YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: G A R M E N T

2013

MARKET BRIEF

ITPC OSAKA

G A R M E N T

Page 2: G A R M E N T

P a g e | 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 3 Peta Jepang 4 I. Pendahuluan 5

1. Pemilihan Negara 5 2. Pemilihan Produk 5 3. Profil Jepang 6

II. Potensi Pasar Jepang 9 1. Ekspor Impor Garment Jepang - Dunia 11 2. Potensi Pasar Garment di Jepang 20 3. Kebijakan Impor Garment di Jepang 25 4. Saluran Distribusi Garment di Jepang 26 5. Hambatan Lainnya 27

III. Peluang dan Strategi 28 1. Peluang 28 2. Strategi 28

IV. Informasi Penting 29

1. TPO dan/atau Kedutaan Negara Jepang di Indonesia 29

2. Kamar Dagang Jepang 29

3. Asosiasi Garment di Jepang 30

4. Daftar Pameran Garment/Fashion di Jepang 31

5. Perwakilan Indonesia di Jepang 32

Referensi 33

Page 3: G A R M E N T

P a g e | 2

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 1.1. Pengeluaran Rumah Tangga Jepang periode 2004-2011 9 Tabel 1.2. Skala Konsumsi Rumah Tangga untuk Produk Garment 9 Tabel 2. Ekspor Impor Produk Garmen di Jepang tahun 2004-2011 11 Tabel 3. 15 Negara Pengimpor Garmen Terbesar ke Jepang tahun 2011 12 Tabel 4. Pakaian Import Dunia berdasarkan Bahan Rajutan dan Tenun yang Masuk ke

Jepang 12

Tabel 5. Negara pengimpor pakaian ke Jepang 15 Tabel 6. Negara pengimpor pakaian rajutan ke Jepang 16 Tabel 7. Negara pengimpor pakaian tenunan ke Jepang 17 Tabel 8. Pergerakan jumlah harga produk impor pakaian ke Jepang dari 5 negara

pengekspor terbesar 18

Tabel 9. Pergerakan jumlah produk impor yang diminati oleh Jepang dilihat dari 5 negara teratas untuk barang impor pakaian ke Jepang

19

Tabel 10. Pergerakan jumlah produksi impor dan ekspor pakaian di Jepang 19 Tabel 11. Ukuran rata-rata orang Jepang (tinggi/berat) dalam satuan cm dan kg 20 Tabel 12. Ukuran masyarakan Jepang 21 Tabel 13. Perbandingan ukuran pada masyarakat Jepang dibandingkan dengan negara

lain di dunia 21

Tabel 14. Skala Rata-rata pengeluaran untuk pakaian periode 2006-2011 21 Tabel 15. Tariff Impor untuk produk pakaian 25 Tabel 16. Indication Marking untuk Impor Produk Garmen ke Jepang 26 Tabel 17. Penjualan produk Garmen di Departemen Store dan Supermarket 27 Gambar 1. Peta Jepang 4 Gambar 2. Populasi di Jepang berdasarkan usia dan jenis kelamin pada tahun 2012 6 Gambar 3. Populasi di Jepang berdasarkan kota-kota di Jepang (data per 31 Maret

2012) 7

Gambar 4. Beberapa contoh ”Street Style” anak-anak muda di Jepang 10 Gambar 5. Impor pakaian luar ke Jepang berdasarkan jenis pakaian tahun 2003-2011 13 Gambar 6. Impor pakaian dalam ke Jepang berdasarkan jenis pakaian tahun 2003-

2011 13

Gambar 7. Grafik jumlah pakaian impor ke Jepang berdasarkan jenis bahan dilihat dari segi kuantitas

14

Gambar 8. Grafik Jumlah Pakaian Impor Dunia ke Jepang dari Segi Harga 14 Gambar 9. Rasio Penetrasi Impor dan Volume Impor dari Garmen di Jepang 20 Gambar 10. Grafik Penetrasi Penduduk Jepang berdasarkan Usia dan Ukuran Tubuh 21 Gambar 11. Rata-rata Pengeluaran untuk Pakaian periode 2006-2011 (data pie chart) 22 Gambar 12. Acara Tahunan dan Cuaca yang ada di Jepang dan kaitannya dengan

Pakaian yang dikenakan oleh Masyarakat Jepang bagian 1.23 23

Gambar 13. Acara Tahunan dan Cuaca yang ada di Jepang dan kaitannya dengan Pakaian yang dikenakan oleh Masyarakat Jepang bagian 2.24

24

Gambar 14. Saluran Distribusi Pakaian Impor di Jepang 26 Gambar 15. Penjualan Produk Garmen di Major Retailer Outlet 27

Page 4: G A R M E N T

P a g e | 3

ITPC Osaka mengucapkan puji syukur pada hadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah dapat

menyelesaikan ”Market Brief: HS 61 Garment” untuk Edisi pada bulan Maret 2013 ini. Market brief

(MB) merupakan kajian singkat yang memberikan gambaran kondisi dan potensi pasar komoditi

Garment di Jepang. Adapun isi dari MB ini dibuat berdasarkan acuan “Outline Market Intelligence dan

Market Brief” yang disampaikan kepada seluruh Perwakilan Luar Negeri Kementerian Perdagangan

tanggal 8 Maret 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta.

Selain merupakan bagian dari tugas dan fungsi perwakilan luar negeri, MB disusun untuk

memberikan informasi terkini mengenai pasar suatu komoditi, peraturan impor di negara akreditasi

setempat, potensi pasar, negara pesaing, strategi penetrasi pasar dan informasi penting lainnya.

Sehingga diharapkan secara tidak langsung MB ini dapat menjadi informasi pendukung dalam

meningkatkan keunggulan komoditi Garment Indonesia yang bersaing di pasar Jepang.

Akhir kata ITPC Osaka mengharapkan kiranya informasi dalam MB ini dapat bermanfaat bagi

pemerintah selaku pembuat kebijakan dan para pelaku usaha dalam menentukan strategi eskpor ke

negara Jepang.

Osaka, Maret 2013

KATA PENGANTAR

Page 5: G A R M E N T

P a g e | 4

Luas daratan Jepang 378.000 km2, yaitu 1/25 dari luas Amerika Serikat (bandingkan dengan luas daratan Indonesia 2.027.087 km2).

Jepang berbatasan dengan Rusia di sebelah barat, Korea Utara dan Korea Selatan di bagian selatan dan China di bagian barat daya.

Empat pulau utama adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu.

PETA JEPANG

Page 6: G A R M E N T

P a g e | 5

1. Pemilihan Negara

Jepang adalah negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia, dikarenakan Jepang

menduduki peringkat pertama sebagai tujuan ekspor non migas Indonesia dan urutan kedua

sebagai negara asal impor non migas setelah China. Pada periode Januari-November 2011,

menurut data dari Kementerian Perdagangan RI, bahwa selama periode Januari-November 2011

neraca perdagangan Jepang dengan Indonesia surplus bagi Indonesia sebesar US$ 15,02 miliar,

meningkat 14,25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar US$ 13,15 miliar.

Total perdagangan periode Januari-November 2011 tercatat sebesar US$ 46,94 miliar, atau

meningkat 11,83% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar US$ 41,98 miliar.

Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor Jepang ke Indonesia sebesar US$ 15,96 miliar,

atau meningkat 10,72% dibanding periode yang sama tahun 2010, yaitu sebesar US$ 14,41

miliar, dan impor Jepang dari Indonesia sebesar US$ 30,98 miliar, atau meningkat sebesar

12,40% dibanding periode yang sama tahun 2010, sebesar US$ 27,56 miliar.

Produk ekspor non migas utama Indonesia ke Jepang adalah (1) biji tembaga dan

konsentratnya; (2) batubara, briket dan bahan bakar padat lainnya yang dibuat dari batubara;

(3) nikel; (4) karet; (5) tembaga murni dan paduan tembaga; (6) kayu lapis; (7) kertas dan karton;

(8) kawat, kabel dan konduktor listrik lainnya; (9) krustacea, dalam bentuk hidup, segar, dingin,

beku dan (10) aluminium yang belum ditempa (Kementerian Perdagangan).

Sedangkan untuk produk dari Jepang, Indonesia mengimpor beberapa produk yaitu (1)

incompletely knocked down motor vehicles; (2) spare part dan aksesoris dari kendaraan

bermotor; (3) self-propelled bulldozers, angledozers; (4) spareparts mesin kendaraan bermotor;

(5) kendaraan bermotor untuk transportasi barang; (6) transmission shafts and cranks; bearing

housings; (7) flat-rolled products of iron on non-alloy steel; (8) tembaga murni and paduan

tembaga; (9) tabung, pipa dan profil berongga, besi halus (10) spareparts mesin lainnya

(Kementerian Perdagangan).

2. Pemilihan Produk

Alasan pemilihan industri garmen adalah dikarenakan Jepang saat ini telah menjadi

pusat fashion dunia selain Italia dan Perancis, yang saat ini banyak diminati oleh kawula muda,

tidak hanya di Jepang itu sendiri namun juga di dunia. Kondisi ini menjadikan Jepang sebagai

pangsa pasar yang potensial dari segi industri garmen. Meskipun demikian Indonesia masih jauh

ketinggalan sharenya dibandingkan negara lain dalam hal ekspor impor ke negara Jepang untuk

produk garmen. Ini merupakan peluang pasar yang bisa dimanfaatkan banyak industri garmen di

tanah air.

BAB I. PENDAHULUAN

Page 7: G A R M E N T

P a g e | 6

3. Profil Jepang

a. Geografi

Berdasarkan kondisi geografis Jepang, Jepang terdiri dari 47 prefektur yang

dikelompokkan menjadi 9 kawasan yaitu Hokkaido, Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki,

Chugoku, Shikoku, Kyushu dan Okinawa. Sedangkan kota utama Jepang yaitu Tokyo,

Osaka, Kobe, Kyoto, Sapporo, Sendai, Nagoya, Hiroshima dan Fukuoka.

b. Pemerintahan

Jepang merupakan negara constitutional monarchy dimana kekuasaan Kaisar sangat

terbatas. Disini Kaisar hanya sebagai simbol negara dan persatuan bagi rakyat Jepang.

Kekuasaan tertinggi pemerintahan terletak pada Perdana Menteri . Sedangkan untuk

badan legislatif di Jepang adalah adalah National Diet yang terdiri dari House of

Representatives dan House of Councillors.

c. Demografi

Populasi penduduk Jepang per Juli 2012 mencapai 127.368.088 jiwa. Data ini menurun

bila dibandingkan data per 1 Oktober 2012 yang 128.957.352 jiwa. Berdasarkan kategori

jenis kelamin, populasi penduduk pria berjumlah 61.875.892 (48.6% dari total populasi)

dan penduduk wanita berjumlah 65.492.196 (51.4%).

Presentase penduduk yang berusia 0-14 tahun adalah 14% dari total populasi,

sedangkan penduduk yang berusia 15-24 tahun sebesar 10% dari total dan 25-54 tahun

dan 55-64 tahun masing-masing sebesar 38% dan 14% dari total populasi. Jumlah

penduduk yang berusia 65 tahun keatas sebesar 30.410.873 jiwa (24%). Persentasi

penduduk yang berusia 65 tahun keatas di Jepang merupakan tertinggi di dunia.

Gambar 2: Populasi yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin di Jepang tahun 2012

8,927,803

6,385,033

24,299,387

9,166,111

13,097,558

8,268,937

6,046,609

24,686,224

9,177,111

17,313,315

0-14 years

15-24 years

25-54 years

55-64 years

65 years and over

Populasi di Jepang Per Juli 2012 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

female male

Page 8: G A R M E N T

P a g e | 7

Populasi terbesar adalah sepanjang pesisir Pasifik di mana cuaca ringan dengan fasilitas

transportasi dan industri yang sangat berkembang. Populasi Jepang berpusat di kota-

kota besar, bahkan,sekitar 70% dari penduduk tinggal di dataran pantai antara Tokyo

dan bagian utara Kyushu. Hal ini mengakibatkan majunya industrialisasi disertai dengan

pergeseran penduduk ke arah kota-kota besar dan ditandai penurunan populasi di

daerah pertanian.

Gambar 3: Populasi di Jepang didasarkan pada Kota-kota di Jepang (Data per 31 Maret 2012)

Lebih dari 1/3 populasi Jepang berdomisili di Tokyo, dan lebih dari setengah populasi

tinggal di dua kota besar Tokyo dan Osaka.

Pada tahun 2012, tingkat harapan hidup di Jepang adalah 83,91 tahun, dan merupakan

salah satu tingkat harapan hidup tertinggi di dunia. Namun populasi Jepang dengan

cepat menua sebagai dampak dari ledakan kelahiran pasca perang diikuti dengan

penurunan tingkat kelahiran.

Masyarakat Jepang homogen dalam etnis, budaya dan bahasa, dengan sedikit populasi

pekerja asing. Di antara sedikit penduduk minoritas di Jepang terdapat orang Korea

Zainichi, Cina Zainichi, orang Filipina, orang Brazil-Jepang, dan orang Peru-Jepang.

Perubahan dalam struktur demografi menyebabkan sejumlah masalah sosial, terutama

kecenderungan menurunnya populasi angkatan kerja dan meningkatnya biaya jaminan

sosial seperti uang pensiun. Masalah lain termasuk meningkatkan generasi muda yang

memilih untuk tidak menikah atau memiliki keluarga ketika dewasa

d. Infrastruktur

Berdasarkan data tahun 2008, sebanyak 46,4 % energi di Jepang berasal dari minyak

bumi, 21,4 % batu bara,16,7 % gas alam, 9,7 % tenaga nuklir,dan 2,9% tenaga air.

Sebesar 25,1 % listrik jepang dipasok oleh tenaga nuklir. Transportasi utama di jepang

adalah kereta yang sangat tepat waktu dan aman bagi konsumen. Jepang memiliki 173

bandara, untuk penerbanan domestik terbesar adalah Haneda Airport, dan untuk

penerbangan internasional adalah Narita International Airport, Kansai International

Airport, dan Chubu Centrair International Airport dan untuk pelabuhan terbesarnya

adalah Nagoya Airport.

Page 9: G A R M E N T

P a g e | 8

e. Ekonomi

Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju didunia. Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di Asia (di bawah RRC) dan ketiga didunia (selain AS dan RRC). Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki semangat berkarya yang tinggi sehingga walaupun bangsa mereka bukan bangsa penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam sejarah dunia.

Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan dan kemajuan Jepang ialah karena Jepang memiliki kultur dan watak penduduk yang mau bekerja keras, pantang menyerah, berjiwa wirausahawan sejati, berani dan sangat berdisiplin. Data dari PBB ditahun 2011, Jepang memiliki GDP perkapita $37,039 dan GNP perkapita $30.455, dengan demikian Jepang berada diurutan ke 21 negara dengan GDP dan GNP perkapita terbesar didunia.

Ekonomi Jepang adalah ekonomi nomor 3 yang tercepat sepanjang sejarah modern umat manusia selain ekonomi Korea Selatan dan RRC. Tonggak kebangkitan dan kemajuan ekonomi Jepang dimulai sesaat setelah Jepang dikalahkan Sekutu dalam perang Dunia ke-2. Saat kota-kota dan ekonomi yang pernah dibangun Jepang sebelum 1945 hancur, bangsa Jepang membangun negaranya semangat kerja, etos kerja dan kedisiplinan. Tak perlu waktu yang lama, mereka mampu membangun kembali ekonomi dan negerinya menjadi salah satu yang raksasa ekonomi global.

Ekonomi Jepang yang bertumbuh dengan cepat, dalam sekejap telah mampu menembus pasar internasional sekaligus menumpas pameo lama “produk Jepang enak dipandang, cepat dibuang”. Sejak akhir tahun 1950-an produk-produk manufaktur Jepang telah menyaingi produk-produk manufaktur AS dan negara-negara Eropa sehingga dibeberapa negara terjadi anti-Jepang dan pelarangan produk-produk Jepang. Meskipun begitu, Jepang tetap percaya diri dan membuktikan bahwa bangsa mereka adalah yang unggul.

Walaupun Jepang negara maju, negara ini tidak melupakan bidang usaha lain seperti pertanian, perikanan dan peternakan. Pertanian di Jepang tergolong maju dan menerapkan intensifikasi pertanian, sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang dijadikan lahan pertanian kurang dari 15 % Jepang dapat berswasembada memenuhi kebutuhan domestiknya.

Page 10: G A R M E N T

P a g e | 9

Berdasarkan data dari Cabinet Office, GDP Jepang pada 8 Maret 2012 menurun sebesar 0.7%.

Hal ini masih dikarenakan terdapat dampak dari gempa besar yang terjadi pada tahun

sebelumnya, Maret 2011 sehingga Jepang masih menghadapi masa pemulihan dalam

perekonomiannya.

Tabel 1. 1. Pengeluaran Rumah Tangga Jepang - Data kontinyu 2004-2011

Berdasarkan data dari Department of National Account, Economic and Social Research Institute

dari Cabinet Office di Jepang, konsumsi terhadap produk garmen dan sepatu di Jepang

bertumbuh sebanyak 4.4% pada tahun 2010 mengikuti pertumbuhan GDP yang meningkat

sebanyak 6% pada tahun 2009. Besarnya rasio pengeluaran rumah tangga untuk produk garmen

dibandingkan dengan total pengeluaran rumah tangga pada tahun 2010 adalah sebesar 3.3%,

hal ini berarti 3.3% dari total konsumsi rumah tangga dialokasikan untuk belanja pakaian.

Tabel 1.2. Skala Konsumsi Rumah Tangga untuk Produk Garmen (estimasi berdasarkan survey yand dilakukan oleh Ministry of Public Management, Home Affairs, Posts and

Telecommunication)

BAB II. POTENSI PASAR JEPANG

Page 11: G A R M E N T

P a g e | 10

Industri fashion di Jepang, khususnya kota Tokyo memiliki daya tarik tersendiri di dalam pangsa

pasar internasional, khususnya dalam bidang mode. Hal ini tentunya sebanding dengan 7 negara

di dunia yang dijadikan sebagai kiblatnya mode yaitu yaitu London, New York, Paris, Milan, Los

Angeles, Hongkong, Singapore. Perkembangan fashion di Jepang merupakan perpaduan gaya

tradional dan modern. Fashion Jepang menjadi sorotan kaum muda pecinta Jepang, selain

teknologinya yang berkembang dengan pesat, fashion Jepang juga memiliki tempat tersendiri

bagi masyarakat dunia.

Hampir sebagian besar busana tradisional Jepang kini berevolusi menjadi street fashion

meskipun sesekali busana tradisional asli masih dapat kita jumpai di beberapa kota besar Jepang.

Baju Jepang mulai menandingi tata busana gaya barat semenjak abad 21 dan selanjutnya

sekarang berubah menjadi apa yang disebut dengan ‘street fashion’. Istilah tersebut digunakan

untuk mendeskripsikan mode/gaya pakaian yang dikenakan seseorang melalui perpaduan trend

mode terbaru dengan gaya tradisional. Contohnya seperti baju Jepang yang dibuat sendiri

dengan tetap memakai bahan dasar dari toko kain.

Sekarang ini terdapat banyak macam gaya berpakaian di Jepang, termasuk juga baju dari

perpaduan merk lokal dengan merk asing. Beberapa jenis gaya berpakaian tersebut terkesan

ekstrim dan dapat dipandang sebagai pelopor seni yang setara dengan model peragaan busana

di Eropa. Rentetan fenomena naik-turunnya popularitas dari kebanyakan trend baju/pakaian

tersebut telah dicatat oleh Choicer Loki sejak tahun 1997 dalam majalah mode ’FRUiTS’. Majalah

ini merupakan majalah terkemuka yang telah mengenalkan ’street fashion’ di Jepang.

’Street fashion’ kini telah menjadi trend yang paling populer di Jepang. Hal itu tidak

lepas dari peran anak-anak muda Jepang yang mengenakan berbagai pakaian aneh di daerah

perkotaan seperti Harajuku, Ginza, Odaiba, Shinjuku, dan Shibuya. Beberapa contoh gaya yang

populer di Jepang antara lain Lolita, Cosplay, Kogal, Ganguro, Bōsōzoku, dan Elegant Gothic

Aristrocrat.

Gambar 4. Beberapa contoh ‘street style’ anak-anak muda di Jepang

Terdapat beberapa faktor yang membuat industri fashion di Jepang memiliki magnet

tersendiri bagi masyarakatnya, diantaranya adalah:

1) Sebagian besar bisnis ritel dalam bidang fashion di Jepang berdiri diatas kerjasama,

sehingga hasilnya banyak pihak ritel fashion tidak memiliki kesempatan dalam hal

Page 12: G A R M E N T

P a g e | 11

pengambilan keputusan, mengenai barang dagangan maupun harga ritel terhadap

produk yang dihasilkannya;

2) Kebanyakan dari masyarakat Jepang yang masih berusia sekitar 20-an memiliki minat

yang sangat tinggi dengan dunia fashion, karena banyak diantara mereka yang masih

tinggal dengan orang tua sehingga tidak perlu memikirkan biaya hidup. Hal ini tentunya

sangat berbeda dengan negara lain, dimana usia 40 tahun justru memiliki minat yang

tinggi terhadap dunia fashion;

3) Orang Jepang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap produk dari brand–brand

internasional, seperti Louis Vuitton dan Gucci. Produk-produk yang dihasilkan oleh

kedua brand tersebut memiliki peminat yang tinggi dari kaum muda Jepang;

4) Konsumen Jepang sangat sensitif tehadap lingkaran fashion yang ada di dalam pasaran

fashion internasional; dan

5) Masyarakat Jepang sangat dipengaruhi oleh majalah fashion.

1. Ekspor dan Impor Pakaian Jepang-Dunia

Ekpor garmen Jepang pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun

mulai menanjak lagi sejak tahun 2010 hingga tahun 2011. Untuk Impor terdapat tren meningkat sejak

tahun 2010 untuk produk pakaian.

Tabel 2: Ekspor Impor Produk Garmen di Jepang Tahun 2004-2011

Berdasarkan data impor dan ekspor pakaian yang dikeluarkan oleh Ministry of Economy, Trade and

Industry and Ministry of Finance, tingkat penetrasi impor pakaian pada tahun 2011 adalah sebesar

96.4% (meningkat sebesar 0.5 poin dibandingkan tahun sebelumnya), sedangkan tingkat penetrasi dari

impor dari negara China adalah sebesar 82.9% (turun sebesar 2.4 poin dari tahun sebelumnya).

Penurunan impor dari China merupakan yang keempat kalinya berturut-turut selama 4 tahun.

Page 13: G A R M E N T

P a g e | 12

Tabel 3: 15 Negara Pengimpor Garmen Terbesar ke Jepang Tahun 2011

Total Knit wear Woven wear Others

Outerwear Underwear Total Outerwear Underwear Total

2003 Quantity 1.008.785 1.290,0 784,7 2.074,8 892,5 279,2 1.171,8 133.519

Amount 2.160.086 690.244 143.477 833.721 974.146 117.689 1.091.835 234.530

2004 Quantity 1.053.263 1.468,5 815,9 2.284,4 900,5 282,4 1.182,9 142.017

Amount 2.245.945 750.989 146.621 897.610 986.376 121.251 1.107.627 240.708

2005 Quantity 1.047.944 1.502,7 860,1 2.363,7 921,5 274,1 1.195,5 146.542

Amount 2.374.995 815.463 160.642 976.105 1.020.576 121.884 1.142.460 256.429

2006 Quantity 1.093.342 1.591,9 866,7 2.458,6 984,5 269,9 1.254,4 158.685

Amount 2.649.247 911.134 173.942 1.085.076 1.146.993 132.739 1.279.732 284.439

2007 Quantity 1.067.250 1.640,7 879,7 2.520,4 931,8 264,4 1.196,2 157.760

Amount 2.696.896 961.049 178.061 1.139.109 1.135.248 133.496 1.268.743 289.043

2008 Quantity 1.064.944 1.687,0 904,2 2.591,2 933,2 223,6 1.156,7 148.634

Amount 2.551.839 905.981 176.761 1.082.743 1.053.904 115.994 1.160.898 299.198

2009 Quantity 1.042.840 1.687,0 904,2 2.591,2 933,2 223,6 1.156,7 148.634

Amount 2.285.304 821.641 179.169 1.000.809 824.518 100.519 1.025.037 259.358

2010 Quantiy 1.022.844 1.662,4 940,5 2.602,9 930,1 213,7 1.143,8 155.977

Amount 2.248.988 798.698 184.523 983.210 909.137 97.484 1.006.621 259.157

2011 Quantiy 1.084.892 1.681,7 1.991,2 2.682,9 1.020,9 233,5 1.254,4 170.675

Amount 2.517.973 857.700 212.902 1.070.602 1.035.379 117.758 1.153.137 294.134

Others: Socks and Stockings, Gloves, Foundations, Handkerchiefs, Neckties, etc

Tabel 4: Pakaian Import Dunia Berdasarkan Bahan Rajutan dan Tenunan yang Masuk ke Jepang

Page 14: G A R M E N T

P a g e | 13

Gambar 5: Impor Pakaian Luar ke Jepang Berdasarkan Jenis Pakaian Tahun 2003-2011

Gambar 6: Impor Pakaian Dalam ke Jepang Berdasarkan Jenis Pakaian Tahun 2003-2011

Page 15: G A R M E N T

P a g e | 14

Gambar 7: Grafik Jumlah Pakaian Impor ke Jepang Berdasarkan Jenis Bahan Dilihat dari Segi

Kuantitas

Gambar 8: Grafik jumlah pakaian impor dunia ke Jepang dari segi harga

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Impor Pakaian - Knitwear

Underwear

Outerwear

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Impor Pakaian - Wovenwear

Underwear

Outerwear

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Value Impor Garmen - Knitwear

Underwear

Outerwear

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Value Impor Garmen - Wovenwear

Underwear

Outerwear

Page 16: G A R M E N T

P a g e | 15

Tabel 5: Negara pengimpor pakaian ke Jepang

Secara keseluruhan untuk produksi pakaian dari Indonesia yang masuk ke Jepang dalam

kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu pada periode 2004-2011 Indonesia menduduki peringkat ke

4 baik untuk tenunan, rajutan dan lainnya . Indonesia masih kalah dengan produksi pakaian yang

dihasilkan oleh ketiga negara besar lainnya di Jepang, yaitu China, Vietnam dan Itali.

Page 17: G A R M E N T

P a g e | 16

Tabel 6: Negara pengimpor pakaian rajutan ke Jepang

Untuk produksi bahan rajutan, Indonesia menduduki peringkat ke 5, dilihat dari kurun

waktu 8 tahun terakhir yaitu periode 2004-2011. Untuk pakaian rajutan dari Indonesia masih

kalah bersaing dengan 4 negara teratas yaitu China, Vietnam, Itali, dan Thailand.

Page 18: G A R M E N T

P a g e | 17

Tabel 7: Negara pengimpor pakaian tenunan ke Jepang

Untuk jenis pakaian yang berasal dari tenunan, Indonesia menduduki peringkat ke 5 yang dilihat

dalam kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu pada periode tahun 2004-2011, dan tiap tahunnya

jumlah permintaan jepang untuk produksi bahan tenunan dari Indonesia mengalami

peningkatan yang cukup signifikan (lihat tabel). Dari pergerakan yang terlihat di dalam grafik

diatas, dapat diketahui bahwa baik dari segi jumlah produksi maupun harga untuk pakaian

tenunan dari Indoenesia terus mengalami peningkatan yang sangat berati dalam kurun waktu

tahun 2004-2011. Namun begitu, Indonesia masih kalah bersaing dengan 4 negara lainnya yaitu

China, Vietnam, Itali dan Myanmar.

Page 19: G A R M E N T

P a g e | 18

Tabel 8: Pergerakan jumlah harga produk impor pakaian ke Jepang dari 5 negara pengespor

terbesar

Dari tabel diatas 5 negara terbesar impor di Jepang adalah China, Itali, Vietnam, Korea

dan Thailand. Dari negara-negara impor tersebut selalu mengalami perubahan di dalam urutan

negara terbesar penghasil barang impor di Jepang setiap tahunnya. Namun yang sudah terlihat

dengan jelas adalah bahwa China selalu menduduki peringkat teratas negara pengimpor pakaian

ke Jepang, dalam kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu pada paeriode tahun 2004-2011.

Page 20: G A R M E N T

P a g e | 19

Tabel 9: Pergerakan jumlah produk impor yang diminati oleh Jepang dilihat dari 5 negara teratas

untuk barang impor pakaian ke Jepang

Untuk pergerakan jumlah barang impor (ton) yang diminati oleh Jepang, terdapat 5 negara

penimpor terbesar di Jepang yaitu China, Korea, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Namun dari

ke 5 negara pengimpor produk terbesar di Jepang, China masih menduduki peringkat teratas

negara pengimpor yang paling diminati oleh jepang, dimana di setiap tahunnya China masih

menduduki peringkat teratas negara pengimpor dalam kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu pada

periode tahun 2004-2011, setelah itu disusul oleh negara yang lainnya yang posisinya selalu

mengalami perubahan di setiap tahunnya.

Tabel 10: Pergerakan jumlah produksi impor dan ekspor pakaian di Jepang

Page 21: G A R M E N T

P a g e | 20

Gambar 9: Volume Impor dari Garmen di Jepang

2. Potensi Pasar Ekspor Pakaian di Jepang

1.1. Kondisi Masyarakat Jepang Terkait Industri Garmen

Pada zaman dahulu masyarakat Jepang cenderung lebih mungil, namun sekarang

dengan adanya perubahan gaya hidup pada masyarakatnya , sehingga gaya hidup mereka pun

lebih cenderung mengikuti gaya hidup barat. Kondisi fisik pada kawula muda yang ada di Jepang

sama dengan yang ada pada kawula muda Eropa maupun Amerika, dimana kebanyakan dari

mereka tergolong kurus.

Tabel 11: Ukuran rata-rata orang Jepang (tinggi/berat) dalam satuan cm dan kg

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

Volume Impor Garmen Dunia dan Negara China

World

China

Page 22: G A R M E N T

P a g e | 21

Gambar 10. Grafik Persentasi Penduduk Jepang Berdasarkan Usia dan Ukuran Tubuh

Tabel 12: Ukuran masyarakat Jepang

Tabel 13: Perbandingan ukuran pada masyarakat Jepang dibandingkan dengan negara lain di dunia

1.2. Konsumsi Pakaian di Jepang

Tabel 14: Skala rata-rata pengeluaran untuk pakaian periode 2006-2011

Page 23: G A R M E N T

P a g e | 22

Berdasarkan data diatas rata-rata pengeluaran untuk pakaian, baik pakaian pria, wanita, anak-anak, kaos, sweater, pakaian dalam, kaus kaki, stoking dan sebagainya tidak mengalami perubahan yang signifikan di setiap tahunnya. Pada tahun 2011 rata-rata pengeluaran untuk pakaian pria mengalami penurunan dengan hanya mencapai rata-rata pengeluaran sebesar

¥10,242 juta dengan presentase sekitar 14,1 %. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh industri tekstil pada tahun 2012 terhadap 60% perusahaan garmen di Jepang, menunjukkan bahwa konsumsi fashion di tahun 2012 terbilang stagnan, meskipun demikian terlihat terdapat tanda-tanda peningkatan konsumsi untuk tahun-tahun yang akan datang. (lihat perkembangan tahun 2011 melalui grafik dibawah sesuai dengan tabel diatas)

Gambar 11: Rata-rata pengeluaran untuk pakaian periode 2006-2011 (data pie chart) Jepang merupakan negara dengan empat musim, yaitu musim semi, musim panas,

musim gugur dan musim dingin, sehingga masyarakat Jepang di dalam melakukan pembelian khususnya untuk produk pakaian sangat dipengaruhi oleh musim dan juga acara tahunan yang ada di negaranya. Pasar garmen di Jepang untuk tahun 2011 mengalami pemulihan yang cukup baik setelah bencana gempa, dengan konsumsi yang menunjukkan potensi yang tinggi untuk model ‘super cool biz’ dimana style ini merupakan busana kasual dan ringan untuk mengurangi penggunaan ‘air-conditioning’ di rumah maupun di kantor, sebagai respon dari penghematan listrik.

Page 24: G A R M E N T

P a g e | 23

Gambar 12: Acara Tahunan dan Cuaca yang Ada di Jepang dan kaitannya dengan Pakaian yang Dikenakan oleh Masyarakat Jepang - Bagian 1

Page 25: G A R M E N T

P a g e | 24

Gambar 13: Acara Tahunan dan Cuaca yang Ada di Jepang dan kaitannya dengan Pakaian yang Dikenakan oleh Masyarakat Jepang - Bagian 2

Page 26: G A R M E N T

P a g e | 25

3. Kebijakan Impor Pakaian di Jepang

1) Customs Tariff Act (sistem tariff kuota), tariff kuota diberlakukan pada sepatu

kulit, dan artikel yang terbuat dari kulit (termasuk sarung tangan kulit). Eksportir

yang menggunakan kuota akan dikenakan tariff bea masuk rendah (primary

rate). Aplikasi permohonan kuota diajukan kepada Minister of Economic, Trade

and Industry;

2) Larangan terhadap importasi produk terkait dengan merek palsu/tiruan,

hukuman berupa denda dan penjara;

3) Foreign Exchange and Foreign Trade Act , aturan importasi produk yang

terbuat dari hewan ataupun tanaman (produk terbuat dari kulit) berdasarkan

lampiran pada Convention on International Trade in endangered species ;

4) Wildlife Protection and Proper Hunting Act, diwajibkan menyertakan sertifikat

ekspor atau sertifikat penangkapan legal yang dikeluarkan pemerintah eksportir

bagi produk yang terbuat dari kulit binatang; dan

5) Act on Domestic Infectius Deseases Control , bagi produk yang terbuat dari

tulang, bulu atau rambut binatang terutama jeis hewan yang menyebarkan

penyakit tertentu. Peraturan ini mewajibkan pemerintah eskportir untuk

menerbitkan sertifikat yang menyatakan sebagai produk karantina (designated

quarratine items).

Berdasarkan data yang diperoleh melalui Japan Custom, untuk periode 1 Januari 2013 maka tariff yang

berlaku untuk barang impor (khususnya pakaian) ke Jepang sesuai dengan chapter 61-62 untuk

Indonesia. Sebagai bahan acuan, untuk tahun sebelumnya penetapan tariff yang berlaku di Jepang

adalah sbb:

Tabel 15. Tariff impor untuk produk pakaian

Page 27: G A R M E N T

P a g e | 26

Tabel 16: Indication Marking untuk Impor Produk Garmen ke Jepang

4. Saluran Distribusi Pakaian Impor di Jepang

Gambar 14. Saluran Distribusi Pakaian Impor di Jepang

Page 28: G A R M E N T

P a g e | 27

5. Hambatan lainnya

Tabel 17: Penjualan Produk Garmen di Departement Stores dan Supermarkets

Gambar 15: Penjualan Produk Garmen di Major Retail Outlet

1) Reputasi pesaing. Seperti yang telah diulas sebelumnya bahwa Jepang banyak mengimpor

pakaian dari China, dikarenakan yang relative lebih murah apabila dibandingkan dengan

harga dari negara lainnya. China yang dapat memproduksi produk tekstil dengan harga

lebih murah akan sangat sulit untuk disaingi oleh negara-negara competitor lainnya

termasuk diantaranya adalah Indonesia. Oleh karena itu Indonesia harus mampu bersaing

dalam hal harga namun tetap memperhatikan kualitas dan kesejahteran para pengrajin

Indonesia itu sendiri;

2) Nilai penjualan dari produk garmen di departemen store dan toko lainnya mengalami tren

yang stagnan namun terdapat permintaan yang tinggi terhadap fashion barang bermerek.

3) Promosi dan pemasaran menjadi bagian paing penting di dalam perkembangan industri

fashion di dunia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana negara pengimpor

paham akan minat dari masyarakat dari negara yang akan dituju sebagai produsen utama

(paham situasi dan keinginan pasar). Di Jepang untuk bidang fashion, pada umumnya,

masyarakat mengenal perkembangan dunia fashion melalui majalah fashion, media online,

media elektronik dan lainnya.

Page 29: G A R M E N T

P a g e | 28

Retailer yang menjual produk garmen sangat terdiversifikasi dengan tren pembukaan toko-toko fashion di stasiun kereta, ‘suburban malls’, ‘outlet malls’, dan kini banyak terdapat SPA (Speciality tore retailer of Private labels Apparel). Hal ini bisa dilihat sebagai peluang bagi eksportir produk garmen di Indonesia, karena penempatan penjualan semakin bervariasi. Meskipun demikian, tingkat penjualan produk garmen mengalami tren stagnan yang cenderung menurun selama 5 tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat sebagai akibat dari krisis ekonomi dunia pada tahun 2008 dan gempa besar yang melanda Jepang bagian timur pada tahun 2011.

Terdapat beberapa strategi yang bisa diambil untuk mensiasati pasar Jepang, diantaranya adalah:

Jadilah modis: Menawarkan produk baru setiap musim yang mencerminkan tren mode terbaru

Jadilah kualitas tinggi: konsumen Jepang sangat sadar kualitas. Mereka cenderung untuk tidak membeli produk-produk berkualitas rendah bahkan jika harganya rendah.

Promosi terus-menerus melalui iklan, majalah, dll Mempertimbangkan peningkatan penggunaan SNS (Social Network Service) dalam

online sales. Hal ini juga didukung oleh penggunaan smartphones di Jepang. Mengontrol citra produk, dan bahkan mungkin merek toko. [Seleksi toko yang akan dimasuki sebagai target sasaran], -Hal ini sangat penting untuk

menawarkan produk melalui saluran yang tepat; Jika produk yang bergengsi atau kreatif, mereka harus dibawa dalam freestanding toko

di daerah bergengsi, di department store, atau di butik; Jika produk massal ditargetkan dengan garis harga yang wajar, itu harus dibawa dalam

bangunan stasiun seperti Lumine, di toko-toko merchandising umum, atau freestanding toko di daerah yang sibuk.

[Promosi Penjualan] -Secara teratur harus melakukan kegiatan kontak pers menyeluruh Jepang. Hal ini sangat penting untuk bekerja dengan pers yang mengerti karakter merek dan desainer, dan memiliki banyak kontak dengan orang dari majalah, stylist, dll

Pasar Fashion Jepang sangat kompetitif. Untuk menjadi sukses dalam hal pasar, dianjurkan bahwa setiap perusahaan harus memperjelas konsep merek, memperjelas target konsumen, dan pilih saluran distribusi. Jika perlu, mereka harus memilih sebuah perusahaan Jepang sebagai mitra dan melakukan lebih penyelidikan.

BAB III PELUANG DAN STRATEGI

Page 30: G A R M E N T

P a g e | 29

1. TPO/Kedutaan Negara Jepang di Indonesia

Kedutaan Besar Jepang Jakarta Duta Besar : Yoshinori KATORI Jl.M. H. Thamrin Kav. 24, Jakarta Pusat 10350, Indonesia Phone : (62-21) 3192-4308 Fax : (62-21) 3192-5460 Website : www.id.emb-Jepang.go.jp

Konsulat Jenderal Jepang - Medan Konsul Jenderal : Mr. Hiroshi HASHI Wisma BII, 5th Floor, Jl. Diponegoro No. 18, Medan, Sumatera Utara, Indonesia Phone : (62-61) 457-5193 Fax : (62-061) 457-4560

Konsulat Jenderal Jepang - Jakarta Konsul Jenderal : Yoshihiro TAKESHITA Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta Pusat 10350, Indonesia Phone : (62-21) 3192-4308 Fax : (62-21) 3192-5460

Konsulat Jenderal Jepang - Makasar Konsul Jenderal : Mr. Noboru NOMURA Address : Jl. Jenderal Sudirman No. 31, Makasar, Indonesia Phone : (62-411) 871-030, 872-323, 851-882 Fax : (63-61) 853-946

Konsulat Jenderal Jepang - Surabaya Konsul Jenderal : Masaaki TAKANO Jl. Sumatera 93, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia Phone : (62-31) 503-0008 Fax : (62-31) 503-0007

Konsulat Jenderal Jepang Cabang Denpasar Konsul : Mr. Minoru SHIROTA Address : Jl. Raya Puputan No. 170, Renon, Denpasar, Indonesia Phone : (62-361) 227-628 Fax : (62-21) 231-308, 265-066

2. Kamar Dagang Jepang

Tokyo Chamber of Commerce & Industry (HQ) 3-2-2 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0005 Japan T : (813) 3283 7523 F : (813) 3216 6497 W : www.tokyo-cci.or.jp/ E: [email protected]

Fukuyama Chamber of Commerce and Industry 2-10-1 Nishi-machi Fukuyama-City Hiroshima-Prefecture 720-0067 Japan

T : (818) 4921 2345 F : (818) 4922 0100 W : www.fukuyama.or.jp/e E: [email protected]

BAB IV. INFORMASI PENTING

Page 31: G A R M E N T

P a g e | 30

Hiroshima Chamber of Commerce 44 Matomachi 5-chome, Naka-ku Hiroshima 730 Japan T : (818) 2222 6610 F : (818) 2211 0108 W : ww.hiroshimacci.or.jp/

Kawasaki Chamber of Commerce and Industry 11-2, Ekimae Honcho, Kawasaki-ku Kawasaki 210 Japan T : (814) 4211 4111 F : (814) 4211 4118 W : www.kawasaki-cci.or.jp

Kyoto Chamber of Commerce & Industry 240 Shoshoicho Ebisugawa-agaru Karasumadori Nakakyo-ku 604, Japan T : (817) 5212 6450 F : (817) 5255 0428 W : www.kyo.or.jp/kyoto/e/ E: [email protected]

Okinawa Chamber of Commerce and Industry 15-20 Chuo 4-chome Okinawa-shi 904 Japan T : (819) 8938 8022 F : (819) 8938 2755 W : www.okinawacci.or.jp E: [email protected]

Osaka Chamber of Commerce & Industry 2-8 Hommachi-Bashi, Chuo-ku Osaka 540-0029 Japan T : (816) 6944 6400 F : (816) 6944 6293 W : www.osaka.cci.or.jp/e/

Nagahama Chamber of Commerce and Industry 10-1 Takada-cho Nagahama Shiga 526-0037 Japan T : (817) 4962 2500 F : (817) 4962 8001 W : www.nagahama.or.jp E: [email protected]

3. Asosiasi Tekstil Jepang

Name of Organization

Web Site

Japan Spinners' Association www.jsa-jp.org

Japan Chemical Fibers Association www.jcfa.gr.jp

Japan Wool Spinners' Association www5.ocn.ne.jp/~yobokai

Japan Cotton & Staple Fiber Weavers' Association www.jcwa-net.jp

Japan Silk & Synthetic Fabric Industrial Federation www.kinujinsen.com

Japan Worsted & Woollen Weavers Association www.jwwa.net

Japan Textile Finishers' Association www.nissenkyo.or.jp

Japan Wool Dyers' & Finishers' Association

Japan Knitting Industry Association www.tkf.or.jp/jkia

Japan Socks & Stockings Manufacturers Association

Japan Export Clothing Manufacturers Association

Japan Textiles Exporters Association www.jtea.or.jp

Page 32: G A R M E N T

P a g e | 31

Federation of Japan Textile Fabric Wholesalers' Association www.tafs.or.jp

Federation of Japan Yarn Twisters Association www.nenshi.or.jp

Japan Linen, Ramie & Jute Spinners' Association www.asabo.com

Japan Textile Dyeing & Printing Association

Japan Towel Industrial Association

Japan Net Manufacturers Association

The Japan Textiles Importers Association www.jtia.or.jp

Japan Apparel Fashion Industry Council www.jaic.or.jp

Nippon Interior Fabrics Association www.nif.or.jp

Japan Women's & Children's Wear Manufactures' Association www.jwca.or.jp

Federation of Japan Apparel Industrial Association nippiren.com

Federation of Japan Apparel Sewing Industry Association www.jaif.org

Nihon Body Fashion Association www.nbf.or.jp

Japan Textile Evaluation Technology Council www.sengikyo.or.jp

4. Pameran Fashion di Jepang

1) JFW-IFF 23 JANUARI-25 JANURI 2013 , web di http://www.senken-iff.com/iff/en/index.html

2) Japan international fashion fair 2009 di Tokyo

3) 4th Fashion Goods and Accessories Expo, June 2013, web di http://www.fa-expo.jp/en/

4) 4th Design Tokyo-Tokyo Design Product Fair

Page 33: G A R M E N T

P a g e | 32

5. Perwakilan Indonesia di Jepang

KBRI Tokyo Duta Besar : Muhammad Lutfi Atase Perdagangan : Julia Gustaria Silalahi 2-9 Highashi Gotanda, 5-chome, Shinagawa-ku, Tokyo-to, 141-0022, Japan Phone : (+81-3) 3441-4201 Fax : (+81-3) 3447-1697 Email : [email protected] Website : www.indonesianembassy.jp

ITPC Osaka Kepala : Rosiana C. Frederick Wakil : Eko Priyantoro ITM4 J-8 Asia and Pacific Trade Center 2-1-10 Nanko Kita, Suminoe-ku, Osaka 559-0034, Japan Tel : 06-66155350 Fax : 06-6615-5351 Website : www.itpc.or.jp

KJRI Osaka Konsul Jenderal : Ibnu Hadi Resona Semba Building 6th Floor, 4-4-21, Minami Semba, Chuo-ku, Osaka 542-0081, Japan Phone : (81-6) 6252-9826 Fax : (81-6) 6252-9872 Email : [email protected] Website : www.indonesia-osaka.org

Page 34: G A R M E N T

P a g e | 33

1. The Japenese Apparel Merket and Imporst, The Japan Textile Importers Association,2012

2. Japenese Fashion Market report

3. Annual Report of National economic accounting, dikeluarkan oleh Cabinet office and the Household survey, Ministry of Public Management,Home Affairs, Posts and Telecomunication http://www.soumu.go.jp/

4. Ministry of Economy, Trade and Industry "Textiles Statistics" www.meti.go.jp/english

5. Import/export Ministry of Finance "Trade Statistics" http: www.mof.go.jp/eng

6. http://www.customs.go.jp/english/tariff/2013_1/data/i201301e_61.htm ,

7. http://www.customs.go.jp/english/tariff/2013_1/data/i201301e_62.htm

8. http://www. ekonomi.kompasiana.com

9. (http://kamissore.blogspot.com/2009/08/perkembangan-fashion-jepang.html).

10. http://www.wikipedia.com

11. http://www.jtf-net.com/english/list.htm

REFERENSI


Related Documents