YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Buku Petunjuk Praktikum
Page 2: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

1

1

Tata Tertib Laboratorium

1. Mahasiswa harus hadir di laboratorium kimia organik tepat waktu dan

mengambil tempat yang sudah disediakan sesuai dengan kelompoknya

masing-masing. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 20 menit setelah

praktikum dimulai tanpa ada alasan yang dapat diterima, tidak

diperkenankan mengikuti praktikum.

2. Jas praktikum harus dipakai selama berada dalam laboratorium.

3. Pada waktu presensi, mahasiswa harus menyerahkan laporan resmi

praktikum sebelumnya. Laporan resmi dibuat satu buah setiap kelompok.

4. Sebelum praktikum dimulai, diadakan diskusi di laboratorium tentang

materi/mata praktikum yang akan dipraktikumkan pada hari tersebut,

dimana salah satu kelompok akan mempresentasikan sesuai pembagian

jadwal yang telah ditentukan.

5. Data praktikum yang diperoleh dicatat pada lembar laporan sementara dan

dimintakan tanda tangan asisten/dosen jaga dengan memperlihatkan produk

hasil praktikum.

6. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang tidak dapat

diterima tidak akan diberi kesempatan untuk mengulang.

7. Kecuali dengan alasan yang kuat, mahasiswa hanya diperbolehkan inhal

sebanyak-banyaknya 2 (dua) mata praktikum. Bila inhal lebih dari itu,

mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan gagal mengikuti praktikum.

8. Mahasiswa dilarang makan, minum, merokok, dan bersolek di dalam

laboratorium.

9. Semua mahasiswa harus menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan

selama menjalankan praktikum.

~Pengelola Praktikum Kimia Organik~

Page 3: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

2

2

Arahan Keselamatan Kerja Di Dalam Laboratorium

Untuk memperoleh keadaan yang selamat di dalam laboratorium dan untuk

menghindari terjadinya kecelakaan, kita perlu berhati-hati jika menggunakan bahan-

bahan kimia dan alat-alat laboratorium. Banyak pelarut organik (eter, benzene,

petroleum eter, etanol, dan lain-lain) bersifat mudah terbakar. Pelarut-pelarut

tersebut harus digunakan secara hati-hati. Kerja-kerja utama yang melibatkan

pelarut organik di dalam laboratorium adalah: Destilasi, rekristalisasi, ekstraksi.

Jika melakukan kerja-kerja tersebut, langka-langkah keselamatan berikut ini

harus dipatuhi guna menghindari kecelakaan.

1. Bila menggunakan bahan organik yang mudah menguap dan terbakar seperti

eter, aseton, benzene, dan lain-lain, juga percobaan yang melibatkan bau busuk

atau asap beracun harus dilakukan di almari asam.

2. Jangan lakukan pemanasan bahan yang mudah menyala dengan api secara

langsung.

3. Pastikan keadaan sekeliling aman jika hendak menggunakan api. Api harus

dipadamkan jika tidak diperlukan.

4. Gunakan batu didih bila mendidihkan cairan. Jangan menambah/memasukkan

batu didih ketika cairan tersebut sedang dipanaskan. Biarkan cairan tersebut

dingin terlebih dahulu.

5. Ketika memanaskan bahan kimia di dalam tabung uji, jangan arahkan mulut

tabung ke arah diri sendiri atau oranglain. Bila ada, pakailah kacamata

keselamatan.

6. Pastikan bahan kimia yang digunakan benar serta ikuti arahan dengan rapi.

Ambil bahan kimia sebanyak yang diperlukan saja.

7. Jangan cemari bahan uji/reagen. Bahan uji/reagen yang sudah diambil tidak

boleh dikembalikan lagi ke tempat asal.

8. Bahan kimia yang akan dibuang harus dikumpulkan di tempat yang telah

disediakan. Limbah yang mengandung “chlorinated hydrocarbon” seperti

kloroform dan diklormetan, harus dipisahkan dari limbah lain.

Page 4: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

3

9. Segala kerusakan alat di dalam laboratorium harus segera dilaporkan pada

aisten/dosen jaga.

10. Cairan-cairan yang mempunyai titik didih rendah seperti eter, aseton, methanol,

etanol, dan lain-lain harus disuling menggunakan penangas air (waterbath) yang

dipanaskan dengan pemanas listrik.

11. Jika akan melakukan destilasi, pastikan sambungan-sambungan dipasang

dengan benar dan alat-alat diklem dengan baik. Semua sambungan kaca

haruslah bersih dan oleskan “grease” seperti vaselin dengan cermat sebelum

dipasang.

12. Saat destilasi, pastikan air mengalir melalui kondensor/pendingin secara terus

menerus. Pastikan selang dipasang pada kran dengan benar dan tidak mudah

lepas.

13. Jangan gunakan kain untuk memadamkan api (kecuali api kecil), tapi gunakan

karbpn dioksida (dari alat pemadam api). Jangan gunakan air jikan ada natrium

atau kalium.

14. Jika pakaian terbakar, selubungi dengan kain basah atau arahkan karbon

dioksida ke korban. Jangan gunakan pemadam api yang menggunakan karbon

tetra klorida karena beracun.

15. Jika terjadi kebakaran atau mendengar isyarat kebakaran, segera tinggalkan

laboratorium dengan tenang ke tempat yang aman. Jika kebakaran/kecelakaan

kecil terjadi, berusahalah untuk mengatasinya dengan bijaksana.

16. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi pada dosen jaga.

17. Dapatkan nasehat/keterangan dari dosen/asisten jaga mengenai segala sesuatu

yang berkaitan dengan hal-hal praktikum sebelum memulai percobaan.

18. Semua mahasiswa tidak dibenarkan bekerja di laboratorium tanpa kehadiran

dosen/asisten jaga.

19. Setelah selesai melakukan praktikum dan sebelum meninggalkan laboratorium,

bersihkan semua alat yang digunakan dan simpanlah di tempat yang sudah

disediakan dengan rapi. Sebelum meninggalkan laboratorium, pastikan bahwa

semua alat listrik dan lampu sudah dimatikan.

Page 5: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

4

3

Rekristalisasi

Pemilihan solven/pelarut

Sebelum memulai rekristalisasi, kita harus memilih solven yang sesuai.

Dengan mengenali struktur dari senyawa yang akan direkristalisasi akan

membantu kita dalam memilih pelarut yang sesuai. Meskipun demikian, pemilihan

solven merupakan problem eksperimental yang dapat dipecahkan melalui “trial and

error”.

Kriteria pemilihan solven yang baik adalah:

1. Senyawa yang akan direkristalisasi harus mudah larut dalam solven yang

panas dan tidak larut dalam solven yang dingin.

2. Idealnya, pengotor dalam sampel senyawa tersebut tidak larut dalam solven

yang panas dan mudah larut dalam solven yang dingin.

3. Titik didh solven adalah 50-120oC.

4. Titik didih solven harus lebih rendah dari titik lebur senyawa yang

direkristalisasi.

5. Solven tidak bereaksi (inert) terhadap senyawa.

6. Solven mempunyai toksisitas rendah.

Senyawa organik yang berbentuk padat dapat dimurnikan dengan jalan

rekristalisasi. Tahap dalam proses rekristalisasi adalah:

1. Pemilihan solvent/pelarut yang sesuai.

2. Pelarutan sampel dalam sesedikit mungkin solvent yang mendidih.

3. Penyaringan larutan yang panas untuk memisahkan pengotor yang tidak

larut.

4. Pendinginan larutan untuk memacu rekristalisasi.

5. Pemisahan/penyaringan padatan/kristal yang terbentuk dari larutannya

(“mother liquor”).

Page 6: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

5

6. Pencucian padatan/kristal pada kertas saring dengan mengunakan sesedikit

mungkin pelarut dingin untuk menghilangkan tapak-tapak “mother liquor”.

7. Pengeringan padatan yang diperoleh.

Arang aktif

Seringkali senyawa organik padat mengandung pengotor yang berwarna.

Pengotor ini biasanya sangat polar karena mengandung ikatan rangkap dua atau

tiga dan gugus-gugus kromofor seperti: -NO2, -CN, -N=N-, dan sebagainya.

Pengotor seperti ini dapat dihilangkan dengan penambahan arang penjerap ke

dalam larutan yang panas. Arang penjerap ini memiliki luas permukaan yang sangat

besar dimana senyawa polar akan teradsorbsi. Karena senyawa yang direkristalisasi

juga dapat teradsorbsi, maka jumlah arang aktif yang digunakan tidak boleh terlalu

banyak. Kira-kira 10-20 mg arang per gram sampel cukup untuk tujuan ini. Suspensi

ini kemudian disaring dalam keadaan panas menggunakan penyaring panas untuk

menghindari terjadinya kristalisasi dini pada filter/corong.

Page 7: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

6

Rekristalisasi menggunakan campuran pelarut

Seringkali kita tidak mendapatkan solven tunggal yang sesuai untuk

rekristalisasi. Pada kasus seperti ini, campuran/pasangan solven harus digunakan.

Syaratnya adalah senyawa (analit) tersebut harus mudah larut dalam solven I (good

solvent) dan tidak laru dalam solven II (bad solvent). Sampel mula-mula dilarutkan

dalam seminimal mungkin solven I yang mendidih, kemudian ditambahkan tetes

demi tetes solven II. Penambahan solven ini akan menimbulkan kabut

(pengendapan senyawa) yang akan larut bila digojog. Penambahan solven II

diteruskan hingga terbentuk kabut yang tetap. Pada saat tersebut beberapa tetes

solven I ditambahkan hanya untuk membuat kabut tersebut hilang. Larutan

kemudian disaring dan dibiarkan mengkristal pada suhu dingin. Padatan yang

terbentuk kemudian disaring, dicuci, dan dikeringkan.

Pasangan solven yang baik untuk rekristalisasi adalah: etanol-air, methanol-

air, aseton-petroleum eter, toluene-petroleum eter, etanol-teluen, dan asam asetat-

air.

Page 8: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

7

Percobaan 1

PEMBUATAN ASETALDEHID

A Tujuan Percobaan

Mengenal reaksi pembuatan aldehida

Memahami persamaan dan perbedaan sifat kimia aldehida dan keton

Menganal cara destilasi

B Pengantar

Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional karbonil, C=O. Aldehida

dapat dibuat dari oksidasi alkohol primer dan dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi

asam karboksilat. Keton dapat dibuat melalui oksidasi alkohol sekunder dan tidak

dapat dioksidasi lebih lanjut. Aldehid dan keton mengalami reaksi umum bagi

senyawa karbonil.

C Bahan yang Digunakan

Etanol (C2H5OH)

Kalium bikromat (K2Cr2O7)

Asam sulfat pekat (H2SO4)

Batu didih

Page 9: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

8

D Alat yang Digunakan

Labu destilasi 125 mL

Pendingin Liebig

Erlenmeyer flask

Tabung reaksi

Dropple plat

Pipet tetes

E Cara Kerja

A. Aldehida

1. Pembuatan

Ke dalam labu destilasi masukkan 7,5 g kalium bikromat,

campuran dari 30 mL air dengan 5,5 mL asam sulfat pekat, kemudian 10

mL etanol 96%. Segera hubungkan dengan pendingin Liebig yang dialiri

air pendingin. Reaksi akan berjalan dengan sendirinya. Bila perlu

panaskan labu dengan nyala api yang kecil (Bunsen) secara merata.

Tampung destilat yang terbentuk dengan erlenmeyer flask. Lakukan

pengujian-pengujian terhadap destilat yang diperoleh.

2. Reaksi-reaksi terhadap asetaldehida

a. Reduksi larutan perak-amoniakal

Larutan perak amoniakal dapat dibuat dengan jalan: tambahkan

larutan natrium hidroksida agak berlebihan dalam larutan perak nitrat,

kemudian teteskan ammonia sehingga endapan yang mula-mula

terbentuk larut.

Masukkan destilat ke dalam tabung reaksi yang bersih dan

tambahkan beberapa tetes larutan perak amoniakal kemudian gojog.

Panaskan tabung reaksi di atas pemanas sampai suhu 70oC. Amati apa

yang terjadi.

Page 10: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

9

Reduksi larutan perak amoniakal adalah reaksi yang sangat

peka dan reaksi yang sangat umum erhadap aldehida. Reagensia yang

lebih peka dari larutan perak amoniakal adalah Reagen Tollens, yang

dapat dibuat dengan:

1) Larutan 10% perak nitrat dengan larutan 10% ammonia dengan

volume sama.

2) Larutan 10% natrium hidroksida.

Jika reagen ini akan digunakan, campurlah dulu kedua larutan

tersebut dengan volume yang sama.

b. Reaksi reagensia Fehling

Reagen ini terdiri dari 2 (dua) macam:

1) Fehling A, yaitu larutan 69,3 g tembaga sulfat dalam 1 liter air

2) Fehling B, yaitu larutan yang tiap liternya mengandung 346 g

garam kalium natrium tartrat dan 100 g natrium hidroksida.

Jika akan digunakan, campurlah Fehling A dan Fehling B

dengan volume yang sama.

Pada larutan destilat tambahkan sedikit reagen Fehling,

kemudian panaskan beberapa menit. Amati.

c. Pendamaran oleh alkali

Tambahkan destilat dengan 10% natrium hidroksida, kemudia

panaskan. Amati. Teruskan pemanasan, amati lagi.

d. Reaksi warna Schiff

Campurlah sebagian destilat dengan 5 mL reagensia Schiff dan

biarkan beberapa menit. Amati.

Reagensia Schiff dibuat dari: Larutkan 0,2 g Fuchsin dalam 20

mL larutan jenuh belerang dioksida dalam air selama 24 jam,

kemudian encerkan sampai 200 mL.

Page 11: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

10

e. Pembentukan fenil hidrazon

Pada larutan destilat tambahkan sedikit reagensia fenilhidrazin. Amati.

3. Reaksi terhadap formaldehida

Kerjakan reaksi a, b, c, d, dan e di atas terhadap larutan 5%

formaldehid. Amati.

B. Keton

Reaksi terhadap aseton:

1. Adisi natrium bisulfit

Pada 1 mL aseton tambahkan larutan natrium bisulfit yang pekat

sekali kemudian gojog dengan kuat. Amati. Encerkan campuran dengan

air, amati apa yang terjadi.

2. Pembentukan fenil hidrazon

Kerjakan percobaan ini seperti pada percobaan 2e di atas.

F Pertanyaan

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan asetaldehida dari oksidasi etanol

menggunakan kalium bikromat di atas.

2. Selain kalium bikromat yang diasamkan, oksidator apa lagi yang bisa

digunakan?

3. Tuliskan reaksi yang terjadi pada reaksi-reaksi terhadap aldehid dan keton

tersebut di atas.

4. Apakah persamaan dan perbedaan reaksi aldehida dan keton?

Page 12: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

11

Percobaan 2

PEMBUATAN ASAM BENZOAT

A Tujuan Percobaan

Mengenal reaksi pembauatan asam benzoat.

Mengenal rekristalisasi.

B Pengantar

Oksidasi alkohol primer biasanya menghasilkan aldehida yang dapat

dioksidasi lanjut menjadi asam karboksilat. Oksidator yang biasa digunakan untuk

tujuan ini adalah kalium permanganate dalam suasana netral, asam, atau basa.

Dalam percobaan ini benzil alkohol dioksidasi menjadi asam benzoat dengan

kalium permanganat dalam suasana basa. Asam benzoat akan berada sebagai garam

natriumnya. Jika diasamkan, maka akan terbentuk asam benzoat kembali.

C Bahan yang Digunakan

Benzil alkohol

Kalium permanganat (KMnO4)

Natrium karbonat (Na2CO3)

Asam klorida pekat (HCl)

Natrium bisulfit (NaHSO3)

Batu didih

Es batu

Page 13: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

12

D Alat yang Digunakan

Labu alas bulat 125 mL

Pendingin Allihn

Kertas saring

Corong Buchner

Labu hisap

Gelas arloji

Kertas lakmus/indikator universal

E Cara Kerja

1. Larutkan kurang lebih 2 g natrium karbonat dalam 25 mL air dalam labu alas

bulat.

2. Masukkan 3 mL benzyl alkohol dan tambahkan 5 g kalium permanganat.

3. Masukkan 2-3 biji batu didih, sambungkan pendingin Allihn. Refluks hati-

hati campuran selama 30 menit.

4. Saring larutan panas tersebut dengan kertas saring, cuci dengan beberapa mL

air.

5. Bila filtrat masih berwarna merah jambu/coklat, tambahkan beberapa tetes

larutan 10% natrium bisulfit sehingga warna permanganat hilang.

6. Masukkan HCl pekat dengan hati-hati sambil diaduk hingga larutan menjadi

asam (cek dengan indikator).

7. Dinginkan campuran dalam wadah berisi es.

8. Asam benzoat yang terjadi disaring dengan corong Buchner.

9. Cuci dengan seditik air es dan sedot hingga sekering mungkin.

10. Keringkan hablur, timbang hasilnya, dan hitung rendemennya.

Page 14: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

13

Pemurnian asam benzoat

1. Panaskan air hingga suhunya 95oC.

2. Timbang sejumlah tertentu asam benzoat hasil dan masukkan ke dalam

erlenmeyer 50 mL. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil

dipanaskan hingga semua asam benzoat larut.

3. Masukkan arang penjerap dan panaskan lagi. Saring campuran panas melalui

kapas dengan menggunakan corong panas.

4. Jika larutan masih berwarna kuning, ulangi langkah nomor 3.

5. Panaskan lagi campuran dan saring segera melalui kertas saring, tampung

dalam erlenmeyer. Biarkan erlenmeyer dingin kemudian rendam dalam

wadah berisi es.

6. Saring hablur yang terbentuk dengan corong Buchner, cuci dengan sedikit air

es, dan sedot hingga seberapa kering yang mungkin.

7. Tentukan titik lebur dan hitung rendemen asam benzoat murni yang

diperoleh.

F Pertanyaan

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan asam benzoat di atas.

2. Apa kegunaan dari HCL pekat? Jelaskan.

3. Tuliskan cara lain pembuatan asam karboksilat.

Page 15: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

14

Percobaan 3

PEMBUATAN ETIL ASETAT

A Tujuan Percobaan

Mengenal reaksi esterifikasi

Mengenal isolasi senyawa dengan jalan ekstraksi

B Pengantar

Ester merupakan senyawa karbonil yang termasuk dalam golongan turunan

asam karboksilat. Ester dapat dibuat dari reaksi antara asam karboksilat dan alkohol

dengan adanya katalis asam. Reaksi esterifikasi adalah reaksi yang reversible.

Etil asetat dapat dibuat dari reaksi antara asam asetat dan etanol dengan adanya

katais asam.

C Bahan yang Digunakan

Asam asetat (CH3COOH)

Etanol (C2H5OH)

Asam sulfat pekat (H2SO4)

Larutan natrium bikarbonat jenuh (NaHCO3)

Kalsium klorida anhidrat (CaCl2)

Larutan natrium klorida jenuh (NaCl)

Lakmus biru

Page 16: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

15

D Alat yang Digunakan

Labu alas bulat 125 mL

Pendingin Allihn

Pendingin Liebig

Corong pisah

Tabung reaksi

E Cara Kerja

1. Ke dalam labu alas bulat 125 mL, campurkan 15 g (+ 19 mL) etanol, 15 g (+ 15

mL) asam asetat, dan 8 g (+ 4,5 mL) asam sulfat pekat. Masukkan beberapa

butir batu didih.

2. Hubungkan dengan pendingin tegak, refluks selama 30 menit.

Isolasi

1. Ganti pendingin tegak dengan pendingin miring, panaskan campuran.

2. Ambil 10 tetes destilat, masukkan dalam 1 mL air. Jika terjadi 2 (dua) lapisan

berarti ester sudah terbentuk.

3. Masukkan destilat ke dalam corong pisah dan tambahkan larutan jenuh

natrium bikarbonat sambil digojog sampai tidak timbul lagi gas CO2 dan

lapisan ester (atas) tidak memerahkan lakmus biru.

4. Pisahkan lapisan ester dari lapisan air. Masukkan lapisan ester ke dalam

erlenmeyer dan lapisan air ke dalam corong pisah lagi.

5. Tambahkan larutan jenuh NaCl ke dalam corong pisah (lapisan air) dan

gojok. Tambahkan eter dan ekstraksi ester yang terlarut air menggunakan

eter. Pisahkan lapisan eter (yang berisi ester) dan campurkan dengan lapisan

ester terdahulu. Ekstraksi dilakukan 2-3 kali.

6. Tambahkan CaCl2 anhidrat ke dalam larutan ester, gojok, diamkan beberapa

menit lalu saring ke dalam labu alas bulat dan masukkan batu didih.

7. Hubungkan labu alas bulat ke pendingin Liebig dan destilasi eternya di atas

penangas air.

Page 17: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

16

Pemurnian

1. Destilasi kembali esternya dengan menggunakan labu, pendingin dan

penampung destilat yang bersih dan kering, lalu tetapkan indeks biasnya.

F Pertanyaan

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan etil asetat di atas.

2. Apa kegunaan dari natrium bikarbonat.

3. Apa kegunaan dari CaCl2? Sebutkan reagen lain yang mempunyai kegunaan

yang sama.

4. Tuliskan mekanisme reaksi hidrolisis ester.

Page 18: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

17

Percobaan 4

PEMBUATAN IODOFORM

A Tujuan Percobaan

Mengenal reaksi halogenasi karbonil (substitusi α).

B Pengantar

Karena pengaruh gugus karbonil, hidrogen α bersifat asam, sehingga mudah

ditukar-gantikan oleh elektrofil lain. Dalam hal ini atom karbon α berlaku sebagai

karbanion. Salah satu reaksi substitusi α adalah pembentukan iodoform.

CH3-CO-CH3 + I2 CHI3 + CH3-COONa

C Bahan yang Digunakan

Aseton (C3H6O)

Kalium iodida (KI)

Iodium (I2)

Natrium hidroksida (NaOH)

Kaporit (CaOCl2)

Etanol (C2H5OH)

Larutan perak nitrat (AgNO3)

D Alat yang Digunakan

Labu alas bulat 250 mL.

Pendingin balik

Pemanas air

Gelas ukur, gelas arloji

NaOH

Page 19: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

18

E Cara Kerja

Cara Kerja I:

1. Ke dalam labu alas bulat 250 mL dimasukkan 6 g KI dan 100 mL akuades,

kemudian 2 mL aseton. Tambahkan larutan 5% kaporit tetes demi tetes

sambil digojok sampai tidak timbul endapan lagi. Diamkan campuran selama

10 menit, kemudian saring dengan corong Buchner. Cuci kristal 3 (tiga) kali

dengan akuades.

2. Pemurnian: Masukkan kristal dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan etanol

secukupnya sambil dipanaskan di penangas air, sampai semua kristal tepat

larut. Dalam keadaan panas larutan disaring dengan penyaringan panas.

3. Filtrat dinginkan, kemudian saring dengan saringan hisap dan keringkan.

4. Tentukan rendemen dan titik leburnya.

5. Tes dengan larutan perak nitrat.

Cara Kerja II:

1. Ke dalam erlenmeyer flask 200 mL masukkan 2,5 g iodium, kemudian

tambahkan 2 mL aseton.

2. Tambahkan NaOH 8 N bertetes-tetes (sedikit demi sedikit). Bila terjadi panas,

dinginkan erlenmeyer dalam wadah yang berisi air sambil digojog hingga

terjadi kristal kuning.

3. Setelah terjadi kristal kuning, segera encerkan dengan air sebanyak 75 mL.

4. Saring kristal dengan corong Buchner.

5. Cuci kristal tersebut dengan air hingga tidak bereaksi alkalis lagi. Lakukan

rekristalisasi iodoform menggunakan etanol seperti di atas.

F Pertanyaan

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan iodoform.

2. Apa kegunaan kaporit dalam percobaan I?

3. Syarat apa yang harus dimiliki suatu senyawa agar bisa membentuk reaksi

iodoform?

4. Apa kegunaan iodoform dalam kehidupan sehari-hari?

Page 20: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

19

Percobaan 5

PEMBUATAN DIBENZALASETON

A Tujuan Percobaan

Mengenal reaksi kondensasi karbonil.

B Pengantar

Jika aseton sebanyak satu takaran dan benzaldehida sebanyak dua takaran

dibasakan dengan natrium hidroksida, reaksi kondensasi senyawa karbonil akan

terjadi menghasilkan dibenzalaseton.

C Bahan yang Digunakan

Aseton

Benzaldehida

Natrium hidroksida

Etanol

Es

D Alat yang Digunakan

Erlenmeyer flask bertutup

Gelas ukur

Corong Buchner

Labi hisap

Page 21: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

20

E Cara Kerja

1. Ke dalam erlenmeyer flask 250 mL masukkan 2,5 mL benzaldehida dan 1 mL

aseton di dalam 25 mL etanol.

2. Encerkan 6 mL larutan 10% NaOH dengan 19 mL akuades dan campurkan

larutan ini ke dalam larutan beralkohol tersebut.

3. Tutup erlenmeyer dengan gabus dan gojog kuat-kuat selama 10 menit.

4. Biarkan 30 menit sambil sesekali digojog dan dinginkan dalam air es

beberapa menit.

5. Dinezalaseton akan terbentuk sebagai hablur kuning dengan segera.

6. Saring hablur tersebut dengan corong Buchner dan cuci dengan air untuk

menghilangkan alkali yang ada.

7. Keringkan dan hitung rendemennya.

F Pertanyaan

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan dibenzalaseton di atas.

2. Apa nama reaksi kondensasi tersebut?

3. Tuliskan jenis kondensasi karbonil yang lain dan tulis mekanismenya.

Page 22: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

21

DAFTAR PUSTAKA

Adam R. and Johnson, 1963, Laboratory Experiments in Organic Chemistry, 5th Ed.,

The Macmillan, New York, USA.

Fieser, LP., 1957, Experiments in Organic Chemistry, 3rd Ed., D.C. Health and

Company, Boston, USA.

Vogel, AI., 1978, A Textbook of Practical Organic Chemistry, 4th Ed., Longman,

London, Inggris.

Page 23: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

22

LAMPIRAN

Gambar Alat Laboratorium yang Terkait

Page 24: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

23

Page 25: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

24

Page 26: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

25

Page 27: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

26

Page 28: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

27

Page 29: Buku Petunjuk Praktikum

Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia

28


Related Documents