YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBahasan ekologi manusia tidak terlepas dari kajian ekosistem. Dalam proses ekosistem, manusia beradaptasi dengan semua bentuk lingkungan (LHA, LHB, dan LHS) sesuai dengan kondisi dimana ia berada. Dalam beradaptasi ini manusia mendayagunakan lingkungan untuk tetapsurvive.Kesimbangan ekologis terbentuk oleh adanya interaksi, keterjalinan dan interpendensi antara makhluk-makhluk hidup dan alam.alam menyediakan segala sesuatu yanng dibutuhkan oleh semua makhluk untuk dipergunakan demi kelestarian reproduksi kehidupan.Potensi sumber daya alam dieksploitasi dan dikonsumsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok hidupnya dengan menggunakan akal. Karena akal inilah manusia menjadi berbudaya. Dari kebudayaannya manusia berilmu pengetahuan, dan dengan ilmu pengetahuannya membuahkan teknologi. Kesatuan ilmu pengetahuan dan teknologi dikenal dengan istilah IPTEK.Sosok manusia menjaditema sentraldalam pemikiran ekologi manusia karena dialah sebagai makhluk yang terdominan dalam konteks memanfaatkan komponen alam dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan cenderung merusak lingkungan dan ekosistem alam ketika manusia tidak menyadari atau tidak mengerti tentang siapa dirinya dan kontribusi alam terhadap dirinya.Kesimbangan ekologi tercipta karena adanya faktor saling mempengaruhi antara makhluk hidup yang menckup makhluk hidup.Keseimbangan ekologi berdampak signifikan pada keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan ekologi?2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan daerah?3. Bagaimana perubahan ekologi pola penyakit akibat pencemaran lingkungan?4. Bagaimana model ekologi pola penyakit/pencemaran lingkungan?

1.3 Tujuan1. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan ekologi2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan daerah3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana perubahan ekologi pola penyakit akibat pencemaran lingkungan?4. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana model ekologi pola penyakit/pencemaran lingkungan?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Keseimbangan Ekologis Kehidupan Manusia

2.1.1 Pengertian Keseimbangan EkologiKeseimbangan ekosistemadalah suatu kondisi dimana interaksi antara komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara harmonis dan seimbang.Keseimbangan ekosistemtersebut berdampak signifikan pada keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Sayangnya, mencermati keadaan yang terjadi dewasa ini, bisa kita lihat bahwa telah terjadi perubahan lingkungan secara besar-besaran yang berdampak pada kehidupan manusia yang tidak lagi selaras. Keseimbangan lingkungan merupakan keseimbangan yang dinamis, artinya keseimbangan yang dapat mengalami perubahan. Tetapi perubahan ini bersifat menjaga keseimbangan komponen lain, bukan berarti menghilangkan komponen yang lainnya. Karena perubahan komponen yang bersifat drastis akan mempengaruhi perubahan komponen lainnya. Sebagai contoh hilangnya/musnahnya salah satu komponen (tingkatan trofi) pada piramida ekologi atau rantai makanan maka menyebabkan dampak perubahan pada komponen sebelumnya maupun sesudahnya. Hal inilah yang mengakibatkan lingkungan tersebut menjadi tidak stabil.Manusia memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan keseimbangan lingkungan. Melalui akal-pikiran, kemajuan teknologi, dan sifat keserakahan, manusia berusaha memanfaatkan (mengeksploitasi) sumber daya alam semaksimal mungkin. Sehingga semakin besar jumlah penduduknya menyebabkan penurunan keseimbangan lingkungan.Sebuah lingkungan dikatakan seimbang (equilibrium) apabila memiliki ciri-ciri antara lain :1. Lingkungan yang didalamnya terdapat pola-pola interaksi, meliputi : arus energi, daur materi, rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi, daur biogeokimia, dan produktivitas. Melalui pola-pola interaksi tersebut, pertumbuhan dan perkembangan organisme berlangsung secara alami, sehingga tidak ada organisme yang mendominasi terhadap organisme lainnya.2. Lingkungan yang homeostatis, yaitu lingkungan yang mampu mempertahankan terhadap gangguan alam, baik gangguan secara alami maupun buatan.3. Lingkungan yang memiliki daya dukung lingkungan, yaitu lingkungan yang mampu mendukung semua kehidupan organisme, karena dalam lingkungan terdapat berbagai sumber daya alam (hayati dan non hayati).4. Terbentuknya lingkungan yang klimaks, yaitu lingkungan yang banyak ditumbuhi pohon-pohon (terbentuknya hutan).

2.1.2 Faktor Penyebab Rusaknya Keseimbangan LingkunganSecara umum, penyebab terganggunyakeseimbangan ekosistematau lingkungan dibagi ke dalam dua garis besar, yakni: Faktor penyebab yang terjadi akibat ulah manunsia. Tindakan yang dilakukan oleh manusia bisa memicu terganggunya keseimbangan di dalam lingkungan ekosistem. Tindakan yang dilakukan manusia ini bisa memicu terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, perubahan iklim yang ekstrim dan masih banyak lagi lainnya.Ada beberapa kegiatan manusia yang menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Antara lain:1. Kegiatan penambangan pohon juga pembakaran hutan. Dua kegiatan ini bisa menimbulkan kerusakan yang sangat serius bagi ekosistem. Tak hanya menyebabkan banjir juga longsor, berkurangnya pohon yang merupakan paru-paru dunia ini akan membuat iklim di bumi terganggu. Penebangan pepohonan akan membuat tanah tidak lagi terkunci secara benar sehingga mudah longsor dan udara tidak lagi bida didaur ulang sehingga kadar oksigen semakin berkurang. Sementara itu, pembakaran hutan jauh lebih berbahaya lagi sebab bisa membunuh semua makhluk hidup yang ada di dalam hutan tersebut dan menyebabkan kelangkaan beberapa tanaman tertentu.2. Perburuan hewan yang tak terkendali. Manusia membutuhkan hewan baik itu sebagai salah satu bahan makanan maupun sebagai rekreasi. Poin pertama, manusia mengkonsumsi hewan , misalnya ikan, bukan hal yang merusak jika dilakukan dengan cara yang wajar. Namun, manakala manusia menangkap ikan dengan bom peledak, racun atau kejut listrik, maka bisa dipastikan akan berakibat buruk pada keseimbangan lingkungan. Bom ikan misalnya akan merusak ekosistem terumbu karang yang merupakan tempat hidup ikan. Poin kedua adalah hewan sebagai rekreasi. Terkadang banyak manusia yang menangkap hewan hanya untuk dipelihara dan dijual demi tujuan komersil mislanya bahan garmen dan semcamnya. Hal ini sangat buruk dan berdampak pada kelangkaan hewan tertentu. Hilangnya satu organisme hewan dalam satu lingkungan akan berdampak pada keseimbangan ekosistem.3. Kegiatan pemakaian pupuk yang berlebihan. Aktivitas pertanian manusia juga terkadang bisa mengganggu keseimbangan alam. Pupuk digunakan untuk memaksimalkan hasil pertanian. Ada dua jenis pupuk yang digunakan yakni pupuk alami dan pupuk buatan. Penggunaan pupuk alami tidak membahayakan organisme lainnya sementara itu penggunaan pupuk buatan atau insektisida misalnya, jika digunakan secara berlebihan akan berbahaya bagi organisme lainnya misalnya saja burung yang tidak mengganggu tanaman sama sekali.4. Kegiatan pembuangan sampah juga limbah. Ratusan milyar manusia di dunia ini, setiap melakukan kegiatan pasti menghasilkan sampah juga limbah. Sebut saja limbah dari rumah tangga, transportasi, pertanian, hingga limbah industri. Apabila tidak diurai secara cermat makan limbah dan sampah ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam nyawa organisme lainnya.5. Kegiatan yang mencemari lingkungan. Cakupan poin ini adalah pencemaran terhadap tanah, pencemaran terhadap udara, pencemaran terhadap suara, dan juga pencemaran terhadap air. Pencemaran tanah terjadi dengan cara menciptakan limbah yang tak bisa diurai hingga ribuan tahun lamanya, misalnya saja plastik. Pencemaran suara misalnya oleh suara bising yang merusak pendengaran organisme. Pemcemaran air misalnya dengan masuknya bahan padat maupun cair di dalam air yang membahayakan organisme di dalam air. Sedangkan pencemaran udara adalah masuknya berbagai polutan ke udara baik itu dari asap kendaraan, debu juga jelaga.Semua kegiatan tersebut di atas, dalam batas waktu tertentu akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistemyang berujung pada sistem kehidupan oranisme termasuk manusia yang juga akan ikut terganggu. Upaya-upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem mutlak dilakukan.Kita ambil contoh sebuah kasus yang terjadi di Probolinggo dan sebagian Bali, yaitu terjadinya ledakan ulat bulu di area persawahan. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Siklus energi terbentuk melalui rantai makanan, yang selanjutnya akan membentuk jaring jaring makanan.Ledakan populasi ulat bulu terjadi karena putusnya rantai makanan, dimana predator predator ulat bulu diburu secara berlebihan. Misalnya saja burung berkicau, tokek dan serangga lain yang memangsa ulat bulu. Keberadaannya terus diburu untuk kepentingan manusia, sehingga populasi ulat bulu meledak tanpa kontrol. Rusaknya keseimbangan ekosistem itulah yang menjadi factor utama meledaknya populasi ulat bulu, disamping factor lain, misalnya perubahan iklim global, ketersediaan tanaman inang berlebih dan akibat asap letusan Gunung Bromo di Probolinggo. Kerusakan ekosistem ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlanjut secara terus menerus, karena ledakan populasi ini pasti akan terulang kembali jika ekosistem tidak diperbaiki.

Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi murni karena musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran hutan akibat cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih banyak lagi lainnya. Sederet peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem misalnya saja saat Gunung Merapi di wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan bahkan manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan peristiwa semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka jika dalam sebuah ekosistem terdapat 1 organisme yang mati maka akan berpengaruh pada keadaan organisme lainnya.Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:a. Letusan gunung berapiLetusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.4) Gas yang mengandung racun.5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.b. Gempa bumiGempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:1) Berbagai bangunan roboh.2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.3) Tanah longsor akibat guncangan.4) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).c. Angin topanAngin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah.Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaansuhu udarayang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:1) Merobohkan bangunan.2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.3) Membahayakan penerbangan.4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkankapal.

3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan DaerahPerkembangan daerah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara perkembangan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Manusia, baik sebagai subjek maupun objek pertumbuhan dan perkembangan daerah, merupakan bagian dari ekosistem. Pertumbuhan dan perkembangan daerah bertujuan menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan sebagai suatu cara untuk menaikkan mutu hidup rakyak. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan esensial bagi hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk memilih. Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar untuk banyak anggota masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan baik. Misalnya pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal masih belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan masih belumnya terpenuhi kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup masyarakat masih belum baik. Karena itu pertumbuhan dan perkembangan daerah masih harus diteruskan. Dalam usaha memperbaiki lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. Dapat kita lihat, saat ini pertumbuhan dan perkembangan di berbagai daerah yang ada di Indonesia, sangat terfokus ke pembangunan-pembangunan insfrastruktur.Pembangunan mempunyai konotasi positif. Melalui pembangunan, pemanfaatan yang rasional atas sumberdaya manusia dan fisik dapat diperoleh, kemiskinan dapat diberantas, pendidikan dapat dinikmati dimana-mana, penyakit dapat diatasi, standar kehidupan menjadi lebih baik. Konsep pembangunan mencakup intervensi teknologi manusia terhadap keseimbangan alam. Namun demikian pembangunan juga membawa dampak negatif terutama pada kesehatan manusia. Pembangunan bendungan, pembangunan jalan raya, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumahsakit, pengeboran minyak, pembukaan pabrik, dan pembangunan lain-lain menyebabkan kecepatan intervensi manusia terhadap alam menjadi semakin meningkat. Dari sinilah mulai dikenal dengan polusi udara, kekurangan sanitasi, cara hidup yang berdesakan di daerah pemukiman miskin di perkotaan (Slums Area), semuanya menimbulkan konsekuensi konsekuensi kesehatan yang belum dapat dipecahkan secara keseluruhan. Pembangunan suatu daerah memang harus ada, karena tidak ada alternatif lain bagi dunia yang semakin padat. Namun ada pembangunan yang baik dan ada pembangunan yang buruk. Yang pertama adalah dimana pada suatu populasi tertentu terdapat keseimbangan, yaitu populasi tersebut menjadi lebih baik daripada sebelum adanya pembangunan, sedangkan yang kedua, adalah dimana keadaan populasi justru menjadi lebih buruk dengan adanya pembangunan. Kebudayaan adalah sistem keseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah begitu saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik bagi suatu bidang (misalnya, pertanian) kemudian menimbulkan perubahan-perubahan kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yang diharapkan. Hampir selalu terdapat implikasi-implikasi yang tak terduga pada inovasi yang terencana, beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian tidak diinginkan. Dubos menyebutkan model implikasi yang tak terduga ini dengan istilah ekologi. Semua inovasi teknologi yang berhubungan dengan praktek-prekatek industri, maupun dengan pertanian atau kedokteran, akan mengganggu keseimbangan alam. Kenyataannya menguasi alam sama artinya dengan mengganggu keteraturan alam (DuBos, 1965:416).Pandangan ekologi menyediakan perspektif yang ideal bagi studi mengenai perubahan-perubahan pembangunan, karena kebanyakan dari proyek-proyek yang dianalisis melibatkan intervensi terhadap alam.Pertumbuhan dan perkembangan daerah harus mempertimbangkan keadaan ekologi yang semakin hari semakin rusak akibat ulah manusia maupun akibat dari terjangan bencana alam. Dalam melaksanakan perkembangan daerah tersebut perlu di terapkan sistem pembangunan berkelanjutan yang berbasis ekologi. Pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang.Contohnya seperti perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah kalimantan timur tepatnya pembukaan lahan pertambangan.

Eksploitasi Batu Bara Rusak Kalimantan

SAMARINDA Kapal-kapal berisi gunungan-gunungan batu bara berlalu di atas Sungai Mahakam yang tercemar setiap beberapa menit. Dilihat dari atas, mereka membentuk garis bertitik-titik hitam sejauh mata memandang, yang berlayar menuju pembangkit-pembangkit listrik di China dan India. Perburuan batu bara yang telah menarik penambang internasional ke Kalimantan Timur telah merusak ibukota provinsi Samarinda, yang berisiko ditelan pertambangan jika eksploitasi deposit mineral itu berkembang lebih jauh.

Tambang mencakup lebih dari 70 persen wilayah Samarinda, menurut data pemerintah, memaksa desa-desa dan sekolah untuk menjauhi longsoran lumpur yang beracun dan sumber-sumber air yang tercemar. Kerusakan hutan di sekitar kota untuk membuka jalan bagi tambang juga telah menghancurkan penahan alami melawan banjir, menimbulkan air bah setinggi pinggang saat musim hujan.Dan meski 200 juta ton batu bara digali dan dikirim dari Kalimantan Timur setiap tahun, ibukota masih sering mengalami listrik padam selama berjam-jam karena pembangkit listrik yang sudah tua terus bermasalah.Seorang petani bernama Komari telah tinggal di pinggir kota Samarinda sejak 1985 dan hidup dari menanam padi dan beternak ikan. Namun tambang-tambang batu bara telah meracuni air yang digunakan untuk sawah dan kolamnya, ujarnya."Padi ini tumbuh di atas air beracun, ujar pria berusia 70 tahun itu, yang tinggal di rumah kayu sederhana berkamar satu bersama istrinya.Kami masih memakannya tapi sepertinya buruk untuk kami, ujarnya, menambahkan bahwa air itu membuat kulitnya gatal.Bersama 18 petani lainnya, Komari telah mengajukan tuntutan hukum melawan pejabat-pejabat pemerintah, menyalahkan mereka karena mencemari sumber-sumber air dan mengizinkan pertambangan yang marak.Mereka tidak mencari kompensasi, hanya meminta pemerintah mewajibkan sebuah perusahaan batu bara dekat rumah-rumah mereka untuk membersihkan pencemaran air dan menyediakan layanan kesehatan.

Samarinda Dirusak Para KroniUdin, yang memiliki dan mengendarai mobil sewaan dan lahir di Samarinda 30 tahun yang lalu, mengatakan kota itu telah berubah sama sekali.Waktu saya kecil, rumah saya masih hutan dengan orangutan dan beragam burung yang berwarna-warni. Namun sekarang tampak suram, ujarnya.

Menurut Jatam, lembaga swadaya masyarakat yang mewakili komunitas-komunitas yang terimbas pertambangan di seluruh Indonesia, akar permasalahannya jelas: para pejabat lokal telah menerima suap dari perusahaan supaya mendapatkan izin pertambangan. Sekumpulan kroni telah melakukannya pada Samarinda. Kami menyebutnya mafia pertambangan, ujar Merah Johansyah dari Jatam Samarinda.

Jatam dan Indonesian Corruption Watch baru-baru ini melaporkan sebuah kasus pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menuduh perusahaan Indonesia, Graha Benua Etam, pada 2009 menyuap mantan kepala Dinas Pertambangan dan Energi Samarinda untuk mendapatkan izin.Kedua lembaga ini menyebut sedikitnya Rp 4 miliar diberikan sebagai sogokan, dan sejumlah uang itu mengalir pada mantan walikota untuk kampanye politik. Perusahaan tersebut tidak dapat dimintai komentar.Sogokan dibayar tidak hanya untuk mendapatkan izin pertambangan, ujar Merah. Ia mengatakan uang suap juga membantu perusahaan menambang di daerah yang dilarang dan menghindari kewajiban-kewajiban seperti konsultasi masyarakat dan melakukan analisa mengenai dampak lingkungan.

Sementara itu, penegakan hukum sangat kurang. Para aktivis mengatakan perusahaan-perusahaan telah mengabaikan kewajiban hukum mereka untuk mengisi lubang-lubang bekas galian setelah aktivitas mereka selesai. Lebih dari 10 orang, termasuk tujuh anak-anak, tewas antara 2011 dan 2012 karena jatuh ke lubang-lubang ini, menurut laporan media lokal.

Kerusakan Tambang MenyebarGambaran yang suram dari Samarinda ini sangat jauh dari masa kejayaan kota ini dulu, sebuah hutan rindang dengan orangutan serta burung-burung eksotis, banyak diantaranya hanya bisa ditemukan di Kalimantan.Kisah ini umum terjadi di pulau ketiga terbesar di dunia tersebut, yang suatu kali hampir tertutupi oleh pohon, namun sekarang telah kehilangan setengah hutannya, menurut lembaga perlindungan alam liar WWF.Seperti di Amazon, hutan hujan Kalimantan berlaku seperti busa, menyerap karbon yang diakibatkan perubahan iklim dari atmosfer.

Sebuah laporan terbaru dari LSM World Development Movement mengingatkan bahwa perburuan batu-bara menyebar ke bagian-bagian Kalimantan yang dikonservasi, seperti Kalimantan Tengah.Hutan di provinsi ini saat ini hampir tak tersentuh namun perusahaan-perusahaan seperti BHP Billiton telah berencana menambang batu bara. BHP mengatakan semua perkembangannya di Kalimantan akan didasarkan pada analisa mengenai dampak lingkungan dan sosial yang rinci.

Meski ada kerusakan, Kalimantan terus menarik pencinta alam dari seluruh dunia untuk melihat hutan hujan tertua di planet ini dan lebih dari 1.400 spesies binatang dan 15.000 jenis tumbuhan. Namun para ahli lingkungan mengingatkan mungkin tidak akan banyak yang tersisa jika kerusakan lingkungan terus terjadi dengan kecepatan seperti sekarang ini. (AP).

Dari hal diatas dapat kita lihat, pemerintah melakukan pertumbuhan dan perkembangan daerah dengan tidak memikirkan bagaimana keadaan ekologi kita. Pola hidup masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif menyebabkan kebutuhan akan terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat maka para pendiri industri melakukan pembangunan pabrik-pabrik di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan pembuangan sampah dan limbah membutuhkan lahan yang sangat besar. Apabila limbah-limbah industri tidak dikelola dengan bijak maka akan menyebabkan pembuangan limbah dilakukan di tempat yang seharusnya. Jika pembungan limbah dan sampah dilakukan di suatu pemukiman warga maka dapat dipastikan keseimbangan lingkungan pemukiman tersebut akan terganggu. Bahkan apabila limbah yang buang memiliki sifat yang sangat berbahaya dan reaktif maka dapat menyebabkan penyakit-penyakit dan kelainan pada ekologi tersebut atau bahkan dapat menyebabkan mutasi pada flora dan fauna.Seperti yang kita ketahui pertumbuhan penduduk di kota Jakarta dan sekitarnya sangat pesat, hal ini penyebabkan lahan tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas umum seperti transportasi semakin meningkat sehingga dewasa ini di kota Jakarta dan sekitarnya seakan- akan tidak memiliki lahan perkebunan dan pepohonan yang cukup. Ketidakseimbangan antara polusi dan limbah yang dihasilkan dengan pengolahan dan pelestarian lingkungan yang baik menyebabkan suhu kota kota besar meningkat. Hal ini juga berdampak pada kurangnya oksigen yang dibutuhkan dan meningkatnya produksi udara kotor, istilah ini bisanya disebut global warming.Pandangan negatif masyarakat di pedesaan terhadap pembangunan baik pembangunan industri maupun pembangunan pemukiman menyebabkan terjadinya pelarangan dari masyarakat. Padahal tidak semua pembangunan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pembangunan yang diseimbangi dengan usaha pelestarian lingkungan dan usaha pengolahan limbah yang efektif dapat menghasilakan dampak yang positif bagi pembangunan negara. Pembangunan yang merata dan sadar akan lingkungan hidup akan membantu negara untuk selangkah lebih maju dalam mencapai cita-cita menjadi negara yang maju.Untuk menciptakan sistim yang berkelanjutan berbasis lingkungan atau ekoligi maka kita harus mampu memelihara sumberdaya agar tetap dalam keadaan stabil, menghindari terjadinya eksploitasi alam agar tumbuhan dapat melakukan fungsi penyerapan secara sempurna. Selain itu konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lain yang tidak termasuk dalam sumber daya ekonomi. Keberlanjutam ekologis merupakan prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan manusia. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem buni, dan untuk menjamin keberlanjutan tersebut, digunakanlah beberapa cara yaitu :1. Memelihara inteegritas tatanan lingkungan agar system penunjang kehidupan dibumi tetap terjamin, dan system produktifitas, adaptabilitas, dan pemulihan air, tanah, dangar udara agar keberlanjutan kehidupan tetap berjalan.Ada tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara Integritas tatanan lingkungan yaitu :a) Adanya dukunganb) Adanya daya asimilatifc) Terpenuhinya keberlanjutan sumberdayaSelanjutnya untuk melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan lingkungan kita harus melakukan : hindarkan konveksi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur, dan jangan membuang limbah yang melampaui asimilatif lingkungan.2. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan keberlanjutan proses ekologis.terdapat 3 aspek keanekaragaman hayati : aspek genetika, aspek spesiaes, dan tatanan lingkungan. Dan untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut, perlu hal-hal berikut yaitu : a) Menjaga ekosistem alam dan area yang representative tentang kekhasan sumber daya hayati agar tidak dimodifikasikan.b) Memelihara seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan keberlanjutan keanekaragaman spesies.c) Konservatif terhadap konversi lahan pertanian.Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkunagn merupakan hal yang penting untuk keberlanjutan ekosistem. Dan hal ini dapat dilaksanakan dengan: pencegahan pencemaran lingkungan, rehabilitasi dan pemuluhan ekosistem serta sumberdaya alam yang rusak, selanjutnya yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan binaan manusia.

3.3 Perubahan Ekologi Pola Penyakit / Pencemaran LingkunganPada abad ke 19 terjadi perubahan pola penyakit. Perubahannya kemungkinan besar berhubungan dengan faktor sebab-akibat yang langsung bisa dirasakan oleh masyarakat terutama setelah keberhasilan program perbaikan kesehatan lingkungan. Sejak saat itu, terjadi penurunan angka kematian akibat penyakit infeksi. Perbaikan sanitasi lingkungan merupakan sumbangan positip akibat perubahan sistem nilai dan gaya hidup masyarakat. Penurunan secara tajam angka kematian akibat TBC pada awal abad ke 19 sudah terjadi jauh sebelum ditemukannya obat kemoterapi, yang dianggap efektif melawan penyakit ini pada tahun 1950an.Kesejahteraan masyarakat juga mempengaruhi peningkatan kondisi rumah dan status gizi keluarga. Sejalan dengan itu, kemampuan masyarakat untuk membaca juga semakin meningkat. Kepenuh sesakan anggota keluarga yang tidur di satu kamar juga semakin berkurang. Kondisi seperti ini mampu mencegah penularan penyakit TBC di dalam keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Konsumsi makanan yang bertambah baik dan bertambahnya informasi yang diterima oleh keluarga sangat membantu upaya pencegahan kematian penduduk pada usia dini. Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat juga mpeningkatkan level imunitas ibu hamil dan bayi melawan penyakit infeksi yang sebelumnya sangat tinggi kejadiannya pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini juga mampu menurunkan tingkat keganasan penyakit penyebab kematian.Masalah kesehatan bukan sekedar masalah sakit atau tidak sakit serta penanggulangannya, tetapi lebih luas dan majemuk dari yang diperkirakan dari segi penanggulangan maupun dari segi pencegahan. Meskipun telah banyak pengamatan dan penanggulangan masalah kesehatan yang dilakukan oleh para ahli, namun hanya sebagian kecil yang dapat ditanggulangi. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa hanya sebagian kecil, masalah kesehatan yang muncul ke permukaan jangkauan manusia. Walaupun dengan pertumbuhan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran sekarang ini, masalah kesehatan dengan segala kemajemukannya tidak akan mampu ditangani hanya dengan monopoli ilmu kedokteran, tanpa adanya keterlibatan disiplin ilmu lainnya.Pola penyakit yang terjadi di Indonesia mengalami beberapa perubahan akibat pengaruh ekologi. Dahulu pola penyakit yang ada di indonesia banyak yang hanya berorientasi karena kemiskinan, keturunan dan pola hidup. Namun kebanyakan karena kemiskinan. Hal ini tampak jelas apabila ditelaah keadaan penyakit di berbagai negara, ternyata negara yang tergolong miskin banyak menderita penyakit menular, sedangkan negara yang tergolong kaya banyak menderita penyakit tidak menular. Keadaan seperti ini dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Negara/masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi rendah, keadaan gizinya rendah, pengetahuannya tentang kesehatannya pun rendah, sehingga kesehatan lingkungannya buruk dan status kesehatannya buruk. Di dalam masyarakat sedemikian akan mudah terjadi penularan penyakit, terutama anakanak yang merupakan golongan peka terhadap penyakit menular. Sebagai akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga usia harapan hidupnya pendek. Keadaan ini juga mendukung tingginya angka kelahiran, sehingga terdapat populasi yang muda; jadi tergolong populasi dengan risiko tinggi terhadap penyakit menular, sehingga penyakit menular terusmenerus ada, dengan demikian siklus penyakit menular menjadi lengkap.2. Siklus penyakit tidak menular, yaitu terdapat banyak pada masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi, sehingga berstatus gizi tinggi, keadaan kesehatan lingkungan baik, penyakit menular rendah, angka kematian rendah, angka kematian bayi rendah, dan usia harapan hidupnya tinggi.3. Perkembangan ekonomi diikuti dengan turunnya penyakit menular dan disertai dengan naiknya penyakit tidak menular.Namun dewasa ini banyak terjadi perubahan terhadap pola penyakit, penyakit yang terjadi banyak disebabkan oleh faktor lingkungan, terutama karena tercemarnya lingkungan sekitar tempat tinggal penjamu menetap. Berdasarkan pola penyakit, dapat diketahui permasalahan kesehatan yang paling menonjol di suatu daerah, sehingga dapat ditentukan usaha kesehatan apa yang perlu dilakukan dan kegiatan apa pula yang diprioritaskan, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan usaha kesehatan. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa sarana dan prasarana akan berubah dengan berubahnya pola penyakit. Mungkin saja bahwa saat ini diperlukan rumah sakit khusus untuk tubercolosis, tetapi dengan adanya perubahan pola penyakit, rumah sakit tadi tidak lagi diperlukan dan harus berubah fungsinya, misalnya menjadi rumah sakit kanker.Berikut salah satu wacana mengenai pola penyakit yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan ekologi akibat pencemaran terutama pencemaran udara.Perubahan Iklim Tingkatkan Penyakit ISPAJAKARTA~Penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) semakin mengancam seiring dengan perubahan iklim global yang menjadikan suhu udara lebih panas.ISPA menyerang 5-6 persen populasi atau sekitar 18 juta orang per tahun di Indonesia. Meskipun ISPA penyakit yang tidak mengenal umur, tapi anak-anak yang paling dipengaruhi oleh perubahan iklim dan terkena penyakit seperti batuk atau asma, papar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan M Subuh dalam temu media di Jakarta, Jumat 921/9/2012).Perubahan iklim telah diketahui dapat meningkatkan kematian dan penyakit akut khususnya saluran pernafasan akibat gelombang panas, demikian seperti dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010.Selain meningkatkan penyakit saluran pernapasan, perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi serangan penyakit jantung dan pernapasan akibat peningkatan konsentrasi ozon di permukaan bumi, perubahan penyakit saluran pernapasan akibat paparan polusi udara jangka panjang dan adanya perubahan penyebaran alergen dan beberapa vektor penyakit infeksi.Selain itu data Kementerian Kesehatan menunjukkan penderita ISPA semakin bertambah tiap tahun. Pada tahun 2011 tercatat penderita mencapai 18.790.481 orang dengan 756.577 orang lainnya menderita pneumonia, meningkat dari penderita ISPA sebanyak 18.069.360 orang pada 2010.Tantangannya saat ini adalah untuk memiliki kajian model prediksi dampak perubahan iklim maupun sistem monitoring perubahan konsentrasi allergen, kata Subuh.Selain itu juga dibutuhkan data insiden dan prevalensi ISPA dan faktor sosial lingkungan untuk dapat mengambil langkah antisipasi yang tepat untuk mencegah semakin meluasnya penyakit tersebut.Perubahan iklim telah beberapa lama diakui oleh para ahli kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan manusia diantaranya mempengaruhi penyakit seperti malaria, schistosomiasis, influenza (termasuk flu burung), diare, ISPA dan dengue.Perubahan iklim global, penipisan ozon dan perubahan ekosistem telah menyebabkan perubahan pola penyakit dan terjadinya penyakit `re-emerging` (muncul kembali) dan `new emerging` (baru muncul) seperti diare, DBD, malaria dan penyakit kronis, kata Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat P2PL Wilfried H Purba.Oleh karena itu, masyarakat diimbau agar waspada terhadap perubahan cuaca terutama untuk penyakit seperti diare, ISPA, malaria, DBD dan leptospirosis.Salah satu langkah yang dapat dilakukan dipaparkan Wilfried adalah dengan menjaga sanitasi lingkungan. Kerugian sektor kesehatan akibat sanitasi yang buruk diperkirakan mencapai Rp33 triliun pertahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3 persen dari produk domestik bruto (laporan WSP EAP 2007). (ANT)Scr: http://rajawalinews.com/7995/perubahan-iklim-tingkatkan-penyakit-ispa/Dari wacana di atas dapat dilihat bahwa ISPA banyak terjadi karena perubahan iklim, perubahan iklim ini banyak terjadi karena ulah manusia itu sendiri, sehingga membuat ekosistem menjadi tidak seimbang lagi, misalnya seperti pembangunan yang tidak disertai pertimbangan jangka panjang dan dapat mengakibatkan pencemaran.

3.4 Model Ekologi Terjadinya Penyakit/Pencemaran LingkunganMenurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsunganperi kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah agar tercapai keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup dan terlaksananya pembangunanberwawasan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuksumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan ( Pasal 1 ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 ).Salah satu komponen lingkungan hidup adalah sumber daya alam. Menurut Suratmo (1995) sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Pengelolaan sumber daya alam harus mengacu pada beberapaprinsip yaitu : 1) keadilan terhadap alam (lingkungan) dan manusia,2) kelestarian dankeberlanjutan, 3) demokrasi,4) transportasi, 5) koordinasi dan keterpaduan antar sektor,6) efisiensi, 7) desentralisasi yang demokratis, 8) partisipasi publik, 9) akuntabilitaspublik dan 10) free and priorinformed consent.Menurut Kamil (2001) dalam Saptono (2005), ditinjau dari aspek alokasi danpenggunaan sumber daya terdapat empat karakteristik penting yang selalu harus diperhatikan yaitu equity, efektivitas dan efisiensi, ramah lingkungan dan resourcesprudence. Karakteristikequity maksudnya adalah kesamaan peluang bagi semua anggota masyarakat untuk mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraannya. Efektivitas dan efisiensi menghendaki agar berbagai keputusan publik didasarkan pada penggunaan sumber daya alam terbaik. Ramah lingkungan maksudnya adalah bahwa pemanfaatanpotensi sumber daya alam harus senantiasa diikuti dengan upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Karakteristik resources prudence mensyaratkan bahwah sumber daya dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan masa sekarang maupun yang akan datang.Salah satu konsep mengenai pembangunan berkelanjutan adalah sistem sosio-ekologis sebagaimana yang dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute (Saptono, 2005). Sistem sosio-ekologis terdiri atas tiga sub sistem yang masing-masingberkenaan dengan masyarakat (manusia), lingkungan hidup dan ekonomi. Ketiga subsistem tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya sehingga bila terjadi ketidakstabilan pada salah satu sub sistem, maka sub sistem yang lain akan terkena dampaknya dan keseimbangan ketiga sub sistem tersebut akan terganggu. Konseppembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang harus menyeimbangkan ketiga sub sistem tersebut sehingga tingkat kesejahteraan manusia dapat meningkat baikgenerasi sekarang maupun generasi yang akan datang.Pembangunan yang dilaksanakan secara sembarangan tanpa memperhatikan faktor lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat dapat menimbulkan terjadinyapencemaran lingkungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya penyakit. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (UU No. 23 / 1997). Sebagai contoh terjadinya kasus pencemaran lingkungan yang sangat menggemparkan dunia adalah terjadinya penyakit Minamata di Jepang sebagai akibat tercemarnya laut oleh limbah Mercury dari perusahaan. Berikut ini beberapa model ekologi terjadinya penyakit akibat pencemaran lingkungan:1. Model GordonTeori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni lingkungan (L). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam model ini A, H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :A = agent/penyebab penyakitB = host/populasi berisiko tinggi, danC = lingkungan Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap elemen. Faktor penentu yang terpenting antara lain adalah: Agent : Jumlahnya bila hidup, konsentrasinya bila tidak hidup, infektivitas / patogenitas / virulensi bila hidup, reaktivitas bila tidak hidup. Host : Derajat kepekaan, imunitas terhadap A hidup, toleransi terhadap A mati, status gizi, pengetahuan, pendidikan, perilaku dan lain-lain. Lingkungan : Kualitas dan kuantitas berbagai kompatemen lingkungan, yang utamanya berperan sebagai faktor yang menentukan terjadinya atau tidak tidak terjadinya transmisi agent (A) ke host (H). Kompartemen lingkungan dapat berupa udara, tanah, air, makanan, perilaku, dan higiene perorangan, kuantitas dan kualitas serangga vekor / penyebar penyakit.(Soemirat: 2000)Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada(Juli Soemirat, 2010:23-24).Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit.Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen.

2. The wheel of causation (Teori Roda)Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetikrelatif besar, sedang penyakit campak status imunitas penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi.

3. The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit. Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada penyebab-penyebab yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai suatu akibat dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu sendiri hasil dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan yang kompleks (complex geneology of antecenden).Suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Penyakit juga dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di berbagai faktor.Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.Faktor perubahan lingkungan (yaitu banjir) memungkinkan munculnya dan berkembangnya agen penyakit. Misalnya saja leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira interrogans. Bakteri ini bisa ditularkan melalui kontak pada kulit, khususnya jika kulit terluka, atau kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi, berenang, luka yang terjadi karena kecelakaan kerja; kontak langsung dengan urin atau jaringan tubuh hewan yang terinfeksi; kadang kadang melalui makanan yang terkontaminasi dengan urin dari tikus yang terinfeksi; dan kadang kadang melalui terhirupnya droplet dari cairan yang terkontaminasi. Saat banjir, maka daratan akan tertutupi oleh air. Keadaan seperti ini sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi air banjir dengan urin hewan yang terinfeksi. Akibatnya, karena saat banjir lingkungan di sekitar manusia adalah air maka hal tersebut membuat manusia berada dalam titik rentan untuk terkontaminasi.Faktor perubahan lingkungan (yaitu banjir) juga memungkinkan menurunnya pertahanan host. Kekurangan makanan, berada dalam suhu yang tidak nyaman, kelembaban tinggi, sanitasi yang tidak memadai, banyaknya populasi pengungsi di tempat pengungsian, dapat menaikkan kerentanan host untuk menjadi sakit. Pada kondisi ini manusia terancam penyakit seperti tuberculosis, campak, skabies, hipo dan hipertermia, dan sebagainya (Perrin: 2001, hlm.112-113). Selain itu, efek banjir jangka panjang juga dimungkinkan dapat mempengaruhi kesehatan psikologis korban yang risikonya lebih besar dari kesakitan atau cedera fisik biasa. Untuk sebagian besar orang, trauma dapat terus berlanjut bahkan hingga air surut. Perbaikan pasca banjir seperti melakukan perbaikan properti yang rusak, bersih-bersih rumah, dan mengajukan klaim asuransi dapat menghadirkan stress tersendiri (Ohl:2000, 1167). Keadaan seseorang yang dipenuhi stress, membuat seseorang senantiasa merasa khawatir, cemas, gelisah, dan tidak mampu menguasai dirinya. Hal tersebut bisa mengantar seseorang pada gangguan kesehatan atau bahkan kematian prematur (Wilkinson, ed: 2003, hlm. 12).

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Keseimbangan ekologi adalah Keseimbangan ekosistemadalah suatu kondisi dimana interaksi antara komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara harmonis dan seimbang.Keseimbangan ekosistemtersebut berdampak signifikan pada keberlangsungan kehidupan manusia Saat ini sangat banyak upaya pemerintah untuk pertumbuhan dan perkembangan daerah, dengan dalih mensejahterakan rakyat sekitar. Namun hal tersebut banyak disalahgunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di ekosistem kita, tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem guna kelangsungan hidup di masa akan datang. Pola-pola penyakit banyak berubah akibat perubahan zaman, dimana dahulu penyakit dominan karena adanya kmiskinan, namun dewasa ini pola penyakit berubah, yaitu disebabkan oleh ketidakseimbangan ekologi maupun pencemaran lingkungan Model ekologi terjadinya penyakit dibagi menjadi tiga, yaitu model gordon, The wheel of causation (Teori Roda) dan The web of causation (jaring-jaring sebab akibat) yang ketiganya memiliki pengaruh yang sangat besar.

3.2 SaranLingkungan kita dewasa ini sudah semakin rusak dan tercemar, hal tersebut banyak diakibatkan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu seharusnya pemerintah, swasta dan masyarakat harus kembali memperhatikan lingkungan yang ada, jangan hanya memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa memperbaiki dan memperbaharui sumber daya tersebut. Kita semua harus tetap menjaga keseimbangan ekologi yang ada, agar jalannya kehidupan di alam ini berjalan dengan sebagaimana mestinya, tanpa harus ada yang dirusak baik manusia maupun lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA http://pertanianblog-pertanianblog.blogspot.com/2011/06/meledaknya-populasi-ulat-bulu-ditinjau.html http://www.voaindonesia.com/content/eksploitasi-batu-bara-rusak-kalimantan/1803156.html http://ligianakhamalasantiya.wordpress.com/2013/06/27/pola-penyakit/ http://netwie.wordpress.com/tag/masalah-ekologi/ http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec11821/010.htm http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/index

Ekologi KesehatanPage 31


Related Documents