YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 URAIAN TANAMAN

2.1.1 Klasifikasi Tanaman (Steenis, 2008)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia galangal (L.)

2.1.2 Deskripsi Tanaman

Merupakan terna berumur panjang, tinggi sekitar 1-2 meter, bahkan dapat

mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Umumnya

lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan lengkuas putih. Lengkuas

putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang

banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah. Pohon lengkuas putih

umumnya lebih tinggi dari pada lengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat

mencapai tinggi 3 meter, sedangkan pohon lengkuas merah umumnya hanya

sampai 1-1,5 meter. Berdasarkan ukuran rimpangnya, lengkuas juga dibedakan

menjadi dua varitas, yaitu yang berimpang besar dan kecil.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Rimpang lengkuas berukuran besar dan tebal, berdaging, berbentuk

silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang - cabang. Bagian luar berwarna

coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik

berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya

berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila

dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi

keras dan liat. Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat halus, panen

harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam

pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya.

Gambar. 1

Tanaman dan Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.)

(Anonim, 2012)

Lengkuas mudah diperbanyak dengan potongan rimpang yang bermata

atau bertunas. Juga dapat diperbanyak dengan pemisahan anakannya, atau dengan

biji. Tanaman ini mudah dibudidayakan tanpa perawatan khusus (Steenis , 2008).

2.1.3 Kandungan Kimia dan Khasiat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Lengkuas merupakan tanaman obat yang dapat bermanfaat sebagai

antifungi, yang memiliki kandungan 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan

yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20% - 30%, eugenol, kamfer

1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain (Erna, 2005).

Eugenol dan 1-asetoksi clavikol asetat (ACA) yang terdapat pada rimpang

lengkuas (Alpinia galanga) dikenal memiliki efek sebagai antijamur. Salah satu

efek obat dari eugenol adalah sebagai antiseptik lokal. Senyawa lain yang juga

memiliki efek sebagai antijamur Candida albicans adalah diterpene. Senyawa ini

berhasil diisolasi dari biji lengkuas (Alpinia galanga) dan diidentifikasi sebagai

(E)-8 beta, 17-epoxylabd-12-ene-15, 16-dial. Penelitian lebih lanjut menunjukkan

bahwa diterpene bekerja dengan cara mengubah lipid membran dari Candida

albicans yang berakibat pada perubahan permeabilitas membrannya. Pelaksanaan

skrining ekstrak rimpang lengkuas yang dibuat pada konsentrasi 10% (b/v)

menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans (Silvana, 2006).

Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal

berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen,

heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid,

glikosida sterol dan lain-lain.

Menurut Harborne (1987), senyawa bioaktif dalam minyak atsiri dapat

berupa senyawa golongan terpenoid. Golongan ini diketahui sebagai penyusun 6

minyak atsiri yang utama pada tanaman. Terpenoid berasal dari molekul isoprena

(CH2=C(CH3)-CH=CH2) dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan

dua atau lebih satuan C5. Pemilahan senyawa golongan ini membagi terpenoid ke

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

dalam beberapa kelompok yaitu monoterpen (C10) dan seskuiterpen (C15) yang

mudah menguap, diterpen (C20) yang sukar menguap, sampai senyawa yang tidak

menguap yaitu triterpenoid (C30) dan sterol, serta pigmen karotenoid (C40).

Sebagian besar terpenoid alam memiliki struktur siklik dan memiliki satu gugus

fungsi atau lebih (hidroksil, karbonil).

Harborne (1987) selanjutnya mengemukakan bahwa komponen bioaktif

lain yang ditemukan pada tanaman adalah senyawa fenolik. Senyawa ini memiliki

cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Beberapa

senyawa aktif lengkuas yang bersifat anti jamur adalah dari golongan fenolik.

Adapun beberapa senyawa tersebut antara lain adalah galangin, kaemferol, dan

kuersetin yang berasal dari golongan flavonol. Sedangkan eugenol merupakan

salah satu senyawa aktif lengkuas yang berasal dari golongan fenil propanoid.

Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas

mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga

bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat,

asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida. Juga

mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang dinamakan 1-(4-hidroksifenil)-

7-fenilheptan-3,5-diol.

Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol

asetat yang bersifat anti radang dan antitumor, juga mengandung kariofilen

oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin,

galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7-hidroksi-3,5-dimetoksiflavon

(Yuharmen, 2002).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Penelitian yang dilakukan oleh Morita dan Itokawa pada tahun 1988

menunjukan bahwa biji lengkuas mengandung senyawa-senyawa diterpen yang

bersifat sitotoksik dan antifungal, yaitu galanal A, galanal B, galanolakton, 12-

labdiena-15,16-dial, dan 17- epoksilabd-12-ena-15,16-dial (Erna, 2005).

2.2 METODE EKSTRAKSI MASERASI

Proses ekstraksi adalah penarikan atau penyarian zat-zat berkhasiat atau

zat-zat aktif yang diinginkan dari bahan tanaman obat, hewan dan beberapa jenis

ikan termasuk biota laut dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat

yang diinginkan akan larut (Ansel, 2008).

Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda,

demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ektraksi dengan pelarut

tertentu dalam mengekstraksinya.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat

pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Proses penyarian pada sel yang dindingnya masih utuh, zat aktif yang

terlarut pada cairan penyari untuk keluar dari sel, harus melewati dinding sel.

Peristiwa osmosis dan difusi berperan pada proses penyarian tersebut.

Pelarut organik Pelarut organik

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

+ Zat aktif

Gambar 2. Proses tersarinya zat aktif dalam tanaman

(Mustapa, 2012)

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel

yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka

larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehinggga

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Ada beberapa metode yang dipakai untuk ekstraksi yaitu metode maserasi,

perkolasi, refluks dan soxhletasi. Penelitian yang dilakukan oleh Handjani dan

Purwoko (2008), metode ekstraksi yang digunakan untuk rimpang lengkuas

adalah metode maserasi, dengan menggunakan pelarut etanol 70%.

Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi tergantung dari komponen yang

akan diisolasi. Salah satu sifat yang penting adalah polaritas suatu senyawa. Suatu

senyawa polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar, demikian pula

untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada

besarnya tetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut

tersebut. Rangkaian proses ekstraksi meliputi persiapan bahan yang akan

diekstrak, kontak bahan dengan pelarut, pemisahan residu dengan filtrat dan

proses penghilangan pelarut dari ekstrak. Pemilihan proses ekstraksi juga

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

mempertimbangkan titik didih dari pelarut yang digunakan (Houghton dan

Raman, 1998).

Jokopriyambodo, dkk pada tahun 1999 menyatakan bahwa hasil ekstraksi

khususnya dari rimpang lengkuas dipengaruhi oleh jenis dan rasio pelarut, derajat

kehalusan simplisia serta teknik dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan cara

perkolasi dan maserasi tidak menunjukkan perbedaan terhadap kadar ekstrak total

lengkuas sedangkan pelarut yang paling banyak menghasilkan ekstrak total adalah

pelarut etanol : air dengan perbandingan 7 : 3 v/v.

Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi atau penyarian zat aktif bahan

alam yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari yang sesuai selama 3 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari

cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan

larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di

luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh

cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di

dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif

yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah

mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-

lain.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara

maserasi adalah penyariannya lama dan penyariannya kurang sempurna.

Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan,

diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia,

sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat konsentrasi

yang sekecil-kecilnya antara urutan di dalam sel dengan di luar sel (Voigt, 1995).

2.3 URAIAN UMUM KRIM

Krim adalah bentuk sediaan berupa cairan kental atau emulsi setengah

padat baik bertipe air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A) yang

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar

yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%) yang dimaksudkan untuk

pemakaian luar. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat

pada kulit. Krim tipe air dalam minyak mudah menjadi kering dan mudah rusak

(Anonim, 1978).

Formulasi krim yang ideal harus bersifat antara lain tidak toksik, tidak

mengiritasi, tidak menyebabkan alergi, tidak meninggalkan bekas, dan tidak

melukai. Krim dapat berfungsi sebagai :

1) Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk kulit

2) Sebagai pelumas pada kulit

3) Sebagai pelindung kulit untuk mencegah kontak permukaan kulit dengan

rangsang kulit

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa

surfaktan anion, kation atau nonion. Pemilihan zat pengemulsi krim harus

disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe

minyak dalam air (M/A) digunakan zat pengemulsi seperti trietanolamin stearat

dan golongan sorbitan, polisorbat, poliglikol, dan sabun. Untuk membuat krim

tipe air dalam minyak (A/M) digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu

domba, setil alkohol, setasium, stearil alkohol dan emulgida (Anonim, 1978).

2.3.1 Formulasi Krim

1. Asam Lemak dan Alkohol

Asam stearat digunakan dalam krim yang basisnya dapat dicuci dengan

air, sebagai zat pengemulsi untuk memperoleh konsistensi krim tertentu serta

untuk memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. Jika sabun stearat

digunakan sebagai pengemulsi, maka umumnya kalium hidroksida atau

trietanolamin ditambahkan secukupnya agar bereaksi dengan 8 – 20 % asam

stearat. Asam lemak yang tidak bereaksi meningkatkan konsistensi krim. Krim ini

bersifat lunak dan menjadi mengkilap atau berkilau dan waktu penyimpanan,

disebabkan oleh adanya pembentukan kristal-kristal asam stearat. Krim yang

dibuat dengan natrium stearat mempunyai konsistensi yang jauh lebih keras.

Stearil alkohol dan setil alkohol (palmitil alkohol) digunakan sebagai

pembantu pengemulsi dan emolien di dalam krim. Dalam jumlah yang cukup,

stearil alkohol menghasilkan krim keras yang dapat diperlunak dengan setil

alkohol (Lachman, dkk, 2008).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

2. Zat Pengemulsi

Sabun yang larut dalam air merupakan salah satu pengemulsi yang

pertama kali digunakan untuk emulsi minyak dalam air dari sediaan semipadat.

Kekentalan krim atau salep mencegah bergabungnya fase teremulsi dan

membantu menstabilkan emulsi tersebut. Penambahan zat-zat polar yang bersifat

lemak, seperti setil alkohol dan gliseril monostearat, cenderung menstabilkan

emulsi minyak dalam air dari sediaan semipadat. Lapisan tipis antar muka yang

terbentuk disekitar tetesan-tetesan fase terdispersi dalam sistem seperti itu yang

biasanya berupa padatan, membuat sediaan teremulsi menjadi lebih kaku. Ion-ion

polivalen, seperti magnesium, kalsium, dan aluminium, cenderung menstabilkan

emulsi air dalam minyak dengan membentuk ikatan silang dengan gugus-gugus

polar bahan-bahan lemak. Hampir semua sediaan krim semipadat dan salep

teremulsi memerlukan lebih dari satu zat pengemulsi. Kombinasi dari suatu zat

aktif permukaan dengan zat pembantu pengemulsi yang larut dalam minyak

disebut sistem pengemulsi campuran. Sabun trietanolamin stearat yang

dikombinasikan dengan setil alkohol merupakan contoh suatu pengemulsi

campuran untuk emulsi minyak dalam air (M/A). Malam tawon dan ion kalsium

bervalensi dua atau sejumlah kecil zat aktif permukaan yang larut didalam air

merupakan contoh pengemulsi campuran untuk emulsi air dalam minyak (A/M).

Kestabilan maksimum suatu emulsi terjadi bila terbentuk suatu antarmuka lapisan

tipis yang kompleks. Lapisan tipis seperti ini terbentuk jika suatu zat yang larut

didalam minyak ditambahkan dan bereaksi dengan surfaktan yang larut dalam air

pada antarmuka. Basis krim air dalam minyak (A/M) yang lunak dapat dibuat dari

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

ion kalsium sebagai zat pembantu pengemulsi. Basis tersebut dapat dibuat lebih

keras dengan mengurangi kandungan minyak mineralnya (Lachman, dkk, 2008).

3. Poliol

Propilen glikol, gliserin, sorbitol 70% dan polietilen glikol dengan berat

molekul yang lebih rendah digunakan sebagai bahan pelembab (humektan) di

dalam krim. Pilihan suatu pelembab tidak hanya berdasarkan laju perubahan

kelembaban, tetapi juga atas efeknya terhadap susunan dan viskositas sediaan.

Bahan-bahan ini mencegah krim menjadi kering, dan mencegah pembentukan

kerak bila krim dikemas didalam botol. Disamping itu, bahan-bahan ini juga

memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu krim jika digunakan pada

kulit, sehingga memungkinkan krim dapat menyebar tanpa digosok. Penambahan

kandungan pelembab menyebabkan sediaan lebih pekat.

Sorbitol 70% lebih higroskopis daripada gliserin dan digunakan pada

konsentrasi yang lebih rendah, umumya 3% sorbitol 70% sebanding dengan 10%

gliserin. Propilen glikol dan polietilen glikol kadang-kadang dikombinasi dengan

gliserin, karena kemampuan menyerap lembab oleh propilen glikol dan polietilen

glikol lebih rendah dibandingkan gliserin (Lachman, dkk, 2008).

3. Jenis Bahan Pembawa (Basis)

Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan farmasetik berbeda dengan

bahan pembawa yang digunakan untuk kosmetik, karena didalam kosmetik

adanya penetrasi kedalan kulit tidak diinginkan. Penetrasi atau perlindungan

diinginkan dalam suatu sediaan farmasetik semipadat, sedangkan efek kosmetik

atau penampilannya pada kulit tidak begitu penting. Suatu formulasi yang baik

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

dari sediaan farmasetik semipadat seharusnya efektif secara terapetis dan juga

menarik secara kosmetik, dengan upaya keras di bawah petunjuk dokter.

Sediaan terapetis yang termasuk dalam golongan sediaan semipadat adalah

produk-produk yang dimaksudkan untuk digunakan pada kulit. Kelarutan dan

stabilitas obat didalam basis, juga sifat luka pada kulit, menentukan pilihan dari

pembawa sediaan semipadat. The United States Pharmacopeia (USP) XX

memperkenalkan 4 golongan bahan pembawa salep (basis salep), yaitu :

a) Basis hidrokarbon, merupakan jenis pembawa yang bersifat hidrofilik (bersifat

lemak), contohnya petrolatum dan malam tawon.

b) Basis serap, dibentuk dengan penambahan zat-zat yang dapat bercampur

dengan hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar seperti sulfat, hidroksi,

karboksil, dan lainnya. Contohnya lanolin.

c) Basis yang larut dalam air, contohnya polietilen glikol.

d) Basis yang dapat dicuci dengan air

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air (M/A),

yang dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini.

Vanishing cream umumnya yaitu emulsi minyak dalam air, mengandung air

dalam persentase yang besar dan asam stearat (Ansel, 2008). Disebut vanishing

cream karena waktu krim ini digunakan dan digosokan pada kulit (setelah

pemakaian), hanya sedikit atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya krim yang

sebelumnya, karena air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat

yang tipis (Lachman, dkk, 2008).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Hilangnya krim ini dari kulit dipermudah oleh emulsi minyak dalam air

yang terkandung didalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang

basah, karena bahan pembawa minyak didalam air cenderung untuk menyerap

cairan yang dikeluarkan oleh luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan air

akan membentuk suatu lapisan tipis yang semipermeabel setelah air menguap

pada tempat yang digunakan. Tetapi emulsi air dalam minyak dari sediaan

semipadat cenderung membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit.

Emulsi-emulsi dari sediaan semipadat telah dikenal dengan baik sebagai

campuran atau dispersi yang relatif stabil dari fase hidrofilik dengan fase lipofilik.

Fase yang didispersikan dalam bentuk butiran-butiran halus dikenal sebagai fase

diskontinu atau fase internal, lainnya adalah fase kontinu atau fase eksternal.

Pembawa jenis vanishing cream merupakan contoh yang mewakili emulsi minyak

dalam air. Sedangkan basis serap umumnya merupakan emulsi air dalam minyak

(Lachman, dkk, 2008).

4. Bahan Pengawet

Bahan pengawet kimia untuk sediaan semipadat seperti metilparaben,

propilparaben, senyawa amonium kuaterner (misalnya benzalkonium klorida),

asam borat dan garam fenilmerkuri ditambahkan pada sediaan semipadat untuk

mencegah kontaminasi, kemunduran, dan kerusakan oleh bakteri serta jamur,

karena sebagian besar komponen dalam sediaan ini dapat bertindak sebagai

substrat bagi mikroorganisme ini (Lachman, dkk, 2008). Bahan pengawet yang

sering digunakan umumnya metil paraben 0,12-0,18% dan propil paraben 0,02-

0,05% (Syamsuni, 2007).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Agar lebih stabil, disamping zat pengawet, ditambahkan antioksidan.

Antioksidan seperti butilhidroxyanisol (BHA), butilhidroxytoluen (BHT), α-

tokoferol dan propil galat ditambahkan pada sediaan semipadat jika akan terjadi

kerusakan akibat oksidasi. Banyak senyawa organik mudah mengalami

autoksidasi bila dipaparkan ke udara, dan lemak yang teremulsi terutama peka

terhadap serangan. Sistem antioksidan ditentukan oleh komponen-komponen

formulasi, dan pemilihan antioksidan tergantung pada beberapa faktor seperti

toksisitas, iritasi, potensi, tercampurkan, bau, perubahan warna, kelarutan, dan

kestabilan. Seringkali dua antioksidan digunakan karena kombinasi tersebut sering

memberikan efek sinergistik (Lachman, dkk, 2008).

2.3.2 Pembuatan Emulsi Sediaan Semipadat (Krim)

Waktu, temperatur dan kerja mekanik merupakan tiga variabel dalam

pembuatan emulsi sediaan semipadat. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan,

dan harus dikontrol dengan hati-hati. Peralatan disediakan untuk pengontrolan

berbagai aspek pembuatan emulsi, seperti pengontrolan yang sempurna terhadap

temperatur, pengaturan waktu pengocokan, dan kecepatan pengadukan.

Pencampuran Fase – Fase. Biasanya fase-fase dicampur pada temperatur

70-720C, karena pada temperatur ini fase cair yang baik sekali dapat terjadi.

Temperatur pencampuran fase dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh

fase lemak cukup rendah untuk mencegah kristalisasi atau pembekuan komponen-

komponen sebelum waktunya. Fase-fase dapat dicampur dengan salah satu dari

tiga cara berikut :

a. Pencampuran berbagai fase secara bersamaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

b. Penambahan fase diskontinu pada fase kontinu

c. Penambahan fase kontinu pada fase diskontinu

Metode pertama memerlukan pompa yang sebanding dan pengadukan

terus menerus. Metode emulsifikasi ini cocok untuk pelaksanaan terus menerus

atau pelaksanaan dengan batch atau skala yang besar.

Metode kedua dapat digunakan untuk sistem emulsi yang mempunyai fase

dispersi dengan volume rendah.

Metode ketiga lebih disukai untuk berbagai sistem emulsi, karena emulsi

mengalami inversi dari tipe emulsi selama penambahan fase kontinu, yang

mengakibatkan fase terdispersi lebih halus. Dispersi atau fase air dalam emulsi

M/A ditambahkan perlahan-lahan pada fase internal dengan pengadukan.

Konsentrasi awal dari air yang rendah dibandingkan dengan konsentrasi minyak

mengakibatkan pembentukan emulsi A/M (Lachman, dkk, 2008).

Stabilitas krim akan rusak jika campurannya terganggu oleh perubahan

suhu dan perubahan komposisi (adanya penambahan salah satu fase secara

berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran

yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah

diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan.

Cara pembuatan krim yaitu bagian lemak dilebur diatas tangas air

kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi

suatu campuran yang berbentuk krim (Syamsuni, 2007).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

2.3.3 Penyimpanan dan Pengemasan Krim

Krim dikemas dan disimpan dengan cara yang sama dengan salep. Krim

biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas

tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buran dan porselen putih. Botol

plastik juga dapat digunakan.Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna

untuk krim yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube krim lebih

sering yaitu ukuran 5-30 g.

Botol krim dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan

mengemas sejumlah krim yang sudah ditimbang kedalam botol dengan memakai

spatula yang fleksibel dan menekannya ke bawah, sejajar melalui tepi botol guna

menghindari kemungkinan terperangkapnya udara di dalam botol. Ide mengemas

krim dalam botol ialah untuk menghasilkan tingkat permukaan salep yang cukup

tinggi mendekati bagian atas botol, tapi tidak begitu tinggi sampai tutupnya kena

apabila ditutup botolnya. Beberapa ahli farmasi dengan keterampilannya

menggunakan spatula menempatkan lingkaran ditengah-tengah pemakaian krim.

Krim yang dibuat dengan cara melebur dapat dituangkan langsung kedalam botol

krim untuk dibekukan dalam botol. Krim ini biasanya tampak sebagai hasil akhir

yang bagus. Pembuatan krim dalam skala besar, bertekanan, pengisi mendiring

sejumlah tertentu dari krim masuk kedalam botol.

Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dari bagian ujung

belakang yang terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang

kemudian ditutup dengan segel. Krim yang dibuat dengan cara peleburan dapat

dituangkan langsung kedalam tube. Pada skala kecil seperti yang dibuat

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

mendadak, pengisian dari tube salep oleh ahli farmasi di apotek, tube dapat diisi

dengan cara :

1) Krim yang telah dibuat digulung diatas kertas perkamen menjadi bentuk

silinder, diameter silinder sedikit lebih kecil dari tube supaya dapat diisikan

dengan panjang kertas yang lebih dari silinder

2) Dengan tutup dari tube dilepas supaya udara keluar, silinder dari krim dengan

kertas dimasukan kedalam bagian ujung bawah tube yang terbuka

3) Potongan kertas yang meliputi salep dipegang oleh satu tangan sedang lainnya

menekan dengan spatula yang berat kearah tutup tube sampai tube tadi penuh

dan sambil menarik perlahan-lahan kertas krim tadi dilepaskan, ratakan

permukaan krim dengan spatula, kurang lebih ½ inci dari ujung bawah.

4) Bagian bawah yang disisakan lipatan 2 x 1/8 inci dan dibuat dari ujung bawah

tube yang dipipihkan, ditekan.jepit penyegel tepat diatas lipatan untuk

menjamin bahwa sudah betul-betul tertutup. Penjepitan dapat digunakan

dengan tang tangan atau dengan mesin lipat (crimper) yang dijalankan dengan

tangan atau kaki.

Krim dalam tube lebih luas pemakaiannya daripada botol, disebabkan

lebih mudah dan menyenangkan digunakan oleh pasien dan tidak mudah

menimbulkan keracunan. Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara

dan menghindari kontaminasi dari mikroba yang potensial, oleh karena itu akan

lebih stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian dibandingkan dengan krim

dalam botol.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Kebanyakan krim harus disimpan pada temperature dibawah 300C untuk

mencegah melembek apalagi dasar krimnya bersifat dapat mencair (Ansel, 2008).

2.4 KULIT

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang

dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit menutupi

permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-macam fungsi dan

kegunaan. Kulit berfungsi sebagai pembatas terhadap serangan fisika dan kimia.

Beberapa bahan seperti ion nikel, gas mostar, serta minyak damar dari Rhus

toksikodendron, umumnya dikenal sebagai racun ivy, dapat menembus pembatas

tersebut, sedangkan umumnya zat-zat lain tidak dapat. Kulit berfungsi sebagai

termostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan

mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan beberapa pula dalam mengatur tekanan

darah.

Gambar 3. Penampang Kulit

(Anonim, 2009)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada

umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan : epidermis, dermis, dan lapisan

lemak di bawah kulit. Lapisan terluar adalah stratum korneum atau lapisan tanduk

yang terdiri dari sel-sel padat, mati, dan sel-sel keratin yang berlapis-lapis dengan

kerapatan 1,55. Karena sifat alami dari stratum korneum ini, maka nilai koefisien

difusi dalam jaringan ini seribu kali (bahkan lebih) lebih kecil dari jaringan kulit

lainnya, sehingga menghasilkan daya tahan yang lebih tinggi dan umumnya tidak

dapat ditembus.

Dibawah stratum korneum terdapat lapisan-lapisan metabolik aktif dari

epidermis.Lapisan basal atau lapisan germinal terletak tepat di atas dermis. Sel-sel

epidermis memulai gerakan mitotiknya menuju ke permukaan, sel-sel memipih

dan menyusut untuk kemudian mati secara perlahan-lahan karena kekurangan

oksigen dan makanan (Lachman,dkk, 2008).

2.5 URAIAN UMUM FUNGI

Dalam sistematika organisme hidup, jamur ditempatkan dalam kelas

tersendiri, tidak ditempatkan sebagai kelas tumbuhan dan juga kelas hewani.

Fungi adalah mikroorganisme heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa organik

untuk nutrisinya.

Sebagian besar jamur adalah saprofilik dan lainnya bersifat parasit.

Bersifat saprofilik artinya jamur di alam berperan sebagai pengurai bahan organik,

yang bermanfaat untuk peragian makanan dan juga produksi antibiotika. Bersifat

parasit artinya fungi dapat menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

sebagai parasit. Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan,

hewan, dan manusia.

Fungi bereproduksi dengan berbagai cara, meliputi penguncupan,

pembelahan atau sporulasi. Spora dapat dihasilkan secara seksual atau aseksual

dan dapat dikelilingi oleh tubuh buah. Fungi dapat tumbuh dalam lingkungan

yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan mikroorganisme lain, yang meliputi

adanya asam dan konsentrasi gula yang tinggi (Pelczar dan Chan, 2008).

2.6 URAIAN UMUM ANTIFUNGI

Antifungi atau antimikotika adalah senyawa yang digunakan untuk

mengobati infeksi jamur. Dari segi terapeutik, infeksi jamur pada manusia

dibedakan atas 2, yaitu infeksi sistemik dan infeksi topikal (dermatofit dan

mukokutan). Infeksi topikal dermatofit ini biasa disebut dermatofitosis.

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit

yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum

kulit, rambut dan kuku pada manusia dan hewan. Dermatifitosis ini disebabkan

oleh Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton.

(a) (b) (c)

Gambar. 4

Jamur Penyebab Infeksi Kulit

(a) Microsporum, (b) Trichophyton, (c) Epidermophyton

(Anonim 2009)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Infeksi jamur dermatofit terjadi pada tempat yang sedikit menerima aliran

darah, seperti kuku, kulit, dan rambut. Hal ini menyebabkan distribusi obat ke

daerah itu sangat sulit jika diberikan secara sistemik. Jamur membelah atau

berkembang biak lebih lambat dibandingkan bakteri, padahal peristiwa membelah

merupakan saat yang tepat bagi antimikroba untuk membunuh fungi. Terjadi atau

tidaknya infeksi jamur, sangat ditentukan oleh peran hospest mengingat banyak

infeksi jamur bersifat oportunistik. Artinya, akan terjadi lagi infeksi jika daya

tahan tubuh melemah, misalnya infeksi Candida albican yang menyebabkan

keputihan.

Mengingat tempat infeksi jamur di daerah yang vaskularisasinya (aliran

darah) sangat rendah, maka pemberian obat secara topikal sangat penting. Dengan

demikian sangat penting adanya antifungi lokal maupun antifungi sistemik.

Istilah antifungi mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan

fungistatik. Fungisidal didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat

membunuh fungi sedangkan fungistatik dapat menghambat pertumbuhan fungi

tanpa mematikannya. Antifungi dapat diklasifikasikan berdasarkan cara kerjanya

ataupun struktur kimianya. Aktivitas kerja dari antifungi yaitu dengan beberapa

cara, antara lain :

1) Pengaruh terhadap dinding sel

2) Pengaruh terhadap membran sel

3) Pengaruh terhadap enzim

4) Pengaruh terhadap sintesis protein dan asam nukleat (Priyanto, 2008)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

2.7 URAIAN BAHAN

1) Asam Stearat (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Stearic Acid

Titik Lebur : 69-700C

Range : Creams 1-20%

Rumus Molekul : C18H36O2

Rumus Struktur :

Pemerian : Keras, berwarna putih atau sedikit kekuningan,

agak mengkilap dan berupa padatan kristal atau

serbuk putih (atau putih kekuningan). Sedikit

berbau dan berasa.

Kelarutan : Larut dalam benzena, karbon tetraklorida,

kloroform dan eter; larut dalam etanol (95%),

heksana,dan propilenglikol, praktis tidak larut

dalam air.

Kegunaan : Sebagai basis dan emulgator

2) Trietanolamin (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Triethanolamine

Titik Lebur : 20-210C

Range : Emulgator 2-4 %

Rumus Molekul : C6H15NO3

Rumus Struktur :

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Pemerian : Cairan kental yang jernih, tidak berwarna hingga

berwarna kuning pucat yang memiliki sedikit bau

ammoniak.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan alkohol dan larut

dalam kloroform, 1 bagian dalam 63 bagian etil

eter, 1 bagian dalam 24 bagian benzen.

Kegunaan : Sebagai pengalkalis dan pengemulsi

3) α-tokoferol (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Alpha Tocopherol (BP)

Sinonim : Vitamin E

Titik Lebur : 2.5-3.580C

Range : 0.001-0.05%

Rumus Molekul : C29H50O2

Rumus Struktur :

Pemerian : Minyak kental praktis tidak berbau, jernih, tidak

berwarna, kuning, kuning-kecoklatan, atau

kuning keabuan.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol,

dapat bercampur dengan aseton, kloroform, eter

dan minyak tumbuhan.

Kegunaan : Sebagai antioksidan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

4) Gliserin (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Glycerin

Titik Lebur : 17,80C

Range : Humektan ≤ 30

Rumus Molekul : C3H8O3

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, praktis

tidak berbau, sedikit rasa tajam mirip

propilenglikol.

Kelarutan : Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol

(95%), air; larut dalam 1 dalam 6 bagian eter;

tidak bercampur dengan minyak mineral ringan

atau minyak-minyak lemak, tetapi akan

melarutkan beberapa minyak essensial.

Kegunaan : Sebagai humektan (pelembut)

5) Metyl Paraben (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Methyl Hydroxybenzoate

Sinonim : Nipagin

Titik Lebur : 1260C

Range : Cream 0,12-0,18 %

Rumus Molekul : C8H8O3

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk kristal yang tidak berwarna atau putih,

bau khas yang lemah.

Kelarutan : 1 gram larut dalam 400 ml air, dan 20 ml air

mendidih, 3 ml alkohol, 10 ml eter. Larut dalam

gliserin, minyak dan lemak-lemak.

Kegunaan : Sebagai pengawet

6) Propil Paraben (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Propyl Hydroxybenzoate

Sinonim : Nipasol

Titik Lebur : 960C

Range : Cream 0,02-0,18 %

Rumus Molekul : C10H12O3

Rumus Struktur :

Pemerian : Kristal tidak berwarna atau serbuk putih, tidak

berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Satu gram larut dalam 2500 ml air, 1,5 ml

alcohol atau 3 ml eter.

Kegunaan : Sebagai pengawet

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TANAMANeprints.ung.ac.id/4778/5/2012-1-48401-821309055-bab2... · untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung pada besarnya

7) Air Suling (Kibbe, 2009)

Nama Resmi : Aquadest

Rumus Molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna

Kegunaan : Sebagai pelarut dan fase air


Related Documents