JUDUL : Era Normal Baru (Menerapkan Strategi Dalam Masa Disrupsi)RUMPUN : ManajemenDOSEN PELAKSANAA. NAMA LENGKAP (GELAR) : Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, M.M.B. NIDN/NIP : 0614096601 / 1120043C. JJA/PANGKAT : ProfesorD. PROGRAM STUDI : KewirausahaanJENIS KARYA ILMIAH : Buku
(Dr. Wisnu Sakti Dewoboroto) (Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, M.M.)
Kepala LPPM
HALAMAN PENGESAHAN HASIL KARYA ILMIAH DOSEN UNTUK DISERAHKAN KE PERPUSTAKAAN (UNPUBLISHED)
Ketua Program Studi
Diusulkan oleh:Dosen Pelaksana
Diketahui oleh:
(Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, M.M.)
Jakarta, 4 Maret 2021
ERA NORMAL BARU
(MENERAPKAN STRATEGI DALAM MASA DISRUPSI)
Penulis:
Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto, SE, MM. MSi.
Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM.
ERA NORMAL BARU
(MENERAPKAN STRATEGI DALAM MASA DISRUPSI)
ii
Penulis:
Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto, SE, MM. MSi.
Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM.
Desain cover/ lay out: Griya Media
Griya Media, 2020
vi +80 hlm, 15 x 23 cm
Cetakan pertama, Agustus 2020
ISBN: 978-623-7528-34-0
Penerbit:
Jl. Sonotirto No. 654 Salatiga
Telp./Fax: 0298-328933 email:
iii
KATA PENGANTAR
Kami mengucap syukur pada Tuhan atas terbitnya buku ini. Buku
ini merupakan bunga rampai pemikiran dari penulis untuk
menggambarkan kondisi lingkungan akibat bertumbuh dan
berkembangnya teknologi informasi, yang sebagian besar diambil
dari artikel yang telah dimuat di majalah atau koran.
Perkembagan teknologi informasi telah membawa dampak pada
tatanan dunia, menuju tatanan dunia baru. Perubahan yang dahsyat
terjadi pada dunia, baik dunia industri maupun non industri, menuju
era normal yang baru. Dari normal yang lama menuju normal yang
baru.
Tentu saja buku ini tidak terlepas dari beberapa kesalahan dan
kelemahan. Oleh karena itu kritik dan masukan sangat berharga
bagi kami, dan sangat kami nantikan itu guna perbaikan dari buku
ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak
yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu atas terbitnya arikel dan
buku ini. Kiranya buku ini bisa bermanfaat dan bermakna bagi
beberapa pihak.
Cikarang, Juli 2020
Penulis
iv
5
Sony Heru Priyanto ...........................................................................
MENDIKBUD 4.0
11
Jony Oktavian Haryanto ................................................................... 21
EUFORIA START-UP
Sony Heru Priyanto ...........................................................................
25
BISNIS START UP DAN GELEMBUNG EKONOMI
Jony Oktavian Haryanto ................................................................... 29
DETERMINAN UTAMA MENJADI START UP DI ERA DISRUPSI
Sony Heru Priyanto & Jony Oktavian Haryanto .......................... 33
DAFTAR ISI
WAJAH INDUSTRIALISASI KITA
Jony Oktavian Haryanto ...................................................................
1
SELAMAT DATANG ERA NORMAL BARU
Jony Oktavian Haryanto ................................................................... 5
ENTREPRENEUR DALAM KABINET
Jony Oktavian Haryanto ...................................................................
9
TEKNOLOGI 4.0:
HARAPAN BARU PENINGKATAN KINERJA SEKTOR INDUSTRI
INDONESIA
6
PRESIDENT UNIVERSITY DI ERA DISRUPSI
Jony Oktavian Haryanto ..............................................................
37
DARI TEACHING KE INVENTING:
MENUJU UNIVERSITAS RISET
Jony Oktavian Haryanto ..............................................................
43
MERAJUT ERA BARU PENGEMBANGAN PERTANIAN
Sony Heru Priyanto .....................................................................
47
HIDUP BARU PETANI DENGAN KARTU TANI………………….
59
Sony Heru Priyanto
ERA NORMAL BARU KOPERASI DI INDONESIA
Sony Heru Priyanto .....................................................................
65
REPOSISI DAN REAKTUALISASI KOPERASI INDONESIA
Sony Heru Priyanto ……………………………………………..…………………
73
1
WAJAH INDUSTRIALISASI KITA1
Jony Oktavian Haryanto
Industri di negara kita dibangun oleh para pedagang, bukan
kalangan industrialis. Maka, tak heran kalau arah dan
kebijakannya kental dengan nuansa transaksional ketimbang visi
bisnis yang jauh ke depan. Akibatnya imbasnya mengena ke mana-
mana.
Saya punya contohnya. Ketika awal Oktober 2016 mencuat
berita tentang Indonesia mengimpor cangkul dari China, kita
semua tersentak. Apa betul begitu? Sebagai negara agraris,
rasanya tidak pantas kalau kita sampai harus mengimpor cangkul.
Memalukan!
Kenyataan begitu. Setiap tahun kita sebetulnya
membutuhkan sekitar 10 juta mata cangkul, dan tak semuanya
bisa dipasok oleh produsen di dalam negeri. Ada kekurangan
sekitar 1,5 juta. Itulah yang harus diimpor—meski untuk tahun
2016 realisasinya tak sampai 6%.
Mengapa kita harus mengimpor mata cangkul? Untuk
memproduksi 10 juta mata cangkul, dibutuhkan 15 ton high
carbon steel. PT Krakatau Steel, BUMN produsen baja, tak mampu
memproduksi sebanyak itu. Penyebabnya adalah mahalnya harga
gas. Alhasil, Krakatau Steel terpaksa mengurangi aktivitas
peleburan bajanya. Mahalnya harga gas memang menjadi masalah
serius di negeri ini. Sebagai perbandingan, harga gas di negara-
negara tetangga hanya berkisar US$4-5 per MMBTU (Million
Metric British Thermal Unit). Sementara, di dalam negeri harga gas
bisa menembus US$10 per MMBTU.
1 Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Industrycoid 13 Januari 2017
2
Bagaimana bisa? Selain karena masalah infrastruktur gas,
terutama di midstream (pipanisasi dan terminal gas), masih
banyak trader yang mengambil keuntungan terlalu tinggi. Ada di
antara mereka yang membeli gas dari produsen dalam negeri
seharga US$5 per MMBTU dan menjualnya dengan harga US$9
per MMBTU.
Kondisi semacam ini tak hanya berlangsung dalam setahun
atau dua tahun belakangan, tetapi sudah puluhan tahun. Maka,
tak heran kalau para trader ini akhirnya punya bargaining power
yang kuat, sehingga tidak mudah untuk membongkar tatanannya.
Potret yang sama bisa kita jumpai pada industri mineral.
Sampai sekarang PT Freeport Indonesia dan beberapa perusahaan
tambang lainnya masih menjual produk mentah, bukan hasil
olahannya. Pemerintah kita belum berhasil “memaksa”
perusahaan-perusahaan tersebut untuk membangun industri hilir
di negeri ini.
Pukulan Balik
Begitu juga dengan industri-industri yang berbasis sumber
daya alam lainnya. Dalam bisnis minyak sawit, misalnya,
perusahaan-perusahaan kita masih lebih banyak menjual produk
mentahnya (crude palm oil, CPO), bukan hasil olahannya, seperti
fatty acid, fatty alcohol, glycerin atau biodiesel. Padahal, sekarang
ini kita sudah menjadi produsen CPO terbesar di dunia,
mengalahkan Malaysia.
Sementara, Malaysia sudah berhasil melangkah lebih maju.
Negara itu kini tak banyak lagi mengekspor CPO, tetapi sudah
menjual hasil olahannya. Ada sekitar 100 produk turun CPO yang
sudah dijual oleh Malaysia, sementara kita baru 47 produk.
Kondisi ini sekaligus mencerminkan lambatnya hilirisasi industri
3
minyak sawit. Kita terlalu asyik berdagang ketimbang membangun
industrinya.
Kini, kondisi semacam ini memukul balik kita. Contohnya,
akibat mahalnya harga gas, industri baja, keramik, pulp & paper,
tekstil, dan pupuk adalah beberapa industri lainnya yang terkena
dampaknya. Daya saing industri-industri tersebut menurun.
Begitu pula dengan industri komoditi kita yang berbasis
sumber daya alam. Melorotnya harga sejumlah komoditi di pasar
internasional menyeret turun harga-harga komoditi yang menjadi
andalan ekspor kita, seperti CPO, batubara dan beberapa produk
mineral lainnya.
Itu potret di satu sisi. Potret lainnya adalah selama
bertahun-tahun kita terlalu asyik mengembangkan industri
berskala luas dan berbasis teknologi tinggi. Bukan industri yang
berbasis pada sumber daya alam. Alhasil industri kita menjadi
tergantung pada bahan baku impor. Data Kementerian
Perindustrian menyebutkan bahwa 64% bergantung pada bahan
baku impor. Akibatnya ketika nilai Rupiah melemah terhadap
dollar AS, banyak industri kita yang terpukul dan langsung
kehilangan daya saingnya.
Langkah Koreksi
Jelas ada yang keliru dalam tata kelola industri kita. Lalu,
apa yang mesti kita lakukan?
Pertama, pemerintah kita tak boleh lemah lagi dalam
menerapkan kebijakan hilirisasi industri yang berbasis sumber
daya alam. Sebab ada begitu banyak nilai tambah yang bisa
diperoleh jika kita konsisten menerapkan kebijakan hilirisasi. Ada
banyak lapangan kerja yang tercipta.
Kedua, banyak negara sukses menerapkan industrialisasi
karena memulai dengan industri yang berbasis substitusi impor.
4
Kita dulu juga mempunyai kebijakan seperti itu, tetapi kurang
konsisten menerapkannya. Itu, antara lain, karena banyak
kebijakan yang transaksional ala pedagang tadi. Sekarang ini tak
boleh lagi terjadi.
Ketiga, kesiapan SDM. Ada banyak potensi masalah di sini.
Misalnya, mental pedagang membuat banyak universitas
berlomba-lomba membuka Program Studi yang favorit seperti
manajemen, akuntansi, dlsb. Sementara fakultas teknik dengan
berbagai program studinya cenderung dihindari karena
peminatnya sedikit. Akibatnya ke depan kita bakal kesulitan
mencari sarjana teknik. Ini tentu harus diantisipasi agar tidak
mengganggu program industrialisasi yang kita lakukan. Atau,
akhirnya peluang ini malah direbut oleh SDM dari luar negeri. Saya
banyak bertemu dengan para CEO perusahaan besar yang
kesulitan mencari tenaga kerja berkompeten karena kebanyakan
sarjana yang ada hanyalah sarjana teori dan tidak mengerti
praktik.
Selebihnya adalah kita mesti mengejar ketertinggalan
dalam membangun infrastruktur, membangun roadmap industri
yang jelas, dan menerapkan kebijakan secara konsisten. Dan, yang
tak kalah penting adalah menegakkan supremasi hukum.
5
SELAMAT DATANG ERA NORMAL BARU2
Jony Haryanto
Sudah selama beberapa tahun belakangan kita sebetulnya
hidup dalam Jaman Normal Baru (New Normal). Jaman ini ditandai
setidak-tidaknya oleh beberapa hal.
Pertama, munculnya platform transportasi berbasis online,
yang membuat orang malas ke rumah dan menggantungkan
hidupnya kepada ojek online, baik untuk mengirim barang atau
membeli sesuatu.
Kedua, masih disebabkan kemajuan teknologi, platform jual beli
online juga telah merubah perilaku belanja seseorang.
Jika dulu membeli sesuatu harus ke toko atau supermarket,
sekarang semua sudah berbasis daring dan tinggal dengan satu jari
maka barang akan diantar sampai ke depan rumah kita.
Semua masih ditambah dengan cara pesannya yang kian
praktis. Hanya beberapa kali klik dan semuanya beres. Thanks to
technology.
Pada skala yang lebih luas, pandemi virus corona ini juga
menciptakan ketidakpastian baru.
Ketidakpastian semacam ini, dalam banyak bidang, seperti
ekonomi, bisnis, dan politik, adalah pertanda masuknya kita ke
jaman normal baru.
Virus yang belum pernah terdengar sebelumnya tahu-tahu
telah menghantam tatanan global, bahkan Negara besar seperti
Amerika, Inggris, Italia, dan Spanyol juga kelihatan kedodoran
menghadapi virus corona ini.
2 Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Industrycoid 10 April 2020
6
Jangan dikata, Negara berkembang seperti Ekuador, Iran,
dan masih banyak lagi yang sampai menggunakan kardus sebagai
pengganti peti mati.
Faktor Penggerak Perubahan
Berbagai pertanda itulah yang merupakan awal dari jaman
Normal Baru. Penyebab terutama adalah, yakni menurunnya
kinerja ekonomi dunia, entah karena perang dagang ataupun
munculnya virus baru serta peran teknologi, terutama teknologi
yang berbasis teknologi informasi. Merosotnya kinerja ekonomi
dunia dipicu oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi China.
Ketika virus Corona pertama kali muncul di Wuhan
kemudian di Hubei, maka China dengan cepat dan tegas
menerapkan kebijakan lockdown total. Sebagai akibatnya
perekonomian China terkontraksi dan akibatnya langsung
dirasakan ke seluruh dunia. China adalah kekuatan ekonomi ke-2
terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat (AS).
Sudah sejak beberapa tahun belakangan pertumbuhan
ekonomi China turun dari semula mencapai dua digit menjadi
tinggal satu digit.
Ini semua masih ditambah melemahnya pertumbuhan ekonomi di
Amerika Serikat, dan sejumlah negara Eropa yang mencatatkan
pertumbuhan ekonomi minus bahkan masuk kategori resesi.
Ketika krisis ini berlanjut, maka imbasnya langsung
dirasakan seluruh dunia, yaitu menurunnya permintaan global,
termasuk permintaan akan sejumlah komoditi, seperti minyak,
batubara, serta kelapa sawit dan karet.
Lalu, yang tak kalah penting adalah perkembangan
teknologi digital yang semakin masif dan tak terbendung lagi,
seperti Eric Yuan (pendiri Zoom), Wiliam Tanuwijaya (Tokopedia),
dan juga termasuk Tani Hub yang didirikan oleh William Setiawan,
7
dkk. Para anak muda ini dengan teknologi terkini telah mengubah
lanskap bisnis.
Kini, masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan
produsen, tanpa perantara. Dahulu masyarakat begitu bangga
dengan kepemilikan pribadi namun kini telah berganti ke jaman
sharing.
Bisnis saat ini bukan lagi mandiri dengan modal yang besar namun
hanya mempertemukan produsen dan konsumen melalui platform
yang ada dan semuanya menjadi win-win-win.
Produsen bisa menjual dengan harga tinggi, pembeli
membeli dengan harga murah karena tidak ada perantara, dan
pemilik platform mendapatkan keuntungan dari komisi ataupun
potongan yang diperoleh.
Zona Nyaman
Apa implikasinya? Dari sisi makro, kita harus menerima
kenyataan baru bahwa tidak mudah untuk menggenjot tingkat
pertumbuhan ekonomi menjadi 5%-6%.
Jangankan 5%, bahkan untuk mempertahankan
pertumbuhan ekonomi masih positif pada tingkat 2.3% saja butuh
upaya yang habis-habisan. Tidak menutup kemungkinan skenario
terburuk seperti yang diungkapkan oleh banyak pengamat
ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi kita tahun 2020 ini bisa
minus.
Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tentu berimbas
ke mana-mana. Bisnis menjadi semakin sulit. Cobalah tanya ke
eksekutif yang menangani urusan sales & marketing tentang
betapa sulitnya menggenjot penjualan dan meningkatkan pangsa
pasar.
Pengusaha sudah banyak yang menjerit bahwa mereka
hanya kuat bertahan sampai Bulan Juni saja. Bahkan THR pun
8
belum tentu dapat dibayarkan. Pesaing hadir di mana-mana dan
dalam wajud yang tidak disangka-sangka. Siapa sangka pesaing
bisnis taksi justru perusahaan aplikasi, seperti Go Car atau Grab
Car. Maka, Jaman Normal Baru membuat kita tak bisa lagi
mengelola bisnis dengan cara-cara lama. Kita harus lincah dan
gesit menghadapi perubahan ini.
Kita harus berani membongkar zona nyaman kita. Bahkan
kita harus berani meninggalkan bisnis-bisnis lama dan masuk ke
bisnis-bisnis baru. Anda gamang? Pasti. Takut? Pasti. Itu kenyataan
yang harus kita hadapi. Harus, karena kita tak punya pilihan untuk
menghindar.
Selamat datang di Jaman Normal Baru!
9
ENTREPRENEUR DALAM KABINET
Jony Oktavian Haryanto
Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Jokowi-JK memiliki
beberapa catatan menarik. Selain Jokowi-JK yang memang
berlatar belakang pengusaha, Kabinet Kerja ini ternyata juga
memiliki banyak menteri yang berlatar belakang dari dunia usaha.
Baik sebagai pemilik bisnis maupun sebagai eksekutif profesional
di suatu korporasi.
Mereka adalah Menteri Perdagangan Rahmat Gobel,
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri BUMN
Rini M. Soemarno, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri
Pariwisata Arief Yahya, Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara, dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Lalu, Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan
Jafar juga pernah menjadi direktur di beberapa perusahaan. Hanya
belakangan nama Marwan memang lebih dikenal sebagai politisi
dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Jadi, ada delapan dari 34 menteri yang datang atau
setidak-tidaknya pernah berkarier di dunia bisnis. Kita tentu
berharap banyaknya “menteri bisnis” ini akan mempunyai daya
ungkit yang signifikan terhadap kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Apalagi banyak masalah yang dihadapi para pebisnis di negeri ini.
Mulai dari prosedur perizinan yang berbelit-belit, biaya tinggi di
sana-sini, mahalnya ongkos logistik, tidak menentunya kepastian
bisnis, dan masih banyak lagi.
Kalau mau disimpulkan, intinya adalah pemerintahan kita
selama ini, baik di pusat maupun di daerah, belum business
friendly. Mereka masih menganggap dunia bisnis sebagai “sapi
perah”. Baik sebagai salah satu sumber dana bagi peningkatan
10
Penerimaan Asli Daerah (PAD) maupun bagi semua aktivitas para
pejabat pemerintahan, politisi dan keluarganya, dan kroni-
kroninya.
Perspektif Thinking and Acting Like An Entrepreneurial Leader
Daya ungkit apa yang bisa dimainkan para “menteri bisnis”
yang ada dalam kabinet Jokowi-JK? Dari kaca mata kewirausahaan,
maka seorang entrepreneur akan berani melakukan terobosan.
Mereka berpikir secara cepat, kemudian mewujudkan idenya
dalam bentuk kegiatan bisnis yang nyata. Apabila hal ini dijalankan
juga di pemerintahan dan birokrasi, maka tentunya kita akan
melihat banyak inovasi baru yang mendorong peningkatan
investasi. Kemampuan berpikir dan bertindak cepat inilah yang
membedakan seorang wirausaha dengan birokrat. Jika seorang
birokrat membuat perencanaan dahulu, kemudian mengujinya ke
pasar, lalu perlahan-lahan menciptakan produk dan ketika
dilempar ke pasar ternyata tidak laku. Kenapa hal ini dapat
terjadi? Jawabannya adalah karena terlalu lama membuat
perencanaan sehingga momentumnya sudah lewat. Di lain pihak,
seorang wirausaha langsung bertindak berdasarkan intuisi dan
kemampuannya melihat peluang. Seringkali mereka juga
mengalami kegagalan, namun mereka belajar dari kegagalan
tersebut dan akhirnya menuai keberhasilan.
Alasan itulah yang mungkin mendorong Jokowi-JK memilih
banyak menteri dari pengusaha. Kemampuan berpikir dan
bertindak cepat serta melakukan terobosan sangat dibutuhkan
saat ini supaya bisa keluar dari negara yang berada di middle-trap
economy.
11
Terobosan, Bukan Terabasan
Namun, banyaknya menteri dari kalangan bisnis juga
menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Misalnya, bagaimana
menjaga agar kebijakan menteri yang bersangkutan tidak
ditujukan untuk menguntungkan kelompok tertentu.
Kalangan bisnis juga dikenal dengan kepiawaiannya dalam
melakukan terobosan. Ini tentu hal yang positif. Hanya yang perlu
dijaga adalah jangan sampai terobosan tersebut dilakukan dengan
“main terabas”. Terobosan yang dilakukan haruslah atas nama
kepentingan rakyat dan sesuai dengan hukum dan konstitusi yang
berlaku. Untuk itu, peran rakyat maupun LSM sangat penting
sebagai kontrol terhadap terobosan-terobosan tersebut.
Presiden dan wakilnya serta menteri yang terdiri dari
banyak pengusaha baru bekerja selama empat hari. Marilah kita
tunggu terobosan-terobosan mereka untuk kemajuan negeri ini.
Dukungan dan kontrol dari kita semua akan membuat mereka
bertindak cepat namun semuanya dilakukan atas nama rakyat.
12
13
TEKNOLOGI 4.0:
HARAPAN BARU PENINGKATAN KINERJA SEKTOR
INDUSTRI INDONESIA3
Sony Heru Priyanto
Sektor Industri dan PDB
Salah satu sektor yang memberikan kontribusi terhadap
PDB Indonesia adalah sektor industri. Per tahun 2019, meski
semakin menurun dalam 10 tahun terakhir, sumbangannya masih
sekitar 20% terhadap PDB. Meski masih besar – bahkan no 4
terbesar di dunia sumbangannya terhadap PDB setelah Korea
Selatan, Tiongkok dan Jerman, dan nomor 1 di ASEAN – namun
jika tidak ditangani secara sungguh-sungguh dan tepat,
sumbangannya akan semakin turun, dikhawatirkan perannya bisa
digantikan oleh sektor jasa.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ada tiga
sektor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal pertama 2019, industri dengan kontribusi
sebesar 20,07%, perdagangan 12,20%, dan pertanian 12,65%.
Namun, sektor industri hanya melaju 3,86% per tahun, terendah
dibandingkan pertanian dan pertambangan. Angka ini juga lebih
rendah dibanding kuartal sebelumnya yang berada di level 4,25%
(katadata.co.id).
Tidak bisa dipungkiri, pertumbuhan ekonomi yang
melambat berdampak juga pada kinerja sektor industri.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2019 hanya
mencapai 5,02%. Ditinjau berdasarkan lapangan usaha,
3 Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Industrycoid 18 Oktober
2019
14
pertumbuhan industri pengolahan kian menciut. Badan Pusat
Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan industri pengolahan
kuartal IV-2019 turun menjadi hanya 3,66% secara year-on-year
(yoy), dibandingkan kuartal III-2019 yang menyentuh 4,14% yoy.
Secara kumulatif sepanjang tahun lalu, industri pengolahan hanya
tumbuh 3,8% yoy, juga turun dibandingkan pertumbuhan pada
tahun sebelumnya sebesar 4,27% (kontan.co.id)
Peranan Industri 4.0
Dalam teori produksi, teknologi menjadi faktor produksi
penting, tak terkecuali untuk sektor industri. Sampai saat ini,
teknologi industri telah berkembang pesat, mulai dari tahap
mekanisasi, massalisasi dan perakitan, computer dan otomatisasi,
sampai sistem siber, IoT maupun teknologi jaringan. Telah terjadi
revolusi industri, dari 1.0 sampai 4.0, telah membawa perubahan
yang dahsyat pada model bisnis baru di sektor industri
manufaktur. Menurut menteri perindustrian RI, revolusi industri
4.0 mampu meningkatkan kinerja hingga 50 persen dari
sebelumnya terkait dengan pemanfaatan teknologi digital secara
terintegrasi. Penerapan industri 4.0 diyakini akan memacu
produktivitas dan kualitas sehingga produk yang dihasilkan lebih
inovatif dan kompetitif,
Menurut Haseep et al (2019), dimungkinkan untuk
mengatasi semua masalah industri dengan bantuan Industry 4.0.
Industry 4.0 memiliki peran positif dalam menyelesaikan masalah
manajemen data dan masalah teknologi lainnya. Karena fitur-
fiturnya, Industry 4.0 memiliki efek positif yang signifikan pada
peningkatan produk dan layanan (Imran et al. 2018). Berbagai
faktor Industri 4.0 seperti big data, Internet of Things (IoT) dan
smart factory memiliki peran positif dalam meningkatkan kinerja
yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penerapan Industri 4.0 dapat
15
meningkatkan kinerja bisnis yang berkelanjutan dengan
menyelesaikan berbagai masalah teknologi.
Teknologi 4.0
Adapun lima teknologi utama yang menopang
pembangunan sistem industri 4.0, yaitu Artificial Intelligence,
Internet of Things, Human–Machine Interface, teknologi robotik
dan sensor, serta teknologi 3D Printing. Dengan adanya teknologi-
teknologi tersebut, bisa mendorong pengembangan pabrik masa
depan di era industri 4.0 atau Future Factory 4.0. Ini menjadi
inisiatif yang bertujuan membantu perusahaan-perusahaan
manufaktur, termasuk industri kecil dan menengah (IKM), untuk
beradaptasi dengan tekanan persaingan global dan perkembangan
teknologi terbaru. Inisiatif ini akan membantu industri untuk
memenuhi permintaan konsumen global. Dalam konteks ini,
pemerintah Singapura telah berinvestasi besar dalam subsidi
inovasi dan produktivitas untuk membantu produsen
mengoptimalkan operasi bisnis. Itu berarti teknologi dianggap
sebagai unsur penting yang perlu diterapkan produsen agar bisnis
mereka berhasil.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia tidak bisa tidak
juga harus berhadapan dan menyesuaikan dengan teknologi 4.0.
Beberapa teknologi yang diperkirakan akan berkembang dalam
tahun-tahun kedepan dan perlu diantisipasi oleh industri seperti:
Artificial Intelegence. Inteligensi Buatan (AI) tidak lagi hanya frase
tangkapan industri. Secara sederhana AI memiliki peran
bagaimana membuat machine atau software yang memiliki
kecerdasan seperti kecerdasan manusia. Kecerdasan disini bisa
meliputi penalaran (reasoning), pengetahuan (knowledge),
perencanaan (planning), pembelajaran (learning), komunikasi
16
(communication), persepsi (perception) dan lainnya. Kita selama
ini telah menikmati layanan AI melalui analisis keadaan di
lapangan dan memberikan rekomendasi jalur berdasarkan data
yang telah dihimpun, yang memudahkan kita menelusuri jalan
melalui google map; melaui keberadaan AI, kita bisa berbelanja
online (https://esqbs.ac.id/).
Meskpun masih banyak yang meragukan kehebatan AI,
namun peran dalam industri semakin nyata. Dengan adanya AI,
interaksi dengan pelanggan akan beralih dari model transaksional
langsung ke percakapan multi-dimensi yang mencakup berbagai
saluran pelengkap. Di dalam sektor manufaktur, ini bisa berbentuk
chatbot AI. Akan muncul realitas augmentasi (augmented reality)
kemampuan manusia dalam membuat produk dan layanan.
Chatbots atau 'warga digital' telah memungkinkan atau
menambah kemampuan manusia dengan memungkinkan bisnis
manufaktur membuat keputusan lebih cepat. Yang penting adalah
kenyataan bahwa chatbot tidak menggantikan elemen manusia
dalam layanan pelanggan, melainkan menambahkan nilai dengan
menawarkan sentuhan terhadap keinginan pelanggan. selain
produk manufaktur, AI juga bisa digunakan untuk mendeteksi
produk komoditas pertanian dalam hal jenis, kualitas, kapan
panen dan berapa jumlahnya.
Internet of Thinks (IoT). IoT erat kaitannya dengan Revolusi
Industri 4.0 karena menjadi salah satu unsur utamanya yang
berpengaruh dalam banyak proses perindustrian terutama
fungsinya sebagai data miner. IoT bekerja dalam mencari dan
mengumpulkan berbagai data dari lapangan yang akan diolah
menjadi data baru yang lebih bermanfaat. Berbagai macam bidang
industri dalam era revolusi industri 4.0 terpengaruh akan IoT. Hal
tersebut tentu berdampak baik karena industri bisa menjadi lebih
17
efektif dalam menjalankan kegiatan produksinya. Seperti dalam
beberapa contoh industri berikut dari mulai industri manufaktur,
kesehatan, pertanian, otomotif, hingga tata kota. Bagi industri
manufaktur, IoT digunakan sebagai penghubung antar mesin
produksi agar berjalan secara efisien. Pemantauan akan alur
produksi hingga alur barang juga bisa memanfaatkan IoT agar
manajemennya berjalan baik (https://ukirama.com/).
Dalam prinsip kerjanya, IoT menjadi tempat yang
mengumpulkan informasi. Sementara AI berperan sebagai mesin
yang menganalisa dan memutuskan sesuatu yang berhubungan
dengan informasi tersebut. Itu semua berati, IoT tak akan berjalan
dengan baik jika tidak diiringi dengan AI. Karena AI lah yang bisa
menyelesaikan masalahnya dengan cerdas
(https://medium.com/). Guna mengoptimalkan manfaat teknologi,
ada teknologi HMI (human machine interface), suatu sistem yang
menghubungkan antara manusia dan teknologi mesin. Semua
layout pabrik dan atau proses produksi bisa dikontrol
melalui HMI, berupa komputer dengan display di
Monitor CRT/LCD dimana kita bisa melihat keseluruhan sistem dari
layar tersebut.
Selain itu telah dan akan berkembang penggunaan 3D
Printing dalam bidang industri. Banyak industri termasuk bidang
otomotif telah memanfaatkan 3D Printing untuk mempermudah
proses produksi. Biasanya 3D Printing digunakan pada saat
pembuatan prototipe produk yang membutuhkan biaya yang
relatif sedikit namun dengan bentuk yang mirip, yang akan
memungkinkan produsen memperoleh produk standar dalam
jumlah masal.
Teknologi berbasis sensor yang diaktifkan oleh IoT (Internet
of Things) kini berkembang pesat di semua sektor. Teknologi
sensor menghasilkan data real time yang dapat dipantau dan
18
dikontrol dari jarak jauh dengan jaringan internet, sehingga data
dapat dipertanggungjawabkan dan mempermudah pekerjaan para
pelaku industri. Sensor ini memungkin produsen untuk mengenali,
memetakan kondisi alat, input, proses produksi dan produk, yang
hasilnya bisa digunakan untuk tindak lajut dan perbaikan.
Industri 5.0
Industri 4.0 ditahun-tahun mendatang akan bergeser ke
industri 5.0, dari masalisasi produk menjadi produk yang custom
sesuai keinginan pelanggan; dari standardisasi dan efisensi menuju
keunikan dan inovasi. Pada tahun 2023, International Data
Corporation (IDC) memperkirakan bahwa ekonomi global pada
akhirnya akan mencapai "supremasi digital" dengan lebih dari
setengah dari seluruh PDB di seluruh dunia didorong oleh produk
dan layanan dari perusahaan yang berubah secara digital. Revolusi
digital ini akan tetap memerlukan sentuhan manusia supaya bisa
memenuhi harapan pelanggan milenia yang menginginkan produk
unik, spesifik dan adjustable sebagai cerminan diri yang percaya
diri, harga diri tinggi serta terbuka terhadap inovasi. Revolusi
digital tidak bisa dihindari, industri perlu menangkap peluang
digital atau menghadapi risiko redundansi dalam dunia yang
sangat kompetitif, dengan tetap mengandalkan SDM handal untuk
menambah nilai produk industri.
Ekonomi Zero Waste
Ekonomi zero waste atau ekonomi sirkular merupakan
konsep yang sudah lama, namun akhirakhir ini mendapat
penguatan dari masyarakat. Produk ramah lingkungan dari
berbagai proses produksi mulai dari input sampai output nya
menjadi perhatian konsumen.
19
Ekonomi melingkar adalah konsep sederhana, yang mendasarkan
pada penggunaan kembali sumber daya dan pengurangan limbah.
Setiap produk di akhir usia menjadi sumber daya baru dan bukan
hanya dibuang. Tidak ada limbah dari sistem ekonomi ini karena
limbah bisa menjadi bahan baku alternatif yang dapat digunakan
berulang kali dalam siklus produk sirkular.
Oli bekas bisa menjadi bahan baku untuk produk lain,
Produsen plastik dapat memasukkan lebih banyak konten daur
ulang di setiap unit kemasan yang dijualnya. Ban bekas, bisa diolah
kembali menjadi produk lain yang tidak menyisakan limbah pada
lingkungan. Pengurangan energi adalah produk sampingan lain
dari ekonomi sirkular dan dengan mengurangi penggunaan energy
dan memanfaatkan energi alam (matahari, angin, air) sehingga
lingkungan mendapat manfaat dari berkurangnya polusi udara.
Untuk merealisasikan, kedepan akan tersedia teknologi yang
ramah lingkungan, yang memungkinkan produsen menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen.
Customer Focus
Dari uraian diatas tampak bahawa teknologi semakin
memainkan peran penting dalam industri, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan deteksi risiko. Adalah Rob Stummer (2020) yang
menyatakan bahwa telah, sedang dan akan berkembang teknologi
ketertelusuran (traceability), dimana teknologi seperti ERP
memungkinkan produsen memenuhi tuntutan konsumen akan
transparansi makanan sambil meningkatkan kemampuan untuk
mengidentifikasi, merespons, dan bahkan mencegah masalah
keamanan pangan. Meskipun terjadi perubahan teknologi secara
massif dan terus menerus, namun satu elemen yang tetap sama
yaitu fokus kepada pelanggan. Bagian penting dari memberikan
pengalaman pelanggan yang baik adalah ketergantungan pada
20
interkonektivitas dan alur kerja terintegrasi. Pada akhirnya, sektor
manufaktur telah mengalami pertumbuhan dan perubahan yang
konstan dengan diperkenalkannya teknologi baru mulai dari AI
hingga IoT. Dengan teknologi ini produsesn perlu melakukan
layanan kepada pelanggan yang menginginkan inovasi, kecepatan
waktu respons yang lebih cepat, efisiensi dan tingkat layanan yang
terus meningkat. Untuk itu, perkembangan teknologi di tahun
2020 dan seterusnya akan memampukan produsen mengambil
keputusan bisnis sangat memanjakan pelanggan.
21
MENDIKBUD 4.04
Jony Oktavian Haryanto
Publik dikejutkan ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menetapkan susunan Kabinet Indonesia maju, terutama ketika
ditetapkan Nadiem Anwar Makarim (Nadiem) sebagai Mendikbud
yang membawahi pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan tinggi. Publik terkejut melihat keberanian Jokowi
dalam memilih menteri dari jalur non dosen atau non guru
struktural. Selama ini menteri pendidikan selalu dijabat oleh
Profesor dan dosen. Ketika tiba-tiba Nadiem yang merupakan
menteri termuda di Kabinet dan “hanya” S2 menjadi Mendikbud
maka dapat dibayangkan betapa hebohnya para profesor dan para
doktor yang seringkali merasa superior.
Keberanian Jokowi ini tentunya bukan tanpa perhitungan
dan kemungkinan karena beliau merasa gemas dengan lambannya
kemajuan Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Menurut
Quacquarelly Symonds (QS) yang saya ambil dari Katadata, ranking
(UI) sejak 2014 hingga 2018 diantara 309-277. ITB ada di peringkat
331 di 2018, sementara UGM pada 2018 di kisaran 401-410.
Sedangkan di Asia juga tidak ada satupun Universitas di Indonesia
yang masuk ke 10 besar. Data ini tentu tidak menggembirakan
mengingat Universitas di Singapura, Malaysia dan Thailand
rangkingnya jauh di atas kita. Belum lagi jika menggunakan data
dari Times Higher Education maka peringkat Universitas kita
semakin terperosok lagi. Memang rangking dan ukuran ini bukan
segalanya tapi sebelum ada ukuran yang jelas tentang kualitas
4 Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Sindonews.com 29 Oktober
2019
22
sebuah PT maka rangking ini bisa dijadikan proxy tentang kualitas
pendidikan kita. Secara nasional, Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN PT) juga sudah melakukan klasifikasi dan
hasilnya hanya sekitar 100 PT dari lebih 4000 PT di Indonesia yang
terakreditasi A atau Unggul sedangkan lainnya berada di Baik
Sekali (B), atau Baik (C) dan masih banyak juga yang belum
teakreditasi. Melihat hasil ini, tidak heran jika Presiden Jokowi
geregetan padahal 20% anggaran dari APBN sudah dialokasikan
untuk pendidikan.
Jokowi menitipkan pesan khusus kepada Nadiem untuk
menyiapkan SDM-SDM yang siap kerja, siap berusaha, dan ada
link-match antara pendidkan dan industri. JIka itu pesan khusus
Presiden, saya yakin Nadiem akan mampu membuat pesan
tersebut delivered jika mengutip pidato Presiden. Dengan
pengalaman sebagai karyawan, konsultan, eksekutif dan
wirausaha, saya percaya Nadiem akan mampu mewujudkan hal
tersebut.
Jika Jokowi sudah menetapkan pembenahan SDM akan
menjadi prioritas dalam pemerintahannya periode kedua ini, yaitu
masifnya akan sama dengan pembangunan infrastruktur di
periode pemerintahan periode pertama, maka saya
membayangkan Indonesia sedang masuk ke babak baru, yaitu
reformasi besar-besaran dalam dunia pendidikan.
Pro dan kontra tentu terjadi, dan saya ada di kelompok yang pro
terhadap keberanian Jokowi ini. Saya tergabung dalam Grup WA
yang berisi banyak Rektor dan praktisi pendidikan yang banyak
diantaranya kontra karena menganggap Nadiem terlalu muda,
belum punya pengalaman di bidang pendidikan, dlsb namun saya
pro karena jika kita ingin mencapai loncatan katak maka
diperlukan cara-cara diluar kebiasaan dan pilihan ke Nadiem saya
rasa perlu diapresiasi.
23
Namun hambatan akan banyak menghadang. Belum-belum
sudah ada serangan terhadap pribadi Nadiem. Serangan ini akan
semakin dahsyat sampai ada bukti nyata keberhasilan Nadiem
dalam melakukan reformasi di bidang pendidikan. Saya prediksi
Nadiem membutuhkan waktu 6 bulan untuk belajar sistem
pendidikan kita sambil merancang program-programnya ke depan.
Untuk itu semoga Tuhan YME memberikan kekuatan kepada
Nadiem karena para pemangku kepentingan di bidang pendidikan
ini sangat kritis dan “merasa” pintar sehingga sulit diatur. Belum
lagi dari para ormas yang selama ini menikmati posisi khusus
sebagai Menteri Pendidikan tentu kecewa kali ini Menterinya tidak
dari ormas tersebut.
Demikian juga riset-riset kita perlu direformasi menjadi
riset yang tidak hanya berhenti di tumpukan kertas namun
membawa manfaat baik di bidang riset dasar atau riset terapan.
Selama ini, ada idiom bahwa jika semua hasil penelitian di
Indonesia ditumpuk akan membawa kita ke Surga karena saking
banyaknya. Namun jika kita jujur, berapa banyak riset kita yang
benar-benar kita rasakan manfaatnya secara langsung? Bahkan
Nobel Ekonomi tahun 2019 ini juga diperoleh dari penelitian
tentang SD Inpres di Indonesia dan luput dari perhatian peneliti-
peneliti kita.
Tentu saja, Nadiem tidak mampu mengerjakan semuanya
sendirian dan perlu didukung oleh para pejabat di tingkat kedua
maupun tingkat berikutnya yang akan menerjemahkan arah dan
kebijakan Nadiem menjadi kebijakan kementerian. Hal ini akan
menjadi tantangan besar beliau mengingat merubah cara pikir
tidaklah mudah. Perasaan lebih senior, baik karena segi usia atau
pendidikan akan membuat para pejabat tersebut pada awalnya
tidak akan begitu saja melakukan perintah Pak Menteri. Disinilah
kepemimpinan Nadiem diuji dan jika lulus, maka saya yakin ada
24
perbaikan mendasar di pendidikan kita yang saat ini masih
tertinggal di dunia. Akhir kata, selamat bekerja Pak Menteri
semoga pendidikan kita akan semakin baik di bawah
kepemimpinan anda dan bonus SDM Indonesia tidak menjadi
kutukan jika tidak dikelola dengan baik.
25
EUFORIA START UP
Jony Oktavian Haryanto
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menetapkan bahwa
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan prioritas
beliau di periode kedua pemerintahannya. Salah satu fokus di
bidang pengembangan SDM ini adalah penguatan kewirausahaan.
Data menunjukkan bahwa untuk tahun 2018, jumlah wirausaha di
Amerika Serikat adalah sebesar 12% dari seluruh jumlah
penduduknya, Jepang 11% dan China 10%.
Di Asia Tenggara, Singapura memiliki jumlah wirausahawan
terbanyak dengan mencapai 7% dari total penduduknya, Malaysia
5% dan Thailand yang sudah di atas 4%. Bagaimana dengan
Indonesia? Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah, jumlah wirausaha di Indonesia pada tahun 2018 sudah
mencapai 3,1% dari seluruh penduduknya. Angka ini meningkat
tajam ketimbang tahun 2014 yang baru mencapai 1,55%.
Pemerintahan Presiden Jokowi pada periode pertama
sebenarnya sudah memberikan banyak fasilitas dan kemudahan
bagi para wirausaha baru yang bermunculan, terutama di bidang
Information Technology (IT), sehingga munculah GoJek, yang
waktu itu sebenarnya tidak ada payung hukumnya atau bahkan
melanggar hukum. Menurut UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan roda dua sebenarnya tidak
diperbolehkan sebagai serana angkutan umum. Pada
kenyataannya GoJek, yang memanfaatkan kendaraan roda dua
sebagai layanan transportasi online, tetap diiperbolehkan
beroperasi. Ini tak lepas dari keinginan Presiden Jokowi untuk
terus mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha, termasuk yang
26
berbasis teknologi. Bahkan kini GoJek telah menjadi satu-satunya
decacorn di Indonesia.
Decacorn merujuk kepada startup yang valuasi bisnisnya
sudah mencapai US$10 miliar (atau setara Rp140 triliun).
Sementara, empat startup Indonesia lainnya yang juga sudah
menjadi unicorn (valuasi bisnisnya mencapai US$1 miliar atau
lebih) yakni Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan yang terbaru
adalah Ovo.
Pesatnya perkembangan startup ini akhir-akhir ini
membuat jumlah wirausahawan di Indonesia meningkat tajam
dalam tiga tahun terakhir (bandingkan data tiga tahun terakhir).
Dalam pertemuan dengan para mahasiswa, kebanyakan dari
mereka juga menyatakan keinginannya untuk mendirikan startup
ketika sedang kuliah atau nanti sesudah lulus. Hal ini tentunya
merupakan kabar gembira mengingat setiap usaha baru yang
sukses tentu akan menambah jumlah wirausaha seraya sekaligus
membuka peluang kerja baru bagi orang lain.
Namun, perlu juga digarisbawahi bahwa sukses tidak
datang dengan tiba-tiba. Semua harus diperjuangkan melalui kerja
keras, hidup hemat, serta mental yang tahan banting. Kebanyakan
mahasiswa ingin menjadi wirausaha, mendirikan startup, dengan
alasan supaya cepat kaya dan kerjanya tidak perlu terikat jam
kantor. Mereka lupa bahwa wirausahawan yang sukses adalah
mereka yang mau bekerja keras, pantang menyerah, ulet, tahan
banting dan memiliki disiplin kerja yang tinggi. Euforia startup
yang berlebihan dan tidak realistis akan menjadi kontra produktif
dengan esensi kewirausahaan itu sendiri dan jika tidak dikelola
dengan bijak akan mampu menciptakan bumerang bagi para
startup tersebut. Bisnis yang tidak dipikirkan dengan matang dan
hanya karena ingin mencari jalan pintas untuk menjadi kaya
adalah cara pikir yang keliru dan untuk itu Kampus perlu menjadi
27
garda terdepan dalam memberikan pendidikan dan pemahaman
yang benar tentang kewirausahaan.
Untuk itu, ke depan kampus dituntut perannya untuk bisa
menjadi mediator dan katalisator. Kampus hendaknya tidak terus
memberikan mimpi kepada para mahasiswa, namun juga
menjelaskan secara imbang tentang dunia kewirausahaan.
Menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin para dosen mampu
memberikan penjelasan, jika mereka yang entah lulusan S2 atau
S3, tetapi belum pernah bekerja di perusahaan atau bahkan
menjadi wirausahawan. Alhasil, yang diajarkan adalah
kewirausahaan sebagai suatu pelajaran. Hanya teori dan bukan
dari sisi praktik. Untuk itu perlu bagi kampus untuk mengirimkan
dosen-dosennya magang selama beberapa bulan, baik di
perusahaan ataupun membantu start up yang ada. Dengan cara
seperti itu, para dosen akan memiliki kemampuan dan
pengalaman praktis. Selain memberikan pengalaman kepada para
dosen, kegiatan magang ini bagi perusahaan juga akan
memberikan pemahaman state of the art dari bidang yang digeluti
dosen tersebut.
Selain menjadi wirausaha, kepada mahasiswa perlu juga
diajarkan tentang corporatepreneurship, yaitu semangat
kewirausahaan meskipun bekerja sebagai profesional di
perusahaan. Ini kerap disebut juga dengan istilah
intrapreneurship. Semangat ini juga perlu dibangun semasa
mereka belajar di kampus, sehingga setelah lulus kuliah dan
bekerja, mereka akan memiliki sense of belonging. Mereka akan
mampu bekerja secara maksimal di perusahaan dan mengelolanya
dengan penuh cinta, seakan perusahaan tersebut miliknya sendiri.
Jika hal ini terjadi, maka perusahaan akan mampu tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan, serta seluruh
karyawannya menjadi semakin sejahtera.
28
Semoga dua hal tersebut menjadi catatan kecil bagi
Presiden Jokowi yang hendak membangun dan memperkuat
kewirausahaan di Indonesia untuk membuat Tanah Air kita ini
menjadi negara yang lebih baik lagi. Adil, makmur dan sejahtera.
29
BISNIS START UP DAN GELEMBUNG EKONOMI
Jony Oktavian Haryanto
"Terus bakar uang, bagaimana kita kuat?" tutur Mochtar
Riyadi, Pendiri sekaligus Chairman Grup Lippo dalam acara
Indonesia Digital Conference (IDC), Kamis (28/11/2019), dikutip
dari CNBC Indonesia. Keadaan itu membuat Lippo menjual
sebagian saham OVO yang dikendalikan oleh PT Visionet
International. Menurut Mochtar, alasannya karena Lippo sudah
nggak kuat lagi bakar uang akibat praktik diskon jor-joran.
"Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang
kita tinggal sekitar 30-an persen atau satu pertiga. jadi dua pertiga
kita jual,"
Fenomena ini menambah deretan Startup dan bisnis digital yang
terus merugi. Tercatat WeWork, perusahaan terbesar di bidang
coworking space asal Amerika Serikat (AS), melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) kepada 2.400 karyawannya di seluruh dunia
dan mencatatkan kerugian hampir $ 1,3 miliar pada kuartal ketiga
tahun 2019 ini. Kerugian tersebut meningkat lebih dari dua kali
lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Masih dari Negeri Paman Sam, Uber juga telah memangkas
sekitar 1.185 karyawan dan mencatatkan kerugian tahun ini US$
5,2 miliar dalam tiga bulan terakhir. Kembali ke tanah air,
beberapa waktu yang lalu muncul juga berita bahwa Bukalapak
merumahkan ratusan karyawan untuk efisiensi.
Berita-berita diatas seperti hujan yang menyedihkan
mengingat akhir-akhir ini di seluruh dunia, termasuk Indonesia,
anak-anak muda terbakar dengan semangat dan euforia bisnis
startup. Tanyalah kepada para mahasiswa, apa tujuan mereka
kalau lulus nanti? Survey yang kami lakukan menunjukkan bahwa
30
lebih dari 50% mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
di Bali ingin menjadi entrepreneur dengan membuka startup
bisnis. Data yang hampir sama juga ditemukan di PTS di Pulau
Jawa.
Fenomena bisnis startup yang terbukti menerapkan praktik
diskon jor-joran ini berpotensi menciptakan gelembung ekonomi
(economic bubble) dalam perkembangan ekonomi. Masyarakat
didorong untuk menjadi konsumtif dengan membeli produk yang
mungkin sebenarnya mereka masih punya persediaan dan tidak
terlalu mereka butuhkan yang dikenal dengan forward buying
(Desai et al., 2010) atau membeli untuk kemudian disimpan
sebagai persediaan yang dikenal dengan stock pilling (Zeelenberg
& Van Puten &, 2005). Dalam jangka pendek, strategi diskon
besar-besaran ini akan mampu meningkatkan penjualan dan
tentunya berakibat kepada meningkatnya konsumsi dan
perekonomian kita yang masih sebagian besar ditunjang oleh
konsumsi masyarakat.
Namun ke depan, hal ini bisa berbahaya karena akan
menurunkan ekonomi dan menciptakan buble bagi perekonomian
kita. Konsumen yang sudah membeli baik karena forward buying
atau stock pilling, artinya selama beberapa saat ke depan tidak
akan melakukan pembelian lagi karena masih punya persediaan.
Jika ini terus terjadi, maka perekonomian akan stagnan bahkan
bisa mengalami ledakan bubble seperti yang terjadi di masa lalu.
Di lain pihak, selain dari penyedia platfom seperti OVO
atau GOJEK melalui GOFOOD, dsb maka biasanya pihak yang
berani jor-joran memberikan diskon adalah Vendor Asing dengan
dana yang besar. Jika hal itu yang terjadi, maka akan
memperbesar defisit current account kita. Data menunjukkan
bahwa defisit current account kita sebesar 7.68 miliar dolar.
Secara umum memang ekonomi kita masih ditopang oleh
31
konsumsi, yaitu dari konsumsi Rumah Tangga sebesar 56,82%;
konsumsi pemerintah 6,35% dan konsumsi lembaga swasta non
profit 1,36% dengan total sebesar 64,53%. Idealnya adalah bahwa
seharusnya investasi asing dan ekspor juga ikut menopang namun
bertahun-tahun kita kesulitan menarik investasi asing dan
meningkatkan ekspor.
Sebenarnya, jika konsumsi yang menjadi tulang punggung
penggerak perekonomian juga tidak masalah selama produk yang
dibeli adalah produk dalam negeri. Jika produk yang dibeli adalah
produk impor seperti dugaan jor-joran diskon di atas, maka hal itu
akan memperbesar defisit current account kita dan di masa depan
berpotensi untuk menciptakan kontraksi ekonomi.
Untuk itu, Pemerintah mau tidak mau harus turun tangan
mengatur supaya bisnis startup ini tidak liar. Komisi Pemantau
Persaingan Usaha (KPPU) perlu secara aktif memantau apakah
bisnis startup yang jor-joran duit tersebut sehat model bisnisnya
atau berpotensi merugikan pelaku bisnis lainnya.
32
33
DETERMINAN UTAMA MENJADI START UP
DI ERA DISRUPSI5
Sony Heru Priyanto dan Jony Oktavian Haryanto
Jika mahasiswa President University ditanya tentang masa
depannya ingin menjadi apa, mereka sebagiam besar menjawab
ingin menjadi pengusaha. Jika mereka ditanya, apa kendalanya jika
menjalankan usahanya, mereka pasti menjawab adalah modal.
Apakah memang demikian adanya? Riset secara etnometodologis
yang dilakukan penulis bersamaan dengan menjalankan
pendidikan kewirausahaan di Kampus, tampak bahwa ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan jika
seorang mahasiswa ingin menjadi pengusaha.
Meminjam pemikirannya Shane (2003), aspek pertama
yang perlu dilakukan adalah entrepreneurial motivation yang
terdiri dari need for achievement, risk taking, innovative, desire for
independence, goal setting, self-efficacy. Dalam aspek ini saja,
tidak semua bisa dipenuhi oleh mahasiswa. Aspek yang kedua
adalah menyangkut faktor kognisi, yang berupa pengetahuan
pentingnya membuat visi hidup akan mempengaruhi
kewirausahaan seseorang. Mahasiswa yang paham akan penting
dan peranan visi, akan berusaha membuat dan mencatat visi
hidupnya. Ketika dia membuat visi itulah, akan memunculkan
keinginan dibawah sadar, bahwa dia akan mencapai visi tersebut.
Pengetahuan menjadi sumber penting bagi kewirausahaan.
Mahasiswa yang mengetahui sesuatu, akan lebih mampu
merangkai struktur, sistem dan ide baru dari pada mahasiswa yang
5 Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Industrycoid 18 Oktober 2019
34
tidak banyak pengetahuannya. Mahasiswa yang full knowledge
akan dengan mudah mencari jalan lain ketika dia mengalami
kesulitan sesuatu. Atau dia mampu melihat peluang atau muncul
ide-ide baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Mahasiswa
yang memiliki keahlian, akan juga mampu mencipta ide dan
inovasi dengan mendasarkan pada skill yang telah dimilikinya.
Dengan skill yang telah dimilikinya, dia akan lebih bisa berkreasi
untuk menambah, menyempurnakan bahkan mengganti idenya
tersebut. Mahasiswa yang memiliki keahlian membuat aplikasi
berbasis web, akan lebih mudah menyesuaikan diri jika ada
perubahan dalam teknologi dan lingkungan bisnisnya, ketimbang
mahasiswa yang tidak ahli. Ini menandakan bahwa penting bagi
kita untuk menjadi ahli dibidang yang kita tekuni sehingga
memungkinkan kita lebih kreatif dan inovatif dari sebelumnnya.
Ketika mahasiswa telah memiliki motivasi berwirausaha,
telah ikut dan dididik menjadi wirausaha secara kognisi, itupun
belum cukup untuk kemudian menjadi pengusaha secara cepat.
Untuk meningkatkan akselerasinya, mereka harus diberi atau
mendapat kesempatan berwirausaha dari kampusnya atau
lingkungannya. Dalam hal ini, pendidikan kewirausahaan di
kampus, jangan hanya fokus pada pengajaran terstuktur di kelas
dengan aspek kognisinya, namun perlu diperkaya dengan
memberi kesempatan kepada mereka untuk mencoba langsung,
membuat usaha start up, sehingga pada tahap ini, terjadi dialek
antara pengehatuan kognisi dan pengetahuan yang bersifat
behavioral. Pembelajaran kewirausahaan justru efektif ketika
mereka merasakan langsung menjadi pengusaha. Untuk mencapai
hal ini, pembelajaran kewirausahaan di President University
menerapkan entrepreneurial learning model dengan 3 basis
utama pembelajaran yaitu training and education, experience dan
mentoring.
35
Aspek berikutnya yang perlu diberikan kepada mahasiswa
yang akan menjadi start up adalah kemampuan mereka dalam
melihat peluang. Kemampuan otak orang berbeba-beda, dengan
lingkungan yang samapun belum tentu ditangkap yang sama dari
orang. Untuk itu, dalam pembelajaran kewirausahaan perlu
diberikan materi beruba gagasan-gagasan bisnis yang layak
dijalankan, berulang-ulang agar akhirnya mahasiswa memperoleh
pola bagaimana mengenali peluang.
Orang yang telah mengenali peluang, belum tentu memiliki ide
bisnis. Untuk memiliki kemampuan kewirausahaan seperti ini,
mahasiswa atau masyarakat perlu dilatih atau dibimbing
mengenai ide-ide tertentu yang bisa menjadi bisnis. Mengerucut
dalam hal kelayakan usaha secara ekonomi seperti profit, omset,
pasar dan keberlanjutan.
Setelah itu, yang perlu diberikan kepada mahasiswa atau
masyarakat agar bisa menjadi pengusaha adalah merakit
sumberdaya. Ide bisnis batik online atau ide bisnis aplikasi fintech,
harus dilanjutkan dengan keahlian mengenai bagaimana
mengetahui pasarnya, siapa saja yang mau membeli, bagaimana
agar mereka mau membeli barang dan jasa kita, perlu memahami
dananya dari mana, berapa besar, biayanya untuk
mendapatkannya berapa, berapa tahun kalau mau meminjam,
termasuk bagaimana mengembangkan dana tersebut. Setelah itu
semua, siap, perlu dibuat rancang bangun produknya, mulai dari
volume, jenis, dan karakteritik barang dan jasanya. Aspek tempat
baik itu online atau offline juga harus dipahami dan dijalankan
untuk mendapatkannya.
Ketika semua diberikan ke mahasiswa atau masyarakat,
akhirnya, yang menentukan berhasil atau tidaknya menjadi start
up adalah mahasiswa atau masyarakat itu sendiri. Pada prinsipnya,
menjadi pengusaha adalah proses belajar yang tidak pernah
36
selesai. Siapa yang mau belajar dari usaha yang dilakukan serta
merealisaikannya, dialah yang akan menjadi pengusaha. Menjadi
pengusaha adalah proses internal dan individual, sangat subyektif.
Berbasis pada realitas subyektif seperti itulah, seorang pengusaha
baru bisa lahir ke dunia ini.
37
PRESIDENT UNIVERSITY DI ERA DISRUPSI
JONY OKTAVIAN HARYANTO
President University (PU) semula lahir dari keprihatinan SD
Darmono, Chairman Grup Jababeka, terhadap kualitas lulusan
perguruan tinggi yang tidak langsung siap kerja, tidak sesuai
dengan kebutuhan industri dan tidak sesuai dengan permintaan
pasar. Konsepnya link & match, tetapi pada prakteknnya tidak link
dan tidak match. Inilah yang memicu tingginya lulusan perguruan
tinggi yang kemudian menjadi penganggur.
Keprihatinan inilah yang mendorongnya untuk mendirikan
perguruan tinggi yang mampu menjawab kebutuhan industri.
Mampu menjadi benchmark bagi dunia pendidikan tinggi di
Indonesia. Perguruan tinggi yang lulusannya memiliki visi jauh ke
depan, tetapi sekaligus juga membumi dengan terampil dan
langsung siap kerja.
Dalam perjalanannya, oleh karena lokasi strategis President
University yang berada tepat di tengah-tengah kawasan industri,
dengan ribuan perusahaan nasional dan multinasional yang ada di
dalamnya, SD Darmono mengembangkan visi agar President
University mampu menjadi research university, terutama riset-
riset yang bersifat terapan.
Keterkaitan dengan bisnis
President University saat ini memiliki empat fakultas dan 16
program studi untuk program Sarjana (S1) dan satu program studi
untuk jenjang Magister. Rinciannya adalah sebagai berikut:
38
Fakultas Bisnis dengan Prodi:
1. Akuntansi
2. Administrasi Bisnis
3. Manajemen
4. Aktuaria
Fakulas Humaniora dengan Prodi:
5. Hubungan Internasional
6. Hukum
7. Komunikasi
8. Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Teknik dengan Prodi:
9. Teknik Industri
10. Teknik Mesin
11. Teknik Elektro
12. Teknik Lingkungan
13. Teknik Sipil
Fakultas Komputer dengan Prodi:
14. Information Technology
15. Information System
16. Desain Komunikasi Visual untuk program Magister (S2):
17. Prodi Information Technology.
Sementara bisnis Grup Jababeka mencakup kawasan
industri—termasuk kawasan ekonomi khusus, kawasan
perumahan, life style & leisure, pembangkit listrik, pengelolaan
limbah, dan bisnis pergudangan. Jadi, prodi-prodi yang ada di
President University tidak ada yang secara langsung berkaitan
dengan bisnis-bisnis grup Jababeka. Namun, secara tidak langsung
39
tentu saja ada. Misalnya, Jababeka tentu membutuhkan tenaga
akuntan, tenaga-tenaga yang mengerti tentang pengelolaan
lingkungan, termasuk mereka yang memahami aplikasi IT/IS atau
teknik sipil. Demikian juga Prodi Teknik Elektro sangat berkaitan
dengan pembangkit listrik (Power Plant – Bekasi Power), Prodi
Teknik Lingkungan berkaitan erat dengan Water Treatment Plant –
Jababeka Infrastruktur, dlsb.
Positioning President University
Positioning dan diferensiasi President University yaitu
kegiatan perkuliahannya menggunakan bahasa Inggris dan Satu-
satunya universitas di tengah-tengah kawasan industri.
Saat ini di Cikarang ada tujuh kawasan industri, seperti Kawasan
Industri Jababeka, MM2100, Delta Silicon I dan Delta Silicon II,
East Jakarta Industrial Park, Bekasi International Industrial Estate,
dan Delta Mas. Di dalamnya terdapat puluhan ribu perusahaan
dari puluhan negara. Sebagai contoh, di Kawasan Industri
Jababeka saja terdapat lebih dari 1.750 perusahaan nasional dan
multinasional yang berasal dari 30 negara. Dengan kondisi
tersebut, Cikarang saat ini mampu menyumbang sebesar 34,46%
dari seluruh PMA di Indonesia, serta 22%-45% volume ekspor
nasional.
Saat ini President University aktif menjalin kerja sama
dengan perusahaan-perusahaan tersebut melalui skema yang
saling menguntungkan (simbiosa mutualisme). Misalnya,
perusahaan-perusahaan tersebut membuka diri untuk menjadi
laboratorium hidup (organic lab) bagi segenap dosen dan
mahasiswa President University. Dengan cara ini, President
University selalu mendapat up date teknologi-teknologi baru yang
diterapkan perusahaan. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan
40
tersebut juga memperoleh masukan dari dosen-dosen dan
mahasiswa yang melakukan riset di sana.
Kerja sama lainnya dalam bentuk penelitian bersama, para
eksekutif di perusahaan PU undang untuk memberikan kuliah
tamu (guest lecture), company visit, magang, dan berbagai skema
lainnya.
Magang ini bertujuan menyiapkan mahasiswa agar kelak setelah
lulus mereka tidak gagap lagi, tetapi langsung siap kerja. Melalui
skema ini pula banyak mahasiswa President University yang
langsung direkrut untuk menjadi karyawan dari perusahaan
tempat magangnya.
Lingkungan yang multietnis dan multikultural.
Mahasiswa PU berasal dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia. Ini sejalan dengan visi pendiri President University, SD
Darmono, yang ingin memberikan akses pendidikan dan
pemerataan pendidikan yang seluas-luasnya bagi anak-anak muda
dari seluruh Indonesia. Melalui cara tersebut diharapkan jika kelak
kembali ke tempat asalnya, putra daerah yang telah menjadi
lulusan President University bisa memberikan kontribusinya bagi
pembangunan di daerahnya masing-masing.
Kemudian, sekitar 10% dari seluruh mahasiswa di President
University berasal dari 16 negara di seluruh dunia. Dengan jumlah
tersebut, President University adalah kampus swasta dengan
jumlah mahasiswa asing terbanyak di seluruh Indonesia.
Adanya mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Indonesia dan dari
luar negeri menciptakan lingkungan kampus yang multietnis dan
multikultural. Ini membuat mahasiswa-mahasiswa President
University menjadi lebih terbuka terhadap keberagaman etnis dan
budaya.
41
Kualitas Lulusan
Untuk pertanyaan no. 5 dan no. 6, jumlah lulusan yang
diserap perusahaan induk, Grup Jababeka, tidak sampai 10%.
Jababeka memang tidak mewajibkan lulusan President University
untuk bekerja di perusahaan itu. Itu semua diserahkan pada
mekanisme pasar tenaga kerja biasa.
Jadi, sebagian besar lulusan President University malah
bekerja di berbagai perusahaan yang ada di kawasan industri
Jababeka maupun kawasan industri lainnya, termasuk di Jakarta,
atau provinsi lainnya. Bahkan ada sebagian lulusan yang bekerja di
luar negeri. Ini membuktikan bahwa lulusan President University
memang sangat kompetitif di pasar tenaga kerja.
Jumlah mahasiswa baru PU setiap tahun mencapai 1.250 –
1.500 mahasiswa. Lulusan PU per tahun mencapai lebih dari 1.000
wisudawan. Mengapa tidak 100%? Sebab dalam perjalanan
perkuliahan, ada saja mahasiswa yang mengundurkan diri atau
tidak dapat menuntaskan kegiatan perkuliahannya karena
berbagai sebab.
Link & match memang menjadi fokus PU. Apalagi lokasi
kampus PU yang tepat berada di kawasan industri. Melalui kerja
sama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di sana, PU
bekerja sama dengan 41 universitas di luar negeri, namun belum
sampai taraf double degree. PU sedang berupaya untuk mengarah
ke sana.
Arah ke depan
Ke depan, kami berharap President University mampu menjadi
pusat research & development (R&D) dari berbagai industri dan
perusahaan yang ada baik di Kawasan Industri Jababeka maupun
kawasan industri lainnya di Kabupaten Bekasi, di Provinsi Jawa
Barat, dan di seluruh Indonesia, melalui skema kerja sama yang
42
saling menguntungkan (simbiosa mutualisme). Ini terutama riset-
riset yang bersifat terapan.
Target ke depan, PU bisa mempertahankan akreditasi A, jumlah
mahasiswa bisa tumbuh 15% per tahun, dan jumlah mahasiswa
asing meningkat 10% per tahun.
43
DARI TEACHING KE INVENTING:
MENUJU UNIVERSITAS RISET
Jony Oktavian Haryanto
Akhir-akhir ini di dunia pendidikan kita sering terdengar
istilah Research University atau universitas yang berbasis riset.
Untuk merealisasikan gagasan tersebut, Kementerian Pendidikan
Tinggi - Riset dan Teknologi (Kemendikti Ristek) bahkan siap
menggelontorkan dana penelitian dalam jumlah yang cukup besar.
Langkah ini ditempuh untuk membangun budaya riset di
Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia, seraya sekaligus menaikkan
peringkat universitas-universitas Indonesia di tingkat dunia.
Bicara soal peringkat, posisi perguruan-perguruan tinggi
kita memang masih tertinggal jauh dibandingkan dengan
universitas-universitas di luar negeri. Kita punya tiga universitas
top, tapi di tingkat dunia ternyata masih menempati peringkat
ratusan. Sebagai contoh, pada peringkat Webometrics yang
memakai tolok ukurnya dari kinerja website dan implikasi bagi
pendidikan, Universitas Gadjah Mada (UGM) masih menempati
ranking ke-518, Universitas Indonesia berada (UI) ranking ke-660,
dan Institut Teknologi Bandung (ITB) malah ranking 704.
Sedang untuk peringkat QS (yang memakai indikator reputasi
akademik, reputasi pekerja, reputasi mahasiswa setiap fakultas,
banyaknya fakultas internasional, jumlah mahasiswa internasional,
dan predikat setiap fakultas), UI masih menempati peringkat ke-
310 dunia dan 71 ditingkat Asia, ITB ranking ke-461 (dunia) dan
125 (Asia), serta UGM peringkat 551 (dunia) dan 145 (Asia).
Webometrics dan QS adalah dua ukuran yang paling umum
digunakan untuk menilai peringkat universitas di seluruh dunia.
44
Kalau tiga universitas top di Indonesia saja rankingnya
masih berada di kelompok ratusan, bagaimana dengan yang
lainnya. Untuk itu muncul dorongan mengembangkan universitas
riset dengan tujuan akhir meningkatkan peringkat perguruan
tinggi kita di level dunia.
Infrastruktur dan Suprastruktur
Upaya Kemendikti Ristek untuk mengembangkan
universitas berbasis riset menghadapi tantangan yang tidak
ringan. Persoalan pertama adalah cocokkah mengembangkan
universitas berbasis riset bagi perguruan-perguruan tinggi di
Indonesia?
Untuk menjadi universitas riset jelas diperlukan dukungan
infrastruktur dan suprastruktur yang lengkap dan saling bersinergi.
Lalu, juga dibutuhkan komitmen riset yang kuat dari para
dosennya. Jika suatu perguruan tinggi ingin menjadi universitas
riset, jelas diperlukan laboratorium yang memadai, dana riset yang
cukup besar, dan komitmen kuat dari para dosennya untuk
melakukan riset. Bukan hanya sibuk melakukan pengajaran.
Bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Saat ini sistem
pendidikan Indonesia masih lebih menekankan pada pengajaran
dan minim penelitian. Dosen-dosen kita masih lebih suka
mengajar dibandingkan melakukan penelitian. Mengapa?
Sudah menjadi rahasia umum bahwa gaji dosen di
Indonesia terbilang kecil. Sebagai informasi, saat ini gaji dosen
lulusan S-2 adalah Rp15 juta per bulan. Angka ini pun sudah
terbilang lumayan tinggi. Masih banyak perguruan tinggi yang
belum mampu membayar dosen S-2-nya dengan gaji sebesar itu.
Dengan gaji sebesar itu, bagaimana mungkin dosen
tersebut mampu membayar cicilan rumah atau apartemen di
Jakarta, Surabaya atau kota-kota besar lainnya yang harganya
45
mungkin sudah di atas Rp500 juta atau bahkan sampai miliaran
rupiah. Maka, terpaksa dosen tersebut mengajar di sana-sini untuk
mendapatkan penghasilan tambahan. Kalau sudah begini, hampir
mustahil mengharapkan dosen tersebut mampunyai waktu yang
cukup untuk melakukan penelitian.
Pengadaan laboratorium saat ini masih dipandang sebelah
mata dan hanya dianggap sebagai pelengkap bagi perguruan
tinggi. Soal riset, banyak perguruan tinggi yang hanya
mengalokasikan sedikit dana. Pokoknya yang penting ada. Riset
dilakukan dengan setengah hati dan hanya untuk memenuhi
syarat minimal akreditasi.
Dengan kondisi yang semacam itu, masih cocokkah
gagasan mengembangkan untuk research university sebagaimana
digagas Kemendikti Ristek? Menurut saya, daripada berlelah-lelah
mengejar target research university, di antaranya untuk
meningkatkan peringkat di tingkat dunia, lebih baik kita benahi
dulu sistem pendidikan nasional.
Menata Perguruan Tinggi
Saat ini kita memiliki lebih dari 3.000 perguruan tinggi dan
sebagian besar berada di Jawa, khususnya di Jakarta. Ini membuat
persaingan antar-universitas dalam merebut mahasiswa menjadi
sangat ketat. Ketatnya persaingan inilah yang memunculkan
fenomena jual beli ijazah bodong, yang celakanya ternyata bisa
menjadi salah satu sumber pendapatan bagi perguruan tinggi atau
sekolah tinggi, yang juga bodong. Perguruan tinggi semacam ini
biasanya nilai akreditasinya juga jelek.
Kemendikti Ristek, khususnya Ditjen Dikti, perlu melakukan
investigasi dan memantau perguruan tinggi atau sekolah tinggi
yang nilai akreditasinya jelek. Keberanian menutup perguruan
46
tinggi yang ecek-ecek semacam ini akan menjadi modal awal bagi
kita untuk menata kehidupan kampus di Indonesia.
Perbaikan kehidupan kampus juga akan mendorong
perbaikan kesejahteraan dosen. Alhasil, mereka akan mempunyai
cukup waktu untuk melakukan riset, karena tidak sibuk mengajar
di sana-sini guna mencari penghasilan tambahan. Malaysia atau
Singapura saja menyediakan akomodasi bagi para dosen dengan
harga subsidi dengan biaya sewa yang sangat murah. Jadi dosen-
dosen di sana tidak pusing mengajar kesana kemari demi supaya
mampu menyicil rumah atau apartemen sehingga mereka bisa
fokus mengajar. Semuanya disediakan kampus.
Pertanyaan mendasar, haruskah semua perguruan tinggi
atau sekolah tinggi kita berbasis riset? Babson College yang
berlokasi di Boston, Amerika Serikat, selama 19 tahun berturut-
turut berhasil menempati peringkat ke-1 untuk kategori
Entrepreneurship University. Babson bisa menempati peringkat
tersebut karena menekankan kepada universitas yang berbasis
pengajaran. Mereka memberikan porsi yang sama besar antara
riset dengan pengajaran.
Seorang dosen seharusnya memang mampu mengajar,
memberi inspirasi dan mendorong para mahasiswanya untuk terus
berpikir. Oleh karenanya hampir semua dosen di Babson College
dituntut untuk bisa mengajar. Pengertian bisa mengajar disini
adalah bahwa mereka mampu memotivasi mahasiswanya untuk
berpikir kritis dan memberikan pemahaman baru bagi
mahasiswanya. Meski begitu penelitian tetap mendapatkan
jatahnya, begitu pula dengan pengabdian kepada masyarakat.
Maka, jika kita ingin mengembangkan research university,
itu tidak berarti riset adalah segala-galanya. Bahkan mengalahkan
pengajaran yang menjadi inti dari kegiatan belajar mengajar.
Untuk itu infrastruktur dan suprastruktur perlu ditata, sehingga
47
kita benar-benar siap mengejar ketertinggalan dengan perguruan-
perguruan tingi lain di luar negeri. Universitas top di Indonesia
seperti UI, UGM dan ITB serta Universitas bagus lainnya silahkan
jika akan mengembangkan risetnya. Universitas level menengah
apalagi bawah perlu membenahi sistemnya terlebih dahulu
sebelum akhirnya melangkah lebih maju lagi menuju ke research
University.
48
49
MERAJUT ERA BARU PENGEMBANGAN PERTANIAN
Sony Heru Priyanto
Ketika kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional,
ingatlah bahwa kita sampai hari ini belum berdaulat dalam
berbagai hal, terutama juga belum berdaulat secara ekonomi.
Dalam konteks ini sebenarnya potensi pertanian Indonesia sangat
luar biasa. Peranannnya juga sangat penting. Namun sampai hari
ini sektor pertanian belum menjadi andalan pembangunan.
Memperingati Hari Kebangkitan Nasional kali ini kita perlu
bulatkan tekad untuk bangkit dengan cara membangun dan
mengembangkan sektor pertanian. Saatnya kita kembali ke
pertanian.
Pentingnya Sektor Pertanian
Salah satu sektor riel yang benar-benar riel dibutuhkan
oleh manusia adalah sektor pertanian. Bayangkan jika kita tidak
ada bahan pangan hasil dari sektor pertanian, kita akan mati.
Jikalau tidak ada kapas untuk bahan pakaian yang merupakan
produk pertanian, tidak mungkin kita akan memakai pakaian dari
besi. Sektor pertanian sangat penting karena sektor pertanian
memiliki banyak peranan. Sektor pertanian merupakan daya
ungkit perekonomian. Sumberdaya alam telah memungkinkan
tumbuhkan tanaman dan hidupnya hewan dan ikan yang
memungkinkan bisa ditransaksikan dan diusahakan menjadi
kegiatan pertukaran barang dan jasa. Jika ada pertukaran barang
dan jasa berarti ada pertumbuhan ekonomi sehingga berarti ada
pembangunan. Indonesia akan maju, jika sektor pertanian menjadi
soko guru perekonomian Indonesia. Banyak ahli, termasuk Timmer
(2005) yang mengatakan bahwa saatnya kita kembali ke pertanian
50
untuk pembangunan ekonomi suatu bangsa mengingat
pentingnya sektor pertanian, bahkan untuk mengatasi kemiskinan.
Sektor pertanian bisa dijadikan sektor utama untuk
dibangun dan dikembangkan di desa yang memiliki sumberdaya
yang sangat memadai untuk itu. Sektor pertanian primer bisa
dikembangkan untuk mendukung sektor lain seperti sektor
pengolahan (industri) maupun sektor jasa (perdagangan) bahkan
sektor pariwisata (nilai=value)
Sektor pertanian sangat menjanjikan untuk dijadikan usaha
atau bisnis. Potensi sumberdaya alam yang luar biasa, jumlah
permintaan yang sangat banyak dan terus meningkat baik
digunakan untuk pangan, pakan, energi maupun untuk industri
lainnya, merupakan peluang usaha yang sangat menggiurkan,
mulai dari produk pertanian pangan, peternakan, perikanan,
kehutanan dan perkebunan.
Namun demikian, walaupun penting, sampai saat inipun
masih banyak persoalan yang masih muncul dan banyak potensi
yang belum dimanfaatkan. Dalam konteks global, harga pangan
terus meningkat yang menjadi masalah bagi masyarakat namun
disisi lain diharapkan oleh para petani, produksi yang sangat
fluktuatif tergantung musim bahkan untuk wilayah tertentu
produksinya terbatas, semakin hari semakin meningkat tuntutan
kualitas dan keamanan pangan, terjadi alih fungsi lahan dari sektor
pertanian ke non pertanian dan food ke non food atau ke
bioenergi. Dalam konteks lokal, terjadi harga rendah untuk sektor
pertania, pertanian yang tidak efisien dan tidak kompetitif karena
penguasaan lahan yang kecil dan terpencar, sulit memenuhi aspek
kualitas, kuantitas, kontinuitas dan konformitas, tidak
menguntungkan, beresiko tinggi, masih sangat tradisional
teknologinya, tidak menarik sehingga terjadi alih fungsi lahan yang
cepat dan luas.
51
Permasalahan dan Tantangan Sektor Pertanian
Sektor pertanian tidak bisa dipungkiri memiliki potensi
yang sangat besar untuk dikembankan menjadi peluang usaha.
Mulai dari sumberdaya alamnya maupun kebutuhannya, sangat
menjanjikan untuk dikembangkan. Namun, sampai saat ini
pengembangan dan perkembangan sektor pertanian masih
banyak menemui kendala. Masalah terkait dengan petani dan
usahanya atau terkait dengan aspek internal petani/produsen.
Tantangan terkait dengan aspek eksternal petani/produsen.
Nilai tukar petani (NTP) masih rendah dan cenderung
turun. NTP sebagai ukuran kesejahteraan petani makin hari makin
menurun. Ini artinya kesejahteraan petani semakin hari semakin
menurun. Sebagai contoh, dulu 1 kilogram beras bisa ditukar
dengan 1 gram emas. Sekarang ini, sangat jauh perbedaaannya.
Harga beras hanya Rp10.000,- dipasaran, harga emas sudah
Rp400.000,- akibatnya aset petani terus menurun bahkan
tanahnya seringkali dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Harga produk pertanian sangat fluktuatif dan tidak pasti.
Tidak ada yang pasti terkait dengan harga disektor pertanian. Ini
yang menyebabkan tidak ada kepastian usaha disektor pertanian.
Kadang harga naik, tetapi seringkali pula harga jatuh.
Pengelolaan usaha pertanian masih belum efisien.
Pengelola usaha pertanian biasanya skala usahanya kecil-kecil dan
terpencar sehingga pengelolaan usaha tidak efisien, harga menjadi
mahal sehingga produknya tidak bisa bersaing dengan produk luar
negeri. Salah satu penyebabnya adalah sistem sosial tentang
warisan, yang akan membagi tanahnya kepada anak-anak dan
keturunannya.
Kualitas produk pertanian belum tinggi. Banyak produk
pertanian yang belum diproduksi secara profesional dan serius
52
sehingga acapkali didapai kualitas produk pertanian rendah.
Akibatnya harga juga rendah mengingat kualitasnya rendah.
Biasanya petani akan melakukan sortasi-grading-labeling untuk
melakukan diferensiasi harga supaya tidak terlalu rugi.
Hasil produksi pertanian masih sangat bergantung dengan
alam. Penerapan teknologi belum maksimal. Penerapan teknologi
masih minim, aktivitas usaha masih belum terkoneksi dengan
lembaga-lembaga riset. Penerapan teknologi masih sangat
sederhana dan tradisional serta turun temurun. Akibatnya produk
sangat tergantung alam. Jika alam bersahabat, hasilnya akan baik.
Namun jika tidak, hasilnya akan merugikan petani. Berbeda
dengan India dan Thailand, para petani dikoneksikan dengan
lembaga riset sehingga hasil produksinya tidak terkait langsung
dengan alam. Kegiatan penyuluhan yang diharapkan ada adopsi
dan transfer teknologi tidak berjalan bahkan mengalami
kemunduran.
Kelembagaan petani lemah. Usaha atau bisnis disektor
pertania tidak terlepas dari manajemen dan organisasi. Dalam hal
ini, petani masih sangat lemah. Mereka susah berkelompok dalam
menjalankan usahanya. Kepemimpinan dalam kelompok juga
lemah, padahal aspek ini sangat penting untuk mengelola
sumberdaya alam dan konsumen yang ada. Pengelolaan usaha
bersama seperti farmer’s entreprise sangat sulit dijalankan oleh
mereka.
Orientasi usaha masih pada production oriented, belum
market oriented. Pada umumnya produsen memproduksi apa
yang bisa diproduksi, bukan apa yang harus diproduksi. Orietansi
demikian disebut orientasi produksi. Produksi dulu, jual kemudian.
Kelemahannya adalah seringkali produk tidak laku, kalaupun laku
biasanya harganya rendah. Dalam pertanian modern, sebaiknya
dikedepankan siapa yang mau beli dan mau beli apa, seperti apa
53
yang mau dibeli. Ini menyebabkan produk diproduksi sesuai
kebutuhan.
Infrastruktur dasar dan infrastruktur pertanian belum
mendukung. Ini masalah klasik yang terjadi di Indonesia.
Infrastruktur yang buruk membuat produk pertanian mudah
rusak, berharga rendah dan tidak laku. Sebenarnya, jika
infrastruktur bagus, produsen akan merespon secara mandiri
terhadap usaha apa yang akan dikembangkan. Infrastruktur
pertanian seperti irigasi dan pasar pertanian menjadi masalah juga
dalam sektor pertanian. Irigasi yang buruk dan tiadanya pasar
pertanian membuat produsen enggan untuk menginvestasikan
modalnya disektor pertanian.
Dukungan pemerintah belum tinggi. Komitmen pemerintah
dalam pertanian masih kurang. Dalam teori campur tangan
pemerintah, pemerintah akan campur tanga atau intervensi
manakala ada kegagalan pasar (market failure) dan kegagalan
pemerintahan (governance failure). Namun demikian, pemerintah
Indonesia seringkali absen dalam dua situasi tersebut. Akibatnya
petani sering dirugikan pada saat panen. Berbeda dengan Thailand
dimana rajanya turun langsung untuk menopang sektor pertanian.
Tidak heran jika Thailand maju dalan sektor pertaniannya padahal
jika dibanding dengan sumberdaya di Indonesia, masih kalah jauh
dengan Indonesia. Pemerintah India, Vietnam sangat fokus dalam
mengembangkan pertanian dengan program-programnya yang
efektif.
Produk pertanian Indonesia banyak yang kalah bersaing
dengan produk impor (harga murah, kualitas tinggi, tersedia
sepanjang musim). Serbuan produk impor sangat deras membuat
produk pertanian terpuruk. Produk impor menang dalam
persaingan karena harganya lebih murah dengan kualitas yang
lebih baik. Dari sisi ketersediaan, produk impor hampir tersedia
54
sepanjang musim. Padahal jika dilihat sumberdaya alamnya,
Indonesia sangat subur sehingga tidak ada alasan untuk kalah
dengan produk impor. Teknologi dan manajemen menjadi
pembedanya.
Non tariff barrier. Persoalan hambatan non tarif menjadi
masalah bagi produk pertanian di Indonesia. Jika produk Indonesia
akan masuk negara lain, biasanya persyaratannya sangat ketat
terkait berbagai aspek seperti keamanan, kesehatan dan
prosedural lainnya sehingga produk Indonesia sangat sulit masuk
ke suatu negara.
Kebutuhan konsumen bermacam-macam dan berubah
terus. Salah satu daya tarik sektor pertanian adalah jumlan yang
membutuhkan sangat banyak dan terus meningkat. Namun yang
menjadi tantangan adalah selere mereka terus berubah dan
valuenya terus meningkat. Ini membutuhkan penerapan teknologi
yang memungkinkan produsen pertanian mampu mengikuti selera
dan kebutuhan dari konsumen.
Mulai dari Mana?
Setelah memahami pentingnya, potensinya serta
permasalahan yang ada, ketika akan membangun dan
mengembangkan pertanian, mau dimulai dari mana? Pertama,
seperti yang terjadi di Thailand, ada kemauan dan komitmen
untuk membangun pertanian. Kemauan dan komitmen ini harus
konsekuen dilaksanakan dan menjadi Blue Print pengembangan
ekonomi, dengan dukungan penuh dari negara (political will),
melalui dukungan kebijakan, program dan anggaran yang
memadai. Anggaran untuk sektor pertanian yang selama ini hanya
sekitar 1% dari total anggaran, harus dinaikkan minimal 10%.
Bahkan bila perlu dibalik. Anggaran pertanian yang 20%, anggaran
pendidikan yang diturunkan dengan arti bahwa jika anggaran
55
dinaikkan, potensi pertanian akan dikembangkan, terjadi
peningkatan pendapatan dan tabungan, nah peningkatan
pendapatan dan tabungan ini yang kemudian digunakan oleh
masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Sektor pertanian yang selama ini disebut sebagai sektor
pilihan, harus dihapuskan. Istilah wajib dan pilihan harus dihapus
karena dalam prakteknya istilah pilihan diversuskan dengan wajib
sehingga pilihan dianggap tidak wajib dan runyamnya dianggap
tidak penting meskipun daerah itu memiliki potensi yang besar di
sektor pertanian. Padahal yang dimaksudkan bukanlah seperti itu.
Pilihan sebenarnya hanya berlaku pada daerah perkotaan dan
atau daerah yang tidak memiliki potensi pertanian. Tapi
sebenarnya, bagi daerah potensi pertanian adalah WAJIB. Sudah
terjadi salah kaprah dalam menterjemahkan peraturan. Dari pada
membuat salah, aturan mengenai hal ini harus diubah.
Kedua, perlu ada kepastian usaha dalam arti ada kepastian
harga dan kepastian dibeli di sektor pertanian. PASTIKAN
HARGANYA -PASTIKAN DIBELI, itu slogan yang pas untuk
membangun dan mengembangkan pertanian. Jika ini bisa
dilakukan, masyarakat akan merespon dengan menanamkan
investasinya di sektor pertanian secara masif. Mereka akan
menggerakkan aset yang ada untuk berusaha di sektor pertanian.
Negara harus menjamin dan melakukan ini. UU no 19 tahun 2013
mengenai Pemberdayaan dan Perlindungan Petani telah
mengamanatkan mengenai hal ini.
Ketiga, untuk menjamin kepastian usaha tersebut,
pemerintah perlu membangun wholeseller yang akan
memampukan negara membeli produk petani terutama pada saat
panen raya. Seluruh produk petani dibeli oleh negara, kemudian
negaralah yang menjual produk tersebut ke konsumen. Mata
rantai usaha akan terpotong banyak sehingga usaha menjadi lebih
56
efisien. Margin keuntungan menjadi lebih besar. Pertanyaannya
pasti negara atau pemerintah tidak memiliki uang yang banyak
untuk melakukan itu. Uangnya dari mana? Simpel saja sebenarnya.
Negara memiliki perbankan yang bisa mengalokasikan kredit
untuk badan usaha milik pemerintah (BUMP) melalui skema
pinjaman rekening koran. Kredit ini dipakai jika dibutuhkan saja.
kemudian kredit ini akan dikembalikan pada saat terjadi penjualan
dari produk yang telah dibeli dari petani. Jika pandai dalam
mengelolanya, perusahaan ini justru akan untung. Uang akan
berputar terus dan bisa dimulai dari beberapa produk yang
menjadi prioritas negara. Saya yakin bisa.
Infrastruktur dasar yang terkait dengan delivery system
perlu diperbaiki. Ini menjadi langkah yang keempat untuk menuju
Indonesia bangkit. Mulai dari jalan, jembatan, pelabuhan,
bandara, pasar, sarana transportasi, energi dan lainnya yang
mendukung perlu dibangun dan disediakan oleh negara. Di
Thailand, Vietnam, Cina dan negara lainnya, infrastruktur
dibangun dan disediakan oleh negara untuk menggerakkan
perekonomian masyarakatnya. Ini penting dilakukan mengingat
dalam hal ini, Indonesia masih banyak tertinggal.
Bangkit bisa dimaknai berubah dari yang sebelumnya
tergantung pada pihak lain, sekarang menjadi warga yang
independen, berdaulat. Dalam konteks seperti ini petani didorong
untuk menjadi mandiri, independen dan berdaulat. Dua hal yang
selama ini menjadi ketegantungan petani adalah bibit dan pupuk.
Selama ini bibit disediakan oleh perusahaan, petani sulit masuk
dalam bisnis ini karena aturannya rumit. Pupuk selama ini juga
disediakan oleh perusahaan juga. Bahkan subsidi dfberikan kepada
perusahaan pupuk, bukan kepada petani secara langsung.
Kedepan, untuk memandirikan petani dan petani menjadi
berdaulat, petani diberi ruang seluas-luasnya untuk menjadi
57
penangkar benih bahkan menjadi pengusaha benih. Bantuan benih
untuk petani dihapus saja, lebih baik petani didorong untuk
menghasilkan benih sendiri. Petani harus didorong untuk menjadi
produsen pupuk. Dengan pola ini, subsidi pupuk tidak diperlukan
lagi. Petani bisa menyediakan sendiri pupuk yang dibutuhkan. Era
subsidi berakhir. Kalaupun ada subsidi, subsidi diberikan langsung
kepada petani dalam bentuk pendampingan petani untuk menjadi
mandiri dalam benih dan pupuk.
Petani harus memiliki identitas hukum yang pasti. Untuk
itu, perlu dibuat database petani yang nantinya bisa berfungsi
sebagai identitas hukum dan kartu profesi petani. Nantinya untuk
menjadi petani harus ada seleksinya, tidak seperti sekarang ini,
jika sudah “kalah” di sektor yang lain, orang kemudian masuk ke
sektor pertanian. Melalui identitas hukum ini, banyak hal yang bisa
dilakukan oleh dan untuk petani. Mudah-mudahan
58
59
HIDUP BARU PETANI DENGAN KARTU TANI
Sony Heru Priyanto
Tingkat kesejahteraan petani di Jateng termasuk rendah di
Pulau Jawa. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya NTP di Jawa Tengah
dibanding propinsi yang lain. Bahkan tidak hanya itu saja, NTP
pertahun sekarang ini sudah dibawah 100, dengan kecenderungan
menurun setiap tahunnya.
Disamping tingkat kesejahteraannya rendah dan semakin rendah,
petani di Jateng juga termasuk petani yang miskis, dengan jumlah
yang relative besar. Kemiskinan di Jateng masih sekitar 13.57%,
dimana 60% merupakan petani. Ketika program-program untuk
membantu petani, sering kali terhambat dan atau salah sasaran
karena ketiadaan data mengenai petani.
Salah satu program Pemerintah yang sampai saat ini
berlaku ada subsidi pupuk. Hampir setiap musim tanaman, dimana
dibutuhkan banyak pupuk, pupuk sering langka dan sulit
diperoleh, padahal pupuk ini disubsidi oleh Pemerintah. Ada
indikasi bahwa pupuk bersubsidi dibeli oleh konsumen yang bukan
petani yang berhak menerima subdisi tersebut. Bahkan ada isu,
pupuk diekspor keluar negeri karena harganya yang murah.
Penyebab utamanya adalah ketiadaan data yang akurat siapa itu
petani, dimana mereka berada dan berapa jumlahnya, kapan
membutuhkannya.
Isu utama terkait dengan persoalan non usahatani bagi
petani adalah pendataan tentang petani tersebut. Sampai 2-3
tahun yang lalu, pendataan petani tidak ada. Padahal pendataan
petani penting terkait dengan subsidi dan program bantuan
lainnya.
Berkaitan dengan hal itulah, kemudian Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah merencanakan untuk menerbitkan kartu tani, dengan
60
taget pada tahun 2017 ini seluruh petani di Jawa Tengah telah
memiliki kartu tani. Ini berarti seluruh petani (Kepala Keluarga)
sudah tercatat sebagai petani. Dengan kerjasama dengan BRI yang
menyiapkan sistem dan kartunya, pemerintah kemudian
melakukan pendataan dengan melibatkan penyuluh di seluruh
Kabupaten/Kota. Dengan berbagai hambatan dan rintangan, telah
terdata sekitar 2 juta lebih petani.
Dengan adanya kartu tani tersebut, diharapkan akan ada
manfaat yang sangat bermanfaat bagi petani dan pemerintah
dalam meningkatkan kemakmuran petani. Manfaat tersebut
diantara adalah:
1. Kartu Tani sebagai Database Petani (Informasi). Dengan
adanya kartu tani, manfaat yang pertama yang bisa dirasakan
adalah terdatanya seluruh petani di Jawa Tengah. Meski baru
sebatas data kepala keluarga petani, data ini sudah bisa
menggambarkan database keluarga petani. Dari kartu tani, kita
bisa melihat jumlah petani, umur petani, lokasi petani, jenis
usaha, luas usaha dan kebutuhan pupuk, baik jumlah, jenis dan
penggunaannya. Kartu tani ini bisa menjadi pusat informasi
mengenai petani
2. Kartu Tani sebagai bukti Profesi. Keberadaan kartu tani
sebagai sebagai penanda profesi petani. Seperti dosen, guru,
pegawai, kartu tani bukti petani memiliki profesi, punya hak
dan kewajiban professional
3. Kartu Tani sebagai alat edukasi. Dengan adanya kartu tani,
penyuluh bisa melakukan edukasi atau kegiatan pembelajaran
(penyuluhan) kepada petani. Beberapa materi penyuluhan,
penyampaian informasi usaha dan bisnis bisa dilakukan oleh
penyuluh guna meningkatkan perilaku petani dalam berusaha.
Penyuluhan bisa dilakukan melalui kartu tani ini sehingga
61
pengetahuan bisa bertambah, sikap bisa berubah dan keahlian
bisa meningkat.
4. Kartu Tani sebagai alat transaksi. Kartu tani bisa digunakan
melakukan transaksi bisnis dan transaksi lainnya. Petani bisa
mengambil uang, membayar pembelian yang dia lakukan.
Kartu tani bisa berfungsi seperti ATM, yang bisa digunakan
untuk mengambil uang, membayar dan mengirim uang.
5. Kartu Tani untuk menyalurkan bantuan kepada
Petani/fasilitasi. Dengan adanya kartu tani ini, pemerintah
bisa memberikan bantuan-bantuan yang diperlukan seperti
subsidi pupuk, subsidi harga, asuransi maupun bantuan sosial
lainnya, dengan akurasi data yang lebih tinggi dibanding
dengan sumber data lainnya
6. Kartu Tani sebagai identitas hukum petani. Begitu mendapat
kartu tani, sebenarnya secara legal formal telah diakui adanya
petani. Petani mendapatkan legalitas formalnya sebagai petani
yang memiliki profesi. Sama seperti pegawai atau karyawan
atau buruh yang memiliki kartu pegawai, petani bisa
mendapatkan pengakuan yang bisa meningkatkan status
hukum petani dengan profesinya. Oleh karena itu,
rekomendasi KP3K adalah menjadikan kartu tani sebagai status
dan identitas hukum petani, sebagai bukti profesinya
7. Kartu Tani sebagai keuangan inklusi dan literasi. Melalui
program kartu tani, penyuluh bisa membantu petani agar
terbiasa dengan berbagai macam sumber pendanaan dan
investasi. Penyuluh bisa membantu Petani bisa mengenal lebih
banyak sumber keuangan dan fasilitas keuangan yang bisa
dimanfaatkan untuk usaha dan dirinya Penyuluh bisa
membantu Petani agar bisa memanfaatkan berbagai macam
sumber keuangan yang murah dan ramah
62
8. Kartu Tani sebagai keuangan inklusi dan literasi. Kartu tani
bisa digunakanuUntuk perlindungan petani, pemerintah bisa
mengeluarkan kebijakan asuransi. Program ini bisa
dipermudah dengan adanya kartu tani, dan menjamin
pemberiannya tidak salah sasaran
9. Kartu Tani sebagai investasi. Dengan kartu tani, penyuluh bisa
mengarahkan petani untuk mulai berinvestasi, baik secara
sendiri, berkelompok maupun bergabung atau joint dengan
pihak lain
Kalau selama ini petani hanya diarahkan untuk
berproduksi, petani bisa dibantu bagaimana caranya berinvestasi.
Bisa berproduksi, bisa memanfaatkan aset, misalnya sewa dan bisa
memiliki saham di perusahaan
Karakteristik Kartu Tani
1. Kartu tani bukan hanya untuk kepala keluarga saja, namun
untuk setiap penduduk yang berprofesi sebagai petani
2. Harusnya dibedakan antar kartu tani sebagai database
petani dan kartu tani sebagai profesi petani. Sebagai
profesi, profesi lain tidak boleh memegang kartu ini.
Namun sebagai database, kartu tani bisa dimiliki oleh
siapapun dengan kriteria tertentu, melakukan kegiatan
usaha dibidang pertanian. Kartu profesi petani ini yang
nantinya digunakan oleh pemerintah untuk membantu
petani dalam usahanya maupun kehidupan sosialnya.
Setiap tahun, data ini terus diupdate.
3. Untuk mendapatkan kartu tani sebagai profesi, harus
melalui uji kelayakan sebagai profesi. Bagi yang lolos, akan
diberikan kartu profesi petani, yang nantinya berhak
mendapatkan bantuan dan layanan dari pemerintah
63
4. Kartu tani akan semakin bermakna tatkala nantinya
digunakan untuk subsidi harga, misalnya kebijakan dua
harga dan harga kompensasi
5. Kartu tani juga bisa dipakai oleh petani untuk mencari
informasi usahanya baik untuk kegiatan produksi maupun
penjualan. Oleh karena itu, kartu tani bisa dilinkan dengan
layanan lain yang bermanfaat bagi petani
Data yang ada di kartu tani harus real time. Oleh karena
itu, perlu ditetapkan orang atau pihak yang harus mengupdate
setiap hari dari data tersebut. Usulan dari KP3K, pihak tersebut
adalah penyuluh yang ada di masing-masing desa. Untuk itu,
setiap penyuluh didesa perlu dibekali untuk melaksanakan tugas
ini.
64
65
ERA NORMAL BARU KOPERASI DI INDONESIA
Sony Heru Priyanto
Ketika didirikan pertama kali, koperasi memiliki cita-cita
mulia yaitu untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, baik untuk
kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan untuk berproduksi.
Koperasi sendiri didefinisikan sebagai lembaga ekonomi yang
melakukan aktivitas secara mandiri atas dasar kebutuhan dan
kepentingan bersama dengan tujuan efisiensi usaha berdasarkan
prinsip-prinsip: keanggotaannya yang terbuka (open membership),
setiap anggota memiliki hak atau suara yang sama, dan usaha
koperasi sebesar-besarnya untuk kepentingan anggota.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kinerja
koperasi di Indonesia telah mampu mencapai idealisasinya sebaga
sokoguru perekonomian Indonesia? Dengan usia lembaga yang
semakin tua, ternyata banyak data yang menunjukkan bahwa
koperasi di Indonesia belum mampu berperan secara signifikan
dalam pengembangan ekonomi dan pengembangan usaha di
Indonesia. Koperasi masih memiliki citranya yang negatif di
masyarakat, pengelolaan usahanya masih kalah jauh dibanding
usaha dalam bentuk non koperasi, manajemenya belum
profesional, dan belum mampu mandiri karena tidak memiliki jiwa
kewirausahaan.
Secara teoritis, koperasi memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki lembaga usaha lainnya, seperti dikemukakan Roger Spear
(2000) dalam artikelnya, "The cooperative advantage." Pertama,
koperasi efektif dalam mengatasi distorsi pasar (market failures),
termasuk krisis ekonomi. Kedua, koperasi merupakan lembaga
usaha yang transparan melalui mekanisme rapat anggotanya.
Ketiga, koperasi memungkinkan anggotanya yang berekonomi
66
lemah untuk juga dapat berusaha. Keempat, koperasi dijamin
kelestariannya karena setiap anggota mempunyai komitmen dan
tanggung jawab yang sama. Kelima, koperasi memiliki keuntungan
dalam memanfaatkan sumber dayanya secara efektif dan efisien.
Keenam, koperasi memiliki kemampuan membangun masyarakat,
khususnya dalam hal penyediakan fasilitas ekonomi dan sosial
yang secara sendiri-sendiri sulit untuk dipenuhi (Siagian, 2002).
Namun, menghadapi lingkungan usaha yang sangat dinamis saat
ini, koperasi tidak bisa hanya mengandalkan pada prinsip-prinsip
dan keunggulan-keunggulannya semata. Pada masa lalu, koperasi
mungkin saja bisa bertahan dengan kelebihannya itu karena
pemerintah sangat mendukung perkembangan koperasi. Namun,
sekarang ini pemerintah mempunyai pekerjaan yang banyak
sehingga tak bisa diandalkan lagi untuk mendorong dan
mengembangkan koperasi. Satu-satunya jalan adalah koperasi
harus mampu mandiri dan mengembangkan bisnisnya secara
independen sehingga mampu bersaing dengan pemain bisnis non
koperasi.
Persoalan
Sebenatnya persoalan utama koperasi di Indonesia adalah
ketidak-percayaan anggotanya sendiri. Kegagalan koperasi
dibanyak tempat salah satunya disebabkan oleh pengelolaan yang
salah oleh pengurus dimana anggota tidak pernah dilibatkan
dalam pengambilan keputusan. Banyak anggota koperasi justru
merasa lebih hemat dan efisien jika berbelanja ditempat lain
seperti Supermarket dan Pasar Swalayan. Bahkan beberapa
anggota malah menginginkan lembaganya dibubarkan saja karena
mereka (anggota) tidak merasakan manfaat apa-apa dari
kehadiran koperasi. Padahal, jika mendasarkan pada diktum
67
pendirian koperasi, koperasi didirikan dari, oleh dan untuk
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan anggota koperasi.
Ketidak-percayaan anggota koperasi pada pengurusnya ini
disebabkan pengurus koperasinya tidak memiliki “trust” dan tidak
mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengelola koperasi.
Sebagian pengurus koperasi tidak memiliki pengetahuan yang
memadai untuk mengelola dan menjalankan bisnis koperasi.
Mereka tidak memiliki dan tidak mampu mengembangkan
jaringan bisnis dengan pihak lain, karena pihak lainpun belum
menaruh kepercayaan yang tinggi pada organisasi koperasi.
Pengurus koperasi juga banyak yang tidak jujur dan transparan
dalam mengelola organisasinya. Mereka juga terjebak dalam
“bisnis yang rutin”, tidak kreatif dan inovatif sehingga kinerja
organisasinya seperti “hidup segan mati tak mau”. Tidak ada
perkembangan yang menggembirakan. Mereka juga tidak memiliki
orietasi bisnis yang jelas, orientasi pasarnya juga jarang yang
memiliki sehingga tidak heran jika koperasi tidak dipercaya,
bahkan oleh anggotanya sendiri. Oleh karena itu, koperasi –
supaya dapat bersaing dengan lembaga lain dan meningkatkan
daya saingnya – perlu melakukan reorientasi peranya dalam
memenuhi kebutuhan anggota dan revitalisasi kegiatan dengan
mendasarkan diri pada resourse based yang dimilikinya.
Apa yang harus dilakukan?
Melihat persoalan diatas, langkah pertama yang harus
dilakukan koperasi adalah melakukan reorientasi peran yaitu
mengembalikan kepercayaan anggotanya dahulu. Brand belief dari
koperasi perlu diperbaiki dan ditingkatkan dengan cara
memperbaiki kinerja organisasi dan kinerja kegiatan bisnisnya.
Oleh karena itu, koperasi perlu mengembalikan jalannya roda
organisasi koperasi kepada anggotanya dan menjalankan koperasi
68
sesui dengan prinsip-prinsip koperasi yang tertuang dalam
Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 pasal 5 dan pasal 17
ayat 1 (Mahkamah Agung telah menganulir Undang-undang (UU)
No 17 Tahun 2012 dan kembali ke UU No. 25 Tahun 1992). Itu
artinya pengelolaan koperasi dikembalikan pada anggotanya sejak
dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengendaliannya.
Upaya ini baik sebagai langkah awal untuk membenahi
organisasi koperasi yang berasaskan kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi. Disamping itu, untuk mengoptimalkan perannya,
langkah tersebut harus segera diikuti oleh langkah lain yaitu
penguatan nilai-nilai yang dimiliki anggota yang selama ini
tersembunyi (hidden value) untuk bersama-sama
mengembangkan koperasi sebagai entitas bisnis yang efisien dan
profesional. Apalagi menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992,
fungsi dan peran koperasi tidak hanya untuk membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya,
namun juga membangun dan mengembangkan masyarakat pada
umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya serta berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
Kemudian dalam demokrasi ekonomi, setiap anggota
memiliki kebebasan untuk memberikan penilaian dan mengambil
keputusan secara individual jika koperasi dinilai tidak produktif
dan efisien serta dikelola secara tidak profesional. Demokrasi
ekonomi yang menjadi dasar pendirian koperasi jika dijalankan
dengan baik akan memandirikan koperasi, melalui efisiensi
pelaksanaan organisasinya.
Agar supaya dipercaya, pengurus koperasi perlu
meningkatkan kapasitas managemennya dalam hal
merencanakan, menjalankan dan mengendalikan kegiatan
bisnisnya. Kegagalan yang sering terjadi adalah pengurus koperasi
69
tidak memiliki arah yang jelas dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Mereka hanya secara rutin menjalankan usahanya,
tidak ada inovasi dan tidak mau mencoba hal-hal yang baru. Oleh
karena itu, peningkatan kapasitas manajemen harus dibarengi
dengan peningkatan kewirausahaan pengurus sehingga terjadi
peningkatan kinerja koperasi.
Menurut Siagian, koperasi perlu juga mengembangkan
Resource-based view Pandangan ini menjelaskan bahwa setiap
lembaga usaha memiliki sumber daya sendiri-sendiri. Misalnya,
koperasi memiliki sumber daya berupa anggota, sumber daya
alam, kemampuan manajemen, kredibilitas (pengakuan), aset,
termasuk juga jaringan kerja. Sumber daya (SD) yang dimaksud
harus benar-benar critical dan valuable dengan menganut prinsip-
prinsip rare, inimitable, dan nonsubstitutable. SD yang rare,
artinya SD tersebut, selain langka atau jarang, unik. Semakin rare
suatu sumber daya bagi koperasi tersebut semakin tinggi
keunggulan kompetitifnya. Melalui sumber daya yang rare ini,
koperasi dapat memunculkan strategi-strategi usaha yang dijamin
tingkat keberhasilannya. SD yang inimitable artinya, koperasi
memiliki SD yang tak tertirukan pesaing-pesaingnya. Kalaupun
para pesaing dapat meniru SD sebuah koperasi yang inimitable,
akan memakan biaya sangat mahal sehingga menjadi tak
ekonomis. SD koperasi yang non-substitutable artinya, SD tersebut
tidak tergantikan atau disubstitusi dengan SD lainnya oleh para
pesaing Koperasi. SD yang tak tergantikan mungkin juga dapat
ditiru tapi hasilnya memiliki nilai yang lebih rendah.
Pengurus perlu memiliki dan mengarahkan koperasi untuk
senantiasa melihat kebutuhan anggota atau konsumen serta
memenuhinya secara konsisten. Misalnya, mengutamakan
kepuasan anggota/pelanggan, mengerti kebutuhan anggota/
pelanggan, menilai kepuasan anggota/pelanggan, memberikan
70
perhatian penuh terhadap pelayanan purna jual, mencari cara
untuk menguntungkan anggota/pelanggan, mengumpulkan
informasi tentang kebutuhan anggota/pelanggan pada masa kini
dan masa datang, memberikan penghargaan kepada manajemen
dan karyawan yang menyajikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan, dan menjadikan pelanggan sebagai referensi utama
dalam meningkatkan pelayanan.
Dalam persaingan yang ketat dewasa ini, koperasi perlu
juga memperluas kegiatannya ke konsumen atau calon pelanggan
lain di luar koperasi. Koperasi-koperasi di Amerika juga telah
melakukan perluasan jangkauan pasarnya di luar anggota untuk
meningkatkan kinerja usahanya. Hanya, anggota yang menjadi
pelanggan utama harus diperhatikan dahulu, baru memperluas ke
non anggota.
Pengurus harus pula mencipatakan aliansi strategis dan
portfolio dengan sesama koperasi maupun dengan pesaing
sekalipun. Koperasi tidak hanya mengamati perilaku pesaing,
untuk memperoleh informasi dan perbandingan, mendistribusikan
informasi perihal keberadaan pesaing kepada
manajemen/karyawan, tanggap terhadap aktivitas pesaing yang
mengancam aktivitas koperasi, secara reguler pihak
manajemen/karyawan mendiskusikan kekuatan dan strategi
pesaing, serta mempertahankan anggota/pelanggan yang sudah
ada atau yang berpotensi menjadi pelanggan agar tidak beralih
kepada pesaingnya, namun jika perlu, koperasi bisa bekerjasama
dengan menciptakan aliansi strategis dan portfolio dengan
pesaingnya. Penggunaan kesepakatan kerjasama dengan pihak
lain dapat membantu melawan ketidakpastian yang mengitarinya.
Kegiatan ini akan memampukan koperasi menggali peluang
dengan mengkombinasikan penambahan asset, pembagian resiko
dan biaya, serta diperolehnya akses pada pengetahuan dan
71
keterampilan yang mengikuti pengorganisasiannya. Koperasi
dapat juga menambah aksesnya pada sumber daya yang kritis
dengan memperluas wilayah jangkauan aliansinya dengan
meningkatkan jumlah dan ragam kesepakatan dalam portofolio
dan membangun bermacam jalur ke sumberdaya tersebut.
Jika memperhatikan perkembangan koperasi di masa
mendatang, maka upaya-upaya diatas haru dilakukan oleh
koperasi jika ingin tetap menjadi soko guru perekonimian di
Indonesia. Kehadiran teknologi informasi 4.0 bisa bisa menjadi
salah satu sumber inovasi pengembangan kelembagaan dan
usahanya. Kalau tidak, penulis khawatir hari lahir koperasi tidak
akan diperingati lagi karena sudah bubar. Semoga tidak.
72
73
REPOSISI DAN REAKTUALISASI KOPERASI INDONESIA
Sony Heru Priyanto
Setelah reformasi ekonomi tahun 1998 dan otonomi
daerah, koperasi menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dan pengembangan usahanya. Dalam kerangka yang
demikian ini, koperasi mendapatkan banyak bantuan kredit
program dari pemerintah karena sektor perbankan – yang pada
waktu itu banyak dapat kucuran dana – tak mampu menjadi soko
guru perekonomian Indonesia. Dengan situasi yang demikian ini,
koperasi lambat laun menjadi lembaga yang diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat. Seperti diketahui, saat ini,
koperasi simpan pinjam banyak tumbuh di masyarakat karena
pada umumnya ada kebutuhan masyarakat akan dana cepat dan
mudah, disamping memang ada bantuan dari pemerintah.
Dukungan kuat program pemerintah ini telah berjalan
dalam waktu lama, dan ternyata koperasi tidak mudah ke luar dari
kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan
terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan,
maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru
bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KSP.
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih
cukup besar harapan kita kepada koperasi. Koperasi sebenarnya
sesuai dengan struktur usaha masyarakat. Memasuki tahun 2020
posisi koperasi Indonesia masih didominasi oleh koperasi kredit
yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset
koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan
program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi
atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Yang cukup
menggembirakan, akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar
74
perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa
dengan pangsa sekitar 31%. Walaupun program pemerintah cukup
gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian
koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi
yang ada. Pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya
kemandirian koperasi (Soetrisno, 2003).
Dlihat dari organisasinya, struktur organisasi koperasi
Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga kemasyarakatan
yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah
menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam
membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi instrumen
eksploitasi sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini
dimasa datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi
bisnis yang berkembang dengan globalisasi.
Pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya Inpres 18/1998
membuat peluang pendirian koperasi menjadi semakin besar.
Orang bebas mendirikan koperasi pada basis pengembangan dan
pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian koperasi.
Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada
penjenisan koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau
insentif terhadap koperasi. Keadaan ini menimbulkan kesulitan
pada pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan usaha
koperasi kearah penyatuan vertikal maupun horisontal.
Pentingnya Koperasi
Koperasi menempati kedudukan yang sangat penting
dalam peta pemikiran ekonomi Bung Hatta. Sebagaimana
diketahui, sebagai Bapak Koperasi Indonesia, Bung Hatta tidak
hanya memandang koperasi sebagai bangun perusahaan yang
ideal pada dataran mikro, tetapi sekaligus memandangnya sebagai
sumber inspirasi dalam mengembangkan sistem perekonomian
75
Indonesia pada dataran makro. Pertanyaan yang kemudian
muncul setelah lebih dari 59 tahun dicanangkan, apakah kinerja
koperasi di Indonesia sudah mampu menjadi organisasi sepeti
yang dicitakan Bung Hatta?
Banyak data yang menunjukkan bahwa koperasi di
Indonesia belum mampu berperan secara signifikan dalam
pengembangan ekonomi dan pengembangan usaha di Indonesia.
Koperasi masih memiliki citra yang negatif di masyarakat,
pengelolaan usahanya masih kalah jauh dibanding usaha dalam
bentuk non koperasi, manajemenya belum profesional, dan belum
mampu mandiri dan pada umumnya masih tergantung dari
bantuan pemerintah.
Secara teoritis, koperasi memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki lembaga usaha lainnya, seperti dikemukakan Roger Spear
(2000) dalam artikelnya, "The cooperative advantage." Pertama,
koperasi efektif dalam mengatasi distorsi pasar (market failures),
termasuk krisis ekonomi. Kedua, koperasi merupakan lembaga
usaha yang transparan melalui mekanisme rapat anggotanya.
Ketiga, koperasi memungkinkan anggotanya yang berekonomi
lemah untuk juga dapat berusaha. Keempat, koperasi dijamin
kelestariannya karena setiap anggota mempunyai komitmen dan
tanggung jawab yang sama. Kelima, koperasi memiliki keuntungan
dalam memanfaatkan sumber dayanya secara efektif dan efisien.
Keenam, koperasi memiliki kemampuan membangun masyarakat,
khususnya dalam hal penyediakan fasilitas ekonomi dan sosial
yang secara sendiri-sendiri sulit untuk dipenuhi (Siagian, 2002).
Namun, menghadapi lingkungan usaha yang sangat
dinamis saat ini, koperasi tidak bisa hanya mengandalkan pada
prinsip-prinsip dan keunggulan-keunggulannya semata. Pada masa
lalu, koperasi mungkin saja bisa bertahan dengan kelebihannya itu
karena pemerintah sangat mendukung perkembangan koperasi.
76
Namun, sekarang ini pemerintah mempunyai pekerjaan yang
banyak sehingga tak bisa diandalkan lagi untuk mendorong dan
mengembangkan koperasi. Satu-satunya jalan adalah koperasi
harus mampu mandiri dan mengembangkan bisnisnya secara
independen sehingga mampu bersaing dengan pemain bisnis non
koperasi.
Reposisi dan Reaktualisasi Koperasi
Bila dicermati perkembangan koperasi Indonesia dalam
tiga dekade belakangan ini, boleh dikatakan tidak ada satu
koperasi pun yang menjadikan tekad untuk mewujudkan
masyarakat tanpa kelas yang demokratik dan egaliter itu sebagai
acuan moralnya. Oleh karena itu koperasi perlu diposisikan
kembali menjadi koperasi yang mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya dan mampu menjadi sokoguru perekonomian
Indonesia.
Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengembalikan
posisinya ini. Pertama, koperasi perlu dikembalikan pada
kedaulatan anggotanya. koperasi perlu mengembalikan jalannya
roda organisasi koperasi kepada anggotanya dan menjalankan
koperasi sesui dengan prinsip-prinsip koperasi yang tertuang
dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 pasal 5 dan
pasal 17 ayat 1. Itu artinya pengelolaan koperasi dikembalikan
pada anggotanya sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan pengendaliannya.
Kondisi inilah yang menyebabkan koperasi belum sesuai
yang dicitakan Bung Hatta. Disamping itu, koperasi belum berhasil
dalam membangun dan meningkatkan kinerja ekonomi Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan koperasi dibanyak
tempat salah satunya disebabkan oleh pengelolaan yang salah
oleh pengurus dimana anggota tidak pernah dilibatkan dalam
77
pengambilan keputusan. Banyak anggota koperasi justru merasa
lebih hemat dan efisien jika berbelanja ditempat lain seperti
Supermarket dan Pasar Swalayan. Bahkan beberapa anggota
malah menginginkan lembaganya dibubarkan saja.
Fenomena ini tidak akan terjadi jikalau para anggota
koperasi termasuk pengurusnya mengerti benar untuk apa
koperasi didirikan dan bagaimana mengelolanya. Berkaitan
dengan hal itulah, perlu upaya untuk mengembalikan jalannya
roda organisasi koperasi kepada anggotanya dan menjalankan
koperasi sesui dengan prinsip-prinsip koperasi yang tertuang
dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 pasal 5 dan
pasal 17 ayat 1. Itu artinya pengelolaan koperasi dikembalikan
pada anggotanya sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan pengendaliannya.
Kemudian dalam demokrasi ekonomi, setiap anggota
memiliki kebebasan untuk memberikan penilaian dan mengambil
keputusan secara individual jika koperasi dinilai tidak produktif
dan efisien serta dikelola secara tidak profesional. Demokrasi
ekonomi yang menjadi dasar pendirian koperasi jika dijalankan
dengan baik akan memandirikan koperasi, melalui efisiensi
pelaksanaan organisasinya.
Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi
(co-operative identity) yang antara lain dicitrakan oleh
pengetahuan mereka terhadap ‘tigaserangkai’ koperasi, yaitu
pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi
( values ofco-operative) dan prinsip-prinsip gerakan koperasi
(principles of co-operative) perlu terus ditingkatkan. Pemahaman
ini akan membawa posisi baru koperasi bagi anggotanya
(International Co-operative Information Centre, 1996).
Pemahaman akan jati diri koperasi merupakan entry point dan
78
sekaligus juga crucial point dalam mengimplementasikan jati diri
tersebut pada segala aktivitas koperasi (Mulyo, 2004).
Untuk meningkatkan posisi koperasi pada anggotanya,
pengurus perlu memiliki dan mengarahkan koperasi untuk
senantiasa melihat kebutuhan anggota atau konsumen serta
memenuhinya secara konsisten. Pengurus koperasi perlu
menerapkan prinsip stick to the member. Misalnya,
mengutamakan kepuasan anggota/pelanggan, mengerti
kebutuhan anggota/pelanggan, menilai kepuasan
anggota/pelanggan, memberikan perhatian penuh terhadap
pelayanan purna jual, mencari cara untuk menguntungkan
anggota/pelanggan, mengumpulkan informasi tentang kebutuhan
anggota/pelanggan pada masa kini dan masa datang, memberikan
penghargaan kepada manajemen dan karyawan yang menyajikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan, dan menjadikan pelanggan
sebagai referensi utama dalam meningkatkan pelayanan.
Menurut Mulyo (2004), dalam menjalankan usahanya,
pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi kebutuhan
kolektif anggotanya (collective need of the member) dan
memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk menemukan
kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik.
Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat
dimungkinkan kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda.
Misalnya di suatu kawasan sentra produksi komoditas pertanian
(buah-buahan) bisa saja didirikan koperasi. Kehadiran lembaga
koperasi yang didirikan oleh dan untuk anggota akan
memperlancar proses produksinya, misalnya dengan menyediakan
input produksi, memberikan bimbingan teknis produksi,
pembukuan usaha, pengemasan dan pemasaran produk.
79
Kegagalan koperasi dalam mengembangkan usahanya
tidak terlepas dari tidak adanya kepercayaan dari anggotanya
sendiri terhadap pola dan sistem yang dijalankan pengurus
koperasi. Mereka pada umumnya kecewa terhadap koperasi
karena koperasi yang didirikan tidak mensejahterakan anggotanya.
Harga lebih mahal, tidak cepat dan tepat, tidak transparan dan
tidak stick to customer dalam hal ini adalah anggotanya. Artinya
atribut pelayanan yang ditawarkan kepada anggotanya masih
kalah baik dari pesaing-pesaing koperasi walaupun dikelola secara
perorangan. Anggota melihat bahwa yang banyak diuntungkan
oleh berdirinya koperasi adalah pengurusnya saja, tidak
anggotanya. Oleh karena itu, pengurus koperasi perlu
meningkatkan kapasitas manajemennya agar mampu
merencanakan kebutuhan anggotanya, memenuhinya dan
melakukan evaluasi untuk memperbaiki pelayanan koperasi pada
anggotanya.
Koperasi, sebagian besar masih dijalankan kalau ada
dorongan dari faktor luar atau kalau ada bantuan dari pemerintah
dan pihak lain. Mereka masih terpola dengan pengelolaan top
down bertahun-tahun sehingga tidak mandiri dan sangat
tergantung (Sri Edi Swasono, 2002). Oleh karena itu, koperasi
harus diupayakan menjadi entrepreneurial institution dengan cara
meningkatkan entrepreneurship pengurus dan anggotanya.
Langkah ini bisa memposisikan koperasi menjadi lembaga
independen, mandiri dan kreatif dalam menjalankan bisnisnya
seperti koperasi di Belanda, Jepang, Jerman dan Amerika Serikat.
Upaya ini bisa dilakukan dengan meningkatkan training and
education, experience dan mentoring pengurusnya.
Pengembangan empat hal-hal diatas terasa penting manakala
koperasi diposisikan sebagai entitas bisnis biasa yang disandingan
dengan pemain bisnis lainnya.
80
Selain upaya-upaya diatas, untuk melakukan reposisi dan
reaktualisasi koperasi, perlu dilakukan langkah-langkah seperti
mendorong koperasi menjadi koperasi usaha tunggal (single
purpose dengan multicommodity merupakan upaya untuk menuju
efisiensi biaya rendah. Koperasi tunggal usaha seperti koperasi
pertanian, koperasi peternakan telah terbukti lebih efisien karena
memusatkan kepada usaha tertentu. Fokus usaha kepada usaha
inti atau core business yang layak dan kuat, yaitu misalnya
memusatkan usaha koperasi kepada pemenuhan kebutuhan
anggota yang relatif belum dapat dipenuhi dengan baik dari pasar
dengan menciptakan pelayanan yang istimewa kepada anggota.
Dengan memiliki core business yang demikian usaha koperasi akan
terhindar dari persaingan yang keras.
Menurut Wirasasmita (2005), Koperasi perlu di merger.
Kebijakan merger/amalgamasi adalah untuk mencapai skala
ekonomis sehingga tercapai ukuran minimum yang efisien
(minimum efficient size) dengan merger atau amalgamasi akan
terhindar dari duplikasi baik peran maupun jenis-jenis koperasi.
Amalgamasi selain menciptakan skala ekonomi (internal
economies) juga memperkuat posisi tawar (bargaining position)
dalam berhadapan dengan perusahaan-perusahaan lain.