peneliti Madya Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI. Menempuh pendidikan Sarjana Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial, STKS Bandung, Tamat 199, Magister Penyuluhan Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (IPB dan Doktoral pada program studi Pembangunan Sosial/Pekerjaan Sosial, Universiti Sains Malaysia (USM) Penang, Malaysia. Memulai karier PNS di Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Maluku pada tahun 1994, Staf STKS Bandung (2000-2007) dan pada tahun 2007 menjadi Staf Puslitbangkesos.

Page 102: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9594104

Agus Budi Purwanto. Lahir di lereng Gunung Lawu Magetan, Jawa Timur, 25 Agustus 1959. Pendidikan; tamat SDN tahun 1971 di Magetan, SLTP tahun 1974 di Magetan, SLTA tahun 1977 di Madiun dan Sarjana tahun 1986 di Universitas Negeri Jakarta. Pekerjaan; PNS Kementerian Sosial RI di lingkungan Balitbang tahun 1989 – sekarang, Jabatan; Peneliti di Puslitbang Kesos. Pengalaman kerja lainnya: Biro Riset PT. Unilever Surabaya (1981-1983), Penelitian Yang Diikuti (di lingkungan Puslitbang Kesos) antara lain; Pola Pembinaan Generasi Muda melalui Karang Taruna; Evaluasi Program Panti Social Bina Remaja (PSBR), Penyuluhan Social di Daerah Rawan Bencana, Dampak Social Permukiman Rumah Susun, Dampak Penutupan Lokalisasi Wanita Tuna Susila, Analisis Kebutuhan Pekerja Social di Pusat Pelayanan Korban Bencana, Faktor Penghambat Perkembangan Potensi Masyarakat Lokal di Daerah Miskin, Aksesibilitas Penderita Cacat pada Sarana Umum, Persepsi Anggota Legislatif Terhadap Pembangunan Kesos, Evaluasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Penelitian Laboratorium Kesejahteraan Sosial, Pemetaan Masalah dan Potensi Kesos di daerahTertinggal dan Perbatasan, dll. Muhammad Belanawane Sulubere. Lahir di Jakarta pada 8 Oktober 1983. Menamatkan Program Studi Sarjana Antropologi Sosial (S.Sos.) dari Universitas Indonesia (UI) pada 2008. Saat ini adalah Peneliti Pertama di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI. Pernah terlibat dalam penelitian lapangan mengenai politik identitas, konstruksi kekuasaan dalam komunitas, respons dan resiliensi keluarga migran di kawasan industri, identifikasi masalah-potensi dampak bencana banjir bandang Wasior di Papua Barat, evaluasi program bantuan sosial terhadap penyandang disabilitas berat di DI Yogyakarta, metode dan teknik pekerjaan sosial di Panti NAPZA Lembang-Jawa Barat, manajemen bencana berbasis komunitas di Sleman, DI

105

Yogyakarta, perlindungan sosial bagi pekerja migran, dan lain-lain. Memiliki minat penelitian pada kajian-kajian tentang berbagai bidang antropologi sosial, khususnya kajian studi pembangunan, kebencanaan, ekologi dan sumber daya alam, migrasi, dan politik-ekonomi kebijakan sosial. Membaca, jalanjalan, dan bermain sepak bola adalah hobinya. Del Firman, Lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Desember 1986. Menamatkan Pendidikan Tinggi sebagai Sarjana Sosiologi di Universitas Indonesia pada tahun 2010. Mengawali karir sebagai Peneliti di Perusahaan Swasta Nasional, yaitu Kompas Gramedia dan MRA Media Group, lalu bergabung sebagai Calon Peneliti pada Subbidang Penelitian dan Pengembangan Rehabilitasi Sosial, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badiklitpensos, Kementerian Sosial RI pada tahun 2019.

Page 103: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

9594 105

Yogyakarta, perlindungan sosial bagi pekerja migran, dan lain-lain. Memiliki minat penelitian pada kajian-kajian tentang berbagai bidang antropologi sosial, khususnya kajian studi pembangunan, kebencanaan, ekologi dan sumber daya alam, migrasi, dan politik-ekonomi kebijakan sosial. Membaca, jalanjalan, dan bermain sepak bola adalah hobinya. Del Firman, Lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Desember 1986. Menamatkan Pendidikan Tinggi sebagai Sarjana Sosiologi di Universitas Indonesia pada tahun 2010. Mengawali karir sebagai Peneliti di Perusahaan Swasta Nasional, yaitu Kompas Gramedia dan MRA Media Group, lalu bergabung sebagai Calon Peneliti pada Subbidang Penelitian dan Pengembangan Rehabilitasi Sosial, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badiklitpensos, Kementerian Sosial RI pada tahun 2019.

Page 104: Kesejahteraan Sosial KEWIRAUSAHAANpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/e4c182735158fb925b...2 KEWIRAUSAHAAN SOSIAL P e n e r i m a P r o g r a m K e l u a r g a H a r a p a n ( P

Related Documents