YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Dis Prak Sia

DISPRAKSIAArtikel ini saya dapat dari Tabloid Ibu & Anak yang dipostkan beberapa tahun lalu. Walau sudah cukup lama, tetapi saya yakin tetap bermanfaat dan perlu untuk diketahui.

Anak yang sukar berbicara atau mengeja umumnya dianggap kena disleksia. Padahal bisa jadi yang diidap adalah dispraksia.

Dibanding disleksia, dispraksia (dyspraxia) mungkin masih terdengar asing di telinga. Namun bukan berarti tak bisa terjadi pada anak. 

Di Inggris, dispraksia mempengaruhi sampai 10% anak dan 2% di antaranya mengalami dispraksia parah. Secara statistik, ada 1 di antara 30 anak dalam satu kelas yang mengalami dispraksia. Menurut penelitian, gangguan ini kadang diturunkan dalam keluarga, dan gejalanya kadang tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip, misalnya disleksia.

Dispraksia berasal dari kata dys, yang artinya 'tidak mudah' atau 'sulit' dan praxis, yang berarti 'bertindak', 'melakukan'. Nama lain dispraksia adalah Developmental Co-ordination Disorder (DCD). Dulunya dikenal sebagai Clumsy Child Syndrome. 

Secara medis, dispraksia adalah gangguan atau ketidakmatangan anak dalam mengorganisir gerakan, akibat kurang mampunya otak memproses informasi, sehingga pesan-pesan tidak secara benar atau secara penuh ditransmisikan. Dispraksia mempengaruhi perencanaan apa-apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dan ini menimbulkan kesulitan dalam berpikir, merencanakan, dan melakukan tugas-tugas motorik atau sensori. 

"Dispraksia bukanlah gangguan pada otot. Bukan pula gangguan kecerdasan, meski akibatnya mempengaruhi kemampuan berbahasa dan pengucapan," papar Belinda Hill, speech pathologist di Australian Dyspraxia Support Group and Resource Centre Inc di New South Wales. "Problem dispraksia timbul ketika otak mencoba memerintahkan untuk melakukan apa yang mesti dilakukan, namun kemudian sinyal perintah itu diacak, sehingga otot tidak bisa membaca sinyal yang dikirimkan otak."

Dispraksia kadang dikelirukan dengan disleksia, yakni kesukaran untuk membaca, menulis, atau mengeja, dan seringkali diikuti dengan problem lain seperi ketrampilan pengorganisasian yang buruk. Dispraksia mungkin juga sering dikelirukan dengan ADD (Attention Deficit Disorder), ADHD (Attention Deficit Hyperactivity isorder), atauDyscalculia (sukar untuk menangkap konsep-konsep matematika). "Namun sebenarnya dispraksia mencakup problem yang lebih luas dan bervariasi."

Menurut Belinda, pada bayi, dispraksia kerap ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ngoceh. Ketika anak mulai belajar bicara, huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.

Pada usia pra-sekolah, anak dipraksia bisa memiliki sebagian atau semua kondisi berikut: terlambat berguling, merangkak, berjalan. Anak dispraksia biasanya sukar menyesuaikan diri saat beralih ke makanan padat. Ia sukar melangkah, memanjat, menyusun puzzle, sukar mempelajari ketrampilan baru secara insting, dan lambat mengembangkan kata-kata. Ia sulit berbicara jelas.

Page 2: Dis Prak Sia

Anak juga kesulitan menggerakkan mata, sehingga ia lebih suka menggerakkan kepala daripada menggerakkan matanya. 

Pada anak yang lebih besar, ia akan kesukaran memakai pakaian, menalikan sepatu, menggunakan cutter atau pisau, keseimbangan badan yang buruk, sukar belajar naik sepeda, kemampuan membaca yang rendah, dan buruk dalam menulis. Anak sukar mengingat instruksi dan menyalin tulisan dari papan tulis. Ia juga tidak dapat menangkap konsep seperti 'di bawah', 'di atas', 'di dalam'.

Anak dispraksia mengalami kesulitan dalam berkata-kata maupun mengekspresikan diri. Sebagian anak penderita dispraksia mempunyai sifat terlalu sensitif dengan sentuhan. Sebagian lain mengalami articulatory dyspraxia, yang menyebabkan mereka kesukaran dalam berbicara dan mengeja.

Terapi Satu-satu 

Keluarga yang hidup dengan anak dispraksia seringkali biasanya tidak menyadari kondisi anak dengan segera. Itu sebabnya, akibat gangguan yang diidapnya dan kekurangtahuan keluarga, anak dispraksia punya self-esteem yang rendah. Ia juga rawan kena depresi, mengalami masalah mental dan mengalami kesukaran emosional dan perilaku. 

Anak dispraksia kurang efektif jika dimasukkan dalam kelas khusus untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Yang dibutuhkan anak dispraksia adalah terapi satu lawan satu. Satu anak ditangani satu fisioterapis atau speech pathologist. Ia butuh penanganan dan dukungan dari profesional secara teratur, dan juga dukungan di pendidikan yang dijalaninya. 

"Tergantung dari keparahannya, biasanya dispraksia bisa disembuhkan," jelas Belinda. "Mungkin si kecil akan beberapa kali kambuh, namun tingkat kesukarannya dalam koordinasi gerakan akan makin menurun." Anak juga bisa sembuh sendiri, namun lebih lambat dan tidak seefisien jika ditangani oleh terapis.

Gejala-gejala Balita Dispraksia 

Jika si kecil berusia 3-5 tahun, berikut tanda-tanda dispraksia yang bisa diamati:  Aktivitas motorik yang sangat tinggi, termasuk mengayun-ayunkan kaki dan menghentak-hentakkan kaki ketika duduk, bertepuk tangan, atau menari

Tangan mengembang ketika berlari

Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda tiga atau mainan serupa

Ketrampilan motorik halus yang jelek, misal sukar memegang pensil atau menggunakan gunting

Kurang melakukan permainan yang imajinatif

Mengalami kesulitan berbahasa yang terus-menerus

Respons terbatas pada instruksi lisan apa saja

Page 3: Dis Prak Sia
Page 4: Dis Prak Sia
Page 5: Dis Prak Sia
Page 6: Dis Prak Sia
Page 7: Dis Prak Sia
Page 8: Dis Prak Sia
Page 9: Dis Prak Sia
Page 10: Dis Prak Sia
Page 11: Dis Prak Sia

DISFASIA

Disfasia adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya.

> Penyebab:Adanya gangguan di pusat bicara yang ada di otak.

>Ciri-ciri:• Usia 1 tahun belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna, seperti mama, papa.• Kemampuan bicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuanbiacara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan.• Karena organ bicara sama dengan organ untuk makan, maka biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.

>Jenis:• Murni disfasia.Murni disfasia adalah seperti penjelasan di atas.• Disfasia sebagai gejala awal gangguan lain.

Gangguan perkembangan bahasa sebagai gejala awal, contohnya seperti yang terjadi pada anak autis. Untuk mengatasinya, gangguan utamanya dulu yang diselesaikan, baru kemudian dilakukan terapi seperti anak yang murni disfasia.

Cara penanganan:

- Dokter anak akan memberikan obat untuk membantu memperbaiki sel-sel yang rusak di pusat bicara.

- Bersamaan dengan itu akan dilihat fungsi organ bicaranya, apakah juga ada gangguan atau tidak.

- Terapi wicara akan dilakukan dengan cara latihan otot bicara, seperti latihan meniup, menyedot, menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan, dan sebagainya. Kemudian anak diminta untuk menirukan bunyi, kata, baru kemudian kalimat.

TERAPI SENDIRI DI RUMAH

Ada beberapa teknik yang biasanya digunakan terapis wicara untuk membantu anak yang kesulitan bicara. Teknik-teknik tersebut juga bisa dilakukan orangtua di rumah untuk menyempurnakan perkembangan otot bicara anak. Berikut caranya:

* Meniup balon sampai besar, atau membuat gelembung balon dari air sabun.

* Meniup gumpalan tisu dari ujung meja satu ke ujung meja lainnya.

* Meniup lilin.

Page 12: Dis Prak Sia

* Main seruling/terompet.

* Minum dengan sedotan kecil, atau sedotan yang berkelok- kelok.

* Berteriak dengan mulut terbuka lebar mengucapkan, “a e i o u”

Penulis : Uttiek

Sumber : Tabloid Nakita

Disfasia

Disfasia

Definisi : Terdapat kelainan pada fase perkembangan bahasa dan bicara, dimana kemampuan produksi bicara mengalami kelambatan dibandingkan dengan kemampuan pemahaman.

Disfasia terjadi karena adanya gangguan pada proses transisi dari observasi obyek, perasaan, pikiran, pengalaman atau ide terhadap kata yang diucapkan. Disfasia dapat terjadi sejak dalam kandungan, dimana yang lebih terganggu adalah bahasa ekspresif, sehingga anak lebih mengerti apa yang dikatakan kepadanya dari pada yang akan diucapkannya. Gangguan bicara dapat sekunder karena gangguan pendengaran, retardasi mental, gangguan psikiatri dan lingkungan yang tidak menunjang.

Perkembangan bicara-bahasa bervariasi pada masing-masing individu karena dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya genetik, jenis kelamin (banyak pada anak laki-laki), kerusakan otak saat pranatal dan perinatal. Penyimpangan biasanya pada otak bagian kiri tetapi ada beberapa pada otak kanan, korpus kalosum atau lintasan pendengaran.

Disfasia merupakan kelainan penting yang sering menjadi basis dari gangguan lain seperti disleksia, disgrafia, dan diskalkulia, juga dapat muncul bersama dengan dispraksia dan Gangguan Pemusatan Pikiran (GPP).