YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript

1

ABSTRAK RENCANA PENELITIAN

Padatnya hunian di sepanjang bantaran sungai yang mengalir melalui kota-kota besar di Indonesia, khususnya Sungai Ciliwung pada Segmen Bogor-Jakarta, sudah menjadi pemandangan yang kerap dijumpai. Kondisi tersebut berdampak kepada menurunnya kualitas air sungai dan airtanah akibat banyaknya pembuangan sampah dan limbah domestik secara langsung ke sungai. Oleh karena itu, mekanisme yang mengendalikan relasi antara air sungai dan airtanah dalam akifer perlu dikenali. Prototip penelitian ini baru dilakukan di DAS Cikapundung di wilayah Kabupaten/Kota Bandung. Wilayah DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota Tangerang sangat ideal untuk studi ini, karena Sungai Ciliwung pada segmen Bogor-Jakarta melewati beragam formasi batuan gunungapi muda dan endapan aluvial. Pemahaman mengenai relasi antara air sungai dan airtanah merupakan salah satu aspek yang penting guna mempelajari berbagai parameter yang berkaitan dengan manajemen sumberdaya air secara terintegrasi dalam lingkup Daerah Aliran Sungai (DAS) atau secara populer dikenal sebagai one river one management. Penelitian ini sekaligus dapat menjadi justifikasi ilmiah pentingnya Program Kali Bersih (PROKASIH) yang marak dilaksanakan di awal tahun 1990an. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata pengelolaan dan pengendalian sungai-sungai lainnya di Indonesia, terutama untuk sungai yang mengalir melalui kota-kota besar seperti Surabaya, Medan, Makasar, dll. 2 TUJUAN KHUSUS

Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sbb: Tahun I: Merekonstruksi geometri sistem akifer sepanjang aliran Sungai Ciliwung pada segmen Kota Bogor Jakarta. Membuat pemetaan karakterisasi zona hidrodinamika aliran air sungai dan airtanah di DAS Ciliwung dengan pendekatan analisis jejaring aliran airtanah (flow net analysis) pada segmen Kota Bogor-Jakarta untuk kepentingan pengendalian kualitas imbuhan air sungai ke dalam akifer. Melakukan pemodelan relasi aliran air dan propagasi polutan pada DAS Ciliwung. Menyusun panduan manajemen air sungai airtanah secara terpadu pada DAS Ciliwung dalam kerangka pengelolaan air secara terintegrasi. PENTINGNYA PENELITIAN YANG DIRENCANAKAN

Tahun II:

3

Pengelolaan sumberdaya air secara terintegrasi melalui penelitian ini sangat penting untuk: 1. memahami sistem dan geometri akifer secara lebih rinci sepanjang aliran Sungai Ciliwung. 2. mengetahui zonasi akifer di wilayah DAS Ciliwung yang potensial sebagai daerah imbuhan oleh air sungai. 3. mengetahui jejaring aliran airtanah di DAS Ciliwung sebagai basis kuantifikasi dan pemodelan besaran masukan / keluaran air sungai dan airtanah. 4. merumuskan teknologi rekayasa imbuhan air sungai ke dalam akifer yang efektif dan merekomendasikan zona kerentanan terjadinya polusi airtanah dari polutan yang dibawa oleh air sungai. 5. membuat panduan teknis pengelolaan imbuhan airtanah yang tepat pada Segmen aliran Sungai Ciliwung Kota Bogor Jakarta.

1

4

STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

5.1 Dasar Teori Relasi Aliran Air Sungai dan Airtanah Pengambilan airtanah perlu didasarkan kepada keseimbangan antara masukan dan keluaran air dari dan ke dalam akifer. Membahas keseimbangan airtanah sangat memerlukan pendalaman (dengan presisi tinggi) atas batas-batas akifer yang dipelajari. Oleh karena itu selain pemahaman geometri akifer, pemahaman sumber (asal) airtanah melalui kajian hidrometeorologi saja tidak cukup, perlu pula dikaitkan antara sungai yang ada dengan posisi penyebaran akifer. Selain itu perlu juga dipertimbangkan kemungkinan berkembangnya sistem multi akifer. Jadi, perlu diidentifikasi secara pasti bagian-bagian mana dari sungai yang perlu diamankan sebagai pengimbuh atau tipe influen, yang secara alami mengisi akifer secara permanen. Lee (1980) telah mendefinisikan bahwa sebagai akibat dari perbedaan litologi yang dilalui aliran sungai ini mengakibatkan adanya 4 (empat) tipe hubungan sungai dengan sistem airtanah yang dilaluinya (Gambar 2) yaitu sungai mengisi airtanah (influent stream atau losing stream), sungai menguras/diisi airtanah (efluent stream atau gaining stream), sungai dan airtanah tidak saling berhubungan (isolated stream) dan sungai bersifat influent akan tetapi dipisahkan oleh suatu zone tidak jenuh (unsaturated), dinamakan suatu aliran yang menggantung (perched stream).

Gambar 2 Tipe Relasi Aliran Air Sungai Airtanah (Lee, 1980) Daerah penelitian secara umum termasuk kedalam daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Definisi daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung adalah meliputi kawasan Puncak Gunung Pangrango (3019 m dpl) hingga bermuara ke Teluk Jakarta (o m dpl). Hulu DAS Ciliwung sebelah timur berbatasan dengan sungai Citarum dan Cileungsir, sebelah barat berbatasan dengan sungai Cisadane. Garis pemisah aliran air utama (main water divide) terletak di puncak Gunung Pangrango yang membagi aliran sungai di Jawa Barat ke Jawa dan Samudera Hindia. Luas DAS mulai dari puncak hingga ke teluk Jakarta + 435 Km2. Pembahasan kondisi regional ini dilakukan mengacu pada laporan peneliti terdahulu (LIPI, 1988, Turkandi dkk, 1992 & Assegaf dan Deny Juanda P., 1998).

2

II. Kondisi Geologi II.1 Morfologi Morfologi DAS Ciliwung berdasarkan klasifikasi Lobeck merupakan bentukan dari satuan produk gunungapi dan dapat dibagi menjadi 3 satuan utama yaitu Tubuh, Lereng dan Kipas Volkanik. LIPI (1988) membagi menjadi 5 satuan geomorfologi yang lebih detail berdasarkan produknya yaitu (Gambar 3): 1. Tubuh Gunungapi Tua Gegerbentang 2. Tubuh Gunungapi Pangrango 3. Tubuh Gunungapi Lemo 4. Lereng Gunungapi Pangrango 5. Kipas Volkanik Bogor II.2 Stratigrafi Stratigrafi daerah yang dilalui aliran Sungai Ciliwung dapat dibagi ke dalam 4 satuan. Satuan tertua adalah batuan sedimen berumur Tersier yang dikelompokkan menjadi satu karena dianggap sebagai basement dengan nilai konduktifitas hidraulik rendah. Satuan Kedua adalah Endapan Gunungapi yang umumnya memiliki nilai konduktifitas hidraulik tinggi dan sering bertindak sebagai lapisan akifer yang baik. Satuan ketiga adalah selang-seling dari Endapan Fluvio-Marin yang tertutup di permukaan oleh Kipas Volkanik Bogor. Satuan keempat yaitu Endapan laut (Marin) di dekat garis pantai Jakarta (Gambar 4). Rincian keempat satuan batuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : - Satuan Sedimen Tersier Satuan ini terdiri dari batulempung, batugamping dan sedikit batupasir gampingan. Pada pengamatan di sepanjang aliran dan bantaran Sungai Ciliwung singkapan satuan ini tidak didapati. Satuan ini tersingkap di daerah Citeureup, Leuwiliang dan Ciseeng pada daerah Utara dan di Selatan pada daerah Cibadak. Arah kemiringan utama diperkirakan beraarah selatan dan bersifat impermeabel. Diduga bertindak sebagai lapisan akitard dan akifug.

3

Gambar 3 Peta Geomorfologi DAS Ciliwung (LIPI, 1988) (Fokus penelitian pada Segmen Bogor Jakarta) - Satuan Endapan Gunungapi Merupakan satuan yang membentuk cekungan DAS hulu Ciliwung, didominasi oleh sedimen piroklastik yang tersebar di lereng gunung Pangrango dan Gegerbentang. Endapan batuan didominasi oleh batuan klastik kasar dengan arah sebaran melandai ke baratlaut dan tenggara dengan sudut kemiringan 11 170. Satuan ini pada daerah lereng merupakan lapisan akifer utama mataair yang muncul di kaki gunung Pangrango dan bertindak sebagai sumber dari sungai Ciliwung. - Satuan Kipas Volkanik Bogor Satuan ini merupakan sedimen asal gunungapi yang sebagian besar diendapkan dalam lingkungan fluviatil. Satuan ini menutupi permukaan dataran pantai Jakarta mulai dari daerah Ciawi Bogor. Pengamatan lapangan menunjukkan hubungan menjemari dengan endapan laut di daerah utara yang dapat diamati pada daerah Depok-Pondok Cina. Kemiringan perlapisan 7-100 dan pada beberapa tebing sungai Ciliwung tersingkap dengan baik. Litologi pengamatan terdiri dari konglomerat dan breksi dengan komponen andesit dan matriks tuf. - Satuan Endapan laut (Marin) 4

Satuan ini memiliki hubungan menjemari dengan endapan Kipas Volkanik Bogor. Pada beberapa singkapan terlihat perlapisan yang baik dengan ukuran butir pasir. Sebaran pengendapan dapat dijumpai diluar sempadan sungai Ciliwung. III. Kondisi Hidrogeologi Pembahasan kondisi Hidrogeologi regional akan dititikberatkan pada pembahasan kondisi curah hujan, sistem dan geometri akifer. III.1 Curah Hujan Data curah hujan rata-rata di DAS Ciliwung disampaikan dalam kurun waktu 1931-1970. Perolehan data berdasarkan sebaran 12 stasiun pengukuran hujan sebagaimana tertulis pada Tabel 1 (LIPI, 1988). pada tabel ini disajikan data yang terdiri dari: curah hujan tahunan, hari hujan dalam setahun, hujan dalam 24 jam, hujan maksimum dalam 24 jam, serta taksiran penguapan dan evaporasi potensial rata-rata. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa daerah penelitian didominasi oleh tipe hujan orografis. Kondisi curah hujan didominasi iklim tropis dengan intensitas yang cukup besar dengan kisaran 1600 4000 mm/tahun (Tabel 1). kerapatan curah hujan ini mengindikasikan bahwa karakteristik airtanah pada bantaran Ciliwung akan didominasi oleh sistem airtanah bebas (unconfined water) dengan pengkayaan oksigen tinggi. Hipotesa lainnya adalah fluktuasi debit air sungai akan sangat dipengaruhi oleh musim dan sungai akan bersifat mengalir sepanjang tahun (perennial system). Secara umum pola hujan bulanan dan tahunan pada DAS Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 5.

5

Gambar 5 Pola hujan bulanan dan tahunan di DAS Ciliwung (IWACO, 1988 dan LIPI, 1988)

Hasil pengukuran evaporasi bulanan pada 3 stasiun pengukur terpilih (Tabel 2) meunujukkan tingkat intensitas penguapan yang cukup tinggi. Tingkat penguapan tertinggi tercatat pada 6

bulan Oktober. Nilai evaporasi yang relatif merata pada beberapa lokasi DAS mengakibatkan tidak terlalu signifikannya data ini sebagai penentu neraca kesetimbangan air (water balance). III.2 Sistem & Geometri Akifer Kondisi hidrogeologi daerah penelitian secara fisik terletak pada daerah Gunung Pangrango, Bogor, Depok hingga Jakarta dengan ketinggian 0 3018 mdpl. Daerah hulu yang merupakan kawasan gunungapi dalam wilayah ini menjadi sumber air untuk aliran sungai Ciliwung. Kawasan ini dibentuk oleh endapan volkanik tua dan volkanik muda asal Gunung Pangrango yang mempunyai umur batuan antara Plistosen Bawah hingga Holosen (Gambar 6). Kumpulan jenis litologi dominannya adalah breksi, lahar, lava, pasir tuffan dan lempung tuffan yang sebagian besar mampu meresapkan (recharge) air permukaan khususnya air hujan. Kawasan Pangrango (3018 mdpl) mempunyai dominasi endapan kuarter berupa lava, breksi dan lahar (Effendi, 1974). Endapan kipas volkanik Bogor yang menutupi sebagian besar permukaan Bogor Depok mempunyai litologi dominan berupa tuf pasiran berselingan dengan konglomerat (Turkandi dkk, 1992). Berdasarkan penampang Barat-Timur (Assegaf & Deny Juanda, 1998) diperkirakan bahwa ketebalan lapisan kipas gunungapi yang bertindak sebagai lapisan akifer utama berada pada kisaran 20-50 meter. Lapisan ini dapat dilalui oleh aliran airtanah kearah utara yang berasal dari wilayah Bogor. Data yang menarik adalah pada penampang Selatan-Utara (Gambar 7). Adanya suatu tinggian di daerah Bulak kulon Depok yang diduga sebagai tinggian batugamping (LIPI, 1988) menunjukkan bahwa hanya sebagian endapan kuarter mampu menjadi media resapan untuk potensi aliran airtanah wilayah DKI Jakarta. Mataair kawasan ini terletak pada elevasi 300-1200 meter, umumnya mempunyai litologi berupa breksi, lahar dan lava dari kelompok endapan volkanik muda. Dengan menggunakan kriteria munculnya kelompok mataair, elevasi, unit geologinya serta ditunjang oleh data isotop Oksigen-18, maka Assegaf & Deny Juanda (1998) mengemukakan suatu peta penyebaran daerah resapan dan luahan di DAS hulu Ciliwung (Gambar 8). Hal yang menarik dalam mengamati penyebaran atau pemunculan mataair dalam suatu tubuh gunungapi, ditunjukkan oleh adanya pola penyebaran mataair yang relatif radial (mengalir ke segala arah).

7

Gambar 7 Penampang Geologi dan Skematik Sistem Akifer Kawasan Penelitian (Assegaf & Deny Juanda, 1998 modified from Effendy, 1974 & Turkandi, 1992)

8

Gambar 8. Peta Luahan dan keluaran DAS Ciliwung (Assegaf & Deny Juanda, 1998) Daerah luahan yang muncul sebagai mataair sangat dominan pada elevasi 300-600 meter. Hal ini membuktikan bahwa sumber resapan untuk hulu sungai Ciliwung bersifat lokal, sedangkan aliran airtanah yang menjadi sumber airtanah untuk akifer yang berada di kawasan Jakarta belum terbukti. Dapat disimpulkan, meskipun terdapat penyebaran endapan kuarter muda yang sama, sistem airtanah Bogor kemungkinan besar terpisah dengan sistem akifer Jakarta karena adanya tinggian sedimen tersier di daerah Depok.

IV. Penelitian yang Relevan Selain itu penelitian ini juga merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh Laboratorium Hidrogeologi, Departemen Teknik Geologi, FIKTM ITB, melalui penelitian tugas akhir S1 maupun S2. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. D. Erwin Irawan, Deny Juanda P., Y.S. Yuwono, dan Toddy Ahmad Syaifullah (2000): Penelitian mandiri laboratorium dalam bentuk tugas akhir S1 telah mengidentifikasi akifer 9

pada tipologi akifer endapan gunungpai di beberapa daerah di Jawa Barat sejak tahun 1998, antara lain di: Soreang, G. Ciremai Cirebon, Rancaekek, Subang, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Ciamis, berupa tugas akhir S1. Penelitian identifikasi akifer ini dititikberatkan kepada pengenalan sistem akifer media rekahan (fracture system media) yang berkembang secara intensif pada endapan bahan vulkanik. Dari beberapa penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan umum, bahwa di daerah endapan bahan vulkanik terdapat sistem multi akifer, baik yang berupa akifer media antar butir (pore space media) maupun berupa akifer media rekahan (fracture system media). Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Buletin Geologi, Vol 3, Tahun 2000. 2. Deny Juanda P. & R. Fajar Lubis (2000) dan Deny Juanda P. & R. Fajar Lubis (2002): Identifikasi relasi sungai akifer pada sepanjang aliran Sungai Cikapundung, berupa tugas akhir S2 pada tahun 1997 1999 (R. Fajar Lubis, 1999). Dari penelitian ini dihasilkan kesimpulan awal, bahwa relasi sungai akifer di sepanjang aliran Sungai Cikapundung bersifat heterogen. Relasi tersebut berubah-ubah di sepanjang aliran sungai, sehingga perlu penelitian lebih rinci untuk menentukan bagian alur sungai yang bersifat efluen (airtanah mengisi sungai) dan bagian mana yang bersifat influen (air sungai mengisi akifer). Penelitian ini telah dipublikasikan Buletin Teknik Geologi ITB dan Konferensi Internasional Urban Hydrology for the 21st Century, Kuala Lumpur 14 16 Oktober 2002. 3. Assegaf A. & Deny Juanda P. (1998) dan Penelitian mandiri Laboratorium Hidrogeologi Departemen Teknik Geologi ITB: Penelitian tersebut berhasil mengenali jenis-jenis batuan yang dilalui oleh Sungai Ciliwung, meliputi: Endapan Gunungapi Pangrango Gede dan Endapan Kipas Aluvial pada segmen Bogor. Selanjutnya pada Segmen Depok Jakarta Pantai terdapat Endapan Kipas Aluvial dan Endapan Pematang Pantai. Penelitian ini akan menjadi data dasar dalam penelitian Tahun I. Penelitian-penelitian di atas baru merupakan tahap awal, karena belum dilengkapi dengan data-data bawah permukaan yang lengkap dan rekonstruksi aliran air. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa program penelitian ini tidak dimulai dari awal, melainkan lebih bersifat menambah data untuk dapat menyimpulkan sistem akifer dan aliran air dengan lebih presisi.

5

METODA PENELITIAN

Metode yang digunakan merupakan hasil observasi di lapangan, analisis di studio dengan rincian sebagai berikut: Tahun I: Fokus penelitian Tahun I adalah geometri dan sistem akifer di wilayah DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor-Jakarta. Observasi lapangan: 1. Pemetaan geologi detil DAS Ciliwung mencakup antara lain: pengamatan satuan batuan; pengukuran paras muka airtanah dan air sungai; pengambilan data kimia-fisik airtanah dan air sungai; dan pengamatan profil tanah guna identifikasi geometri akifer dan jaring aliran airtanah. 2. Pengamatan mataair dan sumur uji, mencakup pengamatan fluktuasi debit; fluktuasi muka airtanah. Analisis di studio: 1. Perhitungan kesetimbangan neraca air meteorik (water balance) pada wilayah DAS. 10

2. Metode geofisik berupa pengukuran geolistrik untuk mendapatkan profil resistivitas dan pemetaan isoresistivitas. 3. Pemodelan fisik sistem masukan-keluaran airtanah pada wilayah DAS. 4. Analisis jejaring aliran airtanah (flow net) Hasil: 1. Peta hidrogeologi dan model fisik sistem akifer pada wilayah DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor-Jakarta 2. Peta zonasi relasi air sungai dan airtanah pada wilayah DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor-Jakarta 3. Publikasi nasional (2 buah) Tahun II: Pemodelan numerik aliran airtanah dan air sungai serta pemodelan numerik transportasi polutan di wilayah DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor-Jakarta. Observasi lapangan: 1. Pengamatan mataair dan sumur uji; mencakup pengamatan fluktuasi debit; fluktuasi muka airtanah; dan pengambilan data kimia-fisik airtanah dan air sungai. Analisis di studio: 1. Perhitungan kesetimbangan neraca air meteorik (water balance) pada wilayah DAS Ciliwung. 2. Pemodelan numerik aliran airtanah 3. Pemodelan numerik aliran polutan Hasil: 1. Model numerik aliran airtanah pada wilayah DAS Ciliwung Segmen Kota BogorJakarta 2. Model numerik aliran polutan pada wilayah DAS Ciliwung Segmen Kota BogorJakarta 3. Publikasi nasional (2 buah) Secara lebih rinci, alur kerja dan metode yang digunakan dalam penelitian Tahun I dan Tahun II dapat dilihat pada Gambar 9, dengan rincian mengenai jadual kegiatan pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

11

START

1. 2. 3. 4.

DATA SEKUNDER Geologi regional Hidrogeologi regional Curah hujan Kimia air (airtanah, air sungai, air hujan)

1. 2. 3. 4. 5.

DATA PRIMER Observasi batu dan tanah Uji geolistrik Pengukuran debit mataair & posisi MAT Pengambilan contoh airtanah, air sungai, dan air hujan Pengukuran hidrograf curah hujan dan level air sungai

Tahun I1. 2. 3. 4.

PENGOLAHAN DATA Pembuatan neraca air meteorik DAS Ciliwung Pembuatan peta isohyet DAS Ciliwung Zonasi akifer potensial Prediksi arah aliran airtanah

1. 2. 3. 4.

PENGOLAHAN DATA Interpretasi data geolistrik Pembuatan flow net airtanah Interpretasi data kimia air Pemodelan fisik akifer

OUTPUT TAHUN I: 1. Peta Hidrogeologi dan model fisik sistem akifer DAS Ciliwung 2. Peta Zonasi Relasi Air Sungai dan Airtanah 3. Publikasi nasional (2 buah)

1. 2.

PENGOLAHAN DATA: Pemodelan numerik aliran airtanah Pemodelan numerik transportasi polutan

Tahun II1. 2. 3.

OUTPUT: Model numerik aliran airtanah pada berbagai skenario Model numerik transportasi polutan pada berbagai skenario Publikasi nasional (2 buah)

STOP

Gambar 9 Bagan alir penelitian 12

Tabel 3 Rekapitulasi Jadual PenelitianWAKTU KEGIATAN PRA-SURVEY LAPANGAN SURVEY LAPANGAN PASCA-SURVEY LAPANGAN (STUDIO) PELAPORAN, PRESENTASI, SEMINAR TAHUN I 5 6 7 8

1

2

3

4

9 10 11 12

WAKTU KEGIATAN PRA-SURVEY LAPANGAN SURVEY LAPANGAN PASCA-SURVEY LAPANGAN (STUDIO) PELAPORAN, PRESENTASI, SEMINAR

1

2

3

4

TAHUN II 5 6 7 8

9 10 11 12

13

Tabel 4 Jadual Penelitian Tahun IWAKTU KEGIATAN PRA-SURVEY LAPANGAN 1. Data klimatologi 2. Data hidrologi 3. Publikasi mengenai kondisi geologi/hidrogeologi DKI Jakarta dan Kab./KotaTangerang 4. Peta geomorfologi 5. Penyiapan peta-peta (penggambaran, digitasi) SURVEY LAPANGAN 1. Pemetaan batu dan tanah 2. Uji geolistrik 3. Pengamatan mataair dan sumur gali, pengukuran muka airtanah 4. Pengambilan contoh airtanah, air sungai, air hujan 5. Pengukuran curah hujan dan level air sungai PASCA-SURVEY LAPANGAN (STUDIO) 1. Analisis data hidrogeologi a. Analisis data bor b. Analisis data geolistrik c. Analisis flow net d. Pemodelan fisik sistem akifer 2. Analisis data hidrograf 3. Analisis data curah hujan dan water balance 4. Analisis data kimia air PELAPORAN, PRESENTASI, SEMINAR 1. Laporan pendahuluan 2. Laporan kemajuan 3. Draft laporan akhir 4. Presentasi 5. Laporan akhir 6. Seminar Hasil Tahun I KELUARAN 1. Peta Hidrogeologi 2. Zonasi Relasi Air Sungai dan Airtanah 3. Publikasi nasional (2 buah) TAHUN I 5 6 7 8

1

2

3

4

9 10 11 12

Tabel 5 Jadual Penelitian Tahun II

14

WAKTU KEGIATAN PRA-SURVEY LAPANGAN 1. Data kimia air 2. Data uji pompa 3. Penyiapan peta-peta (penggambaran, digitasi) SURVEY LAPANGAN 1. Pengamatan muka airtanah 2. Pengambilan contoh airtanah, air sungai, air hujan 3. Pengukuran curah hujan dan level air sungai PASCA-SURVEY LAPANGAN (STUDIO) 1. Pemodelan numerik aliran airtanah 2. Pemodelan numerik transportasi polutan PELAPORAN, PRESENTASI, SEMINAR 1. Laporan pendahuluan 2. Laporan kemajuan 3. Draft laporan akhir 4. Presentasi 5. Laporan akhir 6. Seminar Hasil Tahun II KELUARAN 1. Model numerik aliran airtanah dan prediksi perubahannya pada berbagai skenario 2. Model numerik transportasi polutan dan prediksi perubahannya pada berbagai skenario 3. Publikasi nasional (2 buah) 1 2 3 4

TAHUN II 5 6 7 8

9 10 11 12

15

6

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

In separate sheet. 7 PUSTAKA

1. Assegaf A. & Deny Juanda P., (1998), Identifikasi Kawasan G. Salak- G.Gede- G. Pangrango sebagai Zone resapan dan Luahan daerah Ciawi-Bogor Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XXVII, Yogyakarta 8-9 Desember 1998. 2. D. Erwin Irawan, Deny Juanda P., Y.S. Yuwono, dan Toddy Ahmad Syaifullah, (2000), Pemetaan Endapan Bahan Volkanik dalam Upaya Identifikasi Akifer pada Sistem Gunungapi. Studi Kasus: Daerah Pasir Jambu-Situwangi Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jurnal Buletin Geologi, Vol 3, Tahun 2000. 3. Deny Juanda P. & R. Fajar Lubis, (2000), Relasi Hidrodinamik Sungai Airtanah, Studi Kasus Sungai Cikapundung Bandung Jawa Barat. Buletin Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung. 4. Deny Juanda P., R. Fajar Lubis, (2002), Sustainability of Water Resources Management based on Hydrodynamics Relation between River and Groundwater, Prosiding International Conference on Urban Hydrology for 21st Century, Kuala Lumpur 14-16 Oktober 2002. 5. Effendi A.C, (1974), Peta geologi lembar Bogor, Jawa Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung 6. IWACO, (1988), Java Provincial Water Supply Report DKI Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum 7. Laboratorium Hidrogeologi (2003), Identifikasi Sistem Akifer Kabupaten Tangerang, Laporan Akhir, Kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Tidak dipublikasikan 8. Laboratorium Hidrogeologi (2003), Studi Awal Identifikasi Relasi Hidrodinamika Air Sungai dan Akifer di Sepanjang Aliran Sungai Ciliwung, Penelitian Mandiri, tidak dipublikasikan. 9. Lee., R. (1980), Forest Hydrology, Colombia University Presss, New York p 73-75. 10. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, (1988), Potensi dan Kualitas Sumberdaya Air di Hulu Ciliwung. Proyek studi potensi sumberdaya alam Indonesia, Jakarta. 11. R. Fajar Lubis (1999), Identifikasi Relasi Hidrodinamika Air Sungai dan Akifer di Sepanjang Aliran Sungai Cikapundung, Bandung, Tesis S2, Tidak Dipublikasikan 12. Turkandi, T., dkk., (1992), Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, Skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung

16


Related Documents