YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript

CASE REPORTA. IDENTITAS Nama: BP. S Umur: 29 tahunJenis Kelamin: Laki-laki Pekerjaan: Serabutan Alamat: Dawung x/x Gebyog MojogedangAgama: IslamNo RM: 3114xx MRS : 7 Juli 2014 Tanggal Pemeriksaan : 10 Juli 2014 B. ANAMNESISa. Keluhan UtamaSariwan tidak sembuh-sembuhb. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan sariawan tidak sembuh-sembuh yang dirasakan 3 bulan ini, sariwan menyebar mengenai hampir seluruh daerah mulut, lidah dan gusi, sakit (+). Sudah diberi obat tapi tidak ada perubahan.Pasien juga mengeluh batuk berdahak 3 bulan ini, dahak berwarna keningan, demam (+) yang hilang timbul, nafsu makan dan minum menurun, berat badan turun, lemes(+), dan pusing (+) 6 hari ini. BAB dan BAK dalam batas normal.c. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Sakit Serupa: disangkalRiwayat Diabetes Melitus: disangkalRiwayat Hipertensi: disangkalRiwayat alergi obat: disangkald. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat penyakit serupa: disangkalRiwayat Diabetes Melitus: disangkalRiwayat Hipertensi: disangkalRiwayat alergi obat : disangkale. Riwayat KebiasaanPasien kerja serabutan, senang memakai tato riwayat minum alkohol(+). C. ANAMNESIS SISTEMSistem CerebrospinalGelisah (-), Lemah (+), Demam (-)

Sistem CardiovascularAkral hangat (+), Sianosis (-), Anemis (-), Deg-degan (-)

Sistem RespiratoriusBatuk berdahak (+), Sesak Napas (-)

Sistem GenitourinariusBAK sulit (-), sedikit (-), nyeri saat BAK (-)

Sistem GastrointestinalNyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAB sulit (+)

Sistem MusculosceletalBadan terasa lemes (+), atrofi otot (-), badan pegel(-)

Sistem IntegumentumPerubahan warna kulit(-), Sikatriks (-)

D. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis Keadaan Umum: Cukup Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6 Vital Sign: Tekanan Darah: 110/70 Nadi: 88 x/menit Respirasi: 16 x/menit Suhu: 37,3oC Kepala: Normocephal, Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Sianosis (-), Pupil Isokor 3mm, Reflek Cahaya (+/+) Leher: Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea(-), massa(-), JVP, Pembesaran, Kelenjar Limfe (-) ThoraxParuHasil pemeriksaan

InspeksiDada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan gerak, retraksi intercostae (-)

PalpasiFremitus dada kanan dan kiri sama, krepitasi (-)

PerkusiSonor di paru kanan dan kiri

AuskultasiTerdengar suara dasar vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

JantungHasil pemeriksaan

InspeksiDinding dada pada daerah pada daerah pericordium tidak cembung/cekung, tidak ada memar maupun sianosis, ictus cordis tidak tampak

PalpasiIctus Cordis tidak kuat angkat

PerkusiBatas Jantung :Batas Kiri Jantung ^ Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis sinistra.^ Bawah : SIC Vl linea midclavicula sinistra.Batas Kanan Jantung^ Atas : SIC II linea parasternalis dextra^ Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

AuskultasiBJ I/II murni regular, bising (-), gallop (-)

AbdomenAbdomenHasil pemeriksaan

InspeksiPermukaan dinding perut lebih tinggi dibandingkan dada, Ascites (-), Distended (-), sikatriks (-)

AuskultasiSuara peristaltik (normal), Suara tambahan (-)

PalpasiNyeri tekan (-), Hepatomegali(-), hepar teraba dengan permukaan berbenjol-benjol, pinggir tumpul, konsistensi keras, nyeri tekan, ginjal tidak teraba, defans muskular (-)

Perkusi Suara pekak(-), Nyeri ketok costovertebrae (-)

Ekstremitas : Clubbing finger (-), palmar eritema (-), pitting oedem (-) di ekstremitas inferiorEkstremitas Superior DextraAkral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Superior SinistraAkral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Inferior DextraAkral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Inferior SinistraAkral Hangat (+), Edema (-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium Tanggal 6 Juli 2014PemeriksaanAngkaSatuanNilai Normal

Hemoglobin9,5 gr/dlLk : 13,0 16,0Pr : 12,0 14,0

Eritrosit3,38 106ulLk : 4.5 5,5Pr : 4,0 5,0

Hematokrit27,0 %Lk : 40 48Pr : 37 43

MCV79,7 Pf82 92

MCH28,1Pg27 -31

MCHC35,2%32 36

Leukosit11,3103ul5,0 10,0

Trombosit191103ul150 400

Eosinofil0,8%1 3

Basofil0,2 %0 1

Netrofil Batang- %2 6

Netrofil Segmen- %50 70

Limfosit3%20 40

Monosit5,5 %2 8

Sputum BTANegatifNegatifNegatif

Pemeriksaan RO Thorax 10 Juli 2014

Kesan: TB paru kanan (bercak berawan)

RESUMEPasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan sariawan tidak sembuh-sembuh yang dirasakan 3 bulan ini, sariwan menyebar mengenai hampir seluruh daerah mulut, lidah dan gusi, sakit (+). Sudah diberi obat tapi tidak ada perubahan.Pasien juga mengeluh batuk berdahak 3 bulan ini, dahak berwarna keningan, demam (+) yang hilang timbul, nafsu makan dan minum menurun, berat badan turun, lemes(+), dan pusing (+) 6 hari ini. BAB dan BAK dalam batas normal.F. DIAGNOSIS KERJAHIV dengan TB Paru dan Candidiasis Oral G. PENATALAKSANAAN Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml OAT AVR FOLLOW UP8/7/201406.00WIBS/Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan sariawan tidak sembuh-sembuh yang dirasakan 3 bulan ini, sariwan menyebar mengenai hampir seluruh daerah mulut, lidah dan gusi, sakit (+). Sudah diberi obat tapi tidak ada perubahan.Pasien juga mengeluh batuk berdahak 3 bulan ini, dahak berwarna keningan, demam (+) yang hilang timbul, nafsu makan dan minum menurun, berat badan turun, lemes(+), dan pusing (+) 6 hari ini. BAB dan BAK dalam batas normal.O/T = 120/90 N= 90x/menitS = 36,5 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)

A/Susp. B20

P/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml

S/Pasien dengan keluhan sariawan(+), batuk berdahak(+), pusing(+), mual/muntah(-), BAB/BAK dbn.O/T = 120/90 N= 90x/menitS = 36,5 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)

A/Susp. B20P/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml

10/72-14S/Pasien dengan keluhan sariawan(+), batuk berdahak(+), gembrebeg(+), mual+), muntah (-), ma/mi , BAB/BAK dbnO/T = 110/70 N= 88x/menitS = 37,3 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)A/Susp. B20P/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml

11/7/2014S/Pasien dengan keluhan sariawan(+), batuk berdahak(+), gembrebeg(-), mual+), muntah (-), ma/mi , BAB dbn BAK tidak bisa ditahan/urgensiO/T = 120/70 N= 82x/menitS = 36,5 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)A/HIV dengan TB Paru dan Candidiasis OralP/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml OAT AVR

12/7/2014S/Pasien dengan keluhan sariawan(+), batuk berdahak(+), gembrebeg(-), panas naik turun(+), mual(-), muntah (-), ma/mi , BAB sulit, BAK tidak bisa ditahan/urgensi.O/T = 110/70 N= 88x/menitS = 36,0 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)A/HIV dengan TB Paru dan Candidiasis OralP/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml OAT AVR

13/7/2014S/Pasien dengan keluhan sariawan(+), batuk berdahak(+), gembrebeg(-), panas naik turun(+), mual(-), muntah (-), ma/mi , BAB sulit, BAK tidak bisa ditahan/urgensi.O/T = 110/70 N= 88x/menitS = 36,0 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)A/HIV dengan TB Paru dan Candidiasis OralP/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml OAT AVR

14/7/2014S/Pasien dengan keluhan sariawan(+) tapi sudah berkurang, batuk berdahak(+), gembrebeg(-), panas naik turun(+), mual(-), muntah (-), ma/mi , BAB sulit, BAK dbn.O/T = 100/70 N= 84x/menitS = 37,0 RR = 16x/menitKU = Cukup KS=CMK/L = CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) C= BJ I/II murni reg, bising (-), gallop (-)Abd = dbnEks = Akral hangat, oedem (-)A/HIV dengan TB Paru dan Candidiasis OralP/ Inf. RL 20 tpm Inj. Pragesol 1 A/8 jam Inj. Ranitidin 1A/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Candistatin drop 4x2 ml OAT AVR

TINJAUAN PUSTAKAHIV dengan TB Paru dan Candidiasis OralA. PendahuluanMasalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam dunia, saat ini angka kematian akibat HIV cukup tinggi ditambah infeksi oportunistik dan komplikasinya yang memperburuk prognosis penyakit ini (Anindita, Dhian Lubis, 2009). Menurut WHO, diperkirakan jumlah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) diseluruh dunia pada Desember 2004 sudah mencapai 35,9-44,3 juta orang. HIV menyebabkan krisis multidimensi dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009).B. DefinisiAIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV yang termasuk famili retroviridae. AIDS (Acquired Immunodefcsiency Syndrome) merupakan tahap akhir dari infeksi HIV ((Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (Anonim, 2010).HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Anonim, 2010).C. EpidemiologiKasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat. Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009). D. EtiologiAIDS disebabkan oleh virus HIV. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Anonim, 2010).E. PatogenesisHIV ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009).Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang kemudian membelah menjadi bagian 120-kD(eksternal) dan 41-kD (transmembranosa). Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang berikatan dengan CD4 dan mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dangan sel target. Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009).Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis harian (Anonim,2010).Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi. Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit.F. PatofisiologiDalam tubuh odha, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali orang terkena HIV maka seumur hidup dia akan menderita HIV, sebgaian dapat berkembang menjadi AIDS dalam 3 tahun pertama setelah infeksi, 50% berkembang menjadi AIDS dalam 10 tahun dan dalam 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit ini menunjukkan gambaran penyakit kronis sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009).Infeksi HIV tidak langsung menimbulakan gejala, sebagian memperlihatkan gejala yang tidak khas pada infeksi akut HIV 3-6 minggu setelah infeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri telan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setalah infeksi akut maka akan berlanjut menjadi fase asimtomatik yang umumnya dapat berlangsung 8-10 tahun. Tapi pada sebagian orang fase ini hanya berlangsung selama 2 tahun tetapi ada juga yang berlangsung lambat (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009).Seiring dengan memburuknya sistem kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan yang turun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, fiare, tuberkulosis, infeksi jamur, jherpes, dll. Tanpa pengobatan ARV, sistem kekebalan tubuh odha akan memburuk dan menunjukkan gejala yang makin berat dan pada saat ini odha akan masuk kedalam fase AIDS. Perjalanan penyakit akan lebih progresif pada odha dengan penggunaan narkotika (Djoerban, zubairi dan samsuridjal Djauzi, 2009).

G. PenularanHIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Anonim, 2010).Penularan dengamn cara lain adalah sebagai berikut:1. Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. 2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV. 3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan. 4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan. 5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV 6. Penularan dari ibu ke anak 7. Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI. 8. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium. Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:1. Kontak fisik, Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

2. Memakai milik penderita3. Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. 4. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya. 5. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.H. Mnifestasi KlinisMenurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):Gejala mayor: Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis Demensia/ HIV ensefalopatGejala minor: Batuk menetap lebih dari 1 bulan Dermatitis generalisata Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang Kandidias orofaringeal Herpes simpleks kronis progresif Limfadenopati generalisata Retinitis virus Sitomegalo Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.Fase lanjutPenderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. I. PenatalaksanaanPemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang (Djauzi dan Djoerban,2006).Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer.Pengobatan odha dewasa dengan antiretroviral terbagi dalam dua kelompok yaitu:a. Regimen ARV Lini Pertama Golongan Nucleoside RTI (NRTI) : Abacavir, didanosine, lamivudine, stavudin,dan zidovudine Golongan Nucleotide RTI : tenovofir Golongan Non Nucleside RTI (NNRTI) : efaviresz, nevirapine Protease Inhibitor : indinavir, lopinavir, nelvirapir, saquinafir, ritonavir Kombinasi pilihan : 2 NRTI + 1 NNRTI, Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine, Zidovudine + Lamivudine + Efavirenz, Stavudine + Lamivudine + Nevirapine, Stavudine + Lamivudine + Efavirenz.b. Regimen ARV Lini KeduaMerupakan alternatif pengobatan apabila yang pertama gagal yaitu mengganti zidovudine atau stavudine dengan tenofovir atau abacavir, lamivudine dengan didanosine,Nevirapine atau efavirenz dengan lopinavir atau saquimavir.J. PencegahanMenurut Muninjaya (1998), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah Puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks, Setia (S) pada pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak berganti-ganti pasangan seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan PSK (Anonim, 2009).Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai bentuk rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri (Muninjaya, 1998).Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat melakukan tindakan yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak adanya obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi.Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat mengandung maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV +. Bayi yang tidak diberi ASI beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi. Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat pengobatan.Bagi pengguna obat-obat terlarang dengan memakai suntik, resiko penularan akan meningkat. Oleh karena itu perlu mendapat pengetahuan mengenai beberapa tindakan pencegahan. Pusat rehabilitasi obat dapat dimanfaatkan untuk menghentikan penggunaan obat tersebut.Bagi petugas kesehatan, alat-alat yang dianjurkan untuk digunakan sebagai pencegah antara lain sarung tangan, baju pelindung, jas laboratorium, pelindung muka atau masker, dan pelindung mata. Pilihan alat tersebut sesuai dengan kebutuhan aktivitas pekerjaan yang dilakukan tenaga kesehatan ini (Anindita, Dhian Lubis, 2009).K. TB Paru pada penderita HIVPada pasien dengan HIV yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, akan mudah untuk mengalami infeksi oportunistik yaitu infeksi yang berasal dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh yang dal;am kondisi normal dapat diatasi oleh imun tubuh yang normal, biasanya terjadi pada odha dengan CD4 < 200/mm3. TB paru merupakan infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada odha di Indonesia. Infeksi HIV mempermudah terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis. TB paru juga masih merupakan penyebab kematian tersering pada odha ini (Anindita, Dhian Lubis, 2009).Gejala TB paru yang muncul pada odha kadang tidak khas, karena dipengaruhi oleh tingkat imonudefisiensinya. Untuk menegakkan diagnosis TB paru perlu dilakukan periksaan sputum BTA dan RO thorax PA. Gambaran TB paru pada penderita HIV dengan kadar CD4 > 350/mm3 tidak berbeda dengan pasien non HIV yaitu adanya infiltrat pada lobus atas paru, kavitas atau efusi pleura, sedangkan gambaran TB paru pada penderita HIV lanjut dapat dijumpai limfadenopati mediastinum, infiltrat di lobus kanan, bawah, intersisial, dan infiltrat millier. 7-14% TB paru pada odha menunjukkan tidak ada kelainan radiologi. Penyebaran bronkopulmoner dan penebalan pleura lebih jarang terjadi pada pasien HIV dibandingkan non HIV ini (Anindita, Dhian Lubis, 2009).Untuk pencegahan TB paru pada odha perlu dilakukan pemeriksaan Latent Tuberculosis Infection (LTBI) dan jika terbukti positif perlu dilakukan pengobatan. Regimen OAT yang digunakan tidak berbeda dengan TB non HIV hanya saja efek samping pengobtan OAT ini lebih sering terjadi pada penderita TB dengan HIV. Sebaiknya OAT tidak diberikan bersamaan dengan ARV untuk mengurangi interaksi obat, ketidakpatuhan meminum obat dan reaksi paradoks. Kombinasi yang dianjurkan adalah kombinasi efavirenz, yaitu rifampisin dan nevirapin sama-sama menginduksi sitokrom P450 sehingga akan menurunkan konsentrasi nevirapin dalam darah ini (Anindita, Dhian Lubis, 2009).L. Candidiasis Oral Pada penderita HIVMakin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA (orang dengan HIV/AIDS) menderita infeksi oportunistik yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit serius pada orang sehat. Hasil penelitian di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan bahwa infeksi oportunistik yang tersering adalah kandidiasis orofaringeal sebesar 80,8 %. Sedangkan hasil penelitian di klinik Pusyansus RSUP H Adam Malik Medan sebesar 66,1%. Dari hasil penelitian Vasquez di Henry Ford Hospital USA didapatkan lebih dari 90% pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang didapatkan pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik kandidiasis orofaringeal sebesar 79%.Kandidiasis orofaringeal adalah infeksi oportunistik mukosa yang dalam banyak kasus disebabkan oleh jamur Candida albicans, tetapi dapat pula disebabkan oleh spesies lain seperti Candida glabrata, Candida tropicalis, dan Candida krusei. Pada penelitian Egusa, dkk dilaporkan bahwa pasien HIV dengan kandidiasis orofaringeal memiliki resiko 2,5 kali lebih progresif menjadi AIDS daripada pasien HIV tanpa kandidiasis orofaringeal. Telah ada penelitian mengenai karakteristik pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal di Pokdisus HIV/AIDS Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang dilakukan pada tahun 2008 (Anggita, Innes. 2011).

KESIMPULANHIV (Human immunodefisiency Virus) adalah penyakit atau infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh, termasuk famili retroviridae dan termasuk virus RNA. Virus ini menyerang sel CD4 dan sel limfosit T. Sekali pasien terinfeksi seumur hidup akan tetap mengidap HIV, yang lama kelamaan akan menyebabkan imunokompremise dan akhirnya pasien akan mudah terinfeki oleh infeksi oportunistik. Yang paling sering adalah infeksi oleh kuman M. tuberkulosis dan Candida albican. Dimana hal ini akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas pasien HIV.Gejala TB paru pada penderita HIV agak berbeda dengan TB non HIV karena gejalanya tidak khas, oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis TB HIV perlu dilakukan pemerikasaan sputum BTA dan RO torak PA. Karena TB merupakan salah satu penyebab kematian pada penderita HIV perlu pencegahan dan deteksi dini TB pada penderita HIV yaitu dengan memeriksa LTBI, dan jika terbukti positif perlu dilkakukan terapi yang adekuat. Regimen terpai OAT yang dipakai sama dengan TB paru non HIV, hanya saja pada penderita HIV efek samping dari pengobatan OAT lebih sering terjadi. Kandidiasis oral pada pasien HIV manifestasi klinis nya lebih berat dan lebih luas. Biasanya pasien mengeluh sariwan lama dan tidak sembuh-sembuh.Pada kasus ini, pasien kemungkinan menderita HIV melaui tato di badannya, dan saat ini usianya sudah 29 tahun kemungkinan dia terpapar oleh HIV diusia 20 tahun an mengingat masa laten klinis dari HIV sekitar 10 tahun. Pasien datang dengan keluhan sariawan lama dan tidak sembuh-sembuh. Keluhan ini berkaitan dengan HIV nya dimana telah terjadi imunokompremise sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi oportunistik. Pada followup ternyata pasien juga menderita TB paru. Hal ini juga dipengaruhi oleh imunnya yang turun.

DAFTAR PUSTAKA

Anggita, Innes. 2011. http://eprints.undip.ac.id/33313/1/Ines_Angita.pdf. diakses pada tanggal 29 Juli 2014 jam 14.00 WIB.Anindita, Dhian Lubis, 2009. http://ikaapda.com/resources/PTI/Reading-Assigment/Infeksi-Oportunistik-Paru-pada-Penderita-HIV.pdf. diakses pada tanggal 29 Juli 2014 jam 11.00 WIBAnonim. 2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26585/5/Chapter%20I.pdf. diakses pada tanggal 29 Juli 2014 jam 11.30 WIBDjoerban, zubairi dan Samsuridjal Djauzi, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing:Jakarta.

PR dari dr. Nur Hidayat Sp.PD1. Sebutkan faktor risiko dari HIV! Ibu hamil20-50%, dapat secara intrauterin, intrapartum dan post partum(ASI) Jarum suntik5-10%, pengguna narkotika suntik Transfusi darah 3-5% Hubungan seksual70-80%, khususnya hubungan seksual bebas dan berganti-ganti pasangan Hubungan seks tidak aman/tanpa kondom Penggunaan jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril secara bergantian Tindakan medis yang memakai peralatan yang tidak steril, misalnya, peralatan dokter gigi Penerimaan transfusi darah yang mengandung HIV Ibu HIV-positif pada bayinya, waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau menyusui2. Kapan ARV diberikan pada pasien HIV! Dengan atau ada pemeriksaan CD4 Stadium IV tanpa melihat jumlah CD4 Stadium III dengan jumlah CD4


Related Documents