YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Analisa Pulang Pokok

1

ANALISA PULANG POKOK (BREAK EVEN ANALYSIS) Ditulis Oleh: M. Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Managing Director HARD-Hi SMART CONSULTING www.hardhismart-consulting.blogspot.com Contact : 0878-7063-5053

Page 2: Analisa Pulang Pokok

2

ANALISA PULANG POKOK (BREAK EVEN ANALYSIS)

Tujuan perusahaan secara keuangan adalah untuk memperoleh keuntungan

(profit). Besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan umumnya merupakan

indikator dan ukuran kesuksesan manajemen perusahaan dalam menjalankan

kegiatan usahanya. Oleh sebab itu, manajemen harus mampu merencanakan

keuntungan bagi perusahaan.

PENGERTIAN PULANG POKOK (BREAK EVEN)

Pulang Pokok (Break Even) adalah Suatu keadaan operasi perusahaan dimana

perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita suatu kerugian

(Tidak Laba dan Tidak Rugi - Impas).

Secara Matematis, Pulang Pokok dapat ditulis sebagai berikut :

TP = TR – TC

TP = (P x Q) – (TFC + TVC)

TP = (P.Q) – (TFC + v x Q)

TP = P.Q – TFC – v.Q

Dimana :

TP = Total Profit TFC = Total Fixed Cost

TR = Total Revenue TVC = Total Variable Cost

TC = Total Cost v = Variable Cost Per-unit.

P = Harga jual

Q = Unit yang dijual

Bila terjadi Pulang Pokok, berarti Laba = 0 , sehingga TP = 0 , maka :

P.Q – TFC – v.Q = 0

P.Q – v.Q = TFC

(P - v).Q = TFC

Page 3: Analisa Pulang Pokok

3

TFC Jadi, Q = = Titik Pulang Pokok = Break Even Point (BEP). (P - v) (P – v) disebut juga sebagai Kontribusi Margin (Margin Contribution). KARAKTERISTIK BIAYA (COST CHARACTERISTIC) 1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya Tetap adalah biaya yang sampai dengan jumlah output tertentu tidak

akan berubah walaupun output yang dihasilkan tersebut berubah jumlahnya.

Jadi sifat Biaya Tetap : - Untuk jangka pendek tidak akan berubah (tetap), asalkan dalam

kegiatan yang sama dan relevan.

- Dalam jangka panjang cenderung akan berubah, terutama apabila

kapasitas produksinya (dalam hal ini kapasitas mesinnya dirubah, karena

harus meningkatkan kapasitas mesin atau membeli mesin yang baru).

Faktor-faktor yang harus diperhatikan perusahaan di dalam merumuskan

Biaya Tetap :

Keterkendalian Biaya (Cost Controllability)

Ada biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan manajemen dalam

jangka pendek, dan setiap tahunnya ditentukan berdasarkan kebijakan

manajemen.

Hubungan dengan Kegiatan Perusahaan

- Biaya tetap timbul karena karena tersedianya kapasitas produksi.

- Biaya tetap bukan sebagai akibat dari melakukan kegiatan-kegiatan

tersebut.

Page 4: Analisa Pulang Pokok

4

- Biaya tetap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (seprti : teknologi

permesinan, inovasi dan invensi dari perusahaan lain pembuat

mesin-mesin dan peralatan manufaktur).

Kebijakan Manajemen Perusahaan (Company Policy)

Sebagian besar biaya tetap tergantung sepenuhnya pada keputusan-

keputusan manajemen.

Tetap Secara Total, Tetapi Variable Secara Unit

Biaya tetap akan tetap jumlahnya untuk suatu jumlah unit tertentu (Misal:

kapasitas mesin tertentu), tetapi akan bersifat variable bila dilihat dari

tiap-tiap unit output yang dihasilkan.

2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya Variabel adalah biaya yang cenderung berubah secara proporsional

dengan berubahnya volume produksi (Output).

Biaya variabel ini merupakan Biaya Kegiatan (Activity Cost), yang akan

timbul hanya bila ada kegiatan usaha / operasi yang dilakukan. Biaya ini

tidak akan timbul seandainya tidak ada sama sekali kegiatan usaha yang

dilakukan (terutama kegiatan produksi).

Biaya variabel secara langsung akan meningkat atau menurun dengan

berubahnya unit output yang dihasilkan. Jika output bertambah 50% maka

biaya variabel juga akan meningkat sebesar 50%, begitu pula sebaliknya.

3. Biaya Semi Variabel (Semi Variable Cost)

Biaya semi variabel merupakan pos-pos biaya yang meningkat atau

menurun dengan meningkat atau menurunnya output, tetapi tidak secara

proporsional.

Biaya semi variabel ini memiliki sifat-sifat biaya tetap dan biaya variabel.

Page 5: Analisa Pulang Pokok

5

Biasanya variabilitas dari biaya semi variabel ini dapat disebabkan pengaruh

gabungan dari :

Jangka waktu.

Kegiatan Usaha atau Output.

Kegiatan Manajemen.

MARJIN KONTRIBUSI (CONTRIBUTION MARGIN) Yang dimaksud dengan Marjin Kontribusi adalah Harga jual per-unit dikurangi

dengan biaya variabel per-unit produk yang terjual tersebut.

Jadi secara matematis, Marjin Kontribusi adalah : (P – v) = CM.

Marjin kontribusi ini juga menunjukkan berapa sisihan (margin) yang terjadi bila

Harga jual per-unit produk tersebut dikurangkan dengan biaya variabel per-

unitnya. Hal ini juga menunjukkan berapa Sisihan/sisa (Margin) yang ada bila

dengan melakukan Variable Cost Coverage, artinya yang diperhitungkan

sebagai biaya di sini hanya yang sifatnya biaya variable saja sedangkan biaya

tetapnya dianggap tidak ada.

Sedangkan bila memperhitungkan juga seluruh biaya tetapnya, dinamakan

Total Cost Coverage.

Variable Cost Coverage dipakai biasanya untuk melakukan kompetisi dengan

pesaing (competitor) lain dari perusahaan yang sejenis, supaya harga jual yang

diberikan perusahaan dapat bersaing dengan para pesaing (competitors) nya.

Untuk itulah makanya yang diperhitungkan sebagai biaya produksi hanya yang

berupa biaya variabelnya saja dengan mengabaikan sementara biaya tetap

yang telah terjadi. Karena biaya tetap sifatnya dalam jangka pendek dan

selama kapasitas produksi mesin masih memenuhi untuk memproduksi seluruh

permintaan pasar.

Page 6: Analisa Pulang Pokok

6

TITIK PULANG POKOK (BREAK EVEN POINT) Titik Pulang Pokok (Break Even Point) adalah Penjualan (dalam unit) yang

menghasilkan keadaan pulang pokok (impas).

Jadi analisa pulang pokok dalam BEP ini adalah :

Untuk menentukan berapa unit yang harus diproduksi dan dijual yang dapat

menghasilkan keadaan impas. Atau dengan kata lain, Supaya terjadi setidak-

tidaknya (minimal) pulang pokok, berapa unit produk yang harus diproduksi dan

dijual. Dalam analisa ini Jumlah yang diproduksi = Jumlah yang terjual, jadi

asumsinya seluruh produk akan terserap di pasar (terjual) berapapun yang

diproduksi.

Gunanya Menghitung BEP ini adalah : Untuk mempelajari hubungan antara volume produksi / penjualan, harga dan

biaya.

PENJUALAN PULANG POKOK (BREAK EVEN SALES) Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales) adalah Penjualan (dalam mata

uang) yang menghasilkan keadaan pulang pokok (impas).

Break Even Sales (BES), adalah BEP dikalikan dengan harga jual produk per-

unitnya.

Jadi : BES = BEP x P

Bila BEP sudah diketahui, maka BES dapat dengan mudah dicari (jika harga

jual per-unit produknya diketahui).

Dapat pula dicari BES tanpa mencari dahulu BEP, yakni dengan

menggunakan formula :

Page 7: Analisa Pulang Pokok

7

TFC BES = x P

P – v Total Fixed Cost TFC = = Marginal Income Ratio MIR Dimana :

Hasil Penjualan - Biaya Variabel Total P.Q - TVC M I R = = Hasil Penjualan P.Q Hasil Penjualan Biaya Variabel Total = Hasil Penjualan Hasil Penjualan

TVC v.Q

= 1 = 1 P.Q P.Q Jadi : V TFC M I R = 1 B E S = P 1 - v / P ILUSTRASI : PT “ X “ Profit Budget Tahun 2000

Penjualan (unit produksi x harga jual) = 200.000 x 250,- = 50.000.000,-

Fixed Cost Var. Cost Total Cost

Biaya-biaya :

- Bahan baku 9.000.000,- 9.000.000,- - T.K. Langsung 10.000.000,- 10.000.000,- - Overhead 18.000.000,- 7.000.000,- 25.000.000,-

18.000.000,- 26.000.000,- 44.000.000,- Laba Yang Dianggarkan = 6.000.000,-

Page 8: Analisa Pulang Pokok

8

Maka berdasarkan data anggaran tersebut, dapat dicari BEP dan BES nya dari

berbagai cara, yakni :

(1). Untuk Mencari BEP : TFC 18.000.000,-

BEP = = = 150.000 unit. P – v 250 - 26.000.000 / 200.000,- TVC Jadi, Biaya variabel per-unit (v) = Jumlah Diproduksi 26.000.000,- = = 130,- per-unit 200.000

Jadi, Tingkat unit penjualan pulang pokok (BEP) perusahaan PT “X” adalah

sebesar 150.000 unit, dengan demikian perusahaan mengalami kondisi

BREAK EVEN (Tidak Untung dan Tidak Rugi).

BUKTIKAN (CHECK) :

Penjualan ( 150.000 x 250 ) = 37.500.000,-

Biaya-biaya :

- Biaya tetap (TFC) = 18.000.000,- - Biaya Variabel (TVC) = 19.500.000,- Total Biaya Produksi 37.500.000,- Profit / Loss = 0,- (2). Untuk Mencari BES : a). Karena tingkat BEP nya sudah diketahui sebesar 150.000 unit, maka

BES tinggal mengalikannya dengan harga jual per-unit (P).

Maka BES = BEP x P = 150.000 unit x Rp. 250,- = Rp. 37.500.000,-.

Page 9: Analisa Pulang Pokok

9

b). Cara lain, adalah bila BEP diasumsikan belum diketahui, maka : TFC 18.000.000,- BES = = 1 – TVC / P.Q 1 - 26.000.000 / (250 x 200.000) = Rp. 37.500.000,- TFC 18.000.000,- atau : BES = = = Rp. 37.500.000,-

1 - v / P 1 - 130 / 250

BUKTIKAN (CHECK) :

Penjualan yang menghasilkan BES = 37.500.000,-

Biaya-biaya :

- Biaya tetap (TFC) = 18.000.000,- - Biaya Variabel (TVC) *) = 19.500.000,- Total Biaya Produksi = 37.500.000,- Profit / Loss = 0,- *) Ket : 19.500.000,- didapat dari : unit BEP x biaya variabel per-unit : 26.000.000,- Yakni = 150.000 unit x = Rp. 19.500.000,-. 200.000 unit

MARGIN OF SAFETY (MOS) Margin of Safety adalah Hubungan antara “Hasil Penjualan Pada Tingkat BEP

(disebut juga BES)” dengan “Hasil Penjualan Yang Dianggarkan (disebut

Budgeted Sales).

Margin of Safety (MOS) berguna untuk mengetahui atau mengukur SEBERAPA

JAUH penurunan dalam penjualan (decreasing in sales) yang masih dapat

ditolerir (dibolehkan) sampai pada batas BES atau BEP (batas terendah

tersebut).

Page 10: Analisa Pulang Pokok

10

Margin of Safety ini dapat dinyatakan dalam : 1. Persentase (%) antara “Penjualan Yang Dianggarkan (Budgeted Sales)”

dengan “Tingkat BES” nya.

Formula : Budgeted Sales MOS = X 100% BES

2. Persentase (%) antara “Selisih Budgeted Sales dengan BES” dengan

“Budgeted Sales” itu sendiri.

Formula :

Budgeted Sales - BES MOS = X 100% Budgeted Sales

Dari contoh di atas, maka didapat MOS sebagai berikut : Rp. 50.000.000,- 1. MOS = X 100% = 133,33 %.

Rp. 37.500.000,- Artinya : Tingkat penjualan boleh turun (masih dapat ditolerir) bila turunnya

sebesar 33,33 % dari BES yang sebesar Rp. 37.500.000,-.

Tingkat penurunan yang masih dapat ditolerir tersebut adalah

sebesar Rp. 12.500.000,- (33,33% X Rp.37.500.000,-) atau

sebanyak 50.000 unit.

Rp. 50.000.000,- - Rp. 37.500.000,-

2. MOS = X 100 % = 25 %. Rp. 50.000.000,-

Page 11: Analisa Pulang Pokok

11

Artinya : Tingkat penjualan boleh turun (masih dapat ditolerir) bila

turunnya sebesar 25% dari Budgeted Sales yang sebesar

Rp.50.000.000,- tersebut.

Tingkat penurunannya yang masih dapat ditolerir tersebut adalah

sebesar Rp. 12.500.000,- (25% X Rp.50.000.000,-) atau

sebanyak 50.000 unit.

Jadi dengan MOS dapat diketahui SENTITIFITAS TURUNNYA PENJUALAN

terhadap KONDISI PULANG POKOK perusahaan.

KETERBATASAN-KETERBATASAN ANALISA PULANG POKOK

(The Constraints of Break Even Analysis)

Biaya harus dapat dikelompokkan (dipisahkan) menjadi 2 (dua), yaitu :

Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tak Tetap (Variable Cost). Pada

kenyataannya, untuk membedakan biaya ke dalam kedua kelompok ini

biasanya sangat sulit dilakukan, karena pada bidang-bidang tertentu

akan terjadi biaya yang sekaligus atau bersamaan mengandung sifat

tetap dan variabel (disebut: Semi Variable Cost).

Biaya Tetap (Fixed Cost) akan selalu konstan pada suatu kapasitas

mesin / pabrik tertentu. Namun apabila melewati kapasitas penuh (dari

mesin misalnya) maka biaya tetap tersebut pun akan berubah seperti

biaya variable, namun tidak secara proporsional dengan unit produk

yang akan diproduksi.

Biaya variable (Variable Cost) diasumsikan selalu berubah secara

proporsional dengan perubahan Volume produksi / penjualan. Namun

pada kenyataannya, biasanya untuk pembelian bahan baku semakin

tinggi tingkat produksi maka pembelian bahan baku juga semakin

banyak sehingga akan ada perolehan potongan pembelian (purchase

discount) yang akan secara otomatis akan mengurangi biaya variable

secara total maupun secara per-unit produk yang akan dihasilkan.

Page 12: Analisa Pulang Pokok

12

Harga jual (selling price) diasumsikan tidak akan berubah berapapun

jumlah yang terjual (quantity sold). Pada kenyataannya hal ini tidaklah

demikian, semakin banyak yang terjual maka biasanya akan diberikan

potongan harga (price discount) atau mungkin pula dilakukan praktek

diskriminasi harga (price discrimination).

Asumsi yang terakhir dari BEA adalah bahwasannya barang / produk

yang diproduksi dan dijual adalah untuk satu macam jenis produk saja

(single product). Kenyataannya, banyak terjadi diversifikasi produk

(product diversification). Sehingga dengan demikian, Analisa Pulang

Pokok hanya dapat dilakukan untuk masing-masing produk secara

terpisah (Separated Single Product).

Jadi :

Produk A, dapat dicari Break Even untuk Produk A,

Produk B, hanya dapat dicari Break Even untuk produk B,

Begitu seterusnya (tak dapat digabungkan).

Namun dengan Analisa Sentifitas yang kreatif atas Break Even Analysis (BEA)

ini dimungkinkan diketahuinya Break Even untuk produk-produk secara

gabungan (mixed product).


Related Documents