YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA

Indarwati Anjar Prabaningrum ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan harga diri seorang suami

yang tinggal di rumah mertua, dimana dalam penelitian ini seorang suami yang sudah lama menikah dan bahkan sudah memiliki anak, namun masih tinggal di rumah mertua, pria yang demikian dikatakan tidak berhasil dalam memberikan nafkah dan kebebasan bagi istri dan anaknya. Dalam kehidupan masyarakat, hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang melanggar norma masyarakat, karena pasangan yang sudah lama menikah seharusnya sudah dapat hidup mandiri tanpa terus menerus membutuhkan bantuan dari orangtua. Keberadaan seorang suami yang tinggal di rumah mertua tersebut dapat menimbulkan penurunan harga diri pada seorang suami dikarenakan sebagian besar seorang suami menginginkan untuk memiliki keluarga yang mandiri tanpa ada orangtua ataupun mertua. Dari penjelasan diatas, maka bisa terjadi permasalahan hubungan antara mertua dan menantu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur yang dikemukakan oleh Moleong (2004), yaitu wawancara yang dilakukan bersifat bebas dalam interviewee memberikan respon, dan observasi non partisipan yang dikemukakan oleh Riyanto (1996), dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, alat perekam, dan catatan kecil beserta alat tulis. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang subjek dan masing-masing subjek terdapat 3 orang terdekatnya (significant other), dengan karakteristik seorang suami berusia minimal 30 tahun, memiliki anak minimal satu orang anak, dan memiliki pekerjaan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi adalah dilihat dari komponen harga diri (Rice, 1981) ketiga subjek memiliki perasaan diterima (feeling of belongingness) di rumah mertua. Pada perasaan mampu (feelings competent) pada subjek pertama masih belum mampu memiliki tempat tinggal sendiri karena ekonomi yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, pada subjek kedua sudah mampu memiliki tempat tinggal sendiri namun mertua menentukan dimana subjek dan istri tinggal, dan pada subjek ketiga masalah ekonomi yang cenderung masih kurang, membuat subjek ketiga belum mampu memiliki tempat tinggal sendiri. Pada perasaan berharga (feeling of worth) subjek pertama dan kedua memiliki perasaan berharga di rumah mertua dikarenakan merupakan anak laki-laki satu-satunya, dan pada subjek ketiga merasa berharga karena keberadaan dirinya sering dibutuhkan di rumah mertua. Pada karakteristik harga diri (Coopersmith dalam Wulan, 1997), pada subjek pertama dan kedua cenderung memiliki karakter yang sesuai dengan karakteristik harga diri tinggi. Sedangkan pada subjek ketiga cenderung memiliki karakter yang sesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang dekat dengan mertua, dan pada subjek subjek kedua, mertua cenderung menguasai dan ikut campur dalam urusan rumah tangga subjek. Kata Kunci : Harga Diri, Suami, Mertua

Page 2: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

PENDAHULUAN

Bagi kebanyakan orang, perkawinan merupakan suatu kejadian penting dalam hidup. Memilih pasangan hidup dan mempersiapkan kehidupan perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa muda. Jika pasangan suami istri masih memiliki umur antara 15 dan 20 tahun, maka mereka dianggap masih terlalu muda untuk dapat mengurus rumah tangga sendiri, karena itu mereka biasanya tetap tinggal bersama orangtua salah seorang dari keduanya, sampai mereka dianggap mampu mengurus diri sendiri (Koentjaraningrat, 1984). Namun, jika pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan bahkan sudah memiliki anak, hal tersebut seharusnya tidak terjadi dalam membina keluarga, apalagi jika pasangan tersebut tinggal dengan orangtua dari pihak istri (Koentjaraningrat, 1984). Menurut John (dalam Sukirya, www.e-psikologi.com) suami atau lelaki, jika meminta bantuan pada orang lain dapat diartikan sebagai lelaki yang lemah dan tidak dapat mandiri.

Mungkin masih bisa dikatakan baik jika pasangan suami istri tinggal bersama orangtua dari pihak suami, karena jika tinggal bersama orangtua dari pihak istri, mungkin akan terjadi penurunan harga diri pada suami dikarenakan tidak adanya penghargaan keberadaan atau penerimaan di rumah tersebut. Menurut Rosenberg (dalam Wulan, 1997) harga diri juga merupakan penilaian yang diberikan oleh orang lain. Jadi, harga diri bisa dikatakan rendah oleh orang lain, jika seseorang dianggap melanggar norma masyarakat. Begitu juga harga diri seorang suami yang masih tinggal di rumah mertua, yang dipandang oleh masyarakat khususnya mertua, yang dianggap melanggar norma masyarakat, karena setiap pasangan suami istri yang sudah lama menikah, seharusnya sudah dapat hidup mandiri tanpa membutuhkan bantuan yang terus menerus dari orangtua.

Bagi suami, sebagian dari mereka memiliki pemikiran ingin memiliki keluarga yang mandiri tanpa ada orangtua atau mertua. Namun, sebagian lagi memiliki pemikiran masih membutuhkan orangtua atau mertua untuk membantu mengurus rumah tangganya. Perasaan yang dimiliki oleh suami yang tinggal dengan mertua, jika mereka menginginkan untuk mempunyai keluarga yang mandiri adalah perasaan menginginkan menjadi seorang kepala keluarga yang bijaksana dan bertanggung jawab pada keluarganya.

Dari gambaran harga diri seorang suami di atas, maka bisa saja terjadi masalah antara mertua dan menantu. Memang, kadang ada mertua yang dapat menerima anak dan menantunya tinggal bersama atau bahkan sikap yang tidak perhatian dari mertua. Awalnya sikap tersebut mungkin bisa berhasil atau mungkin dianggap sebagai hal yang biasa, tetapi jika tidak segera disadari dan diambil tindakan nyata, maka cepat atau lambat permasalahan ini tentu akan memiliki dampak yang tidak menyenangkan baik bagi mertua dan menantu maupun bagi seluruh anggota keluarga besar (dalam Sukirya, www.e-psikologi.com).

Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui bagaimana gambaran harga diri seorang suami yang tinggal di rumah mertua ?, mengapa suami yang tinggal di rumah mertua memiliki harga diri yang demikian ?, dan bagaimana proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua ?. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, faktor-faktor yang menyebabkan

Page 3: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, dan proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua. Manfaat dari penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi masukan yang berguna, bahwa suami yang tinggal di rumah mertua dapat memiliki harga diri yang tinggi jika seorang suami mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Selain itu juga penelitian ini dapat memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa suami yang tinggal di rumah mertua juga memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertua. Sedangkan manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial. Kemudian penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya mengenai harga diri suami yang tinggal di rumah mertua. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembaca dan menggambarkan berbagai permasalahan guna meningkatkan harga diri pada suami yang tinggal di rumah mertua.

Page 4: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Harga Diri Definisi harga diri menurut Rosenberg (dalam Wulan, 1997) harga diri

adalah penilaian seseorang terhadap dirinya yang ditampilkan melalui sikap positif atau negatif terhadap dirinya. Coopersmith (dalam Adler, 1997) berpendapat bahwa harga diri sebagai suatu penelitian diri yang dilakukan oleh seorang individu dan biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakkan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga.

Dari penjelasan definisi harga diri di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian terhadap diri sendiri yang mencerminkan sikap penerimaan atau penolakkan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga.

2. Komponen Harga Diri

Menurut Rice (1981), penilaian diri positif atau negatif ini ditentukan oleh tiga hal yaitu : a. Perasaan diterima (feeling of belongingness) dalam suatu kelompok

dimana individu berada. Apabila seseorang merasa menjadi bagian atau diterima dalam kelompoknya maka ia akan menilai dirinya positif.

b. Perasaan mampu (feeling competent) yaitu keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri.

c. Perasaan berharga (feeling of worth) yaitu perasaan seseorang yang sering ditampilkan dari kenyataan-kenyataan pribadi seperti kebaikan, kecerdasan, dan lain-lain.

3. Karakteristik Harga Diri

Harga diri seseorang (Coopersmith dalam Wulan, 1997) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Harga diri yang tinggi pada seseorang, memiliki pengaruh terhadap

orang lain, mampu mengontrol keadaan, aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik, dapat menerima kritik dengan baik, percaya kepada persepsi dan dirinya sendiri, dapat menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan yang kurang jelas.

b. Harga diri moderat pada seseorang, mempunyai gambaran pengalaman yang disukai individu. Individu yang mempunyai harga diri moderat, memiliki banyak persamaan dengan individu yang memiliki harga diri tinggi.

c. Harga diri yang rendah pada seseorang, takut mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial sehingga merasa tidak yakin bahwa orang lain akan menyukai dirinya, dan terlihat sebagai orang yang mudah putus asa.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Menurut Wirawan (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang yaitu : a. Fisik. Seperti ciri fisik dan penampilan wajah. b. Psikologis. Seperti kepuasan kerja, persahabatan, kehidupan romantis.

Page 5: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

c. Lingkungan Sosial. Seperti orangtua dan teman sebaya. d. Tingkat Inteligensi. e. Status Sosial Ekonomi. f. Ras dan Kebangsaan. g. Urutan Kelahiran. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa harga diri seseorang dapat meningkat,

jika orang tersebut memiliki faktor-faktor harga diri yang mendukungnya. 5. Definisi Suami

Suami adalah pria dewasa yang sudah menikah dan pencari nafkah utama bagi keluarga yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita.

6. Tanggung Jawab Suami

Tanggung jawab seorang suami tidak sekedar memberi nafkah kepada istrinya. Menurut Thalib (1995) tugas, fungsi dan posisi suami ditetapkan sebagai orang yang mengatur, mendidik, meluruskan masalah yang terjadi dalam rumah tangga dan memberi komando dalam rumah tangganya. Jadi, seorang suami bertanggung jawab atas pemenuhan materi dan kehidupan istri. Menghayati norma tanggung jawab suami terhadap istri merupakan kunci untuk dapat membangun perkawinan yang penuh dengan perasaan cinta dan kasih sayang.

7. Definisi Mertua Mertua adalah orangtua dari istri atau suami kita yang umumnya memiliki

usia sekitar 40 sampai 60 tahun ke atas. 8. Hubungan Mertua dan Menantu Purnomo (1994) menjelaskan hubungan tersebut dalam beberapa

kemungkinan, yaitu : a. Mertua turut campur dalam urusan anak atau menantu. Bila anak-

menantunya terlihat berada dalam konflik, maka mertua akan memberikan nasehat tanpa melihat terlebih dulu yang sebenarnya menjadi masalah.

b. Mertua tidak mau berurusan dengan anak atau menantu. Mertua tidak mau mencampuri sedikit pun, sebab baginya tugas membesarkan anak sudah selesai, walaupun mereka masih ikut di rumahnya.

c. Mertua tunduk pada menantu. Apa yang dikatakan menantu baginya selalu benar dan dituruti. Alasan mertua tunduk pada menantu yang berasal dari keluarga kaya, ningrat dan berpendidikan karena mertua merasa bangga mempunyai menantu yang seperti itu.

d. Mertua yang menguasai menantu. Segalanya diatur sampai hal yang terkecil. Keadaan mertua yang selalu ingin menguasai menantunya dapat terjadi bila pada awal perkawinan mereka diharuskan menuruti syarat-syarat yang ditetapkan mertua.

e. Mertua yang dekat dengan menantu. Mereka mau menerima kritik dan saran dari menantu serta dapat dimintai saran dan nasehat oleh menantunya, baginya menantu adalah anaknya juga.

Page 6: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Basuki (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial.

2. Subjek Penelitian

Karakteristik subjek dalam penelitian ini antara lain seorang suami berusia minimal 30 tahun yang tinggal di rumah mertua, memiliki anak minimal satu orang, dan memiliki pekerjaan. Jumlah subjek yang akan diteliti adalah 3 orang subjek, dan masing-masing subjek terdapat 3 orang terdekatnya (significant other).

3. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun terhadap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa tahapan, yaitu : a. Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan sebelum diadakannya penelitian adalah menyiapkan instrumen (alat) yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian Peneliti melakukan pendekatan dengan subjek dan membuat

kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat, selanjutnya penelitian memindahkan hasil rekaman kedalam bentuk verbatim tertulis. Kemudian peneliti melakukan analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data diatas.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara dengan pedoman umum yang dikemukakan oleh Poerwandari (1998), dimana peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan.

b. Observasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk observasi non

partisipan oleh Riyanto (1996), dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee.

5. Alat Bantu Pengumpul Data

Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan buku atau catatan kecil beserta alat tulis.

6. Keakuratan Penelitian

Dalam Moleong (1990), triangulasi merupakan suatu bentuk teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

Page 7: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

data itu. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998) triangulasi dapat dibedakan dalam 4 macam yaitu : a. Triangulasi data, yakni digunakannya variasi sumber-sumber data yang

berbeda. b. Triangulasi peneliti, digunakannya beberapa peneliti atau evaluator yang

berbeda, setelah didapatkan data, peneliti mengadakan pengecekkan kembali dengan significant other yang bersangkutan terhadap data yang telah ada.

c. Triangulasi teori, digunakannya beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi data yang sama.

d. Triangulasi metodologis, penggunaan beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama.

7. Teknik Analisis Data

Menurut Marshall dan Rossman (1995), dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan :

a. Mengorganisasikan Data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth interview), dimana data direkam dengan tape recorder dibantu dengan alat tulis lainnya.

b. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban Dalam penelitian ini, analisis dilakukan pertama kali terhadap masing-masing kasus. Pada bagian kedua dari analisis, peneliti melakukan analisis antar kasus, tujuannya untuk mengungkap persamaan dan perbedaan antar subjek.

c. Menguji Asumsi atau Permasalahan Pada tahap ini katagori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II. Sehingga dapat dicapai dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teori dengan hasil yang dicapai.

d. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data Berdasarkan pada kesimpulan yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis mencari suatu alternatif penjelasan yang lain.

e. Menulis Hasil Penelitian Penulisan analisis data masing-masing subjek telah berhasil dikumpulkan, merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai.

Page 8: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

HASIL DAN ANALISIS Tabel.1 Gambaran Umum Karakteristik Subjek Penelitian

SUBJEK KETERANGAN

1 2 3

Nama / Inisial MS TMS DM

Jenis Kelamin Pria Pria Pria

Usia 40 tahun 42 tahun 31 tahun

Pendidikan SMA S1 SMA

Pekerjaan Karyawan Swasta Guru Satpam

Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda

Agama Islam Islam Islam

Posisi dalam keluarga 5 dari 9 3 dari 5 3 dari 4

Tabel.2 Gambaran Umum Analisis Biografi Subjek Pertama

PERISTIWA TAHUN PENGHAYATAN

Sebelum menikah

subjek sudah

bekerja di bidang

otomotif

1990 Subjek merasa cukup mampu untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya.

Subjek menikah 1991 Subjek menikah dengan istri setelah memiliki hubungan

dekat yang cukup lama, dan langsung tinggal di rumah

mertua. Subjek mencoba keluar dari rumah mertua.

Subjek mencoba

keluar dari rumah

mertua

1992 Istri subjek meminta untuk kembali ke rumah mertua

dikarenakan istri subjek sedang hamil anak pertama.

Subjek kembali ke

rumah mertua dan

istri melahirkan

anak pertama

1993 Subjek dan istri merasa senang tinggal di rumah

mertua dikarenakan mertua membantu mengurus anak.

Kelahiran anak

kedua

1997 Subjek dan istri masih tinggal di rumah mertua.

Istri mendapatkan

rumah dari

kantornya

2005 Subjek dan istri tetap tinggal di rumah mertua

dikarenakan rumah yang didapat dari kantor istri

memiliki jarak yang cukup jauh dari rumah mertua dan

dari tempat kerja subjek dan istri.

Page 9: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

Tabel.3 Gambaran Umum Analisis Biografi Subjek Kedua

PERISTIWA TAHUN PENGHAYATAN

Sebelum menikah

subjek sudah

bekerja sebagai

guru

Sebelum

1998

Subjek menjadi guru honorer dan dengan

penghasilannya, subjek sudah mampu memiliki sebuah

rumah di daerah Cileungsi.

Subjek menikah

dan mulai tinggal

di rumah mertua

1998 Subjek menikah dengan istri setelah memiliki hubungan

yang cukup lama dengan istri, dan mertua

menginginkan subjek dan istri untuk tinggal di rumah

mertua, walaupun subjek sudah memiliki tempat tinggal

pribadi.

Kelahiran anak

pertama

2000 Istri melahirkan anak pertama dan mertua membantu

mengurus anak subjek pada saat subjek dan istri

sedang bekerja.

Subjek

membangun

tempat tinggal

2006 Subjek membangun sebuah rumah, dimana letaknya

ditentukan oleh mertua yang berada disamping rumah

mertua, yang sebenarnya subjek kurang menyukainya

dikarenakan masih terikat dengan mertua.

Tabel.4 Gambaran Umum Analisis Biografi Subjek Ketiga

PERISTIWA TAHUN PENGHAYATAN

Subjek sudah

bekerja namun

berpindah-pindah

perusahaan

sebelum

2004

Subjek memiliki pekerjaan tidak tetap, sehingga subjek

belum memiliki penghasilan yang tetap.

Subjek menikah

dan mulai tinggal

di rumah mertua

2004 Subjek menikah dengan istri setelah memiliki hubungan

dekat yang cukup lama, dan langsung tinggal di rumah

mertua sesuai dengan keinginan istri.

Subjek tidak

memiliki pekerjaan

2005 s.d

2006

Setelah menikah, subjek tidak memiliki pekerjaan

selama satu tahun sehingga subjek tidak mampu

memberikan nafkah bagi istrinya.

Subjek mulai

bekerja lagi di

bidang security

dan istri melahir

kan anak pertama

2006 Istri subjek melahirkan anak pertama, dan subjek

bekerja di bidang security, namun penghasilan subjek

belum cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak

pertamanya.

Page 10: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

Tabel.5 Gambaran Umum Harga Diri Suami dilihat dari Komponen Harga Diri

SUBJEK KOMPONEN HARGA DIRI 1 2 3

Perasaan diterima

(feeling of

belongingness)

Di rumah mertua,

subjek merasa menjadi

bagian dari keluarga

mertua, walaupun

subjek diterima dengan

baik, subjek merasa

tidak enak dengan

mertua karena tinggal

di rumah mertua. Di

lingkungan sekitar

rumah mertua, subjek

mengikuti kegiatan-

kegiatan yang terdapat

di lingkungan tersebut,

sehingga subjek

merasa diterima di

lingkungan tersebut. (+)

Subjek merasa diterima

di rumah mertua dan

merasa menjadi bagian

dari keluarga mertua.

Selama tinggal di

rumah mertua, subjek

memiliki perasaan

senang dan kesal.

Salah satu perasaan

senang yaitu mertua

membantu dalam

mengurus anak, dan

perasaan kesalnya

yaitu mertua mengatur

rumah tangga subjek.

Di lingkungan sekitar

rumah mertua, subjek

diterima dengan baik

dan selalu diajak bila

ada kegiatan di

lingkungan tersebut. (+)

Subjek merasa diterima

dan menjadi bagian

dari keluarga mertua.

Subjek memiliki

perasaan malu dan

sungkan selama tinggal

di rumah mertua.

Sebelum menikah,

subjek tinggal di

kompleks yang sama

dengan mertua,

sehingga di lingkungan

tersebut subjek

diterima dengan baik.

(+)

Perasaan mampu

(feeling

competent)

Subjek mampu dalam

memenuhi kebutuhan

rumah tangga sehari-

hari, namun subjek

belum mampu

mempunyai tempat

tinggal sendiri. Subjek

merasa mampu dalam

membangun rumah

tangga dan mengatasi

masalah yang terjadi

dalam rumah

tangganya. (+)

Subjek mampu

memenuhi kebutuhan

istri dan anaknya

seperti membelikan

mainan, namun subjek

belum cukup dalam

memenuhi kebutuhan

rumah tangganya

sehari-hari, namun

subjek merasa mampu

dalam memberikan

nafkah dan

mengarahkan

Subjek belum mampu

dalam memenuhi

kebutuhan rumah

tangganya sehari-hari.

Dalam membangun

dan mengatasi masalah

rumah tangganya,

subjek masih merasa

belum mampu karena

usia rumah tangga

subjek yang masih

muda sehingga subjek

masih harus banyak

Page 11: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

SUBJEK KOMPONEN HARGA DIRI 1 2 3

keluarganya. Subjek

juga merasa mampu

dalam mengatasi

rumah tangganya. (+)

belajar. (–)

Perasaan

berharga (feeling

of worth)

Mertua tidak

mempunyai anak laki-

laki dan subjek

merupakan anak laki-

laki pertama yang

masuk dalam keluarga

tersebut. (+)

Mertua tidak

mempunyai anak laki-

laki dan subjek

merupakan anak laki-

laki pertama yang

masuk dalam keluarga

tersebut. (+)

Keberadaan subjek di

rumah mertua, sangat

dibutuhkan oleh

mertua. (+)

Tabel.6 Gambaran Umum Harga Diri Suami dilihat dari Karakteristik Harga Diri

SUBJEK KARAKTERISTIK HARGA DIRI 1 2 3

Harga Diri Tinggi • Percaya kepada

persepsi dan

dirinya sendiri,

terlihat bahwa

subjek memiliki

keyakinan bahwa

dengan bekerja

keras, subjek

mampu memenuhi

kebutuhan rumah

tangganya sehari-

hari.

• Mampu

mengontrol

keadaan, terlihat

subjek menyadari

bahwa dirinya

adalah seorang

kepala keluarga

• Percaya kepada

persepsi dan dirinya

sendiri, terlihat

bahwa subjek

memiliki keyakinan

bahwa dirinya sudah

mampu dalam

membangun dan

mengatasi masalah

rumah tangganya.

• Subjek mampu

mengontrol keadaan

rumah tangganya,

walaupun subjek

tinggal di rumah

mertua, seperti

mengarahkan istri

dan anaknya untuk

menghormati mertua

• Percaya kepada

persepsi dan

dirinya sendiri,

terlihat bahwa

subjek memiliki

keyakinan dan

keinginan

berusaha untuk

belajar

membangun

rumah tangganya.

Page 12: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

SUBJEK KARAKTERISTIK HARGA DIRI 1 2 3

yang mampu

dalam mengatasi

masalah yang

terjadi dalam

rumah tangganya.

• Menerima kritik

dengan baik,

terlihat subjek juga

mau menerima

krititikan dari

mertua untuk

kemajuan dirinya.

walaupun mertua

cenderung mengatur

rumah tangganya.

• Subjek dapat

menyesuaikan diri

dengan mudah pada

suatu lingkungan

yang kurang jelas

kebiasaan yang

terdapat di rumah

mertua, membuat

subjek merasa tidak

biasa menjalaninya.

• Memiliki pengaruh

terhadap orang lain,

subjek memiliki

pengaruh di rumah

mertua karena

subjek merupakan

laki-laki satu-satunya

setelah bapak

mertua.

• Tidak mudah putus

asa, dengan

kebiasaan yang

terdapat dalam

rumah mertua,

subjek berusaha

untuk mengikuti

kebiasaan-

kebiasaan tersebut.

Page 13: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

SUBJEK KARAKTERISTIK HARGA DIRI 1 2 3

Harga Diri Rendah • Putus asa, terlihat

subjek merasa

putus asa dalam

memenuhi

kebutuhan rumah

tangganya jika

subjek harus

bekerja sendiri.

• Merasa ide-ide

dan hasil kerja

orang lain selalu

lebih baik daripada

dirinya, seperti

subjek cenderung

tidak berani

memberikan

pendapatnya pada

mertua, sehingga

subjek

memberikan

pendapat tersebut

melalui istrinya.

• Mudah dipengaruhi

oleh pendapat dan

kritik dari orang lain,

terlihat subjek yang

cenderung mengikuti

semua keinginan

mertua dalam

urusan rumah

tangga subjek,

seperti menentukan

dimana subjek dan

istri tinggal.

• Merasa ide-ide

dan hasil kerja

orang lain selalu

lebih baik daripada

dirinya, subjek

cenderung

mengikuti istri

untuk tetap tinggal

di rumah mertua.

Putus asa, terlihat

dalam kehidupan

sehari-hari, subjek

cenderung mengikuti

semua yang terjadi

dalam rumah

tangganya dan

cenderung tidak

berusaha, seperti

subjek selalu

mengatakan “jalani

saja”.

• Tidak mampu

mengontrol

keadaan, subjek

belum mampu

untuk mengontrol

keadaan dimana

istri subjek yang

menginginkan

untuk tetap tinggal

di rumah mertua.

• Tidak percaya

kepada persepsi

dan dirinya sendiri,

subjek cenderung

Page 14: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

SUBJEK KARAKTERISTIK HARGA DIRI 1 2 3

tidak mempercayai

dirinya untuk dapat

membangun

rumah tangga dan

mengatasi

masalah rumah

tangganya.

Tabel.7 Gambaran Umum Hubungan Mertua dan Menantu

SUBJEK HUBUNGAN MERTUA DAN

MENANTU 1 2 3

Mertua turut

campur dalam

urusan anak dan

menantu

- Mertua ikut campur

dalam rumah tangga

subjek, mulai dari

masalah sederhana

seperti mandi dan

makan, sampai dengan

masalah yang cukup

besar, seperti

menentukan dimana

subjek tinggal dan

memiliki tempat tinggal

sendiri. (+)

-

Mertua tidak

mau berurusan

dengan anak

atau menantu

Mertua mempercayai

subjek dan istri dalam

membangun rumah

tangganya. Dalam

rumah tersebut, subjek

tidak merasa terkekang

oleh mertua. (+)

- Mertua memberikan

kebebasan dan

kesempatan pada

subjek untuk

membangun

keluarganya sendiri. (+)

Mertua tunduk

pada menantu

- - -

Page 15: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

SUBJEK HUBUNGAN MERTUA DAN

MENANTU 1 2 3

Mertua yang

menguasai

menantu

- Mertua memiliki peran

penting dalam rumah

tangga subjek,

sehingga bila subjek

ingin melakukan

sesuatu dengan istri

dan anaknya, subjek

harus meminta ijin pada

mertua. (+)

-

Mertua yang

dekat dengan

menantu

Hubungan subjek

dengan mertua cukup

baik, sehingga

cenderung tidak pernah

mempunyai masalah

yang besar. Mertua

menganggap subjek

sebagai anaknya

sendiri. Mertua pernah

meminta pendapat

subjek dalam

kehidupan sehari- hari.

(+)

Mertua dan subjek

memiliki hubungan

yang cukup dekat.

Mertua menganggap

subjek sebagai

anaknya sendiri,

sehingga subjek

menganggap mertua

sebagai orangtuanya

sendiri walaupun

subjek merasa mertua

ikut campur rumah

tangga subjek yang

membuat subjek

merasa kurang

nyaman. (+)

Subjek memiliki

hubungan yang cukup

dekat dengan mertua.

Mertua dapat mengerti

keadaan rumah tangga

subjek yang belum

mampu dalam

memenuhi kebutuhan

rumah tangganya,

sehingga mertua

memberikan

kesempatan pada

subjek untuk belajar

berdiri sendiri walaupun

masih tergantung dan

menumpang hidup

dengannya. (+)

Pembahasan 1. Gambaran harga diri suami yang tinggal di rumah mertua

Ketiga subjek merasa diterima dalam rumah mertua dan merasa menjadi bagian dalam rumah mertua, sehingga hal tersebut sesuai dengan yang dituliskan oleh Rice (1981) yaitu individu memiliki perasaan diterima (feeling of belongingness) dalam suatu kelompok dimana kelompok tersebut dapat berupa keluarga, dimana individu tersebut menjadi anggotanya. Apabila seseorang merasa menjadi bagian atau diterima dalam kelompoknya maka ia akan menilai dirinya positif. Ketiga subjek merasa menjadi bagian dalam

Page 16: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

rumah mertua dan lingkungan sekitar rumah mertua, sehingga ketiga subjek menilai diri mereka positif yang berkaitan dengan perasaan diterima (feeling of belongingness). Dalam hal perasaan mampu, subjek pertama dan kedua merasa sudah cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari serta membangun dan mengatasi masalah rumah tangga, sedangkan pada subjek ketiga merasa belum cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga serta membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, hal ini dikarenakan usia pernikahan subjek yang bisa dikatakan muda sehingga subjek ketiga masih belajar dalam membangun rumah tangganya, hal tersebut sesuai dengan yang dituliskan juga oleh Rice (1981) tentang perasaan mampu (feeling competent) bahwa keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri, biasanya muncul setelah individu berhasil menyelesaikan pekerjaan tertentu atau mencapai hasil seperti yang diharapkannya. Hal ini juga dapat dilihat dari tanggung jawab seorang suami yang tidak sekedar hanya memberikan nafkah kepada istrinya, dimana menurut Thalib (1995) tugas, fungsi dan posisi suami ditetapkan sebagai orang yang mengatur, mendidik, meluruskan masalah yang terjadi dalam rumah tangga dan memberi komando dalam rumah tangganya. Pada perasaan berharga, ketiga subjek merasa berharga dalam rumah tersebut karena keberadaan ketiga subjek sering dibutuhkan di rumah mertua, hal ini sesuai dengan perasaan berharga (feeling of worth) yang ditulis oleh Rice (1981), bahwa perasaan berharga (feeling of worth) yaitu perasaan seseorang yang sering ditampilkan dari kenyataan-kenyataan pribadi seperti kebaikan, kecerdasan, dan lain-lain. Menurut Coopersmith (dalam Wulan, 1997), dilihat dari harga diri tinggi yaitu, memiliki pengaruh terhadap orang lain, mampu mengontrol keadaan, aktif, dapat menerima kritik dengan baik, percaya kepada persepsi dan dirinya sendiri, dapat menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan, menyukai tugas-tugas menantang dan tidak mudah putus asa serta cenderung memiliki peran aktif dalam pergaulan sosial. Karakteristik-karakteristik tersebut sesuai dengan karakter subjek pertama dan kedua yang dilihat dari hasil wawancara dan observasi. Pada subjek ketiga, karakter subjek ketiga sesuai dengan karakteristik harga diri rendah (Coopersmith dalam Wulan, 1997) yaitu takut mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial sehingga merasa tidak yakin bahwa orang lain akan menyukai dirinya, terlihat sebagai orang yang mudah putus asa, merasa ide-ide dan hasil kerja orang lain selalu lebih baik daripada dirinya, dan sangat mudah dipengaruhi oleh pendapat dari orang lain.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pada suami yang tinggal di

rumah mertua. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Wirawan (1998)

yaitu fisik, psikologis, lingkungan sosial, tingkat intelegensi, status sosial ekonomi, ras dan kebangsaan, serta urutan kelahiran. Ketiga subjek memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri tersebut, namun pada status sosial ekonomi, subjek ketiga belum cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga diri suami yang tinggal di rumah mertua yaitu usia pernikahan dan alasan subjek tinggal di rumah mertua.

Page 17: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

3. Proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua. Pertama kali tinggal di rumah mertua, ketiga subjek merasa diterima

dengan baik oleh mertua, hal ini dikarenakan ketiga subjek pada saat sebelum menikah sering berkunjung ke rumah mertua untuk bertemu dengan calon istrinya. Hal ini sesuai dengan perasaan diterima (feeling of belongingness) yang dikemukakan Rice (1981) dimana individu merasa diterima keberadaannya dalam suatu kelompok, kelompok ini dapat berupa keluarga, kelompok teman sebaya ataupun kelompok lain dimana individu tersebut menjadi anggotanya.

Pada perasaan mampu (feeling competent) yang dikemukakan oleh Rice (1981), yaitu keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri. Subjek pertama, pada awal pernikahan belum memiliki tempat tinggal pribadi walaupun sudah memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup, subjek pertama juga merasa belum mampu dalam membangun rumah tangganya namun sudah cukup mampu dalam mengatasi masalah rumah tangganya, sehingga terjadi perubahan nilai pada diri subjek pertama dimana pada awal pernikahan, subjek pertama menilai dirinya negatif dan pada saat ini, subjek pertama menilai dirinya positif. Subjek kedua, pada awal pernikahan hingga saat ini merasa sudah mampu dalam memberikan nafkah, membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, sehingga subjek kedua menilai dirinya positif. Sedangkan pada subjek ketiga, pada awal pernikahan hingga saat ini merasa belum cukup mampu dalam memberika nafkah, membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya, sehingga subjek ketiga menilai dirinya negatif.

Pada perasaan berharga (feeling of worth) yang dituliskan juga oleh Rice (1981) tentang perasaan berharga (feeling of worth) yaitu perasaan seseorang yang sering ditampilkan dari kenyataan-kenyataan pribadi seperti kebaikan, kecerdasan, dan lain-lain. Dari awal pernikahan hingga saat ini, ketiga subjek merasa dihargai oleh mertua, sehingga ketiga subjek menilai dirinya positif dari awal pernikahan hingga saat ini.

Page 18: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu :

1. Harga diri suami yang tinggal di rumah mertua berbeda-beda, ada yang memiliki harga diri yang tinggi dan ada pula yang memiliki harga diri yang rendah, dimana pada subjek pertama dan kedua memiliki harga diri yang cenderung tinggi, karena memiliki perasaan diterima di rumah mertua, mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan merasa dibutuhkan dalam rumah mertua. Selain itu, subjek pertama dan kedua memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertuanya. Pada subjek ketiga memiliki harga diri yang cenderung rendah, karena belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya walaupun sudah memiliki perasaan diterima dan merasa dibutuhkan dalam rumah mertua. Selain itu subjek ketiga juga memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertua.

2. Suami yang tinggal di rumah mertua memiliki harga diri yang demikian, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada subjek pertama dan kedua memiliki harga diri yang cenderung tinggi, selain itu usia pernikahan subjek pertama dan kedua yang sudah berlangsung cukup lama dapat mempengaruhi subjek untuk mendapatkan harga diri yang cenderung tinggi karena sudah mampu dalam membangun dan mengatasi masalah rumah tangganya. Sedangkan pada subjek ketiga memiliki harga diri yang cenderung rendah, serta usia pernikahan subjek yang belum berlangsung lama mempengaruhi subjek untuk belum mampu dalam membangun dan mengatasi rumah tangganya, walaupun ia memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya, serta memiliki kehidupan yang romantis dengan keluarganya.

3. Proses perkembangan harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, dapat dilihat dari komponen harga diri. Pada subjek pertama memiliki perkembangan harga diri yang menilai dirinya lebih positif, namun pada awal pernikahan subjek pertama cenderung menilai dirinya negatif. Pada subjek kedua memiliki perkembangan harga diri yang menilai dirinya lebih positif dari awal pernikahan hingga saat ini karena ia merasa mampu dalam mememenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sedangkan pada subjek ketiga memiliki perkembangan harga diri yang menilai dirinya lebih negatif dari awal pernikahannya hingga saat ini karena ia merasa belum mampu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

B. Saran Ada beberapa saran, yaitu :

1. Bagi ketiga subjek, peneliti mencoba memberikan saran yaitu ketiga subjek disarankan untuk lebih berusaha lagi tentang keinginannya untuk dapat keluar dari rumah mertua, dengan cara berkomunikasi lagi dengan istri dan anak-anaknya untuk mau tinggal di tempat tinggal yang sudah ada, walaupun tempat tinggal tersebut berjarak cukup jauh dari tempat kerja, atau mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja.

2. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk melihat harga diri suami yang tinggal di rumah mertua, agar lebih mengungkap aspek-aspek lain, seperti privasi, keintiman, dll, sehingga akan dapat mengetahui masalah-masalah lain yang terjadi pada harga diri suami yang tinggal di rumah mertua.

Page 19: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

DAFTAR PUSTAKA Amilia, F. Y. 2003. Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam

Model Pakaian pada Remaja Putri. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Atwater, E. 1983. Psychology of adjusment. A personal growth in a changing

world. 2nd ed. New Jersey : Prentice-Hall Barnet .R., Baruch .G., & Rivers .C. 1983. New patterns of love and work for

todays women. New York : McGraw-Hill Basuki, A. M. H. 2006. Penelitian kualitatif. Jakarta : Universitas Gunadarma Cecilia, N. 2003. Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku Konformitas pada

Remaja. http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=137 Frey .D & Carlock .C.J. 1984. Enchancing self esteem 3rd ed. USA : Accelerated

Development Hall, E. 1985. Adult development and aging. Canada : John Wiley & Sons Inc Hamacheck, D. E. 1971. Encounters with the self. New Jersey : Holt, Rinehart &

Winston Harter, S. 1990. Causes, correlates and the functional role of global self-worth : A

life-span perspective Horrocks, J. E. 1976. The psychology of adolescence. 4th ed. London : Houghton

Mifflin Company Hurlock, E. B. 1980. Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. 5th ed. Alih Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga

Indrajaya, F. 2004. Hubungan Antara Harga Diri dengan Sikap Terhadap Rokok

pada Remaja. http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=199 Kimmel, D. C. 1980. Adulthood and aging. 2nd ed. New York : John Wiley &

Sons Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka Ling, Y. 2003. Hubungan antara interaksi sosial di sekolah dengan harga diri

pelajar SMU. http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=55

Page 20: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

Marshall, C., & Rossman. 1995. Designing qualitative research. London : Sage Publications

Miller, P. H. 1989. Theories of human development. 3th ed. New York : W. H.

Freeman & Company Miniciello, V., Aroni, R., Timewell, E., & Alexander, W. 1996. In-Depth

Interviewing. 2nd ed. Australia : Longman Moeliyono, Anton .M, dkk. 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan)

Moleong, L. J. 1990. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya Moleong, L. J. 2004. Metodologi penelitian. Bandung : Remaja Rosdakarya Ngurah. 2003. Harga Diri Adalah ......

http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/471.htmx Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi.

Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia

Purnomo, H. B. 1994. Pondok mertua indah : Suatu tinjauan psikologis hubungan

menantu-mertua. Bandung : Penerbit Mandar Maju Rice, P. 1981. The adolescence development. 3rd ed. Boston : Allyn & Bacon Riyanto, Y. 1996. Metodologi penelitian. Surabaya : SIC Robinson, J. P. 1991. Measures of personality and social psychological attitudes.

3rd ed. San Diego : Academic Press Stinett, N. J, Walters & Kaye. 1984. Relationship in marriage and the family.

New York : Mac Millan Publishing Company Sukirya, L. 2002. Membina Hubungan Mertua-Menantu. http://www.e-

psikologi.com/keluarga/181102.htm Thalib, M. 1995. 40 Tanggung jawab suami terhadap istri. Bandung : Irsyad

Baitus Salam (IBS) Thohir, Mudjahirin. 1999. Wacana masyarakat dan kebudayaan Jawa. Semarang

: Bendera

Page 21: HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA · PDF filesesuai dengan harga diri yang rendah. Pada hubungan mertua dan menantu (Purnomo, 1994), ketiga subjek memiliki hubungan yang

Wirawan, H.E. 1998. Buku ajaran psikologi sosial I. Jakarta : UPT Universitas Tarumanegara

Wulan, D. K. 1997. Perbandingan Harga Diri Suami yang Memiliki Sex Role

Beliefs Tradisional & Liberal. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia


Related Documents