YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

Bab II

Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

1. Fisik Dasar

a. Morfologi

1- Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam (landscape) yang tercermin dalam citra satelit dan kenampakan topografi, serta ditunjang oleh data–data geologi yang memberikan informasi batuan penyusun-an, maka wilayah Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya dapat di-kelompokkan dalam 4 satuan geomorfologi (modifikasi Suwiyanto, 1977), yaitu :

a- Dataran Alluvial

Satuan ini terletak di bagian utara, menempati 20,20 % dengan penyebaran relatif memanjang barat–timur sepan-jang pantai utara, mencakup hilir S. Cisadane, S. Angke, S. Bekasi dan S. Citarum. Secara umum satuan ini memiliki ke-miringan lereng datar hingga miring landai (0 – 15 %), de-ngan ketinggian berkisar antara 0 – 16 m di atas permukaan laut. Di samping itu dalam satuan ini juga dijumpai pula bentuk darat (landform) dalam skala yang lebih lokal yaitu berupa dataran rawa, pematang pantai, dan delta, dengan batuan penyusun utama berupa endapan aluvial terdiri dari fragmen lempung hingga pasir kasar (kadang–kadang ke-rikilan) yang umumnya bersifat lepas mengandung pecahan–pecahan cangkang serta sisa–sisa tumbuhan.

1) Kipas Gunungapi Bogor

Satuan ini terletak di bagian tengah daerah studi (di sebelah selatan dataran aluvial), menempati 37,75%, dengan penyebaran dimulai dari Kota Bogor di selatan dan melebar ke Cibinong, bagian hulu S. Cisadane, S. Angke, S. Ciliwung, dan S. Bekasi. Secara umum satuan ini memiliki kemiringan lereng 0,5 – 15 %, dengan ketinggian berkisar antara 16 – 195 m di atas permu-kaan laut. Akan tetapi pada beberapa tempat dijumpai adanya kemiringan lereng yang lebih terjal, terutama pada bagian selatan kipas gunungapi tersebut.

Page 2: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-2

Kipas ini umumnya disusun oleh batuan hasil rombakan vulkanik gunungapi dan tufa halus yang memiliki struktur perlapisan, sedangkan pada lembah sungainya dapat dijumpai adanya endapan aluvial dengan fragmen penyusun utama berukuran pasir halus hingga bongkah–bongkah yang bersifat andesitis dan basaltis.

2) Perbukitan Bergelombang

Satuan ini terletak di bagian selatan barat–timur daerah studi, menempati 16,80 %, dengan penyebaran antara lain di sekitar wilayah timur G. Karang dan wilayah barat G. Endut serta bukit–bukit intrusi seperti G. Dago, bukit 354, dan G. Putri, umumnya memiliki kemiringan lereng 14 – 40%, dengan ketinggian berkisar antara 195 – 1225 m di atas permukaan laut. Batuan penyusun utama pada satuan ini berupa batuan sedimen meliputi batupasir, batulempeng, batugam-ping, intrusi andesit, dan breksi tufa.

3) Gunungapi Muda

Satuan ini terletak di bagian Selatan, menempati 25,25 %, dengan penyebaran antara lain di sekitar G. Masigit, G. Salak, dan Cipanas, umumnya memiliki ke-miringan lereng 15 % hingga lebih dari 70 %, dengan ketinggian berkisar antara 1225 – 2500 m di atas per-mukaan laut. Batuan pada satuan ini umumnya berupa endapan vulkanik gunungapi, breksi, lava, dan lahar.

Wilayah pantai utara Jakarta berada pada satuan geo-morfologi dataran aluvial. Bentuk wilayah pantai seperti yang terlihat saat ini merupakan hasil keseimbangan dinamis antara unsur–unsur proses yang bersumber da-rat, laut, dan udara. Kondisi alam wilayah pantai terdiri dari beberapa tipe ekosistem yang memiliki karakte-ristik yang berbeda satu sama lain dan umumnya sa-ngat peka terhadap berbagai perubahan. Aspek fisik wi-layah, organisme, dan aktifitas manusia akan saling berinteraksi, sehingga menimbulkan berbagai penga-ruh, baik positif maupun negatif.

Wilayah Pantura Jakarta terutama tersusun atas endap-an aluvial lempung hingga lanauan, yang ebagian besar berupa lempung rawa yang banyak mengandung sisa–sisa tumbuhan, lembab, plastisitas rendah, dan kedap air. Ketebalan lapisan ini berkisar antara 1 hingga 5 m.

Page 3: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-3

Pada bagian bawah endapan ini terdapat lapisan pasir yang memiliki daya dukung relatif lebih baik.

Ongkosono (1981) melaporkan bahwa bentang alam pantai Jakarta sekarang ini lebih didominasi oleh peru-bahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, peru-bahan–perubahan yang terjadi dapat berakibat positif maupun negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Berda-sarkan pada morfologi, Ongkosono, menggolongkan pan-tai Jakarta dalam 3 tipe pantai, yaitu : a) Pantai landai, terdapat di Muara Angke dan kamal.

Pantai ini masih tertutup oleh vegetasi, sehingga proses pengendapan sedimen dapat berlangsung dengan sempurna.

b) Pantai miring, terdapat di sekitar Ancol, Pluit, Muara Karang, pantai ini terbentuk akibat ha-bisnya hutan pantai, sehingga pantai memperoleh pengaruh langsung dari gelombang laut.

c) Pantai terjal, terdapat di Kali Baru, Cilincing, Ma-runda dan tepi barat Kali Blencong, terbentuk aki-bat pengerukan pasir dan lumpur di muka pan-tainya, menyebabkan pengikisan pantai menyusup relatif jauh ke arah darat.

2- Geologi

a- Gambaran Umum

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu (Turkandi dkk, 1992), Lembar Bogor (Effendi dkk, 1986), Lembar Serang (Rusmana dkk, 1991) dan Lembar Karawang (Achdan dkk, 1992), batuan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu : Kelompok Batuan Sedimen. Kelompok Endapan Permukaan. Kelompok Batuan Gunungapi. Kelompok Batuan Intrusi.

Jakarta secara umum berada dalam kelompok : Kelompok Batuan Sedimen, yakni berupa Satuan

Batugamping Koral (Q1), disusun oleh koloni koral, hancuran koral dan cangkang moluska, umumnya hanya terdapat di kepulauan Teluk Jakarta.

Kelompok Endapan Permukaan, yakni berupa Satuan Endapan Pematang Pantai (Qbr), disusun oleh batupasir halus–kasar dengan cangkang moluska, terdapat menye-

Page 4: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-4

bar di bagian Utara yang hampir sejajar garis pantai mulai Tangerang hingga Bekasi.

Secara regional, struktur geologi yang berkembang memperl-ihatkan adanya 3 arah dominan yaitu arah barat laut – Teng-gara – timur laut – barat daya, dan barat – timur (Suwijanto, 1978). Sedangkan dari peta Geologi tampak bahwa struktur geologi yang berkembang berupa struktur patahan dan lipatan yang umumnya hanya berkembang baik pada batuan sedimen Tersier. Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin, berarah relatif barat – timur, sedangkan struk-tur patahan berarah relatif utara – selatan dan timur laut – barat daya.

Adanya struktur sesar di wilayah Jakarta juga diprediksi ber-dasarkan penafsiran Landsat dan penampang seismik yaitu berupa sesar turun yang berarah barat – timur dan timur laut – barat daya. Struktur sesar mendatar memanjang me-lalui daerah Kebayoran hingga Petamburan pada bagian barat dan pada bagian timur terdiri atas tiga sistem sesar mendatar yaitu melalui daerah Pasar Rebo – Halim Perdana Kusuma – Klender, daerah Cijantung – Lubang Buaya, dan daerah Cibubur – sebelah timur TMII. Struktur sesar turun barat – timur juga terdiri atas tiga sistim sesar yaitu sesar turun yang melalui daerah Lebak Bulus dengan blok bagian Utara bergerak relatif turun terhadap blok bagian selatan, melalui daerah Lenteng Agung dengan blok bagian utara yang juga bergerak relatif turun terhadap blok bagian selatan, dan sesar turun yang melalui daerah Pasar Rebo dengan blok bagian selatan bergerak relatif turun terhadap blok bagian utara. Sedangkan sesar turun yang berarah ti-mur laut–barat daya melalui tenggara Cilangkap dan Cibubur dengan blok bagian barat laut bergerak relatif turun terhadap blok bagian tenggara.

Secara garis besar sebaran sedimen di perairan Teluk Jakarta dapat dibagi menjadi 3 satuan endapan (PPGL, 1995) yaitu endapan lumpur dan endapan lumpur pasiran, serta endapan pasir lumpuran.

1) Endapan Pasir Lumpuran

Endapan pasiri lumpuran didapatkan pada kedalaman lebih dari 15 meter dan umumnya terdiri dari material volkanik, berwarna abu–abu kehitaman hingga kehijau-an, mengandung cangkang kerang dan terdapat hanya di daerah barat laut Teluk Jakarta. Besar butir umum-nya berupa pasir berukuran sedang hingga halus. Pada

Page 5: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-5

beberapa tempat endapan ini mengandung campuran kerikil yang terdiri dari fragmen batulempung yang telah teroksidasi, konkresi besi maupun terdiri atas cangkang kerang. Endapan pasir yang mengandung kerikil dijumpai terutama di sekitar Pulau Lunang, P. Bokor, dan sebelah utara P. dapur. Material volkanik yang terdapat di dalam endapan ini ditafsirkan berasal dari pegunungan di sebelah selatan kota Jakarta atau diperkirakan merupakan hasil erupsi G. Krakatau. Jika dilihat berdasarkan lokasi endapan pasir tersebut yaitu di dekat muara S. Cisadane maka diduga sungai tersebutlah yang memiliki peranan penting dalam mekanisme pengendapan pasir ini.

2) Endapan Lumpur Pasiran

Endapan ini dijumpai pada 4 lokasi di daerah Teluk Jakarta, terutama berdekatan dengan Tanjung Priok. Endapan ini diduga merupakan endapan transisi antara endapan lumpur yang mendominasi perairan Teluk Ja-karta dan endapan pasir lumpuran. Dengan memper-timbangkan lokasi keterdapatannya, endapan ini boleh jadi merupakan endapan lumpur yang terbentuk terle-bih dahulu yang bercampur dengan unsur pasir yang berasal dari garis pantai atau bahkan mungkin berasal dari muara sungai di sekitarnya. Umumnya endapan ini terdapat pada kedalaman yang cukup dangkal yaitu kurang dari 5 m.

3) Endapan Lumpur

Satuan endapan lumpur sangat mendiminasi dan tersebar hampir merata sepanjang garis pantai, yaitu menempati sekitar 80 % perairan Teluk Jakarta. Makin ke timur, endapan makin dominan dan diperkirakan bahwa muara S. Citarum merupakan sungai utama yang membawa material lumpur tersebut. Endapan lumpur ini umumnya ditandai dengan berubahnya war-na air laut dari biru menjadi kecoklatan, dengan ba-nyaknya kandungan sedimen suspensi yang belum terendapkan. Perubahan air laut ini terlihat lebih sering pada hulu S. Citarum dengan banyaknya kandungan lumpur pada aliran sungainya dan umumnya teren-dapkan di sekitar ujung Timur Teluk Jakarta.

Page 6: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-6

b- Soil Investigation

Penyelidikan tanah (soil investigation) yang ppernah dilaku-kan guna mendapatkan data–data serta gambaran mengenai keadaan, jenis dan sifat–sifat mekanis tanah di lokasi studi.

Tabel II.1 : Resume Hasil Uji Laboratorium (Proyek Pengerukan)

Jenis Pengujian Hasil Uji

Minimum Maksimum Index Propreties : Specific gravity (Gs) Void ratio (e) Dry density (d), gr/cm3 Water content (Wn), % Degree of saturation (S), %

2,400 0,907 0,620

26,070 56,800

2,800 3,253 1,532

145,270 100,000

Atterberg Limits : Liquid limit (LL or WL), % Plasticity index

53,400 17,830

124,200

88,66 Triaxial UU Test : Cohesion undrained (Cu), kg/cm2 Internal angle of friction (), degrees

0,035 0,700

0,900

26,580 Consolidation Test : Compression index (Cc) Coef. of consolidation (Cv), cm/menit

0,142 0,040

2,209 0,990

Sumber : Data Sekunder Studi LP–ITB, 2001

Dalam studi ini digunakan data sekunder penyelidikan tanah di lokasi Pelabuhan Tanjung Priok yang telah dilakukan sebe-lumnya, yang dianggap masih relevan dengan Analisis Pe-ngembangan Potensi Wisata Industri, yaitu : 1) Studi JICA, 2002, The Study for Development of The

Greater Jakarta Metropolitan Ports in the Republic of Indonesia.

2) Studi LPPM ITB, 2002, Studi Kelayakan Rencana Pem-bangunan Terminal Penumpang Terpadu dan Kawasan Komersial Di Ancol Timur Tanjung Priok.

3) Studi LP–ITB, 2001, Studi Kelayakan Rencana Pengem-bangan Terminal Curah dan Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok (menggunakan data hasil sekunder hasil survey pada Proyek Pengerukan dan Terminal Curah Kering dan Cair Kalibaru.

b. Hidrologi

Kota Jakarta Utara sebagian besar berupa rawa dan empang air payau,

Page 7: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-7

serta pantai berpasir. Di daerah Tanjung Priok terdapat beberapa sungai yang berfungsi sebagai drainase bagi wilayah hulunya. Sungai–sungai yang bemuara di Tanjung Priok tersebut diantaranya adalah Kali Japat, yang bermuara di kolam Nusantara, Kali Koja (Lagoa) yang bermuara di UTPK I (JICT), serta kali Sunter Baru (Kali Baru) yang bermuara di Pelabuhan Minyak Pertamina (Jetty Pertamina). Ketiga sungai ini merupakan sumber utama material yang terbawa dalam alirannya, yang kemudian akan mengendap di kolam pelabuhan (muara sungai tersebut).

Tabel II.2 : Resume Hasil Uji Laboratorium (Proyek Terminal Curah Kering dan Cair Kalibaru)

Jenis Pengujian Hasil Uji

Minimum Maksimum Index Propreties : Specific gravity (Gs) Void ratio (e) Dry density (d), t/m3 Water content (Wn), % Degree of saturation (S), %

2,600 1,134 0,600

39,290 87,760

2,700 3,084 1,200

134,410 96,830

Atterberg Limits : Liquid limit (LL or WL), % Plasticity index

41,700 22,600

134,700 93,100

Triaxial UU Test : Cohesion undrained (Cu), kg/cm2 Internal angle of friction (), degrees

0,130

17,800

- -

Sumber : Data Sekunder Studi LP–ITB, 2001

1- Sungai

Sungai–sungai utama yang ada di DKI Jakarta saat ini kapasitas pengalirannya berada jauh dibawah debit rencana yang menga-kibatkan sungai–sungai meluap yang menyebabkan banjir. Kapa-sitas alur sungai yang ada terhadap debit rencana antara 17-80%. Sungai–sungai yang daya tampung kurang dari debit rencana perlu dilakukan normalisasi. Sungai–sungai yang mengalir melalui wilayah studi dan gambaran kondisi dari sungai–sungai tersebut, adalah sebagai berikut.

a- Cengkareng Drain

Cengkareng Drain yang dilengkapi Pintu Air di sebelah utara Daan Mogot disediakan untuk mengurangi beban K. Angke Hilir. K. Angke Hilir yang telah terlebih dahulu dialiri debit Banjir Kanal Barat, maka aliran K. Angke dan K. Pesang-

Page 8: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-8

grahan bersama dengan aliran dari S. Cisadane – K. Moke-vaart.

b- S. Sunter

Dengan anak sungainya Cipinang, yang dulunya sebelum dibuat Ancol Kanal, bermuaran di pantai Ancol. Sekarang dialirkan melalui Ancol Kanal ke saluran S. Ciliwung Gunung Sahari dan K. Japat yang ke luar laut melaui Pelabuhan Tanjung Priok. Hulu S. Sunter berada di Cimanggis – Depok. Sungai Cipinang bergabung dengan S. Sunter di daerah Kelu-rahan Cipinang. Hulu S. Cipinang berada di Cimanggis dari situ Jatijajar.

c- S. Cakung

Bermuara di pantai Cilincing dengan anak sungainya S. Buaran. S. Buaran bergabung dengan K. cakung di Peng-gilingan. Hulu sungai buaran berada di sekitar tol Cikampek–Jatiwaringin. Di hilir S. Sunter dan S. Buaran terbentuk rawa–rawa, karena kurang pasokan sedimen dari hulunya, yang pada Jaman Belanda rupanya belum dipersiapkan pe-rencanaan untuk pengembangan lahannya, sehingga pe-matusan ke lautnya pun kurang mendapat perhatian.

d- S. Tiram dan S. Blencong

Bermuara di Pelabuhan Marunda.

2- Waduk/Polder

Sejak tahun 1970-2000 telah dibangun ± 36 polder di DKI Jakarta yang mempunyai daerah layanan ± 8.800 Ha dengan jumlah pompa 139 unit dengan total kapasitas 200 m3./det. Pompa yang dibangun antara 1970-1985 jumlahnya sekitar 50 % dari total pompa dan sudah perlu dilakukan penggantian, di samping itu ju-ga diperlukan penambahan pembangunan polder dan penambah-an pompa.

3- Banjir/Genangan Air

Morfologi wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah, yang di bagian utaranya berhubungan langsung dengan laut Jawa. Bebe-rapa sungai utama mengalir melalui wilayah ini, sehingga secara alami mempunyai potensi untuk terjadinya banjir. Secara alami, faktor penyebab terjadinya banjir selain keadaan morfologinya yang berupa dataran rendah, juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di bagian belakangnya (hinterland), aliran permukaan

Page 9: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-9

(run off) yang besar, gradien sungai atau drainase yang sangat landai, pengaruh pasang surut, dan pendangkalan sungai di se-kitar muaranya. Penggunaan lahan yang kurang tepat di daerah belakang (hinterland) dapat memperbesar aliran permukaan yang membawa material rombakan, sehingga dalam kondisi tertentu akan terjadi proses sedimentasi di beberapa dasar sungai pada gradien sungai yang landai. Kemudian ditunjang dengan pemba-ngunan fisik disekitar kawasan DKI Jakarta yang semakin pesat, sehingga lahan terbuka untuk resapan air hujan menjadi terbatas dan sempit. Keadaan menyebabkan aliran permukaan menjadi bertambah besar, sehingga daya dukung aliran permukaan men-jadi bertambah besar, sehingga daya dukung permukaan menjadi terbatas dan menyebabkan terjadinya banjir di beberapa tempat.

Tabel II.3 : Waduk/Polder dan Pompa di Jakarta Utara

No. Lokasi Luas

Waduk (Ha)

Jumlah Pompa Baru (m3/detik)

Kapasitas Pompa Baru (m3/Detik)

Kapasitas Pompa

Sekarang (m3/Detik)

1 Waduk Ancol Pademangan

5.50 3 15.00 13.50

2 Waduk Sunder Selatan

3.50 6 15.00 15.00

3 Waduk Sunter Utara 31.80 3 9.90 9.30 4 Waduk Sunter Timur

I 7.00 3 15.00 13.20

5 Waduk Sunter Timur III

7.00 3 4.00 3.60

6 Waduk Angke 0.50 2 1.00 1.00 7 Waduk Teluk Gong 2.00 6 2.40 2.20 8 Kapuk Muara - 1 0.25 0.25 9 Bimoli - 4 1.00 0.90 10 Gaya Motor - 2 0.80 0.60 11 Darurat Yos Sudarso - 2 0.50 0.50

Sumber : Dinas PU DKI Jakarta, Maret 2002

Dapat didentifikasikan dari data yang ada bahwa sebagian besar banjir yang terjadi di wilayah DKI Jakarta meliputi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat yang berhubungan dengan drainase, sedangkan terjadinya banjir di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan berhubungan dengan meluapnya air sungai.

Di beberapa muara sungai, meluapnya air sungai dipengaruhi oleh pasang air laut yang biasanya bertepatan dengan musim hujan antara bulan November–Desember (Ongkosono, 1981). Pada

Page 10: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-10

waktu itu kondisi air laut masuk ke arah daratan sampai beberapa kilometer, seperti yang terjadi di sekitar lokasi Gudang Sunda Kelapa dan Sungai Cideng, yang dipengaruhi air pasang hingga sejauh 3,22 km ke arah darat, sedangkan saluran dari kali Ciliwung–Gunungsari dan seluruh sungai yang menuju waduk Pluit tidak terpengaruh oleh air pasang surut.

c. Klimatologi

Iklim Jakarta Utara termasuk panas dengan suhu rata–rata 27oC sepanjang tahun. Kawasan ini dipengaruhi oleh angin musim timur pada bulan Mei sampai Oktober dan angin barat pada bulan Nopember sampai April. Tinggi curah hujan rata–rata pertahun sebanyak 2.000 mm terjadi maksimal pada bulan Desember.

Data iklim yang digunakan dalam studi ini diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok, Jakarta tahun 1991-1995 yang meliputi : suhu, kelembaban, curah hujan dan angin dapat dilihat pada Tabel II.5. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 1991-1995 dan evaluasi tipe iklim menurut Scimit dan Ferguson, daerah Tanjung Priok bertipe iklim B dengan bulan kering paling lama 3-4 bulan dan 8-9 bulan merupakan iklim basah. Dari Tabel II.5 di atas, curah hujan rata-rata tahunan adalah sebesar 2.943 mm, suhu maksimum rata-rata bulanan antara 30,4-33,30 C, suhu minimum antara 24,6-25,540C. Kelembaban nisbi antara 81-94 % dan kecepatan angin antara 2-3 m/detik.

Tabel II.4 : Kisaran Suhu Musiman Air Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu

Musim

Suhu oC No. Teluk Jakarta Kepulauan Seribu

Kisaran Rata-rata Permukaan Dasar 1 Barat 25,5 - 29,0 28,0 28,2 – 28,8 28,1 – 28,6 2 Peralihan I 29,1 - 30,6 29,8 29,0 – 30,2 28,4 – 29,6 3 Timur 28,7 - 30,2 29,3 28,1 – 28,6 28,1 – 28,6 4 Peralihan II 29,4 - 30,4 29,6 29,1 – 29,4 29,1 – 29,3

Sumber : Draft Laporan ANDAL Regional Reklamasi Pantura – Jakarta, LPM ITB, 1999

Distribusi jumlah dan prosentase kejadian angin dari stasiun Tanjung Priok diberikan pada Tabel II.6 di bawah ini. Sebagai ringkasan atas data angin, berikut ini disajikan ikhtisar yang diperoleh dari data selama 1980–1997, yaitu : 1- Secara keseluruhan, angin yang bertiup dari arah Utara lebih

dominan, yaitu sebesar 13,19 %.

Page 11: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-11

2- Apabila dipilih berdasarkan bulannya, maka arah angin yang dominan untuk setiap bulan adalah : Januari : Barat. Februari : Barat. Maret : Barat. April : Utara. Mei : Timur Laut dan Timur. Juni : Timur Laut dan Timur. Juli : Timur Laut. Agustus : Timur Laut. September : Utara dan Timur Laut. Oktober : Utara. November : Utara. Desember : Barat.

Tabel II.5 : Keadaan Iklim di Tanjung Priok (1991–1995)

Bulan Suhu

Kelambaban Nisbi (%)

Curah Hujan Angin

Maks Min mm Hari Arah Kec. (m/dt)

Januari 30,4 24,6 94 445 28 Barat 2,1 Februari 31,2 24,6 94 364 26 Barat 2,1

Maret 32,1 24,7 91 338 26 Barat 2,0 April 32,7 25,1 92 250 19 Utara 2,3 Mei 32,8 25,4 90 255 13 Utara 2,2 Juni 33,0 25,0 88 187 15 Timur 3,0 Juli 32,6 24,7 86 128 11 Timur 2,3

Agustus 32,8 25,0 86 217 12 Timur 2,5 September 32,5 25,0 85 97 16 Timur 2,2

Oktober 33,3 25,2 86 274 20 Timur 2,2 November 42,4 25,1 89 200 22 Barat 2,1 Desember 31,9 25,2 81 188 23 Barat 2,2

Jumlah 2.943 231

Sumber : BMG, Jakarta

Page 12: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-12

Tabel II.6 : Distribusi Arah dan Kecepatan Angin di Tanjung Priok (1980–1997)

Arah*) Jumlah Jam Persentase

>5 5-10 10-15 15-20 >20 Total <5 5-10 10-15 15-20 >20 Total Utara 10787 9638 331 58 2 20816 6.84 6.11 0.21 0.04 0.00 13.19 Timur Laut 10142 7941 120 12 3 18218 6.43 5.03 0.08 0.01 0.00 11.54 Timur 8963 4933 163 10 1 14070 5.68 3.13 0.10 0.01 0.00 8.92 Tenggara 7226 1134 21 2 0 8383 4.58 0.72 0.01 0.00 0.00 5.31 Selatan 11645 1687 64 9 0 13405 7.38 1.07 0.04 0.01 0.00 8.49 Barat Daya 5192 2888 288 47 3 8418 3.29 1.83 0.18 0.03 0.00 5.33 Barat 7491 8518 705 88 6 16808 4.75 5.40 0.45 0.06 0.00 10.65 Barat laut 4302 5725 590 100 6 10723 2.73 3.63 0.37 0.06 0.00 6.80 Berangin = 11841 Tidak Berangin = 30759 Tidak Tercatat = 16200 Total = 157200

Berangin = 70.24 Tidak Berangin = 19.49 Tidak Tercatat = 10.27 Total = 100.00

Keterangan : *) Kecepatan angin dalam knot Sumber : LP-ITB, 2001

Page 13: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-13

2. Kependudukan, Sosial dan Budaya

a. Kependudukan

1- Jumlah Penduduk

Kondisi jumlah penduduk lingkup Kawasan Metropolitan Jabodetabek, secara keseluruhan untuk 10 tahun terakhir, dapat disimak pada Tabel II.7. Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa di Kawasan Metropolitan Jabodetabek terdapat 3 daerah baru dalam kurun waktu tersebut, yakni Kota Bekasi, Kota Tangerang dan Kota Depok. Terlihat pula pada tabel tersebut, bahwa perolehan data belum lengkap. Terlihat bahwa jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah terbesar dalam lingkup Kawasan Metropolitan Jabodetabek.

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

Tanju

ng P

riok

Koja

Cilin

cing

Jaka

rta S

elatan

Jaka

rta P

usat

Jaka

rta B

arat

Jaka

rta T

imur

Jaka

rta U

tara

Prov

insi D

KI J

akar

ta

Kabu

paten

Bek

asi

Kota

Beka

si 1)

Kabu

paten

Tan

gera

ng

Kota

Tang

eran

g

Kabu

paten

Bog

or

Kota

Bogo

r

Kota

Depo

k 2)

Gambar II.1 : Jumlah Penduduk di

Kawasan Metropolitan Jabodetabek Tahun 2001

2- Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan angka–angka pada Tabel II.7 maka dapat dilakukan perhitungan laju pertumbuhan penduduk, yang dengan hasil berupa Tabel II.8. Jika tabel ini ditampilkan dalam bentuk gambar, maka akan dapat diperoleh dapat dilihat pada Gambar II.2 bahwa Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Bekasi meru-pakan wilayah dengan laju pertumbuhan tertinggi.

Page 14: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-14

Tabel II.7 : Jumlah Penduduk di Kawasan Metropolitan Jabodetabek Wilayah

No. AdministrasiKecamatan Kelurahan 1991 1992 1993 1994

1 Tanjung Sunter Agung 45,460 47,433 49,073 51,181 2 Priok Sunter Jaya 46,965 48,865 49,295 51,575

3 Kebon Bawang 52,635 53,785 54,809 56,046 4 Papango 24,498 25,177 26,617 26,156 5 Warakas 46,100 45,575 46,145 45,802 6 Sungai Bambu 30,748 30,952 30,993 30,834 7 Tanjung Priok 29,164 28,304 28,038 28,239

8 Koja Tugu Selatan 10,845 11,705 12,341 13,435 9 Tugu Utara 59,820 59,996 60,232 69,408 10 Lagoa 40,566 41,134 41,799 43,330 11 Koja 54,583 54,290 54,691 56,274 12 Rawa Badak Utara 33,904 30,853 30,683 31,474 13 Rawa Badak Utara 37,246 36,824 26,627 26,921 14 Cilincing Sukapura 20,220 20,822 21,000 22,404 15 Rorotan 12,104 12,603 13,021 14,161 16 Marunda 6,627 7,016 7,477 8,098 17 Cilincing 20,994 21,779 22,360 23,764 18 Semper Timur 23,893 24,213 24,639 25,492 19 Semper Barat 53,949 54,386 54,951 56,726 20 Kali Baru 45,450 45,615 45,565 46,000 21 Tanjung Priok 275,570 280,091 284,970 289,833 22 Koja 236,964 234,802 226,373 240,842 23 Cilincing 183,237 186,434 189,013 196,645 21 Jakarta Selatan 1,806,306 1,830,794 1,865,715 1,887,364 22 Jakarta Pusat 1,145,798 1,130,813 1,118,325 1,119,893

23 Jakarta Barat 1,403,588 1,436,128 1,443,172 1,470,973 24 Jakarta Timur 1,783,836 1,827,441 1,867,493 1,913,274 25 Jakarta Utara 1,067,325 1,084,164 1,100,291 1,123,886 26 Provinsi DKI Jakarta 7,206,853 7,309,340 7,394,996 7,515,390 27 Kabupaten Bekasi 3) 2,138,593 2,159,868 2,223,604

28 Kota Bekasi 1) 1) 1) 1) 1)

29 Kabupaten Tangerang 3) 2,191,426 1,619,944 1,653,332 30 Kota Tangerang 3) 3) 774,198 954,477 31 Kabupaten Bogor 3) 3,589,431 3,667,774 3,724,148 32 Kota Bogor 3) 264,564 267,681 266,994 33 Kota Depok 2) 2) 2) 2) 2)

Keterangan : Sumber :1) Kota Bekasi dikukuhkan pada tanggal 10 Maret 1997. BPS Jakarta2) Kota Depok dikukuhkan pada tanggal 27 April 19993) Data tidak/belum dapat diperoleh

JumlahPenduduk

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

52,346 53,735 55,672 56,978 57,721 71,778 64,861 61,913

52,720 53,684 55,160 55,721 55,806 73,552 60,087 57,128

57,073 57,992 58,733 59,248 59,248 45,713 62,703 59,604

26,423 26,486 26,749 26,886 27,089 40,271 30,771 28,109

46,736 47,804 48,782 49,389 49,626 42,161 53,564 50,264

30,715 30,580 30,464 29,962 29,762 27,416 34,353 29,526

37,863 27,745 27,437 27,285 27,290 27,416 32,756 26,739

14,196 14,811 15,375 15,637 15,866 28,133 20,022 16,634

60,526 46,328 46,618 46,943 47,026 63,790 51,347 47,061

45,225 24,510 24,403 58,311 58,467 57,949 62,065 58,186

57,357 38,586 39,233 34,902 34,532 24,969 37,622 32,653

31,681 57,938 58,146 39,592 39,578 34,297 42,413 38,491

17,545 41,679 37,174 24,392 24,156 36,946 31,667 34,342

23,320 23,944 24,544 24,813 25,016 64,699 35,839 26,088

15,650 16,970 17,993 18,741 19,025 25,911 36,514 26,759

8,977 11,076 11,412 11,761 11,898 14,179 21,108 13,621

24,790 25,688 30,017 31,090 31,330 37,477 43,314 33,499

25,931 26,553 27,088 27,493 27,691 30,966 38,434 28,859

58,109 59,246 60,179 60,866 61,033 67,175 72,055 62,185

46,517 46,710 47,089 47,468 47,477 64,271 59,075 47,234

303,876 298,026 302,997 305,469 306,542 328,307 339,095 313,283

226,530 223,852 220,949 219,777 219,625 246,084 245,136 227,367

203,294 210,187 218,322 222,232 223,470 304,678 306,339 238,245

1,903,014 1,909,563 1,910,399 1,983,443 1,966,113 1,733,397 1,674,780 1,691,320

1,117,747 1,119,180 1,113,579 1,108,026 1,107,606 1,056,088 929,259 922,242

1,473,050 1,471,753 1,491,181 1,520,658 1,541,004 1,558,238 1,565,420 1,567,522

1,934,874 1,973,511 1,980,278 2,052,834 2,058,141 2,051,222 2,061,911 2,082,920

1,118,560 1,142,168 1,130,357 1,153,612 1,158,656 1,179,756 1,192,009 1,443,737

7,547,245 7,616,175 7,625,794 7,818,573 7,831,520 7,578,701 7,423,379 7,707,741

2,720,174 2,794,176 1,225,523 1,281,164 1,343,056 1,642,877 1,698,215 3)

1) 1) 1,471,477 1,543,847 1,556,176 1,610,435 1,707,360 3)

2,401,216 2,431,833 2,680,316 2,680,316 2,756,297 2,736,224 2,781,428 3)

1,188,102 1,075,941 1,325,820 1,325,820 1,744,046 1,294,728 1,325,854 3)

3,721,923 3,589,711 4,356,682 4,356,682 4,843,590 4,599,953 3,532,490 3)

647,912 671,405 655,300 656,628 668,379 738,824 809,975 3)

2) 2) 2) 2) 2) 1,143,403 1,184,045 3)

Page 15: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-15

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

Tanju

ng P

riok

Koja

Cilin

cing

Jaka

rta S

elatan

Jaka

rta P

usat

Jaka

rta B

arat

Jaka

rta T

imur

Jaka

rta U

tara

Prov

insi D

KI Ja

karta

Kabu

paten

Bek

asi

Kota

Beka

si

Kabu

paten

Tan

gera

ng

Kota

Tang

eran

g

Kabu

paten

Bog

or

Kota

Bogo

r

Kota

Depo

k

Gambar II.2 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata–Rata Jumlah

Penduduk di Kawasan Metropolitan Jabodetabek

b. Sosial Budaya

1- Sejarah

Sejarah Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad–abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan interna-sional yang ramai. Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan ban-dar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit. Laporan para penulis Eropa abad ke–16 menyebutkan se-buah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang.

Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang–orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang–orang Belanda datang pada akhir abad ke–16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Page 16: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-16

Tabel II.8 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata–Rata Jumlah Penduduk di Kawasan Metropolitan Jabodetabek

Page 17: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-17

Wilayah Laju Pertumbuhan TahunanNo. Administrasi Rata-Rata

Kecamatan Kelurahan 1991 - 1992 1992 - 1993 1993 - 1994 1994 - 1995 1995 - 1996 1996 - 1997 1997 - 1998

1 Tanjung Sunter Agung 4.34% 3.46% 4.30% 2.28% 2.65% 3.60% 2.35%2 Priok Sunter Jaya 4.05% 0.88% 4.63% 2.22% 1.83% 2.75% 1.02%3 Kebon Bawang 2.18% 1.90% 2.26% 1.83% 1.61% 1.28% 0.88%4 Papango 2.77% 5.72% -1.73% 1.02% 0.24% 0.99% 0.51%5 Warakas -1.14% 1.25% -0.74% 2.04% 2.29% 2.05% 1.24%6 Sungai Bambu 0.66% 0.13% -0.51% -0.39% -0.44% -0.38% -1.65%7 Tanjung Priok -2.95% -0.94% 0.72% 34.08% -26.72% -1.11% -0.55%8 Koja Tugu Selatan 7.93% 5.43% 8.86% 5.66% 4.33% 3.81% 1.70%9 Tugu Utara 0.29% 0.39% 15.23% -12.80% -23.46% 0.63% 0.70%

10 Lagoa 1.40% 1.62% 3.66% 4.37% -45.80% -0.44% 138.95%11 Koja -0.54% 0.74% 2.89% 1.92% -32.73% 1.68% -11.04%12 Rawa Badak Utara -9.00% -0.55% 2.58% 0.66% 82.88% 0.36% -31.91%13 Rawa Badak Utara -1.13% -27.69% 1.10% -34.83% 137.55% -10.81% -34.38%14 Cilincing Sukapura 2.98% 0.85% 6.69% 4.09% 2.68% 2.51% 1.10%15 Rorotan 4.12% 3.32% 8.76% 10.51% 8.43% 6.03% 4.16%16 Marunda 5.87% 6.57% 8.31% 10.85% 23.38% 3.03% 3.06%17 Cilincing 3.74% 2.67% 6.28% 4.32% 3.62% 16.85% 3.57%18 Semper Timur 1.34% 1.76% 3.46% 1.72% 2.40% 2.01% 1.50%19 Semper Barat 0.81% 1.04% 3.23% 2.44% 1.96% 1.57% 1.14%20 Kali Baru 0.36% -0.11% 0.95% 1.12% 0.41% 0.81% 0.80%21 Tanjung Priok 1.64% 1.74% 1.71% 4.85% -1.93% 1.67% 0.82%22 Koja -0.91% -3.59% 6.39% -5.94% -1.18% -1.30% -0.53%23 Cilincing 1.74% 1.38% 4.04% 3.38% 3.39% 3.87% 1.79%24 Jakarta Selatan 1.36% 1.91% 1.16% 0.83% 0.34% 0.04% 3.82%25 Jakarta Pusat -1.31% -1.10% 0.14% -0.19% 0.13% -0.50% -0.50%26 Jakarta Barat 2.32% 0.49% 1.93% 0.14% -0.09% 1.32% 1.98%27 Jakarta Timur 2.44% 2.19% 2.45% 1.13% 2.00% 0.34% 3.66%28 Jakarta Utara 1.58% 1.49% 2.14% -0.47% 2.11% -1.03% 2.06%29 Provinsi DKI Jakarta 1.42% 1.17% 1.63% 0.42% 0.91% 0.13% 2.53%30 Kabupaten Bekasi 1) 0.99% 2.95% 22.33% 2.72% -56.14% 4.54%31 Kota Bekasi 1) 1) 1) 1) 1) 1) 1) 4.92%32 Kabupaten Tangerang 1) -26.08% 2.06% 45.23% 1.28% 10.22% 0.00%33 Kota Tangerang 1) 1) 23.29% 24.48% -9.44% 23.22% 0.00%34 Kabupaten Bogor 1) 2.18% 1.54% -0.06% -3.55% 21.37% 0.00%35 Kota Bogor 1) 1.18% -0.26% 142.67% 3.63% -2.40% 0.20%36 Kota Depok 2) 1) 1) 1) 1) 1) 1) 1)

Keterangan :1) Perhitungan tidak dapat dilakukan, karena data tidak lengkap.

1998 - 1999 1999 - 2000 2000 - 2001 2001 - 2002 Rata-Rata

1.30% 24.35% -9.64% -4.55% 3.13%0.15% 31.80% -18.31% -4.92% 2.37%0.00% -22.84% 37.17% -4.94% 1.94%0.76% 48.66% -23.59% -8.65% 2.43%0.48% -15.04% 27.05% -6.16% 1.21%

-0.67% -7.88% 25.30% -14.05% 0.01%0.02% 0.46% 19.48% -18.37% 0.37%1.46% 77.32% -28.83% -16.92% 6.43%0.18% 35.65% -19.51% -8.35% -1.00%0.27% -0.89% 7.10% -6.25% 9.45%

-1.06% -27.69% 50.67% -13.21% -2.58%-0.04% -13.34% 23.66% -9.25% 4.19%-0.97% 52.95% -14.29% 8.45% 6.90%

0.82% 158.63% -44.61% -27.21% 9.87%1.52% 36.19% 40.92% -26.72% 8.84%1.16% 19.17% 48.87% -35.47% 8.62%0.77% 19.62% 15.57% -22.66% 4.94%0.72% 11.83% 24.12% -24.91% 2.36%0.27% 10.06% 7.26% -13.70% 1.46%0.02% 35.37% -8.08% -20.04% 1.06%0.35% 7.10% 3.29% -7.61% 1.24%

-0.07% 12.05% -0.39% -7.25% -0.25%0.56% 36.34% 0.55% -22.23% 3.16%-0.87% -11.84% -3.38% 0.99% -0.51%-0.04% -4.65% -12.01% -0.76% -1.89%1.34% 1.12% 0.46% 0.13% 1.01%0.26% -0.34% 0.52% 1.02% 1.43%0.44% 1.82% 1.04% 21.12% 2.93%0.17% -3.23% -2.05% 3.83% 0.63%4.83% 22.32% 3.37% 1) 0.88%0.80% 3.49% 6.02% 1) 3.81%2.83% -0.73% 1.65% 1) 4.05%

31.54% -25.76% 2.40% 1) 8.72%11.18% -5.03% -23.21% 1) 0.49%

1.79% 10.54% 9.63% 1) 3.04%1) 1) 3.55% 1) 3.55%

Page 18: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa–rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mere-ka. Mereka pun membangun kanal–kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar. Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia.

Lama–kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lingkungan ce-pat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden. Semangat nasio-nalisme Indonesia dicanangkan oleh para mahasiswa di Batavia pada awal abad ke–20.

2- Seni Budaya

Jakarta sebagai ibu kota negara R.I. merupakan kota terbesar dan paling padat penduduknya di seluruh Indonesia, dengan pendu-duknya sekitar sembilan juta yang terdiri dari berbagai bangsa dan suku–suku bangsa dari seluruh wilayah Indonesia. Keaneka-ragaman ditambah dengan pengaruh bangsa asing melahirkan ke-anekaragaman corak seni dan budaya. Beberapa lamanya daerah ini menjadi tempat berkumpulnya berbagai bangsa dan suku suku bangsa dan bermacam–macam adat istiadat, bahasa dan budaya daerah masing–masing. Berbaurnya suku–suku bangsa dari se-luruh tanah air dengan bangsa lain seperti Cina, Arab, Turki, Persia, Inggris dan Belanda mengakibatkan terjadinya perkawinan di antara mereka, sehingga terjadilah perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup hingga melahirkan corak budaya dan tata cara yang baru. Dengan demikian sejak abad ke 19 nampak suatu proto type etnis Betawi. Hal ini tergambar dalam cara dan kesenian masyarakat Betawi di mana ada pengaruh Arab, Cina, Portugis dan lain–lain.

Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh masyarakat Betawi. Kesenian Betawi tersebut antara lain Lenong dan Topeng Blantik. Keduanya merupakan seni drama tradisional. Juga seni tari seperti tari Topeng, Ondel–ondel, tari Ronggeng Topeng dan lain–lain. Seni suara dan seni musiknya adalah sambrah, rebana, gambang kromong, tanjidor dan sejenisnya, bahkan wayangpun ada, wayang kulit Betawi menggunakan bahasa dialek Melayu Betawi.

Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya meng-

Page 19: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-19

ikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Na-mun demikian, persetujuan orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan membantu terlaksananya perkawinan tersebut.

Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perka-winan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi, bila sudah ada kecocokan, orang tua pemuda lalu mela-marnya ke orang tua si gadis. Bila kedua belah pihak setuju, dit-entukan hari untuk mengantarkan uang belanja–kawin yang bia-sanya diwakilkan kepada orang lain yakni kerabat kedua belah pihak. Pada hari yang telah ditentukan, dilakukanlah upacara perkawinan. Selesai dilakukan akad nikah, pemuda kembali ke orang tuanya, begitu pula dengan si gadis. Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan, di mana pengantin laki–laki diarak ke rumah pengantin wanita. Dengan melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun, diiringi irama rebana dan lagu–lagu marhaban barulah pengantin laki–laki diperkenalkan masuk rumah untuk menemui pengantin wanita dan duduk bersanding sebentar, kemudian pengantin laki–laki berdiri dan bergabung dengan orang–orang tua yang mengantarkan tadi. Sesudah upacara bersama ini maka pengantin wanita dapat mengikuti suaminya kembali ke rumahnya.

3- Kerukunan

Ada beberapa indikator yang dapat menunjukkan bahwa Jakarta belum mencapai situasi kerukunan yang optimal. Namun dari beberapa indikator tersebut, ada satu hal yang paling mudah dilihat. Indikator tersebut adalah intensitas konflik yang terbuka dan bertendensi untuk saling menghancurkan.

Sejak awal 1990–an terlihat kecenderungan terjadinya perkelahian di antara pelajar–pelajar yang berlainan sekolah. Dan kecende-rungan tersebut semakin hari semakin meningkat, baik dari segi intensitas, skala, serta korban materi dan jiwa yang diakibat-kannya.

Dalam perkembangannya, perkelahian bukan semata ber-lang-sung di antara pelajar yang berlainan sekolah, melainkan juga di antara kelompok pemuda yang berlainan kelurahan atau komplek perumahan sebagaimana sering terjadi di Berlan dan Pal Meriem.

Page 20: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-20

Lebih jauh, perkelahian yang kronis juga terjadi antara warga di seluruh tingkatan usia sebagaimana terjadi di Manggarai dan Bukitduri.

Dalam bentuk lain, suatu demo yang awalnya berjalan dengan damai, mendadak berubah menjadi perkelahian atau pengania-yaan brutal. Hal ini biasanya terjadi di antara mahasiswa atau warga kota lainnya dengan aparat keamanan. Hal yang sama ter-jadi di antara sesama 'preman' yang menguasai pasar atau tempat usaha lainnya; di antara aparat pemerintah dengan pedagang; bahkan ironisnya juga terjadi di antara sesama aparat keamanan itu sendiri.

Kerusuhan 13–15 Mei 1998 menggambarkan dimensi yang lebih kompleks dan relatif lengkap mengenai situasi kerukunan di kota Metropolitan. Dalam insiden dramatis tersebut, kita dapat melihat adanya ketegangan atau friksi di antara masyarakat dengan pemerintah pada umumnya, melainkan juga di atara sesama warga masyarakat. Masyarakat merusak dan membakar berbagai fasilitas pemerintah, bahkan mengejar dan menganiaya sejumlah aparat keamanan. Warga yang miskin menjarah dan membakar warga yang kaya; warga yang beragama tertentu mengancam, merusak dan menganiaya warga agama lain; warga pribumi merusak, membakar, menganiaya, bahkan, menurut sumber tertentu, memperkosa dan membunuh warga keturunan.

Secara lebih kongkrit bentuk kekerasan atau ketidakrukunan mi-salnya tercermin dalam kasus Kerusuhan 13–15 Mei 1998 di mana terjadi kerugian sebesar Rp 2,5 trilyun dengan kerusakan sebagai berikut: 13 pasar, 2.479 ruko, 40 mal/plaza, 1.604 toko, 45 bengkel, 2 kecamatan, 11 Polsek, 383 kantor swasta, 65 kantor bank, 24 restoran, 12 hotel, 9 pompa bensin, 8 bus kota, 1.119 mobil, 821 motor, 486 rambu lalu lintas, 11 taman, 18 pagar, 1.026 rumah penduduk dan gereja.

Beberapa pihak percaya bahwa eskalasi konflik terbuka dan kolosal ini terjadi sebagai akibat akumulasi kemarahan warga masyarakat terhadap pemerintah. Insiden 27 Juli 1996 misalnya, merupakan suatu bentuk intervensi dan penyerangan yang te-rang–terangan yang dilakukan pemerintah kepada suatu partai politik yang didukung masyarakat. Setelah melakukan hal terse-but, masyarakat tentu saja seakan mendapat pembenaran untuk melakukan hal serupa, baik pada masa itu mau pun masa se-sudahnya sebagaimana ditunjukkan pada Kerusuhan 13–15 Mei 1998.

Peristiwa perkelahian dan perusakan yang terjadi Terminal Kam-

Page 21: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-21

pung Rambutan, Ketapang, dan Pasar Senen membersitkan nuan-sa SARA (primordialisme). Apa yang awalnya merupakan konflik kepentingan, ternyata melebar menjadi konflik antar suku dan atau agama.

3. Perekonomian

a. Tingkat Perkembangan Perekonomian

Tingkat pertumbuhan di Provinsi DKI Jakarta, Jabodetabek dan wi-layah–wilayah di dalam Jabodetabek tersebut, secara umum dicermin-kan oleh PDRB masing–masing wilayah. PDRB tersebut, secara seksama untuk kurun 1991 – 2002 (dengan catatan, data untuk tahun–tahun tertentu tidak tersedia atau tidak dapat diperoleh), dapat ditelaah pada : Tabel II.9 (Kotamadya Jakarta Utara), Tabel II.10 (Kotamadya Jakarta Selatan), Tabel II.11 (Kotamadya Jakarta Barat), Tabel II.12 (Kotamadya Jakarta Timur), Tabel II.13 (Kotamadya Jakarta Pusat), Tabel II.14 (Provinsi DKI Jakarta), Tabel II.15 (Kabupaten Bekasi), Tabel II.16 (Kota Bekasi), Tabel II.17 (Kabupaten Tangerang), Tabel II.18 (Kota Tangerang), Tabel II.19 (Kabupaten Bogor), Tabel II.20 (Kota Bogor), dan Tabel II.21 (Kota Depok).

Perlu menjadi perhatian, bahwa dalam sistem pencatatan PDRB untuk harga konstan oleh BPS, digunakan pengertian tahun dasar. Untuk data dengan kurun waktu 1993 – 2002, maka BPS mengunakan tahun dasar 1993. Sedangkan untuk data tahun 1991 dan 1992, digunakan tahun dasar 1983. Dengan demikian, sesungguhnya data untuk tahun 1991 dan 1992 tidak dapat dibandingkan dengan data tahun 1993 sampai 2002, karena memiliki tahun dasar yang berbeda.

b. Laju Pertumbuhan Perekonomian

1- Kawasan Metropolitan Jabodetabek

Berbekal angka–angka pada pada : Tabel II.9 (Kotamadya Jakarta Utara), Tabel II.10 (Kotamadya Jakarta Selatan), Tabel II.11 (Kotamadya Jakarta Barat), Tabel II.12 (Kotamadya Jakarta Timur), Tabel II.13 (Kotamadya Jakarta Pusat), Tabel II.14 (Provinsi DKI Jakarta), Tabel II.15 (Kabupaten Bekasi), Tabel II.16 (Kota Bekasi), Tabel II.17 (Kabupaten Tangerang), Tabel II.18 (Kota Tangerang), Tabel II.19 (Kabupaten Bogor), Tabel II.20 (Kota Bogor), dan Tabel II.21 (Kota Depok), selanjutnya Konsultan mencoba melakukan perhitungan laju pertumbuhan tahunan (annual growth rate).

Page 22: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-22

Tabel II.9 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kotamadya Jakarta Utara

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kotamadya Jakarta Utara 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 21,404.00 20,388.00 47,399.00 41,132.00 40,633.00 40,181.00 40,376.00 43,655.00 46,987.00 43,110.00 41,869.00 40,764.00

2 Pertambangan dan Penggalian

– – – – – – – – – – – -

3 Industri Pengolahan

1,182,458.00 1,313,356.00 4,694,064.00 5,213,248.00 6,933,090.00 7,656,528.00 7,986,661.00 6,427,016.00 6,445,840.00 6,650,418.00 7,062,575.00 7,282,292.00

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

78,369.00 85,037.00 155,595.00 162,575.00 177,536.00 176,216.00 175,070.00 174,033.00 177,367.00 188,024.00 218,356.00 230,608.00

5 Bangunan / Konstruksi

85,218.00 90,113.00 668,154.00 708,816.00 950,759.00 1,113,091.00 1,345,208.00 1,044,800.00 938,230.00 942,981.00 1,016,028.00 1,053,520.00

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

532,831.00 565,334.00 1,792,434.00 1,924,014.00 2,174,812.00 2,398,518.00 2,641,949.00 2,017,216.00 1,963,260.00 2,032,610.00 2,129,167.00 2,232,388.00

7 Pengangkutan dan Komunikasi

453,606.00 471,757.00 1,438,000.00 1,543,743.00 1,597,452.00 1,716,473.00 1,836,052.00 1,716,408.00 1,978,267.00 2,107,848.00 1,891,915.00 1,972,028.00

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

103,445.00 120,384.00 606,918.00 682,780.00 731,311.00 807,023.00 841,395.00 686,520.00 647,749.00 659,811.00 674,257.00 695,695.00

9 Jasa-Jasa 188,569.00 202,728.00 574,626.00 592,418.00 657,677.00 650,862.00 626,690.00 490,966.00 490,107.00 496,744.00 513,529.00 530,014.00

Jumlah 2,645,900.00 2,869,097.00 9,977,190.00 10,868,726.00 13,263,270.00 14,558,892.00 15,493,401.00 12,600,614.00 12,687,807.00 13,121,546.00 13,547,696.00 14,037,309.00

Page 23: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-23

Tabel II.10 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kotamadya Jakarta Selatan

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kotamadya Jakarta Selatan 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 28,809.00 26,807.00 24,832.00 33,505.00 31,897.00 30,788.00 31,615.00 24,838.49 26,839.40 27,923.88 29,012.55 29,115.45

2 Pertambangan dan Penggalian

– – – – – – – – – – – -

3 Industri Pengolahan

441,601.00 488,886.00 474,435.00 572,366.00 671,567.00 820,371.00 843,371.00 873,474.19 873,853.50 896,553.82 907,353.63 933,914.53

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

155,588.00 169,165.00 143,138.00 158,641.00 165,896.00 174,567.00 210,609.00 207,760.21 210,627.21 214,842.90 222,984.64 227,535.55

5 Bangunan / Konstruksi

395,709.00 418,437.00 2,224,222.00 2,545,563.00 3,035,974.00 3,522,825.00 3,748,107.00 1,913,504.45 1,844,271.22 1,852,188.96 1,873,217.71 1,916,961.76

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

633,373.00 673,685.00 2,059,169.00 2,206,091.00 2,402,026.00 2,652,348.00 2,745,410.00 2,522,948.10 2,612,563.96 2,825,298.15 2,998,080.13 3,139,091.21

7 Pengangkutan dan Komunikasi

240,176.00 258,005.00 731,425.00 757,812.00 790,554.00 880,613.00 1,015,728.00 881,345.27 920,168.67 947,965.37 980,712.84 1,031,034.05

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

311,669.00 365,047.00 2,304,184.00 2,514,781.00 2,696,028.00 2,881,963.00 2,904,884.00 2,441,774.48 2,494,957.00 2,570,227.04 2,667,666.65 2,771,139.38

9 Jasa-Jasa 412,149.00 3,313,973.00 1,231,177.00 1,292,047.00 1,331,146.00 1,356,006.00 1,367,773.00 1,437,810.00 1,473,354.20 1,497,476.79 1,540,997.56 1,589,600.40

Jumlah 2,619,074.00 5,714,005.00 9,192,582.00 10,080,806.00 11,125,088.00 12,319,481.00 12,867,497.00 10,303,455.19 10,456,635.16 10,832,476.91 11,220,025.71 11,638,392.33

Page 24: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-24

Tabel II.11 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kotamadya Jakarta Barat

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kotamadya Jakarta Barat 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 47,612.00 39,767.00 14,418.00 13,003.00 12,255.00 12,489.00 17,310.00 12,631.00 13,342.00 12,880.00 14,192.00 14,221.00

2 Pertambangan dan Penggalian

– – – – – – – – – – – –

3 Industri Pengolahan

421,407.00 464,746.00 728,262.00 807,239.00 903,791.00 953,432.00 1,182,240.00 1,072,964.00 1,010,558.00 1,077,628.00 1,123,829.00 1,175,029.00

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

104,535.00 113,280.00 166,206.00 193,689.00 217,646.00 234,476.00 221,234.00 222,638.00 217,501.00 232,665.00 244,528.00 259,463.00

5 Bangunan / Konstruksi

163,827.00 201,556.00 1,625,636.00 1,906,468.00 2,310,288.00 2,705,435.00 2,787,339.00 1,503,024.00 1,518,054.00 1,565,417.00 1,601,303.00 1,642,907.00

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

654,456.00 692,256.00 2,126,396.00 2,287,540.00 2,491,753.00 2,753,401.00 2,886,974.00 2,591,734.00 2,640,130.00 2,773,739.00 2,867,070.00 2,970,644.00

7 Pengangkutan dan Komunikasi

230,240.00 255,988.00 896,171.00 945,636.00 997,969.00 1,104,652.00 737,963.00 669,934.00 669,066.00 701,387.00 1,200,723.00 1,271,211.00

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

492,243.00 512,202.00 2,016,402.00 2,087,566.00 2,063,900.00 2,092,788.00 2,154,708.00 1,693,934.00 1,620,459.00 1,649,210.00 1,722,404.00 1,797,632.00

9 Jasa–Jasa 253,171.00 264,585.00 1,063,583.00 1,108,829.00 1,155,862.00 1,172,067.00 1,143,645.00 1,089,382.00 1,103,084.00 1,141,083.00 1,182,747.00 1,220,564.00

Jumlah 2,367,491.00 2,544,380.00 8,637,074.00 9,349,970.00 10,153,464.00 11,028,740.00 11,131,413.00 8,856,241.00 8,792,194.00 9,154,009.00 9,956,796.00 10,351,671.00

Page 25: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-25

Tabel II.12 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kotamadya Jakarta Timur

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kotamadya Jakarta Timur 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 32,380.00 24,603.00 40,692.00 35,847.00 35,654.00 35,134.00 29,160.00 26,534.00 27,224.00 25,763.00 27,278.00 27,120.00

2 Pertambangan dan Penggalian

– – – – – – – – – – – –

3 Industri Pengolahan

1,534,004.00 1,638,776.00 3,333,227.00 3,626,174.00 3,955,713.00 4,207,334.00 4,428,638.00 3,686,114.00 3,506,501.00 3,639,397.00 3,776,225.00 3,906,734.00

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

132,606.00 143,940.00 206,762.00 226,787.00 250,972.00 259,669.00 298,633.00 249,633.00 269,700.00 292,109.00 308,945.00 317,205.00

5 Bangunan / Konstruksi

182,180.00 218,652.00 1,387,631.00 1,549,157.00 1,770,824.00 1,988,352.00 1,793,747.00 1,485,252.00 1,533,522.00 1,616,332.00 1,651,629.00 1,668,311.00

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

562,582.00 596,778.00 2,020,902.00 2,171,573.00 2,363,877.00 2,595,825.00 2,783,120.00 2,285,403.00 2,059,395.00 2,257,266.00 2,283,650.00 2,385,536.00

7 Pengangkutan dan Komunikasi

241,143.00 259,703.00 799,643.00 830,768.00 868,305.00 961,458.00 102,503.00 884,420.00 925,883.00 1,002,433.00 1,073,645.00 1,138,267.00

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

212,146.00 236,205.00 1,109,211.00 1,252,681.00 1,371,614.00 1,501,091.00 1,464,502.00 1,412,280.00 1,441,272.00 1,464,170.00 1,503,209.00 1,557,442.00

9 Jasa–Jasa 264,336.00 278,709.00 1,260,771.00 1,315,477.00 1,368,763.00 1,401,830.00 1,413,420.00 1,151,827.00 1,194,034.00 1,210,108.00 1,253,851.00 1,304,772.00

Jumlah 3,161,377.00 3,397,366.00 10,158,839.00 11,008,464.00 11,985,722.00 12,950,693.00 12,313,723.00 11,181,463.00 10,957,531.00 11,507,578.00 11,878,432.00 12,305,387.00

Page 26: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-26

Tabel II.13 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kotamadya Jakarta Pusat

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kotamadya Jakarta Pusat 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 216.76 171.75 2,873.00 2,830.00 2,623.00 2,616.00 2,612.00 3,051.00 3,147.00 3,117.00 3,133.00 3,180.00

2 Pertambangan dan Penggalian

– – – – – – – – – – – –

3 Industri Pengolahan

185.68 205.62 280,082.00 238,630.00 329,281.00 277,660.00 348,316.00 268,366.00 247,254.00 244,621.00 244,083.00 248,409.00

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

231.67 248.57 218,907.00 232,962.00 255,105.00 273,254.00 326,220.00 267,363.00 292,441.00 302,528.00 314,505.00 329,483.00

5 Bangunan / Konstruksi

185.21 195.85 705,107.00 769,695.00 869,841.00 962,046.00 838,411.00 574,568.00 537,724.00 537,957.00 561,047.00 585,782.00

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

154.61 164.04 3,319,319.00 3,561,173.00 3,922,949.00 4,293,386.00 4,656,479.00 3,778,912.00 4,139,112.00 4,438,014.00 4,696,063.00 4,920,800.00

7 Pengangkutan dan Komunikasi

148.22 170.23 596,043.00 621,897.00 654,511.00 738,652.00 777,267.00 684,128.00 710,196.00 764,855.00 811,046.00 858,561.00

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

277.61 285.47 5,426,296.00 6,109,030.00 6,683,427.00 7,237,298.00 7,452,450.00 7,287,617.00 6,896,545.00 7,109,941.00 7,295,004.00 7,529,448.00

9 Jasa–Jasa 291.33 305.24 1,268,631.00 1,321,346.00 1,370,743.00 1,393,177.00 1,335,244.00 1,243,448.00 12,932,853.00 1,336,177.00 1,394,201.00 1,454,075.00

Jumlah 1,691.09 1,746.77 11,817,258.00 12,857,563.00 14,088,480.00 15,178,089.00 15,736,999.00 14,107,453.00 25,759,272.00 14,737,210.00 15,319,082.00 15,929,738.00

Page 27: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-27

Tabel II.14 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Provinsi DKI Jakarta

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Provinsi DKI Jakarta 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 117,466.00 100,931.00 144,428.00 124,943.00 123,035.00 122,168.00 123,492.00 104,971.00 116,868.00 115,743.00 113,408.00 110,227.00

2 Pertambangan dan Penggalian

– – – – – – – – – – – –

3 Industri Pengolahan

3,813,625.00 4,149,925.00 10,708,576.00 11,651,126.00 11,865,289.00 13,918,229.00 14,717,834.00 12,072,978.00 12,391,061.00 12,875,191.00 13,320,467.00 13,686,925.00

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

646,598.00 700,328.00 900,449.00 974,402.00 1,009,380.00 1,071,297.00 1,209,840.00 1,103,239.00 1,161,177.00 1,245,846.00 1,296,862.00 1,363,260.00

5 Bangunan / Konstruksi

1,323,443.00 1,562,606.00 6,651,134.00 7,595,541.00 8,783,484.00 10,135,328.00 10,677,749.00 6,589,239.00 6,404,740.00 6,535,392.00 6,639,223.00 6,834,029.00

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3,083,923.00 3,277,981.00 11,316,760.00 12,317,610.00 13,664,018.00 15,044,072.00 15,922,398.00 13,446,401.00 13,550,295.00 14,166,037.00 14,799,816.00 15,549,392.00

7 Pengangkutan dan Komunikasi

1,688,220.00 1,852,809.00 4,445,521.00 4,668,405.00 5,100,642.00 5,619,609.00 6,008,734.00 5,287,988.00 5,402,572.00 5,736,012.00 6,047,504.00 6,391,477.00

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3,631,870.00 4,072,603.00 11,570,579.00 12,592,349.00 13,326,468.00 14,341,468.00 14,954,197.00 13,616,814.00 12,681,994.00 13,285,022.00 13,740,441.00 14,245,887.00

9 Jasa–Jasa 1,647,877.00 4,072,603.00 5,369,013.00 5,580,892.00 5,776,374.00 5,912,631.00 5,929,203.00 5,239,887.00 5,506,518.00 5,735,176.00 5,908,579.00 6,083,725.00

Jumlah 15,953,022.00 19,789,786.00 51,106,460.00 55,505,268.00 59,648,690.00 66,164,802.00 69,543,447.00 57,461,517.00 57,215,225.00 59,694,419.00 61,866,300.00 64,264,922.00

Page 28: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-28

Tabel II.15 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Bekasi

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kabupaten Bekasi 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 138,336.23 145,718.49 405,885.97 296,170.04 266,416.98 262,560.47 217,351.18 198,999.95 196,924.83 203,995.09 198,359.00 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

4,218.49 3,527.28 8,512.00 9,533.01 11,154.01 13,028.00 13,869.78 4,608.15 4,496.63 4,208.62 6,246.32 3)

3 Industri Pengolahan

362,339.97 456,578.19 2,327,905.00 3,057,522.14 3,560,352.79 3,985,432.28 4,314,900.01 3,261,451.77 3,335,334.67 3,546,140.90 7,066,045.83 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

18,694.17 23,177.89 76,251.00 65,131.68 81,899.32 94,537.98 118,346.30 111,179.43 122,911.85 137,827.47 142,223.10 3)

5 Bangunan / Konstruksi

88,189.12 96,126.14 229,319.00 147,836.16 170,021.24 195,707.94 201,719.27 133,312.19 129,792.75 132,700.51 135,782.20 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

166,622.78 177,311.91 532,527.00 667,494.77 778,189.07 891,408.16 937,310.59 852,716.79 884,250.57 912,397.77 941,988.26 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

439,126.00 58,587.85 147,374.00 88,018.72 99,710.13 124,713.07 129,642.25 121,150.13 122,662.26 133,788.18 142,652.18 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

12,447.72 13,190.76 194,518.00 165,477.36 174,265.59 210,232.15 253,605.56 132,639.61 132,812.46 138,138.55 131,414.57 3)

9 Jasa–Jasa 75,128.06 79,741.96 391,388.00 182,800.02 205,811.92 214,610.40 220,848.28 222,692.79 227,654.49 235,239.66 252,847.43 3)

Jumlah 1,305,102.54 1,053,960.47 4,313,679.97 4,679,983.90 5,347,821.05 5,992,230.45 6,407,593.22 5,038,750.81 5,156,840.51 5,444,436.75 9,017,558.89 –

Page 29: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-29

Tabel II.16 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Bekasi

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kota Bekasi 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

1 Pertanian 3) 3) 3) 3) 3) 42,330.00 38,715.00 34,538.00 38,054.00 37,183.00 3) 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 3) 3) 3) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3) 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 3) 3) 3) 1,804,779.00 1,957,432.00 1,573,624.00 1,590,458.00 1,700,546.00 3) 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 3) 3) 3) 67,724.00 77,381.00 75,339.00 84,915.00 100,824.00 3) 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 3) 3) 3) 159,920.00 156,729.00 130,141.00 132,901.00 147,892.00 3) 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 3) 3) 3) 960,108.00 982,727.00 730,022.00 755,131.00 799,989.00 3) 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 3) 3) 3) 276,800.00 284,817.00 232,949.00 238,210.00 255,902.00 3) 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 3) 3) 3) 127,210.00 144,025.00 67,555.00 74,349.00 119,528.00 3) 3)

9 Jasa–Jasa 3) 3) 3) 3) 3) 210,787.00 216,968.00 216,469.00 222,612.00 215,378.00 3) 3)

Jumlah – – – – – 3,649,658.00 3,858,794.00 3,060,637.00 3,136,630.00 3,377,242.00 – –

Page 30: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-30

Tabel II.17 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Tangerang

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kabupaten Tangerang 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 3) 3) 427,893.32 431,544.83 464,307.32 504,040.65 478,118.80 404,179.48 438,886.67 447,071.24 3) 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 8,884.11 8,925.66 8,952.41 9,181.42 9,930.91 6,025.90 5,573.95 5,672.61 3) 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 603,608.08 1,713,344.35 1,859,622.53 2,114,485.00 2,276,507.67 2,210,393.62 2,248,156.18 2,311,260.62 3) 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 192,381.11 193,982.59 213,262.29 233,063.19 239,523.29 233,689.57 234,794.47 252,274.34 3) 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 119,654.01 122,339.42 142,490.04 148,959.00 154,463.96 73,096.57 66,782.63 67,813.34 3) 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 392,145.64 425,173.47 470,589.22 500,468.59 545,923.33 468,733.01 484,399.69 496,160.63 3) 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 184,621.52 190,423.88 211,628.49 222,606.13 237,587.21 205,423.29 202,875.59 213,184.61 3) 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 81,978.86 90,614.09 102,587.60 115,495.66 135,686.94 80,648.90 81,941.85 137,544.68 3) 3)

9 Jasa–Jasa 3) 3) 94,678.81 175,848.30 181,124.82 196,428.99 206,473.11 205,147.15 206,070.28 212,819.05 3) 3)

Jumlah – – 2,105,845.46 3,352,196.59 3,654,564.72 4,044,728.63 4,284,215.22 3,887,337.49 3,969,481.31 4,143,801.12 – –

Page 31: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-31

Tabel II.18 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Tangerang

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kota Tangerang 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 3) 3) 3) 3) 31,559.09 28,863.11 24,260.72 21,183.00 21,087.00 20,428.00 20,172.00 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 3) 3) – – – – – – – 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 3) 3) 2,466,643.26 3,026,971.63 3,547,381.00 3,057,471.00 3,124,788.00 3,289,052.00 3,415,656.00 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 3) 3) 88,844.63 107,167.49 121,029.33 92,316.00 98,223.00 104,917.00 113,031.00 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 3) 3) 157,998.38 203,089.64 215,128.98 104,190.00 102,939.00 103,618.00 105,835.00 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 3) 3) 1,340,789.25 1,515,497.37 1,542,214.66 1,401,153.00 1,465,377.00 1,540,618.00 1,637,578.00 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 3) 3) 834,866.39 908,334.07 975,215.37 692,605.00 697,156.00 732,082.00 784,767.00 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 3) 3) 166,592.89 203,895.32 235,847.03 148,807.00 150,627.00 93,889.00 60,845.00 3)

9 Jasa–Jasa 3) 3) 3) 3) 137,925.76 150,370.59 162,844.71 162,452.00 168,233.00 174,989.00 184,484.00 3)

Jumlah – – – – 5,193,660.56 6,115,326.11 6,799,661.08 5,658,994.00 5,807,343.00 6,039,165.00 6,302,196.00 –

Page 32: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-32

Tabel II.19 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Bogor

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kabupaten Bogor 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 3) 3) 602,175.91 618,216.12 642,591.09 690,253.29 612,709.85 474,345.06 552,138.72 453,959.33 3) 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 408,505.71 379,731.37 349,960.43 372,377.97 379,624.22 302,464.57 302,473.44 50,043.42 3) 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 1,861,346.36 2,178,098.01 2,489,379.98 2,837,234.12 3,075,845.51 2,426,226.94 2,397,932.00 2,266,587.30 3) 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 140,220.52 154,379.43 166,592.64 189,862.62 210,630.53 217,307.52 226,710.61 208,083.17 3) 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 392,172.53 429,533.18 461,110.24 499,303.39 523,849.61 305,194.78 300,220.11 216,195.52 3) 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 725,098.25 808,451.48 883,762.80 979,864.75 1,015,884.60 802,337.72 819,546.64 512,095.15 3) 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 202,072.15 216,027.46 226,704.44 260,609.00 277,523.42 236,949.50 239,661.73 174,379.28 3) 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 166,335.83 180,285.89 190,935.62 228,714.98 249,346.61 188,879.53 195,904.95 146,771.46 3) 3)

9 Jasa–Jasa 3) 3) 349,292.66 363,623.91 377,146.54 407,218.84 428,239.92 416,762.09 421,247.68 308,500.88 3) 3)

Jumlah – – 4,847,219.92 5,328,346.85 5,788,183.78 6,465,438.96 6,773,654.27 5,370,467.71 5,455,835.88 4,336,615.51 – –

Page 33: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-33

Tabel II.20 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Bogor

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kota Bogor 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 3) 3) 3) 1,531.39 4,899.85 5,177.55 4,648.21 4,160.47 4,388.84 4,701.80 3) 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 3) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3) 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 3) 99,754.00 171,452.13 225,757.44 239,770.69 221,353.02 231,144.00 243,978.79 3) 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 3) 29,501.00 57,449.98 45,789.30 49,787.13 49,578.02 48,692.58 50,995.53 3) 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 3) 77,257.00 123,662.78 132,838.56 134,356.00 91,629.61 94,854.00 96,870.82 3) 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 3) 101,280.00 232,049.07 244,452.19 257,305.35 242,776.63 250,478.07 259,232.95 3) 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 3) 91,147.00 112,967.19 123,987.20 132,753.78 112,862.52 117,693.00 124,384.63 3) 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 3) 128,640.00 164,467.25 190,969.76 200,360.95 115,387.38 119,287.91 129,450.51 3) 3)

9 Jasa–Jasa 3) 3) 3) 52,485.00 73,082.06 76,337.38 79,533.55 77,835.51 79,095.35 80,782.84 3) 3)

Jumlah – – – 581,595.39 940,030.31 1,045,309.38 1,098,515.66 915,583.16 945,633.75 990,397.87 – –

Page 34: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-34

Tabel II.21 : PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Depok

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kota Depok 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 3) 3) 3) 3) 47,288.54 54,623.95 58,130.66 41,296.99 42,400.90 43,188.50 44,214.03 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 3) 3) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 3) 3) 737,880.89 780,425.73 848,819.14 489,259.35 489,650.76 503,018.23 550,740.32 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 3) 3) 43,728.97 49,809.66 55,203.84 47,656.38 49,649.73 51,596.04 55,328.35 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 3) 3) 106,412.57 110,329.48 118,178.74 88,778.37 89,009.17 91,145.39 96,386.25 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 3) 3) 340,749.24 373,492.12 390,096.12 307,997.11 318,713.60 332,139.34 348,361.56 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 3) 3) 68,461.45 72,908.03 76,898.56 74,111.09 75,284.82 77,761.24 83,019.44 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 3) 3) 54,597.78 61,301.44 64,391.69 56,954.55 57,130.15 58,442.16 66,242.59 3)

9 Jasa–Jasa 3) 3) 3) 3) 109,794.64 115,688.10 123,294.27 118,160.15 120,690.42 123,817.27 131,456.58 3)

Jumlah – – – – 1,508,914.08 1,618,578.51 1,735,013.02 1,224,213.99 1,242,529.55 1,281,108.17 1,375,749.12 –

Page 35: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-35

Adanya perbedaan tahun dasar di atas menyebabkan Konsultan tidak melakukan perhitungan laju pertumbuhan tahunan untuk kurun 1992 – 1993, jadi yang dihitung adalah 1991 – 1992, serta 1993 sampai 2002. Sebagai hasil diperoleh Tabel II.22. yang dapat diejawantahkan agar lebih jelas menjadi Gambar II.3.

Dapat dilihat pada tabel dan gambar tersebut bahwa Ja-karta Se-latan, Kabupaten Tangerang dan Kota Bogor me-miliki laju per-tumbuhan tahunan rata-rata (average an-nual growth rate) yang tertinggi, di atas rata-rata Kawa-san Metropolitan Jabodetabek. Sedangkan Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Depok mem-iliki angka laju pertumbuhan tahunan rata-rata yang negatif. Un-tuk Jakarta Utara (tempat beradanya Pelabuhan Tanjung Priok), angka laju pertumbuhan tahunan rata-ratanya (4.79%) sedikit di bawah rata-rata Kawasan Metropolitan Jabodetabek (5.41%).

Secara sektoral, angka laju pertumbuhan tahunan rata-rata Kawa-san Metropolitan Jabodetabek dapat disimak pa-da Gambar II.4. Terlihat pada gambar tersebut bahwa sek-tor jasa-jasa (16.01%) memiliki angka tertinggi, diikuti oleh industri pengolahan (8.03%), serta pengangkutan dan komunikasi (7.65%). Di luar sektor per-tambangan dan penggalian, terendah adalah pertanian (0.48%), diikuti oleh bangunan/konstruksi (0.63%).

2- Provinsi DKI Jakarta

Secara sektoral, angka laju pertumbuhan tahunan rata-rata Pro-vinsi DKI Jakarta dapat disimak pada Gambar II.5. Terlihat pada gambar tersebut bahwa sektor jasa-jasa (16.08%) memiliki angka tertinggi, di atas angka untuk Kawasan Metropolitan Jabodetabek (16.01%). Kedua adalah sektor listrik, gas dan air bersih (5.21%) serta pengangkutan dan komunikasi (4.86%). Di luar sektor pertambangan dan penggalian, terendah adalah perta-nian, yang memiliki angka negatif (-3.82%), diikuti oleh bangunan/konstruksi (3.41%). Secara umum, pola untuk Provinsi DKI Jakarta (5.02%) hampir sama dengan untuk Kawasan Metropolitan Jabodetabek (5.41%).

Page 36: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-36

Tabel II.22 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kawasan Metropolitan Jabodetabek

PDRB Berdasarkan Harga Konstan

No. Sektor Kota Depok 19911) 19921) 19932) 19942) 19952) 19962) 19972) 19982) 19992) 20002) 20012) 20022)

1 Pertanian 3) 3) 3) 3) 47,288.54 54,623.95 58,130.66 41,296.99 42,400.90 43,188.50 44,214.03 3)

2 Pertambangan dan Penggalian

3) 3) 3) 3) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3)

3 Industri Pengolahan

3) 3) 3) 3) 737,880.89 780,425.73 848,819.14 489,259.35 489,650.76 503,018.23 550,740.32 3)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

3) 3) 3) 3) 43,728.97 49,809.66 55,203.84 47,656.38 49,649.73 51,596.04 55,328.35 3)

5 Bangunan / Konstruksi

3) 3) 3) 3) 106,412.57 110,329.48 118,178.74 88,778.37 89,009.17 91,145.39 96,386.25 3)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3) 3) 3) 3) 340,749.24 373,492.12 390,096.12 307,997.11 318,713.60 332,139.34 348,361.56 3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3) 3) 3) 3) 68,461.45 72,908.03 76,898.56 74,111.09 75,284.82 77,761.24 83,019.44 3)

8 Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan

3) 3) 3) 3) 54,597.78 61,301.44 64,391.69 56,954.55 57,130.15 58,442.16 66,242.59 3)

9 Jasa-Jasa 3) 3) 3) 3) 109,794.64 115,688.10 123,294.27 118,160.15 120,690.42 123,817.27 131,456.58 3)

Jumlah - - - - 1,508,914.08 1,618,578.51 1,735,013.02 1,224,213.99 1,242,529.55 1,281,108.17 1,375,749.12 -

Page 37: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-37

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

Jaka

rta U

tara

Jaka

rta S

elatan

Jaka

rta B

arat

Jaka

rta Ti

mur

Jaka

rta P

usat

Prov

insi D

KI Ja

karta

Kabu

paten

Bek

asi

Kota

Beka

si

Kabu

paten

Tang

eran

g

Kota

Tang

eran

g

Kabu

pate

n Bog

or

Kota

Bogo

r

Kota

Depo

k

Rata-

Rata

Gambar II.3 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kawasan Metropolitan

Jabodetabek

Page 38: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-38

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

Pert

ania

n

Pert

amba

ngan

dan

Peng

galia

n

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik,

Gas

dan

Air

Ber

sih

Ban

guna

n /

Kon

stru

ksi

Perd

agan

gan,

Hot

elda

n R

esto

ran

Peng

angk

utan

dan

Kom

unik

asi

Keu

anga

n,Pe

rusa

haan

dan

Jasa

Per

usah

aan

Jasa

-Jas

a

Gambar II.4 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Sektoral PDRB Berdasarkan Harga Konstan

Kawasan Metropolitan Jabodetabek

Page 39: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-39

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

Pertanian Pertambangandan Penggalian

IndustriPengolahan

Listrik, Gas danAir Bersih

Bangunan /Konstruksi

Perdagangan,Hotel danRestoran

Pengangkutandan Komunikasi

Keuangan,Perusahaan dan

JasaPerusahaan

Jasa-Jasa

Gambar II.5 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Sektoral PDRB Berdasarkan Harga Konstan Provinsi

DKI Jakarta

Page 40: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-40

-2.00%

-1.00%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

Perta

nian

Perta

mba

ngan

dan

Peng

galia

n

Indu

stri

Peng

olah

an

Listri

k, Ga

s dan

Air

Bers

ih

Bang

unan

/Ko

nstru

ksi

Perd

agan

gan,

Hote

lda

n Res

tora

n

Peng

angk

utan

dan

Kom

unik

asi

Keua

ngan

,Pe

rusa

haan

dan

Jasa

Peru

saha

an

Jasa

-Jasa

Gambar II.6 : Laju Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Sektoral PDRB Berdasarkan Harga Konstan Jakarta

Utara

Page 41: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-41

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kot

amad

yaJa

karta

Uta

ra

Kot

amad

yaJa

karta

Sel

atan

Kot

amad

yaJa

karta

Bar

at

Kot

amad

yaJa

karta

Tim

ur

Kot

amad

yaJa

karta

Pus

at

Pro

vins

i DK

IJa

karta

Kab

upat

enB

ekas

i

Kot

a B

ekas

i

Kab

upat

enTa

nger

ang

Kot

a Ta

nger

ang

Kab

upat

enB

ogor

Kot

a B

ogor

Kot

a D

epok

Jasa-Jasa

Keuangan, Perusahaandan Jasa Perusahaan

Pengangkutan danKomunikasi

Perdagangan, Hotel danRestoran

Bangunan / Konstruksi

Listrik, Gas dan AirBersih

Industri Pengolahan

Pertambangan danPenggalian

Pertanian

Gambar II.7 : Pangsa PDRB Kawasan Metropolitan Jabodetabek Untuk Tahun Terakhir

Page 42: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-42

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kot

amad

yaJa

karta

Uta

ra

Kot

amad

yaJa

karta

Sel

atan

Kot

amad

yaJa

karta

Bar

at

Kot

amad

yaJa

karta

Tim

ur

Kot

amad

yaJa

karta

Pus

at

Pro

vins

i DK

IJa

karta

Kab

upat

enB

ekas

i

Kot

a B

ekas

i

Kab

upat

enTa

nger

ang

Kot

a Ta

nger

ang

Kab

upat

enB

ogor

Kot

a B

ogor

Kot

a D

epok

Jasa-Jasa

Keuangan, Perusahaan dan JasaPerusahaan

Pengangkutan dan Komunikasi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Bangunan / Konstruksi

Listrik, Gas dan Air Bersih

Industri Pengolahan

Pertambangan dan Penggalian

Pertanian

Gambar II.8 : Pangsa PDRB Provinsi DKI Jakarta Untuk Tahun Terakhir

Page 43: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-43

Tabel II.23 : Sebaran Kawasan Industri di Indonesia

No. Nama Kawasan Industri Alamat Kawasan Industri

Nama Perusahaan Kawasan Industri Alamat Kantor Lokasi

Kawasan 1 Jakarta Industrial Estate

Pulogadung Jl. Pulogadung 1 - Jakarta Jakarta Industrial Estate

Pulogadung, PT. Jl. Pulogadung 1 - Jakarta Jakarta

2 Kawasan Berikat Nusantara Cakung Jl. Raya Cakung Cilincing Tanjung Priok , Jakarta. 14140

Kawasan Berikat Nusantara Jl. Raya Cakung Cilincing - Tanjung Priok Jakarta 14140

Jakarta

3 Kawasan Berikat Nusantara Cabang Tanjung Priok

Jl. Pelabuhan Nusantara 1 Tanjung Priok , Jakarta 14130

Kawasan Berikat Nusantara Jl. Raya Cakung Cilincing - Tanjung Priok Jakarta 14140

Jakarta

4 Kawasan Berikat Nusantara Cabang Marunda

Jl. Raya Marunda No.1, Cilincing Cilincing , Jakarta 14120

Kawasan Berikat Nusantara Jl. Raya Cakung Cilincing - Tanjung Priok Jakarta 14140

Jakarta

5 Cikarang Industrial Estate Cikarang, Bekasi Kawasan Industrial Jababeka, PT.

Menara Batavia 25th Floor Jl. K.H.Mas Mansyur Kav. 126 Jakarta 10220

Bekasi

Telp (021) 572-7337 6 Bekasi International Industrial

Estate Jl. Raya Cibarusah Lemah Abang, Bekasi 17550

Hyundai Inti Development, PT.

Setia Budi I - Building Lt.2 Blok A 1 - 2 Jl. Rasuna Said - Jakarta 12920

Bekasi

7 MM 2100 Industrial Town Cibitung-Bekasi 17520 Megalopolis Manunggal Ind.Dev., PT.

Wisma Argomanunggal Lt.8 Jl. Gatot Subroto Kav.22 - Jakarta 12930

Bekasi

8 East Jakarta Industrial Park Desa Sukaresmi, Kec. Lemah Abang Kab. Bekasi

Estate Jakarta Industrial Park, PT.

Summitmas Tower Lt.12 Jl. Jend. Sudirman Kav. 61- 62 Jakarta 12069

Bekasi

9 Lippo City Global Trade Center Jl. Raya Cibarusah Lippo City , Bekasi 17550

Lippo City Development, PT. Setia Budi Atrium Lt. 7 Suit 701 Jl. Raya Rasuna Said - Jakarta 12920

Bekasi

Page 44: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-44

No. Nama Kawasan Industri Alamat Kawasan

Industri Nama Perusahaan Kawasan Industri Alamat Kantor

Lokasi Kawasan

10 Great Jakarta Industrial Estate - Great Jakarta Industrial Dev., PT.

Setia Budi Atrium Lt.7 - Suit 701 Jl. Rasuna Said - Jakarta 12920

Bekasi

11 Bekasi Fajar Industrial Estate - Bekasi Fajar Industrial Estate, PT.

Wisma Argomanunggal Lt. 15 Jl. Gatot Subroto Kav. 22 Jakarta 12930

Bekasi

12 Gobel Industrial Complex Desa Telaga Asih Kab. Cibitung Bekasi

Gobel Dharma Nusantara, PT.

Jl. Dr. Saharjo No. 191 Jakarta 12660

Bekasi

13 Amcol Electronic Industrial Estate - Amcol Propertindo Investama, PT. Menara Permai, PT.

Jl. KH. Wahid Hasyim No. 89 Jakarta

Bekasi

14 Bukit Indah City Desa Cikopo, Desa Cinangka Kec. Cikampek, Kab. Karawang Kec. Cempaka, Kab. Purwakarta

Besland Pertiwi, PT.Sarana Bukit Indah Industrial City

Tamara Center Lt.9 Jl. Jend. Sudirman Kav. 24 - Jakarta 12920

Karawang /Purwakarta

15 Mitra Industrial Estate Desa Parungmulya Kec.Teluk Jambe Kab. Karawang

Mitra Karawang Jaya. PT. Imora Building Lt.4 Jl. P. Jayakarta No. 50 Jakarta 10730

Karawang

16 Karawang International Industrial City

Km.47 Jl. Toll Jakarta-Cikampek Pintu Tol Karawang Barat Karawang

Maligi Permata Industrial Estate, Pt. Hab & Son's, PT. Karawang Tatabina Industrial Estate, PT.

Kodel House 3rd Floor. Jl. H.R Rasuna Said Kav. B-4 Jakarta 12920

Karawang

17 Kawasan Industri Rungkut Jl. Rungkut Industri Raya 10 Surabaya

Surabaya Industrial Estate Rungkut, PT.

Jl. Rungkut Industri Raya 10 - Surabaya

Surabaya

18 Kawasan Industri Berbek Berbek Kab.Sidoarjo - - Sidoarjo 19 Pasuruan Industrial Estate

Rembang Jl. Raya Surabaya - Pasuruan Km. 50 Pasuruan

- - Pasuruan

20 Kawasan Industri Cilacap Jl. MT. Haryono , Lomanis Cilacap 53221

Kawasan Industri Cilacap, PT.

Jl. MT. Haryono , Lomanis - Cilacap 53221

Cilacap

Page 45: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-45

No. Nama Kawasan Industri Alamat Kawasan

Industri Nama Perusahaan Kawasan Industri Alamat Kantor

Lokasi Kawasan

21 Kawasan Industri Medan Jl. Belawan Medan Km.10 Kawasan Industri Medan, PT. Jl. Belawan , Medan Km.10 Medan

22 Kawasan Industri Makasar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.15 Daya Kec. Biringkanaya - Ujung Pandang

Kawasan Industri Makasar, PT.

Jl. Perintis Kemerdekaan Km.15 Daya Kec. Biringkanaya , Ujung Pandang

Ujung Pandang

23 Krakatau Industrial Estate Cilegon Jl. Raya Anyer, Cilegon Krakatau Industrial Estate Cilegon, PT.

Wisma Baja Lt. VI Jl. Gatot Subroto Kav.54 - Jakarta.

Cilegon - Serang

24 Kawasan Industri Lampung Desa Sindangsari Kec.Tanjung Bintang Km.20

Kawasan Industri Lampung, PT.

Kanwil Departemen Perindustrian Jl. Cut Mutiah No.44 Bandar lampung

Lampung Selatan

25 Kujang Industrial Estate Cikampek Jl. Jend .A. Yani No.39 Cikampek

Kawasan Industri Kujang Cikampek

Umawar Center Jl. KaptenTendean Kav.28 , Jakarta 12710

Cikampek

26 Kawasan Industri Pasar Kemis Jl. Raya Pasar Kemis, Tangerang

Putera Daya Perkasa, PT. Jl. Gunung Sahari No.39 Jakarta 10720

Tangerang

27 Cibinong Center Industrial Estate Citeureup-Cibinong Cibinong Center Industrial Estate, PT.

Wisma Indocement Lt.8 Jl. Jend. Sudirman Kav. 70 - 71 Jakarta 12910

Bogor

28 Modern Cikande Industrial Estate Jl.Raya Jakarta-Serang Km.68 Cikande , Serang

Puncak Ardimulya Realty, PT. Jl. Matraman Raya No.12 Jakarta Pusat

Serang

29 Terboyo Industrial Park Semarang Jl. Raya Kaligawe Km.6 Semarang

Merdeka Wirastama, PT. Jl. Pandanaran 6 Kav.14 Semarang

Semarang

30 Ngoro Industrial Park Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto Dharmala PT. - RSEA Wisma Darmo Granda Jl. Mayjen Sungkono Kav. B - 5 Surabaya

Mojokerto

31 Batam Industrial Park Muka Kuning Kotamadya Batam 29433

Batamindo Invesment Corporation, PT.

Wisma Indocement Lt.2 Jl. Jend. Sudirman kav. 70 - 71 Jakarta 12910

Batam

Page 46: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-46

No. Nama Kawasan Industri Alamat Kawasan

Industri Nama Perusahaan Kawasan Industri Alamat Kantor

Lokasi Kawasan

32 Kabil Industrial Estate Kabil, Kotamadya Batam Kabil Indonusa Estate, PT. Wisma Metropolitan I - Lt.11 Jl. Jend. Sudirman Kav. 29 - Jakarta 12920

Batam

33 Kuang Hwa Industrial Estate Jl. Hang Kesturi, Kabil Kotamadya Batam

Suar Batam, PT. Jakarta Design Center - Lt. 5 Jl. Gatot Subroto 53 Jakarta 10260

Batam

34 Lembah Palu Nagaya Industrial Estate

Kab. Donggala Lembah Palu Nagaya, PT. Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50111

Donggala

35 Tanjung Emas Export Processing Zone

Jl. Coaster No.8 Semarang Lamacara Nusantara, PT. Jl. Perak Barat No. 97 - Surabaya

Semarang

36 - Desa Dayeuh Kec. Cileungsi Kab. Bogor

- Lippo Center Building Lt. 2 - Suite 214 Jl. Gatot Subroto kav. 35 - 36 Jakarta 12950

Bogor

37 Bukit Indah Industrial Park Bukit Indah Industrial Park Indotaisei Area Desa Kalihurip, Cikampek 41373

Indotaisei Indah Dev.,PT. Landmark Tower A 23rd Floor Jl. Jend. Sudirman No.1 Jakarta 12910

Purwakarta

38 - Jl. Medan-Belawan , Kel.Seimati Kec. Medan Labuhan

Lamhotma, PT. Jl. Timor No.12 H - Medan Medan

39 Bintan Industrial Estate Desa Lobam Kec. Bintan Utara

Surya Bangunpertiwi, PT. /Bintan Inti Industrial Estate, PT.

Wisma Indocement Lt.11 Jl. Jend. Sudirman Kav. 70 - 71 Jakarta 12910

Kepulauan Riau

40 - Kel. Ngalan, Purwoyoso Kec. Tugu, Mijen, Purwoyoso

Indo Perkasa Usahatama, PT.

Jl. Marina No. 3, Kompleks PRPP, Semarang 50144

Semarang

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi DKI Jakarta.

Page 47: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-47

c. Pangsa Sektor-Sektor Perekonomian

Pangsa/kontribusi masing-masing sektor bagi angka total PDRB, untuk Kawasan Metropolitan Jabodetabek, dapat ditampilkan seba-gaimana terlihat pada Gambar II.7. Dapat dilihat pada gambar ter-sebut bahwa pangsa sektor industri pengolahan cukup besar di : Ja-karta Utara (51.88%), Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Ta-ngerang, Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Untuk sektor pangang-kutan dan komunikasi, Jakarta Utara (14.05%) memiliki peran yang cukup tegas,. Sementara itu, Jakarta Pusat yang merupakan wilayah urban sebenarnya, memiliki pangsa besar pada sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan (47.27%), serta perdagangan, hotel dan restoran (30.89%). Khusus untuk lingkup Provinsi DKI Jakarta, gambar di atas dapat dipersempit menjadi Gambar II.8.

d. Kawasan Industri di Provinsi DKI Jakarta

Dalam lingkup Kawasan Metropolitan Jabodetabek, terdapat 13 ka-wasan industri. Dalam lingkup Provinsi Jawa Barat terdapat 16 ka-wasan indusri. Sedangkan secara keseluruhan di Indonesia, terdapat 40 kawasan industri. Secara lengkap, hal tersebut dapat ditelaah pa-da Tabel II.23. Keberadan kawasan-kawasan industri ini berpengaruh pada aliran bahan baku dan hasil produksi pertenian, dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

4. Kepariwisataan

Jakarta sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia merukan gerbang utama Indonesia, dan merupakan pusat segala kegiatan baik itu peme-rintah, pedagang, maupun kebudayaan. Luas wilayahnya 656 m2. Perki-raan penduduk asli Jakarta adalah suku Betawi yang mempunyai dialek khas walaupun berasal dari bahasa melayu.

Jakarta mengawali sejarahnya sebagai kota pelabuhan kecil yang bernama Sunda Kelapa. Kemudian orang-orang Eropa berdatangan terutama bang-sa Portugis. Pada waktu itu Sunda Kelapa sudah menjadi kekuasaan Fatahilah. Kedatangan orang-orang eropa tersebut kemudian dihancurkan oleh Fatahilah. Fatahilah mendapatkan kemenangan, dan untuk menandai kemenangan tersebut ia memberi nama "Jayakarta" bagi Sunda Kela-pa. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 juni 1527, yang kemudian dijadikan sebagai lahirnya kota Jakarta. Untuk mencapai kota Jakarta banyak sekali tersedia alat transportasi baik melalui darat, laut maupun udara. Melalui udara dapat dicapai dari semua kota-kota besar di Indonesia. Melalui darat dapat dicapai dari kota-kota di Sumatera, Jawa dan Bali. Melalui darat dapat juga mempergunakan kereta api.

Page 48: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-48

a. Objek dan Daya Tarik Wisata

1- Monumen Nasional

Terletak : di Jalan Silang Monas, Jakarta Pusat.

Monumen Nasional setinggi 132 melam-bangkan dan mencerminkan identitas, sejarah dan cita-cita bangsa Indonesia, dibangun untuk mengenang dan menan-dai kebebasan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta menimbulkan inspirasi bagi generasi sekarang dan generasi ma-sa datang dalam mengisi kemerdekaan.

Nyala api kemerdekaan berbentuk keru-cut, tingginya 14 meter dan diameter 6 meter terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan seluruh permukaanya berlapis-kan emas seberat 35 kg.

Di ruang musium sejarah, jendel-jendela peraga pada ke-empat dindingnya menggambarkan sejarah perjuangan bangsa dalam bentuk 48 buah diorama, diantaranya diorama Proklamasi Kemerdekaan dan diorama Kesaktian Pancasila.

2- Taman Mini Indonesia Indah

Terletak : di Jl. Podok Gede, Kra-mat Jati, Jakarta Timur.

Taman Mini Indonesia Indah me-rupakan salah satu dari objek wi-sata yang sangat banyak pengun-jungnya.

TMII merupakan miniatur dari seluruh daerah di Indonesia atau kekayaan budaya dan kesenian serta keunikan arsi-taktur dari 27 propinsi di Indonesia.

TMII juga dilengkapi dengan : Teater Keong Emas film berlayar lebar, Musium Komodo (bangunan yang berbentuk binatang komodo), Musium Perangko, Musium Keprajuritan, Musium Transportasi, Musium Minyak dan Gas, Graha Widya Patra, Musium Asmat dan Musium Olah Raga.

Taman Mini menyediakan berbagai sarana transportasi. Mobil

Page 49: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-49

keliling Si Putih Gratis, Kereta api Mini, Sky Lift untuk yang ingin melihat Taman Mini dari udara dan yang biasa mengangkut penumpang secara massal yakni AeromovelSHS 23 Tithan Samirono.

3- Monumen Pahlawan Proklamator Soekarno - Hatta

Terletak : di Jalan Proklamasi 56 Ja-karta Pusat. Tempat Proklamasi Kemerdekaan pertama kali di kumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Patung Bung karno dan Patung Bung Hatta dibuat dari perunggu masing-masing seberat 1200 kg, tinggi 4,60 meter, menggambarkan wajah Bung Karno ketika berusia 46 tahun dan Bung Hatta berusia 43 tahun.

4- Blok-M Plaza

Terletak dikawasan Blok M tepatnya di Jl. Bulungan Kebayoran Baru, ha-nya beberapa puluh meter dari termi-nal bus Blok M.

Blok M Plaza adalah salah satu pusat pertokoan yang menerapkan konsep plaza dalam arti yang sebenarnya. Bagian tengah gedung kosong, sementara toko-toko berada di sekelilingnya menghadap keruangan yang menjadi pusat segala kegiatan. Trediri dari enam lantai yang dibuat landai sehingga pengunjung tidak perlu naik turun tangga. Bagi yang ingin lebih cepat, di tiap-tiap lantai tersedia eskalator serta beberapa lift yang dua diantaranya berbentuk kapsul.

Kelengkapan barang yang tersedia disini tidak perlu diragukan, mulai dari sabun mandi sampai komputer yang super canggih, bahkan barang-barang eksklusif dari produk terkenal, kebu-tuhan bagi pelajar, perlengkapan kantor tersedia di sini. Bagi yang membutuhkan jajanan, tersedia lestoran dan cafe yang siap melayani. Tempat hiburan yang tersedia di Blok M Plaza antara lain : Sineplex dengan lima layar, DMS (Dinamix Motion Simulator) dimana penonton seperti betul-betul terlibat dalam cerita dilayar, karena bangku yang diduduki bergerak sesuai film yang di putar.

Page 50: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-50

Fasilitas yang tersedia : Tempat Parkir; Toilet Umum; Bank; Biro Perjalanan; Tempat penukaran uang, dll.

Selain Blok M Plaza, di kawasan Blok M terdapat juga Blok M Mall yang terletak tepat dibawah terminal bus Blok M , Pertokoan Sarinah Jaya, Melawai Plaza dan juga Pertokoan Modern SEIBU.

5- Pasar Antik Jalan Surabaya

Jalan Surabaya merupakan jalan umum yang ramai, terletak di ka-wasan Menteng, Jakarta Pusat.

Panjang Jalan Surabaya tidak lebih dari 1 km. Di sepanjang jalan ini banyak di gelar barang-barang antik, benda-benda seni, porselin dan keramik, kerajinan tangan, tas, koper, lukisan dll. Selain di dalam kios barang-barang terse-but juga di gelar sepanjang tro-toar.

Obyek wisata yang terdekat di jalan Surabaya adalah : Musium Adam Malik dan Musium Sasmita Loka di Jl. Ponegoro.

b. Wisatawan

1- Wisatawan Nasional

Dari hasil rekapitulasi Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan tercatat kunjungan wisatawan pada tahun 2003 sebesar 4,4 juta orang yang melalui 13 pintu masuk. Namun, kunjungan ini terjadi penurunan sebesar 15,4 % dari tahun sebelumnya.

Kemudian tingkat hunian kamar hotel pada 10 provinsi utama pada tahun 2003 sebesar 44,3 % dari total kunjungan wisa-tawan sebesar 4,4 juta orang pada tahun 2003.

Page 51: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-51

2- Wisatawan Provinsi DKI Jakarta

a- Wisatawan Nusantara

Jumlah kunjungan wisnus di DKI Jakarta pada tahun 1998 mencapai 13.647.908 orang yang berasal dari seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Kunjungan terbanyak ber-asal dari propinsi terdekat dengan DKI Jakarta, yaitu Jawa Barat sebanyak 37,90 persen. Warga Botabek (Bogor-Tangerang-Bekasi) memang banyak yang melakukan perjalanan ke DKI Jakarta karena memang berbatasan langsung (berdekatan) dengan wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa wisnus yang berkunjung ke DKI Jakarta sebagian berasal dari kelompok umur 25-34 tahun atau 21,29 persen. Dari jumlah tersebut, 67,93 persen di antaranya adalah wisnus laki-laki. Secara keseluruhan 8,8 juta wisnus atau 64,5 persen yang berkunjung ke DKI Jakarta adalah laki-laki.

Apabila dilihat menurut tujuan kunjungan wisnus ke DKI Jakarta, maka dari 13,6 juta kunjungan, 41 persen dian-taranya bertujuan untuk mengunjungi teman atau kelu-arga, dan merupakan porsi terbesar. Sedangkan yang ber-tujuan untuk berlibur atau rekreasi menduduki porsi ter-besar kedua, dan wisnus lainnya bermaksud melakukan berbagai transaksi bisnis sebagai tujuan utamanya ber-kunjung ke DKI Jakarta.

Pelayanan angkutan umum di Indonesia yang masih belum baik sangat sulit untuk diatasi, disamping ke-macetan lalulintas yang hampir merata di seluruh wilayah DKI Jakarta. Namun demikian, sarana angkutan umum masih menjadi pilihan utama penduduk yang berkunjung ke DKI Jakarta, yaitu sekitar 73,11 persen. Sedangkan yang menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan dinas hanya mencapai 8,54 persen.

Sesuai dengan klasifikasi jabatan Indonesia, jenis peker-jaan dibedakan menjadi 17 jenis pekerjaan. Dilihat dari jenis pekerjaan wisnus yang berkunjung ke DKI Jakarta pada tahun 1998 tidak terlalu mencolok perbedaan antara jenis pekerjaan. Namun untuk jenis pekerjaan wisnus yang berprofesi sebagai wartawan atau reporter tidak ada yang berkunjung ke DKI Jakarta. Ini bukan berarti tidak ada sama sekali wartawan/reporter di luar propinsi DKI Jakarta yang berkunjung ke DKI Jakarta. Karena bagi

Page 52: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-52

wartawan/ reporter yang datang ke Jakarta untuk melakukan tugas (bekerja) sesuai dengan konsep dan definisi wisnus tidak digolongkan sebagai wisnus. Jenis pekerjaan wisnus yang di atas 10 persen dari total seluruh kunjungan adalah tenaga pembelian/penjualan, pekerja lainnya, pelajar/mahasiswa, mengurus ru-mahtangga dan lainnya. Sedangkan berdasarkan status pekerjaan sebagian besar wisnus (43,89 persen) berstatus sebagai pekerja keluarga dan yang berstatus buruh/karyawan pemerintah adalah merupakan persentase yang terkecil.

Sejalan dengan komposisi penduduk Indonesia didasarkan pada pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah pe-ngunjung DKI Jakarta yang berstatus sebagai wisnus pada tahun 1998 yang berpendidikan tertinggi SD/Madrasah Ib-tidaiyah adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Sedangkan yang berpen-didikan Diploma IV/ Sarjana dan lebih hanya 7,49 persen.

Banyaknya maksud kunjungan untuk bersilaturahmi de-ngan keluarga atau kenalan yang mendominasi kunjungan wisman di DKI Jakarta juga mengakibatkan akomodasi utama yang digunakan lebih banyak di rumah teman, kenalan atau keluarga. Dari 13,6 juta kunjungan lebih dari separuhnya (50,76 persen) yang menginap di rumah te-man, kenalan atau keluarga. Sedangkan yang tidak meng-gunakan atau tidak menginap sebanyak 25,23 persen dari total kunjungan. Dari hasil survai menunjukkan bahwa wisnus yang menginap di hotel melati lebih kecil jika dibandingkan dengan wisnus yang menginap di hotel berbintang, yaitu masing-masing 1,39 persen yang menginap di hotel melati dan 2,24 persen yang menginap di hotel berbintang.

Masih berkaitan dengan maksud kunjungan, yaitu seba-gian untuk keperluan mengunjungi teman atau keluarga, maka sebagian besar obyek yang dikunjungi oleh wisnus adalah bukan obyek wisata. Namun demikian Jakarta yang cukup dikenal di seluruh propinsi di Indonesia dengan Taman Mininya dan Taman Impian Jaya Ancol masih banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dari seluruh wisnus yang ada di DKI Jakarta pada tahun 1998 sebesar 17,88 persennya obyek kunjungan utamanya adalah taman rekreasi. Sedangkan yang obyek kunjungannya tempat perbelanjaan hanya mencapai 3,11 persen.

Selama wisnus melakukan perjalanan di wilayah DKI

Page 53: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-53

Jakarta mereka membelanjakan uangnya sebanyak Rp 4.725,82 milyar. Secara keseluruhan total pengeluaran wisnus di DKI Jakarta ini mengalami peningkatan yang cukup besar (85,22 persen), yaitu dari 2.551,52 milyar rupiah pada tahun 1997 menjadi Rp 4.725,82 milyar pada tahun 1998. Salah satu penyebabnya terjadinya kenaikan harga barang dan jasa yang cukup besar selama tahun 1998. Sesuai dengan asal propinsi wisnus yang terbanyak mengunjungi Jakarta, yaitu Jawa Barat, maka uang yang dibelanjakan oleh mereka adalah yang paling banyak pula, yaitu Rp 1.550,28 milyar.

Pengeluaran wisnus tersebut digunakan untuk berbagai keperluan yang pada gilirannya menjadi pendapatan bagi usaha-usaha yang melayani para wisatawan. Jenis penge-luaran yang diterima mencakup akomodasi, makanan dan minuman, belanja, transport, tamasya, hiburan dan lainnya. Porsi pengeluaran yang terbanyak diperoleh sek-tor angkutan di mana didalamnya termasuk usaha-usaha biro perjalanan. Sedangkan porsi pengeluaran terkecil ada-lah untuk tamasya.

b- Wisatawan Mancanegara

Statistik kedatangan tamu mancanegara ke DKI Jakarta pada tahun 1998 sebesar 954.865 orang yang berarti mengalami penurunan sebesar 38,03 persen dari tahun 1997 yang sebesar 1.540.770 orang. Penurunan ini dise-babkan oleh keadaan keamanan di ibukota negara Repu-blik Indonesia ini yang semakin tidak menentu sehingga para wisatawan enggan berkunjung ke DKI Jakarta.

Pada tahun 1998 pertumbuhan jumlah kedatangan tamu mancanegara masih didominasi oleh tamu dari negara pangsa pasar utama, dibandingkan tamu dari negara lainnya. Sepuluh negara pasar utama tamu mancanegara pada tahun 1998 adalah Singapura yang mendominasi sebanyak 20,35 persen dari seluruh jumlah tamu yang datang ke DKI Jakarta, diikuti oleh Jepang 17,56 persen, Taiwan 9,23 persen, Malaysia 6,39 persen, Amerika Serikat 5,42 persen, Australia 5,23 persen, Hongkong 3,76 persen, Korea 3,69 persen, Belanda 3,2 persen, dan Inggris 3,15 persen. Total dari sepuluh negara tersebut adalah 77,98 persen dari jumlah seluruh kedatangan tamu mancanegara di DKI Jakarta.

Jumlah tamu terbesar masih berasal dari kawasan Asia

Page 54: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-54

yaitu sebesar 69.80 persen dari jumlah seluruh keda-tangan tamu mancanegara ke DKI Jakarta. Tamu man-canegara dari kawasan Eropa juga cukup besar yang men-capai 17,15 persen. Sedangkan yang terendah berasal dari kawasan Afrika yang hanya sebesar 0,79 persen dari jumlah kedatangan tamu.

Pada tahun 1998 puncak kedatangan tamu mancanegara terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 98.459 orang atau 10,31 persen dari keseluruhan tamu yang datang , diikuti pada bulan Agustus dan Juli 1998 yang masing-masing sebesar 9,50 persen dan 9,25 persen. Sedangkan jumlah kedatangan tamu mancanegara terendah terjadi pada bulan Mei yang hanya tercatat sebesar 56.955 (5,96 persen). Keadaan ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana puncak kedatangan tamu mancanegara terjadi pada bulan Juli yang mencapai 10,44 persen dari seluruh tamu yang datang, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Pebuari yang hanya sebesar 7,19 persen dari seluruh tamu yang datang.

Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebe-lumnya, terlihat bahwa tiap bulan selalu mengalami penu-runan dengan penurunan yang terbesar terjadi pada bulan Juni yang mencapai 53,02 persen, diikuti bulan Desember dan Mei yang masing-masing sebesar 46,61 persen dan 46,37 persen. Sedangkan penurunan yang terendah terjadi pada bulan Januari yaitu hanya sebesar 16,03 persen.

Berdasarkan jenis kelamin, tamu mancanegara laki-laki mendominasi seluruh kedatangan yaitu sebesar 505.633 orang atau 52,95 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 449.232 orang (47,05 persen) adalah tamu mancanegara perempuan. Hampir seluruh negara asal wisatawan juga didominasi oleh tamu laki-laki, hanya beberapa negara yang didominasi oleh tamu perempuan yaitu dari negara Brunei Darussalam, Filipina, India, Taiwan, Cina, serta beberapa negara Eropa seperti Belgia, Denmark, Prancis.

Tahun 1998 terjadi perubahan dominasi menurut kelom-pok umur, yaitu tamu mancanegara yang berumur antara 35-44 tahun merupakan yang paling banyak, yaitu sebesar 26,90 persen dari keseluruhan kedatangan tamu manca-negara, diikuti kelompok umur 25-34 tahun dan 45-54 ta-hun yang masing-masing sebesar 25,81 persen dan 21,35 persen dari keseluruhan kedatangan tamu mancanegara.

Page 55: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-55

Tercatat hampir seluruh tamu mancanegara yang datang ke DKI Jakarta rata-rata lebih banyak melakukan perja-lanan secara independen dari pada menggunakan paket perjalanan. Secara keseluruhan tercatat 587.273 orang (61,50 persen) tamu mancanegara yang melakukan perja-lanan secara independen, sedangkan sisa sebesar 367.592 orang (38,50 persen) menggunakan paket perjalanan.

Tamu mancanegara yang berkunjung ke DKI Jakarta terbanyak adalah kunjungan yang pertama kali yaitu sebesar 846.618 orang atau 88,66 persen dari seluruh tamu yang datang, sedangkan sisanya sebanyak 108.247 orang atau 11,34 persen adalah kunjungan ulang. Tercatat 64,34 persen dari seluruh tamu mancanegara yang datang ke DKI Jakarta tinggal di hotel, 34,40 persen tinggal diakomodasi lainnya, sedangkan yang tinggal dirumah temannya relatif kecil yaitu hanya sebesar 1,26 persen. Tamu mancanegara yang berasal dari Oseania (Australia, Selandia Baru dan sekitarnya) yang menginap di rumah teman relatif lebih besar (2,55 persen) jika dibandingkan tamu dari kawasan lainnya yang hanya berkisar sekitar 1 persen.

Tamu mancanegara yang berkunjung ke DKI Jakarta terbanyak dengan maksud kunjungan untuk berbisnis yaitu mencapai 810.107 orang atau 84,84 persen dari seluruh kedatangan tamu. Peringkat kedua adalah tamu dengan maksud untuk berlibur, yaitu sebesar 131.523 orang (13,77 persen). Sedangkan yang terendah adalah tamu dengan maksud kunjungan untuk pendidikan yang hanya sebesar 1.331 orang (0,49 persen). Keadaan ini disebabkan karena DKI Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan dengan tempat-tempat wisata yang tidak terlalu banyak.

Tercatat 55,85 persen dari tamu mancanegara yang datang untuk berbisnis melakukan perjalanan secara inde-penden dan 44,15 persen menggunakan paket perjalanan. Demikian pula dengan tamu yang bermaksud untuk berlibur, tercatat 93,66 persen yang melakukan perjalanan secara independen sedangkan sisanya, 6,34 persen meng-gunakan paket perjalanan.

Komposisi kedatangan tamu mancanegara untuk berbisnis menurut kelompok umur sama dengan pola kedatangan tamu secara keseluruhan, yaitu yang terbanyak terjadi

Page 56: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-56

pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebesar 27,54 persen dari seluruh kedatangan tamu. Diikuti oleh ke-lompok umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yang masing-masing sebesar 25,71 persen dan 27,73 persen. Sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok umur diatas 64 tahun yakni sebesar 3,33 persen. Sedangkan tamu yang datang dengan maksud kunjungan untuk berlibur terbanyak adalah kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 26,48 persen, diikuti oleh kelompok umur 35-44 tahun sebesar 23,05 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok umur 64 tahun keatas yakni sebesar 4,6 persen dari seluruh kedatangan tamu.

Jika dilihat dari jenis pekerjaan dan maksud kunjungan, maka tamu mancanegara yang berprofesi sebagai profe-sional yang paling banyak berkunjung ke DKI Jakarta baik untuk berbisnis, berlibur maupun untuk misi resmi yaitu mencapai 55,33 persen dari seluruh kedatangan tamu mancanegara.

Tamu mancanegara yang berkunjung ke DKI Jakarta sebagian besar adalah yang bekerja sebagai Profesional yaitu sebanyak 528.361 orang atau 55,33 persen dari se-luruh tamu mancanegara. Kemudian diikuti yang berpro-fesi lainnya dan manajer bisnis yang masing-masing sebe-sar 18,19 persen dan 11,30 persen. Yang bekerja sebagai Karyawan hanya sebesar 7,06 persen dari seluruh total tamu mancanegara. Sedangkan yang terendah adalah yang bekerja sebagai Pegawai Organisasi Internasional yaitu sebanyak 164 orang (0,02 persen).

Jumlah penerimaan dari tamu mancanegara dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1997 terus mengalami pening-katan, dengan peningkatan yang terbesar terjadi pada ta-hun 1997 yang mencapai 47,50 persen dibandingkan de-ngan tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penerimaan dari tamu mancanegara selama tahun 1998 ini, meng-alami penurunan dari sebesar Rp. 8.715,71 milyar pada tahun 1997 menjadi sebesar Rp. 7.796,89 milyar pada tahun 1998 yang berarti mengalami penurunan sebesar 10,54 persen.

Jumlah penerimaan yang terbesar selama tahun 1998 berasal dari akomodasi yang mencapai 31.82 persen dari seluruh total penerimaan, kemudian diikuti oleh peneri-maan dari makan dan minuman sebesar 14,82 persen dan penerimaan dari belanja sebesar 14,06 persen. Sedangkan

Page 57: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-57

sumbangan yang terendah didapat dari penerimaan tamasya yang hanya sebesar Rp. 388,29 milyar (4,98 persen). Pola ini tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana penerimaan dari akomodasi yang memberikan sumbangan terbesar. Hanya sumbang-an terbesar kedua dan ketiga yang selalu ber-ubah-ubah. Pada tahun 1997 penerimaan terbesar kedua berasal dari pendapatan lainnya yang mencapai 21,48 persen dari total penerimaan.

c. Kontribusi Pariwisata

1- Kontribusi Pariwisata bagi Perekonomian Nasional

Perolehan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2003 hanya sebesar Rp 4 milyar dari target Rp 4,5 milyar.

2- Kontribusi Pariwisata bagi Provinsi DKI Jakarta

Selama ini pariwisata masih sering menjadi perdebatan di antara beberapa departemen/instansi dalam rangka melakukan pembinaan usaha-usaha pariwisata serta melihat sumbangan terhadap keberhasilan suatu departemen/instansi. Apabila mengacu pada Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia yang didasari dari International Standard Industrial Classification (ISIC), sektor dalam kegiatan ekonomi hanya dibagi menjadi 9 (sembilan) sektor, mulai dari sektor pertanian sampai dengan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pariwisata tidak tampak dalam pembagian tersebut, karena pariwisata memang merupakan kegiatan multisektoral.

Kemajuan atau keberhasilan suatu daerah tertentu sering diukur dengan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)-nya. Namun apabila ingin dilihat berapa besarnya sumbangan sektor pariwisata secara langsung dari komponen PDRB yang dirinci menurut lapangan usaha maupun jenis pengeluaran tersebut tidak secara jelas pariwisata terlihat. Sebagian orang hanya mengambil sebagian dari kegiatan pariwisata yang secara jelas dimunculkan dalam komponen PRDB, yaitu rumah makan/restoran dan akomodasi, sehingga belum bisa menggambarkan sumbangan sektor pariwisata yang sebenarnya. Cara-cara ini melihat sumbangan sektor pariwi-sata dari sisi penawaran (supply side), yaitu nilai tambah yang didapatkan oleh usaha-usaha pariwisata.

Dalam penelitian ini cara melihat sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB dilihat dengan dua cara, yaitu:

Page 58: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-58

Dari sisi permintaan (demand side) yang berkaitan dengan pengeluaran wisatawan. Gabungan dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari sisi penawaran sebagian sektor pariwisata bisa dilihat dalam PDRB yang mencakup restoran/rumah makan dan jasa hiburan. Sedangkan sisi permintaan adalah semua pengeluaran wisatawan baik wisman maupun wisnus, di luar pengeluaran yang telah ada dalam sisi penawaran, yang merupakan output dari usaha-usaha yang melayani para wisatawan. Dengan mengalikan rasio nilai tambah dari usaha-usaha tersebut dengan outputnya maka diperoleh nilai tambah yang ditimbulkan oleh permintaan wi-satawan. Sehingga dengan menjumlahkan kedua nilai tambah dari sisi penawaran dan permintaan dapat diperoleh nilai tambah sektor pariwisata secara keseluruhan.

Diharapkan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang ber-kunjung di DKI Jakarta serta peningkatan rata-rata pengeluaran mereka melebihi dari pertumbuhan PDRB akan semakin me-ningkatkan sumbangan sektor pariwisata. Pembelanjaan wis-man selama di Jakarta merupakan pemasukan devisa yang di-bawa secara langsung oleh para tamu mancanegara tersebut. Dengan terpuruknya nilai rupiah terhadap mata uang US$ sejak pertengahan tahun 1997 akan mengakibatkan harga barang dan jasa di Jakarta dan Indonesia pada umumnya menjadi sangat murah apabila diukur dengan mata uang US$. Sebenarnya dari sisi ekspor barang dan jasa atau dalam hal ini pengeluaran wisman di Indonesia akan menjadikan permintaan barang dan jasa akan semakin meningkat yang pada gilirannya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Sementara itu barang-barang impor akan menjadi mahal apa-bila diukur dengan mata uang rupiah, sehingga bahan baku usaha industri yang masih banyak mengandalkan dari luar negeri akan semakin tidak efisien. Kenaikan harga barang dan jasa pada umumnya tidak bisa terelakkan lagi. Ini bisa dilihat dengan tingginya laju inflasi pada tahun 1998 yang hampir mencapai 80 persen. Daya beli masyarakat menjadi turun, suku bunga pinjaman di bank menjadi tinggi mengakibatkan lesunya roda perekonomian nasional maupun regional. Banyak peru-sahaan yang gulung tikar akibat resesi ini sehingga peningkatan pengangguran tidak terelakkan lagi dengan banyaknya pekerja yang di-PHK.

Di sisi lain banyak usaha-usaha kecil yang sifatnya informal bermunculan dengan menampung tenaga kerja korban PHK, seperti munculnya cafe-cafe di ibukota. Usaha-usaha tersebut

Page 59: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-59

berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Pariwisata merupakan bagian dari usaha penyediaan sarana pariwisata. Tampaknya dengan terpuruknya berbagai usaha akhir-akhir ini menjadikan sebagian usaha pariwisata tetap bisa bertahan.

a- Sumbangan Sektor Pariwisata Dari Sisi Permintaan

Dari total pengeluaran wisman pada tahun 1998 sebesar Rp 7.796,89 milyar dan wisnus sebesar Rp 4.725,82 milyar tercipta nilai tambah Rp 7.455,53 milyar. Nilai tambah ini ternyata yang terbesar terserap pada usaha jasa akomodasi, yaitu 24,5 persen diikuti dengan pengeluaran untuk transport sebesar 20,7 persen. Sedangkan porsi ter-kecil dikeluarkan untuk keperluan tamasya yang hanya mencapai 2,8 persen dari total nilai tambah yang diciptakan wisatawan.

Sejalan dengan krisis ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini dengan melemahnya dunia usaha, maka pertumbuhan PDRB DKI Jakarta atas dasar harga konstan (1993) juga mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu 17,58 persen. Padahal lima tahun terakhir sebelum tahun 1998 terjadi peningkatan di atas 5 persen. Apabila dilihat menurut sektor penurunan terbesar terjadi pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu sebesar 38,29 persen.

Sedangkan PDRB DKI Jakarta menurut harga berlaku pada tahun 1998 mencapai Rp 123.316,20 milyar dimana 3,72 persennya diciptakan oleh permintaan barang dan jasa dari wisman dan 2,33 persen diciptakan oleh wisnus. Ang-ka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai tambah yang diciptakan oleh wisatawan pada tahun 1997. PDRB harga berlaku pada tahun 1997 mencapai Rp 91.375,10 milyar di mana 5,58 persen diciptakan oleh wisman dan 1,69 persen oleh wisnus. Dari hasil estimasi memang menunjukkan bahwa sumbangan wisman terhadap nilai tambah yang diciptakan oleh wisman lebih besar jika dibandingkan dengan wisnus.

Secara keseluruhan gambaran sumbangan nilai tambah sektor pariwisata yang diciptakan oleh wisman dan wisnus terhadap PDRB DKI Jakarta seperti berikut: Dari tahun 1993 sampai dengan 1998, sumbangan terbesar sektor pariwisata terhadap PDRB DKI Jakarta terjadi pada tahun 1997, yaitu 7,26 persen terhadap total PDRB. Sedangkan

Page 60: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-60

yang terendah terjadi pada tahun 1995 yang hanya mencapai 5,44 persen. Namun apabila di lihat pada tahun 1997 dan 1998 di mana krisis ekonomi melanda Indonesia, justru pariwisata memberikan sumbangan yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun tidak terjadinya krisis. Ini menunjukkan bahwa pariwisata bisa merupakan sektor yang bisa diharapkan menjadi sektor andalan dalam menciptakan nilai tambah dimasa krisis. Bahkan sesuai dengan GBHN bahwa sektor pariwisata khususnya pemasukan devisa dari wisman dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa setelah menurunnya ekspor Indonesia akhir-akhir ini. Berbagai upaya telah di-lakukan pemerintah untuk terus bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyara-kat dan meningkatkan mobilitas masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisnus.

Jumlah kunjungan wisnus maupun PDRB menurut harga yang berlaku menunjukkan adanya peningkatan dari ta-hun ke tahun. Sedangkan jumlah wismannya terlihat ada-nya tren yang menurun sejak tahun 1997. Hal ini ber-kaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di ibukota mulai dari bulan Mei 1998 di mana pemberitaan terjadinya kerusuhan di luar negeri sudah tidak bisa dibendung lagi yang mengakibatkan ditundanya atau dibatalkannya ren-cana perjalanan wisman untuk berkunjung ke Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya.

b- Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi permintaan dan Penawaran

Selama kurun waktu tujuh tahun (1992 - 1998) sum-bangan sektor pariwisata berdasarkan metode gabungan antara sisi permintaan dan penawaran mengalami fluk-tuasi naik turun. Sumbangan terbesar terjadi pada tahun 1997 yang mencapai 10,95 persen dan paling rendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 8,80 persen. Namun bila dilihat menurut jenis kegiatan sumbangan paling banyak selama kurun waktu tujuh tahun adalah rumah makan/ restoran.

Pada tahun 1997 di mana krisis ekonomi mulai melanda Indonesia, justru sektor pariwisata memberikan sumbang-an terbesar terhadap PDRB selama kurun waktu 7 tahun (1992 - 1998). Tahun berikutnya, 1998, krisis ekonomi

Page 61: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-61

semakin terasa dampaknya oleh masyarakat dan dunia usaha pada umumnya, termasuk usaha pariwisata, se-hingga sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB pada tahun tersebut mengalami penurunan sebesar 14,43 persen, yaitu dari 10,95 persen pada tahun 1997 menjadi 9,37 persen pada tahun 1998. Namun jika dilihat perkembangan PDRB pada tahun yang sama terjadi penurunan sebesar 17,58 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata masih bisa diharapkan sebagai salah satu pendorong roda ekonomi di DKI Jakarta dengan meningkatkan sumbangan sektor ini terhadap PDRB.

Jika dilihat nilai tambah yang diciptakan sektor pariwisata pada tahun 1998 sebesar Rp 11.574,07 milyar membe-rikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor ini sebesar Rp 238,50 milyar atau 2,06 persen yang berasal dari pajak pembangunan I (PB I), pajak hiburan dan retribusi. Pada tahun 1998 terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana PAD yang diperoleh pada tahun tersebut sebesar Rp 319,81 milyar atau sebesar 3,20 persen dari nilai tambah sektor pariwisata.

Seperti halnya nilai tambah pariwisata, PAD pariwisata terbesar selama kurun waktu 6 tahun (1993-1998) terjadi pada tahun 1998. Namun apabila dilihat sumbangan PAD pariwisata terbesar terhadap perolehan total PAD di DKI Jakarta justru terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 27,01 persen. Sedangkan pada tahun 1998 hanya mencapai 21,17 persen. Di sini juga menunjukkan bahwa sektor pariwisata masih bisa menjadi salah satu pemasukan utama PAD.

d. Kebijakan Pengembangan Pariwisata

1- Kebijakan Pengembangan Pariwisata Nasional

Mengacu pada tujuan pembangunan pariwisata, maka peme-rintah telah mengambil langkah strategis untuk mendukung pembangunan pariwisata tersebut yang berkeseimbangan, serta membangun sistem kepariwisataan pasca tragedi Bali.

Untuk mendukung strategi tersebut, Menteri Pariwisata dan kebudayaan telah mengalokasi dana sebesar Rp 331 milyar selama tahun 2003. Untuk tahun 2004, pemerintah telah menargetkan kunjungan wisata sebesar 5 juta orang, dan pemerintah telah mensahkan Undang-undang tentang APBN

Page 62: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-62

pada tahun 2004 untuk alokasi anggaran di bidang pariwisata sebesar Rp 186,5 milyar dari anggaran rutin.

Sedangkan dari anggaran pembangunan sebesar Rp 310 milyar, dimana Rp 10,3 milyar adalah pinjaman dari luar negeri. Anggaran pembangunan sebesar Rp 310 milyar dialokasikan untuk program kegiatan pemasaran pariwisata sebesar Rp 113,5 milyar. Program ini bertujuan untuk meningkatkan prasarana dan pembangunan sistem pariwisata Indonesia.

Pemerintah juga menganggarkan dana sebesar Rp 82,3 milyar untuk pengembangan produk wisata yang dimanfaatkan untuk keunggulan kompetitif pariwisata nasional. Untuk program pemantauan kelembagaan dan tata laksana pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 7 milyar, termasuk untuk peningkatan sarana komunikasi aparatur.

Anggaran untuk pengawasan aparatur negara sebesar Rp 6 milyar untuk mewujudkan transparansi dan accountabilitas ki-nerja aparatur di Departemen Pariwisata dan Budaya.

Dalam kesempatan yang sama, Ardhika mengharapkan agar pelaksanaan Pemilu 2004 dapat menciptakan suasana yang menunjang kepariwisataan, karena sejak terjadi kasus peledakkan bom Bali dan Marriott, kunjungan wisatawan ke Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis.

2- Kebijakan Pengembangan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta

Seiring dengan program pengembangan Jakarta ke depan sebagai :"Service City", maka pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu alternatif untuk mendorong perkem-bangan perekonomian regional. Dengan keunggulan yang dimiliki Jakarta sebagai pintu awal masuknya wisatawan asing, pengembangan pariwisata ke depan tidak berarti hanya sebatas menawarkan produk wisata yang tersedia di kota Jakarta saja, tetapi juga bisa dikembangkan dengan penawaran produk-pro-duk wisata unggulan lain di luar Jakarta. Cara ini memung-kinkan untuk dilakukan yaitu dengan cara melakukan koordinasi pengembangan pariwisata dengan daerah-daerah lainnya. Untuk itu, sangat tepat jika dalam pembangunan sektor pariwisata seperti yang dirumuskan dalam RUPE DKI Jakarta tahun 2000, lebih diprioritaskan pada pengembangan jaringan pariwisata nasional (National Tourism). Beberapa program yang diarahkan untuk mengembangkan jaringan pariwisata di DKI Jakarta adalah :

Page 63: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-63

a- Pemantapan dan Pengembangan Budaya Bangsa dan Kesenian Tradisional

Salah satu aset dan daya tarik dalam pengembangan pa-riwisata adalah potensi keanekaragaman seni dan budaya yang dimilikinya. Sebagai ibukota negara ke-kayaan seni dan budaya yang dimiliki Jakarta merupakan gabungan antara kekayaan seni dan budaya tradisional dan budaya nasional yang merupakan hasil akulturasi budaya suku-suku yang ada di Jakarta. Agar program ini dapat berhasil, maka Pemda DKI Jakarta harus memberikan dukungan khususnya dukungan anggaran untuk melestarikan keka-yaan seni dan budaya tradisional betawi yang semakin tersingkir seiring dengan perkembangan kota Jakarta.

b- Pembinaan Usaha-Usaha Pariwisata

Selain disebabkan oleh obyek wisata yang ada, daya tarik wisatawan juga sangat ditentukan oleh daya dukung sa-rana dan prasarana pariwisatanya seperti jaminan keter-sediaan akomodasi dan sarana transportasi pariwisata. Perkembangan pariwisata yang secara ekonomis cukup menguntungkan, dengan sendirinya akan mendorong keterlibatan sektor swasta untuk melakukan investasi. Dengan cara ini diharapkan pelayanan dan kenyamanan bagi wisatawan akan semakin meningkat. Sehingga indikator yang diharapkan bisa dilihat adalah semakin baik pelayanan bagi wisatawan akan semakin meningkat kun-jungan wisatawan atau minat tinggal lebih lama di Jakarta.

c- Peningkatan Penyelenggaraan Event dan Atraksi Budaya

Program peningkatan penyelenggaraan event dan atraksi budaya ini juga merupakan salah satu strategi dalam mengeksploitir potensi pariwisata yang bertujuan untuk menarik kunjungan wisatawan. Agar program ini bisa efektif dalam implementasinya, maka perlu juga dilakukan dengan cara meningkatkan misi muhibah untuk mempro-mosikan potensi wisata, seni dan budaya ke luar negeri. Dalam beberapa misi yang sebelumnya sudah dirintis, cara ini cukup efektif dalam menarik minat wisatawan asing. Artinya semakin meningkat misi muhibah yang di-lakukan, diharapkan akan semakin meningkatkan kun-jungan wisatawan ke Jakarta.

Page 64: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-64

d- Peremajaan Obyek-Obyek Wisata

Secara historis, Jakarta merupakan kota yang memiliki kekayaan budaya khususnya obyek-obyek wisata baik yang dibangun pada jaman penjajahan Portugis maupun Belanda. Namun demikian, arah perkembangan kota yang kurang memberikan perhatian pada pelestarian warisan budaya ini, aset budaya ini kurang terpelihara. Bahkan banyak diantaranya yang sudah rusak. Sehingga perlu dilakukan renovasi atau peremajaan khususnya terhadap bangunan-bangunan yang sudah mengalami kerusakan. Proses peremajaan ini sejalan dengan tekad Pemda DKI Jakarta yang akan mengembangkan pembangunan kota tua sebagai representasi dan penjelmaaan kejayaan budaya kota Jakarta pada masa lalu. Upaya ini diha-rapkan akan menambah keragaman dan alternatif bagi wisatawan yang akan berkinjung ke Jakarta.

e- Pelestarian Warisan Kesenian dan Budaya Betawi

Kesenian dan budaya betawi merupakan aset tradisional pengembangan pariwisata di Jakarta. Sehingga untuk menambah khasanah budaya dan daya tarik wisatawan, seni dan budaya betawi ini harus dijaga dan dilestarikan. Salah satu program pelestarian yang secara kontinyu terus dilakukan adalah dilestarikannya kontes abang dan none Jakarta. Program ini tidak hanya sekedar kontes budaya saja, tetapi juga dikaitkan dengan promosi pariwsiata. Karena abang dan none Jakarta ini juga merupakan duta wisata yang akan mempromosikan potensi budaya DKI Jakarta ke luar negeri.

f- Pemberdayaan Peran Serta Aktif Masyarakat dan Swasta Dalam Pengembangan Pariwisata

Agar pengembangan pariwisata bisa berjalan efektif selain mengharapkan dukungan Pemda, juga diperlukan dukung-an masyarakat secara luas dan pihak swasta. Dukungan masyarakat terutama sangat diperlukan dalam mencipta-kan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman. Sehingga wisatawan merasa terlindungi dan tidak merasa tergang-gu. Sedangkan dukungan swasta sangat diperlukan dalam penyediaan sarana dan prasarana pariwisata yang juga dapat memberikan kepuasan kepada para wisatawan. Perkembangan pariwisata yang cukup menguntungkan, diperkirakan akan semakin menarik minat investasi asing untuk berinvestasi di sektor pariwisata ini.

Page 65: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-65

g- Penyusunan Network Tujuan Wisata

Sebagai kota yang merupakan gerbang utama masuknya wisatawan asing, tidak berarti Jakarta merupakan sasaran tunggal tujuan wisata. Namun demikian dengan melaku-kan koordinasi daerah tujuan-tujuan wisata unggulan lain di luar Jakarta, wisatawan yang masih berada di Jakarta juga bisa merencanakan perjalanan ke daerah lain dengan mudah. Dengan dukungan sarana informasi dan trans-portasi yang ada, diharapkan pengembangan program ini akan mengurangi keluhan wisatawan khususnya dalam melanjutkan perjlanan lain menuju daerah tujuan wsiata lain di luar DKI Jakarta.

h- Optimalisasi Kegiatan Wisata Konvensi dan Belanja

Kecenderungan yang ada sekarang dan diperkirakan akan terus berkembang di masa datang adalah perjalanan wisata yang tidak hanya bertujuan untuk menikmati obyek wisata saja tetapi juga diikuti dengan tujuan lain seperti seminar, simposium pameran atau belanja. Sebagai tujuan wisata belanja, Jakarta sudah memiliki fasilitas belanja yang sudah cukup dikenal di kalangan wisatawan yaitu pasar Tanah Abang dan Harco Manggu Dua. Tetapi untuk mengembangkan kota Jakarta sebagai pusat konvensi da pameran yang dapat mensejajarkan dirinya dengan kota-kota penting lain di dunia, masih pelu persiapan dan pembenahan. Karena fasilitas untuk itu, masih relatif sedikit. Diharapkan dengan terus dibenahinya penyediaan fasilitas untuk pengembangan wisata konvensi atau pame-ran, maka event-event konvensi atau pameran khususnya yang bertaraf internasional akan semakin meningkat.

i- Pelestarian Kekayaan Wisata Bahari

Wilayah kepulauan seribu, merupakan salah satu potensi wisata di DKI Jakarta yang belum sepenuhnya digali. Padahal dengan keindahan pantainya, jika dikelola dan dijaga kelestarian lingkungan sekitarnya akan menjadi obyek wisata yang akan menarik. Dengan kondisi pantai Jakarta yang sudah mulai terkena polusi, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan potensi wisatanya adalah dengan menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Sehingga dengan kondisi pantai yang kembali bersih dan alami, diharapkan minat wisatawan untuk menikmati obyek wisata di pantai kepulauan seribu akan

Page 66: Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

II-66

semakin meningkat. Apalagi jika keindahan terumbu karang yang ada bisa ditata keindahannya, maka wisata menyelam juga akan makin menarik.


Related Documents