YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

FIKOSIANIN :

PEWARNA ALAMI DARI “BLUE GREEN MICROALGA” SPIRULINA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh:

Nama: Maria Wirani

NIM:13.70.0190

Kelompok B1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2015

Page 2: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

1. MATERI METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sentrifuge, pengaduk/stirrer, oven, dan plate stirrer.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biomasa Spirulina basah, aquades, dan dekstrin.

1.2. Metode

Biomassa Spirulina dimasukkan dalam erlenmeyer

Dilarutkan dalam aqua destilata (1 : 10)

Page 3: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit hingga didapat endapan dan supernatant.

Supernatan diencerkan sampai pengenceran 10-2 dan diukur kadar fikosianinnya pada panjang gelombang 615 nm dan 652 nm

Diaduk dengan stirrer ± 2 jam1

Page 4: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

Dicampur merata dan dituang ke wadah

Supernatan diambil 8 ml dan ditambah dekstrin dengan perbandingan supernatan : dekstrin = 1 : 1 (kelompok C1-C3), sedangkan kelompok C4-C5 menggunakan perbandingan 8 : 9

Page 5: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

Dioven pada suhu 50°C hingga kadar air ± 7%

Didapat adonan kering yang gempal

Page 6: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

Dihancurkan dengan penumpuk hingga berbentuk powder

Kadar Fikosianin (mg/g) diukur dengan rumus :

Konsentrasi Fikosianin /KF (mg /ml)=OD615−0,474(OD 652)5,34

× 110−2

Yield (mg /g)=KF × Vol( total filtrat )

g (berat biomasa)

Page 7: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan mengenai OD, Konsentrasi Fikosianin, Yoeld, dan Warna dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna Fikosianin

Kelompok

Berat Biomassa

(gram)

JumlahAkuades

(ml)

Total Filtrat (ml)

OD 615

OD 652

KF (mg/ml)

Yield (mg/g) Warna

Sebelum di oven

Setelah dioven

B1 8 80 56 0,1521 0,1094 1,877 13,139 + +B2 8 80 56 0,1481 0,1094 1,800 12,600 ++ ++B3 8 80 56 0,1393 0,1732 1,071 7,497 + +B4 8 80 56 0,1676 0,1749 1,586 11,103 + +B5 8 80 56 0,1217 0,1743 0,732 5,124 + +Keterangan :Warna :+ : biru muda++ : biru+++ : biru tuaDari data diatas dapat diketahui bahwa berat biomassa spirulina yang digunakan adalah

sama yaitu 8 gram untuk semua kelompok, dengan jumlah aquades sebanyak 80 ml

untuk semua kelompok dan total filtrate sebanyak 56 ml dihasilkan warna sebelum dan

sesudah di oven yang berbeda-beda. Untuk kelompok B1, B3, B4 dan B5 warna

sebelum di oven yaitu biru muda dan setelah di oven ternyata tidak ada perubahan yaitu

tetap biru muda. Tetapi untuk kelompok B2 warna sebelum di oven yaitu biru dan

setelah di oven warnanya tetap yaitu biru.

Page 8: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

3. PEMBAHASAN

Mikroalga adalah salah satu mikroorganisme yang tumbuh di perairan. Mikroalga

merupakan bentuk tumbuhan yang paling primitif. Tumbuhan ini umumnya hanya

terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti benang. Tumbuhan ini tampak warna-warni

indah sesuai dengan zat warna atau pigmen yang dikandungnya. Mikroalga umumnya

lebih dikenal sebagai fitoplankton atau ganggang yang hidupnya melayang-layang di

permukaan air laut ataupun air tawar. Ada empat kelompok mikroalga, yaitu diatom

(Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas

(Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae) (Anonim, 1998).

Mikroalga merupakan mata rantai awal dalam suatu ekosistem perairan yang

menghasilkan energi. Salah satu jenis mikroalga yang mempunyai nilai komersial

adalah Chlorella sp, akan tetapi pemanfaatannya masih terbatas di bidang akuakultur,

yaitu sebagai pakan alami seperti pakan larva udang, moluska dan zooplankton air

tawar. Selain sebagai pakan alami, Chlorella sp juga menghasilkan komponen bioaktif

berupa antibiotik, algisidae, toksin, bahan aktif untuk industri farmasi dan pemacu

pertumbuhan. Ekstrak sel dan ekstrak media Chlorella vulgaris menunjukkan adanya

aktivitas anti bakteri pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Setyaningsih et

al., 1999). Menurut Sa’id (1992), penerapan bioteknologi modern untuk eksploitasi alga

efisien di negara-negara berkembang, akan membuka peluang usaha yang memiliki

prospek pasar yang baik. Kultivasi mikroalga menjadi penting bukan hanya untuk

produksi pangan dan pakan saja, namun juga untuk produksi beberapa bahan kimia dan

mendapatkan lingkungan hidup yang nyaman.

Mckane & Kandel (1985) menyebutkan bahwa untuk pertumbuhan organisme,

dibutuhkan nutrisi serta kondisi fisik dan kimia yang baik. Mayoritas mikroorganisme

memiliki kebutuhan nutrisi yang sedehana. Mereka dapat dikultivasi pada media yang

mengandung gula, air, dan garam untuk menyediakan elemen-elemen pokok. Beberapa

mikroorganisme bahkan sangat kritis, memerlukan nutrisi khusus dan kadang-kadang

Page 9: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

tidak mungkin ditumbuhkan di laboratorium. Kondisi fisik pertumbuhan seperti

temperatur, pH, oksigen, dan tekanan osmotik sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu organisme. Cahaya merupakan faktor

utama bagi organisme autotrof.

Menurut Olaizola (2003), mikroalga adalah organisme heterogen yang mikroskopik

(berukuran kecil) dan uniselular. Akan tetapi mikroalga ini bisa juga ditemui dalam

bentuk koloni kecil atau tanpa sel yang berbeda. Mikroalga memiliki beragam warna

karena sifatnya yang fotosintetik dan memiliki pigmen, hidup dalam air dan bersifat

fotoautotrof. Bioteknologi mengenai mikroalga memiliki potensi yang besar untuk

diproduksi.

Mikroalga laut Dunaliella tertiolecta, Chlorella, Tetraselmis merupakan salah satu biota

laut yang memiliki potensi menghasilkan berbagai senyawa aktif untuk bidang pangan.

Senyawa-senyawa aktif tersebut misalnya pigmen, asam lemak, klorofil, growth factor,

klorofil, dan lain-lain. Potensi-potensi tersebut bermanfaat untuk berbagai aspek seperti

pangan, biodisel, farmasi, kosmetik, dan lain-lain. Ekstrak intraseluler kasar Chlorella

sp. mempunyai aktivitas penghambatan terhadap bakteri Salmonella typhi dan

Escherichia coli serta mempunyai potensi penghambatan terhadap streptomycin

(Setyaningsih, 2005). Menurut Kabinawa (2001), mikroalga dapat dikelompokkan ke

dalam Filum Talofita karena tidak memiliki akar, batang dan daun sejati (semu).

Namun, mikroalga memiliki zat warna hijau daun (klorofil) yang mampu melakukan

fotosintesis dengan bantuan air (H2O), CO2 dan sinar matahari yang dapat mengubah

energi kinetik menjadi energi kimiawi dalam bentuk biomassa atau yang lebih dikenal

dengan karbohidrat.

Menurut Metting & Pyne (1986) mikroalga merupakan produsen alami dari ekosistem

perairan yang dapat menghasilkan energi. Selain itu mikroalga juga dapat menghasilkan

metabolit yang sangat bermanfaat, sehingga keberadaannya sebagai organisme hidup

yang berukuran mikroskopis sudah mulai banyak dikaji. Saat ini pemanfaatan mikroalga

sudah cukup berkembang, selain sebagai pakan alami dan makanan sehat, mikroalga

Page 10: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

juga memiliki potensi yang dapat menghasilkan komponen bioaktif untuk bahan

farmasi, kedokteran, industri pangan dan sebagainya.

Pelczar & Chan (1986) menjelaskan bahwa Chlorella sp adalah mikroalga yang

mengandung klorofil serta pigmen-pigmen lain untuk dapat melakukan fotosintesis.

Ganggang atau Chlorella merupakan produsen primer bahan organik, karena merupakan

dasar rantai makanan akuatik yang disebabkan kemampuannya untuk melakukan

fotosintesis. Chlorella sp memiliki sel berbentuk bulat seperti bola atau elips, dengan

siklus hidup dan syarat nutrisi yang sederhana. Chlorella merupaka alga hijau dengan

kandungan klorofil yang paling tinggi. Chlorella mengandung vitamin, mineral, serat,

asam nukleat, asam amino, enzim (chlorophyllase dan pepsin). Kandungan protein

Chlorella tinggi yaitu sekitar 60%. Chlorella sp dapat ditemukan di setiap habitat

perairan. Chlorella memiliki senyawa-senyawa yang bermanfaat seperti protein, lipid,

karbohidrat, dan asam nukleat. Chlorella merupakan sumber protein, sehingga dalam

bidang pangan dapat dimanfaatkan sebagai protein sel tunggal (Richmond, 1986).

Dalam jurnal “C-PHYCOCYANIN EXTRACTION FROM Spirulina platensis WET

BIOMASS” dikatakan bahwa C-fikosianin adalah pewarna biru alami yang sering

digunakan pada makanan serta digunakan dalam industry farmasi. C-fikosianin dapat

diekstrak dari Spirulina platensis dengan menggunakan metode yang sederhana dan

efisien. Pada tahap ekstraksi yang dilakukan beberapa metode yang berbeda, seperti

metode kimia yaitu dengan pengolahan asam organic dan anorganik. Metode fisik dapat

berupa freezing dan thawing, sonikasi dan homogenisasi, serta dengan metode enzimatis

dapat berupa pengolahan lisosim.

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Chlorella sp. :

1. Temperatur

Chlorella sp. membutuhkan temperatur yang tinggi untuk pertumbuhannya.

Temperatur optimum untuk pertumbuhan Chlorella sp. adalah 30 ºC. Pada percobaan

ini, Chlorella sp. ditumbuhkan pada suhu ruang. Hal ini sesuai dengan pustaka yang

ada.

2. Intensitas cahaya

8

Page 11: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

Proses fotosintesis Chlorella sp. membutuhkan intensitas cahaya rata-rata 3000-4000

LUX (Oh-Hama & Miyachi, 1992). Sedangkan pada percobaan ini, intensitas cahaya

yang digunakan berkisar 4000-5000 LUX. juga menambahkan bahwa cahaya

merupakan sumber energi utama dalam fotosisntesis yang secara tidak langsung

berpengaruh terhadap proses pertumbuhan mikroalga pada umumnya. Energi yang

diberikan oleh cahaya bergantung pada intensitas cahaya, dan lamanya pencahayaan.

3. pH

Menurut Oh-Hama & Miyachi (1992), pH optimum untuk Chlorella sp. adalah 6,6-

7,3. Pada percobaan ini tidak dilakukan pengukuran pH.

4. Oksigen terlarut & Karbondioksida

Oksigen diperlukan Chlorella sp. untuk respirasi. Oksigen terlarut pada perairan

berasal dari hasil fotosintesis dan difusi dari udara. Sedangkan karbon merupakan

salah satu makronutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Chlorella sp. Salah

satu sumber karbon di perairan adalah CO2 yang secara langsung digunakan sebagai

bahan untuk fotosintesis. Dalam percobaan ini, oksigen dan karbondioksida yang

dibutuhkan diperoleh dari proses aerasi dengan menggunakan pompa yang berfungsi

untuk mengatur udara yang digunakan untuk pertumbuhan Chlorella sp.

5. Unsur hara

Unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan alga terdiri dari unsur mikro dan

unsur makro. Makronutrien yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar

(C, H, O, N, P, K, S, Si, Ca dan Cl). Mikronutrien adalah unsur-unsur yang

dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan merupakan koenzim (Mn, Fe, Zn, Cu dan Mg)..

Menurut Krettiawan (-), media kultur merupakan salah satu faktor yang penting untuk

pemanfaatan mikroalga. Media kultur mengandung makronutrien dan mikronutrien

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroalga. Komposisi nutrien yang lengkap dan

konsentrasi nutrien yang tepat menentukan produksi biomassa dan kandungan gizi

mikroalga.

Pada praktikum ini mula-mula dilakukan pengisolasian fikosianin dengan memasukkan

biomassa spirulina di dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan aquades (metode

ekstraksi pelarut polar). selanjutnya aquades ditambahkan hal ini bertujuan untuk

9

10

Page 12: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

menghasilkan pigmen fikosianin berwarna biru yang dapat larut air (Syah et al, 2005).

Selanjutnya dilakukan pengadukan kurang lebih 2 jam dengan menggunakan stirrer.

Hal tersebut bertujuan agar Spirulina dengan aquades dapat tercampur rata sehingga

proses ekstraksi fikosianin dapat berjalan dengan optimal. Setelah itu sampel di

sentifugasi dengan 5000rpm selama 10 menit hingga diperoleh endapan dan supernatant

(cairan berisi fikosianin). Supernatant yang didapatkan di ukur kadar fikosianinnya

dengan menggunakan spektrofotometer, dan ditambahkan dekstrin dengan

perbandingan 1:1. Dekstrin ditambahkan untuk mempercepat pengeringan dan

mencegah kerusakan akibat panas,melapisi komponen flavour, meningkatkan total

padatan, dan memperbesar volume (Murtala, 1999). Menurut Suparti (2000)

menyatakan bahwa dekstrin dapat melindungi stabilitas flavor selama pengeringan

dengan menggunakan spray dryer. Arief (1987) menambahkan bahwa dekstrin mampu

menjaga stabilitas flavor selama pemanasan, hal ini dikarenakan struktur molekul

dekstrin berbentuk spiral, sehingga molekul-molekul flavor akan terperangkap di dalam

struktur ini. Dekstrin tersusun atas unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga

oksigen yang larut dapat dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin

bersifat mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil

daripada pati. Penambahan dekstrin ini dapat mengurangi kerusakan pigmen akibat

oksidasi (Murtala, 1999).

Pengeringan dapat dilakukan setelah tercampur rata dan dituangkan ke dalam wadah

yang dapat digunakan untuk proses pengeringan. Supernatant yang sudah tercampur

homogen di oven dengan suhu hingga kadar airnya mencapai 7% (tidak perlu mengukur

kadar air, cukup diambil menggunakan spatula dan dilihat sudah kering atau masih

menggumpal) sehingga diperoleh adonan kering yang gempal. Spirulina akan

mengalami fermentasi. Suhartono apabila tidak di simpan dalam kondisi yang kering

Suparti (2000).

Setelah dikeringkan, adonan kering yang sudah terbentuk kemudian dihancurkan

menggunakan alat penumbuk hingga berbentuk serbuk. Dari data diatas dapat

dinyatakan bahwa dengan berat biomassa kering sebanyak 80 gram untuk semua

kelompok dan ditambah aquades sebanyak 80 ml didapatkan total filtrat yang sama

11

Page 13: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

yaitu sebanyak 56 ml. Namun untuk hasil pengukuran optical density (OD615 dan

OD652), konsentrasi fikosianin, yield fikosianin dan warna pada masing-masing

kelompok memiliki nilai yang berbeda-beda. Dari rumus yang telah digunakan

didapatkan hasil konsentrasi fikosianin pada kelompok B1 sebesar 1,877 mg/ml,

kelompok B2 1,800 mg/ml, kelompok B3 1,071 mg/ml, kelompok B41,586 mg/ml dan

kelompok B5 sebesar 0,732 mg/ml.

Pada jurnal “A Large-Scale Preparation Method of High Purity C-Phycocyanin” juga

diungkapkan bahwa c-fikosianin adalah komponen utama phycobili protein in spirulina.

Pada proses ekstraksi dapat menggunakan metode preparasi dengan tinggi kemurnian

yang didapat. Pada jurnal “Phycocyanin extraction from Spirulina platensisand extract”

dikatakan bahwa suhu sangat berkontribusi dalam efisiensi ekstraksi fikosianin.

Dalam jurnal “Extraction and purification of C-phycocyanin fromSpirulina” dinyatakan

bahwa c-fikosianin dapat diekstrak dari Spirulina platensis. Ekstraksi serta pemurnian

fikosianin dapat menggunakan presipitasi ammonium sulfat yang kemudian diikuti

dengan kromatografi tunggal dengan DEAE-selulose-11 dan buffer asetat. Ekstraksi

fikosianin dari Spirulina platensis dengan menggunakan metode sonifikasi yang

berbeda, jenis pH dan suhu yang berbeda juga akan sangat berpengaruhi terhadap

pemecahan sel. Dari data pada table yang didapatkan diketahui bahwa waktu

pembekuan dan thawing dapat mempengaruhi secara signifkan pemecahan sel.

Untuk mengetahui jumlah mikroalga dapat dihitung secara langsung ataupun tidak

langsung. Pada praktikum ini dilakukan penghitungan secara langsung, yaitu dengan

menggunakan haemositometer. Menurut Wasetiawan (2010), penghitungan langsung

jumlah mikroalga dapat dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan menghitung jumlah

bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan yaitu haemositometer.

Ruang hitung pada haemositometer terdiri dari 9 kotak besar dengan luas tiap kotak 1

mm2. Di dalam kotak besar terdapat kotak sedang, dimana setiap kotak sedang memiliki

panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan

demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal ruang hitung yaitu 0,1

mm. Penggunaan alat haemositometer juga memiliki kekurangan. Keakuratan

Page 14: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

penghitungan secara manual dengan menggunakan haemositometer tergantung pada

keakuratan pencampuran sampel (tanpa gelembung), jumlah ruang / bilik yang dihitung,

serta jumlah sel yang dihitung (Wasetiawan, 2010).

Menurut Schlegel & Schmidt (1994), proses aerasi perlu dilakukan karena sel

membutuhkan oksigen dalam bentuk air, CO2, dan dalam bentuk senyawa organik.

Oksigen berfungsi sebagai akseptor elektron terminal pada respirasi aerob, dimana

oksigen direduksi menjadi air. Alga termasuk organisme fotoautotrof, yang

menggunakan cahaya sebagai sumber energi dan CO2 sebagai sumber karbon utama.

Penggunaan medium yang sesuai wajib untuk dilakukan karena menurut Mckane &

Kandel (1985), organisme membutuhkan nutrient dan kondisi yang baik secara fisik dan

kimia, serta bebas dari organisme pesaing untuk pertumbuhannya. Mayoritas

mikroorganisme memiliki keperluan nutrisi yang sederhana, mereka dapat dikulturkan

pada media yang mengandung gula, air, dan garam untuk menyediakan elemen-elemen

pokok. Selain itu, Richmond (1983) menambahkan bahwa faktor lingkungan yang

paling menentukan pertumbuhan kultur alga yaitu nutrient, suhu, dan cahaya. Oleh

karena itu, untuk membantu pertumbuhan mikroalga Chlorella, digunakan media yang

sesuai dan diberi lampu atau sumber cahaya. Tingkat pertumbuhan dan hasil akhir

kultur mikroalga juga dipengaruhi oleh intensitas dan durasi penyinaran cahaya. Faktor

yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan biomassa mikroalga antara lain adalah

suhu, salinitas, intensitas cahaya, pH serta kebersihan media dan semua peralatan yang

digunakan selama kultur, pemupukan serta aerasi yang diberikan secara terus menerus.

Page 15: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

3. KESIMPULAN

Mikroalga merupakan produsen alami dari ekosistem perairan yang dapat

menghasilkan energi.

Mayoritas mikroorganisme memiliki keperluan nutrisi yang sederhana, mereka

dapat dikulturkan pada media yang mengandung gula, air, dan garam.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan biomassa mikroalga yaitu

suhu, salinitas, intensitas cahaya, pH, kebersihan media dan semua peralatan yang

digunakan, pemupukan serta aerasi yang diberikan secara terus menerus.

Dekstrin mampu menjaga stabilitas flavor selama pemanasan, hal ini dikarenakan

struktur molekul dekstrin berbentuk spiral.

Nilai optical density (OD) mempengaruhi nilai konsentrasi fikosianin dan yield

fikosianin.

Penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi akan menyebabkan warna

bubuk fikosianin menjadi semakin pudar.

Semarang, 05 Oktober 2015

Praktikan Asisten Dosen,- Deanna Suntoro -Ferdyanto Jowono

Maria Wirani13.70.1090

Page 16: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

4. DAFTAR PUSTAKA

Anonim_2. (1998). Penggunaan dan Teknik Produksi Pakan Alami: Mikroalga. http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahankuliah/3_Teknologi_Produksi_dan_Pengayaan_Pakan_Alami_PRODUKSI_MIKROALGA.pdf.

Arief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas Gajahmada Press. Yogyakarta.

Duangse, R., Natapas, P. and Suwayd, N. (2009). Phycocyanin extraction from Spirulina platensisand extract. Asian Journal of Food and Agro-Industry stability under variouspH and temperature vol 2 No 04 hlm : 819-826.

Hemlata, et all. (2011).Studies on Anabaena sp. NCCU-9 with special reference to phycocyanin. Journal of algal Biomass Utilization vol 2 No 1 hlm : 30-51.

Kabinawa, I. (2001). Ekstraksi dan Purifikasi Senyawa Lutein dari Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Galur Lokal Ink. Jurnal Kimia Indonesia Vol 5 (1): 30-34.

Krettiawana. (-). Sisi Lain Budaya. http://engkret.multiply.com/journal/item/12.

Kumar, D., et all. (2014). Extraction and purification of C-phycocyanin fromSpirulinaplatensis(CCC540). Original article vol 19 No 2 hlm : 184-188

Mckane & Kandel. (1985). Microbiology : Essentials and Applications. Mc Graw-Hill, INC. New York.

Metting, B. & Pyne J. W. (1986). Biologically active compounds from microalgal.Journal of Enzyme Microb. Tech. Vol. 8. Butterworth and Co Publish.

Mores, C. C., Luisa, S., G. P. Cerveira and S. J. Kalil. (2011). C-PHYCOCYANIN EXTRACTION FROM Spirulina platensis

Murtala, S. S. 1999. Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang.

Oh-Hama, T & S. Miyachi. (1992). Microalgae Biotechnology, Scientific publishing, New York.

Page 17: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

Olaizola, Miguel. (2003). Commercial Development of Microalgal Biotechnology: From The Test Tube to The Marketplace.

Pelczar, M. J. & Chan (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

Richmond, A. (1983). Phototrofich Microalgae. In : Biotechnology A Comprehensive Treatise in 8 Volumes. Weinheim. Deerfield Beach, Florida. Basel.

Richmond, A. (1986). Microalgacultur. Refrintedfrom the CRC critical reviews in Biotechnology. Vol 4. Issu 4. 369-438. CRC Press, INC.

Sa’id, G. (1992). Prospek Bioteknologi Perikanan dalam Bidang Farmasi Kajian Khusus Kultivasi Mikroalga. Faperikan-IPB. Bogor.

Schlegel, H. G. & K. Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum Edisi Enam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Setyaningsih, I.; Linawati, R. T. & B. Ibrahim. (1999). Ekstraksi dan Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga Chlorella Sp. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Volume VI : 14-17.

Setyaningsih, I; Desniar & T. Sriwardani. (2005). Konsentrasi Hambatan Minimum Ekstrak Chlorella Sp. Terhadap Bakteri Dan Kapang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol VIII Nomor 1 Tahun 2005.

Suparti, W. 2000. Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.

Syah et al. 2005.Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Wasetiawan. (2010). Penghitungan Jumlah Mikroba Secara Langsung Menggunakan Haemocytometer.

Widianingsih, A. Ridho, R. Hartati & Harmoko. (2008). Kandungan Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang Berbeda.

Page 18: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus Perhitungan :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615 – 0,474 (OD652 )

5,34

Yield (mg/g) = KF × Vol (total filtrat)g (berat biomassa)

Kelompok B1

KF = 0,1521 – 0,474 (0,1094)

5,34 = 1,877 mg/ml

Yield = 1 , 877 ×56

8 = 13,139 mg/g

Kelompok B2

KF = 0,1481 – 0,474 (0,1094)

5,34 = 1,800 mg/ml

Yield = 1 , 800×56

8 = 12,600mg/g

Kelompok B3

KF = 0,1393 – 0,474 (0,1732)

5,34 = 1,071 mg/ml

Yield = 1 , 071 ×56

8 = 7,497 mg/g

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

Kelompok B4

KF = 0,1676 – 0,474 (0,1749)

5,34 = 1,586 mg/ml

Yield = 1 ,586×56

8 = 11,103 mg/g

Kelompok B5

KF = 0,1217 – 0,474 (0,1743)

5,34 = 0,732 mg/ml

Yield = 0,732×56

8 = 5,124 mg/g

Page 19: Fikosianin_MariaWirani_13.70.0190_Unika Soegijapranata

6.4. Abstrak Jurnal


Related Documents