Top Banner
DAFTAR ISI Daftar Isi .………………………………………………………………………………….... 1 Skenario ………………………………………………………………………………..….… 3 Kata Sulit …………………………………………………………………………...….……. 4 Pertanyaan …………………………………………………………………………..….…… 5 Jawaban …………………………………………………………………………..……….… 6 Hipotesa ……………………………………………………………………………..….…... 7 Sasaran Belajar …………………………………………………………………..……….…. 8 Li. 1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limfatikus dan Organ Limfatikus ….…. 8 Lo. 1.1. Memahami Secara Makroskopik …………………………………... 11 Lo. 1.2. Memahami Secara Mikroskopik ………………...……………….… 16 Li. 2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh . ………………………….16 Lo. 2.1. Memahami Definisi Sistem Imun Tubuh …... ……………….……..16 Lo. 2.2. Memahami Klasifikasi Sistem Imun Tubuh ………………………. 16 Lo. 2.3. Memahami Fungsi Sistem Imun Tubuh …………………………….19 Lo. 2.4. Memahami Mekanisme Sistem Imun Tubuh ……………………… 19 Li. 3. Memahami dan Menjelaskan Antigen ………….…………………………..... 20 Lo. 3.1. Memahami Definisi Antigen ……………………..……………. …...19 1
58

Wrap Up Skenari 1 MPT B-3.docx

Sep 24, 2015

Download

Documents

Mohammad Tareqh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

DAFTAR ISIDaftar Isi ..... 1Skenario ... 3Kata Sulit ..... 4Pertanyaan ... 5Jawaban ... 6Hipotesa ...... 7Sasaran Belajar .... 8Li. 1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limfatikus dan Organ Limfatikus .. 8Lo. 1.1. Memahami Secara Makroskopik ... 11Lo. 1.2. Memahami Secara Mikroskopik ....16Li. 2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh ..16Lo. 2.1. Memahami Definisi Sistem Imun Tubuh ......16Lo. 2.2. Memahami Klasifikasi Sistem Imun Tubuh . 16Lo. 2.3. Memahami Fungsi Sistem Imun Tubuh .19Lo. 2.4. Memahami Mekanisme Sistem Imun Tubuh 19Li. 3. Memahami dan Menjelaskan Antigen ...... 20Lo. 3.1. Memahami Definisi Antigen ......19Lo. 3.2. Memahami Struktur Antigen .....20Lo. 3.3. Memahami Klasifikasi Antigen. 21Lo. 3.4. Memahami Sifat Antigen ...22Lo. 3.5. Memahami Fungsi Antigen.22Li. 4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi..23Lo. 4.1. Memahami Definisi Antibodi....23Lo. 4.2. Memahami Struktur Antibodi23Lo. 4.3. Memahami Klasifikasi Antibodi...24Lo. 4.4. Memahami Sifat Antibodi.27Lo. 4.5. Memahami Fungsi Antibodi....27Lo. 4.6. Memahami Mekanisme Antibodi28Li. 5. Memahami dan Menjelaskan Vaksin dan Imunisasi 28Lo. 5.1. Memahami Vaksin...28Lo. 5.2. Memahami Imunisasi .32Li. 7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Vaksin Yang Mengandung Bahan Haram . 41Daftar Pustaka ............ 42

SKENARIO 1Mencegah Penyakit Dengan VaksinasiSeorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di regio axilaris dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut menimbulkan respon imun tubuh.

KATA SULIT:1. Vaksinasi BCG: Vaksin galur Mycobacterium bovis yang dilemahkan dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis di hamper seluruh penjuru dunia.2. Antigen:Substansi yang menstimulasi antibody3. Nodus Limfatikus:Kelenjar kecil yang berfungsi untuk membentuk limfosit dan berterminal di limfa4. Vaksin:Bahan antigenic yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organism alami atau liar5. Regio Axillaris Dextra:Bagian tubuh yang terletak di ketiak bagian kanan6. Respon Imun Tubuh: Terbentuknya resistensi (imunitas) terhadap benda asing

Pertanyaan:1. Pada umur berapa vaksinasi BCG diberikan?2. Apakah efek samping dari vaksinasi BCG?3. Siapa saja orang yang tidak boleh diberikan vaksinasi BCG?4. Mengapa bayi umur 2 bulan sudah dapat vaksinasi BCG?5. Mengapa ada pembesaran nodus limfatikus di regio axillaris dekstra?6. Apa saja respon tubuh terhadap antigen?7. Bagaimana cara memelihara dan menjaga imun tubuh selain vaksinasi BCG pada bayi?8. Mengapa vaksinasi BCG diberikan pada lengan kanan atas?9. Apa sifat dari antigen?10. Bagaimana pandangan islam tentang vaksinasi?11. Mengapa pemberian vaksin dapat menghasilkan antibodi?

Jawaban:1. 1-3 bulan2. Tonjolan merah di bekas suntikan dan tonjolan tersebut tidak membutuhkan pengobatan3. Orang yang sudah pernah terinfeksi TB, orang yang sedang mengalami sakit TB, dan wanita hamil4. Karena bayi yang berumur >3 bulan harus dilakukan uji sensitivitas yaitu Uji Mantoux5. Karena adanya respon imun di nodus limfatikus6. Tubuh akan merespon untuk pembentukan antibody7. Pemberian vitamin dan ASI8. Karena jika di lengan atas respon imun tubuh yaitu menimbulkan benjolan9. Merangsang antibody10. Boleh atau baik, selama itu bermanfaat11. Karena vaksin merangsang system imun mengaktifkan sel limfosit B membelah menjadi sel plasma sebagian membentuk antibody spesifik dan sebagian lagi membentuk sel memori

HIPOTESAVaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan. Vaksin merangsang system imun yang diaktifasi oleh sel limfosit B. Salah satu contoh vaksinnya yaitu vaksinasi BCG untuk kekebalan terhadap tuberkulosa (TBC) yang memiliki respon tubuh yaitu pembesaran nodus limfatikus di region axilaris dekstra. Dan memiliki sudut pandang islam boleh dan baik selama vaksin tersebut bermanfaat.

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limfatikus dan Organ Limfatikus LO. 1.1. Memahami Secara MakroskopikSistem limfatikus adalah sistem sirkulasi sekunder pada tubuh yang berfungsi untuk mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengangkut limfosit dari kelenjar limfa ke sirkulasi darah, untuk membawa lemak yang sudah diemulsikan oleh usus ke sirkulasi darah(oleh lacteal), menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindari penyebaran mikroorganisme itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian tubuh lain dan apabila ada infemsi kelenjar limfa menghasilkan antibody untuk melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.(Miller,1997) a. Lien (limfa)

Organ limfoid terbesar, lunak, rapuh dan vascular berwarna kemerahan dan bentuk oval Besar lien sebesar kepalan tangan sendiri Dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan yang disebut kapsula fibrosa lienalis Fiksasi lien ke ginjal melalui ligamentum renolienalis dan ke lambung melalui ligamentum gastrolienalis Pembuluh darah masuk daerah hilus lienalis adalah arteri lienalis dan darah vena masuk melalui vena lienalis (vena port untuk dibawa ke hepar) Terdapat pusat immunologis yaitu folikel limfoid (pulpa alba / folikel putih ) yang tersebar di seluruh sinusoid yang sangat vaskular (pulpa rubra / folikel merah) Memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah didalam lien, juga serat kolagen dan elastis Letak : Regio hipokondrium sinistra dalam ruang intraperitoneal. Diproyeksikan dari luar pada costae 9,10,11, setinggi vertebre thoracalis 11-12

Batas anatomis : Anterior = Gaster, cauda pankreas, fleksura colli sinistra, renalis sinistra Posterior = Diaphragma, pleura dan pulmo sinistra, costae 9-12 Cauda pankreas menempel pada daerah hillus lienalis bersamaan masuknya arteria lienalis dan keluar vena lienalisb. Nodus Limfatikus

Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung. Bentuk LimfonodusOval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus) Ukuran LimfonodusSebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksiDaerah tubuh yang terdapat limfonodus1. Dilihat dari letaknya pada tubuha. Limfonodus superfisial b. Limfonodus servikal (leher)c. Limfonodus axilla (ketiak)d. Limfonodus inguinal (lipat paha)

2. Limfonodus profundusa. Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)b. Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis)c. Limfonodus torasikus (pada pangkal paru)d. Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus haluse. Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)

3. Menurut Snells letak limfonodus terbagi atas a. Kepala dan leher bagian lateral dan belakang yaitu di sepanjang m.sternocleidomastoideus, lingual, pharynx, cavum nasi, palatum, muka, mandibular/dasar mulut.b. Extremitas superior yaitu manus, antebrachii, brachii, dan region axillaris.c. Kelenjar mammae yaitu dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot.d. Thorax yaitu meliputi dinding thorax, jantung, pericardium dan paru, pleura, esophagus menuju aliran limfe thorax dan kelenjar mamae masuk ke dalam node limfaticus abterior dan posterior.e. Abdomen dan pelvis yaitu meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta pembuluh darah intestinum. Aliram limfe superficialis bagian depan dan lateral dan belakang diatas pusat masuk menuju nn II axillaris anterior dan posterior dan dibawah pusat ke nn llmfatisi inguinalis superficialis.f. Extremitas inferior yaitu disepanjang a,v tibialis, region popliteal, region inguinale. Aliran limfe masuk limfonodus inguinale.

c. Thymus

Organ limfoid terletak pada sternum bagian atas belakang di daerah mediastinum superior dan bertumbuh terus sampai pubertas Setelah pubertas, timus mengalami involusi dan setalah dewasa semakin kecil tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru Timus yang besar terlihat setelah lahir pada saat bayi dan neonatus Mempunyai 2 lobus, mempunyai bagian korteks dan medulla berbentuk segitiga, gepang dan kemerahan Pendarahan timus berasal dari arteria thymica yang merupakan cabang dari arteria thyroidea inferior dan mamaria interna Batas-batas anatomi :1. Batas anterior: Manubrium sterni & rawan Costae2. Batas atas: Regio Colli Inferior (trachea)

d. Tonsil

Tonsil terletak dalam satu lekukkan yang dikenal sengan Fossa Tonsilaris yang dibatasi 2 otot yang melengkung berbentuk arcus Palatoglosus dan arcus Palatopharyngeus. Dasar fossa tonsilaris dinamakan dengan istilah Tonsila bed dan tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :a. Tonsila palatine1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari lekukan itu adal tonsil bed3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus (N V2)6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa (facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis

b. Tonsila inguialis1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria lingualis), arteria carotis eksterna

c. Tonsila pharyngealis1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTAPerdarahan tonsil yaitu aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

LO. 1.2. Memahami Secara Mikroskopik a. Lien (limpa)

Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah. Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah. Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan merupakan organ pembentuk antibodi penting Dibungkus oleh simpai jaingan ikat padat yang menjulurkan trabekula yang membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh limfe Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-presenting Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang jelas Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodus Pulpa limpa Pada permukaan irisan melalui limpa, tampak bintik-bintik putih dalam parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba) Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah pulpa merah/pulpa rubra. Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa (korda billroth) yg terdapat diantara sinusoid Pulpa putih Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan nodulus limfatikus Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama Limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Nodulus limfatikus terutama limfosit B Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya: korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular makrofag limfosit sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit, granulosit) Banyak terdapat sinusoid Zona marginalis Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar. Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif Banyak mengandung antigen darah peran utama dalam aktivitas imunologis limpa

Fungsi limpa Pembentukan limfosit dibentuk dalam pulpa putih pulpa rubra sinusoid bercampur darah Destruksi eritrosit Dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa merah Pertahanan organisme Oleh karena kandungan limfosit B, limfosit T, sel antigen presenting dan makrofag

b. Nodus Limfatikus

Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid. Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen terutama dalam mesenterium Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dr organ Korteks luar Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut nodulus limfatikus Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular Korteks dalam Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus Mengandung banyak limfosit T Medulla Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks dalam Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg berdilatasi sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe

Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel asing sebelum kembali ke sirkulasi darah. Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis makrofag. Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar dan membentuk pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif

c. TonsilI. Tonsila palatine

Terletak pada dinding lateral faring bagian oral Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka

II. Tonsila lingualis

Lebih kecil dan lebih banyak Terletak pada pangkal lidah Ditutupi epitel berlapis gepeng Masing-masing mempunyai sebuah kriptus

III. Tonsila faringea

Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-posterior faring. Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus dan nodulus limfatikus Tidak memiliki kriptus Simpai lebih tipis dari T. palatina

d. Timus

Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yg masuk ke dlm parenkim dan membagi timus menjadi lobulus. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat yg terang disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit. Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr kantung faringeal ke 3 dan 4. Korteks timus limfosit T yg sangat banyak, Sel retikular epitel yg tersebar Bbrp makrofag Medulla timus Mengandung sel retikular dan limfosit Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding bgn korteks Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum) yang merupakan sel retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan mengandung granula keratohialin. Timus mengalami involusi stlh pubertas Timus ditempati oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya mjd sel T Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh Lo. 2.1. Memahami Definisi Sistem Imun Tubuh Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan olehseldanorgan khusus pada suatuorganisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadapinfeksi bakteridanvirus, serta menghancurkan selkankerdan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkanpatogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap seltumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kankerLo. 2.2. Memahami Klasifikasi Sistem Imun Tubuh A. Sistem imun nonspesifik/ Imunitas alamiah:

imunitas yang diperoleh tanpa didahului oleh kontak dengan antigen, bersifat nonspesifik. Tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukan spesifitas terhadap benda asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak pathogen potensial. Pertahan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung

Pertahanan fisik/mekanik: kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin adalah pertahanan terdepan terhadap infeksi. Pertahanan biokimia: beberapa mikroba bisa masuk melalui, Kelenjar sebaseus dan folikel rambut, pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunya efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat mencegah infeksi Lizosim pada keringat,ludah, air mata dan air susu ibu melindungi tubuh dari kuman Gram (+) dengan menghancurkan lapisan peptidoglikan Laktooksidase dan asam neuraminik di air susu ibu mempunyai sifat antibacterial terhadap E.coli dan stafilokokus Di saliva mengandung laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan mengandung antibody yang komplemen yang berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibody dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang mencegah infeksi mikroba

Mekanisme imunitas nonspesifik terhadap bakteri tingkat sawar fisik seperti kulit atau permukaan mukosa Kulit merupakan sawar fisik efektif dan pertumbuhan bakteri dihambat sehingga agen pathogen yang menempel akan dihambat pH rendah dari asam laktat yang terkandung didalam sebum yang dilepas kelenjar kulit Sekret dipermukaan mukosa mengandung enzim destruktif seperti lizosim Saluran napas dilindungi oleh gerakan mukosiliar sehingga lapisan mukosa secara terus menerus digerakkan menuju arah nasofaring Bakteri ditangkap oleh mucus sehingga dapat disingkirkan dari saluran napas Sekresi mukosa saluran napas dan saluran cerna mengandung peptide antimicrobial yang dapat memusnahkan mikroba pathogen Mikroba pathogen yang berhasil menembus sawar fisik dan masuk ke jaringan dibawahnya dapt dimusnahkan dengan bantuan komplemen dan dicerna oleh fagosit

Pertahanan humoral: sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul, diantaranya adalah peptide antimikroba seperti defisiensi, katelisidin dan IFN dengan efek antiviral.

1) Komplemen Komplemen akan rusak pada pemanasan 56oC selama 30 menit Komplemen terdiri atas jumlah besar protein yang bila diaktifkan dapat memberikan efek proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi Komplemen dengan spectrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit serta langsung dapat diaktifkan oleh mikroba atau produknya Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik, menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit antibody diinduksi oleh infeksi subklinis antibody dengan bantuan komplemen akan menghancurkan membrane lapisan lipopolisakarida dinding sel bila LPS lemah maka lizosim, mukopeptida dapat menembus membrane bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida MAC dari sistem komplemen dapat membentuk lubang-lubang kecil dalam sel membrane bakteri sehingga bahan sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan menimbulkan kematian mikroba

2) Protein fase akut (PFA)

Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar protein dalam serum yang disebut APP Protein yang meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang berperan dalam pertahanan dini. Diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah. Hati merupakan tempat sintesis APRP C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme. Pengukuran CPR digunakan untuk, menilai aktivitas penyakit inflamasi dan jika tetap tinggi maka menunjukkan infeksi yang persisten. CRP dapat meningkat dengan bantuan Ca++. Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida (karenanya disebut MBL) yang merupakan permukaan banyak bakteri seperti galur pneumokokus dan banyak mikroba, tetapi tidak pada sel vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin yang mengaktifkan komplemen Protein fase akut lainnya adalah 1-antitripsin, amilod serum A, haptoglobin, C9, factor B dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh lebih lambat dari CRP Mekanisme fosfolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR yang berguna untuk meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vascular dan vasodilatasi Sitokin IL-1, IL-6, TNF- disebut sitokin proinflamasi, merangsang hati untuk mensintesis dan melepas sejumlah protein plasma.

Pertahanan selular: fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel tersebut dapat ditemukan di jaringan atau di dalam sirkulasi dan dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya.

B. Sistem imun spesifik/ Imunitas adapatif: didapat setelah terjadi paparan terhadap antigen, bersifat spesifik. Imunitas pasif: diperankan oleh antibody atau limfosit yang telah dibentuk sebelumnya didalam tubuh pejamu yang lain,diberikan dalam antiserum Imunitas aktif: diinduksi setelah kontak (klinis atau subklinis) dengan antigen

Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan

Sistem imun spesifik humoral: yang berperan adalah limfosit B ata sel B yang berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berpoliferasi, berdefisiensi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibody. Antibody yang dilepas ditemukan didalam serum, berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya. Sistem imun spesifik selular: yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus. Faktor timus disebut timosin yang dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormone asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T diperifer. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraselular,virus, jamur, parasit dan keganasan.Lo. 2.3. Memahami Fungsi Sistem Imun Tubuh 1. Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus, parasit, jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa membedakan mana kawan ( bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik ) mana lawan ( virus, bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker ) dan mana yang orangbiasa ( alergen, pemicu alergi ) yang harus dibiarkan lewat.

2. Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu

3. Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa & rumus kimiawi antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam Transfer Factor tubuh ) sehinggabisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depanLo. 2.4. Memahami Mekanisme Sistem Imun Tubuh KomplemenIstilah gabungan dari sistem yang terdiri dari kira-kira 20 protein, yang kebanyakan merupakan prekursor enzim. Komplemen diaktifkan melalui 3 cara : Jalur klasikDiaktifkan oleh antibodi-antigen, antibodi yang berikan dengan antigen akan membiarkan bagian tetapnya untuk berikatan dengan C1 komplemen, dan melakukan rangkaian reaksi-reaksi yang diawali dengan pengaktifkan proenzim C1 itu sendiri. Jalur alternatifSistem ini diaktifkan tanpa diperantarai antigen-antibodi, hal ini terutama terjadi dalam respon molekul-molekul polisakarida yang besar dalam membran sel mikroorganisme. Bahan beraksi dengan komplemen B dan D, menghasilkan bahan pengaktif yang mengaktifkan faktor C3 untuk memulai rangkaian selanjutnya. Jalur ini merupakan garis pertahanan pertama terhadap mikroorganisme, bahkan berfungsi sebelum orang tersebut terimunisasi. Jalur lektinSistem ini diaktifkan oleh ikatan manosa pada mikroba dengan manosa binding lectin yang selanjutnya akan mengaktifkan sistem komplemen.

Li. 3. Memahami dan Menjelaskan Antigen Lo. 3.1. Memahami Definisi Antigen Imunogenitas merupakan kemampuan menginduksi respon imun humoral (sel B memproduksi Ig) dan selular (aktivasi sel T melepaskan sitokin), Sedangkan antigenitas merupakan bahan yang dapat menginduksi respon imun spesifik. Semua molekul yang bersifat imunogenitas juga memiliki sifat antigenitas, namun tidak sebaliknya. Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke protein-pembawa.Antigen dibedakan menjadi imunogen dan hapten. Untuk memicu respon antibody, bahan kecil (hapten) tersebut perlu diikat oleh molekul besar (molekul pembawa). Hapten membentuk epitop pada molekul pembawa yang dikenal system imun dan merangsang pembentukan antibody. Respon sel B terhadap hapten memerlukan protein pembawa untuk dapat dipresentasikan ke sel Th.Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibody, menginduksi pembentukan antibody yg dapat diikat dengan spesifik. Paratop adalah bagian dari antibody yang mengikat epitop.

Lo. 3.2. Memahami Struktur AntigenKarakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan struktur tersier. UkuranAntigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan protein inang (carrier).

BentukBentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk spesies lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting. RigiditasGelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung diangkut ke gelatin. Lokasi determinanBagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar. Struktur tersierStruktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan dihancurkanLo. 3.3. Memahami Klasifikasi Antigena. Pembagian antigen menurut epitop Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein) Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)

b. Pembagian antigen menurut spesifiksitas Heteroantigen = dimiliki oleh banyak spesies Xenoantigen = dimiliki spesies tertentu Aloantigen (isoantigen) = spesifik untuk individu dalam satu spesies Antigen organ spesifik = dimiliki organ tertentu Autoantigen = dimiliki alat tubuh sendiri

c. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T T dependent = memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini T independent = dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar poliremik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficcol, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri

d. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi Hidrat arang (polisakarida) = pada umumnya imunogenik, glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibody. Contoh lain adalah respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah Lipid = biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap hapten, contohnya adalah sfingolipid Asam nukleat = tidak imunogenik, tetapi bisa menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita LES Protein = biasanya imunogenik dan umumnya multideterminan dan univalentLo. 3.4. Memahami Sifat Antigen 1. Keasingan. Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes. 2. Sifat-sifat Fisik. Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu, imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan. 3.Kompleksitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun kimia molekul. 4. Bentuk-bentuk (Conformation). Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun. 5. Muatan (charge). Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu, tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan. 6. Kemampuan masuk. Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menentukan hasil respon imun.

Lo. 3.5. Memahami Fungsi Antigen1. Menginduksi respons imun terhadap dirinya sendiri.Sel B dan T harus mampu secara spesifik mengenal sel atau bahan lain yang tidak diperlukan untuk dihancurkan atau dinetralkan karena berbeda dari sel normal tubuh sendiri. Keberadaan antigen memungkinkan limfosit melakukan pembedaan tersebut. Antigen adalah molekul asing besar yang unik yang memicu respons imun spesifik terhadap dirinya jika masuk ke dalam tubuh. Secara umum, semakin kompleks suatu molekul, semakin besar antigenisitasnya. Protein asing adalah antigen yang paling umum karena ukuran dan kompleksitasnya, meskipun makromolekul lain, misalnya polisakarida dan lemak, juga dapat berfungsi sebagai antigen. Antigen dapat berdiri sendiri, misalnya toksin bakteri, atau merupakan bagian integral dari suatu struktur multimolekul, misalnya antigen di permukaan suatu mikroba asing.2. Merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma yang menghasilkan antibody.

Li. 4. Memahami dan Menjelaskan AntibodiLo. 4.1. Memahami Definisi AntibodiAntibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul. (Campbell).Lo. 4.2. Memahami Struktur Antibodi

Struktur dasar immunoglobulin terdiri atas 4 rantai polipeptida. Terdiri atas 2 rantai berat ( heavy chain) dan 2 rantai ringan ( light chain) yang identik. Ada 2 jenis rantai ringan yaitu kapda dan lambda. Sedangkan rantai berat tergantung dari kelima jenis globulin ( IgM, IgG, IgA, IgE, IgD) enzim papain memecah molekul antibodi menjadi 3 fragmen. Dua fragmen tetap memiliki sifat antibodi yang dapat mengikat antigen secara spesifik dan bereaksi dengan determinan antigen serta hapten yang disebut FAB (fragmen antigen binding). Fragmen ketiga dapat dikristalkan dan disebut Fc dan tidak dapat mengikat antigen. Fc menunjukkan fungsi biologisnya sesudah antigen diikat oleh Fab. Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul. Lo. 4.3. Memahami Klasifikasi Antibodi

Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub kelas IgG yang mempunyai rantai berat l, 2, 3, dan 4. Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.Imunoglobulin G IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H dan 2 rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah immunoglobulin. Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2. Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3. Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.

Imunoglobulin M Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen. IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai dan CH. Molekul monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai kunci.

Imunoglobulin A IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima monomer yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J. Polimer tersebut mempunyai koefisien sedimentasi 10,13,15 S.

Sekretori IgA Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan urogenital. IgA yang berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA serum. SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer, dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori diproduksi oleh sel epitel dan dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang memungkinkan melewati sel epitel mukosa. SIgA merupakan pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus menembus mukosa.

Imunoglobulin D Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai mempunyai berat molekul 60.000 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini. Lo. 4.4. Memahami Sifat Antibodi1. IgG; Setiap molekul IgG terdiri dari 2 rantai, yaitu rantai L dan 2 rantai H yang dihubungkan oleh ikatan sulfida (formula molekul H2L2). Karena mempunyai 2 tempat pengikatan yang identik, immunoglobulin bersifat divalent.2. IgA; bersifat sekretonik.3. IgD; belum diketahui.4. IgE; sebagai bentuk respon alergi, konsentrasinya meningkat apabila terdapat alergi atau pun infeksi cacing.5. IgM; mempunyai aviditas tertinggi karena interaksinya dengan antigen dapat melibatkan ke tempat terikatnya sekaligus.

Lo. 4.5. Memahami Fungsi Antibodi

IgG; merupakan antibodi terpenting pada respons imun sekunder dan juga merupakan antibodi penting untuk pertahanan terhadap bakteri dan virus. IgG adalah satu-satunya antibodi yang dapat melewati plasenta. Antibodi ini memberikan imunitas pasif yang tinggi pada bayi baru lahir.

IgA; melindungi membran mukosa dari bakteri dan virus

IgD; fungsinya sebagai reseptor antigen karena dapat ditemukan pada permukaan beberapa limfosi B

IgE; regio Fc IgE berikatan dengan permukaan sel mast dan basofil. IgE yang terikat berfungsi sebagai reseptor antigen (alergen) dan kompleks antigen-antibodinya memicu terjadinya respons alergi melalui pelepasan mediator.

IgM; merupakan immunoglobin paling penting untuk aglutinasi, fiksasi komplemen, dan reaksi antibodi lain. IgM merupakan antibodi penting untuk pertahanan terhadap virus dan bakteri.IgM dapat diproduksi oleh janin pada beberapa infeksi tertentu.Lo. 4.6. Memahami Mekanisme AntibodiAntibodi diproduksi melalui proses yang disebut seleksi klonal (clonal selection). Setiap individu mempunyai jumlah besar limfosit B (sekitar 107). Setiap sel B mempunyai reseptor permukaan (IgM dan IgD) yang dapat bereaksi terhadap satu antigen (atau kelompok antigen yang serupa). Suatu antigen akan bereaksi dengan limfosit B yang mempunyai reseptor permukaan yang paling sesuai. Setelah berikatan dengan antigen, sel B akan terstimulasi untuk berpoliferasi dan membentuk klon sel. Sel-sel B yang terpilih ini akan segera berubah menjadi sel plasma dan mensekresi antibodi yang spesifik terhadap antigen. Sel plasma mensintesis immunoglobin dengan spesifitas antigenik yang sama dengan yang dibawa oleh sel B yang di seleksi. Spesifisitas antigenik tidak akan berubah meskipun terjadi perubahan kelas rantai berat antibodi.

Li. 5. Memahami dan Menjelaskan Vaksin dan ImunisasiLo. 5.1. Memahami VaksinVaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.Tujuan vaksin:a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorangb. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasiVaksin berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Sebagian besar vaksin mengandung zat-zat seperti :

a. Antigen imunisasi aktif yang akan berperan aktif merangsang pembentukan antibodyb. Cairan suspense atau pelarut yang dapat mengandung protein atau derivate lain dari media dimana vaksin tersebut dibiakan, misalnya antigen telur adatu dari biakan jaringanc. Pengawet, stabilizier, dan antibiotic yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau untuk menstabilkan antigen. Zat-zat ini hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikitd. Adjuvant, adalah zat untuk meningkatkan derajat antigen dan untuk memperpanjang efek stimulasi antigen. Adjuvant yang sering digunakan adalah adjuvant alumunium.`Hal-hal yang dapat merusak vaksin yaitu panas (semua jenis vaksin), sinar matahari (vaksin BCG dan vaksin campak), pembekuan (vaksin yang dibuat dari toksid, vaksin DPT), dan desinfektan atau antiseptic.

Tempat dan rute pemberian vaksin

Vaksin yang diberikan secara subkutan dan intaramuskular biasanya disuntikan pada sisi anterolateral paha atau daerah deltoidnlengan atas, karena daerah tersebut paling terhindar dari pembuluh darah besar atau serabut saraf utama. Vaksin yang mengandung adjuvant harus disuntikan secara IM yang dalam. Bila diberikan vaksin secara bersamaan, tiap suntikkan harus disuntikan pada sisi yang berbedadan dengan menggunakan spuit yang berbeda.

Klasifikasi Vaksin Hidup diatenuasikanMati diinaktifkan

PatogenKomponen

BakteriVirusRekayasaSeluruh agensToksoidSubunit dimurnikanRekayasa subunitRekombinan

BCGAdenoCampakMumpsPolioRubellaYellow feverInfluenza (intranasal)KoleraVirus RotaTifoid (Ty21 a-oral)AntraksKolera USP(parenteral)Kolera WC/rBS (oral)Hepatitis AHepatitis B(asal plasma)Influenza (seluruh virus)PesPolio (IPV)RabiesTifoid (parenteral)DifteriTetanusPertusis (aselular)Hib (polisakarida)Kolera WC/rBS (oral)Influenza (vaksin slit)Meningokok (polisakarida)Pneumokok (polisakarida)Tifoid Vi (polisakarida)Hib konjugatPneumokok konjugatMeningokok konjugatHepatitis B (antigen permukaan)Penyakit Lyme (OspA)

Jenis vaksinPenyakitKeuntunganKerugian

Vaksin hidup

Vaksin yang berisi mikro organisme hidup namun dilemahkan atau di buat avirulen.

Campak, parotitis, polio(sabin), virus rota, rubella, yellow fever, tuberkolosisRespon imun kuat, sering seumur hidup dengan bebrapa dosisMemerlukan alat pendingin untuk menyimpan dan dapat berubah menjadi bentuk virulen

Vaksin mati

Vaksin yang berisi mikro organism tak hidup namun masih terdapat antigen yang dapat merangsang antibodi.

Kolera, influenza, hepatitis A, pes, polio, (salk), rabiesStabil, aman dibanding vaksin hidup, tidak memerlukan alat pendingin.Respons imun lebih lemah dibanding vaksin hidup, biasanya diperlukan suntikan booster.

Toksoid

Vaksin yang mengandung toksin bakteri yang diinaktifkan dengan formalin.

Difteri, tetanusRespons imun dipacu untuk mengenal toksin bakteri

Subunit (eksotoksin yang diinaktifkan).

Vaksin yang menggunakan bagian terbaik dari antigen untuk merangsang sistem imun.

Hepatitis B, pertusis, S. pneumoniAntigen spesifik menurunkan kemungkinan efek sampingSulit untuk dikembangkan

Konjugat

Vaksin yang dibuat dari polisakarida kapsul bakteri yang dikonjugasikan dengan protein pembawa.

H. influenza B, S. PneumoniMemacu sistem imun bayi untuk mengenak sistem tertentu

DNA

Vaksin yang terdiri dari plasmid bakteri yang mengandung DNA yang menjadi pprotein antigen.

Dalam uji klinisRespons imun humoral dan selular kuat, relatif tidak mahal untuk manufakturBelum diperoleh

Vektor rekombinan

Vaksin yang dibuat menggunakan virus atau bakteri yang dimodifikasi untuk menghantarkan gen ( sebagai vektor ) yang menjadi antigen mikroba ke sel tubuh.

Dalam uji klinisMenyerupai infeksi alamiah,menghasilkan respon imun kuat.Belum diperoleh

Kelas vaksinVirusCatatan

Virus vaksin hidupAdenovirusCacar airCampakParotitisPolioRotavirusRubellaCacar, Yellow feverImunisasi aktif menggunakan galur tidak virulen yang dilemahka. Efektif memacu respons antibodi dan limfosit sitotoksit

Virus vaksin matiHepatitis AInfluenzaPolioRabiesImunisasi aktif menggunakan partikel virus panas atau kimia yang tidak aktif. Vaksinasi dapat dikombinasikan dengan virus lainnya (polivalen)

Vaksin subunitAdenovirusImunisasi aktif menggunakan protein yang dimurnikan

Vaksin polipeptidaHepatitis BImunisasi aktif menggunakan sintesa urutan protein polipeptida

Vaksin DNA(hanya evaluasi)HIVPenelitian: bermanfaat untuk memacu respon Tc

Antibodi pasifHepatitis AHepatitis BCampakParotitisRabiesRSVRubellaVarisella zosterPenyuntikan antibodi yang dimurnikan hasil dari sumber lainnya. Hanya sementara dan hanya sedikit bermanfaat diberikan setelah awitan penyakit.

Lo. 5.2. Memahami Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.1. Imunisasi BCG

1. Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. 1. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. 1. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. 1. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi: 1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. 2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Komplikasi yang mungkin timbul adalah: 0. Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.0. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

1. Imunisasi DPT

1. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. 1. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. 1. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. 1. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. 1. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. 1. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. 1. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. 1. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. 1. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut :1. demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius) 1. kejang 1. kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) 1. syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

1. Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

1. Imunisasi DT

1. Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. 1. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. 1. Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

1. Imunisasi TT

1. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. 1. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

1. Imunisasi Polio

1. Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. 1. Terdapat 2 macam vaksin polio :0. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan 0. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. 1. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

1. Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. 1. Kontra indikasi pemberian vaksin polio: 1. Diare berat 1. Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) 1. Kehamilan.

1. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. 1. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi. 1. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. 1. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. 1. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

1. Imunisasi Campak

1. Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. 1. Kontra indikasi pemberian vaksin campak : 0. infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius 0. gangguan sistem kekebalan 0. pemakaian obat imunosupresan 0. alergi terhadap protein telur 0. hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin 0. wanita hamil. 1. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

1. Imunisasi MMR

1. Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. 1. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. 1. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR. 1. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. 1. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). 1. Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. 1. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama. 1. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin: 0. Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua. 0. Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi. 1. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. 1. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada: 0. anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin 0. anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin 0. anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan. 0. wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

1. Imunisasi Hib

1. Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. 1. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

1. Imunisasi Varisella

1. Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. 1. Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. 1. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. 1. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. 1. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup. 1. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa : 0. demam 0. nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan0. ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan. 1. Efek samping yang lebih berat adalah :0. kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan 0. pneumonia 0. reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi. 0. ensefalitis 0. penurunan koordinasi otot.

1. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :0. Wanita hamil atau wanita menyusui 0. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan 0. Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut 0. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS) 0. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid 0. Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya 0. Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

1. Imunisasi HBV

1. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. 1. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. 1. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. 1. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. 1. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

1. Imunisasi Pneumokokus Konjugata

1. Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). 1. Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

Li. 6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Vaksin Yang Mengandung Bahan Haram Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. (QS. Al- Anam [6]:119)10. Dhorurat dalam ObatDhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:Darurat itu membolehkan suatu yang dilarangNamun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : Seandainya seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.2010. Kemudahan Saat KesempitanSesungguhnya syariat islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti.20Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafii tatkala berkata :Kaidah syariat itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi luas.21

Daftar Pustaka

Baratawidjaja, K.G & Rengganis, I. (2014).Imunologi Dasar Edisi ke-11. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Dorland, W.A Newman.(2002).Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC

Leeson, Lesson, Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi

Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:EGC.

Zulhamidah, Yenni. 2014. Sistem Lymphaticus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas YarsiFaiz, O Moffad.D. 2002. At Glance Anatomi. Jakarta : Erlanggahttp://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/pro-kontra-hukum-imunisasi-dan-vaksinasi.html

1