WRAP UP SKENARIO 1BLOK MEKANISME PERTAHANAN TUBUHMENCEGAH
PENYAKIT DENGAN VAKSINASI
KELOMPOK A 1
Ketua: Aswan Bagastoro 1102014045Sekretaris: Indah Permata Sari
1102014130Anggota: Bagus Dian Pranata 1102013052 Ananda Umica
Ressapati 1102014022 Bunga Fiskalina 1102014059 Dimas Aji Kusuma
1102014073 Faza Aditya Kencana 1102014097 Indah Mutiara Agustilla
1102014129 Irene Novita 1102014133
Universitas YARSIJl. Let. Jend. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta 10510
MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI
Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan
kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat
minggu kemudian bayi tersebut di bawa kembali ke RS karena timbul
benjolan di ketiak kanan. Setelah dokter melakukan pemeriksaan
didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris dekstra.
Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat
dalam vaksin tersebt dan menimbulkan respon imun tubuh.
KATA SULIT:1. Vaksinasi BCG : vaksin yang di buat dari serum
mycobacterium bovis yang di gunakan untuk anak anak di daerah yang
indisen tuberculosis yang tinggi 2. Kekebalan : kemampuan alamiah
organisme untuk bertahan dari suatu Mikroorganisme atau toksin yang
diprosuksi penyakit3. Antigen : substansi yang menstimulasi
antibody4. Nodus Limfatikus : salah satu dari komponen system
limfosit yang berdiameter 1-25 mm, sumber dari limfosit dari
jaringan darah veriveral, sebagai mekanisme pertahanan tubuh
melalui pengeluaran dan bakteri5. Region Axilaris Dekstra : bagian
ketiak kanan6. Respon Imun : system perlindungan dari pengaruh
biologis yang di lakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organismePERTANYAAN:1. Berapa usia optimal pemberian vaksinasi
BCG?2. Siapa yang tidak boleh mendapatkan vaksin BCG?3. Kenapa
vaksinasi tersebut menimbulkan benjolan?4. Factor faktor yang
mempengaruhi vaksinasi?5. Kelebihan dan kerugian vaksinasi?6.
Perbedaan vaksinasi dan imunisasi?7. Adakah kegagalan dalam
vaksinasi?8. Dampak dari vaksinasi?9. Apa dalam islam
memperbolehkan vaksin?10. Apa yang di maksud reaksi antigen?11.
Organ apa saja yang berperan dalam system imun?12. Adakah hubungan
vaksinasi dengan antibodi yang terbentuk dalam tubuh?JAWABAN:1.
< 2 bulan2. Ibu hamil, bayi imunodifisiensi, orang yang sudah
terkena TB, test mantoux (+)3. Karena ada respon tubuh terhadap
vaksin yang di berikan4. Imunitas tubuh, umur, gizi, gen5. (+)
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu(-) kalau
imun turun akan menimbulkan efek samping6. Vaksinasi adalah bagian
dari imunisasi7. Ada8. Benjolan, alergi, demam, pegal9. Boleh10.
Reaksi yang di timbulkan dari proses pembentukkan antibody oleh
vaksin yang sudah di berikan11. Limfonodus, lien, tymus, tongsil,
bone marrow, pembuluh limfe12. Ada, karena vaksinasi membentuk
antibodiHIPOTESIS:Vaksinasi adalah bagian dari imunisasi yang di
berikan kepada individu dengan tujuan meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu. Organ yang ikut berperan terhadap
respon imun dapat membentuk antibody yang bereaksi terhadap antigen
sehingga menimbulkan kekebalan tubuh. Selainmenimbulkan kekebalan
tubuh dpat juga menimbulkan berbagai efek samping.SASARAN BELAJAR1.
M.M Sistem Limfatikum1.1 Definisi1.2 Makroskopik1.3 Mikroskopik2.
M.M Vaksinasi & Imunisasi2.1 Imunisasi2.2 Vaksinasi 3. M.M
Antigen3.1 Definisi3.2 Klasifikasi3.3 Struktur4. M.M Antibodi4.1
Definisi4.2 Fungsi4.3 Klasifikasi4.4 Struktur5. M.M Respon Imun5.1
Definisi5.2 Klasifikasi5.3 Mekanisme6. M.M Pandangan islam tentang
vaksinasi
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid1.1.
DefinisiSistem limfoid: Terdiri dari organ dan sel yang berfungsi
untuk melindungi lingkungan internal dari zat asing. Sel-sel sistem
ini dikenal sebagai sel Imunokompeten (limfosit, sel plasma) yang
mampu membedakan benda asing/destruksi benda asing. Juga terdiri
dari sel bergerak (limfosit dan makrofag), dan sel menetap
(retikuloendotel dan sel plasma). Umumnya terdiri atas jaringan
penyambung, jala-jalan sel dan serabut retikulin yang di dalamnya
terdapat limfosit, sel plasma, makrofag (sel imunokompeten lain).
Jenis jaringan limfoid: Jaringan limfoid jarang (jala-jala sel
tetap/fixed, mencolok) Jaringan limfoid padat (jala-jala
bebas/limfosit) Jaringan limfosit nodular (mencolok tapi tetap
terlihat nodulus limfatikus kecuali di Thymus)1.2. MakroskopikOrgan
limfoid primer : Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang
dan timus. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat
hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50% atau lebih dari
kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid diperlukan untuk
pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B sehingga
menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.Sel hematopoietik yang
diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan
masukke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.
Thymus: Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai
pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur
kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah
lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga,
gepeng dan kemerahan. Sumsum Tulang: Terdapat pada sternum,
vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan
membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang
sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel
stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yangkemudian
mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya
menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B
Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga
menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran
darahmenuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik
menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan
selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.
Organ limfoid sekunder :Organ limfoid sekunder merupakan tempat
sel dendritic mempersentasikan antigen yang yang ditangkapnya di
bagian lain tunuh ke sel T yang memacunya untuk poliferasi dan
diferensiasi limfosit.
Limfonodus: Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi
untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran
infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh
satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui
duktustorasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih
luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang
merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen
yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferent
memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung. Lien:
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular
berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk
oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini
terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.
Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri
lienalis dan keluar melalui venalienalis ke vena porta menuju hati.
Tonsil: Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri
atas 3 buah tonsila yaituTonsila Palatina, Tonsila Lingualis,
Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada
saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini yang
menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua
tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri
atas 3 buah tonsila, yaitu : Tonsila palatine Terletak pada dinding
lateralis, orofaring dekstra dan sinistra Terletak dalam satu
lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari lekukan
itu adal tonsil bed Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15
crypta tonsilaris Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang
berbentuk capsula Tonsila lingualis Terletak dibelakang lidah, 1/3
bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat
permukaan berbenjol-benjol (folikel). Pendarahan tonsil berasal
dari arteria dorsalis lingue (cabang arterialingualis), arteria
carotis eksterna Tonsila pharyngealis Terdapat di daerah nasofaring
dibelakang pintu hidung belakang Bila membesar disebut adenoid,
dapat menyebabkan sesak nafaskarena dapat menyumbat pintu nares
posterior (choanae), terletak didaerah nasopharynx, tepatnya diatas
torus tobarius dan OPTA1.3. Mikroskopik Tyhmus: Timus memiliki
suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dlm parenkim dan membagi
timus menjadi lobulus. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer
gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang disebut medula
korteks dan medula berisi sel-sel limfosit. Sel limfosit berasal dr
sel mesenkim yg menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr kantung
faringeal ke 3 dan 4. Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum)
yang merupakan sel retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris ,
mengalami degenerasi dan mengandung granula keratohialin. Korteks
timus limfosit T yg sangat banyak, Sel retikular epitel yg tersebar
Beberapa makrofag Medulla timus Mengandung sel retikular dan
limfosit Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding
bgn korteksTimus mengalami involusi stlh pubertas. Timus ditempati
oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai
menjalani diferensiasinya mjd sel T. Timus menghasilkan beberapa
faktor pertumbuhan protein yg merangsang proliferasi dan
diferensiasi limfosit T. Limfonodus: Organ bersimpai berbentuk
bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid. Tersebar
diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe. Nodus
ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh
besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen
terutama dalam mesenterium. Limfonodus memiliki sisi konveks
(cembung) dan konkaf (cekung) yang disebut hilus tempat arteri dan
saraf masuk dan vena keluar dari organ.
Korteks luar: Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu
jar. sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit
B Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis
yang disebut nodulus limfatikus Terdapat sinus subkapsularis, yang
dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar dari makrofag, sel retikular
dan serat retikular Korteks dalam: Merupakan kelanjutan korteks
luar, mengandung beberapa nodulus Mengandung banyak limfosit T
Medulla: Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan
korteks dalam Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma
Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg
berdilatasi sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe
Lien: Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah.
Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah.
Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan
merupakan organ pembentuk antibodi penting. Dibungkus oleh simpai
jaingan ikat padat yang menjulurkan trabekula yang membagi parenkim
atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna. Pulpa limpa
tidak mempunyai pembuluh limfe. Limpa dibentuk oleh jalinan kerja
jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan
sel-sel antigen-presenting. Tidak memperlihatkan adanya daerah
korteks dan medula yang jelas. Kapsul pada limpa lebih tebal
dibanding pada limfonodus. Tonsil: Tonsil Palatine: Terletak pada
dinding lateral faring bagian oral Permukaan tonsila palatina
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga
melapisi bagian mulut lainnya Setiap tonsila memiliki 10-20
invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk)
yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung
sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri
dalam lumennya Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ
berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut
simpai tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap
penyebaran infeksi tonsila Di bawah tonsila palatina terdapat
jar.ikat padat yang membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk
trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot
rangka.
Tonsila Lingualis: Lebih kecil dan lebih banyak Terletak pada
pangkal lidah Ditutupi epitel berlapis gepeng Masing-masing
mempunyai sebuah kriptus Tosila Faringea: Merupakan tonsila tunggal
yang terletak dibagian supero-posterior faring. Ditutupi epitel
bertingkat silindris bersilia Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa
dengan jar. Limfoid difus dan nodulus limfatikus Tidak memiliki
kriptus Simpai lebih tipis dari T. Palatina.2 Memahami Vaksinasi
& Imunisasi2.1 ImunisasiImunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen serupa, tidak akan
terjadi penyakit. (Ranuh, 2008,p.10). Kemudian menurut Kamus
Kedokteran Dorland, hanya berarti untuk menyuntikkan "suspensi
mikroorganisme dilemahkan atau dibunuh, diberikan untuk pencegahan
atau pengobatan penyakit menular.1) Imunisasi PasifA. Imunisasi
pasif alamiah: Imunisasi pasif, terjadi bila seseorang menerima
antibodi atau produk sel dari orang lain yang telah mendapat
imunisasi aktif. Imunitas pasif dapat diperoleh melalui antibodi
dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.i.
Imunitas maternal melalui plasenta, antibodi dalam darah ibu
merupakan proteksi pasif kepada janin. Ibu yang mendapat vaksinasi
aktif akan memberikan proteksi pasif kepada janin dan bayi.ii.
Imunitas maternal melalui kolostrum (ASI pertama segera setelah
melahirkan). Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi
dalam kolostrum. Antibodi terhadap mikroorganisme yang menempati
usus ibu dapat ditemukan dalam kolostrum sehingga selanjutnya bayi
memperoleh proteksi terhadap mikroorganisme yang masuk saluran
cerna.B. Imunisasi pasif buatan:i. Immune Serum Globulin
nonspesifik (Human Normal Immunoglobulin): ISG digunakan untuk
imunisasi pasif terhadap berbagai penyakit atau untuk perawatan
penderita imunokompromais dan pada keadaan tertentu. ISG diberikan
kepada penderita purpura TIP. Dosis tinggi IgG diperlukan untuk
dapat mencegah reseptor Fc pada fagosit, terjadinya fagositosis dan
rusaknya trombosit akibat ADCC.
ii. Immune Serum Globulin spesifikPlasma atau serum yang
diperoleh dari donor yang dipilih sesudah imunisasi atau booster
atau konvaselen dari suatu penyakit. Hepatitis B immune Globulin:
ISG Hepatitis A ISG Campak Human Rabies Immune Globulin Human
Varicella-Zoster Immnue Globulin Antisera terhadap virus
Sitomegalo
iii. Serum asal hewan: Serum asal hewan seperti anti bisa ular
tertentu, laba-laba, kalajengking yang beracun digunakan untuk
mengobati mereka yang digigit. Bahayanya ialah penyakit serum.iv.
Antibodi heterolog versus antibodi homolog: antibodi heterolog asal
kuda dapat menimbulkan sedikitnya 2 jeni hipersensivitas yaitu
reaksi tipe I atau tipe III (penyakit serum atau kompleks imun)v.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian globulin serum:
Biasanya preparat globulin diberikan IM mengingat pemberian IV
dapat menimbulkan reaksi anafilaksis. Preparat baru adalah aman
untuk pemberian IV. Keunikan kontraindikasi pemberian
Immunoglobulin yaitu pada defisiensi IgA kongenital.2) Imunisasi
aktif: untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin
hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Keuntungan dari pemberian
vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga
menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di
tempat infeksi alamiah. Risiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh
karena dapat menjadi virulen kembali dan merupakan hal yang
berbahaya untuk subyek imunokompromais.A. Respons primer dan
sekunderRespons primer ditandai dengan lag phase yang diperluka sel
naif untuk menjalani seleksi klon, ekspansi klon dan diferensiasi
menjadi sel memori dan sel plasma. Kemampuan untuk memberikan
respons humoral sekunder tergantung dari adanya sel B memori dan
sel T memori. Aktivasi kedua sel memori menimbulkan respons
antibodi sekunder yang dapat dibedakan dari respons
primer.Perbedaan respons imun di berbagai bagian tubuh: ada
perbedaan kadar antibodi dalam intra dan ekstra-vaskuler. sIgA
diproduksi setempat di lamina propria di bawah membran mukosa
saluran napas dan cerna yang sering merupakan tempat kuman masuk.
sIgA merupakan Ig utama dalam sekresi hidung, bronkus, intestinal,
saluran kemih, saliva, kolostrum dan empedu. sIgA memberikan
keuntungan dan dapat mencegah virus di tempat virus masuk tubuh,
sintesis antibodi sekretori lokal terbatas pada lokasi-lokasi
anatomis tertentu yang dirangsang langsung melalui kontak dengan
antigen.
2.2 VaksinasiSuspensi mikroorganisme (bakteri, virus atau
riketsia) yang dilemahkan atau dimatikan, atau suspensi protein
antigentik yang berasal dari mikroorganisme tersebut, yang
diberikan untuk mencegah, meringakan, atau mengobati penyakit
menular (Dorland). Vaksinasi merupaka imunisasi aktif karena
memasukkan antigen agar terbentuk antibodi spesifik atau sel
limfosit T dalam tubuh.Vaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan
vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam pejamu, dapat menimbulkan
penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang terjadi
pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau
komponen spesifik) asal patogen seperti toksoid yang diinaktifkan
tetapi tetap imunogen.
Klasifikasi vaksin
Hidup diatenuasikanMati - diinaktifkan
PatogenKomponen
BakteriVirusRekayasaSeluruh AgensToksoidSubunit dimurnikanRekaya
subunit Rekombinan
BCGAdenoCampakMumpsPolioRubellaYellow
feverInfluenza(intranasal)KoleraVirus RotaTifoid
(Ty21-oral)AntraksKolera USP (parenteral)Kolera WC/rBS
(oral)Hepatitis AHepatitis B (asal plasma)Influenza (seluruh
virus)PesPolio (IPV)RabiesTifoid (parenteral)DifteriTetanus
Petusis (aselular)Hib (polisakarida)Kolera EC/rBS
(oral)Influenza (vaksin slit)Menigokok (polisakarida)Pneumokok
(polisakarida)Tifoid Vi (polisakarida)
Hib konjugatPneumokok konjugatMeningokok konjugatHepatitis B
(antigen permukaan)Penyakit lyme (OspA)
Jenis-jenis vaksin 1) BCG BCG memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum
anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan
pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus
Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita
yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi
HIV). Reaksi yang mungkin terjadi:i. Reaksi lokal : 1-2 minggu
setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan
benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam
waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. ii. Reaksi
regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher,
tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam
waktu 3-6 bulan. Komplikasi yang mungkin timbul adalahi.
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan
jarum) dan bukan disayat. ii. Limfadenitis supurativa, terjadi jika
penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi.
Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.2) DPT Imunisasi DPT
adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius
atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada
saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga
anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah
vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang
dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan,
yang disuntikkan pada otot lengan atau paha Imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3
bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT
III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami
reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan
DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal,
sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun
kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan
booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan
yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan
terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek
samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat
penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari
1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:i. demam tinggi
(lebih dari 40,5 Celsius)ii. kejangiii. kejang demam (resiko lebih
tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau
terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)iv. syok (kebiruan,
pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita
sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa
ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang,
penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering
ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi
demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di
tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih
sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan3)
DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh
kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk
keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak
perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima
imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar dan
ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot
lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam inggi.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan
pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari.
4) TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum)
juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT
diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7
bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau
lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah
reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.5) Polio Memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot
dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio
juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot
untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam
vaksin polio :i. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui
suntikanii. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung
vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil
atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk
polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontra indikasi pemberian
vaksin polio:i. Diare berat ii. Gangguan kekebalan (karena obat
imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) iii. Kehamilan Efek
samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang
tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada
orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin,
kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih
banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan
imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya
diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi
hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin
B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan
OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk
diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang
menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau
obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang
menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau
berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka
benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada
tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa
hari.6) Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1
dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar
biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak :i. infeksi akut yang
disertai demam lebih dari 38 Celsiusii. gangguan sistem
kekebalaniii. pemakaian obat imunosupresaniv. alergi terhadap
protein telurv. hipersensitivitas terhadap kanamisin dan
eritromisin vi. wanita hamil Efek samping yang mungkin terjadi
berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral
serta ensefalitis (jarang).7) MMR Imunisasi MMR memberi
perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit,
batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan
infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah
yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada
salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri.
Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak
dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam
kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga
bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika
seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi
penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme
dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang
melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada
keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi
kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan
pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak
memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu
diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum
masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk
SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur
18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin
akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR
sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum
tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari
mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa
kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman
dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan
perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan
pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing
komponen vaksin:i. Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani
imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada
sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15%
anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam
waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2
hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR
kedua.ii. Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada kelenjar di
pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.iii.
Komponen campak Jerman, Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau
ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2
mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15%
anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang
ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak
yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa
yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus
berlangsung selama beberapa bulan (hilang- timbul). iv. Artritis
(pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10%
orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan
sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau
kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan
efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak
Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang
sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai
anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada: i. anak
yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisinii.
anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin iii. anak yang
mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma
maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi
penyinaran atau obati imunosupresan.iv. wanita hamil atau wanita
yang 3 bulan kemudian hamil.8) Hib Imunisasi Hib membantu mencegah
infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat
yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak
3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6
bulan.
9) Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan
perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam
kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Anak yang berumur
12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk
menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan
varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita
cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu
4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan
sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak
berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang
sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit
dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa
cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini
90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah
kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan
suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya
menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya
menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa
pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan
kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya
ringan, yaitu berupa :i. Demamii. nyeri dan pembengkakan di tempat
penyuntikan iii. ruam cacar air yang terlokalisir di tempat
penyuntikan. Efek samping yang lebih berat adalah :i. kejang demam,
yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikanii.
pneumoniaiii. reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa
menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung
yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi
dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan
dilakukan dan sangat jarang terjadi.iv. Ensefalitisv. penurunan
koordinasi otot. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan
kepada :i. Wanita hamil atau wanita menyusuiii. Anak-anak atau
orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang
memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaaniii.
Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik
neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua
bahan tersebutiv. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita
penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh
(misalnya AIDS)v. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang
mengkonsumsi kortikosteroid vi. Setiap orang yang baru saja
menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnyavii. Anak-anak
atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan
immunoglobulin.10) HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap
hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa
menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan
segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif,
bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar
diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara
suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara
suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun
setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada
otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG
(hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2
bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak
diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada
saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status
HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi
berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang
sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin
HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV
adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam
ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang
akan hilang dalam beberapa hari.
11) Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata
melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan
infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga
dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki
resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.3. Memahami dan
Menjelaskan Antigen3.1 DefinisiBerbagai patogen seperti bakteri,
virus, jamur atau parasit mengandung berbagai bahan. Secara
spesifik imunogen adalah bahan yang dapat merangsang sel B atau sel
T atau keduanya. Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan
produk respons imun yang dirangsang oleh imunogen spesifik seperti
antibodi atau TCR. Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi
baik respons imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang disebut
antigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri
mengingduksi despons imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya
seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan
dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein
pembawa.Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan
hapten. Contoh hapten adalah dinitrofenol, berbagai golongan
antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul kecil. Hapten
biasanya dikenal o0leh sel B, sedangkan protein pembawa oleh sel T.
Hapten membentuk epitop pada protein pembawa yang dikenal sistem
imun dan merangsang pembentukan antibodi. Molekul pembawa sering
digabung dengan hapten dalam usaha memperbaiki imunisasi. Respons
sel B terhadap hapten memerlukan protein pembawa untuk dapat
dipresentasikan ke sel Th.
3.2 KlasifikasiAntigen dapat dibagi menurut epitop,
spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:1)
Pembagian antigen menurut epitop Unideterminan, univalenHanya satu
jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: Hapten
Unideterminan, multivalenHanya satu jenis determinan tetapi dua
atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul. Contoh:
Polisakarida Multideterminan, univalenBanyak epitop yang
bermacam-macam tetapi hanya saty dari setiap macamnya (kebanyakan
protein). Contoh: Protein Multideterminan, multivalenBanyak macam
determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen
dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)/
contoh: Kimia kompleks2) Pembagian antigen menurut spesifisitas
Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies Xenoantigen, yang
hanya dimiliki spesies tertentu Aloantigen (isoantigen), yang
spesifik untuk individu dalam satu spesies Antigen organ spesifik,
yang hanya dimiliki organ tertentu Autoantigen, yang dimiliki alat
tubuh sendiri3) Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap
sel T T dependen, yang memerlukan pengenalam oleh sel T terlebih
dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen
protein termasuk dalam golongan ini. T independen, yang dapat
merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi.
Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang
dipecah didalam tubuh secara perlahan-lahan misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik
bakteri4) Pembagian antigen menurut sifat kimiawi Hidrat arang
(polisakarida)Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein
yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat
menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain
adalah respons imun yang ditimbulkan golongan dara ABO, sifat
antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada
permukaan sel dara merah LipidLipid biasanya tidak imunogenik,
tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid
dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid Asam
nukleatAsam nukelat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi
imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk
heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA
terjadi pada penderita dengan LES ProteinKebanyakan protein adalah
imunogenik dan pada umunya multideterminan dan univalen
3.3 StrukturKarakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran,
rigiditas, lokasi determinan dan struktur tersier. UkuranAntigen
lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang
besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang
sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul
kecil (hapten) dan protein inang (carrier). BentukBentuk determinan
sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam
DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan
dalam homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat
imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau
empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk spesies
lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting.
RigiditasGelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar,
hampir semuanya non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi
antigen secara langsung diangkut ke gelatin. Lokasi
determinanBagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan
determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul
besar. Struktur tersierStruktur tersier dari protein (spatial
folding) penting dalam mendeterminasi kespesifikan dari respon
suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak
bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari
ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran
molekul protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi.
Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan
dihancurkan.
4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
4.1 DefinisiAntibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi
dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan
molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti
agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin.
Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan
pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya
disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).
4.2 FungsiFungsi utamanya adalah mengikat antigen dan
menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan.
4.3 Klasifikasi IgG (Imuno globulin G)Merupakan antibodi yang
paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia
memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa
tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah,
sistem getah bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah,
langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka
mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka
melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam
yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu menyelip di
antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis
yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta
ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu
hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi
tidak diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka
untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan
terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian
sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio
dari musuh sampai anak itu lahir. IgA (Imuno globulin A)Terdapat
pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air
liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan
sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan
kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap
seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka
mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka
menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara andal yang
ditempatkan untuk melindungi daerah kritis. Antibodi ini melindungi
janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah
kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan
tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan
pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi
yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI
akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti
IgG, jenis antibodi ini juga akan hilang setelah mereka
melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur beberapa
minggu. IgM (Imuno globulin M) Antibodi ini terdapat pada darah,
getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat organisme tubuh
manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu
memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh
menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM
janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah
terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
IgD (Imuno globulin D)IgD juga terdapat dalam darah, getah bening,
dan pada permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak
sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel
T, mereka membantu sel T menangkap antigen. IgE (Imuno globulin E)
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi
ini bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel
darah lainnya untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan
reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh
orang yang sedang mengalami alergi. (Yahya, Harun. 2005) 4.4
StrukturPorter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang
terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai berat
(heavy chain=H) dan 2 rantai ringan(light chain =L) yang tersusun
secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat dipecah
oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik
dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang
menunjukkan bahwa fragmen itu univalent atau mempunyai valensi
satu. Frakmen ini disebut Fab (fragment antigen binding). Fragmen
yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan karenanya dapat
membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin,
suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc
sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat
mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalen (bervalensi
dua), dan disebut F(ab)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai H selalu
menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak
konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata
menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian
variabel dan rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab
menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena setiap molekul
immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari
immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.Rantai- L (light
chain). Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air kemih
penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut
rantai-(kappa) dan rantai- (lambda). Pada setiap orang sehat dapat
ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai- 65%
dan rantai- 35%, atau ratio : adalah 2:1.Rantai- H. Imunoglobulin
dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara lain
terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai
rantai-H tertentu, tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai
rantai- atau (di dalam satu molekul selalu hanya satu macam saja).
Rantai-H dari IgG disebut juga rantai- (gama) Rantai-H dari IgA
disebut rantai- (alpha) Rantai-H dari IgM disebut rantai- (mu)
Rantai-H dari IgD disebut rantai- (delta) Rantai-H dari IgE disebut
rantai- (epsilon)Bagian variabel dari molekul immunoglobulin
menentukan sifatnya yang khas terhadap antigen. Bagian yang konstan
sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetepi
kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin menentukan aktifitas
biologis dari antibodi itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan
molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut
menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain
fungsi biologis di atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas
tertentu setelah antibody bergabung dengan antigen, misalnya
kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen, perlekatan dengan
sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi
biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda
satu sama lain, tergantung dari struktur primer molekul itu dan
mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi
aktif.
5. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh
5.1 Definisi Sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme.Sistem imunadalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem
kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko
terkena beberapa jenis kanker.Sistem Imun bisa juga diartikan
gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi, reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan
molekul-molekul terhadap mikroba
5.2 Klasifikasi
5.3 MekanismeI. Sistem Imun Non-SpesifikDisebut nonspesifik
karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan
siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan
spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap
banyak patogen potensial. Sistem tersebut dalam mengahadapi
serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung.A.
Pertahanan fisik/mekanikKulit, selaput lendir, silia saluran napas,
batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap
infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel
mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit
yang rusak menyebabkan risiko infeksi meningkat. Tekanan oksigen
yang tinggi di paru bagian atas membantu hidup kuman obligat aerob
seperti tuberkulosisB. BiokimiaBeberapa mikroba dapat masuk melalui
kelenjar sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi
sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek
denaturasi terhadap protein membran sel sehingga dapat mencegah
infeksi yang dapat terjadi melalui kulit. Lizosim dalam keringat,
ludah, air mata dan air susu ibu, melindungi tubuh terhadap
berbagai kuman positif-Gram peptidoglikan dinding bakteri. Air susu
ibu juga mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang
mempunyai sifat anti bakterial terhadap E.koli dan stafilokok.
Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding
sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga
mengandung antibodi serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai
opsonin dalam lisis sel mikroba.Asam hidroklorida dalam lambung,
enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam usus halus membantu
menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba.
pH yang rendah dalam vagina, spermin dalam semen dan jaringan lain
dapat mencegah tumbuhnya bakteri positif-Gram. Pembilasan oleh urin
dapat menyingkirkan kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam
serum mengikat besi yang merupakan metabolit esensial untuk hidup
beberapa jenis mikroba seperti pseudomonas.Bahan yang disekresi
mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan telinga berperan
dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Mukus dapat menangkap
bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikueluarkan oleh
gerakan silia. Polusi, asap rokok, alkohol dapat merusak mekanisme
tersebut sehingga memudahkankan terjadinya infeksi oportunistik.C.
HumoralSistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut.
Molekul larut terntu diproduksi di tempat infeksi atau cedera dan
berfungsi lokal. Molekul tersebut antara lain adalah peptida
antimkroba seperti defensin, katelisidin dan IFN dengan efek
antiviral.1) Komplemen: Komplemen merupakan sistem yang terdiri
atas sejumlah protein yang berperan dalam pertahanan penjamu, baik
dalam sistem imun nonspesifik maupun sistem imn spesifik. Komplemen
merupakan salah satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam
inflamasi, oposonisasi dan kerusakan (lisis) membran
patogen.Komplemen juga dapat berperan dalam sistem imun spesifik
yang setiap waktu dapat diaktifkan kompleks imun.Aktivasi
komplemenmerupakan usaha tubuh untuk menghancurkan antigen asing,
namun sering pula menimbulkan kerusakan jaringan sehingga merugikan
tubuh sendiri. Komplemen sangat sensitif terhadap sinyal kecil.
Mediator yang dilepas komplemen Aktivasi komplemen Reseptor
komplemen Fungsi biologis komplemen Regulator inhibitor komplemen
Defisiensi komplemen2) Protein fase akut: Selama fase ini, terjadi
perubahan pada kadar beberapa protein dalam serum yang disebut APP.
Protein yang meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga
APRP yang berperan dalam pertahanan dini. APRP diinduksi oleh
sinyal yang berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah.
Hati merupakan tempat sistesis APRP.a. C-Reactive ProteinCRP yang
meruapaka salah satu PFA, termasuk golngan protein yang kadarnya
dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas
nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat bergbagai
mikroorganisme, protein C pneumokok yang membentuk kompleks dan
mengaktifkan komplemen jalur klasik.
b. LektinLektin berperan sebagai opsonin, mengaktifkan
komplemen.c. Protein fase akut lainProtein fase akut yang lain
adalah 1-antitripsin, amiloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B
dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endapan
darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh lebih lambat dibanding
dengan CRP.3) Mediator asal fosfolipid: Metabolisme fosfolipid
diperlukan untuk produksi PG dan LTR. Keduanya meningkatkan
responsinflamasi melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan
vasodilatasi.4) Sitokin IL-1, IL-6, TNF-Selama terjadi infeksi,
produk bakteri seperti LPS mengaktifkan makrofag dan sel lain untuk
memproduksi dan melepas berbagai sitokin seperti IL-1 yang
merupakan irogen endogen, TNF- dan IL-6.5) Pertahanan selular:
Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan
dalam sirkulasi atau jaringan.II. Sistem Imun SpesifikSistem imun
spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap
asing bagi dirinya. Benda asing pertama kali terpajan dengan tubuh
segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut
menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh
untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan.A. HumoralPemeran utama dalam sistem imun spesifik
humoral adalah linfosit B atau sel B. Sel B dirangsangoleh benda
asing akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi
sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepas dapat
ditemukan dalam serum.B. SelularLimfosit T atau sel T berperan
dalam sistem imun spesifik selular. Berbeda dengan sel B, sel T
terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlaian yaitu
sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau
Th3. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan
makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel
terinfeksi.Komponen Sistem ImunLimfosit T dan B merupakan
satu-satunya komponen sistem imun yang mempunyai kemampuan
pengenalan antigen spesifik, yaitu dengan menimbulkan imunitas
adaptif. Sel NK adalah limfosit yang berasal dari sel induk
hematopoetik. Sel NK diduga mempunyai peran pertahanan hospes
terhadap infeksi virus, pada pengawasan tumor, dan pada pengaturan
imun.Manusia memiliki dua jenis yaitu Limfosit B (sel B) dan
Limfosit T (sel T). Limfosit mengalir di darah dan limfa, khususnya
sistem limfatik. Sistem limfatik terdir dari limfa, nodus limfa,
timus dan jaringan limfa lainnya. Limfosit sendiri merenspons
mikroba atau molekul asing tertentu yang dinamakan antigen. Antigen
meliputi molekul yang dimiliki virus, bakteri, fungi, protozoa dan
cacing parasit. Antigen ditemukan di permukaan zat asing.Antigen
menimbulkan respons kekebalan dengan cara mengaktifkan sel B untuk
mensekresi protein yang disebut dengan antibodi. Antigen memiliki
bermacam-macam bentuk molekuler yang merangsang sel B untuk
mensekresi antibodi yang berinteraksi dengan antigen tersebut. Sel
B dan sel T dapat mengenali antigen yang spesifik karena memiliki
reseptor antigen yang terletak di membran plasma. Reseptor antigen
pada sel B mrupakan antibodi membran sedangkan pada sel T disebut
juga reseptor sel T. Reseptor sel T berikatan dengan antibodi
membran dan mengenali antigen tersebut. Limfosit yang mengandung
reseptor untuk mengenali antigen. Setelah antigen terdeteksi, maka
limfosit akan membelah dan berdiferensiasi serta membentuk 2 klon
yaitu sel efektor dan sel memori. Pengklon sel ini disebut dengan
seleksi klonal. Setiap antigen berikatan dengan reseptor secara
selektif dengan mengaktifkan sel limfosit di tubuh kemudian jumlah
sel yang terseleksi akan menghasilkan ribuan sel yang bersifat
spesifik untuk menghancurkan antigen tersebut. Kejadian ini
dinamakan respons kekebalan. Respons kekbalan terbagi menjadi dua,
yaitu respons kekebalan primer dan respons kekebalan skunder.
Respons kekebalan primer ketika limfosit memerlukan 10-17 hari
untuk menyeleksi limfosit dan memberikan respons terhadap antigen.
Sel B dan sel T yang terseleksi akan membangkitkan sel efektor yang
menghasilkan antibodi, antibodi ini dinamakan sel plasma dan sel
efektor T. Sel efektor akan berkembang, respons yang diterima
seseorang yaitu sakit. Lalu gejala tersebut hilang ketikan antibodi
membersihkan antigen tersebut. Jika individu terserang antigen yang
sama, maka respons yang akan terjadi lebih cepat sekitar 2-7 hari.
Respons ini dinamakan respons kekebalan sekunder. Jika antigen yang
diterima lebih banyak, maka antibodi yang akan dihasilkan dalam
respons skunder memiliki afinitas yang lebih besar terhadap
antigen. Kemampuan sistem kekebalan dalam sekunder disebut juga
memori imunologis. Sel memori disiapkan untuk berpoliferasi atau
memperbanyakdiri dan berdiferensiasi ketika sel limfosit akan
berkontak dengan antigen yang sama.Limfosit berasal dari sel induk
pluripoten di sumsum tulang. Semua limfosit itu sama lalu akan
berkembang menjadi sel B dan sel T tergantung lokasi proses
pematangannya. Limfosit yang bermigrasi dari sumsum tulang belakang
menju Timus akan menjadi sel T, sedangkan limfosit yang tetap
berada di sumsum tulang akan menjadi sel B.Limfosit tidak akan
bereaksi terhadap antigen tetapi sel T berinteraksi dengan molekul.
Molekul ini merpakan glikoprotein yang berikatan pada permukaan sel
yang dinamakan MHC (Major Hsitocompability Complex). Glikoprotein
MHc disebut juga HMA (Human Leukocyte Antigen). MHC terdiri dari
MHC kelas I dan MHC kelas II. MHC kelas I ditemukan di semua sel
tubuh yang bernukleus. MHC kelas II terletak di makrofaga; sel B;
sel T yang dikatifkan dan sel yang menyusun bagian inferior timus.
Tugas moleku MHC yaitu mengikatkan antigen. Masing-masing molekul
MHC mengikatkan fragmen antigen protein dalam lekukan yang
berbentuk ayunan dan mengikatkannya pada sel T. Sel T terdiri dari
2 jenis yaitu sel T sitotoksik dan sel T helper. Sel T sittotoksik
memiliki reseptor antigen yang berikatan dengan fragmen antigen
yang mengandung MHC kelas I terletak pada sel sel tubuh bernukleus.
Sel T helper memiliki reseptor yang berikatan dengan fragmen
antigen yang mengandung MHC kelas II . Sel T yang berkembang di
dalam timus yang memiliki reseptor afinitasnya menjadi sel T
sitotoksik. Sel T yang mempunyai reseptor afinitas terhadap MHC
kelas II menjadi sel Helper. Respons kekebalan limfosit B dan T
memiliki ciri khas yakni spesifitas, keanekaragaman, memori dan
mampu membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
6. Memahami dan menjelaskan Vaksinasi menurut pandangan
islamMenggunakan vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit adalah sah, karena itu adalah sarana untuk menangkal
sesuatu yang penyaki menimpa seseorang. Ini adalah tugas umat islam
untuk melakukan yang erbaik untuk menangkal bahaya dari segala
jenis, baik sebelum aau sesudah terpaparnya penyakit. Berikut
adalah konsep imunisasi dalam pandangan islam :
(htp://www.islamopedia.online.org)1. Memberikan asupan nutrisi atau
zat gizi atau makanan tertentu yang memaksimalkan pembangunan dan
pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.2. Memberikan
asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang
meminimalkan dan menghilangkan zat yang bersifat menurunkan kerja
sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.3. Menjauhkan dan
menghentikan asupan nutrisi yang bersifat menurunkan pembangunan
dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.4. Tidak
memberikan vaksinasi yang mengandung Toksin/Racun bahan berbahaya
yang menjadi ancaman kesehatan manusia.a. Kimiawi Sintetisb. Logam
Berat (Heavy Metal)c. Hasil Metaboit parsiald. Toksin Bakterie.
Komponen dinding sel5. Tidak memberikan vaksinasi dan obat-obatan
yang mengandung bahan yang haram secara syariat.a. Alkohol dan
turunannya, yang bersifat seperti alkohol, yaitu yang apabila
dikonsumsi secara banyak akan memabukkan.b. Tidak mengandung Darah,
daging Babi, dan hewan yang ketika disembelih tidak menyebutkan
nama Allah.c. Tidak daging yang diharamkan menurut syariat, contoh:
Binatang Buas, Bertaring, bangkai dll.d. Tidak dikembangbiakkan di
dalam darah hewan apapun, daging babi, dan di dalam makhluk hidup
yang diharamkan menurut syariat.6. Membiasakan untuk mengkonsumsi
menu makanan sehari-hari yang bersifat membangun sistem kekebalan
tubuh manusia.7. Membiasakan untuk tidak mengkonsumsi menu makanan
sehari-hari yang bersifat menururnkan sistem kekebalan tubuh
manusia. (Diambil dari www imunisasi halal.com)
http://www.halalmui.or.id/?module=article&sub=article&act=view&id=42http://halalsehat.com/index.php/Jamu-Halal/Kehalalan-Vaksin.htmlBanyak
jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan.
Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat
dari campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan tubuh
hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda, dan ekstrak
mentah lambung babi. Selain itu, beberapa vaksin juga diperoleh
dari aborsi janin manusia yang sengaja digugurkan. Vaksin untuk
cacar air, Hepatitis A, dan MMR diperoleh dengan menggunakan fetall
cell line yang diaborsi, MRC-5, dan WI-38. Vaksin yang mengandung
MRC-5 dan WI-38 adalah beberapa vaksin yang mengandung cell line
diploid manusia.Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini
bukan merupakan suatu hal yang dirahasiakan pada publik. Sel line
yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin biasanya diambil dari
bagian paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan
hati yang diperoleh dari aborsi terpisah. Penamaan isolat biasanya
dikaitkan dengan sumber yang diperoleh misalnya WI-38 adalah isolat
yang diperoleh dari paru-paru bayi perempuan berumur 3 bulan.Usul
FiqhAda kaidah usul fiqh yang mengatakan bahwa mencegah
kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya.
Demikian alasan yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan
terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin
tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam
dan dalam keadaan yang darurat.Namun ada juga pendapat yang
mengatakan, media yang digunakan haruslah yang halal, tidak boleh
yang haram. Ketika seorang thabib bertanya tentang hukum
menggunakan kodok sebagai obat, Nabi melarang membunuhnya.
Menggunakan khamar yang dibuat dari perasan anggur sebagai obat,
Nabi pun berfatwa bahwa khamar bukanlah obat melainkan penyakit.
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk
penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang memakan
tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari
racun dan sihir (HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya
mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum
terjadi.Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang
menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat
tatkala terkena penyakit. Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.Q.S. Al-Hujuraat 49 : 6
Daftar Pustaka
Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2014. Imunologi Dasar Edisi 11.
Jakarta: FKUI.
Sherwood, Lauralee, 2012, Fisiologi Manusia : Dari Sel ke
System. Edisi 6. Jakarta:EGC.
Mescher , AL. 2012, Histologi Dasar Junqueira : Teks dan Atlas
Edisi 12. Jakarta: EGC.
2