YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

1

Kajian Sosio Teologis Terhadap Nasionalisme Yehuda Dalam Kejadian 38:1-30

Oleh

Amelia Theodora Salawe

NIM 712011050

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program studi Teologi, Fakultas Teologi

Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi (S.SiTeol)

PROGRAM STUDI TEOLOGI

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip
Page 3: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip
Page 4: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip
Page 5: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip
Page 6: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

2

Kajian Sosio-Teologis Terhadap Nasionalisme Yehuda Dalam Kejadian 38:1-30

Abstrak

Penelitian ini merupakan upaya untuk mendapatkan pemahaman mengenai konsep

nasionalisme Yehuda melalui cerita Yehuda dan Tamar dalam Kejadian 38:1-38. Penelitian

mengenai konsep nasionalisme Yehuda dalam Kejadian 38:1-30 ini, dikaji secara sosio-

teologis dengan pendekatan sosio-historis. Teori yang digunakan adalah teori nasionalisme.

Secara sosio-historis, konsep nasionalisme Yehuda dalam Kejadian 38:1-30 dibangun dalam

kerangka berpikir sumber Y yang menekankan pada kesamaan keturunan, suku, ikatan darah,

serta perasaan senasib dan sepenanggungan dalam menghadapi ancaman dan tekanan dari

Mesir dengan menempatkan Tamar sebagai tokoh utama yang memainkan peranan penting

dalam mendukung alur cerita. Konsep nasionalisme seperti ini pada akhirnya dapat menjadi

chauvinisme yang mengunggulkan bangsanya dan merendahkan bangsa lain. Padahal

kesamaan identitas, suku, keturunan dan sejarah yang sama bukan satu-satunya tolok ukur

dalam membangun sebuah nasionalisme suatu bangsa dan negara.

Kata kunci : Nasionalisme, Yehuda dan Tamar, Kejadian 38:1-30

I. Pendahuluan

Istilah nasionalisme merupakan suatu istilah yang cukup modern dan jarang

digunakan pada awal abad kesembilan belas. Pada tahun 1836, istilah ini digunakan dalam

bahasa Inggris dan bersifat teologis yaitu sebagai doktrin bahwa bangsa-bangsa tertentu

dipilih secara ilahiah. Berbagai upaya dilakukan oleh para ahli untuk mendefinisikan

nasionalisme. Menurut Smith, nasionalisme adalah sebuah ideologi yang menempatkan

bangsa di pusat keprihatinannya dan berupaya menaikkan eksistensinya. Namun menurut

Smith pernyataan ini tidak terlalu jelas, oleh sebab itu perlu ditetapkannya sasaran utama,

tempat nasionalisme menaikkan derajat bangsa yaitu otonomi nasional, kesatuan nasional dan

identitas nasional.1 Pandangan Smith didukung oleh Kohn yang beranggapan bahwa

nasionalisme merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi individu

harus diserahkan kepada negara kebangsaan.2 Jadi, dapat dikatakan bahwa secara garis besar,

nasionalisme merupakan wujud dari kecintaan terhadap bangsanya atau cinta tanah air.

Meskipun nasionalisme merupakan gejala yang hadir di zaman modern, namun

beberapa watak nasionalisme sudah lama tumbuh dan berkembang di masa lampau. Salah

satu bangsa yang diatasnya nasionalisme tumbuh dan berkembang yaitu bangsa Ibrani.

Bangsa Ibrani memiliki kesadaran yang tinggi bahwa mereka berbeda dari bangsa-bangsa

1 Anthony D. Smith, Nasionalisme : Teori, Ideologi, Sejarah (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2002), 6-10.

2 Hans Kohn, Nasionalisme : Arti dan Sedjarahnya (Jakarta : P.T. Pembangunan, 1958), 11.

Page 7: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

3

yang lain. Ada tiga corak hakiki nasionalisme yang berasal dari bangsa Ibrani yakni cita

sebagai bangsa yang terpilih, memiliki kenangan yang sama dimasa lampau dan harapan

yang sama di masa depan, serta penegasan bahwa mereka memiliki tugas khusus di dunia.3

Konsep nasionalisme ini menurut Stoddart dibentuk melalui rasa kebersamaan segolongan

sebagai suatu bangsa. Keadaan jiwa serta kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar

individu tersebutlah, yang kemudian membentuk suatu kebangsaan.4 Hal demikian terjadi

pada kisah Yehuda dalam Kejadian 38:1-30.

Dalam membentuk suatu nasionalisme, Kejadian 38:1-30 menceritakan mengenai

kisah Yehuda dalam bingkai tradisi Y yang ditulis demi kepentingan Daud sebagai raja atas

kerajaan Israel Bersatu. Kisah ini merupakan kisah yang menarik karena menceritakan

tentang masa depan keturunan Yehuda leluhur Daud, yang berada dalam bahaya. Oleh sebab

itu pembentukan keluarga berdasarkan garis keturunan Yehuda sangatlah ditekankan dalam

Kejadian 38:1-30. Kisah ini dimulai ketika Yehuda menjalin hubungan dengan seorang

perempuan Kanaan bernama Syua yang kemudian melahirkan tiga anak laki-laki bagi

Yehuda yaitu Er, Onan, dan Syela. Berkaitan dengan perkawinan campuran, Lambdin

mengatakan perkawinan campuran dengan seorang Kanaan dipahami oleh bapa leluhur

sebagai suatu ancaman terhadap janji bagi keturunan Abraham. Oleh sebab itu, menjadi suatu

larangan bagi Abraham dan Ishak agar tidak mengambil seorang Istri dari keturunan

Kanaan.5 Pada akhirnya, Kejadian 38:11 ditutup dengan kisah menyedihkan karena Yehuda

tidak memiliki keturunan dari anak-anak lelakinya yang didapat dari seorang perempuan

Kanaan.

Kisah ini dibuka kembali dengan menceritakan kelanjutan garis keturunan Yehuda

melalui Tamar menantunya. Asal-usul dari Tamar masih menjadi misteri. Tradisi kuno

mengatakan bahwa Tamar adalah seorang perempuan Kanaan sama seperti Syua, istri

Yehuda. Namun dalam kitab Yobel, kitab yang berisi kumpulan catatan sejarah Alkitab yang

ditulis selama masa Bait Allah kedua, menunjukkan bahwa Tamar adalah seorang Aram, dari

Mesopotamia.6 Asal-usul Tamar mengingatkan kita pada Abraham yang juga berasal dari

Mesopotamia dan merupakan leluhur dari Daud. Kisah ini ditutup melalui kehadiran dua

anak laki-laki Yehuda dari Tamar yang bernama Zerah dan Perez.

3 Anthony D. Smith, Nasionalisme: Teori..., 13-14.

4 A.A. Yewangoe, Agama dan Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 10.

5 Thomas O. Lambdin, Introduction to Biblical Hebrew (New York: Charles Scribner's Sons, 1971), 114.

6 Rabbi Jeffrey K. Salkin, Righteous Gentiles In The Hebrew Bible : Ancient role models for sacred

relationship (Woodstock, Vermont : Jewish Light Publishing, 2008), 23.

Page 8: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

4

Secara sosiologis-teologis, kisah pembentukan keluarga dari garis keturunan Yehuda

dalam Kejadian 38:1-30 berada dalam bingkai tradisi Y, berguna untuk mengokohkan

pemerintahan Daud sebagai raja dalam kerajaan Israel Bersatu serta untuk menegaskan

bahwa daud merupakan raja dari garis keturunan yang terpilih dan yang diberkati oleh

Yahweh. Bukan berasal dari garis keturunan yang dikutuk. Bentuk nasionalisme yang

ditemukan dalam kisah ini yaitu nasionalisme berdasarkan suku ataupun keturunan yang

sama. Oleh sebab itu, berdasarkan silsilah keturunan yang dilihat dari Tamar dan perdebatan

para ahli tentang asal-usul Tamar, maka penelitian ini kemudian dilakukan dengan fokus

pada nasionalisme Yehuda dalam cerita Yehuda dan Tamar guna memperoleh pemahaman

mengenai konsep nasionalisme Yehuda.

Adapun pertanyaan sentral sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa

konsep nasionalisme Yehuda dalam Kejadian 38:1-30 berdasarkan kajian Sosio-Teologis?.

Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan konsep nasionalisme Yehuda dalam Kejadian

38:1-30 berdasarkan kajian Sosio-Teologis. Manfaat dari penelitian ini, secara teoritis

memberikan sumbangan pemikiran yang sekaligus berguna untuk melengkapi literatur

penelitian sebelumnya tentang nasionalisme khususnya dalam studi-studi biblika dan secara

praktis sebagai salah satu upaya sumbangan pemahaman kepada Fakultas Teologi khususnya

matakuliah Hermeneutik Perjanjian Lama tentang konsep nasionalisme Yehuda dalam

Kejadian 38:1-30.

Penelitian ini menggunakan kajian sosiologis teologis dengan pendekatan sosio

historis. Pendekatan sejarah dan sosial merupakan dua hal yang berbeda tetapi keduanya

sama-sama dalam merekonstruksi kehidupan Israel Monarki. Jadi, pendekatan sosio-historis

adalah cara untuk melihat berbagai latar belakang sejarah dan juga situasi atau keadaan sosial

yang terjadi pada masa atau zaman tertentu dengan lebih mendalam dan seksama. Melalui

pendekatan ini penulis menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian penulis atas judul yang

telah penulis rumuskan terlebih dahulu.7 Kisah Yehuda dan Tamar dalam Kejadian 38:1-30

juga perlu dikaji dengan pendekatan sosio-historis agar pembaca dapat mengerti maksud dan

tujuan teks tersebut ditulis.

Sistematika penulisan tugas akhir ini di jelaskan dalam lima bagian yang antara lain:

bagian pertama yaitu Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan yang

7 Norman K. Gottwald, Sociological Method in the Study of Ancient Israel. Edited by Norman K. Gottwald.

The bible and Liberation – Political and Social Hermeneotics (Maryknoll New York: Orbis Books, 1983), 27.

Page 9: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

5

menjadi kerangka umum penulisan tugas akhir ini. Bagian kedua menjelaskan mengenai

konsep nasionalisme. Bagian ketiga menjelaskan tradisi Y kaitannya dengan Yehuda dan

Tamar dalam Kejadian 38:1-30. Pada bagian keempat yaitu hasil penelitian dan pembahasan

yang akan menjelaskan konsep nasionalisme Yehuda dalam Kejadian 38:1-30 secara Sosio-

Teologis dan bagian kelima yaitu penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan

penelitian yang diperoleh dari hasil pembahasan, analisis dan saran berupa kontribusi dan

rekomendasi.

II. Teori Nasionalisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme diartikan sebagai paham atau

ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Selain itu nasionalisme mengandung

makna kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual

bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,

kemakmuran serta kekuatan bangsa tersebut.8 Kata nasionalisme itu sendiri secara

etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu natio yang berarti bangsa yang dipersatukan karena

kelahiran. Kata natio ini berasal dari kata nascie yang berarti dilahirkan. Kata tersebut

memberikan makna sekelompok orang yang berasal dari keturunan dan rumpun yang sama.

Oleh sebab itu, jika makna tersebut dihubungkan secara objektif, maka pada umumnya yang

dikemukakan adalah bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara, dan kewarganegaraan.9

J.E. Renan dan Otto Bouwer yang menganut aliran nasionalisme mengungkapkan

bahwa munculnya suatu bangsa atas dasar kemanusiaan. Namun penekanan pada faktor

kemanusiaan tersebut berbeda. Renan menekankan bahwa suatu bangsa hadir karena adanya

suatu dorongan yang kuat untuk bersatu, sedangkan Bouwer menekankan pada kesadaran

akan persamaan nasib yang harus diperjuangkan secara bersama-sama.10

Berbagai upaya dilakukan oleh para ahli untuk menjelaskan definisi mengenai

nasionalisme. Ernest Gellner dalam bukunya “Nation and nationalism” menyatakan bahwa

nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip legitimasi politik, yang meyakini bahwa

dalam suatu negara, kesatuan politik dan kesatuan nasional harus berjalan seimbang.

Nasionalisme sebagai sentimen, atau sebagai sebuah gerakan, paling tepat didefinisikan

8 Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang: Penerbit Widya Karya,

2011), 333. 9Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berbasis Agama (Yogyakarta: PT LKiS

Pelangi Aksara, 2007), 28-29. 10

Hendro Muhaimin et al., Prosiding Kongres Pancasila VI (Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila, 2014),

485.

Page 10: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

6

dalam konteks prinsip ini. Sentimen nasionalis adalah rasa marah yang timbul akibat

pelanggaran prinsip ini, atau rasa puas karena prinsip ini dijalankan dengan baik.11

Gellner mendefinisikan gagasan mengenai bangsa dalam dua bagian, diantaranya

yang pertama, bangsa sebagai suatu kondisi di mana dua orang dari bangsa yang sama,

memiliki budaya yang sama, yang mana budaya tersebut mencakup sistem ide, tanda-tanda

(simbol) dan cara bertingkah laku serta berkomunikasi. Kedua, mengakui bahwa mereka

terikat oleh persaudaraan atas dasar kebangsaan.12

Definisi nasionalisme menurut Gellner

didasarkan pada dua hal, yakni negara dan bangsa. Gellner menegaskan bahwa sulit

membayangkan bangsa tanpa negara, maksudnya, bangsa seperti negara sama-sama memiliki

sejarah, Namun bukan sejarah yang sama.13

Dalam menciptakan tipologi nasionalisme, Gellner menggabungkan tiga faktor yaitu

daya, pendidikan, dan budaya bersama. Hal tersebut dikarenakan Gellner melihat, dalam

masyarakat tradisional, kekuasaan disebarkan sedangkan dalam masyarakat modern,

kekuasaan berada di tangan beberapa orang. Menurut Gellner, nasionalisme hanya muncul

dalam situasi perbedaan budaya. Selain itu, nasionalisme juga muncul dari kesadaran

penguasa dan pemerintah mengenai arti pentingnya pendidikan bergaya modern.14

Berdasarkan pandangan Gellner, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gellner melihat

nasionalisme sebagai suatu produk dari zaman modern.

Pandangan Gellner mengenai nasionalisme sebagai suatu produk modern dengan

menggabungkan tiga faktor utama dalam menciptakan suatu tipologi nasionalisme, dikritik

oleh Anthony Smith. Dalam bukunya yang berjudul “Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah”,

Smith menegaskan bahwa, nasionalisme atau perasaan kebangsaan sudah terlebih dulu hadir

sebelum lahirnya suatu bangsa. Perasaan kebangsaan itulah yang kemudian mendorong

seseorang atau sekelompok orang untuk membentuk suatu negara. Oleh sebab itu Smith

menjabarkan nasionalisme dalam beberapa pengertian, yaitu suatu proses pembentukan dan

pertumbuhan bangsa, hadir dan dibentuk karena adanya sentimen atau kesadaran memiliki

bangsa. Nasionalisme juga merupakan bahasa dan lambang oleh sebab itu nasionalisme selalu

dikaitkan dengan lambang-lambang seperti bendera serta lagu kebangsaan. Selain itu

11

Ernest Gellner, Nation And Nationalism (Ithaca, New York: Cornell University Press, 1983), 1. 12

Ibid.,7. 13

Ibid.,5-7. 14

Ibid.,84-95.

Page 11: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

7

nasionalisme menurut Smith memiliki makna suatu gerakan sosial-politik serta suatu doktrin

atau ideologi bangsa.15

Pada akhirnya Anthony Smith berpendapat bahwa nasionalisme merupakan suatu

ideologi yang menempatkan bangsa di pusat masalahnya dan berupaya mempertinggi

keberadaannya. Oleh sebab itu perlu adanya sasaran utama bagi nasionalisme dalam

menaikkan derajat bangsa. Sasaran umumnya terdiri dari tiga, diantaranya otonomi nasional,

kesatuan nasional, dan identitas nasional. Smith meyakini bahwa suatu bangsa tidak dapat

menjalankan hidupnya jika tidak terdapat ketiga sasaran ini dalam derajat yang memadai.

Dari pernyataan ini, kemudian muncullah definisi kerja nasionalisme yaitu sebagai suatu

gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan dan identitas bagi

suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu „bangsa‟ yang

aktual atau „bangsa‟ yang potensial.16

Pandangan Smith mengenai nasionalisme didukung oleh Hans Kohn, seorang pakar

nasionalisme menyatakan bahwa semangat nasionalisme sudah hadir sebelum adanya negara.

Hanya saja nasionalisme dalam arti modern baru diakui secara umum pada akhir abad

kedelapan-belas. Kohn mendefinisikan nasionalisme sebagai suatu paham yang menyatakan

bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Namun pada

kenyataannya nasionalisme itu sendiri, tidak sama pada setiap negara dan zaman. Perasaan

mendalam akan sebuah ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-

tradisi setempat serta penguasa-penguasa resmi di daerahnya, selalu ada di sepanjang sejarah

dengan kekuatan yang berbeda-beda. Lebih lanjut, Kohn menjelaskan bahwa sebelum paham

kebangsaan hadir, kesetiaan dari masing-masing individu diserahkan kepada raja dan juga

gereja. Namun pada akhir abad kedelapan-belas, “kesetiaan” tersebut berubah maknanya

menjadi kesetiaan kepada Negara kebangsaan.17

Kesetiaan terhadap negara kebangsaan hadir

karena adanya kesadaran akan identitas kolektif yang berbeda dengan yang lain. Pada

umumnya hal tersebut terjadi karena adanya kesamaan keturunan, bahasa atau kebudayaan.

Namun lebih daripada itu menurut Kohn, unsur terpenting ialah kemauan untuk hidup

bersama secara nyata. Kemauan untuk hidup bersama tersebutlah yang menjadi tujuan dari

nasionalisme yang digambarkan Kohn karena melalui hal tersebut maka terciptalah suatu

penyatuan perbedaan dalam sebuah negara. 18

15

Anthony D. Smith, Nasionalisme: Teori..., 7-10. 16

Ibid., 10-11. 17

Han Kohn, Nasionalisme: Arti...,11. 18

Ibid., 12.

Page 12: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

8

Dalam pembahasannya mengenai nasionalisme, Kohn memberikan contoh bangsa

yang diatasnya nasionalisme tumbuh dan berkembang yaitu bangsa Ibrani. Bangsa yang

mempunyai kesadaran identitas yang tegas bahwa bangsa tersebut berbeda dengan yang lain.

Ada tiga ciri khas utama nasionalisme modern yang diwariskan dari bangsa Ibrani, yakni cita

sebagai bangsa yang terpilih, memiliki kenangan masa lampau dan harapan yang sama

dimasa depan, serta keyakinan yang kuat bahwa bangsa Ibrani memiliki tugas khusus

didunia.19

Dengan kata lain, Kohn ingin menegaskan bahwa nasionalisme terbentuk karena

adanya kesadaran nasional. Kesadaran nasional inilah yang kemudian memacu seseorang

atau sekelompok orang untuk membentuk nation dalam arti politik.

Berdasarkan realitas tersebut, Kohn seperti yang dikutip Moesa memilah nasionalisme

menjadi dua yaitu nasionalisme tertutup dan nasionalisme terbuka. Nasionalisme tertutup

memiliki ciri khas antara lain yaitu kebangsaan, kesetiaan politik dan rohani didasarkan pada

karakter bangsa yang asli, seperti asal-usul ras dan darah serta anak dari negeri leluhur

sebagai sesuatu yang paling mendasar. Dalam hal ini, unsur biologis dan historis sangatlah

ditekankan.20

Arthur de Gobineau yang pertama kali menyusun secara sistematis mengenai

nasionalisme biologis. Dalam penjelasannya Gobineau menyatakan bahwa setiap manusia

memiliki perbedaan satu dengan yang lain, oleh sebab itu darah merupakan sesuatu yang

penting dalam sebuah peradaban. Bangsa-bangsa yang tertinggal tidak bisa mencapai

kedudukan atau mutu yang lebih tinggi yaitu sebagai umat yang terpilih. Lebih lanjut

Gobineau menjelaskan bahwa kesanggupan suatu bangsa tergantung pada kemurnian darah.

Oleh sebab itu perkawinan campuran merugikan peradaban.21

Selain nasionalisme tertutup,

Kohn juga menjelaskan mengenai nasionalisme terbuka. Nasionalisme terbuka cenderung

terarah pada kebersamaan dalam relasi-relasi dengan basis suatu masyarakat politis di mana

warga negaranya terlepas dari kategori etnis maupun ras.22

Dengan demikian, pemahaman

nasionalisme yang dipegang oleh Kohn tidak hanya terbatas pada kesamaan suku, budaya,

darah serta keturunan, melainkan lebih luasnya Kohn ingin menyatakan bahwa nasionalisme

bisa tercapai karena adanya keinginan untuk hidup bersama tanpa memandang etnis maupun

ras.

Soekarno seperti yang dikutip Silaban dalam pidatonya mengambil contoh

nasionalisme yang ada di Indonesia. Ada dua hal yang melatarbelakangi munculnya

19

Ibid.,13-14. 20

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai..., 30. 21

Hans Kohn, Nasionalisme: Arti..., 90. 22

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai..., 30.

Page 13: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

9

nasionalisme menurut pemikiran Soekarno tersebut, yaitu Adanya keinginan suatu bangsa

untuk melepaskan diri dari penjajahan. Keinginan ini muncul karena adanya perasaan

senasib, sepenanggungan dan sependeritaan di bawah penjajahan bangsa lain. Dengan

demikian, bahwa nasionalisme di Indonesia itu lahir dan berkembang sebagai fenomena yang

menentang penjajahan oleh satu bangsa atas bangsa yang lain. Bagi Soekarno, nasionalisme

merupakan suatu kekuatan besar bagi bangsa-bangsa yang terjajah. Selain itu latarbelakang

munculnya nasionalisme karena adanya rasa persatuan dan cinta tanah air tanpa

mempermasalahkan ataupun menonjolkan perbedaan yang ada dalam masyarakat. 23

Berdasarkan perdebatan para ahli mengenai nasionalisme, peneliti memilahnya dalam

dua kelompok besar, yaitu kelompok yang beranggapan bahwa nasionalisme merupakan

suatu gejala yang lahir pada zaman modern dan kelompok yang beranggapan bahwa

nasionalisme sudah hadir jauh sebelum lahirnya suatu bangsa dan negara. Namun peneliti

dapat menarik kesimpulan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tentang

nasionalisme yaitu suatu bentuk rasa cinta seseorang atau sekelompok orang kepada bangsa

dan negaranya. Walaupun nasionalisme merupakan suatu istilah modern namun semangatnya

dapat dirasakan sebelum hadirnya istilah nasionalisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena

nasionalisme merupakan suatu kesadaran individu akan bangsanya karena merasa memiliki

ikataan serta persamaan rumpun, tradisi, budaya, serta bahasa, yang diwujudnyatakan dalam

bentuk cinta serta kesetiaan terhadap bangsanya sendiri. Dalam hal ini, nasionalisme

merupakan sebuah gerakan untuk mempertahankan identitas dari bangsa tersebut. Selain itu,

nasionalisme juga memiliki makna politik, dalam arti selalu dikaitkan dengan kesadaran

individu atau sekelompok orang dalam membentuk negara dan kekuasaan. Hanya saja,

sebagian besar ahli berpendapat bahwa nasionalisme hadir karena adanya persamaan suku,

keturunan, etnis, bahasa, pengalaman, serta masa depan yang sama. Pada akhirnya

pemahaman nasionalisme yang seperti inilah yang kemudian menimbulkan nasionalisme

yang chauvinisme. Sikap kecintaan kepada bangsa atau negara, meninggikan bangsanya dan

merendahkan yang lain.

III. Pendekatan Sosio-Historis Terhadap Kejadian 38:1-30

Kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama merupakan suatu karya yang disebut

“Pentateukh”. Dalam bahasa Yunani, Pentateukh disebut Lima (sarung) gulungan Kitab atau

23

Winer Silaban, “Pemikiran Soekarno Tentang Nasionalisme”, Jurnal Dinamika Politik Vol.1 No.3

(Desember 2012), 3.

Page 14: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

10

Torah, sedangkan bahasa Ibrani disebut Instruksi atau Perintah.24

Tokoh utama dalam

sebagian besar kitab-kitab itu adalah Musa. Bahkan tradisi kuno yang dipegang oleh kaum

Yahudi dan Kekristenan meyakini bahwa Lima Kitab tersebut merupakan hasil tulisan Musa.

Pendapat tersebut mulai diragukan kebenarannya oleh seorang dokter Perancis, Jean Astruc.

Meskipun tetap menganggap bahwa Musa sebagai penulis satu-satunya, Astruc berpendapat

bahwa dalam menulis Pentateukh, Musa menggunakan dua sumber besar yang perbedaannya

dapat dilihat melalui penggunaan sebutan-sebutan untuk Allah yaitu Yahweh dan Elohim.

Pandangan Astruc diperluas oleh J.G Eichorn yang menyatakan bahwa Pentateukh bukanlah

ditulis oleh Musa melainkan oleh orang yang tidak diketahui namanya. Sampai pada akhir

abad kesembilan belas, Abraham Kuenen dan Julius Wellhausen berhasil mengembangkan

penyelidikannya terhadap Lima Kitab tersebut. Menurut Kuenen dan Wellhausen, Lima Kitab

pertama dari Perjanjian Lama atau yang disebut Pentateukh terdiri dari empat sumber,

diantaranya sumber Y yang menggunakan nama Yahweh dan berasal dari Selatan (Yehuda);

Sumber E yang menggunakan nama Elohim dan berasal dari Utara (Israel); Sumber D atau

Deuteronomium yang hanya ditemukan dalam kitab Ulangan; Sumber P (Priester Codex)

yang dipelopori oleh para imam 25

Robert B. Coote dan Mary P. Coote menjelaskan, jika sejarah dari keempat sumber ini

dihubungkan satu dengan lainnya, maka sejarah Alkitab paling awal yaitu “Y”. Sejarah “Y”

ditulis di istana Daud untuk menghadirkan sejarah wangsa Daud dari sudut pandang Daud.

Sejarah ini menerangkan bagaimana Yehuda dan Israel dianggap bersatu dibawah

pemerintahan Daud dalam menghadapi ancaman Mesir yang merupakan musuh wangsa

Daud. Ketika orang Israel berada dibawah kepemimpinan Yerobeam, sejarah Israel versi

Daud tetap digunakan, tetapi dengan membuat banyak tambahan ke dalamnya. Tambahan

tersebut disebut “E”. Tambahan penting lainnya datang dari para imam Yerusalem yang di

buang ke Babel dan bait suci Salomo dihancurkan. Tambahan tersebut disebut “P”. Lebih

lanjut Coote dan Coote menambahkan bahwa Tetrateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat,

Bilangan) yang berisi pembenaran-pembenaran dari tiga penguasa yang saling tumpang

tindih, yakni Daud, Yerobeam, dan para imam, menjadi Pentateukh ketika kitab Ulangan atau

Deuteronomium dimasukkan, didalamnya.26

3.1 Sumber Y

24 C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1979), 84-85.

25 J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 17.

26 Robert B. Coote & Mary P. Coote, Kuasa, Politik dan Proses Pembuatan Alkitab: Suatu Pengantar

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 8-9.

Page 15: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

11

Sumber Y merupakan sumber tertua dan yang paling besar memberikan kontribusi

dalam pentateukh dibandingkan sumber-sumber yang lain dan dapat ditemukan dalam kitab

Kejadian, Keluaran, dan Bilangan.27

Dalam menyapa Allah Israel, penulis sumber ini

menggunakan nama Yahweh. Oleh sebab itu, penulis yang tidak diketahui namanya dikenal

sebagai J atau Yahwist. J berasal dari ejaan Jerman yakni Jahweh atau Jahwist. J ditulis di

Yehuda dan menekankan peran sentral Yehuda di antara suku-suku lain di Israel.28

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa J atau Y memiliki makna ganda, yaitu

mengacu pada nama yang disukai oleh Allah yaitu Yahweh dan kepada suku yang lebih

disukai yaitu Yehuda.

Sumber Y menekankan pada pemusatan kekuasaan suku-suku Israel dibawah

pemerintahan Daud dan keturunannya di Kerajaan Selatan (Yehuda).29

Pandangan sumber Y

yang terpenting adalah pemanggilan Yahweh kepada Abraham untuk menjadi bangsa yang

besar dan akan mendiami negeri yang telah dijanjikan Yahweh kepadanya. Pemanggilan ini

bertujuan agar melalui Abraham, semua bangsa di dunia akan mendapat berkat. Oleh sebab

itu maka kelahiran bangsa Israel, sebagaimana terungkap dalam cerita-cerita kelahiran Ishak,

Yakub serta kelepasan dari Mesir sangat ditekankan.30

Konsep Israel sebagai umat pilihan

yang diberkati Yahweh, menurut Coote dan Ord dikembangkan oleh Daud karena pada saat

itu Mesir merupakan ancaman terbesar bagi Kerajaan Daud.31

Dengan demikian, cerita

tersebut harus dikembangkan, dengan menempatkan Mesir pada posisi yang dikutuk dan

Israel pada posisi yang diberkati. Tujuannya untuk meyakinkan rakyat, terutama para

pemimpin (syeikhs) agar tidak khawatir terhadap ancaman yang datang dari Mesir.32

Berkaitan dengan konsep terkutuk dan diberkati, pokok perhatian lainnya yang juga

disoroti oleh penulis Y ialah mengenai jodoh atau perkawinan. Untuk mencapai tujuannya

sebagai raja yang berkuasa, Daud mengawini istri-istri dari musuhnya yang telah ia bunuh

dan pada akhirnya Daud berhasil membangun aliansi, salah satunya ialah Abigail, istri dari

Nabal. Sikap Daud dalam menjadikan perkawinan sebagai upaya untuk membangun aliansi,

dibenarkan oleh peneliti Y. Bahkan berkaitan dengan perkawinan, peneliti Y memilahnya

dalam dua sifat, yaitu perkawinan yang terkutuk dan yang diberkati. Generasi terkutuk

27

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah Pertama Alkitab – Dari Eden hingga Kerajaan Daud

Berdasarkan Sumber Y (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2015), 16. 28

Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible- A Socio Literary Introduction, (Philadelphia: Fortress Press,

1987), 137. 29

Ibid., 137. 30

J.Blommendaal, Pengantar..., 18. 31

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah..., 79. 32

Ibid., 91.

Page 16: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

12

menurut Coote dan Ord ialah generasi yang hadir sebelum air bah, yang mana laki-laki bebas

memilih istri sesuai dengan keinginannya. Sangat kontras dengan generasi yang diberkati.

Dalam generasi yang diberkati, Abram yang memilih Ribka untuk Ishak, ia memintanya dari

Yahweh. 33

Melalui konsep perkawinan inilah tergambar dengan jelas bahwa konsep utama

dalam Y adalah diberkati dan dikutuk. Daud berasal dari latarbelakang keluarga dan garis

keturunan yang diberkati, oleh sebab itu perkawinan Daud bukan seperti perkawinan raja-

raja yang terkutuk, dalam hal ini Mesir yang menjadi ancamannya saat itu, melainkan Daud

diberkati bersama istri-istrinya oleh Yahweh.

Mengenai waktu penulisan sumber Y, masih terdapat perdebatan dikalangan para ahli

Alkitab. M. Grant menyatakan bahwa ada kemungkinan sumber Y ditulis pada masa

pemerintahan Salomo.34

Berbeda dengan Grant, Gottwald meyakini bahwa sumber Y ditulis

kira-kira tahun 960-930 Sebelum Zaman Bersama (SZB) dan diperkirakan berasal dari

kerajaan Selatan (Yehuda) pada masa pemerintahan Daud dan Salomo. Sumber Y

diperkirakan ditulis pada masa kemerdekaan suatu bangsa, dilihat dari syair “kepahlawan

nasional” yang diciptakan peneliti bagi kerajaan Daud dan Salomo. 35

Pertimbangan terbesar

yang diungkapkan Wahono bahwa tulisan-tulisan dalam sumber Y mencerminkan adanya

kesatuan, keteguhan dan kepercayaan serta kepenuhan nasional. Keadaan seperti itu hanya

bisa terjadi dalam masa pemerintahan Daud dan Salomo, ketika seluruh Israel bergabung

menjadi satu dalam Israel Raya.36

Berbeda dengan itu, Coote dan Ord yang meyakini bahwa

sumber ini bukan berasal dari zaman pemerintahan Salomo, melainkan Daud. Y ditulis pada

masa berdirinya kerajaan Daud dan kemungkinan besar Y didukung oleh seorang penguasa

dinasti Daud yang ada di Yerusalem, dengan tujuan untuk menjustifikasi sebuah dinasti

Kerajaan dalam hubungan dengan ideologi dan tradisi kesukuan Israel.37

Coote dan Ord

menambahkan alasan sumber ini ditulis pada masa pemerintahan Daud karena konsep

penyatuan yang ada dalam sumber Y bukanlah konsep penyatuan suatu kerajaan yang pernah

terpecah. Selain itu sumber Y menyiratkan adanya permusuhan dengan Mesir, sedangkan

pada zaman Salomo, Mesir bukanlah suatu ancaman. Dalam sumber Y, penekanan tentang

pentingnya identitas suku sesuai dengan pemerintahan Daud, yang mencoba untuk tetap

33

David Robert Ord, Robert B. Coote, Apakah Alkitab Benar? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 88.

Bdk. 1 Samuel 25:2-44, Kejadian 6:1-8. 34

Michael Grant, The History of Ancient Israel (New York: Charles Scribner‟s Sons, 1984), 96. 35

Norman K, Gottwald, The Hebrew...,137. 36

S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 61-62. 37

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah...,16.

Page 17: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

13

mempertahankan serta memelihara identitas suku pada masa pra-monarki, sedangkan Salomo

tidak.38

Coote dan Ord menjelaskan bahwa sumber Y merupakan hasil dari tradisi kota besar

atau great tradition yang secara optimis menggambarkan perkembangan sistem pemerintahan

monarki dan menujukkan peran penting kaum elit kerajaan dalam sistem sosial politik.

Penulisan sumber Y juga menunjukkan bahwa dalam semangat nasionalisme yang dibangun

oleh Daud, terdapat sejarah nasional Israel yang disusun untuk melegitimasi terbentuknya

pemerintahan Daud dan keturunannya dalam mensentralisasikan sistem politik dan

melakukan berbagai perubahan baik di dalam bidang sosial, ekonomi, maupun keagamaan.39

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dapat disimpulkan seperti

yang dikemukakan oleh Grant, Gottwald, dan juga Wahono bahwa dilihat dari tulisan-tulisan

yang ada dalam sumber Y memang menyiratkan adanya kesatuan dan keutuhan suatu bangsa

tanpa ada perpecahan. Namun kesimpulan seperti itu tidak cukup membuktikan bahwa

sumber Y ditulis pada masa Daud dan Salomo. Grant, Gottwald dan juga Wahono

mengabaikan bukti penting yang dapat menjelaskan mengenai kapan waktu yang tepat dan

pada masa pemerintahan siapa sumber ini di tulis. Pertimbangan lain yang harus diperhatikan

adalah bagaimana cara Daud membangun hubungan kerja sama antara Israel dengan bangsa-

bangsa lain. Pada zaman Salomo, Mesir bukanlah suatu ancaman bagi Salomo dan

kerajaannya karena Salomo membangun hubungan kerja sama dengan Mesir, dengan

menikahi putri Firaun. Hal ini berbeda dengan penulisan sumber Y yang menyatakan bahwa

musuh utama yang disoroti dalam Y adalah Mesir sama seperti Daud dalam

pemerintahannya.

Selain itu penyatuan, pemeliharaan serta upaya mempertahankan identitas suku dalam

Y sangatlah ditekankan dan itu hanya terjadi pada masa pemerintahan Daud dalam upaya

mendukung legitimasi kekuasaannya. Berbeda dengan Salomo yang melakukan perubahan

besar sehingga menyebabkan suku-suku tersebut memilih untuk berpisah.

3.2 Yehuda dan Tamar dalam Kejadian 38:1-30

Menurut Lasor (2008) kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani disebut beresyit (pada

mulanya), yaitu kata pembuka dalam kitab tersebut. Kitab Kejadian menjelaskan mengenai

permulaan segala sesuatu. Berdasarkan isinya, kitab ini terbagi dalam dua bagian besar yaitu

38

Ibid., 83. 39

Ibid., 46-51.

Page 18: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

14

bagian pertama yang dimulai dari fasal 1-11 yang menceritakan mengenai sejarah zaman

permulaan. Sedangkan fasal 12-50 menceritakan mengenai asal mula sejarah keselamatan

Yahweh atas para bapak leluhur yaitu Abraham, Ishak dan Yakub serta janji-Nya tentang

tanah dan keturunan.40

Dalam kedua bagian besar inilah kitab Kejadian disusun. Kisah- kisah

sebelum pemanggilan Abraham yang dimulai dengan kisah penciptaan alam semesta, awal

mula kehidupan manusia, kisah Nuh yang menceritakan bagaimana Allah memusnahkan

manusia dengan air bah dan menyelamatkan nuh beserta keluarganya dan berakhir pada kisah

menara Babel sebagai lambang kesombongan manusia. Kisah ini dilanjutkan kembali dengan

menceritakan pemanggilan Allah atas diri para bapak leluhur yaitu Abraham, Ishak, Yakub

dan keturunannya khususnya Yehuda dan Yusuf.

Berdasarkan pembagiannya, Gottwald menjelaskan bahwa Kejadian 38:1-30 berada

dalam lingkup Kejadian 12-50 tentang sejarah para leluhur Israel dan juga termasuk dalam

sumber Y. 41

Tema besar yang dipilih untuk kisah yang terdapat dalam Kejadian 38:1-30

menurut Coote dan Ord adalah “Sebelah Barat Eden”. Tema besar ini merupakan satu

kesatuan dari sebagian kisah Yusuf yang berasal dari tradisi J/Y dan dimulai dari Kejadian

37:1-41:56.42

Sama halnya dengan Coote dan Ord, Gottwald juga memasukkan kisah ini

dalam kisah-kisah Yusuf dan diberikan tema Yehuda dan Tamar.43

Kesatuan cerita Yehuda

dengan cerita Yusuf seakan-akan menyiratkan bahwa kisah-kisah ini memiliki kaitan satu

dengan lainnya.

Penyatuan kisah Yehuda dan Yusuf menimbulkan perdebatan dikalangan para ahli

karena kisah ini berada ditengah-tengah narasi yang melukiskan perjalanan dan karir Yusuf di

Mesir. Seperti yang diketahui, Yehuda dalam catatan sejarah bangsa Israel merupakan tokoh

terkemuka dalam keluarga Yakub karena nama Yehudalah yang kemudian berada dalam

garis keturunan Daud. Coote dan Ord melihat kisah-kisah ini sebagai satu episode yang

mencakup kisah rekonsiliasi dari anak-anak Israel sebagai sejarah tentang Yehuda dan Yusuf

yang nantinya akan melibatkan entitas dalam membentuk satu kesatuan Israel. Lebih lanjut

Coote dan Ord mengatakan bahwa kisah Yehuda yang ditempatkan ditengah-tengah kisah

Yusuf juga menyangkut masalah penguasa siapa yang akan menang, apakah penguasa dari

pegunungan Yehuda atau penguasa dari pegunungan Utara.44

40

LaSor, W.S., et.al, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2008), 111. 41

Norman K, Gottwald, The Hebrew..., 151-152. 42

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah..., 308. 43

Norman K. Gottwald, The Hebrew..., 152. 44

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah..., 308-310.

Page 19: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

15

Setelah kisah Yusuf yang dijual saudara-saudaranya, sosok Yehuda muncul dalam

Kejadian 38:1-30 dengan kisah yang berbeda. Dalam kisah ini, Yehuda meninggalkan

saudara-saudaranya dan tinggal bersama seorang laki-laki yang bernama Hira, seorang

Adulam. Disitu Yehuda melihat anak perempuan dari seorang Kanaan bernama Syua.

Yehuda kawin dengan perempuan itu dan bersetubuh dengannya, kemudian melahirkan tiga

anak laki-laki yang diberi nama Er, Onan dan Syela. Syuah melahirkan ketiga anaknya

disebuah tempat yang bernama Kezib. Jika dikaitkan dengan pandangan Coote dan Ord

mengenai nama dari anak-anak lelaki Yehuda yang dilahirkan dari seorang perempuan

Kanaan, maka jelaslah bahwa anak pertama Yehuda yaitu Er, merupakan kata yang dipakai

oleh Y untuk menyebut kota (Ir). Nama Er juga terkait dengan beberapa istilah yang

digunakan dalam kebudayaan saat itu untuk menunjuk pada impotensi dan potensi. Menurut

Coote dan Ord, permainan kata yang dipakai dalam Y menyangkut kedua kota dan potensi

cukup sejalan dengan yang digambarkan Y mengenai garis keturunan Kain dan Ham yaitu

garis keturunan yang dikutuk. Anak kedua Yehuda yaitu, Onan, namanya menjadi referensi

terselubung terhadap potensi reproduksi. Anak ketiga Yehuda yaitu, Syela, menurut Coote

dan Ord nama Syela atau Selah membuat dia seorang yang penuh damai tetapi makna

sebenarnya dari nama ini tidak begitu jelas. Sebagai seorang Ayah, Yehuda

bertanggungjawab memilihkan istri bagi anak-anaknya. Yehuda memilih Tamar untuk Er.45

Penulis teks ini memberikan penjelasan mengenai garis keturunan Yehuda yang

terancam punah karena tidak mendapatkan keturunan dari anak-anak yang dilahirkan oleh

seorang perempuan Kanaan. Ketika Er menikahi Tamar, Er melakukan hal yang jahat dimata

Yahweh oleh sebab itu Er dimusnahkan oleh Yahweh. Coote dan Ord mengatakan bahwa

Yahweh tidak menyukai Er karena Er merupakan anak pertama dari seorang kanaan dan

pemegang nama dari generasi terkutuk. Akhirnya Er mati tanpa meninggalkan keturunan. Hal

yang sama juga terjadi kepada Onan. Menurut hukum Ibrani, seorang laki-laki diwajibkan

menikahi istri dari saudaranya yang meninggal agar dapat meneruskan keturunan dari

saudaranya. Onan menikahi Tamar dan berhubungan intim dengannya tetapi melakukan

senggama terputus karena Onan takut anak yang akan dilahirkan nanti bukanlah ahli warisnya

melainkan ahli waris Er. Coote dan Ord mengatakan bahwa Onan melakukan hal yang tidak

disukai oleh Yahweh yaitu mencoba mengontrol reproduksi keluarga.46

Satu-satunya yang

tersisa ialah Syela. Dalam Kejadian 38 dikatakan bahwa Yehuda tidak rela anak laki-lakinya

45

Ibid., 316-319. 46

Ibid., 319-320.

Page 20: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

16

mengalami hal yang sama, oleh sebab itu Syela tidak diberikan kepada Tamar. Hal ini

berbeda dengan yang diungkapkan dalam “Testament of The Twelve Patriachs”. Penyebab

Yehuda tidak menyerahkan Syela kepada Tamar karena istrinya tidak menyukai Tamar yang

bukan berasal dari Kanaan sepertinya melainkan berasal dari Aram, Mesopotamia.47

Pada

akhirnya Tamar tidak mendapatkan keturunan dari Er, Onan, dan Syela melainkan dari

Yehuda yang adalah mertuanya serta melahirkan dua anak laki-laki, yaitu Zerah dan Peres.

Peres yang kemudian menjadi nenek moyang dari Daud. Coote dan Ord melihat kisah ini

sebagai sebuah pembenaran bahwa Daud merupakan raja yang berasal dari garis keturunan

yang diberkati yaitu garis keturunan Sem, daripada mencampurnya dengan garis Kanaan,

melalui istri Yehuda.48

Berdasarkan pandangan Coote dan Ord serta “Testament of The

Twelve Patriachs”, perlu bagi kita untuk mencari tahu asal-usul dari Tamar.

Dalam Kejadian 38, garis keturunan dari menantu perempuan Yehuda atau ibu anak-

anaknya, Tamar, tidak begitu jelas walaupun tampaknya ia memiliki keluarga di Kanaan

dengan menyinggung tempat tinggal ayahnya. Hal tersebut secara tidak langsung ingin

menyatakan bahwa Tamar bukan bagian dari keluarga Abraham di Mesopotamia.49

Tradisi

kuno juga meyakini bahwa Tamar adalah seorang perempuan Kanaan sama seperti Syua,

istri Yehuda, akan tetapi kitab Yobel dengan tegas menyatakan bahwa Tamar adalah seorang

Aram, dari Mesopotamia.50

Menurut “Testament of The Twelve Patriachs”, asal-usul dari

Tamar yang adalah seorang Aram, Mesopotamia yang menjadi penyebab mengapa Tamar

tidak mendapatkan keturunan dari Er.51

Berdasarkan pandangan dari para ahli mengenai asal-

usul Tamar, ada dua klaim yang peneliti dapatkan mengenai Tamar. Pertama, Tamar adalah

seorang perempuan Kanaan; dan kedua Tamar adalah seorang perempuan Aram dari

Mesopotamia. Mengenai pentingnya asal-usul serta peran Tamar dalam cerita ini, belum

diketahui dengan jelas. Namun dengan menempatkan Tamar sebagai tokoh utama dalam

47

Philip F. Esler, Sex, Wives, and Warriors: Reading Old Testament Narrative with Its Ancient Audience

(Cambridge: Casemate Publishers, 2012), 97. 48

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah..., 323-324. 49

David J. Zucker and Moshe Reiss, “Righting and Rewriting Genesis 38: Tamar and Judah in the

Pseudepigrapha”, Biblical Theology Bulletin , Vol. 45 Number 4 (2015), 195. 50

Rabbi Jeffrey K. Salkin, Righteous Gentiles In The Hebrew Bible: Ancient role models for sacred

relationship (Woodstock, Vermont : Jewish Light Publishing, 2008), 23. Kitab Yobel termasuk dalam kitab

pseudopigraf. Kitab ini berisi sejarah dunia serta membagi sejarah dunia atas periode Yobel. Dalam kitab ini

terdapat sejarah dahulu kala sampai pada keluaran dari Mesir, seperti yang terdapat dalam kitab Kejadian dan

Keluaran. Baca J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),

175. Selain kitab Yobel, buku yang berisi kesaksian Yehuda (Testament of Judah 10:1-11:5) menjelaskan bahwa

Tamar berasal dari Mesopotamia, anak perempuan Aram. Lihat Esther Marie Menn, Judah and Tamar (Genesis

38) in Ancient Jewish Exegesis: Studies in Literary Form and Hermeneutics (Leiden, Netherland: BRILL,

1997), 143. 51

Philip F. Esler, Sex..., 97.

Page 21: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

17

membangun sebuah nasionalisme dalam Kejadian 38:1-30, tidak terlepas dari pentingnya

asal-usul Tamar baik sebagai perempuan Kanaan maupun perempuan Mesopotamia dalam

memberikan kontribusi bagi sebuah nasionalisme yang dibangun oleh Yehuda.

Peneliti juga melihat cerita cerita Tamar dalam kerangka sumber Y yang memegang

konsep bangsa yang diberkati dan bangsa yang dikutuk. Pentingnya Tamar dalam Kejadian

38:1-30 untuk mendukung konsep utama dari sumber Y. Jika Tamar adalah seorang

perempuan Aram dari Mesopotamia, maka secara langsung penulis sumber Y ingin memberi

kesan bahwa Tamar merupakan anak dari keturunan yang diberkati sama seperti Yehuda.

IV. Analisa Konsep Nasionalisme Yehuda Dalam Kejadian 38:1-30

Nasionalisme merupakan bentuk rasa cinta seseorang atau sekelompok orang kepada

bangsa dan negaranya. Hal ini muncul karena adanya kesadaran akan identitas bersama yang

harus diperjuangkan. Identitas bersama tersebut pada umumnya dikaitkan dengan persamaan

nasib, suku, darah bahkan keturunan. Berkaitan dengan nasionalisme, teks Kejadian 38:1-30

secara eksplisit tidak menjelaskan mengenai konsep nasionalisme yang dibangun dalam kisah

ini, namun secara implisit konsep nasionalisme nyata melalui kisah ini.

Kisah Yehuda dan Tamar dalam Kejadian 38:1-30 merupakan suatu kisah yang

menarik, karena penulis kisah ini menempatkan Tamar sebagai salah satu tokoh utama yang

memainkan dua peranan penting dalam mendukung alur ceritanya. Tidak bisa dipungkiri

bahwa kisah yang menceritakan mengenai kehidupan keluarga Yehuda merupakan bentuk

nyata dari strategi Yehuda dalam membangun suatu nasionalisme bagi bangsanya.

Berdasarkan silsilah keluarga dalam konteks cerita ini, Yehuda merupakan anak

keempat Yakub. Yehuda berasal dari garis keturunan Abraham yang adalah bapak leluhur

bangsa Israel. Dalam cerita Y, Abraham adalah bapak leluhur yang menerima janji Yahweh

mengenai berkat bagi Abraham dan keturunannya. Namun yang menjadi permasalahannya,

keturunan yang akan menerima berkat tersebut adalah keturunan yang diberkati dan tidak

bercampur dengan keturunan dari bangsa lain. Oleh sebab itu dalam tradisi bangsa Israel

perkawinan campuran dengan bangsa lain, salah satunya Kanaan, akan menyebabkan

hilangnya berkat Yahweh atas keturunan Abraham.52

Hal ini sesuai dengan apa yang

dijelaskan oleh Coote dan Ord bahwa konsep bangsa yang diberkati dan bangsa yang dikutuk

menjadi penekanan utama dalam keseluruhan cerita Y. Salah satu bangsa yang dikutuk ialah

52

Thomas O. Lambdin, Introduction..., 114. Band. Ulangan 7:3 ; Yosua 23:12-13.

Page 22: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

18

Kanaan, karena Kanaan berasal dari garis keturunan Ham yang dikutuki oleh ayahnya, Nuh.53

Jelaslah bahwa konsep bangsa yang diberkati dan bangsa yang dikutuk inilah yang kemudian

mempengaruhi seluruh cerita dalam sumber Y dan menjadi bagian penting dalam mendukung

nasionalisme Yehuda.

Kisah ini dibagi dalam dua bagian. Bagian yang pertama penulis Y dengan jelas

menggambarkan kisah Yehuda bersama perempuan Kanaan, Syua yang melahirkan tiga anak

laki-laki namun tidak menghasilkan keturunan baginya. Sedangkan bagian yang kedua

mengenai keturunan Yehuda lahir dari seorang perempuan bernama Tamar. Kisah ini

menghadirkan dua perbedaan yang berkaitan dengan asal-usul dari dua perempuan yang

namanya dimasukkan dalam teks ini. Perempuan yang pertama bernama Syua dan berasal

dari Kanaan dengan perempuan kedua yang bernama Tamar. Para ahli memperdebatkan

mengenai asal-usul dari Tamar. Klaim yang pertama, Tamar adalah seorang perempuan

Kanaan sama seperti Syua dan klaim yang kedua, Tamar adalah seorang perempuan Aram

dari Mesopotamia.54

Mesopotamia merupakan daerah asal dari bapak leluhur Israel yaitu

Abraham. Jika perbedaan dari kedua perempuan ini dikaitkan dengan tema besar Y dan

perdebatan para ahli mengenai asal-usul Tamar, maka klaim yang pertama mengenai Tamar

tidak bisa benarkan. Hal ini sangat wajar jika anak-anak Yehuda dari Syua tidak memiliki

keturunan karena Y ingin menegaskan bahwa mereka berasal dari keturunan Kanaan yaitu

keturunan yang dikutuk, berbeda dengan Tamar. Yehuda mendapatkan keturunan dari Tamar

karena mereka berasal dari garis keturunan murni, yaitu garis keturunan Abraham. Penulis Y

sengaja menempatkan Tamar untuk menjadi perbandingan antara bangsa yang diberkati dan

bangsa yang dikutuk serta perbandingan antara garis keturunan murni dan tidak.

Jika cerita Y mengenai Yehuda dan Tamar ini dikaitkan dengan nasionalisme maka

jelaslah bahwa konsep nasionalisme Yehuda dalam Kejadian 38:1-30, pertama-tama

dibangun atas dasar persamaan khususnya keturunan. Penulis Y merangkumnya dalam tema

bangsa yang diberkati dan bangsa yang dikutuk bahkan menempatkan Tamar dengan tujuan

agar kemurnian garis keturunan dari Yehuda tetap terjaga.

Dalam hal ini bentuk nasionalisme yang muncul dalam cerita ini adalah nasionalisme

biologis, seperti yang dikemukakan oleh Gobineau bahwa menjaga kemurnian darah

merupakan hal mendasar yang harus diperhatikan dalam setiap peradaban manusia. Oleh

53

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah..., 79. Band. Kejadian 9:25. 54

Ibid., 323-324. Lihat juga David J. Zucker and Moshe Reiss, “Righting and Rewriting Genesis 38:

Tamar and Judah in the Pseudepigrapha”, Biblical Theology Bulletin , Vol. 45 Number 4 (2015), 195.

Page 23: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

19

karena itu perkawinan campuran dapat mengakibatkan kerugian dalam suatu peradaban.55

Berdasarkan pemahaman Gobineau, dapat dikatakan bahwa keturunan campuran antara

Yehuda dengan perempuan Kanaan dapat merusak peradaban bangsa khususnya bangsa

Israel. Pemahaman seperti ini dipandang sebagai suatu nasionalisme tertutup oleh Kohn,

karena nasionalisme seperti ini menyebabkan kesetiaan politik dan rohani serta semangat

kebangsaan dari masing-masing individu hanya didasarkan pada karakter bangsa yang asli

seperti asal-usul, ras dan darah serta anak dari negeri leluhur seperti Tamar yang berasal dari

Aram, Mesopotamia.56

Bentuk nasionalisme seperti ini hanya akan menjadikan seseorang

atau sekelompok orang mengagung-agungkan bangsanya dan merendahkan bangsa lain

seperti dalam cerita ini.

Meskipun demikian cerita ini lebih difokuskan pada menjaga identitas bangsa

berdasarkan garis keturunan dan kemurnian darah. Mengingat teks ini ditulis dalam tradisi

Y, yang mengandaikan adanya kesatuan dan semangat nasionalisme dari setiap suku Israel

dibawah pemerintahan Daud dalam kerajaan Israel Raya. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh

Kohn bahwa sebelum paham kebangsaan hadir, kesetiaan dari masing-masing individu

diserahkan kepada raja. Oleh karena itu kisah ini dibuat untuk melegitimasi terbentuknya

pemerintahan Daud sebagai raja yang berasal dari keturunan yang diberkati oleh Yahweh dan

tidak bercampur dengan keturunan dari bangsa lain yaitu Kanaan, mengingat Daud berasal

dari suku Yehuda dari garis keturunan Abraham. Dalam pemerintahannya Daud berusaha

untuk menyatukan, memelihara serta mempertahankan identitas sukunya, salah satunya

dengan membuat cerita seperti dalam Kejadian 38:1-30. Upaya untuk mempertahankan

identitas menurut Smith berperan sentral karena suatu bangsa tidak dapat berjalan dengan

baik jika tidak memiliki tiga sasaran yaitu otonomi nasional, kesatuan nasional serta identitas

nasional.57

Hanya saja, identitas nasional akan sulit dibangun jika masing-masing suku

menganggap identitas sukunya lebih unggul dari yang lain.

Lebih lanjut asal-usul Tamar sebagai perempuan Aram, Mesopotamia dalam

teks ini menurut Y selain memperlihatkan kemurnian garis keturunan Yehuda, asal-usul

Tamar juga mendukung tujuan politik Daud. Di bawah tema besar sumber Y yaitu bangsa

yang diberkati dan bangsa yang dikutuk, ancaman utama yang muncul dalam masa

pemerintahan Daud sebagai raja dalam kerajaan Israel Raya ialah Mesir. Bukan hanya Daud

yang merasa terancam, melainkan para syeikh (kepala suku) juga merasakan hal yang sama.

55

Hans Kohn, Nasionalisme: Arti..., 90. 56

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai..., 30. 57

Anthony D. Smith, Nasionalisme: Teori..., 7-10

Page 24: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

20

Oleh sebab itu dalam keseluruhan cerita Y, Mesir diberi gelar sebagai bangsa yang dikutuk,

demikian sebaliknya Israel adalah bangsa yang diberkati.58

Perasaan terancam yang dirasakan

oleh Daud dan para syeikh menghadirkan keinginan untuk bebas dari rasa keterancaman

bangsa lain. Keinginan tersebut diwujudkan dalam suatu nasionalisme yang oleh Smith

merupakan ideologi yang menempatkan bangsa di pusat masalahnya.59

Menurut Otto Bouwer, suatu nasionalisme dapat muncul karena adanya keinginan

untuk bersatu atas dasar kemanusiaan. Keinginan ini muncul karena adanya kesadaran

individu atau sekelompok orang untuk memperjuangkan nasib bersama.60

Upaya

memperjuangkan nasib bersama ditemukan melalui kehadiran Tamar dalam teks Kejadian

38:1-30.

Sebagai seorang Mesopotamia yang juga berasal dari garis keturunan yang sama,

Yehuda dan Tamar memiliki sejarah masa lalu yang sama. Selain itu, kehadiran Tamar

sebagai seorang perempuan Aram, Mesopotamia menjadi pendukung utama dalam upaya

membangun nasionalisme Yehuda dalam tradisi Y. Mengingat pada masa pemerintahan

Daud, Mesopotamia merupakan penyedia kereta perang.61

Hal ini mengindikasikan bahwa

Mesopotamia merupakan lawan yang setara jika dihadapkan dengan Mesir. Berada dalam

posisi yang terancam, Daud dan juga para syeikh memiliki keinginan untuk melepaskan diri

dari keterancaman. Seperti yang diungkapkan oleh Soekarno bahwa rasa nasionalisme

muncul karena adanya perasaan senasib, sepenanggungan dan sependeritaan yang dilakukan

oleh bangsa lain terhadap diri mereka.62

Hanya saja penekanan utama dari Soekarno lebih

kepada persatuan dan cinta tanah air tanpa mempermasalahkan perbedaan yang ada. Namun,

hal ini berbeda dengan kehadiran Tamar sebagai seorang Mesopotamia yang digunakan untuk

mendukung legitimasi politik Daud yang berasal dari Yehuda untuk membangun hubungan

kerjasama dengan Mesopotamia sebagai daerah yang memiliki kekuatan yang besar dalam

mengalahkan Mesir. Nasionalisme Daud jika dilihat dari sudut pandang Gellner, maka secara

konkret dapat dikatakan bahwa nasionalisme merupakan suatu bentuk legitimasi politik.63

Dengan demikian konsep nasionalisme yang dibangun Yehuda dalam Kejadian 38:1-

30 dapat dipahami dalam hubungan Yehuda dan Tamar yang berasal dari garis keturunan

murni serta memiliki identitas yang sama. Kisah ini oleh sumber Y dipakai untuk

58

Robert B. Coote, David Robert Ord, Sejarah..., 79. 59

Anthony D. Smith, Nasionalisme: Teori..., 10-11 60

Hendro Muhaimin et al., Prosiding ..., 485. 61

Mesopotamia dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 2 (Jakarta: LAI, 2005). 76. 62

Winer Silaban, Pemikiran ...,3. 63

Ernest Gellner, Nation ...,1

Page 25: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

21

membangun semangat nasionalisme dalam masa pemerintahan Daud yang berasal dari suku

Yehuda, untuk menegaskan bahwa Daud merupakan raja yang dipilih oleh Yahweh karena

Daud berasal dari garis keturunan yang murni. Identitas suku benar-benar dipertahankan

melalui cerita ini. Selain itu, hal ini didukung oleh adanya kesadaran bahwa mereka memiliki

nasib yang sama dan sepenanggungan dalam situasi tersebut. Oleh karena itu secara strategis,

kisah ini dipakai untuk menghadirkan rasa persatuan karena ikatan suku, keturunan dan darah

serta didukung oleh kekuatan dari bangsa tersebut untuk melawan tekanan yang datang dari

Mesir.

Hanya saja, dalam membangun nasionalismenya, Daud melalui penulis Y

menggunakan Yehuda dan Tamar untuk melegitimasi pemerintahan Daud. Sumber Y

menekankan nasionalisme hanya sebatas persamaan suku, keturunan dan darah. Hal ini

berarti bahwa nasionalisme yang dibangun dalam kerangka berpikir Y merupakan

nasionalisme tertutup. Dengan kata lain, sikap cinta kepada bangsa dan tanah

tumpahdarahnya secara berlebihan dapat menyebabkan nasionalisme yang chauvinisme

sehingga menganggap bangsa lain sebagai musuh yang harus dihancurkan dan dimusnahkan.

Pandangan nasionalisme seperti ini, hanya akan melahirkan sikap yang eksklusif terhadap

bangsa lain, berbeda dengan pandangan nasionalisme yang dipahami oleh para ahli yang

memandang bahwa meskipun nasionalisme pada masing-masing tempat dan zaman berbeda,

identitas manusia dalam suatu bangsa harus dipertahankan sebagai suatu warisan sejarah

tanpa merendahkan warisan sejarah dari bangsa lain.

Karena konteks nasionalisme sumber Y ditulis dalam kerangka berpikir pembentukan

suatu bangsa (negara) yang sedang berjuang dalam menghadapi ancaman dan tekanan dari

Mesir, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Daud secara politis untuk meyakinkan para

syeikh dalam membentuk suatu bangsa yang dinamakan Israel dibawah kepemimpinannya.

Hal ini berbeda dengan beberapa konteks penekanan para ahli terhadap klaim

nasionalisme yang lebih menitikberatkan pada nasionalisme merupakan warisan sejarah yang

harus dipertahankan tanpa menghancurkan dan meniadakan warisan sejarah dari suku yang

lain.

V. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nasionalisme

yang dibangun melalui cerita Yehuda dan Tamar dalam Kejadian 38:1-30 merupakan

nasionalisme yang didasarkan pada kesamaan suku, identitas, perasaan senasib dan

Page 26: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

22

sepenanggungan dalam upaya membebaskan diri dari perasaan terancam dan tekanan dari

Mesir serta upaya untuk mempertahankan kemurnian garis keturunan. Konsep nasionalisme

seperti ini secara politis dipakai Daud untuk kepentingannya sebagai raja dalam kerajaan

Israel Raya.

Hal ini berbeda dengan pemahaman dari para ahli khususnya yang menekankan pada

konteks sejarah masing-masing suku. Sejarah dari masing-masing suku tidak menjadi

patokan utama dalam membentuk suatu bangsa atau negara. Sikap terbuka dan menerima

serta menghargai sejarah dari masing-masing suku serta tetap mempertahankan identitas

sukunya sebagai suatu warisan sejarah, merupakan faktor pendukung dalam membangun

sebuah nasionalisme dalam suatu bangsa atau negara.

Page 27: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

23

Daftar Pustaka

Adisusilo, Sutarjo. “Nasionalisme Demokrasi Civil Society”. Jurnal Iman, Ilmu,

Budaya 3, no. 4 (September 2002)

Coote, Robert, David Robert Ord. Sejarah Pertama Alkitab : Dari Eden hingga

kerajaan Daud berdasarkan sumber Y. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

D, Mathewson, Steven. “An Exegetical Study of Genesis 38: Dalas Theological

Seminary”. Bibliotheca Sacra 146 (1989): 373-392.

Esler, Philip F., Sex, Wives, and Warriors: Reading Old Testament Narrative with

Its Ancient Audience. Cambridge: Casemate Publishers. 2012.

Gellner, Ernest. Nation And Nationalism. Ithaca, New York : Cornell University

Press, 1983.

Gottwald, Norman K. Sociological Method in the Study of Acient Israel. Edited by

Norman K. Gottwald. The bible and Liberation – Political and Social Hermeneutics.

Maryknoll New York: Orbis Books, 1983.

_________________. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction.

Philadelphia: Fortress Press, 1987.

Kohn, Hans. Nasionalisme : Arti dan Sedjarahnya. Jakarta : P.T. Pembangunan,

1958.

Lambdin, Thomas O. Introduction to Biblical Hebrew. New York: Charles

Scribner's Sons, 1971.

Mangililo, Ira D, Steve Gaspersz, Tedi Kholiludin (ed). Nyantri Bersama John

Titaley. Salatiga : Satya Wacana University Press, 2013.

Menn, Esther Marie. Judah and Tamar (Genesis 38) in Ancient Jewish

Exegesis: Studies in Literary Form and Hermeneutics. Leiden, Netherland: BRILL.

1997.

Michael, Grant. The History of Ancient Israel. New York: Charles Sribner‟s Sons,

1984.

Moesa, Ali Maschan. Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berbasis Agama.

Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2007.

Muhaimin, Hendro, Hastangka, Diasma Sandi Swandaru, Agung Widodo, Endah

Agustiani, Surono, Silva Meliana (ed.). Prosiding Kongres Pancasila VI. Yogyakarta:

Pusat Studi Pancasila, 2014.

Nazir ,M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Packer , J.I., Merrill C. Tenney, William White, Jr (1980), Ensiklopedi Fakta

Page 28: Kajian Sosio Teologis terhadap Nasionalisme Yehuda dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10498/2/T1_712011050_Full... · nasionalisme pertama-tama merupakan suatu prinsip

24

Alkitab : Bible Almanac 1 & 2. Terjemahan : Gandum Mas, cetakan kedua. Malang :

Gandum Mas, 2004.

Ritzer, George (ed). Encyclopedia of Social Theory. California: SAGE Publication,

2005.

Salkin, Rabbi Jeffrey K.. Righteous Gentiles In The Hebrew Bible : Ancient role

models for sacred relationship. Woodstock, Vermont : Jewish Light Publishing, 2008.

Silaban, Winer. “Pemikiran Soekarno Tentang Nasionalisme”. Jurnal Dinamika

Politik Vol.1 No.3, 3 (Desember 2012): 1-6.

Sills, David L.(ed). Internastional Encyclopedia of The Social Sciences. New

York: The macMillan Company & The Free Press, 1972.

Smith, Anthony D. Nasionalisme : Teori, Ideologi, Sejarah . Jakarta : Penerbit

Erlangga, 2002.

Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:

Penerbit Widya Karya, 2011.

Titaley, John A. Religiositas di Alinea Tiga : Pluralisme, Nasionalisme dan

Transformasi Agama-agama. Salatiga: Satya Wacana University Press, 2013.

Yewangoe, A.A. Agama dan Kerukunan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Zucker, David J. and Moshe Reiss. “Righting and Rewriting Genesis 38:

Tamar and Judah in the Pseudepigrapha”. Biblical Theology Bulletin. Vol. 45, 4

(2015): 195-201.


Related Documents