E-PAPER DINPERINDAG Provinsi Jateng
EDISI NOVEMBER 2011
“ONE TEAM, ONE SPIRIT, ONE GOAL”
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 4 Telp. 8311705, 8311708, Fax.8311707, 8451700 S E M A R A N G 5 0 2 4 1
website : http://dinperindag.jatengprov.go.id
EDISI NOVEMBER 2011
TIM PENYUSUN E-PAPER INFO INDAG Penanggung Jawab : Kepala Dinas
Pengarah : 1. Sekretaris Dinas 2. Para Kepala Bidang/Balai
Ketua Umum : Sigid Adi Brata Sekretaris : Siti Chiswati
Ketua Redaksi : Nina Veronika Marthahima Redaksi : 1. Hadi Pangestu
: 2. Sigid Adi Brata : 3. Teguh Prihadi : 4. Listyati PR
: 5. Kumarsi : 6. Subandi : 7. Faria Suryani
Publikasi TI : 1. Nandhi Nur Ardisasmito 2. Febriyan Nurul Santoso
Sekretariat Operasional
:
1. Hery Sutantyo K
2. Rebo Sukimin 3. Nugroho 4. Ludyantoro Sri Marsetyo
5. Budi Prasetyo
Sekapur Sirih
GELIAT INDUSTRI KREATIF DI JAWA TENGAH
ASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
Pada saat ini, dunia
telah memasuki era
industri pada
gelombang ke-empat,
yaitu industri ekonomi
creative (creative
economic industri). Industri ini telah mampu
mengikat pasar dunia dengan jutaan
kreativitas dan ide yang dapat dijual secara
global. Industri kreatif adalah industri yang
bermuara pada intelektualitas, ide, dan
gagasannya yang orisinil lantas
merealisasikannya berdasarkan pemikiran
serta rasa dari lubuk hati yang paling dalam
sebagai insan kreatif yang ingin
memajukan industri di tanah airnya secara
umum, dan potensi bisnis kreatif sektor
industri di daerahnya masing-masing.
Ada 14 sektor Industri kreatif yang
belakangan ini gencar di sosialisasikan oleh
pemerintah, yaitu “periklanan; arsitektur;
barang seni; kerajinan; desain; fashion;
permainan interaktif; musik; seni
pertunjukan; penerbitan dan percetakan;
layanan komputer dan peranti lunak; radio
EDISI NOVEMBER 2011
dan televisi; riset dan pengembangan; serta
film, video, dan fotografi”.
Industri ini telah membuktikan diri
mampu menciptakan nilai tambah yang
sangat tinggi dan memberikan ruang
bersaing yang relatif seimbang antara
negara maju dengan negara berkembang.
Setelah bergulir sekitar 3 tahun di
Indonesia, Ekonomi Kreatif dan Industri
Kreatif semakin hangat dibicarakan baik
oleh pemerintah, swasta dan pelakunya
sendiri. Merespon perkembangan
paradigma Industri Kreatif dewasa ini,
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus
berupaya mengembangkan industri kreatif
meskipun kontribusi sektor itu terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
belum optimal.
Di Tahun 2011 Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah
mengkampanyekan “100 % Cinta Indonesia”
terutama untuk mengembangkan potensi
industri kreatif di Jawa Tengah. Berbagai
upaya yang telah dilakukan adalah dengan
digelarnya lomba desain handicraft Jateng
pada tanggal 8 – 30 November 2011 dan
Lomba Desain mebel pada bulan Oktober
2011, sebagai upaya menciptakan desain
mebel yang diharapkan mampu bersaing
baik dipasar dalam negeri maupun manca
negara.
Selain itu juga untuk lebih
memperkenalkan potensi produk dan
mempromosikan industri kreatif di Jawa
Tengah khususnya Fashion (batik, tenun,
busana muslim, bordir, teknologi informasi
dan kerajinan) kepada masyarakat luas,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Tengah Bekerjasama dengan
Direktorat Jenderal Basis Industri
Manufaktur (BIM), Kementerian
Perindustrian RI menyelenggarakan Pekan
Produk Kreatif Daerah (PPKD) tahu 2011,
tanggal 9 – 13 Nopember 2011 di Java Mall,
Peterongan Semarang di ikuti oleh 54
peserta terdiri dari 51 stand industri
fashion, 2 stand industri kerajinan dan 1
stand IT, setelah itu masih berkaitan dengan
fashion pada tanggal 18 November
bertempat di ruang Rama-Shinta Patra Jasa
Semarang diselenggarakan Lomba Peragaan
Busana khusus batik, dan tenun/lurik
diikuti oleh desainer handal se Jawa
Tengah, selain itu kegiatan seperti
sosialisasi, Forum Group Disscation terus
dilakukan sebagai upaya mengembangkan
industri kreatif di Jawa Tengah.
EDISI NOVEMBER 2011
Industri kreatif tidak akan pernah
mati selama semuanya masih punya pikiran
dan ide kreatif yang dituangkan dalam
karya bagi kehidupan. Untuk memacu
percepatan gerak Industri Kreatif di Jawa
Tengah diperlukan konsep dan komitmen
dari kelompok industri kreatif/komunitas,
pemikir (cendikiawan), bussnis
(perusahaan) dan pemerintah sebagai aktor
yang terlibat langsung dalam
pengembangan industri kreatif. Daya kreasi
masyarakat Jawa Tengah yang tinggi sudah
terbukti dari zaman nenek moyang dulu,
mereka telah menghasilkan berbagai karya
seperti industri batik dan kerajinan.
Demikian sekapur sirih yang dapat
saya sampaikan, kita berharap industri
kreatif di Jawa Tengah berkembang dengan
cepat dan dapat memberikan kontribusi
yang positif bagi peningkatan
perekonomian.
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
Semarang, November 2011
Ir.IHWAN SUDRAJAT,MM
EDISI NOVEMBER 2011
Tajuk Rencana
Industri kreatif adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari ekonomi kreatif, perlu kita
sadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus
pada penciptaan barang dan jasa dengan
mengandalkan keahlian, bakat dan kreatifitas
sebagai kekayaan intelektual adalah harapan
kita untuk bangkit bersaing dan meraih
keunggulan dalam ekonomi global. Untuk
mengembangkan industri kreatif diperlukan
kolaborasi antara berbagai aktor antara lain
intelektual, usahawan, dan pemerintah menjadi
sangat penting dan merupakan syarat yang
mendasar, tanpa kolaborasi antar elemen
tersebut dikhawatirkan pengembangan industri
kreatif tidak berjalan selaras, efisien dan
tumpang tindih, hal ini disebabkan setiap aktor
memiliki peran yang signifikan namun juga
memerlukan kontribusi dari aktor lainnya.
Disamping aktor diperlukan pilar kuat
yang mampu mendukung pengembangan
industri kreatif, pilar tersebut meliputi industri ,
karena tanpa industri kreativitas tidak dapat
dihitung secara ekonomi, hanya produk kreatif
yang bisa dihitung dan merupakan hasil
kreativitas yang dikaitkan dengan transaksi dan
komersialisasi, selanjutnya pilar Technology
yang berfungsi sebagai kendaraan dan
perangkat (tools) bagi pengembangan landasan
ilmu pengetahuan. Teknologi bisa dipakai dalam
berkreasi, memproduksi, berkolaborasi,
mencari informasi, distribusi dan sarana
bersosialisasi, berisikan metode-metode dan
teknik atau aktifitas yang membentuk atau
mengubah budaya, berikutnya pilar Resources
yang merupakan input uang dibutuhkan dalam
proses penciptaan nilai tambah, selain ide dan
kreatifitas yang dimiliki oleh sumber daya insani
yang merupakan landasan dari industri kreatif,
sumber daya meliputi sumber daya alam yang
mempunyai keunikan dituangkan dalam
produk-produk seperti desain, kerjinan dan
fashion dapat memberikan identitas nasional
untuk bersaing di pasar global. Selanjutnya
Institution dalam pengembangan industri
kreatif dapat didefinisikan sebagai tatanan
sosial dimana didalam nya terdapat norma
adat, sistem nilai, atau peraturan perundangan
–undangan sehingga diperlukan proteksi
terhadap ide-ide dengan mekanisme Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HKI) dan pilar yang
terakhir adalah Finansial Intermediary sebagai
pendukung dari kegiatan industri kreatif
khususnya berkaitan dengan penyaluran dana
industri kreatif memiliki banyak kreasi ada yang
berbentuk produk fisik dan ada juga yang non
fisik, dengan berkembangnya IT banyak produk
non fisik yang memanfaatkan dunia maya
sehingga berbentuk digital, harus ada
pandangan lembaga keuangan terhadap
industri ini dan menciptakan perangkat finansial
yang mendukung era digital tidak tradisional
dengan hanya menyalurakan pinjaman dengan
jaminan fisikal.
EDISI NOVEMBER 2011
Berbicara industri kreatif tidak bisa
lepas dari Industri logam yang menjadi industri
inti, keberadaannya sebagai dasar
pembangunan industri, baik industri berbasis
agro, industri hasil hutan, industri berteknologi
tinggi dan industri pedesaan. Industri logam
juga berperan sebagai pendukung dan
penunjang utama dalam rekayasa industri,
termasuk penunjang substitusi impor seperti
menyediakan komponen, spare part dan
peralatan lainnya.
Potensi industri logam di Jawa Tengah
sangat strategis dan potensial untuk terus
dikembangkan, mengingat sektor ini mampu
menggerakkan perekonomian daerah, sebagai
pemasok kebutuhan sektor industri
manufaktur, otomotif, permesinan, pertanian,
perkapalan dan peralatan teknologi tinggi baik
untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri,
disamping itu industri ini menyerap banyak
tenaga kerja.
Iklim usaha yang kondusif menjadi
syarat utama tumbuhnya industri kreatif,
konflik perburuhan seharusnya dihindari salah
satunya adalah adanya demo buruh di Jawa
Tengah terhadap penolakan UMK yang begitu
kuat , perlu dicarikan solusi yang dapat
memberikan kepuasan kepada semua elemen,
kegagalan penetapan UKM di beberapa
Kabupaten Kota kali ini hendaknya dapat
menjadi cermin untuk melakukan evaluasi,
pendekatan berbagai pihak sehingga
menghasilkan keputusan yang bijak untuk
jaminan iklim yang kondusif bagi buruh dan
pengusaha pada saat yang akan datang. Sebagai
aparat pemerintah, kita harus bertindak netral
dan harus mampu memfasilitasi keinginan dua
pihak yakni buruh dan pengusaha.Kita tunggu
saja, apakah revisi jadi dilaksanakan? Dan
apakah revisi dapat diterima oleh segenap
buruh? Yang jelas industri kita butuh buruh dan
penghargaan yang pantas mesti diberikan
kepada buruh agar dapat meningkatkan
produktivitasnya.
Kendala lain bagi industri Jawa Tengah
selain masalah perburuhan adalah adanya
penerapan sertifikasi oleh Negara tujuan ekspor
terhadap produk kayu olahan yang akan
diekspor ke Uni Eropa dan Amerika Serikat,
kayu tersebut haruslah kayu legal yang asal
usulnya jelas. Pasar Amerika Serikat dan Uni
Eropa (UE) merupakan pasar yang cukup besar
dan menjanjikan tetapi banyak persyaratan
yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah
produk kayu yang masuk kedua wilayah
tersebut haruslah menggunakan bahan baku
legal dibuktikan dengan sertifikasi terhadap
bahan baku dimulai dari areal penanaman
kepelabuhan ekspor termasuk proses
produksinya. Untuk memastikan bahwa kayu
yang di ekspor merupakan kayu legal, maka
Negara mitra diminta untuk mengembangkan
sistem pengendalian untuk memverifikasi kayu
yang akan diekspor. Penerapan Sistem Verifikasi
EDISI NOVEMBER 2011
Legalitas Kayu (SVLK) bagi industri kayu
dituangkan dalam keputusan Menteri
Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 tentang
SVLK. Aturan ini diharapkan segera diterapkan
oleh industri kayu untuk meningkatkan daya
saing produk kayu Indonesia dan lebih mudah
masuk pasar internasional.
Di Jateng, terdapat hampir 1400
industri kayu dan 50%-nya telah melakukan
ekspor. Dari jumlah tersebut baru 30-an
perusahanan yang telah menerapakan SVLK
sehingga dikhawatirkan sampai 3 Maret 2013
(penerapan SVLK oleh Uni Eropa) banyak
perusahaan industri kayu yang belum mampu
menerapakan SVLK sehingga dipastikan mereka
tidak bisa melakukane kspor ke UE.
Dalam pengembangan industri kreatif
terdapat 14 sub sektor yang dikembangkan
salah satunya adalah desain termasuk desain
kemasan, diperlukan pemikiran yang jeli untuk
menciptakan disain kemasan yang atraktif,
mencakup perpaduan warna dan tulisan yang
menarik, terang/menonjol. Selain itu juga
mencantumkan gambar bahan baku atau
produk asli, memberikan kemudahan bagi
konsumen untuk membawa dan menikmati
produk, memberikan dukungan pada produk
untuk ditampilkan di depan, penataan aturan
label yang simple namun tidak mengganggu
daya tarik produk.
Saat ini kemasan juga akan mempunyai
nilai lebih apabila mampu didaur ulang/go
green. Kemasan daur ulang tersebut akan
sangat baik dimanfaatkan untuk produk-produk
non pangan seperti produk batik, tekstil dan
aneka kerajinan. Selama ini, produk non-pangan
juga sangat jarang dikemas. Kemasan yang
disediakan untuk produk non-pangan
sebenarnya lebih mudah dan aman, mengingat :
tidak perlu kesesuaian bahan kemasan dengan
produk serta kemasan juga dapat bersifat
tertutup ataupun terbuka. Kemasan terbuka
yang berarti sebagai tas pembawa ini
diharapkan mampu mengurangi pemanfaatan
plastik sebagai kemasan pada umumnya.
Akhir kata pengembangan Industri
kreatif diharapkan menjadi suatu wujud
optimisme baru dalam menyongsong masa
depan industri Jawa Tengah menjadi lebih baik
serta dapat memberikan arah yang jelas bagi
pengembangan ekonomi kreatif.
EDISI NOVEMBER 2011
HARGA KEPOKMAS BULAN NOVEMBER 2011
Analisis : 1 Beras
Perkembangan harga beras khususnya Cisadane II dan IR64 selama bulan Nopember2011 terjadi kenaikan
harga memasuki Minggu II Nopember 2011 dikarenakan terjadinya perubahan cuaca yang cukup drastis
diikuti angin puting beliung menyebabkan pedagang besar beras mengalami kesulitan menggiling padi jadi
beras, stock persediaan di tingkat pedagang besar Jateng semakin menipis, beras yang beredar di Jateng
sebagian besar berasal dari Jabar (Kerawang, Cirebon) dan Jatim (Bojonegoro, Magetan), permintaan beras
masyarakat masih tinggi akibat banyaknya hajatan.
2 Gula
Masuk Minggu III Nopember 2011 terjadi kenaikan harga sesaat kemudian turun tetapi belum sediakala
dikarenakan permintaan masyarakat meningkat tajam dengan banyaknya hajatan, persediaan di tingkat
pedagang besar terbatas/menghabiskan stock, pedagang besar menaikan harga tipis.
3 Daging
Daging ayam kampung memasuki Nopember 2011 mengalami penurunan dikarenakan banyaknya persediaan
sementara permintaan masyarakat menurun,
Daging ayam broiler masuk Minggu II Nopember 2011 mengalami kenaikan dikarenakan permintaan yang
tinggi, banyaknya hajatan sementara persediaan terbatas, yang beredar banyak berasal dari luar Semarang.
4 Telur
Telur ayam ras masuk Nopember 2011 mengalami kenaikan dikarenakan tingginya permintaan masyarakat
dengan banyaknya hajatan sementara persediaan terbatas, yang beredar kebanyakan berasal dari luar
Semarang.
5 Cabe
Cabe keseluruhan jenis Nopember 2011 mengalami fluktuasi harga dikarenakan perubahan cuaca yang
signifikan di daerah sentra penghasil menyebabkan cabe di tingkat petani banyak rusak/busuk/gagal panen,
di tingkat pedagang besar persediaan sampai dengan saat ini menipis dicoba mendatangkan dari luar Jateng.
6 Bawang
Harga bawang merah maupun putih Nopember 2011 cenderung mengalami penurunan khususnya bawang
merah dikarenakan membanjirnya produk bawang merah di pasaran walaupun permintaan masyarakat
masih sangat tinggi.
EDISI NOVEMBER 2011
EKSPOR KE UNI EROPA TERKENDALA SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS
KAYU (SVLK)
Kayu olahan merupakan komoditas yang selama
ini menjadi andalan ekspor Jawa Tengah.
Dengan kontribusi sebesar kurang lebih 15%
dari total ekspor, produk kayu olahan terdiri
dari panel kayu, wood working, prefab, serta
produk furniture dari kayu. Namun industri
tersebut sangat bergantung dari ketersediaan
kayu hutan dan perkebunan rakyat.
Industri kayu olahan di wilayah utara seperti
Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kudus, Pati
dan Rembang misalnya, banyak menggunakan
kayu Kalimantan dan Papua seperti kayu
merbau, meranti dan bangkirai. Sedangkan
industri kayu olahan di wilayah selatan seperti
Kabupaten Temanggung, Purworejo,
Wonosobo, Cilacap dan Banyumas banyak
menggunakan kayu hasil perkebunan rakyat
seperti kayu albasia dan sengon.
Apapun kayu yang diolah untuk konsumsi
ekspor terutama ke negara Amerika Serikat dan
Uni Eropa, kayu tersebut haruslah kayu legal
yang asal usulnya jelas. Pasar Amerika Serikat
dan Uni Eropa (UE) merupakan pasar yang
cukup besar dan menjanjikan tetapi banyak
persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya
adalah produk kayu yang masuk kedua wilayah
tersebut haruslah menggunakan bahan baku
legal dibuktikan dengan sertifikasi terhadap
bahan baku dimulai dari areal penananan ke
pelabuhan ekspor termasuk proses
produksinya.
Perhatian dunia terhadap lingkungan semakin
dipertajam semua sisi kehidupan baik itu
industri, perdagangan, keamanan, ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu dikaitkan
dengan lingkungan bagaimana proses tersebut
berjalan dengan lingkungan yang tetap nyaman
dan terjaga.
Kebutuhan bahan baku kayu dalam jumlah yang
besar dan tidak terkendali membuat rusaknya
fungsi ekologi hutan, daerah resapan air, areal
hutan lindung dan taman nasional oleh orang
yang tidak bertanggung jawab dengan
melakukan penebangan liar untuk dijual (illegal
logging).
Tahun 2003 Masyarakat UE mulai melakukan
perlawanan terhadap illegal logging dengan
membatasi impor barang dari bahan kayu illegal
dengan mengeluarkan EU Timber Regulation
dilanjutkan dengan mengadakan perjanjian
bilateral (Voluntary Partnership
Agreement/VPA) dengan negara pengekspor
kayu. Untuk memastikan bahwa kayu yang di
ekspor merupakan kayu legal, maka negara
mitra diminta untuk mengembangakan sistem
EDISI NOVEMBER 2011
pengendalian untuk memverifikasi kayu yang
akan diekspor ke Uni Eropa dan pembanguanan
sistem didukung sepenuhnya oleh UE.
Indonesia termasuk salah satu negara yang
melakukan perjanjian VPA dengan UE dengan
menandatangani perjanjian tersebut. Kedua
pihak berkeinginan mencegah perdagangan
kayu illegal, berusaha melestarikan sumber
daya hutan dunia dan melakukan peraturan
perundang-undangan serta meningkatkan
sistem pengelolaan hutan. Dengan ketentuan
ini, keuntungannya tentu semakin terbukanya
pasar karena Indonesia akan terhindar dari isu
illegal logging yang melekat selama ini dan
khusus bagi pasar Eropa kayu Indonesia dengan
sertifikat V-Legal akan melalui Green line
sehingga tidak sulit memperoleh pengakuan
legalitasnya.
Pemerintah Indonesia terus mendorong
penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK) bagi industri kayu untuk menekan aksi
perdagangan kayu illegal. Pada tahun 2009
melalui Kementerian Kehutanan telah
menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.38/Menhut-II/2009 tentang SVLK. Aturan ini
diharapkan segera diterapkan oleh industri kayu
untuk meningkatkan daya saing produk kayu
Indonesia dan lebih mudah masuk pasar
internasional.
Di Jateng, terdapat hampir 1400 industri kayu
dan 50%-nya telah melakukan ekspor. Dari
jumlah tersebut baru 30-an perusahanan yang
telah menerapakan SVLK sehingga
dikhawatirkan sampai 3 Maret 2013
(penerapan SVLK oleh Uni Eropa) banyak
perusahaan industri kayu yang belum mampu
menerapakan SVLK sehingga dipastikan mereka
tidak bisa melakukan ekspor ke UE.
Beberapa kendala untuk menerapakan SVLK di
Jateng antara lain adalah kurang pahamnya
industri kayu dari kalangan UKM terhadap
aturan main SVLK, serta biaya sertifikasi SVLK
yang cukup tinggi sekitar Rp 40 juta per
perusahaan. Tetapi agar bisa menembus pasar
Eropa dan AS pelaku industri tetap harus
mengurus sertifikasi legalitas kayu karena itu
merupakan tuntutan pasar. Perlu dorongan dan
bantuan pemerintah agar proses sertifikasi
dapat berjalan dengan cepat dan industri
pengolah kayu dapat tetap eksis. Bantuan
dapat diberikan melalui fasilitasi sertifikasi,
sosialisasi dan pelatihan sertifikasi SVLK. Saat
ini telah ada 5 perusahaan independen yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan
proses sertifikasi SVLK . Upaya lain dapat
dilakukan oleh perusahaan dengan mulai
melakukan diversifikasi pasar ke kawasan Asia
terutama Korea Selatan dan China yang pasar
ekspornya sangat terbuka untuk produk kayu
olahan.
EDISI NOVEMBER 2011
Share ekspor produk kayu olahan terhadap total
ekspor Jawa Tengah sebesar 27% (kayu olahan
dan furnitur). Nilai ekspor untuk komoditi kayu
olahan dan furniture menempati urutan ke-2
dan 4 dengan nilai sampai dengan bulan
September 2011 mencapai US$ 843.657.000
terdiri dari ekspor kayu olahan sebesar US$
441.840.000 meningkat sebesar 30.06% bila
dibandingkan dengan nilai ekspor kayu olahan
tahun 2010 (periode Januari-September).
Sedangkan untuk furniture, nilai ekspor hingga
bulan September 2011 sebesar US$
401.817.000 turun sebesar -30.12% bila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2010.
Untuk data secara umum, nilai ekspor Jateng
sampai bulan September 2011 mengalami
peningkatan sebesar 22,17% dari sebelumnya
US$ 2,861,794,488 pada tahun 2010 menjadi
US$ 3,496,328,322 pada tahun 2011.
Sementara khusus ekspor non-migas, nilai
ekspor Jateng mengalami peningkatan sebesar
16,68% dari US$ 2,685,136,563 pada tahun
2010 menjadi sebesar US$ 3,133,095,969 pada
tahun 2011.
Sedangkan untuk impor terjadi kenaikan
sebesar 31,54% dari US$ 7,232,732,683 di tahun
2010 menjadi sebesar US$ 9,514,079,325 pada
tahun 2011. Sedangkan untuk impor non-migas
meningkat sebesar 2,66% dari US$
3,169,191,513 pada tahun 2011 menjadi US$
3,253,593,930 pada tahun 2011. Berdasarkan
data tersebut menunjukan neraca perdagangan
Jateng non-migas masih negatif sebesar US $ -
120,497,961.
EDISI NOVEMBER 2011
Eksportir atau produsen kayu olahan di Jateng
diharapakan dapat terus memberikan
kontribusi yang maksimal bagi total ekspor
provinsi ini. Meskipun banyak kendala yang
menghadang tetapi dengan tekat yang bulat
dan dukungan serta bimbingan dari
stakeholder seperti asosiasi usaha, Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Pusat, diharapkan
permasalahan yang berkaitan dengan sertifikasi
SVLK dapat diselesaikan sehingga tetap dapat
melakukan ekspor yang berkualitas ke Uni
Eropa dan Amerika Serikat.
SNI, INSTRUMEN PENTING
PERKUAT DAYA SAING PRODUK
NASIONAL
Era perdagangan bebas yang
menyulut persaingan pasar menjadi bergerak cepat serta kompetitif, harus diantisipasi sedini mungkin. Serbuan produk impor yang belum tentu dijamin prima kualitasnya patut menjadi perhatian kita.
Daya saing merupakan poin penting
untuk meningkatkan daya saing produk lokal supaya bisa diterima di pasar global. Sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) bisa menjadi instrumen kuat untuk meningkatkan daya saing produk lokal di tengah serbuan produk impor yang semakin membanjiri pasar domestik.
Dengan .adanya sertifikasi terhadap
produk nasional ini diharapkan produk impor tidak merajalela mengganggu pemasaran produk dalam negeri. SNI menjadi satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Teknis yang ditetapkan oleh BSN.
Ketentuan ini berisikan persyaratan
teknis, aturan, pedo-man atau sifat untuk suatu produk atau proses dan metode produksi dari suatu obyek pengukuran/peni laian untuk dipakai umum dan berulang-ulang yang dikaji ulang dalam setiap periode tertentu.
Penerapan SNI pada produk lokal juga dilakukan untuk lebih mengenalkan produk dan merk lokal di pasaran internasional. Hal ini telah diperkuat dengan adanya 83 macam SNI wajib bagi produk Indonesia yang telah diratifikasi oleh organisasi perdagangan dunia (WTO) sehingga membuka peluang berusaha di pasar internasional yang ketat saat ini.
Penerapan standarisasi ter-hadap produk yang dihasilkan di dalam negeri atau produk impor yang masuk ke Indonesia ini sangat penting, karena penerapan standard juga ikut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas, keselamatan, keamanan, kesehatan dan lingkungan hidup. Produsen paham akan batas-batas yang diterima pasar, pengguna mem-peroleh kepastian kualitas dan keamanan produk sedang kon-sumen merasa terlindungi keamanan dan kesehatannya pada saat digunakan.
Yang terpenting, diperlukan kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah dalam meningkatkan, mengembangkan dan penerapan SNI pada semua produk dalam negeri untuk lebih dikenal masyarakat internasional dengan menghasilkan produk yang sesuai dengan standar internasional.
EDISI NOVEMBER 2011
MEMPERLUAS PASAR INDUSTRI LOGAM JATENG
Industri logam menjadi industri inti
yang keberadaannya sebagai dasar
pembangunan industri, baik industri
berbasis agro, industri hasil hutan, industri
berteknologi tinggi dan industri pedesaan.
Industri logam juga berperan sebagai
pendukung dan penunjang utama dalam
rekayasa industri, termasuk penunjang
substitusi impor seperti menyediakan
komponen, spare part dan peralatan
lainnya. Potensi industri logam di Jateng
sangat strategis dan potensial untuk terus
dikembangkan, mengingat sektor ini
mampu menyerap banyak tenaga kerja,
menggerakkan perekonomian daerah dan
sebagai pemasok kebutuhan sektor industri
manufaktur, otomotif, permesinan,
pertanian, perkapalan dan peralatan lainnya
di pasar regional.
Persebaran industri logam Jateng ada
di sejumlah kabupaten/kota seperti
Kabupaten Tegal, Klaten, Purbalingga, Pati,
Temanggung, Boyolali dan Semarang.
Jenisnya mencakup industri pengecoran
logam fero (besi dan baja), industri
pengecoran logam non fero (alumunium,
kuningan dan tembaga), serta industri
komponen permesinan dan peralatan.
Namun produksi industri logam ini
umumnya belum mampu bersaing secara
nasional karena desain dan kualitasnya
masih relatif rendah. Desain produksi
kebanyakan masih berdasarkan
permintaan, sehingga perlu sebuah
dorongan agar mampu tumbuh dan
berkembang agar produk logam Jateng
mempunyai daya saing dan akses pasar
yang lebih luas.
Selama ini, pelaku usaha logam masih
mencari pasar sendiri di wilayah Jakarta dan
Surabaya, padahal pasar logam di luar Pulau
Jawa masih sangat terbuka lebar. Namun
para perajin belum dapat mengakses pasar
luar Jawa karena tidak memiliki jaringan,
pemasaran memang masih menjadi
masalah tersendiri bagi industri logam.
Upaya untuk meningkatkan akses pasar
produk logam IKM Jateng diantaranya
melalui penyelenggaran Pameran dan Temu
Bisnis Industri Logam dan Mesin Jateng di
Semarang yang telah diselenggarakan sejak
tahun 2010 dan menjadi agenda rutin
tahunan. Kegiatan tersebut ternyata cukup
memberi harapan dan diminati banyak
perusahaan industri logam dan mesin untuk
mempromosikan produknya.
Untuk perluasan pasar industri logam
di luar pulau diantaranya juga dilakukan
melalui partisipasi pada Pameran Makassar
Trade Ekspo 2011 di Sulawesi Selatan.
Hasilnya sangat menggembirakan dimana
telah terjadi transaksi penjualan retail yang
cukup besar dan banyaknya order serta
kesediaan untuk menjadi agen produk
logam Jawa Tengah di Makassar.
EDISI NOVEMBER 2011
MEMILAH PEMBUNGKUS MAKANAN BERBAHAYA
MEMBIARKAN makanan yang kita beli dibungkus oleh si penjual memang cara praktis jika tak mau dibikin repot membawa wadah.
Tapi apakah anda menyadari sejauh mana efek berbagai jenis pembungkus makanan tadi? Taruh misal, anda membeli semangkuk bakso yang dibungkus plastik untuk dibawa pulang. Atau membeli aneka gorengan yang dibungkus kertas koran dan aneka jenis kertas lainnya yang dibikin para penjual menjadi bentuk wadah/kantong? Mau makan sup di restoran fast food modern juga tak perlu repot pakai piring. Cukup mangkuk stereofoam tahan panas dan semuanya akan beres.
Hal-hal seperti ini jamak dijumpai sehari-hari. Bahan-bahan pembungkus dan wadah itu begitu akrab dengan kehidupan kita. Tapi, ternyata bahan-bahan itu menyimpan bahaya bila penggunaannya tidak tepat. Sebutlah plastik. Apa yang tidak terbuat dari plastik pada zaman sekarang. Memang, bahan ini sangat populer dipakai. Mulai dari perabotan rumah, alat-alat dapur, mainan anak sampai bahan pembungkus.
Jenis plastik sendiri memang beraneka ragam. Ada Poli Etilen, Poli Propilen, Poli Vinil Chlorida, Vinylidene Chloride Resin, dan sebagainya. Yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Poli Etilen yang tampak bening, dan Poli Propilen yang lebih lembut dan agak tebal. Poli Vinil Chlorida (PVC) biasanya dipakai untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan transparan. Jenis-jenis plastik ini
memiliki tingkat bahaya berbeda-beda tergantung dari material plastik, jenis makanan yang dibungkus, lama kontak antara makanan dengan plastik, serta suhu makanan atau ruang penyimpan.
Plastik tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan-bahan pembentuk plastik). Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).
Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, Poli Stiren dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan Poli Vynil Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.
Makanan Panas
Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis.
EDISI NOVEMBER 2011
Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam kemasan yang terpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas.
Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas. Pilih makanan yang dikukus dengan dibungkus daun, bukan plastik seperti lemper, lontong kue lupis dan sejenisnya. Bahan makanan yang mengandung lemak dan asam juga memicu perpindahan monomer. Sayur bersantan, susu, buah-buahan yang mengandung asam organik, sebaiknya tidak dibungkus plastik.
Memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin. Plastik ini boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas. Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pem-bungkus, usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah ke makanan.
Kedua adalah Stereofoam Ia masih tergolong “keluarga” plastik karena terbuat dari Poli Stiren. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik. Dari hasil survei di
AS th. 1986, 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung stiren yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun berikut, kandungan stiren sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
Sebuah studi di New Jersey, AS juga menemukan bahwa 75% ASI mengalami kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi ibu yang menggunakan wadah styrofoam. Pada ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta. Dampak jangka panjang dari menumpuknya stiren di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia.
Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian stiren juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi stiren juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi. Padahal, salah satu kelebihan styrofoam yang banyak diambil manfaatnya adalah kemampuannya menahan panas. Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji menggunakan wadah ini. Begitu pula produk-produk makanan instan, mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat dari styrofoam. Mie instan, bubur ayam instan misalnya.
Stiren, bahan dasar styrofoam bersifat larut lemak dan alkohol. Berarti wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yang mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim.
Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati
EDISI NOVEMBER 2011
menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum memasukkan dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan restoran yang menggunakan wadah ini, sebaiknya dihindari demi kesehatan keluarga kita.
Pembungkus Kertas
Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus juga telah meluas di masyarakat. Umumnya kertas yang digunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Mulai dari untuk membungkus sayuran, ikan kering, bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal, bila bagian kertas yang bertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan. Tinta mengandung unsur dasar timbal atau timah hitam yang beracun. Unsur ini sama dengan yang terdapat pada polutan dari kendaraan
bermotor. Dalam tubuh, timbal akan disimpan dan terakumulasi. Akumulasi timbal akan memicu munculnya gangguan saraf dan kanker.
Pada wanita hamil, timbal dapat mengakibatkan cacat bawaan pada janin dan merusak otak sehingga kecerdasan anak rendah. Pada laki-laki dewasa, timbal menurunkan kualitas sperma sehingga mempersulit punya keturunan. Dan pada anak-anak, timbal meng akibatkan penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan. Penggunaan kertas yang berwarna putih juga berbahaya bagi tubuh. Kertas jenis ini diputihkan dengan penambahan chlor, suatu unsur yang dapat menimbulkan kanker.
Contoh yang menggunakan kertas ini adalah
teh celup dan tissue. Itulah bahan-bahan
pembungkus dan wadah makanan yang
berbahaya. Dengan kondisi masih rendahnya
kesadaran masyarakat, maka selain perlu
mensosialisasikan masalah, kita juga mulai
harus meningkatkan kehati-hatian.
Penggunaan bahan-bahan yang aman seperti
daun pisang, alumunium foil, atau wadah
tahan panas selayaknya kita jadikan
alternatif.
EDISI NOVEMBER 2011
KETENAGAKERJAAN DAN PENDEKATAN UPAH LAYAK
Persoalan upah layak bagi tenaga kerja selalu saja menjadi bulan-bulanan saat mendekati waktu penetapan oleh gubernur. Dan buntutnya, sejumlah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Gerakan Buruh Berjuang (Gerbang) Jateng membuat Jalan Pahlawan sering tertutup oleh ribuan buruh yang memperjuangkan nasib upah layaknya.
Buruh/tenaga kerja selalu berharap kenaikan UMK setiap tahun. Meskipun protes terhadap mekanisme pengupahan ini terus berulang, boleh jadi aksi buruh akhir tahun ini merupakan ujian bagi Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jateng Edison Ambarura.
Edison memang kebetulan baru saja menjabat dan sebelumnya berasal dari Dinas Perindag Provinsi Jateng. Menghadapi pengusaha merupakan hal yang biasa dikala beliau masih duduk di Dinperindag Provinsi, tetapi menghadapi buruh kali ini cukup membuat waktu dan tenaga terkuras.
Bagaimana tidak? Sejak tahun 2008, penulis telah menjadi anggota Dewan Pengupahan Provinsi Jateng, baru kali ini di tahun 2011 kondisi buruh sangat tidak kondusif menerima keputusan UMK yang telah ditetapkan oleh Gubernur Jateng. Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia sejak dulu selalu labour surplus, membuat pemerintah harus menempuh kebijakan upah minimum. Upah mempunyai peran yang strategis, karena upah merupakan salah satu unsur kesejahteraan di samping jaminan sosial, fasilitas dan pemberian lainnya.
Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran, maka kebijakan penetapan UMK merupakan
jaring pengaman sosial, sebagai upaya melindungi agar upah tidak merosot sampai tingkat yang membahayakan gizi dan kesehatan pekerja.
Salah satu pertimbangan penetapan upah minimum adalah pencapaian kebutuhan hidup layak (KHL). KHL diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan Kab/Kota dengan unsur Tripatit. Setelah sidang, dibahas usulan UMK untuk diajukan Bupati /Walikota dan selanjutnya ditetapkan SK UMK oleh Gubernur. Pembahasan di tingkat Provinsi oleh Dewan pengupahan, juga diwarnai dengan debat, interupsi dan penolakan secara bergantian dari unsur pekerja dan pengusaha. Upaya untuk mendapatkan kesepakatan sangat sulit.
Pertimbangan yang sering digunakan untuk antisipasi kondisi ini diantaranya tingkat pencapaian KHL kab/kota, tingkat inflasi daerah, tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, potensi usaha yang paling tidak mampu di kab/kota tersebut, keserasian antar kab/kota terdekat, serta UMK tahun yang lalu. Usulan UMK yang bermasalah pada akhir pembahasan adalah tiga kab/kota yaitu Kota Pekalongan, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Bupati dan walikota sudah diminta untuk melakukan perhitungan ulang terkait dengan penetapan KHL yang berbeda dan disuarakan oleh pendemo.
Pendekatan yang cukup bagus telah dilakukan oleh Walikota Pekalongan, sehingga aksi demo dapat diredam dan diantisipasi dengan usulan UMK yang direkomendasi oleh Walikota Pekalongan. Namun demikian, berbeda dengan Kab. Semarang dan Kota Semarang.
EDISI NOVEMBER 2011
Pertimbangan asosiasi pengusaha untuk tidak menyetujui perubahan UMK lebih disebabkan karena dalam memberikan upah minimum, setiap pengusaha selalu berdasarkan pada produktifitas, padahal sebagian besar produktivitas buruh di Jateng masih rendah. Selain itu, saat ini perusahaan merasakan biaya operasional yang semakin tinggi sehingga keuangan perusahaan banyak tersedot oleh biaya operasional.
Tahun 2012 nanti, upah tertinggi masih dicapai oleh kota Semarang dengan nilai Rp 991.500 dari tahun lalu sebesar Rp 961.500. Namun demikian, kenaikan UMK Kota Semarang memang terendah dibandingkan dengan kab/kota yang lain yaitu 3,14% dibandingkan kab/kota lainnya yang mencapai rata-rata 6,85%.
Secara sepintas dapat terlihat bahwa UMK Kota Semarang masih belum ideal, pertimbangan kondisi pengusaha lebih dominan mengingat kemampuan pengusaha dalam membayar. Jika pengusaha dipaksa membayar tinggi, malah buruh sendiri akan dirugikan, bahkan buruh dapat tidak lagi bekerja karena perusahaan bangkrut. Usulan buruh senilai Rp. 1,4 juta masih terlalu tinggi dan sangat berat bagi pengusaha. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Semarang.
Kesalahan janji revisi SK UMK-lah yang memicu kericuhan dan demo buruh berlangsung kembali bahkan berlanjut dengan laporan ke Polda yang menuduh adanya kebohongan publik. Harusnya kondisi ini tidak boleh terjadi. Menghadapi massa buruh yang brutal memang membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Namun kegagalan kali ini bukan berarti ketidaksuksesan di waktu mendatang.
Sebagai aparat pemerintah, kita harus bertindak netral dan harus mampu memfasilitasi keinginan dua pihak yakni
buruh dan pengusaha. Kita tunggu saja, apakah revisi jadi dilaksanakan? Dan apakah revisi dapat diterima oleh segenap buruh ? Dan kegagalan kali ini hendaknya dapat
menjadi cermin untuk melakukan evaluasi,
pendekatan berbagai pihak sehingga
menghasilkan keputusan yang bijak untuk
jaminan iklim yang kondusif bagi buruh dan
pengusaha pada saat yang akan datang.
Mungkin kita perlu belajar pada Walikota
Surakarta, yang begitu dielu-elukan buruh,
mengingat kepiawaiannya untuk melakukan
pendekatan hati ke hati sehingga tidak
menimbulkan gejolak pada buruh maupun
pengusaha di Solo.
EDISI NOVEMBER 2011
KEMASAN ATRAKTIF UNTUK INDUSTRI KREATIF
SEORANG
perancang Naoto
Fukasawa membuat
kemasan unik pada
sebuah produk
minuman buah.
Minuman berasa stroberi tersebut benar-benar
dikemas cukup atraktif. Tidak hanya
mengeksplorasi tampilannya, warna serta rasa,
tetapi soal kemasan pun juga dipikirkan. Jika
memang minuman ini berasa stroberi, mengapa
kemasannya tidak dibuat seperti stroberi saja.
Sebuah ide yang sederhana tapi cukup kreatif.
Menyoal kemasan ini memang
gampang-gampang susah. Para pengusaha kecil
di Indonesia relatif masih belum banyak
menyadari soal ini. Padahal, kemasan yang baik
dan menarik bisa mendatangkan nilai lebih pada
produk yang ditawarkan.
Tren mengenai kemasan kreatif di luar
negeri bukanlah sebuah hal yang baru. Mereka
menggunakan berbagai ide menarik dengan
bentuk yang mampu membuat mata langsung
terperangah saking cantiknya sebuah kemasan
yang dipakai
Ya, tak bisa dimungkiri daya saing
produk industri terkadang dilemahkan karena
soal sepele. Kemasan yang tak menarik dan tak
ada inovasi disana. Bahkan untuk kemasan yang
standarpun, juga masih ada yang belum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Lalu bagaimana
produk kita akan mampu bersaing, apabila
kondisi kemasan demikian ?
Aneka produk IKM yang dapat memasok
pengisian pasar ritel modern, harus memenuhi
persyaratan PP tentang label dan iklan pangan
No. 69 Tahun 1999. Dalam PP ini dijelaskan
bahwa pangan yang berasal dari hayati dan air
baik yang diolah maupun tidak sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, harus
mencantumkan label atau keterangan mengenai
pangan yang bersangkutan. Keterangan ini
minimal nama produk , daftar bahan yang
digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama
dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah
Indonesia, tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa.
Produsen juga diwajibkan membuat
kemasan seatraktif mungkin untuk menarik
konsumen. Sebagian besar, produk pangan
olahan IKM di pasaran yang sudah dikemas,
belum memenuhi aturan tersebut. Coba kita
lebih teliti lagi. Apakah sudah ada daftar bahan
yang digunakan? Sudahkah berat bersih atau isi
bersih dicantumkan? Atau, apakah tahun
kadaluwarsa juga ditulis disana? Hal-hal yang
wajib inilah yang sebaiknya lebih diutamakan
daripada desain kemasan. Namun, kondisinya
saat ini terbalik, desain kemasan lebih utama
daripada aturan yang wajib.
Desain dan bahan kemasan merupakan
salah satu teknis cetak pada industri percetakan
yang juga merupakan salah satu dari jenis
industri kreatif. Kita harus dapat mencontoh
kemasan produk dari makanan impor yang
masuk ke Indonesia. Seperti apa bahan dan
desain kemasan yang apik atau menarik serta
lengkap dengan pemenuhan persyaratan untuk
labeling yang benar. Demikian pula, kesesuaian
jenis kemasan dengan produk yang dikemas.
Keberanian segenap IKM makanan untuk tampil
lebih atraktif baik pada desain maupun bahan
kemasan masih
sangat
terbatas.
Beberapa jenis
bahan kemasan
EDISI NOVEMBER 2011
yang kreatif diantaranya
menggunakan alumunium foil yang
mengkilat, alumunium foil yang
berjendela plastik dimana satu sisi
dapat dilihat oleh konsumen.
Kemasan kaleng alumunium untuk
produk-produk berminyak dan
kemasan yang dipadukan dengan potensi hasil
kerajinan seperti rotan, mendong,, anyaman
kayu, keramik, kayu, dsb.
Saat ini kemasan juga akan mempunyai nilai
lebih apabila mampu didaur ulang/go green.
Kemasan daur ulang tersebut akan sangat baik
dimanfaatkan untuk produk-produk non pangan
seperti produk batik, tekstil dan aneka kerajinan.
Selama ini, produk non-pangan juga sangat
jarang dikemas. Kemasan yang disediakan
untuk produk non-pangan sebenarnya lebih
mudah dan aman, mengingat : tidak perlu
kesesuaian bahan kemasan dengan produk serta
kemasan juga dapat bersifat tertutup ataupun
terbuka. Kemasan terbuka yang berarti sebagai
tas pembawa ini diharapkan mampu
mengurangi pemanfaatan plastik sebagai
kemasan pada umumnya.
Sementara itu, jika berbicara sebuah desain
kemasan yang kreatif tentu harus lebih atraktif
yang mencakup perpaduan warna dan tulisan
yang menarik, terang/menonjol. Selain itu juga
mencantumkan gambar bahan baku atau
produk asli, memberikan kemudahan bagi
konsumen untuk membawa dan menikmati
produk, memberikan dukungan pada produk
untuk ditampilkan di depan, penataan aturan
label yg simple namun tidak mengganggu daya
tarik produk.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jateng sebenarnya sudah memfasilitasi adanya
klinik kemasan. Pertanyaannya, mampukah
klinik kemasan menjadi salah satu
upaya untuk meningkatkan
kualitas industri kreatif kita?
Maka kita perlu fokus pada
pertanyaan : “ What works, what
matters, what adds value, what
makes a difference? . Melalui
pendekatan ini, klinik kemasan akan mampu
menciptakan bisnis yang lebih baik dengan
kreatifitas yang tiada batas. Industri kreatif akan
semakin berkibar, tidak hanya dari produk
tetapi juga kemasan produk.
Gambar contoh desain gambar aneka kemasan
EDISI NOVEMBER 2011
CEGAH OSTEOPOROSIS DENGAN KONSUMSI TEMPE
JANGAN sekali-kali menyepelekan tempe.
Makanan yang sering kita akrabi sehari-hari
ini rupanya memiliki kandungan isoflavon
yang mampu merangsang pertumbuhan sel
pembentuk tulang. Hal ini tentu akan
berakibat positif karena bisa mencegah atau
menunda terjadinya pengeroposan tulang
atau osteoporosis.
Inilah cara alami jika kita ingin menunda
osteoporosis, bahkan penganan ini jauh
lebih bagus ketimbang tahu untuk
perawatan tulang. Hal ini pernah
diungkapkan Dr dr Ketut Siki Kawiyana SpB
Sp OT (K) yang juga Ketua Umum Panitia
Nasional Kongres Perhimpunan
Osteoporosis Indonesia (Perosi).
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana tersebut menuturkan, proses
fermentasi antara tahu dan tempe berbeda.
Kacang kedelai pada tahu lebih dulu digiling
sementara pada tempe dikonsumsi apa
adanya.
Osteoporosis terjadi akibat penurunan
hormone estrogen pada wanita dan
testosterone pada laki-laki. Umumnya
perempuan lebih dulu mengalami
osteoporosis yakni sekitar usia 45 tahun
dimana saat menopause akan dialami.
Tapi meski penyebabnya dipengaruhi
hormone, bukan berarti pengobatannya
dengan menyuntikkan hormon karena bisa
menimbulkan efek samping pada bagian
tubuh lain seperti payudara atau gula darah.
Penundaan menurut dokter Siki adalah yang
terbaik dengan lebih banyak mengkonsumsi
kalsium dan mengubah pola hidup dengan
berolahraga. Asupan kalsium per hari
disarankan antara 1.000-2.000 miligram,
sedangkan untuk usia diatas 30 tahun
disarankan bisa 1.200-1.300 mg/hari.
Sayuran hijau, ikan, kacang-kacangan, susu
serta sinar matahari juga akan membantu
mencukupi kebutuhan kalsium. Selain
tempe, konsumsi daun semanggi juga bisa
mencegah osteoporosis karena dengan tiga
helai daun saja, kandungan isoflavonnya
cukup tinggi.
EDISI NOVEMBER 2011
ENIQUEMA, RAUP PASAR KERAJINAN KHAS AUSTRALIA
SINGGAH ke Australia, tentu tak akan
melupakan cinderamata unik negera
Kanguru itu. Pernak-pernik bervariasi khas
dari Suku Aborigin misalnya, biasanya
menjadi sasaran utama para turis yang
berkunjung kesana.
Tapi, apakah barang-barang itu sungguh-
sungguh asli buatan orang disana? Hmm,
belum tentu karena di salah satu sudut Desa
Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang rupanya menjadi salah satu
pemasok tetap aneka kerajinan khas
Australia itu.
Senjata khas Suku Aborigin yakni bumerang,
digiridu (alat musik), clabstick, topeng, dan
patung-patung, Masih ada pula jenis
kerajinan lain mulai dari wine bottle,
jewellery, tatakan gelas sampai beraneka
macam hiasan dinding yang sangat atraktif.
Produk-produk tersebut menjadi komoditas
utama yang dibuat Eniquema sejak
November 2006. Direktur Utama Andjar
Prasojo/Yuliyanti memaparkan, ekspor
dilakukan rutin ke pasar Australia, karena
bagi pengusaha disana produksi dari
Indonesia dinilai berkualitas.
Asal muasal produksi kerajinan ini bermula
dari sebuah komunitas yang tanpa sengaja
bertemu di Yogyakarta dan membangun
semuanya ini dari nol. Dari situlah, mereka
mencoba untuk membuat sesuatu yang
diminati dan pasarnya masih relatif luas.
Sementara pasar di Australia membutuhkan
cukup banyak, ketersediaan bahan baku
rupanya tidak memenuhi. Apalagi perajin
asli (Aborigin) tak bisa mengejar produksi
karena bahan yang sulit dan pengerjaannya
sangat lamban dan jauh lebih mahal.
Penduduk di wilayah tersebut menuai
berkahnya. Sedikitnya 72 tenaga kerja
menggantungkan hidup pada usaha tersebut
serta masih ditambah dengan tenaga lepas
sekitar 20 orang. Kapasitas produksi per
bulan rata-rata mencapai 20.000 pieces
dengan omzet miliaran per tahunnya.
Dengan sejumlah proses mulai memahat,
melukis hingga sentuhan akhir, bahan baku
kerajinan dari bambu, kayu akasia dan
mahoni ini menjadi bernilai tinggi. Tiruan
kerajinan khas Aborigin cukup mudah dibuat
karena teknis pemahatan ataupun
pewarnaan dengan corak khas sudah
dikuasai.
EDISI NOVEMBER 2011
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Tengah
Jl.Pahlawan No.4 Semarang, Jawa Tengah.
Indonesia
Phone ( 024 ) 8419826 / 8417601
Fax ( 024 ) 8311710.
”One Team, One Spirit, One Goal.....To be The
Number One”
Find Us on Web:
http://dinperindag.jatengprov.go.id