LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN 1
MODUL-2
DISPERSI DAN DAYA PRISMA
TENNY OCTAVIANI (140310080040)
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin, 8 Maret 2010
ABSTRAK
Suatu jenis gelombang, kecepatan rambatnya bergantung pada beberapa
sifat fisis medium yang dilalui. Ketergantungan kecepatan rambat gelombang
pada sifat-sifat medium menimbulkan gejala pemantulan dan pembiasan yang
terjadi jika suatu gelombang melintasi permukaan yang memisahkan dua media,
dimana gelombang merambat dengan kecepatan yang berbeda. Jika pada
permukaan sebuah prisma kita lewatkan cahaya sebagai suatu bentuk gelombang
maka akan terjadi suatu peristiwa pembiasan dan pemantulan.
Pembiasan (refraksi) adalah peristiwa pembelokan arah cahaya ketika
melewati bidang batas antara dua medium yang berbeda. Indeks bias merupakan
perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam
medium. Pembiasan cahaya polikromatik pada prisma menghasilkan spektrum
warna monokromatik yang disebut dengan peristiwa dispersi. Pada percobaan ini
digunakan spektrometer, cahaya polikromatik akan dilewatkan melalui prisma
dan setelah keluar prisma cahaya tersebut akan terurai menjadi spektrum warna
penyusunnya. Dari Sudut deviasi minimum untuk tiap spektrum warna yang
teramati akan didapatkan indeks bias dari berbagai jenis prisma.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya mempunyai sifat dualisme. Yaitu cahaya sebagai partikel dan cahaya
sebagai gelombang. Sebagai gelombang, cahaya dapat dipantulkan, menembus
benda bening, dan dapat dibiaskan. Pembiasan cahaya atau refraksi adalah
peristiwa pembelokan cahaya karena melalui dua buah medium yang berbeda
kecepatan rambatnya.
Sedangkan dispersi merupakan proses penguraian cahaya polikromatik
(putih) pada prisma dengan cara pembiasan cahaya. Peristiwa ini terjadi karena
adanya perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Bidang prisma adalah salah satu
bidang yang dilalui cahaya. Sebuah prisma jika dilalui cahaya akan menghasilkan
spektrum warna cahaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada praktikum ini, objek percobaan adalah prisma. Kemudian kita akan
menentukan indeks relatif suatu prisma. Ada tiga buah prisma yang digunakan,
yaitu : prisma kaca, prisma berongga yang diisi dengan cairan ethanol dan cairan
gliserin. Dalam praktikum kali ini kita juga akan menggunakan spektrometer-
goneometer. Pada prisma ini akan terjadi proses refraksi dan dispersi sehingga
akan diketahui indeks bias prisma. Cahaya yang digunakan adalah cahaya
polikromatik (cahaya natrium). Sehingga hubungan antara indeks bias dan
panjang gelombang akan diketahui.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mengatur spektrometer-goniometer
2. Menentukan refraktif indeks bias dari berbagai cairan dalam prisma berongga
3. Menentukan indeks bias berbagai prisma gelas
4. Menentukan garis spektrum air raksa
5. Menunjukkan hubungan antara indeks bias dengan panjang gelombang
1.4 Metoda Percobaan
Goneometer dilakukan pada prisma untuk mengukur indeks bias medium
tersebut yaitu dengan cara meletakkan posisi prisma sejajar dengan teropong pada
jarak yang telah ditentukan. Seberkas sinar dilewatkan melalui prisma dengan
memposisikan sumber sinar segaris dengan prisma dan teropong, kemudian
teropong digerakkan ke kanan dan ke kiri sampai diperoleh kedudukan teropong
dan besar sudut deviasinya. Dengan demikian nilai indeks bias prisma bisa
diketahui.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang Latar Belakang permasalahan, Identifikasi Masalah, tujuan
melakukan percobaan, metode apa yang digunakan dalam percobaan,
sistematika penulisan, serta tempat dan waktu melaksanakan percobaan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan praktikum dan dapat
menunjang kaidah-kaidah pelaksanaan praktikum.
BAB III Metodologi Percobaan
Berisi tentang alat-alat yang dipergunakan pada saat praktikum serta
prosedur atau langkah langkah melakukan praktikum.
BAB IV Data dan Pembahasan
Berisi tentang data pengamatan praktikum, perhitungan dan pengolahan
data, analisis data, grafik dan analisis grafik.
BAB V Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan praktikum yang mengacu pada tujuan percobaan.
1.6 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum percobaan M-2 DISPERSI DAN DAYA PRISMA dilaksanakan
pada hari Senin, 1 dan 8 Maret 20010 pukul 10.00-12.00 WIB dan bertempat di
Laboratorium Fisika Menengah Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Jatinangor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan dualisme cahaya, cahaya bersifat sebagai gelombang. Hal ini
dikemukakan oleh Maxwell “Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik”.
Sebagai gelombang, cahaya mengalami pembiasan (refraksi), pematulan (refleksi),
polarisasi dan dispersi (penguraian cahaya).
Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Apabila terdapat cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,
sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang
baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan ( bukan
hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang
baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan. Gambar dibawah menunjukkan sebuah
berkas yang merambat dari udara ke air. Sudut Ө1 adalah sudut datang dan Ө2 adalah
sudut bias. Perhatikan bahwa berkas dibelokkan menuju normal ketika memasuki air
dimana lajunya lebih kecil. Jika cahaya merambat dari suatu medium ke medium
kedua dimana lajunya lebih besar, berkas dibelokkan menjauhi normal.
normal normal
sinar datang sinar pantul sinar bias
θ1 udara (n1) θ2 udara (n2)
air (n2) sinar pantul θ1 air (n1)
θ2 sinar bias sinar datang
Gambar n2 > n1 Gambar n2 < n1
Pembiasan menyebabkan terjadinya ilusi optik. Sebagai contoh, orang yang berdiri di
air yang dalamnya sepinggang tampak memiliki kaki yang lebih pendek. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar bahwa berkas yang meninggalkan telapak kaki orang
tersebut dibelokkan di permukaan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang
hubungan analits antar sudut datang dan sudut bias ditemukan secara eksperimential
oleh Willebrord Snell.
Ө1 adalah sudut datang dan Ө2 adalah sudut bias ( keduanya diukur terhadap
garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media, seperti pada gambar diatas, n1
dan n2 adalah indeks – indeks bias materi tersebut. Berkas – berkas datang dan bias
berada pada bidang yang sama yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap
permukaan. Hukum snell didasarkan pada Hukum pembiasan
Jelas dari hukum snellius bahwa jika n2 > n1,maka Ө2 < Ө1,artinya jika
cahaya memasuki medium dimana n lebih besar ( dan lajunya lebih kecil ),maka
berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 < n1,maka Ө2 > Ө1,sehingga
berkas dibelokkan menjauhi normal.
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan
n1 sin θ1=n2 sin θ2
Pembiasan cahaya pada prisma
Penggunaan prisma dilakukan pertama kali oleh Sir Issac Newton untuk
menganalisa pancaran cahaya berdasarkan warna-warna pembentuknya dan besar
panjang gelombangnya. Newton menggunakan prisma untuk menguraikan cahaya
sinar matahari. Cahaya putih dari cahaya matahari merupakan cahaya polikromatis
yang diuraikan menjadi warna-warna monokromatis, yaitu merah, jingga, kuning,
hijau, biru dan ungu. Prisma adalah suatu benda tembus Cahaya ( bening ) terbuat
dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang datar yang membentuk sudut tertentu satu
sama lain. Bidang datar ini disebut bidang pembias dan sudut yang dibentuk oleh
kedua prisma disebut bidang pembias atau sudut pembias atau puncak prisma yang
diberi notasi β.
Sudut deviasi
Untuk menentukkan sudut deviasi adalah dengan gambar dibawah ini. Sinar datang
mula – mula dan sinar bias yang keluar dari prisma berpotongan di titik R dan
membentuk sudut yang dinamakan sudut deviasi.
T
β
N2
N1 D
P R
.θ1 θ2 θ3 Q θ4
S
Perhatikan segiempat PSQT
β + < PSQ = 180 °
Sedangkan pada segitiga PSQ tampak bahwa :
θ2 + θ3 + < PSQ = 180 °
Sehingga diperoleh β + < PSQ = θ2 + θ3 + <PSQ, atau
β = θ2 + θ3
Pada segitiga PQR, sudut alas di P = θ1 - θ2 dam sudut alas di Q = θ4 – θ3. Dan
menurut sifat sudut luar segitiga dapat situliskan
D = ( θ1 – θ2) + (θ4 – θ3) = (θ1 – θ4) – (θ2 + θ3)
D = (θ1 – θ4) – β
Dengan
D = sudut deviasi
Β = sudut pembias ( sudut puncak prisma )
θ1 = sudut datang pertama
θ4 = sudut bias kedua
Deviasi minimum pada prisma
Jika arah sinar datang diubah – ubah sehingga besar sudut datang berubah – ubah ,
maka sudut deviasi pun berubah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hubungan
besar sudut deviasi terhadap besar sudut datang sesuai dengan grafik berikut ini :
D
Dm
.θ1
θ4
Deviasi terkecil atau deviasi minimum ( Dm) terjadi pada saat sinar masuk simetris
dengan sinar yang keluar dari prisma membagi prisma menjadi segitiga sama kaki
sehingga sudut datang sama dengan sudut bias terakhir. Dengan demiikan terjadi
deviasi minimum dimana syarat agar terjadi deviasi minimum adakah :
θ1 = θ4 dan θ2 = θ3
Maka :
Dm = 2.θ1 - β
Selahjutnya diperoleh bahwa θ1 = ½ .(β + Dm) dengan β = 2.θ2 = 2.θ3, Jika indeks
bias prisma adakah np dan indeks bias medium adalah nm ,maka menurut hukum
snellius didapat bahwa :
nm.sin θ1 = np. Sin θ2
nm.sin ½.(β + Dm) = np.sin ½.β
Karena indeks bias di udara adakah 1, maka :
n p=sin. 1/2 .( β+Dm )sin. 1/2 .β
Khusus untuk sudut pembias prisma yang kecil ( β << 15 ° ), persamaannya menjadi :
Dm=( np
nm
−1)β
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
1. Spektrometer/ goniometer w. vernier
2. Pemegang lampu, pico 9, f. spectr.lamps
3. Lampu hg spektral 100, pico 9 base
4. Power supply untuk spectral lamps
5. Prisma, 60 derajat, h 30 mm, crown
6. Prisma berongga
7. Difraksi grating, 600 garis/mm
8. Glycerol 250 ml
9. Methanol 500 ml
10. Cyclohexene for synth 500 ml
11. Wash bottle, plastic 250 ml
12. Bench clamp, -PASS-
13. Stand tube
3.2 METODE EKSPERIMEN
1. Mensetting alat percobaan seperti pada gambar dalam modul.
2. Mengatur spektrometer-goniometer sesuai dengan instruksi operasi.
3. Memproyeksikan apertur atau celah kedalam bidang dari kawat menyilang
dengan pengesetan teleskop tak hingga dan mengamatinya dengan lensa
mata yang digunakan sebagai pembesar.
4. Mengatur prisma agar menghasilkan deviasi minimum dengan posisi
anguler f1 dari teleskop dan membaca off pada vernier untuk masing-
masing garis spektra.
5. Memutar prisma sehingga cahaya jatuh pada permukaan terdekat dan
cahaya dideviasikan kearah sebaliknya. sudut f2 tidak membaca off pada
masing-masing garis spektral pada deviasi minimum.
6. Memberikan sebuah grating ruled yang diamankan didalam sebuah holder
sejajar terhadap sumbu kolimator, dan cocok dengan tempat prisma untuk
menyatakan panjang gelombang garis spektrum merkuri.
7. Mengukur sudut dari garis yang terdifraksi orde pertama terhadap bagian
kanan dan kiri gambar dari celah yang tidak terdeviasi. Lampu spektral
mencapai maksimum luminositas setelah kira – kira dinyalakan 5 menit.
8. Memastikan saat mensetting lampu bahwa udara dapat bersikulasi melalui
celah ventilasi pada housing lampu tanpa hambatan.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 DATA PERCOBAAN
A. Prisma gelas
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimu
m (δm)
Setelah
Dikonversi (o)
Kuning 8o 23' 8,383
Hijau 8o 50' 8,833
Biru 8o 55' 8,917
Ungu 9o 08' 9,133
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimu
m (δm)
Setelah
Dikonversi (o)
Kuning 3o 10' 3,167
Hijau 3o 20' 3,333
Biru 3o 55' 3,917
Ungu 3o 45' 3,75
B. Prisma berongga (cairan Methanol)
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimu
m (δm)
Setelah
Dikonversi (o)
Merah 23o 25' 23,417
Kuning 23o 04' 23,067
Hijau 23o 05' 23,083
Ungu 23o 30' 23,5
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimu
m (δm)
Setelah
Dikonversi (o)
Merah 25o 40' 25,667
Kuning 23o 20' 23,333
Hijau 23o 25' 23,417
Ungu 23o50' 23,833
C. Prisma berongga (cairan Gliserin)
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimu
m (δm)
Setelah
Dikonversi (o)
Merah 34o 33' 34,55
Kuning 35o 35' 35,583
Hijau 37o 50' 37,833
Biru 38o 15' 38,25
Ungu 43o 40' 43,667
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(δm)
Setelah
Dikonversi (o)
Merah 35o 35
Kuning 35o 57' 35,95
Hijau 35o 50' 35,833
Biru 35o 25' 35,417
Ungu 36o 27' 36,45
4.2 PERHITUNGAN
a. Menghitung indeks bias prisma gelas
Dengan menggunakan persamaan, maka akan didapatkan indeks bias
medium prisma gelas:
; 1’ =
Contoh perhitungan : untuk warna kuning pada percobaan I
δmin =8,3830 ; θ = 60o
n=sin
θ+δm
2
sinθ2
=sin
60+8.3832
sin602
=1,124
Hasil perhitungan diberikan dalam tabel berikut ini :
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum (o)
Indeks
Bias (n)
Kuning 8,383 1,124
Hijau 8,833 1,13
Biru 8,917 1,132
Ungu 9,133 1,135
n rata-rata1 1,13025
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(derajat)
Indeks
Bias (n)
Kuning 3,167 1,047
Hijau 3,333 1,05
Biru 3,917 1,059
Ungu 3,75 1,056
n rata-rata2 1,053
Dari percobaan I dan II, didapatkan n rata:
n rata = (n rata-rata1+n rata-rata2)/2= (1,13025 + 1,053)/2 = 1,091625
Maka, indeks bias prisma gelas adalah 1,091625
n literatur prisma gelas = 1,55
KSR = (n lit- n perc) x 100% / n lit
KSR = (1,55-1,091625)/1,55x100% = 29,57 %
b. Menghitung indeks bias prisma berongga (cairan Methanol)
Menghitung nilai indeks bias menggunakan persamaan :
; 1’ =
Contoh perhitungan : untuk warna kuning pada percobaan I
δmin = 23,4170 ; θ = 60o
n=sin
θ+δm
2
sinθ2
=sin
60+23,4172
sin602
=1.333
Hasil perhitungan diberikan dalam tabel berikut ini :
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(derajat)
Indeks
Bias (n)
Merah 23,417 1,333
Kuning 23,067 1,326
Hijau 23,083 1,326
Ungu 23,5 1,332
n rata-rata1 1,32925
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(derajat)
Indeks
Bias (n)
Merah 25,667 1,33
Kuning 23,333 1,33
Hijau 23,417 1,331
Ungu 23,833 1,336
n rata-rata2 1,33175
Dari percobaan I dan II, didapatkan n rata:
n rata = (n rata-rata1+n rata-rata2)/2= (1,32925 + 1,33175)/2 = 1,3305
Maka, indeks bias prisma rongga cairan methanol adalah 1,3305
n literatur prisma rongga cairan methanol = 1,33
KSR = (n perc - n lit) x 100% / n lit
KSR = (1,3305-1,33)/1,33x100% =0,05 %
c. Menghitung indeks bias prisma berongga (cairan methanol)
Menghitung nilai indeks bias menggunakan persamaan :
; 1’ =
Contoh perhitungan : untuk data warna kuning
δmin = 34.550 ; θ = 60o
n=sin
θ+δm
2
sinθ2
=sin
60+34.552
sin602
=1,469
Hasil perhitungan diberikan dalam tabel berikut ini :
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(derajat)
Indeks
Bias (n)
Merah 34,55 1,469
Kuning 35,583 1,481
Hijau 37,833 1,507
Biru 38,25 1,512
Ungu 43,667 1,572
n rata-rata1 1,5082
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum (δm)
Indeks
Bias (n)
Merah 35 1,474
Kuning 35,95 1,486
Hijau 35,833 1,484
Biru 35,417 1,479
Ungu 36,45 1,491
n rata-rata2 1,4828
Dari percobaan I dan II, didapatkan n rata:
n rata = (n rata-rata1+n rata-rata2)/2= (1,5082 + 1,4828)/2 = 1,4955
Maka, indeks bias prisma rongga cairan gliserin adalah 1,4955
n literatur prisma rongga cairan methanol = 1,469
KSR = (n perc - n lit) x 100% / n lit
KSR = (1,4955-1,469)/1,469x100% =2,65%
4.3 GRAFIK indeks bias terhadap panjang gelombang
1.084 1.086 1.088 1.09 1.092 1.094 1.096 1.0980
100
200
300
400
500
600
700
Grafik indeks bias dengan panjang gelombang (prisma gelas)
Series2
indeks bias n
panj
ang
gelo
mba
ng (n
m)
1.327 1.328 1.329 1.33 1.331 1.332 1.333 1.334 1.3350
100
200
300
400
500
600
700
Grafik indeks bias dengan panjang gelombang (prisma rongga cairan methanol)
Series2
indeks bias n
panj
ang
gelo
mba
ng w
arna
(nm
)
1.46 1.47 1.48 1.49 1.5 1.51 1.52 1.53 1.540
100
200
300
400
500
600
700
Grafik indeks bias dengan panjang gelombang (prisma rongga cairan gliserin)
Series2
indeks bias n
panj
ang
gelo
mba
ng w
arna
(nm
)
4.4 ANALISA
Pada praktikum ini bertujuan menentukan refraktif indeks bias dari berbagai
cairan dalam prisma berongga, indeks bias berbagai prisma gelas, garis spektrum
air raksa dan menunjukkan hubungan antara indeks bias dengan panjang
gelombang. Dari praktikum ini kita dapat mengamati proses terjadi pembiasan dan
dispersi serta spektrum warna yang dihasilkannya. Dalam percobaan ini, kita
menggunakan tiga buah prisma, yaitu : prisma gelas, prisma rongga yang berisi
cairan gliserin, prisma rongga yang berisi cairan methanol.
Pada percobaan prisma gelas spektrum warna yang dapat terlihat adalah
kuning, hijau, biru, dan ungu. Pada prisma rongga berisi cairan methanol terlihat
spektrum warna merah, kuning, hijau dan ungu. Sedangkan pada prisma rongga
yang berisi cairan gliserin terlihat spektrum warna merah, kuning, hijau, biru, dan
ungu. Jadi, hanya beberapa warna saja yang terlihat disebabkan tiap spektrum
warna saling berimpitan bahkan tidak terlihat. Tiap spektrum warna mempunyai
sudut deviasi yang berbeda-beda dan akan mencapai sudut dimana pada sudut
tersebut akan kembali ke posisi awal yang disebut sudut deviasi minimum. Karena
pada praktikum ini kita menggunakan prisma segitiga sama sisi, maka sudut bias
prisma nya sebesar 60o.
Dari data deviasi minimum yang didapatkan, kita dapat mengetahui indeks
bias suatu medium dengan menggunakan persamaan: . Maka
didapatkan rentang indeks bias medium prisma gelas 1,047<n<1,135. Sedangkan
prisma rongga yang berisi cairan methanol mempunyai indeks bias
1,326<n<1,336. Dan prisma rongga yang berisi cairan gliserin mempunyai indeks
bias 1,469<n<1,572. Dari hasil percobaan gliserin mempunyai indeks bias paling
tinggi dan prisma gelas mempunyai indeks bias paling kecil.
Tetapi, jika dibandingkan dengan indeks bias literatur maka terjadi
ketidaksesuaian dengan hasil percobaan yang telah dilakukan. Prisma gelas
mempunyai indeks bias paling tinggi disusul dengan gliserin dan methanol. KSR
indeks bias prisma gelas sebesar 29,57% , prisma rongga berisi cairan methanol
sebesar 0,05% dan prisma rongga berisi cairan gliserin sebesar 2,65%.
Dapat dianalisa bahwa terjadi kesalahan pada saat praktikum. Besarnya KSR
disebabkan karena praktikan kurang teliti dalam mengamati spektrum warna yang
keluar karena antara satu warna dengan warna lain letaknya sangat berhimpitan.
Sehingga yang terlihat hanya beberapa warna saja. Dan juga disebabkan kesulitan
dalam menentukan sudut deviasi minimum tiap spektrum warna.
Setelah mendapatkan harga indeks bias untuk tiap medium, maka didapatkan
hubungan antara indeks bias dan panjang gelombang yang divisualisasikan dalam
grafik di atas. Dengan panjang gelombang tiap spektrum warna yang didapatkan
dari literatur dan diplotkan dengan indeks bias yang didapatkan. Dari grafik
hubungan indeks bias dengan panjang gelombang didapatkan bahwa semakin
besar nilai panjang gelombangnya maka indeks biasnya makin kecil, begitu juga
sebaliknya semakin kecil nilai panjang gelombangnya maka semakin besar nilai
indeks biasnya. n ~ 1/λ.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Cahaya bersifat sebagai gelombang karena dapat mengalami refraksi (pembiasan),
refleksi (pemantulan).
Pembiasan atau refraksi merupaka pembelokan cahaya karena cahaya melewati
dua buah medium yang berbeda cepat rambatnya.
Pembiasan cahaya polikromatik pada prisma menghasilkan spektrum warna
merah,jingga,kuning, hijau,biru, dan ungu. Penguraian cahaya putih menjadi
spektrum warna monokromatik disebut dengan pristiwa dispersi.
Indeks bias medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat
cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut.
n = c/v
Semakin panjang gelombang semakin kecil indeks bias, dan semakin pendek
gelombang semakin besar indeks bias.
Indeks bias prisma gelas berdasarkan literatur berkisar 1,55. Tetapi berdasarkan
percobaan 1,091625. Dengan KSR sebesar 29,57%.
Indeks bias prisma gelas berisi cairan methanol berdasarkan literatur sebesar 1,33.
Tetapi berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berkisar n= 1,3305. Dengan
KSR sebesar 0,05%.
Indeks bias prisma gelas berisi cairan gliserin berdasarkan literatur sebesar 1,469.
Tetapi berdasarkan percobaan yang telah dilakukan n= 1,4955. Dengan KSR
sebesar 2,65%.
Warna merah memiliki panjang gelombang yang besar dan ungu memiliki panjang
gelombang yang paling pendek.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halliday, Resnick, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997.
2. Sutrisno, Seri Fisika Dasar Edisi Gelombang dan Optik, Penerbit ITB, Bandung
1979.
3. Sears, Zemansky, Fisika untuk Universitas III (Optika dan Fisika Modern),
Penerbit Bina Cipta, Bandung, 1987.
LAPORAN AKHIR FISIKA EKPERIMEN 1-B
MODUL 2
DISPERSI dan DAYA PRISMA
Nama : TENNY OCTAVIANI
NPM : 140310080040
Nama Partner : Evan Mulyana
NPM Partner : 140310080054
Hari / Tanggal :Senin / 1Maret 2010
Waktu : 10.00 - 12.00 WIB
Assisten : Faisal
LABORATORIUM FISIKA MENENGAH
JURUSAN FISIKA
NILAI
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 2
DISPERSI dan DAYA PRISMA
Nama : TENNY OCTAVIANI
NPM : 140310080040
Nama Partner : Evan Mulyana
NPM Partner : 140310080054
Hari / Tanggal :Senin / 1 Maret 2010
Waktu : 10.00 - 12.00 WIB
Assisten : Faisal
Jatinangor, 08 Maret 2010
Asisten
Asisten