ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK
GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)
SKRIPSI
ANDINA GEMAH PERTIWI
H34080103
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR 2013
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK
GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)
Andina Gemah Pertiwi1)
dan Ratna Winandi 2)
1) Mahasiswi Departemen Agribisnis FEM IPB, H34080103 2) Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dr. Ir., Ms
ABSTRACT CV Aromindo is agarwood processing company located in Bogor. Agarwood oil
production is resulting the added value that can increase revenue for the company and
other production factors. However, sales of agarwood oil is still far from the target
company, it is indicated by lack of marketing management process undertaken by CV
Aromindo. Agarwood oil sales has implications for the value added. Success in achieving
marketing objectives set by good marketing management process. Therefore, this study
aims to analyze the value-added and marketing aloes. Based on the percentage value
added ratio of 51.032 percent, then the CV Aromindo can be said to have great added
value. In the implementation of marketing management, CV Aromindo has implemented
marketing management in the company. Opportunity has not been fully utilized, for
example, the opportunity to enter the China market that already exists. The marketing
strategy is done. However, CV aromindo need to improve management of marketing,
companies must have an employee who focused on marketing activities, expand markets,
in cooperation with relevant parties aloes to get a higher yield and grow agarwood oil
products to perfume or aromatherapy so as to increase profit.
Keywords: agarwood oil, value-added, marketing
ABSTRAK CV Aromindo adalah perusahaan pengolah gaharu yang terletak di Bogor.
Minyak gaharu merupakan hasil produksinya yang menghasilkan nilai tambah yang dapat
meningkatkan pendapatan bagi perusahaan dan faktor-faktor produksi lainnya. Akan
tetapi, penjualan minyak gaharu masih jauh dari target perusahaan, itu diindikasikan
karena kurang baiknya proses manajemen pemasaran yang dilakukan oleh CV Aromindo.
Penjualan minyak gaharu berimplikasi pada nilai tambah. Keberhasilan dalam mencapai
tujuan pemasaran yang ditetapkan oleh proses manajemen pemasaran yang baik. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk analisis nilai tambah dan pemasaran minyak
gaharu. Berdasarkan persentase rasio nilai tambah 51,032 persen, maka CV Aromindo
dapat dikatakan memiliki nilai tambah yang besar. Dalam pelaksanaan manajemen
pemasaran, CV Aromindo telah menerapkan manajemen pemasaran di perusahaannya.
Peluang belum dimanfaatkan seluruhnya, contohnya peluang untuk masuk ke pasar China
yang sudah ada. Strategi pemasaran sudah dilakukan. Namun, CV Aromindo perlu untuk
memperbaiki manajemen pemasarannya, perusahaan harus memiliki karyawan khusus
yang berfokus pada kegiatan pemasaran, memperluas pasar, bekerjasama dengan pihak
terkait gaharu untuk mendapatkan rendemen yang lebih tinggi dan mengembangkan
produk minyak gaharu menjadi minyak wangi atau aromaterapi sehingga dapat
meningkatkan keuntungan.
Kata kunci: minyak gaharu, nilai tambah, pemasaran
RINGKASAN
ANDINA GEMAH PERTIWI. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak
Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo). Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
RATNA WINANDI ASMARANTAKA).
Gaharu merupakan salah satu produk primadona ekspor bagi HHBK.
Namun, produksi gaharu Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan gaharu
dunia sebesar 4000 ton per tahun. CV Aromindo merupakan perusahaan yang
melakukan pengolahan untuk produk gaharu. Produk olahan terbaik yang
dihasilkan oleh CV Aromindo adalah minyak gaharu yang memiliki nilai tambah
akibat adanya perubahan bentuk produk. CV Aromindo mempunyai peran yang
cukup strategis dalam perekonomian. Akan tetapi, perkembangan usaha gaharu
CV Aromindo belum seperti yang diharapkan karena beberapa kendala. Salah satu
permasalahan CV Aromindo yaitu penjualan minyak gaharu yang masih jauh dari
target perusahaan sehingga keuntungan yang diterima belum maksimal.
Dari fakta yang ada maka timbul pertanyaan penelitian yaitu: bagaimana
besaran dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi
yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak
gaharu serta pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV
Aromindo. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui
besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-
faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu
menjadi minyak gaharu serta mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses
manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Tujuan penelitian
dijawab dengan metode Hayami yang dilengkapi dengan analisis deskriptif untuk
pemasaran. Kerangka teoritis disusun berdasarkan teori yang ada dan penelitian
terdahulu yang terkait.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh nilai tambah
penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu sebesar Rp 66.342,01 per kg bahan
baku per tahun dan keuntungan sebesar Rp 57.542,01 per kg bahan baku per tahun
atau sebesar 86,735 persen dari nilai tambah dan 44,263 persen dari nilai minyak
gaharu. Adapun balas jasa terbanyak dari faktor keuntungan perusahaan yaitu
sebesar 76,723 persen. Faktor lainnya yaitu pendapatan tenaga kerja sebesar
11,733 persen dan sumbangan input lain sebesar 11,544 persen. Seluruh hasil
yang diperoleh tersebut merupakan perhitungan per kg bahan baku.
Dalam pelaksanaan pemasaran minyak gaharu, CV Aromindo telah
menerapkan manajemen pemasaran pada perusahaannya. Akan tetapi, peluang
yang ada belum dimanfaatkan oleh perusahaan, contohnya peluang untuk masuk
ke pasar China. Perusahaan menetapkan segmentasi pasarnya berdasarkan
geografis dimana segmen pasar tersebut berada pada wilayah geografis Timur
Tengah tepatnya Saudi Arabia. Target pasar CV Aromindo yaitu perusahaan
minyak wangi dan aromaterapi. CV Aromindo menetapkan posisi produknya
sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi dan aromaterapi yang memiliki
kualitas tinggi. Strategi bauran pemasaran juga dilakukan oleh CV Aromindo
dimana produk yang dijual berupa minyak gaharu dengan penetapan harga
berdasarkan going rate atau mengikuti harga yang berlaku dipasaran.
Tempat/pendistribusian, CV Aromindo menetapkan pendistribusian produknya ke
pasar Saudi Arabia terutama Al Obaid Trading sebagai pelanggan tetapnya.
Dalam menjalankan usahanya CV Aromindo memperkenalkan produk minyak
gaharu melalui website. Sebagai tahap pengendalian pemasaran, CV Aromindo
cenderung mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan kepada
CV Aromindo agar melakukan kerjasama dengan pihak terkait gaharu untuk
menghasilkan rendemen minyak gaharu yang lebih tinggi agar besar nilai tambah
yang diciptakan dari proses penyulingan dapat lebih tinggi. Selain itu, perusahaan
sebaiknya mengembangkan produk minyak gaharu yang masih merupakan bahan
baku menjadi minyak wangi dan aromaterapi yang merupakan bahan jadi,
sehingga bisa meningkatkan keuntungan perusahaan. Adapun untuk pemasaran
perusahaan, CV Aromindo sebaiknya memiliki karyawan khusus di bagian
pemasaran untuk mengerjakan tugas pemasaran terkait dengan penyusunan
strategi yang tepat, misalnya dalam penetapan bauran pemasaran 4P, yaitu produk,
harga, distribusi, dan promosi, sehingga mampu meningkatkan keuntungan
perusahaan. Hal lainnya yaitu sebaiknya CV Aromindo melakukan perluasan
pasar, misalnya dengan memasuki pasar China yang sudah ada, sehingga dapat
lebih meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan.
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK
GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)
ANDINA GEMAH PERTIWI
H34080103
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi
Kasus Di CV Aromindo)
Nama : Andina Gemah Pertiwi
NIM : H34080103
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS
NIP. 19530718 197803 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Nilai
Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo)” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Andina Gemah Pertiwi
H34080103
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Maret 1990 yang merupakan
anak kedua dari empat bersaudara yang berasal dari pasangan Ir. H. Nata
Suwarya, M.Si dan Hj. Ida Tinawati, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan
dasar di SDN PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan
pada tahun 2002, dilanjutkan ke SMPN 12 Kota Makassar Sulawesi Selatan pada
tahun 2005, dan pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 5 Kota Bogor
Jawa Barat pada tahun 2008. Penulis diterima di Mayor Agribisnis di Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selain itu penulis
juga mengikuti program Minor Komunikasi di Departemen Komunikasi
Pengembangan Masyarakat.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif terlibat pada kegiatan
organisasi baik yang diadakan oleh Departemen Agribisnis, tingkat Fakultas
Ekonomi dan Manajemen maupun kegiatan yang diadakan Institut Pertanian
Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya serta
shalawat dan salam senantiasa terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai
Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo)”.
Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya nilai tambah dan
pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang
dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak
gaharu, serta mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen
pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Penulis berharap semoga hasil yang
diperoleh dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2013
Andina Gemah Pertiwi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-
Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian
skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa, dan kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen pembimbing skripsi
atas segala bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra,
pelaksanaan, hingga setelah pelaksanaan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji
utama dan dosen penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada
sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan
kritik dan saran demi perbaikan skripsi.
3. Drs. Iman Firmansyah selaku dosen pembimbing proposal penelitian atas
segala bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra, pelaksanaan,
hingga setelah pelaksanaan proposal penelitian.
4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran selama perkuliahan.
5. Ir. H. Nata Suwarya, M.Si dan Hj. Ida Tinawati, S.Pd orang tua tercinta atas
kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi, do’a yang tiada henti-hentinya
selama penulis menempuh pendidikan hingga saat ini, dan mendidik penulis
agar selalu menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Semoga skripsi
ini menjadi persembahan terbaik.
6. Kakak dan Adik penulis Anandita Irianti Utami, S.Hut, Indra Suryadinata dan
Ghaissani Arifah Hidayati, atas kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi
dan do’a yang tiada henti-hentinya selama penulis menempuh pendidikan
hingga saat ini.
7. Bapak Ir. Ramzi Salim sebagai pemimpin sekaligus pemilik perusahaan,
Bapak Solihin, SE, sebagai kepala Humas yang menerima dan membantu
penulis dalam pencarian informasi dan pelaksanaan skripsi di CV Aromindo.
8. Ibu Ida, Mbak Dian, Bapak Yusuf, dan seluruh dosen dan staf Departemen
Agribisnis yang telah banyak membantu penulis selama ini.
9. Sahabat tersayang, M. Hadinoor Gorbachev, ST, Busrol Karim, SE,
Ramdhani, Arima Puspitaningrum, S.Stk, Bebby Noviola, SE, Restika Raditia
Aulia, SE , Akbar Zaenal Muttaqin, SE, Andikha Yuli Sutrisno, SE, Regina
Prameisa, SE, Dinda Puti Denantica, SE, Septiannisa Rahmi, SE, Julia
Rahmamita, SE, Nur Hutami Budiarti, SE, Destia Eka Putri, SE, Meidina
Megan Andriani, SE, dan Tsamaniatul Khusnia atas dukungan, semangat, dan
kebersamaannya selama ini.
10. Ratih Kusuma Ningrum, SE, Eva Aprilalony, SE, Aklima Dhiska, SE, Farisah
Firas, Mizani Adlina, SE, dan Muhammad Fikri, SE, teman satu bimbingan
skripsi di bawah bimbingan Pak Iman dan Bu Ratna.
11. Teman gladikarya Desa Bojong Sawah, Firman Raditya, Putri Nursakinah,
SE, dan Ervan Fahreza, SE, atas sharing dan kebersamaan selama gladikarya.
12. Teman-teman Departemen Agribisnis IPB dan Kelas A21-A22 Angkatan 45
Tingkat Persiapan Bersama yang telah memberikan banyak pengalaman dan
kenangan berharga bagi penulis.
13. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis semasa penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
Terima kasih banyak.
Bogor, Maret 2013
Andina Gemah Pertiwi
H34080103
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 7
1.3 Tujuan ................................................................................... 12
1.4 Manfaat ................................................................................. 12
1.5 Ruang Lingkup ...................................................................... 13
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 14
2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu ...................................................... 14
2.2 Gaharu ................................................................................... 14
2.3 Klasifikasi Gaharu ................................................................. 16
2.4 Minyak Gaharu ...................................................................... 17
2.5 Minyak Atsiri ........................................................................ 18
2.6 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah
dan Pemasaran ...................................................................... 19
2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu .............................. 21
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................... 22
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 22
3.1.1 Konsep Nilai Tambah .................................................. 22
3.1.2 Konsep Pemasaran ...................................................... 23
3.1.3 Analisis Peluang Pasar ................................................ 25
3.1.4 Segmentasi, Target, dan Posisi Pasar .......................... 25
3.1.5 Bauran Pemasaran ....................................................... 28
3.1.6 Pelaksanaan dan Pengendalian Pemasaran ................. 33
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 33
IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 36
4.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ............................... 36
4.2 Data dan Instrumentasi .......................................................... 36
4.3 Metode Pengumpulan Data ................................................... 36
4.4 Metode Pengolahan data ....................................................... 37
4.4.1 Analisis Nilai Tambah ................................................. 37
4.4.2 Analisis Proses Manajemen Pemasaran ..................... 40 4.4.2.3 Analisis Bauran Pemasaran 4
4.4.3 Definisi Operasional Variabel ..................................... 43
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................... 46
5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Aromindo ........................... 46
5.2 Lokasi Perusahaan ................................................................. 47
5.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ............................. 47
5.4 Sarana dan Prasarana Produksi ............................................. 49
5.5 Penyediaan Bahan Baku ........................................................ 50
iv
5.6 Mesin dan Peralatan .............................................................. 50
5.7 Proses Produksi ..................................................................... 51
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 53
6.1 Analisis Nilai Tambah ........................................................... 53
6.2 Pendapatan Total Perusahaan ................................................ 59
6.3 Analisis Pemasaran Minyak Gaharu ..................................... 60
6.3.1 Analisis Peluang Pasar ................................................ 61
6.3.2 Analisis Segmentasi, Target, dan Positioning ............ 65
6.3.3 Bauran Pemasaran ....................................................... 68
6.3.4 Pelaksanaan dan Pengendalian Usaha
Pemasaran ..................................................................... 72
VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 74
7.1 Kesimpulan ........................................................................... 74
7.2 Saran .................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76
LAMPIRAN ........................................................................................... 80
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Konstribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam
Pembentukan Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000 ..... 1
2. Ekspor Gaharu Tahun 2000-2010 ............................................. 3
3. Produksi Gaharu Indonesia Tahun 2004-2009 ......................... 4
4. Perkembangan Kuota dan Realisasi Ekspor
Gaharu Indonesia ...................................................................... 5
5. Harga Kayu Gaharu Sesuai Grade ............................................ 8
6. Ekspor Minyak Gaharu oleh CV Aromindo
Tahun 2007-2011 ...................................................................... 11
7. Perhitungan Nilai Tambah Minyak Gaharu .............................. 39
8. Jenis dan Jumlah Gaharu milik CV Aromindo ......................... 47
9. Informasi Tenaga Kerja CV Aromindo .................................... 48
10. Luas Lahan dan Bangunan CV Aromindo ................................ 50
11. Perhitungan Nilai Tambah Kayu Gaharu Menjadi
Minyak Gaharu ......................................................................... 54
12. Sumbangan Input Lain .............................................................. 56
13. Wilayah Pendistribusian Gaharu ............................................... 71
14. Informasi untuk Perhitungan ..................................................... 86
15. Penyusutan Alat dan Mesin ...................................................... 87
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. 4P Bauran Pemasaran ............................................................... 29
2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 35
3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Minyak Gaharu
Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan ................... 57
4. Besarnya Distribusi Marjin Terhadap Imbalan
Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan .......... 58
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jenis dan Golongan HHBK ...................................................... 81
2. Jenis – Jenis Pohon Penghasil Gaharu di Indonesia ................. 82
3. Daftar Minyak Atsiri yang Sedang Berkembang di Indonesia.. . 83
4. Mesin dan Peralatan CV Aromindo .......................................... 85
5. Perhitungan Hari Orang Kerja .................................................. 86
6. Perhitungan Sumbangan Input Lain .......................................... 87
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luasnya hutan di Indonesia menjadikan negara Indonesia sebagai paru-
paru dunia dan dengan kekayaan hutan yang dimilikinya tentu begitu banyak pula
potensi yang dapat dikembangkan dari hasil hutan tersebut. Hutan menurut
Undang-Undang Nomor 41 Tentang Kehutanan Tahun 1999 adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki kontribusi
terhadap perekonomian nasional melalui perkembangan investasi industri dan
perdagangan hasil hutan (Tabel 1). Akan tetapi, persentase kontribusi sektor
kehutanan terhadap PDB terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi
peringatan penting bagi para pelaku usaha di sektor kehutanan agar meningkatkan
produktivitas usahanya sehingga sektor kehutanan tetap mampu memberikan
kontribusi yang tinggi bagi negara.
Tabel 1. Kontribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam Pembentukan
Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000
Tahun
Uraian
PDB (milyar
rupiah) Kehutanan
Persen-
tase
Terha-
dap
PDB
(%)
Industri
Kayu dan
Produk
Lainnya
(milyar
rupiah)
Persen-
tase
Terha-
dap
PDB
(%)
Kehutanan
dan Hasil-
Hasilnya
(1+2)
(milyar
rupiah)
Persen-
tase
Terha-
dap
PDB
(%)
2004 1.656.516,80 17.433,80 1,05 20.325,50 1,23 37.759,30 2,28
2005 1.750.656,10 17.176,90 0,98 20.138,50 1,15 37.315,40 2,13
2006 1.846.654,90 16.784,10 0,91 20.006,20 1,08 36.693,10 1,99
2007 1.963.974,30 16.401,40 0,84 19.657,60 1 36.059,00 1,84
2008 2.082.315,90 16.543,30 0,79 20.335,80 0,98 36.879,10 1,77
2009 2.176.975,50 16.793,80 0,77 20.039,20 0,92 36.833,00 1,69
2010 2.310.689,80 17.192,50 0,74 - - - -
2011 2.463.242,00 17.361,80 0,70 - - - -
Sumber: Statistik Kehutanan (2011)
2
Hasil hutan dibedakan menjadi dua, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan
bukan kayu (HHBK). HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan
dibanding hasil kayu sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam
pengembangannya (Sudarmalik dkk. 2006). HHBK merupakan salah satu hasil
hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor 35 Tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun
hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari
hutan.
Produk HHBK Indonesia diminati oleh masyarakat, baik domestik
maupun luar negeri. HHBK mampu memberikan penghasilan bagi masyarakat
sekitar hutan dan juga memiliki peran dalam penambahan devisa negara. HHBK
memiliki berbagai macam jenis dan golongan (Lampiran 1). Menteri kehutanan
pun telah menetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK
yang di dalamnya terdiri dari 558 spesies tumbuhan dan hewan sesuai dengan
yang tercantum pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/Menhut-II/Tahun
2007.
Departemen Kehutanan telah mengembangkan lima jenis HHBK yang
menjadi prioritas pengembangan, yaitu rotan, bambu, lebah, sutera dan gaharu. Di
antara kelima prioritas tersebut, gaharu merupakan salah satu produk primadona
ekspor bagi HHBK. Hal tersebut dilihat dari perdagangan HHBK untuk tumbuhan
dan satwa liar ke luar negeri yang didominasi oleh ekspor gaharu dan arwana.
Keduanya berkontribusi menyumbang 65 persen penerimaan devisa hingga 1,7
milyar rupiah untuk kelompok tumbuhan dan satwa liar pada penerimaan devisa
yang dihasilkan dari ekspor produk HHBK1.
Perdagangan gaharu di Indonesia berlangsung sejak tahun 1918 pada masa
penjajahan Hindia Belanda. Volume perdagangan gaharu saat itu hanya sekitar 11
ton per tahun. Setelah kemerdekaan, ekspor perdagangan gaharu terus
berkembang tidak saja ke daratan China, tetapi juga ke Korea, Jepang dan USA
serta ke beberapa negara Timur Tengah dengan permintaan yang tidak terbatas
(Biro KLN dan Investasi 2002). Volume perdagangan gaharu mengalami
1 Bambang, Novianto. 2011. Kemenhut Desak Perubahan Tarif Perdagangan Tanaman Satwa Liar.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/04/25/m30diq-kemenhut-desak-perubahan-
tarif-perdagangan-tanamansatwa-liar [diakses 10 Januari 2012]
3
peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2010. Total volume ekspor gaharu
saat itu mencapai 573 ton, naik signifikan dari tahun 2006 sebesar 170 ton.
Persentase kenaikan volume perdagangan tersebut mencapai lebih dari 100 persen
yaitu 337 persen dengan perkiraan perolehan devisa pada tahun 2006 sebesar US$
26.086.350 dan meningkat menjadi US$ 85.987.500 pada tahun 2010 (Bintoro
2011).
Perdagangan gaharu yang semakin meningkat menyebabkan intensitas
perburuan gaharu alam tidak terkendali karena gaharu yang diperdagangkan
selama ini merupakan gaharu yang tumbuh di hutan alam. Masyarakat mengambil
gaharu dengan cara menebang pohon hidup dan mencacahnya untuk memperoleh
bagian kayu bergaharu tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada pohon
penghasil gaharu.
Tabel 2. Ekspor Gaharu Indonesia Tahun 2000-2010
Tahun Total Volume Ekspor Gaharu (Ton)
2000 155,790
2001 197,426
2002 175,000
2003 174,085
2004 175,000
2005 171,424
2006 170,000
2007 ≠
2008 ≠
2009 ≠
2010 573,000
Keterangan: ≠ alasan ketidaktersediaan tidak diketahui
Sumber: CITES (2003) dan PHKA (2011)
Pada tahun 1995 pohon penghasil gaharu Aquilaria sp dimasukkan dalam
daftar kelompok Apendix II CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora) karena perburuan yang tidak
terkendali. Sejak dimasukkan dalam daftar kelompok Apendix II CITES, kuota
ekspor gaharu dibatasi hanya 250 ton per tahun. Namun sejak tahun 2000, total
4
ekspor gaharu dari Indonesia terus menurun hingga jauh dibawah ambang kuota
CITES. Semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan alam telah mengakibatkan
semua pohon gaharu (Aquilaria sp dan Gyrinops sp) dimasukkan dalam Apendix
II pada konvensi CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di Bangkok. Eksploitasi hutan
dan perburuan gaharu yang tidak terkendali menyebabkan penurunan kemampuan
ekspor gaharu Indonesia. Sebagai gambaran, pada Tabel 2 disajikan data hasil
kajian tentang perdagangan ekspor gaharu di Indonesia.
Kekhawatiran akan punahnya spesies gaharu di Indonesia membuat
Departemen Kehutanan menurunkan kuota ekspor menjadi hanya 125 ton per
tahun sejak tahun 2005. Hingga saat ini, belum terdapat akurasi data produksi
dari berbagai daerah penghasil. Namun, produksi gaharu dapat diperkirakan oleh
departemen kehutanan seperti yang tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Gaharu Indonesia Tahun 2004-2009
Tahun Produksi (Ton)
2004 6.175
2005 231
2006 668
2007 -
2008 -
2009 714
Sumber: BPS Kehutanan (2010)
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat penurunan yang tajam
produksi gaharu dari tahun 2004 ke 2009. Departemen Kehutanan melihat potensi
penurunan produksi gaharu tersebut sejak beberapa tahun lalu. Oleh karena itu,
pada tahun 2001 eksportir gaharu diwajibkan memiliki lahan seluas minimal dua
hektar untuk membudidayakan pohon gaharu. Pembudidayaan gaharu oleh
masyarakat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi pasokan gaharu dunia
dengan total kebutuhan dunia sebesar 4.000 ton per tahun. Setelah tahun 2006,
kuota untuk masing-masing jenis tumbuhan gaharu semakin mengalami fluktuasi
begitu pula dengan realisasi ekspornya. Hal tersebut terlihat pada Tabel 4.
5
Tabel 4. Perkembangan Kuota dan Realisasi Ekspor Gaharu Indonesia
Tahun Jenis Gaharu Kuota (kg) Realisasi (kg) Persentase realisasi terhadap
kuota (%)
2007
Aquilaria Malaccensis 30.000 23.709 79
Aquilaria Filaria 76.000 76.000 100
Gyrnops 24.000 8.000 33
2008
Aquilaria Malaccensis 30.000 30.000 100
Aquilaria Filaria 65.000 65.000 100
Gyrnops 25.000 25.000 100
2009
Aquilaria Malaccensis 173.250 74.890 43
Aquilaria Filaria 455.000 326.882 72
Gyrnops - - -
Sumber: Siran & Turjaman (2011)
Kuota ekspor gaharu pada tahun 2007 dari ketiga jenis yang dapat
dipenuhi hanya dari jenis Aquilaria filaria, sedangkan untuk Aquilaria
malaccensis tidak dapat dipenuhi, bahkan untuk Gyrinops realisasi ekspornya
hanya mencapai 33 persen dari kuota yang ditetapkan. Pada tahun 2008, realisasi
ekspor gaharu untuk ketiga jenis dapat terpenuhi 100 persen dari kuota yang
ditetapkan. Pada tahun 2009, kenaikan kuota yang signifikan terjadi pada jenis
Aquilaria malaccensis sebanyak hampir enam kali lipat, sedangkan pada
Aquilaria filaria sebanyak tujuh kali lipat.
Penurunan kemampuan ekspor gaharu Indonesia sangat berpengaruh
terhadap perkembangan harga gaharu, baik di pasar dunia maupun ditingkat
pedagang pengumpul dikarenakan Indonesia merupakan produsen terbesar gaharu
dunia. Pada tahun 1980, harga gaharu ditingkat pedagang pengumpul berkisar Rp
80.000 per kg untuk kualitas super. Awalnya, kenaikan harga gaharu relatif
lambat, yaitu hanya naik menjadi Rp 100.000 per kg pada tahun 1993. Kenaikan
pesat terjadi pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, dimana
harga gaharu mencapai Rp 3-5 juta per kg. Kenaikan harga gaharu berlanjut dan
makin tajam hingga mencapai Rp 10 juta per kg pada tahun 2000 dan meningkat
lagi hingga mencapai Rp 15 juta per kg pada tahun 2009 (Adijaya 2006 dan
Wiguna 2009).
6
Perkembangan harga yang semakin baik, membuat prospek gaharu
semakin baik untuk pasar luar negeri karena permintaan luar negeri cukup tinggi.
Namun, produksi gaharu Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan gaharu
dunia. Indonesia bersaing dengan negara-negara penghasil gaharu lainnya. Jika
Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut, maka Indonesia dapat menjadi
negara pengekspor yang dapat diandalkan, selain meningkatkan keuntungan bagi
setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.
Berbagai daerah di Bangka, Sukabumi, Bogor, Lampung dan NTT mulai
mengembangkan pembudidayaan gaharu untuk mengantisipasi berkurangnya
produksi gaharu Indonesia. Daerah Bogor merupakan daerah yang sangat serius
dalam melakukan budidaya gaharu. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Bogor sudah melakukan penelitian gaharu semenjak tahun 2000 dan
sudah menemukan teknik budidaya gaharu yang dipastikan bisa menghasilkan
gubal gaharu yang harum dan mempunyai nilai rupiah yang sangat tinggi.
Nilai guna gaharu awalnya hanya digunakan sebagai bahan pengharum
tubuh dan ruangan dengan cara pembakaran (fumigasi) serta sebagai bahan baku
dupa atau hio yang digunakan dalam upacara ritual keagamaan masyarakat Hindu
dan Budha. Pada saat ini, gaharu banyak dibutuhkan sebagai bahan baku industri
pengikat (fixatif) minyak wangi serta bahan baku industri obat tradisional herbal.
Sementara ini, produk ekspor gaharu Indonesia sebagian besar masih dalam
bentuk potongan kayu. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai tambah perlu
digalang bermacam jenis produk perdagangan ekspor gaharu dalam berbagai
bentuk produk barang setengah jadi dan barang jadi dengan kualitas dan
kontinuitas yang tertata secara baik sesuai perkembangan permintaan pasar dunia.
CV Aromindo adalah satu perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan
gaharu di Bogor, tepatnya terletak di daerah Cilendek Barat. Perusahaan ini
menjual berbagai jenis gaharu, mulai dari yang natural atau bahan baku mentah,
sampai pada gaharu yang sudah melalui processing atau pengolahan menjadi
produk jadi. Berkembangnya teknologi industri menyebabkan berkembangnya
tataniaga gaharu dalam bentuk produk minyak atsiri yang secara teknis diperoleh
melalui penyulingan.
7
CV Aromindo memanfaatkan peluang yang ada dengan membuat produk
minyak gaharu yang dibutuhkan sebagai bahan dasar untuk membuat minyak
wangi maupun minyak aromaterapi. Melalui penciptaan minyak gaharu yang
semula hanya berupa potongan kayu gaharu menjadi minyak gaharu, maka
menciptakan nilai tambah bagi produk tersebut. Besarnya nilai tambah produk
minyak gaharu selama ini tidak diketahui secara pasti oleh perusahaan. Padahal,
dengan mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan, perusahaan dapat
mengetahui secara pasti besar keuntungan yang didapatkan dari proses
pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu sehingga memacu perusahaan untuk
terus melakukan pengembangan terhadap produk yang dijual agar memiliki nilai
tambah guna meningkatkan pendapatan perusahaan.
Produksi Gaharu di dalam negeri, lebih sering untuk memenuhi kebutuhan
pasar ekspor, seperti China, Eropa dan Arab Saudi2. Begitu pun dengan CV
Aromindo turut menjual minyak gaharu ke pasar tersebut. Perilaku kebutuhan
masyarakat terhadap produk olahan gaharu seperti dupa, hio, minyak wangi, dan
minyak aromaterapi berbahan dasar gaharu yang memiliki wangi khas
menyebabkan industri pengolahan gaharu di pasar ekspor berkembang. Oleh
karena itu, CV Aromindo perlu melakukan proses manajemen pemasaran yang
baik agar dapat bersaing di pasar tersebut dan mampu mencapai tujuan pemasaran
perusahaannya. Proses manajemen pemasaran ini dapat menentukan keberhasilan
perusahaan dalam menjangkau pasar-pasar yang tepat dan potensial. Pada
prosesnya, dapat dilihat peluang pasar bagi CV Aromindo, penerapan strategi
pemasaran yang dilakukan melalui analisis segmentasi, targeting, dan positioning,
bauran pemasaran produk, harga, distribusi, dan promosi yang dilakukan, serta
pelaksanaan dan pengendalian pemasaran CV Aromindo. Oleh karena itu,
penelitian ini diarahkan pada analisis nilai tambah dan pemasaran gaharu.
1.2 Permasalahan
Saat ini, gaharu sebagian besar dijual dalam bentuk mentah (potongan
kayu). Padahal, beragamnya nilai guna gaharu merupakan indikator dalam
pengusahaan gaharu, sehingga pengelolaan sumberdaya dan produksi diharapkan
2 http://www.hariansumutpos.com/2012/05/34648/melihat-potensi-gaharu-produk-ekspor-unik-
dan-mahal#ixzz2KkjpBihH [Diakses 18 Februari 2012]
8
dapat berkembang sebagai lahan pengusahaan gaharu bagi Indonesia yang
berperan penting dalam menggalang pendapatan masyarakat dan negara.
Gaharu tidak banyak dikonsumsi di dalam negeri lantaran harganya yang
mahal. Hal ini membuat para pengusaha gaharu lebih memilih mengekspor ke
pasar internasional, sebab permintaan pasar internasional tinggi. Berbagai negara
konsumen atas produk komoditi gaharu antara lain, berbagai negara Timur
Tengah, China, Jepang, Korea, Taiwan, Eropa, Amerika, Jerman, dan Belanda.
Dari beberapa negara tersebut, kontribusi ekspor terbesar ke wilayah Timur
Tengah, sebesar 60 hingga 70 persen3.
Gaharu merupakan produk yang memiliki nilai jual tinggi walaupun tidak
diolah atau masih dalam bentuk kayu. Namun, ketika produk gaharu tersebut
diolah, maka akan semakin meningkatkan nilai jualnya. Pada tahun 2010, nilai
jual gaharu sebelum diolah ditingkat pedagang pengumpul lokal berkisar Rp
10.000,00 per kg untuk gaharu kualitas paling rendah hingga mencapai Rp
15.000.000,00 per kg untuk gaharu kualitas super, yaitu tergantung seberapa
banyaknya kandungan resin pada gaharu tersebut (Anonim 2010). Harga gaharu
pada tahun 2010 ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Harga Kayu Gaharu Sesuai Grade Tahun 2010 di Pulau Jawa
No Grade Kayu Gaharu Harga (Rp/kg)
1 Grade A Super king 15.000.000
2 Grade A 10.000.000
3 Grade AB 5.000.000
4 Grade C 2.000.000
5 Grade D 1.000.000
6 Grade E 500.000
7 Low Grade 100.000 - 300.000
8 Gaharu untuk minyak 10.000 - 100.000
Sumber: Anonim (2010)
3 A, Mashur M. 2011. China Impor Kayu Gaharu Tanpa Perantara.
http://medan.tribunnews.com/2011/03/16/china-impor-kayu-gaharu-tanpa-perantara [Diakses
10 Januari 2012]
9
Harga jual gaharu di pasar lokal berbeda dibandingkan dengan yang
beredar di pasar internasional, karena negara-negara pengekspor gaharu yang ada,
mampu menjual gaharu dalam bentuk yang lebih bernilai jual. Peningkatan nilai
jual pada suatu produk dapat dilakukan dengan pengubahan bentuk dari produk
mentah menjadi produk olahan, baik berupa produk setengah jadi, maupun produk
jadi. Produk jadi ini memiliki nilai tambah dan mampu meningkatkan pendapatan
bagi perusahaan yang memproduksinya.
Salah satu alternatif dalam meningkatkan nilai tambah pengusahaan dapat
dilakukan dengan mengembangkan jenis produk jadi yang memiliki nilai
ekonomis pasar yang menguntungkan, salah satunya yaitu pengembangan produk
minyak atsiri gaharu. Harga ekspor minyak gaharu di pasaran dunia sangat tinggi,
berdasarkan pengalaman salah satu penyuling, titik terendah harga minyak gaharu
sudah mencapai 7000 US$ per kg. Selain harga bahan baku yang mahal, tingginya
harga minyak gaharu juga dipengaruhi oleh keterbatasan bahan baku dan
rendemen minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan relatif sedikit.
Produsen penyuling minyak gaharu masih sangat minim jumlahnya,
karena untuk melakukan penyulingan pada gaharu, modal yang dibutuhkan tidak
sedikit. Namun, berdasarkan kenyataan mengenai tingginya nilai jual produk
olahan gaharu, maka semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk
mengembangkan produk olahan gaharu, seperti minyak gaharu, dupa, hio, sabun,
teh gaharu, dll. Hal itu dilakukan perusahaan demi mendapatkan keuntungan yang
maksimal dari pengushaan gaharu tersebut.
CV Aromindo merupakan perusahaan yang melakukan pengolahan untuk
produk gaharu. Perusahaan ini mempunyai alat penyulingan gaharu yang
dirancang sendiri dan memiliki hak cipta atas mesin tersebut. CV Aromindo juga
sering dijadikan percontohan bagi perusahaan lain ataupun individu yang ingin
berbisnis gaharu melalui kegiatan seminar dan pelatihan. Adapun CV Aromindo
menjual gaharu dalam bentuk mentah dan juga produk jadi. Produk mentah yang
dijual berupa natural gaharu yaitu produk gaharu yang kualitasnya tinggi. process
gaharu yaitu produk gaharu yang diolah agar memiliki kualitas yang lebih baik
dan adapula minyak gaharu yang dihasilkan dengan menggunakan peralatan
10
canggih. Selain itu, terdapat produk olahan gaharu lain yang dihasilkannya, yaitu
dupa, sabun, hio, dan hiasan artistik dari kayu gaharu.
CV Aromindo memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang ada dengan
menjual gaharu dalam berbagai produk olahan, diantaranya dupa, hio, minyak
gaharu, dan hiasan artistik kayu gaharu. Produk olahan terbaik yang dihasilkan
oleh CV Aromindo adalah minyak gaharu yang diproduksi dengan menggunakan
peralatan canggih. Minyak gaharu tersebut diproduksi dengan penyulingan sistem
manual dan menggunakan tekanan uap tinggi. Peralatan yang digunakan
dirancang sendiri oleh CV Aromindo dengan perpaduan peralatan penyulingan
minyak gaharu dari Thailand dan India.
Harga minyak gaharu yang dihasilkan oleh CV Aromindo bervariasi
tergantung pada proses produksinya. Harga yang ditetapkan perusahaan tersebut
dapat berubah mengikuti nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terjadi, karena
CV Aromindo ini menjual minyak gaharu ke pasar ekspor. Dari segi ukuran,
minyak gaharu yang dijual oleh CV Aromindo dijual dalam satuan kg.
CV Aromindo sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri gaharu
dan produk turunannya mempunyai peran yang cukup strategis dalam
perekonomian. Dalam aktivitas usahanya, selain berorientasi pada keuntungan,
CV Aromindo juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan nilai
tambah dan menyumbang devisa bagi negara. Akan tetapi, perkembangan usaha
gaharu CV Aromindo belum seperti yang diharapkan karena beberapa kendala, di
antaranya yaitu ketersediaan bahan baku yang tidak menentu, persaingan yang
ketat dikarenakan pasar tujuan dari minyak gaharu ini adalah berorientasi ekspor,
kemampuan tenaga penjual yang masih terbatas, serta masalah lain yang berkaitan
dengan pengembangan usaha.
Menyadari kontribusi yang diberikan melalui adanya usaha minyak gaharu
ini, menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk mempertahankan
kesinambungan dan kestabilan aktivitas usahanya. Seperti yang diketahui, minyak
gaharu memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kayu
gaharu. Hal ini dapat dilihat dari harga minyak gaharu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gaharu dalam bentuk kayu. Produk olahan gaharu tersebut
menghasilkan nilai tambah yang bisa meningkatkan pendapatan bagi CV
11
Aromindo. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana usaha pengolahan produk
gaharu menjadi minyak gaharu ini dapat memberikan nilai tambah dan
keuntungan bagi perusahaan dan faktor-faktor produksi lainnya sehingga mampu
menjaga kesinambungan usaha CV Aromindo.
Permasalahan lain yang dihadapi CV Aromindo dalam mencapai
keuntungannya yaitu penjualan minyak gaharu yang masih jauh dari target
perusahaan akibat dari permintaan yang belum sesuai. Permintaan terhadap
minyak gaharu CV Aromindo menjadi penentu besarnya penjualan produk yang
dilakukan perusahaan karena selama ini perusahaan menjual minyak gaharu jika
ada permintaan melalui pemesanan. Oleh karena itu, perusahaan harus meninjau
kembali langkah pemasaran yang dilakukan perusahaan. Langkah pertama dalam
perencanaan bisnis adalah langkah pemasaran, dimana pasar sasaran dan strategi
pemasarannya ditentukan, dan tujuan penjualan serta sumber-sumber daya untuk
mencapai tujuan ini ditetapkan (Kotler 1993). Adapun target hasil penjualan
produksi minyak gaharu yang ingin dicapai perusahaan sebesar 38,4 kg per tahun.
Penetapan target ini didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam memproduksi
minyak gaharu sesuai dengan kapasitas mesin produksi yang dimiliki perusahaan
juga banyaknya bahan baku yang mampu didapatkan dan waktu yang dibutuhkan
untuk proses penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu. Besarnya volume
penjualan ekspor minyak gaharu oleh CV Aromindo dapat dilihat dari pada Tabel
6.
Tabel 6. Ekspor Minyak Gaharu oleh CV Aromindo Tahun 2007-2011
Tahun Volume Penjualan Minyak Gaharu (kg)
2007 6,58
2008 2,00
2009 5,00
2010 18,00
2011 2,00
Sumber: Data Sekunder Perusahaan (2012)
Tujuan pemasaran perusahaan CV Aromindo salah satunya yaitu
pencapaian target penjualan minyak gaharu sesuai yang telah ditetapkan
12
perusahaan. Akan tetapi, hal tersebut belum mampu dicapai oleh perusahaan
terbukti dari data penjualan pada tabel 6. Manajer pemasaran menjalani proses
pemasaran untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut (Kotler 1993).
Keberhasilan dalam mencapai tujuan pemasaran perusahaan salah satunya dapat
ditentukan oleh proses manajemen pemasaran yang baik. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini penulis menganalisis proses manajemen pemasaran yang dilakukan
perusahaan. Manajemen pemasaran dalam hal ini ditujukan pada analisis peluang
pasar minyak gaharu, penetapan segmentasi, target, dan posisi produk di pasar
serta bauran pemasaran produk, harga, distribusi dan promosi, serta pelaksanaan
dan pengendalian pemasaran yang dilakukan CV Aromindo. Berdasarkan uraian
tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Bagaimana nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik
faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha pengolahan
kayu gaharu menjadi minyak gaharu?
2) Bagaimana pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV
Aromindo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian antara lain:
1) Mengetahui besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap
pemilik fakor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha
pengolahan kayu gaharu menjadi minyak gaharu.
2) Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen pemasaran
minyak gaharu di CV Aromindo.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang berguna dan membangun bagi:
1) peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang
akan menjadi penyeimbang pada dunia kerja dalam hal memperluas wawasan
dan melatih kemandirian;
13
2) Perusahaan, untuk mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan
yang harus diambil dan dilaksanakan yang berkaitan dengan peningkatan nilai
tambah usaha dan penentuan manajemen pemasaran yang tepat;
3) pemerintah, diharapkan menjadi salah satu masukan untuk merumuskan
strategi yang tepat untuk meningkatkan efektifitas pemasaran gaharu dan
olahannya; dan
4) pembaca, sebagai referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi mengenai
analisis nilai tambah dan pemasaran produk olahan gaharu dan sebagai
masukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis nilai tambah dan pemasaran produk
olahan gaharu. Produk yang dihasilkan berupa minyak gaharu. Penelitian ini
dilakukan di CV Aromindo. Alat analisis yang digunakan untuk menghitung nilai
tambah pada penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan metode Hayami,
sedangkan untuk menganalisis proses manajemen pemasarannya yaitu melalui
analisis peluang pasar, penelitian dan pemilihan pasar sasaran, pengembangan
strategi bauran pemasaran, serta pelaksanaan dan pengendalian usaha pemasaran
CV Aromindo.
Analisis peluang pasar pada penelitian ini dilihat dari lingkungan
pemasaran perusahaan baik mikro maupun makro. Adapun lingkungan pemasaran
mikro meliputi perusahaan, pemasok, pesaing, dan pembeli. Lingkungan
pemasaran makro meliputi demografi, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial
budaya. Pada penelitian dan pemilihan pasar sasaran, dilakukan dengan
menganalisis segmentasi, target, dan posisi produk perusahaan di pasar.
Pengembangan strategi bauran pemasaran dianalisis melalui bauran produk,
harga, distribusi/tempat, dan promosi. Tahap akhir yaitu pelaksanaan dan
pengendalian perusahaan dilihat dari pelaksanaan kegiatan pemasaran pada divisi
pemasaran CV Aromindo.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Hutan Bukan kayu
Keberadaan hutan di Indonesia sebagai sumberdaya alam memiliki
keunggulan tersendiri terutama karena hasil hutannya yang melimpah. Salah satu
hasil hutan yang memiliki nilai manfaat tinggi yaitu hasil hutan bukan kayu
(HHBK). Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa
HHBK adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang
berasal dari hutan. Adapun FAO mendefinisikan HHBK sebagai produk biologi
asli selain kayu yang diambil dari hutan, lahan perkayuan dan pohon-pohon yang
berada di luar hutan. Pemanfaatan HHBK di Indonesia belum dilakukan secara
optimal sehingga masih harus terus dikembangkan.
Berbagai jenis tanaman penghasil HHBK merupakan tanaman serbaguna
yang dapat memberikan berbagai manfaat sosial kepada masyarakat setempat,
manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat lingkungan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem. HHBK yang sudah biasa dikomersilkan
diantaranya cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, sutera alam, madu,
jernang, kemenyan, kayu putih, kayu manis, kilemo, pinang, ylang-ylang, gemor,
masohi, aneka tanaman hias dan tanaman obat serta minyak atsiri. Agar ekosistem
hutan tetap terjaga, maka pengembangan HHBK lebih diarahkan pada
peningkatan usaha budidaya dan pemanfaatan produksi yang dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan (Sunaryo 2008).
2.2 Gaharu
Gaharu merupakan komoditi HHBK andalan yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi terutama untuk pemenuhan kebutuhan pasar industri kosmetik dan
farmasi. Permintaannya yang tinggi serta ketersediaannya yang terbatas di alam
menyebabkan harga komoditi ini relatif sangat tinggi (Nurapriyanto dkk. 2004).
Gaharu berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu aguru yang berarti kayu berat
(tenggelam). Gaharu adalah produk komoditas HHBK dalam bentuk kayu
serpihan, potongan, serutan dan atau bubuk yang di dalamnya terkandung
komponen kimia berupa resin dan bila dibakar akan mengeluarkan aroma
15
keharuman yang khas. Masyarakat awam seringkali mengaburkan istilah gaharu
dengan pohon gaharu.
Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu
dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar
damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang
tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang
terjadi baik secara alami atau buatan pada suatu jenis pohon dan pada umumnya
terjadi pada pohon Aquilaria sp. Beberapa nama diberikan pada gaharu, seperti
agarwood, aloeswood, gaharu (Indonesia), ood, oudh, oodh (Arab), chenxiang
(China), pau d’aquila (Portugis), bois d’aigle (Perancis), dan adlerholz (Jerman).
Di Indonesia, gaharu memiliki nama yang berbeda-beda menurut daerah, seperti
karas, alim, garu, dll. Gaharu dihasilkan oleh tumbuhan dari famili Thyeleaceae
dengan 6 genus, Euphorbiaceae 1 genus dan Leguminoceae 1 genus. Selain
Indonesia, gaharu juga dihasilkan dari beberapa negara seperti India, Myanmar,
Thailand, Malaysia, Filiphina, Brunei Darusalam, Papua New Gini, China dan
Indochina. Jenis-jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia dapat dilihat pada
Lampiran 2, dimana gaharu tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan
dihasilkan dari jenis pohon yang berbeda pula untuk setiap daerah.
Gaharu di Indonesia mulai dikenal masyarakat sejak tahun 1200-an dan
sebagain besar produksi hingga saat ini masih merupakan produksi hutan secara
alami. Semula gaharu diburu masyarakat dengan cara dipungut dari pohon alam
yang telah mati dengan sebagian besar produk tergolong dalam kelas gubal,
dimana dengan kandungan resin yang tinggi di alam tidak akan lapuk dimakan
usia. Namun, semakin sulitnya memperoleh pohon yang mati, masyarakat
pemburu gaharu di berbagai daerah penghasil, mencari gaharu dengan cara
menebang pohon hidup, kemudian mencari bagian kayu dengan cara
mencacahnya untuk mendapatkan kayu berwarna hitam, hitam-coklat dan putih-
kuning bergaris-garis hitam. Cara tersebut berdampak buruk bagi kelestarian
sumberdaya pohon penghasil gaharu, sehingga Convention International Trade
Endangered Species (CITES) menetapkan 2 genus Famili Thymeleaceae yaitu
Aquilaria sp dan Gyrinops sp masuk sebagai tumbuhan dilindungi dalam
kelompok Apendix II CITES.
16
Gaharu terbentuk dalam jaringan kayu akibat pohon terinfeksi penyakit
cendawan (fungi) yang masuk melalui luka batang (patah cabang). Adapun jenis-
jenis penyakit dari genus cendawan (fungi) yang terdapat di berbagai wilayah
sentra produksi yang diduga sebagai postulat pembentuk gaharu adalah Fusarium
sp, Phytium sp, Libertella sp, Rizoctonia sp, Trichoderma sp, Thiolaviopsis sp,
Acremonium sp, Botrydiplodia sp, Penicillium sp dan Lasiodiplodia sp.
2.3 Klasifikasi Gaharu
Gaharu memiliki klasifikasi tersendiri sesuai dengan mutu kualitas yang
diberikan. Adapun klasifikasi gaharu tersebut menurut standarisasi gaharu dalam
SNI 01-5009.1-1999 yang ditetapkan oleh departemen kehutanan yaitu:
1) Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :
a) Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super.
b) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.
c) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super.
2) Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :
a) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I.
b) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.
c) Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB.
d) Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC.
e) Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1.
f) Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2.
g) Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3.
3) Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :
a) Mutu Utama, dengan tanda mutu U.
b) Mutu pertama, dengan tanda mutu I.
c) Mutu kedua, dengan tanda mutu II.
Pada klasifikasi tersebut terdapat beberapa istiah untuk gaharu. Berikut
adalah pengertian dari istilah tersebut, yaitu:
1) Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses
penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau
pengerokan.
17
2) Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon
atau bagian pohon penghasil gaharu dengan aroma yang kuat, dan ditandai
oleh warnanya yang hitam kecoklatan.
3) Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon
penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak
kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling
coklat.
4) Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon
penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang
lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-
coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.
2.4 Minyak Gaharu
Minyak gaharu merupakan minyak yang berasal dari proses penyulingan
gaharu. Penyulingan gaharu dapat dilakukan dengan metode destilasi uap dan
manual. Minyak Gaharu biasanya berwarna kuning atau coklat gelap. Gaharu
yang digunakan untuk membuat minyak gaharu adalah gaharu kualitas
kamedangan.
Penyulingan gaharu melalui teknik distilasi uap menggunakan potongan
gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap tersebut
menyebabkan sel tanaman gaharu dapat terbuka dan menghasilkan minyak dan
senyawa aromatik untuk parfum. Kemudian uap air akan membawa senyawa
aromatik tersebut melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi
kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak kemudian
dipisahkan hingga membentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah
(Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009).
Proses penyulingan minyak gaharu secara manual dilakukan dengan cara
merendam kayu gaharu dalam air kemudian memindahkannya ke dalam wadah
untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan
wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah
(Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009).
18
2.5 Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap, mempunyai rasa
getir dan bau mirip tanaman asalnya. Umumnya minyak atsiri larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri juga disebut dengan essential oils,
etherial oils, atau volatile oils. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis
tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit
kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh
tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat
secara sintetis (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009). Tanaman yang
menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman
yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae,
Myrtaceae dan Umbelliferaceae.
Mengacu pada Dewan Atsiri Indonesia dan IPB (2009) proses produksi
minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing),
(2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan
(distilation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan
untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan
bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk
memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih
air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
Minyak atsiri memiliki kegunaan yang sangat banyak tergantung dari jenis
tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai
bahan baku minyak wangi, komestik, flavour makanan dan obat-obatan. Industri
komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan
pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion dan parfum. Industri makanan
menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri
farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.
Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak
sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh
industri bahan pengawet dan bahan insektisida.
19
Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti
Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong,
Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil
Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India
Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah
Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India. Setidaknya ada 70 jenis minyak
atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di
antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony dan Rahmayati 2000). Meskipun
banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil
jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri
potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa.
Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atsiri dan
turunannya naik sekitar 10 persen dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama
didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri
komestik dan wewangian (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB, 2009).
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman
penjajahan (Lutony dan Rahmayati 2000). Namun, jika dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal tersebut karena sebagian
besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi
sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas.
Daftar minyak atsiri yang berkembang di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran
3.
2.6 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah dan Pemasaran
Penelitian mengenai nilai tambah dan pemasaran yang dilakukan oleh
penulis ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu, diantaranya adalah
hasil penelitian Tinaprilla (1992) tentang Analisis Titik Impas, Nilai Tambah dan
Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacqu:Fr. Kumm) Studi Kasus
pada CV Tunas Sari Kotamadya Bogor. Penelitian tesebut bertujuan untuk
mempelajari kegiatan perusahaan, menganalisis biaya produksi, titik impas,
kemampuan memperoleh laba, nilai tambah dan mempelajari proses manajemen
pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Penentuan lokasi berdasarkan
20
pada teknik purposive sampling. Dalam menjawab pertanyaan mengenai nilai
tambah dalam penelitian Tinaprillia (1992) menggunakan metode Hayami.
Analisis didasarkan pada kegiatan perusahaan selama satu tahun mulai Januari
sampai Desember 1991. Nilai tambah yang diperoleh perusahaan melalui aktivitas
usaha jamur tiram putih yaitu sebesar Rp 114.514,46 per kg per tahun. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Hayami tersebut dapat diketahui bahwa
perusahaan cenderung lebih padat karya karena kontribusi faktor tenaga kerja
dalam pembentukan marjin cukup besar yaitu 11,95 persen, sedangkan untuk
modal hanya 1,06 persen. Adapun balas jasa terbanyak berasal dari faktor bahan
penolong yaitu sebesar 44,10 persen. Dari hasil penelitian mengenai pemasaran
pada CV Tunas Sari diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan manajemen
pemasarannya walaupun masih relatif sederhana. Peluang pasar dilihat oleh
perusahaan dari segi pemasok, pesaing dan pelanggan dimana sasaran perusahaan
adalah konsumen golongan menengah ke atas. Pada tahap pengembangan strategi
pemasaran, perusahaan melakukan kebijaksanaan produk, harga, promosi dan
distribusi serta untuk pengendalian pemasaran, perusahaan berusaha
mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Selain itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2010)
mengenai Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di
Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk; (1)
menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan
komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran
pemasaran yang meliputi: saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur
pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran
berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio
keuntungan dan biaya.
Penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu
Gergajian tersebut dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Penelitian tersebut menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan
analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif. Penentuan lokasi
berdasarkan pada teknik purposive sampling.
21
Hasil analisa yang dilakukan oleh Munawar (2010) menunjukkan bahwa
nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK
skala usaha kecil Rp. 103.879,02 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah
sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala
usaha menengah sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai
tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar
Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen
merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh
perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan
input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.
2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pada studi literatur yang telah dilakukan terdapat persamaan
dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaan pada
penelitian ini adalah Tinaprilla (1992) dan Munawar (2010) menggunakan metode
Hayami untuk menganalisis nilai tambah. Dalam menganalisis pemasaran, alat
analisis yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif. Selain itu, penelitian ini
juga sama-sama melakukan analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian.
Penentuan lokasi dengan teknik purposive sampling. Tujuan penelitian pada
keduanya sama-sama menganalisis nilai tambah dan pemasaran.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada penelitian
Munawar (2010) analisis pemasaran yang dilakukan mengarah kepada analisis
pemasaran dari sudut pandang ekonomi. Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh penulis, analisis pemasaran dilihat dari sudut pandang manajemen.
Perbedaan juga terdapat pada pemilihan komoditi dan lokasi yang dijadikan
sebagai objek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu
menganalisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini dilandasi oleh teori-teori
mengenai konsep nilai tambah dan konsep pemasaran. Konsep pemasaran disini
ditekankan pada konsep pemasaran dari sisi manajemen.
3.1.1 Konsep Nilai Tambah
Keuntungan yang diterima oleh perusahaan dan imbalan bagi tenaga kerja
dapat digambarkan oleh besarnya persentase terhadap nilai tambah. Tujuan dari
analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku
sistem (pedagang atau pengusaha) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan
oleh sistem komoditi tersebut. Beberapa metode dapat digunakan untuk
mengukur nilai tambah suatu komoditi pertanian, diantaranya:
1) Metode Hayami
Metode Hayami merupakan salah satu metode analisis nilai tambah yang
sering dipakai. Hayami menerapkan analisis nilai tambah pada subsistem
pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi
yang mengubah bentuk produk primer.
2) Metode M. Dawam Rahardjo
Metode yang dikemukakan Rahardjo (1986) mendefinisikan nilai tambah
sebagai selisih nilai produk bruto dengan total pengeluaran. Nilai produk bruto
yang dimaksud disini adalah nilai output ditambah dengan nilai jasa yang
diberikan. Total pengeluaran yang dimaksud meliputi gaji/upah, bahan baku,
bahan bakar dan biaya lainnya.
Analisis nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
yang dikemukakan oleh Hayami. Menurut Hayami et al. (1987) nilai tambah
adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang
diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa
proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility),
maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan
bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.
23
Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk
pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tambah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar.
Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku
yang digunakan, dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga
output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan harga input lain. Hayami et al.
(1987) menjelaskan dalam analisis nilai tambah terdapat tiga komponen
pendukung, yaitu: (1) Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang
dihasilkan dari satu satuan input, (2) Faktor koefisien tenaga kerja, menunjukkan
banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan
(3) Nilai produk, menunjukkan nilai output persatuan input. Kelebihan analisis
nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat digunakan untuk
proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas
produksinya (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja), (3) dapat
diketahui balas jasa bagi pemilik faktor produksinya, dan (4) dapat dimodifikasi
untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.
Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan
dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan,
serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya,
maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi
bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi
padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada
proporsi bagian tenaga kerja.
3.1.2 Konsep Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu unsur penting diantara kegiatan pokok
yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan kesuksesan suatu organisasi
bisnis. Kotler (1993) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan,
penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Menurut sudut pandang
ekonomi, Kohl dan Uhl (1985) mendefinisikan pemasaran merupakan keragaan
dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa suatu komoditas mulai
24
dari tingkat produksi sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan
output. Menurut Limbong (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan
atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa dari
tangan produsen ke konsumen.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pemasaran pada sisi
manajemennya. Menurut Assauri (2004) konsep pemasaran merupakan orientasi
manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri
dari kemampuan perusahaan menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang
dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan tersebut memenuhinya dengan
kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari para pesaing.
Manajemen pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam
Kotler (2002) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan
harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Manajemen
pemasaran merupakan proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan,
dan mengendalikan program yang menyangkut pengkonsepan, penetapan harga,
promosi, distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk
menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar
sasaran untuk mencapai tujuan sasaran (Boyd et al. 2000).
Angiopora (2002) melihat manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu
untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menambah jumlah
pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan pengkomunikasian nilai
pelanggan yang unggul. Proses manajemen pemasaran dapat dibagi dalam
beberapa langkah kegiatan sebagai berikut:
1) Menganalisa peluang pasar.
2) Memilih pasar sasaran (target pasar).
3) Mengembangkan marketing mix.
4) Mengelola usaha pemasaran.
Menurut Swastha dan Sukotjo (2000), pemasaran adalah sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
25
3.1.3 Analisis Peluang Pasar
Peluang pemasaran perusahaan adalah sebuah arena yang menarik untuk
tindakan pemasaran perusahaan di mana perusahaan tersebut akan dapat meraih
keuntungan persaingan. Peluang-peluang tersebut dapat diidentifikasi melalui
monitoring lingkungan pemasaran. Lingkungan pemasaran suatu perusahaan
terdiri dari pelaku-pelaku dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perusahaan
untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan
yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya (Kotler 1993).
Perusahaan umumnya harus memonitor lingkungan pemasaran makro
yang terdiri dari lingkungan demografi, ekonomi, politik/hukum, teknologi dan
sosial budaya. Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih
besar yang mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan.
Lingkungan mikro ini terdiri dari pelaku-pelaku dalam lingkungan perusahaan
yang dekat yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasarnya.
Lingkungan mikro utama yang terdiri dari pelanggan, pesaing dan pemasok
perusahaan.
3.1.4 Segmentasi, Target dan Posisi Pasar
Dalam konsep pemasaran pemenuhan kepuasan pelanggan menjadi hal
terpenting. Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda,
sehingga perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan strategi pemasarannya.
Oleh karena itu, penetapan segmentasi pasar, target pasar dan posisi pasar harus
dilakukan dalam strategi pemasaran. Segmentasi, Targeting, Positioning (STP)
merupakan penjabaran konseptual dari strategi pemasaran yang mencakup
pengidentifikasian basis segmentasi, membuat ukuran dari daya tarik pasar, serta
menentukan posisi untuk setiap segmen pasar yang telah dipilih (Amir 2005).
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) dalam pemasaran terarah ada tiga
langkah yang perlu diketahui perusahaan sebelum memasuki pasar yaitu,
segmentasi pasar, target pasar dan menentukan posisi pasar. Langkah pertama
dimulai dengan menetukan segmentasi pasar (segmentation) yaitu membagi pasar
berdasarkan kelompok pembeli yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik dan tingkah laku konsumen. Langkah kedua adalah target pasar
(targeting) yaitu mengevaluasi setiap segmen pasar dan memilih satu atau
26
beberapa segmen sebagai calon target dengan potensi paling besar untuk
dimasuki. Langkah ketiga adalah menentukan posisi pasar (positioning) yaitu
mengatur produk pada tempat yang jelas, diinginkan dan berbeda dengan tetap
mempertimbangkan produk pesaing.
3.1.4.1 Segmentasi Pasar (Segmentation)
Penerapan segmentasi pasar dilakukan dengan berbagai cara. Manajemen
dapat mengkombinasikan beberapa variabel untuk memperoleh cara yang terbaik
dalam segmentasi pasarnya. Segmentasi pasar dilakukan melalui identifikasi dan
membuat profil dari kelompok-kelompok pembeli yang berbeda, yang mungkin
lebih menyukai atau menginginkan bauran produk dan jasa yang beragam, dengan
meneliti perbedaan geografik, demografis dan psikografis (Kotler dan Keller,
2009). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan segmentasi
pasar menurut Umar (2000), diantaranya yaitu:
1) Dapat diukur, artinya besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat diukur
walaupun ada beberapa komponen variabel yang sulit diukur.
2) Dapat dijangkau, artinya sejauh mana segmen ini dapat secara efektif dicapai
dan dilayani, meskipun ada beberapa kelompok yang sulit dijangkau.
3) Besar segmen yang diharapkan, artinya berapa banyak segmen yang harus
dijangkau agar dapat menguntungkan.
4) Dapat dilaksanakan, artinya sejauh mana program yang efektif dapat
dilaksanakan untuk mengelola segmen ini.
Menurut Kasali (2003), segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi
untuk memahami struktur pasar. Dengan demikian pasar yang dilihat oleh dua
orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda, akan
menghasilkan peta yang berbeda pula. Segmentasi adalah proses mengkotak-
kotakan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok potential costumer
yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya.
Pada penelitian ini pasar yang dituju adalah pasar bisnis. Pasar bisnis
terdiri dari semua organisasi yang mendapatkan barang dan jasa lain yang dijual,
disewakan, atau dipasok kepada pihak lain (Kotler 1997). Pasar bisnis dapat
disegmentasi dengan menggunakan beberapa variabel seperti geografi, manfaat
yang dicari, dan tingkat pemakaian. Menurut Bonoma dan Shapiro dalam Kotler
27
(2002) pemasar bisnis juga dapat menggunakan variabel lain, seperti variabel
demografis yaitu industri, ukuran perusahaan, lokasi, variabel operasi yaitu
teknologi, status pemakaian, kemampuan pelanggan, pendekatan pembelian yaitu
organisasi fungsi pembelian, struktur kekuatan, sifat hubungan alami yang ada,
kebijakan pembelian umum, kriteria pembelian, faktor situasi yaitu tingkat
kepentingan, penawaran khusus, ukuran pesanan, dan karakteristik pribadi yaitu
kesamaan pembeli-penjual, sikap terhadap risiko, dan kesetiaan.
3.1.4.2 Target Pasar (Targeting)
Apabila segmentasi telah dilakukan, maka selanjutnya perusahaan
melakukan pemilihan segmen untuk menentukan segmen-segmen mana yang akan
dimasuki. Pemilihan segmen ini disebut targeting. Menurut Kotler (2004), dalam
memilih segmen mana yang dijadikan sasaran, perusahaan dapat memilih untuk
memusatkan perhatian pada satu segmen, beberapa segmen produk yang spesifik,
pasar yang spesifik, atau seluruh pasar.
Adanya targeting ini berarti merupakan upaya menempatkan sumberdaya
perusahaan secara berdaya guna. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau
lebih segmen pasar yang akan dimasuki (Rangkuti 2005). Sedangkan menurut Kasali
(2003) targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan
menjangkau pasar. Bagaimana menyeleksi pasar tersebut tergantung atau sangat
ditentukan oleh bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri.
3.1.4.3 Menentukan Posisi Pasar (Positioning)
Penentuan posisi (positioning) adalah tindakan merancang penawaran dan
citra perusahaan, sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan
berbeda dalam benak pelanggan sasarannya (Kotler 1997). Tujuan positioning
adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk
yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (Rangkuti 2005).
Menurut Amir (2005), unsur-unsur pembeda yang dapat ditonjolkan dalam
penentuan posisi (positioning) produk suatu perusahaan antara lain terdapat pada
karakteristik produk, pelayanan, citra (image), serta sumber daya manusia yang
dimiliki perusahaan. Positioning berkaitan dengan bagaimana produsen
memposisikan produk dan mereknya diantara pesaing dan memposisikan
28
produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali 2003). Agar
dapat bersaing, penentuan posisi pasar dilaksanakan melalui tiga langkah, yaitu:
1) Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif.
Jika perusahaan dapat menentukan posisinya sebagai pemberi nilai
superior kepada sasaran terpilih, maka dapat memperoleh keunggulan komparatif.
Posisi diperoleh dengan mengadakan pembedaan atas tawaran pemasaran
perusahaan, sehingga perusahaan akan memberikan nilai lebih besar daripada
tawaran pesaing.
2) Memilih Keunggulan Kompetitif.
Jika perusahaan telah menemukan beberapa keunggulan kompetitif yang
potensial. Satu keunggulan kompetitif harus dipilih sebagai dasar bagi kebijakan
penentuan posisinya. Perusahaan harus menetapkan berapa banyak perbedaan dan
menentukan mana yang akan dipromosikan.
3) Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi.
Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan dan
mengkomunikasikan posisi yang diinginkan kepada konsumen. Jika perusahaan
memutuskan membangun posisi atas dasar mutu dan pelayanan yang lebih baik,
maka harus mewujudkan posisi tersebut. Posisi tersebut dapat berkembang secara
berangsur-angsur sesuai dengan lingkungan pemasaran yang selalu berubah.
Berdasarkan beberapa teori menurut berbagai ahli mengenai penentuan
posisi pasar, maka dapat disimpulkan bahwa posisi pasar menimbulkan citra
khusus suatu produk dalam benak konsumennya. Oleh karena itu, agar produk
perusahaan dapat diingat secara baik oleh konsumen, perusahaan harus
menempatkan produk dengan tepat sesuai dengan keunggulan yang dimiliki
produk tersebut.
3.1.5 Bauran Pemasaran
Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penerapan pemasaran
(marketing mix). Swastha dan Sukotjo (2000) menyatakan bauran pemasaran
adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, harga, kegiatan promosi, dan sistem
distribusi. Bauran pemasaran adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh
unsur pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai tujuan
29
usaha, misalnya laba, penghasilan dari harta yang ditanam, omset penjualan, dan
bagian dari pasar yang ingin direbut (Faster 1992).
Bauran pemasaran merupakan sekelompok variabel yang sering digunakan
perusahaan untuk mengkaji dan meningkatkan jumlah penjualan di pasar.
Kegiatan tersebut diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang
maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para
konsumen. Dikaitkan dengan positioning, maka bauran pemasaran ini perlu
merujuk pada penempatan citra yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap
produk yang dimiliki. Hal tersebut karena ketepatan bauran pemasaran yang
dilakukan akan menimbulkan kepuasan bagi konsumen karena nilai produk yang
ditawarkan sesuai dengan citra yang ada.
Sumber: Kotler & Keller (2009)
Gambar 1. 4P Bauran Pemasaran
Dalam pemasaran, bauran pemasaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel-variabel pemasaran
yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk menjalankan strategi pemasaran
dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan di dalam pasar sasaran tertentu (Boyd
et al. 2000). Variabel-variabel bauran pemasaran yang terdiri dari product
(produk), price (harga), place (tempat atau saluran distribusi) dan promotion
(promosi) dapat dilihat pada Gambar 1.
Product
Price
Promotion
Place
Ragam produk
Kualitas
Design
Fitur
Nama merek
Kemasan
Ukuran
Layanan
Jaminan
Pengembalian
Daftar harga
Diskon
Potongan harga
khusus
Periode
Pembayaran
Syarat Kredit
Promosi
penjualan
Periklanan
Tenaga penjualan
Hubungan
masyarakat
Pemasaran
langsung
Saluran
pemasaran
Cakupan pasar
Pilihan
Lokasi
Persediaan
Transportasi
Bauran
Pemasaran
Bauran Pemasaran
30
3.1.5.1 Produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan pada pasar untuk mendapat
perhatian, untuk dimiliki dan digunakan ataupun dikonsumsi yang bisa
memuaskan keinginan dan kebutuhan (Limbong dan Sitorus 1987). Dalam bauran
pemasaran, bauran produk ini dapat menjadi penentu kepada konsumen seperti
apa produk ini ditujukan. Menurut Assauri (2004) bauran produk adalah
kombinasi dari semua produk (product line dan product item) yang
ditawarkan/dijual perusahaan kepada konsumen. Produk dapat dibedakan menjadi
barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi
dan barang industri, yaitu barang yang dibeli untuk diolah kembali (Umar 2003).
Berdasarkan jenis kepentingannya, Kotler (2000) membagi produk
menjadi tiga jenis produk yaitu:
1) Produk inti adalah produk yang dikonsumsi karena manfaat yang dimiliki
produk itu sendiri
2) Produk aktual adalah segala sesuatu yang menjadi tambahan faktor penambah
nilai di mata konsumen dan lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih, seperti gaya, kemasan,
corak, mutu, dan merek.
3) Produk tambahan ialah produk yang menjadi penambah nilai produk tersebut
di mata konsumen karena fasilitas yang diberikan oleh penjual, seperti
pengiriman dan kredit, pelayanan purna jual, serta jaminan garansi.
3.1.5.2 Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
memiliki atau manfaat menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh
pembeli dan penjual melalui tawar-menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk
satu harga yang sama terhadap semua pembeli (Umar 2003). Sedangkan menurut
Swastha dan Sukotjo (2000) harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa
barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya.
Kotler dan Amstrong (1997) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang
yang harus dibayar oleh pelanggan untuk mendapatkan produk. Penetapan dan
persaingan harga merupakan pokok permasalahan yang dihadapi perusahaan
31
karena menyangkut persepsi konsumen yang timbul terhadap produk tersebut. Hal
tersebut berkaitkan dengan positioning yang ditetapkan perusahaan terhadap
produk yang dijualnya.
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur
lainnya (produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya
pengeluaran. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel,
artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk
atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir ini tidak dapat
disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut keputusan
yang panjang. Ada beberapa metode penetapan harga (Kotler 2002), yaitu:
1) Mark Up Pricing
Harga jual ditentukan berdasarkan persentasi keuntungan yang
diharapkan ditambahkan dengan keseluruhan biaya produksi sebagai
keuntungan atau laba.
2) Target Return Pricing
Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan
pengembalian dengan target yang sudah ditentukan.
3) Preceived-Value Pricing
Harga ditentukan berdasarkan penilaian konsumen terhadap
produk, bila konsumen menilai produk tinggi maka harga yang ditetapkan
atas produk juga tinggi.
4) Going-Rate Pricing
Harga yang ada mengikuti harga pasar yang ada, berdasarkan harga
jual yang ditetapkan pesaing.
5) Sealed-Bid Pricing
Harga ditentukan berdasarkan dugaan prusahaan tentang berapa
besar harga yang akan ditetapkan pesaing, bukan biaya dan
permintaannya sendiri yang digunakan ketika perusahaan ingin memenangkan
produk.
32
3.1.5.3 Distribusi
David (2006) mengungkapkan distribusi merupakan kegiatan yang
mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel,
teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjualan partai
besar dan peritel. Distribusi juga biasa dikatakan sebagai tempat. Tempat
merupakan bermacam kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat
produk menjadi lebih mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk pelanggan
sasaran, termasuk saluran distribusi, daya jangkau, lokasi, persediaan dan
transportasi (Kotler 1993). Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran
distribusi dikelompokan menjadi dua yaitu:
1) Saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari
produsen langsung ke tangan konsumen tanpa penyalur.
2) Saluran distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan
produknya menggunakan penyalur/agen perantara dan juga pengecer sebelum
sampai ke tangan konsumen.
Secara garis besar pendistribusian diartikan sebagai kegiatan pemasaran
yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa
dari produsen kepada konsumen (Tjiptono 1997).
3.1.5.4 Promosi
Menurut Assauri (2004), promosi adalah usaha perusahaan untuk
mempengaruhi dengan merayu (persuasive communication) calon pembeli
melalui pemakaian segala unsur acuan pemasaran. Promosi adalah kegiatan
mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan pada
akhirnya dibeli (Umar 2003). Sedangkan menurut Kotler (1993) promosi
merupakan bermacam kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produknya. Bauran promosi terdiri dari
lima cara utama berdasarkan Kotler (2000), yaitu:
1) Periklanan, yaitu semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide,
barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat pembayaran.
2) Promosi penjualan, yaitu insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan
dalam mencoba atau membeli produk atau jasa.
33
3) Pemasaran langsung melalui penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung
non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon
dari pelanggan atau calon pelanggan tertentu.
4) Penjualan personal, yaitu interaksi langsung antar satu atau lebih calon
pembeli dengan tujuan melakukan pembelian.
5) Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang
dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau
produk individualnya.
3.1.6 Pelaksanaan dan Pengendalian Pemasaran
Langkah terakhir dalam proses manajemen pemasaran adalah
mengorganisasi sumberdaya pemasaran dan melaksanakan dan mengontrol
rencana pemasaran (Kotler 1993). Suatu rencana tidak ada artinya bila tidak
dilaksanakan. Karena itu, perusahaan harus membentuk organisasi pemasaran
yang mampu melaksanakan pemasaran. Tugas-tugas pemasaran yang dilakukan
untuk pelaksanaan dan pengendalian pemasaran meliputi: riset pemasaran,
penjualan, periklanan, pelayanan kepada pelanggan, dan sebagainya. Efektivitas
departemen pemasaran tidak hanya tergantung dari bagaimana strukturnya, tetapi
juga dari bagaimana personilnya dipilih, dilatih, diarahkan, dimotivasi, dan
dinilai.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
CV Aromindo merupakan perusahaan yang mengolah gaharu menjadi
minyak gaharu. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan tentang aktivitas
pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu dan manajemen pemasaran minyak
gaharu CV Aromindo. Gaharu merupakan salah satu bahan baku aromatik yang
digunakan untuk pembuatan produk olahan gaharu dan berbagai macam jenis
kebutuhan produk gaharu lainnya. Kebutuhan gaharu semakin meningkat karena
kegunaannya sebagai bahan baku aromatik dan alat keagamaan lainnya yang
kemudian menyebabkan tingginya permintaan terhadap produk gaharu tersebut.
Sebagai salah satu perusahaan yang melakukan pengolahan untuk produk
gaharu, CV Aromindo tentunya diuntungkan karena minyak gaharu ini memiliki
nilai tambah akibat proses pengolahan yang dilakukan. Subsistem pengolahan
34
dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang
memiliki bentuk yang lebih baik diantaranya produk yang layak digunakan,
kemudahan dalam distribusi dan pemasaran serta peningkatan pendapatan melalui
nilai tambah.
Minyak gaharu yang dijual CV Aromindo merupakan komoditi dengan
tujuan pasar ekspor. Permintaan yang tinggi di pasar internasional seharusnya
membuat perusahaan mampu mencapai keuntungan maksimal. Akan tetapi, hal
tersebut belum dapat dicapai oleh perusahaan karena permintaan minyak gaharu
CV Aromindo belum sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan. Sejauh ini
volume penjualan ekspor minyak gaharu mengalami fluktuasi bahkan mengalami
penurunan yang drastis dari tahun 2010 ke tahun 2011. Permintaan yang tidak
sesuai dengan target pemasaran perusahaan ini diindikasikan akibat kurang
baiknya proses manajemen pemasaran yang dilakukan oleh CV Aromindo.
Permintaan minyak gaharu tersebut juga berimplikasi terhadap besarnya nilai
tambah yang didapatkan oleh CV Aromindo.
Dalam hal ini penulis menyoroti seberapa besarkah proses nilai tambah
produk gaharu tersebut menguntungkan bagi CV Aromindo. Selain itu, dengan
permintaan yang belum sesuai dengan target perusahaan ini, maka perlu ditinjau
kembali manajemen pemasaran yang tepat bagi produk tersebut. Oleh sebab itu,
penelitian ini diarahkan kepada analisis nilai tambah dan pemasaran minyak
gaharu.
Pendekatan yang digunakan untuk memahami nilai tambah dan pemasaran
gaharu di CV Aromindo yaitu melalui analisis deskriptif mengenai analisis nilai
tambah yang akan dilakukan menggunakan metode hayami, sedangkan analisis
kegiatan manajemen pemasaran yang dilakukan meliputi analisis peluang pasar,
STP, bauran pemasaran 4-P dan pelaksanaan dan pengendalian pemasaran yang
dilakukan perusahaan.
35
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
1) Bagaimana besaran dan distribusi nilai tambah yang diperoleh?
2) Bagaimana proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo?
Produk
Harga
Distribusi
Promosi
Segmentasi
Target
Posisi
Rekomendasi kepada CV Aromindo agar dapat meningkatkan besar nilai
tambah dan penjualan melalui pemasaran yang tepat.
Lingkungan
mikro
perusahaan
Lingkungan
makro
perusahaan
Besarnya
nilai tambah
Nilai output
Keuntungan
Imbalan
tenaga kerja
Analisis bauran
pemasaran
Analisis
STP
Analisis
peluang pasar
Pelaksanaan dan
Pengendalian
pemasaran
Analisis Nilai
Tambah
Analisis proses
manajemen Pemasaran
Penjualan minyak gaharu CV Aromindo belum memenuhi target perusahaan
karena persaingan yang ketat, dan kemampuan tenaga kerja terbatas.
36
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan pada penelitian ini adalah CV Aromindo yang
berlokasi di Jl. Raya Cemplang km 4, Cilendek Barat, Bogor Barat, Jawa Barat.
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa CV Aromindo merupakan salah satu industri pengolahan gaharu yang
sudah cukup lama berdiri yaitu sejak tahun 2002 dan setiap tahunnya diberi
jatah/kuota oleh pemerintah untuk mengekspor kayu gaharu. Pelaksanaan
kegiatan penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai pertengahan Maret 2012
sampai pertengahan Mei 2012.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi),
wawancara, sekaligus pengisian kuisioner dengan dua karyawan dan satu
pimpinan perusahaan. Data primer yang diperoleh dari perusahaan adalah
mengenai jumlah produksi, biaya produksi, bahan baku, dan upah tenaga kerja.
Data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah
penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha
gaharu. Data sekunder diperoleh dari laporan manejemen perusahaan seperti
laporan tahunan, laporan jangka panjang perusahaan, peraturan-peraturan yang
berkaitan, dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dipelajari.
Sebagai data penunjang, dikumpulkan informasi dari instansi-instansi terkait
lainnya, seperti BPS, Bina Produksi Kehutanan, Ditjen Kehutanan, PHKA,
tinjauan pustaka atau berbagai macam literatur pendukung atau beberapa model
penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan kegiatan penelitian ini.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dalam waktu dua bulan, terhitung dari
pertengahan Maret 2012 sampai pertengahan Mei 2012. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah berupa observasi, wawancara dan pengisian
kuesioner. Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling dengan
37
menggunakan beberapa kriteria tertentu. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu pemilik perusahaan dan dua karyawan
bagian administrasi yang sekaligus merangkap sebagai karyawan bidang
pemasaran. Pemilihan kedua responden tersebut dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa mereka mengetahui kegiatan perusahaan dengan baik.
4.4. Metode Pengolahan Data
Penelitian nilai tambah dalam skripsi ini menggunakan metode Hayami
dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif, kemudian dilakukan
langkah pengolahan dan analisis data. Analisis nilai tambah dilakukan untuk
menghitung nilai tambah pengolahan gaharu, nilai output, keuntungan dan
imbalan tenaga kerja. Sementara itu, analisis manajemen pemasaran dengan
menggunakan alat analisis kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis peluang
pasar, menganalisis segmentasi, targeting, dan positioning, menganalisis bauran
pemasaran 4P yaitu produk, harga, distribusi/tempat, promosi dan juga
menganalisis pelaksanaan serta pengendalian pemasaran yang dilakukan oleh CV
Aromindo.
Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi: (1) biaya administrasi dan
umum, yaitu gaji karyawan, pemeliharaan kantor, perlengkapan dan peralatan
kantor, pajak bumi dan bangunan, biaya penerangan kantor, (2) biaya penyusutan,
yaitu penyusutan bangunan pabrik, kendaraan dan peralatan lainnya, (3) biaya
pemeliharaan, yaitu pemeliharaan pabrik, perlengkapan dan peralatannya.
Biaya variabel meliputi: (1) biaya bahan baku, yaitu biaya pembelian
gaharu, (2) biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah dan tunjangan karyawan yang
terlibat langsung dalam proses produksi yaitu bagian produksi, (3) biaya operasi
mesin, yaitu biaya bahan bakar gas dan listrik, (4) biaya kemasan, yaitu pembelian
botol aluminium, (5) biaya pemasaran, yaitu upah tenaga penjualan.
4.4.1 Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah dilakukan pada subsistem produksi sampai
pengemasan yang tujuannya untuk menentukan besarnya nilai tambah akibat
dilakukannya pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu. Kegiatan pengolahan
gaharu mentah (potongan kayu) menjadi minyak gaharu mengakibatkan
38
bertambahnya nilai komoditas tersebut. Peningkatan nilai tambah pengolahan
gaharu dapat diketahui dengan metode nilai tambah Hayami. Data yang
digunakan adalah data tahun 2010 (Januari-Desember) dengan pertimbangan
bahwa pada tahun 2010 minyak gaharu mengalami produksi yang paling tinggi.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis nilai tambah, yaitu:
(1) membuat arus komoditas, (2) mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi,
(3) memilih dasar perhitungan. Perhitungan nilai tambah minyak gaharu dapat
dilihat pada Tabel 7.
Analisis nilai tambah, pada proses pengolahan akan menghasilkan
informasi atau keluaran antara lain:
1) Nilai tambah (Rp)
2) Rasio nilai tambah (%) menunjukkan persentase nilai tambah dari produk.
3) Balas jasa tenaga kerja (Rp) menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja
langsung untuk memperoleh satu satuan bahan baku.
4) Bagian tenaga kerja (%) menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari
nilai tambah.
5) Keuntungan (Rp) menunjukkan bagian yang diterima pemilik faktor produksi
karena menanggung resiko usaha.
6) Tingkat keuntungan (%) menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai
tambah.
7) Marjin menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain
bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
8) Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%)
9) Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)
10) Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)
39
Tabel 7. Cara Perhitungan Nilai Tambah Minyak Gaharu Berdasarkan Metode
Hayami
Variabel Nilai
Cara
Perhitungan
Output, Input dan Harga
1. Minyak gaharu (kg) A
2. Kayu gaharu (kg) B
3. Tenaga kerja (HKP/hari) C
4. Faktor konversi D=A/B
5. Koefisien tenaga kerja E=C/B
6. Harga minyak gaharu (Rp/kg) F
7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP) G
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga kayu gaharu (Rp/kg) H
9. Harga input lain (gas alam, penyusutan alat dan mesin, packaging)
(Rp/kg) I
10. Nilai minyak gaharu (Rp/kg) J=D×F
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) K=J-H-I
b. Rasio nilai tambah (%) L%=K/J×100%
12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) M=E×G
b. Bagian tenaga kerja (%) N%=M/K×100%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K-M
b. Tingkat keuntungan (%) P%=O/J×100%
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J-H
a. Pendapatan tenaga kerja (%) R%=M/Q×100%
b. Sumbangan input lain (gas alam, penyusutan alat dan mesin, packaging)
(%) S%=I/Q×100%
c. Keuntungan perusahaan (%) T%=O/Q×100%
Sumber: Hayami (1987)
Dalam perhitungan nilai tambah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu produk yang dihasilkan, bahan baku, harga produk, harga bahan baku, harga
input lain, hari orang kerja dan upah tenaga kerja. Produk yang dihasilkan berupa
minyak gaharu. Harga produk didasarkan pada harga rata-rata produk di tahun
40
yang sama, dalam hal ini merupakan harga yang ditetapkan oleh perusahan. Harga
bahan baku ditetapkan berdasarkan kesepakatan perusahaan dan pemasok karena
gaharu didapatkan dari pedagang pengumpul di Probolinggo. Tenaga kerja dalam
analisis nilai tambah ini adalah total tenaga kerja langsung yang digunakan dalam
proses produksi minyak gaharu. Hari orang kerja (HOK) yang digunakan adalah
total hari orang kerja pada proses pengolahan gaharu. Upah rata-rata dihitung
dengan membagi upah total tenaga kerja langsung dengan jumlah total hari kerja
selama tahun 2010. Sumbangan input lain terdiri atas biaya pengemasan, biaya
penyusutan, biaya tanah dan bangunan. Harga yang digunakan berdasarkan harga
bahan dan alat tersebut pada pengolahan gaharu. Nilai tambah yang dihasilkan
oleh masing-masing proses dalam perhitungannya didasarkan pada satu satuan
bahan baku yang digunakan yaitu satu kilogram gaharu yang diolah. Selain itu,
keuntungan perusahaan yang diperoleh pun bukan keuntungan bersih karena biaya
investasi tidak diperhitungkan. Keuntungan perusahaan tersebut merupakan
pengembalian terhadap modal yang dikeluarkan.
4.4.2 Analisis Proses Manajemen Pemasaran
Dalam analisis pemasaran dilihat bagaimana pelaksanaan manajemen
pemasaran yang dilakukan oleh CV Aromindo. Tujuan dilakukannya manajemen
pemasaran ini adalah untuk melihat bagaimana proses manajemen pemasaran
dilakukan oleh perusahaan agar permintaan konsumen bisa sesuai dengan target
penjualan produk yang diinginkan perusahaan. Metode yang digunakan yaitu
secara deskriptif melalui pendekatan analisis proses manajemen pemasaran yang
dilakukan perusahaan, yaitu dengan menganalisis peluang pasar melalui analisis
lingkungan makro dan mikro perusahaan, meneliti dan memilih pasar sasaran
dengan konsep STP dan penyusunan bauran pemasaran 4P, dalam hal ini yang
menjadi bahasan adalah penentuan produk, harga, distribusi, dan promosi.
Langkah selanjutnya mengevaluasi dan mengendalikan pemasaran yang dilakukan
perusahaan.
4.4.2.1 Analisis Peluang Pasar
Peluang pasar dianalisis melalui monitoring lingkungan pemasarannya,
baik mikro maupun makro. Lingkungan pemasaran makro terdiri dari lingkungan
41
demografi, ekonomi, politik/hukum, teknologi dan sosial budaya. Lingkungan
mikro terdiri terdiri dari pelanggan, peasing dan pemasok perusahaan.
4.4.2.2 Analisis STP
4.4.2.2.1 Segmentasi
Langkah dalam segmentasi pasar terdiri dari identifikasi variabel
segmentasi pasar dan mensegmentasi pasar kemudian membuat profil dari
kelompok-kelompok pembeli yang berbeda, yang mungkin lebih menyukai atau
menginginkan bauran produk dan jasa yang beragam, dengan meneliti perbedaan
geografik, demografis dan psikografis (Kotler dan Keller, 2009). Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan segmentasi pasar menurut Umar
(2000), diantaranya yaitu:
1) Dapat diukur.
2) Dapat dijangkau.
3) Besar segmen yang diharapkan.
4) Dapat dilaksanakan.
4.4.2.2.2 Targeting
Setelah menetapkan segmen pasarnya, CV Aromindo melakukan evaluasi
daya tarik segmen untuk memutuskan segmen pasar sasaran yang akan dipilih dan
dilayani. Berikut adalah hal yang harus dievaluasi terhadap segmen pasar untuk
menetapkan pasar sasaran:
1) Ukuran dan pertumbuhan segmen
2) Daya tarik struktural segmen
a) Persaingan segmen yang intensif.
b) Pesaing baru.
c) Meningkatnya posisi tawar menawar pembeli.
d) Meningkatnya posisi tawar menawar pemasok.
3) Tujuan-tujuan dan sumber-sumber daya perusahaan
4.4.2.2.3 Positioning
Agar dapat bersaing, penentuan posisi pasar dilaksanakan melalui tiga
langkah, yaitu:
42
1) Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif.
2) Memilih Keunggulan Kompetitif.
3) Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi.
4.4.2.3 Analisis Bauran Pemasaran
4.4.2.3.1 Produk
Menurut Assauri (2004) bauran produk adalah kombinasi dari semua
produk (product line dan product item) yang ditawarkan/dijual perusahaan kepada
konsumen. Produk dapat dibedakan menjadi barang konsumsi, yaitu barang yang
dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi dan barang industri, yaitu barang
yang dibeli untuk diolah kembali (Umar 2003). Berdasarkan jenis
kepentingannya, Kotler (2000) membagi produk menjadi tiga jenis produk yaitu:
1) Produk inti adalah produk yang dikonsumsi karena manfaat yang dimiliki
produk itu sendiri
2) Produk aktual adalah segala sesuatu yang menjadi tambahan faktor penambah
nilai di mata konsumen dan lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih, seperti gaya, kemasan,
corak, mutu, dan merek.
3) Produk tambahan ialah produk yang menjadi penambah nilai produk tersebut
di mata konsumen karena fasilitas yang diberikan oleh penjual, seperti
pengiriman dan kredit, pelayanan purna jual, serta jaminan garansi.
4.4.2.3.2 Harga
Harga dapat ditetapkan berdasarkan beberapa metode. Metode penetapan
harga menurut Kotler ( 2002), yaitu:
1) Mark Up Pricing
2) Target Return Pricing
3) Preceived-Value Pricing
4) Going-Rate Pricing
5) Sealed-Bid Pricing
43
4.4.2.3.3 Distribusi
David (2006) mengungkapkan distribusi merupakan kegiatan yang
mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel,
teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjualan partai
besar dan peritel. Distribusi juga biasa dikatakan sebagai tempat. Tempat
merupakan bermacam kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat
produk menjadi lebih mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk pelanggan
sasaran, termasuk saluran distribusi, daya jangkau, lokasi, persediaan dan
transportasi (Kotler 1993).
4.4.2.3.4 Promosi
Menurut Kotler (1993) promosi merupakan bermacam kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produknya.
Bauran promosi terdiri dari lima cara utama berdasarkan Kotler (2000), yaitu:
1) Periklanan, yaitu semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide,
barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat pembayaran.
2) Promosi penjualan, yaitu insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan
dalam mencoba atau membeli produk atau jasa.
3) Pemasaran langsung melalui penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung
non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon
dari pelanggan atau calon pelanggan tertentu.
4) Penjualan personal, yaitu interaksi langsung antar satu atau lebih calon
pembeli dengan tujuan melakukan pembelian.
5) Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang
dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau
produk individualnya.
4.4.2.4 Analisis Pelaksanaan dan Pengendalian Pemasaran
Langkah terakhir dalam proses manajemen pemasaran adalah
mengorganisasi sumberdaya pemasaran dan melaksanakan dan mengontrol
rencana pemasaran (Kotler 1993). Karena itu, perusahaan harus membentuk
organisasi pemasaran yang mampu melaksanakan pemasaran. Tugas-tugas
pemasaran yang dilakukan dalam pelaksanaan dan pengendalian pemasaran
44
meliputi: riset pemasaran, penjualan, periklanan, pelayanan kepada pelanggan,
dan sebagainya.
4.4.3 Definisi Operasional Variabel
1) Output adalah jumlah minyak gaharu yang dihasilkan dalam satu kali produksi
(Kg).
2) Input adalah jumlah kayu gaharu yang diolah untuk satu kali produksi (Kg).
3) Tenaga kerja adalah banyaknya HOK yang terlibat langsung dalam satu kali
proses produksi ikan.
4) Faktor konversi adalah banyaknya output yang dapat dihasilkan dalam satu
satuan input, yaitu banyaknya produk minyak gaharu yang dihasilkan dari satu
kilogram kayu gaharu.
5) Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang
diperlukan untuk mengolah satu kilogram satuan input.
6) Harga output adalah harga jual produk per satu kilogram (Rp/kg).
7) Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung
untuk mengolah produk (Rp/HOK).
8) Harga bahan baku adalah harga beli bahan baku kayu gaharu per kilogram
(Rp/kg).
9) Sumbangan input adalah biaya pemakaian input lain per kilogram produk
(Rp/kg).
10) Nilai output menunjukkan nilai output minyak gaharu yang dihasilkan dari
satu kilogram kayu gaharu (Rp/kg).
11) Nilai tambah merupakan selisih nilai output minyak gaharu dengan nilai bahan
baku utama kayu gaharu dan sumbangan input lain (Rp/kg).
12) Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk.
13) Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali antara koefisien tenaga kerja dan
upah tenaga kerja langsung (Rp/kg).
14) Bagian tenaga kerja menunjukkan persentase pendapatan tenaga kerja dari
nilai tambah.
15) Keuntungan adalah nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja (Rp/kg).
16) Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai
tambah.
45
17) Marjin adalah selisih antara nilai output dengan bahan baku atau besarnya
kontribusi pemilik faktor-faktor produksi selain bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi (Rp/kg).
18) Pendapatan tenaga kerja langsung adalah persentase pendapatan tenaga kerja
langsung terhadap marjin (%).
19) Sumbangan input lain adalah persentase sumbangan input lain terhadap marjin
(%).
20) Keuntungan pemilik pengolahan adalah persentase keuntungan pemilik
pengolahan terhadap marjin (%).
46
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Aromindo
CV Aromindo merupakan perusahaan yang memproduksi hasil hutan
sebagai produk utamanya. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 oleh bapak
Ir. Ramzi Salim, berlokasi di daerah Bogor, Jawa Barat. Notaris yang
menandatangani pengesahan CV Aromindo adalah Ny. Masnah Sari, SH pada
tahun 2003. Perusahaan ini terbentuk karena Bapak Ramzi menyadari potensi
gaharu dari Indonesia dan tanaman minyak atsiri di sebagian besar kepulauan
Indonesia yang berjumlah lebih dari 17.000 pulau. Awalnya ketika bapak Ramzi
pergi ke tanah suci Mekkah, kerabat beliau menitip gaharu yang berasal dari
Indonesia. Hal tersebut terjadi secara berulang sehingga bapak Ramzi mulai
tertarik untuk memulai usaha dan mengembangkan produk gaharu.
CV Aromindo merupakan satu-satunya perusahaan di Jawa Barat yang
mempunyai izin khusus untuk mengekspor kayu gaharu4. Setiap tahunnya, CV
Aromindo diberi jatah/kuota oleh pemerintah untuk mengekspor gaharu. Usaha
CV Aromindo sangat beragam, seperti natural agarwood yang berkualitas,
minyak gaharu, dupa, sabun, hio, memproduksi beberapa jenis minyak atsiri,
mengekspor bermacam-macam damar, menjual alat suling, mesin giling, dan alat
ekstraksi yang diciptakan sendiri oleh perusahaan. Akan tetapi produk yang paling
utama dan diunggulkan yaitu minyak gaharu yang bernilai jual tinggi.
Dalam menjalankan usaha minyak gaharu ini, perusahaan mendatangkan
gaharu dari pengumpul-pengumpul lokal di daerah Probolinggo. Kebanyakan
gaharu tersebut adalah gaharu yang berasal dari daerah Kalimantan dan Papua.
Semakin berkurangnya gaharu di alam membuat Bapak Ramzi menyadari
pentingnya keberlanjutan produk-produk yang berasal dari hutan Indonesia. Oleh
karena itu, perusahaan menanam kembali pohon-pohon gaharu dan menghasilkan
bibit pohon gaharu yang kemudian disebarluaskan. Selain itu, CV Aromindo pun
berencana untuk membuat minyak gaharu dari gaharu hasil kebunnya sendiri.
Kebun gaharu CV Aromindo berlokasi di daerah Ciapus, Kabupaten Bogor
4 Berdasarkan wawancara dan informasi dari perusahaan pada situs http://www.aromindo.com
47
dengan luas kebun gaharu yang dimiliki perusahaan yaitu seluas 10 ha. Adapun
jenis dan jumlah gaharu yang ditanam dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jenis dan Jumlah Gaharu milik CV Aromindo No Jenis gaharu Jumlah (pohon)
1 Aquilaria malacensis 1.000
2 Aquilaria filarial 300
3 Aquilaria microcarpa 2.000
4 Aquilaria cressna 1.000
5 Grynops sp 1.000
Sumber: Humas CV Aromindo (2012)
Gaharu yang dimiliki CV Aromindo sampai saat ini belum dapat
dipergunakan sebagai bahan baku minyak gaharu karena umur tanaman belum
mencukupi. Akan tetapi, dalam beberapa tahun, perusahaan sudah mulai bisa
memanfaatkan hasil kebunnya tersebut. Kebun gaharu yang dimiliki merupakan
investasi jangka panjang perusahaan agar tidak kesulitan bahan baku pembuatan
minyak gaharu.
Saat ini, Bapak Ramzi tergabung dalam ASGARIN yaitu Asosiasi
Pengusaha Gaharu Indonesia. Sebagai anggota ASGARIN banyak keuntungan
yang diperoleh untuk mengembangkan usaha CV Aromindo, terutama untuk
produk gaharu, misalnya mengenai informasi budidaya tanaman gaharu, informasi
pasar gaharu, dll. CV Aromindo juga sering dijadikan tempat kunjungan bagi para
calon pengusaha gaharu, bahkan pengusaha gaharu dalam setiap pelatihan
mengenai gaharu yang diadakan oleh ASGARIN.
5.2 Lokasi Perusahaan
CV Aromindo berlokasi di Jalan Raya Cemplang km 4 Cilendek Barat,
Bogor Barat, Jawa Barat. Keadaan iklim pada daerah ini yaitu dengan suhu rata-
rata 200 – 30
0 C dengan kelembapan rata-rata 85 – 893. Lokasi perusahaan dapat
dikatakan strategis jika dilihat dari kemudahan perusahaan untuk diakses, dimana
perusahaan terletak di sepanjang Jalan Raya Cemplang dan dekat dengan akses
jalan tol Bogor.
48
5.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
CV Aromindo memiliki struktur organisasi yang sederhana karena
perusahaan relatif sedang, total tenaga kerja berjumlah 27 tenaga kerja tetap yang
terbagi dalam tujuh divisi kerja dan memiliki seorang pemimpin. Latar belakang
tingkat pendidikan karyawan CV Aromindo cukup beragam mulai dari SMP,
SMA, dan perguruan tinggi. Seperti pada umumnya, posisi jabatan seorang
karyawan di CV Aromindo sangat tergantung pada latar belakang pendidikan.
Karyawan yang berpendidikan tinggi umumnya berada pada tingkat manajemen,
sedangkan karyawan yang berpendidikan rendah berada pada kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan. Informasi selanjutnya disajikan dalam Tabel 9.
Sistem kerja di CV Aromindo dibagi ke dalam dua shift dengan durasi
kerja rata-rata sekitar delapan jam per shift. Pembagian jadwal kerja shift hanya
dilakukan dibagian atau unit kerja produksi, pemasaran, dan keamanan. Jadwal
kerja shift I pada pukul 08.00 – 16.00, shift II pada pukul 16.00 – 24.00.
Tabel 9. Informasi Tenaga Kerja CV Aromindo
No Divisi
Nama
Tenaga
Kerja
Pendidikan
Terakhir
Usia
(tahun)
Status
Tenaga
Kerja
(tetap/
kontrak)
Upah
(juta
rupiah)
Jumlah
Karyawan
1 Pemasaran Ramzi salim S1 55 Tetap - 2
2 Penguji
kualitas Ramzi salim S1 55 Tetap - 1
3 Accounting Solihin,
dyah S1 28 Tetap 1,6 – 2,0 2
4 Teknisi Nyuwito SLTA 35 Tetap 1,4 2
5 Perkebunan Acing,
Udin, Oop - 40-50 Tetap - 4
6 Produksi
Wawan,
umar, jajat
dll
SLTA 20-45 Tetap 1,1-1,4 17
7 Security Kosim,
Aris, Ikram SLTA
30-40
thn Tetap 1,0 3
Sumber: Bagian Administrasi CV Aromindo (2012)
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa ada beberapa tenaga kerja yang
melakukan kegiatan lebih dari satu divisi bagiannya. Hal tersebut dikarenakan
tugas pada divisi yang dilakukan dianggap dapat di bawahi oleh pegawai yang
sama. Struktur tenaga kerja menunjukkan bahwa tenaga kerja terbanyak
49
dialokasikan pada bagian produksi, dimana terdapat 17 karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa proses produksi merupakan aktivitas inti dari CV Aromindo.
Adapun setiap bagian tenaga kerja memiliki tugasnya masing-masing, yaitu:
1) Pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan ini sekaligus pemilik perusahaan
yang merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup perusahaan dan mengatur segala kegiatan di perusahaan.
2) Bagian pemasaran. Bagian ini bertanggung jawab terhadap kegiatan
pemasaran produk-produk CV Aromindo. Pemasaran langsung dilakukan
oleh Bapak Ramzi Salim yang merupakan pemimpin perusahaan.
3) Bagian penguji kualitas. Bertugas melakukan pengujian kualitas untuk produk
yang dihasilkan/diproduksi CV Aromindo. Bagian ini juga dilakukan oleh
Bapak Ramzi Salim yang merupakan pemimpin perusahaan.
4) Bagian keuangan. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pembukuan,
keuangan, perpajakan, dll.
5) Bagian teknisi/maintenance. Bertugas dalam kegiatan perawatan sarana dan
prasarana pabrik (mesin-mesin, gedung, kendaraan, dll).
6) Bagian perkebunan. Melakukan kegiatan penanaman budidaya pohon gaharu,
perawatan tanaman, pencangkokan, pembibitan, inokulasi, penanggulangan
hama, dll.
7) Bagian produksi. Melakukan kegiatan produksi minyak gaharu diantaranya
cincang kayu, penjemuran kayu, pengilingan kayu, perendaman dan
penyulingan minyak gaharu selain itu juga melakukan kegiatan produksi
produk CV Aromindo lainnya.
8) Bagian keamanan. Bertugas menjaga keamanan pabrik.
5.4 Sarana dan Prasarana Produksi
CV Aromindo memiliki lahan seluas 1.743 m2 yang dipergunakan untuk
usaha produksi minyak gaharu. Setiap lahan memiliki luas masing-masing dengan
perincian lahan diperlihatkan pada Tabel 10. Lahan yang dimiliki tersebut
memiliki fungsinya masing-masing yaitu:
1) Kantor untuk kegiatan perkantoran (administrasi, keuangan, pemasaran, dll.).
2) Ruang suling untuk kegiatan produksi (penyulingan minyak gaharu, dll.).
3) Ruang genset untuk menyimpan genset sebagai alternatif energi selain PLN.
50
4) Ruang boiler untuk menyimpan boiler sebagai mesin penghasil uap yang
dibutuhkan dalam proses penyulingan.
5) Ruang giling untuk melakukan penggilingan kayu.
6) Ruang karyawan untuk tempat tinggal dan beristirahat karyawan.
7) Bak pendingin sebagai pendingin atau radiator mesin suling.
8) Lahan jemur untuk menjemur serbuk gaharu yang telah disuling/diproses.
Tabel 10. Luas Lahan dan Bangunan CV Aromindo
No Jenis Ruangan Luas (m2)
1 Kantor 160
2 Ruang suling 300
3 Ruang genset 19
4 Ruang boiler 40
5 Ruang giling 12
6 Ruang karyawan 60
7 Bak pendingin 72
8 Lahan jemur 460
Sumber: Bagian Administrasi CV Aromindo (2012)
Fasilitas lain yang dimiliki oleh CV Aromindo adalah alat transportasi
milik perusahaan yang digunakan sebagai alat transportasi untuk kegiatan
operasional kantor dan pabrik, yaitu mobil, motor dan truk.
5.5 Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan minyak gaharu
adalah gaharu jenis TGC/kamedangan yang mengandung resin gaharu di
dalamnya. Adapun spesies yang paling sering digunakan yaitu Aquilaria filaria
dan Aquilaria malacensis. Bahan baku tersebut di dapatkan oleh CV Aromindo
dari pedagang pengumpul besar di daerah Probolinggo. Menurut informasi yang
didapatkan, gaharu-gaharu tersebut berasal dari daerah Kalimantan dan Papua.
Jumlah kayu gaharu yang dibeli sebanyak 3 sampai 7 ton per bulan atau kurang
lebih 36 ton per tahun. CV Aromindo biasanya memesan gaharu via telepon atau
email kemudian pihak pengumpul langsung mengirimkan gaharu dengan
menggunakan truk ke CV Aromindo. Bahan baku minyak gaharu yang digunakan
51
perusahaan masih dibeli dari pemasok karena kebun gaharu yang dimiliki belum
cukup umur untuk diambil resinnya.
5.6 Mesin dan Peralatan
Dalam mengolah gaharu menjadi minyak gaharu, CV Aromindo
menggunakan beberapa mesin dan peralatan lainnya. Adapun mesin dan alat yang
digunakan tertera pada Lampiran 4. Mesin utama yang digunakan dalam
penyulingan gaharu yaitu mesin suling dengan kapasitas 25 liter, 150 liter, 300
liter, 600 liter dan 1.200 liter yang digunakan untuk menyuling gaharu menjadi
minyak yang berkualitas, mesin giling untuk menggiling gaharu menjadi bagian
kecil atau potongan sehingga mudah untuk disuling dan boiler atau mesin
penghasil uap yang mampu menghasilkan 750 kg uap per jam.
5.7 Proses Produksi Minyak Gaharu
Minyak gaharu merupakan produk olahan yang berasal dari kayu gaharu
yang disuling untuk mendapatkan resin dari kayu tersebut. Produk ini memiliki
nilai tambah akibat dari perubahan bentuk yang terjadi. Oleh karena itu, pada
penelitian ini dianalisis mengenai nilai tambah agar perusahaan dapat mengetahui
besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari adanya kegiatan penyulingan tersebut.
Selain itu, perusahaan juga akan dapat mengetahui besarnya balas jasa untuk
setiap pemilik faktor produksi. Besarnya balas jasa tersebut dapat menunjukkan
persentase pengeluaran terbesar pada kegiatan perusahaan, sehingga dapat
memberikan informasi bahwa perusahaan tersebut padat karya atau padat modal.
Proses produksi minyak gaharu pada CV Aromindo adalah sebagai berikut:
1) Pencincangan kayu gaharu menjadi serpihan. Biasanya pencincangan
dilakukan kurang lebih 15 sampai 30 menit dalam satu hari. Alat yang
digunakan yaitu golok.
2) Penjemuran kayu gaharu hingga kering. Proses ini dilakukan untuk menjaga
kayu agar tidak menggumpal sehingga minyak yang dihasilkan lebih baik.
Proses penjemuran dilakukan selama satu atau dua hari di bawah terik sinar
matahari.
3) Penggilingan kayu gaharu menjadi serpihan. Hal tersebut dilakukan agar resin
gaharu dapat diambil dengan baik ketika penyulingan berlangsung.
52
Penggilingan ini menggunakan mesin giling dan dilakukan dalam waktu satu
hari.
4) Perendaman kayu yang sudah digiling menjadi serpihan. Perendaman ini
dilakukan di dalam tong berisi air selama dua sampai tiga minggu.
5) Penyulingan kayu gaharu yang sudah direndam dengan air. Hal ini
merupakan proses terakhir untuk mendapatkan minyak gaharu yang
diinginkan. Proses ini menggunakan mesin suling dan dilakukan selama enam
jam untuk penyulingan secara steam dan 3x24 jam untuk penyulingan
manual.
Minyak gaharu yang telah siap kirim dikemas dalam botol-botol
alumunium yang ditutup rapat dan disegel agar tidak tumpah atau meluap. Botol
aluminium yang digunakan memiliki kapasitas 800 gram. Setelah dimasukkan ke
dalam botol aluminium, minyak gaharu ditempatkan dalam box/kardus untuk
kemudian dikirim melalui jasa pengiriman internasional. Biasanya perusahaan
menggunakan jasa pengiriman DHL untuk pengiriman produknya ke konsumen
luar negeri. Pada proses pengiriman ini biaya ditanggung seluruhnya oleh
pembeli.
53
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Nilai Tambah
Kegiatan penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu merupakan kegiatan
pengubahan bentuk produk sehingga menimbulkan nilai tambah. Manfaat dari
adanya kegiatan tersebut dapat dinikmati oleh perusahaan, karyawan dan para
konsumen yang mengonsumsinya. Besarnya nilai tambah ini dapat dihitung
dengan metode analisis nilai tambah. Adapun jenis gaharu yang digunakan
sebagai bahan baku dalam penyulingan gaharu pada CV Aromindo adalah jenis
kamedangan kualitas TGC. Gaharu tersebut dibeli dari pemasok gaharu di
Probolinggo. Gaharu yang dibeli dalam keadaan yang telah berbentuk potongan
kayu. Harga gaharu berbeda-beda tergantung mudah atau tidaknya pencari gaharu
alam mendapatkan gaharu. Harga gaharu berkisar antara Rp 35.000,00 sampai Rp
75.000,00 per kg, sehingga harga yang akan digunakan yaitu harga rata-rata
gaharu. Gaharu yang diperoleh berasal dari hutan alam Papua dan Kalimantan.
Proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu menyebabkan adanya
nilai tambah pada komoditas tersebut. Oleh karena itu, harga jual minyak gaharu
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kayu gaharu. Perhitungan nilai tambah
minyak gaharu dilakukan berdasarkan pada kegiatan produksi tahun 2010.
Pemilihan pengambilan data pada produksi tahun 2010 dikarenakan pada tahun
tersebut produksi minyak gaharu relatif tinggi, yaitu 18 kg dalam satu tahun
produksi. Selain itu penulis fokus kepada nilai real yang terjadi sesuai data
terbaru yang dimiliki perusahaan.
Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah
dan balas jasa terhadap faktor-faktor produksi akibat adanya aktivitas-aktivitas
yang terjadi dimulai dari pengadaan bahan baku gaharu sampai dengan produk
jadi minyak gaharu. Dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah ini per satuan
bahan baku utama adalah satu kilogram kayu gaharu. Gaharu yang disuling
selama satu tahun adalah sebanyak 18.000 kg. Berdasarkan wawancara
perusahaan, rendemen untuk penyulingan gaharu yang mampu dihasilkan yaitu
1:1000 yang berarti untuk menghasilkan satu kilogram minyak gaharu,
dibutuhkan 1.000 kg kayu gaharu. Besarnya rendemen ini tergantung pada
54
kemampuan tenaga kerja, kandungan kimia yang terdapat pada gaharu, serta alat
dan mesin yang digunakan. Harga bahan baku kayu gaharu yang digunakan dalam
perhitungan nilai tambah ini adalah harga pasar rata-rata yang dibeli oleh
perusahaan, yaitu Rp 55.000,00 per kg. Sedangkan harga minyak gaharu yang
digunakan berdasarkan harga jual perusahaan, yaitu Rp 130.000.000,00 per kg.
Hasil perhitungan nilai tambah produk minyak gaharu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perhitungan Nilai Tambah Kayu Gaharu Menjadi Minyak Gaharu Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Minyak gaharu (kg/tahun) 18,000
2. Kayu gaharu (kg/tahun) 18.000,000
3. Tenaga kerja (HKP/tahun) 5.616,000
4. Faktor konversi (1:2) 0,001
5. Koefisien tenaga kerja (3:2) 0,312
6. Harga minyak gaharu (Rp/kg) 130.000.000,000
7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP) 28.205,128
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga kayu gaharu (Rp/kg) 55.000,000
9. Harga input lain (gas alam, penyusutan alat dan mesin, packaging) (Rp/kg) 8.657,994
10. Nilai minyak gaharu (4×6) (Rp/kg) 130.000,000
11. a. Nilai tambah (10-8-9) (Rp/kg) 66.342,006
b. Rasio nilai tambah [(11a:10)×100%] 51,032
12. a. Imbalan tenaga kerja (5×7) (Rp/kg) 8.800,000
b. Bagian tenaga kerja [(12a:11a)×100%] 13,265
13. a. Keuntungan (11a-12a) (Rp/kg) 57.542,006
b. Tingkat keuntungan [(13a:10)×100%] 44,263
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (10-8) (Rp/kg) 75.000,000
a. Pendapatan tenaga kerja ((12a:14)x100%) 11,733
b. Sumbangan input lain ((9:14)x100%) 11,544
c. Keuntungan perusahaan ((13a:14)x100%) 76,723
Sumber: Data diolah (2012)
Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 11 terlihat bahwa minyak
gaharu yang dihasilkan perusahaan setelah dikonversikan ke satuan berat adalah
18,00 kg minyak gaharu dari bahan baku gaharu sebanyak 18.000,00 kg. Nilai
55
faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang
dihasilkan dengan nilai input yang digunakan sehingga didapatkan nilai 0,001,
artinya setiap satu kilogram gaharu yang diolah akan menghasilkan 0,001 kg
minyak gaharu atau setiap penambahan 18.000 kg gaharu akan menghasilkan 18
kg minyak gaharu. Jika dilihat, output yang dihasilkan jauh lebih kecil
dibandingkan dengan input yang digunakan, hal tersebut terjadi karena gaharu
merupakan padatan yang apabila disuling akan menghasilkan minyak gaharu yang
merupakan komponen kecil dari gaharu tersebut sehingga hasilnya akan jauh lebih
sedikit.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penyulingan gaharu adalah 12 orang
tenaga kerja pria. Banyaknya tenaga kerja yang digunakan berkaitan dengan
penggunaan mesin yang memerlukan perhatian dari tenaga kerja. Selain itu, untuk
memasukkan bahan baku ke dalam mesin penggiling yang merupakan tahap awal
dalam penyulingan gaharu ini memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit karena
banyaknya bahan baku yang harus digunakan untuk satu kali proses penggilingan.
Tenaga kerja tersebut bekerja setiap harinya selama 26 hari dalam satu bulan kerja
dan setiap harinya bekerja selama 12 jam kerja. Satu hari orang kerja setara
dengan delapan jam kerja. Oleh karena itu, jumlah hari orang kerja yang
dibutuhkan selama satu tahun proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu
adalah 5.616,00 hari orang kerja (HOK). Jika nilai tersebut dibagi dengan bahan
baku yang digunakan akan diperoleh nilai koefisien tenaga kerja langsung. Nilai
koefisien tenaga kerja langsung untuk minyak gaharu adalah 0,312. Nilai ini
menunjukkan bahwa untuk mengolah satu kilogram gaharu menjadi minyak
gaharu diperlukan tenaga kerja sebesar 0,312 HOK atau setiap penambahan 1000
kg gaharu menjadi satu kg minyak gaharu dibutuhkan tenaga kerja langsung
sebanyak 312 HOK.
Upah rata-rata dalam proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu
pada tahun 2010 adalah Rp 28.205,128 per HOK. Nilai tersebut diperoleh dengan
membagi total upah tenaga kerja langsung dengan total HOK yang digunakan
pada bulan tersebut. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja merupakan upah
minimum rata-rata Kota Bogor. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan yang
56
ditentukan tidak memerlukan kualifikasi pekerjaan yang terlalu tinggi dan tidak
diperlukan keterampilan khusus dalam menjalankan proses produksi.
Sumbangan input lain dalam menghasilkan minyak gaharu adalah sebesar
Rp 8.657,994. Besarnya sumbangan input lain pada pengolahan gaharu ini dapat
dilihat pada Tabel 12. Sumbangan input lain meliputi penyusutan mesin-mesin
yang digunakan, gas alam untuk bahan bakar, botol aluminium untuk wadah
minyak gaharu dan packaging untuk pengemasan akhir minyak gaharu yang telah
dimasukkan ke dalam botol.
Tabel 12. Sumbangan Input Lain Per Kilogram Minyak Gaharu
No Sumbangan Input Lain Jumlah (Rp/tahun)
1 Beban penyusutan 13.478.889,563
2 Packaging 465.000,000
3 Gas alam 141.900.000,000
Total per tahun (Rp) 155.843.889,563
Total per Input Bahan Baku yang Digunakan (Rp/kg) 8.657,994
Sumber: Data diolah (2012)
Nilai produk didapatkan dari perkalian faktor konversi dengan harga
produk. Minyak gaharu memiliki nilai produk sebesar Rp 130.000,00. Nilai ini
berarti bahwa setiap pengolahan satu kilogram gaharu akan menghasilkan nilai
minyak gaharu sebesar Rp 130.000,00. Jumlah nilai produk ini menunjukkan
besarnya penerimaan kotor per kilogram bahan baku gaharu yang diolah menjadi
minyak gaharu. Jika nilai produk yang sudah dikalikan dengan faktor konversi
dikurangi dengan nilai output dan sumbangan input lain, maka diperoleh nilai
tambah sebesar Rp 66.342,006. Nilai tersebut menyatakan bahwa setiap satu
kilogram gaharu yang diolah akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
66.342,006. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan
diperoleh rasio nilai tambah sebesar 51,032 persen yang berarti dari Rp
130.000,00 nilai produk, sebesar 51,032 persennya merupakan nilai tambah dari
pengolahan produk. Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor bagi pengolah
karena masih mengandung imbalan terhadap tenaga kerja langsung dan
keuntungan perusahaan pengolah (imbalan bagi modal dan manajemen).
57
Imbalan bagi tenaga kerja langsung pada proses produksi minyak gaharu
adalah sebesar Rp 8.800,00 dengan demikian bagian tenaga kerja terhadap nilai
tambah pada pengolahan gaharu adalah sebesar 13,265 persen. Imbalan bagi
tenaga kerja langsung adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai
hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja
per HOK. Imbalan tenaga kerja merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga
kerja dari setiap pengolahan satu kilogram gaharu. Imbalan tenaga kerja langsung
tidak termasuk ke dalam nilai tambah yang diperoleh perusahaan. Besarnya
imbalan tenaga kerja pada pengolahan ini tergantung pada jumlah hari kerja dan
upah yang berlaku.
Gambar 3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Minyak Gaharu Terhadap
Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Perusahaan
Pengolahan gaharu telah memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram gaharu menjadi
minyak gaharu adalah sebesar Rp 57.542,006 per kilogram bahan baku. Nilai
tersebut merupakan nilai tambah bersih karena sudah dikurangi dengan imbalan
tenaga kerja langsung. Tingkat keuntungan pengolahan gaharu sebesar 44,263
Nilai minyak
gaharu
Rp 130.000,00/kg
42,308%
Nilai tambah
Rp 66.342,006/kg
6,660 %
Bahan baku
Rp 55.000,000/kg
Input lain
Rp 8.657,994/kg
Keuntungan
Rp 57.542,006/kg
Imbalan tenaga
kerja
Rp 8.800,000/HOK
86,735%
13,265%
51,032 %
58
persen. Definisi keuntungan yang dimaksud pada penelitian ini berbeda dengan
definisi keuntungan ekonomi karena biaya pemasaran dan investasi tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan total biaya. Nilai keuntungan ini menunjukkan
besarnya imbalan yang diterima oleh pengusaha karena berani menanggung resiko
dalam menjalankan usahanya. Distribusi nilai tambah pengolahan minyak gaharu
terhadap imbalan tenaga kerja dan keuntungan perusahaan disajikan pada Gambar
3.
Gambar 4. Besarnya Distribusi Marjin Terhadap Imbalan Tenaga Kerja,
Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan
Kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku utama ditunjukkan
melalui marjin yang diperoleh dengan mengurangkan nilai output dengan harga
bahan baku. Pada proses pengolahan input bahan baku gaharu menjadi minyak
gaharu, memerlukan input tambahan selain bahan baku, tenaga kerja, tenaga staf
atau manajemen. Input modal dan imbalan manajemen tersebut bagi perusahaan
merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengolahan gaharu dan biaya ini
merupakan bagian dari marjin disamping keuntungan. Gambar 4 menunjukkan
Nilai minyak
gaharu
Rp 130.000,00/kg
57,692 %
42,308 %
Marjin
Rp 75.000,00/kg
Bahan baku
Rp 55.000,00/kg
Input lain
Rp 8.657,994/kg
Keuntungan
Rp 57.542,006/kg
Imbalan tenaga
kerja
Rp 8.800,00/HOK
11,733%
11,544%
76,723%
59
besarnya distribusi marjin terhadap imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain,
dan keuntungan.
Marjin yang diperoleh dari hasil analsis nilai tambah pengolahan gaharu
sebesar Rp 75.000,00 per kilogram bahan baku. Besarnya marjin akan
didistribusikan kepada faktor-faktor produksi yang terdiri dari 11,733 persen
untuk imbalan tenaga kerja, 11,544 persen untuk sumbangan input lain, serta
76,723 persen untuk keuntungan CV Aromindo. Besarnya marjin yang
didistribusikan untuk keuntungan perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga
kerja menunjukkan bahwa pengolahan gaharu di CV Aromindo merupakan
kegiatan padat modal. Kegiatan padat modal dalam hal ini dikaitkan dengan
besarnya modal, yaitu pengeluaran untuk investasi sebesar Rp 1.118.691.217,00
yang dikeluarkan perusahaan dan penggunaan teknologi dalam produksi
(Lampiran 6, Tabel 15). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa CV Aromindo
merupakan perusahaan yang suka mengambil resiko.
Perhitungan metode Hayami dapat kembali dilihat faktor konversi pada
pengolahan gaharu CV Aromindo yang cukup tinggi menyebabkan rasio nilai
tambah yang diterima juga cukup tinggi 51,032 persen. Hal ini disebabkan
rendemen pengolahan gaharu yang dihasilkan produsen sudah sesuai standar.
Rendemen yang sesuai dengan kriteria sangat dipengaruhi kandungan resin
gaharu dan sistem pengolahan. Oleh sebab itu, peralatan mesin dan keahlian
operator dalam menghasilkan produk harus memiliki kelebihan secara teknis dan
pengalaman agar diperoleh rendemen gaharu yang tinggi.
6.2 Pendapatan Total Perusahaan
Dari informasi data yang didapatkan mengenai nilai tambah minyak
gaharu, perusahaan juga dapat mengetahui pendapatan secara ekonomi dimana
besar pendapatan tersebut dihitung dari harga minyak gaharu dikalikan dengan
jumlah minyak gaharu yang dijual perusahaan. Adapun perhitungannya sebagai
berikut:
TR= PxQ = 130.000.000 x 18 = Rp 2.340.000.000,00 per tahun
Keterangan: TR = pendapatan total
P = harga minyak gaharu
Q = jumlah minyak gaharu
60
Pendapatan yang diterima perusahaan dapat dikatakan sangat tinggi dilihat
dari nilainya yang mencapai milyaran rupiah. Akan tetapi, pendapatan tersebut
bukan merupakan keuntungan bersih karena belum dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh minyak gaharu. Biaya tersebut meliputi
biaya tetap, biaya variabel, dan biaya investasi perusahaan. Adapun informasi
lainnya yang dapat dilihat yaitu mengenai penggunaan bahan baku, tenaga kerja,
dan input lain yang digunakan sebagai berikut:
1. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi minyak gaharu dalam satu
tahun produksi adalah sebanyak 18.000 dengan harga Rp 55.000,00 per kg.
Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku yaitu sebesar Rp
990.000.000,00 per tahun.
Bahan baku= P x Q = 55.000 x 18.000 = Rp 990.000.000,00 per tahun
2. Tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah gaharu menjadi minyak gaharu
yaitu berjumlah 12 orang dengan jumlah total hari orang kerja yang
dibutuhkan selama satu tahun sebanyak 5.616 HOK. Adapun besarnya upah
tenaga kerja ini per HOK adalah sebesar Rp 28.205,128 per tahun. Sehingga
biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembayaran upah tenaga kerja
langsung terhadap kegiatan pengolahan yang dilakukan adalah sebesar Rp
158.399.998,80 per tahun.
Tenaga Kerja = HOK x upah = 5.616 x 28.205,128 = Rp 158.399.998,80 per
tahun
3. Sumbangan input lain merupakan input yang digunakan dalam penyulingan
gaharu menjadi minyak gaharu selain kayu gaharu itu sendiri. Input lain dalam
hal ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan gas alam,
penyusutan alat dan mesin, serta biaya pengemasan. Sehingga total biaya yang
dikeluarkan untuk sumbangan input lain adalah Rp 155.843.892,00 per tahun.
Sumbangan input lain= P x Q = 8.657,994 x 18.000 = Rp 155.843.892,00 per
tahun
6.3 Analisis Pemasaran Minyak Gaharu
Kegiatan pemasaran CV Aromindo dapat dilihat dari segi proses
manajemen pemasaran yang dijalankannya yaitu menganalisis peluang pasar,
61
meneliti dan memilih pasar sasaran, mengembangkan strategi pemasaran serta
melaksanakan dan mengendalikan usaha pemasaran.
6.3.1 Analisis peluang pasar
Setiap bisnis mengandalkan pemasaran sebagai sistem utama untuk
memonitor berbagai peluang dan mengembangkan sasaran serta perencanaan
pemasaran guna mencapai tujuan perusahaan. Hal pertama yang dilakukan dalam
proses pemasaran ini yaitu menganalisa peluang pasar yang ada. Analisa peluang
pasar ini berdasarkan pada lingkungan mikro dan makro perusahaan. Bagian
pemasaran dalam perusahaan CV Aromindo menyadari begitu banyak peluang
dalam hal pemanfaatan komoditi gaharu terutama untuk produk turunannya.
Dalam analisis peluang ini digunakan peluang komoditi gaharu secara umum
karena belum terdapat spesialisasi produk turunannya. Perdagangan dan peraturan
mengenai gaharu Indonesia diatur secara umum tanpa aada perbedaan untuk jenis
produknya baik kayu, minyak, abu, dll.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan gaharu dan produk
turunannya, CV Aromindo tidak hanya dihadapkan pada pesaing dari dalam
negeri saja, tetapi juga dari negara-negara lain seperti malaysia, India, Vietnam
dll. Semuanya terlibat dalam membangun dan meningkatkan produktivitas usaha
gaharu.
Tujuan jangka panjang manajemen pemasaran gaharu CV Aromindo
adalah menjadi produsen penghasil gaharu dan berbagai jenis turunannya serta
alat yang dibutuhkan untuk proses penyulingan gaharu yang berkualitas yang
dapat diandalkan dan mampu berproduksi secara kontinyu sehingga dapat
memenuhi kebutuhan terhadap produk gaharu. Oleh karena itu, CV Aromindo
mencoba mengantisipasi para pelaku utama dalam lingkungan mikro perusahaan
yaitu perusahaan, pemasok bahan baku, pesaing, dan pelanggan. Celah-celah
peluang ini dijadikan suatu bisnis oleh CV Aromindo untuk menghasilkan gaharu
dan turunannya secara kontinyu agar mampu memenuhi kebutuhan pasar gaharu
dunia. Berikut ini merupakan peluang-peluang yang dimiliki oleh CV Aromindo:
1) Perusahaan
CV Aromindo menjual minyak gaharu untuk pasar bisnis yaitu perusahaan
besar, perusahaan profesional, dan pengecer. Menjual kepada organisasi ini
62
melibatkan penjualan personal melalui tenaga penjual untuk menawarkan minyak
gaharu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, pemimpin
sekaligus pemasar minyak gaharu CV Aromindo memanfaatkan kedekatannya
dengan para konsumen minyak gaharu untuk menjual produknya secara langsung.
2) Pemasok bahan baku
Gaharu yang dijual oleh CV Aromindo merupakan gaharu alam yang
dihasilkan dari hutan Papua dan Kalimantan yang kemudian didapatkan oleh CV
Aromindo dari pedagang pengumpul gaharu di Probolinggo. Bahan baku untuk
minyak gaharu juga didapatkan dari pengumpul di Probolinggo. Dalam hal ini CV
Aromindo memiliki peluang yang baik untuk pemenuhan gaharu karena pedagang
pengumpul gaharu Probolinggo hanya mau menjual gaharu kepada pengusaha
yang sudah dikenalnya, sistem yang ada yaitu melalui kekerabatan. Sehingga
untuk perusahaan pesaing akan sulit untuk menembus pemasok gaharu dari
Probolinggo ini.
3) Pesaing
Peluang lainnya adalah dari para pesaing. Perusahaan pesaing hanya
sedikit, sehingga keadaan ini sangat menguntungkan bagi perusahaan. Jumlah
pesaing bagi CV Aromindo yaitu 30 perusahaan eksportir gaharu5. Sedikitnya
pesaing tersebut dikarenakan hambatan masuk dan hambatan mobilitas yang
tinggi (kebutuhan modal tinggi, skala ekonomi, kebutuhan hak paten dan
perizinan, dan lokasi bahan-bahan mentah). Sedikitnya pengusaha ekspor gaharu
dari Indonesia ini juga dikarenakan rumitnya birokrasi yang ada untuk penjualan
gaharu. Perusahaan yang mampu menjual minyak gaharu ke luar negeri sangat
minim jumlahnya, terbukti bahwa perusahaan di Timur Tengah secara kontinyu
membeli gaharu dari CV Aromindo.
4) Pelanggan
Dari sisi pembeli, perusahaan memiliki peluang karena pembeli
terkonsentrasi secara geografis. Implikasinya yaitu berkurangnya biaya penjualan
dan juga pembelian dilakukan secara langsung tanpa perantara.
Selain peluang dalam batas lingkungan mikro perusahaan CV Aromindo
juga memiliki peluang jika dilihat dari lingkungan makro yang ada. Lingkungan
5 Data ASGARIN 2011 dalam kontan weekly: No 28 XV 2011, page 8
http://kontan.realviewusa.com/?iid=47367&startpage=page0000008
63
makro dalam hal ini yaitu perkembangan demografi, ekonomi, teknologi,
politik/legal, dan sosial budaya. Adapun penjelasanya sebagai berikut:
1) Demografi
Perkembangan daerah pada negara konsumen minyak gaharu dapat
mempengaruhi peningkatan penjualan minyak gaharu. Konsumen minyak gaharu
di antaranya China, Saudi Arabia dan negara-negara Eropa. Pada peluang dari
demografi ini dibahas mengenai China karena negara ini merupakan negara
potensial dengan lingkungan demografi yang baik bagi produk gaharu .
China merupakan pasar potensial gaharu dengan jumlah penduduk 1,5 miliar
jiwa6. Badan pemerintah China memprediksi struktur kelas ekonomi masyarakat
kelas menengah RR China pada tahun 2020 akan meningkat hingga 600 juta
orang didukung urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi di tingkat 7%. Tingkat
urbanisasi yang besar mendukung konsumsi lokal dan struktur ekonomi perkotaan
menjadi lebih baik karena lebih terbukanya penduduk terhadap kemajuan aktivitas
ekonomi. Jumlah penduduk kaya RR China diperkirakan akan terus meningkat
hingga 2020 mendatang. Sifat konsumen yang semakin konsumerisme dalam
pembelian barang-barang baru dan mewah untuk meningkatkan derajat sosial,
juga menjadi peluang. Tren-tren sosial RR China merupakan arahan
pengembangan pemasaran yang harus diperhatikan untuk dapat sukses bermain di
pasar RR China (Laporan Atdag Beijing 2012).
2) Ekonomi
Keadaan ekonomi pada negara konsumen, di antaranya China dan Saudi
Arabia dapat mempengaruhi peningkatan penjualan minyak gaharu. Dari
lingkungan ekonomi, CV Aromindo memiliki peluang yang tinggi untuk menjual
minyak gaharu ke Saudi Arabia dan China.
Pertumbuhan ekonomi non-minyak Saudi Arabia akan naik menjadi 4,7%
karena pertumbuhan yang cepat di sektor konstruksi, sebagai sektor penerima
terbesar pengeluaran pemerintah. Selama periode Januari-Nopember 2011, total
perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia mencapai US$ 6,27 miliar, atau naik
26,61% dibanding periode yang sama tahun 2010. Selama periode tersebut,
6 Disampaikan oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kemhut, Novianto Bambang di
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=105f4d947ec8252b86f309303cf12f83
&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e [Diakses 15 Februari 2012]
64
ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 1,33 miliar, sedangkan impor Indonesia
dari Saudi Arabia mencapai US$ 4,94 miliar, sehingga Indonesia mengalami
defisit sebesar US$ 3,61 miliar, karena impor migas yang sangat besar dan terus
meningkat (Laporan Atdag Riyadh, Saudi Arabia 2012). Oleh karena itu, untuk
mengurangi defisit Indonesia dapat dilakukan dengan ekspor ke Saudi Arabia,
salah satunya yaitu dengan meningkatkan ekspor gaharu Indonesia.
Perdagangan gaharu dunia masih membuka peluang bagi CV Aromindo
karena selama ini produsen gaharu yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan
gaharu dunia sebanyak 4000 ton per tahun. Di luar negeri permintaan gaharu di
dominasi oleh negara Timur Tengah dan China. China merupakan salah satu
negara pengimpor gaharu terbesar dengan kebutuhan per tahun mencapai 500 ton.
Sebagai negara produsen gaharu Indonesia baru menyediakan 200-300 ton gaharu
per tahun7. Saat ini, Indonesia hanya memiliki kapasitas produksi gaharu 632 ton
per tahun, padahal China meminta impor gaharu sebanyak 500 ton tiap tahunnya,
sedangkan Timur Tengah 400 ton8. Gaharu yang diekspor pun sebagian besar
berupa potongan kayu yang harganya jauh lebih rendah dibandingkan olahan
gaharu tersebut
3) Teknologi
Peluang CV Aromindo pada sisi teknologi yaitu CV Aromindo memiliki
kemampuan merancang mesin-mesin untuk penyulingannya sendiri seperti: alat
suling, mesin giling,alat ekstraksi. Perusahaan juga memiliki hak cipta atas mesin
tersebut.
4) Politik/hukum
Salah satu peluang bagi CV Aromindo yaitu peluang CV Aromindo untuk
memasuki pasar potensial China yang terbuka lebar yang disebabkan oleh
diberikannya izin ekspor langsung ke China atas usaha politik yang dilakukan
oleh para eksportir gaharu. Selama ini ekspor produk gaharu Indonesia ke China
tak bisa langsung tetapi melalui negara-negara seperti Taiwan, Hongkong, dan
Singapura. Pasar gaharu di China merupakan salah satu pasar terbaik di dunia
7 http://finance.detik.com/read/2011/03/14/134608/1591102/4/akhirnya-ri-ekspor-gaharu-tanpa-
via-singapura 8 http://finance.detik.com/read/2011/03/14/161405/1591272/4/gaharu-ri-laku-di-china-karena-
dianggap-keramat
65
karena hampir 60 sampai 70 persen pasar dunia beredar dari China9. Oleh karena
itu, CV Aromindo dapat mengembangkan pemasarannya ke negara tersebut.
5) Sosial budaya.
Produk olahan gaharu banyak digunakan untuk kepentingan ritual
keagamaan oleh beberapa agama seperti Katolik, Islam, Hindu dan Budha. Salah
satu negara pengguna gaharu untuk upacara keagamaan adalah China.
Kepercayaan masyarakat China terhadap kayu gaharu berhubungan dengan
dijadikannya gaharu sebagai barang keramat. Negara China dan Timur Tengah
juga menjadikan gaharu untuk bahan baku tasbih dan minyak wangi. Eropa juga
menggunakan gaharu untuk bahan baku minyak wangi10
.
6.3.2 Meneliti dan Memilih Pasar Sasaran (Analisis Segmentation, Targeting
dan Positioning)
Berdasarkan peluang pasar yang ada, perkembangan usaha CV Aromindo
mempunyai segmen dan target atau sasaran utama pemasarannya. Selain itu juga
produk minyak gaharu yang dihasilkan CV Aromindo memiliki posisi tertentu
dalam pasar.
6.3.2.1 Segmentasi
Segmentasi merupakan langkah awal dalam meneliti dan memilih pasar
sasaran. Segmentasi pasar yang ditetapkan oleh CV Aromindo adalah berdasarkan
geografis. CV Aromindo menawarkan minyak gaharu di wilayah Timur Tengah
yang mayoritas penduduknya sangat menyukai wangi gaharu dan menggunakan
gaharu sebagai bahan baku untuk pewangi, baik untuk kegiatan keagamaan
maupun sehari-hari. Berdasarkan jenis industri yang dilayani, segmen pasar
dimasukan ke dalam segmen pasar industri bahan baku minyak wangi dan
aromaterapi. Beberapa hal yang diperhatikan dalam menentukan segmentasi pasar
minyak gaharu, diantaranya yaitu:
1) Dapat diukur. Besarnya pasar di wilayah Timur Tengah dapat diukur oleh
perusahaan. Kebutuhan gaharu di wilayah tersebut yaitu sebesar 400 ton per
9 http://www.radartarakan.co.id/index.php/kategori/detail/tarakan/28591
10 Ibid, Hlm 57
66
tahun11
. Adapun konsumen memiliki daya beli yang tinggi terhadap minyak
gaharu.
2) Dapat dijangkau,. Segmen pasar Timur Tengah ini mampu dijangkau dan
dilayani oleh perusahaan terbukti perusahaan mampu menjual produk secara
langsung tanpa perantara kepada pasar Timur Tengah ini. Selain itu
perusahaan juga mampu melayani berapapun permintaan pasar untuk minyak
gaharu.
3) Besar segmen yang diharapkan. CV Aromindo belum dapat menjangkau
sepenuhnya wilayah Timur Tengah ini karena untuk masuk ke dalam segmen
pasar tersebut terkendala dengan informasi yang sulit didapatkan serta
birokrasi. Wilayah Timur Tengah ini meliputi Saudi Arabia, Uni Emirat Arab,
dan Quwait.
4) Dapat dilaksanakan. Pemasaran yang dapat dilakukan yaitu melalui
pendekatan secara personal dengan konsumen minyak gaharu. Sistem
kekerabatan sangat penting dalam menjangkau pasar Timur Tengah. Selama
ini, CV Aromindo mampu melakukan penjualan minyak gaharu tesebut
melalui kekerabatan yang dimilikinya dengan konsumen di wilayah Timur
Tengah tersebut.
6.3.2.2 Targeting
Setelah menetapkan segmen pasarnya, CV Aromindo melakukan evaluasi
daya tarik segmen untuk memutuskan segmen pasar sasaran yang akan dipilih dan
dilayani. Segemen pasar yang dilayani tersebut merupakan target pasar bagi CV
Aromindo. Berikut adalah evaluasi terhadap segmen pasar untuk menetapkan
pasar sasaran:
1) Ukuran dan pertumbuhan segmen
CV Aromindo lebih menyukai segmen-segmen dengan volume penjualan
besar namun tidak menghindari segmen-segmen kecil. Penjualan terbesar yang
dapat dilakukan oleh CV Aromindo selama ini yaitu penjualan ke pasar Saudi
Arabia. Terbukti dengan rutinnya permintaan minyak gaharu dari pasar tersebut.
2) Daya tarik struktural segmen
11
Ibid, Hlm 64
67
a) Persaingan segmen yang intensif. Perusahaan tidak tertarik kepada
segmen yang sudah terdiri dari para pesaing yang berjumlah banyak, kuat
atau agresif. Persaingan dengan perusahaan sejenis di Saudi Arabia tidak
menjadi kendala bagi CV Aromindo karena CV Aromindo memiliki
pelanggan tetap.
b) Pesaing baru. CV Aromindo tertarik kepada segmen yang halangan
masuknya besar dan halangan keluarnya kecil. Pasar Saudi Arabia
merupakan segmen pasar dengan halangan masuk yang besar salah
satunya yaitu masalah kepercayaan. Sehingga tidak semua perusahaan
dapat memasuki pasar ini.
c) Produk pengganti. CV Aromindo tidak tertarik kepada segmen yang
memiliki produk pengganti baik aktual maupun potensial. Minyak gaharu
memiliki wangi yang khas dan juga dianggap keramat oleh sebagian besar
masyarakat di Timur Tengah sehingga dianggap tidak memiliki produk
pengganti.
d) Meningkatnya posisi tawar menawar pembeli. Perusahaan tidak tertarik
kepada segmen yang para pembelinya menempati posisi tawar menawar
yang kuat. Dalam hal ini pasar yang paling dikuasai oleh CV Aromindo
yaitu pembeli dari Saudi Arabia. Tawar menawar terjadi secara adil antara
konsumen dengan CV Aromindo.
3) Tujuan-tujuan dan sumber-sumber daya perusahaan
CV Aromindo tidak memasuki pasar atau segmen pasar bila tidak dapat
menghasilkan suatu bentuk nilai yang unggul. Saudi Arabia meupakan pasar yang
mampu memberikan nilai unggul karena perusahaan mampu menjangkau pasar
tanpa hambatan masuk yang tinggi. Perusahaan memiliki kedekatan dengan
pembeli dari pasar Saudi Arabia tersebut.
Dalam menjalankan bisnisnya CV Aromindo menggunakan cara berpikir
pemasaran tanpa diferensiasi, yaitu perusahaan terfokus pada kesamaan kebutuhan
konsumen daripada perbedaannya. Dalam hal ini, konsumen sama-sama
membutuhkan minyak gaharu untuk bahan baku pembuatan minyak wangi dan
aromaterapi.
68
Berdasarkan evaluasi terhadap segmen pasar maka, target pasar CV
Aromindo adalah perusahaan-perusahaan bahan baku minyak wangi dan
aromaterapi di Saudi Arabia yang sangat menyukai wangi gaharu yang khas. Pola
yang terbentuk untuk pasar minyak gaharu adalah jangkauan penuh. Perusahaan
menjangkau pasar melalui pemasaran yang tidak dibedakan. Perusahaan lebih
memusatkan pada apa yang merupakan kebutuhan umum konsumen yaitu minyak
gaharu daripada apa yang berbeda dari konsumen tersebut misalnya perbedaan
terhadap kuantitas yang diminta.
6.3.2.3 Positioning
Tahap akhir dalam meneliti dan memilih pasar sasaran adalah menetapkan
posisi produk perusahaan dalam pasar. CV Aromindo memposisikan produknya di
pasaran sebagai bahan baku parfum dan aromaterapi berkualitas tinggi. Posisi
produk tersebut mengacu pada posisi produk secara kombinasi dimana perusahaan
menetapkan produknya untuk pemenuhan kebutuhan atau manfaat yang diberikan
dan produk untuk kelas pengguna tertentu atau untuk kelas produk berbeda.
Dalam usaha minyak gaharu ini, perusahaan dikatakan sebagai pemimpin bisnis
untuk pasar Saudi Arabia. Hal tersebut berdasarkan perbandingan dengan
perusahaan lain yang belum mampu menjual produknya secara langsung ke pasar
tersebut, terbukti sampai saat ini dari data statistik kehutanan menunjukkan
eksportir gaharu untuk Saudi Arabia yaitu CV Aromindo.
Upaya yang dilakukan CV Aromindo untuk mencapai posisi tersebut yaitu
dengan menciptakan produk yang berkualitas dan menjalin hubungan baik dengan
pihak-pihak terkait. CV Aromindo juga menerapkan strategi bauran pemasaran
yang dikonsep dalam manajemennya yang terdiri dari produk, harga, distribusi,
dan promosi.
6.3.3 Pengembangan Strategi Bauran Pemasaran Minyak Gaharu
Dalam mencapai pertumbuhan dan keberlanjutan usaha CV Aromindo
memiliki strategi bauran pemasaran. Adapun perangkat strategi pemasaran
mencakup empat hal pokok, yaitu kebijaksanaan produk, harga, distribusi, dan
promosi.
69
6.3.3.1 Produk
Minyak gaharu yang diproduksi oleh CV Aromindo tergolong kualitas
baik. Hal ini didukung dengan pemilihan bahan baku yang tepat dan teknologi
modern yang dimiliki oleh perusahaan dalam proses penyulingan gaharu. Bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan minyak gaharu yaitu termasuk dalam
klasifikasi kamedangan dengan mutu 4 atau yang biasa disebut dengan TGC. TGC
ini merupakan bahan baku pembuatan minyak yang paling baik dikarenakan
bentuk dan kandungan resinnya yang tepat untuk dilakukannya proses
penyulingan. Adapun klasifikasi gaharu yang biasanya digunakan dalam
pembuatan minyak gaharu yaitu kamedangan dengan mutu 4 sampai mutu 7.
Keputusan perusahaan memilih minyak gaharu sebagai produk andalannya
didasarkan pada beberapa alasan yaitu; banyaknya peminat terhadap minyak
gaharu ini, kesesuaian produk dengan keinginan konsumen, tingkat keuntungan
yang diperoleh, modal yang digunakan serta kemudahan untuk penjualan produk.
Minyak gaharu merupakan produk dasar untuk bahan dasar pembuatan parfum
yang biasanya digunakan oleh industri parfum. Wangi gaharu yang khas
menjadikan produk ini disukai oleh konsumen. Selain itu, minyak gaharu ini
merupakan produk olahan yang menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan dan
mampu meningkatkan pendapatan perusahaan.
Produk yang dihasilkan CV Aromindo merupakan produk industri yang
dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis.
Walaupun demikian ada juga pengguna individu yang memakai minyak gaharu
secara langsung tanpa pemrosesan lebih lanjut tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Biasana, individu tersebut adalah pengguna yang fanatik. Produk yang dihasilkan
memiliki certificate of origin, yaitu sertifikat yang menunjukkan originalitas dari
produk berdasarkan negara asal produsen, sehingga mudah untuk masuk ke pasar
tujuan.
Perusahaan memiliki periode produksi yang telah ditetapkan untuk
memenuhi permintaan pasar. Produksi minyak gaharu dilakukan setiap 2 kali
dalam seminggu yaitu sekitar 3 hari dalam satu kali produksi minyak gaharu yang
dimulai dari pemilihan bahan baku, penjemuran bahan baku, sampai pada
penyulingan gaharu. Kegiatan produksi dilakukan 2 kali seminggu karena tahap
70
penjemuran harus maksimal guna mendapatkan gaharu yang baik untuk proses
penyulingan dan untuk menjaga kontinuitas produksi selain itu juga untuk
memaksimalkan penggunaan mesin.
Target minyak gaharu yang dihasilkan CV Aromindo menurut bagian
produksi, rata-rata berkisar 3,2 kg minyak per bulan. Sedangkan bahan baku yang
digunakan yaitu rata-rata sebanyak 3.000-7.000 kg per bulan. Rendemen yang
dihasilkan yaitu 1:1.000. Produk minyak gaharu yang telah dihasilkan dikemas
dalam botol aluminium berukuran 800 gram untuk menjaga kualitasnya dan agar
tidak terjadi kebocoran saat pengiriman dilakukan. Selanjutnya setelah
dimasukkan ke dalam botol aluminium, minyak gaharu yang siap kirim dikemas
dengan packing yang pas dan diberi label.
Agar kualitas minyak gaharu tetap terjaga, CV Aromindo selalu
melakukan uji kualitas produk. Uji kualitas ini dilakukan langsung oleh pemlik
perusahaan yang juga ahli dalam penentuan uji kualitas minyak gaharu. Kualitas
produk juga ditunjang dengan penggunaan teknologi yang memadai dimana mesin
yang digunakan untuk pembuatan produk merupakan rancangan CV Aromindo
sendiri. CV Aromindo memiliki kebijakan untuk mempertahankan usia mesin
maksimal selama 16 tahun. Karena teknologi mesin mempengaruhi kapasitas
produksi, kualitas produk yang dihasilkan, serta efisiensi dalam proses produksi.
6.3.3.2 Harga
Perusahaan minyak gaharu menetapkan harga produk berdasarkan metode
going rate, yaitu perusahaan mendasarkan sebagian besar harganya pada harga
pesaing. Penetapan harga ini merupakan solusi yang baik karena dianggap
merefleksikan kebijaksanaan kolektif industri. Apabila terjadi fluktuasi harga di
pasar, maka perusahaan segera merespon dengan melakukan pertimbangan-
pertimbangan untuk perubahan pada tingkat harga tertentu. Harga yang ditetapkan
untuk minyak gaharu yaitu dibagi menjadi dua dimana perbedaan harga terjadi
akibat adanya perbedaan proses produksi. Penyulingan dengan sistem manual,
minyak gaharu dihargai sebesar Rp 130 juta per kg sedangkan untuk penyulingan
dengan sistem uap dihargai sebesar Rp 70 juta per kg. Harga produk ditetapkan
sama untuk setiap wilayah pendistribusian.
71
Selain penetapan harga untuk minyak gaharu, perusahaan juga
menargetkan penetapan harga untuk bahan baku yang digunakan. Penetapan harga
biasanya berdasarkan kesepakatan antara pemasok dan perusahaan. Harga bahan
baku pembuatan minyak gaharu berkisar antara Rp 35.000,00 sampai Rp
75.000,00. Bahan baku gaharu pembuatan minyak gaharu CV Aromindo saat ini
masih diandalkan dari pemasok di daerah Probolinggo. Untuk pemesanan
dilakukan melalui telepon sedangkan cara pembayarannnya dilakukan secara cash
melalu transfer rekening antar bank.
6.3.3.3 Distibusi
CV Aromindo menjual minyak gaharu ke beberapa negara melalui jasa
pengiriman. Adapun jasa pengiriman yang menjadi partner perusahaan yaitu jasa
pengiriman DHL, namun sifatnya tidak terikat. Perusahaan jasa pengiriman akan
datang langsung ke CV Aromindo jika perusahaan ingin melakukan pengiriman
barang. Lama pengiriman untuk pendistribusian minyak gaharu ini sekitar dua
sampai tiga hari.
Tabel 13. Wilayah Pendistribusian Gaharu
No Wilayah Penjualan Nama perusahaan Jumlah penjualan minyak gaharu
(kg/bulan)
1 Saudi Arabia Al obaid trading 1 – 2
2 Uni Emirat Arab Zahrat al anfar Trd Tentative
3 India PC jain Tentative
4 Singapore Bin abdat trading Tentative
5 Qatar Delaimi perfume factory Tentative
Sumber: Bagian Administrasi CV Aromindo (2012)
Sebelum melakukan penyaluran produk, CV Aromindo terlebih dahulu
mengajukan permohonan untuk menjual gaharu. Permohonan ini ditujukan
kepada Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam hasil hutan untuk memperoleh
ijin mengedarkan hasil hutan. Pendistribusian gaharu terjadi ketika ada pesanan
dari konsumen antara dalam hal ini adalah importir bagi minyak gaharu CV
Aromindo. Perusahaan yang menjadi importir gaharu ini merupakan konsumen
perantara karena perusahaan mengolah kembali minyak gaharu untuk dijadikan
72
minyak wangi atau aromaterapi selanjutnya dijual kepada industri minyak wangi
ataupun konsumen akhir. Konsumen melakukan pembelian melalui telepon dan
email. Adapun beberapa wilayah distribusi minyak gaharu yang pernah dijangkau
tertera pada Tabel 13.
6.3.3.4 Promosi
Proses pemasaran memerlukan komunikasi dengan konsumen yang sudah
ada maupun calon konsumen yang potensial. Tujuan dari komunikasi ini adalah
untuk memperkenalkan kelebihan-kelebihan produk yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan yang ditawarkan perusahaan pesaing.
Promosi minyak gaharu CV Aromindo dilakukan melalui sistem
pendekatan secara langsung kepada konsumen potensial melalui pemilik
perusahaan minyak gaharu ini. Bapak Ramzi selaku pemilik perusahaan menjalin
hubungan baik dengan para konsumen dengan langsung mengunjungi perusahaan
konsumen maupun kontak melalui media telepon dan email. Selain itu, promosi
juga dilakukan melalui website yang dimiliki oleh CV Aromindo dan melalui
beberapa situs perdagangan online. Kegiatan seminar, penyuluhan, pelatihan
maupun kunjungan lapang juga menjadi media promosi bagi perusahaan karena
perusahaan sering dijadikan tempat kunjungan lapang bagi para calon pengusaha
gaharu maupun peminat gaharu. Selain itu juga pemilik perusahaan sering kali
menjadi pembicara bagi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan gaharu.
Promosi melalui pameran juga pernah dilakukan oleh CV Aromindo terutama
untuk kegiatan pameran yang diadakan kehutanan.
6.3.4 Pelaksanakan dan Pengendalian Usaha Pemasaran
Langkah terakhir dalam manajemen pemasaran adalah melaksanakan dan
mengendalikan pemasaran. Pemasaran produk minyak gaharu dilakukan oleh
bagian pemasaran. Tugas dan wewenang dari bagian pemasaran ini adalah:
1) Melakukan negosiasi dan menjalin hubungan dengan calon pembeli.
2) Penjualan serta pelayanan pada pelanggan.
3) Menetapkan strategi untuk pemasaran minyak gaharu.
4) Mencari informasi pasar serta peluang pasar yang ada.
73
Bagian pemasaran pada perusahaan ini masih tergolong sederhana. Hal
tersebut berkaitan dengan belum adanya spesialisasi dalam pembagian tugas
pemasarannya. Perusahaan tidak memiliki karyawan khusus untuk pemasaran,
semua kegiatan pemasaran dilakukan oleh pemimpin sekaligus pemilik
perusahaan. Hal tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan di bagian
pemasarannya. Padahal bagian pemasaran merupakan bagian penting dalam suatu
usaha.
Usaha pengendalian yang selama ini dilakukan CV Aromindo cenderung
untuk mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada. Perusahaan belum
memanfaatkan secara maksimal peluang pasar yang ada. Hal tersebut dapat dilihat
dari perusahaan yang belum melakukan perluasan pasar hingga ke negara China
padahal pasar tersebut terbuka lebar. Selain itu juga, perusahaan cenderung
menetapkan strategi yang sama untuk pemasaran minyak gaharu setiap tahunnya.
Perusahaan tidak merubah strategi yang dijalankan.
74
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis nilai tambah dan pemasaran yang dilakukan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Berdasarkan analisis nilai tambah, diperoleh nilai tambah pengolahan gaharu
menjadi minyak gaharu sebesar Rp 66.342,006 per kg bahan baku per tahun
dan keuntungan sebesar Rp 57.542,006 per kg bahan baku per tahun atau
sebesar 44,263 persen dari nilai produk. Berdasarkan persentase rasio nilai
tambah 51,032 persen, maka CV Aromindo dikatakan memiliki nilai tambah
yang besar. Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan cenderung lebih
padat modal karena balas jasa terhadap keuntungan perusahaan memberikan
kontribusi lebih banyak dalam pembentukan marjin. Keuntungan dalam hal
ini merupakan keuntungan per kg bahan baku tanpa memperhitungan nilai
investasi, sehingga belum merupakan keuntungan secara bersih. Adapun
balas jasa terbanyak berasal dari faktor keuntungan perusahaan yaitu sebesar
76,723 persen. Faktor lainnya adalah pendapatan tenaga kerja sebesar 11,733
persen dan sumbangan input lain sebesar 11,544 persen.
2) Dalam pelaksanaan pemasaran minyak gaharu, CV Aromindo telah
menerapkan manajemen pemasaran pada perusahaannya. Akan tetapi,
peluang yang ada belum dimanfaatkan oleh perusahaan, contohnya peluang
untuk masuk ke pasar China. Perusahaan menetapkan segmentasi pasarnya
berdasarkan geografis dimana segmen pasar tersebut berada pada wilayah
geografis Timur Tengah tepatnya Saudi Arabia untuk menangkap peluang
yang ada. Target pasar CV Aromindo yaitu perusahaan parfum atau
aromaterapi. CV Aromindo menetapkan posisi produknya sebagai bahan baku
pembuatan minyak wangi dan aromaterapi yang memiliki kualitas tinggi.
Strategi bauran pemasaran juga dilakukan oleh CV Aromindo dimana produk
yang dijual berupa minyak gaharu dengan penetapan harga berdasarkan going
rate atau mengikuti harga yang berlaku dipasaran. Dalam hal penetapan
tempat/pendistribusian, CV Aromindo menetapkan pendistribusian
produknya ke pasar Saudi Arabia terutama Al Obaid Trading sebagai
pelanggan tetapnya. Dalam menjalankan usahanya CV Aromindo
75
memperkenalkan produk minyak gaharu melalui website. Sebagai tahap
pengendalian pemasaran, CV Aromindo cenderung mempertahankan
pelanggan yang sudah ada.
7.2 SARAN
1) Perlu perbaikan pada bagian pemasaran. Sebaiknya perusahaan memiliki
karyawan khusus di bagian pemasaran untuk mengerjakan tugas pemasaran
terkait dengan penyusunan strategi yang tepat, misalnya dalam penetapan
bauran pemasaran 4P, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi, sehingga
mampu meningkatkan keuntungan perusahaan.
2) Sebaiknya CV Aromindo melakukan perluasan pasar, misalnya dengan
memasuki pasar China yang sudah ada, sehingga dapat lebih meningkatkan
volume penjualan dan keuntungan perusahaan.
3) Sebaiknya perusahaan melakukan kerjasama dengan pihak terkait gaharu
untuk menghasilkan rendemen minyak gaharu yang lebih tinggi agar besar
nilai tambah yang diciptakan dari proses penyulingan dapat lebih tinggi.
4) Sebaiknya perusahaan mengembangkan produk minyak gaharu yang masih
merupakan bahan baku menjadi minyak wangi dan aromaterapi yang
merupakan bahan jadi, sehingga bisa meningkatkan keuntungan perusahaan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, D. 2009. Gaharu: Harta di Kebun. Trubus online. http://www.trubus-
online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=8&artid=290.
[diakses 10 Januari 2012]
Angipora, Marius P. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Amir, M. Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Assauri S. 2004. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
[BSN] Badan Standar Nasional. 1999. Standar Nasional untuk Gaharu (SNI. 01-
5009.1-1999). Jakarta: Badan Standar Nasional.
Bintoro. 2011. Indonesia Tuan Rumah Asia Regional Workshop On Agarwood.
Siaran Pers Nomor: S.531 /PHM-1/2011. Jakarta.
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/8154 [diakses 10 Januari
2012]
Biro KLN dan Investasi, 2002. Gaharu, Menjual Kayu dalam Gram. Jakarta:
Departemen Kehutanan.
[BPS Kehutanan] Badan Pusat Statistik Kehutanan. 2010. Statistik Kehutanan
Indonesia. Jakarta: Kementrian Kehutanan.
________. 2011. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kehutanan.
Boyd, H, Orville, C, Walker, J, dan Claude, L. 2000. Manajemen Pemasaran.
Edisi Dua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba
Empat.
Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
http://www.dephut.go.id/files/UNDANG-
UNDANG%20REPUBLIK%20INDONESIA%20NOMOR%2041%20TA
HUN%201999.pdf. [10 Jan 2012]
Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No.35/Menhut-
II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/Web%20HHBK/permen%20P35.p
df. [10 Jan 2012]
77
Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.19/Menhut-Ii/2009 Tentang Strategi Pengembangan Hasil
Hutan Bukan Kayu Nasional. http://www.dephut.go.id/files/p19_09.pdf.
[10 Jan 2012]
Dewan Atsiri Indonesia dan IPB. 2009. Minyak Atsiri Indonesia.
http://www.minyakatsiriindonesia.wordpress.com/atsiri/ [10 Jan 2012]
Faster D. W. 1992. Dasar-dasar Marketing. Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas Institut Pertanian Bogor. Erlangga: Jakarta. Soetojo S,
penerjemah. Terjemahan dari: Principle of Marketing.
Hayami Y, Thosinori M, dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Markerting And
Processing In Upland Java: A Prospectif From A Sunda Village, Bogor.
Kasali, Rhenald. 2003. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targeting,
Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kohls, Richard L dan Joseph N Uhl. 1985. Marketing of Agricultural Products.
New York: Purdue University, Macmillan Publishing Company.
Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Pengendalian. Edisi ke-7. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
________. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implikasi dan
Kontrol. Jilid I. Jakarta: PT. Prenhalindo.
________. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta: Bumi Aksara.
________. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT
Prenhalindo.
________. 2004. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta: Penerbit PT.
Prenhalindo.
Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta:
Erlangga.
________. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2. Edisi 12. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ketiga
belas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Laporan Atdag Beijing, China. 2012. Perkembangan Perdagangan Indonesia-
China 2012. http://www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-
report/116/2012/9 [Diakses 17 Februari 2012]
78
Laporan Atdag Riyadh, Saudi Arabia. 2011. Perkembangan Perdagangan
Indonesia-Saudi Arabia Bulan: Januari-Nopember 2011.
http://www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-report/143/2011/11
[Diakses 17 Februari 2012] (Judul)
Limbong WH dan Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Lutony, T.L. dan Rahmayati, Y. 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Munawar A. 2010. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian
(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nurapriyanto I, Abdullah T dan Naris A. 2004. Sistem Pengusahaan Beberapa
Hasil Hutan Bukan Kayu dan Alur Tataniaganya di Jayapura, Papua.
Jurnal Kehutanan Volume 5: Nomor 2.
Rahardjo, M. Dawam. 1986. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan
Kesempatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Umum.
Siran, Sulistyo A dan Turjaman, Maman. 2011. Pengembangan Teknologi
Produksi Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengenmabangan Hutan dan Konservasi Alam.
Sidiyasa, K. dan M. Suharti. 1987. Jenis-Jenis Tumbuhan Penghasil Gaharu.
Makalah Utama Diskusi Pemanfaatan Kayu Kurang Dikenal. Bogor:
Puslitbang Hutan dan KA.
Sudarmalik YR dan Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. Prosiding Seminar Hasil Litbang
Hasil Hutan 2006: 199-219.
Sunaryo. 2008. Arahan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Surat
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/Web%20HHBK/Arah%20Pengem
bangan.pdf [Diakses 10 Januari 2012]
Sumadiwangsa, Suwardi dan Setyawan, D. 2001. Konsepsi Strategi Penelitian
Hasil Hutan Bukan Kayu Di Indonesia (Research Strategic Concept on
Non-Wood Forest Product in Indonesia). Buletin Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Volume 2: Nomor 2.
79
Sumarna, Yana. 1998. Teknik Budidaya Gaharu. Jakarta: Swadaya.
Swastha, B. Dan Sukotjo, I. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty.
Tinaprilla, Netti. 1992. Analisis Titik Impas, Nilai Tambah dan Pemasaran Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacqu:Fr. Kumm) Studi Kasus pada CV
Tunas Sari Kotamadya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi II. Yogyakarta: Andi.
Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
________. 2003. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wiguna, I. 2006. Tinggi Permintaan Terganjal Pasokan. Trubus online.
http://www.trubus-
online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=8&artid=290.
[diakses 10 Januari 2012]
80
LAMPIRAN
81
Lampiran 1. Jenis dan Golongan HHBK
No. Jenis HHBK Golongan HHBK
1 Resin Gondorukem, kopal loba, kopal melengket, damar mata
kucing, d. daging, d. rasak, d. pilau, d. batu, kemenyan,
gaharu, kemedangan, shellak, jernang, frankensence,
kapur barus, biga
2 Minyak atsiri Minyak cendana, m. gaharu, m. kayu putih, m. keruing,
m. lawang, m. terpentin, m. kenanga, m. ilang-ilang, m.
eukaliptus, m. pinus, kayu manis, vanili, cendana, m.
sereh, m. daun cengkeh, m. pala, m. kembang mas, m.
trawas, minyak kilemo
3 Minyak lemak, karbohidrat dan
buah-buahan
- Minyak lemak : tengkawang, kemiri, jarak, wijen, saga
pohon, kenari, biji mangga, m. intaran
- Karbohidrat atau buah-buahan : sagu, aren, nipah,
lontar, asam, matoa, makadamia, duren, duku, nangka,
mente, burahol, mangga, sukun, saga, gadung, iles-iles,
talas, ubi, rebung, jamur, madu, garut, kolang-kaling,
suweg
4 Tanin dan getah - Tanin : akasia, bruguiera, rizophora, pinang, gambir,
tingi
- Getah : jelutung, perca, ketiau, getah merah, balam,
sundik, hangkang, getah karet hutan, getah sundik, gemor
5 Tanaman obat dan hias - Tanaman obat : aneka jenis tanaman obat asal hutan
- Tanaman hias : anggrek hutan, palmae, pakis, aneka
jenis pohon indah
6 Rotan dan bambu Segala jenis rotan, bambu dan nibung
7 Hasil hewan Sarang burung, sutera alam, shellak, buaya, ular, telur,
daging, ikan, burung, lilin lebah, tandung, tulang, gigi,
kulit, aneka hewan yang tidak dilindungi
8 Jasa hutan Air, udara (oksigen), rekreasi/ekoturime, penyanggah
ekosistem alam
9 Lain-lain Balau, kupang, ijuk, lembai, pandan, arang, sirap, ganitri,
gemor, purun, rumput gajah, sintok, biga, kalapari,
gelam, kayu salaro, pohon angin, uyun, rumput kawat
Sumber : Suwardi Sumadiwangsa dan Dendi Setyawan (Buletin Vol. 2 No. 2 Th 2001)
82
Lampiran 2. Jenis – Jenis Pohon Penghasil Gaharu di Indonesia
No Nama Botanis Famili Daerah Penyebaran
1. Aquilaria malacensis Thymeleaceae Sumatera, Kalimantan
2. A. hirta Thymeleaceae Sumatera. Kalimantan
3. A. filarial Thymeleaceae Nusa Tenggara, Maluku, Irja.
4. A. microcarpa Thymeleaceae Sumatera, Kalimantan
5. A. agalloccha Roxb Thymeleaceae Sumatera, Jawa, Kalimantan
6. A. beccariana Thymeleaceae Sumatera, Kalimantan
7. A. secundana Thymeleaceae Maluku, Irian Jaya
8. A. moszkowskii Thymeleaceae Sumatera
9. A. tomentosa Thymeleaceae Irian Jaya
10. Aetoxylon sympethalum Thymeleaceae Kalimantan, Irja, Maluku.
11. Enkleia malacensis Thymeleaceae Irian Jaya, Maluku
12. Wikstroemia poliantha Thymeleaceae Nusa Tenggara, Irja.
13. W. tenuriamis Thymeleaceae Sumatera,Bangka, Kalimantan
14. W. androsaemofilia Thymeleaceae Kalimantan, NTT, Irja, Sulawesi.
15. Gonystylus bancanus Thymeleaceae Bangka, Sumatera, Kalimantan
16. G. macrophyllus Thymeleaceae Kalimantan, Sumatera.
17. Gyrinops cumingiana Thymeleaceae Nusa Tenggara, Irja.
18. G. rosbergii Thymeleceae Nusa Tenggara
19. G. versteegii Thymeleaceae NTT, NTB.
20. G. moluccana Thymeleaceae Maluku, Halmahera
21. G. decipiens Thymeleaceae Sulawesi Tengah
22. G. ledermanii Thymeleaceae Irian Jaya
23. G. salicifolia Thymeleaceae Irian Jaya
24. G. audate Thymeleaceae Irian Jaya
25. G. podocarpus Thymeleaceae Irian Jaya
26. Dalbergia farviflora Leguminoceae Sumatera, Kalimatan.
27. Exccocaria agaloccha Euphorbiaceae Jawa, Kalimantan, Sumatera
Sumber: Sidiyasa dan Suharti (1987); Sumarna (1998)
83
Lampiran 3. Daftar Minyak Atsiri yang Sedang Berkembang di Indonesia
No. Nama
Minyak Nama Dagang
Nama
Tanaman Kegunaan Kondisi
1. Adas Fennel Oil Foenicullum
vulgare
Flavor, Rempah,
Sabun, Krim, Parfum,
Pengobatan,
Kosmetik
Potensi
dikembangkan
2. Akar wangi Vetiver Oil Vetiveria
zizanoides
Parfum, Sabun,
Kosmetik, Sebagai
Fiksatif
Sudah
Berkembang
3. Bangle Bangle Oil Zingiber
cassummunar Farmasi
Potensi
dikembangkan
4. Cendana Sandalwood
Oil
Santalum
album
Antibakteri,
Antiseptik,
Desinfektan,
Ekspektoran, Sedatif,
Stimulan, dan
Refrigeran.
Sudah
Berkembang
5. Cengkeh Clove Oil Syzygium
aromaticum Flavor, Antibiotik
Sudah
Berkembang
6. Gaharu Agarwood Oil Aquilaria sp. Parfum, Kosmetika,
dan Obat-obatan
Sedang
Berkembang
7. Gandapura Wintergreen
Oil
Gaultheria
fragrantissima
Parfum, Obat-obatan,
Flavor
Potensi
Dikembangkan
8. Jahe Ginger Oil Zingiber
officinale
Pengobatan
tradisional, Penyedap
Makanan (Flavor)
Sedang
Dikembangkan
9. Jeringau Calamus Oil Acarus
calamus Farmasi
Potensi
dikembangkan
10. Jeruk
Limau - - - -
11. Jeruk Purut Lime Oil Citrus hystrix Makanan, Parfum Potensi
dikembangkan
12. Kapolaga Cardamon Oil Elletaria
cardamomum Farmasi
Potensi
dikembangkan
13. Kayu Manis Cinnamon
Bark Oil
Cinnamomum
casea
Penyedap Rasa,
Flavor
Potensi
dikembangkan
14. Kayu Putih Cajuput Oil Melaleuca
leucadendron Obat Gosok, Farmasi
Sudah
Berkembang
15. Kemangi Basil Oil Ocimum
grattisimum
Farmasi, Makanan,
Pestisida Nabati
Potensi
dikembangkan
16. Kemukus Cubeb Oil Piper cubeba
L.
Flavor Saus,
Minuman Beralkohol,
Fragrance pada
Sabun, Detergen,
Krim, Parfum, Obat
Radang, Bronchitis,
Asma, dll.
Sedang
Berkembang
17. Kenanga Cananga Oil Canangium
odoratum
Aromaterapi, Parfum,
Kosmetik
Sudah
Berkembang
18. Ketumbar Coriander OIl Coriandrum
sativum Makanan, Farmasi
Potensi
dikembangkan
19. Klausena Clausena/Anis
Oil
Clausena
anisata
Farmasi, Minuman,
Parfum, Rokok,
Permen Karet, Pasta
Gigi
Sedang
Berkembang
84
20. Kunyit Curcuma Oil Curcuma
domestica Flavour, Farmasi
Potensi
dikembangkan
21. Lada Black Pepper
Oil Piper nigrum
Flavor pada produk
Makanan &
Minuman,
Antimikroba
Sudah
Berkembang
22. Lawang - Lawang Obat gosok, minyak
angin
Potensi
dikembangkan
23. Masoi Massoi Oil Criptocaria
massoia Flavour Makanan
Sedang
Berkembang
24. Melati Jasmine Oil Jasminum
sambac
Parfum, Aromaterapi,
Kosmetik
Sedang
Berkembang
25. Nilam Patchouli Oil Pogostemon
cablin Benth
Sebagai Fiksatif pada
pembuatan parfum
Sudah
Berkembang
26. Pala Nutmeg Oil Myristica
fragrans Houtt
Flavor pd Makanan,
Rokok
Sudah
Berkembang
27. Palmarosa Palmarosa Oil Cymbopogon
martini Farmasi
Potensi
dikembangkan
28. Permen Cormint Oil Mentha
arvensis
Flavor, Parfum, Pasta
gigi, Permen
Potensi
dikembangkan
29. Rosemari Rosemari Oil Rosmarinus
officinale Farmasi
Potensi
dikembangkan
30. Selasih
Mekah
Basil Oil
(Eugenol type)
Ocimum
grattisimum Farmasi, Makanan
Potensi
dikembangkan
31. Sereh
Dapur
Lemongrass
Oil
Cymbopogon
citrates Makanan, Farmasi
Sedang
Berkembang
32. Sereh
Wangi Citronella Oil
Cymbopogon
nardus
Flavor, Parfum,
Sabun
Sudah
Berkembang
33. Sirih - - X X
34. Surawung
Pohon
Native Myrthle
Oil
Backousia
citriodora Farmasi
Potensi
dikembangkan
35. Temulawak Curcuma Oil Curcuma
xanthorizza Farmasi, Minuman
Potensi
dikembangkan
36. Terpentin Terpentin Oil Pinus merkusii
Kosmetik, Campuran
Bahan Pelarut,
Minyak Cat,
Antiseptik, Kamper,
dan Farmasi
Sedang
Berkembang
37. Ylang-
ylang
Ylang-ylang
Oil
Canangium
odoratum Bahan dasar parfum
Sedang
Berkembang
Sumber: Dewan Atsiri Indonesia (2012)
85
Lampiran 4. Mesin dan Peralatan CV Aromindo
No Alat dan Mesin
1 Motor Mesin Giling
2 Instalasi Boiler
3 Mesin Giling Disk mill
4 Mesin Boiler
5 Alat Suling (M-3)
6 Alat Suling dengan Jacket Boiler (M-5)
7 Alat Suling dengan Jacket (M-6)
8 Alat Suling Kecil (M-1)
9 Alat Suling Kecil (M-2)
10 Motor Blower
11 Mesin Suling (M-4)
12 Alat Suling (M-7)
13 Alat Suling (M-8)
14 Mesin Giling
15 Mesin suling (M-9)
16 Mesin Destilasi (M-10)
17 mesin suling
18 instalasi gas pabrik
19 Mesin boiler
20 Instalasi gas boiler
21 Bangunan
22 Mesin Destilator
23 Mesin Jet Pam
24 Mesin Genset
25 Mesin Air Sanyo
26 Mesin Air Sova
27 Mesin Air Nasional
28 Mesin Grandfouse
29 Mesin Grandfouse
30 Condensor/Filter
31 Flask Condensor
32 Vacum Pump dan Test Pump
33 Pressure Tank
34 mesin dinamo
35 tangki stainless
36 double jaket
37 Mesin Air Sova
38 Mesin Pompa (SPQ 100)
Sumber: Humas CV Aromindo (2012)
86
Lampiran 5. Perhitungan Hari Orang Kerja
Tabel 14. Informasi untuk Perhitungan
No Uraian Jumlah
1 Bahan baku (kayu gaharu) 18.000 kg
2 Output (minyak gaharu) 18 kg
3 Tenaga kerja 5 orang
4 Jam kerja 12 jam
5 Hari kerja 26 hari
6 Bulan kerja 12
7 Harga input kayu gaharu 55.000
8 Harga minyak gaharu 130.000.000
9 Upah tenaga kerja perbulan 1.100.000
10 Bahan bakar gas 2.150/m3
Perhitungan HKP untuk Pengolahan Minyak Gaharu:
Jumlah karyawan = 12 orang
1 HOK = 8 jam
Karyawan bekerja selama 12 jam perhari
Sehingga jumlah HOK untuk minyak gaharu adalah
12 orang x 12 jam /8 jam = 18 HOK
Jumlah hari kerja dalam 1 bulan adalah 26 hari
Sehingga:
18 HOK x 26 hari = 468 HOK/bulan
Atau sama dengan:
468 HOK x 12 bulan = 5616 HOK/tahun
Perhitungan Upah Rata-Rata Tenaga Kerja:
Upah rata-rata = (upah per bulan x jumlah tenaga kerja)/HOK
Upah rata-rata = (Rp 1,1jt x 12 orang)/468
= Rp 13.200.000/468 HOK = Rp 28.205,128 per HOK
87
Lampiran 6. Perhitungan Sumbangan Input Lain
Tabel 15. Penyusutan Alat dan Mesin
No Kelompok/Jenis Harta Harga
Perolehan Nilai Sisa
Umur
mesin
(tahun)
Penyusutan
1 Motor Mesin Giling 850.000 478.125 16 23.242,188
2 Instalasi Boiler 16.000.000 9.000.000 16 437.500,000
3 Mesin Giling Disk Mill 2.400.000 1.350.000 16 65.625,000
4 Mesin Boiler 111.980.827 62.989.214 16 3.061.975,813
5 Alat Suling (M-3) 5.200.000 2.925.000 16 142.187,500
6
Alat Suling Dengan Jacket
Boiler (M-5) 8.450.000 4.753.125 16 231.054,688
7
Alat Suling Dengan Jacket
(M-6) 7.500.000 4.218.750 16 205.078,125
8 Alat Suling Kecil (M-1) 1.765.000 992.810 16 48.261,875
9 Alat Suling Kecil (M-2) 790.000 444.375 16 21.601,563
10 Motor Blower 450.000 253.125 16 12.304,688
11 Mesin Suling (M-4) 8.000.000 4.500.000 16 218.750,000
12 Alat Suling (M-7) 6.000.000 3.375.000 16 164.062,500
13 Alat Suling (M-8) 9.700.000 5.557.292 16 258.919,250
14 Mesin Giling 7.500.000 4.296.875 16 200.195,313
15 Mesin Suling (M-9) 12.000.000 6.750.000 16 328.125,000
16 Mesin Destilasi (M-10) 7.500.000 4.218.750 16 205.078,125
17 Mesin Suling 7.200.000 5.062.500 16 133.593,750
18 Instalasi Gas Pabrik 50.434.000 35.986.760 16 902.952,500
19 Mesin Boiler 110.000.000 87.083.333 16 1.432.291,688
20 Instalasi Gas Boiler 19.520.000 15.451.333 16 254.291,688
21 Bangunan 569.343.890 551.551.893 16 1.111.999,813
22 Mesin Destilator 84.587.500 47.580.468 16 2.312.939,500
23 Mesin Jet Pam 1.100.000 618.750 16 30.078,125
24 Mesin Genset 26.000.000 14.625.000 16 710.937,500
25 Mesin Air Sanyo 680.000 382.500 16 18.593,750
26 Mesin Air Sova 260.000 146.250 16 7.109,375
27 Mesin Air Nasional 235.000 132.185 16 6.425,938
28 Mesin Grandfouse 1.050.000 590.625 16 28.710,938
29 Mesin Grandfouse 1.050.000 590.625 16 28.710,938
30 Condensor/Filter 9.030.000 5.079.375 16 246.914,063
31 Flask Condensor 2.765.000 1.555.310 16 75.605,625
32 Vacum Pump danTest Pump 3.000.000 1.687.500 16 82.031,250
33 Pressure Tank 8.750.000 4.921.875 16 239.257,813
34 Mesin Dinamo 1.950.000 1.543.750 16 25.390,625
35 Tangki Stainless 8.500.000 6.729.167 16 110.677,063
36 Double Jaket 6.750.000 5.378.906 16 85.693,375
37 Mesin Air Sova 180.000 101.250 16 4.921,875
38 Mesin Pompa (Spq 100) 220.000 127.188 16 5.800,750
Jumlah per tahun 1.118.691.217 13.478.889,563
88
Perhitungan Harga Input Lain Selain Mesin:
1. Gas alam : 5500 m3 x Rp 2150/m
3 x 12 bulan = Rp 141.900.000 per tahun
2. Kemasan :
Aluminium Rp 10.000 kapasitas 800 gram (0.8 kg)
Pertahun :
22,5 botol x Rp 10.000 = Rp 225000 per tahun
Pack = Rp 20000/bulan x 12 bulan = Rp 240000 per tahun
Total sumbangan input lain kemasan = Rp 465000 per tahun