Page 1
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No. 1,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2715–7423
52 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion dalam Larutan Melalui
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Eli Susianti*
*Eli Susanti, S. Pd adalah Guru pada SMA Negeri 1 Kejuruan Muda
E. Mail: [email protected]
Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana melalui model
pembelajaran NHT dapat membantu siswa dalam memahami materi kesetimbangan
ion dalam larutan, meningkatkan aktivitas, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 semester 2 TP.2014/2015 SMA
Negeri 1 Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang terdiri dari 22 siswa
perempuan dan 10 siswa laki-laki.Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus dengan 6
kali tatap muka. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: hasil belajar
siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus, kemampuan guru
dalam pembelajaran yang diambil dari lembar observasi, aktivitas siswa dalam
pembelajaran yang diambil dari lembar observasi, dan data tentang refleksi siswa
terhadap pembelajaran yang diambil dari angket pada setiap akhir pertemuan.
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: (1) apabila aktivitas siswa dalam
pembelajaran ≥ 72% yang diukur dengan melihat lembar observasi siswa, (2) apabila
≥ 72% dari jumlah siswa berkategori tuntas dengan kriteria tuntas belajar apabila
nilai hasil evaluasi pada siklus I dan II ≥ 72. Hasil penelitian pada siklus I
menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,22 dan persentase ketuntasan
belajar sebesar 56,25%. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama 63,64%,
pada pertemuan kedua 72,73%, dan pada pertemuan ketiga 81,82%. Sedangkan hasil
penelitian pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebesar 77,56 dan persentase
ketuntasan belajar sebesar 93,75%. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan
pertama 88,67%, pertemuan kedua 90,91%, dan pada pertemuan ketiga 93,18%.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar kimia dan aktivitas siswa kelas
XI IPA2 semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 pada materi kesetimbangan ion dalam
larutan. Melalui model pembelajaran ini terciptalah suasana pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Dari hasil penelitian, 96,875% siswa
senang dengan model pembelajaran Numbered Heads Together ini. Pada siklus I
siswa yang mendapat nilai ≥ 72 sebanyak 18 siswa (56,25%), sedangkan pada siklus
II siswa yang mendapat nilai ≥ 72 sebanyak 30 siswa (93,75%). Ini berarti hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran NHT.
Kata kunci: model pembelajaran, kesetimbangan ion dalam laurtan
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, maka berkembang pula
tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan
Page 2
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
53
pendidikan yang berkualitas, diperlukan tenaga kependidikan terutama guru yang
berkualitas pula, karena pendidikan yang berkualitas dan bermutu hanya dapat
dijalankan oleh guru profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki
standar akedemik dan standar profesi. Kinerja profesional merupakan akumulasi karya
guru yang memiliki standar pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesionalisme.
Seluruh kompetensi ini harus ditunjukkan dalam bentuk bukti formal sesuai latar
belakang pendidikan profesional.
Salah satu bukti formal yang dapat ditunjukkan oleh guru dan dapat diukur
apakah guru tersebut termasuk dalam kriteria guru profesianal adalah melalui kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah pembelajaran yang dapat
mendorong siswa agar belajar aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk
dapat mewujudkan suasana seperti itu, guru sebagai pelaku utama agen pembelajaran di
samping harus memiliki empat kompetensi seperti yang disebutkan di atas juga harus
memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas dan bertanggung jawab
terhadap mutu pendidikan.
Salah satu cara agar tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan maka di sini penulis mencoba untuk menerapkan model
pembelajaran Numbered Heads Together NHT) sekaligus penggunaan laptop,
infokus/LCD dalam penyampaian materi kesetimbangan ion dalam larutan.
Hakekat Belajar Kimia
Ilmu kimia lahir dari keinginan dari para ahli kimia untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam,
yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi
yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika (Ernavita, 2004).
Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta
konkretnya, dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata”
(invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkretnya.
Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu
membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang
dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta
didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses
inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi
sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga
tujuan penting yaitu prestasi akedemis, toleransi dan penerimaan terhadap
keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan (lihat gambar 1).
Page 3
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
54 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
Prestasi Akedemis
Cooperative Toleransi dan Menerima
Learning Meanekaragaman
Pengembangan Keterampilan
Sosial
Hasil yang diperoleh siswa dari cooperative learning
Slavin (1996) mengatakan: Siswa sering tidak menghargai teman-teman-
nya yang berprestasi secara akedemik, tetapi menghargai teman-temannya yang
berprestasi olahraga.... Hal ini karena kesuksesan di bidang olahraga membawa
keuntungan bagi kelompok (timnya, sekolahnya, kotanya), sementara kesuksesan
akedemik hanya menguntungkan bagi individu tersebut.
Slavin, salah seorang pencetus cooperatif learning, percaya bahwa fokus
kelompok pada cooperatif learning dapat mengubah norma-norma dalam budaya anak
muda dan membuat prestasi tinggi dalam tugas-tugas akedemis lebih dapat diterima.
Selain mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi, cooperative
learning dapat menguntungkan bagi siswa berprestasi rendah maupun tinggi yang
mengerjakan tugas-tugas akedemk bersama-sama. Mereka yang berprestasi tinggi
mengajari teman-temannya yang berprestasi yang lebih rendah, sehingga memberikan
bantuan khusus dari sesama teman yang memiliki minat dan bahasa berorientasi kaum
muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka yang berprestasi lebih tinggi juga
memperoleh hasil secara akedemik karena bertindak sebagai tutor menuntut untuk
berfikir lebih mendalam tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subyek tertentu.
Efek penting kedua dari cooperative learning adalah toleransi dan penerimaan
yang lebih luas terhadap teman-teman yang berbeda suku, budaya, kelas sosial, atau
kemampuannya.
Tujuan ketiga dan penting cooperative learning adalah mengajarkan
keterampilan kerja sama dan kolaborasi kepada siswa. Keterampilan –keterampilan ini
kritis di masyarakat di mana banyak pekerjaan orang dewasa dilaksanakan dalam
kerangka organisasi dan komunitas yang besar dan interdependen, dengan orientasi
yang semakain beragam secara kultural dan semakin global. Cooperative learning
meningkatkan kerja sama karena menghargai dan mendukung perkembangan inteligensi
interpersonal.
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Di mana
konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan
yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada
Page 4
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
55
seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti
membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam
perbuatan mengajar itu sendiri (Muhammad Ali, 1992).
NHT adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah
pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang tentang isi pelajaran itu.
Dalam model pembelajaran NHT, guru menggunakan empat langkah berikut ini:
Langkah 1: Numbering. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggota
tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing
kelompok memiliki nomor antara 1 sampai 5.
Langkah 2: Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Langkah 3: Heads Together. Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan
jawaban dan memastikan semua orang tahu jawabannya.
Langkah 4: Answering. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing
kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawaban di
hadapan teman-teman kelasnya.
Seperti di pelajaran apa pun, salah tugas perencanaan utama guru adalah
memilih isi yang tepat bagi siswa dengan memperhatikan minat dan pelajaran
sebelumnya.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal
(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
Page 5
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
56 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan adalah Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban
akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Ada
beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang
hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),
antara lain adalah : Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, Memperbaiki kehadiran,
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, Perilaku mengganggu menjadi lebih
kecil, Konflik antara pribadi berkurang, Pemahaman yang lebih mendalam dan
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi serta Hasil belajar lebih tinggi
Tinjauan Materi Kesetimbangan Ion dalam Larutan
Larutan Penyangga
Apakah dalam tubuh manusia terdapat larutan? Dalam tubuh manusia terdapat
larutan-larutan dengan pH sekitar 7,42 yang jika ditambah sedikit asam atau basa pH-
nya hampir tidak berubah. Jika pH banyak berubah akan berakibat fatal bagi kesehatan.
Dalam tubuh manusia terdapat banyak proses kimia dan biologi yang sangat peka
terhadap perubahan pH. Oleh sebab itu, sangat penting menjaga agar pH tetap konstan.
Larutan yang mempunyai pH tetap dan mampu menahan perubahan pH jika
ditambahkan sedikit asam atau basa, dan pengenceran disebut larutan penyangga atau
buffer atau dapar. Secara umum larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan
asam lemah dengan basa konjugasinya (garam dari asam lemah tersebut) atau basa
lemah dengan asam konjugasinya (garam dari basa lemah tersebut). Sifat larutan yang
terbentuk berbeda dari komponen-komponen pembentuknya.
Contoh larutan penyangga:
a. Campuran larutan CH3COOH dan CH3COONa
b. Campuran larutan NH4OH dan NH4Cl
Bagaimana larutan penyangga dapat mempertahankan pH?
Larutan penyangga dapat mempertahankan pH larutan karena terjadi reaksi
kesetimbangan ketika ditambahkan asam atau basa. Contohnya, larutan penyangga asam
lemah, misalnya CH3COOH. Jika ke dalm larutan ditambahkan sedikit asam kuat, ion
H+ dari asam kuat segera ditangkap oleh basa konjugasi.
CH3COO- + H+ CH3COOH
Jika ke dalam larutan ditambahkan sedikit basa kuat, giliran asam lemah yang
menangkap ion OH- dari basa kuat.
CH3COOH + OH- CH3COO- + H2O
Page 6
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
57
Pada larutan penyangga yang mengandung basa lemah, misalnya NH4OH, ion
H+ yang dihasilkan oleh penambahan sedikit asam kuat, segera ditangkap oleh basa
lemah.
NH4OH + H+ NH4+ + H2O
Adapun ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat, segera ditangkap
oleh asam konjugasi.
NH4+ + OH- NH4OH
Bagaimana menghitung pH larutan penyangga?
Untuk buffer asam gunakan rumus:
mmol asam
[ H+ ] = Ka Ka = tetapan ionisasi asam lemah
mmol garam
pH = - log [ H+ ]
Untuk buffer basa gunakan rumus:
mmol basa
[ OH- ] = Kb Kb = tetapan ionisasi basa lemah
mmol garam
Hidrolisis Garam
Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air.
Kation dan anion yang dapat mengalami reaksi hidrolisis adalah kation dan anion garam
yang termasuk elektrolit lemah. Sementara kation dan anion garam yang termasuk
elektrolit kuat tidak terhidrolisis.
Sifat larutan garam dalam air dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung
pada jumlah dan jenis asam dan basa yang direaksikan.
Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan
perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Hal itu
menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral. Contohnya, garam NaCl tersusun
atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). Reaksi ionisasinya sebagai berikut:
NaCl Na+ + Cl-
Ion Na+ berasal dari basa kuat, sedangkan ion Cl- berasal dari asam kuat, sehingga tidak
terhidrolisis dan garam bersifat netral.
Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru
menjadi merah dan tidak merubah lakmus warna lakmus merah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam. Contohnya garam NH4Cl yang
tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH (basa lemah).
Reaksi ionisasinya sebagai berikut:
NH4Cl NH4+ + Cl-
NH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl- tidak terhidrolisis.
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Page 7
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
58 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
Adanya ion H+ menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. garam tersebut mempunyai
pH < 7.
Rumus menghitung pH sebagai berikut:
[H+] = Kw = tetapan ionisasi air = 10-14
Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi
biru dan tidak mengubah warna lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan
bersifat basa. Contoh garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat adalah garam
CH3COONa yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NaOH (basa kuat).
Reaksi ionisasinya sebagai berikut:
CH3OONa CH3COO- + Na+
CH3COO- akan terhidrolisis, sedangkan Na+ tidak terhidrolisis.
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Adanya ion OH- menunjukkan bahwa larutan bersifat basa. Garam tersebut mempunyai
pH > 7.
Rumus menghitung pH sebagai berikut:
[OH-] = Kw = tetapan ionisasi air = 10-14
Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam , basa, atau
netral. CH3COONH4 merupakan contoh garam yang tersusun dari asam lemah dan basa
lemah, yaitu campuran dari CH3COOH (asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). Reaksi
ionisasi sebagai berikut:
CH3COONH4 CH3COO- + NH4+
CH3COO- dan NH4+ keduanya terhidrolisis.
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Oleh karena dihasilkan ion OH- dan H+, garam tersebut dapat bersifat asam , basa, atau
netral bergantung pada nilai Ka, Kb, konsentrasi H+, dan konsentrasi OH-.
Perhatikan tabel berikut ini!
Tabel 1. Sifat Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Perbandingan Ka dan Kb Perbandingan [H+] dan [OH-] pH Sifat Larutan
Ka > Kb [H+] > [OH-] < 7 asam
Ka = Kb [H+] = [OH-] = 7 netral
Ka < Kb [H+] < [OH-] > 7 basa
Rumus menghitung pH sebagai berikut:
Page 8
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
59
[H+] = Kw = tetapan ionisasi air = 10-14
Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, guru harus dapat memilih
metode pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat
diterapkan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kimia sekaligus
meningkatkan aktivitas siswa, serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan
daya nalar dan kreatifitas siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Dengan
pembelajaran kooperatif ini siswa termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat
dan bersosialisasi dengan teman. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator
dalam pembelajaran.
NHT adalah tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan struktur
sederhana dan terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan
informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. NHT juga merupakan
model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi. Selain itu NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja
sama antar siswa.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diharapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
Kesetimbangan Ion dalam Larutan.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang pada kelas XI IPA2 dengan Standar Kompetensi (SK) 4.
Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya pada
Kompetensi Dasar (KD) 4.3.Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan
larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup, dan Kompetensi Dasar
(KD) 4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan
garam tersebut. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 20 Maret 2015
sampai dengan 15 Juni 2015.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 semester 2 tahun pelajaran
2014/2015 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 10 siswa putra dan 22 siswa putri yang
karakteristiknya berdasarkan pengamatan ialah memiliki rata-rata hasil belajar siswa pra
siklus pada mata pelajaran kimia masih rendah, tingkat kecerdasan juga rendah,
sehingga perlu suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
a. Data mengenai hasil belajar diambil dengan memberikan evaluasi pada setiap
akhir siklus.
b. Data mengenai kinerja guru dalam pembelajaran dan aktivitas siswa dalam
kelompok diambil dengan menggunakan lembar observasi.
Page 9
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
60 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
c. Data mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan
angket refleksi siswa terhadap pembelajaran.
Alat Pengumpulan Data
a. Lembar tes hasil belajar
b. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kelompok
c. Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran
d. Lembar kuisioner refleksi siswa terhadap pembelajaran
e. Catatan lapangan
Validasi Data
Tes Hasil Belajar, Soal tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi Kesetimbangan Ion
dalam Larutan. Bentuk tes yang diberikan adalah tes tulisan berbentuk pilihan
ganda dan uraian. Validasi data didapat dari rekaman hasil tes siswa. Observasi
aktivitas siswa dan guru. Validasi data observasi ini adalah merupakan triangulasi
antara siswa, guru yang melaksanakan PBM dan guru pengamat.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis
deskriptif.
1. Hasil belajar siswa dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu dengan
membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator keberhasilan.
2. Observasi aktivitas siswa dan guru saat kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan
analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
.
G. Prosedur Penelitian
1. Siklus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berlangsung dalam semester 2 terdiri dari 2 siklus.
Pada siklus pertama terdiri dari 3 kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari 3 kali
tatap muka. Alokasi waktu untuk setiap tatap muka ada yang 3 jam pelajaran dan ada
yang 2 jam pelajaran.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Tahapan tersebut disusun dalam 2
siklus. Adapun langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus secara rinci dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Siklus I
1. Perencanaan
a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada KD Larutan
Penyangga.
Page 10
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
61
b. Merancang skenario pembelajaran dengan model Numbered Heads Together
(NHT).
c. Menyiapkan instrumen penelitian siklus I (lembar observasi guru dan siswa,
kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa).
d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), buku paket (alhamdulillah, setiap siswa
sudah memiliki buku pegangan), dan prasarana yang diperlukan dalam
penyampaian materi.
e. Merancang pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan
memperhatikan penyebaran kemampuan siswa berdasarkan nilai ulangan materi
sebelumnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015, 24 Maret 2015, dan 27 Maret 2015 dengan
alokasi waktu ada yang 3 × 45 menit dan ada yang 2 x 45 menit. Semuanya
dilaksanakan melalui pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT).
Pertemuan pertama
a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.
b. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi
yang akan dibahas.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
d. Guru menjelaskan cara kerja secara ringkas tentang percobaan menganalisis sifat
larutan penyangga dan bukan penyangga.
e. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok
(sesuai rancangan sebelumnya) dan memberi nomor 1, 2, 3, dan 4.
f. Guru membagikan LKS 1 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
g. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya
berdiskusi memahami LKS 1 untuk melakukan percobaan menganalisis sifat larutan
penyangga dan bukan penyangga.
h. Setiap kelompok melakukan percobaan.
i. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang
mengalami kesulitan.
j. Setelah waktu percobaan selesai, guru memanggil satu nomor untuk mengisi hasil
pengamatan.
k. Tiap kelompok memperhatikan, apabila kurang jelas diberi kesempatan bertanya,
jika terjadi perbedaan pendapat maka siswa yang bernomor sama dari kelompok lain
diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan).
l. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pada LKS 1
m. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusinya, guru memberi penghargaan.
Page 11
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
62 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
n. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan
materi dan membimbing membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang
telah dilakukan.
o. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas membuat laporan praktikum.
Pertemuan kedua
a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.
b. Guru mengingatkan siswa untuk mengumpulkan laporan praktikum.
c. Dengan tanya jawab, guru melakukan apersepsi tentang sifat larutan penyangga.
d. Guru melakukan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi selanjutnya.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan
kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok
(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang
berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.
h. Guru membagikan LKS 2 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya
berdiskusi mengerjakan LKS 2 untuk memperoleh pemahaman tentang:
Campuran yang dapat membentuk larutan penyangga
Menghitung pH atau pOH larutan penyangga.
j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.
k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta
mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.
l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami
kesulitan.
m. Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan
satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju
mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban ataupun
masukan.
n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk
menanggapi (memberi masukan).
o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).
p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan
materi disertai contoh-contoh soal perhitungan pH larutan penyangga yang berasal
dari campuran asam lemah dengan basa kuat, campuran asam kuat dengan basa
lemah, campuran asam lemah dengan garamnya atau campuran basa lemah dengan
garamya, dan membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah
dilakukan.
q. Guru memberikan kuis secara individu.
Page 12
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
63
r. Pada akhir pertemuan, guru juga memberikan tugas / PR mengerjakan soal-soal yang
berhubungan dengan materi yang dibahas.
Pertemuan Ketiga
a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.
b. Guru menanyakan tugas apakah ada kesulitan atau tidak, jika ada maka guru
bersama siswa membahas tugas tersebut..
c. Dengan tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang cara menentukan pH
larutan penyangga.
d. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi
selanjutnya.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan
kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok
(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang
berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.
h. Guru membagikan LKS 3 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya
berdiskusi mengerjakan LKS 3 untuk memperoleh pemahaman tentang:
Penentuan pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam, sedikit basa,
atau pengenceran.
Fungsi/peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.
k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta
mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.
l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami
kesulitan.
m.Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan
satu nomor siswa. Anak yang merasa nomornya disebutkan maju mempresentasikan
hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban ataupun masukan.
n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk
menanggapi (memberi masukan).
o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).
p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan
materi disertai contoh-contoh soal perhitungan pH larutan penyangga yang berasal
dari campuran asam lemah dengan basa kuat, campuran asam kuat dengan basa
lemah, campuran asam lemah dengan garamnya atau campuran basa lemah dengan
garamya, dan membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah
dilakukan.
Page 13
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
64 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
q. Pada akhir siklus I pertemuan 3, guru memberikan pos tes untuk mengetahui hasil
belajar siswa pada siklus I.
r. Guru membagikan angket refleksi siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
s. Guru menginformasikan kepada siswa percobaan hidrolisis garam pada pertemuan
berikut.
Pengamatan
Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
kinerja guru selama pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together berlangsung.
Aspek yang diamati adalah sebagai berikut:
Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini
meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, mengorganisasi siswa ke dalam
kelompok-kelompok, membimbing siswa dalam kelompok, mengamati siswa dalam
kelompok, membimbing siswa dalam mengembangkan dan menyajikan hasil kelompok,
serta menganalisis dan mengevaluasi hasil kelompok.
Pengamatan terhadap siswa meliputi perhatian siswa saat dijelaskan, bertanya
tentang materi yang dipelajari, mengondisikan diri dalam kelompok, antusias dalam
menyelesaikan tugas, menyatukan pendapat dalam diskusi, kerjasama, memberi
masukan saat presentasi, memberi respon positif atas jawaban temannya dan
penghargaan yang diberikan guru, serta mengerjakan evaluasi secara jujur.
Siklus
Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan ulang.
Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada siklus I, meliputi
penyiapan RPP dengan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), instrumen
penelitian, LKS, pembentukan kelompok, yang diikuti oleh beberapa perbaikan,
diantaranya:
Guru peneliti mempelajari kembali model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) secara lebih seksama agar lebih menguasai penerapannya.
Guru peneliti merancang kembali alokasi waktu yang tepat pada skenario
pembelajaran sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada saat di lapangan.
Guru peneliti merancang LKS dan soal dengan bahasa yang lebih sederhana agar
mudah dipahami siswa.
1. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan
yaitu dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015, 3 April 2015, dan 7 April 2012 dengan
alokasi waktu ada yang 3 × 45 menit dan ada yang 2 x 45 menit. Semua dilaksanakan
melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Pertemuan pertama
a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.
b. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi
yang akan dibahas.
Page 14
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
65
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
d. Guru menjelaskan cara kerja secara ringkas tentang percobaan hidrolisis garam.
e. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok
(sesuai rancangan sebelumnya) dan memberi nomor 1, 2, 3, dan 4.
f. Guru membagikan LKS 4 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
g. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya
berdiskusi memahami LKS 4 untuk melakukan percobaan hidrolisis garam.
h. Setiap kelompok melakukan percobaan.
i. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami
kesulitan.
j. Setelah waktu percobaan selesai, guru memanggil satu nomor untuk mengisi hasil
pengamatan.
k. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka siswa yang nomornya sama dari kelompok lain
diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan).
l. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pada LKS 4.
m. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusinya, guru memberi penghargaan.
n. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan
materi dan membimbing membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang
telah dilakukan.
o. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas membuat laporan praktikum.
Pertemuan kedua
a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.
b. Guru mengingatkan siswa untuk mengumpulkan laporan praktikum.
c. Dengan tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang ciri-ciri garam yang dapat
mengalami reaksi hidrolisis beserta contohnya.
d. Guru melakukan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi selanjutnya.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan
kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok
(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang
berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.
h. Guru membagikan LKS 5 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya
berdiskusi mengerjakan LKS 5 untuk memperoleh pemahaman tentang:
Reaksi hidrolisis garam.
Campuran asam dengan basa yang dapat membentuk hidrolisis garam
Penentuan pH atau pOH hidrolisis garam.
j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.
k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta
mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.
l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami
kesulitan.
Page 15
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
66 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
m. Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan
satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju
mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban ataupun
masukan.
n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk
menanggapi (memberi masukan).
o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).
p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan
materi disertai contoh-contoh soal perhitungan pH hidrolisis garam yang berasal
dari campuran asam lemah dengan basa kuat, campuran asam kuat dengan basa
lemah, campuran asam lemah dengan basa lemah atau dari rumusan garam saja yang
memiliki jumlah koefisien 2 untuk kation/anion yang berasal dari yang lemah, dan
membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah dilakukan.
q. Guru memberikan kuis secara individu.
r. Pada akhir pertemuan, guru juga memberikan tugas / PR mengerjakan soal-soal yang
berhubungan dengan materi yang dibahas.
Pertemuan ketiga
a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.
b. Guru menanyakan tugas apakah ada kesulitan atau tidak, jika ada maka guru
bersama siswa membahas tugas tersebut..
c. Dengan tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang cara menentukan pH
hidrolisis garam.
d Guru melakukan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi selanjutnya.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan
kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok
(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang
berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.
h. Guru membagikan LKS 6 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya
berdiskusi mengerjakan LKS 6 untuk memperoleh pemahaman tentang:
Penentuan pH larutan garam yang tidak mengalami hidrolisis.
Pambahasan soal-soal larutan penyangga dan hidrolisis garam.
j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.
k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta
mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.
l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami
kesulitan.
Page 16
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
67
m. Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan
satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju
mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban
ataupun masukan.
n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya,
jika terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk
menanggapi (memberi masukan).
o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).
p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan
materi disertai contoh-contoh soal cara menentukan perhitungan pH larutan
penyangga dan hidrolisis garam apabila yang direaksikan asam dengan basa, serta
membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah dilakukan.
q. Guru membagikan angket refleksi siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan.
r. Guru menginformasikan kepada siswa post tes kegiatan siklus II pada pertemuan
berikutnya.
3. Pengamatan
Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
kinerja guru selama pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together berlangsung.
Aspek yang diamati adalah sebagai berikut.
a. Guru
Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini
meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, mengorganisasi siswa ke dalam
kelompok-kelompok, membimbing siswa dalam kelompok, mengamati siswa dalam
kelompok, membimbing siswa dalam mengembangkan dan menyajikan hasil
kelompok, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil kelompok.
b. Siswa
Pengamatan terhadap siswa meliputi perhatian siswa saat dijelaskan, bertanya
tentang materi yang dipelajari, mengkondisikan diri dalam kelompok, antusias
dalam menyelesaikan tugas, menyatukan pendapat dalam diskusi, kerjasama,
memberi masukan saat presentasi, memberi respon positif atas jawaban temannya
dan penghargaan yang diberikan guru, serta mengerjakan evaluasi secara jujur.
Refleksi
Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap pelaksanaan tindakan
selesai. Refleksi siklus II merupakan analisis dari hasil observasi dan tes hasil belajar
pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus II ini digunakan untuk menarik kesimpulan
apakah penelitian yang dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
Indikator Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
Page 17
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
68 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
1. Apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal 72 % yang diukur
dengan melihat lembar observasi siswa.
2. Kriteria ketuntasan belajar adalah apabila nilai hasil evaluasi siswa pada siklus I
dan siklus II ≥ 72.
Tabel 2. Kriteria ketuntasan
No. Nilai Kriteria Ketuntasan
% Kriteria
1. ≥ 72 ≥ 72 Tuntas
2. < 72 < 72 Tidak tuntas
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran pada KD 4.3 yaitu: Mendeskripsikan sifat larutan penyangga
dan peranan larutan penyangga, menyiapkan instrumen penelitian ( lembar observasi
guru dan siswa, kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa),
menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), merancang pembentukan kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa
berdasarkan nilai ulangan materi sebelumnya, dan mengembangkan skenario
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagaimana RPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus I, guru melakukan
apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi Larutan
Penyangga, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelaskan secara
ringkas cara kerja percobaan tentang larutan penyangga, menjelaskan langkah kerja
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), mengarahkan siswa agar duduk
sesuai kelompok yang ditentukan, memberi nomor yang berbeda-beda pada tiap siswa
dalam kelompoknya.
Guru membagikan LKS, kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Di kelas XI IPA2 masing-masing siswa sudah memiliki buku pegangan
kimia, jadi hal ini mempermudah untuk membahas materi pelajaran. Siswa bersama
kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok diharuskan memastikan
semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat siswa berdiskusi, guru
berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami
kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
Setelah waktu diskusi selesai, guru menentukan siswa mana yang harus
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut sebuah nama
kelompok dan satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju
mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan.
Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi
(memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat
kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik
menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua
Page 18
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
69
kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan
teriakan ALLOHU AKBAR bersama siswa pada kelompok terbaik (seorang siswa yang
suaranya keras sudah ditunjuk guru memberi aba-aba takbir).
Pada saat yang sama, guru pengamat melakukan pengamatan dengan mengisi
instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan
kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar.
Di akhir siklus, peneliti memberikan tes hasil belajar dan meminta siswa
mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil yang didapat
dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
Hasil Observasi Kinerja Guru
Pertemuan Pertama, Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I dengan skor terendah 2 dan skor
tertinggi 4 (lampiran 11). Pertemuan Kedua, Pengamatan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I dengan skor terendah 3 dan
skor tertinggi 4 (lampiran 12). Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi
4 (lampiran 13).
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan Pertama, Pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada
pertemuan pertama siklus I memiliki persentase 63,64% dengan skor terendah 2 dan
skor tertinggi 3 (lampiran 18). Pertemuan Kedua, Pengamatan aktivitas siswa
dalam pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I memiliki persentase 72,73%
dengan skor terendah 2 dan skor tertinggi 4 (lampiran 19). Dan Pertemuan Ketiga,
Pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I
memiliki persentase 81,82% dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 20).
Hasil Belajar Siswa dan Hasil Analisis Angket Siswa
Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus I dengan materi pelajaran Larutan
Penyangga, diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 67,22. Siswa yang tuntas sebanyak 18
orang (56,25%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang (43,75%) dengan nilai
tertinggi 89 dan nilai terendah 45.
Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus.
Hasil tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Angket Refleksi Siswa Siklus I
No. Aspek yang Diamati Frekuensi
Jawaban Persentase
1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan
model Numbered Heads Together.
A. Menyenangkan 30 93,75%
B. Tidak menyenangkan - -
C. Ragu-ragu 2 6,25%
2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang
dilakukan dengan kerja kelompok.
A. Menyenangkan 29 90,625%
Page 19
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
70 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
B. Tidak menyenangkan 1 3,125%
C. Ragu-ragu 2 6,25%
3. Pernyataan siswa bahwa model Numbered Heads
Together membuat siswa berani mengemukakan
pendapat.
A. Ya 23 71,875%
B. Tidak 6 18,75%
C. Ragu-ragu 3 9,375%
4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan
model Numbered Heads Together membuat siswa
mudah memahami pelajaran
A. Ya 26 81,25%
B. Tidak 4 12,50%
C. Ragu-ragu 2 6,25%
5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran
A. Ya 4 12,50%
B. Tidak 28 87,50%
C. Ragu-ragu - -
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru meliputi mengorientasi siswa dalam
pembelajaran, dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan
bimbingan guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap
kelompok. Guru lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif
bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru
secara sekilas. Selain itu, guru belum dapat mengalokasikan waktu secara baik, ini
dikarenakan belum terbiasanya guru dalam menerapkan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT).
Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.
Namun dalam menarik kesimpulan kebanyakan masih dilakukan oleh guru, sehingga
siswa belum terbiasa berpikir sendiri. Secara umum, pada siklus I ini guru masih
mendominasi pembelajaran.
Penilaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama cukup baik , dan
meningkat pada pertemuan kedua dan ketiga. Persiapan guru sudah cukup matang dan
selama proses pembelajaran berlangsung guru sudah berusaha untuk menerapkan model
pembelajaran NHT sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Namun hal ini perlu
ditingkatkan lagi pada siklus II dengan perbaikan-perbaikan seperti pemerataan
bimbingan pada setiap kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa
berpikir sendiri. Selain itu diupayakan untuk merancang kembali alokasi waktu yang
tepat pada skenario pembelajaran sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada saat di
lapangan.
Pada siklus I, dari setiap pertemuan menunujukkan peningkatan aktifitas belajar
siswa. Seperti meningkatnya antusias dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru. Untuk kerja
kelompokpun menunjukkan aktivitas, seperti meningkatnya diskusi dan tanya jawab
antar teman dalam kelompok, serta memberi pendapat tentang hasil yang
Page 20
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
71
dipresentasikan. Selain itu dalam mengkaji ulang/melakukan evaluasi dan membuat
kesimpulan juga semakin meningkat.
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa, keaktifan siswa pada
pertemuan pertama sebesar 63,64% pada pertemuan kedua 72,73%, dan pada pertemuan
ketiga 81,82%. Hasil ini sudah sesuai dengan indikator kaberhasilan yang ditetapkan
sebanyak 72%.
Walaupun demikian perlu adanya perbaikan sekaligus peningkatan dengan
memberikan dorongan motivasi kepada siswa yang masih sungkan mengemukakan
pendapat, untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas , menyatukan
pendapat, tidak merasa malu jika salah menjawab soal,serta melakukan diskusi secara
aktif dan memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru
harus mampu memberi perhatian serta motivasi terhadap kegiatan siswa dalam
kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada siklus II.
Pada siklus I, hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan karena
siswa yang tuntas 56,25% dengan nilai rata-rata 67,22. Masih perlu diadakan upaya
perbaikan sekaligus peningkatan pada siklus II dengan memotivasi siswa untuk lebih
aktif dalam pembelajaran dan Secara umum siswa memberikan respon positif atas
pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 93,75% siswa mengaku merasa senang
dengan pembelajaran Numbered Heads Together, 71,875% siswa terdorong untuk
berani mengemukakan pendapat walaupun terdapat 12,50% siswa yang masih
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, 18,75% kurang berani
berpendapat.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran pada KD 4.4. yaitu: Menentukan jenis garam yang
mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut, menyiapkan instrumen
penelitian (lembar observasi guru dan siswa, kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes
hasil belajar siswa), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), merancang pembentukan
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memperhatikan penyebaran
kemampuan siswa berdasarkan nilai ulangan materi sebelumnya, dan mengembangkan
skenario pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagaimana RPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus II, guru melakukan
apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi Hidrolisis
Garam, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelaskan cara kerja
percobaa tentang hidrolisis garam, mengingatkan kembali langkah kerja model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), mengarahkan siswa agar duduk sesuai
kelompok yang ditentukan, memberi nomor yang berbeda-beda pada tiap siswa dalam
kelompoknya.
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok diharuskan
memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat siswa
berdiskusi, guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang
mengalami kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi
kelompok.
Page 21
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
72 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
Setelah waktu diskusi selesai, guru menentukan siswa mana yang harus
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut sebuah nama
kelompok dan satu nomor siswa. Anak yang merasa nomornya disebutkan maju
mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan.
Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi
(memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat
kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik
menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua
kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan
memberikan hadiah bonbon pada semua anggota dari kelompok yang terbaik.
Pada saat yang sama, pengamat melakukan pengamatan dengan mengisi
instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan
kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Peneliti memberikan tes hasil belajar
dengan menggunakan jam pelajaran pada pertemuan berikutnya. Kemudian, guru
meminta siswa mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:
Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan
pertama siklus II dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 15). Pengamatan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II
dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 16). Pengamatan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II dengan skor
terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 17).
Hasil Observasi Aktivitas dan Hasil Beklajar Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus II 88,67% dengan skor
terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 21). Pertemuan Kedua Pengamatan
aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II 90,91% dengan skor terendah 3 dan skor
tertinggi 4 (lampiran 22). Pertemuan Ketiga Pengamatan aktivitas siswa pada
pertemuan ketiga siklus II 93,18% dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4. Hasil
Belajar Siswa Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus II dengan materi pelajaran
Larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam, diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 77,56.
Siswa yang tuntas sebanyak 30 orang (93,75%), yang belum tuntas 2 orang, dengan
nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 65..
Hasil Analisis Angket Siswa
Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil
tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II dapat dilihat
pada tabel 11 berikut:
Tabel 4. Hasil Angket Refleksi Siswa pada Siklus II No. Aspek yang Diamati Frekuensi Persentase
Page 22
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
73
Jawaban
1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan
model Numbered Heads Together.
A. Menyenangkan 31 96,875%
B. Tidak menyenangkan - -
C. Ragu-ragu 1 3,125%
2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang
dilakukan dengan kerja kelompok.
A. Menyenangkan 30 93,75%
B. Tidak menyenangkan - -
C. Ragu-ragu 2 6,25%
3. Pernyataan siswa bahwa model Numbered Heads
Together membuat siswa berani mengemukakan
pendapat.
A. Ya 28 87,50%
B. Tidak 1 3,125%
C. Ragu-ragu 3 9,375%
4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan model
Numbered Heads Together membuat siswa mudah
memahami pelajaran
A. Ya 30 93,75%
B. Tidak -
C. Ragu-ragu 2 6,25%
5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran
A. Ya 3 9,375%
B. Tidak 29 90,625%
C. Ragu-ragu - -
Pencapaian hasil belajar siswa yang diharapkan seperti yang ditetapkan dalam
indikator keberhasilan tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran,
mengingat guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Berdasarkan hasil lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui guru
semakin matang dalam menerapkan model pembelajaran NHT. Guru sudah melakukan
perbaikan-perbaikan seperti pemerataan bimbingan pada setiap kelompok, tidak
mendominasi pembelajaran dengan memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa
berpikir sendiri, serta sudah dapat mengatur alokasi waktu dengan baik.
Aktivitas Siswa
Pada siklus II aktivitas siswa lebih meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I.
Ditandai dengan perolehan persentase hasil observasi yang tinggi yaitu sebesar 86,36%.
Hal ini menunjukkan siswa dalam melakukan aktivitas yang diharapkan lebih banyak
dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah lebih terarah pada kerjasama kelompok,
meningkatnya diskusi dan tanya jawab dalam kelompok serta lebih berani dalam
mengungkapkan pendapatnya, ditandai dengan adanya siswa yang bertanya serta
menjawab pertanyaan. Siswa juga telah bekerja sama dengan kelompoknya secara baik,
siswa yang pandai sudah mulai menularkan idenya kepada siswa lain yang masih
kurang, sehingga semua anggota kelompok memahami diskusi. Hal ini sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran NHT bahwa siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan / tugas dari guru dan meyakinkan tiap
anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Siswa yang ditunjuk untuk menyajikan
Page 23
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
74 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
hasil diskusi sudah terlihat menguasai materi. Ini berarti bahwa pembelajaran NHT
sudah dapat terlaksana dengan baik.
Hasil Belajar Siswa
Dari hasil tes pada siklus II terdapat peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari rata-
rata hasil tes yang diberikan kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 77,56.
Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,75% atau sebanyak 30 siswa
memperoleh nilai ≥ 72 . Dengan demikian hasil belajar pada siklus II ini sudah
melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga tidak perlu dilakukan
siklus selanjutnya. Rinciannya sebagai berikut:
Tabel 5. Nilai Tes Siklus II No Nilai Jumlah Siswa Persen
1 92 – 100 1 3,125 %
2 82 – 91 5 15,625 %
3 72 – 81 24 75,00 %
4 62– 71 2 6,25 %
5 52 – 61 0 0 %
6 < 52 0 0 %
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan siswa yang mendapat nilai 92 -100 1 siswa
(3,125%), yang mendapat nilai 82 – 91 sebanyak 5 siswa (15,625%), yang mendapat
nilai 72 -81 sebanyak 24 siswa (75,00%), yang mendapat nilai 62 -71 sebanyak 2 siswa
(6,25%),
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Siklus II
No Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1 Tuntas 30 93,75 %
2 Belum Tuntas 2 6,25 %
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel 6, jumlah yang tuntas adalah 30 siswa (93,75%), yang
belum tuntas 2 siswa (6,25%).
Tabel 7. Keadaan Nilai Hasil Tes Siklus II No Keterangan Nilai
1 Nilai Tertinggi 92
2 Nilai Terendah 65
3 Nilai Rata-rata 77,56
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 92, nilai
terendah 65, sedangkan rata-rata kelas adalah 77,56.
Hasil Angket Siswa
Seperti pada siklus I, secara umum siswa memberikan respon positif atas
pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 82,14% siswa mengaku merasa senang
dengan pembelajaran Numbered Heads Together, 64,29% siswa terdorong untuk berani
mengemukakan pendapat, 71,42% siswa mengaku mudah memahami pelajaran.
Page 24
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
75
Terdapat siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran serta
kurang berani mengemukakan pendapat, namun persentasenya kecil.
Dari pembahasan silklus I dan II di atas menunjukkan bahwa indikator
keberhasilan tercapai, yaitu aktivitas siswa meningkat dari 58,64% menjadi 86,36%,
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan II adalah 72,39 yang berarti bahwa
indikator keberhasilan tercapai melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Aktivitas siswa kelas XI IPA2 semester 2 SMA Negeri 1 Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan
dapat ditingkatkan melalui model pembelajran Numbered Heads Together
(NHT), ditunjukkan dengan persentase aktivitas siswa 63,64% pada pertemuan 1
siklus I meningkat menjadi 93,18% pada pertemuan 3 siklus II.
2. Hasil belajar siswa kelas XI IPA2 semester 2 SMA Negeri 1 Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan
dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT), ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata nilai tes akhir siswa dari 67,22
pada siklus I menjadi 77,56 pada siklus II, dan ketuntasan belajar siswa
meningkat dari 56,25% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.
Rekomendasi
1. Model pembelajaran Numbered Heads Together perlu dilaksanakan oleh guru
kimia kelas XI SMA Negeri 1 Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
khususnya pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan.
2. Model pembelajaran Numbered Heads Together dapat digunakan sebagai variasi
pembelajaran yang bisa dicobakan oleh guru dalam mengajarkan materi pokok
lainnya.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard.I. 2008. Belajar untuk Mengajar (terjemahan). Edisi Ketujuh. Buku
Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
Herdiansyah. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. http://herdy07
.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/.
Page 25
Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……
76 Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Jacobsen, David A, dkk. 2009. Metode-Metode Pengajaran (terjemahan). Edisi
Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Junus, Mahmud. 1984. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: PT Al-Ma’arif.
Justiana, Sandri dan Mukhtaridi. 2009. Kimia 3. Bogor: Yudhistira.
Kusumah, Wijaya. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Indeks.
Muhibbinsyah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi,dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan
Nasional.2011. Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:
Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan PMP-Kemdiknas.
Slavin, Robert.E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek (terjemahan). Edisi
Kedelapan. Jilid 2. Jakarta: PT.Indeks
Suharjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban Seputar Penelitian Tindakan Kelas
dan Penelitian Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia dan LP3
Universitas Negeri Malang.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Uno, B.,Hamzah. 2010. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara.
Page 26
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and
Educational Scientific Information
Vol. 2, No.1 ,
Maret 2020
pISSN 2715–7741
eISSN 2657- 7423
Jurnal Kinerja Kependidikan
Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information
77