YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN,

DAN NILAI HEMATOKRIT LUAK JAWA

(Paradoxurus hemaphroditus)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

PURNOMO

Page 2: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Jumlah Sel Darah

Merah, Kadar Hemoglobin, dan Nilai Hematokrit Luak Jawa (Paradoxurus

hemaphroditus) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2012

Purnomo

B04080132

Page 3: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

ABSTRAK

PURNOMO. Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin, dan Nilai Hematokrit

Luak Jawa (Paradoxurus hemaphroditus) Di bawah bimbingan ARYANI

SISMIN SATYANINGTIJAS dan NASTITI KUSUMORINI

Luak (Paradoxurus hemaphroditus) adalah hewan liar yang dimanfaatkan

dalam produksi kopi termahal di dunia yaitu Kopi Luak dan digunakan juga

sebagai hewan percobaan di laboratorium. Luak yang sehat dibutuhkan untuk

memperoleh pemanfaatan yang optimal. Status kesehatan hewan dapat dilihat dari

gambaran fisiologi darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

darah pada 8 ekor luak Jawa, masing-masing 4 ekor jantan dan 4 ekor betina.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi,

Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

selama 7 minggu dari tanggal 2 September 2010 sampai dengan 15 Oktober 2010.

Gambaran darah 8 ekor luak Jawa pada saat penangkapan sampai dengan proses

adaptasi berfluktuasi. Rataan jumlah butir darah merah luak jantan dan betina

adalah (9.28±1.83)x106/mL

dan (8.47±1.8)x10

6/mL, kadar hemoglobin

(10.69±2.10)g/dL dan (9.64±2.15)g/dL dan nilai hematokritnya adalah

(36.45±4.74)% dan (30.05±7.95)%. Secara umum gambaran darah luak Jawa

jantan memiliki rataan yang lebih besar dari pada luak Jawa betina. Rataan

gambaran darah luak Jawa berada di bawah rataan gambaran darah luak Thailand.

Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ini,

menunjukan bahwa luak Jawa yang digunakan dalam penelitian ini berumur di

bawah 1 tahun.

Keywords: Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit, Paradoxurus hemaphroditus

Page 4: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

ABSTRACT

PURNOMO. Erytrocyte, Haemoglobin, and Hematocrit of Java Common Palm

Civets (Paradoxurus hemaphroditus) Under direction of ARYANI SISMIN

SATYANINGTIJAS and NASTITI KUSUMORINI

Common palm civet (Paradoxurus hemaphroditus) is wild animal that is

used to produce the most expensive coffee in the world namely Luak Coffee,

experimental animal in laboratorium, and many purposes. Therefore, they need to

maintain their healthiness. Physiological status of healthiness can be performed

from blood imaging. This study was purposed to know blood imaging from eight

Java common palm civets, four males and females. The experiment had done at

laboratory of Physiology, Departement Anatomy, Physiology, and Pharmacology,

faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University during 7 weeks

starting from 2nd

September 2010 to 15th October 2010. Blood imaging of eight

common palm civets at time they were captured and being adaptated at cage

environmental were fluctuated. The erytrocyte count of male and female common

palm civets was (9.28±1.83)x106/mL

and (8.47±1.8)x10

6/mL, respectively.

Meanwhile haemoglobin concentration and hematocrit value of male and female

common palm civets was (10.69±2.10)g/dL and (9.64±2.15)g/dL, (36.45±4.74)%

and (30.05±7.95)% respectively. Generally blood imaging of male common palm

civet have higher value than female. Java common palm civet blood imaged was

under average of blood imaged of Thailand common palm civet. This result is

correlated with their visual anatomy convincing that the Java common palm civet

might be still under one year old.

Keywords : Erytrocyte, Haemoglobin, Hematocrit, Paradoxurus hemaphroditus

Page 5: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan

kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya

Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 6: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN,

DAN NILAI HEMATOKRIT LUAK JAWA

(Paradoxurus hemaphroditus)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PURNOMO

Page 7: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

Judul Skripsi : Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin, dan Nilai

Hematokrit Luak Jawa (Paradoxurus hemaphroditus)

Penyusun : Purnomo

NRP : B04080132

Disetujui,

Dr.drh. Aryani Sismin.S, M.Sc., AIF.

Pembimbing I

Dr. Nastiti Kusumorini, AIF.

Pembimbing II

Diketahui

drh. Agus Setiyono, MS, PhD., APVet.

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

Page 8: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya

sehingga skripi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan September 2010 ini adalah Jumlah Sel Darah Merah,

Kadar Hemoglobin, dan Nilai Hemtokrit Luak Jawa (Paradoxurus

hemaphroditus).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. drh. Aryani Sismin

Satyaningtijas, MSc., AIF. dan Dr. Nastiti Kusumorini, AIF. selaku pembimbing.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ibu Sri dan ibu Ida dari

laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,

Fakultas Kedokteran Hewan-Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu

selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,

ibu, Moh. Mursyid Fachrudin, Rico Syahputra, dan seluruh keluarga Avenzoar,

atas segala doa dan bantuan semangatnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2012

Purnomo

Page 9: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 9 Juni 1990 dari ayah

Rusman dan ibu Dasimah. Penulis merupakan Putra ke tiga dari enam bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Purwokerto dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis

memilih program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan. Selama

mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi yaitu Sebagai anggota LDK

Alhurriyyah tahun 2009/2010, Ketua Omda IKAMAHAMAS tahun 2009/2010,

Ketua tim pelaksana Pendidikan Informal Learning Center Desa Carang Pulang

2009/2010.

Page 10: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian .................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

2.1 Taksonomi dan Biologi Luak .................................................... 3

2.2 Pemanfaatan Luak ..................................................................... 4

2.3 Gambaran Darah Luak Dari Hasil Penelitian Terdahulu ............ 5

2.4 Darah ........................................................................................ 6

2.4.1 Hematopoiesis................................................................. 7

2.4.2 Eritrosit atau Sel Darah Merah ....................................... 8

2.4.3 Hemoglobin ................................................................... 9

2.4.4 Hematokrit atau PCV (Packed Cell Volume) .................. 11

2.4.5 Indeks Eritrosit ............................................................... 11

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 13

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 13

3.2 Tahap Persiapan dan Adaptasi ................................................... 13

3.3 Bahan dan Peralatan .................................................................. 13

3.4 Parameter yang Diamati ............................................................. 14

3.5 Metode Penelitian ...................................................................... 14

Page 11: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

3.5.1 Jumlah Butir Darah Merah .............................................. 14

3.5.2 Hemoglobin .................................................................... 14

3.5.3 Hematokrit ...................................................................... 15

3.6 Protokol Penelitian ................................................................... 15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 16

4.1 Gambaran Butir Darah Merah (BDM) Luak Jawa Saat Datang

dan Selama Proses Adaptasi .................................................... 17

4.1.1 Gambaran Preparat Ulas Darah Luak Jawa ..................... 17

4.1.2 Jumlah Butir Darah Merah (BDM) Luak Jawa ................ 18

4.2 Kadar Hemoglobin Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses

Adaptasi ................................................................................... 22

4.3 Nilai Hematokrit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses

Adaptasi .................................................................................. 23

4.4 Indeks Eritrosit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses

Adaptasi .................................................................................. 25

4.4.1 Mean Corpuscular Volume (MCV) ................................. 27

4.4.2 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) .......................... 28

4.4.1 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) 29

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 32

5.2 Saran ......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 33

Page 12: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data hematologi empat ekor luak di Thailand .......................................... 6

2 Protokol Penelitian .................................................................................. 15

3 Rataan jumlah butir darah merah ( x 106/mL) luak Jawa jantan dan luak

Jawa betina saat datang dan selama proses adaptasi ................................. 19

4 Rataan kadar hemoglobin (g/dL) luak Jawa jantan dan luak Jawa betina

saat datang dan selama proses adaptasi....................................................... 22

5 Rataan nilai hematokrit (%) luak Jawa jantan dan betina saat datang dan

selama proses adaptasi............................................................................. 23

6 Rataan nilai indeks eritrosit luak Jawa jantan dan luak Jawa betina saat

datang dan selama proses adaptasi. .......................................................... 25

Page 13: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Luak Jawa ............................................................................................... 3

2 Hasil ulas darah luak Jawa pada pengambilan darah ke 3........................ 17

3 Preparat natif sel darah kuda dan kucing.................................................. 18

Page 14: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Luak atau musang yang dalam bahasa latin Paradoxurus hemaphroditus,

adalah hewan mamalia yang masuk ke dalam famili Veveridae. Di berbagai

wilayah penyebarannya, luak memiliki nama panggilan yang berbeda-beda,

seperti careuh bulan di Sunda, luak pandan di Jawa, dan common palm civet atau

toddy cat dalam bahasa Inggris (Dewi 2010). Luak memiliki mata berwarna

coklat, warna dasar tubuh keabu-abuan dengan warna hitam di bagian muka,

telinga, kaki dan ekor, serta corak garis dan spot hitam di bagian punggungnya

(Dewi 2010). Kemampuan adaptasi luak yang tinggi menjadikannya sebagai

hewan kosmopolitan. Hewan kosmopolitan adalah hewan yang mampu hidup di

berbagai daerah mulai dari dataran rendah, hingga dataran tinggi dengan kondisi

lingkungan yang beraneka ragam. Luak dapat ditemukan di daerah kota, pinggiran

kota, pedesaan, perkebunan serta dataran tinggi yaitu 1500-2400 meter di atas

permukaan laut (Azlan 2003, Perkin 2004). Berdasarkan ordonya, luak termasuk

hewan karnivora yang mau memakan buah dan sisa makanan manusia, sehingga

luak dapat beradaptasi dengan baik dalam hal pemilihan makanannya.

Pada tahun 1900-an luak masih dianggap sebagai hama di daerah

perkebunan dan daerah pemukiman pinggir hutan, karena luak biasa memakan

hasil perkebunan berupa buah-buahan dan kopi, serta memakan ternak unggas

milik warga pinggiran hutan. Tahun 1945-an pandangan negatif terhadap luak

sebagai hama perkebunan mulai hilang, karena luak mulai dimanfaatkan sebagai

penghasil parfum dan kopi termahal di dunia yaitu kopi luak (Mudappa et al.

2010). Kopi luak adalah kopi hasil fermentasi dalam saluran pencernaan luak,

sehingga memiliki citarasa yang khas. Kopi luak memiliki kualitas kopi yang

istimewa karena luak hanya memilih buah kopi terbaik yang difermentasi oleh

mikroba dari saluran pencernaan luak. Kopi luak memiliki harga yang sangat

mahal yaitu satu juta rupiah per 500 gram, oleh karena itu kini banyak dibuka

perusahaan dan perkebunan kopi luak di daerah Indonesia, khususnya di daerah

Sumatra dan Jawa Timur. Selain dimanfaatkan sebagai penghasil kopi luak yang

Page 15: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

2

mahal, luak juga dimanfaatkan sebagai hewan penelitian di laboratorium untuk

beberapa penyakit zoonosis, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

dan Rabies. Beberapa penelitian di Philipina dan Singapura menyatakan bahwa

luak merupakan hewan yang potensial untuk menyebarkan kedua penyakit

zoonosis ini (Pristiyanto 2003).

Meskipun pemanfaatan luak yang cukup banyak di bidang pertanian,

kesehatan, dan ekologi (Colon 2002, Jeannings et al. 2006), ternyata hingga saat

ini belum banyak data-data biologis tentang luak yang diketahui, terutama

gambaran fisiologis darah normal dari luak (Paradoxurus hemaphroditus) yang

ada di Jawa. Gambaran darah dapat digunakan sebagai prosedur laboratorium

untuk memperkirakan jumlah dan jenis sel darah yang bersirkulasi pada kondisi

tertentu (Frandson 1992). Indeks butir darah merah adalah suatu nilai yang

digunakan untuk mendefinisikan ukuran dan kandungan hemogloin dalam darah.

Indeks butir darah merah terdiri dari MCV, MCH, dan MCHC yang sangat

membantu untuk mengetahui kondisi dan jenis anemia pada luak. Oleh karena itu,

penelitian ini sangat penting dilakukan agar diperoleh data fisiologis darah

normal pada luak Paradoxurus hemaphroditus di Jawa. Data tersebut dapat

digunakan sebagai data dasar pada pemeriksaan kesehatan luak.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran fisiologis darah luak

Paradoxurus hemaphroditus di Jawa, yang meliputi jumlah butir darah merah

(BDM), kadar hemoglobin (Hb), nilai hematokrit atau Packed Cell Volume

(PCV), dan indeks butir darah merah yang meliputi Mean Corpuscular Volume

(MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular

Hemoglobin Concentration (MCHC).

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar

fisiologis darah luak normal, untuk penegakan diagnosa terhadap pemeriksaan

kesehatan, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi kopi

luak.

Page 16: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi dan Biologi Luak

Luak atau Paradoxurus hemaphroditus yang berada di daerah pulau Jawa

menurut Shiroff (2002) memiliki susunan taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Carnivora

Subordo : Feliformia

Family : Viverridae

Subfamily : Paradoxurinae

Genus : Paradoxurus

Species : Paradoxurus hermaphroditus

Gambar 1. Luak Jawa

Sumber: koleksi pribadi

Luak di pulau Jawa memiliki ciri-ciri corak warna yang khas, luak

memiliki mata berwarna coklat, warna dasar keabu-abuan dengan warna hitam di

bagian muka, telinga, kaki dan ekor, serta serta corak tiga garis memanjang dan

bintik-bintik hitam di sekitar punggungnya (Gambar 1) (Dewi 2010). Luak adalah

hewan nokturnal dengan kebiasaan hidup yang unik dalam proses adaptasinya

(Borah dan Deka 2011). Luak pandai dalam memanjat untuk memperoleh buah

tapi luak juga mampu berburu di dataran dan perairan untuk memperoleh sumber

makanan lainnya (Vaughan et al. 2000). Menurut Lunde dan Musser (2003) luak

memiliki status konservasi less concern atau tidak dilindungi.

Secara umum luak memiliki gambaran biologis yang hampir sama dengan

anjing dan kucing. Menurut Shiroff (2002), luak dapat hidup lebih dari 22 tahun.

Luak dikatakan dewasa kelamin ketika berumur 11-12 bulan. Luak dewasa

memiliki bobot tubuh 2-5.5 kg. Panjang tubuh luak dewasa mencapai 43.2-71 cm

dan panjang ekor mencapai 40.6-66 cm. Siklus reproduksi luak belum banyak

Page 17: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

4

diketahui, namun luak mampu bereproduksi sepanjang tahun dengan

kecenderungan memiliki anak pada pada bulan Oktober–Desember dengan jumlah

anak 2-5 ekor.

Penyebaran luak di dunia menyebar dari India, Pakistan, Srilanka,

Bangladesh, Burma, Tiongkok Selatan, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia

(Borah dan Deka 2011). Di Indonesia sendiri luak dapat ditemui di daerah

Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Laliabu, dan

Seram di Maluku (Dewi 2010).

2.2. Pemanfaatan Luak

Luak termasuk hewan yang sangat rakus dalam mencari makan untuk

kebutuhan hidupnya. Di daerah perkebunan kopi, luak dianggap sebagai hama

karena dalam satu hari luak mampu memakan buah kopi sebanyak 1-1.5 kg/ekor.

Kemampuan luak dalam memakan buah kopi dipengaruhi oleh usia luak dan

status biologisnya. Kopi yang disukai oleh luak adalah buah kopi robusta, yang

rasanya lebih pahit dari pada kopi arabika. Dipertengahan abad ke-19, seorang

buruh perkebunan kopi, memanfaatkan kopi dari feses luak untuk diolah dan

dikonsumsi karena tidak mampu membeli kopi di pasaran. Ternyata rasa kopi dari

feses luak memiliki citarasa yang istimewa sehingga banyak orang yang

menyukainya (Kurnia dan Yulvianus 2011). Meningkatnya permintaan akan kopi

luak mengakibatkan mulai berkembangnya produksi kopi luak baik secara

intensif maupun ekstensif. Produksi kopi luak secara intensif dilakukan dengan

mengandangkan luak dalam kandang yang cukup luas, kemudian pada periode

panen kopi, luak diberi makan buah kopi yang matang hasil dari perkebunan.

Sedangkan produksi kopi luak secara ekstensif dilakukan dengan membiarkan

luak liar untuk memakan buah kopi yang masih di pohon, kemudian setiap pagi

harinya para buruh perkebunan mengumpulkan feses luak untuk diproses lebih

lanjut menjadi kopi luak yang siap untuk dikonsumsi.

Selain dimanfaatkan sebagai penghasil kopi luak, Paradoxurus

hemaphroditus juga digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian dibidang

kesehatan. Luak telah digunakan dalam penelitian penyebaran penyakit zoonosis

melalui satwa liar, yaitu : pada kasus SARS dan rabies. SARS (Severe Acute

Respiratory Syndrome) pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China )

Page 18: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

5

pada bulan November 2003. Penelitian luak pertama untuk mengungkapkan kasus

SARS dilakukan oleh seorang ilmuan ternama dari Hong Kong dan Cina. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa SARS diakibatkan oleh kelompok corona

virus, yang dapat ditemukan pada selaput lendir saluran pernafasan dan feses luak.

Dalam kasus SARS luak berperan sebagai hewan carier yang mampu menularkan

virus ke hewan lain, maupun kepada manusia (Pristiyanto 2003).

Sedangkan pada kasus rabies, luak diduga sebagai vektor penghubung

antara rabies pada satwa liar dan hewan domestik. Luak yang hidup di perbatasan

antara wilayah hutan dan pemukiman diduga telah menyebarkan virus rabies yang

berasal dari kelelawar vampir dan kemudian menularkannya melalui gigitan pada

anjing dan kucing yang berada di pemukiman. Begitu juga sebaliknya, luak dapat

menularkan rabies dari hewan domestik di permukiman kepada hewan liar yang

ada di hutan. Di lingkungan hutan, luak memiliki peran sebagai hewan carier

seperti halnya kelelawar yang mampu menularkan virus namun tidak mengalami

kematian karena rabies. Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang

disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat hewan

berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut

dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia

dengan Case Fatality Rate 100% (Pristiyanto 2003 ).

2.3. Gambaran Darah Luak Dari Hasil Penelitian Terdahulu

Luak sudah banyak dimanfaatkan baik dalam bidang pertanian dan

kesehatan, namun hingga saat ini penelitian mengenai fisiologi normal luak

masih sangat sedikit. Penelitian tentang gambaran darah luak Paradoxurus

hemaphroditus yang sudah dilakukan adalah penelitian luak dari kebun binatang

Khawkeaw di Thailand. Penelitian tersebut dilakukan terhadap dua pasang luak

dewasa yang ada di kebun binatang. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa

sel darah merah luak sama dengan bentuk sel darah merah hewan mamalia lainnya

yaitu berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti. Ukuran diameter sel darah

merah luak relatif lebih kecil dari diameter anjing dan kucing yaitu sekitar 4.3±0.4

µm. Data mengenai gambaran darah luak tersaji secara lengkap pada Tabel 1.

Page 19: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

6

Table 1. Data hematologi empat ekor luak di Thailand

Parameter Jantan (N=2) Betina (N=2) Semua Luak

PCV (%) 43.3 46,5 41 36 41,7 ± 4,4

hemoglobin (g/dL) 14,7 15,4 13,7 11,7 13,9 ± 1,6

RBC (x 106/mL) 15.43 16,64 11,1 9,9 13,3 ± 3,2

MCV (fL) 28 28 36,9 36,3 32,3 ± 5,0

MCH (pg) 9.5 9,3 12,3 11,8 10,7 ± 1,5

MCHC (g/dL) 34 33,1 33,4 32,5 33,3 ± 0,6

Sumber: (Salakij et al. 2007)

Hasil interpretasi penelitian tersebut menyatakan bahwa besarnya nilai parameter

hematologi ( PCV, Hb, dan RBC ) dari luak betina lebih rendah dari pada

parameter hematologi luak jantan.

2.4. Darah

Darah adalah cairan yang bersirkulasi dalam sistem kardiovaskular dan

sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan (Silverthorn 2006). Darah

terdiri dari cairan darah atau plasma dan sel-sel darah atau benda-benda darah,

yang menjadi suspensi satu sama lain. Benda-benda darah tersebut adalah eritrosit

(sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan platelet yaitu sel yang tidak

lengkap dalam bentuk fragmen-fragmen. Lebih dari 99% sel darah adalah

eritrosit (Vander 2001). Sel darah merah menjadi kunci dalam membawa oksigen

dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Platelet

berperan dalam proses pembekuan darah, yaitu proses yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya kehilangan darah karena rusaknya pembuluh darah. Sel

darah putih berperan dalam proses pertahanan tubuh dan respon kekebalan

terhadap agen infeksi seperti parasit, bakteri, dan virus. Hanya sel darah putih

yang mampu keluar dari pembuluh darah ke jaringan terinfeksi untuk melakukan

pertahanan tubuh (Silverthorn 2006).

Secara umum darah memiliki fungsi sebagai media transportasi nutrien,

oksigen, sisa metabolisme, dan hormon. Fungsi darah yang lain adalah sebagai

pengatur suhu tubuh, pengatur cairan, dan elektrolit serta berperan sebagai buffer

(Frandson 1992). Volume total darah mamalia umumnya sekitar 7-8% dari berat

badan, sedangkan plasma darah sekitar 50-65% dari total volume darah. Sel darah

Page 20: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

7

merah matang pada mamalia tidak memiliki nukleus ketika beredar dalam

pembuluh darah, tujuannya adalah untuk memperluas permukaan sehingga

memperbesar volume oksigen yang diangkut (Brown dan Dellmann 1992).

2.4.1. Hematopoiesis

Hematopoiesis berasal dari kata haima yang berarti darah dan poiesis yang

berarti pembentukan. Hematopoiesis adalah mekanisme sintesis sel darah yang

dimulai dari awal perkembangan embrio hingga selama hewan hidup.

Hematopoiesis terjadi pertama kali pada tiga minggu pertama pembentukan fetus.

Pembentukan darah ini terjadi di kantong kuning telur embrio. Beberapa sel akan

mengelompok menjadi sel endotel membentuk pembuluh darah, dan yang lain

akan membentuk sel darah (Silverthorn 2006). Hematopoiesis pada masa embrio

juga terjadi di hati, limpa, dan sumsum tulang (Vander 2001).

Salah satu proses hematopoiesis adalah pembentukan sel darah merah atau

eritropoiesis. Pada hewan dewasa sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang.

Sesuai fungsinya sumsum tulang dapat dibagi dalam beberapa kelompok sel yaitu

kelompok sel induk pluripoten, kelompok sel induk unipoten dan sistem pengatur

pertumbuhan yang menstimulasi proliferasi sel. Dalam sumsum tulang yang aktif

memproduksi sel darah terdapat dua sistem yaitu sistem stroma sumsum tulang

dan sinusoid. Sel yang berperan dalam hemopoiesis mengambil tempat pada

stroma sumsum tulang dan hanya sel-sel yang sudah matang yang akan masuk ke

dalam sinusoid lalu masuk kedalam aliran buluh darah. Pada prinsipnya sel-sel

darah yang belum matang akan tetap berada di dalam stroma sumsum tulang,

kecuali dalam keadaan sakit (Reksudiputro 1994).

Eritropoiesis adalah proses pembentukan sel darah merah. Proses

eritropoiesis dimulai dengan pembelahan sel-sel multipoten menjadi sel-sel

unipoten kemudian setiap sel unipoten akan menjadi satu sel darah merah. Pada

proses eritropoesis ini sel-sel bermitosis dan berdiferensiasi secara bersamaan

setelah memperoleh rangsangan dari eritropoetin (Reksudiputro 1994).

Eritropoietin adalah hormon yang sebagian besar dihasilkan oleh ginjal dengan

target organ utamanya adalah sumsum tulang. Eritropoietin dibentuk juga di hati

pada masa janin sampai dengan neonatus oleh sel-sel intertisial jaringan kapiler

peritubulus ginjal dan oleh hepatosit di hati hewan dewasa (Meyer et al. 1992).

Page 21: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

8

Adanya eritropoetin pada sumsum tulang akan memicu terjadinya

proliferasi sel unipoten dan terjadinya mitosis lebih lanjut dari sel pronormoblas,

normoblas basofilik dan normoblas polikromatofil (Reksudiputro 1994). Sel

pronormoblas merupakan sel termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat

dengan beberapa anak inti dan kromatin yang halus. Sel pronormoblas memiliki

inti berwarna biru kemerahan dan sitoplasmanya berwarna biru. Normoblas

basofilik memiliki kromatin inti tampak kasar dan anak inti menghilang.

Sitoplasmanya mengandung sedikit hemoglobin sehingga warna biru dari

sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerahan. Normoblas polikromatofil

memiliki kromatin yang kasar dan menebal. Inti sel normoblas polikromatofil

lebih kecil daripada inti sel dari normoblas basofilik, tetapi sitoplasmanya lebih

banyak mengandung warna biru karena kandungan Asam ribonukleat (RNA) dan

merah karena kandungan hemoglobin (Silverthorn 2006). Waktu yang dibutuhkan

oleh pronormoblas untuk menjadi normoblas polikromatofil sekitar 2-4 hari.

Hasilnya adalah sel darah merah muda yang inti selnya sudah mengalami piknotis

dan sudah siap dikeluarkan dari sel. Sel darah merah termuda ini disebut

retikulosit. Waktu yang dibutuhkan oleh retikulosit untuk berubah menjadi

eritrosit sekitar 2-3 hari (Reksudiputro 1994). Eritropoiesis akan meningkat bila

terjadi pendarahan yang mengakibatkan anemia dan atau hipoksia, dimana

penurunan oksigen akan merangsang ginjal untuk melepaskan enzim eritrogenin

yang akan mengaktifkan eritropoietinogen sebagai prekursor pembentukan

eritropoietin. Produksi eritropoietin akan menurun ketika individu memperoleh

transfusi darah (Ganong 2001).

2.4.2. Eritrosit atau Sel Darah Merah

Sel darah merah atau eritrosit berperan dalam sistem transportasi sel untuk

mengantarkan nutrien dan oksigen. Sel darah merah memiliki bentuk bikonkaf

dan berwarna kepucatan di daerah tengahnya. Bentuknya yang bikonkaf

memungkinkan volume oksigen yang diangkut lebih banyak dalam setiap sel

darah merah. Sel darah merah mamalia kehilangan inti selama proses pematangan

yang berlangsung sebelum memasuki peredaran darah (Ganong 2001). Selain itu

sel darah merah mamalia dewasa tidak memiliki mitokondria sebagai penghasil

energi, oleh karena itu sebagai penggantinya sel darah merah mamalia memiliki

Page 22: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

9

membran berbentuk kantong yang berisi enzime dan hemoglobin. Tidak adanya

mitokondria ini menyebabkan sel darah merah tidak dapat melakukan

metabolisme secara aerobik. Sel darah merah hanya mengandalkan glykolisis

untuk memperoleh energi utama berupa ATP. Tanpa nukleus dan retikulum

endoplasma sel darah merah tidak dapat memproduksi enzime baru atau

memperbaiki komponen dari membrannya. Oleh sebab itu semakin tua umur sel

darah, maka fleksibilitas membran sel darah merah akan semakin berkurang

sehingga semakin tua sel darah merah, semakin kaku, dan mudah rusak

(Silverthorn 2006).

Secara morfologi sel darah merah dapat digunakan untuk mengidentifikasi

adanya penyakit dalam tubuh. Pada keadaan tertentu sel darah merah dapat

berubah bentuk, sel darah yang seharusnya pipih akan berubah menjadi membulat

atau kembung. Perubahan morfologi sel darah merah ini disebut poikilositosis.

Perubahan morfologi dari sel darah merah dapat mengurangi afinitas hemoglobin

dalam mengikat oksigen. Pada penyakit tertentu, ukuran sel darah merah dapat di

tentukan dengan indeks eritrosit yaitu MCV (Mean Corpuscular Volume) untuk

mengetahui keabnormalan ukuran baik mengecil maupun membesar pada sel

darah merah, seperti pada kasus defisiensi besi maka sel darah merah akan

berukuran kecil (Silverthorn 2006). Menurut Rebar (2000), jumlah butir darah

merah normal anjing sekitar 5.5-8.5 x 106

/µL sedangkan jumlah butir darah

merah kucing sekitar 5.0-10.0 x 106

/µL.

2.4.3. Hemoglobin

Hemoglobin adalah kompleks protein pigmen yang mengandung zat besi.

Kompleks protein tersebut berwarna merah dan terdapat dalam eritrosit. Sebuah

molekul hemoglobin memiliki empat gugus haima yang mengandung besi fero

dan empat rantai globin (Brooker 2001). Hemoglobin merupakan komponen dari

sel darah merah yang terdiri dari protein terkonjugasi yang mampu mengangkut

oksigen dan karbondioksida. Dalam aliran darah, setiap gram hemoglobin mampu

mengikat sekitar 1.34 mL oksigen. Hemoglobin dalam darah berfungsi sebagai

pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa kembali

karbondioksida dari jaringan ke dalam paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh.

Page 23: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

10

Mioglobin adalah protein yang berukuran kecil (sekitar 17200 dalton)

yang terdapat di otot jantung dan otot rangka, berfungsi menyimpan dan

memindahkan oksigen dari hemoglobin dalam sirkulasi ke enzim-enzim respirasi

di dalam sel kontraktil. Ketika terjadi kerusakan pada otot, mioglobin dilepas ke

dalam sirkulasi darah (Riswanto 2010). Mioglobin berfungsi sebagai pengatur

oksigen, yaitu menerima, menyimpan dan melepaskan oksigen dari dalam sel-sel

otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada dalam hemoglobin

(Almatsier 2001).

Sintesis hemoglobin membutuhkan suplai zat besi yang cukup dari

makanan. Zat besi akan diserap di usus halus dengan transport aktif. Zat besi

dibawa beredar dalam pembuluh darah oleh protein carier yaitu transferrin.

Pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang menggunakan zat besi untuk

membentuk heme dari hemoglobin. Kelebihan dari zat besi akan disimpan di hati

dalam bentuk protein ferritin dan turunan-turunannya (Silverthorn 2006).

Secara fisiologis hemoglobin di dalam tubuh memiliki dua bentuk.

Oksihemoglobin yaitu bentuk hemoglobin yang mampu mengikat oksigen,

dimana setiap molekul oksigen akan berikatan dengan bentuk ferro (fe++

).

Deoksihemoglobin yaitu hemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen. Di

dalam tubuh bentuk hemoglobin yang lain adalah Carboxyhemoglobin (COHb),

yaitu hemoglobin yang terikat dengan Carbonmonoksida (CO) sehingga afinitas

hemoglobin terhadap oksigen menurun (Light A et al. 2007). Afinitas atau

kemampuan hemoglobin dalam mengikat oksigen dipengaruhi oleh pH, suhu, dan

konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam butir darah merah (Colville dan

Joanna 2002). Pada tekanan oksigen yang tinggi, suhu rendah dan pH yang tinggi

mengakibatkan meningkatnya afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Sebaliknya

pada tekanan oksigen yang rendah, suhu yang tinggi dan pH yang rendah

menyebabkan turunnya afinitas hemoglobin. Peningkatan 2,3-DPG dalam butir

darah merah akan menurunkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen.

Meningkatnya 2,3-DPG dalam darah akan mengakibatkan anemia dan pada

beberapa penyakit dapat menyebabkan hipoksia kronis (Ganong 2001). Menurut

Rebar (2000), kisaran kadar hemoglobin normal pada anjing sekitar 12-18 g/dl,

Page 24: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

11

sedangkan pada kucing memiliki kisaran kadar hemoglobin normal sekitar 8-15

g/dl.

2.4.4. Hematokrit atau PCV ( Packed Cell Volume)

Hematokrit adalah presentase volume eritrosit dari volume total sampel

darah yang dikoleksi dalam mikrokapiler. Hematokrit dari darah vena yang

diperoleh dari pengambilan darah langsung dari vena, nilainya sama dengan total

hematokrit dalam tubuh (Silverthorn 2006). Untuk menghindari penggumpalan,

darah yang dikoleksi, dicampur dengan anti koogulan berupa heparin, oxalate dan

EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid). Sampel darah disentrifugasi dengan

kecepatan tinggi untuk memisahkan komponen darah berdasarkan berat jenisnya.

Eritrosit berada pada bagian paling dasar tabung, kemudian leukosit dan platelet

(bufing coat), serta pada lapisan paling atas adalah plasma darah (Vander 2001).

Menurut Rebar (2000), nilai hematokrit normal pada anjing sekitar 37-55 %,

sedangkan pada kucing sekitar 30-45 %.

2.4.5. Indeks Eritrosit

Indeks eritrosit dapat digunakan untuk menentukan jenis anemia secara

morfologinya. Indeks eritrosit sangat membantu untuk menentukan pendekatan

diagnostik yang tepat untuk pasien penderita anemia. Bentuk eritrosit dalam

gambaran darah dapat dibandingkan dengan nilai standar yang sudah ada untuk

memperoleh ketepatan dalam mendeteksi variasi ukuran dan bentuk dari

kelompok sel darah merah (Vander 2001). Indeks eritrosit dapat diperoleh dari

hasil pengukuran dan perhitungan dari sel darah merah. Nilai dasar eritrosit yang

harus diketahui adalah perhitungan sel darah merah, hemoglobin, dan hematocrit.

Dari nilai dasar eritrosit tersebut dapat diperoleh indeks eritrosit yaitu Mean

Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean

Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Silverthorn 2006).

MCV adalah rataan volume dari setiap sel darah merah dalam mikro kubik

(µ3) atau femtoliter (fl). 1 fL = 10

-15 liter. Nilai MCV normal pada anjing sekitar

60-75 fL, sedangkan nilai MCV kucing memiliki kisaran normal 40-55 fL (Rebar

2000).

Page 25: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

12

Persamaan dari MCV adalah

MCV =

MCH adalah konsentrasi atau kandungan hemoglobin rataan dari setiap sel

darah merah dalam picograms (pg).

Persamaan dari MCH adalah

MCH =

MCHC adalah rataan konsentrasi hemoglobin dalam 100 ml hematokrit

atau PCV (packed cell volume) dalam persen. Nilai MCHC normal pada anjing

sekitar 32-36 g/dL, sedangkan pada kucing nilai normal MCHCnya adalah 30-36

g/dL (Rebar 2000).

Persamaan dari MCHC adalah

MCHC =

Page 26: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Bagian Fisiologi,

Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan ,

Institut Pertanian Bogor, dari tanggal 2 September 2010 sampai dengan 15

Oktober 2010.

3.2. Tahap Persiapan dan Adaptasi

Penelitian ini dilakukan terhadap luak dari Jawa yang diperoleh dari pasar

Pramuka dan Jatinegara di Jakarta. Jumlah luak yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 8 ekor yaitu 4 ekor adalah jantan dan 4 ekor lagi adalah betina. Luak

yang digunakan memiliki kisaran bobot badan 2-2.5 kg. Selama penelitian ini

dilakukan, luak dikandangkan di kandang penelitian FKH IPB. Masing-masing

luak dikandangkan terpisah dalam kandang berukuran 50cm x 75cm x 75cm.

Kandang luak selalu dijaga kebersihannya dengan melakukan pembersihan

kotoran setiap hari. Luak diberi makanan buah pisang sebanyak 5-7 buah per

ekor/hari, dengan selingan kepala ayam 3-4 potong per ekor/2 hari. Buah pisang

yang digunakan sebagai pakan luak adalah buah pisang jenis ambon, siam, dan

kepok.

3.3. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Hayem, larutan

HCl 0.1 N, NaCl fisiologis 0.95%, alkohol 70%, silol, dan aquades.

Peralatan yang digunakan adalah syringe 3 ml, parafilm, tabung koleksi

dengan antikoagulan EDTA, pipet eritrosit dengan aspiratornya, kamar hitung

Neo bauer, mikroskop, cover glass, mikrokapiler, alat pemusing (microcentrifus),

mikrokapiler hematokrit (microcapillary hematocrit reader), tabung Sahli, pipet

Sahli dengan aspiratornya, dan hemoglobinometer.

Page 27: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

14

3.4. Parameter Yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah butir darah

merah (BDM), kadar hemoglobin (Hb), nilai hematokrit (PCV), dan nilai indeks

eritrosit (MCV, MCH, MCHC).

3.5. Metode Penelitian

Pengambilan darah dilakukan dengan syringe 3 ml, sebanyak ± 1 ml darah

dari vena femoralis luak. Kemudian darah dimasukan ke dalam tabung koleksi

dengan antikoagulan EDTA. Kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi dengan

menggunakan termos box berisi es di dalamnya untuk selanjutnya dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut terhadap sel darah merah.

3.5.1. Jumlah Butir Darah Merah ( BDM )

Darah dihisap dengan pipet eritrosit dan aspiratornya sampai batas garis

0.5 kemudian dilanjutkan dengan penambahan larutan NaCl fisiologis sampai

garis batas 101. Campuran tersebut dihomogenkan dengan memutar pipet

membentuk angka 8. Campuran yang berada di ujung pipet dan tidak ikut

terhomogenkan, dibuang. Dengan hati-hati campuran yang sudah homogen

dimasukan ke dalam kamar hitung. Penghitungan butir darah merah dilakukan

pada 5 kotak yang terletak diagonal pada 5 bujur sangkar besar ditengah kamar

hitung. Dengan konversi BDM tiap unit x 104

mL (Sastradipradja 1989).

3.5.2. Hemoglobin

Darah diambil dengan menggunakan pipet Sahli sampai batas angka 20

(0.02 mL). Darah kemudian dimasukan ke dalam tabung Sahli yang sudah diisi

dengan HCL 0.1 N sampai angka 10 (garis paling bawah pada tabung). Tabung

Sahli diletakan diantara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer

dan dibiarkan selama 3 menit sampai terbentuk heparin yang berwana coklat.

Dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan aquades tetes demi tetes sambil

diaduk sampai warna campuran sama dengan warna standar yang ada pada tabung

sahli. Hasil diperoleh dari tinggi permukaan cairan pada tabung sahli dengan

melihat skala kolom gr % (Sastradipradja 1989).

Page 28: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

15

3.5.3. Hematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler dengan bagian ujung

yang berwarna merah ditempelkan pada darah dan biarkan darah mengalir masuk

mengisi 4/5 bagian mikrokapiler. Ujung kapiler yang bertanda merah disumbat

dengan menggunakan crestoseal. Selanjutnya mikrokapiler disentrifuse dengan

kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Volume % eritrosit diukur dengan

menggunakan alat baca mikrohematokrit reader. Nilai hematokrit merupakan rata-

rata dari pengukuran kedua sampel (duplo).

3.6. Protokol Penelitian

Tabel 2. Protokol Penelitian

Aktifitas Bulan 1 Bulan 2

1 2 3 4 1 2 3 4

Proses Adaptasi x X X x

Pengambilan Darah x x x x

Pengukuran Parameter x x x x

Penimbangan Bobot Badan x

Page 29: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luak yang digunakan dalam penelitian ini, adalah luak yang berasal dari

hasil tangkapan liar yang diperoleh dari pengepul satwa di pasar hewan Jatinegara

dan pasar hewan Pramuka di daerah Jakarta. Hasil pengukuran bobot luak yang

digunakan adalah memiliki kisaran 2-2.5 kg. Secara visual testis pada luak jantan

sudah terlihat dengan jelas, memiliki bentuk yang mirip dengan testis kucing,

namun belum tercium bau khas luak yaitu bau khas daun pandan. Secara alamiah

luak jantan dewasa akan mensekresikan minyak beraroma daun pandan yang

berasal dari kelenjar sekretori di sekitar testis dan penisnya. Sekreta tersebut

berguna untuk menarik luak betina ketika masa kawin, dan juga sebagai penanda

wilayah teritorial luak jantan karena luak termasuk hewan yang soliter atau hidup

menyendiri. Menurut Rodriguez et al. (2000) penandaan wilayah dilakukan

karena adanya dominasi suatu individu atau kelompok hewan tertentu dalam suatu

wilayah. Luak yang digunakan dalam penelitian ini memiliki gigi runcing dan

berukuran kecil. Menurut Patau et al. (2010) luak dewasa memiliki empat buah

gigi premolar atas dan gigi molar atas. Berdasarkan hasil pengamatan visual

tersebut luak yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam kisaran

umur yang masih muda atau masa menjelang dewasa yaitu umur dibawah 12

bulan. Menurut Shiroff (2002), luak dapat hidup lebih dari 22 tahun. Luak

dikatakan dewasa kelamin ketika berumur 11-12 bulan. Luak dewasa memiliki

bobot tubuh 2-5.5 kg. Panjang tubuh luak dewasa mencapai 43.2-71 cm dan

panjang ekor mencapai 40.6-66 cm.

Selama penelitian berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap adaptasi

luak pada lingkungan yang baru. Pada saat luak datang dan dikandangkan dalam

kandang besi, pola tingkah laku luak terlihat sangat agresif dengan manifestasi

luak tersebut selalu ingin menyerang. Nafsu makan luak sangat rendah ditandai

dengan banyak terdapat sisa makanan yang tidak dimakan oleh luak. Setiap

harinya luak selalu berada dipojok kandang, tidur meringkuk menjauh dari pintu

kandang. Ketika kandang luak dibersihkan dan waktu pemberian pakan, luak lari

ketakutan menabrak-nabrak kandang dan berusaha menggigit tangan, keadaan

Page 30: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

17

tersebut berlangsung kurang lebih 3 minggu. Pada minggu ke 5 dan seterusnya

luak sudah mulai beradaptasi dengan baik terhadap kondisi kandang dan

lingkungan kandang. Nafsu makan luak menjadi baik dengan sisa pakan yang

sangat sedikit. Ketika dilakukan pemberian pakan dan pembersihan kandang, luak

berusaha menghampiri ke arah pintu atau tetap tidur tanpa ada rasa terganggu.

4.1. Gambaran Butir Darah Merah ( BDM ) Luak Jawa Saat Datang dan

Selama Proses Adaptasi

Pengamatan terhadap gambaran butir darah merah luak mulai dilakukan

secara berkelanjutan dari awal ketika luak baru datang hingga pengambilan darah

ke 4 dengan selang waktu pengambilan darah selama 1 minggu. Gambaran butir

darah merah luak diamati dengan melihat preparat ulas darah merah dan

menghitung jumlah butir darah merah luak.

4.1.1 Gambaran Preparat Ulas Darah Merah Luak Jawa

Hasil pengamatan preparat ulas darah luak Jawa dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Hasil ulas darah luak Jawa pada pengambilan darah ke 3, dengan

perbesaran mikoskop 1000x. Tanda panah menunjukan bentuk

rouleaux.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa sel darah merah luak mirip dengan sel

darah merah mamalia lainnya, yaitu berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti

sel. Sel darah merah mamalia tidak memiliki inti sel, sedangkan pada bangsa

burung, ikan, reptil, dan amfibi memiliki inti sel (Guyton 1997). Sel darah

mamalia jika dilihat dari atas terlihat bulat, akan tetapi akan terlihat bikonkaf

ketika dilihat dari samping, sehingga bagian tengah akan terlihat lebih cerah

Page 31: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

18

(Silverthorn 2006). Sel darah merah luak memiliki kemiripan stuktur dengan sel

darah merah kuda dan kucing, yaitu membentuk susunan tumpukan uang logam

atau disebut juga rouleaux. Fenomena tersebut dapat dilihat pada sebagian besar

preparat ulas darah luak, dari 40 hasil preparat ulas darah 5 di antaranya tidak

menunjukan fenomena rouleaux. Hal tersebut terjadi karena hasil ulas darah yang

terlalu padat. Pada sediaan natif sel darah merah sering terlihat seperti tumpukan

uang logam (Rouleaux) yang disebabkan adanya daya tarik permukaan sel

(surface traction) (Hartono 1995). Fenomena bentukan rouleux pada sel darah

merah dapat terjadi karena adanya daya tarik permukaan antar sel darah merah

dan jumlah sel darah merah yang padat dalam suatu bidang pandang. Menurut

Stain (2012), fenomena rouleaux merupakan suatu keadaan fisiologis dari ikatan

protein plasma yang dapat ditemukan pada ulas darah kuda dan kucing. Rouleaux

terjadi akibat adanya ikatan anti bodi yang terdapat pada permukaan eritrosit satu

sama lainnya sehingga membentuk tumpukan sel darah merah. Fenomena

rouleaux juga dimungkinkan terjadi akibat penyakit immune-mediated hemolytic

anemia, dan juga cryoglobulinemia (jarang terjadi). Fenomena rouleaux pada

kuda dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Preparat natif sel darah kuda 500x (sebelah kiri) (Sumber : Stain

2012) dan kucing 1000x (sebelah kanan) (Sumber: Rinnie 2011).

4.1.2 Jumlah Butir Darah Merah (BDM) Luak Jawa

Pada saat penghitungan jumlah BDM, pengencer yang digunakan adalah

larutan NaCl fisiologis 0.9%. Karena pada saat dilalukan pengenceran dengan

menggunakan Hayem, ternyata sel darah merah tidak dapat terencerkan dengan

Page 32: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

19

baik. NaCl fisiologis 0.9% dapat digunakan sebagai pengencer karena tidak

merusak darah dan dianggap lebih dapat menguraikan tumpukan butir darah

merah sehingga butir darah merah dapat diamati dengan baik. Kasus penggunaan

pengencer NaCl fisiologis ini dilaporkan terkadang terjadi pada darah kucing dan

domba. Nilai jumlah butir darah luak Jawa jantan dan luak Jawa betina pada saat

datang dan selama proses adaptasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah butir darah merah ( x 106/mL) luak Jawa jantan dan luak

Jawa betina pada saat datang dan selama proses adaptasi.

Jenis kelamin

Pengambilan Darah ke-

1 2 3 4

Jantan 11.69±1.92b

8.46±1.15a

9.63±1.81ab

8.81±2.16ab

Betina 9.01±1.13a

7.81±1.42a

8.88±1.67a

8.40±2.40a

Keterangan: - Superskip dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% (p<0,05).

- Data disajikan : rataan ± standar deviasi

Seperti yang terlihat pada Tabel 3, jumlah butir darah luak Jawa jantan dan

luak Jawa betina memiliki pola fluktuasi yang hampir sama. pada pengambilan

darah ke 1 jumlah BDM luak relatif tinggi, kemudian mengalami penurunan pada

pengambilan darah ke 2. Pada pengambilan darah ke 3 jumlah BDM luak mulai

naik sedangkan pada pengambilan darah ke 4 mengalami penuruanan jumlah

BDM, namun jumlahnya masih dalam kisaran yang sama. Pada luak jantan

terlihat penurunan secara draktis dan terlihat berbeda nyata pada pengambilan

darah ke 1 menuju pengambilan darah ke 2. Pada pengambilan darah ke 3 dan ke

4 ternyata luak jantan menunjukan peningkatan jumlah butir darah merah

sehingga kisarannya kembali sama dengan kisaran butir darah merah pada

pengambilan darah ke 1. Pada pengambilan darah ke 1 terlihat jumlah BDM luak

Jawa hampir sama dengan jumlah BDM luak dari Thailand. Pengambilan darah ke

1 dilakukan pada saat luak baru saja sampai di kandang penelitian. Jumlah BDM

pada pengambilan darah tersebut dapat diduga sebagai keadaan darah luak pada

saat di alam liar atau justru dalam keadaan stres karena proses penangkapan

Page 33: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

20

seperti yang terlihat pada pola tingkah lakunya. Teknik penangkapan dan

imobilisasi atau handling hewan sangat mempengaruhi tingkat stres hewan

(Mudappa dan Chellam 2001). Stres dilaporkan dapat meningkatkan jumlah butir

darah merah karena adanya pelepasan epinefrine. Pada pengambilan darah yang

ke 2 yaitu pada minggu ke 5 setelah luak dikandangkan dalam kandang penelitian,

luak dinilai telah melalui proses adaptasi. Jumlah BDM pada pengambilan darah

ke 2 tersebut mengalami penurunan, dari 8 ekor luak yang digunakan 7 ekor

diantaranya mengalami penurunan jumlah BDM. Pada pengambilan darah ke 2 ini

kemungkinan luak mulai dapat beradaptasi. Hal tersebut juga terlihat pada

pengamatan visual bahwa pada minggu ke 5 luak sudah mulai merasa tenang

ketika dilakukan pembersihan kandang dan pemberian pakan. Secara umum

pengambilan darah ke 3 dan ke 4 jumlah BDM terlihat lebih stabil kemungkinan

pada saat inilah luak sudah mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan

barunya. Pada pengambilan darah ke 4 ternyata jumlah BDM mengalami

penurunan namun masih dalam kisaran yang sama dengan pengambilan darah

yang ke 3 sehingga jumlah darah merah yang diperoleh dapat dianggap sebagai

jumlah BDM normal luak Jawa pada perawatan dalam kandang. Jumlah BDM

tersebut sebanding dengan nilai rata-rata jumlah BDM keseluruhan luak. Jika

dibandingkan dengan jumlah BDM luak yang berasal dari Thailand ternyata

jumlah butir darah merah luak Jawa ini berada pada kisaran bawah dari kisaran

jumlah BDM luak dari Thailand yaitu 10.1-16.5 x 106/mL (Salakij et al. 2007).

Hal tersebut mungkin terjadi karena luak Jawa yang digunakan dalam penelitian

ini masih muda. Jika dilihat dari bobot badan dan kondisi visual luak Jawa yang

digunakan dalam penelitian ini, maka luak Jawa ini masih tergolong dalam umur

yang masih muda atau menjelang dewasa sehingga jumlah butir darah merah yang

diperoleh belum optimal. Keadaan tersebut dapat diangggap sebagai kondisi yang

fisiologis. Menurut Shiroff (2002), luak dikatakan dewasa kelamin ketika berumur

11-12 bulan. Luak dewasa memiliki bobot tubuh 2-5.5 kg. Panjang tubuh luak

dewasa mencapai 43.2-71 cm dan panjang ekor mencapai 40.6-66 cm.

Jumlah BDM luak Jawa jantan terlihat lebih tinggi dari pada rata-rata

jumlah BDM luak Jawa betina, namun keduanya masih dalam kisaran yang sama.

Luak Jawa jantan memiliki kisaran jumlah BDM 7.64-11.76 x 106/mL, sedangkan

Page 34: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

21

luak Jawa betina memiliki kisaran jumlah BDM 6.96-10.24 x 106/mL. Kisaran

jumlah BDM luak Jawa tersebut ternyata memiliki kemiripan dengan kisaran

jumlah BDM anjing (5.5-8.5 x 106/mL) dan kucing (5.0-10.0 x 10

6/mL) (Rebar

2000).

Menurut Swenson (1997) jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah umur, jenis kelamin, latihan, keadaan gizi,

laktasi, kebuntingan, pelepasan epineprin, siklus estrus, ras, volume darah, waktu

harian, lingkungan, dan ketinggian. Secara fisiologis peningkatan jumlah butir

darah merah dapat diakibatkan pengaruh dari peningkatan jumlah pembuluh darah

kecil pada jaringan yang sedang tumbuh seiring peningkatan bobot badan hewan

(Lawrence dan Fowler 2002). Menurut Brown dan Dellmann (1992) pertambahan

umur berbanding lurus dengan peningkatan jumlah butir darah merah.

Peningkatan jumlah butir darah merah memiliki pola yang sama dengan kadar

hemoglobin dan hematokrit (Evans et al. 2006). Peningkatan jumlah sel darah

merah yang lebih dari kisaran normal disebut polisitemia. Polisitemia dipicu oleh

eritropoiesis yang berlebihan. Eritropoiesis adalah proses pembentukan sel darah

merah. Peningkatan proses eritropoiesis dipicu oleh peningkatan hormon

eritropoietin yang dihasilkan oleh ginjal sebagai kompensasi dari keadaan

deoksigenasi jaringan. Menurut Rebar (2000) polisitemia terdiri dari polisitemia

relatif dan absolut. Polisitemia relatif terjadi akibat dehidrasi pada hewan,

sedangkan polisitemia absolut terjadi akibat adanya peningkatan produksi

erithropoetin sebagai kompensasi dari berkurangnya suplai oksigen ke jaringan.

Penurunan jumlah BDM dan hematokrit yang menyebabkan terjadinya

penurunan hemoglobin disebut anemia (Hoffbrand 2005). Anemia dapat terjadi

karena pembentukan darah yang kurang memadai akibat dari kurangnya nutrien

tertentu. Anemia juga disebabkan oleh hilangnya darah akibat pendarahan karena

luka maupun investasi parasit (Aroon at al. 2009). Selain itu anemia juga

disebabkan karena laju hemolisis sel darah merah lebih cepat dari pada

pembentukan sel darah merah yang baru sehingga dilepaskan sel darah merah

yang belum masak atau reticulosit dalam jumlah besar ( Frandson 1992).

Page 35: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

22

4.2. Kadar Hemoglobin Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses Adaptasi

Tabel 4. Rataan kadar hemoglobin (g/dL) luak Jawa jantan dan luak Jawa betina

pada saat datang dan selama proses adaptasi.

Jenis kelamin

Pengambilan Darah ke-

1 2 3 4

Jantan 12.87±4.02a

10.03±1.42a

11.42±2.75a

10.99±2.73a

Betina 11.05±2.62a

11.16±4.67a

9.47±1.71a

8.78±0.85a

Keterangan: - Superskip dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% (p<0,05).

- Data disajikan : rataan ± standar deviasi.

Pada Tabel 4 terlihat kadar hemoglobin pada luak Jawa jantan lebih

fluktuatif dibandingkan dengan kadar hemoglobin luak Jawa betina. Rataan kadar

hemoglobin pada semua pengambilan darah baik pada luak jantan maupun luak

betina tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Pada pengambilan darah ke 1

yaitu pada saat luak baru sampai di kandang penelitian, ternyata kadar

hemoglobin yang diperoleh memiliki kisaran yang sama dengan kadar

hemoglobin luak dari Thailand. Rataan kadar hemoglobin luak Jawa ini berada

pada batas bawah dari kisaran kadar hemoglobin luak Thailand. Kadar

hemoglobin tersebut kemungkinan masih dalam keadaan normal, tergantung hasil

perhitungan indeks eritrosit yaitu MCHC. Nilai MCHC tersebut dapat digunakan

untuk menentukan kadar hemoglobin luak Jawa yang sebenarnya yaitu dalam

keadaan normal atau termasuk ke dalam keadaan anemia.

Menurut Nugraha (2007) dalam hasil penelitiannya terhadap gambaran

darah anjing umur 3-7 bulan mengatakan bahwa jumlah BDM, hemoglobin dan

PCV akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Menurut Ganong

(2001) butir darah merah membawa hemoglobin dalam sirkulasi menuju organ,

sehingga kadar hemoglobin sebanding dengan jumlah butir darah merah matang

yang bersirkulasi dan nilai hematokritnya (Evans et al. 2006). Pada penelitian ini

kadar hemoglobin sebanding dengan jumlah butir darah merah, yaitu tidak

Page 36: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

23

menunjukan perbedaan yang signifikan, kecuali pada luak jantan saat

pengambilan darah ke 1. Kadar hemoglobin luak jantan pada pengambilan darah

ke 1 juga menunjukan nilai yang paling tinggi. Kisaran Kadar hemoglobin luak

Jawa jantan 8.26-13.72 g/dL, sedangkan kisaran kadar hemoglobin luak Jawa

betina 7.65-12.11 g/dL. Jika dibandingkan dengan kisaran kadar hemoglobin

anjing (12-18 g/dL), kucing (8-15 g/dL) (Rebar 2000) dan luak dari Thailand

(12.3-15.5 g/dL) (Salakij et al. 2007), ternyata rataan kadar hemoglobin luak Jawa

ini berada dibawah kisaran dari ketiga hewan tersebut.

Guyton (1997) menyatakan bahwa gambaran darah dipengaruhi oleh

umur, gizi, tingkat stres, dan perubahan lingkungan. Penurunan jumlah

hemoglobin sering terjadi akibat dari defisiensi nutrien yaitu zat besi (Fe) dari

sumber pakan. Berkurangnya jumlah hemoglobin ini dapat dilihat dari penurunan

nilai indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), penurunan saturasi transferin,

serta penurunan feritin atau hemosiderin pada sumsum tulang (Muhammad dan

Sianipar 2005).

4.3. Nilai Hematokrit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses Adaptasi

Nilai hematokrit luak Jawa jantan dan luak Jawa betina pada saat datang dan

selama proses adaptasi secara jelas terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan nilai hematokrit (%) luak Jawa jantan dan betina pada saat datang

dan selama proses adaptasi.

Jenis kelamin

Pengambilan Darah ke-

1 2 3 4

Jantan 36.19±10.38a

26.38±4.11a

34.33±5.62a

36.83±5.21a

Betina 33.25±4.79a

31.88±9.73a

26.63±6.50a

32.56±9.47a

Keterangan: - Superskip dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% (p<0,05).

- Data disajikan : rataan ± standar deviasi.

Nilai hematokrit yang terlihat pada Tabel 5, mengalami fluktuasi berupa

penurunan nilai hematokrit pada pengambilan darah ke 2 untuk luak jantan dan

pengambilan darah ke 3 untuk luak betina. Fluktuasi nilai hematokrit tersebut

Page 37: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

24

masih dalam kisaran yang sama, yaitu terlihat tidak ada nilai hematokrit yang

berbeda nyata pada semua pengambilan darah. Pada pengambilan darah ke 4 nilai

hematokrit yang diperoleh hampir sama dengan nilai hematokrit pada

pengambilan darah ke 1. Pada pengambilan darah ke 2 terjadi penurunan nilai

hematokrit pada 4 ekor luak Jawa jantan. Hal tersebut sebanding dengan jumlah

BDM dan hemoglobin luak jantan yang mengalami penurunan akibat proses

adaptasi. Sedangkan pada pengambilan darah ke 3 untuk luak betina mengalami

penurunan yang disebabkan oleh adanya 1 ekor dari 4 ekor luak betina yang

memiliki nilai hematokrit yang sangat rendah yaitu 17%. Keseluruhan nilai

hematokrit yang diperoleh dalam penelitian ini, jika dibandingkan dengan nilai

hematokrit anjing (37-55 %) (Rebar 2000) dan luak dari Thailand (37.3-46.1 %)

(Salakij et al. 2007) maka kisaran nilai hematokrit luak Jawa berada pada batas

bawah kisaran kedua hewan tersebut. Kisaran nilai hematokrit luak Jawa jantan

adalah 25.50-40.76 %, sedangkan kadar hematokrit luak Jawa betina sekitar

23.48-38.08 %. Nilai hematokrit luak Jawa ini memiliki kemiripan dengan nilai

hematokrit kucing (30-45%) (Rebar 2000). Keadaan tersebut sebanding dengan

kisaran jumlah BDM dan kadar hemoglobin luak yang berada pada batas bawah

kisaran jika dibandingkan dengan kisaran hematologi anjing, kucing, dan luak dari

Thailand.

Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) adalah persentase volume

butir darah merah dalam 100 ml darah (Cunningham 2002). Hematokrit

menggambarkan volume atau besar kecilnya ukuran sel darah merah (Frandson

1992), bukan menggambarkan jumlah sel darah merah yang dihitung karena

banyak kelainan bentuk morfologi sel darah merah yang dapat mempengaruhi

besarnya nilai hematokrit. Menurut Nuraini (2006), jumlah sel darah merah

memiliki hubungan berbanding lurus dengan nilai hematokrit. Semakin tinggi

jumlah sel darah merah maka semakin tinggi pula nilai hematokrit yang diperoleh.

Beberapa contoh kelainan morfologi sel darah merah seperti sel teardrop, anemia

bulan sabit, anemia mikrositik dan anemia makrositik dapat menyebabkan

perubahan volume darah merah (Hoffbrand 2005).

Pola fluktuasi nilai hematokrit luak Jawa jantan dan betina ini sebanding

dengan pola fluktuasi jumlah BDM dan kadar hemoglobin yang diperoleh.

Page 38: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

25

Colville dan Joanna (2002) mengatakan bahwa nilai hematokrit sebanding dengan

jumlah butir darah merah dan kadar hemoglobin. Menurut Mbassa dan Poulsen

(1993) nilai hematokrit dipengaruhi oleh waktu, tempat, dan kondisi hewan pada

saat pengambilan darah. Sedangkan Jain (1993) mengatakan bahwa nilai

hematokrit dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan sentrifugasi. Bervariasinya nilai

hematokrit ini juga dipengaruhi oleh tempat pengambilan darah. Pada hewan

normal hematokrit dari darah vena lebih besar dari pada darah dari arteri, karena

hidrasi dan butir-butir darah merah dan ukurannya yang bertambah (Stockham

dan Scott 2008).

Pengaruh nilai hematokrit terhadap viskositas darah yaitu semakin tinggi

jumlah sel darah merah artinya semakin tinggi nilai hematokrit, berarti semakin

banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan geseken ini

menentukan vikositas darah (Guyton dan Hall 1999). Hematokrit merupakan

indikasi proporsi sel dan cairan di dalam darah. Hematokrit yang rendah dapat

mengindikasikan beberapa kelainan antara lain anemia, hemoragi, kerusakan

sumsum tulang, kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma, dan artritis.

Sebaliknya nilai hematokrit yang tinggi mengindikasikan keadaan dehidrasi

eritrositosis maupun polisitemia di vena (Rebar 2000).

4.4. Indeks Eritrosit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses Adaptasi

Dalam perhitungan nilai indeks eritrosit ini, digunakan jumlah BDM,

kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dari pengambilan darah ke 1 sampai ke 4.

Nilai indeks eritrosit luak Jawa jantan dan betina pada saat datang dan selama

proses adaptasi secara jelas tersaji pada Tabel 6.

Page 39: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

26

Tabel 6. Rataan nilai indeks eritrosit luak Jawa jantan dan luak Jawa betina pada

saat datang dan selama proses adaptasi.

Pengambilan Darah ke-

Jantan 1 2 3 4

MCV (fL) 30.59±6.25a

31.41±4.56a

35.91±3.26ab

43.01±9.22b

MCH (pg) 10.90±2.74a

12.02±2.28a

11.85±1.37a

11.32±1.91a

MCHC (g/dL) 35.55±4.36b

38.12±2.47b

32.99±2.45b

26.56±2.05a

Betina

MCV (fL) 36.89±2.75ab

40.37±5.11b

29.94±5.44a

39.03±4.02b

MCH (pg) 12.24±2.50a

13.99±3.43a

10.73±1.43a

10.86±2.02a

MCHC (g/dL) 32.98±4.78b

34.38±4.16b

36.23±4.16b

25.75±3.18a

Keterangan: - Superskip dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% (p<0,05).

- Data disajikan : rataan ± standar deviasi.

Indeks eritrosit ini digunakan untuk mengetahui adanya indikasi anemia dan

penyebab anemia tersebut (Nordenson 2002). MCV menunjukan ukuran sel

eritrosit. Kondisi dimana nilai MCV lebih rendah dari kisaran normal disebut

mikrositika, jika nilai MCV dalam rentang normal disebut normositika, dan ketika

nilai MCV lebih dari normal disebut makrositika. MCHC menunjukan intensitas

warna eritrosit. Kondisi dimana nilai MCHC kurang dari normal disebut

hipokromik, sedangkan ketika nilai MCHC dalam kisaran normal maka disebut

normokromik (Rebar 2000).

Menurut Nordenson (2002) indeks sel darah merah digunakan untuk

mendefinisikan ukuran sel dan kandungan dari hemoglobin dari sel darah merah

terkait dengan jumlah sel yang terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV),

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin

Concentration (MCHC). Nilai Indeks eritrosit dipengaruhi oleh jumlah BDM,

kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit. sehingga faktor-faktor yang

Page 40: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

27

mempengaruhi jumlah BDM, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi nilai indeks eritrosit.

Pada dasarnya keadaan gambaran darah luak pada pengambilan darah ke 1

adalah gambaran darah luak yang masih benar-benar liar karena baru ditangkap

dari alam. Pada pengambilan darah ke 1 inilah di duga keadaan fisiologis normal

luak Jawa dari alam liar. Pengambilan darah ke 2 dan ke 3 merupakan proses

adaptasi sehingga gambaran darah yang diperoleh sangat fluktuatif. Sedangkan

pada pengambilan darah ke 4, gambaran darah yang diperoleh dinilai sebagai

gambaran darah normal luak Jawa pada pemeliharaan yang dikandangkan karena

gambaran darah mulai stabil pada kisaran yang sama dengan gambaran darah pada

pengambilan darah luak ke 1 dan gambaran darah luak di Thailand. Pada

pengamatan visual luak pada minggu ke 6 dan ke 7 yaitu pada pengambilan darah

ke 3 dan ke 4 luak sudah mengalami proses adaptasi dengan tingkah laku yang

menggambarkan kenyamanan terhadap lingkungannya.

Pada penelitian ini akan nilai indeks eritrosit dari pengambilan darah ke 1

sampai dengan pengambilan darah ke 4 dibandingkan dengan nilai indeks eritrosit

dari Thailand. Tujuan dari perbandingan tersebut adalah untuk mengetahui kisaran

normal nilai indeks eritrosit luak dari Jawa ini. Sebagai fokus perbandingan yang

paling utama adalah indeks eritrosit dari pengambilan darah ke 1 dan ke 4, karena

pada pengambilan darah ke 2 dan ke 3 luak dinilai belum beradaptasi dengan baik

pada lingkungan kandang. Gambaran darah luak pada pengambilan darah ke 2 dan

ke 3 lebih fluktuatif atau belum stabil.

Berdasarkan morfologi ukuran sel darah merah (MCV) dan konsentrasi

hemoglobin (MCHC) anemia dapat digolongkan menjadi 5 yaitu: Anemia

hipokrom-mikrositer yaitu anemia yang memperlihatkan turunnya nilai MCHC

dan MCV secara bersamaan. Anemia ini disebabkan oleh definisi besi (Fe), dan

defisiensi vitamin B atau pyridoxin. Anemia hipokrom-makrositer adalah anemia

yang dicirikan dengan menurunnya nilai MCHC dan meningkatnya nilai MCV.

Anemia ini disebabkan oleh defisiensi asam folat dan termasuk anemia

regeneratif yang dapat dikompensasi oleh tubuh (Sodikoff 1995, Rebar 2000).

Anemia normokrom-normositer adalah anemia yang pertama sebelum terjadi

anemia lainnya. Anemia ini menunjukan nilai MCV dan MCHC yang normal.

Page 41: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

28

Anemia ini di sebabkan oleh defisiensi eritropoietin, depresi sumsum tulang,

hemoragi akut dan hemolisis. Anemia normokrom-normositer ini dapat termasuk

anemia non regeneratif yang tidak dapat dikompensasi oleh tubuh, akibat

defisiensi cobalt dalam waktu yang lama. Anemia normokrom-mikrositer adalah

anemia yang dicirikan dengan nilai MCHC pada kisran normal namun terjadi

penurunan nilai PCV. Anemia ini disebabkan oleh defisiensi zat besi (Sodikoff

1995, Rebar 2000). Pada ras anjing Japanese Akita terjadi secara normal, karena

anjing ini memiliki ukuran sel darah merah yang kecil (Sodikoff 1995). Anemia

normokromik-makrositer adalah anemia yang dicirikan dengan nilai MCHC yang

normal dan naiknya nilai MCV. Anemia ini akibat respon awal anemia regeneratif

dan kegagalan eritropoiesis akibat dari virus FeLv (feline panleukopeni virus)

(Rebar 2000).

4.4.1. Mean Corpuscular Volume (MCV)

MCV adalah volume rata-rata butir darah merah. Nilai MCV dipengaruhi

oleh jumlah butir darah merah dan nilai hematokrit. Nilai MCV diperoleh dari

hasil pembagian 10 kali nilai hematokrit dengan jumlah butir darah merah. Oleh

karena itu ketika nilai hematokrit naik atau jumlah BDM turun maka nilai MCV

akan ikut naik.

Guyton (1997) menyebutkan bahwa penurunan nilai MCV disebabkan

adanya perubahan ukuran butir darah merah menjadi lebih kecil dengan

bertambahnya umur sel tersebut. Penurunan nilai MCV juga bisa disebabkan

terjadinya devisiensi besi dan vitamin B6. Sedangkan peningkatan nilai MCV

disebabkan meningkatnya volume sel darah merah jika dibandingkan dengan

volume plasmanya, yaitu pada saat hewan dehidrasi.

Pada penelitian ini diperoleh nilai MCV luak jantan selalu meningkat dari

pengambilan darah ke 1 sampai ke 4, sedangkan MCV luak betina sempat

mengalami penurunan pada pengambilan darah ke 3. Pada pengambilan darah ke

4 nilai MCV luak betina mulai naik pada kisaran yang sama dengan pengambilan

darah ke1 dan ke 2. Nilai MCV pada pengambilan darah ke 1 memiliki rataan

yang lebih kecil dibandingkan nilai MCV pada pengambilan darah ke 4, namun

keduanya masih memiliki kisaran yang hampir sama. Pada pengambilan darah ke

1 luak Jawa jantan memiliki kisaran nilai MCV 24.34-36.84 fL dan luak Jawa

Page 42: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

29

betina memiliki kisaran 34.14-39.64 fL, sedangkan pada pengambilan darah ke 4

kisaran nilai MCV luak Jawa jantan dan betina masing-masing adalah 33.79-52.23

fL untuk dan 35.01-43.05 fL. Meningkatnya nilai MCV pada pengambilan darah

ke 4 berbanding lurus dengan gambaran yang diperoleh pada pengukuran nilai

PCV dan perhitungan jumlah butir darah merah. Pada pengambilan darah ke 4

nilai PCV mengalami kenaikan sedangkan jumlah butir darah merah mengalami

penurunan. Kisaran nilai MCV mulai dari pengambilan darah ke 1 hingga

pengambilan darah ke 4 ternyata hampir sama dengan kisaran nilai MCV dari 4

ekor luak yang berada di kebun binatang Kwaokeaw di Thailand yang diteliti oleh

Salakij et al. (2007) yaitu 27.50-37.50 fL.

4.4.2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

MCH adalah jumlah perbandingan kadar hemoglobin dengan jumlah butir

darah merah dalam satuan pg (picogram) (Stockham dan Scott 2008). Nilai MCH

diperoleh dari hasil pembagian 10 kali kadar hemoglobin dengan nilai hematokrit.

Oleh karena itu ketika kadar hemoglobin naik atau nilia hematokrit turun maka

nilai MCV akan ikut naik.

Menurut Nugraha (2007) berdasarkan hasil penelitiannya terhadap anjing

kampung umur 3-7 bulan menyatakan bahwa nilai MCH akan terus mengalami

peningkatan seiring dengan bertambahnya umur. Stockham dan Scott (2008)

Menyatakan bahwa, MCH adalah kadar hemoglobin yang terkandung dalam sel

darah merah, sedangkan kadar hemoglobin dalam plasma akibat dari hemolisis

tidak akan ikut terhitung secara akurat. Pada beberapa kasus anemia, perubahan

rataan ukuran MCV secara langsung mengubah kandungan hemoglobin dalam

darah merah dengan kata lain akan mempengaruhi MCH.

Pada Tabel 6 dapat terlihat nilai MCH dari luak Jawa jantan memiliki

kisaran yang sama pada pengambilan darah ke 1 dan ke 4. Hal tersebut terlihat

dari tidak adanya nilai MCH yang berbeda nyata pada setiap pengambilan darah.

Kisaran nilai MCH luak Jawa betina pada pengambilan darah ke 1 lebih rendah

dari pada pengambilan darah ke 4. Kisaran MCH pada pengambilan darah ke 1

untuk luak Jawa jantan adalah 9.41-13.23 pg, sedangkan luak Jawa betina 8.84-

12.88 pg. Sedangkan kisaran nilai MCH luak Jawa jantan dan betina pada

pengambilan darah ke 4, masing-masing adalah 8.16-13.64 pg dan 9.74-14.74 pg.

Page 43: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

30

Kedua kisaran nilai MCH tersebut masih dalam kisaran yang sama dengan nilai

MCH luak dari Thailand (9.20-12.2 pg) (Salakij et al. 2007). Nilai MCH yang

lebih mendekati nilai MCH normal luak dari Thailand adalah nilai MCH pada

pengambilan darah ke 1.

4.4.3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

MCHC adalah nilai rata-rata konsentrasi hemoglobin dalam 100 ml butir

darah merah (Cunningham 2002). Semakin tinggi hemoglobin yang terkandung

dalam sel darah merah maka semakin besar pula nilai MCHCnya (Stockham dan

Scott 2008). Pada setiap sampel darah setiap hewan eritrosit yang terkandung

tidak selalu sama. Masing-masing sel darah merah memiliki volume yang

berbeda, serta konsentrasi dan kandungan hemoglobin yang berbeda. Karena

MCH menggambarkan besarnya hemoglobin dalam sel darah merah dan MCV

menggambarkan volume rata-rata eritrosit, maka besarnya MCHC dapat dihitung

dari hasil pembagian MCH oleh MCV (Stockham dan Scott 2008).

Pada hasil penelitian ini terlihat nilai MCHC luak Jawa pada pengambilan

darah ke 1 sampai ke 3 memiliki kisaran yang sama, sedangkan pada pengambilan

darah ke 4 terjadi penurunan yang signifikan pada nilai MCHC baik pada luak

jantan maupun luak betina. Penurunan nilai MCHC pada pengambilan darah ke 4

tersebut terjadi karena pada pengambilan darah ke 4 luak jantan dan betina

mengalami penurunan kadar hemoglobin dan mengalami kenaikan nilai

hematokrit sehingga nilai MCHC yang diperoleh menjadi lebih kecil atau

menurun. Pada pengambilan darah ke 1 kisarah nilai MCHC luak Jawa jantan dan

betina, masing-masing adalah 31.19-39-91 g/dL dan 28.79-37.15 g/dL. Kisaran

nilai MCHC pada pengambilan darah ke 4 adalah 21.66-29.74 g/dL untuk luak

Jawa jantan sedangkan kisaran nilia MCHC luak Jawa betina adalah 23.25-29.91

g/dL. Kisaran nilai MCHC luak dari Thailand yaitu 32.70-33.90 g/dL (Salakij et

al. 2007). Nilai MCHC luak Jawa yang paling mendekati nilai normal MCHC

luak dari Thailand adalah nilai MCHC pada pengambilan darah ke 1. Nilai

MCHC pada pengambilan darah ke 4 ternyata berada di bawah kisaran normal

nilai MCHC luak dari Thailand. Keadaan tersebut menggambarkan adanya

kemungkinan luak Jawa yang dikandangkan mengalami anemia hipokromik yaitu

yang ditandai dengan nilai MCHC di bawah normal. Pada pengambilan darah ke

Page 44: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

31

4, jumlah BDM dan nilai hematokrit luak Jawa masih dalam kisaran normal.

sedangkan kadar hemoglobin luak Jawa cukup rendah, yaitu berada di batas

bawah kisaran normal.

Pada pengambilan darah ke 4 yaitu ketika luak mulai dianggap dapat

beradaptasi dengan lingkungan kandang, luak sebenarnya sudah mampu

melakukan perbaikan fisiologis darahnya, terbukti dengan jumlah BDM dan nilai

hematokrit yang kembali pada kisaran normal seperti yang terlihat pada Tabel 2

dan Tabel 4. Pada saat pemeliharaan di kandang kemungkinan luak mengalami

kekurangan nutrien yang kaya Fe dari sumber pakannya, sebagai prekursor

pembentuk darah yang mengikat hemoglobin. Sehingga sampai dengan

pengambilan darah ke 4 atau 7 minggu setelah luak di kandangkan, luak tidak

mampu meningkatkan kadar hemoglobinnya akibat kekurangan nutrien kaya Fe

dari sumber pakannya. Selama pemeliharaan luak hanya diberi pakan berupa buah

pisang sebanyak 5-7 buah per ekor/hari dan selingan daging kepala ayam 3-4

potong per ekor/hari. Buah pisang memiliki kandungan karbohidrat, vitamin, dan

mineral (potasium dan kalium) yang cukup tinggi (Marisa 2006). Manajemen

pemberian pakan tersebut dilakukan berdasarkan pengamatan lapang dan

perkiraan. Pengamatan lapang dilakaukan pada lokasi pasar hewan dan

pemelihara luak. Pemberian pakan luak dilakukan dengan perkiraan karena

literatur mengenai kebutuhan nutrien pada luak sangat terbatas. Oleh karena itu

peluang untuk terjadinya defisiensi nutrien tertentu dapat terjadi.

Nilai MCHC adalah salah satu indeks BDM yang digunakan untuk

identifikasi penyakit dengan gejala anemia. Rebar (2000) mengatakan MCV dan

MCHC digunakan sebagai indikasi untuk mengetahui keadaan anemia. MCHC

menggambarkan konsentrasi hemoglobin yang terkandung dalam rata-rata butir

darah merah. Bila nilai MCHC berada di bawah kisaran normal (MCHC < 30

g/dL pada kucing) disebut hipokromik dan bila berada pada kisaran normal (30-36

g/dL pada kucing) disebut normokromik (Rebar 2000).

Page 45: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan bobot badan, pengamatan visual, dan gambaran darah luak Jawa

yang berada di batas bawah kisaran normal dari luak dewasa di Thailand,

maka luak Jawa yang digunakan pada penelitian ini adalah luak Jawa dengan

umur yang masih muda atau umur menjelang dewasa yaitu kurang lebih 1

tahun.

2. Jumlah butir darah merah luak Jawa jantan yaitu (9.34±2.28)x106/mL

dan

(8.73±1.61)x106/mL pada luak Jawa betina.

3. Kadar hemoglobin luak Jawa yaitu (10.99 ±2.73)g/dL dan (9.88 ± 2.23)g/dL

pada luak Jawa betina.

4. Nilai hematokrit luak Jawa jantan yaitu (33.13±7.63)% dan (30.78±7.30)%

pada luak Jawa betina.

5.2 Saran

Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang gambaran fisiologis

darah pada luak (Paradoxurus hemaphroditus) di Jawa dengan kondisi kandang

yang berbeda dan umur luak yang lebih dewasa yaitu lebih dari 1 tahun, sehingga

diperoleh data gambaran fisiologis luak dengan kisaran yang luas dan lebih

lengkap.

Page 46: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

33

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Aroon S, Artchawakom T, Hill JG, Kupittayanant S, Thanee N. 2009.

Ectoparasites of the common palm civet (Paradoxurus hermaphroditus) at

Sakaerat enviromental researching station, Thailand. Suranaree J.

Sci.Technol. 16 (4):277-281

Azlan JM. 2003. The diversity and conservation of mustelids, viverrids,and

herpestids in a disturbed forest in Peninsular Malaysia. Small Carnivore

Conservation 29: 8–9.

Borah J dan Deka K. 2011. An observation of common palm civet Paradoxurus

hermaphroditus mating. Small Carnivore Conservation. Vol. 44: 32–33,

June 2011

Brooker. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: ECG.

Brown EM, Dellmann HD. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3. R

Hartono. Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Colville T, Joanna MB. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary

Technican.

Colon CP. 2002. Ranging Behaviour and Activity of The Malay Civet (Viverra

tangulunga) in a Logged and an Unlogged Forest in Danum Valley, east

Malaysia. J. Zool.257:473-485.

Cunningham JG. 2002. Texts Book of Veterinary Physiology. Ed ke-3.

Philadelphia: WB. Sounders Company.

Dewi T. 2010. Kopi luwak, kopi termahal di dunia. National Geographic Kids.

Edisi Oktober 2010. Hal 8-9.

Evans DM, Frazer IH, dan Martin NG. 2006. Physiology. [terhubung berkala].

http://jap.Physiology.org/cgi/Content/abstract/52/1/168. (20 Januari 2012).

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakata : Gajah Mada

Univercity Press.

Ganong WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Ed ke-20. Jakarta : EGC.

Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irnawati Setiawan,

Penerjemah; Jakarta: ECG.

Guyton and Hall. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irnawati

Setiawan, Penerjemah; Jakarta: ECG.

Page 47: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

34

Hoffbrand AF, Pelit JE, dan Moss PAH. 2005. Hematology. Ed ke-4. Dewi Asih

Maharani, Penerjemah; Jakarta: ECG.

Hartono. 1995. Histology Veteriner. Jilid 1. Laboratorium Histologi. Fakultas

Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Jain NC. 1993. Essential of Veterinary hematology. Philadelphia: Lea and

Febiger.

Jeannings AP, Seymour AS, Dunstone N. 2006. Ranging behaviour, spatial

organization and activity of the malay civet (Viverra tangalunga) on Buton

Island, Sulawesi. J. Zool. 268:63-71.

Kurnia L, Yulvianus H. 2011. Kopi luak dari gang pekonan. [Terhubung Berkala].

Posting Selasa, 28 Juni 2011 | 21:08 WIB. (13 Februari 2012).

Lawrence LC, Fowler VR. 2002. Growth of Farm Animal. Ed ke-2. New York:

CABI Publishing.

Light, Grass C, Pursley D, Krause J. 2007. Carboxyhemoglobin level in smokers

VS non smokers in a smoking environment.USA: Sci. Journal of the

American Association for Respiratory Care.

Lunde DP dan Musser GG. 2003. A recently discovered specimen of Indonesian

Mountain Weasel from Sumatra. Small Carnivore Conserv. 28:22.

Marisa M. 2006. Ascorbic acid, vitamin A, and mineral composition of banana

(Musa sp.) and papaya (Carica papaya) cultivars grown in Hawai. Journal

of Food Composition and Analysis 19:434–445.

Mbassa GK, Poulsen JSD. 1993. Reference Ranges for Hematological Value in

Landrace Goats. Small Ruminant Research.

Meyer DJ, Coles EH, Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine

Interpetation and Diagnosis. Philadelphia: W.B Sounders Company.

Mudappa D, Kumar A, Chellam R. 2010. Diet and fruit choice of brown palm

civet Paradoxurus jerdoni, a viverrid endemic to the western ghats

rainforest, India. J.Tropic Cons Sci.3(3):282-300.

Mudappa D and Chellam R. 2001. Capture and immobilization of wild brown

palm civets in Western Ghats. Journal of Wildlife Diseases 37: 383-386.

Muhammad A dan Sianipar O. 2005. Penentuan defisiensi besi anemia, penyakit

kronis dengan menggunakan indeks sTfR-F. Indonesian Jurnal of Clinical

Pathology and Medical Laboratory. Vol.12. No.1. November 2005: 9-15.

Page 48: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

35

Nordenson JN. 2002. Gale Encyclopedia of Medicine. Red Blood Cell Indices.

[Terhubung Berkala]. http://www.healthatoz.com/healtathoz/

Atoz/Ency//red blood cell indices.jsp. (20 Januari 2012).

Nugraha KNN. 2007. Gambaran Darah Anjing Kampung Jantan (Canis

familiaris) Umur 3 Sampai 7 Bulan [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan.

Institut Pertanian Bogor.

Nuraini D. 2006. Pendugaan Jumlah Sel Darah Merah (RBC) Melalui Penilaian

Hematokrit [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Patau ML, Wilting A, Goubert P, Jacob A, Andrew P, dan Jennings. 2010. Evolutionary history of the Paradoxuruspalm civets – a new model for

Asian biogeography. Journal of Biogeography (2010) 37, 2077–2097.

Perkin A. 2004. A new range record for the African palm civet Nandinia biotata

(Carnivora, Viverridae) from Unguja island, Zanzibar. Afr. J. Ecol., 42:232-

234.

Pristiyanto D. 2003. Virus SARS Nampaknya Berasal Dari Musang [Terhubung

Berkala]. http://www.mediaindo.co.id/ beritakhusus.asp?id=946 . Selasa 23

Mei 2003. (12 Januari 2012).

Rebar AH. 2000. Hemogram Interpretation For Dog and Cats. Clinical

Handbook Series. Ralston Purina Company.

Reksodiputro HA. 1994. Cermin Dunia Kedokteran: Mekanisme Anemia

Defisiensi Zat Besi. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Rinnie. 2011. Rouleaux Formation Normal In Horses. [Terhubung Berkala]

http://quizlet.com/5640718/clinical-pathology-flash-cards/. (4 Juni 2012)

Riswanto. 2010. Laboratorium Kesehatan: Mioglobin. [Terhubung Berkala].

http:// labkesehatan. blogspot. com /2010/11/mioglobin. (14 Januari 2012)

Rodríguez A, Cadena A and Sanchez P. 2000. Trophic characteristics in social

groups of the mountain coati, Nasuella olivacea (Carnivora: Procyonidae).

Small Carnivore Conservation 23: 1-6.

Salakij C, Salakij J, Narkkong A, Tongthainun D, Prihirunkit K, and Itarat S.

(2007). Hematology, cytochemistry and ultrastructure of blood cells in

common palm civet (Paradoxurus hermaphroditus). Nat. Sci. 41 : 705 –

716.

Sastradipradja et al. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Dekdikbud.

Dirjen. Dikti. PAU. Ilmu Hayati. IPB.

Page 49: JUMLAH SEL DARAH MERAH, KADAR HEMOGLOBIN, DAN … · Jumlah Sel Darah Merah, ... Berdasarkan pengamatan visual dan hasil gambaran darah luak Jawa ... penulisan karya ilmiah, penyusunan

36

Shiroff A. 2002. Paradoxurus hermaphroditus. Animal diversity. ummz. umich.

edu/ site/accounts/information/Paradoxurus_hermaphroditus.html.

Silverthorn. 2006. Human Physiology. Ed ke-4. Sanfransisco: Sansomest Pearson

Benjamin Cummings.

Sodikoff CH. 1995. Laboratory Profiles of Small Animal Diseases A Guide to

Laboratory Diagnosis. America : Mosby.

Stain W. 2012. Rouleaux In a Feline Blood Smear. [Terhubung Berkala].

http://www.medvet.umontreal.ca/clinpath/banqim/hematology/rouleauxE.ht

m. (14 Juni 2012).

Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology.

Ed ke-1. USA: Lowa State Press.

Swenson MJ. 1997. Dukes Physiology of Domestic Animal. Ed ke-9. London:

Cornell University Press.

Vander AJ. 2001. Human Physiology: The Mechanisms of Body Fungtion. Edisi

ke-8. New York: The MC Graw-hill Companies.

Vaughan TA, Ryan JM, Czaplewski NJ. 2000. Mammalogy. Ed ke-4. USA:

Thomson Learning.


Related Documents