Top Banner

of 26

Wrap Up Sken 3muskulo

Apr 14, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    1/26

    Sasaran Belajar

    LI. 1. Memahami dan menjelaskan articulatio coxae

    LO 1.1 Anatomi Makro

    LO 1.2 Anatomi Mikro

    LI. 2. Memahami dan Menjelaskan definisi dan etiologi femur

    LI. 3. Memahami dan Menjelaskan macam-macam fraktur

    LI. 4. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan klinis fraktur

    LI. 5. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan radiologis fraktur

    LI. 6. Memahami dan Menjelaskan tatalaksana fraktur

    LI. 7. Memahami dan Menjelaskan komplikasi fraktur

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    2/26

    Blok Muskuloskeletal

    Fraktur Kolum Fermoris

    Wrap Up

    Kelompok : B-5

    Ketua : Windi Surya (1102009301)

    Sekertaris : Senja Wulan Nurrahmah (1102010266)

    1. Selviandi (1102009261)

    2. Muhammad Guruh Susanto (1102010180)

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    3/26

    3. Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208)

    4. Ristiandi Affendi (1102010248)

    5. Risty Yasmin Bonita (1102010249)

    6. Rizky Aisyah (1102010255)

    7. Safira Anis Silvia (1102010261)

    8. Tining Astuti (1102010279)

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS YARSI

    JAKARTA

    2011/2012

    LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makro dan mikro articulatio

    coxae

    Anatomi Makro

    Illium, bersama ischium dan pubis, membentuk Os Coxae. Mereka bertemu di

    acetabulum. Os coxae berartikulasi dengan sacrum pada art. Sacroilliaca dan

    membentuk dinding antero lateral pelvis. Mereka juga saling berartkulasi pada

    symphisis pubis.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    4/26

    Ciri penting yang terdapat pada permukaan luar Os coxae di regio glutealis

    adalah:

    Illium yang merupakan atasnya yang gepeng, memiliki Crista illiaca.

    Seluruh crista ini dapat diraba di bawah kulit. Ia berakhir di depan spina

    illiaca anterior superior dan di belakang pada spina illiaca superior

    posterior.

    Permukaan luar illium berobak, cembung di depan dan cekung di

    belakang. Ia ditanadai 3 garis lengkung: Linea glutea superior, linea glutea

    media dan linea glutea superior.

    Ischium berbentuk L, terdiri atas bagian atas yang lebih tebal, corpus dan

    bagian bawah yang tipis, ramus. Spina ischiadica major dan minor diubah

    menjadi foramen inschiadicum majjor dan minor oleh adalah Lig.

    Sacrospinale dan Lig. Sacrotuberale.

    Pubis dapat dibagi menjadi bagian corpus, ramus superior dan ramus

    inferior. Corpus kedua Os pubis saling berartikulasi pada garis tengah ke

    anterior pada symphisis pubis, ramus superior menghubungkan illium dan

    ischium pada acetabulum, dan ramus inferior menghubungkan ischiadica

    di bawah foramen obturatorium dan ditutupi membrana obturatoria.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    5/26

    Pada permukaan luar Os coxae terdapat lekukan yang disebut acetabulum. Bagian

    ini berartikulasi dengan caput femoris yang hampir bulat dan membentuk art.

    Coxae. Tepian inferior tidak ada dan ditandai oleh incisura acetabuli. Permukaan

    sendi acetabulum hanya berupa daerah yang berbentuk tapal kuda dan ditutupi

    tulangg rwaan hyalin. Dasar acetabulum bukan bagian sendi dan disebut fossa

    acetabuli.

    Anatomi Mikro

    Articulatio coxae tersusun dari tulang rawan hialin.dalam keadaan segar tulang

    rawan hialin berwarna putih mengkilap. Tulang rawan hialin tersusun atas sel sel

    dan matriks tulang rawan.

    Sekitar 40% matriks tulang rawan hialin merupakan kolagen, sisanya adalah

    substansia dasar proteoglikan berupa kondrotin sulfat. Matriks tulang rawan hialin

    bersifat homogen. Di sekitar lakuna terlihat warna basofil karena konsentrasi

    proteoglikan bersulfat lebih tinggi daripada sekitarnya. Daerah ini disebut

    teritorium. Sedangkan matriks yang terdapat diantara lakuna satu dan lakunalainnya lebih terang, disebut interteritorium. Kondrosit terdapat pada lakuna.

    Dapat tunggal atau terdiri dari 2, 4, 8 sel isogen. Tulang rawan hialin dibungkus

    oleh lapisan perikondrium.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    6/26

    Komponen komponen tulang rawan hialin

    Matriks

    Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah

    makromolekul yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks.

    Matriks kartilago yang tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak

    mengandung glikosaminoglikan dan sedikit kolagen.

    Perikondrium

    Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis

    jaringan ikat padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan

    pemeliharaan tulang rawan.

    Terdiri dari dua lapisan : lapisan fibrosa dan lapisan khondrogenik

    Kondrosit

    Pada tepian kartilago hyalin, kondrosit muda berbentuk lonjong, dengan

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    7/26

    sumbu panjang paralel dengan permukaan. Lebih ke dalam bentuknya

    bulat, dan dapat berkelompok hingga 8 sel, kesemuanya adalah hasil dari

    pembelahan mitosis dari kondrosit. Kelompok demikian disebut dengan

    kelompok isogen.

    Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan dari

    bawah masing-masing terdapat selaput perikondrium yang kaya fibroblas.

    Agak ke tengah terdapat kondroblas atau sel kartilago muda dalam kapsula

    kecil dengan sitoplasma penuh. Makin ke tengah terdapat kondrosit atau

    sel rawan dewasa dalam berkelompok seperti bagian paling tengah,

    kondrosit tampak membentuk kelompok dua-dua empat-empat, dan

    disebut kelompok isogen. Tiap kelompok isogen dikelilingi matriks

    teritorial dan menampakkan kondrosit dengan sitoplasma tereduksi,

    sehingga tampak ruang antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut

    lakuna. Antara dua kelompok isogen dipisahkan oleh matriks

    interteritorial.

    LI.2 Memahami dan Menjelaskan Definisi dan Etiologi Fraktur

    DEFINISI

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan

    epifisis, atau tulang rawan sendi.

    ETIOLOGI

    Trauma Langsung

    Benturan pada tulang yang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut.

    Contoh : benturan pada lengan bawah menyebabkan patah tulang radius dan

    ulna.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    8/26

    Trauma Tidak Langsung

    Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan. Contoh :

    jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula/ radius distalpatah.

    Fraktur Patologis

    Fraktur yang disebabkan oleh trauma yang sedikit atau tanpa trauma.

    Contoh : pada orang dengan osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang,

    dan tumor tulang..

    LI.3 Memahami dan menjelaskan macam macam fraktur

    Fraktur secara umum

    1. Fraktur Terbuka dan Tertutup

    Fraktur Terbuka

    Terdapat luka yang menghubungkan antara tulang fraktur dengan dunia

    luar.Terbagi menjadi tiga grade (Gastylo & Anderson):

    a) Grade I dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1cm

    b) Grade II luka lebih luas dengan tanpa kerusakan jaringan luak yang

    ekstrem

    c) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami

    kerusakan jaringan yang paling berat

    Fraktur Tertutup

    Tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar

    2. Fraktur Komplit dan Inkomplit

    Fraktur Komplit

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    9/26

    Garis patah melalui seluruh penampang tulang

    Fraktur Inkomplit

    Patah terjadi hanya di sebagian garis tulang.

    a) Green Stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah dan lainnya

    membengkok

    b) Hairline Fracture patah retak rambut

    c) Buckle Fracture/ Torus Fracture terjadi lipatan dari korteks dengan

    kompresi tulang spongiosa dibawahnya, umumnya terjadi pada

    distal radius anak.

    3. Berdasarkan Jumlah Garis Patahan

    Fraktur Komunitif

    Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

    Fraktur Segmental

    Garis patah lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    10/26

    Fraktur Multiple

    Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempat

    4. Bergeser dan Tidak Bergesernya

    Fraktur Displace (Bergeser)

    Terjadi pergeseran fragmen tulang yang disebut juga dislokasi fragmen

    a) Dislokasi ad longitudinam cum contractinoum pergeseran searah

    sumbu overlapping

    b) Dislokasi ad axim pergeseran membentuk sudut

    c) Dislokasi ad latus pergeseran dimana kedua fragmen saling

    menjauh

    Fraktur Un-displace

    Garis patahan komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser

    5. Bentuk Garis Patahan

    Transversal

    Fraktur sepanjang garis tengah tulang

    Oblique

    Fraktur menyerong

    Angulasi

    Fraktur membentuk sudut

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    11/26

    Spiral

    Fraktur memuntir sepanjang batang tulang

    Patahtulangavulsi

    Disebabkanolehkontraksiotot yang kuat,

    sehinggamenarikbagiantulangtempat tendon otottersebutmelekat.Paling

    seringterjadipadabahudanlutut, tetapibisajugaterjadipadatungkaidantumit.

    Impaksi

    Fraktur dimana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang lainnya

    Fraktur kolum femoris

    1. Fraktur Intrakapsuler dan Ekstrakapsuler

    Fraktur Intrakapsuler

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    12/26

    Terletak di daerah collum femur

    a) Subcapital retak di antara caput dan collum

    b) Transcervikal retak di daerah collum

    Fraktur Ekstrakapsuler

    Terletak di daerah trochanterica

    a) Fraktur basis collum femur

    Pada umumnya di kepustakaan pembagian klasifikasi fraktur collum femur

    berdasarkan:

    1. Lokasi Anatomi

    Lokasi subcapital

    Lokasi transcervikal

    Lokasi basis collum femur

    2. Berdasarkan arah sudut menurut Pawel

    Tipe I sudut 30

    Tipe II sudut 50

    Tipe III sudut 70

    3. Berdasarkan dislokasi menurut Garden

    Garden I incomplete

    Garden II fraktur collum femur tanpa dislokasi

    Garden III fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi

    Garden IV fraktur collum femur dengan dislokasi total

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    13/26

    Trauma tulang femur

    1. Fraktur Shaft Famur

    a. Desifinisi : Fraktur femur adalah diskontinuitas (fraktur) pada tulang femuryang mengenai bagian shaft atau diafise tulang femur

    b. Klasifikasii (Winguist)

    Grade 0 : noncomminuted (transverse, pblique, spinal)

    Grade 1 : patahan small fragment

    Grade 2 : patahan fragment besar < 50% dari kortex

    Grade 3 : patahan fragment besar > 50 dari kortex

    Grade 4 :Kominutifmenghalangikontrakantara fragment proximal dan distal

    (Rockwood)

    1. Simple : - spinal

    - oblique

    - transverse

    2. Butterfly fragment : - single- 2 Fragments

    - > 3 fragments

    3. Comminuted/ segmental : - 1 segment

    - short commnunition

    - large commnunition

    2. Fraktur supracondilar femur

    a. Definisi : adalah faktur yang mengenai daerah proksimal kondilus femur

    sampai pembatasan metafise dan diafase

    b. Klasifikasi :

    1. Undisplaced

    2. Impactes

    3. Displaced : transverse, oblique, komunitif

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    14/26

    3. Fraktur supra dan intercondylar femur (fraktur intra artikuler)

    a. Definisi : adalahfraktur yang mengenaikondilus femur,

    sendilututdansuprakondilus

    b. Klasifikasi : (Neers classification)

    Fraktur oblique atau komunitif dengan garis fraktur melewati sendi sering

    disebut T atau Y fracture

    4. Fraktur kondilus femur

    a. Definisi : adalah fraktur isolated pada kondilus femur

    b. Klasifikasi :

    1. Sagittal

    2. Coronal

    3. Kombinasi sagital dan coronal

    5. Fraktur Intertrochanter

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    15/26

    a. Definisi :

    Adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjang garis antara trochanter major dan

    minor

    b. Klasifikasi :

    Menurut Boys dan Grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh dan

    mempertahankan reduksi)

    Tipe I : fraktur disepanjang garis intertrochanter non displaced

    Tipe 2 : fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteks

    Tipe 3 : pada dasarnya fraktur subtrochanter, dengan paling sedikit satu

    fraktur lewat diproximal dan distal/di trochanter minor.

    Tipe 4 : fraktur trochanter dan shaft proximal dengan paling sedikit dua

    bidang

    LI 4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan Fraktur

    Diagnosa ditegakkan berdasarkan :

    1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)

    Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur

    patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya

    trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstrimitas yang

    bersangkutan (mekanisme trauma).

    2. Pemeriksaan Umum

    Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur

    multiple, fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.

    3. Pemeriksaan status lokalis

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    16/26

    1. Look

    1. Deformitas

    a. Penonjolan yang abnormalitas

    b. Angulasi

    c. Rotasi

    d. Shortning

    2. Fungsio laesa (hilangnya fungsi) seperti pada fraktur cruris

    menyebabkan tidak bisa berjalan.

    3. Warna kulit yang kemerahan atau kehitaman atau hiperpigmentasi

    2. Feel (palpasi)

    1. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit

    2. Apabila ada pembengkakan, apakah terjadi fruktuasi atau oedema

    terutama disekitar persendian

    3. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, dan letak kelainan

    3. Move

    1. Krepitasi

    Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tp ini bukan cara yang

    baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau

    beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau

    tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.

    2. Nyeri bila ditekan, baik pada gerak aktif maupun pasif

    3. Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang

    tidak mampu dilakukan (ROM)

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    17/26

    4. Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi,

    misalnya pertengahan femur bisa digerakkan

    4. Pemeriksaan Laboratorium

    1. HB dan hematokrit menurun akibat perdarahan

    2. Laju endap darah (LED) meningkat pada jaringan rusak yang meluas

    3. Kalsiom dan posfat meningkat pada masa penyembuhan

    4. Kreatinin meningkat pada trauma yang terjadi pada otot

    5. Alkalin posfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

    kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

    5. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan

    vaskular akibat fraktur.

    LI.5 Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan radiologis fraktur

    1. Sinar X

    Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Perangkap-perangkap

    berikut ini harus dihindari:

    - Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada

    film sinar-X tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua

    sudut pandang (anterior-posterior dan lateral).

    - Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat emngalami

    fraktur dan angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali

    kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami

    dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di bawah fraktur keduanya harus

    disertakan pada foto sinar X.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    18/26

    - Dua tungkai. Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal

    dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto tungkai yang tidak cidera

    dapat bermanfaat. Dua cidera kekuatan yang hebat sering

    menyebabkan cidera pada lebih dari singkat. Karena itu bila ada

    fraktur pada calcaneus atau femur, perlu juga diambil foto sinar-X

    pada tulang belakang.

    - Dua kesempatan. Segera setelah cidera suatu fraktur (misalnya pada

    skafoid carpal) mungkins ulit dilihat. Kalau ragi-ragu sebagai akibat

    resorpbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat

    menegakkan diagnosis.

    2. Pencitraan khusus

    Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar x

    biasa. Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur condylus

    tibia, ct dan MRI mungkin merupakan satu-satunya cara untuk

    menunjukkan apakah fraktur vertebrae mengancam akan menekan medula

    spinalis. Sesungguhnya potret transeksional snagat penting untuk

    visualisasi. Fraktur secara tepat pada tempat yang sukar misalnya

    calcaneus atau acetabulum, dan potret rekonstruksi 3 dimensi bahkan lebih

    baik. Scanning radioisotop berguna untuk mendiagnosis fraktur tekanan

    yang dicurigai atau fraktur bergeser yang lain.

    LI. 6.Memahami dan Menjelaskan tatalaksana fraktur

    Penanganan fraktur

    Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan

    pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

    o Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada

    kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    19/26

    tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih

    bergantung sifat fraktur

    o Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke

    posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi

    manual.

    Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

    Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

    Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat

    fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam

    dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

    penyembuhan tulang yang solid terjadi.

    o Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di

    imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar

    sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi

    eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai,

    traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal

    dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk

    mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai

    lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12

    minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

    o Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan

    pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;

    -Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

    -Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan

    -Memantau status neurologi.

    -Mengontrol kecemasan dan nyeri

    -Latihan isometrik dan setting otot

    -Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

    -Kembali keaktivitas secara bertahap.

    Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :

    -Imobilisasi fragmen tulang.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    20/26

    -Kontak fragmen tulang minimal.

    -Asupan darah yang memadai.

    -Nutrisi yang baik.

    -Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.

    -Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.

    Penatalaksanaan Fraktur

    Pengelolaan fraktur secara umum mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada

    umumnya, yaitu yang pertama dan utama adalah jangan cederai pasien (primum

    non nocere). Cedera iatrogen tambahan pada pasien terjadi akibat tindakan yang

    salah dan/atau tindakan yang berlebihan. Yang kedua, pengobatan didasari atas

    diagnosis yang tepat dan prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam,

    dan keempat, memilih pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara

    individu.

    Enam prinsip umum pengobatan fraktur

    1. Jangan membuat keadaan lebih jelek

    2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

    3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

    a. Menghilangkan nyeri

    b. Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

    c. Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    21/26

    d. Mengembalikan fungsi secara optimal

    4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

    5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

    6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

    Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan tulang

    ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

    penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai

    keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk

    menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodeling/proses

    swapugar). Kelayakan reposisi suatu dislokasi fragmen ditentukan oleh adanya

    dan besarnya dislokasi ad aksim, ad peripheriam, dan kum kontraktione, yang

    berupa rotasi, atau perpendekan.

    Secara umum, angulasi dalam bidang gerak sendi sampai kurang lebih 20-30

    derajat akan dapat mengalami swapugar, sedangkan angulasi yang tidak dalam

    bidang gerak sendi tidak akan mengalaminya. Akan tetapi, rotasi antara 2 fragmen

    tidak pernah terkoreksi sendiri oleh proses swapugar. Ada tidaknya rotasi fragmen

    tidak dapat diketahui dari foto Rontgen, melainkan harus diketahui dari

    pemeriksaan klinis. Cara yang termudah untuk memeriksa rotasi ini adalah

    dengan membandingkan rotasi anggota yang patah dengan rotasi anggota yang

    sehat. Pemendekan anggota yang patah disebabkan oleh tarikan tonus otot

    sehingga fragmen patahan tulang berada sebelah menyebelah. Pemendekananggota atas pada orang dewasa dan pemendekan pada anggota atas maupun

    bawah pada anak, umumnya tidak menimbulkan masalah.

    Macam-macam cara untuk penanganan fraktur :

    1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi

    Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    22/26

    minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan di

    kemudian hari. Contoh cara ini adalah fraktur costa, fraktur clavicula pada anak,

    dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal.

    2. Imobilisasi dengan fiksasi

    Dapat pula dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan

    imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah

    pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

    3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi

    Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada

    fraktur radius distal.

    4.Reposisi dengan traksi dilakukan secara terus menerus selama masa tertentu,

    misalnya beberapa minggu, dan kemudian diikuti dengan imobilisasi. Ini

    dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi

    kembali di dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat,

    misalnya fraktur femur.

    5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar

    Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang ditusukkan pada

    fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batanganlogam di luar kulit. Alat ini dinamakan fiksator ekstern.

    6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada

    tulang secara operatif

    Misalnya reposisi fraktur collum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif

    dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan pen ke dalam

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    23/26

    collum femur secara operatif.

    7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan

    pemasangan fiksasi internal ini dilakukan misalnya pada fraktur femur, tibia,

    humerus, atau lengan bawah. Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di

    dalam sumsum tulang panjang, bisa juga berupa plat dengan sekrup di permukaan

    tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah bisa dicapai reposisi sempurna

    dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi

    dipasang gips dan segera bisa dilakukan mobilisasi. Kerugiannya adalah reposisi

    secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.

    8. Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis

    Dilakukan pada fraktur collum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan

    diganti dengan prostesis. Ini dilakukan pada orang tua yang patahan pada collum

    femur tidak dapat menyambung kembali.

    LI. 7. Memahami dan Menjelaskan komplikasi fraktur

    Komplikasi awal

    a. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baikkehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan

    kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

    b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat

    masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih

    tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan

    oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan

    memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    24/26

    c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi

    jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan

    jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen

    otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips

    atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot

    karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah

    (misal : iskemi, cidera remuk).

    d. Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang

    terlalu lama. Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.

    e. Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat

    terjadi setelah tindakan operasi.

    f. Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu

    yang lama (jaringan tulang mati dan nekrotik).

    g. Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu

    gemuk

    h. Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.

    i. Anggota gerak memendek (ektrimitas).

    Komplikasi lambat

    a. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam

    waktu yang lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)

    b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

    c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam

    waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

    d. Kekakuan pada sendi

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    25/26

    e. Refraktur: terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk

    union yang solid.

    Daftar pustaka

  • 7/29/2019 Wrap Up Sken 3muskulo

    26/26

    Apley, A.G., dan Solomon, L (1995). Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley.

    Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: widya medika

    Eroschenko, Victor P. 2010. Tulang Rawan Hialin dalamAtlas Histologi diFiore.EGC. Jakarta.

    Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalamKumpulan Kuliah Ilmu

    Bedah. FKUI. Jakarta.

    www.kuliah-tutorial.com/komplikasi-fraktur.html

    www.patienthaandbogen.dk collum femoris fraktur

    http://www.kuliah-tutorial.com/komplikasi-fraktur.htmlhttp://www.patienthaandbogen.dk/http://www.kuliah-tutorial.com/komplikasi-fraktur.htmlhttp://www.patienthaandbogen.dk/