MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Pembelajaran
S O S I O L G I
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
KATA PENGANTAR
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II
DAFTAR ISI ................................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ........................................................................................ 3
D. Landasan Hukum ..................................................................................... 3
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK..................................... 5
A. Prinsip Pembelajaran ................................................................................ 5
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Sosiologi ................ 6
C. Model Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Sosiologi ................................... 8
1. Discovery Based Learning ..................................................................... 8
2. Project Based Learning ........................................................................ 12
3. Problem Based Learning (PBL) ............................................................. 15
D. Langkah-Langkah Pemilihan Model Pembelajaran ...................................... 18
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Sosiologi ....................................... 18
1. Penilaian Kompetensi Sikap ................................................................. 19
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan ...................................................... 21
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan ...................................................... 22
BAB III ANALISIS KOMPETENSI ................................................................................. 27
A. Kompetensi ............................................................................................ 27
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan
buku siswa); ........................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 33
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian.
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh
kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara,
bagaimana, apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus.
Sedangkan Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar dengan
pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik mampu menerapkan
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 2
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program
pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Strategi yang digunakan dalam pembelajaran Sosiologi menekankan pentingnya peran
guru untuk selalu mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu siswa, karena pengetahuan
bermula dari rasa ingin tahu, dan sikap terbuka serta kritis dan responsif terhadap
permasalahan sosial.
Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan
bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.633 wajib
melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan
penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta
menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.
Dalam menyiapkan kemampuan guru terutama merancang dan melaksanakan
pembelajaran saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, perlu
penjabaran operasional dalam mengembangkan materi pembelajaran,
mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan penilaian
autentik berdasarkan silabus dan buku. Oleh karena itu diperlukan rambu-rambu yang
bisa memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan
melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk
muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan memafaatkan buku sumber yang
ada. Secara khusus naskah ini bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi guru
Sosiologi dalam mengkaji silabus sedemikian sehingga dapat:
Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus
mata pelajaran.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 3
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dan penilaian
Merancang penilaian otentik
Mengembangkan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Sosiologi
3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Sosiologi
4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 4
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013
Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ
tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum
11. Peraturan lain tentang Kurikulum 2013 yang berlaklu
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5
BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual dan kontekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi
pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran
terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme
menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9)
pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi
Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-
masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 6
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui
aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta
didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk
menggunakan menggunakan model pembelajaran antara lain model inkuiri based
learning, discovery based learning, problem based learning, dan project based
learning.
Pembelajaran Sosiologi dijalankan dengan menekankan pentingnya penguasaan
pengetahuan Sosiologi berorientasi praktek sehingga mengembangkan keterampilan
sosial dan menumbuhkan sikap religius, etika sosial sebagai wujud tanggungjawab
terhadap masalah-masalah sosial di masyarakat.
Melalui pembelajaran Sosiologi ini, diharapkan selain menumbuhkan kesadaran
individual dan sosial peserta didik sebagai warga negara, juga menumbuhkan
kepekaan dan kepedulian mereka terhadap kelestarian lingkungan hidup dan masalah-
masalah sosial serta meningkatkan kapasitas mereka mengatasi masalah dan
melakukan pemberdayaan sosial.
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Sosiologi
Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure
science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Sosiologi dimaksudkan
untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep
sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan
sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial
Pembelajaran Sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran mencakup konsep-
konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 7
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, pembelajaran Sosiologi menggunakan
pendekatan saintifik yang menekankan pada proses pencarian pengetahuan,
berkenaan dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati,
menanya, mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
1. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan
atau menyimak.
Contoh:
Mengamati berbagai fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat
Mendengar, melihat, dan menyimak berbagai potensi konflik sosial dalam
masyarakat
2. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan
peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga
berpikir metakognitif. Tujuannnya agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses
menanya dapat dilakukan melalui kegiatan diksusi, kerja kelompok, dan diskusi
kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan
ide/gagasan dengan bahasa sendiri termasuk dengan menggunakan bahasa
daerah.
Contoh: mendiskusikan dengan teman sekelas faktor penyebab terjadinya konflik
sosial
3. Kegiatan mengeksplor/mengumpulkan informasi, bermanfaat untuk meningkatkan
keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan
berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui membaca sumber lain selain
buku teks, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh
informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan,
atau gambar sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar (KD).
Contoh:
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 8
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Menentukan sumber data akurat yang ada di lingkungannya berkaitan dengan
peristiwa konflik sosial
Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik
tentang konflik sosial yang terjadi di Indonesia
4. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan
bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa
dalam kegiatan tertentu sehingga peserta didik melakukan aktivitas antara lain
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja, diskusi atau
praktik.
Contoh:
Mencari hubungan antara konflik dan kekerasan
Menganalisis faktor-faktor pembentuk kepribadian
5. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau
perilaku.Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui
presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk kerja.
Contoh:
Mempresentasikan berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat
Menyampaikan hasil observasi mengenai konflik sosial yang terjadi di
masyarakat secara lisan, tulisan, gambar atau media lainnya
C. Model Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Sosiologi
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Sosiologi
sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, antara
lain Discovery Based Learning, Project Based Learning, dan Problem Based
Learning.
1. Discovery Based Learning
Discovery based learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 9
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang
diharapkan.Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan stimulus
Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik
melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat,
mendengar, membaca, atau menyimak.Fakta yang disediakan dimulai dari
yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan
kontroversi. Ketika guru akan menerangkan konsep masalah sosial, tahap
pertama yang dapat dilakukan adalah dengan meminta peserta didik
melakukan pengamatan terhadap penayangan foto, gambar, video yang
memperlihatkan berbagai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.
Pada tahapan ini peserta didik diperkenalkan dengan berbagai fenomena atau
gejala sosial yang terjadi di masyarakat untuk mencoba memahami gejala
atau fenomena sosial yang mana yang termasuk masalah sosial.
Diharapkan peserta didik tertarik untuk melakukan pengamatan dan penelitian
langsung terhadap lingkungan sekitar dan menentukan gejala atau fenomena
mana yang termasuk masalah sosial.
Guru mengarahkan peserta didik untuk dapat memanfaatkan berbagai sumber
baik buku paket, surat kabar, majalah, internet sebagai informasi atau
argumentasi dalam menentukan gejala atau fenomena sosial mana yang
termasuk masalah sosial.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan.
Bruner memberikan contoh stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya
yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan
peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi
stimulus agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat
tercapai.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 10
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
b. Menyiapkan pernyataan masalah
Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi dan memilih beberapa gejala atau fenomena sosial yang
relevan dengan materi pelajaran. Kemudian peserta didik memilih salah satu
gejala atau fenomena dan kemudian merumuskannya dalam bentuk
pernyataan singkat misalnya: Apakah gejala atau fenomena kemiskinan
merupakan masalah sosial penting dalam masyarakat?
c. Mengumpulkan data/mencoba
Tahap ketiga, yaitu eksplorasi atau mengumpulkan data. Pada tahap ini
peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya
untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan yang telah diajukan.
Dalam hal ini informasi yang dikumpulkan berfungsi untuk membuktikan
pernyataan masalah dalam contoh kasus kemiskinan. Pembuktian ini dapat
dilakukan dengan cara mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara aktif
menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi.
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang
telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah,
diacak, dan diklasifikasikan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 11
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
f. Menarik kesimpulan
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran
atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi
dari pengalaman-pengalaman itu.
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk
mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:
a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik pada
keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil,
akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
frustrasi;
b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya;
c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;
d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan pembelajaran.
Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:
a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya;
b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena
pemerolehannya bersifat pribadi;
c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa
penyelidikan dan berhasil;
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 12
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
dengan keecepatannya sendiri;
e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan
melibatkan akal dan motivasinya;
f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh
kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;
g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada
kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya;
h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan
hipotesis;
i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;
j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari
berbagai jenis sumber belajar.
2. Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan pertanyaan mendasar.
Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang
relevan untuk para peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan di awal semester agar dapat
merancang kegiatan selanjutnya.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 13
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
b. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek
tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai
subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
2. Membuat deadline penyelesaian proyek,
3. Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4. Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5. Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta
didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan sebagai mentor
pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah
proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.
e. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 14
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik dimintauntuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikanproyek.guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk
mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:
a. Peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga proyek
tidak memakan waktu terlalu lama;
b. Dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di
laboratorium;
c. Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;
d. Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain:
a. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
b. Mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
c. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis;
d. Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumber daya;
e. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
f. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 15
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
g. Membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun guru
menikmati proses pembelajaran.
3. Problem Based Learning (PBL)
a. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah.
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-
aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini
sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan
dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran
yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu:
1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,
2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-
idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik diberi
peluang untuk berperan serta pada penyelidikan dan menyampaikan ide-
ide mereka.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 16
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar
berkolaborasi.Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-
masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen,
pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya.
Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran.Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan
telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua
peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil
penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan
tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
memamerkannya.
Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas
peserta didik selama penyelesaian proyek.Pengawasan dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan
sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah proses
monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning.Setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada
umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan
masalah.Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 17
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
penting.Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual)
sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan.Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang masalah
dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah.Setelah
peserta didik mengumpulkan cukup data dan menentukan permasalahan
tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai merumuskan hipotesis,
penjelasan, dan pemecahan masalah.
Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk
menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran.Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara
fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian
multimedia.Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil
karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik
jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, Guru
lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai” atau
pemberi umpan balik.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 18
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta
didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
D. Langkah-Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan
saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran
mempertimbangkan hal-hal berikut.
1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual,
guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan
prosedural Project Based Learning dan Problem Based Learning.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-
4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan
Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan
Project Based Learning.
3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2).
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Sosiologi
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai
kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan
penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan
kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 19
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar,
membangun jejaring atau mengomunikasikan.Penilaian autentik cenderung fokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not apart
from instruction),
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan
masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Penilaian autentik dalam pembelajaran Sosiologi adalah sebagai berikut;
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Pengumpulan informasi terkait sikap peserta didik pada pembelajaran Sosiologi
dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan
jurnal, disesuaikan dengan karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2. Penilaian sikap
dilaksanakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dimulai dari proses
mengamati, menanya, mengeksplor data, mengasosiasi, sampai
mengkomunikasikan hasil pembelajarannya. Penilaian ini digunakan untuk
mengukur pencapaian Kompetensi Inti 1 dan 2, dengan Kompetensi Dasar 1.1,
1.2, 2.1, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5, dan 2.6.
Contoh Lembar Observasi/Pengamatan Sikap
Mata Pelajaran : Sosiologi
Waktu Pengamatan : ...........................
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 20
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar:
(lihat Lampiran Permendikbud Nomor 69 tahun 2013)
Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI-1
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1. Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain
KI-2
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Mensyukuri keberadaan diri dan keberagaman sosial sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa
2.2 Merespon secara positif berbagai gejala sosial di lingkungan sekitar
Sikap spiritual dan sosial yang dikembangkan di atas adalah melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya (contoh : melaksanakan sholat bagi yang beragama Islam)
serta berperilaku santun dan tolerans. Penilaian sikap dinyatakan secara
kualitatif dengan kriteria Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).
Dari contoh KD pada KI-1 dan KI-2 di atas dapat dibuat rubrik penilaian
melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di sekolah (sikap spiritual) dan toleran
(sikap sosial) sebagai berikut:
Sikap spiritual: melaksanakan sholat dzuhur berjamaah (bagi yang
beragama Islam) di sekolah sebagai perwujudan pengamalan ajaran agama
yang dianutnya.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 21
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Tabel 3. Contoh rubrik penilaian sikap
Kriteria Indikator
Sangat Baik (SB) Selalu melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
Baik (B) Sering melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
Cukup (C) Kadang-kadang melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
Kurang (K) Tidak pernah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pengumpulan informasi terkait pencapaian pengetahuan peserta didik dilakukan
melalui tes dengan teknik tes tertulis, tes lisan dan pemberian tugas.Pengetahuan
Sosiologi terakumulasi pada Kompetensi Inti 3, dengan Kompetensi Dasar 3.1,
3,2, 3.3, dan seterusnya.
a) Tes tulis merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas dalam bentuk tulisan
yang direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang
kemampuan peserta tes. Tes tulis menuntut adanya respon dari peserta tes
yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya.
Instrumen tes tulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian.Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran.
b) Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan. Instrumen tes lisan disiapkan oleh pendidik berupa
daftar pertanyaan yang disampaikan secara langsung dalam bentuk tanya
jawab dengan peserta didik.Kriteria instrumen tes lisan antara lain: (a) dapat
digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang
hendak dinilai; (b) Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada; (c)
Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didikdalam mengonstruksi
jawabannya sendiri; (d) Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke
pertanyaan yang komplek.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 22
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
c) Penugasan berupa tugas pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.Kriteria
instrumen penugasan
• Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
• Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
• Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan
bagian dari pembelajaran mandiri.
• Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
• Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
• Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
• Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
• harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi
rubrik.
Contoh penilaian keterampilan melalui tes praktik.
Tabel 4. Penilaian tes praktik
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Mengidentifikasi dan mengungkapkan isu
3 Baik
2 Kurang baik
1 Tidak baik
Mengumpulkan data 3 Sesuai
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 23
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
KRITERIA SKOR INDIKATOR
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Menganalisis 3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Menyimpulkan 3 Tepat
2 Kurang tepat
1 Tidak tepat
Kriteri
3 (baik) : jika....
2 (kurang baik : jika..........
1 (tidak baik) : jika.............
3 (sesuai) : jika..........
2 (kurang sesuai) : jika................
1 (tidak sesuai) : jika.................
Contoh penilaian keterampilan melalui proyek.
Kelas/Semester : X / 1
Indikator :
Peserta didik dapat mengidentifikasi masalah sosial yang terjadi di masyarakat
Rumusan tugas:
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 24
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Lakukan observasi ke berbagai tempat di lingkungan sekitar tempat tinggal (Pasar,
terminal, perumahan dll.) secara berkelompok. Buatlah perencanaan pelaksanaan
observasi dan persiapan peralatan serta bahan lain yang diperlukan. Gunakan
panduan observasi yang telah diberikan guru Sosiologi untuk memandu
pelaksanaan observasi. Kumpulkan data selengkap mungkin mengenai gejala atau
fenomena sosial yang diperkirakan sebagai masalah sosial, diskusikan dalam
kelompok dan lengkapi dengan berbagai informasi dari berbagai sumber. Buatlah
laporan tertulis dengan baik sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk
dipresentasikan di depan kelas.
Tabel 5. Contoh Pedoman penskoran
No Aspek yang dinilai Skor maks
1 Perencanaan
Latar Belakang (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Rumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Catatan:
3 (tepat) jika:...
2 (kurang tepat) jika.......
1 (tidak tepat) jika................
6
2 Pelaksanaan
a.Pengumpulan data/informasi (akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak akurat = 1)
b. Kelengkapan data (lengkap= 3; kurang lengkap = 2; tidak lengkap = 1)
c. Pengolahan/analisis data (sesuai = 3; kurang sesuai = 2; tidak sesuai = 1)
d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1)
Catatan:
3 (akurat) jika:...
2 (kurang akurat) jika.......
1 (tidak akurat) jika................
12
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 25
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
No Aspek yang dinilai Skor maks
3 Pelaporan hasil
a. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah = 2; tidak sesuai kaidah = 1)
c. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak kesalahan =1)
d. Tampilan (menarik= 3; kurang menarik= 2; tidak menarik= 1)
12
Skor maksimal 30
Nilai proyek = (skor perolehan : skor maksimal) x 4.
Tabel 6. Contoh Rubrik penilaian portofolio laporan hasil observasi
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Persiapan
(Skor maks = 2)
2 Pemilihan sumber data tepat
1 Pemilihan sumberdatakurang tepat
Pelaksanaan
(Skor maks = 6)
a. Teknik Pengumpulan data
b. Instrumen data
3 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
2 Langkah kerja atau waktu pelaksanaan tepat
1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat
3 Instrumen data ada dan lengkap
2 Instrumen data ada tetapi tidak lengkap
1 Instrumen data tidak ada
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 26
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Hasil
(Skor maks = 6)
a. Pengolahan data
b. Simpulan
3 Pengolahan data tepat
2 Pengolahan data kurang tepat
1 Pengolahan data tidak tepat
3 Simpulan tepat
2 Simpulan kurang tepat
1 Simpulan tidak tepat
Laporan
(Skor maks = 3)
3 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
2 Tampilan menarik atau bahasa sesuai kaidah
1 Tampilan tidak menarik dan bahasa tidak sesuai kaidah
Tabel 7. Contoh pengisian format penilaian portofolio
No Nama Skor untuk Juml
skor Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan
1
Adi
2 5 5 2 14 3.29
Keterangan:
Skor maksimal = jumlah skor tertinggisetiap kriteria.
Pada contoh di atas, skor maksimal = 2 + 6 + 6 + 3 = 17.
Nilai portofolio = (Jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4.
Pada contoh di atas nilai portofolio = (14 : 17) x 4 = 3.29.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
27
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata
pelajaran pada jenjang tertentu.Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan
kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai
berikut.
Tabel 8. Kompetensi Inti kelas X
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 28
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk
kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai
berikut;
Tabel 9. Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru
dan buku siswa);
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat
digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 29
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Gambar 1. Kajian Silabus
PenjelasanGambar1;
a. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut;
a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang
harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though
curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung (direct
teaching) kepada peserta didik.
b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial yang harus
dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang
merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)
c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara
utuh atau terpadu.
b. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media
a. Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus
b. Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan yang
tercantum di silabus, maka dilakukan penyesuaian dengan hasil kajian (sesuai
karakteristik materi pemeblajaran)
c. Pengembangan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru dapat
mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercantum dalam silabus dan
buku, serta sumber lain yang relevan dengan sudut pandang yang berbeda, sesuai
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 30
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
dengan karakteristik peserta didik. Pengembangan materi pembelajaran merujuk
pada materi pokok dalam silabus dan kompetensi dasar yang termuat dalam
kompetensi inti ketiga (pengetahuan) dan penjabaran materi pembelajaran yang
ada di buku.
Pengembangan materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, dan pengetahuan prosedural (untuk kelas X), serta
pengetahuan metakognitif (untuk kelas XI dan XII), sehingga dapat
mengembangkan Lower Order Thinking Skills (LOTS dan Higher Order Thinking
Skills (HOTS) peserta didik. Selain itu, guru juga harus mengembangkan kegiatan
yang merupakan aktualisasi mata pelajaran dalam kegaiatan Kepramukaan, serta
integrasi muatan lokal.
Contoh LOTS; Menjelaskan jenis-jenis interaksi sosial
Contoh HOTS; Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
Contoh Kegiatan Aktualisasi dalam kegiatan kepramukaan: berkemah dengan
mempraktekan tata cara interaksi sosial
Contoh Integrasi muatan Lokal; menganalisis pengaruh interaksi sosial yang
terjadi di terhadap kemajuan lingkungannya.
d. Pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang sudah tercantum di silabus atau buku sesuai dengan hasil
kajian terhadap materi pembelajaran dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-2
dan KI-2, atau menggunakan sumber lain dengan sudut pandang yang berbeda.
Kegiatan pembelajaran terdiri atas;
Kegiatan pendahuluan yang antara lain mencakup orientasi berupa penyiapan
peserta didik secara fisik dan pikis, pemberian motivasi, dan penjelasan
pengetahuan prasyarat.
Kegiatan inti yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan (5M). Kegiatan 5M ini tidak usah terjadi
sekaligus dalam setiap pertemuan, tetapi tiap pertemuan fokus terhadap kegaiatan
mana yang harus dicapai peserta didik disesuaikan dengan indikator pencapaian
kompetensi atau materi pembelajaran. Sebagai contoh, jika RPP dikembangkan
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA 31
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
untuk 2 pertemuan, dengan memperhatikan indikator pencapaian kompetensi dan
materi pembelajarannnya , maka diatur untuk pertemuan pertama fokus ke
mengamati, menanya, dan mengumpulkan data, dan pada pertemuan berikutnya
fokus kepada mengasoisasi dan mengomunikasikan.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
32
BAB IV
PENUTUP
Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin efektif
kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin
tidak efektif kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.
Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan
KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan
proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajarandn langkah-lamgkah pembelajaran.
Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan
saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau
menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan
analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.
Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternatif kegiatan
pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan.Pembelajaran tidak langsung adalah proses
pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam
kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan
sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah.Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan
dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-
1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
Naskah Pembelajaran Sosiologi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
33
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541. http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and
Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press. Kemendikbud (2013).Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.
Kemendikbud (2013).Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013).Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013).Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan
Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2014).Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013).Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta Kemendikbud (2013).Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum.Jakarta UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003 No.
78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010).Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.