Acara III
FIKOSIANIN: PEWARNA ALAMI DARI “BLUE GREEN MICROALGAE”
SPIRULINA
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun oleh:
Agustina Cloudia 13.70.0092
Kelompok B3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2015
1. MATERI METODE
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sentrifuge, pengaduk/stirrer,
oven, dan plate stirrer.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biomasa Spirulina basah, aquades,
dan dekstrin.
1.2. Metode
1
8 gram biomasa Spirulina dimasukkan dalam Erlenmeyer
Dilarutkan dalam aquades (biomasa : aquades = 1 : 10)
Diaduk dengan stirrer selama ± 2 jam
2
Disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit hingga diperoleh
endapan dan supernatan
Supernatan diencerkan dan divortex hingga pengenceran 10-2
Diukur kadar fikosianinnya dengan panjang gelombang
615 nm dan 652 nm
3
8 ml supernatan ditambah dekstrin (supernatan : dekstrin = 1 : 1)
Dicampur rata dan dituang ke wadah
Dioven pada suhu 45ºC hingga kadar air ± 7%
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan OD, Konsentrasi Fikosianin, Yield dan Perubahan warna pada
Fikosianin dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna Fikosianin
KelBerat Biomassa
(gram)
Jumlah Akuades
(ml)
Total Filtrat (ml)
OD 615 OD 652KF (mg/ml)Yield (mg/g) Warna
Sebelum di oven
Setelah dioven
B1 8 80 56 0,1521 0,1094 1,877 13,139 + +B2 8 80 56 0,1481 0,1094 1,80012,600 ++ ++B3 8 80 56 0,1393 0,1732 1,071 7,497 + +B4 8 80 56 0,1676 0,1749 1,586 11,103 + +B5 8 80 56 0,1217 0,1743 0,732 5,124 + +
Keterangan :Warna :+ : biru muda++ : biru+++ : biru tua
Berdasarkan hasil pada tabel 1, data berat biomassa, jumlah aquades dan total filtrat
pada semua kelompok sama. Berat biomassaa sebesar 8 gram, jumlah aquades yang
digunakan 80 ml dan total filtrat yang didapatkan sebesar 56 ml. Rata-rata nilai OD 615
lebih rendah dibandingkan OD 652. Konsentrasi fikosianin dan yield yang diperoleh
berbanding lurus. KF tertinggi pada kelompok B1 sebesar 1,877 mg/ml dan yield
tertinggi juga terdapat pada kelompok B1 sebesar 13,139 mg/g. Untuk warna, tidak ada
perubahan warna pada semua kelompok sebelum dan sesudah pengeringan.
5
3. PEMBAHASAN
Terdapat spesies alga memiliki pewarna alami di dalam tubuhnya. Selain pigmen, asam
lemak dan klorofil dalam mikroalga dapat diolah untuk industri bidang pangan
(Sutomo,2005). Aplikasi mikroalga diluar industri pangan adalah sebagai bahan farmasi
dan kedokteran hal ini disebabkan di dalam mikroalga terkandung komponen bioaktif
(Metting & Pyne,1986). Pigmen dibagi menjadi dua jenis, yaitu pigmen alami dan
pigmen sintesis. Pigmen alami dapat ditemukan di tanaman atau alga. Kelebihan
penggunaan pigmen alami adalah dapat diuraikan dan tidak bersifat karsinogen.
Kelemahannya adalah tidak sesuai untuk diproduksi massal, tidak stabil pada pH,
cahaya dan panas (Aryzla,2003).
Kelompok Cyanobacteria termasuk dalam kelompok bakteri gram negatif. Fikosianin
dapat digunakan sebagai pewarna makanan dan pewarna kosmestik. Fikosianin pigmen
warna alami yang sangat dibutuhkan untuk industri karena warnanya yang cerah, tingkat
anti oksidan dan tingkat fluorescence-nya (Kumar, 2014). Jenis mikroalga yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Spirulina yang menghasilkan pigmen fikosianin
berwarna biru. Hal ini sesuai dengan pendapat Colla et al (2007) bahwa Spirulina
plantesis banyak menghasilkan fikosianin. Ciri-ciri pigmen ini adalah larut pada pelarut
polar, bentuk filamen spiral, suhu optimal pertumbuhannya adalah 35-37oC dan
termasuk dalam kelompok mesofilik (Spolaore et al,2006).
Jenis C-fikosianin dapat diekstrak dari kelompok cyanobacteria seperti Spirulina
plantesis yang akan menghasilkan warna biru. Ekstraksi pada fikobiliprotein akan
membuat dinding sel menjadi rusak sehingga protein dalam di ambil dengan mudah.
Proses ekstraksi c-fikosianin dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
penghalusan dengan mortar, freezing thwaing dan sonifikasi (Moraes,2011). Proses
sonifikasi dalam proses ekstraksi spirulina efektif untuk merusak dinding sel. Ekstraksi
fikosianin juga dapat dilakukan dengan menggunakan larutan buffer pada suhu 44oC
selama 2 jam. Untuk mendapatkan struktur fikosianin yang stabil, dalam proses
ekstraksi dapat diatur pH dan suhunya (Duangsee,2009).
6
7
Spirulina termasuk dalam organisme multiseluler dan salah satu blue green algae.
Kandungan di dalam spirulina antara lain 60% protein, asam amino esensial dan
vitamin (Richmond,1988). Kandungan asam lemak esensial dalam Spirulina adalah 4-
7% dengan bentuk linoleat dan asam linolenat. Kandungan proteinnya sekitar 50%-70%
dari berat kering. Spirulina secara alami mengandung kolesterol yang rendah, kalori,
lemak, dan sodium. Kandungan dalam spirulina antara lain sembilan vitamin penting
dan empat belas mineral yang terikat dengan asam amino. Sehingga proses asimilasi
dengan tubuh lebih cepat dan mudah (Tietze, 2004). Spirulina mampu menghasilkan
fikosianin dalam waktu yang cepat, dapat hidup pada kondisi basa (pH 8-11), hidup di
suhu hangat proses pemanenan yang mudah, dan mengalami fotosintesis (Tri Panji et
al,1996). Pengolahan spirulina mudah dilakukan karena memiliki membran sel yang
tipis dan lembut (Richmond 1988).
Spirulina mnghasilkan 3 jenis pigmen, yaitu klorofil a; karotenoid dan xantofil; serta
fikobiliprotein. Pigmen di Klorofil a sekitar 1,7% dari berat sel. Pigmen karotenoid dan
xantofil jumlahnya adalah 0,5% dari berat sel sedangkan fikobiliprotein terdiri atas
fikosianin dan allofikosianin (20% protein seluler) (Richmond,1988). Pigmen yang
mendominasi Spirulina adalah fikobiliprotein dimana di dalamnya terkandung
komponen c-fikosianin (Song, 2013). Hemlata (2011) menambahkan bahwa
fikobiliprotein terdiri atas empat kelas, yaitu allophycocyanin (alga hijau biru),
phycocyanin (alga biru), phycoerythrin (alga merah) dan phycocyanobilin (alga merah
kekuningan). Fikobiliprotein merupakan bagian dari fikobilisom yang berbentuk
granula. Fikobiliprotein dapat melindungi pigmen dan menyerap cahaya dari proses
oksidasi cahaya. Cara kerja fotosintesis spirulina adalah fikosianin menyerap cahaya
dari lingkungan dan diteruskan ke allofikosianin dan ke klorofil a. Pigmen klorofil a
diperoleh dari fotosintesis alga Spirulina. Letak pigmen klorofil a berada di
kromoplasma (membran tilakoid) (Diharmi,2001).
Fikosianin adalah pigmen yang mampu memancarkan warna merah tua tetapi warna asli
dari pigmen ini adalah biru tua. Fikosianin memiliki jumlah 20% dari berat kering dan
merupakan jenis pigmen yang paling banyak ditemukan di alga hijau biru
(Richmond,1988). Fikosianin memiliki beberapa kelebihan antara lain mampu
8
menyimpan nitrogen, dapat menangkap cahaya dan menangkap radikal bebas. Struktur
dari fikosianin sendiri terdiri atas rantai tetraphyrroles terbuka yang memilliki
kesamaan struktur dengan bilirubin (Hall & Rao,1999). Adanya klorofil yang tinggi
akan membuat warna dari spirulina berwarna hijau tua atau biru kehijauan (agak gelap)
saat berbentuk koloni besar (Tietze,2004). Berikut ini adalah contoh struktur fikosianin
Aplikasi fikosianin dapat dilihat pada produk minuman ringan, wasabi, permen karet,
permen dan popsicles. Kelemahan dari pigmen fikosianin ini adalah mudah mengalami
perubahan warna dan kerusakan pada suhu tinggi. Adanya pemudaran warna terjadi
setelah 5 hari sekitar 30%, saat kondisi suhu lingkungan 35oC dan penyimpanan
fikosianin mencapai 15 hari maka larutan fikosianin akan mengalami perubahan warna
menjadi bening (Mishra et al,2008). Jumlah fikosianin yang terbentuk dipengaruhi oleh
suplai nitrogen. Di dalam 500 mg tablet Spirulina terkandung 333,0 mg fikosianin.
(Tietze,2004). Kelebihan lain fikosianin yang bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu
dapat mencegah pembentukan kanker, sebagai antioksidan, anti inflamasi dan bersifat
neuroprotective (Richmond,1988).
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah biomassa spirulina yang
telah disiapkan dimasukkan dalam Erlenmeyer sebanyak 8 gram dan kemudian
dilarutkan dengan aquadestilata pengan perbandingan 1:10, sehingga aquadestilata yang
digunakan sebanyak 80 ml. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan stirrer sekitar 2
jam. Pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan campuran bahan serta untuk
mendapatkan ekstrak dari spirulina. Pelarutan biomassa spirulina dengan aquades
sesuai dengan pendapat Tietze (2004) dimana fikosianin dalam spirulina lebih mudah
diekstrak atau dilarutkan dengan larutan buffer fosfat pH 7 dan termasuk dalam salah
satu metode ekstraksi polar.
9
Dilakukan sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm hingga didapatkan
supernatan (fikosianin) dan endapan. Supernatan yang didapat kemudian diencerkan
hingga pengenceran ke 10-2 dengan melarutkan 1 ml supernatan (pada pengenceran 100
sampai 10-1) dengan 9 ml aquades lalu campuran larutan divortex. Sentrifugasi
dilakukan agar didapatkan supernatan yang terlah terpisah dari padatannya (Silviera et
al, 2007). Supernatan diencerkan hingga pengenceran 10-2 dikarenakan supernatan
yang dihasilkan warnanya masih pekat. Pengenceran juga dilakukan agar supernatan
dapat dihitung kadar fikosianinnya dengan spektrofotometer. Hasil yang diperoleh
kemudian diukur kadar fikosianinnya dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm
pada spektrofotometer. Penggunaan panjang gelombang pada praktikum ini sesuai
dengan pendapat Antelo et al (2010), dimana untuk mengukur ekstrak fikosianin
menggunakan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.
Supernatan kemudian ditambahkan dengan dekstrin dengan perbandingan 1 : 1
(supernatan 8ml dengan dekstrin 8 gram). Dekstrin adalah senyawa polisakarida yang
tingkat kelarutaannya dalam air tinggi. Dekstrin juga berasal dari hasil modifikasi pati
dengan asam. Dekstrin dapat melindungi fikosianin dari oksidasi atau suhu tinggi. Ciri-
ciri dekstrin antara lain lebih cepat terdispersi, lebih stabil, tingkat kelarutan dalam air
tinggi, lebih stabil pada suhut tinggi, tingkat stabilitas yang baik dibandingkan pati
(Fennema,1985). Dekstrin berfungsi untuk mengurangi proses oksidasi, sebagai bahan
pengisi, sebagai pembawa bahan flavor dan pewarna, serta untuk mengurangi oksigen
yang dapat larut (Ribut & Kumalaningsih,2004). Suparti (2000) menambahkan bahwa
dekstrin memiliki warna yang putih kekuningan. Murtala (1999) juga menambahkan
fungsi lain dekstrin adalah melapisi flavor, mencegah denaturasi, mempersingkat
lamanya pengeringan dan memperbesar volume dan total padatan.
Setelah tercampur merata dan warnanya menjadi biru muda, campuran tersebut
dimasukkan dalam wadah dengan cara mengoleskan secara merata di wadah. Wadah
tersebut kemudian digunakan sebagai alas dalam proses pengeringan. Proses selanjutnya
dimasukkan dalam oven dengan suhu 45oC hingga kering, dimana kadar air dalam
bahan sekitar 7%. Pengukuran kadar air bahan dilakukan dengan melihat apakah adonan
fikosianin masih gempal atau sudah kering menggunakan spatula. Setelah kering, olesan
10
fikosianin dihancurkan hingga menghasilkan bubuk fikosianin. Suhu pengeringan yang
dilakukan telah sesuai dengan pendapat Metting & Pyne (1986) dan Desmorieux &
Decaen (2006) bahwa suhu pengeringan optimal fikosianin adalah 40oC-60oC, jika suhu
yang digunakan diatas 60oC maka akan merusak ekstrak fikosianin dan menyebabkan
reaksi Maillard atau kegosongan pada bahan. Pengeringan dilakukan di dalam oven juga
untuk mencegah kontaminasi dari fikosianin yang dihasilkan.
OD (Optical Density) digunakan untuk mengetahui kadar fikosianin dari bahan yang
dihasilkan. OD dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsentrasi dan kejernihan larutan itu
sendiri (Fox,1991). Antara OD, konsentrasi fikosianin dan yield memiliki hubungan,
dimana jika larutan yang dihasilkan warnanya gelap, maka OD yang diperoleh juga
tinggi serta yield dan konsentrasi fikosianin juga tinggi (Antelo et al,2010) Berdasarkan
hasil pengamatan, dilakukan pengukuran OD pada panjang gelombang 615nm dan 652
nm, konsentrasi fikosianin, yield serta perubahan warna. Pada semua kelompok, data
berat biomassa, total filtrat yang didapatkan nilainya sama, tetapi OD yang diperoleh
berbeda-beda. Untuk OD615 tertinggi diperoleh kelompok B4 (0,1676) sedangkan yang
terendah adalah kelompok B5 (0,1217). Untuk OD652 tertinggi diperoleh kelompok B4
(0,1749) serta terendah pada kelompok B1 dan B2 (0,1094).
Untuk nilai KF (konsentrasi fikosianin) tertinggi diperoleh kelompok B1 (1,877 mg/ml)
dan terendah pada kelompok B5 (0,732 mg/ml). sedangkan nilai yield tertinggi pada
kelompok B1 (13,139 mg/g) dan terendah pada kelompok B5 (5,124 mg/g). Hal ini
dapat dilihat bahwa nilai KF dan yield berbanding lurus dan sesuai dengan teori Fox
(1991) bahwa jika nilai yield tinggi maka nilai konsentrasi fikosianin juga tinggi. Tetapi
jika dibandingkan antara OD, KF dan yield terjadi ketidaksesuai hasil dan teori dari
Antelo et al. (2010), seharusnya OD tinggi, KF dan yield juga tinggi. Pada kelompok
B1, KF dan yield yang dihasilkan tinggi tetapi OD nya tidak tinggi. Hal ini disebabkan
karena tingkat kejernihan larutan.
Untuk perubahan warna, pada semua kelompok tidak terjadi perubahan warna. Pada
kelompok B2 sebelum dan sesudah pengeringan warna fikosianin yang dihasilkan
adalah biru, sedangkan untuk kelompok lainnya (B1,B3,B4 dan B5) sebelum dan
11
sesudah pengeringan warna fikosianin yang dihasilkan adalah biru muda. Perbedaan
warna yang dihasilkan dapat disebabkan karena bahan dekstrin yang ditambahkan.
Menurut pendapat Suparti (2000) dan Wiyono (2007) penambahan dekstrin akan
membuat warna fikosianin menjadi lebih pucat karena warna bahan dari dekstrin sendiri
adalah putih kekuningan. Sehingga setelah dikeringkan seharusnya warna bubuk yang
dihasilkan lebih muda atau pucat. Perbedaan warna biru dapat disebabkan jumlah
dekstrin yang ditambahkan juga berbeda, perncampuran dekstrin dan fikosianin yang
tidak merata dan penilaian panelis yang bersifat subjektif sehingga hasil yang diperoleh
kurang akurat.
4. KESIMPULAN
Pigmen dibagi menjadi dua jenis, yaitu pigmen alami dan pigmen sintesis.
Kelompok Cyanobacteria termasuk dalam kelompok bakteri gram negatif
Spirulina plantesis banyak menghasilkan fikosianin
Spirulina termasuk dalam organisme multiseluler dan salah satu blue green algae
Pengolahan spirulina mudah dilakukan karena memiliki membran sel yang tipis
dan lembut
Spirulina menghasilkan 3 jenis pigmen, yaitu klorofil a; karotenoid dan xantofil;
serta fikobiliprotein.
Fikobiliprotein terdiri atas empat kelas, yaitu allophycocyanin (alga hijau biru),
phycocyanin (alga biru), phycoerythrin (alga merah) dan phycocyanobilin (alga
merah kekuningan).
Kelemahan dari pigmen fikosianin ini adalah mudah mengalami perubahan warna
dan kerusakan pada suhu tinggi
spirulina lebih mudah diekstrak atau dilarutkan dengan larutan buffer fosfat pH 7
dan termasuk dalam salah satu metode ekstraksi polar.
Mengukur ekstrak fikosianin menggunakan panjang gelombang 615nm dan
652nm.
Dekstrin berasal dari hasil modifikasi pati dengan asam
Suhu pengeringan optimal fikosianin adalah 40oC-60oC
OD dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsentrasi dan kejernihan larutan
Jika larutan yang dihasilkan warnanya gelap, maka OD yang diperoleh juga tinggi
serta yield dan konsentrasi fikosianin juga tinggi
Nilai KF dan yield berbanding lurus
Dekstrin membuat warna fikosianin menjadi lebih pucat
Semarang, 5 Oktober 2015Praktikan, Asisten Dosen,
Deanna SuntoroFerdyanto Juwono
Agustina Cloudia13.70.0092
12
5. DAFTAR PUSTAKA
Antelo, F. S., Andreia A., Jorge A. V. C. and Susanna J. K. (2010). Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis in Conventional and Integrated Two-Phase Systems. J. Braz. Chem. Soc., Vol. 21, No. 5, 921-926.
Arylza, IS. (2003). Isolasi pigmen bru fikosianin dari mikroalga Spirulina plantesis. Journal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 38:79-92.
Colla, Luciane M., Eliana Badiale F., Jorge A. V. (2007). Antioxidant Properties of Spirulina platensis Cultivated Under Different Temperatures and Nitrogen Regimes. Z. Naturforsch 59c: 55-59.
Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.
Diharmi A. (2001). Pengaruh pencahayaan terhadap kandungan pigmen bioaktif mikrolaga Spirulina platensis strain Lokal (INK). [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Duangsee, R. et al.,(2009). Phycocyanin extraction from Spirulina plantensis and extract stability under various pH and temperature. Asian Journal of Food and Agro-Industry. Vol2 (04) :819-826
Fennema, C. R. (1985). Food Chemistry. Marcel Dekker. Inc. Cleveland.
Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.
Hall DO, Rao KK. (1999). Photosynthesis Six edition. Cambridge: ,Cambridge university press.
Hemlata. G. Pandey. (2011). Studies on Anabaena Sp. NCCU-9 with Special Reference to Phycocyanin. J Algal Biomass Utln. 2(1). 30-51.
Kumar. D., D.W. Dhar. (2014). Extraction and purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis (CCC540). Ind J Plant Physiol. 19(2). 184-188.
Metting B dan Pyne JW. (1986). Biologically Active Compounds from Microalga. Journal of Enzyme Microb. Tech. Vol. 8. Butterworth and Co Publish.
13
14
Mishra SK, Shrivastav A, Mishra S. 2008. Effect of preservatives for food grade C-PC from Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.
Moraes, C.C., Sala, L., Cerveira, G.P., S.J. Kalil. (2011). C-Phycocyanin Extraction From Spirulina Platensis Wet Biomass. Brazilian Journal of Chemical Engineering. Vol 28. No 1. 45-49.
Murtala, S. S. (1999). Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang. 70 hal.
Ó Carra P, Ó hEocha C.(1976).Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW, editor.1976. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc. Hal 328-371.
Ribut, S. dan S. Kumalaningsih. (2004). Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.
Richmond A. (1988). Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor. Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.
Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.; Bioresour. Technol. (2007). 98, 1629.
Song. W., Zhao, C., S. Wang. (2013). A Large-Scale Preparation Method of High Purity C-Phycocyanin. International Journal of Bioscience, Biochemistry and Bioinformatic. Vol 3. No 4.
Spolaroe P, Joanis CC, Duran E, Isambert A. (2006). Comercial Application of Microalgae Review. J Biosci and Bioeng. 101 (2): 87-96.
Suparti, W. (2000). Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.
Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp.dan Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. Gracilis di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 37 :43-58. Pusat Penelitian Oseanografi.
Tietze HW. (2004). Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.
15
Tri Panji S, Achmadi, Tjahjadarmawan E. (1996). Produksi asam gammalinolenat dari ganggang mikro Spirulina platensis menggunakan limbah lateks pekat. Menara Perkebunan 64 (1): 34-44.
Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus perhitungan :
Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615 – 0,474 ( OD652 )
5,34
Yield (mg/g) = KF × Vol (total filtrat)g (berat biomassa)
Kelompok B1
KF=0 ,1521 – 0,474 (0,1094)
5,34 =1,877mg/ml
Yield=1 ,877 ×56
8=13,139mg/g
Kelompok B2
KF=0 ,1481 – 0,474 (0,1094)
5,34 =1,800mg/ml
Yield = 1 ,8 00×56
8 = 12,600mg/g
Kelompok B3
KF = 0 ,1393 – 0,474 (0,1732)
5,34 = 1,071 mg/ml
Yield = 1 ,071 ×56
8 = 7,497 mg/g
Kelompok B4
KF=0 ,1676 – 0,474 (0,1749)
5,34 =1,586mg/ml
Yield=1 ,586×56
8=11,103mg/g
Kelompok B5
16