KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I – 2014
KKaannttoorr PPeerrwwaakkiillaann BBaannkk IInnddoonneessiiaa
PPrroovviinnssii NNuussaa TTeennggggaarraa TTiimmuurr
Triwulan I - 2014
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat
penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi
kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian
dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan
kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter
tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda,
DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup
Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan
Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang.
Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia
maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk
meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk
penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian
ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan
baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Mei 2014
Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Naek Tigor Sinaga
Deputi Direktur
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii
DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ ii
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- vii
Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- x
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2
1.3 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 6
BOKS 1. KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
DI KOTA KUPANG -------------------------------------------------------------- 11
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 14
2.2 Perkembangan Inflasi NTT ----------------------------------------------------------- 15
2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 17
2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 19
2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 19
2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 21
BOKS 2. EL NINO DAN NTT: DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI --------- 23
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 27
3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 29
3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 29
3.2.2 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) --------------------- 34
3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau ----------------- 36
3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 37
3.3.1 Transaksi Non Tunai------------------------------------------------------------ 37
3.3.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 38
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH
4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 41
4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 42
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv
4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 43
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 45
5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 46
5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum ------------------------------------------- 46
5.2.2 Pengangguran ------------------------------------------------------------------ 48
5.3 Perkembangan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 49
5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum ----------------------------------------------- 49
5.3.2 Tingkat Kemiskinan ------------------------------------------------------------ 50
BOKS 3. KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN ----- 53
BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH
6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 56
6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------------- 59
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v
DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT -------------------------------------------------- 1
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT -------------------------------------- 1
Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan -------------------------- 2
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --------------------------------------------- 3
Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I --------------------------------------- 3
Grafik 1.6 Kredit Konsumsi ------------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.8 Kredit Investasi -------------------------------------------------------------- 4
Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor --------------------------------------------------------- 5
Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 5
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ----------------------------------------------------- 5
Grafik 1.12 Pengiriman Ternak ---------------------------------------------------------- 6
Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 7
Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR ----------------------------------------------------------- 7
Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas ----------------------------------------------- 8
Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel --------------------------------------------------------- 8
Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT ------------------------------------------------------ 8
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --------------------------------------------- 15
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ----------------------------------------------------- 16
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT ------------------------------------ 16
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT ----------------------------------------------- 17
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT ----------------------------------------------------- 18
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 19
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 20
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 21
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 22
Grafik 3.1 Perkembangan LDR --------------------------------------------------------- 29
Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan -------------------------------------- 29
Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 30
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 30
Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum ---------------------------------------- 33
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum ------------------------- 33
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 37
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 37
Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 38
Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 38
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 39
Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT ---------------------------------------------------------- 41
Grafik 4.2 Realisasi APBD Triwulan I-2014 ------------------------------------------- 41
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan -------------------------------------------------------- 42
Grafik 4.4 Realisasi Belanja ------------------------------------------------------------- 43
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 48
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT ------------------------------------------------- 49
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan ------------------------------------- 49
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 50
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT ----------------------------------- 57
Grafik 6.2 Perkiraan SKDU dan Harga Jual ------------------------------------------ 57
Grafik 6.3 Perkembangan Tendensi Konsumen Mendatang -------------------- 58
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang ------------------- 58
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii
DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT ------------------------------------------------------ 9
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ---------------------------------------- 9
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ----------------------------- 9
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ---------------------------------- 10
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------ 10
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ---------------------------------------------- 15
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas ------------------------------------ 16
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas ------------------------------- 20
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas ---------------------------- 21
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ---- 27
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai ------------------------------------- 28
Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai -------------------------------------------- 28
Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum ------------------------------- 30
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum -------------------------------------- 31
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum ---------------------- 31
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum --------------------------- 32
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum ------------- 33
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum -------------- 34
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum------------------ 35
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau ---------------------- 36
Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain ------------------- 39
Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2014 ------------------------- 44
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Kegiatan ------- 46
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ----------------------------------- 47
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama ---- 47
Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu ------------------------------------------ 49
Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT
tahun 2005 s.d. September 2013 ----------------------------------------- 51
Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September 2013------------------- 51
Tabel 5.7 Indeks keparahan dan Kedalaman Kemiskinan ------------------------ 52
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii
Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan I-2014 (Indeks) -- 57
Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global ------------------------ 59
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
KPw BI Provinsi NTT
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x
Ringkasan Umum
KER Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I-2014
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02%
(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai dengan
perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor. Meskipun
demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya
Dari sisi sektoral, kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami
peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju
pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara
itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan
yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%.
Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,64% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi
penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan cukup signifikan dengan
penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang tercatat sebesar -37,68%
(qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir pada semua sektor
ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -12,72%% (qtq),
kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10% (qtq), serta sektor
bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor pertanian justru
mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq).
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan
inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir
periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi
sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi
bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada kelompok
volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga disebabkan
membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada kelompok
administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai dengan polanya,
dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga permintaan berada
pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan
yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa rumah.
Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi pasokan
bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai dampak
kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami peningkatan
inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya disebabkan oleh
peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota
Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar
8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy).
Pergerakan inflasi NTT dan Nasional pada triwulan laporan secara umum
searah. Faktor supply menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di
sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang, berkontribusi
menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Permasalahan
keterbatasan supply menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada periode laporan.
Selain itu, tingginya ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan
NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah
pemasok.
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan
relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR
tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau melambat
dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan
penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada triwulan
laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy) dengan
outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL) yang sedikit
meningkat ke level 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,39%. Di
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii
sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56% (yoy) dengan nominal
Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang
tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 88,54%, meskipun
angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
91,14%.
Kinerja sistem pembayaran juga mengalami perlambatan. Aktivitas transaksi
non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat
sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross
Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama triwulan laporan.
Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow yaitu
jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada
periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai akibat
menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan kondisi
cuaca yang kurang kondusif.
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014
tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan
dengan tahun 2013. Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami
peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada
tahun 2014. Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan
tercatat sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana
pendapatan tahun 2014. Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%.Dari sisi belanja,
realisasi anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau
mencapai 12,12% dari total rencana belanja.
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT
pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data
BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii
2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok
penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah
angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat
sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara
tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi
ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks
ketenagakerjaan tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang
hanya sebesar 4,39.
Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS
posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan
persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun
sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta
tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September 2013.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan
tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke
atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu.
Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-
2014 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan laporan.
Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa
mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2014 diperkirakan akan
berada pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy) dengan kecenderungan moderat.
Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan
mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 7,8%-8,2% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya tekanan inflasi pada
triwulan II-2014 terutama disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered
prices. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) berdasarkan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 9 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga
Listrik yang disediakan oleh PLN yang mulai diterapkan per-1 Mei, diperkirakan akan
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv
memberikan dampak cukup signifikan terhadap laju inflasi. Sebagai informasi,
penerapan tarif listrik untuk golongan I ditetapkan setiap bulannya hingga akhir
tahun. Sementara untuk golongan II dan III (sektor industri) diterapkan setiap 2
bulan sekali hingga bulan November. Selain itu, liburan sekolah yang diperkirakan
jatuh pada bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan tarif angkutan udara seiring
meningkatnya permintaan.
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Kinerja pertumbuhan ekonomi NTT mengalami perlambatan.
Dari sisi sektoral, sektor PHR mengalami perlambatan tertinggi.
Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai
penurunan kinerja ekspor membuat laju net ekspor NTT tercatat lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
11..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02%
(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang
disertai dengan perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor.
Meskipun demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya
Dari sisi sektoral,kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami
peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju
pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara
itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan
yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%.
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
3,000.00
3,100.00
3,200.00
3,300.00
3,400.00
3,500.00
3,600.00
3,700.00
3,800.00
3,900.00
4,000.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Rp
mili
ar
PDRB Pertumbuhan yoy (axis kanan) Pertumbuhan qtq (axis kanan)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Jasa-jasa
Keuangan dan Persewaan
Transp & Kom
PHR
Bangunan (konstruksi)
Listrik,Gas dan Air
Industri Pengolahan
Pertambangan
Pertanian
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar
5,64%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan
cukup signifikan dengan penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang
tercatat sebesar -37,68% (qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir
pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi
terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -
12,72%% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10%
(qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor
pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq).
11..22 SSiissii PPeenngggguunnaaaann
Positifnya kinerja konsumsi
belum mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi secara
optimal. Aktivitas konsumsi periode
laporan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya dengan laju
pertumbuhan sebesar 7,11% (yoy) dan
andil terhadap laju pertumbuhan
ekonomi yang cukup signifikan sebesar
7,38% (yoy). Sejalan dengan hal
tersebut, kinerja investasi turut mengalami peningkatan yakni dari sebesar 6,37%
(yoy) menjadi sebesar 7,46% (yoy). Sementara itu, kinerja net ekspor mengalami
perlambatan sangat signifikan yakni dari sebesar -2,26% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi sebesar -23,68% (yoy) pada periode laporan. Tingginya
ketergantungan impor terutama terhadap yang berasal dari daerah lain,
menyebabkan defisit net ekspor (net impor) lebih tinggi pada periode laporan.
1. Konsumsi
Laju pertumbuhan konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Total konsumsi pada periode laporan tumbuh sebesar
7,11% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 2,17%
(yoy). Peningkatan kinerja konsumsi terutama disebabkan oleh peningkatan
Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan
7.38%
1.08%
0.55%
5.29%
1.29%
0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00%
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
Perubahan stok
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3
seluruh subkomponen konsumsi dengan peningkatan tertinggi bersumber dari
subkomponen konsumsi nirlaba yang tercatat sebesar 7,86% (yoy). Sementara itu,
konsumsi secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 7,25% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh
subkomponen dengan penurunan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi
pemerintah yang tercatat sebesar -25,88% (qtq). Realisasi anggaran pemerintah
yang belum optimal menjadi faktor utama penurunan tersebut.
Selanjutnya subkomponen konsumsi nirlaba mengalami penurunan
tertinggi setelah konsumsi pemerintah dengan angka sebesar -4,67% (qtq). Hal
tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh penurunan konsumsi listrik sektor bisnis
pada triwulan laporan sebesar-10,69% (qtq).
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
rib
u k
wh
Konsumsi (ribu kwh/axis kiri)
Jumlah Pelanggan (axis kanan)
1,036.09
1,139.42
1,164.44
1,257.42
1,350.22
2,353.82
2,400.82
2,738.06
7.39%
13.05%
9.60%
10.49%
9.79%
13.16%
17.85%
12.12%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp
mili
ar
Rencana Belanja
Realisasi Belanja Tw-I
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Konsumsi y-o-y konsumsi
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja
Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE
Sumber : Biro Keuangan diolah
Sumber : PLN Wilayah NTT diolah
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4
2. Investasi
Kinerja investasi
menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan
sebelumnya. Secara tahunan,
Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) mengalami peningkatan dari
6,37% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 7,46% (yoy).
Meningkatnya laju pertumbuhan
investasi salah satunya disebabkan oleh pelaksanaan proyek MP3EI terkait
pembangunan PLTU-II Kupang, PLTU Alor dan PLTU Rote Ndao yang ditargetkan
selesai akhir tahun ini. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan kredit investasi
sebesar 31,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara triwulanan, investasi mengalami penurunan signifikan sebesar
37,68% (qtq). Menurunnya investasi pada periode laporan diindikasikan terkait
erat dengan menurunnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi
dengan konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup
signifikan yakni dari sebesar 19,49% (qtq) menjadi sebesar 3,23% (qtq) pada
periode laporan. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dimulainya tahun anggaran
baru sehingga proyek proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD
baru mulai proses pengadaan.
3. Net Ekspor
Secara tahunan, kinerja net ekspor mengalami perlambatan sangat
signifikan sehingga mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi
dibanding triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, nilai tambah dari
kegiatan ekspor NTT sebesar Rp966 miliar atau sebesar 2,03% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,32% (yoy). Sementara
itu, laju pertumbuhan impor mengalami peningkatan cukup tinggi dari 2,74%
(yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 11,19% (yoy) pada periode laporan.
Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan net ekspor yang mengalami
penurunan sangat signfikan yakni sebesar -23,68% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi
oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan
Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.8 Kredit Investasi
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Investasi y-o-y investasi
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5
masyarakat. Minimnya sektor industri di NTT, baik industri makanan maupun non
makanan berdampak pada ketergantungan masyarakat NTT yang cukup tinggi
terhadap aktivitas impor antar daerah.
Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di NTT mengalami penurunan
cukup signifikan masing masing sebesar 15,15% (qtq) dan 26,17% (qtq). Kondisi
tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat
mengalami penurunan unloading (bongkar) cukup signifikan dibandingkan
peningkatan loading (muat) sehingga net loading mengalami penurunan sebesar
35,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari sisi ekspor antar negara,
Tiongkok masih menjadi tujuan
utama ekspor NTT. Sedangkan
negara berikutnya adalah negara
Afrika, dimana komoditas ekspor yang
dominan adalah komoditas semen dan
ikan Tuna. Pengiriman dilakukan
melalui pelabuhan Tenau ataupun
Pelabuhan Atapupu. Volume ekspor
luar negeri pada triwulan laporan
mencapai 9,47 ribu ton atau
(2,000.00)
(1,500.00)
(1,000.00)
(500.00)
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Mili
ar R
p
Net Ekspor Ekspor Impor
(150,000)
(100,000)
(50,000)
-
50,000
100,000
150,000
200,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Ton
Net Loading Unloading Loading
Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor
Sumber : KPw BI Prov. NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor
Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat
Sumber : PT Pelindo Tenau
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
EUROPE
AUSTRALIA
ASIA
AMERICA
AFRICA
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,48
ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 76,79% ditujukan ke negara
Tiongkok.
11..33 SSiissii SSeekkttoorraall
Dari sisi sektoral, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami
peningkatan, sementara sektor PHR melambat. Tiga sektor utama yang
menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT memiliki andil paling besar
terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian,
sektor jasa-jasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki
andil sebesar 35,01%, 26,41%, dan 17,70%. Sementara sektor lainnya yang
memiliki andil cukup besar (di atas 5%) yaitu sektor angkutan dan komunikasi
(7,54%) serta sektor bangunan/konstruksi (6,22%).
1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian
pada periode laporan tercatat
meningkat. Kinerja sektor
pertanian pada periode laporan
tercatat sebesar 3,19% (yoy),
meningkat dibanding kinerja
triwulan sebelumnya yang sebesar
2,82% (yoy). Penyebab utama
meningkatnya kinerja sektor
pertanian adalah peningkatan
kinerja subsektor tabama dan
subsektor perikanan. Sementara laju pertumbuhan subsektor perkebunan,
perternakan dan kehutanan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut salah
satunya dipengaruhi tingginya intensitas curah hujan pada awal periode laporan
(Januari-Februari).
Secara triwulanan, hampir semua subsektor mengalami penurunan, kecuali
subsektor tabama. Musim panen tabama pada periode laporan menyebabkan
terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tabama menjadi sebesar 9,12% (qtq).
Sementara menurunnya laju pertumbuhan subsektor peternakan diindikasikan dari
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Ek
or
Loading Ternak yoy (axis kanan)
Grafik 1.12 Pengiriman Ternak
Sumber : PT.Pelindo diolah
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7
menurunnya pengiriman ternak lewat jalur laut yang turun sebesar 38,02% (qtq)
dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya.
2. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar 7,24%
(yoy). Sektor jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor jasa pemerintahan
umum dengan kontribusi sebesar 75,81%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
aktivitas ekonomi masih ditopang dari anggaran pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintah
umum mengalami kenaikan sebesar 7,97% (yoy) sebagai dampak dari kenaikan
anggaran belanja dan gaji pemerintahan tahun anggaran 2014.
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor PHR relatif melambat pada triwulan laporan. Laju
pertumbuhan sektor PHR sebesar 5,40% (yoy), melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 8,82% (yoy). Melambatnya kinerja sektor PHR
terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor perdagangan besar dan eceran.
Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami penurunan sebesar
9,44% (qtq). Subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami penurunan
sebesar 9,55% (yoy) seiring dengan melambatnya konsumsi rumah tangga pada
triwulan laporan. Menurunnya kinerja subsektor perdagangan juga tercermin dari
melambatnya perkembangan omset penjualan eceran dan aktivitas bongkar muat
peti kemas melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami penurunan cukup signifikan
di awal tahun (terutama Januari-Februari).
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
ust
Se
p
Ok
t
No
p
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
2013 2013 2014
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
PHR PHR (yoy)
Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8
Periode laporan juga merupakan low season bagi pariwisata, sehingga hal
tersebut mempengaruhi kinerja subsektor hotel. Menurunnya pertumbuhan
subsektor hotel tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang turun
sebesar 28,54% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, subsektor
hotel mengalami penurunan laju pertumbuhan triwulanan sebesar 7,32% (qtq).
4. Sektor Lainnya
Sektor lain yang cukup signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di NTT adalah sektor bangunan. Pada
triwulan laporan, laju pertumbuhan sektor
bangunan sebesar 5,65% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 4,39% (yoy). Peningkatan laju
pertumbuhan sektor bangunan selain
dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi
pemerintah, juga signifikan dipengaruhi
oleh investasi swasta. Secara triwulanan, pertumbuhan sektor bangunan
mengalami penurunan sebesar 8,05% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dengan laju
konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan
sebesar 3,23% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 19,49% (qtq).
Kondisi tersebut sejalan dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek
proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD baru dimulai.
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
17,500
20,000
22,500
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014Bo
x
Peti kemas yoy (axis kanan)
2,000
7,000
12,000
17,000
22,000
27,000
32,000
37,000
42,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Jumlah Tamu
Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Rib
u t
on
Konsumsi Semen yoy (axis kanan)
Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel
Sumber : BPS diolah Sumber : PT.Pelindo diolah
Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9
Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan tercatat sebesar
7,42% (yoy). Laju pertumbuhan di sektor keuangan dan persewaan sedikit
melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya seiring penurunan kinerja
subsektor bank dan subsektor jasa perusahaan masing masing menjadi sebesar
8,82% (yoy) dan 3,14% (yoy). Perlambatan ekonomi global berdampak terhadap
peningkatan BI rate sehingga mempengaruhi kinerja funding perbankan.
Dalam Rp Miliar
2014
I II III IV I II III IV I
Pertanian 1,204 1,237 1,229 1,240 1,237 1,270 1,259 1,275 1,276
Pertambangan 43 45 49 50 46 48 51 52 48
Industri Pengolahan 47 48 51 53 47 50 53 54 49
Listrik, Gas dan Air 15 15 16 17 16 16 17 18 17
Bangunan (Konstruksi) 202 219 232 236 215 233 241 247 227
Perdagangan, Hotel & Restoran 573 614 640 655 612 661 696 712 645
Transportasi & Komunikasi 251 256 270 274 266 267 285 291 275
Keuangan dan Persewaan 125 134 144 152 135 145 158 167 145
Jasa-jasa 835 877 941 982 898 949 1,013 1,048 963
PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645
Sektor20132012
2014
I II III IV I II III IV I
Pertanian 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19%
Pertambangan 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97%
Industri Pengolahan 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65%
Listrik, Gas dan Air 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13%
Bangunan (Konstruksi) 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65%
Perdagangan, Hotel & Restoran7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40%
Transportasi & Komunikasi 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39%
Keuangan dan Persewaan 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42%
Jasa-jasa 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24%
PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02%
2012 2013Sektor
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10
Dalam Rp Miliar
2014
I II III IV I II III IV I
Konsumsi 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 3,870 4,032 4,158 3,857
Investasi 473 553 581 621 504 594 645.09 660.71 541.84
Ekspor 876 971 1,023 1,101 946 1,047 1,117 1,138 966
Impor 1,556 1,965 2,246 2,405 1,640 2,087 2,350 2,471 1,824
Perubahan stok 59 213 337 269 60 214 329 376 104
PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645
Penggunaan2012 2013
2014
I II III IV I II III IV I
Konsumsi 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60% 5.35% 4.00% 2.17% 7.11%
Investasi 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46%
Ekspor 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03%
Impor -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19%
PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02%
Penggunaan2012 2013
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS diolah
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11
KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI KOTA KUPANG
Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM yang
memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia
sejak lama telah mengembangkan penelitian Base Line Economic Survey. Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah
yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi di suatu daerah. Dalam
perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian tersebut lebih diarahkan kepada
penelitian mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial untuk
menjadi unggulan daerah dan dapat dikembangkan pada sektor UMKM sebagai
pelaku ekonomi mayoritas di daerah.
Data dan informasi dalam penelitian KPJU unggulan UMKM meliputi berbagai
aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, serta potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan
UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM di
daerah tersebut. Dengan adanya penelitian tersebut, setiap kabupaten/kota di
suatu provinsi akan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang
patut dan cocok untuk dikembangkan.
Pada tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT kembali
melaksanakan penelitian KPJU unggulan UMKM, dimana pengumpulan data primer
dan data sekunder diperoleh dari 21 kabupaten/kota dan 200 kecamatan. Data
primer di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperoleh melalui Focus Group
Discussion (FGD) dengan Pemerintah Daerah, perbankan, akademisi, dan
lembaga/asosiasi terkait. Sedangkan data primer di tingkat kecamatan diperoleh
melalui indepth interview dengan camat, mantri statisik, dan tokoh masyarakat.
Sementara data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun narasumber
lainnya yang dianggap valid.
Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh KPJU unggulan Kota Kupang untuk
masing-masing sektor ekonomi dan lintas sektor ekonomi yang merupakan
agregasi dari KPJU unggulan di tingkat kecamatan. Penetapan KPJU unggulan di
tingkat kecamatan menggunakan beberapa kriteria yaitu jumlah unit usaha,
jangkauan pemasaran, ketersediaan sarana produksi, dan kontribusi terhadap
perekonomian daerah. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk proses penetapan
KPJU unggulan di kabupaten/kota yaitu :
BOKS 1
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12
Tabel 1. Kriteria untuk Penentuan KPJU Unggulan di Tingkat Kabupaten/Kota
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan
kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Dengan
mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta
hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh, dilakukan
analisa dengan menggunakan Metoda Bayes.
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan. Pada Tabel 2,
dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas sektor di Kota Kupang adalah
industri jasa tenda, musik dan alat masak, angkutan sewa, sewa kos-kosan, ternak
dan hasil-hasilnya serta industri tahu. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan
KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing
KPJu dapat dilihat pada Tabel 2.
Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan
1 Tenaga kerja terampil Tingkat pendidikan
Pelatihan yang pernah diikuti
Pengalaman kerja
Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan
2 Bahan baku
(khusus untuk sektor
industri)
Ketersediaan/kemudahan bahan baku
Harga perolehan bahan baku
Perishability bahan baku
Kesinambungan bahan baku
Mutu bahan baku
3 Modal Kebutuhan investasi awal
Kebutuhan modal kerja
Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan
4 Sarana produksi/usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh
Harga
5 Teknologi Kebutuhan teknologi
Kemudahan (memperoleh teknologi)
6 Sosial budaya
(faktor endogen)
Ciri khas lokal
Penerimaan masyarakat
Turun temurun
7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage
8 Ketersediaan pasar Jangkauan/wilayah pemasaran
Kemudahan mendistribusikan
9 Harga Stabilitas harga
10 Penyerapan tenaga kerja Kemampuan menyerap tenaga kerja
11 Sumbangan terhadap
perekonomian wilayah
Jumlah jenis usaha yg terpengaruh karena
keberadaan usaha ini
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13
Tabel 2. Sepuluh KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor
berturut-turut adalah perdagangan sembako, penjahitan, jasa boga dan hasil
olahan dan tempe. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas
sektor, maka meskipun tidak berada pada level teratas namun sektor usaha
perdagangan menempatkan 4 (empat) komoditasnya, sementara industri dan jasa
berada pada posisi yang lebih baik dari sektor perdagangan.
No KPJU
Unggulan Skor
Terbobot Sektor Usaha
1 Tenda/Musik/Alat Masak 0,0456 Jasa-Jasa 2 Angkutan sewa 0,0437 Angkutan 3 Sewa Kos-kosan 0,0432 Jasa-Jasa 4 Ternak dan Hasil-hasilnya 0,0370 Perdagangan 5 Industri Tahu 0,0336 Industri 6 Sembako 0,0299 Perdagangan 7 Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian 0,0295 Industri 8 Jasa Boga 0,0293 Pariwisata
9 Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin)
0,0286 Industri
10 Industri Tempe 0,0273 Industri
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
14
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya.
Membaiknya kondisi cuaca menjadi faktor kunci rendahnya
pencapaian inflasi NTT.
Kelompok bergejolak (volatile foods) mengalami penurunan inflasi
tertinggi.
Sementara itu, kelompok adminitered prices relatif stabil.
22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan
inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir
periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi
sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok
bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada
kelompok volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga
disebabkan membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada
kelompok administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai
dengan polanya, dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga
permintaan berada pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation)
mengalami peningkatan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa
rumah.
Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi
pasokan bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai
dampak kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami
peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya
disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan,
tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan
triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere
mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 6,24% (yoy).
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
15
I II III IV I II III IV I
year on year
Nasional 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32%
NTT 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78%
Kota Kupang 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99%
Maumere 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39%
quarter to quarter
Nasional 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42%
NTT 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76%
Kota Kupang 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87%
Maumere 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06%
20142012 2013Inflasi
Pergerakan inflasi NTT dan Nasional
pada triwulan laporan secara umum
searah. Faktor supply menjadi
penyebab utama yang menggerakkan
inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi
masyarakat, baik konsumen maupun
pedagang berkontribusi menggerakkan
level inflasi NTT lebih tinggi
dibandingkan Nasional. Permasalahan
keterbatasan supply menjadi penyebab
utama tingginya inflasi pada periode
laporan. Selain itu, tingginya
ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT rentan
terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok.
2.2 Perkembangan Inflasi NTT
Membaiknya kondisi cuaca di akhir periode triwulan I menyebabkan
pencapaian inflasi NTT lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Inflasi NTT pada triwulan laporan sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 8,41% (yoy). Laju inflasi yang lebih rendah
secara dominan dipengaruhi oleh penurunan harga yang terjadi pada kelompok
bahan makanan. Normalnya pasokan barang terutama kelompok bahan makanan
mampu menghambat gejolak harga. Hal tersebut tercermin dari penurunan inflasi
pada kelompok bahan makanan dari 4,57% (yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi
1,43% (yoy). Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami
penurunan inflasi terendah adalah komoditas buah-buahan dan daging & hasilnya
dengan inflasi masing-masing sebesar 12,91% (yoy) dan 9,61% (yoy). Di sisi lain,
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
yo
y (
%)
Nasional NTT
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
16
deflasi yang cukup dalam pada komoditas bumbu-bumbuan mampu menahan
terjadinya inflasi pada level yang lebih tinggi.
2014
I II III IV I II III IV I
UMUM 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78%
BAHAN MAKANAN -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06%
SANDANG 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41%
KESEHATAN 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35%
2012Komoditas
2013
Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
rumah tangga mengalami peningkatan inflasi tertinggi yakni sebesar 10,06%
(yoy). Tingginya inflasi pada kelompok tersebut salah satunya disebabkan kenaikan
harga sewa rumah yang sesuai dengan polanya terjadi setiap awal tahun (antara
Maret April).
1.76%
2.88%
0.82%
2.17%
2.65%
1.35%
0.46%
2.34%
0.87%
0.77%
0.64%
1.23%
0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00%
UMUM
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
BIAYA TEMPAT TINGGAL
BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR
PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA
PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
0.42%
1.48%
-0.14%
JAN-14 FEB-14 MAR-14
Secara triwulanan, inflasi NTT mengalami peningkatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat laju inflasi sebesar
1,76% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar
1,51% (qtq). Koreksi harga pada komoditas ikan segar dan komoditas sayur-
sayuran akibat cuaca buruk yang terjadi bulan Februari mendorong tekanan inflasi
yang cukup tinggi pada awal tahun.
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
17
Secara bulanan, tekanan inflasi akibat cuaca buruk mulai terasa pada bulan
Januari 2014. Komoditas ikan tongkol memberikan andil tertinggi sebesar 0,11%
terhadap laju inflasi bulan Januari. Sementara itu, tarif angkutan udara menjadi
penyumbang deflasi sebesar 0,07% yang disebabkan tingkat permintaan yang
kembali normal. Secara keseluruhan, laju inflasi bulan Januari tercatat sebesar
0,50% (mtm). Puncak inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan inflasi
sebesar 1,48% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan yang
bersangkutan adalah komoditas ikan tongkol dengan sumbangan inflasi mencapai
0,18% terhadap inflasi NTT. Selain itu, tekanan harga pada komoditas sayur-
sayuran yang diwakili oleh komoditas sawi putih dengan andil 0,09% juga menjadi
penyumbang inflasi tertinggi kedua pada bulan Februari. Sementara itu, pada
bulan Maret terjadi deflasi sebesar 0,14% (mtm). Mulai membaiknya kondisi cuaca
pada bulan Maret yang berimbas terhadap lancarnya pasokan barang menjadi
penyebab utama rendahnya inflasi. Telur ayam ras dan daging ayam ras
memberikan andil deflasi tertinggi masing-masing tercatat sebesar 0,18% dan
0,10%. Sementara itu, tarif angkutan udara memberikan andil tertinggi terhadap
laju inflasi bulan Maret. Berkurangnya frekuensi dan jumlah maskapai
penerbangan dari dan ke NTT mengakibatkan peningkatan pada tarif angkutan
udara.
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014
SANDANG KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB UMUM
2.3 Disagregasi Inflasi
Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh
meningkatnya laju inflasi inti (core inflation). Andil inflasi inti menunjukkan
peningkatan pada triwulan laporan dengan angka inflasi sebesar 7,17% (yoy),
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
18
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 6,58% (yoy).
Andil inflasi inti meningkat dari 3,53% pada triwulan IV-2013 menjadi 3,83%
pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya
inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal yakni peningkatan tarif sewa rumah
yang berdasarkan pola historisnya terjadi antara bulan Maret - April.
Inflasi administered prices relatif stabil pada level 17,40% (yoy) dengan
kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 18,73%
(yoy). Meskipun demikian, tekanan yang terjadi pada subkelompok transportasi
cukup berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi administered prices.
Berkurangnya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di NTT serta
berkurangnya frekuensi beberapa penerbangan berdampak signifikan terhadap
laju inflasi administered prices.
Sementara itu, laju Inflasi kelompok volatile foods selama periode laporan
tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan, laju inflasi volatile foods sebesar 1,66% (yoy) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,21% (yoy). Penurunan tersebut
terutama disebabkan oleh penurunan subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-
buahan. Membaiknya kondisi cuaca pada akhir triwulan I menyebabkan pasokan
barang terutama bahan makanan kembali normal.
-6
-1
4
9
14
19
24
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013 2014
%,yoyInflasi IHK (yoy)
Core
Adm Price
Volatile Foods
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)
(2)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013 2014
%,yoyVolatile Foods Adm Price Core
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
19
2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota
2.4.1 Inflasi Kota Kupang
Lancarnya distribusi
pasokan barang terutama
bahan makanan mampu
menghambat laju inflasi pada
periode laporan. Inflasi Kota
Kupang pada triwulan I-2014
tercatat sebesar 7,99% (yoy) atau
lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
mencapai 8,84% (yoy).
Membaiknya kondisi cuaca pada
akhir triwulan laporan yang berimbas kepada lancarnya distribusi pasokan
terutama pasokan dari daerah lain mampu menghambat laju inflasi secara umum.
Rendahnya inflasi tahunan pada periode laporan terutama disebabkan oleh
penurunan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan masing-
masing menjadi sebesar -23,75% (yoy) dan 5,50% (yoy). Secara umum,
pergerakan inflasi yang terjadi dipengaruhi juga oleh ekspektasi inflasi dari daerah
pemasok.
Penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan terlihat pada
rendahnya laju inflasi yang cukup signifikan dari 4,90% (yoy) pada triwulan lalu
menjadi sebesar 0,88% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan periaku sebagian besar
kelompok lainnya yang mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari semula
9,80% (yoy) menjadi sebesar 11,15% (yoy) yang terutama disebabkan oleh
peningkatan tarif sewa rumah yang sejalan dengan pola historisnya yang biasanya
terjadi pada bulan Maret - April.
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang
Sumber : BPS diolah
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014
Inflasi bulanan
Inflasi tahunan
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
20
2014
I II III IV I II III IV I
UMUM 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99%
BAHAN MAKANAN -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% 0.88%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15%
SANDANG 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98%
KESEHATAN 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60%
20132012KOMODITAS
Selama periode laporan terjadi
perubahan IHK triwulanan sebesar
1,87% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan inflasi triwulan IV-2013
yang hanya sebesar 1,51% (qtq).
Tekanan inflasi tertinggi selama
periode laporan terjadi pada
kelompok bahan makanan dengan
inflasi sebesar 2,97% (qtq) diikuti
dengan kelompok perumahan,
listrik,air, gas dan bahan bakar rumah
tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,45% (qtq). Kenaikan harga subkelompok
ikan segar dan biaya tempat tinggal juga menyebabkan tingginya inflasi triwulanan
pada periode laporan.
Tekanan inflasi bulanan Kota Kupang pada bulan Januari 2014 sebesar
0,50% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,59%
(mtm). Rendahnya inflasi pada bulan Januari salah satunya disebabkan oleh
penurunan tarif angkutan udara seiring normalnya permintaan. Sementara itu,
pada bulan Februari mengalami inflasi tertinggi yang mencapai 1,46% (mtm).
Tingginya inflasi pada Februari 2014 bersumber pada kenaikan komoditas ikan
segar serta komoditas sawi putih seiring cuaca yang tidak kondusif. Sementara
pada bulan Maret Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm). Faktor
pendorong deflasi salah satunya disebabkan oleh penurunan harga komoditas
telur ayam ras dan daging ayam ras.
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas
-1% 1% 3%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
1.87%
2.97%
0.65%
2.45%
1.01%
0.87%
0.64%
1.50%
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
21
2.4.2 Inflasi Kota Maumere
Kondisi cuaca buruk yang
terjadi pada awal tahun (Januari-
Februari) menyebabkan tingginya
laju inflasi Kota Maumere. Inflasi
tahunan Kota Maumere pada
triwulan laporan sebesar 6,39%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai
6,24% (yoy). Kelompok barang yang
mengalami inflasi tertinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan dengan
inflasi sebesar 4,07% (yoy) meningkat cukup signifikan dari sebelumnya yang
sebesar 2,99% (yoy). Sedangkan inflasi tertinggi pada akhir triwulan laporan
adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan laju inflasi
mencapai 13,55% (yoy).
2014
I II III IV I II III IV I
UMUM 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39%
BAHAN MAKANAN 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% 4.07%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% 12.90%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% 4.02%
SANDANG 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% 1.90%
KESEHATAN 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% 4.01%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% 5.24%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% 13.55%
20132012KOMODITAS
Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 1,06% (qtq) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,51% (qtq). Bila
dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Kota Kupang, laju inflasi triwulanan
Kota Maumere tercatat lebih rendah. Hampir seluruh kelompok mengalami
penurunan inflasi dengan penurunan inflasi tertinggi berasal dari kelompok
makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dengan inflasi sebesar 1,89% (qtq).
Sedangkan tekanan inflasi kelompok bahan makanan mengalami peningkatan
yakni dari sebesar -0,18% (qtq) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 2,32%
(qtq). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya harga komoditas
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas
Sumber : BPS diolah
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014
Inflasi bulanan
Inflasi tahunan
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
22
ikan segar dan komoditas ikan diawetkan seiring buruknya kondisi cuaca yang
terjadi terutama pada bulan Januari-Februari.
Dilihat secara bulanan, pada bulan Januari terjadi deflasi 0,08% (mtm).
Deflasi tersebut terutama disebabkan oleh komoditas daging dan hasilnya pada
kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada bulan Februari terjadi inflasi cukup
tinggi sebesar 1,61% (mtm) dengan sumber inflasi berasal dari kelompok bahan
makanan terutama komoditas ikan segar. Pada bulan Maret kembali terjadi deflasi
cukup dalam yakni sebesar 0,46% (mtm). Kembali lagi, kelompok bahan makanan
menjadi faktor utama deflasi terutama komoditas ikan segar. Mulai membaiknya
kondisi cuaca di akhir periode triwulan I mampu menghambat laju inflasi secara
umum.
-4% -2% 0% 2% 4%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
1.06%
2.32%
1.89%
0.29%
-0.03%
0.16%
0.64%
-0.70%
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
23
EL-NINO DAN NTT : DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI
El-Nino adalah sebuah fenomena meningkatnya suhu permukaan laut yang
biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan
kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa
banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. El-Nino akan terjadi apabila perairan
yang lebih panas di Pasifik Tengah dan Timur meningkatkan suhu dan kelembaban
pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya
pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan
tersebut. Tekanan udara bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat
sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian
timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah
hujan yang jauh dari normal. Kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember.
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara
berurutan pasca atau pra La-Nina. La-Nina merupakan fenomena sebaliknya yaitu
mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling1. Hasil kajian dari
tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak
23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali).
Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun
El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian
sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal
ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu
besar. Kejadian El-Nino pada tahun 1982/1983 yang dikategorikan sebagai tahun
kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.
Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi tersebut
menyebabkan Indonesia menjadi sangat unik lokasinya. Lokasi yang unik ini juga
menyebabkan fluktuasi iklim, khususnya curah hujan yang juga unik. Karena
terletak di antara dua benua, maka aktifitas hangat dan dingin dikedua benua
akibat dari pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o LU ke 23.5o LS setiap
BOKS 2
1 Penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993)
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
24
tahun menyebabkan negeri kita ini juga di lewati oleh angin monsoon2. Indonesia
juga di penuhi oleh gunung-gunung, hutan, ladang yang juga unik bentuknya.
Semua itu mempengaruhi hujan di Indonesia. Apa hubungannya dengan El Nino?
Akibat dari interaksi semuanya itu menyebabkan pengaruh El Nino di semua tempat
di Indonesia berbeda-beda.
Karena saat awal kejadian El Nino biasanya bertepatan dengan masa
pembakaran lahan pertanian di daerah-daerah yang melakukan sistem perladangan
berpindah, maka kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kebakaran serta banyak
menghasilkan asap yang sebarannya sangat luas serta dengan konsentrasi yang
tinggi dan waktu tinggal asap tersebut di udara yang cukup lama. Hal ini
menyebabkan turunnya tingkat kesehatan disekitar. Selain itu juga menyebabkan
bentuk dan jumlah butiran-butiran air di awan juga berubah. Pada bidang pertanian
kejadian El Nino menyebabkan penurunan rata-rata kehilangan peluang produksi
pangan selama tahun 1968-2000 sekitar 1.79 juta ton atau sekitar 3.06 % dari
seluruh peluang produksi pangan (Irawan, 2006).
Gambar 1. Dampak adanya El-Nino Di Indonesia
2 Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsoon, yaitu Monsoon Asia dan Monsoon Australia.
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
25
Pengaruh umum El Nino di perairan laut Indonesia adalah mendinginnya
suhu permukaan laut di sekitar perairan Indonesia akibat dari tertariknya seluruh
masa air hangat ke bagian tengah Samudra Pasifik. Akibat buruk dari kondisi ini
adalah berkurangnya produksi awan di wilayah Indonesia yang sudah pasti efek
sampingnya adalah menurunnya curah hujan, tapi segi positifnya adalah
meningkatnya kandungan klorofil di perairan laut Indonesia. Sudah menjadi rahasia
umum bahwa semakin rendah suhu permukaan laut, maka kandungan klorofil-a
semakin tinggi serta akibat lainnya adalah kemungkian terjadinya proses upwelling
semakin besar di sekitar perairan Indonesia. Keadaan ini menyebabkan
meningkatnya pasokan makanan ikan, jumlah ikan di sekitar perairan lebih banyak
dari biasanya dan yang ujung-ujungnya mampu meningkatkan pendapatan para
nelayan.
Dari penjelasan tersebut, melihat letak geografis Provinsi NTT yang
sebagian besar dikelilingi oleh lautan, dengan adanya fenomena El-Nino ini tidak
hanya membawa dampak buruk akan tetapi juga berdampak positif terhadap
NTT. Mengenai dampak negatifnya seperti yang disebutkan di atas, dalam
menanggulangi dampak negatif tersebut, Pemerintah Daerah terutama salah
satunya melalui forum Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dapat mengambil
beberapa alternatif kebijakan seperti :
1. Peningkatan/Penambahan Lumbung Pangan di daerah rawan krisis pangan.
2. Penyuluhan/sosialisasi kepada para petani untuk menanam tanaman tahan air
seperti palawija.
3. Melakukan operasi pasar murah.
4. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di daerah sentra
produksi.
5. Menjaga distribusi pasokan bahan makanan terutama yang berasal dari
daerah lain.
Sementara itu, adanya El-Nino juga berdampak terhadap melimpahnya
ikan di laut sekitar Indonesia dikarenakan mendinginnya suhu laut. Namun
ironis, Provinsi NTT sebagai salah satu sentra ikan laut di Indonesia justru ikan
laut merupakan salah satu penyumbang inflasi dalam 4 tahun terakhir
sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah. Salah satu penyebabnya adalah
sarana untuk menangkap ikan masih tradisional dan hasil tangkapan ikan
sebagian besar dijual di luar NTT. Sebagai informasi, tingkat konsumsi ikan
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
26
masyarakat NTT sebesar 25 Kg/kapita, lebih rendah dibandingkan tingkat
konsumsi nasional yang mencapai 35 Kg/kapita.
Tabel 1. Komoditas penyumbang inflasi dalam 4 tahun terakhir
NO Januari Februari Maret April Mei Juni
1 TOMAT SAYUR SAWI PUTIH KANGKUNG BAWANG PUTIH IKAN SELAR IKAN SELAR
2 IKAN TONGKOL WORTEL BAWANG PUTIH IKAN MERAH SEWA RUMAH ANGKUTAN UDARA
3 SAWI PUTIH KANGKUNG LENGKUAS CABE RAWIT BAWANG MERAH SEWA RUMAH
4 CABE MERAH SEWA RUMAH SAWI HIJAU MIE BESI BETON ANGKUTAN DALAM KOTA
5 ANGKUTAN UDARA TOMAT SAYUR BAYAM GULAI AYAM GORENG DAUN SINGKONG
6 BAWANG MERAH TONGKOL PISANG SEWA RUMAH CABE MERAH IKAN TEMBAKANG
7 GULA PASIR BERAS PASIR SELAR DAUN SINGKONG BAWANG PUTIH
8 IKAN KEMBUNG BAWANG PUTIH IKAN TONGKOL TELEVISI BERWARNA ANGKUTAN UDARA IKAN KEMBUNG
9 BAYAM CABE MERAH SAWI PUTIH BAWANG MERAH KUE KERING BERMINYAK NASI
10 CABE RAWIT IKAN CAKALANG ROKOK KRETEK FILTERPISANG IKAN TONGKOL CABE MERAH
NO Juli Agustus September Oktober November Desember
1 ANGKUTAN UDARA SLTA DAUN SINGKONG IKAN KEMBUNG BERAS BERAS
2 DAGING AYAM RAS BERAS CABE RAWIT DAUN SINGKONG SEWA RUMAH BAWANG MERAH
3 BAWANG MERAH IKAN SELAR KANGKUNG BAWANG PUTIH CABE RAWIT TOMAT SAYUR
4 KEMBUNG/GEMBUNG DAUN SINGKONG LABU SIAM/JIPANG DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS TELUR AYAM RAS
5 AYAM HIDUP TARIP LISTRIK SEWA RUMAH SEWA RUMAH IKAN SELAR DAGING AYAM RAS
6 TONGKOL CABE RAWIT TEMPE LENGKUAS KANGKUNG CABE RAWIT
7 BERAS SEPATU TELEVISI BERWARNA KANGKUNG CELANA PANJANG JEANS SAWI PUTIH
8 DAUN SINGKONG ANGKUTAN UDARA DAGING AYAM RAS IKAN CAKALANG TOMAT SAYUR IKAN KEMBUNG
9 TELUR AYAM RAS TEMPE ANGKUTAN UDARA IKAN TONGKOL BUNCIS BAYAM
10 BAWANG PUTIH IKAN EKOR KUNING KONTRAK RUMAH IKAN TEMBAKANG TUKANG BUKAN MANDOR DAGING BABI
Untuk itu, diperlukan suatu program untuk meningkatkan tangkapan
ikan seperti :
1. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui program bantuan teknis.
2. Melakukan pemetaan zona tangkap ikan.
3. Peningkatan sarana tangkap ikan seperti penggunaan pukat bermesin.
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Kinerja perbankan dan sistem pembayaran mengalami perlambatan.
Gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp23,66 triliun dengan
pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy).
Penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan yang diiringi
peningkatan risiko.
Kinerja sistem pembayaran selama triwulan laporan juga melambat.
33..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan
relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR
tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau
melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula
dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada
triwulan laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy)
dengan outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL)
yang sedikit meningkat ke level 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya 1,39%. Di sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56%
(yoy) dengan nominal Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga
relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar
88,54%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 91,14%.
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28
Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui
fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama
triwulan laporan.
Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow
yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang
terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai
akibat menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan
kondisi cuaca yang kurang kondusif.
Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29
33..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBaannkk UUmmuumm
33..22..11.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann
Kinerja positif bank umum dalam menjalankan fungsi
intermediasinya kembali melambat. Pada triwulan I-2014, rasio penyaluran
kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 88,25%.
Rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan)
terhadap total kredit juga meningkat dari 4,55% menjadi 5,20% pada triwulan
laporan dengan nominal mencapai Rp783,67 miliar.
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan
tumbuh sebesar 11,56% (yoy) meski pertumbuhannya tak sebesar periode yang
sama tahun 2013. Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah
NTT mencapai Rp17,08 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat
masih bersumber pada meningkatnya pertumbuhan dana pada rekening tabungan.
Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening tabungan Bank
Umum sebesar Rp8,58 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar
13,23% (yoy). Peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik perseorangan
mencapai 13,40% (yoy) dengan nominal Rp7,72 triliun atau 89,96% dari total
tabungan di wilayah NTT, masih mendominasi rekening simpanan di Provinsi NTT.
Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30
Pertumbuhan dana pada rekening giro meningkat 9,43% (yoy). Giro
pemerintah, terutama pemerintah daerah, masih mendominasi dengan porsi
79,98% dari total simpanan giro perbankan NTT. Meskipun tidak memiliki porsi
yang besar, namun peningkatan signifikan terjadi pada giro milik perorangan
dengan kenaikan sebesar 26,56% (yoy).
Sementara, jumlah dana pemerintah di simpanan berjangka (deposito)
mencapai 37,50% dari total simpanan berjangka dengan nominal Rp1,64 triliun,
meskipun jumlah ini menurun sebesar 0,33% (yoy) dibandingkan triwulan I-2013.
Penempatan dana dalam rekening deposito sendiri meningkat 9,22% (yoy) dengan
pertumbuhan terbesar berasal dari deposito swasta sebesar 41,57% (yoy).
Penyaluran kredit Bank Umum kembali melambat dengan
pertumbuhan sebesar 17,34% (yoy) dengan total outstanding kredit
mencapai Rp15,07 triliun. Secara struktural, setelah terus menurun sejak triwulan
I-2013, porsi kredit konsumtif terhadap total kredit kembali naik pada triwulan
laporan. Total 63,92% penyaluran kredit perbankan didominasi oleh kredit jenis
konsumsi, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 63,20%
dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi
menyumbang share masing-masing sebesar 28,68% dan 7,40%.
Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.3 Komposisi DPK
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31
Kondisi tahunan yang berdampak pada penurunan kegiatan
ekonomi pada triwulan I tiap tahunnya berimplikasi pada perlambatan
pertumbuhan kredit modal kerja. Perlambatan kredit modal kerja didorong oleh
perlambatan permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor
perdagangan besar dan eceran. Kredit pada sektor tersebut tumbuh melambat
sebesar 37,96% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar
71,16%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor perdagangan sedikit
terpengaruh penurunan kegiatan ekonomi selama triwulan laporan. Sementara itu
peningkatan penyaluran kredit secara tahunan yang sangat signifikan pada
triwulan laporan kembali terjadi pada sektor listrik, gas dan air dengan angka
177,73%.
Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT berkorelasi positif terhadap
pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju perlambatan pertumbuhan
kredit investasi relatif kecil dibandingkan kredit modal kerja. Perlambatan
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32
penyaluran kredit investasi didorong oleh perlambatan penyaluran kredit pada
sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup
besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor penyediaan
akomodasi dan penyediaan makan minum serta sektor transportasi, pergudangan
dan komunikasi. Hal tersebut diperkirakan sebagai akibat kondisi cuaca yang
kurang kondusif selama triwulan laporan sehingga mengakibatkan kegiatan
investasi berupa pembangunan dihentikan sementara. Selain itu, telah selesainya
beberapa proyek ditambah terhentinya beberapa proyek investasi lain seperti
pembangunan industri garam, pembangunan smelter mangaan dan pembangkit
listrik di Bolok turut mempengaruhi laju perlambatan kredit investasi.
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor
perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih
menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju
pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor jasa
kesehatan, sektor jasa perorangan, sektor pertanian subsektor perikanan, sektor
listrik, gas dan air serta sektor real estate, jasa persewaan dan jasa perusahaan,
mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup
signifikan pada sektor-sektor tersebut.
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33
Penyaluran kredit bank umum diimbangi dengan risiko kredit yang
tetap terkendali pada level rendah, meski terjadi peningkatan rasio Non
Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan I-2014 ke level 1,46%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,33%. Rasio NPL kredit modal
kerja tercatat sebesar 3,00% sementara rasio NPL kredit investasi sebesar 2,50%.
Angka ini naik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana NPL kredit modal kerja
tercatat sebesar 2,79% dan NPL kredit investasi sebesar 2,18%.
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum
Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34
Kenaikan BI Rate menjadi 7,50% mulai mempengaruhi perbankan di
NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku
bunga kredit tertimbang perbankan pada triwulan I-2014 naik ke level 14,63%,
sedikit di atas suku bunga tertimbang triwulan sebelumnya yang sebesar 14,61%.
Kenaikan suku bunga kredit terjadi terutama pada jenis kredit modal kerja. Suku
bunga kredit modal kerja naik ke angka 13,87%. Sementara suku bunga kredit
investasi dan konsumsi sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
33..22..22.. KKrreeddiitt UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill ddaann MMeenneennggaahh ((UUMMKKMM))
Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
tumbuh sebesar 27,35% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, terutama kredit
produktif yang menunjukkan tendensi melambat. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa sektor UMKM masih menjadi primadona bagi perbankan dalam penyaluran
kredit produktifnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya rasio kredit
UMKM terhadap total kredit produktif ke angka 76,96%. Rasio kredit UMKM
terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 26,77%.
Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling
tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil.
Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 44,12%
dengan outstanding kredit mencapai Rp978 miliar dan jumlah debitur sebanyak
57.403 unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi untuk
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35
keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,21% dibandingkan untuk investasi yang
hanya sebesar 19,79%.
Demikian juga dengan kredit pada usaha jenis menengah mengalami
pertumbuhan sebesar 34,19% dengan outstanding kredit sebesar Rp1,20 triliun
dan jumlah debitur sebesar 1.693 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian
digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 82,14% dan investasi
sebesar 17,86%. Penyaluran kredit pada usaha jenis kecil juga meningkat sebesar
16,62% setelah sempat mengalami perlambatan dengan outstanding kredit
sebesar Rp2,01 triliun dan jumlah debitur mencapai 13.524 unit usaha.
Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar
82% dan investasi sebesar 18%.
Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 69,61% dari total
penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan
sedikit meningkat menjadi sebesar 2,17% dan 0,63%. Risiko penyaluran kredit
(NPLs) kepada UMKM juga cukup terjaga meski rasio naik ke level 3,38%.
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36
33..22..33.. KKiinneerrjjaa PPeerrbbaannkkaann UUmmuumm BBeerrddaassaarrkkaann SSeebbaarraann PPuullaauu
Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih
terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan
di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya
kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar
Rp15,20 triliun atau 65,18% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara
di Pulau Flores sebesar Rp6,38 triliun atau 27,35% dari total aset, dan aset bank
umum di Pulau Sumba sebesar Rp1,74 triliun atau 7,47% dari total aset bank
umum di Provinsi NTT.
Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan
indikator di pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan
laporan, perkembangan aset terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar
14,29% (yoy) diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 13,76% (yoy). Hal serupa juga
terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),
dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK
mencapai Rp5,45 triliun atau meningkat sebesar 12,62% (yoy), sementara Pulau
Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar
10,84% dan 9,00%.
Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau
Timor yaitu sebesar 18,10% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin
dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih menunjukkan nilai
tertinggi, yaitu sebesar 98,96% diikuti oleh Pulau Flores sebesar 94,86%. Di sisi
lain, hal ini bisa menjadi indikator bahwa pertumbuhan DPK di luar Pulau Timor
tidak mampu mengimbangi pertumbuhan kreditnya.
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37
33..33 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann
33..33..11.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii
aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg
Aktivitas transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan
laporan tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu
dari sebesar 77,31% (yoy) menjadi sebesar 2,21% (yoy). Transaksi
kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp542 miliar dengan
jumlah warkat sebanyak 16.971 warkat.
Meski terjadi penurunan transaksi, jumlah nominal cek/BG kosong
di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan
justru meningkat. Jumlah cek/BG kosong pada triwulan laporan sebesar
Rp8,89 miliar, naik 35,08% (yoy). Penurunan jumlah warkat kosong
sebesar 9,14% (yoy) menjadi 179 lembar pada bulan laporan
mengindikasikan penurunan kualitas pembayaran cek/BG karena jumlah
tolakan per lembar secara rata-rata meningkat menjadi Rp49,69 juta.
bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS
Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami
perlambatan. Pada triwulan laporan, transaksi RTGS yang berasal
menuju (to) NTT tumbuh sebesar 2,83% (yoy) dengan jumlah nominal
Rp14,18 triliun yang berasal dari 7.809 transaksi. Secara volume, terjadi
peningkatan sebesar 37,31% (yoy). Secara rerata, transaksi RTGS yang
menuju (to) NTT tercatat sebesar Rp1,82 miliar per transaksi.
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KBI Kupang
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38
Meski transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih
didominasi oleh transaksi dari Provinsi NTT, namun pertumbuhannya
justru negatif. Nominal transaksi dari (from) Provinsi NTT tercatat sebesar
Rp17,19 triliun atau turun 24,24 % (yoy) meskipun volumenya naik
sebesar 10,22% (yoy) menjadi 10.696 transaksi. Secara rerata, transaksi
RTGS dari (from) NTT tercatat sebesar Rp1,61 miliar per transaksi.
33..33..22.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii
Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai terus meningkat.
Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT
menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow)
dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp1,69 triliun. Pada
triwulan laporan terjadi net inflow dimana jumlah uang yang masuk ke Bank
Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang keluar. Jumlah uang yang
masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp1,37 triliun atau naik
0,72% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia tercatat
hanya sebesar Rp322 miliar atau turun sebesar 26,20% (yoy). Penurunan jumlah
uang yang keluar dari Bank Indonesia pada triwulan laporan menunjukkan bahwa
kebutuhan uang kartal menurun pada awal tahun setelah sebelumnya meningkat
signifikan setiap akhir tahun. Penurunan aktivitas ekonomi terkait kondisi cuaca
yang kurang kondusif membuat kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan
menurun.
Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39
Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat
signifikan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang
terserap di wilayah Provinsi NTT naik dengan nominal sebesar Rp318 miliar atau
meningkat signifikan sebesar 76,95% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).
Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana utama dalam menjaring
UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah
satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money
policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil, yang dapat
dilihat dari semakin rendahnya jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui bahwa hal
tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT yang
berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy
pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil.
Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan
laporan sebesar Rp1.350.000. Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai
Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Triwulan I-2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40
laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi
Rp100.000,00.
Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di
masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri
keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta
mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp
100.000,00 dengan penambahan features pengaman. Sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang Rupiah ini terus dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari
masyarakat umum, anak sekolah hingga instansi pemerintah dan swasta, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui selebaran (leaflet) yang diberikan.
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengalami peningkatan cukup signifikandibandingkan tahun sebelumnya.
Realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan I-2014 mencapai
25,33%.
Pada periode yang sama, realisasi belanja pemerintah mencapai
12,12%.
44..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014
tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan
dengan tahun 2013. Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami
peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada
tahun 2014.
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan tercatat
sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana pendapatan
tahun 2014. Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%. Dari sisi belanja, realisasi
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp
Mili
ar
Pendapatan Belanja
10.50%5.65%
8.44%
19.98%
74.83%
3.81%
16.16%
9.97% 2.20% 7.98%
7.38%
74.33%
2.00% 14.05%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
RealisasiPendapatan
RealisasiBelanja
Grafik 4.2 RealisasiAPBDTriwulan I-2014
Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT
Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT
Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42
anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau mencapai
12,12% dari total rencana belanja.
44..22.. PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh
Realisasi pendapatan
pada triwulan laporan tercatat
sebesar 25,33%. Total
pendapatan dalam APBD Tahun
2014 ditargetkan sebesar Rp 2,72
triliun. Nominal tersebut bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sebesar Rp 695,42 miliar atau
25,56% dari total pendapatan
Tahun 2014. Sementara sisanya,
yaitu 74,01% bersumber dari pendapatan transfer Pemerintah Pusat dan 0,44%
berasal dari pendapatan lain-lain yang sah. Hal tersebut mencerminkan masih
tingginya ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan pemerintah
pusat. Sementara itu, kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal
gap) yang sebesar 47,42% dalam share pos pendapatan daerah terlihat cukup
dominan. Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada
daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih diperlukan.
Realisasi PAD Provinsi NTT pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp109,93
miliar atau 15,81% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD
berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 83,71 miliar, meningkat
1,87%(yoy) dibandingan pencapaian triwulan I-2013 yang sebesar Rp 82,17 miliar.
Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp 579,40 miliar atau 28,77% dari total rencana pendapatan
transfer. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan dengan realisasi
mencapai Rp 377,23 miliar atau sebesar 13,86% dari total rencana pendapatan.
Sedangkan realisasi dana otonomi khusus dan dana penyesuaian sebesar Rp 201,28
miliar atau sebesar 28,06% dari rencana 2014 yang sebesar Rp 717,29 miliar.
849.74
938.93
992.02
1,075.75
1,290.63
2,256.45
2,342.34
2,720.97
27.05%27.03%
29.06%
28.57%26.42%
28.85%
26.79%
25.33%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp m
iliar
Rencana Pendapatan
Realisasi Pendapatan Tw-I
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan
Sumber : Biro KeuanganProvinsi NTT
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43
44..33.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh
Realisasi belanja pemerintah
pada periode laporan sebesar12,12%
dari total rencana belanja 2014. Total
anggaran belanja Pemerintah Provinsi
NTT mengalami kenaikan sebesar
14,05% dengan nominal anggaran
mencapai Rp 2,74 triliun. Pos belanja
operasi, yang didalamnya berisi belanja
pegawai, belanja barang, serta belanja
hibah merupakan pos anggaran belanja
terbesar dengan total nominal sebesar Rp
2,05 triliun atau 75,00% dari total
anggaran belanja tahun 2014.
Total realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp 331,94
miliar. Dari total realisasi tersebut, pos belanja operasional yang sebagian merupakan
belanja hibah menyumbang realisasi paling besar yaitu sebesar 56,28%, sedangkan
belanja modal yang merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah hanya
mencatatkan realisasi sebesar 0,51%.
1,0
36
.09
1,1
39
.42
1,1
64
.44
1,2
57
.42
1,3
50
.22
2,3
53
.82
2,4
00
.82
2,7
38
.06
7.39%
13.05%
9.60%
10.49%
9.79%
13.16%
17.85%
12.12%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp
mili
ar
Rencana Belanja
Realisasi Belanja Tw-I
Grafik4.4 Realisasi Belanja
Sumber : Biro KeuanganProvinsi NTT
Triwulan I- 2014|
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44
Rp Juta
Rencana
2014 Tw I
PENDAPATAN 2,720,974 689,317 25.33%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 695,416 109,913 15.81%
Pendapatan Pajak Daerah 528,048 83,706 15.85%
Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 1,388 4.67%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 55,817 - 0.00%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 24,819 30.33%
PENDAPATAN TRANSFER 2,013,685 579,403 28.77%
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290,418 377,229 29.23%
Dana Bagi Hasil Pajak - - -
Dana Alokasi Umum 1,131,688 377,229 33.33%
Dana Alokasi Khusus 74,236 - 0.00%
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723,266 202,174 27.95%
Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717,288 201,281 28.06%
Penerimaan dari Pihak Ketiga -
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11,873 - 0.00%
Pendapatan Hibah 11,873 - 0.00%
Pendapatan Dana Darurat - - -
Pendapatan lainnya - - -
BELANJA 2,738,061 331,944 12.12%
BELANJA OPERASI 2,053,459 330,257 16.08%
Belanja Pegawai 564,111 91,507 16.22%
Belanja Barang 490,392 47,934 9.77%
Belanja Hibah 923,508 186,816 20.23%
Belanja Bantuan Sosial 40,940 1,000 2.44%
Belanja Bantuan Keuangan 34,508 3,000 8.69%
BELANJA MODAL 412,577 1,686 0.41%
BELANJA TIDAK TERDUGA 17,500 2 0.01%
Belanja Tidak Terduga - - -
TRANSFER 254,525 - 0.00%
Bagi Hasil Pajak - - -
-
PEMBIAYAAN NETTO 17,087 222,854 1304.21%
PENERIMAAN DAERAH 97,957 222,854 227.50%
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 90,190 220,195 244.15%
Pencairan Dana Cadangan - - -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 7,767 2,659 34.24%
PENGELUARAN DAERAH 80,870 - -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75,870 - -
Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,000 - -
Realisasi%
RealisasiURAIAN
Tabel4.1 RealisasidanRencanaTahunAnggaran 2014
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi positif
Jumlah angkatan kerja naik 1,43% (yoy) sehingga menjadi 2.383.116 jiwa
pada triwulan laporan.
Tingkat pengangguran turun 1,97% (yoy) menjadi 46.904 jiwa.
Angka kemiskinan juga menurun dari 20,41% (yoy) menjadi 20,24% (yoy).
55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT
pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data
BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014
memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok
penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah
angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat
sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara
tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi
ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks
ketenagakerjaan1 tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang
hanya sebesar 4,39.
Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS
posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan
persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun
sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta
tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September 2013.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan
tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke
atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu.
1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari p .
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46
Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann
55..22..11 KKoonnddiissii KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann UUmmuumm
Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara
Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari
bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat
pengangguran. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat
sebesar 2.336.212 jiwa, bertambah 36.501 jiwa atau 1,59% (yoy).
Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut
sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan
sebagian besar penduduk (65,04%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan
karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT
sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut.
Namun, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan
Februari 2013 sebesar 31.819 jiwa atau turun 2,05% (yoy).
Di sisi lain, jumlah tenaga kerja di sektor industri mengalami peningkatan.
Tenaga kerja di sektor industri tercatat naik sebesar 42.391 jiwa atau 22,69% (yoy)
dibandingkan bulan Februari 2013. Selain di sektor industri, sektor jasa-jasa juga
menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa tercatat
meningkat sebesar 25.929 jiwa atau 4,62% (yoy) dibandingkan dengan Februari
2013.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47
Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan
ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang
berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok
kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan
berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 81,35% tenaga kerja di NTT
pada bulan Februari 2014 bekerja pada kegiatan informal.
Berdasarkan hasil SKDU, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan juga
meningkat. Hanya sektor industri pengolahan, sektor bangunan serta sektor
pengangkutan dan komunikasi yang menunjukkan penurunan. Indeks hasil SKDU
triwulan I-2014 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian
mengalami peningkatan signifikan diikuti sektor keuangan. Penambahan jumlah
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : BPS Provinsi NTT
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48
tenaga kerja yang signifikan ini diperkirakan karena dimulainya musim tanam di
sektor pertanian, terutama saat musim penghujan di NTT yang dimulai bulan
Desember hingga Maret tahun berikutnya.
55..22..22 PPeennggaanngggguurraann
Pengangguran merupakan salah satu indikator utama pada bidang
ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang
sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha
(tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan
Februari 2014 jumlah pengangguran sebanyak 46.904 jiwa, turun sebanyak 23.760
jiwa atau 33,62% dibandingkan dengan bulan Agustus 2013. Dibandingkan
Februari 2013, angka tersebut juga turun sebesar 2.944 jiwa atau 5,91% (yoy).
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT
Sumber : SKDU Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49
55..33 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann
55..33..11 KKoonnddiissii KKeesseejjaahhtteerraaaann UUmmuumm
Kondisi kesejahteraan secara umum relatif membaik berdasarkan hasil
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme,
khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas
terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini
dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan Januari sampai dengan Maret
2014. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT kembali mengalami kenaikan yang cukup
signifikan pada bulan Maret. Hal tersebut diperkirakan karena pengaruh kenaikan
gaji bagi pegawai yang biasanya diberikan pada awal tahun.
2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,16 1,36 1,49
UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925 1,01 1,15
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Rp
rib
u
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan
Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
Sumber : SK Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT
Pengeluaran
per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
1-2 Juta 48.48% 49.49% 2.02% 100.00%
2.1-3 Juta 47.46% 47.46% 5.08% 100.00%
3.1-4 Juta 53.85% 42.31% 3.85% 100.00%
4.1-5 Juta 57.14% 42.86% 0.00% 100.00%
5Juta ke atas 11.11% 77.78% 11.11% 100.00%
Jumlah 47.50% 49.00% 3.50% 100.00%
Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50
Sementara di pedesaan,
ukuran daya beli masyarakat
yang diukur melalui NTP
mengalami peningkatan. Pada
akhir triwulan laporan, dengan
menggunakan tahun 2012 sebagai
tahun dasar menggantikan tahun
dasar 2007, indeks yang diterima (IT)
tercatat sebesar 107,71. Sementara,
indeks yang dibayar (IB) tercatat
sebesar 109,87 sehingga angka
NTP tercatat sebesar 98,03. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama
triwulan laporan tidak secepat akselerasi peningkatan pengeluaran yang
menyebabkan NTP pada triwulan laporan masih berada di bawah 100. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani masih tertekan karena
penghasilan dari penjualan produk pertanian masih di bawah pengeluaran
kebutuhan harian mereka, baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan
produksi seperti pupuk/pangan maupun bibit. Namun demikian, kondisi triwulan
laporan sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumya dimana nilai NTP tercatat
sebesar 97,92.
55..33..22 TTiinnggkkaatt KKeemmiisskkiinnaann
Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan pada bulan September 2013 tercatat sebesar 1.009,15 ribu jiwa atau
20,24% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 8,85 ribu
jiwa atau 0,88% dibandingkan dengan bulan September 2012 (yoy), yang tercatat
sebesar 1.000,3 ribu jiwa atau 20,41% dari total penduduk NTT.
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 51
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2005 133.50 1,037.70 1,171.20 17.85 30.46 28.19
2006 148.00 1,125.90 1,273.90 18.77 31.68 29.34
2007 124.90 1,038.70 1,163.60 16.41 29.95 27.51
2008 119.30 979.10 1,098.40 15.50 27.88 25.65
2009 109.40 903.70 1,013.10 14.01 25.35 23.31
2010 107.40 906.70 1,014.10 13.57 25.10 23.03
2011 117.04 895.87 1,012.91 12.50 23.36 21.23
Maret 2012 115.50 897.10 1,012.60 12.22 22.98 20.88
Sept 2012 117.40 882.90 1,000.30 12.21 22.41 20.41
Maret 2013 113.57 879.99 993.56 11.54 22.13 20.03
Sept 2013 98.05 911.10 1,009.15 10.10 22.69 20.24
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin
.
Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu
tahun terakhir sebesar 12,84% dari Rp222.506,00 per kapita/bulan menjadi
Rp251.080,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan
antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun
terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,27% dari Rp293.907,00 per
kapita/bulan menjadi Rp321.163,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di
pedesaan mengalami peningkatan sebesar 14,17% dari Rp205.083,00 per
kapita/bulan menjadi Rp234.142,00 per kapita/bulan.
Jumlah Persentase
Bukan Penduduk Penduduk
Makanan Miskin (ribu) Miskin
Perkotaan
Maret 2012 201,314 80,968 282,282 115.50 12.22
Sept 2012 209,582 84,325 293,907 117.40 12.21
Maret 2013 218,807 89,253 308,060 113.57 11.54
Sept 2013 226,641 94,522 321,163 98.05 10.10
Perdesaan
Maret 2012 159,990 34,732 194,722 897.10 22.98
Sept 2012 167,986 37,097 205,083 882.90 22.41
Maret 2013 177,215 40,703 217,918 879.99 22.13
Sept 2013 192,038 42,104 234,142 911.10 22.69
Kota + Desa
Maret 2012 168,044 43,743 211,787 1,012.60 20.88
Sept 2012 176,145 46,361 222,506 1,000.30 20.41
Maret 2013 185,468 50,337 235,805 993.56 20.03
Sept 2013 198,773 52,307 251,080 1,009.15 20.24
Daerah/Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Makanan Total
Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September 2013
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September 2013
Sumber : BPS Provinsi NTT
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 52
Secara besaran, peranan komoditas makanan meningkat sebesar 12,85%
dari Rp176.145,00 per kapita/bulan menjadi Rp198.773,00 per kapita/bulan. Kondisi
ini dipertegas dengan peranan komoditas makanan pada garis kemiskinan
berdasarkan komponen yang mengalami kenaikan dari 79,16% pada September
2012 menjadi 79,17% pada September 2013. Sementara itu, pada komponen
bukan makanan tercatat peningkatan sebesar 12,83% dari Rp46.361,00 per
kapita/bulan menjadi Rp52.307,00 per kapita/bulan, meskipun peranannya menurun
sedikit dari 20,84% pada September 2012 menjadi 20,83% pada September 2013.
Persoalan kemiskinan tidak hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk
miskin saja. Ada dimensi lain yang perlu diperhatikan selain upaya memperkecil
jumlah penduduk miskin, terutama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Dimensi tersebut adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Badan Pusat
Statistik mengukur dua hal tersebut menggunakan indeks kedalaman kemiskinan
(P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar
rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau
dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi
penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk
miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2012 2.588 3.680 3.466
September 2013 1.908 3.308 3.035
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2012 0.809 0.933 0.908
September 2013 0.500 0.734 0.689
Tahun Kota Desa Kota+Desa
Berdasarkan tabel 5.8, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di
NTT pada September 2013 menurun dibandingkan September 2012. Hal ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati
garis kemiskinan, dengan kesenjangan pengeluaran yang juga tidak selebar
sebelumnya.
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 53
KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan kita karena sangat erat
kaitannya dengan betambahnya ilmu dan pengetahuan. Di era globalisasi seperti
sekarang ini, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan taraf
hidup. Bahkan, sebuah penelitian menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan pada
umumnya sangat bergantung pada tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Seseorang
dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik,
sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat
kesejahteraan yang kurang baik.
Pendidikan yang tinggi memang bukan suatu syarat mutlak untuk mencapai
kesuksesan. Tetapi, paling tidak pendidikan dapat memberikan jaminan bagi
kehidupan seseorang. Semakin ketat persaingan yang terjadi membuat peranan
pendidikan semakin penting. Tidak kita pungkiri bahwa sebagian besar orang yang
berpendidikan tinggi lebih cerdas dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya.
Pendidikan pun secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku
seseorang.
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan bidang pendidikan adalah terpenuhinya layanan pendidikan dasar,
kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Indikator keberhasilan dalam
pencapaian layanan pendidikan dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS)
dan Angka Partisipasi Murni (APM). Sementara kualitas dan daya saing SDM dapat
dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas.
APS merupakan rasio anak yang sekolah pada kelompok umur tertentu
terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama. Data Susenas 2012
menunjukkan tingkat partisipasi sekolah semua kelompok umur meningkat
dibandingkan tahun 2011 berarti akses terhadap pendidikan di NTT semakin meluas.
Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun yang telah dilaksanakan sejak tahun 1994
membawa dampak positif terhadap keberhasilan pendidikan dasar di NTT.
Peningkatan APS terbesar terjadi pada kelompok 19-24, diikuti kelompok 13-15; 16-
18 dan paling rendah terjadi pada kelompok 7-12. Tingginya peningkatan APS 19-
24 menunjukkan distribusi perguruan tinggi dan kesadaran penduduk untuk
mengikuti pendidikan tinggi di NTT semakin meningkat.
BOKS 3
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 54
Sementara itu APM adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur
tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok
umurnya. Oleh karena itu secara umum APM lebih rendah dibandingkan APS karena
APM disamping memperhitungkan kelompok umur juga memperhatian tingkat
pendidikan. Rendahnya partisipasi pendidikan tingkat menengah maupun perguruan
tinggi disebabkan oleh kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak,
kemiskinan, dan kurangnya akses terhadap sarana pendidikan.
AMH mengindikasikan kemampuan penduduk usia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis. Pada tahun 2012 AMH penduduk NTT yang berumur
15 tahun keatas berada pada tingkat 89,23 persen, meningkat dibandingkan tahun
2011 (88,74 persen). Berarti pada tahun 2012 di NTT masih ada 10,73 persen
penduduk yang belum dapat membaca dan menulis. Data Susenas 2012 juga
menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk NTT mencapai 7,09 tahun.
Artinya penduduk NTT baru mampu menempuh sekolah sampai jenjang kelas 1
SMP.
Indikator lain yang menentukan kualitas pendidikan adalah tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan. Pada tahun 2012, persentase penduduk usia 10 tahun ke
atas di NTT yang berpendidikan SD ke bawah (tidak punya ijazah + SD) paling tinggi
(68,07 persen) sedang yang tamat PT hanya 4,82 persen. Ini menunjukkan kualitas
dan daya saing sumber daya manusia di NTT belum memadai, karena semakin
banyak penduduk berpendidikan rendah semakin tertutup akses untuk mendapat
pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik, karena SDM tidak mampu menjawab
berbagai kebutuhan dan daya saing yang terjadi pada lingkup regional, nasional,
maupun internasional.
Uraian 2010 2011 2012
7 - 12 96,49 95,96 95,99
13 - 15 81,24 85,88 88,56
16 - 18 49,22 60,21 62,00
19 - 24 14,44 15,37 18,22
SD/MI 93,03 92,13 92,40
SMP/MT’s 51,03 56,74 55,93
SMA/SMK/ MA 34,93 40,84 38,62
Angka Melek Huruf (%) 88,59 88,74 89,23
Rata-rata Lama Sekolah(th) 6,99 7,05 7,09
Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Murni
Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT
Tabel 1. Statistik Pendidikan NTT
Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT
Grafik 1. Pendidikan Tertinggi Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas (2012)
Triwulan I - 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 55
Tingkat kelulusan sekolah merupakan salah satu ukuran keberhasilan di bidang
pendidikan. Secara nasional tingkat kelulusan sekolah di NTT masih termasuk urutan
bawah. Ini berarti kemajuan pendidikan di NTT yang dihasilkan selama ini masih
perlu ditingkatkan lagi sehingga dapat mengejar kemajuan pendidikan di provinsi
lain.
Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT
Tabel 2. Penduduk Berumur 10 tahun ke atas menurut Tingkat Pendidikan (%)
Status Sekolah Laki-laki Perempuan Total
Tidak/Belum pernah sekolah 3,33 8,84 7,41
Tidak Tamat SD 37,03 28,20 29,62
SD 29,24 32,78 31,04
SLTP 13,05 12,30 12,67
SLTA 15,52 13,38 14,43
Perguruan Tinggi 5,16 4,50 4,82
Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT
Tabel 3. Persentase Kelulusan Ujian Nasional Sekolah di NTT
Tingkat Pendidikan 2011 2012 2013
SD 98,37 99,69 n.a
SLTP 97,39 97,56 97,68
SLTA 94,43 94,50 98,11
SMK 95,67 96,49 99,79
Triwulan I 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 56
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRRTTTUUUMMMBBBUUUHHHAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII DDDAAANNN
IIINNNFFFLLLAAASSSIII DDDIII DDDAAAEEERRRAAAHHH
Berlangsungnya Festival Komodo diperkirakan mampu mendongkrak kinerja PHR secara umum.
Kinerja perekonomian NTT pada triwulan II-2014 diperkirakan
mengalami peningkatan seiring panen raya subsektor tabama.
Tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan lebih tinggi
seiring berkurangnya frekuensi penerbangan, liburan sekolah dan
fluktuasi harga komoditas strategis menjelang Ramadhan.
66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada
triwulan II-2014 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi
shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada
triwulan II-2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy)
dengan kecenderungan moderat.
Secara sektoral, stabilnya kinerja tiga sektor utama yakni sektor
pertanian, sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran (PHR), dan sektor jasa-
jasa diperkirakan menjadi penopang pertumbuhan NTT. Panen raya yang
terjadi di triwulan II menjadi faktor utama pendorong peningkatan sektor
pertanian. Selanjutnya, rencana Festival Komodo 2014 yang berlangsung pada
bulan Mei 2014 diperkirakan mampu mendongkrak kinerja sektor PHR dan jasa-
jasa.
Dari sisi penggunaan, kinerja konsumsi rumah tangga maupun
swasta diperkirakan meningkat. Hal ini seiring optimisme masyarakat terhadap
kondisi perekonomian pada triwulan mendatang. Sementara itu, kinerja net ekspor
diperkirakan masih mengalami perlambatan. Hal ini terkait perkembangan
ekonomi negara-negara berkembang yang masih menunjukkan tren perlambatan.
Selain itu faktor nilai tukar rupiah yang masih berada di atas Rp 11.000
diperkirakan turut memberikan andil terhadap perlambatan net ekspor secara
umum.
Triwulan I 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 57
-8.00%
-6.00%
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
3,000.0
3,100.0
3,200.0
3,300.0
3,400.0
3,500.0
3,600.0
3,700.0
3,800.0
3,900.0
4,000.0
I II III IV I II III IV I IIP
2012 2013 2014Rp Miliar
PE(Nominal) PE(yoy) PE (qtq)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I IIP
2012 2013 2014
SKDU Harga Jual
Realisasi
Triwulan I
2014
Ekspektasi
Triwulan II
2014
Realisasi
Triwulan I
2014
Ekspektasi
Triwulan II
2014
Pertanian -29.05 25.39 10.48 0
Pertambangan
Industri Pengolahan 0.73 1.51 0.18 0.18
Listrik, Gas dan Air Bersih 0.53 0.53 0.53 0.53
Bangunan -6.74 0 0 1.35
Perdagangan, Hotel dan Restoran -0.99 7.51 1.55 2.96
Pengangkutan dan Komunikasi -0.67 0.08 3.01 2.42
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan -0.61 2.25 2.25 2.25
Jasa-jasa 18.32 18.54 0 0.22
TOTAL SELURUH SEKTOR -18.48 55.81 18 9.91
Kegiatan Dunia Usaha Harga Jual
Sektor
Secara umum, sektor pertanian diperkirakan mengalami
peningkatan kinerja. Panen raya yang diperkirakan terjadi ada triwulan II diyakini
mampu meningkatkan kinerja sektor pertanian terutama subsektor tabama.
Berdasarkan Kalender Musim Tanam (MT) I 2013/2014, panen raya subsektor
tabama terjadi pada awal periode triwulan II-2014. Selain itu, kondisi cuaca yang
kondusif diperkirakan turut meningkatkan kinerja subsektor perkebunan. Sejalan
dengan hal tersebut, subsektor perikanan diperkirakan mengalami peningkatan
seiring melimpahnya perikanan di sekitar wilayah NTT akibat fenomena El-Nino.
Festival Komodo 2014 yang rencananya akan diselenggarakan pada
bulan Mei 2014 mampu mendongkrak kinerja PHR secara umum. Adanya
festival tersebut terutama berpengaruh terhadap kinerja subsektor hotel dan
Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan I-2014 (Indeks)
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Grafik 6.2 Perkiraan SKDU dan Harga Jual
Sumber : BPS & SKDU diolah P : Proyeksi Bank Indonesia
Triwulan I 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 58
restoran. Selain itu, kinerja subsektor perdagangan diperkirakan turut mengalami
peningkatan seiring meningkatnya permintaan.
Sektor jasa-jasa diperkirkan turut mengalami peningkatan pada
triwulan II. Perayaan Festival Komodo tidak hanya mempengaruhi sektor PHR
akan tetapi juga mempengaruhi sektor Jasa-jasa terutama subsektor jasa swasta.
Adanya peningkatan wisatawan baik domestik maupun internasional menjadi
penopang peningkatan subsektor jasa swasta. Subsektor jasa pemerintahan juga
diperkirakan mengalami peningkatan seiring mulai terealisasinya proyek yang
bersumber realisasi anggaran pemerintah.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
I II III IV I II III IV I II*
2012 2013 2014
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II*
2012 2013 2014
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.
Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.
Dari sisi penggunaan, perkembangan terakhir komponen konsumsi
rumah tangga megindikasikan peningkatan pada triwulan mendatang. Hal
ini diantaranya terindikasi dari beberapa hasil survei terakhir seperti Survei
Konsumen (SK) serta Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Hasil SKDU
menunjukkan bahwa kegiatan dunia usaha pada triwulan mendatang diperkirakan
akan mengalami peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan hasil SK bulan April
yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini
maupun kedepannya.
Berdasarkan pola historisnya, konsumsi pemerintah diperkirakan
mulai mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut salah satunya berasal dari
belanja operasi dan belanja modal. Hal ini terutama terkait realisasi anggaran
pemerintah yang mulai optimal terutama pasca Musrenbang dan Pemilu 2014.
Sementara itu, konsumsi nirlaba diperkirakan mengalami peningkatan menjelang
dan pasca pelaksanaan Pemilu Presiden.
Grafik 6.3 Perkembangan Tendensi Konsumen Mendatang
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang
Sumber : SK diolah * : s.d April 2014
Triwulan I 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 59
Pertumbuhan Ekonomi Global
2013 2014 2015 2014 2015 2014 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
World output3 2.98 3.65 3.86 3.6 3.9 3.8 3.7 3.9 3.62 3.91 3.61 3.89 3.60 3.94 3.52 4.0 3.63 3.9Advanced economies 1.3 2.2 2.3 2.3 2.3 2.2 2.4 2.2 2.4 2.2 2.4 1.9 2.5 2.2 2.3
United States 1.9 2.8 3.0 2.9 3.0 2.8 2.8 2.9 2.8 3.0 2.9 3.0 2.8 3.1 2.5 3.5 2.8 3.0
Euro area -0.4 1.0 1.4 1.1 1.4 0.9 1.1 1.4 1.0 1.4 1.0 1.4 1.1 1.4 0.8 1.4 0.9 1.4
Japan 1.7 1.7 1.0 1.5 1.0 1.4 1.4 1.2 1.7 1.2 1.6 1.3 1.4 1.3 1.2 1.1 1.7 1.1
Emerging and developing economies 4.7 5.1 5.4 5.0 5.4 5.3 5.5 5.30 5.7 5.24 5.6 5.25 5.7 5.0 5.2 5.0 5.4
Developing As ia 6.5 6.7 6.8 6.7 6.8 6.7 7.0 6.7 6.9 6.6 6.9
China 7.7 7.5 7.3 7.5 7.3 8.0 7.7 7.5 7.5 7.4 7.5 7.3 7.4 7.3 7.5 7.5 7.5 7.5
India 4.4 5.4 6.4 5.4 6.4 6.5 6.2 6.6 5.4 6.8 5.4 6.8 5.4 6.8 5.2 6.3 5.3 6.4
ASEAN-5 5.0 5.1 5.6 5.0 5.5
World trade volume (goods and services) 2.7 4.5 5.2 4.5 5.3 5.0 4.6 5.1 3.2 5.2 3.8 5.1
Commodity prices (U.S. dollars)
Oi l (USD per barel )1
104.1 103.8 98.5 99.4 94.3 101.0 102.0 102.2 105 100 105 100
Nonfuel (average based on world
commodity export weight) -1.5 -6.1 -2.4 -6.3 -3.0 -1.1 -2.0 -3.2 -0.5 1.9 0.2 2.11rata-rata harga minyak jenis Brent, Dubai, dan West Texas Intermediate (WTI)2tenor 6 bulan untuk AS dan Jepang, sedangkan Eropa menggunakan tenor 3 bulan (IMF), 3 IMF dengan bobot Purchasing Power Parity (PPP) Oct-12, dan WB dengan bobot PPP 2005
** Asumsi dalam RDG: Minyak jenis Minas, Libor USD tenor 3 bulan
* Data WEO (IMF) awal
Feb-14
RDG**
Jan-14
World Bank
Jan-14 Mar-14*
WEO (IMF)
Mar-14
Consensus Forecast
Feb-14Jan-14 Jan-14Jun-13
Perkembangan kinerja ekspor-impor pada triwulan II-2014
diperkirakan masih mengalami perlambatan. Meskipun saat ini perkembangan
ekonomi global mulai menunjukkan hal positif, namun perlambatan
perkembangan ekonomi negara-negara tujuan ekspor terutama negara Tiongkok
masih terus berlanjut. Berdasarkan consensus forecast, laju pertumbuhan ekonomi
Tiongkok diperkirakan masih mengalami perlambatan. Hal ini tentu saja akan
mempengaruhi secara langsung kinerja ekspor-impor Provinsi NTT yang sebagian
besar berasal dan menuju negara Tiongkok. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah
yang masih di atas Rp 11.000 turut memberikan andil terhadap perlambatan
kinerja impor.
66..22.. IInnffllaassii
Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan
mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 7,8%-8,2% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya tekanan inflasi pada
triwulan II-2014 terutama disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered
prices. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) berdasarkan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 9 Tahun 2014 tentang
Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PLN yang mulai diterapkan per-1 Mei,
diperkirakan akan memberikan dampak cukup signifikan terhadap laju inflasi.
Sebagai informasi, penerapan tarif listrik untuk golongan I ditetapkan setiap
Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global
Triwulan I 2014 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 60
bulannya hingga akhir tahun. Sementara untuk golongan II dan III (sektor industri)
diterapkan setiap 2 bulan sekali hingga bulan November. Selain itu, liburan
sekolah yang diperkirakan jatuh pada bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan
tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan.
Penyesuaian TTL setiap bulannya diperkirakan akan memberikan
tekanan terhadap laju inflasi kelompok inti. Ketidakpastian penentuan TTL
yang berubah-ubah setiap bulannya terutama untuk golongan I diperkirakan akan
meningkatkan tekanan terutama kelompok makanan jadi dan mendorong cost
push inflation yang akan memberatkan production cost terutama terhadap
kelompok makanan jadi. Selain itu, tingginya ketergantungan NTT terhadap
barang jadi yang berasal dari daerah lain diperkirakan turut memberikan tekanan
terhadap laju inflasi kelompok inti.
Menjelang bulan Ramadhan, diperkirakan laju inflasi yang berasal
dari kelompok bergejolak (volatile foods) diperkirakan meningkat. Hal ini
disebabkan tingginya permintaan menjelang ramadhan. Ditambah lagi,
peningkatan harga bahan makanan yang berasal dari daerah lain diperkirakan
turut mendorong laju inflasi kelompok bergejolak.
Dari sisi konsumen, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat.
Konsumen masih menyakini akan terjadi kenaikan harga untuk 3 bulan dengan
ekspektasi kenaikan harga lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Tingginya
ekspektasi kenaikan harga didorong oleh adanya bulan puasa pada periode 3
bulan kedepan serta liburan sekolah. Hal serupa juga diyakini oleh pedagang,
dimana dalam 3 bulan kedepan harga-harga diperkirakan akan mengalami
kenaikan. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada hasil Survei Pedagang Eceran
dengan indeks sebesar 111. Kenaikan harga diperkirakan karena adanya tekanan
dari sisi demand menjelang bulan Ramadhan.