YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: 298 Mei Juni 2015
Page 2: 298 Mei Juni 2015

KKN Plus: Melebarkan Kerja Sama

Internasional

Page 3: 298 Mei Juni 2015

DAFTAR ISI

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 3

6

Pelangi Tersembunyi,Coban Parang Tejo

KKN Plus: Melebarkan Kerja Sama

Internasional

Menulis artikel pada jurnal terakreditasi secara nasional maupun internasional dapat menjadi subtitusi skripsi mahasiswa. Hal ini tentunya merupakan berita menggembirakan. Simak ulasan selengkapnya di rubrik Up to Date.

Bebas Skripsi dengan Jurnal NasionalTerakreditasi

28

Menjadi mahasiswa berprestasi memang predikat yang

membanggakan. Salah satunya Isnawati Hidayah yang berhasil

lolos menjadi Mawapres 1 tingkat universitas. Simak keberhasilan

Isnawati dalam rubrik Profil.

Tak selamanya pelangi muncul setelah hujan. Pelangi satu ini tersembunyi di antara tebing yang menjulang tinggi di dusun Princi. Coban Parang Tejo adalah pelangi indah tersebut. Simak gambaran selengkapnya di rubrik Wisata.

KKN Plus, inovasi baru yang diberikan UM untuk agenda wajib

mahasiswanya. KKN merangkap PPL sekaligus pengabdian kepada

masyarakat yang bekerja sama dengan Thailand. Simak selengkapnya di rubrik

Laporan Utama.

20

11

SALAM REDAKSI 4

SURAT PEMBACA 5

LAPORAN UTAMA

OPINI 10

UP TO DATE

SEPUTAR KAMPUS 12

PROFIL

CERITA MEREKA 22

SAINTEK 24

PUSTAKA 26

WISATA

LAPORAN KHUSUS 29

INFO 30

AGAMA 32

RANCAK BUDAYA 34

Kolase Jejak OrganisasiLahirkan Mawapres 1 UM

Page 4: 298 Mei Juni 2015

PembinaRektor (Ah. Rofi’uddin)

Penanggung JawabWakil Rektor III (Syamsul Hadi)

Ketua PengarahKadim Masjkur

AnggotaAmin Sidiq

Ketua PenyuntingA.J.E. Toenlioe

Wakil KetuaDjajusman Hadi

AnggotaAli ImronSri Rahayu LestariDidik Dwi PrasetyaMaziatul ChuriyahYusuf Hanafi

Redaktur PelaksanaNida Anisatus Sholihah

EditorRizky Imaniar Roesmanto

LayouterDio Lingga P.Monica Widyaswari

Desainer dan IlustratorF. AnwarAji Setiawan

ReporterChoirun Nisa RistantyAtiril AtifahBinti Muroyyanatul A.Iqlima PratiwiMuhammad Ajrul MahbubRodli SulaimanNovi Fairuzatin A.Cattetiana DheviArni Nur LailaSelvi WidiariastutiIven Ferina KalimataShintiya Yulia FrantikaMaria UlfahMaulani Firul KhotimahM. Faris Alfafan Khalilan

AdministrasiTaat SetyohadiImam KhotibRini Tri RahayuImam SujaiLusy Fina TursianaAstutikBadrus Zaman Habibie

DistributorJarmani

STT: SK Menpen No. 148/SK DITJEN PPG/STT/1978/tanggal 27 Oktober 1978

Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/SK DITJEN PPG/STT/1978/tanggal 27 Oktober 1978

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jl. Semarang No. 5 Gedung A3 Lt. 3 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: [email protected] • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi diluar tanggung Jawab percetakan PT. Antar Surya Jaya Surabaya.

Menggapai AsaLewat Kancah Internasional

Oleh Didik Dwi Prasetya

Tidak terasa, kegiatan perkuliahan semester genap tahun akademik 2014/2015 sudah usai. Ini berarti bahwa segenap mahasiswa UM

sedang menikmati masa libur panjang. Secara kebetulan pula, libur kali ini bersamaan dengan datangnya bulan ramadan 1436 H bagi umat muslim. Meskipun mahasiswa punya hak untuk menikmati masa-masa libur, tetapi bukan berarti kreativitas juga ikut libur. Justru dua momen (libur dan ramadan) ini bisa dijadikan sebagai motivasi untuk terus berkarya menggapai impian seluas-luasnya.

Tidak mau kalah dengan semangat tinggi para mahasiswa, Komunikasi juga selalu berinovasi menghadirkan informasi yang terkini. Kali ini Komunikasi mencoba menyuguhkan sajian-sajian menarik seputar kiprah UM dalam kerja sama internasional. Setelah berhasil membumikan semangat berprestasi di berbagai sektor dalam skala nasional, yang disempurnakan dengan capaian akreditasi institusi A, perjalanan UM masih panjang. Kini kita sebagai bagian dari nama besar UM memiliki tanggung jawab bersama untuk melebarkan prestasi ke luar

Kiranya masih tersimpan jelas di dalam ingatan kita saat pelantikan Rektor Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd beberapa waktu yang lalu. Menristek Dikti, Prof. Muhammad Nasir, berharap agar UM bisa berubah dari universitas yang menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berstatus Badan Hukum (PTN BH) serta dapat masuk lima ratus besar perguruan tinggi kelas dunia (world class university) pada tahun 2017. Pesan tersebut tentu tidak sekadar motivasi kosong yang nantinya akan bermuara pada mimpi-mimpi semu, melainkan didasarkan potensi-potensi dan fakta yang ada.

Kalau kita amati, slogan world class university saat ini tengah menjadi trending topic di hampir semua perguruan tinggi. Bahkan tidak jarang yang memanfaatkannya sebagai jargon dalam strategi marketing. Di sisi lain, definisi formal dan baku dari world class university sendiri hingga saat ini masih belum jelas. Secara sederhana, predikat ini merupakan bentuk pengakuan sah bahwa perguruan tinggi tersebut mampu bersaing dalam kancah internasional. Menjadi sebuah perguruan

tinggi berkelas dunia tentu merupakan impian semua perguruan tinggi.

Pada dasarnya, kerja sama internasional memang bukan merupakan syarat utama untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia. Meskipun demikian, kerja sama-kerja sama ini akan memiliki dampak bagi institusi dalam memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Sebut saja kriteria mengenai jumlah mahasiswa asing minimal 20%, tentu akan sulit bagi universitas untuk memenuhi jika tidak pernah menjalin kerja sama luar negeri. Belum lagi kriteria tenaga pendidik, publikasi internasional, dan penelitian, tentunya sedikit banyak akan dipengaruhi oleh intensitas dan kualitas kerja sama yang baik.

Kerja sama internasional memang bukan merupakan hal baru bagi UM karena sejauh ini sudah sering dilakukan. Mulai dari program musim panas pengalaman kebudayaan di Tiongkok dan China, kunjungan presentasi scholarship dan joint degree, pertukaran pelajar, seminar internasional, kuliah tamu, dan masih banyak lagi. Kegiatan-kegiatan ini mengindikasikan bahwa UM memiliki komitmen untuk berkiprah dalam kancah internasional.

Baru-baru ini, UM membuat sebuah inovasi bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak hanya dilakukan di daerah lokal Malang dan sekitarnya. Kegiatan PPL dan KKN tahun 2015 ini juga dilakukan di Thailand Selatan, yang oleh rektor disebut sebagai KKN Plus, yakni PPL sekaligus KKN. Sebelum kegiatan ini, UM sebenarnya telah sering menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Thailand, seperti Yalarajabat University dan Sonkhla University.

Harus diakui bahwa mempertahankan suatu prestasi jauh lebih berat dibandingkan dengan meraihnya. Terlebih lagi jika meningkatkan prestasi, tentu lebih berlipat lagi tantangan yang akan dihadapi. Namun, tidak ada hal yang tidak mungkin, asalkan kita mau bersungguh-sungguh dalam berikhtiar dan tawakal. Sekarang saatnya kita bersama-sama beraksi untuk mewujudkan UM menuju reputasi internasional.

Penulis adalah anggota penyunting Komunikasi

dok.

Pri

badi

| Komunikasi Edisi 2984

Page 5: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 5

Surat Pembaca

Assalamualaikum Wr. WbRedaksi Komunikasi, ternyata setiap Jumat di UM sekarang ada car free day ya? Saya senang sekali dengan adanya kegiatan ini. Kru Komunikasi, apakah kegiatan itu terus berlanjut atau hanya sementara? Bisa tolong untuk diliput biar tahu info selengkapnya. Terima Kasih.Salam hangat Komunikasi,

Maya,Mahasiswa Desain Komunikasi Visual

Waalaikumsalam Wr. Wb.Maya yang berbahagia, sebelumnya terima kasih atas saran positif yang diberikan. Untuk kegiatan car free day setiap Jumat ini akan terus berlanjut kok, sesuai surat keputusan rektor. Lebih lengkapnya akan diliput dalam Majalah Komunikasi edisi 299, ditunggu ya.Redaksi

Car Free Day

Aji

Setia

wan

ilustrasi olehF. Anwar

Repr

o In

tern

et

Gunakan sayap merengkuh dunia dan kepakkan hingga

kibasannya sampai ke penjuru.

Cover Story

Banyak orang takut mengatakan apa yang mereka

inginkan. Itulah mengapa mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Madonna

Page 6: 298 Mei Juni 2015

Laporan Utama

| Komunikasi Edisi 2986

Tridarma perguruan tinggi terdiri atas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. UM sebagai

salah satu perguruan tinggi di Indonesia turut melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi agenda wajib yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Pada 2015, UM memberi sebuah inovasi bahwa PPL dan KKN tidak hanya dilakukan di daerah lokal Malang dan sekitarnya. Namun, juga dilakukan di Thailand Selatan. “Saya menyebutnya KKN plus, yakni PPL sekaligus KKN. Program PPL dan KKN prinsipnya adalah bagaimana mengaplikasikan ilmu di masyarakat.

Masyarakat di sini tak ada batasnya,” terang Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin, M.Pd.

PPL-KKN-Pengabdian di Thailand: Program Kerja Sama UM

UM sebelumnya telah menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Thailand, di antaranya dengan Yalarajabat University. Selain itu, UM telah mengirim salah satu dosen bahasa Indonesia UM ke Sonkhla University untuk pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. “Kerja sama ini sudah berjalan sekitar lima tahun terakhir,” kata Rektor UM tersebut. Begitu juga menurut Dekan Fakultas Sastra,

yakni Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D., UM khususnya FS sudah banyak bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri Thailand. Program In Country Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), yaitu mahasiswa Thailand yang ke Malang untuk belajar bahasa Indonesia juga menjadi salah satu bentuk kerjasama tersebut. Selain itu, ada pertukaran dosen bahasa Indonesia (visiting scholars) ke perguruan tinggi di Thailand. “Ketika kemarin rektor dengan direktur HI menandatangani MOU dengan beberapa perguruan tinggi, ternyata diketahui ada program KKN/PPL di luar negeri dan UM mengambil kesempatan tersebut”. Menurut Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd selaku Kepala

ilustrasi olehAji Setiawan

Page 7: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 7

Laporan UtamaLaporan Utama

Balai Bahasa yang menangani PPL dan KKN Thailand, program ini juga merupakan inisiasi dari mahasiswa alumni UM yang sekarang berada di Thailand Selatan. Melihat kondisi wilayah yang masih berkembang, maka mahasiswa tersebut mengharapkan mahasiswa datang dan meningkatkan kualitas anak-anak serta masyarakat di Thailand Selatan.

Melihat adanya kesempatan mahasiswa untuk PPL dan KKN di Thailand, akhirnya UM menjalin kerja sama dengan Badan Alumni Internasional Thailand Selatan. Badan ini memfokuskan diri untuk menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi agama Islam di Indonesia. Amran bin Ismail, koordinator hubungan luar negeri khusus Indonesia dalam pertemuan di Gedung E7 (17/05) menjelaskan bahwa tujuan kerja sama ini ialah menjalin kerja sama dalam bidang pengembangan bahasa dengan mendatangkan para calon pendidik dari berbagai universitas di Indonesia. Selain itu, badan tersebut memiliki tujuan untuk mempererat kerja sama dalam bidang pendidikan dengan mengirim para pelajar dari Thailand untuk menimba ilmu di kancah internasional. Sebelumnya, badan ini hanya menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi agama Islam di Indonesia, di antaranya IAIN Jember, Unmuh Jember, STAIN Kediri, IAIN Tulungagung, STAIN Samarinda, STAIN Ponorogo, dan beberapa perguruan tinggi lain. Dengan keikutsertaan UM, badan ini tidak hanya bekerja sama dengan perguruan tinggi agama Islam, tapi juga perguruan tinggi umum. “Kalau UM tidak berani ikut, berarti UM kalah dengan perguruan tinggi lain yang sudah mengirim mahasiswanya,” gurau Pak Amran.

Proses Seleksi Mahasiswa

Ada sekitar delapan puluh mahasiswa UM yang mendaftar untuk mengikuti seleksi KKN-PPL-Pengabdian di Thailand. Setelah mengumpulkan berkas formulir yang berisi data diri dan motivasi, mahasiswa masuk ke dalam tahap wawancara. Menurut Bapak Gatut ada empat hal yang dilihat dari mahasiswa dalam tahap wawancara ini. Empat hal tersebut sekaligus sebagai tolak ukur kualifikasi mahasiswa yang diterima di dalam program ini. Empat butir tersebut adalah wawasan Indonesia, kompetensi bahasa Inggris, kompetensi Islam, kepribadian, dan kompetensi sosial. Wawasan tentang Indonesia meliputi pengetahuan mahasiswa tentang Indonesia secara umum, sikap terhadap bahasa Indonesia, pengetahuan dan keterampilan terhadap seni budaya Indonesia, pemahaman aspek sosial ekonomi Indonesia di bagian barat, tengah dan timur, mengetahui cara mengenalkan Indonesia kepada orang Thailand dan pantas mewakili UM di luar negeri.

Untuk kompetensi bahasa Inggris, mahasiswa dilihat melalui tingkat kemahiran berbahasa Inggris aktif, kompetensi mengajarkan bahasa Inggris, kompetensi mengembangkan media/bahan ajar, kompetensi mengembangkan RPP, dan penguasaan teori pemerolehan bahasa kedua. Untuk kompetensi mengenai Islam, mahasiswa dilihat kompetensinya untuk membaca bahasa Arab terutama Alquran, pengetahuan umum tentang Islam, penguasaan seni Islam, pemahaman sejarah perkembangan Islam di Indonesia, dan potret wajah Islam Indonesia. Yang tidak kalah penting adalah aspek kepribadian dan kompetensi sosial dari mahasiswa yang akan berangkat ke Thailand. Sikap ini dinilai dari bagaimana mahasiswa bersikap dewasa, mandiri, terbuka, menerima perbedaan, berkehendak belajar hal baru, mampu berkerja di bawah tekanan, dan mampu bekerja sama dalam tim.

Untuk PPL dan KKN Thailand ini memang masih terbatas untuk mereka yang beragama muslim. Daerah Thailand yang

akan dituju mahasiswa UM adalah Thailand Selatan yang mayoritasnya adalah muslim. Maka dari itu, salah satu syarat mahasiswa yang mengikuti PPL-KKN-Pengabdian harus muslim dan bisa mengaji. Selain itu, sekolah tempat mereka PPL nantinya adalah sekolah-sekolah Islam.

Sebagai Pilot Project

Sebagian besar mahasiswa yang berangkat ke Thailand adalah mahasiswa FS. Namun sebenarnya, kesempatan KKN-PPL-Pengabdian di Thailand ini terbuka bagi seluruh mahasiswa UM, bukan hanya untuk FS. “Inikan kerja sama. Jadi, kita tidak bisa mendikte mitra. Kita harus menyesuaikan permintaan mitra,” ungkap Rektor UM periode 2015-2019 itu. Contoh lainnya adalah UM sebentar lagi akan menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Arab Saudi. Mereka akan melakukan pertukaran mahasiswa, dosen, dan melakukan penelitian bersama. Nantinya, mahasiswa yang akan berangkat

> Rektor UM ketika memaparkan penjelasan program PPL di Thailand.

Foto

: Tan

ty /

Yan

a

Page 8: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 2988

Laporan Utama

tentu disesuaikan dengan kebutuhan mitra. “Jika kerja sama dengan Arab Saudi, berarti harus bisa berbahasa Arab,” terang Rektor UM. Namun, PPL-KKN-Pengabdian di Thailand ini merupakan pilot project dan harus ditanggapi dengan cepat. Maka dari itu, koordinasi lebih banyak di internal FS sebab mempunyai rumpun yang sama, yakni mengenai bahasa. Setelah program pertama ini sukses dilaksanakan, maka akan menggandeng seluruh fakultas di UM.

Ada enam belas mahasiswa UM yang akan melaksanakan KKN-PPL-Pengabdian di Thailand Selatan. Merekalah duta perguruan tinggi Indonesia peserta KKN-PPL-Pengabdian angkatan ke-4 2015. Keenam belas mahasiswa tersebut, yaitu Alfina Wardani (Pendidikan Bahasa Indonesia), Ryan Yuli Purnami (Pendidikan Bahasa Indonesia), Maslina Indriyana Sari (Pendidikan Bahasa Indonesia), Rofiatul Mukaromah (Pendidikan Bahasa Inggris), Zahrotul Khumairoh (Pendidikan Bahasa Arab), Rianil Afifah (Pendidikan Bahasa Inggris), Fitri Alfia Rahmawati (Pendidikan Bahasa Inggris), Ayu Septiana (Pendidikan Bahasa Inggris), Ervinda Iskarima (Pendidikan Bahasa Inggris), Dyah Ayu A. (Pendidikan Bahasa Jerman), Hikmat (Pendidikan Bahasa Arab), M. Nashi Huddin (Pendidikan Bahasa Arab), Sandhi Restiawan (Pendidikan Bahasa Jerman), Freddy Setyabudi (Pendidikan Bahasa Inggris), Ahmad Alamsyah (Bahasa dan Sastra Indonesia), dan Linda Afriana (Ekonomi dan Studi Pembangunan). Para mahasiswa tersebut melaksanakan KKN-

PPL-Pengabdian selama lima bulan, mulai 08 Juni 2015 hingga November 2015.

“Ini kesempatan baik. Bagaimana kalian bisa belajar hidup di negeri orang. Ini tidak mudah, tapi harus kuat dan menata diri,” ungkap Pak rektor. Rektor UM menjelaskan ada dua kendala yang akan dihadapi para peserta KKN-PPL-Pengabdian di Thailand Selatan, yaitu pertama culture shock pada satu atau dua bulan pertama PPL. Maka, para mahasiswa harus mempersiapkan diri apalagi yang tidak terbiasa jauh dari keluarga dan harus tahu pada siapa berkomunikasi ketika ada masalah. Kedua, kesulitan komunikasi. Sebab, Thailand merupakan darurat militer sehingga semuanya diatur oleh militer. “Kerja sama ini juga dimaksudkan untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN. Pembelajaran akan ditekankan pada bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan bidangnya. Hal ini juga untuk pengembangan orang Thailand yang ingin belajar ke Indonesia,” tambah beliau.

Rektor UM berpesan pada enam belas mahasiswa UM yang berangkat ke Thailand Selatan agar mereka selalu ingat bahwa ke sana bukan sebatas dirinya, tetapi juga nama UM dan nama Indonesia. “Tunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia memang hebat,” tuturnya. Pak Rofi’uddin juga menambahkan bahwa ini akan menjadi sejarah penting bagi hidup mahasiswa yang berangkat ke Thailand. “Ambillah pelajaran sebanyak mungkin agar bisa sukses dan lakukan yang terbaik,” pesannya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Pak

Amran bin Ismail. “Ini kesempatan luar biasa,” tutur Amran. Peserta KKN-PPL-Pengabdian akan melaksanakan Ramadan dan Idul Fitri di negara orang. Amran menegaskan bahwa pihaknya sangat membutuhkan bantuan para mahasiswa peserta KKN-PPL-Pengabdian. Masyarakat Thailand mayoritas beragama muslim dan menggunakan bahasa Melayu. Orang-orang pedalaman masih menganggap bahwa pendidikan tidak penting. Dalam pandangan mereka, perempuan takdirnya tetap, akan jadi istri orang dan akan tetap menyadap karet. Sering kali para siswa tidak mengerjakan PR di rumah karena tidak didukung oleh keluarganya.

Gambaran Umum Pelaksanaan dan Persiapan PPL-KKN-Pengabdian di Thailand

Keenam belas peserta KKN-PPL-Pengabdian tersebut akan ditempatkan di sekolah-sekolah di wilayah Thailand secara terpisah, bisa berbeda provinsi atau beda sekolah. Mereka tidak bisa memilih sehingga mahasiswa akan melaksanakan pengajaran dimana mereka ditugaskan. Tentunya, level sekolah ditentukan oleh pihak Thailand. Bisa saja mereka di sekolah tingkat SD, SMP, atau SMA. Mereka harus mengajar dan membuat sebuah kegiatan ekstrakurikuler sesuai kemampuan masing-masing mahasiswa. Para mahasiswa PPL juga harus membuat laporan setiap selesai mengajar. Selain itu, setiap hari, mereka harus menulis laporan evaluasi yang mirip

> Dekan FS ikut serta dalam pengarahan agenda PPL di Thailand.

Foto

: Tan

ty /

Yan

a

Page 9: 298 Mei Juni 2015

Laporan Utama

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 9

buku harian untuk disetorkan ke ma’had masing-masing.

Di sana, para peserta KKN-PPL-Pengabdian telah disediakan ma’had dan akan dijamin biaya hidupnya. Setiap bulan mereka akan mendapat uang sebesar 4.000 Bath atau senilai dengan Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00. Namun, menurut Pak Amran, segalanya masih harus disesuaikan dengan masing-masing sekolah yang ditempati para mahasiswa karena masing-masing sekolah memiliki kebijakan sendiri. Bisa jadi gaji tersebut diberikan secara penuh tiap bulan atau bisa tiap minggu. Bisa jadi gaji yang diterima mahasiswa penuh sebesar 4.000 Bath, tapi bisa jadi akan dipotong untuk uang makan.

Menurut Ibu Utami, PPL kampus sudah dilakukan untuk seluruh mahasiswa yang terpilih untuk berangkat ke Thailand. Salah satunya adalah mereka dibekali wawasan cross cultural understanding (lintas budaya) supaya tidak terjadi cultural shock di negeri orang. Ada juga pembekalan bahasa Thailand for survival yang diberikan oleh mahasiswa Thailand yang sedang melaksanakan program In Country di Malang. “Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana menyiapkan mental mahasiswa pada bulan Ramadan. Saya memberi dorongan dan dukungan kepada mahasiswa agar mereka belajar kultur Islam yang lain dan melihat Ramadan di negara lain. Semuanya harus diniati ibadah,” jelas beliau.

Beliau juga sudah memandatkan seluruh ketua jurusan yang mahasiswanya terlibat di program ini agar para mahasiswa juga diprogramkan penelitian skripsi disana. Hal ini dimaksudkan agar judul penelitian mereka yang mengangkat tentang studi Thailand menjadi nilai tambah bagi mereka. Sebab judul penelitian skripsi akan muncul di transkrip. Beliau juga sudah mengidentifikasi akan ada tiga kali visitasi ke Thailand oleh dosen UM, yakni untuk

menyerahkan, memonitoring dan evaluasi, dan menjemput mahasiswa.

Harapan terhadap Program dan Keberlanjutannya

Rektor UM berharap para mahasiswa ini bisa membuka tempurung dan menjadi penerang bagi penduduk Thailand. Pihaknya ingin meningkatkan kualitas kegiatan pendidikan dan penelitian di Thailand. Selain itu, juga untuk memperkenalkan budaya Islam antarnegara. Pak Amran menjelaskan alasannya memilih kerja sama dengan Indonesia, sebab Thailand dan Indonesia memiliki kedekatan bahasa dan budaya. Beliau menegaskan pada para peserta KKN-PPL-Pengabdian bahwa mereka akan banyak menemukan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan. Beberapa yang harus diperhatikan di antaranya perbedaan cara hidup, budaya, adat istiadat, dan kesopanan.

Begitu juga dengan Dekan FS yang berharap bahwa mahasiswa akan mendapat banyak manfaat. “Semoga tidak ada statement negatif karena mereka pembuka jalan, yang akan menentukan apakah menjadi corong negatif dan positif,” harapnya. Beliau juga menambahkan agar keberlanjutan program ini menyeluruh untuk civitas akademik UM, yakni untuk visiting scholars, exchanging scholars, dan joint research.

Ketua Balai Bahasa dalam hal ini menyampaikan bahwa nantinya program seperti ini akan dilakukan selama dua kali. Selain itu, beliau akan terus mencari informasi kerja sama agar bukan hanya mahasiswa yang muslim saja bisa berangkat ke Thailand. Beliau juga ingin meningkatkan jumlah mahasiswa UM untuk mengakses ke luar negeri. “Bukan hanya mahasiswa luar saja yang kesini, tapi mahasiswa UM juga harus keluar negeri sehingga mereka punya pengalaman nyata

tentang multikultural“. Beliau juga ingin mahasiswa siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN sehingga mahasiswa yang ke Thailand lebih bisa dewasa dan mandiri serta melihat perspektif Indonesia jauh lebih baik. Mereka harus mempunyai etos kerja yang lebih tinggi dan rasa menghargai yang lebih baik.

Kata Mereka

Linda, salah satu mahasiswa KKN-PPL-Pengabdian Thailand Selatan dan satu-satunya mahasiswa di luar Fakultas Sastra mengaku seakan tak percaya bahwa ia bisa diterima PPL di Thailand. “Saya hanya mengikuti prosedur seleksi yang dilaksanakan oleh pihak kampus,” tuturnya. Linda mengatakan bahwa ia tak perlu memikirkan biaya karena sudah ditanggung oleh UM. Ia lebih fokus pada persiapan kesehatan dan beberapa bahan ajar yang akan digunakan ketika di Thailand. Mahasiswa FE itu berharap bisa memperoleh pengalaman yang luar biasa, terutama pengalaman mengajar di luar jurusannya. “Menurut saya, belajar layaknya mendayung ke hulu. Jika tidak maju, sama dengan terhanyut ke bawah. Hasil dari ilmu adalah tindakan nyata yang harus dilakukan, bukan sekadar pengetahuan yang hanya dikonsumsi sendiri,” pungkas Linda.

Begitu juga menurut Freddy Setya BS, mahasiswa pendidikan bahasa Inggris yang terpilih mengikuti program ini akan berusaha membawa nama baik UM pada saat di Thailand. Mahasiswa semester delapan yang aktif di Resimen Mahasiswa 805 UM ini mengikuti seleksi program di Thailand dengan tujuan ingin berdedikasi terhadap pendidikan yang terinspirasi dalam long life education. “Saya sudah mengikuti PPL tahun lalu, jadi untuk program ini saya memprogram KKN yang nantinya ditambah dengan mata kuliah karena program ini harus ekuivalen dengan lima belas SKS,” tambahnya. Ia juga bergelut di bidang training dan outbound sehingga harapannya bisa dibagikan untuk masyarakat disana.

Lain lagi dengan Maslina Indiyana Sari, mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah dengan minor BIPA ini mengikuti program ke Thailand salah satunya dengan tujuan agar ilmu yang ia dapatkan di BIPA bisa diterapkan secara langsung. Ia yang aktif di Teater Pelangi ini antusias dengan adanya program seperti ini. “Di sana salah satunya adalah mengajar bahasa Indonesia. Ini sangat sesuai dengan minor yang saya ambil. Di program ini saya ingin mengaplikasikan ilmu saya sekaligus mengabdi sesuai dengan kemampuan yang saya miliki, yakni teater,” pungkasnya.Tanty/Yana

> Pemaparan pihak Thailand oleh Pak Amran kepada para mahasiswa yang akan berangkat PPL di Thailand.

Foto

: Tan

ty /

Yan

a

Page 10: 298 Mei Juni 2015

Opini

| Komunikasi Edisi 29810

Kemacetan: Gengsi dan KondisiOleh Setiawan Febriyanto

Kemacetan sudah menjadi makanan setiap hari bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar. Jalanan terlihat sesak dengan kendaraan yang berhenti, menunggu giliran untuk

bisa berjalan. Jumlah kendaraan yang tidak bisa lagi ditampung oleh kapasitas jalan yang tersedia. Kemacetan biasa terjadi di beberapa titik dan waktu puncak aktivitas manusia. Tentu semua ingin menghindari kemacetan karena rasanya menjenuhkan dan membawa kerugian ketika terjebak kemacetan.

Dampak kemacetan tidak hanya dirasakan oleh pengguna kendaraan yang terjebak kemacetan, tetapi juga dirasakan pula oleh pihak yang lain. Ketika terjebak kemacetan mesin kendaraan yang tetap hidup tentu banyak membakar energi. Jika puluhan kendaraan terjebak kemacetan maka berapa liter bahan bakar terbuang sia-sia. Hal ini tentunya juga menimbulkan pencemaran lingkungan. Tertundanya aktivitas manusia untuk bekerja berakibat terhambatnya arus perekonomian sehingga pemenuhan kebutuhan hidup menjadi tidak lancar. Pengguna kendaraan yang terjebak kemacetan tentu mengalami kerugian mulai dari waktu, biaya, dan kondisi psikis ketika harus berlama-lama di kendaraan tanpa aktivitas.

Kemacetan terjadi pasti ada penyebabnya. Penyebabnya adalah jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan yang tersedia sehingga untuk pergerakan tidak ada. Jumlah kendaraan yang banyak disebabkan pertumbuhan kendaraan yang meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Mayoritas masyarakat perkotaan memiliki kendaraan pribadi. Kondisi jalan yang tidak bisa diperluas untuk menampung kendaraan dan pelebaran jalan yang sudah tidak bisa dilakukan lagi. Di perkotaan sudah tidak ada lagi lahan kosong untuk pelebaran jalan. Melihat ini semua maka siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap kemacetan?

Masyarakat perkotaan memiliki gaya hidup metropolitan. Kendaraan pribadi menjadi salah satu kebutuhan primer bagi mereka. Semua mobilitas mengandalkan kendaraan pribadi yang dimiliki. Dengan memiliki kendaraan pribadi bagi mayoritas masyarakat dianggap sebagai gengsi atu prestise tersendiri. Gengsi atas kepemilikan kendaraan pribadi memberikan dampak status sosial yang diperolehnya. Tentu bagi mayoritas orang yang sudah merasa berstatus sosial tinggi enggan memilih kendaraan

umum sebagai alat transportasinya. Alasannya biaya, waktu, dan kendaraan pribadi dinilai lebih nyaman. Coba lihat kemacetan di sekitar, pasti antrean kendaraan didominasi oleh kendaraan pribadi. Kemacetan akan semakin parah jika kemacetan oleh kendaraan pribadi hanya ada satu penumpang. Kondisi ini ibaratnya seperti sekelompok orang yang duduk dengan jarak renggang.

Pemerintah tingkat kota/kabupaten tentu tidak diam saja atas masalah kemacetan di daerahnya. Berbagai peraturan dan kebijakan dilakukan untuk mereduksi timbulnya kemacetan. Pemberlakuan three in one, jalan satu arah, dan pengaturan jam kerja telah dilakukan, tetapi tidak bisa mengatasi kemacetan secara total. Sementara itu, kondisi transportasi umum di perkotaan jarang diperhatikan. Sungguh pantas jika masyarakat perkotaan lebih memilih kendaraan pribadi karena kondisinya nyaman. Pengawasan terhadap angkutan umum perkotaan yang ngetem sembarangan, memaksa kapasitas penumpang, dan kondisi kendaraan yang sudah tua atau tidak layak jalan masih minim sehingga masyarakat yang kondisinya kurang beruntung yang menjadi korbannya.

Kemacetan akan menjadi masalah yang berlarut-larut di perkotaan ketika gengsi msyarakat masih tinggi dan kondisi angkutan perkotaan masih buruk. Ketika pemerintah dan stakeholders tanggap atas permasalahan ini tentu akan membuat regulasi dan revitalisasi untuk angkutan umum perkotaan. Adanya peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum perkotaan dari segi fisik kendaraan dan manajemen transportasi akan menjadikan masyarakat yang kurang beruntung tidak menjadi korban lagi dan masyarakat berstatus sosial tinggi meninggalkan kendaraan pribadinya. Menggunakan angkutan umum akan mengurangi penggunaan energi dan pencemaran lingkungan.

Dalam implementasinya pihak-pihak yang terkait, yaitu pemerintah daerah, dinas perhubungan, organisasi angkutan, dan sebagainya harus menjalin kerja sama, kesepakatan, dan komitmen tinggi untuk membuat regulasi dan revitalisasi untuk angkutan umum perkotaan. Diharapkan kemacetan akan bisa diselesaikan ketika kondisi angkutan umum perkotaan sudah sesuai standar operasional dan kesadaran masyarakat tinggi atas kepedulian sosial dan lingkungan.

Penulis adalah mahasiswa Teknik Sipil

ilustrasi olehAji Setiawan

Page 11: 298 Mei Juni 2015

Bebas Skripsi dengan JurnalNasional Terakreditasi

ilustrasi olehAji Setiawan

Siapa yang tidak mengenal skripsi? Prasyarat kelulusan bagi mahasiswa S1 ini merupakan kewajiban dan bentuk kontribusi mahasiswa untuk masyarakat, itulah yang dipaparkan oleh

Baiq Rahayu Hayati, mahasiswi Teknologi Pendidikan yang baru memasuki gerbang semester tujuh.

Mahasiswi yang biasa disapa Ayu ini menjelaskan bahwa kesan pertama saat mendengar kata “skripsi”, meskipun tidak ada rasa takut, tapi tetap was-was karena skripsi adalah karya orisinil mahasiswa yang harus teruji kebergunaannya bagi masyarakat. Kemudian apakah skripsi memiliki subtitusi dan dapat digantikan keberadaannya? Inilah yang akan menjadi ulasan kali ini.

“Setahu saya, jurnal ilmiah itu bukan pengganti, tapi hanya bisa mempermudah pengerjaan skripsi. Jadi tetap saja skripsi tidak ada penggantinya. Lagipula sebagai subtitusi, jurnal ilmiah skalanya lebih luas, otomatis lebih rumit daripada pembuatan skripsi”, pungkas Ketua Pelaksana Kongres HIMATEPSI 2014 itu.

Adanya desas-desus bahwa skripsi bisa digantikan oleh karya ilmiah lainnya seperti jurnal dan PKM (yang harus lolos PIMNAS) banyak terdengar di kalangan mahasiswa sejak lama, dan hal ini menimbulkan tanda tanya. Saat diklarifikasi, Dekan Fakultas Ekonomi, Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed, M.Si menyatakan bahwa bisa saja mahasiswa dibebaskan dari skripsi dengan penggantinya, yaitu jurnal yang minimal memiliki skala nasional dan terakreditasi, seperti hasil dari PKM AI (Artikel Ilmiah).

Menurut Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Dr. Markus Diantoro, M.Si, di FMIPA, seperti jurusan Biologi dan Fisika misalnya, untuk tugas akhir mahasiswa telah dibebaskan dari pencetakan skripsi, jadi skripsi tidak akan lagi menggerus kantong mahasiswa. Mahasiswa cukup mengunggah skripsi dalam bentuk softfile. Di sisi lain, memang ada wacana untuk penyetaraan PKM menjadi tugas akhir.

“Memang ada usulan mengenai penyetaraan tugas akhir dengan karya tulis seperti PKM, terutama yang memiliki keeratan hubungan dengan jurusan masing-masing, seperti PKM-P (Penelitian) untuk mahasiswa MIPA sendiri, karena pengerjaan skripsi dan PKM-P tidaklah berbeda. Jadi harapannya mahasiswa tidak bekerja dua kali untuk tugas akhir sehingga lebih fokus”, papar Dr. Markus.

Namun, meskipun dapat digantikan oleh PKM, ujian tetap akan dilaksanakan menggunakan materi PKM yang telah dibuat oleh mahasiswa. Jadi bentuk tugas akhirnya saja yang berbeda, untuk ujian tetap dilaksanakan.

Meskipun kebijakan tersebut belum diterapkan secara menyeluruh di semua fakultas, tapi harapannya tugas akhir dapat terselenggara dengan lebih efisien, karena menurut Dr. Markus sendiri, perpustakaan fakultas maupun perpustakaan pusat telah overload dalam menampung tugas akhir mahasiswa. Bayangkan saja jika setiap angkatan terdiri dari sekitar lebih kurang empat ribu skripsi, tentunya selain memakan tempat, skripsi hanya menjadi kenangan ketika telah disimpan rapi dalam rak, tidak semuanya akan terbaca.Sementara itu, menurut Dr. Markus, apabila skripsi hanya membutuhkan unggah softfile dalam sistem dan dipublikasikan sebagai jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi, maka akan

banyak pihak yang membaca hasil karya mahasiswa tersebut dan kemanfaatannya lebih besar. Maka dari itulah harapannya masing-masing tugas akhir akan didaftarkan dengan nomor serial masing-masing sebagai jurnal ilmiah terakreditasi.

Wakil Rektor III, Dr. Syamsul Hadi M.Pd. M.Ed, menjelaskan bahwa kebijakan mengenai pengganti skripsi memang belum diputuskan secara pasti. Namun apapun karya ilmiah mahasiswa seperti PKM yang lolos PIMNAS, kemudian jurnal ilmiah, dan lainnya, akan mendapatkan apresiasi dari pihak universitas sehingga mahasiswa terus semangat dalam berkarya dan berpartisipasi dalam bidang penalaran dengan menuangkan ide kreatifnya dalam bentuk karya tulis. Salah satu bentuk apresiasi yang bisa dilakukan seperti PKM-P lolos PIMNAS yang menggantikan skripsi, atau PKM-M (Pengabdian Masyarakat) lolos PIMNAS yang menggantikan KKN. Sekali lagi hal tersebut masih dalam tahap pertimbangan.

Namun, meskipun dengan adanya kemudahan maupun subtitusi dalam pengerjaan tugas akhir, mahasiswa S1 tidak dapat menyelesaikan studi kurang dari delapan semester dan maksimal sepuluh semester. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud RI No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi. Sementara itu, untuk mahasiswa S2, yang tengah menjadi kontroversi adalah bertambahnya jumlah SKS, yaitu yang semula 40/42/44 SKS menjadi 72 SKS, begitupula dengan S3 yang awalnya 56 SKS juga menjadi 72 SKS, hal ini tertuang dalam pasal 17 ayat 2 Permendikbud RI No. 49 Tahun 2014. Letak permasalahan adalah tingginya lonjakan SKS dan penyamarataan SKS untuk S2 dan S3 yang kurun waktu penempuhannya juga berbeda.

“Kami dari jajaran akademisi memang masih mempertanyakan kebijakan tersebut dan masih dalam proses perundingan kembali. Namun, apapun kebijakan akhir yang diberikan, saya berharap itulah yang terbaik bagi mahasiswa dan pendidikan tinggi dalam negeri”, tutup Bapak Markus.Catte

Up to Date

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 11

Page 12: 298 Mei Juni 2015

Up To Date

| Komunikasi Edisi 29812

Perjalanan Kompetisi Gemerlap Panggung Nasional

> Baref sedang berlaga di panggung KDI.

dok.

Pri

badi

Dikenal banyak orang memang sangat menggiurkan dan menguntungkan. Apalagi dengan cara berprestasi yang sedikit orang bisa melakukannya. Jika menyempatkan diri

untuk melihat layar cembung di kediaman masing-masing, akan banyak menemukan ajang pencarian bakat dengan panggung kerlap-kerlip. Menampilkan kelebihan masing-masing di berbagai karya seni. Karya berupa tarian, bermusik, dakwah, hafidz maupun hafidzoh, serta yang paling hits bernyanyi dari berbagai genre. Tidak jarang memboyong dan membesarkan nama daerahnya masing-masing.

Potensi-potensi anak bangsa semakin cemerlang dengan berbagai kemudahan. Namun, juga semakin kompetitif pula dalam mengembangkannya. Termasuk banyak beragam kelebihan dan kelincahan yang dimiliki oleh mahasiswa UM. Salah satu diantaranya adalah kontestan dari ajang pencarian bakat berjenis dangdut yang sedang booming akhir-akhir ini.

Ada mahasiswa FE UM, Baref Bakhtias Banar yang berhasil lolos di panggung Kontes Dangdut Indonesia (KDI) hingga mencapai enam besar. Walau sempat dipulangkan dalam babak sepuluh besar. Namun, dengan usaha dan perjuangannya ia kembali mampu bergerilya di panggung megah tersebut. Kandidat yang berasal dari Trenggalek ini juga mampu menampilkan kesenian daerahnya sendiri dan mampu memperkenalkan potensi pariwisatanya. Tentu banyak rintangan pula yang ia hadapi dengan banyak tanggung jawab yang harus diemban olehnya. Di kampus, selain menjadi mahasiswa Prodi Pendidikan Administrasi Perkantora, ia juga menjabat Ketua HMJ Manajemen.

Teman seperjuangannya di kontes tersebut adalah Eni Hamdiyah, mahasiswi Sastra Arab. Pembawaan yang low profile ternyata dapat berlenggak-lenggok dengan anggun di atas panggung dan di depan sorotan lampu kamera. Kontestan asal Lumajang itu mampu menjadi putri daerah yang dibanggakan. Walaupun ia hanya lolos hingga 26 besar, tapi tidak menyurutkan semangat untuk tetap berkarya. Mahasiswi yang juga anggota Al-Karomi Sastra Arab itu diterima oleh duta pariwisata daerah dengan lapang dada dan senang hati. Masih sering manggung kesana-kemari dan merilis album terbarunya yang bekerjasama dengan pemerintah Lumajang. Mahasiswi semester enam yang berkutat dengan skripsi tidak menjadi alasan untuk show up di depan umum. “Selama dua bulan di Jakarta, saya mendapat dispensasi dari beberapa dosen dan mengirim tugas-tugas via email. Sering memanfaatkan waktu disela-sela latihan di depan laptop untuk mengerjakan tugas. Sambil mendengar dan menghafal lagu yang akan dibawakan nanti malam”, pungkas suara berciri khas melayu ini saat ditemui di Gedung FS.

Lingkungan kampus dan perhelatan akbar KDI 2015 sangat berbeda. Jika di dalam kampus berisi mahasiswa dari berbagai daerah, tapi tetap melebur menjadi sebuah budaya tersendiri. Lain halnya interaksi dengan seluruh kandidat KDI 2015 berasal dari berbagai daerah yang juga mempromosikan tanah kelahirannya. Multikulturalisme sangat terasa di dalamnya. Jauh dari keluarga, sebisa mungkin menyesuaikan dan mengimbangi keberagaman tersebut. Seluruh peserta berada di apartemen yang sama dengan beberapa kamar. Itu memudahkan untuk saling mengenal dan membangun sebuah persaudaraan. “Selalu ada take and give antara kami, rasanya tidak akan rela jika ada saudara lain yang terjemput”, kenang Eni.

Dibalik itu semua, rekan dan keluarga yang berada di UM

maupun di daerah masing-masing selalu memberikan dukungan dalam bentuk sms dan doa. “Ibu Ketua Jurusan Sastra Arab juga memberikan dukungan melalui SMS”, pungkas Eni.

Pelajaran yang tidak terlupakan saat diperhelatan tingkat nasional. Melalui seleksi peserta yang ketat dari dua ratus kontestan hingga tersisa 28 peserta. Menjalankan waktu 24 jam dalam sehari dengan ritme yang begitu padat. Bertemu fans, latihan dari menghafal lagu dan koreografer, hingga fitting baju dari beberapa sponsor, serta tidak lupa materi mengenai attitude di atas panggung. Batasan pada finalis dalam penggunaan telepon seluler dan hanya beberapa jam saja para peserta beristirahat untuk tidur. Itu semua adalah sekelumit pelajaran kehidupan yang Baref dan Eni dapatakan.Arni

Page 13: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 13

Seputar Kampus

Belajar Jurnalistik dari Komunikasi

Komunikasi. satu kata yang tak asing ketika didengar masyarakat di dalam maupun di luar UM. Setiap bulannya beribu-ribu lembaran karya jurnalistik majalah Komunikasi disebar di seluruh sudut-sudut UM. Entah

bagaimana ceritanya, lembaran karya jurnalistik tersebut terbang jauh ke timur kota Malang hingga sampai di sebuah daerah Lumajang tepatnya di SMA Negeri Pasirian.

Majalah Komunikasi secara tidak langsung menginspirasi pecinta jurnalistik di SMA Negeri Pasirian yang tergabung pada sebuah majalah bernama "Lontar". Para kru Majalah Lontar bertekad menelusuri jejak dimana Komunikasi berada hingga akhirnya Kamis (28/05) datanglah rombongan dari SMA Negeri Pasirian ke redaksi Komunikasi. Kru Majalah Lontar yang berjumlah lima belas siswi dan lima pembina bertemu dengan para kru Komunikasi di Ruang Rapat Gedung A3 Lantai III.

Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh para kru Lontar. Bukan hanya para anggota, pembina pun juga tak mau kalah untuk melontarkan pertanyan-pertanyaan seputar jurnalistik kepada kru Komunikasi. Beberapa pertanyaan dari kru Lontar dan pembina telah tertampung, mulai dari pertanyaan teknis masalah berita, desain, memanajemen Redaksi, dan pertanyaan bagaimana memotivasi para kru agar bisa mencintai jurnalistik dan bisa berkarya di Majalah Lontar. Tak kuasa akhirnya kru Komunikasi membuka semua rahasia jurnalistik yang dimiliki. Terjadi sahut menyahut pertanyaan dan jawaban seputar jurnalistik hingga terlihat senyum para kru Lontar sebagai tanda mereka puas dengan ilmu jurnalistik yang diperoleh dari kru Komunikasi.

Kala itu kru Komunikasi tidak hanya membagi ilmu jurnalistik, tetapi secara tidak langsung kru Komunikasi belajar dari semangat para kru Lontar yang membara. Meskipun mereka hanya beranggotakan perempuan dan sumber daya yang minim mereka tetap tegar dan semangat untuk menghasilkan lembaran-lembaran karya jurnalistik.Dio > Keseriusan adik-adik dari kru Majalah Lontar dalam menggali ilmu jurnalistik.

Ranah kompetisi sangat luas bagi orang-orang yang mau maju. Salah satunya, beberapa anggota Alquran Study Club (ASC) yang berhasil menjadi delegasi di berbagai daerah yang

berbeda untuk unjuk kebolehan di MTQ XXVI Jawa Timur. Alasan yang membuat mereka menjadi delegasi daerah yang berbeda ada-lah bekal yang telah didapat dari pembinaan selama di ASC. Hal ini mampu menarik perhatian dari pemerintah daerah untuk mengam-bil setiap individu sebagai calon tunggal di beberapa kafilah. Acara itu diselenggarakan di Banyuwangi (22-30/05). Tak disangka ternyata mereka berhasil menyabet empat emas dan satu perunggu. Ini men-jadi titik awal menuju MTQ Mahasiswa Nasional XIV.

Medali-medali itu mewakili berbagai cabang lomba. Emas pertama di cabang tilawah dewasa, Rofiatul Muna dari Sastra Arab. Medali emas kedua di cabang MHQ 10 Juz ada Fazlur R. Rahawarun dari FE yang mewakili kabupaten Malang.

Adapun cabang kafilah baru di MTQ, yaitu Musabaqah Karya Tulis Alquran dengan dua tema besar. Dua tema tersebut “Alquran dan lingkungan” dan “Hubungan Moral dan Alquran” . Di cabang ini, Muhammad Alifudin dari jurusan Hukum dan Kewarganegaraan kafilah Blitar meraih juara pertama putra. Sementara itu, Asri Diana Kamilin kafilah kabupaten Malang juga menyabet emas untuk kategori putri. Fatihatus Syahida jurusan Sastra Indonesia kafilah Blitar harus sedikit mengalah dengan mengalungi medali perunggu di cabang yang sama. Para pemenang medali emas, memiliki tiket untuk mengikuti MTQ Umum Nasional di Mataram.

Ketika nama-nama mereka melejit tak luput juga rasa terima kasih disampaikan kepada pembina-pembina yang berada di UM atas pembinaan serta masukan selama mereka menjadi kontingen daerah. Salah satunya kepada Ust. Yusuf Hanafi yang menjadi pembina ASC untuk mempersiapkan MTQ Mahasiswa Nasional XIV.

MTQ umum yang berskala provinsi mampu menjadi ajang percobaan bagi para mahasiswa yang akan diterbangkan ke Universitas Indonesia

(UI) dalam MTQ Mahasiswa Nasional di awal Agustus. Kompetisi yang sebenarnya berada di MTQ Mahasiswa Nasional yang akan bertemu kafilah-kafilah terbaik dari setiap universitas se-Indonesia.

“Kami mampu membawa empat emas dan satu perunggu hanya sebagai uji coba untuk menuju MTQ Mahasiswa Nasional di UI”, ujar Alifudin yang mampu menulis karya arsitektur rumah dalam segi Alquran. Karena UM yang telah menjadi juara umum di MTQ Mahasiswa Nasional pada tahun 2013 dan 2014, akhirnya ASC mampu menyabet The Learning University Award 2013.

“Kalau pesannya Bapak rektor, bukan menjadikan juara umum sebagai langganan yang terpenting saat ini membudayakan untuk menjadi jawaranya”, kenang Alifudin saat mendapat amanah besar untuk maju di MTQ Mahasiswa Nasional XIV.Arni

Memboyong Emas, Modal Prestasi Nasional

Foto

: Dio

> Para pejuang prestasi nasional sedang berlaga di Banyuwangi.

dok.

Prib

adi

Page 14: 298 Mei Juni 2015

Seputar KampusSeputar KampusSeputar Kampus

| Komunikasi Edisi 29814

UM Perangi Kriminalitas Moral

Pengalaman adalah guru terbaik, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Itulah yang diajarkan oleh Doni Andreas, sorang mantan pengguna narkoba yang saat

ini dengan tegas membantu Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam memberantas penyalahgunaan narkoba dalam Seminar dan Sosialisasi Bela Negara, Narkoba dan Bahaya HIV/AIDS di Aula A2 Lantai II (23/04).

Tanpa malu ataupun ragu, Doni Andreas berbagi pengalamannya selama menjadi pengguna narkoba kepada peserta seminar yang merupakan perwakilan-perwakilan organisasi mahasiswa se-UM. Laki-laki asal Kota Malang tersebut memaparkan bahwa dirinya telah mengenal narkoba sejak duduk di bangku sekolah dasar, merupakan sebuah ironi bahwa akses untuk mendapatkan narkoba bahkan untuk murid sekolah dasar sangatlah mudah. Doni mengaku bahwa menggunakan narkoba selain merusak kesehatan tubuh juga merusak hubungan sosialnya dengan masyarakat, terlebih keluarga. Atas dasar pengalaman itulah ia sangat menekankan untuk menghindari narkoba sejauh mungkin.

Di Indonesia penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman

serius sejak lama. Populasinya meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. 5,6 juta dari 250 juta penduduk Indonesia merupakan pecandu narkoba. Sementara itu, generasi muda menempati angka 40 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Terlihat dari data yang ada pada tahun 2009, jumlah pecandu di Indonesia masih 3,2 juta orang. Bayangkan jika pada tahun 2020 hingga 2030 Indonesia mendapatkan bonus demografi, apalah jadinya apabila mayoritas penduduk yang saat itu berusia produktif malah banyak menjadi pecandu narkoba. Masa depan Indonesia benar-benar ada di tangan generasi muda.

“Generasi muda adalah penerus cita-cita luhur bangsa dan merupakan ujung tombak masa depan Indonesia. Jadi jangan sekali-kali melakukan hal yang bisa merusak diri kalian, belajar! Belajarlah meski dari pengalaman orang lain!” tegas H. RM. Achjadi, SH dari BNN Kota Malang.

Dampak fisik yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba adalah gangguan sistem syaraf, gangguan pada kulit (dermatologis) yang menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk ribuan jarum saat terkena air, gangguan pada paru-paru (pulmoner), gangguan kesehatan reproduksi serta gangguan fungsi seksual, kematian, dan masih banyak lagi. Secara psikis diantaranya dapat meningkatkan rasa tidak percaya diri, apatis, brutalisme, rasa tertekan. Dampak sosialnya adalah dikucilkan oleh lingkungan, menjadi beban orang lain, prestasi menurun, serta dapat membahayakan masyarakat luas.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada dampak positif dari penyalahgunaan narkoba. Menurut Doni Andreas, dampak yang paling menyakitkan adalah dampak sosial yang diterimanya dari keluarga maupun masyarakat. Selain dianggap sebagai beban dan membawa nama buruk keluarga, dirinya juga merasa tidak diinginkan di manapun.

BNN membantu orang-orang seperti Doni untuk mendapatkan kembali hak atas masa depan yang lebih baik. Karena itulah saat ini Doni bergabung dengan BNN dan menjadi aktivis pemberantas penyalahgunaan narkoba dengan harapan tidak ada lagi orang yang merasakan hal yang sama dengan dirinya.

“Setiap orang punya hak untuk bahagia, setiap orang punya hak untuk berubah, setiap orang punya hak untuk menatap masa depan yang lebih baik”, tutup Doni.Catte

Foto

: Catt

e

Sudah enam bulan, lima belas mahasiswa dari Universitas Walailak belajar bahasa Indonesia dan budayanya di Malang di mulai dari Desember 2014 lalu. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang menaungi

program In-Country sudah tahun keenam melaksanakan program kerja sama ini. Untuk tahun ini, program In-Country resmi ditutup Selasa kemarin (01/06) di Gedung AVA E6 FS. Acara penutupan ini dihadiri juga oleh Dekan FS, yakni Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D.

Pembukaan dalam acara ini adalah penampilan gamelan oleh beberapa mahasiswa Thailand yang mengambil kelas pilihan gamelan dalam program In-Country. Selain gamelan, ada pula penampilan tari hadrah kuntulan Udan Awu Banyuwangi oleh Maya, Mia, Nia, dan Gita. Dalam sesi menyampaikan kesan dan pesan, mahasiswa yang dibagi ke dua kelas, yakni Nusa dan Bangsa ini tidak kuasa menahan haru. Selain menyampaikan rasa terima kasih untuk guru, tutor, dan staf BIPA, sebagian besar dari mereka mengaku sangat senang tinggal di Indonesia dan sudah cinta dengan kota Malang. Bahkan beberapa dari mereka ingin melanjutkan kuliah di UM. Kecintaan mereka terhadap Indonesia memang terlihat jelas saat semua mahasiswa maju ke podium dan membawakan tiga buah lagu dangdut asli Indonesia dengan fasih.

Dalam pidato yang sekaligus menutup acara, Dekan FS mengaku sangat terpesona dengan penampilan mahasiswa Thailand. Beliau berpesan

BIPA In-Country 2015: Kami Sudah Cinta Malang

sekembalinya dari Indonesia nanti, yang diingat dari Indonesia bukan hanya dangdutnya saja. Beliau juga menyampaikan selamat kepada kelima belas mahasiswa karena sudah berhasil menyelesaikan program belajar bahasa Indonesia dan budaya di Malang. Sebagai simbolis, Ibu Dekan menyerahkan sertifikat kepada lima belas mahasiswa tersebut.Tanty

> Antusiasme peserta dalam mengikuti seminar bela negara, narkoba, dan bahaya HIV/AIDS.

dok.

pri

badi

> Kelimabelas mahasiswa In-Country beserta Ibu Dekan FS dan para jajarannya.

Page 15: 298 Mei Juni 2015

Seputar KampusSeputar Kampus

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 15

UKM Swara Satata Cakti (SSC) kembali menggelar konser untuk anggota barunya pada Kamis (07/05). Bertempat di Gedung Sasana Budaya, konser tersebut mengusung

tema “Zamrud” yang berarti melambangkan kemuliaan dan keagungan. Hal itu merupakan bentuk dari harapan untuk anggota baru dari UKM yang bergerak pada bidang tarik suara tersebut.

Tampak berbeda dengan konser sebelumnya, penonton disuguhi penyajian konser paduan suara yang dikombinasikan dengan tarian. Tarian-tarian tersebut merupakan suatu tarian kombinasi yang disusun oleh tim perfoming art konser itu. ” Ya kita cari referensi di youtube. Kita cari gerakan yang kira–kira cepat untuk dihafalkan dalam waktu singkat. Lalu kita kombinasikan. Ya, jadi gerakan itu”, papar Arizia Aulia selaku Ketua Pelaksana.

Penambahan koreografer tersebut disajikan pada sesi kedua dengan membawakan lagu folklore. Lagu Janger dari Bali dan Bungong Jeumpa dari Aceh terpilih menjadi lagu daerah yang mereka bawakan. “ Karena kita ingin mengangkat budaya Indonesia yang ada lewat tarian dan paduan suara. Nah, Janger dan Bungong Jeumpa terpilih jadi yang dibawakan”, jelas Arizia. Sementara itu, pada sesi pertama mereka membawakan lagu dari luar negeri yang terdiri dari barogue dan romantic. Untuk memperlengkap, mereka juga menggunakan kostum adat daerah Aceh untuk laki-lakinya dan Bali untuk perempuan.

Konser anggota baru yang berjumlah sekitar enam puluh orang tersebut ditonton oleh kurang lebih 350 orang yang tidak hanya dari UM saja, melainkan dari kampus lain juga. Pada malam itu

Wajah Baru Konser Paduan Suaraturut menggundang orang tua dari anggota baru tersebut. “Untuk keseluruhan sih bagus, apalagi pada saat membawakan lagu Janger dari Bali itu yang disertai dengan koreografi menambah bagus penampilan mereka”, ungkap salah satu penonton.

“Jika konser dahulu semua anggota naik ke atas panggung dan menyanyi bersama, tapi kali ini kami membaginya dalam dua sesi. Jadi, tidak semua anggota semuanya menyanyi”, tambah mahasiswi angkatan 2013 tersebut. Pada akhir konser, ditutup dengan semua anggota junior maupun senior naik ke atas panggung dengan membawakan lagu Di Atas Awan.Shintiya

Foto

: Shi

ntiya

> Tim paduan suara SSC sedang bernyanyi diatas panggung.

Koperasi Mahasiswa (Kopma) UM kembali terjun dalam Lomba Berpacu dalam Koperasi. Lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) Jatim ini

diadakan setiap tahun dalam rangka memperingati Hari Koperasi tanggal 12 Juli mendatang. Kopma UM merupakan delegasi yang mewakili daerah Malang. Berbeda dengan tahun lalu yang hanya bisa meraih Juara Harapan 1, tahun ini Kopma UM bisa mengantongi Juara 1 tingkat Provinsi Jawa Timur.

Lomba ini diikuti oleh dua belas tim yang mewakili beberapa daerah. Satu tim terdiri dari tiga orang. Peserta yang mewakili Kopma UM adalah Rani Dwi Sartikasari dan Susilowati dari Jurusan Manajemen, serta Nadya Windy Putrie dari Jurusan Akuntansi.

Lomba diselenggarakan selama dua hari. Hari pertama (06/05) merupakan tahap seleksi yang dilakukan di Graha Pena Surabaya dari pukul 13.00 sampai 17.00. Ketika datang, setiap tim ditantang untuk melakukan orasi dengan tema yang berbeda, kemudian mengerjakan soal yang terdiri dari lima puluh soal pilihan ganda, sepuluh soal benar-salah, serta membuat laporan keuangan. Di akhir pengumuman, terdengar Kopma UM menduduki posisi ketiga dari lima finalis. Finalis tersebut diantaranya berasal dari Kediri, Ponorogo, Malang, Pasuruan, dan Jember. Final dilakukan pada hari kedua (12/05) dengan tempat yang sama dari pukul 13.00 sampai 15.00. Setelah melalui empat babak penyisihan, Kopma UM berhasil menyabet posisi pertama dengan skor 1835 dengan perbedaan skor 440 dengan tim yang menduduki posisi kedua, yaitu perwakilan dari daerah Kediri.

Pemberian hadiah, yaitu uang sebesar Rp 7.500.000 dan piagam akan dilaksanakan ketika puncak Hari Koperasi Jawa Timur yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 Juni mendatang di Tuban. Sungguh merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Kopma UM karena berhasil meraih juara tingkat provinsi ini

Dalam perlombaan, materi yang menjadi bahan perlombaan adalah undang-undang tentang Koperasi, UMKM, dan LKM. Hal ini membawa berbagai dampak positif bagi generasi penerus koperasi karena mereka dituntut untuk memahami mengenai undang-undang dan bagaimana koperasi yang sesungguhnya, karena dewasa ini tidak sedikit yang menyalahgunakan kelembagaan koperasi untuk kepentingan pribadi.Maria

Kopma UM Juarai Lomba Berpacu dalam Koperasi

> Keberhasilan tim Kopma UM menyabet juara pada lomba berpacu dalam koperasi.

Foto

: Mar

ia

Page 16: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29816

Seputar Kampus

Kampus Undercover

Berorganisasi merupakan kegiatan aktif mahasiswa di kampus selain perkuliahan. Salah satunya adalah

dengan mengikuti UKM. Mahasiswa bisa menyalurkan bakat, minat, hobi, belajar untuk bekerja sama dalam tim, dan menambah pengalaman. Tidak hanya di waktu siang, kantor-kantor UKM masih tampak ramai hingga malam menjelang. Banyak aktivitas yang dilakukan baik itu hanya sekedar berkumpul bersama atau melakukan kegiatan, seperti radio Tara FM UKM IPRI yang melakukan siaran “Ngobrol Malam”, UKM MENWA yang melakukan tugas patroli malam, UKM SAMIN yang melakukan pembuatan kaos pesanan dan lain sebagainya. Aktifitas lain adalah latihan untuk persiapan lomba seperti UKM PSM.

Kegiatan kepanitiaan untuk persiapan suatu event juga menyita waktu malam para mahasiswa. Pasalnya, anggota UKM berasal dari fakultas/jurusan yang berbeda dengan jadwal kuliah yang berbeda pula. Sangatlah susah mengatur jadwal untuk rapat dan tentu akhirnya waktu malamlah yang dipilih. Belum lagi jika masing-masing mahasiswa mengikuti lebih dari satu UKM, sedangkan mereka dituntut untuk melakukan persiapan event secara matang.

Jika para mahasiswa ditanya apabila kegiatan UKM dibatasi dengan jam tertentu, hampir semua mahasiswa anggota UKM kurang setuju. Hal ini akan membatasi kegiatan, waktu latihan,

dan prestasi. Misalnya ketika akan diadakannya suatu event, beberapa hari menjelang hari H, anggota UKM pasti akan disibukkan dengan persiapan terlebih lagi jika H-1, seringkali persiapan puncak dan gladih bersih dilakukan sampai tengah malam.

Ada beberapa UKM yang merasa perlu melakukan penjagaan malam di kantornya karena keamanan yang kurang terjamin. Kehilangan barang-barang pribadi maupun aset UKM merupakan suatu hal yang kerap terjadi. Mungkin barang yang hilang harganya tidak seberapa jika dibandingkan dengan aset yang ada di UM. Namun, itu merupakan barang yang mempunyai arti dan nilai penting bagi masing-masing UKM dan mahasiswa.

Mendengar apa yang dipaparkan sebagian besar mahasiswa, Wakil Rektor III, Dr. Syamsul Hadi M.Pd M.Ed mengemukakan apa yang ada dalam pemikiran beliau selama ini. Saat ditemui di kantor A1, Pak Syamsul menyatakan bahwa masih belum adanya aturan resmi yang diterbitkan, hanya sebatas himbauan agar semua kegiatan UKM selesai pukul 22.00 WIB. Namun, suatu saat aturan resmi itu pasti akan diterbitkan. “Ada beberapa case yang membuat prihatin. Beberapa kantor dijadikan sebagai tempat untuk nginep dan diantara mereka ada yang bukan pengurus UKM/Ormawa bahkan mahasiswa UM. Ini merupakan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, kegiatan

ekstrakulikuler harus diorientasikan untuk kepentingan belajar. Jadi, harus dilakukan upaya untuk menegakkan norma-norma, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai. Hal-hal yang menjadi access negatif seperti pergaulan bebas, narkotika, dan miras harus dicegah. Jika tidak ada pengendalian, saya merasa bersalah dan bertanggung jawab untuk keselamatan anak didik dunia akhirat. Karena itu disampaikan agar kegiatan diakhiri pukul 22.00 WIB. Kecuali jika ada suatu kegiatan yang melibatkan tim keamanan kampus. Namun, selesai kegiatan, lebih baik tidur dan istirahat di rumah. Jangan gunakan kantor sebagai tempat untuk tidur”, ujar Pak Syamsul Hadi.

Tak hanya itu, Pak Syamsul juga menimpali keluhan mahasiswa yang merasa kekurangan waktu untuk mengurus UKM jika diterapkan peraturan tersebut. “ Silahkan saja pagi sampai sore digunakan hanya untuk kuliah dan malamnya untuk UKM. Namun, aturlah waktu untuk itu dan akhiri tetap pada jam 22.00 WIB. Suatu manajemen yang bagus adalah pada proses perencanaan dan penjadwalan yang bagus. Ada banyak UKM yang bisa berprestasi bahkan tanpa kerja lembur sampai larut malam. Begitu juga jika akan diadakannya event. Pasti ada waktu persiapan yang lama yang digunakan untuk persiapan jadi tidak sampai kerja lembur”.

Permasalahan lain yang dikeluhkan mahasiswa anggota UKM adalah keamanan kampus yang kurang terjamin. “Kantor di UM bukan hanya UKM. Banyak kantor di UM yang juga perlu dikhawatirkan penjagaannya. Kita tidak bisa menjamin tidak ada orang yang berniat mengambil barang-barang di kantor UM bahkan juga di kantor rektorat. Hal yang perlu dilakukan adalah menata rapi barang dan mengunci rapat pintu UKM dan sebaiknya tidak semua orang bisa memegang kunci tersebut”, tambah Pak Syamsul.

Memang suatu hal yang harus direnungkan kembali jika yang menempati bahkan bermalam itu merupakan orang eksternal kampus. Lingkungan kampus seharusnya dipergunakan sebagaimana mestinya. Hal lain yang perlu dibenahi adalah lingkungan UKM yang kumuh. Seharusnya mahasiswa anggota UKM bisa menjaga dan menata rapi masing-masing kantornya agar menjadi lingkungan yang sehat dan indah dipandang.Maria

Foto

: Mar

ia

> Beberapa mahasiswa masih asyik beraktivitas di teras RR meskipun malam telah menjelang.

Page 17: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 17

Seputar Kampus

Sejumlah mahasiswa mengikuti Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM-TM). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Utama Gedung A3

Lantai II UM (25/05) dan dihadiri oleh jajaran rektorat.Acara yang diikuti oleh 137 mahasiswa delegasi dari organisasi

pada setiap fakultas dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) diadakan untuk memacu jiwa kepemimpinan mahasiswa dalam berorganisasi. Selain itu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan peka terhadap kondisi lingkungan, serta mampu merumuskan dan menganalisa persoalan-peroalan yang dihadapi oleh organisasi. Acara dibuka secara langsung oleh Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd.

Usai acara pembukaan, peserta diarahkan untuk keluar dari aula oleh panitia yang kemudian terbagi menjadi dua kelas. Kelas A yang dipandu oleh Bapak Aditya Nugroho Widiadi, S.Pd, M.Pd (Dosen FIS/SEJ), Bapak M. Nasrul Chotib, M. Hum (Dosen FS/ING), dan Ibu Laurent Octavian, S.Pd., M.Si (Dosen FMIPA/KIM) tetap berada di aula. Sementara itu, kelas B yang dipandu oleh Bapak Afwan Hariri Agus Prohimi, S.E., M.Si (Dosen FE/MNJ), Ibu Neena Zakia, S.Si, M.Si (Dosen FMIPA/KIM), dan Bapak Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes (Dosen FMIPA/BIO) memasuki ruang sidang senat yang berlokasi di Gedung A3 Lantai II.

Meskipun hari pertama peserta melaksanakan LKMM-TM di dalam ruangan, tapi hal ini tidak menjadi halangan karena metode yang digunakan adalah diskusi panel sehingga mahasiswa tidak merasa jenuh dan bosan. Selama berjalannya acara peserta

dituntut untuk aktif karena keaktifan adalah poin penting dalam penilaian secara keseluruhan. Kegiatan hari pertama pun berakhir tepat pukul 20.00 WIB.

Acara pada hari kedua tidaklah berbeda, peserta mulai berdatangan ke Gedung A3 sejak pukul 06.30. Namun, ada yang berbeda di hari kedua. Pagi itu peserta yang sudah terbagi menjadi sepuluh kelompok tiap kelasnya akan diberangkatkan ke instansi-instansi pemerintah di Malang Kota untuk melakukan kunjungan dan analisis sosial dengan harapan nantinya peserta bisa menyusun Rancangan Pengembangan Organisasi (RPO) yang sudah dijelaskan oleh pemandu pada hari sebelumnya. Sebelum pemberangkatan, peserta berkumpul di Aula Gedung A3 Lantai II untuk memperoleh pembekalan dari panitia. Tempat kunjungannya adalah Taman Wisata Rakyat, Kantor Kecamatan Klojen, Pasar Klojen, Pasar Dinoyo, Pasar Oro-Oro Dowo, Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Arjuno, Puskemas Bareng, Edotel, dan Perum Jasa Tirta. Pukul 08.00 WIB peserta bergegas menuju lokasi masing-masing dan tepat pukul 11.00 WIB peserta sudah harus kembali ke kampus. Kegiatan ini diakhiri dengan presentasi panel RPO (Analisis SWOT) peserta LKMM-TM dihadapan pemandu berdasarkan hasil yang didapat saat kunjungan.

Dari 137 mahasiswa, hanya empat puluh mahasiswa yang dapat berkesempatan untuk menuju ke tahap lebih lanjut dalam Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Lanjut (LKMM-TL). Empat puluh mahasiswa tersebut akan mewakili UM. Tetap semangat untuk menjadi pemimpin yang lebih berkualitas!Faris

LKMM-TM,Cerdas Berjiwa Kepemimpinan

Hari Anti Tembakau Sedunia

> UKM German mendirikan photobooth di Car Free Day dalam rangka pringatan hari Anti Tembakau Sedunia.

Foto

: Rod

li

Peringatan hari Anti Tembakau Sedunia (World No Tobaccco Day) jatuh pada 31 Mei. UKM German turut memperingatinya pada Minggu pagi

(31/05) di Jalan Ijen kota Malang dengan memanfaatkan event mingguan masyarakat kota Malang, yaitu Car Free Day (CFD)

“Pagi hari ini UKM German mengadakan peringatan hari Anti Tembakau. Kami ber orasi di kegiatan CFD ini merupakan salah satu wujud dari kami untuk turun ke jalanan”, ungkap Mohammad Rizal Fahruddin selaku Ketua Pelaksana dari UKM German pada kegiatan itu. “Kita memang awalnya berencana mengadakan peringatan hari Anti Tembakau ini di kampus. Namun, berhubung sudah liburan, kampus sepi maka kami memilih CFD ini untuk memperingatinya. Tahun lalu pun sama, kita memperingatinya di Alun-alun kota Malang”, tambahnya ketika ditanya alasan pemilihan CFD sebagai tempat digelarnya peringatan tersebut.

Peringatan yang diadakan UKM German kali ini sedikit berbeda. Di dalam kegiatan ini diisi dengan tiga kegiatan. Pertama, lomba selfie groufie. Dimana nantinya pengunjung CFD akan berfoto di stand yang disediakan oleh UKM German. Pemenangnya akan mendapatkan hadiah. Kedua, orasi yang di dalamnya mahasiswa juga mengadakan acara mematikan rokok di area CFD. Kegiatan terakhir adalah pameran poster yang nantinya hasil penjualan poster ini akan digunakan untuk bakti

sosial UKM German.“Marilah kita sebagai generasi muda wujudkan kampus UM bebas rokok dan

narkoba, serta kami berharap akan segera mendapatkan dukungan dari pihak UM untuk pengadaan tes urine bagi mahasiswa baru dan calon wisudawan”, tambah mahasiswa Geografi yang akrab disapa Rizal itu.Rodli

Page 18: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29818

Seputar Kampus

| Komunikasi Edisi 29818

Kafe yang selama ini identik dengan tempat nongkrong, makan, atau berkumpul bersama teman, kini hadir di UM dengan kemasan yang inovatif. Kamis (07/05), kafe yang

bernama Kafe Pustaka diresmikan oleh Wakil Rektor III Dr. Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed. Kafe itu berada di samping kanan Perpustakaan UM dan di depan FE tepatnya di pojokan Bursa Efek Indonesia (BEI). “Sebagai ruang diskusi untuk membentuk komunitas epistemik dan harapannya ruangan ini menjadi tempat bersantai dan transfer ilmu. Selain menyediakan makanan juga terdapat buku - buku yang bebas dipinjam oleh siapapun, serta mereka dapat melakukan diskusi di sini”, ungkap David Ardyanta pengelola kafe. Tongkrongan cerdas tersebut dicanangkan sebagai bagian dari layanan perpustakaan oleh Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd selaku Kepala Perpustakaan UM.

Kafe Pustaka merupakan pilihan cerdas memilih tempat tongkrongan yang menyediakan ruang untuk komunitas epistemik. Komunitas

epistemik adalah istilah yang disadur dari Hass dalam artikelnya yang berjudul “Do regimes matter? Epistemic Communities and Mediterranean Pollution Control”. Makna epistemik adalah bagaimana cara dalam memperoleh suatu pengetahuan yang berhubungan dengan epistemologi dalam filsafat. Selain itu, fungsi komunitas epistemik adalah masalah-masalah yang dianggap sulit penyelesaiannya nyatanya dapat dicari jalan keluar. Sebagai contoh adalah masalah polusi di Laut Mediterranean yang penyelesaiannya dibantu oleh ahli-ahli lingkungan dan lain-lain sehingga menghasilkan suatu kebijakan yang mampu mengkonvergen kepentingan pemerintah-pemerintah di sekitar perairan tersebut. “Jadi, ruangan ini tersedia untuk himpunan orang – orang dengan latar belakang yang berbeda bersama melakukan interaksi intelektual serta memiliki visi, misi, dan cita – cita yang sama untuk satu tujuan yang lebih baik”, jelas dosen Sastra Indonesia tersebut.

Tujuan didirikannya kafe itu sebagai wadah untuk membangun literasi dan tradisi baca tulis yang didukung ruangan santai dan fleksibel. Meskipun ruangan tersebut terdapat sekat-sekat pemisah, tapi tidak mengurangi pertemuan yang membangun kebersamaan toleransi serta saling pemahaman. Di samping itu, kafe itu digunakan sebagai ruang untuk memfasilitasi proses belajar yang mengurangi dominasi belajar secara formal.

Setiap bulan terdapat acara yang akan rutin dilaksanakan di kafe itu, yakni kudap buku, lahap isu, santap gagasan, dan kenduri literasi. Pada Sabtu (09/05) diadakan kudap buku dengan tema “Bincang Buku Kumpulan Cerpen GWP #KataKotaKita”. Dihadiri oleh salah satu penulis cerpen di buku Kata Kota Kita yang juga memenangkan Gramedia Writing Project (GWP) tahun 2014, yakni Dwi Ratih Ramadhany. Lebih membanggakan lagi, Dwi merupakan mahasiswa semester akhir Sastra Inggris FS UM. Kegiatan seperti ini akan dilaksanakan juga di bulan – bulan mendatang dengan tema yang berbeda pula.Iven

Tongkrongan Cerdas

> Kudap Buku bersama Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd.

Foto

: Ive

n

Teater merupakan genre sastra yang banyak diminati, terutama di kalangan mahasiswa. Jumat (08/05) BEM FS UM menyelenggarakan Seminar Nasional dengan

tema “Produksi sebagai Nyawa Pementasan” bertempat di Gedung Sasana Budaya UM bersama Rita Matumona, salah satu aktris Teater Koma. Acara dibagi menjadi dua termin. Pertama berlangsung mulai pukul 08.00 sampai 11.00 WIB, sedangkan yang kedua dimulai pukul 13.00 sampai selesai. Ruangannya pun dikonsep hitam dan putih dengan tatanan panggung yang santai sehingga membuat suasana menjadi kondusif dengan tema yang diusung.

Hari libur tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk menambah ilmu khususnya di bidang seni teater. Seperti Bintan (Sastra Indonesia, 2012) dan Hilya (Sastra Indonesia, 2012), mereka mengaku sangat antusias dalam menghadiri acara ini. “Ya hitung-hitung sebagai pengalaman dan untuk mengisi waktu di sela-sela liburan. Di samping itu saya juga menyukai dunia teater, jadi ya langsung tertarik ketika diadakan seminar ini. Bintang tamunya pun sudah berpengalaman dan terkenal dengan segudang prestasinya”, jelas Hilya. Acara ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh BEM FS UM untuk memberikan wawasan seputar pementasan teater.

Bapak Dr. Kholisin, M.Hum selaku Wakil Dekan III Sastra pun sangat mendukung adanya acara itu. Beliau mengatakan bahwa saat ini kegiatan idealis sudah jarang diminati, kebanyakan dari mereka lebih tertarik pada sesuatu yang tujuannya bersenang-senang. “Seni drama sebenarnya sebuah seni yang di dalamnya

Belajar Teater Bersama Aktris

membutuhkan pemikiran. Maka dari itu saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, semoga kalian yang hadir di ruangan ini tinggi secara kualitas dan kuantitas”, tutur beliau.

Rita Matumona selaku pembicara dalam seminar ini menceritakan pengalamannya selama dalam dunia teater. Lebih dari seratus naskah telah dipentaskannya bersama Teater Koma sejak tahun 1980. Menurut Rita, produksi sebagai nyawa teater harus dikerjakan secara profesional. Dalam hal ini target yang dicapai bukan target soal materi, tapi profesional dengan segala keadaan. Selain Rita Matumona, seminar ini juga menghadirkan Jhonny Suherman, yang merupakan pimpinan produksi di kota Malang.Maulani

> Rita Matumona berbagi pengalamannya seputar dunia teater.

Foto

: Mau

lani

Page 19: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 19

Tema Komik Edisi depan 299 (Juli-Agustus 2015) adalah Hari Kemerdekaan Komik bentuk soft file dan print out dapat dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: [email protected] selambat-lambatnya tanggal 20 Juli 2015. Ukuran komik 21x25 cm full color.

Ole

h Et

ok

Page 20: 298 Mei Juni 2015

Nama : Isnawati HidayahTTL : Salatiga, 28 April 1994Alamat : Singojayan, RT 01 RW 01, Tingkir Tengah, Tingkir, Salatiga

Riwayat Pendidikan :SDN Tingkirlor 2, Salatiga (2000—2006)•SMPN 1 Salatiga, Jepara (2006—2009)•SMKN 2 Salatiga, Salatiga (2009—2012)•Universitas Negeri Malang, Jurusan Ekonomi Pembangunan •

(2012—sekarang)

Pengalaman Organisasi :Divisi SDM Kelompok Studi Pasar Modal (2012—2013)•Divisi Infokom Lembaga Pecinta Bisnis (2013—sekarang)•Debater Valiant• (2012—sekarang)Founder and Vice President• Peer Counseling Corner (2013—sekarang)Ketua Divisi Penelitian, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi •Pembangunan 2014Youth for Climate Change Jawa Timur (2014—sekarang)•Staff Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Mahasiswa UM (2015—•sekarang)

Prestasi :Juara 2 Debat Mahasiswa Generasi Berencana Jawa Timur 2013•Juara 1 East Java Varsities English Debate “Preserving Heritage” 2013•N1 Adjudicator English Parade, Debate Competition 2013•Delegasi Jawa Timur dalam Youth for Climate Change 2014•Delegasi Indonesia dalam South East Leader Summit 2014•Pemakalah The 2nd Asia Engage Regional Conference, Nusa Dua-Bali 2014 •Pemakalah Asia Pacific Student Forum, Depok 2014•Pemakalah dalam International Conference on Multidiciplinary •Academics, Kuala Lumpur, Malaysia 2015Delegasi Jawa Timur Indonesian Youth Forum Wakatobi 2015•Finalis Nationalwide Youth Power 2015•Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 1 FE UM 2015•Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 1 UM 2015•

dok.

pri

badi

dok.Pribadi

> Isnawati Hidayah, Mawapres 1 UM.

Seorang perempuan berparas manisDengan prestasi yang bombastis

Pribadi organisatoris Dan jiwa yang pantang bertindak skeptis

Ia ada bagai tetesan airPenghancur batu dengan segala pola pikir

Cerdas namun tak lupa akan dzikirPrestasi gemilang telah banyak diukir

Kolase Jejak OrganisasiLahirkan Mawapres 1 UM

Page 21: 298 Mei Juni 2015

Profil

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 21

Proses panjang seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) UM telah usai. Ketiga nominator tingkat universitas

mengakhiri jejak perjuangannya dalam presentasi karya ilmiah, Kamis (30/04) lalu. Akhirnya, Isnawati Hidayah dinyatakan sebagai Mahasiswa Berprestasi 1 tingkat universitas.

Isnawati Hidayah yang terbiasa dengan public speaking mampu melalui langkah demi langkah pemilihan Mawapres. Pengalaman menjadi pembicara seminar di dalam maupun luar negeri menjadi nilai tambah tersendiri untuk prestasinya. Kesempatan berkunjung ke Malaysia ia dapatkan ketika menjadi delegasi Nusantara Leadership Camp 2014 lalu. Baru-baru ini ia kembali ke sana ketika menjadi pemakalah dalam International Conference on Multidiciplinary Academics tahun 2015. Tidak hanya itu, ia juga telah akrab dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Turun ke lingkungan warga dan melihat keadaan sekitar. Dari kebiasaan inilah yang menjadi inspirasi Isna dalam karya ilmiahnya. Karya yang ia gunakan dalam seleksi Mawapres tingkat universitas.

Kini, Isnawati tengah bersiap untuk menjadi perwakilan UM dalam pemilihan Mawapres tingkat nasional. Dalam kesibukan akademik dan organisasinya, ia bersedia untuk diwawancarai kru Komunikasi. Berikut wawancaranya.

Bagaimana perasaannya ketika menjadi Mawapres 1 UM?

Bersyukur, karena dengan menyandang prestasi ini berarti ikut mengharumkan nama FE. Sebelumnya belum pernah tahu ada nominator Mawapres tingkat universitas dari fakultas saya. Jadi merupakan kebanggaan tersendiri.

Apakah sudah menyangka sebelumnya?Tidak. Saya kira yang akan menjadi

Mawapres 1 nominator yang lain. Karena kompetitornya pernah mendapatkan medali, sedangkan saya tidak.

Tanggapan dari teman-teman?Mereka ikut senang. Dari sini banyak

teman yang terinspirasi. Banyak yang memberikan ucapan selamat dan mengajak sharing pengalaman.

Dukungan dari dosen?Saya mendapat dukungan yang

sangat baik terhadap karya ilmiah yang saya gunakan dalam seleksi Mawapres tingkat universitas. Terlebih lagi dari kemahasiswaan FE.

Menurut Anda, apa yang membuat pantas menjadi Mawapres?

Sebagai mahasiswa pintar dengan IPK

tinggi saja tidak cukup. Namun, juga perlu adanya soft skill yang mendukung. Apalagi saya sebagai mahasiswa bidik misi harus juga mampu untuk lebih berkembang. Dengan keadaan sekarang, keinginan saya mampu memberikan inspirasi kepada mahasiswa lain. Di sisi lain, mahasiswa perlu juga ada keseimbangan dengan agama. Hal ini yang saya kembangkan untuk dilakukan.

Bagaimana proses seleksi Mawapres?Prosesnya bermula dari seleksi fakultas.

Ada beberapa berkas-berkas yang harus diserahkan untuk dinilai. Selanjutnya saya berhasil menjadi Mawapres 1 tingkat fakultas sehingga berhak mewakili FE untuk tingkat universitas. Pada tingkat ini saya harus membuat karya ilmiah. Di sinilah letak kesulitannya. Karena dengan waktu yang singkat, harus menyelesaikan semuanya.

Karya ilmiah yang dibuat tentang apa?Karya tulis saya tentang persiapan

pemuda untuk menghadapi bonus demografi. Telah diprediksi pada tahun 2030, 70% dari jumlah penduduk Indonesia adalah produktif. Selanjutnya, bagaimana kita membuat generasi muda di Indonesia mampu memanfaatkan kesempatan itu.

Selanjutnya, apakah ada tindak lanjut dari gagasan itu?

Sebagai tindak lanjut, kami bersama teman-teman menggalakkan konseling sebaya dan pendidik sebaya. Setiap jam delapan pagi sampai tiga sore kami akan stand by di Gedung H8 Lantai I. Bagi mahasiswa yang membutuhkan konseling kami bisa membantu. Apabila ada permasalahan dan diceritakan dengan teman yang sebaya, rasanya akan lebih nyaman.

Sudah sejak kapan ada konseling sebaya ini?

Sebenarnya ini sudah lama. Namun, masih dalam proses pasang surut. Hingga pada tahun 2015 ini sudah mulai berjalan kembali. Awalnya, ide ini muncul setelah saya menjadi duta Generasi Berencana. Sebagai seorang duta saya tidak ingin itu hanya menjadi predikat tanpa ada dampaknya. Akhirnya saya mengutarakan gagasan pada Wahyu Dwi S. Lalu ia yang mempertemukan saya dengan orang-orang di Bimbingan Konseling. Hingga sekarang saya menjalankan program ini bersama delapan orang lainnya. Konseling ini hadir juga berdasarkan isu-isu remaja, misalnya mengenai pendidikan, hingga maraknya kasus bunuh diri.

Apa bakat yang menjadi modal utama

Anda selama mengikuti seleksi Mawapres?Tentunya public speaking, saya sangat

tertarik. Berkat asosiasi debat bahasa Inggris bernama Valliant saya mendapat kemampuan ini. Dari sanalah belajar bagaimana berbicara di depan umum dengan baik.

Aspek apa saja yang menjadi penilaian juri?

Pertama, IPK. Ini untuk mengukur akademik dari peserta. Selanjutnya, karya ilmiah. Sebagai patokan untuk mengukur kemampuan analisis. Lalu ada juga presentasi yang menguji kemampuan public speaking.

Sebelumnya, apa yang menjadi motivasi menjadi Mawapres?

Dari pengalaman saya mengikuti lomba, konferensi, maupun youth forum saya mendapat motivasi itu. Ketika disana saya bertemu dengan orang-orang keren, yang juga ada yang menjadi Mawapres. Hal ini juga merupakan bentuk balas budi dan kontribusi saya kepada FE.

Setelah menjadi Mawapres, apa tindakan Anda untuk memberi dampak positif kepada mahasiswa lain?

Tentunya dengan tetap belajar. tetap berusaha untuk menghasilkan karya. Lalu, sharing berbagi pengalaman. Dengan ini mudah-mudahan mampu menjadi penumbuh motivasi yang baik untuk lainnya. Tak lupa juga senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Serta, tetap melakukan kegiatan pengabdian masyarakat.

Apakah keinginan yang ingin realisasikan selama kuliah?

Ada beberapa. Saya ingin publikasi jurnal internasional. Juga masih persiapan untuk seleksi Mawapres tingkat nasional. Sejauh ini untuk menuju ke sana masih dalam proses perbaikan karya ilmiah. Saya rasa masih banyak kekurangan. Juga dalam proses pembuatan video. Karena panitia seleksi meminta peserta untuk memvisualisasikan gagasan dalam karya ilmiah saya. Rencananya ingin bekerja sama dengan teman saya di UKM Blero.

Pesan untuk mahasiswa UM?Intinya, bermimpilah setinggi mungkin.

Terus belajar dan jangan lupa untuk sharing dan berdiskusi. Karena disana kita akan mendapatkan motivasi untuk berkarya. Apalagi di luar sana masih banyak hal luar biasa yang belum kita ketahui. Hal penting lainnya adalah memenuhi kewajiban akademik. Dengan itu kalian bertanggung jawab atas predikat mahasiswa kalian. Yang terakhir, mengabdi pada Allah.Ajrul

21

Page 22: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29822

Laki-laki itu mengenakan baju lengan pendek bermotif garis-garis kombinasi

biru, hitam, dan putih. Celananya hitam, bukan jenis jeans. Janggutnya ia biarkan tumbuh, masih tipis. Ia bersila sambil membaca Alquran saku. Laki-laki itu sedang berusaha menghafalkan Alquran. Dialah Irman Ni’ami, mahasiswa Jurusan Sastra Arab asal Lombok. Jauh dari Lombok, hidup di Jawa tanpa keluarga dan teman, seorang pun.

Irman bukan berasal dari keluarga kaya. Butuh perjuangan keras untuk dapat kuliah di Malang. Irman merupakan anak petani. Pekerjaannya sehari-hari menggembalakan kambing. Sering kali keluarganya bisa melangsungkan hidup dengan memutar uang hasil penjualan kambing. Meskipun bapak dan ibunya juga merupakan guru, gajinya tak dapat diandalkan. Mereka mengajar di madrasah swasta di dekat rumah. Bisa saja satu atau dua bahkan lima bulan gaji mereka baru keluar.

Bapak dan ibu merupakan sosok luar biasa bagi Irman. “Bapak dan ibu sangat keras dalam ilmu dan agama,” ungkap anak pertama dari tiga bersaudara itu. Wajahnya yang teduh semakin menenangkan ketika ia mengenang cara bapak dan ibu mendidiknya sejak kecil. “Sambil tiduran, ibu bercerita tentang kisah-kisah nabi dan hukum-hukum Islam,” tuturnya. Bapaknya juga selalu mengajarkan cara mengaji dan adzan yang baik, doa sehari-hari, dan hukum-hukum pekerjaan dan ibadah

Sang

Pejuang

dari

Lombok

Foto : Yana

> Irman ketika diwawancara tentang kisah hidupnya.

Page 23: 298 Mei Juni 2015

Cerita Mereka

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 23

kepada Yang Maha Esa. Laki-laki yang lahir pada 14 Januari 1995 itu mengaku awalnya tak mengerti apa gunanya sang ibu bercerita. Ia berpikir apa gunanya semua yang dikatakan ibunya. Namun, setelah ia semakin dewasa dan hidup jauh dari keluarga, segalanya berbeda. “Alhamdulillah semua ada hikmahnya,” katanya mantab.

Irman yakin kuliah di Jawa karena mendapat beasiswa bidik misi. Bapaknya sangat menganjurkan agar ia menuntut ilmu di Jawa meski tak punya keluarga. Awalnya laki-laki yang aktif di Alquran Study Club (ASC) itu ragu. Jika ia di Jawa, siapa yang akan membantu orang tuanya dan apakah ia mampu hidup di Jawa jauh dari keluarga. Karena kegigihihan kedua orang tuanya, ia menjadi yakin dan harus giat belajar. “Kalo enggak, berarti saya gak bersyukur sama sekali,” tuturnya.

Irman pertama kali menginjakkan kakinya di Jawa ketika mengikuti tes tulis SNMPTN 2012. Kala itu ia diantar oleh pamannya. “Bapak gak kuat jalan jauh, penglihatannya terganggu,” terangnya. Di awal-awal perjuangannya di Jawa, pamannyalah yang senantiasa menemani. Irman harus bolak-balik Lombok-Jawa untuk mengurus registrasi dan sebagainya. Pernah sekali ia harus hutang untuk transportasi pesawat terbang ke Malang karena sangat mendesak dan dikejar waktu. Sosok paman selalu memotivasi dan memberi inspirasi. Irman tak boleh membuat orang tuanya malu dan harus bisa jadi orang besar.

Sastra Arab mungkin memang jalan yang telah digariskan untuknya. Bapaknya menganjurkan agar Irman mendalami bahasa Arab. Sebab, bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam Alquran dan hadis, pedoman hidup manusia.

Satu-dua bulan pertama ia lalui dengan berat. Irman merasa tidak kuat. Pulang. Hanya itu yang ada dipikirannya. Apalagi, awal hidupnya di Malang dimulai ketika ramadhan. Itulah ramadhan pertamanya jauh dari keluarga. Kala itu pula idul fitri pertama yang dirayakannya tanpa keluarga.

Selain keinginan untuk pulang, di awal kuliahnya, Irman ingin pindah jurusan. Ia merasa kesulitan mempelajari bahasa Arab.

Dengan modal ingin bisa dan nekat, ia pun kursus bahasa Arab di Pare. Ia pun sadar bahwa bahasa Arab tak semenakutkan yang ia pikirkan. Kecintaannya pada bahasa Arab pun tumbuh. Irman mengaku banyak mendapatkan ilmu agama dari dosen-dosen Sastra Arab. Semangat belajar alumnus MI, MTs, dan MA Nurussabah Lombok itu jadi bertambah.

Setelah bisa mencintai bahasa Arab, Irman mulai mengikuti Musabaqah Fahmil Quran (MFQ). Dari sini, kecintaannya terhadap Alquran semakin dalam. Ia baru memahami segala yang diceritakan ibu dan bapaknya dahulu tentang Alquran ada manfaatnya. “Alquran sumber segala ilmu. Jadi, saya bisa belajar banyak hal tentang hidup dan cara hidup,” ungkap Irman. Beberapa kali ia menjuarai lomba memahami Quran, di antaranya juara I MFQ UM 2012, juara II MFQ UM 2014, dan juara II MFQ regional Jawa Timur 2014.

Alquran pula yang menjadi obat hatinya. “Setelah belajar Quran, hati jadi tenang,” kata Irman. Ketika sedih, galau, dan ingin curhat tentang hidup, maka laki-laki yang pernah menjadi juara I debat bahasa Arab 2015 di FS itu pun salat dan membaca Alquran. Prinsipnya ialah sebuah hadis yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang belajar Alquran dan mengamalkannya. “Dengan Quran sangat tenang. Pokoknya tenang aja. Gak ada sedih, gak ada takut,” katanya sambil memperlihatkan gigi putihnya.

Orang tua Irman memiliki sebidang tanah. Irman ingin agar tanah itu dijual dan digunakan untuk daftar haji. Namun, bapaknya lebih rela menjual tanah itu untuk melanjutkan pendidikan anaknya. “Cita-cita tertinggi saya ialah menghajikan orang tua,” tutur mahasiswa yang pernah menjadi juara I lomba Imathah 2015 di FS itu. Dalam waktu dekat, Irman ingin kuliah program magister di UM atau di Yaman. Selain itu, sebelum melanjutkan kuliah, ia ingin selesai hafal Al quran.

Irman hanya mengandalkan uang beasiswa bidik misi untuk hidupnya sehari-hari. Irman tak mau dikirim oleh orang tuanya. “Biar bapak sekarang fokus ke adik-adik,” ungkapnya. Uang jatah biaya hidup sebesar 600 ribu per bulan baginya

sudah sangat cukup. Dari situ, ia masih bisa menabung dan menyisihkan uang sebesar 200 ribu untuk adiknya. 200 ribu lagi ia gunakan untuk foto kopi atau menge-print tugas. Sisanya, 200 ribu, ia gunakan untuk makan. “Makan tiap hari tempe,” katanya santai. Entah karena perasaan atau memang ia menerima, yang jelas hanya tempe lauknya makan. Lidahnya tak bisa menerima masakan Jawa. Tahu, sayur, dan makanan jenis apa pun bagi lidahnya terasa tak enak. Selama kurang lebih tiga tahun di Malang, hanya tempe yang dapat diterima lidahnya.

Di tengah rinai hujan yang turun, Irman menampakkan dirinya yang tegar dan kuat. Ia masih selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya. Motto hidupnya “kalau mereka bisa, Anda dan saya harus bisa”. Ia yakin bahwa segala yang terjadi akan ada hikmahnya. Dinamika panas, mendung, hujan, dan panas lagi membuatnya terlihat tenang dan bijaksana dalam menghadapi hidup. Tekadnya yang kuat untuk menghafal dan memahami Alquran membuatnya berjalan mengalir seperti air dan selalu berbaik sangka atas takdir Yang Kuasa.Yana

Sang

Pejuang

dari

Lombok

> Irman memberi makan kambing untuk membantu keluarganya di Lombok.

dok.

pri

badi

Page 24: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29824

Seiring dengan kemajuan teknologi menjadikan kebutuhan masyarakat akan listrik meningkat. Namun, bila

tidak diimbangi dengan perkembangan ekonomi, masyarakat akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang memanfaatkan berbagai fasilitas elektronik yang memerlukan energi listrik.

Permasalahan lain adalah mengenai akses listrik penerangan di sejumlah wilayah Indonesia baik perkotaan atau pedesaan. Banyak masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan padat menggunakan listrik untuk penerangan selama 24 jam karena keadaan yang gelap di dalam rumah mereka pada siang hari disebabkan kurangnya cahaya yang masuk. Jika mereka memilih lilin dan lampu petromaks sebagai

sumber cahaya alternatif untuk menghemat pengeluaran biaya listrik, mereka merasa khawatir dapat membahayakan dan menciptakan kebakaran bagi rumah di sekitarnya. Dengan demikian diperlukan suatu cara agar masyarakat di pemukiman miskin dan padat penduduk dapat menikmati penerangan yang mudah dan murah tanpa menggunakan listrik pada siang hari dan malam hari.

Di negara yang berbeda, warga Filipina telah mengembangkan lampu yang terbuat dari botol plastik bekas untuk penerangan rumah masyarakat di kawasan pemukiman miskin dan padat penduduk. Kelemahan penerangan ini adalah tidak dapat bekerja di malam hari, karena hanya dapat beroperasi ketika ada sinar matahari. Melalui studi

literatur tersebut, penulis merancang alat penerangan guna memperbaiki lampu botol tersebut.

Perbaikan dilakukan dengan menambahkan sel surya, LED, dan reflektor cahaya. Ide ini diusulkan penulis dan telah mendapat dukungan dari salah satu gerakan sosial dalam kompetisi IDEAFEST di tahun 2015 dengan nama “BoLAMP”. BoLAMP ini merupakan salah satu teknologi penerangan yang ‘baru’ dan ikut berperan dalam mempengaruhi rancang bangun dan sekaligus mempengaruhi kualitas hidup. Dengan botol bekas yang saat ini mudah untuk dijumpai dapat digunakan sebagai produk lampu hemat energi dan mudah dalam pembuatannya. Bahan yang digunakan adalah: (a) botol bekas 1, 1.5,

BoLAMP: Lampu RakyatOleh Syifaul Fuada

Saintek

> BoLamp yang berhasil dirancang dan menjadi salah satu alat penerangan hemat listrik.

dok.

Prib

adi

Page 25: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 25

atau 2 liter, (2) larutan yang terdiri dari air keran jernih dicampur dengan pemutih, (3) lem, (4) pemutih (bleach), (4) kaca, (5) seng, (6) alumunium, (7) sel surya, (8) baterai, (9) sensor LDR, (9) LED, dan (10) stabilizer tegangan sel surya ke LED. Secara rinci, sistem kerjanya sebagai berikut.

Pertama, botol-botol plastik bekas yang telah dikumpulkan, disterilisasi tersebih dahulu agar tidak mengandung bakteri. Setelah steril, botol diisi air panas dan pemutih. Pemutih (bleach) bermanfaat sebagai disinfektan, untuk menjaga air tersebut tetap jernih selama bertahun-tahun. Karena tanpa pemutih, air di dalam botol akan cepat berubah menjadi hijau karena ganggang dan mikroba yang terkandung dalam air. Tanpa air, akan ada titik terang di lantai, dikelilingi oleh kegelapan relatif. Hidrogen peroksida membuat efek flourosense atau perpendaran cahaya.

Kedua, Power bank digunakan sebagai tempat penyimpanan energi listrik yang didapat Photovoltaic mini terpasang di atas botol sehingga lampu ini juga dapat berfungsi di malam hari dengan penerangan LED.

Ketiga, Kaca/alumunium foil di sekitar badan botol tersebut berfungsi untuk lebih

mengoptimalkan input cahaya yang masuk ke dalam botol melalui prinsip refleksi. Kemudian ketika cahaya sudah masuk ke dalam botol maka akan terjadi refraksi cahaya oleh larutan yang terdapat di dalam botol.

Keempat, botol ditanam di atap rumah. Botol dimasukkan setengah botol melalui suatu lubang yang dibor di atap seng dan sisi-sisinya dilem dengan bagian luar dari botol dan sebagian di dalam. Tampak dalam ruangan lampu ini seperti bola melalui sunroof dan menyediakan cahaya dengan membelokkan cahaya matahari ke dalam interior gelap. Ada lem pada sekitar lubang untuk menjaga agar atap tidak bocor ketika hujan. Ketika cahaya matahari ke arah bagian luar botol, banyak cahaya terbiaskan dan terpantulkan ke bagian dalam botol. Larutan yang terdiri dari air bening dengan pemutih di dalam botol membuat cahaya Omnidirectional, persis seperti cahaya yang keluar dari sebuah bola lampu listrik.

Value Prepotion dari BoLAMP ini adalah:(Newness)1. BoLAMP sebagai produk penerangan model baru dengan memanfaatkan limbah botol bekas, lebih hemat, aman, dan ramah lingkungan.(Performance)2. BoLAMP dapat

beroperasi 24 jam pada siang hari dengan memanfaatkan pantulan sinar matahari, sedangkan pada malam hari menggunakan LED hemat energi yang disuplai dari sel surya.(Cost reduction) 3. BoLAMP dapat membantu masyarakat pemukiman padat penduduk dalam upaya menghemat biaya pengeluaran listrik bulanan.(Risk reduction)4. Produk BoLAMP disinyalir dapat meminimalisir terjadinya kebakaran akibat penggunaan lilin/ petromaks.(Price)5. Harga Bolamp dapat bersaing dengan produk penerangan lain, seperti lampu yang hanya memanfaatkan LED sel surya saja.

Lampu ini dapat digunakan sebagai alat penerangan rumah-rumah permukiman padat penduduk, kumuh, miskin, bahkan daerah pedalaman tanpa akses listrik yang mayoritas masyarakatnya berpenghasilan menengah ke bawah bahkan jauh di bawah garis kemiskinan dan masyarakat pedalaman di Indonesia yang tidak pernah menikmati listrik.

Penulis adalah alumnus Teknik Elektro

Saintek

Copy

righ

t : S

yifa

ul F

uada

Page 26: 298 Mei Juni 2015

Pustaka

Oleh Nurul Fauziah A

Judul Buku : Pesantren ImpianPenulis : Asma NadiaTahun Terbit : 2014Tebal : 314 halamanPenerbit : Asma Nadia Publishing House

| Komunikasi Edisi 29826

Orang tua mana yang tidak terpukul ketika masa depan anaknya yang amat dibanggakan tiba-tiba tercoreng hanya karena ulah satu orang

kepercayaan? Seorang gadis bernama Rini yang sama sekali tak pernah melakukan bahkan mendekati hal tidak pantas semacam itu. Ini dilihat dari keluarga ningrat dan golongan yang berpendidikan. Kisah awal itulah yang menjadi pokok masalah yang berkelanjutan dalam novel Pesantren Impian karya penulis bernama lengkap Asmarani Rosalba atau yang tidak asing lagi dikenal dengan Asma Nadia.

Diisyaratkan dengan sebuah sub judul di sampul cover novel “Cinta, Teka-teki, dan Kematian”, penulis berhasil membangkitkan rasa keingintahuan pembaca tentang teka-teki apa yang sebenarnya disimpan oleh penulis. Sekilas saat membaca kalimat tersebut, muncul pemikiran jika novel Pesantren Impian ini berisi kisah cinta seseorang hingga mengantarkan pada kematiannya, atau kisah cinta yang berakhir kematian. Akan tetapi, apa hubungannya dengan pemberian judul Pesantren Impian? Asma Nadia dengan uniknya menciptakan suatu ide imajinatif yang tidak mustahil terjadi di kehidupan nyata.

Dilihat dari segi ilustrasi gambar di bagian sampul, yaitu sesosok wanita berkerudung hitam yang sedang menutup separuh mukanya dengan topeng. Gambar tersebut menjadi simbol seorang wanita yang sedang bermain dalam sandiwara kehidupan. Seorang wanita

yang kadang menunjukkan sosok sebenarnya di waktu tertentu bersembunyi di balik topengnya. Mimik wajah yang digambarkan dengan sorotan mata yang amat tajam seperti menyimpan banyak misteri di dalam kehidupannya.

Dalam perjalanan ceritanya, Asma Nadia mengungkap berbagai tokoh dengan karakter-karakternya yang tidak cukup mudah dipahami hanya dengan sekali membaca. Permainan watak yang pada awalnya dianggap baik ternyata berkebalikan. Alur cerita dengan pergantian tokoh yang semula hanya menyorot pada Rini sebagai tokoh yang menyeret sekian masalah menjadi berkembang pada tokoh-tokoh lain yang memperkuat suasana kalut Rini yang tiada bisa diatasi.

Empat belas gadis dimunculkan sebagai santriwati di sebuah tempat penyucian diri yang disebut Pesantren Impian. Masing-masing dari mereka hadir dengan membawa masalah yang berbeda-beda pula dan dengan tingkat keberatan masalah yang bervariatif. Masalah Rini yang secara psikologis terganggu atas kehamilannya di luar nikah, Butet yang pernah menjadi pengedar narkoba sekaligus kaki tangan mafia obat-obatan terlarang dan menjadi tersangka pembunuhan, Ipung yang pernah melakukan aborsi hingga empat kali, Ita, Iin, Sissy, Inong, Ina, Evi, dan enam gadis bermasalah lainnya.

Tidak sekedar itu, ternyata pesantren yang dikenal sebagai tempat pembersihan diri untuk menebus dosa itu juga dibangun atas dasar dan alasan yang sama, yakni sebagai satu-satunya cara Umar yang dianggap sebagai anak emas Teungku Budiman untuk menebus dosa-dosanya yang telah mencari rezeki dari uang haram hingga keluarganya meninggal dalam sebuah kebakaran.

Sekian banyak lelaki terdekat Rini yang dicurigai dikumpulkan oleh sahabat-sahabatnya meskipun mereka sendiri memiliki masalah yang sama beratnya. Dari ayah tiri, paklik Kusno, hingga mas Bagus yang ia kagumi pun tidak menutup kemungkinan yang menjadi pelakunya.

Permasalahan Rini yang berkepanjangan dipecahkan bersama sahabat-sahabat barunya hingga Umar yang merupakan pemilik sebenarnya dari Pesantren Impian. Akhirnya, konflik tersebut berakhir oleh terungkapnya pelaku perbuatan keji itu yang sama sekali tidak diduga, yaitu paklik Kusno yang memiliki perawakan seperti wanita.

Novel ini berisi banyak inspirasi yang dapat memotivasi pembaca untuk tidak putus asa dalam menghadapi ujian-ujian kehidupan yang datang secara bertubi-tubi. Dari novel Pesantren Impian, dapat ditemukan beberapa sisi positif yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca sebagai manusia yang menganut ideologi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Masalah yang hadir tidak akan diujikan tidak akan keluar dari batas kemampuan dan cara untuk memecahkan masalah itu adalah mengembalikannya kepada Sang Pencipta. Namun, sebelum itu harus ada usaha (ikhtiar) terlebih dahulu. Salah satu usaha yang ditunjukkan dalam novel ini adalah meninggalkan hal-hal yang dekat dengan kemungkinan untuk mengulangi kesalahan yang sama. Lima belas belas gadis itu datang ke Pesantren Impian dalam rangka pembenahan diri dan berusaha untuk meninggalkan masa lalu yang kelam dalam jurang dosa. Tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu memberikan lapangan berbuat kebaikan bagi orang lain sebagai investasi ibadah sebagai pengakuan dosa.

Cara penulis menyembunyikan identitas tokohnya yang ia tuliskan dengan sebutan si Gadis yang tidak lain juga merupakan santriwati Pesantren Impian belum juga terkuak hingga akhir bab. Pembaca harus benar-benar jeli dalam membaca novel ini. Penulis sepertinya membebaskan pembaca untuk memberi nama tersendiri kepada si Gadis yang dimaksud. Hal itu sekaligus menjadi kelemahan novel ini yang membuat pembaca harus mengulang lagi lembar-lembar sebelumnya untuk memecahkan siapakah gadis yang dimaksud. Akan tetapi, isi dari novel ini layak mendapat predikat A dari nilai-nilai pendidikannya yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca.

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia

Sisi Positifdi Balik Pahit Getir Kehidupan

Repr

o In

tern

et

Page 27: 298 Mei Juni 2015

Pustaka

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 27

Judul Buku : Kata Kota KitaPenulis : 17 Penulis GWP (Gramedia Writing Project) Batch 1Tahun Terbit : 2015Tebal : 272 halamanPenerbit : Gramedia Pustaka Utama

Sisi Positifdi Balik Pahit Getir Kehidupan

Kata MeninggalkanKota dan Kita

Repr

o In

tern

et

Apakah kalian pernah mempunyai sebuah cerita yang mengesankan di sebuah kota? Jika pernah, kalian bisa ungkapkan kisahnya seperti dalam kumpulan cerpen Kata Kota Kita ini. Kata Kota Kita memuat tujuh belas

cerpen yang berasal dari coretan tinta tujuh belas penulis Gramedia Writing Project (GWP) Batch 1. GWP merupakan seleksi pencarian penulis oleh penerbit Gramedia. Penulis yang terpilih dapat menerbitkan bukunya. Beberapa karya hasil dari GWP sudah diterbitkan, dan Kata Kota Kita adalah salah satunya.

Dalam sinopsis awal di sampul belakang Kata Kota Kita menunjukkan bahwa kumpulan cerpen (kumcer) ini tidak disatukan dalam satu tema cerpen yang sama. Namun, kumcer ini disatukan oleh “kota” yang menjadi tema utama dalam kumcer ini. Selain itu, kita akan dibuat tertarik dengan cover yang cantik dan dengan gambar jalan-jalan yang diisi nama penulis lengkap dengan ilustrasi gedung beserta pohonnya. Dari sini terlihat bahwa Kata Kota Kita bertujuan mengedepankan latar kota dalam tiap cerpennya. Jangan salah, kota-kota yang dihadirkan dalam kumcer ini tidak hanya kota-kota dalam negeri saja, tapi ada juga kota di luar negeri yang tak kalah memesona.

Pada cerita pertama, kita akan diajak ke kota Ambon dengan cerita berjudul Ora. Ora merupakan sebuah pantai indah yang jauh dari kepadatan dan keramaian Ambon. Bercerita tentang perjalanan Dirga menemui Shanna di Pantai Ora. Di sana Dirga sadar bahwa Shanna tidak bahagia dengan pernikahannya. Shanna yang dia kenal adalah perempuan cantik yang berkilau di tengah gemerlap metropolitan. Sayang, Dirga tidak punya hak untuk menculik Shanna dari pedalaman Pantai Ora.

Kota Newyork tak ketinggalan dalam kumcer ini. Dengan cerita berjudul Sparks, pembaca akan dibuat terenyuh dan pasti menyayangkan keputusan Ayuna yang menyedihkan dan mengecewakan. Ayuna yang berkarir sebagai associate lawyer itu menjalani LDR dengan kekasihnya yang pada akhirnya ia gamang untuk menjawab ajakan pernikahan kekasihnya, Eren. Meski telah menjalani hubungan selama tiga tahun, Ayuna belum juga mantap untuk menerima lamaran Eren yang telah berulang kali melamarnya. Hanya karena ia tidak merasakan apa-apa terhadap Eren, Ayuna akhirnya menolak lamaran Eren yang pada akhirnya ia menyesal dan tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.

Kota Malang turut hadir dalam Kata Kota Kita ini yang diceritakan dengan sangat apik oleh Dwi Ratih Ramadhani. Dengan judul Cinta dan Secangkir Coklat Hangat. Ratih yang merupakan mahasiswa jurusan Sastra Inggris UM ini telah berhasil membuat pembaca penasaran dengan tokoh “Aku” dalam cerita ini. Tokoh aku yang digunakan dalam cerita ini adalah kedai yang juga sekaligus latar tempat dalam cerita.

Mengisahkan tentang Larisa dan Ragil yang bertemu kembali di sudut Malang setelah resmi tidak menjadi sepasang kekasih lagi. Dua tahun hubungan jarak jauh tidak bisa mengalahkan perasaan yang diagungkan keduanya. Namun, mereka masih harus bertemu karena memegang mimpi yang sama, mengabadikan kisah cinta mereka dalam buku dan membaginya pada dunia. Impian indah itu tidaklah terlihat seindah ketika sudah berpisah.

Bagi mahasiswa UM yang sering melewati jalan Surabaya dan jalan Jombang, tentu tidak asing lagi dengan kafe Nyit Nyot serta angkot LG dan JDM yang dihadirkan dalam cerita ini. Dengan gaya penulisan yang berbeda dari segi sudut pandang penulisnya, membuat cerpen ini berbeda dengan cerpen yang lain dalam kumcer ini.

Dari ketiga cerpen tersebut sudah merangkum hal seragam dalam kumcer ini, yakni kisah cinta yang terlepas dari latar tempat sebagai tema utama. Nyaris semua kisah cinta yang ada berakhir dengan sad ending. Hal ini terlihat pada ketiga judul cerpen diatas dan beberapa judul yang lain. Namun, ada beberapa cerita berbeda yang membawa cerita lain, yakni Ditelan Kerumuman, yang mengisahkan kejemuan pengguna bus umum. Kemudian, ada Let the Times Roll! yang menjadikan family sebagai genre utama. Lalu, ada Mamon, Cintaku

Padamu, berisi cerita kehidupan yang lebih gelap. Atau Frau Troffea satu-satunya cerita dengan sentuhan horor. Juga Bulungan, yang berisi kehangatan dari sebuah kisah persahabatan. Dan Amerta, kisah menegangkan yang sangat sempurna.

Dari tujuh belas cerpen dalam buku ini ternyata tidak terdapat tujuh belas kota yang berbeda. Kota Yogyakarta untuk kedua kalinya digunakan sebagai latar tempat bahkan Jakarta menjadi latar sebanyak tiga cerpen. Selain itu, “kota” yang benar-benar dihidupkan sebagai latar belakang hanya ada dalam beberapa cerpen saja. Ora, Let The Good Times Roll!, Spark, Bukan Sebuah Penyesalan, dan Ankara di Bawah Purnama adalah beberapa judul yang berhasil menonjolkan latar tempat dalam cerpennya. Meskipun memang tidak secara sempurna, tapi masih bisa meleburkan dalam cerita. Sementara itu, untuk cerpen yang lain masih kurang tampak latar kotanya.

Secara keseluruhan, kumcer Kata Kota Kita ini cukup menyenangkan. Kita akan menikmati sajian cerita setiap penulis dengan ciri khas tersendiri dalam menyajikan ceritanya. Kumcer ini sangat cocok untuk menghabiskan waktu libur di rumah! Selamat membaca!

Penulis adalah mahasiswa

Sastra Indonesia

Oleh Zahro Syaquilla

Page 28: 298 Mei Juni 2015

Wisata

| Komunikasi Edisi 29828

Coban Parang Tejo terletak di dusun Princi, desa Gadingkulon, kecamatan Dau kabupaten Malang Jawa Timur. Nama Parang Tejo memiliki arti ‘parang’ yang berarti tebing dan ‘tejo’ yang

berarti pelangi. Nama tersebut sangat cocok dengan lokasi coban, dimana terletak di tengah-tengah tebing hijau yang menjulang tinggi. Coban Parang Tejo memiliki ketinggian kurang lebih seratus meter. Bila Anda memandang ke atas terlihat bias cahaya karena percikan air dan gradasi warna dari tumbuhan yang terlihat seperti pelangi. Maka, nama Parang Tejo memang sangat cocok diberikan pada coban/air terjun yang satu ini. Untuk mencapai ke lokasi, Anda harus melewati jalanan berbatu yang naik turun seperti di pegunungan kurang lebih satu kilometer. Jalanan berbatu ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Anda jangan senang dahulu, perjalanan untuk mencapai lokasi tidak behenti sampai disitu, Anda harus berjalan lagi melewati jalan setapak yang berbatu licin serta berlumpur sejauh kurang lebih dua kilometer dengan berjalan kaki. Perjuangan yang cukup melelahkan memang, tetapi jangan salah, begitu tiba di lokasi jalan setapak Anda akan disambut dengan hamparan perkebunan sayur yang hijau serta rindangnya pepohonan yang berbaris seakan menunjukkan lokasi “pelangi tersembunyi” di dusun Princi tersebut berada. Sejuknya udara yang berhembus akan menemani Anda melewati jalan yang berkelok-kelok dan curam. Menerobos ranting-ranting pohon liar yang menutupi jalan menjadikan sebuah pengalaman tersendiri bagi yang memiliki jiwa petualang dan sangat tertarik dengan keeksotisan alam.

Bagi yang ingin berkunjung ke lokasi Coban Parang Tejo diharapkan berhati-hati jika melewati jalan setapak, karena daerah tersebut merupakan dearah rawan longsor. Di tengah perjalanan ketika melewati jalan setapak, Anda akan melihat hamparan bunga berwarna kuning yang menjalar hingga menutupi jalan. Medan

yang terjal dan licin tersebut akan terbayar sudah, ketika sampai di lokasi. Kagum, terpesona, dan kehabisan kat-kata. Anda akan akan tercengang dengan barisan bukit hijau yang mengitari “pelangi tersembunyi” tersebut. Derasnya suara gemircik air semakin menambah sejuk udara seakan tidak rela membiarkan para pengunjung beranjak dari lokasi coban Parang Tejo. Warna-warni bunga, hijaunya pepohonan, ditambah dengan sorot sinar matahari yang tersembunyi dicelah-celah dahan seperti membenarkan adanya pelangi yang tersembunyi di Dusun Princi ini. Sayangnya, keindahan Coban Parang Tejo kurang diketahui oleh banyak orang karena lokasi dan medan yang harus dilalui lumayan sulit, menjadikan sebagian pengunjung enggan berkunjung kesana. Minimnya fasilitas yang ada menjadikan Coban Parang Tejo kurang dikenal secara luas baik oleh warga kecamatan Dau itu sendiri.

Keindahan Coban Parang Tejo memang tidak dapat diragukan lagi, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang tidak kalah menarik untuk diabadikan dalam lensa kamera. Cemoro Kandang, merupakan semacam savana, jika ingin mengunjungi lokasi ini Anda dapat mengambil jalan ke arah kanan dari Coban Parang Tejo. Perjalanan menuju Cemoro Kandang kurang lebih empat jam dari lokasi Coban Parang Tejo. Disana Anda akan dimanjakan dengan hamparan ilalang hijau dan barisan pohon cemara yang seolah menjadi saksi betapa indahnya ciptaan Tuhan yang selama ini tersembunyi dibalik lebatnya pepohonan yang menutupinya. Bagaimana dengan dengan Anda, apakah ingin segera mengunjungi objek wisata alam yang berada di dusun Princi ini? Apakah Anda sangat penasaran dengan panorama alam yang disuguhkan di “pelangi tersembunyi” dusun Princi? Tunggu apa lagi secepatnya ajaklah teman, adik, kakak, ayah ibu, dan semua saudara berkunjung ke Coban Parang Tejo.

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Luar Biasa

Pelangi Tersembunyi,di CobanParang TejoOleh Evita Gadis P.

> Gemericik air dari Coban Parang Tejo, pelangi tersembunyi yang dimiliki dusun Princi.

dok.

pri

badi

Page 29: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 29

dok.

pri

badi

Visi UM tahun 2019 yang menjadi rujukan dan unggulan bagi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara

merupakan suatu tantangan besar bagi civitas akademika UM. Untuk melaksanakan visi tersebut, kualitas para pendidik menjadi salah satu kunci keberhasilannya. Hal ini antara lain dapat diketahui dari seberapa banyak karya tulis yang telah dihasilkan dosen. Tridarma dosen ialah mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan serta teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Mengingat hal tersebut, dosen perlu terus mengembangkan diri dan pengetahuannya sehingga mampu memberikan wawasan yang luas bagi mahasiswa.

“Mengajar dengan baik, dosen harus terus memperbarui ilmu dan kompetensi lain yang dimilikinya. Salah satu cara memperbarui ini adalah dengan melalui penelitian. Selama ini, sebenarnya sudah lebih dari 50% dosen UM melakukan penelitian, bahkan pada fakultas tertentu mencapai 80%. Kelemahannya, penelitian yang dilakukan dosen selama ini jarang dipublikasikan. Akibatnya, hasil penelitian ini tidak menjadi wacana publik”, tutur Prof. Dr. Hariyono selaku Wakil Rektor I.

Seiring dengan didanainya penelitian yang dilakukan para dosen oleh Dikti maupun fakultas, tentu ada konsekuensi yang mengikutinya. Publikasi ilmiah hasil penelitian menjadi konsekuensi logis bagi dosen peneliti. Dosen yang mendapat

dana penelitian dengan biaya di atas lima puluh juta diminta oleh Rektor UM untuk tidak berhenti pada laporan ilmiah, tetapi juga melakukan publikasi pada jurnal yang terindeks skala nasional. Apabila ada dosen yang dapat menuliskan hasil penelitiannya dalam artikel di jurnal internasional terindeks atau pada buku yang memiliki ISBN, tetapi tidak dibiayai oleh Dikti atau universitas melainkan dibiayai mandiri, maka penghargaan yang akan diterima berupa poin yang dapat dikonfersi sebagai penentuan kenaikan remunerasi.

Publikasi-publikasi yang dilakukan dosen dapat berupa makalah yang disampaikan dalam forum seminar, artikel yang dipublikasikan dalam jurnal, serta penerbitan buku. Diharapkan forum seminar tersebut berskala nasional atau internasional, jurnal tersebut terakreditasi nasional atau terindeks dalam SCOPUS atau lainnya yang diakui secara internasional, dan penerbitan buku tesebut ber-ISBN.

“Dengan adanya kebijakan mengenai publikasi penelitian atau karya ilmiah oleh setiap dosen, diharapkan apabila ada seribu dosen maka akan ada minimal seribu karya yang dipublikasikan UM dalam tiap tahunnya“, tutur wakil rektor yang bertanggung jawab di bidang akademik tersebut.

Kinerja seorang dosen, yang dihargai adalah unsur pendidikan, penelitian dan karya ilmiah, pengabdian kepada masyarakat, serta unsur pendukung seperti kepanitiaan dan lain sebagainya. Apabila unsur penelitian dan karya ilmiah kosong

maka akan mempengaruhi penilaian kinerja dosen yang berdampak pada remunerasi.

Lebih lanjut, mantan Dekan FIS ini menyampaikan bahwa sehubungan dengan adanya peraturan dari Permenpan dan Dikti (Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 53 Tahun 2014 dan Permendikbud Nomor 92 Tahun 2014, yang ditindaklanjuti oleh Dirjen Dikti dalam Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Pangkat/Jabatan Akademik Dosen) terdapat perubahan aturan kenaikan jabatan di lingkungan perguruan tinggi. Unsur penelitian dan karya ilmiah yang dulunya minimal 25% kini berubah menjadi 40%, sedangkan khusus guru besar minimal 45% dan satu karya publikasi yang diterbitkan oleh jurnal internasional terindeks. Menindaklanjuti peraturan tersebut, Rektor UM membuat kebijakan satu dosen satu publikasi.

“Sebelum ada kebijakan mengenai publikasi ini, Bapak Ibu dosen UM telah banyak melakukan penelitian. Namun, proses publikasi yang dilakukan belum maksimal”, demikian Pak Haryono menegaskan kembali.

Menurut Bapak Haryono, selama ini kendala yang pernah dialami adalah tidak relevannya penelitian yang dilakukan dengan bidang ilmu yang didalami sehingga ketika mengajar tidak pernah memanfaatkan temuan-temuan terbaru dari penelitian yang dilakukannya. Oleh sebab itu, Rektor UM juga membuat peraturan tentang pembentukan dan pengembangan kelompok bidang keahlian dosen (KBK).

Diwawancarai secara terpisah, Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofiuddin, M.Pd, menyampaikan bahwa indikator kualitas akademik di universitas seluruh dunia adalah seberapa banyak publikasi jurnal nasional maupun internasional terindeks mampu dihasilkan dan dirujuk. Adanya kebijakan tersebut, beliau berharap UM akan dapat menembus peringkat lima ratus di jajaran universitas dunia sehingga dapat bersaing dengan jajaran universitas besar di Indonesia seperti UGM, UI, dan ITB.

Adanya kebijakan tersebut merupakan tanggung jawab baru bagi para dosen UM. Bagaimanapun, kebijakan ini dilaksanakan semata-mata demi kemajuan UM dan diri dosen UM masing-masing. Meskipun di awal terasa berat untuk memulainya, diyakini hal tersebut tidak menyurutkan semangat dosen UM untuk membanggakan pribadinya dan universitas tempatnya mengabdi. Selamat berjuang Bapak Ibu dosen UM, sukses selalu untuk UM tercinta.Iqlima

Mengacu Publikasi Dosen,Satu Langkah Sukseskan Visi UM

Laporan Khusus

ilustrasi olehAji Setiawan

Page 30: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29830

Info

Oleh Ibrohim

Lesson Study, Tingkatkan Mutu Pembelajaran bersama Benesse Corporation dan Dinas Pendidikan Kota Malang

> Sekelompok siswa sedang asyik mendiskusikan sebuah materi.

Foto

: Ibr

ohim

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menyongsong tantangan, dan kebutuhan dunia global terus dilakukan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. UM merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang sudah berkiprah sejak tahun 1954 dan menunjukkan eksitensinya. Salah satunya menjadi rujukan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Untuk meningkatkan peran tersebut UM menjalin kerjasama dengan Benesse Corporation Jepang membantu guru-guru di kota Malang mengembangkan kualitas pembelajaran Matematika dan Sains melalui kegiatan Lesson Study dalam kemasan Lesson Study Club (LSC). LSC mengandung makna dan konsekuensi bahwa dalam setiap kegiatan Lesson Study, mulai dari pertemuan untuk perencanaan pembelajaran (plan), pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi (do), dan refleksi (see) secara bersiklus dilakukan atas kesadaran, minat, dan kemauan guru untuk berkembang, dengan tanpa adanya insentif finansial seperti transpor atau konsumsi.

Program BLSC Malang secara formal telah dimulai pada Mei 2014 dengan dikuatkan melalui penanda tanganan MoU oleh Direktur Benesse Corporation Indonesia, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, dan Rektor UM. Peran UM dalam kegiatan ini adalah menyediakan tenaga dosen pendamping atau narasumber dalam menguatkan pemahaman guru tentang lesson study dan pembelajaran matematika dan sains. Sementara itu, pihak Benesse mendanai kedatangan narasumber (expert) dari Jepang. Kegiatan LSC dilakukan secara rutin setiap bulan dengan 2-3 hari kegiatan. Tempat kegiatan bergantian di beberapa sekolah rintisan, seperti SDN Purwodadi 1, SD Muhammadiyah 9, SD Anak Sholeh, SD Insan Amanah, SD Lab UM, SMPN 25, dan SMAN 4 Malang. Dalam setiap kegiatan LSC diikuti oleh lebih dari dua puluh guru dan sejumlah dosen pedamping dari UM.

Pengalaman yang mengesankan pengalaman ketika mengikuti kegiatan BLSC pada 16-17 April 2015 di SD Anak Sholeh Kota Malang dengan tema Himpunan untuk Kelas III SD. Kegiatan BLSC saat itu telah berjalan sebagaimana yang direncanakan dan mengalami perkembangan yang signifikan. Para guru anggota telah merasakan manfaat kegiatan itu. Dari setiap kali kegiatan plan, didapatkan kesan bahwa guru banyak kehilangan fokus tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Umumnya, tujuan pembelajaran hanya diorientasikan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pengetahuan level rendah, belum menyentuh pada keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Saat ini guru mulai menyadari, tujuan dan materi esensial yang harus dikuasai oleh siswa.

Seperti diketahui bahwa pada saat membuat perencanaan pembelajaran, pasti akan memikirkan dua hal penting: “What to teach” dan “How to teach”. Dari pengalaman belajar bersama-sama guru di berbagai tempat, fokus sepertinya lebih kepada yang kedua. Sering dalam kegiatan plan, para dosen dan expert

(Ryo Suzuki) berusaha mengajak bapak/ibu guru untuk membahas lebih dalam tentang tujuan, tetapi diskusinya selalu lari ke bagaimana mereka akan mengajar. Dalam kegiatan kali ini, dititikberatkan pentingnya memahami “What to teach” dan membahasnya secara terperinci. Selesai open class hari pertama, dinilai kegiatan berjalan kurang memuaskan, karena “What to teach”nya kurang konkret. Ketika kami semakin memahami apa yang akan diajarkan, “How to teach” seolah terhampar di depan dengan jelas, tinggal dipoles dengan berbagai ide. Open class hari kedua pun berlangsung dengan jauh lebih memuaskan. Hanya dalam waktu kurang dari satu jam, siswa dapat membahas lebih spesifik. Mereka bahkan lebih hebat daripada kami ketika memikirkan dan mendiskusikan kebingungan yang mereka hadapi. Di akhir pelajaran pun mereka mampu menunjukkan pemahaman yang mereka peroleh dengan sharing kepada teman-temannya.

Memang, umumnya guru tidak terlalu membahas yang akan diajarkan kepada siswa karena menganggap semuanya sudah ada di buku, merasa tidak perlu menganalisis semua penjelasan yang tertera, dan apa yang sebenarnya penting untuk diperoleh siswa. Guru lebih sibuk memikirkan bagaimana cara menyampaikan semua yang ada di buku pada siswa. Namun sebenarnya ketika dibimbing dan diberi kesempatan untuk mendiskusikannya, guru tersebut dapat melakukannya dengan baik. Ketika telah menyadari apa yang menjadi kelalaian mereka selama ini, mereka pun sungguh merasa menyesal.

Dalam kegiatan BLSC Malang, para dosen FMIPA UM dan beberapa dosen dari fakultas lain, bahkan juga dari FKIP UMM belajar banyak tentang bagaimana mendesain sebuah pembelajaran. Tidak jarang mereka menyatakan gagal, bahwa apa yang dirancang di belakang meja dalam menyusun RPP atau SAP ternyata kurang berhasil membelajarkan siswa/mahasiswanya. Namun, ketika melakukan refleksi mereka dapat menganlisis secara mendalam pelajaran yang telah diobservasi dan mengusulkan berbagai ide untuk mencoba memperbaikinya. Demikianlah esensi dari lesson study, belajar dari pembelajaran yang diobservasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Cara ini pula yang semestinya menjadi wahana bagi para dosen di UM untuk terus belajar dan mengembangkan pendidikan dan pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan dengan wadah Kelompok Bidang Keahlian (KBK) dan menunjukkan jati dirinya sebagai The Learning University.

Mari bergabung bersama BLSCM untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dan pendidikan bagi calon guru. Semoga semakin banyak guru, dosen, dan pendidik di Indonesia yang menyadari permasalahan ini.

Penulis adalah Wakil Dekan 1 FMIPA UM

Page 31: 298 Mei Juni 2015

Info

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 31

Mahasiswa memiliki cara masing-masing untuk mengisi waktu luangnya. Begitu juga dengan kedua mahasiswi FE UM

ini. Berawal dari sekedar searching di internet, Isnawati Hidayah angkatan 2012 Prodi S1 Ekonomi Pembangunan dan Lisa Rahayu Ningsih angkatan 2013 Prodi S1 Manajemen mencari info lomba-lomba nasional maupun internasional. Akhirnya mereka menemukan pengumuman mengenai ICMA 2015. Acara bergengsi ini bernama International Conference on Multidiciplinary Academic for Society Development (ICMA) 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia pada 28 April 2015. ICMA 2015 adalah konferensi internasional yang melaporkan hasil penelitian dari berbagai bidang seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Teknik, Ilmu Sosial, dan Ekonomi. Dalam konferensi ini, untuk penulis paper yang diterima akan diundang ke Kuala Lumpur sebagai pemakalah (Paper Presenter). Paper terpilih akan diterbitkan dalam Scientific Journal PPI-UKM (ISSN: 2356-2536) yang didukung oleh Microsoft Academic Search, Google Scholar, Journal Online, PDII-LIPI, Indeks Citation Indonesia, Peneliti ID, Academica.edu, dan Advance Indeks Sains (ASI), Jerman. ICMA diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa-Universiti kebangsaan Malaysia (PPI-UKM).

Persiapan untuk mengikuti acara tersebut sejak Desember 2014, mereka sudah mempersiapkan diri untuk mulai registrasi dan membuat paper. Konferensi ini bekerja sama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Atas Pendidikan, Kedutaan Republik Indonesia. UKM adalah universitas riset yang dijadikan rujukan oleh pemerintah Malaysia dan berkomitmen untuk pengembangan pendidikan, penelitian teknologi, dan inovasi produk. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam kegiatan publikasi ilmiah dan konferensi. ICMA 2015 adalah salah satu program kegiatan sains untuk meningkatkan kualitas penelitian di Malaysia khususnya dan international pada umumnya.

Setelah menyusun dan pengumpulan paper, mereka mendapat pemberitahuan dari pihak panitia bahwa paper mereka lolos dan merevisi poin-poin yang sudah dianalisa oleh reviewer. Akhirnya, dengan dukungan dari pihak dosen FE dan bimbingan dari Ibu Grisvia Agustin, proses revisi berjalan dengan lancar.

Serangkaian kegiatan ICMA dilaksanakan di Berjaya Times Square, Kuala Lumpur. Setelah melakukan registrasi dilanjutkan dengan sambutan-sambutan diantaranya: Welcoming address by Chairman of ICMA 2015, Welcoming address by President of PPI UKM, Welcoming speech by Adjunct Prof. Dato’ Dr Ghazali Dato’Yusoff, Welcoming speech by UKM Delegation, Welcoming speech and opening ceremony of ICMA 2015 by Indonesian Embassy, dan dilanjutkan dengan photo sesion. Setelah photo sesion ada presentasi dari Keynote Speaker I: The Application of Appropriate Technology for Sustainable Community Development Speaker: Prof. Erry Yulian Triblas Adesta, Ph.D. selaku Deputy

Oleh Lisa Rahayu Ningsih

Ayo Gabung! Go Internationalmelalui Publikasi Artikel Ilmiah

> Lisa Rahayu Ningsih dan Isnawati Hidayah yang berhasil mengikuti ICMA 2015.

Dean of Postgraduate and research international Islamic University Malaysia Dan Keynote Speaker II: Creativity, Competitiveness and Economic Development Speaker: Dr. Bayu Krisnamurthi selaku lecturer faculty of Economics Intitute of Agriculture (IPB), Indonesia. Dilanjutkan dengan coffe break sekitar lima belas menit. Setelah coffe break setiap partisipan memasuki ruangan bronx sesuai dengan sesi presentasi masing-masing. Setiap bronx diisi dengan partisipan sesuai denga disiplin ilmu paper yang ditulis. Kami mulai presentasi di Session 1 C: Social Sciences and Economics di Bronx IV. Dan kami menjadi pemakalah termuda dalam sesi presentasi tersebut. Karena kegiatan ini mayoritas diikuti oleh peneliti dan dosen-dosen dari berbagai universitas.

Paper mereka yang berjudul Implementation of Capital Budgeting for MSMEs In Fixed Assets Investement Decision Through Andragogy Approachment. Mendapatkan ISSN No. 2356-2536 Volume 2. No. 5, 2015. Publish journal tidak lepas dari bimbingan para dosen ekonomi yang dengan sabar membimbing kami. Suatu kebanggan bagi mereka bisa sampai di sana dan dapat mengikuti acara tersebut menjadi pemakalah.

Foto

: Lis

a Ra

hayu

Nin

gsih

Sesuatu yang tidak mereka duga sebelumnya, setelah presentasi dan tanya jawab pujian datang dari para dosen yang berada dalam ruangan tersebut. Pada intinya harus selama masih muda lebih digiatkan lagi untuk menulis paper dan lebih advance ke depannya. Ucapan terima kasih pun mereka berikan kepada bapak ibu dosen yang menjadi reviewer maupun pemakalah di sana yang sudah memberikan saran pada mereka. Setelah sesi IC berakhir ada lunch break, namun sebelum itu kami diajak berfoto bersama para pemakalah yang lain sebagai kenang-kenangan. Setelah lunch break sekitar pukul 14.00 waktu Kuala Lumpur dilanjutkan kembali session 2 A, B, C sampai session 3 A, B, C. Pukul 16.30 acara ICMA berakhir dengan pembagian sertifikat dan hardcopy journal.

Perjalanan mereka belum berakhir, mereka melanjutkan petualangannya ke Singapura. Di sinilah mereka belajar banyak hal, mulai dari perbedaan bahasa komunikasi hingga budaya. Di Singapura, mereka mengunjungi Espenade, Marina Bay, Merlion Park, dan tempat-tempat lainnya. Selain untuk mencari pengalaman, mengasah kemampuan bahasa Inggris aktif menjadi salah satu modal utama untuk ikut andil dalam dunia internasional. Sebuah pengalaman yang membuka wawasan, karena mereka sepenuhnya sadar akan diperlukannya persiapan untuk menghadapi MEA 2015. “Act Locally, Think Globally”, itulah prinsip dari kedua mahasiswi asli tanah Jawa ini. Itulah perjalanan mereka,sudah saatnya mahasiswa memulai belajar menulis jurnal dan terus berkarya untuk menyumbangkan ide-ide kita. Ayo gabung! Go international melalui publikasi artikel ilmiah.

Penulis adalah mahasiswa Manajemen FE

Page 32: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29832

Agama

Insting manusia itu cenderung tamak dan kikir. Dengan watak dasar ini, manusia lebih memikirkan apa yang dapat ia

peroleh ketimbang memikirkan apa yang dapat ia berikan. Karenanya, dibutuhkan nyali yang besar untuk menyisihkan dan mendermakan sebagian rezeki yang diperolehnya itu.

Jika kita cermati perilaku balita, ia cenderung tidak mau berbagi dengan bayi lain saat memiliki permen atau makanan ringan (snack), misalnya. Ironisnya, ia justru berusaha merebut makanan atau mainan temannya yang kebetulan menarik selera dan minatnya. Inilah fakta dari insting dan watak dasar manusia.

Secara khusus, Rasulullah SAW memberikan perhatian terhadap penyakit kekikiran dan ketamakan ini, dan mengingatkan kaum Muslimin akan

bahayanya. Beliau berpesan, “Waspadalah terhadap penyakit rakus! Karena sesungguhnya kerakusan itu telah terbukti membinasakan generasi sebelummu. Penyakit tersebut telah membuat mereka menumpahkan darah dan menghalalkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT” (H.R. Muslim).

Agar insting dan watak dasar tersebut tidak berlanjut hingga dewasa kelak (karena betapapun manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak akan lepas dari ketergantungan pada pihak lain), agama menyediakan instrumen untuk melatih sekaligus mengembangkan watak kedermawanan. Instrumen tersebut adalah paket perintah berpuasa dan berzakat yang disyariatkan di bulan Ramadhan.

Melalui perintah puasa, Allah SWT menumbuhkan kepekaan dan empati

terhadap sesama yang kehidupan sehari-harinya serba kekurangan lewat pengalaman rasa lapar dan dahaga. Namun, kepekaan dan empati ini masih bersifat “pasif”. Melalui zakat, kepekaan pasif itu diubah oleh Allah menjadi kepekaan dan empati “aktif” dimana seorang Muslim diperintahkan untuk melakukan aksi berderma dan bersedekah secara nyata.

Peran strategis ajaran empati Empati—atau merasakan apa yang

dirasakan orang lain—merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam Islam. Malah penulis meyakini bahwa perjalanan hidup Rasulullah itu didesain Allah SWT sedemikian rupa agar beliau merasakan segala bentuk lika-liku dan ragam terjalnya kehidupan. Seperti diketahui, Nabi dilahirkan dalam keadaan

Ramadan, Empati, dan Kepekaan SosialOleh Yusuf Hanafi

ilustrasi olehAji Setiawan

Page 33: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 33

Agama

papa. Dia lahir setelah ayahnya meninggal. Muhammad SAW kemudian menjadi bayi yatim dan miskin. Padahal, dia adalah keturunan Bani Hasyim, salah satu klan bangsawan Quraisy. Sebagai bangsawan, dia pasti tergolong keluarga kaya.

Nabi lantas menjadi anak asuh paman-pamannya. Muhammad kecil dilatih menjadi penggembala domba. Saat itu, ia mulai menjadi pekerja. Lalu diajari pamannya berdagang dengan menjadi pengantar dagangan konglomerat Makkah. Sampai kemudian dia dipercaya menperjualbelikan barang dagangan orang-orang kaya di sana. Karena Nabi Muhammad SAW remaja berhasil menjadi salesman dan marketer yang andal, reputasinya diakui di mana-mana. Saat itulah, seorang konglomerat wanita Arab bernama Khadijah terpikat olehnya.

Rasulullah akhirnya menjadi suami dari seorang janda kaya-raya. Pada saat itu, berarti Muhammad menjadi orang berharta dan bisa merasakan hidup sebagai orang berkecukupan. Jadi, sebelum menjadi Rasul dan pemimpin umat, dia telah merasakan berbagai bentuk kehidupan. Mulai merasakan bagaimana jadi orang miskin dan anak yatim, pekerja kasar, pedagang, sampai dengan menjadi orang kaya. Karena itu, ketika menjadi pemimpin umat, beliau bisa berempati dengan berbagai golongan dan jenis manusia yang dipimpinnya.

Kepekaan empati Rasulullah itu juga digambarkan dalam Q.S. At-Taubah:128 berikut, ‘’Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari golonganmu sendiri, berat terasa olehnya apa yang telah membuat derita kamu, sangat menginginkan kebaikan bagi kamu, kepada orang-orang mukmin dia amat belas kasih lagi penyayang.” Ayat itu menegaskan tentang sifat Muhammad yang sangat peka terhadap apa yang dirasakan seluruh golongan umatnya.

Semua pengalaman hidup serta tahap yang dilalui para rasul, khususnya Rasulullah Muhammad SAW itu bukan hanya melahirkan kepekaan dan empati. Bisa jadi tahap itu didesain Allah untuk memberi kematangan proses kepemimpinan kepada Rasulullah. Teori modern telah menemukan bahwa seseorang yang mengalami mobilitas vertikal secara tiba-tiba, mereka akan mengalami disorientasi sosial. Seperti

seseorang yang mendadak kaya tanpa harus berpayah-payah atau mendadak terhormat karena menjadi anggota dewan, misalnya. Tentu akan menjadi masalah kalau seorang pemimpin mengalami hal ini. Mereka bisa berbuat aneh-aneh dan merugikan umat yang dipimpinnya.

Apakah setiap orang—terutama para pemimpin atau calon pemimpin—harus melalui tahap seperti yang telah dilalui Nabi? Jawabannya, tentu saja tidak. Karena itu, diperlukan instrumen atau alat untuk bisa mengembangkan empati. Nah, salah satu instrumen itu adalah puasa. Dalam konteks ini sungguh pas jika kita mencermati pernyataan Nabi Yusuf AS, seorang nabi yang kelak diamanati menjadi bendaharawan kerajaan berkat kejujurannya, ketika ditanya perihal ritual puasa yang selalu ditradisikannya, “Aku khawatir, jika selalu kenyang, aku akan lupa pada orang yang kelaparan.”

Fungsi sosial zakatBeralih kepada perintah berzakat di

bulan Ramadhan, zakat selain berfungsi untuk menyucikan harta, juga berfungsi untuk menjamin terciptanya rasa aman dalam kehidupan bermasyarakat. Zakat selain untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dengan distribusi kekayaan, juga untuk meminimalisir ragam aksi kejahatan yang diakibatkan oleh kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Hampir semua kriminalitas itu disebabkan desakan kebutuhan dan wabah kemiskinan. Seandainya kesenjangan itu bisa teratasi secara sempurna melalui perintah berzakat, niscaya orang-orang kaya dan orang-orang miskin itu dapat hidup saling berdampingan secara harmonis tanpa rasa iri dan dengki. Orang-orang kaya peduli dan berempati terhadap orang-orang miskin, dan orang-orang miskin pun menjaga dirinya agar tidak mengusik harta orang-orang kaya, karena kebutuhan mereka diperhatikan dan disantuni.

Inilah wujud solidaritas hakiki kaum Muslim seperti diilustrasikan oleh Allah SWT dalam Alquran, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (Q.S. al-Hujurat: 10). Namun, ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam aktivitas berzakat ini.

Pertama, hendaknya mendermakan

harta yang masih baik, bukan yang telah berstatus “sisa” apalagi “sampah”. Allah SWT berfirman, “Kalian tidak akan meraih kebajikan, sampai bersedia menafkahkan harta yang kalian cintai” (Q.S. Ali Imran: 92). Mendermakan harta atau barang yang telah berstatus “sisa” atau “sampah” itu bukannya semakin memupuk solidaritas dan soliditas sosial (sebagaimana misi dari berzakat), tetapi justru memicu kecemburuan bahkan disintegrasi sosial—karena yang menerima pemberian malah terhina dan terlecehkan status sosialnya.

Kedua, hendaknya bersedekah tanpa menunggu yang bersangkutan meminta-minta. Karena itu menjadi pertanda sensitivitas sosialnya yang baik di mana hatinya terketuk oleh kesadaran dirinya sendiri, tanpa perlu diingatkan oleh rintihan kaum peminta-minta.

Ketiga, hendaknya menyerahkan sedekahnya itu secara sembunyi-sembunyi, dan bukan malah sebaliknya mempublikasikannya agar mendapat pujian dan sanjungan dari orang lain. Rasul SAW pernah menjanjikan naungan Arsy di hari kiamat saat situasi yang demikian berat di Padang Mahsyar kepada tujuh orang yang salah satunya istimewa. Salah satunya adalah, “Seseorang yang bersedekah secara sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak menyadari dan mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Akhirnya, sungguh melalui syariat puasa dan zakat ini, Allah SWT telah menyediakan instrumen yang tepat untuk pengembangan kepedulian dan empati sosial pada diri para hambanya. Karenanya, bulan Ramadhan yang mubarak ini merupakan momentum emas bagi seluruh umat Islam untuk mengasah sekaligus mempertajam sensitivitas sosialnya sekaligus mengikis penyakit tamak dan kikir dari dalam dirinya. Jika kelak ditakdirkan oleh Allah SAW untuk memikul amanat kepemimpinan, ia akan menjadi pemimpin yang berpihak kepada kaum dhu’afa (lemah) dan mustadh’afun (yang dilemahkan). Amin.

Penulis adalah dosen Jurusan Sastra Arab dan anggota penyunting

Komunikasi

Ramadan, Empati, dan Kepekaan Sosial

Page 34: 298 Mei Juni 2015

Diundanglah tujuh ahli nujum untuk memberkati putri sultan yang baru saja terlahir. Kehadiran Putri Wardah telah

memecahkan keheningan rumah tangga Sultan Marjan Abdul Saleh dengan istrinya, Permaisuri Zobeida yang berusia lebih dari setengah abad. Hampir saja mereka jatuh ke dalam jurang keputusasaan, tetapi para mullah kerap mengingatkan untuk tak pernah berhenti mengharap keajaiban Allah. Sebab, riwayat para nabi menjadi bukti bahwa tak ada yang musykil di mata Ia. Segalanya bisa terjadi tanpa terikat hukum alam.

“Sayyidi, ingatkah risalah Ibrahim atau Zakaria yang pernah hamba tuturkan? Barangkali orang mengira istri dua kekasih Allah itu mandul. Tetapi, tak ada yang menyangkal rahmat Ilahi. Istri mereka hamil dalam keadaan uzur. Bagaimana manusia bisa menjelaskan mukjizat itu dengan isi kepada mereka yang sungguh terbatas?” tutur seorang mullah suatu kali kepada Sultan Marjan tatkala diambang putus asa.

Kini sultan memang benar-benar yakin. Sebab mukjizat itu terjadi pada dirinya. Dikaruniailah ia seorang bayi perempuan berwajah bunga mawar. Dengan begitu, jua tak bimbang ia terhadap tahta yang akan bergulir ketika ia telah mangkat ke haribaan Ilahi.

Ketika semua undangan telah berkumpul di istana, tiba-tiba ada badai yang melingkupi istana. Jendela-jendela menjadi terbuka dan pusaran angin memasukinya. Segalanya menjadi tegang. Tujuh ahli nujum mencoba menguasai, tetapi mereka tak berdaya.

Pusaran itu berpusing di tengah-tengah ruangan dan pada tiba saatnya ia berhenti. Terlihatlah seorang perempuan bergaun merah kirmizi dengan rambut cokelat pekat panjang bergelombang. Ia tertawa dalam suara yang menggairahkan. Tak ada yang berbicara. Tak ada yang berani mengusirnya, termasuk prajurit istana.

“Kau mengundang ahli nujum dari tujuh mata angin.” Perempuan yang bernama

Delila itu berbicara kepada sultan dengan nada getir dan mata nyalang. “Tapi kau tak mengundangku, ahli nujum bintang utara.”

“Aku... Aku....”“Sudahlah....” Delila menghentikan

jawaban sultan yang gelagapan.“Kalau kau mau hadir di sini, takkan

ada yang melarangmu.” Sultan buru-buru menimpali.

Suasana masih dalam keadaan menegangkan hingga permasuri berucap, “Perjamuan kita sudah siap.”

Kini delapan ahli nujum itu telah berada di meja perjamuan. Tujuh piring emas di sodorkan kepada mereka. Sayangnya, Delila tak mendapat jatah piring emas. Sebab, ia memang tak diundang. Diterimanya sebuah piring alpaka. Hatinya tersinggung dan orang-orang tahu karena rautnya menjadi berbeda.

Sultan mengenali betul raut wajah itu. Wajah Delila seperti tak beranjak tua. Padahal, tujuh ahli nujum yang seumuran dengannya telah keriput. Padahal, wajah

Sebuah Pengantar K isah Seorang Putri yang Tertidur Selama Seratus TahunOleh Royyan Julian

ilustrasi olehAji Setiawan

Rancak Budaya

| Komunikasi Edisi 29834

Page 35: 298 Mei Juni 2015

Rancak Budaya

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 35

sultan dan permaisuri sudah menampakkan lipatan-lipatan usia.

Kata orang, Delila telah mengabdi kepada jin-jin padang pasir. Tubuhnya tak dimakan waktu dan nyawanya sebanyak kucing Budha. Orang-orang berpikir bahwa karena itulah sultan tak mengundangnya. Mungkin sultan mengira Delila adalah penyihir hitam sebagaimana yang mereka duga. Sultan tak ingin bayinya mendapat pengaruh buruk dari kekuatan magis perempuan budak setan.

Orang-orang cuma bisa berasumsi. Mereka tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Hanya orang-orang tertentu yang tahu dan mereka telah mati, mereka yang pernah menjadi saksi hubungan rahasia antara Sultan Marjan dengan Delila.

Di meja perjamuan, tatapan Delila tak pernah lepas dari wajah sultan. Lelaki itu menjadi salah tingkah. Ia tak sanggup melihat mata Delila yang pandai menjerat. Ia tak sanggup melirik bibir yang basah anggur, matang seranum apel: merah dan brutal.

***Bila malam itu ada suara-suara, hanya

salak anjing dan rintih burunglah yang menggenapi. Selebihnya sunyi. Tetapi tidak di ruangan yang diterangi sebatang obor itu. Ada degup jantung yang tak bisa disembunyikan. Pangeran Marjan takkan mampu menutupi kegelisahan yang melukis pucat wajahnya. Sementara itu, perempuan cantik di hadapannya tak memiliki ketakutan sekecih zarah. Air mukanya datar.

“Delila, aku berharap kau bercanda. Kau tidak hamil kan?”

Tak ada jawaban. Delila pikir, ini percuma. Ia telah menjelaskan berkali-kali. Semenjak ia telat datang bulan dan acapkali mual-mual, ia curiga bahwa di dalam rahimnya telah bersemayam jabang bayi.

“Delila! Jawab pertanyaanku!” Lelaki itu membentak. Suaranya memecah hening yang kian mencekam.

“Hamba sudah menjawabnya, Sayyidi. Usia kehamilan hamba sudah dua bulan.”

“Tidak! Tidak! Ini tidak boleh terjadi!”“Kita menuai apa yang telah kita lakukan,

Sayyidi.”Pangeran Marjan tak berkutik. Ia

mengatur napasnya yang berdetak tak karuan.

“Baiklah,” pangeran menghela napas, “semuanya akan baik-baik saja kalau kau mau melakukan apa yang kuperintahkan. Kau harus menggugurkan janin itu.”

“Tidak, Sayyidi. Ini anak hamba. Ini anak kita. Berilah dia kesempatan.” Delila menyela dengan suara yang tetap tenang atau mungkin dibuat tenang.

Mimik Pangeran Marjan kembali merah. Ia tak menyangka perempuan itu berani menolak perintahnya.

“Aku tak mungkin menikah denganmu. Kau bekas budak dan aku putra mahkota. Apa kata orang kalau aku menikah dengan perempuan yang tak jelas nasabnya?”

Mendengar itu, hati Delila sakit. Tak pernah ia duga, lelaki itu bisa berkata-kata seperti itu. Pangeran Marjan malam itu bukanlah lelaki yang ia kenal selama ini. Tutur manisnya telah musnah. Seperti itukah tabiat Pangeran Marjan yang sebenarnya? Ia tak tahu. Tiba-tiba di kepala perempuan itu berkelebat kenangan-kenangan. Begitu cepat seperti mimpi.

***Sungguh, kisah ini diawali dengan takdir

tak terduga. Menjelang senja, warna pasar dilingkupi jingga. Di langit itulah hari akan berakhir.

Ketika Pangeran Marjan hendak memasuki tandu, dilihatnya seorang gadis di tangan saudagar budak dari Persia. Tahulah pangeran bahwa gadis itu adalah hamba. Tetapi ia terpikat. Pangeran melihat seekor merpati suci di kedua matanya yang lugu.

Pangeran bertolak arah. Ia menghampiri gadis itu. Saudagar Persia tampak gembira. Sisa dagangannya akan laku.

Tanpa banyak bernegosiasi soal harga, Pangeran membayar lelaki Persia itu dengan sekantung uang.

“Siapakah nama perempuan ini?”“Delila.” Gadis itu menjawab sendiri

dengan bibirnya yang manis madu tanpa diwakili mantan tuannya.

Pangeran Marjan tergila-gila. Gadis itu telah berpindah tangan.

“Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar. Mari kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon delima sudah berbunga. Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu.”1

Lalu nasib Delila berubah. Ia ditempatkan di harem-harem. Ia dikasihi pangeran secara rahasia. Ia mengerti mengapa harus rahasia. Ia menerima begitu saja. Sebab yang dibutuhkan seorang perempuan hanyalah cinta.

Hampir tiap hari Pangeran Marjan mengencaninya. Bila datang dari berburu, lelaki tampan itu akan membawakannya seekor kelinci mati dan sekeranjang buah hutan. Sejak saat itu Delila tak bisa lama-lama berjarak dengan pangeran. Begitu pula sebaliknya.

Tetapi, barangkali mereka telah jauh melangkah. Seperti sepasang mempelai, mereka kerap bercumbu di mana-mana. Saling menikmati harum aroma tubuh, di dalam mahligai, di kebun rempah-rempah, dan di kejernihan telaga taman pada malam bulan cempaka. Di sanalah mereka saling mereguk anggur cinta, menjilat wangi

narwastu pada tubuh sarat peluh. Mereka basah.

“Berjanjilah kau akan tetap bersamaku,” ucap Delila sambil mengusap rambut hitam lurus Pangeran Marjan.

Lelaki itu mengecup keningnya. Ia tak menjawab pertanyaan gadis itu.

“Aku tak menuntutmu untuk menikahiku. Menjadi istrimu hanyalah serangkaian mimpi. Yang kubutuhkan hanyalah cintamu. Bagiku lebih terhormat menjadi kekasih rahasia yang dicintai daripada menjadi istri yang tak dicintai.”

Lelaki itu tetap bungkam. Bulan mengambang.

***“Kalau memang jalan ini adalah syarat

untuk tetap bersamamu, aku akan melakukannya.”

Pangeran Marjan membuang napas.“Tetapi aku juga punya keinginan.”Lelaki itu memalingkan wajah kepada

Delila yang dilingkupi gelap.“Jangan pernah tinggalkan aku.” Air mata

perempuan itu mengalir. Ada sesuatu yang mendesak dadanya, tetapi ia tak tahu itu apa.

Malam telah begitu larut. Tetapi Pangeran Marjan ingin segera mengusir mimpi buruk. Saat itu, diutuslah seorang kusir istana untuk membawa Delila ke tempat janinnya akan dihilangkan.

Pada sepertiga malam, mereka sampai di sebuah rumah tua beraroma tungku api. Sekeliling ruangannya disesaki patung-patung perempuan, citra orgi. Delila mengira, penghuninya adalah penyembah dewi-dewi.

Delila yang sedang mengandung tak kuasa menahan bau menyengat itu. Ia menarik ujung hijabnya yang lebar untuk menutupi hidung. Delila ketakutan ketika ia lihat seorang perempuan menyibak tirai yang terbentang pada sebuah kamar.

Perempuan setengah baya itu lebih mirip hantu malam ketimbang manusia. Kuku-kukunya hitam dan dari tubuhnya memancarkan wangi gaharu dan akar-akaran. Kontras sekali dengan bau rumah itu. Rambutnya panjang bergelombang seperti ular, jatuh sebagian di pundak dan menutupi dadanya. Sebagian lagi seperti hendak melilit dan mencekik lehernya yang penuh manik-manik.

Dari kusir yang mengantarnya, Delila tahu bahwa ia adalah perempuan sakti. Katanya, ia penyihir yang suka makan janin dan bangkai bayi. Dari situlah ia memperoleh energi supranatural dan kehidupan abadi. Delila bergidik dan mengelus-ngelus perutnya yang kian membuncit.

“Aku sudah tahu maksud kedatanganmu.”

Delila makin menggigil. “Lelaki memang brengsek. Mereka

sering memaksakan kehendak kepada

Page 36: 298 Mei Juni 2015

| Komunikasi Edisi 29836

kita. Sekarang kau boleh menyerah dan menuruti apa yang mereka mau. Tetapi, suatu saat kau harus membalas kekalahan ini.”

Delila menelan ludah.“Kau tak perlu kuatir. Dengan

menggugurkan janin, kau bebas menjadi seorang perempuan. Calon bayimu adalah laki-laki. Kalau kau membiarkannya hidup, kelak ia akan menjadi parasit bagimu, bagi kita.”

Tiba-tiba Delila sesenggukan. Ia tak kuasa menahan tangis. Ia tak pernah tahu, apakah seorang perempuan memang ditakdirkan untuk menjadi seorang ibu.

Perempuan itu menyerahkan sebuah cawan.

“Minumlah. Rasanya semanis anggur.”Diteguklah cairan ungu itu. Delila merasa

sedikit tenang hingga tak sadarkan diri. Begitu membuka mata, Delila telah

berada di istana. Matahari sepenggalah. Sinarnya menembus kisi-kisi jendela.

Ia meraba perutnya yang hampa. Ia merasa kehilangan sesuatu. Ia merasa ada yang merebut apa yang telah dimilikinya. Ia merasa tubuhnya berlubang.

Sejak saat itu, Pangeran Marjan tak pernah lagi menghampirinya, mengajaknya ke taman, kebun, atau telaga. Tak ada lagi kecupan, pelukan, atau cumbuan. Delila hanya menunggu dan berharap. Ia ingat apa kata orang, hakikat hidup adalah menunggu. Dan ia tengah menunggu cinta dan menahan berahi. Andai saja ia bisa menghampiri lelaki itu. Tetapi ia takkan pernah bisa. Delila hanyalah sebuah rahasia.

Lama ditunggu kedatangannya, yang datang malah kabar yang menyedihkan: Pangeran Marjan akan menikah dengan Putri Zobeida dari kerajaan tetangga. Mendengar berita itu, hancurlah hati Delila. Serasa ada yang retak di dalam dadanya.

Namun, angkara murkanya melebihi kesedihan itu. Ia merasa dikhianati. Padahal ia telah melenyapkan jabang bayinya. Kini ia ingin memuntahkan segala kata-kata memabukkan yang pernah diucapkan Pangeran Marjan kepadanya. Lalu ia merasa bodoh karena begitu percaya. Bagaimanapun juga, takkan selamanya lelaki itu mau menjadi kekasihnya.

Dalam pikiran yang gelap, ia memutuskan keluar dari istana. Saat itu juga, malam itu juga, ia berlari, menyibak hutan-hutan dan sampailah di rumah tua itu. Ia ingin menuntut bayaran atas janin yang telah hilang.

“Aku ingin menjadi sakti. Hidup abadi

sepertimu.”“Kau berhak mendapatkannya karena

aku telah memakan janinmu.”“Pangeran Marjan akan menjadi sultan

dan akulah yang akan mengusik tahtanya.”“Kau bisa menjadi sakti, tetapi tak bisa

abadi. Hanya sulit untuk mati.”“Apa pun itu.”“Ada syaratnya.”“Akan kupenuhi.”“Kau tak boleh menikah. Seorang suami

akan terus memakan usia istrinya dan membuatnya cepat menjadi tua, sedangkan ia takkan tua. Kuasa seorang suami akan terus membelenggu hingga kau mati.”

“Itu syarat yang mudah.”“Dan kau juga harus menjadi kultus dewi-

dewi. Seperti aku.”Saat itulah Delila tahu bahwa ia tengah

mempertaruhkan imannya. Ia tak ingin menyesal. Sebab Tuhan adalah laki-laki dan ia perempuan.

***Tibalah saatnya para ahli nujum

memberikan hadiah kepada Putri Wardah atas kelahirannya. Semua ahli nujum mengelilingi sang putri dan mulai memberkati. Sultan Marjan amat waswas. Ia takut terjadi apa-apa pada bayinya. Sebab Delila turut serta di dalam pemberkatakan itu. Sultan ingin sekali mengusirnya. Namun ia takut semua orang menganggapnya sebagai pemimpin lalim. Ia juga kuatir rahasianya terbongkar. Ia hanya bisa berharap dan berpikiran positif. Bukankah seorang perempuan seperti Delila juga memiliki naluri keibuan?

“Jadilah engkau putri yang cantik.”“Jadilah engkau putri yang cendekia.”“Jadilah engkau putri yang berbudi

pekerti.”“Jadilah engkau putri yang pandai

menyanyi.”“Jadilah engkau putri yang pandai

menari.”“Jadilah engkau putri yang pandai

bermain alat musik.”Setelah enam ahli nujum memberkati

Putri Wardah, Delila maju selangkah. “Sebuah kehormatan bagiku dapat

memberikan hadiah kepada tuan putri.”Jantung sultan seperti hendak berhenti. Delila mengangkat tangannya. Jari-

jemarinya masih kencang bersaput cincin berkilat-kilat. Perempuan itu tampak indah dan berwibawa. Bila orang-orang melihatnya, mereka akan lebih mengiranya sebagai seorang jauhari2 ketimbang ahli nujum, apalagi tukang sihir.

Sebenarnya sultan masih mencintai

perempuan itu, tetapi silsilah keluarganya tak memberinya kesempatan. Sebagai satu-satunya putra mahkota, ia tak punya pilihan selain tunduk kepada hukum istana. Mengingat kisah cintanya dengan Delila terkadang membuat sultan menyesal dilahirkan sebagai seorang pangeran.

“Pada usia ketujuh belas, jika tubuhmu mengucurkan darah, pada saat itulah kau akan mati.”

Permaisuri rebah. Tiara yang bertengger di atas kepalanya menggelinding. Kacaulah segala isi ruangan.

“Tangkap perempuan itu!” titah sultan.Tiba-tiba pusaran angin melingkupi tubuh

Delila. Prajurit tak bisa menangkapnya. “Marjan, saat usiaku tujuh belas, kau

merenggut keperawananku, membuatku berdarah. Saat itu juga, kau merampas janin yang bersemayam di dalam rahimku. Aku hanya menuntut balas. Itu saja.” Dan ia pun lenyap entah ke mana.

Permaisuri masih tak sadarkan diri. Sultan Marjan mulai paham, dosa-dosanya telah menjelma karma. Ia tak bisa berbuat apa-apa.

“Hamba belum memberikan berkat, Sayyidi.” Ahli nujum bintang selatan memecah kegentingan.

“Selamatkan putriku!”“Pada usia ketujuh belas, bila tubuhmu

terluka dan mengucurkan darah, kau tak akan mati. Kau hanya akan tertidur selama seratus tahun hingga ada seorang lelaki yang membangunkanmu.”

“Tetapi ia akan terbangun ketika semua orang yang dikenalnya telah mati.”

“Tak perlu kuatir, Sayyidi. Kami akan menidurkan seluruh orang di negeri ini bersamanya. Bila tiba saatnya, semua akan bangkit bersama-sama.”

Maka pada hari itu juga, sultan menitahkan agar seluruh benda-benda yang bisa melukai dimusnahkan, dileburkan di dalam bara api. Tak boleh ada darah yang mengucur dari tubuh sang putri.

Tetapi sultan lupa bahwa pada usia ketujuh belas, siklus menstruasi sang putri akan menjadi mantra untuk membangkitkan kutukan perempuan itu. Dari lubang itulah darah akan mengucur. Dari lubang itulah sang putri akan mengawali tidurnya yang panjang.

Yogyakarta, 4 Oktober 2013

Penulis adalah alumnus UM. Kini tengah merampungkan studi S2

Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budayadi Universitas Gadjah Mada

Page 37: 298 Mei Juni 2015

Tahun 37 Mei-Juni 2015 | 37

Sajak-Sajak Yulis MariasihLagu Seorang Anak IbuNak, penuhi perut mu lalu gegaslahItu harga termahal ibumuUjian di sana kejam, nak!Ibu khawatir urusan perut menggoda iman muMaka lekaslah, biar ibu melihatmu

Ibu, ketakutanmu menakuti kuKalau-kalau aku beban bagi muSini bu, makanlah bersama kuHari ini cukuplah sepiring pagi kita berdua

Jika saja ibu tahu kabar takdir TuhanIbu tak ingin melibatkan takdirmu pada nasib iniMaaf nak, maaf telah melahirkanmuAtas kesalahberadaanAtas siksaan berjudul fakirBiar ibu bayar dosa doa sebab kelahiranmu

Ibu... sudah tanpa kata aku habis di kasihmu.Sembunyikan itu,Apa siapa bagaimana mengapa sudah tak berlakuPersetan Bu, aku hanya anakmu...dan selalu begitu

Ibu janji Nak, tidak akan ada makanan anjing di piringmuSesulit apapun..Karna penjilat bukan akhir yang ibu mauLebih baik menyembah berhala tradisiKetimbang agamis pada lenong timpang adab

Janji Bu, nanti ku bawakan rindu madu kepulangan. Lalu lunaslah dosa ituSebab darimu, takdir akan aku jungkir balikkan.

Rumah Dusun ku berasa Eropa

Punya empat musim, hebat !Sudah tidak kenal pancaroba lagi

Musim hujan kami tandur, mematik kemenyan lalu berebut sajen

Pasang kembang, telur ayam dan recehan.Biar berkah.

Musim Selanjutnya...Sang cenayang berubah pikiran, mungkin recehan

bukan selera prewangannya.Berkah hujannya meruah. Banjir.

Untung..Tidak mungkin gagal panen, belum sampai

waktunya pun diaborsi

Musim kemarau kami ngulur benih jagungLupakan soal sajen. kami sudah bisa berdoa

Bumi galau, butuh siramanKulitnya mulai keriput lalu merekah

Benihnya semi, tapi daunnya terlahir melihat api. Panas.

Musim selanjutnya. KeringSemua kering, juga harapan. Pun lumbung dan

lambung.

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesiailustrasi olehAji Setiawan

Page 38: 298 Mei Juni 2015

Sajak-Sajak Zahro Syaquilla

KayuhBiar engselmu sedikit meronta, tatkala kau terus mengayuh

tanpa berlabuh. Jangan toleh ke belakang jika

tak ingin urat lehermu kaku. Biasa saja dengan tanpa

kosa kata tetap kau kayuh meski limbung

dan payah telah kau rasakan satu windu. Ah, itu tak seberapa

jika kau mengayuh di lautan pasir

lalu ditemani angin disusul awan yang memburu. Bagaimana

apakah masih kuat kau beradu kayuh denganku?

Semut Hitam dan Denting Jam MalamDitemani suara denting jam yang lirihSemut hitam itu masih saja menyibukkan diriEntah mencari makan atau sekedar keluar dari rongga tembok yang pipihatau menghirup udara malam yang semu dan sepiTak jauh dari semut hitam, cicak pun ikut menyulurkan lidahnyaMencari nyamuk-nyamuk yang sedang menghisap kepala,Kepala cucu Adam tempat ia mencari makandan kemudian denting jam kembali bersuara, namun kali ini membahanadi kelam malam, ditemani siul angin yang mematikanSemut hitam masih tetap hitam, kelam

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia

ilustrasi olehAji Setiawan

Page 39: 298 Mei Juni 2015

Kabut itu mencabik cakrawala, mengulum senyuman indah, menyapa hari para pejuang asa.Lokasi: Gedung D3 FEFotografer: F.Anwar

Tatkala keseragaman berbuah keberagaman. Namun satu tujuan, menggapai cita serta angan.Lokasi: Depan Lapangan Voli A3Fotografer: Dio Lingga

Riuh rendah tawa, membahana ke segala arah. Tujuh mutiara jiwa, pelepas rasa duka dan susah.Lokasi: Lab.Drama E6 FSFotografer: Dio Lingga

Kebersamaan Ibu dan buah hati yang harus terenggut karena sebuah sumpah. Pagelaran Reka Daya Rara Anteng.Lokasi: Lab.Drama E6 FSFotografer: Dio Lingga

Entah kau sebut malaikat, entah kau juluki setan. Pendaran cahaya hanya memberikan makna pada kegelapan.Lokasi: Depan Gedung Graha CakrawalaFotografer: F.Anwar

Seluruh civitas akademik UM dapat mengirimkan karya fotografi di sekitar kampus UM dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: [email protected] selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2015 disertai keterangan foto dan lokasi.

Page 40: 298 Mei Juni 2015